155

Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Menampilkan data perilaku kawin merak hijau di TNAP dan TNB beserta perilaku lainnya.

Citation preview

Page 1: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB
Page 2: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

DI T

KONS

EKMERAK

TAMAN N

SERVASI

IN

KOLOGIK HIJAUNASIONA

PROPI

GILANG

DI SUMBE

FAKULNSTITUT

I PERILAU (Pavo muAL ALASINSI JAW

G FAJAR

DEPARTEERDAYA LTAS KET PERTA

2009

AKU BERuticus Lin

S PURWOWA TIMU

RAMAD

EMEN HUTAN

EHUTANANIAN BO9

RBIAK nnaeus, 17O DAN BAUR

DHAN

DAN EKNAN OGOR

766) ALURAN

KOWISAT

N

TA

User
For Public Release
User
koleksi
Page 3: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

DI T

Sebagai

De

KONS

EKMERAK

TAMAN N

i salah satu

epartemenFakul

SERVASI

IN

KOLOGIK HIJAUNASIONA

PROPI

GILANG

u syarat un

n Konservaltas Kehut

DI SUMBE

FAKULNSTITUT

I PERILAU (Pavo muAL ALASINSI JAW

G FAJAR

Skripntuk memp

padaasi Sumbertanan Inst

DEPARTEERDAYA LTAS KET PERTA

2009

AKU BERuticus Lin

S PURWOWA TIMU

RAMAD

psi peroleh gela rdaya Hutitut Perta

EMEN HUTAN

EHUTANANIAN BO9

RBIAK nnaeus, 17O DAN BAUR

DHAN

lar Sarjan

utan dan Eanian Bog

DAN EKNAN OGOR

766) ALURAN

na Kehuta

Ekowisata gor

KOWISAT

N

anan

TA

User
koleksi
Page 4: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

RINGKASAN

GILANG FAJAR RAMADHAN. Ekologi Perilaku Berbiak Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Taman Nasional Alas Purwo dan Baluran Propinsi Jawa Timur. Dibimbing oleh JARWADI BUDI HERNOWO dan ANI MARDIASTUTI.

Merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) merupakan salah satu jenis burung yang dilindungi di Indonesia. Fragmentasi habitat dan perburuan merak hijau menyebabkan pengurangan luasan dan kualitas habitat sehingga menjadikan populasinya terpecah dalam kelompok kecil dan memiliki penyebaran terbatas. Dengan tingginya ancaman terhadap merak hijau di Jawa, dikhawatirkan dalam kurun waktu yang tidak lama akan mengalami kepunahan. Namun kenyataannya, merak hijau masih mampu bertahan pada beberapa lokasi penyebarannya. Hal ini mengindikasikan ada strategi berkait dengan ekologi perilaku merak hijau berhubungan dengan kondisi habitatnya dan berbagai tekanan. Masa berbiak hingga pengasuhan anak merupakan waktu paling rentan terhadap perkembangan populasi merak hijau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mempelajari dan mendeskripsikan ekologi perilaku yang berkaitan dengan perkembangbiakan merak hijau dan (2) Mengidentifikasi strategi dan mekanisme berperilaku berbiak merak hijau yang berhubungan dengan habitatnya di TN Alas Purwo dan TN Baluran.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2007 di TN Alas Purwo (Agustus-Oktober) dan TN Baluran (November-Desember). Pengambilan data perilaku dengan menggunakan metode ad libitum sampling dengan sistem pencatatan menggunakan metode continuous recording mulai dari pukul 05.00 hingga 18.00 WIB. Jenis data yang dikumpulkan meliputi perilaku berbiak serta perilaku harian merak hijau saat musim berbiak. Data dianalisis dengan menggunakan persentase perilaku, rataan durasi, ragam contoh, uji-F dan chi-square ( ).

Di TN Alas Purwo merak hijau berbiak berkisar pada bulan September sampai dengan bulan November, sedangkan di TN Baluran merak hijau berbiak berkisar pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember. Musim berbiak merak hijau dicirikan oleh aktivitas display merak hijau jantan. Merak hijau jantan mengeluarkan suara khas saat musim berbiak. Proses kopulasi merak hijau sangat singkat rerata berkisar 9-19 detik. Pasca perkawinan merak hijau betina akan mengerami telur, sedangkan merak hijau jantan akan merontokkan bulu hiasnya. Merak hijau melakukan aktivitas makan pada areal terbuka. Sumber air minum merak hijau saat musim kemarau berupa bak air minum buatan baik di TN Alas Purwo maupun TN Baluran. Aktivitas menelisik dilakukan pada areal yang terbuka karena merak hijau dapat mengawasi secara menyeluruh dari gangguan baik pesaing atau predator. Aktivitas berjemur dilakukan pada pagi hari (06.00-07.00 WIB) hal ini berkaitan dengan sinar matahari yang hangat. Aktivitas mandi

Page 5: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

debu lebih sering dilakukan oleh merak hijau betina (Fhitung > Ftabel). Merak hijau lebih sering mengalami gangguan pada habitat berhutan. Aktivitas bertarung hanya dilakukan oleh merak hijau jantan. Pohon tidur merak hijau biasanya dijadikan pula sebagai tempat beristirahat pada saat siang hari. Aktivitas istirahat dan makan merupakan aktivitas terlama yang dilakukan merak hijau baik di TN Alas Purwo maupun TN Baluran.

Tempat terbuka sangat penting sebagai tempat untuk mandi debu, berjemur, bertarung, akan tetapi habitat hutan pun sangat penting sebagai tempat berlindung, istirahat dan tidur bagi merak hijau. Tipe habitat di TN Alas Purwo berpengaruh sangat nyata terhadap frekuensi dan durasi perilaku menelisik, makan, berjemur, berlindung dan istirahat. Tipe habitat di TN Baluran berpengaruh sangat nyata terhadap frekuensi (perilaku suara, menelisik, berjemur, berlindung, istirahat dan tidur) dan durasi (perilaku menelisik, berjemur dan berlindung).

KATA KUNCI: merak hijau, ekologi perilaku, tipe habitat.

Page 6: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

SUMMARY

GILANG FAJAR RAMADHAN. The Ecology of Green Peafowl (Pavo muticus Linnaeus, 1766) Breeding Behaviour in Alas Purwo and Baluran National Park Province East Java. Under supervisor of JARWADI BUDI HERNOWO dan ANI MARDIASTUTI.

Green peafowl is one of the protected birds in Indonesia. Habitat fragmentation and hunting have caused the decrease in habitat area and quality, which lead to population disperse with limited distribution. Because of its high threat, there is a possibility that the green peafowl will be extinct in a short time. In really, green peafowl still survive in several distribution locations. This indicates that there is a strategy related to behavior ecology of green peafowl with this habitat condition and sort of pressure. The most vulnerable period for green peafowl population development is from breeding to nursing period. The objectives of this research were: (1) to study and describe behavior ecology tht was related with green peafowl breeding and (2) to identify the strategy and mechanism of green peafowl breeding behavior related to its habitat in both national parks.

This research was conducted from August to December 2007 in Alas Purwo National Park (August-October) and Baluran National Park (November-December). Behavior data were taken using ad libitum sampling method with continuous recording system from 5.00 am to 6.00 pm. Type of data taken included breeding behavior and daily behavior during breeding season. Data were analyzed using behavior rate, mean duration, mean, sample variance, F-test and chi-square ( ).

In Alas Purwo NP, green peafowl breeds from September to November while in Baluran NP breeding occurs from October to December. Breeding season for green peafowl is characterized by a display activity brought by the male where it also produces a distinctive sound. Copulation process in green peafowl lasts for a short time, approximately 9-19 seconds. After mating, the female broods its eggs while the male sheds its fine feathers. Green peafowl carries out its eating behavior in open area. In dry season, water source for green peafowl is obtained from an artificial water tub provided in Alas Purwo and Baluran National Park. Preening activity is carried out in open area so it can monitor any disturbance either from competitors or from predators. Sunning activity is carried out in the morning (06.00-07.00 am), related to warm sun rays. Dusting is more often carried out by female green peafowl (Fmeasured > Ftable). Green peafowl encounters more interference in forest habitat. Fighting activity is carried out only by male. Sleeping tree is usually utilized also as a resting cite at day. Resting and eating the most time sending activities by green peafowl both in Alas Purwo and Baluran National Park.

Page 7: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

Open areas are important as places for dusting, sunning, and fighting while forest habitat is important for shelter, resting and sleeping. Habitat type in Alas Purwo NP is significantly influence the frequency and duration of preening, eating, sunning, take shelter and resting. Habitat type in Baluran NP is significantly influence the frequency of vocalization, preening, sunning, take shelter, resting and sleeping, also to the duration of preening behavior, sunning and take shelter.

KEY WORDS: green peafowl, ecology of behavior, type habitat.

Page 8: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Ekologi

Perilaku Berbiak Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Taman Nasional

Alas Purwo dan Baluran Propinsi Jawa Timur” adalah benar-benar merupakan

hasil karya sendiri dan belum pernah digunakan dalam bentuk apapun kepada

Perguruan Tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

Gilang Fajar Ramadhan E 34103041

Page 9: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

Judul Skripsi : Ekologi Perilaku Berbiak Merak Hijau (Pavo muticus

Linnaeus, 1766) di Taman Nasional Alas Purwo dan

Baluran Propinsi Jawa Timur

Nama : Gilang Fajar Ramadhan

NIM : E34103041

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Ketua,

Ir. Jarwadi Budi Hernowo, MSc.F NIP. 131 685 543

Anggota,

Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc NIP. 131 284 817

Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788

Tanggal Lulus: 16 Januari 2009

Page 10: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya,

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Ekologi Perilaku Berbiak

Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Taman Nasional Alas Purwo

dan Baluran Propinsi Jawa Timur” dengan baik. Penulisan skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Institut

Pertanian Bogor. Skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran

ketahanan merak hijau terhadap tekanan pada populasi maupun habitatnya dalam

bentuk pola perilaku. Sehingga penelitian ekologi perilaku merak hijau ini

berguna dalam upaya pelestarian merak hijau terutama untuk pengelolaannya di

Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) dan Taman Nasional Baluran (TNB).

Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan serta mendukung upaya koservasi dalam pelestarian

merak hijau. Segala kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan

guna penyempurnaan dalam penulisan skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

Penulis

Page 11: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 Juni 1985 di Cimahi, Jaw Barat sebagai

anak pertama dari tiga bersaudara, pasangan H. Achmad Sutisna dan Hj. Yeni

Yuniawati, S.Si. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1990 di TK

Kemuning Bogor dan pada tahun 1991 memulai pendidikan dasar di SD Negeri

Polisi 4 Bogor dan lulus pada tahun 1997. Kemudian penulis melanjutkan

pendidikan ke SLTP Negeri 4 Bogor dari tahun 1997-2000. Selanjutnya pada

tahun 2000 menempuh pendidikan di SMU Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun

2003. Pada tahun 2003, penulis diterima sebagai salah satu mahasisiwa di

Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan, Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (DKSHE), Fakultas Kehutanan, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian

Bogor (IPB), penulis aktif di Himpunan Profesi (Himpro) Mahasiswa Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan sebagai ketua Kelompok

Pemerhati Burung (KPB) pada periode tahun 2006/2007. Selain itu, penulis

pernah menjadi panitia dalam kegiatan, Orientasi Mahasiswa Baru DKSHE

Fakultas Kehutanan IPB sebagai ketua ketua panitia tahun 2005, Studi Konservasi

Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Betung Kerihun Propinsi Kalimantan

Barat tahun 2005 dan di Taman Nasional Way Kambas Propinsi Lampung tahun

2006 serta mengikuti kegiatan promosi DKSHE Fakultas Kehutanan IPB tahun

2006.

Pada tahun 2006 penulis melakukan Praktek Pengenalan dan Pengelolaan

Hutan (P3H) di Cagar Alam Leuweung Sancang, Taman Wisata Alam Kawah

Kamojang dan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Garut. Selanjutnya pada

tahun 2007, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di

Taman Nasional Ujung Kulon. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian yang

berjudul “Ekolog Perilaku Berbiak Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di

Taman Nasional Alas Purwo dan Baluran, Propinsi Jawa Timur ” yang dibimbing

oleh Ir. Jarwadi Budi Hernowo, M.Sc.F dan Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, M.Sc.

Page 12: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin telah terselesaikan dengan baik penulisan

skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi ini penulis mendapat bantuan baik berupa

dorongan moril, spiritual dan materil dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada:

1. Bapak dan ibu tersayang, adik-adikku tercinta serta seluruh keluarga besarku

tercinta atas doa, dukungan semangat dan kasih sayangnya.

2. Bapak Ir. Jarwadi Budi Hernowo, MSc.F. dan Ibu Prof. Dr. Ir. Ani Mardiastuti,

MSc. sebagai dosen pembimbing yang selalu memberikan kasih sayang,

perhatian, kesabaran, waktu, masukan baik moril maupun materil, bimbingan

dan doa restu.

3. Prof. Dr. Ir. Iding M. Padlinurjaji sebagai dosen penguji perwakilan

Departemen Hasil Hutan dan Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS sebagai dosen

penguji perwakilan Departemen Silvikultur atas masukan, bimbingan dan do’a

restu.

4. Bapak Ir. Hartono, MSc. selaku Kepala Balai TN Alas Purwo dan Bapak Ir.

Kuspriyadi, MSc. selaku Kepala Balai TN Baluran yang telah memberikan

izin, fasilitas, informasi, bimbingan dan kerjasama yang baik selama kegiatan

penelitian.

5. Bapak Waluyo selaku Kepala Seksi Pembantu Taman Nasional (STPN) I

Tegaldlimo TN Alas Purwo dan Bapak Ir. Pratono selaku Kepala STPN II

Bekol TN Baluran beserta staf TN Alas Purwo dan TN Baluran yang telah

memberikan bantuan, bimbingan dan informasi dan kerjasama yang baik

selama kegiatan penelitian.

6. Mas Gendut, Pak Ponidi dan keluarga, Mas Susyanto, Mbah Sampun, Pak

Dodi, Pak Siswanto, Pak Trihari, Pak Hendro, Pak Lamijan, Pak Mahrudin,

Pak Suharja, Mas Widyantoro, Mas Taufik dan Pak Toyib atas bantuannya

selama pengambilan data penelitian.

7. Pak Tekun beserta keluarga, Mas Joko dan Mba Fiqoh beserta keluarga atas

bantuan dan doanya.

Page 13: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

8. Wetlands International-IP dan Burung Indonesia atas peminjaman alat

penelitian.

9. Ayu Puspitasari, S.Hut beserta keluarga atas doa, bantuan dan kebersamaan

yang diberikan kepada penulis.

10. Ruri Risnawati atas bantuannya selama penelitian.

11. Keluarga besar KSH’40, Sembilan semester penuh cerita.

12. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata (HIMAKOVA) terutama KPB “Perenjak”, Fakultas Kehutanan,

Institut Pertanian Bogor atas dukungan, semangat, kerjasama, pengalaman dan

kebersamaan dalam suka dan duka selama ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 14: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................ 1

1.2 Tujuan Penelitian ......................................................... 2

1.3 Manfaat Penelitian ....................................................... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekologi Perilaku .......................................................... 3

2.2 Bioekologi Merak Hijau .............................................. 4

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu ...................................................... 14

3.2 Pemilihan Titik Pengamatan ........................................ 14

3.3 Bahan dan Alat ............................................................ 14

3.4 Jenis Data yang Dikumpulkan .................................... 15

3.5 Metode Pengumpulan Data ......................................... 15

3.6 Bentuk Perilaku dan Parameternya .............................. 16

3.7 Analisis Data ............................................................... 18

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Taman Nasional Alas Purwo ........................................ 20

4.2 Taman Nasional Baluran .............................................. 23

BAB V. HASIL dan PEMBAHASAN PENELITIAN ...................... 29

5.1 Perilaku Berbiak .......................................................... 29

5.2 Pelaku Harian pada Musim Berbiak ............................ 66

5.3 Peresentase Seluruh Perilaku Harian pada Musim Berbiak ............................................................ 110

5.4 Implementasi terhadap Pengelolaan ............................ 114

BAB VI. KESIMPULAN dan SARAN .............................................. 117

6.1 Kesimpulan .................................................................. 117

Page 15: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

ii

6.2 Saran ............................................................................ 117

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 119

Page 16: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

iii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rekapitulasi durasi perilaku display merak hijau di TNAP dan TNB ...................................................................... 37

2. Frekuensi suara tipe I di TNAP dan TNB per individu per hari .................................................................... 43

3. Frekuensi suara tipe II di TNAP dan TNB per individu per hari .................................................................... 44

4. Frekuensi suara tipe III di TNAP dan TNB per individu per hari .................................................................... 45

5. Frekuensi suara tipe IV di TNAP dan TNB per individu per hari .................................................................... 46

6. Frekuensi suara tipe V di TNAP dan TNB per individu per hari .................................................................... 46

7. Frekuensi suara tipe VI di TNAP dan TNB per hari per individu ................................................................... 47

8. Frekuensi suara tipe VII di TNAP dan TNB per individu per hari .................................................................... 48

9. Waktu terjadinya kopulasi pada merak hijau di TNAP dan TNB ...................................................................................... 60

10. Rekapitulasi durasi perilaku kawin merak hijau di TNAP dan TNB ..................................................................... 61

11. Sumber pakan merak hijau di TNAP dan TNB ......................... 67

12. Rekapitulasi durasi perilaku makan merak hijau jantan di TNAP dan TNB ..................................................................... 68

13. Rekapitulasi durasi perilaku makan merak hijau betina di TNAP dan TNB ..................................................................... 69

14. Rekapitulasi durasi perilaku minum merak hijau di TNAP dan TNB ..................................................................... 74

15. Rekapitulasi durasi perilaku menelisik merak hijau di TNAP dan TNB ..................................................................... 80

16. Rekapitulasi durasi perilaku berjemur merak hijau di TNAP dan TNB ..................................................................... 86

