Upload
ristinikov
View
1.986
Download
24
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PERILAKU ORGANISASI - budaya organisasi
Citation preview
TUGAS PERILAKU ORGANISASI
“BUDAYA ORGANISASI”
DISUSUN OLEH :
TITUS SATYA LAKSANA (084674040)
YUDIONO ARGO (084674042)
YUDIANTO ARGO (084674043)
ANDRY RISTIAWAN (084674049)
AHMAD IRSYADUL U. (084674050)
BAHRUL ULUM (084674051)
S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA 2008 REG
JURUSAN PMP-KN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2010
Pengertian Budaya Organisasi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang
diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga,
organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain
dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat
anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan
keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti
terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi
bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Berikut ini dikemukakan beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya
organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi
dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya
organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola
tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang
dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh
organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang
mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota
organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru
sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang
dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan
berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi
dalam penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota
organisasi, yang kemudian mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para
anggota organisasi.
1
Sumber-sumber Budaya Organisasi
Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya
organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan
oleh organisasi.
2) Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya
kesopansantunan dan kebersihan.
3) Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah
eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang
berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya
budaya organisasi.
Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a) Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b) Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c) Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri individual seseorang.
d) Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e) Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.
Ciri-ciri Budaya Organisasi
Menurut Robbins (1996:289), ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:
1. Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi
inovatif dan mengambil resiko.
2
2. Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan
kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik
dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada
orang-orang di dalam organisasi itu.
5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya
individu.
6. Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
7. Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah
baik.
Dengan menilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik ini, akan diperoleh
gambaran majemuk dari budaya organisasi itu. Gambaran ini menjadi dasar untuk perasaan
pemahaman bersama yang dimiliki para anggota mengenai organisasi itu, bagaimana urusan
diselesaikan di dalamnya, dan cara para anggota berperilaku (Robbins, 1996 : 289).
Tipologi Budaya
Menurut Sonnenfeld dari Universitas Emory (Robbins, 1996 :290-291), ada empat tipe
budaya organisasi :
1. Akademi
Perusahaan suka merekrut para lulusan muda universitas, memberi mereka pelatihan
istimewa, dan kemudian mengoperasikan mereka dalam suatu fungsi yang khusus.
Perusahaan lebih menyukai karyawan yang lebih cermat, teliti, dan mendetail dalam
menghadapi dan memecahkan suatu masalah.
2. Kelab
Perusahaan lebih condong ke arah orientasi orang dan orientasi tim dimana perusahaan
memberi nilai tinggi pada karyawan yang dapat menyesuaikan diri dalam sistem organisasi.
Perusahaan juga menyukai karyawan yang setia dan mempunyai komitmen yang tinggi serta
mengutamakan kerja sama tim.
3. Tim Bisbol
Perusahaan berorientasi bagi para pengambil resiko dan inovator, perusahaan juga
berorientasi pada hasil yang dicapai oleh karyawan, perusahaan juga lebih menyukai
3
karyawan yang agresif. Perusahaan cenderung untuk mencari orang-orang berbakat dari
segala usia dan pengalaman, perusahaan juga menawarkan insentif finansial yang sangat
besar dan kebebasan besar bagi mereka yang sangat berprestasi.
4. Benteng
Perusahaan condong untuk mempertahankan budaya yang sudah baik. Menurut Sonnenfield
banyak perusahaan tidak dapat dengan rapi dikategorikan dalam salah satu dari empat
kategori karena merek memiliki suatu paduan budaya atau karena perusahaan berada dalam
masa peralihan.
Teori Budaya Organisasi
Terdapat tiga asumsi yang mengarahkan pada teori budaya organisasi yaitu:
1) Angota-anggota organisasi menciptakan dan mempertahankan perasaan yang dimiliki
bersama mengenai realitas organisasi, yang berakibat pada pemahaman yang lebih
baik mengenai nilai-nilai sebuah organisasi. Asumsi yang pertama berhubunan dengan
pentingya orang di dalam kehidupan organisasi. Secara khusus, individu saling
berbagi dalam menciptakan dan mempertahankan realitas. Individu-individu ini
mencakup karyawan, supervisor, dan atasan. Pada inti dari asumsi ini adalah yang
dimiliki oleh organisasi. Nilai adalah standar dan prinsip-prinsip dalam sebuah
buadanya yang memiliki nilai intrinsik dari sebuah budaya. Nilai menunjukkan kepada
anggota organisasi mengenai apa yang penting. Orang berbagi dalam proses
menemukan nilai-nilai perusahaan. Menjadi anggota dari sebuah organisasi
membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi tersebut. Makna dari simbol-simbol
tertentu misalnya, mengapa sebuah perusahaan terus melaksanakan wawancara
terhadap calon karyawan ketika terdapat sebuah rencana pemutusan hubungan kerja
besarbesaran dikomunikasikan baik oleh karyawan maupun oleh pihak manajemen.