17. Rekapitulasi durasi perilaku mandi debu merak hijau di TNAP dan TNB ..................................................................... 91

18. Rekapitulasi durasi perilaku berlindung merak hijau di TNAP dan TNB ..................................................................... 96

Page 17: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

iv

19. Rekapitulasi durasi perilaku bertarung merak hijau di TNAP dan TNB ..................................................................... 102

20. Rekapitulasi durasi perilaku istirahat merak hijau jantan di TNAP dan TNB ..................................................................... 105

21. Rekapitulasi durasi perilaku istirahat merak hijau betina di TNAP dan TNB ...................................................................... 105

22. Rekapitulasi durasi perilaku tidur merak hijau di TNAP dan TNB ..................................................................... 109

Page 18: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

v

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Bagian-bagian tubuh Merak hijau jantan dewasa ...................... 6

2. Penyebaran Merak hijau di Pulau Jawa Indonesia ..................... 8

3. Perilaku berbiak Merak hijau ..................................................... 9

4. Peta Taman Nasional Alas Purwo ............................................... 21

5. Peta Taman Nasional Baluran ..................................................... 24

6. Lokasi berbiak merak hijau di TNAP dan TNB; (a) padang rumput Sadengan, (b) hutan alam Rowobendo, (c) hutan tanaman jati Gunting dan (d) savana Bekol ............................... 29

7. Grafik curah hujan tahun 2007 di wilayah Tegaldlimo (TNAP) dan Bajul Mati (TNB) (Stasiun Meteorologi Banyuwangi, 2007) 31

8. Grafik hari hujan tahun 2007 di wilayah Tegaldlimo (TNAP) dan Bajul Mati (TNB) (Stasiun Meteorologi Banyuwangi, 2007) 31

9. Grafik rentang waktu beberapa perilaku saat musim berbiak merak hijau di TNAP dan TNB ................................................. 32

10. Perilaku display merak hijau; (a) merak hijau jantan display di depan merak hijau betina, (b) merak hijau jantan display di depan merak hijau jantan lainnya ........................................... 34

11. Perilaku display merak hijau; (a) posisi awal, (b) posisi sempurna ..................................................................... 34

12. Aktivitas merak hijau betina ketika merak hijau jantan display: (a) makan, (b) berputar mengelilingi merak hijau jantan ........... 35

13. Proses akhir perilaku display, dilihat searah jarum jam berurutan dari (a)-(b)-(d)-(c) ...................................................... 36

14. Grafik frekuensi perilaku display per hari merak hijau jantan di TNAP dan TNB ..................................................................... 37

15. Grafik frekuensi harian perilaku display merak hijau jantan di beberapa tipe habitat TNAP dan TNB ................................... 38

16. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku suara merak hijau di TNB; (a) merak hijau betina, (b) merak hijau jantan ................................................................ 50

17. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku suara merak hijau di TNB; (a) merak hijau betina, (b) merak hijau jantan ................................................................ 51

18. Grafik frekuensi harian perilaku suara merak hijau di beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB ............................... 52

Page 19: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

vi

19. Tata urutan perilaku kawin merak hijau di padang rumput Sadengan TNAP tanpa perilaku display; (a) bersuara, (b) berlari, (c) mendekat, (d) naik, (e)-(f)-(g) mengatur posisi, (h) kopulasi, (i)-(j)-(k) turun dan (l) meninggalkan merak hijau betina ................................................................................. 57

20. Tata urutan perilaku kawin merak hijau di padang rumput Sadengan TNAP diawali dengan perilaku display: (a) display, (b) betina tertarik, (c) betina mendekam, (d) jantan naik, (e)-(f)-(g) mengatur posisi, (h) kopulasi, (i)-(j) jantan turun, (k)-(l) display kembali ................................ 58

21. Merak hijau jantan yang merontokkan bulu hiasnya di hutan tanaman jati Gunting, TNAP ........................................ 64

22. Sarang dan telur merak hijau di TNB, (a) HM 45, (b) HM 113 dan (c) di antara semak belukar ............................. 64

23. Anakan merak hijau berumaur empat hari ................................. 65

24. Cara makan merak hijau, (a) berjalan, (b) melompat, (c) mendekam dan (d) naik ke atas pohon ................................. 66

25. Perilaku minum merak hijau di TNAP: (a) cekungan, (b) bak minum buatan, (c) genangan di bawah sprinkle dan (d) sprinkle ........................................................................... 72

26. Perilaku minum merak hijau di TNB: (a) di bak air minum posisi berdiri, (b) di bak air minum posisi mendekam dan (c) di genangan air ...................................................................... 73

27. Grafik frekuensi harian perilaku minum merak hijau di beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB .................................................. 73

28. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku minum merak hijau jantan dan betina di TNAP ..................................... 75

29. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku minum merak hijau jantan dan betina di TNB ....................................... 76

30. Perilaku menelisik merak hijau disela-sela beberapa aktivitas harian; (a) bangun tidur, (b) berjemur, (c) display dan (d) makan ........................................................... 78

31. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku menelisik merak hijau di TNAP dan TNB ................... 79

32. Grafik frekuensi harian perilaku menelisik merak hijau di beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB ............................... 80

33. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku menelisik merak hijau jantan dan betina di TNAP ...... 81

34. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku menelisik merak hijau jantan dan betina di TNB ....................... 82

Page 20: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

vii

35. Perilaku berjemur merak hijau di; (a) tanah datar, (b) pagar dan (c) gundukan tanah ..................................................................... 84

36. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku berjemur merak hijau di TNAP dan TNB .................................. 84

37. Grafik frekuensi harian perilaku berjemur merak hijau pada beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB ........................... 85

38. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku berjemur merak hijau jantan dan betina di TNAP ....... 87

39. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku berjemur merak hijau jantan dan betina di TNB ........................ 87

40. Perilaku mandi debu merak hijau jantan di TNAP; (a) berkelompok dan (b) soliter .................................................. 89

41. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku mandi debu merak hijau di TNAP dan TNB .............................. 90

42. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku mandi debu merak hijau pada beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB ..................................................................... 91

43. Perilaku berlindung merak hijau; (a) curiga, (b) terbang menghindar dan (c) menghindar dari serangan elang-laut perut-putih ................................................................. 94

44. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku berlindung merak hijau di TNAP dan TNB ............................... 95

45. Grafik frekuensi harian perilaku berlindung merak hijau pada beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB ........................... 97

46. Perilaku bertarung antar merak hijau jantan; (a) di padang rumput Sadengan dan (b) savana Bekol ..................................... 99

47. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku bertarung merak hijau di TNAP dan TNB ................................. 100

48. Grafik frekuensi harian perilaku bertarung merak hijau jantan pada beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB ........................... 101

49. Berbagai posisi perilaku istirahat merak hijau; (a) berdiri di bawah pohon widoro bukol dan (b) mendekam di cabang pohon apak ................................................................. 104

50. Perilaku tidur merak hijau di atas pohon; (a) jati, (b) randu hutan, (c) gebang dan (d) mimba ............................................... 108

51. Grafik persentase perilaku harian merak hijau jantan pada musim berbiak di TNAP; (a) grafik perilaku berbiak, (b) grafik perilaku utama (c) grafik perilaku lainnya ................. 111

Page 21: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

viii

52. Grafik persentase perilaku harian merak hijau betina pada musim berbiak di TNAP; (a) grafik perilaku berbiak, (b) grafik perilaku utama (c) grafik perilaku lainnya ................. 111

53. Grafik persentase perilaku harian merak hijau jantan pada musim berbiak di TNB; (a) grafik perilaku berbiak, (b) grafik perilaku utama (c) grafik perilaku lainnya ................. 113

54. Grafik persentase perilaku harian merak hijau betina pada musim berbiak di TNB; (a) grafik perilaku berbiak, (b) grafik perilaku utama (c) grafik perilaku lainnya ................. 113

55. Telur sitaan petugas TNB .......................................................... 116

Page 22: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Frekuensi perilaku merak hijau di TNAP .................................. 124

2. Nilai χ2 hitung frekuensi perilaku di TNAP (db = 2; 99%) .......... 125

3. Frekuensi perilaku merak hijau di TNB ..................................... 126

4. Nilai χ2 hitung frekuensi perilaku di TNB (db = 2; 99%) ............ 127

5. Durasi perilaku merak hijau di TNAP (dalam satuan menit) ..... 128

6. Nilai χ2 hitung durasi perilaku di TNAP (db = 2; 99%) ............... 129

7. Durasi perilaku merak hijau di TNB (dalam satuan menit) ....... 130

8. Nilai χ2 hitung durasi perilaku di TNB (db = 2; 99%) ................. 131

9. Uji-F pada durasi perilaku merak hijau di TNAP (Ftabel = 1.88) 132

10. Uji-F pada durasi perilaku merak hijau di TNB (Ftabel = 2.27) ... 133

Page 23: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) merupakan salah satu jenis

burung yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri

Kehutanan (Menhut) nomor 301/Kpts-II/1991 dan Peraturan Pemerintah nomor 7

tahun 1999 (Noerdjito & Maryanto 2007). Tingginya ancaman terhadap merak

hijau menyebabkan BirdLife International (2004) memasukkannya dalam status

vulnerable atau populasinya sedang mengalami penurunan cepat dan dalam status

perdagangan, CITES (Convention on International Trade in Endangered Species

of Wild Fauna and Flora) memasukan dalam kategori Appendiks II (Soehartono

& Mardiastuti 2003).

Fragmentasi habitat dan perburuan merak hijau menyebabkan pengurangan

luasan dan kualitas habitat, sehingga menjadikan populasinya terpecah dalam

kelompok kecil dan memiliki penyebaran terbatas (BirdLife International 2004).

Merak hijau menempati habitat areal terbuka yang berbatasan dengan hutan,

tepian sungai, hutan sekunder dan tepian hutan (edge di hutan) (King et al. 1989).

Di Jawa, penyebarannya dengan populasi cukup besar (>100 individu)

terkonsentrasi di ujung barat dan timur pulau, walaupun berdasarkan sejarahnya

penyebaran merak hijau terdapat di seluruh Pulau Jawa (van Balen 1999).

Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) dan Taman Nasional Baluran (TNB)

merupakan dua dari lima taman nasional di Jawa yang memiliki penyebaran

merak hijau (van Balen 1999). Secara fisik, TNAP dan TNB memiliki tipe

ekosistem dan iklim yang berbeda. Lokasi TNAP berada di Selatan Timur Pulau

Jawa, sedangkan TNB berada di Utara Timur Pulau Jawa. Namun, kedua lokasi

tersebut memiliki areal terbuka seperti padang rumput di TNAP dan savana di

TNB. Populasi merak hijau di TNAP berkisar antara 168-268 individu (Indrawan

1995), Wasono (2005) menjumpai 50 individu merak hijau di SKW I Rowobendo,

sedangkan Yuniar (2007) menyebutkan populasi merak hijau sebanyak 81

individu. Populasi merak hijau di TNB berkisar antara 400-616 individu

(Indrawan 1995) dan khusus di Seksi Wilayah Konservasi (SKW) II Bekol

Page 24: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

2

terdapat 120 individu (Hernowo 1995), sedangkan Yuniar (2007) menjumpai 70

individu.

Dengan tingginya ancaman terhadap merak hijau di Jawa, dikhawatirkan

dalam kurun waktu yang tidak lama akan mengalami kepunahan. Namun

kenyataannya, merak hijau masih mampu bertahan pada beberapa lokasi

penyebarannya. Hal ini mengindikasikan ada strategi berkait dengan ekologi

perilaku merak hijau berhubungan dengan kondisi habitatnya dan berbagai

tekanan. Ekologi perilaku merak hijau tersebut belum banyak diketahui, sehingga

sangat menarik sebagai bahan kajian untuk mendapatkan gambaran ketahanan

merak hijau terhadap tekanan pada populasi maupun habitatnya.

Ekologi perilaku berbiak merak hijau dimulai dari masa pra perkawinan,

percumbuan dan pasca perkawinan, masa pembuatan sarang, pengeraman telurnya,

serta pengasuhan anak. Masa berbiak hingga pengasuhan anak merupakan waktu

paling rentan terhadap perkembangan populasi merak hijau. Maka penelitian

ekologi perilaku merak hijau ini penting dilakukan guna mendapatkan data dan

informasi bagi upaya pelestarian merak hijau terutama untuk pengelolaannya di

TNAP dan TNB.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mempelajari dan mendeskripsikan ekologi perilaku yang berkaitan dengan

perkembangbiakan merak hijau di TNAP dan TNB.

2. Mengidentifikasi strategi dan mekanisme berperilaku berbiak merak hijau

yang berhubungan dengan habitatnya di TNAP dan TNB.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi

khususnya bagi pihak taman nasional untuk kepentingan konservasi merak hijau

dengan memperhitungkan strategi perilaku serta mendukung pengembangan

pengelolaan TNAP dan TNB.

Page 25: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekologi Perilaku

Perilaku satwa merupakan ilmu dasar yang perlu dipahami dengan baik agar

dapat menguasai ilmu atau pengetahuan lanjutannya di dalam usaha untuk

mendapatkan keahlian di bidang pembinaan populasi satwa (Setiawati 1986).

Batasan mengenai perilaku satwa sendiri sangat luas. Teage (1971) memberikan

batasan bahwa perilaku satwa adalah ekspresi satwa yang ditimbulkan oleh semua

faktor yang mempengaruhinya. Batasan ini tidak merupakan harga mati, karena

masing-masing ilmuwan mempunyai cara tersendiri untuk mengungkapnya.

Perbedaan tersebut merupakan pertanda awal perkembangan ilmu perilaku satwa.

Perilaku satwa adalah tindak-tanduk satwa yang terlihat dan yang saling

berkaitan baik secara individual maupun bersama-sama (kolektif) akibat interaksi

secara dinamika dengan lingkungannya, baik lingkungan luar (makhluk hidup

atau benda-benda) maupun pengaruh dalam tubuh satwa itu sendiri (Tanudimadja

& Kusumanihardja 1985). Menurut Odum (1971) perilaku merupakan tindakan

yang tegas dari suatu organisme untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan

lingkungan guna menjamin hidupnya. Hal serupa dinyatakan Alikodra (1983)

mengatakan bahwa perilaku satwa adalah strategi satwa dalam memanfaatkan

sumberdaya yang ada dalam lingkungannya untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Secara ethologi, perilaku satwa sebagai tindak-tanduk satwa

berdasarkan motivasi, yang berarti satwa mempunyai emosi (Tanudimadja &

Kusumanihardja 1985).

Ekologi didefinisikan sebagai kajian hubungan organisme-organisme atau

kelompok-kelompok organisme terhadap lingkungannya, atau ilmu yang

mempelajari hubungan timbal balik antara organisme-organisme hidup dan

lingkungannya (Odum 1959). Pianka (1983) mendefinisikan ekologi sebagai ilmu

yang mempelajari hubungan antar organisme maupun antara organisme dan

seluruh faktor baik fisik maupun biologi yang mempengaruhinya ataupun yang

dipengaruhinya. Hal serupa dinyatakan Allaby (1994) bahwa ekologi adalah studi

ilmiah yang mempelajari hubungan timbal balik antar organisme maupun antara

Page 26: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

4

organisme dan antar mereka dengan semua aspek, baik yang hidup dan tidak

hidup, dari lingkungannya.

Ekologi memiliki hubungan erat dengan empat disiplin ilmu biologi, yaitu

genetika, evolusi, physiologi dan perilaku (Krebs 1985). Ekologi mempunyai

kaitan dengan mengindentifikasi pola antara kumpulan jenis dengan lingkungan

dan memahami penyebab terjadinya pola tersebut (Wien 1989). Krebs & Davies

(1993) menyatakan ekologi perilaku tidaklah hanya efek dengan perjuangan satwa

untuk bertahan hidup (survive) dengan pemanfaatan sumberdaya dan menghindar

dari pemangsa, tetapi juga bagaimana perilaku berperan untuk kesuksesan

berkembangbiak. Allaby (1994) mendefinisikan ekologi perilaku adalah ilmu

yang mempelajari perilaku dari suatu organisme pada suatu habitat alaminya dan

merupakan aplikasi dari teori tingkah laku ke aktivitas tertentu.

2.2 Bioekologi Merak Hijau

2.2.1 Taksonomi

Klasifikasi ilmiah dari merak hijau berdasarkan Grzimeks (1972) adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Animal

Phyllum : Chordata

Sub phyllum : Verteberata

Klas : Aves

Sub klas : Neornithes

Ordo : Galliformes

Sub ordo : Galli

Famili : Phasianidae

Sub famili : Pavoninae

Genus : Pavo

Spesies : Pavo muticus Linnaeus, 1766.

Dalam bahasa Inggris biasa dikenal dengan nama Green Peafowl atau sama

dengan Dragonbird. Merak hijau terbagi ke dalam tiga subspesies, yaitu Merak

hijau jawa (Pavo muticus muticus Linnaeus, 1766), Merak hijau burma (Pavo

Page 27: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

5

muticus spicifer Shaw, 1804) dan Merak hijau indocina (Pavo muticus imperator

Delacour, 1949).

2.2.2 Morfologi

Menurut MacKinnon et al. (1998), merak hijau berukuran sangat besar

(jantan 210 cm, betina 120 cm), dengan penutup ekor yang sangat panjang (jantan

saja) dan jambul tegak di atas kepala. Pada jantan, warna mantel, leher dan dada

hijau mengkilap, bulu hias seperti kipas terdiri dari bulu mengkilap dengan bintik

berbentuk mata. Merak hujau betina memiliki warna bulu kurang bagus,

keputihan-putihan pada bagian bawahnya serta tidak memiliki bulu hias.

Delacour (1977) dalam Mulyana (1988) menyebutkan merak hijau mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

1. Merak hijau jantan

Merak hijau jantan mempunyai jambul dan dagu yang berwarna hijau

kebiruan. Jambulnya lebih hijau dibandingkan dagunya. Pada bagian muka di

sekitar mata berwarna biru hitam, biru kobalt dan kemudian kuning. Leher,

dada dan punggung sebelah depan berwarna campuran antara biru dan hijau

emas, sedangkan bagian punggung sebelah belakang terdapat bulu-bulu yang

tersusun seperti sisik dengan warna hijau perunggu yang bagian tepinya

berwarna hitam dan mempunyai jalur-jalur berwarna coklat berbentuk seperti

huruf “v”. Sayap berwarna hijau kebiruan, sayap sekunder berwarna hijau

biru pekat dan sayap primernya berwarna merah tua. Perutnya berwarna hijau

pekat, sedangkan kakinya berwarna hitam kecoklatan dan bertaji. Bulu

hiasnya tersusun dari 100 sampai 150 lembar bulu yang besar, panjang dan

kuat dengan warna campuran antara hijau emas dan hijau perunggu, sehingga

nampak berkilau. Pada bagian ujungnya terdapat cincin ocellus (cincin oval

pada bulu hias) berwarna ungu, yang dikeliling oleh warna coklat yang

kemudian dikelilingi oleh dua cincin yang berwarna hijau muda dan terakhir

dikelilingi oleh warna hijau (Gambar 1). Bulu yang terpanjang terletak di

tengah-tengah dan tidak mempunyai ocellus. Ekor merak hijau berwarna

coklat kehitaman dan bintik-bintik pucat, tidak panjang dan letaknya tertutupi

oleh bulu hias dan berfungsi menopang bulu hias. Bagian bawah ekor berbulu

Page 28: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

6

halus dan tebal, bagian tengahnya berwarna putih dan di sekitarnya berwarna

coklat. Ekor tersusun oleh 20 helai bulu.

Gambar 1. Bagian-bagian tubuh merak hijau jantan dewasa

Keterangan (Delacour 1977 dalam Mulyana 1988): 1 = Jambul 2 = Dahi 3 = Rahang atas 4 = Rahang bawah 5 = Bidang kecil dari lora 6 = Kulit muka 7 = Leher bagian atas 8 = Leher bagian bawah 9 = Punggung bagian atas 10 = Punggung bagian bawah 11 = Bahu/tengkuk/belikat 12 = Bulu penutup sayap 13 = Bulu tersier 14 = Bulu sekunder

15 = Bulu primer 16 = Dada 17 = Paha 18 = Tulang kering 19 = Jari kaki 20 = Taji 21 = Perut 22 = Bulu penutup ekor atas 23 = Rectices tersembunyi 24 = Ocellus 25 = Bulu hias terpanjang 26 = Bulu hias samping tanpa ocelli 27 = Bulu hias samping dengan ocelli

2. Merak hijau betina

Komposisi warna pada tubuh merak hijau betina sama dengan merak

hijau jantan, tetapi lebih lembut dan tidak cerah, tidak mempunyai bulu hias

Sumber gambar: BirdLife International (2007)

Page 29: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

7

seperti pada merak hijau jantan. Merak hijau betina juga mempunyai taji pada

kakinya.

3. Merak hijau anakan

Anak merak hijau mempunyai warna sama dengan merak hijau betina,

tetapi lebih buram. Dagu dan sisi-sisi kepalanya ditutupi oleh bulu-bulu yang

berwarna putih, perkembangan jambul mulai terlihat pada umur dua minggu.

Pada umur dua bulan anak-anak merak hijau mempunyai bulu-bulu yang

lengkap, bentuknya seperti merak hijau betina dewasa tetapi dengan ukuran

tubuh yang lebih kecil.

2.2.3 Habitat dan Penyebaran

Habitat adalah kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik

maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat

hidup serta berkembangbiaknya satwaliar (Alikodra 2002). Menurut Irwanto

(2006), habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu di mana suatu

jenis atau komunitas hidup. Di Jawa, merak hijau hidup di habitat relatif kering,

hutan semi gugur dan areal terbuka (BirdLife International 2001). Menurut King

et al. (1989), merak hijau hidup hingga ketinggian 3.000 kaki di Asia Tenggara,

kecuali Thailand tengah dan Hongkong. MacKinnon et al. (1998) menyatakan

merak hijau merupakan pengunjung hutan terbuka dengan padang rumput dan

perkebunan teh atau kopi.

Jarak sebaran merak hijau sejauh 992.000 km2, mencakup masa berbiak

maupun tempat hidup (BirdLife International 2007). Merak hijau tersebar mulai

dari Assam, Cina bagian barat daya hingga Asia tenggara dan Jawa (King et al.

1989). Merak hijau banyak dijumpai di Pulau Jawa, yaitu Ujung Kulon, Sindang

Barang (Cianjur), Cikelet (Sukabumi), Jepara, Pati, Mantingan, Randu Blatung

(Blora), Meru Betiri, Baluran, Alas Purwo, Gunung Raung, Krepekan, Lijen,

Lebak Harjo dan Pasir Putih (Situbondo) (van Balen 1999) (Gambar 2).

Page 30: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

8

Gambar 2. Penyebaran merak hijau di Pulau Jawa Indonesia

Keterangan: (230) Pulau Panaitan; (231) Taman Nasional Ujung Kulon; (232) Merak; (233) Cikepuh; (234) Cilowa; (235) Pelabuhan Ratu; (236) Sampora; (237) Ciseureuh; (238) Tapos; (239) Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango; (240) Ciogong; (241) Karawang; (242) Tanjung Sedari; (243) Purwakarta; (244) Cikelet; (245) Cagar Alam Leuweung Sancang; (246) Buahdua; (247) Cikawung; (248) Indramayu; (249) Cirebon; (250) Nusa Kambangan; (251) Pemalang; (252) Dataran Tinggi Dieng; (253) Kendal; (254) Alas Roban; (255) Gedangan; (256) Penawangan; (257) Banjaran; (258) Solo; (259) Gundih; (260) Purwodadi; (261) Clering; (262) Pati; (263) Wirosari; (264) Kradenan; (265) Ngaringan; (266) Randublatung; (267) Mantingan; (268) Cepu; (269) Alas Sengok; (270) Walikukun; (271) Paringan; (272) Padangan; (273) Pulung; (274) Jatirogo; (275) Besuki; (276) Nganjuk; (277) Tuban; (278) Jombang; (279) Wonosalem; (280) Kebonagung; (281) Lebakharjo; (282) Ranu Darungan; (283) Dataran Tinggi Hyang; (284) Gunung Ringgit; (285) Taman Nasional Meru Betiri; (286) Gunung Raung; (287) Krepekan; (288) Lijen; (289) Taman Nasional Baluran; (290) Taman Nasional Alas Purwo.

Di TNAP jenis ini hanya dapat dijumpai di hutan alam dataran rendah, hutan

tanaman dan daerah ekoton padang penggembalaan dan hutan alam dataran

rendah (Supratman 1998). Di TNB merak hijau ditemukan di semua tipe vegetasi,

namun banyak ditemukan di daerah savana, hutan musim dan hutan pantai

(Hernowo 1995). Merak hijau hidup di TNB dan TNAP karena ketersediannya

tempat makan, minum dan cover (berlindung, berteduh dan beristirahat) bagi

merak hijau (Supratman 1998).

2.2.4 Perilaku Berbiak

Merak hijau termasuk dalam suku Phasianidae. Sebagian besar suku ini

termasuk poligami, yaitu satu jantan dengan banyak betina saat berbiak dengan

tidak memiliki hubungan yang permanen antara jantan dewasa dan betina dewasa.

Sejarah (pra-1950); pernah ada (1950–1979); ada (1980–sekarang); tidak ada data Sumber : BirdLife International (2001)

Page 31: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

Musim be

sampai de

(1995), m

sampai de

Men

terdapatny

sebagai b

panggilan

menyerup

waaoow, a

Peril

betina. D

ditopang o

hijau betin

tetapi tetap

melakukan

jantan beb

dengan bu

(courtship

segera me

(Gambar 3

Sumber: Arda

Tem

tidak sama

(distance

atraksi u

pasangann

erbiak mera

engan Okto

musim berb

engan Janua

nurut Hern

ya tarian (d

burung pena

merak hi

ai suara kuc

atau eewaaa

laku displa

Dengan reak

oleh bulu ek

na. Selanju

p mencuri p

n tarian lag

berapa saat

unyi gemer

p) tersebut,

enaiki pung

3) (Hernow

astrazoo (2007)

G

mpat yang di

a setiap har

mechanism

untuk mena

nya tersebu

ak hijau di

ober (MacK

iak merak

ari.

nowo (1995

display) dari

ari. Selain

ijau jantan

cing ‘ngeee

aaoow, eew

ay dimulai

ksi seluruh

kor. Sayap

utnya merak

pandang ke

gi. Kemud

dan merak

risik. Apa

merak hija

ggung mer

o 1995).

)

Gambar 3.

igunakan m

rinya. Masi

me), sehing

arik betina

ut adalah te

Jawa Timu

Kinnon 199

hijau di T

5), tanda

i merak hija

n itu, tand

terhadap

eeeew, ngee

waaaaoow.

ketika mer

bulu hias d

pnya diturun

k hijau janta

arah merak

dian merak

hijau jantan

abila merak

au betina ak

rak hijau b

Perilaku be

merak hijau j

ing-masing

ga cukup

a. Tempa

empat terbu

ur dan Jawa

0). Berda

TNB berlan

dimulainya

au, karena m

da lainnya

merak hij

eeeeeyaow,.

rak hijau ja

dinaikkan d

nkan dan m

an membali

k hijau betin

hijau betin

n menggeta

k hijau beti

kan mendek

betina dan

erbiak mera

jantan dewa

individu jan

memberika

at yang d

uka, bersih

a Barat dar

sarkan pen

ngsung dari

a musim

merak hijau

adalah terd

au betina,

.. atau wee

antan melih

an memeka

melangkah m

ik tubuhnya

na dan berh

a mengelili

arkan-getark

ina meneri

kam dan me

kopulasi p

ak hijau

asa untuk m

ntan dewasa

an ruang ge

digunakan

h dan teduh

ri bulan Ag

nelitian Hern

i bulan Ok

berbiak a

u jantan ter

dengarnya

yang suar

e-waaoow,..

hat merak

arkannya de

mendekati m

a secara tiba

henti sejenak

ingi merak

kan bulu hia

ma percum

erak hijau j

pun berlang

menarik pasa

a mengatur

erak atau r

untuk me

h (Sativani

9

gustus

nowo

ktober

adalah

rkenal

suara

ranya

.wee-

hijau

engan

merak

a-tiba

k lalu

hijau

asnya

mbuan

antan

gsung

angan

jarak

ruang

enarik

ingsih

Page 32: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

10

2005). Perilaku display tidak hanya dilakukan untuk menarik perhatian merak

hijau betina tetapi juga merupakan tanda kepada jantan lain ketika merak hijau

jantan sedang menunjukkan tariannya (Hernowo 1995).

2.2.5 Perilaku Bersarang

Merak hijau menjadi dewasa saat berumur 3 tahun dan mampu untuk

bertelur (Ardastrazoo 2007). Menurut Winarto (1993) di Resort Bekol TNB

merak hijau betina yang telah dikawini segera memisahkan diri dari kelompoknya

untuk membuat sarang dan bertelur.

Merak hijau bersarang antara semak dan rerumputan di areal terbuka sedikit

pohon (Hernowo 1995). Di Ujung Kulon sarang merak hijau biasanya ditemukan

di antara alang-alang (Imperata cylindrica) yang mempunyai ketinggian 30-80 cm

atau di antara rumput-rumput jarong (Stachyrpheta jamaicensis) (Hoogerwerf

1970 dalam Mulyana 1988). Winarto (1993) menyatakan sarang merak hijau

berada pada areal terbuka yang sangat sedikit ditumbuhi vegetasi pada tingkat

pohon dan sapihan. Sarang merak hijau berukuran 30x45 cm (Hernowo 1995)

dan 35x40 cm (Winarto 1993). Jarak antar sarang berkisar antara 45-260 meter

(Hernowo 1995).

Merak hijau betina akan meletakkan telurnya di atas tanah yang gundul

(Hernowo 1995; Winarto 1993). Waktu pengeraman telur 28-30 hari (Delacour

1978 dalam Mulyana 1988). Di Jawa merak hijau mempunyai telur dengan

ukuran rata-rata 73,38x54,11 mm (Hoogerwerf 1949), 70x51 mm (Hernowo

1995). Hoogerwerf (1949) menyatakan juga ukuran telur bervariasi dengan

variasi panjang telur 69,80-79,10 mm dan variasi lebar 52,60-56,40 mm. Telur

merak hijau berwarna putih, tetapi dalam beberapa hari akan berubah menjadi

coklat bertotol (Hernowo 1995).

2.2.6 Perilaku Bersuara

Perilaku bersuara bisa dilakukan oleh semua individu merak hijau jantan dan

betina (baik dewasa maupun remaja) bahkan anakan (Winarto 1993; Hernowo

1995; Maryanti 2007). Hernowo (1995) menyatakan “auwo” merupakan suara

umum untuk komunikasi antar merak hijau. Waktu bersuara merak hijau untuk

pagi hari pada pukul 04.50-07.45 WIB (Winarto 1993) dan 05.00-08.00 WIB

Page 33: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

11

(Hernowo 1995), sedangkan untuk sore hari pada pukul 16.00-18.00 WIB

(Winarto 1993; Hernowo 1995).

Merak hijau memiliki berbagai jenis suara (Winarto 1993; Hernowo 1995;

Maryanti 2007). Jenis suara yang dilakukan oleh anakan adalah “wi...wi...wi...”

(Winarto 1993; Hernowo 1995). Merak hijau betina mengeluarkan jenis suara

seperti “tak...tak...kro...ko...ko...” (Winarto 1993), “tek...tek...tek...”

(Sativaningsih 2005), serta “tak...tak...tak...” (Winarto 1993; Hernowo 1995;

Maryanti 2007) yang menandakan adanya bahaya atau ancaman, sedangkan suara

yang berfungsi untuk memanggil anaknya adalah “tak...tak...tak...kroooooow...”

(Hernowo 1995; Maryanti 2007). Suara merak hijau jantan adalah “auwo...auwo...

atau auwo...ko...ko...ko... atau kay...yaw... atau kro...ko...ko...” (Winarto 1993).

Jenis suara umum merak hijau adalah “auwo...auwo...auwo...auwo...” dan suara

saat terbang adalah “kroooooow...ko...ko...ko... atau ko...ko...ko...ko...”(Hernowo

1995; Sativaningsih 2005; Maryanti 2007).

Winarto (1993) menyebutkan perilaku bersuara lebih sering dilakukan

merak hijau pada musim kawin. Jenis suara khas saat musim kawin yang

dikeluarkan oleh merak hijau adalah “ngeeyaaoow...ngeeyaaoow... atau

eewaaaoow...eewaaaoow...” (Winarto 1993; Hernowo 1995; Maryanti 2007).

2.2.7 Perilaku Makan

Merak hijau memulai perilaku makan setelah turun dari tempat

bertenggernya (Winarto 1993; Hernowo 1995; Sativaningsih 2005; Maryanti

2007). Merak hijau mencari makan pada pagi dan sore hari (Winarto 1993;

Hernowo 1995; Maryanti 2007), sedangkan Sativaningsih (2007) membagi

perilaku makan merak hijau dalam di TNAP menjadi tiga waktu, yaitu makan pagi

(pukul 05.00-10.00 WIB), makan siang (pukul 10.00-14.00 WIB) dan makan sore

(pukul 14.00-18.00 WIB).

Perilaku makan merak hijau di hutan tanaman TNAP antara pukul 05.25-

09.50 WIB dan mulai beraktivitas lagi pukul 13.47-17.45 WIB sementara di

padang penggembalaan Sadengan TNAP mulai pukul 05.00 WIB sampai dengan

pukul 09.00.WIB dan dimulai kembali pukul 14.15-17.32 WIB (Sativaningsih

2005). Maryanti (2007) mencatat waktu makan merak hijau pada areal tumpang

sari di hutan tamanan jati TNAP pada pukul 05.26-10.30 WIB dan 14.30-17.15

Page 34: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

12

WIB, sedangkan di padang penggembalaan Sadengan TNAP antara pukul 05.15-

09.30 WIB dan 13.50-17.18 WIB.

Di TNB merak hijau makan antara pukul 05.12-09.13 WIB dan 13.55-17.18

WIB (Maryanti 2007), sedangkan Hernowo (1995) menjumpai perilaku makan

antara pukul 05.00-09.00 WIB dan 14.00-17.00 WIB. Winarto (1993) membagi

aktivitas makan merak hijau di TNB dalam dua periode, yaitu pada pagi hari

setelah turun dari tempat tidur sekitar pukul 05.20 WIB sampai pukul 10.00 WIB

dan pada sore hari sekitar pukul 15.00-17.30 WIB.

Merak hijau makan dengan mematuk makanan menggunakan paruhnya

(Winarto 1993; Hernowo 1995; Maryanti 2007). Menurut Sativaningsih (2005)

cara yang dilakukan oleh merak hijau dalam memperoleh pakan bermacam-

macam tergantung dari bagian yang akan dimakannya.

2.2.8 Perilaku Minum

Perilaku minum merupakan perilaku yang dilaksanakan disela-sela perilaku

makannya (Sativaningsih 2005; Maryanti 2007). Di TNB merak hijau melakukan

aktivitas minum pada pukul 06.00-10.00 WIB dan 14.00-17.00 WIB (Hernowo

1995), sedangkan Maryanti (2007) mencatat merak hijau beraktivitas minum pada

pukul 06.00-11.00 WIB dan 13.00-17.00 WIB. Di TNAP merak hijau melakukan

aktivitas minum antara pukul 06.00-08.00 WIB dan 14.00-17.30 WIB (Maryanti

2007), khusus di padang penggembalaan Sadengan TNAP Sativaningsih (2005)

menjumpai aktivitas minum pada pukul 05.50-07.49 WIB dan 15.19-16.47 WIB.