Makna simbolik dari menerima karyawan baru ketika yang lainnya dipecat tidak akan
dilewatkan oleh pekerja yang cerdik; mengapa memberikan uang pada karyawan baru
ketika yang lama kehilangan pekerjan mereka? Karyawan memberikan kontribusi
dalam pembentukan budaya organisasi. Perilaku mereka sangatlah penting dalam
menciptakan dan pada akhirnya mempertahankan realitas organisasi.
2) Penggunaan dan intepretasi simbol sangat penting dalam budaya orgaisasi. Realitas
organisasi juga sebagiannya ditentukan oleh simbol-simbol, dan ini merupakan asumsi
kedua dari teori ini. Perspektif ini menggaris bawahi pengguanaan simbol di dalam
4
organisasi. Simbol merupakan representasi untuk makna. Angota-angota organisasi
menciptakan, menggunakan, dan mengintrepetasikan simbol setiap hari. Simbol-
simbol ini sangat penting bagi budaya perusahaan. Simbol-simbol mencakup
komunikasi verbal dan nonverbal di dalam organisasi. Seringkali, simbol-simbol ini
mengkomunikasikan nilai-nilai organisasi. Simbol dapat berupa slogan yang memiliki
makna. Sejauh mana simbol-simbol ini efektif bergantung tidak hanya pada media
tetapi bagaimana karyawan perusahaan mempraktikannya. Simbol Budaya Organisasi
Kategori Umum Simbol Fisik Simbol Perilaku Simbol Verbal Tipe / Contoh Spesifik
Seni, desain, logo, bangunan, dekorasi, pakaian, penampilan, benda material Upacara,
ritual, tradisi, kebiasaan, penghargaan, hukuman Anekdot, lelucon, jargon, nama,
nama sebutan, penjelasan, kisah, mitos, sejarah.
3) Budaya bervariasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda, dan interpretasi tindakan
dalam budaya ini juga beragam. Asumsi yang ketiga mengenai teori budaya organisasi
berkaitan dengan keberagaman budaya organisasi. Sederhana, budaya organisasi
sangat bervariasi. Persepsi mengenai tindakan dan aktivitas di dalam budaya-budaya
ini juga seberagam budaya itu sendiri.
Dimensi Budaya Organisasi
Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya. Dimensi ini mempengaruhi
perilaku yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman, ketidakepakatan, atau bahkan
konflik. Konsep budaya pada awalnya berasal dari lapangan antropologi dan mendapat tempat
pada awal perkembangan ilmu perilaku organisasi. Dimensi-dimensi yang digunakan untuk
membedakan budaya organisasi, menurut Robbins (1996) ada tujuh karakteristik primer yang
secara bersama-sama menangkap hakikat budaya organisasi, yaitu: 1. Inovasi dan
pengambilan resiko. 2. Perhatian ke hal yang rinci. 3. Orientasi hasil. 4. Orientasi Orang. 5.
Orientasi Tim. 6. Keagresifan. 7. Kemantapan.
Luthan (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik yang penting dari budaya
organisasi, yang meliputi:
1. Aturan-aturan perilaku Yaitu bahasa, terminologi, dan ritual yang biasa dipergunakan
oleh anggota organisasi.
2. Norma Adalah standar perilaku yang menjadi petunjuk bagaimana melakukan sesuatu.
Lebih jauh di masyarakat kita kenal adanya norma agama, norma susila, norma sosial,
norma adat, dll.
5
3. Nilai-nilai dominan Adalah nilai utama yang diharapkan dari organisasi untuk
dikerjakan oleh para anggota, misalnya tingginya kualitas produk, rendahnya tingkat
absensi, tingginya produktivitas dan efisiensi, serta tingginya disiplin kerja.
4. Filosofi Adalah kebijakan yang dipercaya organisasi tentang hal-hal yang disukai para
karyawan dan pelanggannya, seperti “Kepuasan Anda adalah harapan Kami”.
5. Peraturan-peraturan Adalah aturan yang tegas dari organisasi. Pegawai baru harus
mempelajari peraturan ini agar keberadaannya dapat diterima dalam organisasi.
6. Iklim Organisasi Adalah keseluruhan “perasaan” yang meliputi hal-hal fisik,
bagaimana para anggota berinteraksi dan bagaimana para anggota organisasi
mengendalikan diri dalam berhubungan dengan pelanggan atau pihak luar organisasi.
Hofsede (dalam Gibson, 1996) mengemukakan empat dimensi budaya, yaitu:
1) Penghindaran atas ketidakpastian Adalah tingkat dimana anggota masyarakat merasa
tidak nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas. Perasaan ini mengarahkan
mereka untuk mempercayai kepastian yang menjanjikan dan untuk memelihara
lembagalembaga yang melindungi penyesuaian.