Hernowo (1995) merekam aktivitas minum merak hijau dalam mengambil

air sebanyak 25-84 kali dengan waktu 5-12 menit untuk jantan dan 36-98 kali

dengan waktu 7-16 menit, namun secara rerata merak hijau mengambil air

sebanyak 40-60 kali dalam rentan waktu 7-12 menit. Sativaningsih (2005)

mencatat aktivitas minum di padang penggembalaan Sadengan TNAP selama 1-4

menit untuk pagi hari dan 1-13 menit untuk sore hari.

2.2.9 Perilaku Istirahat

Menurut Sativaningsih (2005) perilaku istirahat merak hijau merupakan

perilaku yang dilakukan di antara aktivitas pagi dan sore hari, sedangkan Maryanti

(2005) menyatakan perilaku beristirahat merupakan serangkaian aktivitas yang

Page 35: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

13

dilakukan Merak hijau dalam upaya menghindari panas matahari dan

menghilangkan rasa lelah setelah melakukan aktivitas. Perilaku istirahat merak

hijau terbagi ke dalam 2 periode, yaitu periode setelah makan pagi hari sampai

menjelang sore hari yang disebut dengan ‘istirahat’ yang merupakan istirahat

sementara dan periode setelah aktivitas hariannya dimulai kembali yang disebut

‘tidur’ yang merupakan istirahat total (Winarto 1993).

Hernowo (1995) menyatakan bahwa merak hijau menuju pohon tidur

dengan cara terbang langsung ke pohon tidur atau melompat terlebih dahulu ke

pohon yang lebih rendah kemudian melompat pada pohon tidurnya. Menurut

Supratman (1998), perlaku tidur di TNAP dilakukan tidak langsung terbang ke

pohon tidur, tetapi hinggap terlebih dahulu ke pohon lain yang lebih rendah,

selanjutnya melompat lagi hingga sampai di pohon tidurnya.

Perilaku istirahat dilakukan pada pukul 09.00-14.00 WIB di padang

penggembalaan Sadengan TNAP (Sativaningsih 2005), sedangkan Maryanti

(2007) mencatat perilaku istirahat di TNAP antara pukul 07.30-15.00 WIB dan di

TNB antara pukul 08.00-14.30 WIB. Hernowo (1995) menyatakan merak hijau

datang ke pohon tidurnya pada pukul 17.00 WIB.

Page 36: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

14

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu Taman Nasional Alas Purwo

dan Taman Nasional Baluran, Propinsi Jawa Timur. Pengamatan di TNAP

bertempat pada padang rumput Sadengan, hutan tanaman jati Gunting dan hutan

Rowobendo. Di TNB pengamatan bertempat pada savana Bekol, hutan evergreen

dan hutan pantai Manting. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan, yaitu dua

bulan di TNAP mulai bulan Agustus sampai September 2007 serta dua bulan di

TNB pada bulan Oktober sampai November 2007.

3.2 Pemilihan Titik Pengamatan

Pemilihan titik pengamatan untuk setiap tempat pengamatan ditentukan

dengan metode purposif sampling, yaitu pengambilan contoh yang diarahkan,

berdasarkan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan di tempat yang sama,

wawancara dengan petugas TNAP dan TNB, serta berdasarkan studi pendahuluan

yang dilaksanakan seminggu sebelum penelitian dilakukan. Titik-titik

pengamatan ditentukan agar mempermudah pengamat (peneliti) melakukan

pengambilan data perilaku dan objek pengamatan (merak hijau) tidak merasa

terganggu dengan kehadiran pengamat. Titik pengamatan dapat berupa semak

belukar, pepohonan dan menara pengamatan yang telah ada di lokasi (tidak setiap

lokasi ada) yang berada sedekat mungkin dengan objek penelitian

3.3 Bahan dan Alat

Bahan dalam penelitian ini merupakan bahan habis, yaitu baterai, film

negatif dan kaset perekam. Objek yang digunakan saat penelitian ini adalah

merak hijau dan habitatnya.

Peralatan yang digunakan terdiri dari:

1. Binokuler dan monokuler untuk melihat objek yang lebih jelas

2. Perekam untuk untuk merekam suara objek

3. Chronometer untuk mengukur waktu aktivitas objek

Page 37: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

15

4. Kamera dan handycam untuk mengambil gambar objek, jejak objek dan

habitat

5. Kompas untuk menunjukkan arah mata angin

6. Meteran dan pita ukur untuk mengukur diameter pohon dan ukuran panjang

7. Termometer untuk mengukur suhu

8. Buku Panduan Lapang seri Pengenalan Jenis Burung Sumatera, Kalimantan,

Jawa dan Bali (MacKinnon et al. 1998) untuk mengindentifikasi jenis

burung lain selain objek.

9. Peta lokasi penelitian untuk menentukan lokasi pengamatan objek

3.4 Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi:

1. Data sekunder yang meliputi bioekologi merak hijau dan keadaan umum

lokasi penelitian.

2. Data primer yang meliputi perilaku berbiak merak hijau meliputi masa pra

perkawinan, percumbuan, pasca perkawinan dan masa pembuatan sarang

serta perilaku harian seperti perilaku makan, minum dan istirahat serta data

mengenai habitatnya.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data sekunder didapatkan melalui penelusuran literatur. Pengumpulan data

primer dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada unit contoh yang

berbentuk titik pengamatan. Titik pengamatan di lapangan berupa tempat-tempat

strategis ditemukannya merak hijau sedang melakukan aktivitas (perilaku).

Lokasi yang menjadi titik pengamatan berupa areal terbuka dengan terdapat

pepohonan di sekitarnya. Untuk TNAP berupa padang penggembalaan Sadengan,

hutan tanaman jati dan tumpangsari serta di TNB pada savana Bekol, hutan

semusim dan hutan pantai.

Pengamatan dilakukan secara berulang-ulang pada unit waktu pengukuran

dengan menggunakan continuous recording, yaitu mencatat kenyataan dari

perilaku, dimulai saat merak hijau melakukan aktivitas awalnya pada pukul 05.00

WIB hingga berakhirnya aktivitas pada pukul 18.00 WIB. Pengambilan data

Page 38: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

16

perilaku dengan menggunakan metode ad libitum sampling, yaitu pengambilan

contoh perilaku dengan cara mencatat semua perilaku yang terlihat pada saat

pangamatan dan lama perilaku tersebut dilakukan.

Saat di lapangan pengamat tidak langsung melakukan pengambilan data.

Namun, dilakukan studi adaptasi yang berguna untuk pengamatan agar merak

hijau tidak merasa terganggu dengan kehadiran pengamat. Pengambilan data

yang direncanakan akan didapat maksimal. Studi adaptasi ini dilakukan selama

tujuh hari setiap pengamatan awal di TNAP dan TNB.

Posisi pengamat saat melakukan pengamatan berada pada tempat-tempat

yang secara alami telah berada di alam, seperti menara pengamatan, pohon dan

semak belukar. Tujuannya adalah agar keberadaan pengamat tidak diketahui oleh

merak hijau dan merak hijau tidak merasa terganggu oleh kehadiran pengamat,

sehingga dapat memudahkan pengamatan terhadap perilaku merak hijau.

Tempat-tempat tersebut untuk setiap lokasi pengamatan berbeda sesuai dengan

situasi dan kondisi saat pengamatan. Saat pengamatan pun pengamat

menggunakan kostum yang berbaur dengan alam sekitar untuk tujuan

menyamarkan diri agar tidak terlihat oleh merak hijau, yaitu pakaian berwarna

dominan gelap. Dalam setiap pengamatan, pengamat dibantu dengan handycam

agar setiap aktivitas dapat jelas terlihat dan dapat dilihat ulang ketika

menganalisis data.

3.6 Bentuk Perilaku dan Parameternya

3.6.1 Perilaku berbiak

Perilaku berbiak yang diamati adalah semua aktivitas yang berkaitan dengan

berbiak mulai dari pra perkawinan (bercumbu), perkawinan, pasca perkawinan

serta pembuatan sarang hingga pengasuhan anak. Aktivitas pra perkawinan

(percumbuan) meliputi aktivitas merak hijau betina mendekati merak hijau jantan,

aktivitas merak hijau jantan melakukan tarian (display), aktivitas merak hijau

betina mengelilingi merak hijau jantan hingga aktivitas merak hijau betina tertarik

dengan merak hijau jantan. Aktivitas perkawinan meliputi aktivitas merak hijau

betina mendekam, aktivitas merak hijau jantan menaiki punggung merak hijau

betina hingga aktivitas kopulasi dan aktivitas merak hijau jantan menuruni

Page 39: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

17

punggung merak hijau betina. Aktivitas pasca perkawinan meliputi aktivitas

merak hijau jantan merontokkan (moulting) bulu hiasnya dan merak hijau betina

mencari sarang untuk meletakkan telur-telurnya.

Pengamatan perilaku berbiak tidak pada tempat-tempat khusus oleh

pengamat karena merak hijau tidak memiliki tempat khusus yang permanen.

Namun tempat berlangsungnya perilaku berbiak adalah berupa areal terbuka atau

areal yang lebih tinggi dari sekitarnya. Parameter yang dicatat berupa pola

perilaku, waktu mulai dan berakhirnya aktivitas (durasi), frekuensi setiap aktivitas,

jumlah individu yang melakukan aktivitas dan kondisi lokasi yang digunakan

untuk aktivitas berbiak.

3.6.2 Perilaku makan

Perilaku makan merupakan semua aktivitas yang dilakukan merak hijau

yang berkaitan dengan kegiatan mencari, mengambil dan memasukkan bahan

makanan ke dalam perut. Pengamatan ini dilakukan mulai merak hijau turun dari

pohon tidurnya, sehingga pengamat sudah berada di tempat pengamatan aktivitas

makan sekitar pukul 05.00 WIB. Parameter yang dicatat berupa pola perilaku,

waktu mulai dan berakhirnya aktivitas (durasi), frekuensi setiap aktivitas, jumlah

individu yang melakukan aktivitas, jenis yang dimakan dan kondisi lokasi yang

digunakan untuk aktivitas makan.

3.6.3 Perilaku minum

Semua aktivitas yang berkaitan dengan mengambil dan menelan air oleh

merak hijau. Aktivitas minum merupakan aktivitas yang dilakukan disela-sela

aktivitas makan, sehingga pengamatan dan pengambilan data ini dapat bersamaan

dengan aktivitas makan. Parameter yang dicatat berupa pola perilaku, waktu

mulai dan berakhirnya aktivitas (durasi), frekuensi setiap aktivitas, jumlah

individu yang melakukan aktivitas, sumber air untuk minum dan kondisi lokasi

yang digunakan untuk aktivitas minum.

3.6.4 Perilaku istirahat

Perilaku ini terbagi dalam dua aktivitas, yaitu istirahat dan tidur. Perilaku

istirahat merupakan perilaku untuk berlindung di siang hari. Pada saat istirahat

merak hijau terkadang melakukan berbagai aktivitas tanpa melakukan perjalanan.

Page 40: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

18

Perilaku tidur yang akan diamati yaitu ketika merak hijau menuju pohon tidur

(pohon bertengger), aktivitas yang dilakukan sebelum tidur dan setelah bangun

tidur selama di pohon tenggeran. Parameter yang dicatat berupa pola perilaku,

waktu mulai dan berakhirnya aktivitas (durasi), frekuensi setiap aktivitas, jumlah

individu yang melakukan aktivitas, pohon yang digunakan dan kondisi lokasi

yang digunakan untuk aktivitas istirahat atau tidur. Pencatatan pohon yang

digunakan meliputi nama jenis, jumlah, tinggi dan diameter pohon.

3.7 Analisis Data

Data utama hasil pengamatan yang berupa perilaku dianalisis melalui teknik

penyajian deskriptif, grafik dan persentase. Perhitungan persentase perilaku

ditentukan berdasarkan rumus:

% 100 %

Keterangan: a = frekuensi kejadian perilaku selama 1 jam

b = frekuensi kejadian seluruh perilaku yang teramati dalam 1 jam

Data durasi perilaku merak hijau yang didapatkan di lapangan dianalisis

untuk mendapatkan rataan durasi, ragam contoh dan kisaran durasi dengan

menggunakan rumus:

∑ ;

∑ ∑

1 ; Χ ;

Keterangan: χ = Rataan durasi (detik) = Ragam contoh ((detik/hari)2) n = Jumlah ulangan X = Kisaran durasi (detik) t = nilai tabel uji t

Untuk mengetahui hubungan antara parameter yang diukur dengan habitat

secara kuantitatif dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2) sehingga dapat

diketahui dimana suatu hipotesa dapat diterima atau ditolak. Untuk membuat

keputusan tersebut perlu perbandingan antara nilai chi kuadrat (χ2) hitung dengan

chi kuadrat (χ2) tabel dengan derajat kebebasan dan taraf kesalahan tertentu.

Rumus yang digunakan untuk mendapatkan chi kuadrat (χ2) hitung adalah:

Page 41: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

19

;

Keterangan:

Oi = frekuensi hasil pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan

Dalam pengujian hubungan antar parameter yang diukur dan diamati,

digunakan hipotesa sebagai berikut:

H0 : tidak ada hubungan antara habitat dengan perilaku merak hijau

H1 : ada hubungan antara habitat dengan perilaku merak hijau

Pengambilan keputusan atas uji hipotesis tersebut dilakukan dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut:

Jika χ2hit > χ2

tab maka terima H1

Jika χ2hit < χ2

tab maka terima H0

Pengujian dilakukan pada selang kepercayaan 99%, dengan derajat bebas (df) =

(b-1)x(k-1), dimana b menyatakan baris dan k menyatakan kolom.

Melakukan pengujian perbedaan durasi berperilaku antara merak hijau

jantan dengan merak hijau betina. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-

F pada derajat bebas (v1 = n1 dan v2 = n2) berdasarkan rumus:

Dalam pengujian ragam durasi yang diukur dan diamati, digunakan hipotesa

sebagai berikut:

H0 : Durasi perilaku merak hijau jantan dan betina sama dengan kesamaan ragam

H1 : Durasi perilaku merak hijau jantan dan betina berbeda

Pengambilan keputusan atas uji hipotesis tersebut dilakukan dengan

menggunakan kriteria sebagai berikut:

Terima H0 jika Fhitung < Ftabel

Terima H1 jika Fhitung > Ftabel

Page 42: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

20

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Taman Nasional Alas Purwo

4.1.1 Sejarah dan Dasar Hukum

Pada masa Hindia Belanda, keseluruhan areal Semenanjung Blambangan

ditetapkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda sebagai suaka margasatwa,

dengan ketetapan GB. Stbl. No. 456 tanggal 1 September 1939 dengan luas

62.000 ha yang bernama Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan (SMBS).

Kawasan SMBS merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki

satwaliar terbanyak.

Pada tahun 1984, SMBS (sekarang TNAP) berada pada wilayah Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Baluran dan setelah penunjukan kawasan sebagai

kawasan taman nasional pada tahun 1992, TNAP secara administrasi belum

terpisah dengan TNB. Pada tahun 1992, melalui SK Menhut Nomor 283/Kpts-

II/1992 tanggal 26 Februari 1992 menetapkan Alas Purwo menjadi taman nasional

dengan luas 43.420 ha.

Taman Nasional Alas Purwo memiliki administrasi sendiri pada tahun 1997

berdasarkan SK Menhut No. 185/Kpts-II/1997 tentang organisasi dan tata kerja

Balai Taman Nasional dan Unit Taman Nasional. Berdasarkan SK tersebut Balai

Taman Nasional Alas Purwo memiliki tiga Seksi Konservasi Wilayah (SKW)

yaitu Rowobendo, Muncar dan Kawah Ijen.

4.1.2 Keadaan Fisik Kawasan

4.1.2.1 Letak dan Luas

Berdasarkan administratif TNAP terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan

Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Secara geografis terletak di

ujung timur Pulau Jawa wilayah pantai selatan antara 8026’45”-8047’00” Lintang

Selatan dan 114020’16”-114036’00” Bujur Timur. Kawasan ini sebelah barat

berbatasan dengan kawasan hutan produksi Perhutani, sebelah timur dan utara

berbatasan dengan Selat Bali dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera

Indonesia (Gambar 4).

Page 43: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

21

Sumber: BTNAP (2007)

Gambar 4. Peta Taman Nasional Alas Purwo

TNAP memiliki luas 43.420 ha. terdiri dari beberapa zonasi, yaitu:

a. Zona Inti (core zone) seluas 17.200 ha.

b. Zona Rimba (wilderness zone) seluas 24.767 ha.

c. Zona Pemanfaatan (intensive use zone) seluas 660 ha.

d. Zona Rehabilitasi (buffer zone) seluas 620 ha.

e. Zona Pemanfaatan Tradisional (traditional zone) seluas 783 ha.

4.1.2.2 Topografi

Secara umum kawasan TNAP mempunyai topografi datar, bergelombang

ringan sampai berat. Kawasan ini memiliki puncak tertinggi Gunung Lingga

Manis dengan ketinggian 322 meter di atas permukaan laut. Daerah pantai

melingkar mulai dari Segara Anak (Grajagan) hingga daerah Muncar dengan garis

pantai sekitar 105 km (BTNAP 2007).

4.1.2.3 Geologi dan Tanah

Formasi geologi terdiri dari batuan berkapur dan batuan berasam yang

berumur meosen atas. Pada batuan berkapur terjadi proses karsifikasi tidak

sempurna, karena faktor iklim yang kurang mendukung, serta batuan kapur yang

Page 44: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

22

diperkirakan terintrusi oleh batuan lain. Keadaan tanah hampir keseluruhan

merupakan jenis tanah liat berpasir dan sebagian kecil berupa tanah lempung. Di

kawasan ini terdapat empat kelompok tanah, yaitu tanah komplek mediteran

merah-litosol seluas 2.106 ha, tanah regosol kelabu seluas 6.238 ha, tanah

grumosol seluas 379 ha dan tanah alluvial hidromorf seluas 34.697 ha (BTNAP

2007).

4.1.2.4 Hidrologi

Sungai di kawasan TNAP umumnya dangkal dan pendek. Pola jaringan

sungai radial karena leher semenanjungnya menyempit. Sungai yang mengalir

sepanjang tahun hanya tercatat di bagian barat taman nasional yaitu Sungai

Segoro Anak dan Sunglon Ombo. Sungai yang ada berupa sungai-sungai kecil.

Mata air banyak terdapat di daerah Gunung Kucur, Gunung Kunci, Goa Basori

dan Sendang Srengenge (BTNAP 2007).

4.1.2.5 Iklim

Rata-rata curah hujan 1000-1500 mm/tahun dengan temperatur 22-310C, dan

kelembaban udara 40-85%. Wilayah TNAP sebelah barat menerima curah hujan

lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah sebelah timur. Dalam keadaaan

biasa, musim kemarau di TNAP terjadi pada bulan April sampai Oktober dan

musim hujan pada bulan Oktober sampai April (BTNAP 2007).

4.1.3 Potensi Biotik

Secara umum tipe hutan di kawasan TNAP merupakan hutan hujan dataran

rendah yang dipengaruhi oleh angin musim. Hutan bambu seluas ± 40% dari luas

total hutan merupakan formasi yang dominan. Sampai saat ini telah tercatat

sedikitnya 584 jenis tumbuhan yang terdiri dari rumput, herba, semak, liana dan

pohon. Berdasarkan tipe ekosistemnya, hutan di TNAP dapat dikelompokkan

menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau/mangrove, hutan tanaman, hutan

alam dan padang penggembalaan (feeding ground) (BTNAP 2007).

Jenis-jenis dominan yang terdapat di hutan pantai adalah ketapang

(Terminalia catappa), sawo kecik (Manilkara kauki), waru laut (Hibiscus sp.),

keben (Baringtonia asiatica) dan nyamplung (Calophyllum inophyllum). Formasi

mangrove didominasi oleh Rhizopora apiculata, R. mucronata, Bruguiera

Page 45: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

23

sexangula, B. gymnorhyza, Avicenia marina, Xylocarpus granatum, Heriteira

littoralis, Sonneratia alba dan S. Caseolaris (BTNAP 2007).

Hutan alam dataran rendah didominasi oleh rau (Dracontomelon

mangiferum), santen/jaran (Lannea gradis), kedongdong alas (Spondias pinnata),

pulai (Alstonia scholaris), legaran (Alstonia villosa), kemiri (Aleurites molucana)

dan asam (Tamarindus inidca). Hutan bambu didominasi oleh bambu ampel

(Bambusa vulgaris), bambu wuluh (Schizostrachyum blummei), bambu apus

(Gigantochloa apus), bambu gesing (Bambusa spinosa), bambu jajang

(Gigantochloa nigrociliata), bambu jalar (Gigantochloa scandens), bambu jawa

(Gigantochloa vertiliata), bambu kuning (Phyllostachys aurea), bambu petung

(Dendrocalamus asper), bambu rampel (Schizostachyum branchyladum), bambu

jabal, bambu wulung dan bambu manggong (Gigantochloa manggong) (BTNAP

2007).

Keanekaragaman jenis fauna di kawasan TNAP secara garis besar dapat

dibedakan menjadi empat kelas yaitu mamalia, aves, pisces dan reptilia. Mamalia

yang tercatat sebanyak 31 jenis, diantaranya Banteng (Bos javanicus), Rusa timor

(Cervus timorensis), Ajag (Cuon alpinus), Babi hutan (Sus scrofa), Kijang

muncak (Muntiacus muntjak), Macan tutul (Panthera pardus), Lutung budeng

(Presbytis auratus), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan Biawak air

asia (Varanus salvator) (BTNAP 2007).

4.2 Taman Nasional Baluran

4.2.1 Sejarah dan Dasar Hukum

Baluran pada awalnya dikenal sebagai lokasi perburuan. Pada tahun 1928,

Kebun Raya Bogor merintis penunjukan Baluran menjadi suaka margasatwa (SM)

atas usulan Ah Loedeboer yang merupakan penguasa wilayah tersebut pada masa

itu. Tahun 1937 kawasan Baluran ditetapkan sebagai SM dengan SK Pemerintah

Hindia Belanda Nomor 9 tahun 1937 (Lembaran Negara No. 544 tahun 1937).

Tujuan dijadikannya kawasan Baluran sebagai SM pada waktu itu adalah untuk

melindungi berbagai jenis satwa langka dari kepunahan. Pada tahun 1980

bertepatan dengan hari Pengumuman Strategi Pelestarian Dunia, SM Baluran

dideklarasikan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia sebagai taman nasional.

Page 46: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

24

Saat ini, Baluran berstatus balai taman nasional yang merupakan UPT dari

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Hutan dan Pelestarian

Alam Departemen Kehutanan yang ditetapkan berdasarkan SK Menhut No.

279/Kpts-VI/1997 tanggal 25 Mei 1997 dan berdasarkan SK Direktorat Jenderal

Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor: 51/Kpts/DJ-VI/1987 tanggal

12 Desember 1997.

4.2.2 Keadaan Fisik Kawasan

4.2.2.1 Letak dan Luas

Secara administratif TNB terletak di Kecamatan Banyuputih, Situbondo,

Jawa Timur. Kawasan ini berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara, Selat

Bali di sebelah timur, Sungai Bajulmati di sebelah selatan dan Sungai Klokoran di

sebelah barat. Secara geografis terletak di antara 114°18'-114°27' Bujur Timur

dan 7°45'-7°57' Lintang Selatan dengan luas 25.000 ha wilayah daratan dan 3.750

ha wilayah perairan (Gambar 5).

Sumber: BTNB (2007)

Gambar 5. Peta Taman Nasional Baluran

Page 47: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

25

4.2.2.2 Topografi

Kawasan TNB mempunyai topografi yang sangat bervariasi, dari yang

landai di daerah pantai sampai berbukit-bukit di kaki gunung, bahkan berupa

jurang terjal di puncak Gunung Baluran. Gunung Baluran terdapat di bagian

tengah kawasan dalam kondisi sudah tidak aktif lagi. Tinggi dinding kawahnya

bervariasi antara 900-1.247 m dan membatasi kaldera yang cukup luas. Kawasan

TNB mempunyai ketinggian berkisar antara 0-1.274 meter di atas permukaan laut.

Bentuk topografi datar sampai berombak relatif mendominasi kawasan ini.

Dataran rendah di kawasan ini terletak di sepanjang pantai yang merupakan batas

kawasan sebelah timur dan utara. Di sebelah selatan dan barat mempunyai bentuk

lapangan relatif bergelombang (BTNB 2007).

4.2.2.3 Geologi dan Tanah

Tanahnya berasal dari batuan vulkanis yang terdiri atas tanah aluvial dengan

kadar tanah liat yang tinggi dan berwarna hitam. Jenis tanah ini bersifat sangat

lengket pada musim hujan dan sangat kering hingga pecah dengan kedalaman +10

cm pada musim kemarau (BTNB 2007).

4.2.2.4 Hidrologi

Kawasan ini tidak dijumpai sungai yang mengalir sepanjang tahun. Tata

airnya sangat miskin, sehingga hanya berair pada musim penghujan dan menjadi

kering di musim kemarau. Namun, di kawasan tersebut terdapat dua buah sungai

yang sangat besar, yaitu Sungai Bajulmati dan Sungai Klokoran (BTNB 2007).

4.2.2.5 Iklim

Kawasan TNB bertipe monsoon yang dipengaruhi oleh angin timur yang

kering. Curah hujan berkisar antara 900-1600 mm/tahun, dengan bulan kering per

tahun rata-rata 9 bulan. Di antara bulan Agustus sampai dengan Desember bertiup

angin cukup kencang dari arah selatan (BTNB 2007).

4.2.3 Potensi Biotik

Taman Nasional Baluran merupakan satu-satunya kawasan di Pulau Jawa

yang memiliki padang savana alamiah. Luas pada savana + 10.000 ha atau sekitar

Page 48: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

26

40% dari luas kawasan. Kawasan Baluran mempunyai ekosistem yang lengkap

yaitu hutan mangrove, hutan pantai, hutan payau atau rawa, hutan savana dan

hutan musim (dataran tinggi dan dataran rendah) (BTNB 2007).

Tipe hutan mangrove terdapat di daerah pantai utara dan timur kawasan

taman nasional seperti di Bilik, Lempuyang, Mesigit, Tanjung Sedano dan Kelor.

Pada daerah bakau yang masih baik (Kelor dan Bilik), flora yang umum dijumpai

adalah api-api (Avicenia spp.), bogem (Sonneratia spp.) dan bakau (Rhizophora

spp.). Pada beberapa tempat dijumpai tegakan murni tinggi (Ceriops tagal) dan

bakau (Rhizophora apiculata) (BTNB 2007).

Beberapa daerah lain seperti di utara Pandean, Mesigit, sebelah barat Bilik

terdapat hutan bakau yang telah rusak. Daerah ini menjadi lumpur yang dalam

pada musim hujan, tetapi akan berubah menjadi keras dan kering dengan lapisan

garam di permukaan pada musim kering. Sedikit sekali pohon yang tumbuh di

sini dan tidak dijumpai tumbuhan bawah. Beberapa jenis yang tumbuh antara lain

adalah api-api dan truntun (Lumnitzera racemosa). Menurut hasil inventarisasi

penilaian potensi hutan bakau di TNB tahun 1994/1995 di daerah sekitar Bama

terdapat salah satu pohon bakau yang diduga terbesar di dunia dengan keliling

pohon 450 cm (BTNB 2007).

Hutan Payau di TNB merupakan daerah ekoton yang berbatasan dengan

savana. Penyebaran hutan ini sebagian besar terdapat di Kalikepuh bagian

tenggara dan pada luasan yang lebih kecil terdapat di Popongan, Kelor, bagian

timur Bama serta barat laut Gatel. Jenis-jenis pohon yang selalu hijau sepanjang

tahun pada hutan ini dijumpai jenis-jenis pohon antara lain malengan (Excoecaria

agallocha), manting (Syzigium polyanthumm) dan popohan rengas (Buchacania

arborescens) (BTNB 2007).

Tipe habitat savana merupakan klimaks kebakaran yang sangat dipengaruhi

oleh aktivitas manusia. Tipe habitat ini dapat dibedakan ke dalam dua sub tipe,

yaitu flat savana (padang rumput alami datar) dan Undulting savana (padang

rumput alami bergelombang) (BTNB 2007).

Flat savana tumbuh pada tanah alluvial berbatu-batu. Sub tipe savana ini

terdapat di bagian tenggara kawasan, yaitu daerah sekitar Plalangan dan Bekol

dengan luasan sekitar 1.500 sampai dengan 2.000 ha. Sebagian besar dari

Page 49: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

27

populasi banteng, rusa maupun kerbau liar mempergunakan areal ini untuk

merumput. Jenis-jenis rumput yang dominan di daerah ini adalah lamuran putih

(Dichantium caricosum), rumput merakan (Heteropogon concortus) dan padi-

padian (Shorgum nitidus). Beberapa pohon yang menghuni savana antara lain

pilang (Acacia leucophloea) dan kesambi (Schleichera oleosa). Khusus padang

rumput alami di daerah Bekol seluas 420 ha, saat ini telah ditumbuhi tanaman

Acacia nilotica (BTNB 2007).

Undulting savana tumbuh pada tanah hitam berbatu-batu. Sub tipe savana

ini membujur dari sebelah utara hingga timur laut dengan luas lebih kurang 8.000

ha. Daerah ini kurang disukai oleh banteng, rusa maupun kerbau liar. Jenis

rumput yang dominan adalah merakan putih (Dichantium caricosum). Apabila

dibandingkan dengan flat savana, jenis gajah-gajahan (Scherachne punctata) lebih

sedikit dan padi-padian lebih banyak. Pohon kesambi, pilang dan bidara tumbuh

secara terpencar pada savana ini (BTNB 2007).

Hutan monsoon yang terdapat di TNB dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu hutan monsoon dataran rendah dan hutan monsoon dataran tinggi. Daerah

transisi kedua hutan ini terletak pada ketinggian 250-400 meter dari permukaan air

laut. Di kawasan TNB juga terdapat tanaman yang dapat dipakai sebagai bahan

obat tradisional. Pada kekhasan tumbuhan, TNB memiliki pohon widoro bekol

(Zizyphus rotundifolia), tumbuhan lainnya dalam asam (Tamarindus indica),

gadung (Dioscorea hispida), pilang (Acacia leucophloea), kemiri (Sterculia

foetida), gebang (Corypha utan), talok (Grewia sp), walikukun (Schoutenia ovata),

mimbo (Azadirachta indica), kesambi (Schleichera oleosa), lontar (Borassus sp)

dan lain-lain (BTNB 2007).

Selain flora, TNB memiliki fauna yang beraneka ragam dan secara garis

besar terdapat empat kelas yaitu mamalia, aves, pisces dan reptilia. Mamalia

besar yang penting terutama dari golongan hewan berkuku antara lain Banteng

(Bos javanicus), Kerbau liar (Bubalus bubalis), Rusa timor (Cervus timorensis),

Kijang muncak (Muntiacus muntjak), Babi hutan (Sus scrofa dan Sus verrucossus),

Macan tutul (Panthera pardus) dan Ajag (Cuon alpinus). Jenis primata yang

terdapat di TNB yaitu Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan Lutung

budeng (Presbytis aurata) (BTNB 2007).

Page 50: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

28

Kelas burung yang terdapat di TNB sebanyak 155 jenis, diantaranya terdapat

jenis endemik Jawa yaitu Takur tulungtumpuk (Megalaima javensis), endemik

Jawa dan Bali yaitu Jalak putih (Sturnus melanopterus) serta Cekakak jawa

(Halcyon cyanoventris). Di daerah ini juga terdapat Ayam hutan (Gallus sp.) dan

merak hijau. Dari kelas pisces belum banyak diketahui informasinya, walaupun

demikian terdapat jenis yang memiliki nilai ekonomis yaitu Bandeng (Chanos

chanos). Reptilia besar tidak banyak dijumpai pada daerah ini. Jenis penting

yang terdapat di sekitar pantai adalah Biawak air asia (Varanus salvator) (BTNB

2007).

Page 51: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

29

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1 Perilaku Berbiak

5.1.1 Habitat Berbiak

Sadengan, Rowobendo dan Gunting merupakan lokasi yang teramati

merak hijau TNAP berbiak (Gambar 6a, 6b dan 6c). Ketiga lokasi tersebut

memiliki tipe habitat yang berbeda, Sadengan merupakan tipe habitat padang

rumput dengan tepian hutan, Rowobendo merupakan tipe habitat hutan alam,

sedangkan Gunting merupakan tipe habitat hutan tanaman jati yang terdapat areal

tumpangsari yang berada pada wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan. Akan

tetapi ketiga lokasi tersebut memiliki areal terbuka yang akan didatangi merak

hijau sebagai tempat berlangsungnya aktivitas berbiak. Luas areal terbuka di

ketiga lokasi tersebut beragam ukuran dari mulai 2 ha hingga 20 ha.

Gambar 6. Lokasi berbiak merak hijau di TNAP dan TNB; (a) padang rumput

Sadengan, (b) hutan alam Rowobendo, (c) hutan tanaman jati Gunting dan (d) savana Bekol.

Lokasi lainnya yang dijadikan sebagai tempat penelitian perilaku berbiak

merak hijau berada di TNB. Bekol, Manting dan hutan Evergreen merupakan tiga

(a) (b)

(c) (d)

Page 52: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

30

lokasi di TNB yang digunakan merak hijau sebagai tempat melakukan aktivitas

berbiak. Bekol merupakan tipe habitat savana yang di dalamnya terdapat bak air

minum sebagai sumber air buatan saat musim kemarau datang (Gambar 6d).

Daerah Manting merupakan tipe habitat hutan pantai di resort Bama. Sementara

itu, hutan Evergreen merupakan tipe habitat hutan yang selalu hijau sepanjang

tahunnya. Walaupun ketiga lokasi tersebut berbeda tipe habitat, akan tetapi

ketiganya memiliki areal terbuka tempat berlangsungnya aktivitas berbiak merak

hijau.

5.1.2 Musim Berbiak

Merak hijau berbiak satu kali dalam satu tahun. Merak hijau berbiak pada

musim kemarau, yaitu pada bulan yang bercurah hujan dan jumlah hari hujan

terendah dalam satu tahun. Berdasarkan pengamatan pada tahun 2007 di TNAP

merak hijau berbiak berkisar pada bulan September sampai dengan bulan

November, sedangkan di TNB merak hijau berbiak berkisar pada bulan Oktober

sampai dengan bulan Desember (Gambar 7 dan 8). Hal ini berhubungan dengan

strategi merak hijau dalam menghadapi ketersediaan pakan, yaitu diharapkan

telur-telur merak hijau akan menetas saat sebelum musim penghujan tiba,

sehingga tumbuhan telah kembali hijau dan pakan akan tercukupi untuk anakan

merak hijau yang baru menetas.

Proses berbiak merak hijau terdiri atas tiga tahap, yaitu pra kawin, kawin

dan pasca kawin. Proses pra kawin ditandai dengan merak hijau jantan

melakukan tarian (display) dan suara khas musim berbiak yang dikeluarkannya.

Proses kopulasi ditandai oleh naiknya merak hijau jantan ke atas punggung merak

hijau betina hingga terjadinya kopulasi. Merak hijau jantan akan merontokkan

bulu hiasnya dan merak hijau betina akan mengerami telurnya pada masa pasca

kawin.