2) Maskulin vs feminim Tingkat maskulinitas adalah kecenderungan dalam masyarakat
akan prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan materiil. Feminitas berarti
kecenderungan akan kesederhanaan, perhatian pada yang lemah, dan kualitas hidup.
3) Individu vs kebersamaan Individualisme adalah kecenderungan dalam kerangka sosial
dimana individu dianjurkan untuk menjaga diri sendiri dan keluarganya. Kolektivisme
berarti kecenderungan dimana individu dapat mengharapkan kerabat, suku, atau
kelompok lainnya melindungi mereka sebagai ganti atas loyalitas mutlak yang mereka
berikan.
4) Jarak kekuasaan Adalah ukuran dimana anggota suatu masyarakat menerima bahwa
kekuasaan dalam lembaga atau organisasi tidak didistribusikan secara merata.
Selanjutnya budaya organisasi dapat ditemukan dalam tiga tingkatan, yaitu:
1. Artefak. Pada tingkat ini budaya bersifat kasat mata tetapi seringkali tidak dapat
diartikan, misalnya lingkungan fisik organisasi, teknologi, dan cara berpakaian.
Analisis pada tingkat ini cukup rumit karena mudah diperoleh tetapi sulit ditafsirkan.
2. Nilai Nilai memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi daripada artefak. Nilai ini
sulit diamati secara langsung sehingga untuk menyimpulkannya seringkali diperlukan
6
wawancara dengan anggota organisasi yang mempunyai posisi kunci atau dengan
menganalisis kandungan artefak seperti dokumen.
3. Asumsi dasar Merupakan bagian penting dari budaya organisasi. Pada tingkat ini
budaya diterima begitu saja, tidak kasat mata dan tidak disadari. Asumsi ini
merupakan reaksi yang bermula dari nilai-nilai yang didukung. Bila asumsi telah
diterima maka kesadaran akan menjadi tersisih. Dengan kata lain perbedaan antara
asumsi dengan nilai artefak terletak pada apakah nilai-nilai tersebut masih
diperdebatkan dan diterima apa adanya atau tidak.
Tahap-tahap pembentukan atau pembangunan budaya organisasi dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Seorang (biasanya pendiri) datang dengan ide atau gagasan tentang sebuah usaha baru.
2. Pendiri membawa orang-orang kunci yang merupakan para pemikir, dan menciptakan
kelompok inti yang mempunyai visi yang sama dengan pendiri.
3. Kelompok inti memulai serangkaian tindakan untuk menciptakan organisasi,
mengumpulkan dana, menentukan jenis dan tempat usaha dan lain-lain yang relevan.
4. Orang-orang lain dibawa ke dalam organisasi untuk berkarya bersamasama dengan
pendiri dan kelompok inti, memulai sebuah sejarah bersama.
Pembinaan budaya perusahaan dapat dilakukan dengan serangkaian langkah
sosialisasi sebagai berikut:
1) Seleksi pegawai yang objektif.
2) Penempatan orang dalam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan bidangnya, “the
right man on the right place at the right time”.
3) Perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman.
4) Pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai.
5) Penghayatan akan nilai-nilai kerja atau hal lain yang penting.
6) Ceritera-ceritera dan faktor-faktor organisasi yang menumbuhkan semangat dan
kebanggan.
7) Pengakuan dan promosi bagi karyawan yang berprestasi.
7
Cara Karyawan Mempelajari Budaya Perusahaan
Proses transformasi budaya oleh karyawan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1. Ceritera-ceritera
Ceritera-ceritera mengenai bagaimana kerasnya perjuangan pendiri organisasi di
dalam memulai usaha sehingga kemudian menjadi maju seperti sekarang merupakan
hal yang baik untuk disebarluaskan. Bagaimana sejarah pasang-surut perusahaan dan
bagaimana perusahaan mengatasi kemelut dalam situasi tak menentu merupakan kisah
yang dapat menodorong dan memotivasi karyawan untuk bekerja keras jika mereka
mau memahaminya.
2. Ritual / Upacara-upacara
Semua masyarakat memiliki corak ritual sendiri-sendiri. Di dalam perusahaan, tidak
jarang ditemui acara-acara ritual yang sudah mengakar dan menjadi bagian hidup
perusahaan. Sehingga tetap dipelihara keberadaannya, contohnya adalah selamatan
mulai musim giling di pabrik gula.
3. Simbol-simbol
material Simbol-simbol atau lambang-lambang material seperti pakaian seragam,
ruang kantor dan lain-lain, atribut fisik yang dapat diamati merupakan unsur penting
budaya organisasi yang harus diperhatikan sebab dengan simbol-simbol itulah dapat
dengan cepat diidentifikasi bagaimana nilai, keyakinan, norma, dan berbagai hal lain
itu menjadi milik bersama dan dipatuhi anggota organisasi.