Page 53: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

31

Gambar 7. Grafik curah hujan tahun 2007 di wilayah Tegaldlimo (TNAP) dan

Bajul Mati (TNB) (Stasiun Meteorologi Banyuwangi, 2007)

Gambar 8. Grafik hari hujan tahun 2007 di wilayah Tegaldlimo (TNAP) dan

Bajul Mati (TNB) (Stasiun Meteorologi Banyuwangi, 2007)

Aktivitas berbiak merak hijau berlangsung lebih awal di TNAP

dibandingkan dengan merak hijau di TNB (Gambar 9). Aktivitas berbiak diawali

dengan merak hijau melakukan display. Di TNAP aktivitas display berlangsung

Musim Berbiak Merak hijau di TNAP Musim Berbiak Merak hijau di TNB

Musim Berbiak Merak hijau di TNAP Musim Berbiak Merak hijau di TNB

0

50

100

150

200

250

300

Jum

lah

Cur

ah H

ujan

Bul

an (m

m)

Bulan PengamatanTNAP TNB

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Jum

lah

Har

i Huj

an

Bulan Pengamatan TNAP TNB

User
koleksi
Page 54: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

32

sejak awal bulan Juni hingga awal Desember, sementara di TNB berlangsung

pada pertengahan bulan Juni hingga akhir bulan Desember. Aktivitas perkawinan

ditandai dengan suara khas dan kopulasi antara merak hijau jantan dan betina

yang berlangsung pada bulan September hingga Desember di TNAP dan bulan

Oktober hingga Desember di TNB. Aktivitas bersarang atau bertelur berlangsung

tidak jauh dari proses kopulasi, di TNAP dan TNB merak hijau bersarang

berlangsung hingga bulan Januari (Gambar 9).

Gambar 9. Grafik rentang waktu beberapa perilaku saat musim berbiak merak

hijau di TNAP dan TNB

Perilaku berbiak merak hijau bersifat musiman atau hanya terjadi satu kali

dalam satu tahun, yaitu pada musim kemarau menjelang musim penghujan.

Mackinnon (1990) menyatakan bahwa musim berbiak merak hijau di Jawa Timur

dan Jawa Barat dari bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober. Dua peneliti

lainnya menyebutkan musim berbiak merak hijau di TNB diawali pada bulan

Oktober dan diakhiri pada bulan Desember (Pattaratuma 1977) dan bulan Januari

(Hernowo 1995). Perilaku berbiak berlangsung menjelang musim penghujan

berkaitan dengan ketersediaan pakan. Karena saat awal musim penghujan

tumbuhan akan menghijau kembali. Perrins dan Birkhead (1983) dalam Dwisatya

(2006) menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mendorong burung untuk

melakukan perkembangbiakan adalah ketersediaan pakan.

User
koleksi
Gilang Fajar Ramadhan, S.Hut [email protected]
User
Note
Accepted set by User
User
Note
MigrationConfirmed set by User
Page 55: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

33

Dwisatya (2006) menyebutkan bahwa pemicu musim kawin merak hijau

dicirikan oleh perubahan struktur dan fisiologi gonad. Hal ini mempertegas

pernyataan Immelmann (1983) bahwa musim kawin satwa dipengaruhi oleh siklus

hormonal tubuhnya dan siklus hormonal dipengaruhi lingkungan. Carthy (1979)

dalam Dwisatya (2006) menyatakan bahwa cahaya, suhu dan kelembaban

merupakan faktor eksternal untuk menentukan kapan saat yang tepat untuk

melangsungkan kawin. Perilaku berbiak merak hijau terjadi pada kisaran bulan

September hingga November di TNAP dan bulan Oktober hingga Desember di

TNB yang merupakan bulan dengan curah dan jumlah hari hujan yang sangat

rendah dibandingkan bulan-bulan lainnya, sehingga merak hijau membutuhkan

intensitas cahaya yang banyak untuk membantu dalam proses display dan

pengeraman telur-telurnya.

Proses berbiak merak hijau terdiri dalam tiga tahap, yaitu pra kawin, kawin

dan pasca kawin. Dwisatya (2006) membagi perilaku berbiak merak hijau dalam

beberapa tahapan, yaitu tahap pre-display, tahap display, tahap kopulasi (kawin),

tahap post-kopulasi dan pengeraman.

5.1.3 Perilaku Display

Perilaku display merupakan ciri awal akan dimulainya perkawinan.

Perilaku display dilakukan oleh merak hijau jantan saat bulu hiasnya mulai

tumbuh. Perilaku ini bertujuan untuk menarik perhatian merak hijau betina dan

menunjukkan kematangan secara seksual terhadap merak hijau betina maupun

merak hijau jantan lainnya (Gambar 10). Perilaku display dimulai berkisar 1-3

bulan sebelum terjadinya proses perkawinan. Di TNAP awal perkawinan

berlangsung pada bulan September dan di TNB berlangsung sekitar bulan Oktober.

Di TNAP perilaku display dimulai pada bulan Juni, sedangkan di TNB sekitar

bulan Juli.

Page 56: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

34

Gambar 10. Perilaku display merak hijau; (a) merak hijau jantan display di depan

merak hijau betina, (b) merak hijau jantan display di depan merak hijau jantan lainnya

Proses display diawali dengan tubuh merak hijau jantan membungkuk

ditopang oleh kedua kakinya yang membengkok, diikuti dengan leher yang

dilengkungkan membentuk huruf “S” serta mengembangkan bulu-bulunya.

Kedua sayap dikembangkan dan diturunkan hingga tungkai kaki. Bulu hias

didirikan dengan cara menegakkan bulu ekornya yang berfungsi juga sebagai

penopang beban bulu hias. Bulu hias dimekarkannya dengan cara

menggoyangkan tubuhnya hingga berbentuk kipas raksasa atau setengah lingkaran

sempurna, bulu hias yang mekar ditopang oleh bulu ekor dan kedua sayapnya

(Gambar 11).

Gambar 11. Perilaku display merak hijau; (a) posisi awal, (b) posisi sempurna.

Saat display untuk menarik perhatian merak hijau betina, merak hijau

jantan juga melakukan putaran patah-patah diiringi dengan hentakan kaki ke

permukaan saat merak hijau betina mendekatinya. Gerakan ini dilakukan ketika

merak hijau betina ingin melihat merak hijau jantan tampak depan. Namun,

merak hijau jantan selalu berputar membelakanginya, sehingga merak hijau betina

(a) (b)

(a) (b)

Page 57: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

35

hanya dapat melihat bagian belakang merak hijau jantan. Akan tetapi merak hijau

jantan akan berputar secara mendadak, sehingga menghasilkan posisi berhadapan

dan akan menggetarkan bulu hiasnya hingga mengeluarkan bunyi gemerisik.

Suara gemerisik tersebut dihasilkan oleh resonansi antara bulu hias satu dengan

bulu hias lainnya yang melengkung-lengkung seperti gelombang akibat digetarkan.

Selain menggetarkannya, merak hijau akan merundukkan bulu hiasnya seakan-

akan menyentuh permukaan yang dipijaknya. Hal tersebut akan dilakukan

berulang hingga merak hijau betina menerima tariannya atau menjauhinya.

Aktivitas merak hijau betina pada saat merak hijau jantan melakukan

display bervariasi. Merak hijau betina yang tertarik pada tarian merak hijau jantan

akan mendekatinya dengan berputar mengelilingi merak hijau jantan yang sedang

display. Adapun merak hijau betina yang tidak tertarik akan melanjutkan

aktivitasnya seperti makan, mandi debu, menelisik dan minum (Gambar 12).

Gambar 12. Aktivitas merak hijau betina ketika merak hijau jantan display:

(a) makan, (b) berputar mengelilingi merak hijau jantan.

Perilaku display diakhiri dengan cara menurunkan bulu hias langsung ke

belakang ataupun ke sisi kanan atau kiri tubuh dengan bantuan bulu ekor seperti

menutup kipas. Posisi kepala merundukkan dan memanjangkan ke depan seolah-

olah seperti gerakan mematuk makanan di permukaan tanah. Setelah bulu hias

diturunkan, kepala akan ditegakkan dan kedua sayap akan ditarik ke posisi semula.

Aktivitas ini akan diakhiri dengan perilaku menelisik bulu untuk merapikan bulu-

bulunya (Gambar 13).

(a) (b)

Page 58: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

36

Gambar 13. Proses akhir perilaku display, dilihat searah jarum jam berurutan dari

(a)-(b)-(d)-(c).

Merak hijau jantan melakukan aktivitas display setelah turun dari dan

sebelum naik ke tempat tidurnya. Waktu berlangsungnya aktivitas display terbagi

dalam dua kategori yaitu pagi dan sore hari. Di TNAP, aktivitas display

berlangsung pada pukul 05.00-11.00 WIB dan berkisar antara pukul 14.00-17.30

WIB. Aktivitas display di TNB berkisar antara pukul 04.00-09.00 WIB dan

berlangsung pada pukul 13.00-17.30 WIB. Merak hijau jantan melakukan

aktivitas display paling banyak frekuensinya pada pukul 08.00-09.00 WIB di

TNAP dan pukul 05.00-06.00 WIB di TNB (Gambar 14). Pada pagi hari aktivitas

display di TNAP akan bertambah frekuensinya seiring bertambahnya waktu

hingga pukul 09.00 WIB. Hal ini, berbanding terbalik dengan TNB yang semakin

menurun frekuensi aktivitas display hingga pukul 09.00 WIB. Akan tetapi, waktu

aktivitas display sore hari baik di TNAP maupun di TNB memiliki frekuensi

sejajar, yaitu mengalami peningkatan pada pukul 14.00-15.00 WIB dan menurun

kembali pada pukul 15.00-17.00 WIB. Secara umum, merak hijau jantan di TNB

melakukan display rerata 10 kali per jantan per hari, sedangkan merak hijau jantan

di TNAP hanya rerata 5 kali per hari melakukan display.

(a) (b)

(c) (d)

Page 59: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

37

Gambar 14. Grafik frekuensi perilaku display per hari merak hijau jantan di

TNAP dan TNB

Durasi aktivitas display merak hijau jantan berbeda-beda berdasarkan tipe

habitat di TNAP maupun TNB. Durasi rerata terlama di TNAP terdapat di hutan

tanaman jati Gunting Perhutani Banyuwangi Selatan, diikuti padang rumput

Sadengan dan hutan Rowobendo dengan nilai durasi secara berurutan sebesar

3482 detik/hari, 2851 detik/hari dan 2264 detik/hari. Di TNB, hutan pantai

Manting memiliki durasi aktivitas display terlama, diikuti savana Bekol dan hutan

evergreen dengan nilai durasi secara berurut sebesar 2992 detik/hari, 2785

detik/hari dan 1606 detik/hari (Tabel 1).

Tabel 1. Rekapitulasi durasi perilaku display merak hijau di TNAP dan TNB

Lokasi Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks.

(detik/hari) TNAP Padang rumput Sadengan 2851 6708750 361 5442 Hutan tanaman jati Gunting *) 3482 9313538 430 6533 Hutan Rowobendo 2264 9543948 0 5353 TNB Savana Bekol 2785 1099293 1737 3834 Hutan pantai Manting 2992 899860 2043 3941 Hutan evergreen 1606 549937 864 2348

Keterangan: *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Merak hijau jantan biasa melakukan aktivitas display pada areal yang lebih

terbuka dibandingkan dengan areal sekitarnya. Areal terbuka yang dibutuhkan

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB) TNAP TNB

Page 60: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

38

oleh merak hijau jantan minimal berukuran dua kali panjang bulu hiasnya atau

sekitar 3x3 meter. Areal terbuka tersebut terkadang memiliki penutupan lahan

berupa rerumputan, tumbuhan bawah ataupun tanah. Ketinggian rumput dan

tumbuhan bawah tempat merak hijau jantan melakukan aktivitas display tidak

akan melebihi tinggi kaki merak hijau jantan tersebut.

Frekuensi aktivitas display merak hijau jantan berbeda pada tiap tipe

habitat (Gambar 15). Merak hijau hutan tanaman jati Gunting melakukan

aktivitas display lebih sering dibandingkan dua loksi lainnya di TNAP. Frekuensi

aktivitas display merak hijau di hutan tanaman jati Gunting sebesar 10 kali per

individu per hari, sedangkan di padang rumput Sadengan dan hutan Rowobendo

secara berurut sebanyak delapan dan tujuh kali per individu per hari. Di TNB,

aktivitas display merak hijau di atas enam kali per individu per hari. Frekuensi

terbesar terjadi di hutan pantai Manting, yaitu merak hijau melakukan aktivitas

display sebanyak 16 kali per individu per hari.

Gambar 15. Grafik frekuensi harian perilaku display merak hijau di beberapa tipe

habitat di TNAP dan TNB

Merak hijau melakukan aktivitas display lebih sering terlihat di padang

rumput Sadengan dan hutan tanaman jati Gunting daripada hutan Rowobendo,

sedangkan di TNB aktivitas display merak hijau paling sedikit ditemukan di hutan

evergreen daripada savana Bekol dan hutan pantai Manting. Namun, hal ini tidak

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

Padang Rumput Hutan Tanaman Jati

Hutan Rowobendo

Savana Hutan Pantai Hutan Evergreen

TNAP TNB

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Tipe Habitat

Page 61: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

39

berarti perilaku display dipengaruhi tipe habitat, karena berdasarkan uji chi-square

terhadap frekuensi dan durasi bahwa perilaku display merak hijau tidak

terpengaruh oleh tipe habitat baik di TNAP maupun TNB (χ = 0.000, P = 9.210).

Nilai tersebut menunjukkan bahwa merak hijau memiliki peluang melakukan

aktivitas display yang sama pada setiap tipe habitat baik di TNAP maupun TNB.

Merak hijau jantan melakukan aktivitas display pada termpat terbuka

sebagai bentuk strateginya. Tipe habitat di TNAP dan TNB tidak mempengaruhi

perilaku display, akan tetapi habitat padang rumput di TNAP dan savana di TNB

lebih berpeluang menyediakan tempat terbuka, sehingga merak hijau jantan akan

melakukan aktivitas display di padang rumput maupun savana. Mengingat

terbuka memiliki peluang dikunjungi oleh merak hijau betina.

Perilaku display termasuk dalam perilaku percumbuan (courtship).

Perilaku display merupakan perilaku pra kawin merak hijau yang dilakukan merak

hijau jantan bertujuan untuk menarik perhatian merak hijau betina agar bersedia

melakukan perkawinan. McFarland (1987) dalam Dwisatya (2006) menyatakan

bahwa percumbuan adalah sebagai permulaan untuk menarik pasangan. Merak

hijau melakukan perilaku display merupakan bentuk strategi dalam

keberlangsungan hidupnya untuk dapat bereproduksi dengan memanfaatkan bulu

indah yang dimilikinya. McFarland (1987) dalam Dwisatya (2006) menyatakan

bahwa burung memiliki indera penglihatan dan pendengaran lebih berkembang

daripada indera penciuman, sehingga secara umum burung menarik pasangan

dengan tarian dan kicauan atau panggilan.

Perilaku display dilakukan sebagai strategi seleksi merak hijau guna

mendapatkan pejantan dan betina siap kawin yang berkualitas, sehingga

menghasilkan keturunan yang bermutu dengan tingkat keselamatan yang tinggi

maka akan terjamin keberlangsungan hidup keturunannya. Hal ini didukung oleh

pernyataan Dwisatya (2006) bahwa display sangat penting dalam pengenalan

intraspesies untuk menghindari perkawinan silang dan merupakan cara jantan

dalam menyebabkan kesiapan betina untuk melakukan kopulasi yang bertepatan

dengan terjadinya kopulasi yang memungkinkan berlangsungnya pembuahan.

Selain itu, percumbuan meminimalkan resiko perkawinan silang dan menjamin

Page 62: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

40

perkawinan hanya terjadi dengan individu spesies yang sama (McFarland 1987

dalam Dwisatya 2006).

Merak hijau jantan akan melakukan perilaku display saat ada atau tidak

ada merak hijau betina di dekatnya, bahkan sering kali dilakukan di depan merak

hijau jantan lainnya. Pattaratuma (1977) menyebutkan bahwa saat awal musim

percumbuan merak hijau jantan akan berusaha mencari merak hijau betina, lalu

akan display setelah menemukannya. Hal ini dipertegas oleh Hernowo (1995)

bahwa merak hijau jantan berperilaku display ketika melihat merak hijau betina.

Maryanti (2007) berpendapat bahwa aktivitas display dilakukan apabila merak

hijau betina mendekat untuk menarik perhatiannya, namun terkadang juga

dilakukan di depan merak hijau jantan yang lain untuk menunjukkan

kejantanannya pada merak hijau jantan lain.

Saat melakukan display, merak hijau jantan akan mengkombinasikan

beberapa gerakan seperti berbalik, berputar dan menggerisikkan bulu hiasnya.

Hal ini merupakan strategi untuk menambah rangsangan seksual bagi merak hijau

betina yang berada didekatnya. Merak hijau jantan akan membelakangi merak

hijau betina yang diliriknya, kemudian akan membalikkan tubuhnya ketika merak

hijau betina mendekatinya, sehingga memberi kesan keterkejutan dengan

memperlihatkan bulu hias bagian depan yang indah penuh warna. Grzimek’s

(1972) menyatakan bahwa merak jantan tidak pernah merayu merak betina secara

langsung, tetapi segera membalikkan tubuhnya ketika merak betina mendekatinya.

Gerakan lain yang dilakukan merak hijau jantan saat display adalah

berputar dan menggerisikkan bulu hiasnya. Hal ini bertujuan agar bulu hiasnya

mendapatkan pencahayaan dari berbagai sudut, sehingga menambah keindahan

bulunya dari efek pencahayaan dan penggetaran bulu hias menambah indah akibat

ocelus yang terlihat banyak dan berkilauan. Anonim dalam Dwisatya (2006)

menyatakan bahwa struktur dua dimensi berlapis-lapis pada bulu hias merak

memiliki perbedaan luas antara lapisan satu dengan yang lainnya memantulkan

cahaya-cahaya yang berlainan, sehingga warna yang dihasilkan menjadi

bermacam-macam. Karena ini merupakan strategi merak hijau dalam hal

pewarisan kondisi tersebut kepada keturunannya, sehingga keturunannya akan

berhasil dalam bereproduksi.

Page 63: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

41

Selama penelitian diketahui merak hijau jantan melakukan display pada

pukul 05.00-11.00 dan 14.00-18.00 WIB di TNAP, sedangkan di TNB

berlangsung pada pukul 04.00-09.00 dan 13.00-18.00 WIB. Hasil penelitan

lainnya menyebutkan bahwa di TNAP merak hijau jantan melakukan aktivitas

display pada pukul 06.00-09.30 dan 14.00-17.30 WIB (Maryanti 2007) serta pada

pukul 06.00-08.00 dan 16.00-17.00 WIB (Sativaningsih 2005). Waktu-waktu

yang digunakan merak hijau untuk melakukan aktivitas display merupakan waktu

di mana intensitas cahaya matahari banyak tetapi tidak panas. Hal ini bertujuan

supaya mendapatkan hasil maksimal dengan memamerkan bulu hiasnya yang

indah akibat terkena cahaya yang maksimal tanpa menghilangkan energi yang

berlebih akibat kepanasan.

Merak hijau lebih sering melakukan aktivitas display pada pagi hari

daripada sore hari. Hal ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan energi yang

digunakan untuk melakukan aktivitas display. Pada waktu pagi, merak hijau

memiliki energi yang lebih besar serta kondisi intensitas cahaya maksimal dengan

angin yang tidak besar. Namun, di sore hari merak hijau jantan akan merasa lelah

setelah melakukan aktivitas di pagi dan siang hari, sehingga energinya berkurang

serta angin besar yang mengganggu kesempurnaan display.

Durasi rerata perilaku display pada beberapa tipe habitat di TNAP dan

TNB beragam. Sama halnya dengan hasil penelitian Maryanti (2007)

menyebutkan bahwa durasi aktivitas display merak hijau di TNAP dan TNB

beragam. Namun, hal ini tidak berarti tipe habitat mempengaruhi perilaku display.

Karena berdasarkan uji chi-square menunjukkan nilai χ2 hitung lebih kecil dari χ2 tab

baik di TNAP maupun TNB yang berarti tipe habitat tidak mempengaruhi

perilaku display. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi durasi aktivitas display,

seperti kondisi cuaca, keberadaan merak hijau betina dan keberadaan jantan

pesaing. Hernowo (1995) menyatakan bahwa perilaku display tidak hanya

dilakukan untuk menarik perhatian betina tetapi juga merupakan tanda pada jantan

lainnya pada saat sedang menunjukkan tariannya. Aktivitas ini berlangsung

selama 2-5 menit, tetapi aktivitas display yang bertujuan untuk menarik perhatian

betina bisa berlangsung lebih dari 7 menit bahkan sampai 30 menit.

Page 64: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

42

Merak hijau jantan biasa melakukan aktivitas display pada areal yang lebih

terbuka dan datar dibandingkan dengan areal sekitarnya terkadang dengan

topografi yang lebih tinggi. Pemilihan tempat tersebut merupakan strategi merak

hijau jantan agar mudah terlihat oleh merak hijau betina dan dapat mengawasi

merak hijau jantan pesaingnya serta tempat terbuka lebih berpeluang untuk

didatangi oleh merak hijau betina. Maryanti (2007) menyebutkan biasanya merak

hijau jantan melakukan display di tempat terbuka dan terkena sinar matahari, hal

ini merupakan strategi merak hijau jantan untuk menghasilkan gradasi warna di

bulu hiasnya karena sinar matahari memiliki spektrum warna yang berbeda dan

bila mengenai suatu benda akan berubah warna. Winarto (1993) menyatakan

bahwa aktivitas tarian hanya dilakukan pada tempat-tempat yang terbuka di antara

waktu makan dan istirahat.

Areal terbuka yang dibutuhkan oleh merak hijau jantan minimal berukuran

dua kali panjang bulu hiasnya atau sekitar 3x3 meter. Areal terbuka tersebut

terkadang memiliki penutupan lahan berupa rerumputan, tumbuhan bawah

ataupun tanah. Ketinggian rumput dan tumbuhan bawah tempat merak hijau

jantan melakukan aktivitas display tidak akan melebihi tinggi kaki merak hijau

jantan tersebut. Sesuai dengan yang diungkapkan Winarto (1993), areal terbuka

tempat display berdiameter tiga meter dengan tidak ditumbuhi vegetasi pada

tingkat pohon, sapihan ataupun semak bahkan sering dilakukan di jalan-jalan

beraspal. Hal ini diikuti oleh Hernowo (1995) yang menyatakan merak memilih

tempat yang datar sebagai tempat menari, biasanya tempat ini pada daerah yang

sedikit berumput, semak dan beberapa pohon. Sativaningsih (2005) menjelaskan

bahwa merak hijau jantan di padang penggembalaan Sadengan memilih tempat

yang terbuka, bersih, tanahnya rata atau datar.

5.1.4 Perilaku Suara

Aktivitas bersuara dilakukan oleh merak hijau jantan dan betina baik

dewasa, remaja maupun anakan. Perilaku bersuara merak hijau merupakan

strategi dalam berkomunikasi, yaitu sebagai tanda keberadaaan dirinya maupun

satwaliar lainnya dan penandaan kematangan siap kawin. Suara sebagai salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perkawinan, karena suara sebagai

salah satu alat pemikat merak hijau jantan terhadap merak hijau betina.

Page 65: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

43

Saat musim berbiak datang, merak hijau mengeluarkan suara khas yang

hanya dikeluarkan oleh jantan. Terdapat dua tipe suara yang menjadi ciri khas

musim berbiak, yaitu suara seperti kucing “ngeeyaaoow”; ”mahaaoow” atau

“eewaaoow” serta suara seperti rem kendaraan bermotor “sheeiikks”. Tipe suara

lain yang tercatat selama penelitian di TNAP dan TNB adalah “auwo”, “kokokok”,

“tk…tk…tk…”, “krooow”, “ngook” dan “wii…wii…wii…”. Total tipe suara

merak hijau yang ditemukan sebanyak delapan tipe suara.

Kedelapan tipe suara merak hijau yang tercatat pada saat penelitian

memiliki arti tersendiri untuk setiap tipe suaranya, yaitu:

1) Tipe I : “auwo”

Suara tipe I merupakan tipe suara umum yang dikeluarkan merak hijau, baik

merak hijau jantan maupun betina. Tipe suara ini bervariasi dari satu kali

hingga empat kali bersuara. Pengeluaran suara tipe I merupakan bentuk

ekspresi dari strategi merak hijau dalam memberi tanda akan keberadaannya

dan untuk mencari keberadaan individu lainnya. Seringkali merak hijau

bersuara “auwo” ketika terdengar suara lain yang mengejutkan atau ribut

tetapi tidak membahayakan, seperti suara gemuruh mesin pesawat terbang,

suara mesin dan klakson kendaraan bermotor serta suara satwaliar yang

berkelahi. Merak hijau betina lebih sering mengeluarkan suara variasi dua

kali (“auwo…auwo…”), yaitu terdengar 7.25 kali per individu per hari di

hutan tanaman jati Gunting dan 10.00 kali per individu per hari di savana

Bekol TNB, sedangkan merak hijau jantan lebih sering mengeluarkan suara

variasi tiga kali (“auwo…auwo…auwo…”), seperti yang terdengar di

padang rumput Sadengan TNAP sebesar 3.50 kali per individu per hari dan

sebanyak 3.82 kali per individu per hari di savana Bekol TNB (Tabel 2).

Tabel 2. Frekuensi suara tipe I di TNAP dan TNB per individu per hari Lokasi auwo 1x auwo 2x auwo 3x auwo 4x

♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ TNAP Sadengan 1.19 1.38 1.94 4.69 3.50 2.00 0.06 0.06 Gunting*) 0.38 1.56 0.25 7.25 2.94 0.38 0.69 0.00 Rowobendo 0.33 2.00 0.22 5.67 2.33 0.67 0.22 0.00 TNB Bekol 0.36 0.45 0.36 10.00 3.82 0.09 0.00 0.00Manting 0.20 0.80 0.00 9.70 0.30 0.10 0.00 0.00Evergreen 0.00 0.00 0.00 9.80 0.20 0.00 0.00 0.00

Keterangan : ♂ = jantan; ♀ = betina; *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Page 66: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

44

2) Tipe II : “kokokok”

Secara umum, suara tipe II dikeluarkan oleh merak hijau saat terbang, baik

itu karena mendapat gangguan atau saat akan turun dari pohon maupun naik

ke pohon. Namun, suara ini dikeluarkan juga ketika pagi hari yaitu saat

bangun dari tidur serta dikeluarkan juga saat lari akibat dikejar individu lain

atau satwa lain dan dikeluarkan akibat merak hijau tersebut melihat individu

lain dalam keadaan bahaya. Suara tipe II ini lebih sering dikeluarkan oleh

merak hijau betina di TNAP, seperti merak hijau betina di padang rumput

Sadengan TNAP yang memiliki frekuensi 0.19 dan 1.50 kali per individu

per hari. Namun, di TNB suara tipe ini berimbang baik merak hijau jantan

maupun betina, seperti di hutan pantai Manting merak hijau jantan

mengeluarkan suara “auwo…kokokok” sebanyak 2.40 kali per individu per

hari, sedangkan merak hijau betina hanya 1.80 kali per individu per hari.

Hal ini berbalik jika dilihat di hutan evergreen, dimana merak hijau jantan

tidak bersuara namun merak hijau betina mengeluarkan suara

“auwo…kokokok” sebanyak 2.60 kali per individu per hari. Suara tipe II

memiliki variasi suara, yaitu gabungan antara suara tipe I dan II yang

berbunyi “auwo…kokokok”. Variasi “auwo…kokokok” ini memiliki

makna yang sama dengan suara “kokokok”, namun terkadang suara ini

digunakan untuk mengetahui individu lainnya. Variasi “auwo…kokokok”

lebih sering terdengar dibandingkan suara “kokokok” (Tabel 3).

Tabel 3. Frekuensi suara tipe II di TNAP dan TNB per individu per hari Lokasi kokokok auwo…kokokok

♂ ♀ ♂ ♀ TNAP Sadengan 0.00 0.19 0.25 1.50 Gunting*) 0.06 0.50 0.63 1.25 Rowobendo 0.11 0.11 1.00 1.44 TNB Bekol 0.36 0.18 1.64 1.27 Manting 0.00 0.00 2.40 1.80 Evergreen 0.00 1.80 0.00 2.60

Keterangan : ♂ = jantan; ♀ = betina; *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

3) Tipe III : “tk…tk…tk…”

Suara tipe ini menunjukan bahwa merak hijau sedang mencurigai sesuatu,

tetapi kecurigaannya itu belum sampai pada taraf terganggu atau berbahaya

bagi dirinya. Aktivitas ini sering bersamaan dengan aktivitas makan sambil

Page 67: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

45

berjalan. Tipe suara ini memiliki tiga variasi diantaranya “tk…tk…tk…”,

“tk…tk…tk…kokokok” dan “tk…tk…tk… krooow”. Tipe suara ini

dikeluarkan oleh merak hijau betina. Di TNAP, tipe suara III paling sering

terdengar di hutan tanaman jati Gunting, yaitu suara “tk…tk…tk…”, “tk…

tk…tk…kokokok” dan “tk…tk…tk…krooow” secara berurut sebanyak 0.31,

0.06 dan 0.56 kali per individu per hari. Suara tipe III di TNB lebih sering

terdengar di savana Bekol, yaitu sebanyak 0.91 dan 0.09 kali per individu

per hari untuk variasi “tk…tk…tk…” dan “tk…tk…tk… krooow” (Tabel 4).

Tabel 4. Frekuensi suara tipe III di TNAP dan TNB per individu per hari Lokasi tk…tk…tk… tk…tk…tk…kokokok tk…tk…tk…krooow

♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ TNAP Sadengan 0.00 0.19 0.00 0.06 0.00 0.44 Gunting*) 0.00 0.31 0.00 0.06 0.00 0.56 Rowobendo 0.00 0.11 0.00 0.00 0.00 0.22 TNB Bekol 0.00 0.91 0.00 0.00 0.00 0.09 Manting 0.00 0.10 0.00 0.00 0.00 0.00 Evergreen 0.00 0.80 0.00 0.00 0.00 0.00

Keterangan : ♂ = jantan; ♀ = betina; *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

4) Tipe IV : “krooow”

Suara tipe IV memiliki makna yang hampir sama dengan suara tipe III, yaitu

merupakan sinyal mencurigai sesuatu. Namun, tipe ini mengindikasikan

curiga terhadap suatu yang dapat membahayakannya. Variasi yang sering

terdengar dari tipe ini adalah suara “krooow” dibandingkan suara

“krooow…kokokok”. Hal ini terlihat di TNAP dan TNB, merak hijau

betina di kedua lokasi tersebut mengeluarkan variasi tipe suara tersebut,

yaitu di padang rumput Sadengan dan hutan tanaman jati Gunting sebanyak

0.19 kali per individu per hari, hutan Rowobendo sebanyak 0.22 kali per

individu per hari, savana Bekol sebanyak 0.09 kali per individu per hari

serta hutan pantai Manting dan hutan evergreen sebanyak 0.20 kali per

individu per hari (Tabel 5). Merak hijau jantan hanya terdengar di hutan

Rowobendo dan savana Bekol mengeluarkan suara “krooow…kokokok”

sebanyak 0.11 dan 0.18 kali per individu per hari.

Page 68: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

46

Tabel 5. Frekuensi suara tipe IV di TNAP dan TNB per individu per hari Lokasi krooow krooow…kokokok

♂ ♀ ♂ ♀ TNAP Sadengan 0.00 0.19 0.00 0.00 Gunting*) 0.00 0.19 0.00 0.06 Rowobendo 0.00 0.22 0.11 0.00 TNB Bekol 0.00 0.09 0.18 0.18 Manting 0.00 0.20 0.00 0.20 Evergreen 0.00 0.20 0.00 0.00

Keterangan : ♂ = jantan; ♀ = betina; *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

5) Tipe V : “ngook”

Suara tipe V memiliki makna beragam. Di TNAP, suara ini terdengar di

padang rumput Sadengan yang dikeluarkan oleh merak hijau betina yang

sedang jalan saat tertinggal oleh kelompoknya, yaitu sebayak 0.06 kali per

individu per hari. Untuk suara yang terdengar di hutan tanaman jati Gunting,

merak hijau jantan terlihat bersuara saat akan melakukan display sebanyak

0.19 kali per individu per hari, sedangkan merak hijau betina yang

mengeluarkan suara “ngook” terlihat sedang mengamati merak hijau betina

lainnya kawin sebanyak 0.19 kali per individu per hari. Di TNB, suara ini

dikeluarkan oleh merak hijau jantan saat akan melakukan display, yaitu

sebanyak 0.36 kali per individu per hari di savana Bekol dan di hutan pantai

Manting sebanyak 0.50 kali per individu per hari. Sementara itu, merak

hijau betina bersuara saat akan menuju bak minum di savana Bekol

sebanyak 0.09 kali per individu per hari dan sebanyak 0.10 kali per individu

per hari sedang berteduh di bawah pohon di hutan pantai Manting (Tabel 6).

Tabel 6. Frekuensi suara tipe V di TNAP dan TNB per individu per hari Lokasi ngook

♂ ♀ TNAP Sadengan 0.00 0.06 Gunting*) 0.19 0.19 Rowobendo 0.00 0.00 TNB Bekol 0.36 0.09 Manting 0.50 0.10 Evergreen 0.00 0.00

Keterangan : ♂ = jantan; ♀ = betina; *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Page 69: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

47

6) Tipe VI : “eewaaoow”

Tipe suara ini hanya dikeluarkan oleh merak hijau jantan pada saat musim

berbiak. Di TNAP, suara ini terdengar pada awal bulan September,

sedangkan di TNB terdengar pada bulan Oktober. Suara tipe VI bermakna

bahwa merak hijau jantan tersebut siap untuk kawin. Suara panggilan ini

dilakukan baik sedang display atau disela-sela aktivitas lain. Terdapat tiga

variasi dari tipe suara ini, yaitu “eewaaoow”, “maahaaoow” dan

“ngeeyaaoow”. Tipe suara ini paling sering terdengar di hutan tanaman jati

Gunting TNAP sebanyak 1.56 sampai 5.50 kali per individu per hari,

sedangkan di TNB suara ini lebih sering terdengar di hutan pantai Manting,

yaitu sebanyak 10.30 kali per individu per hari (Tabel 7).

Tabel 7. Frekuensi suara tipe VI di TNAP dan TNB per individu per hari

Lokasi eewaaoow maahaaoow ngeeyaaoow

TNAP Sadengan 0.56 0.38 2.44 Gunting*) 3.38 1.56 5.50 Rowobendo 2.67 1.22 4.33 TNB Bekol 6.27 4.64 4.55 Manting 10.30 6.90 6.60 Evergreen 6.40 6.20 6.20

Keterangan : *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

7) Tipe VII : “sheeiikks”

Tipe suara ini merupakan suara khas yang dikeluarkan pada musim berbiak

selain suara tipe VI. Suara tipe ini lebih dapat dijadikan sebagai patokan

kematangan seksual merak hijau jantan, karena selama penelitian suara ini

hanya terdengar dari merak hijau jantan yang kawin. Suara tipe VII

dikeluarkan pada saat merak hijau jantan akan naik ke atas punggung merak

hijau betina dan saat merak hijau melakukan aktivitas display. Di TNAP,

suara “sheeiikks” terdengar di padang rumput Sadengan sebanyak 0.38 kali

per individu per hari dan hutan tanaman jati Gunting sebanyak 0.13 kali per

individu per hari. Di kedua lokasi tersebut hanya terdengar saat kawin,

yaitu saat merak hijau jantan akan naik ke atas ke punggung merak hijau

betina. Namun, suara “sheeiikks” di TNB terdengar saat display dan kawin,

yaitu di savana Bekol sebanyak 0.45 kali per individu per hari dan di hutan

pantai Manting sebanyak 1.70 kali per individu per hari (Tabel 8).