4. Bahasa
Bahasa merupakan salah satu media terpenting di dalam mentransformasikan nilai.
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, tiap bidang, divisi, strata atau semacamnya
memiliki bahasa atau jargon yang khas, yang kadang-kadang hanya dipahami oleh
kalangan itu sendiri. Hal ini penting karena untuk dapat diterima di suatu lingkungan
dan menjadi bagian dari lingkungan, salah satu syaratnya adalah memahami bahasa
yang berlaku di lingkungan itu. Dengan demikian menjadi jelas bahwa bahasa
merupakan unsur penting dalam budaya perusahaan.
8
Cara Merubah Budaya Organisasi
Merubah budaya organisasi luar biasa sulitnya, tetapi budaya-budaya itu dapat diubah.
Misalnya, Lee Iacocca masuk Chrysler Corp. Dalam tahun 1978, ketika perusahaan itu
tampak tertinggal beberapa pekan lagi akan bangkrut. Diperlukan waktu lima tahun tetapi ia
menerima budaya Chrysler yang konservatif, melihat ke dalam, dan berorientasi rekayasa dan
mengubahnya menjadi budaya yang berorientasi tindakan, tanggap pasar.
Bukti mengemukakan bahwa perubahan budaya paling mungkin terjadi bila
kebanyakan atau semua kondisi berikut ini ada:
Suatu krisis dramatis. Inilah kejutan yang menghancurkan status quo dan
mengemukakan pertanyaan mengenai relevansi budaya yang ada. Contoh dari krisis
ini mungkin berupa suatu kemunduran finansial yang mengejutkan, hilangnya
pelanggan utama, atau terobosan teknologis yang dramatis oleh pesaing. Para
eksekutif pada Pepsi-Cola dan Ameritech bahkan mengakui menciptakan krisis agar
merangsang perubahan budaya dalam organisasi mereka. Misalnya saja, baru ketika
eksekutif dari General Motors dan AT&T mampu dengan sukses menyampaikan
kepada para karyawan krisis-krisis yang ditimbulkan oleh pesaing maka membuat
budaya organisasi itu mulai menunjukkan tanda-tenda perubahan untuk menyesuaikan.
Pergantian kepemimpinan. Kepemimpinan puncak yang baru, yang dapat
memberikan suatu perangkat alternatif dari nilai-nilai kunci, dapat dipersepsikan
sebagai lebih mampu dalam menanggapi krisis itu. Yang pasti disini adalah eksekutif
kepala dari organisasi itu tetapi itu juga mungkin perlu mencakup semua posisi
manajemen senior. Mempekerjakan dirut dari luar pada IBM (Louis Gerstner) dan
General Motor (Jack Smith) melukiskan upaya untuk memperkenalkan kepemimpinan
baru.
Organisasi yang muda dan kecil. Makin muda organisasi itu, akan makin kurang
berakar budayanya. Sama halnya, lebih mudah bagi manajemen untuk
mengkomunikasikan nilai-nilainya yang baru bila organisasi itu kecil. Sekali lagi ini
membantu menjelaskan kesulitan yang dihadapi korporasi multimiliar-dolar dalam
mengubah budayanya.
Budaya lemah. Makin luas suatu budaya dianut dan makin tinggi kesepakatan di
kalangan anggota mengenai nilai-nilainya, akan makin sulit mengubah budaya itu.
Sebaliknya, budaya lemah lebih mudah menerima perubahan dari pada budaya yang
kuat.
9
Jika kondisi-kondisi mendukung perubahan budaya, hendaknya anda
mempertimbangkan saran-saran berikut:
1. Buatlah orang-orang manajemen puncak menjadi model peran yang positif, dengan
menentukan nada lewat perilaku mereka.
2. Ciptakan cerita, lambang, dan ritual baru untuk menggantikan yang dewasa ini
berlaku.
3. Pilih, promosikan, dan topang karyawan yang mendukung nilai-nilai baru yang dicari.
4. Rancang ulang proses sosialisasi untuk digandeng dengan nilai-nilai baru itu.
5. Ubahlah sistem imbalan untuk mendorong penerimaan atas seperangkat nilai yang
baru
6. Gantilah norma-norma tidak tertulis dengan aturan dan pengaturan formal yang
dijalankan dengan ketat
7. Guncanglah anak-budaya yang berlaku lewat transfer, perputaran pekerjaan, dan/atau
pemutusan hubungan kerja.
8. Berusahalah untuk memperoleh konsensus kelompok dari rekan sekerja lewat
pemanfaatan partisipasi karyawan dan menciptakan suatu iklim dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi.
10