Page 70: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

48

Tabel 8. Frekuensi suara tipe VII di TNAP dan TNB per individu per hari Lokasi sheeiikks

TNAP Sadengan 0.38 Gunting*) 0.13 Rowobendo 0.00 TNB Bekol 0.45 Manting 1.70 Evergreen 0.00

Keterangan : *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

8) Tipe VIII : “wi…wi…wi…”

Suara tipe VIII merupakan suara yang dikeluarkan oleh anakan merak hijau.

Suara “wi…wi…wi…” adalah suara pertama yang dikeluarkan oleh merak

hijau saat keluar dari cangkang telurnya. Suara tipe ini hanya terdengar di

TNB, yaitu hasil sitaan petugas dari pencari telur merak hijau.

Secara umum, perilaku suara merak hijau merupakan perilaku pembuka

dan penutup aktivitas hariannya. Merak hijau bersuara di TNAP dimulai pada

pukul 04.00 sampai dengan 18.00 WIB, sedangkan di TNB merak hijau bersuara

dimulai dari pukul 03.00 sampai dengan 18.00 WIB (Gambar 16 dan 17). Di

TNAP, merak hijau lebih sering bersuara pada pagi hari dari pukul 05.00-08.00

WIB dan sore hari pada pukul 14.00-18.00 WIB, sedangkan merak hijau di TNB

bersuara pada pagi hari dari pukul 04.00-07.00 WIB dan sore hari pada pukul

14.00-18.00 WIB.

Suara “auwo” lebih banyak terdengar pada pukul 05.00 WIB dan 17.00

WIB (ke atas) di TNAP dan TNB. Merak hijau jantan di TNAP memiliki

frekuensi seimbang antara suara “auwo” dan “eewaaoow” (Gambar 16b).

Berbeda dengan merak hijau jantan di TNB yang memiliki frekuensi suara

“eewaaoow” lebih banyak dibandingkan suara “auwo”(Gambar 17b). Selain itu,

suara “eewaaoow” di TNAP lebih banyak terdengar pada pukul 07.00 WIB

sedangkan di TNB suara “eewaaoow” lebih banyak terdengar pada pukul 05.00

WIB.

Suara “tk…tk…tk…” merupakan tipe suara yang dikeluarkan oleh merak

hijau betina, karena merak hijau betina hidup berkelompok, sehingga saling

mengingatkan akan bahaya yang datang. Suara ini paling banyak terdengar pada

pukul 06.00 WIB baik di TNAP maupun TNB (Gambar 16a dan 17a). Hal ini

Page 71: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

49

berkaitan dengan aktivitas manusia dan satwa lain mulai beraktivitas pada tempat

yang sama.

Tipe suara “kokokok” di TNAP terdengar mulai pukul 04.00-08.00 WIB

pada pagi hari dan 16.00-18.00 WIB pada sore hari untuk merak hijau betina,

sedangkan merak hijau jantan bersuara pada pagi hari pukul 05.00-07.00 WIB dan

sore hari pukul 14.00-18.00 WIB (Gambar 16). Di TNB tipe suara “kokokok”

terdengar pada pagi hari pukul 04.00-08.00 WIB dan pukul 14.00-18.00 WIB

pada sore hari baik merak hijau jantan maupun merak hijau betina (Gambar 17).

Tipe suara “sheeiikkss” terdengar di TNAP dan TNB (Gambar 16b dan

17b). Di TNAP, suara tersebut hanya terdengar di pagi hari berkisar pada pukul

04.00, 05.00 dan 07.00 WIB. Sementara itu, suara “sheeiikks” terdengar pada

pagi dan sore hari di TNB. Pagi hari hari suara tersebut terdengar pada pukul

04.00-06.00 WIB, sedangkan sore hari suara “sheeiikks” terdengar pada pukul

15.00 WIB saja.

Aktivitas suara merak hijau pada pukul 10.00-13.00 WIB baik di TNAP

maupun TNB merupakan frekuensi terendah (Gambar 16 dan 17). Hal ini

berkaitan dengan aktivitas istirahat yang dilakukannya pada selang waktu

tersebut, sehingga merak hijau mengurangi bersuara agar keberadaannya tidak

diketahui oleh predator. Tipe suara yang terdengar pada selang waktu tersebut

antara lain, tipe suara “auwo”, “kokokok” dan “eewaaoow”. Dari ketiga tipe

suara tersebut merak hijau betina yang sering mengeluarkan suara “auwo” pada

selang waktu siang hari dari pukul 10.00-13.00 WIB.

Tipe suara “krooow” hanya dikeluarkan oleh merak hijau betina baik di

TNAP maupun TNB (Gambar 16 dan 17). Suara “krooow” frekuensi tertinggi di

TNAP terjadi hanya pada pagi hari pada pukul 05.00 dan pukul 07.00 WIB. Di

TNB, tipe suara “krooow” terdengar di pagi hari pada pukul 05.00-06.00 WIB dan

sore hari pada pukul 15.00 dan pukul 17.00 WIB.

Page 72: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

50

(a)

(b)

Gambar 16. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku suara merak hijau di TNAP; (a) merak hijau betina, (b) merak hijau jantan

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB)auwo kokokok tk…tk…tk… krooow ngook

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB)auwo kokokok tk…tk…tk… krooow ngook eewaaoow sheeiikks

Page 73: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

51

(a)

(b)

Gambar 17. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku suara merak hijau di TNB; (a) merak hijau betina, (b) merak hijau jantan

Tipe suara yang terdengar memiliki jumlah yang berbeda di tiap habitat.

Tipe suara terlengkap terdengar di savana (Gambar 18). Hutan Rowobendo

merupakan tipe habitat yang memiliki jumlah dan frekuensi tipe suara terendah

per harinya dibandingkan tipe habitat lainnya. Tipe suara “auwo” frekuensi

0

0.5

1

1.5

2

2.5

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB)auwo kokokok tk…tk…tk… krooow ngook

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB)

auwo kokokok tk…tk…tk… krooow ngook eewaaoow sheeiikks

Page 74: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

52

paling banyak terdengar di savana. Frekuensi tipe suara “tk…tk…tk…”

terbanyak di hutan tanaman jati dan savana sebanyak 1.00 kali per hari.

Sementara itu, tipe suara “eewaaoow” dan tipe suara “sheeiikks” frekuensi

terbanyak terdengar di hutan pantai.

Gambar 18. Grafik frekuensi harian perilaku suara merak hijau di beberapa tipe

habitat di TNAP dan TNB

Hasil uji chi-square terhadap tipe suara merak hijau menunjukkan bahwa

di TNAP yang diwakili dengan tipe habitat padang rumput, hutan tanaman jati

dan hutan Rowobendo memiliki nilai ( χ = 3.796, P = 9.210). Hal ini

menunjukkan bahwa frekuensi tipe suara akan sama pada tipe habitat yang

berbeda. Di TNAP, frekuensi tipe suara yang terdengar di padang rumput

Sadengan, areal tumpangsari, dan hutan Ngagelan memiliki peluang yang sama.

Berbeda halnya di TNB yang diwakili dengan tipe habitat savana, hutan pantai

dan evergreen memiliki pengaruh terhadap aktivitas bersuara merak hijau (χ =

73.466, P < 0.01). Frekuensi suara merak hijau akan berlainan pada setiap tipe

habitat yang berbeda di TNB, dalam hal ini pada habitat savana Bekol, hutan

pantai Manting dan hutan evergreen.

Suara merupakan strategi merak hijau untuk saling berkomunikasi antar

individu untuk menandai dan mengetahui keberadaan. Frekuensi suara merak

hijau di TNAP berpeluang sama karena merak hijau di TNAP akan berkumpul di

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Padang Rumput Hutan Tanaman Jati

Hutan Rowobendo

Savana Hutan Pantai Hutan Evergreen

TNAP TNB

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Tipe Habitatauwo kokokok tk…tk…tk… krooow ngook eewaaoow sheeiikks

Page 75: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

53

areal terbuka pada habitat padang rumput, hutan tanaman jati dan hutan alam

untuk beraktivitas sepanjang hari selama musim berbiak. Berbeda halnya dengan

merak hijau di TNB yang hidup menyebar luas pada habitat yang relatif terbuka.

Sebanyak 40% kawasan TNB adalah savana (BTNB 2007). Dapat dikatakan

perilaku suara merupakan strategi merak hijau di TNB untuk menemukan individu

lainnya, terutama merak hijau jantan dalam mencari merak hijau betina di saat

musim berbiak.

Suara sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

perkawinan, karena suara sebagai salah satu alat pemikat dan pengenal

karakteristik diri bagi merak hijau jantan terhadap merak hijau betina. Seperti

yang diungkapkan Pough et al. (1979) dalam Dwisatya (2006) bahwa aktivitas

suara berfungsi sebagai alat pemikat merak betina, melalui suara merak jantan

berupaya menunjukkan keberadaannya, selain itu kicauan atau nyanyian dapat

menunjukkan spesies, jenis kelamin dan teritori serta mungkin memberitahu

kecakapannya yang dapat digunakan dalam memperoleh pasangan.

Hernowo (1995) menyebutkan bahwa merak hijau jantan mengeluarkan

suara khas saat musim kawin. Pattaratuma (1977) menyatakan saat musim kawin

merak jantan mengeluarkan suara “kay-yaw, kay-yaw, kay-yaw” serta saat bulan

kawin mengeluarkan suara “kay-yaw, ngaa…aw”. Selama penelitian terdapat dua

tipe suara yang menjadi ciri khas musim berbiak, yaitu suara seperti kucing

“ngeeyaaoow”; ”mahaaoow” atau “eewaaoow” serta suara seperti rem kendaraan

bermotor “sheeiikks”. Immelman (1983) menyatakan bahwa satwa mengeluarkan

suara-suara yang khas atau dikenal dengan auditory atraction.

Tipe suara VI telah banyak diterangkan oleh beberapa penelitian

sebelumnya sebagai penanda musim kawin. Jenis suara khas saat musim kawin

yang dikeluarkan oleh merak hijau adalah “ngeeyaaoow...ngeeyaaoow... atau

eewaaaoow...eewaaaoow...” (Winarto 1993; Hernowo 1995; Maryanti 2007).

Namun, tipe suara VII atau “sheeiikks” belum pernah tercatat sebagai jenis suara

merak hijau. Tipe suara ini sering dianggap sebagai suara yang dikeluarkan akibat

merak hijau jantan menggerisikkan bulu hiasnya, padahal suara ini terdengar saat

merak hijau jantan akan naik ke atas punggung betina (akan terjadi kopulasi). Hal

ini membuat tipe suara tersebut dapat dijadikan sebagai ciri khas merak hijau

Page 76: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

54

jantan siap kawin. Karena berdasarkan penelitian Dwisatya (2006) yang

dilakukan di taman burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menyebutkan

merak jantan mengeluarkan vokalisasi “ngiiikk…” sebagai tipe suara kopulasi

saat merak betina berdiri di depanya dan duduk di tanah sebagai tanda bahwa

merak jantan siap untuk kopulasi.

Tercatat delapan tipe suara saat pengamatan di TNAP dan TNB. Suara-

suara yang terdengar tersebut merupakan alat komunikasi antar merak hijau baik

dewasa atau anakan. Perilaku bersuara bisa dilakukan oleh semua individu merak

hijau jantan dan betina (baik dewasa maupun remaja) bahkan anakan (Winarto

1993; Hernowo 1995; Maryanti 2007). Tipe suara I merupakan tipe suara yang

lebih sering terdengar di beberapa tipe habitat baik di TNAP maupun TNB.

Karena tipe suara I merupakan tipe suara umum yang dikeluarkan oleh seluruh

struktur umur merak hijau. Hernowo (1995), Sativaningsih (2005) dan Maryanti

(2007) menyebutkan jenis suara umum merak hijau adalah “auwo”. Tipe suara

“auwo” merupakan suara umum untuk komunikasi antar merak hijau (Hernowo

1995). Secara umum, merak hijau jantan lebih sering mengeluarkan suara

daripada merak hijau betina. Grizemks (1972) bahwa kedua jenis kelamin sama-

sama menghasilkan suara namun merak jantan melakukannya lebih sering

dibandingkan dengan merak betina.

Secara keseluruhan merak hijau mengeluarkan suara sejak bangun dari

tidurnya hingga kembali tidur baik di TNAP maupun TNB. Selama pengamatan

merak hijau di TNAP bersuara dari pukul 04.00 hingga 18.00 WIB, sedangkan di

TNB merak hijau bersuara sejak pukul 03.00 hingga 18.00 WIB. Karena perilaku

bersuara merupakan salah satu perilaku sosial dalam rangka untuk menjalin

komunikasi antar individu dan antar kelompok (Winarto 1993).

Walaupun merak hijau melakukan aktivitas bersuara seharian, baik di

TNAP maupun TNB frekuensi bersuara merak hijau berbeda-beda di setiap

waktunya. Suara merak hijau lebih terdengar saat pagi dan sore hari dibandingkan

siang hari. Waktu bersuara merak hijau di TNAP untuk pagi hari pukul 05.00-

09.00 WIB dan sore hari pukul 15.00-18.00 WIB (Maryanti 2007). Namun di

TNB waktu bersuara merak hijau untuk pagi hari pada pukul 04.50-07.45 WIB

(Winarto 1993), 05.00-08.00 WIB (Hernowo 1995) dan 05.00-09.00 WIB

Page 77: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

55

(Maryanti 2007), sedangkan untuk sore hari pada pukul 16.00-18.00 WIB

(Winarto 1993; Hernowo 1995) dan 14.00-18.00 WIB (Maryanti 2007). Pada

siang hari merak hijau lebih banyak berteduh untuk istirahat, sehingga jarang

mengeluarkan suara untuk menghindari predator dan pengganggu lainnya.

Frekuensi perilaku bersuara yang dikeluarkan merak hijau berbeda-beda

pada setiap tipe habitat terutama antara lokasi TNAP dan TNB. Merak hijau TNB

lebih sering terdengar bersuara daripada merak hijau TNAP. Hal ini tidak

terpengaruhi oleh habitat TNB yang memiliki tajuk renggang sedangkan TNAP

bertajuk rapat. Namun, dipengaruhi oleh keberadaan individu merak itu sendiri.

Merak hijau TNAP saat musim kawin terkonsentrasi pada areal terbuka seperti

padang rumput dan areal tumpangsari sebagai tempat konsentrasi makan,

sedangkan merak hijau TNB memiliki pola tersebar dan hanya berkumpul saat

akan minum. Hal tersebut menyebabkan merak hijau TNB lebih sering

mengeluarkan suara sebagai strategi untuk mengetahui keberadaan individu lain

serta memberitahu keberadaannya.

Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan frekuensi suara adalah

keberadaan satwaliar lainnya. Karena beberapa tipe suara dikeluarkan ketika

terjadi gangguan atau kecurigaan terhadap sesuatu. Merak hijau bersuara untuk

berkomunikasi dengan sesama jenisnya baik untuk menandakan keberadaan,

mencurigai sesuatu atau suara yang menandakan keterkejutan (Maryanti 2007).

Frekuensi perilaku bersuara merak hijau di TNAP tidak dipengaruhi oleh tipe

habitat tetapi frekuensi suara di TNB dipengaruhi oleh tipe habitat. Hal ini

dikarenakan habitat di TNB yang menyediakan tempat terbuka yang luas

membuat merak hijau hidup secara menyebar tidak seperti di TNAP yang hidup

secara mengelompok.

5.1.5 Perilaku Kawin

Perilaku kawin merupakan ekspresi dari satu atau dua individu yang saling

tertarik untuk melakukan aktivitas seksual. Perilaku kawin merak hijau terjadi

saat merak hijau betina menerima percumbuan dari merak hijau jantan. Secara

umum, tahapan perilaku kawin diawali dengan tanda kesediaan dan kesiapan dari

merak hijau betina untuk melakukan kopulasi yang diawali dengan posisi

mendekam di depan merak hijau jantan dengan posisi membelakanginya. Setelah

Page 78: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

56

merak hijau betina mendekam, merak hijau jantan akan maju mendekat untuk naik

di atas punggung merak hijau betina dengan diawali dengan suara “sheeiikks”.

Saat di atas punggung, merak hijau jantan akan bergerak ke kiri dan ke kanan agar

mendapatkan posisi yang sempurna untuk melakukan kopulasi. Setelah terjadi

kopulasi merak hijau jantan akan turun dari punggung merak hijau betina dengan

cara jalan mundur dan bergerak menjauh dari merak hijau betina.

Merak hijau memiliki beberapa pola dalam berperilaku kawin. Perilaku

kawin merak hijau ada yang didahului dengan aktivitas display maupun tanpa

display. Perilaku kawin tanpa display terjadi setelah merak hijau jantan turun dari

pohon tidurnya, lalu diawali dengan bersahutan suara dengan merak hijau betina

(Gambar 19a). Bersahutan suara hanya berlangsung dalam hitungan menit, lalu

merak hijau betina meluncur turun ke arah tempat merak hijau jantan berada

(Gambar 19b). Merak hijau jantan berlari mendekat ke tempat mendarat merak

hijau betina dengan posisi leher tegak lurus dan kepala digoyangkan ke depan ke

belakang serta sesekali melakukan lompatan rendah hingga merak hijau betina

mendarat di dekat merak hijau jantan (Gambar 19c).

Saat mendarat merak hijau betina akan merundukkan badan sambil

menekuk kaki (posisi mendekam) ketika merak hijau jantan mendekatinya, setelah

itu merak hijau jantan akan naik ke atas punggung merak hijau betina (Gambar

19d dan 19e). Dalam posisi di atas punggung merak hijau betina, merak hijau

jantan akan mendekam dan merapat sambil menghentak-hentakkan kaki dan

merentangkan sayap ke bawah serta bulu hiasnya untuk memantapkan posisi agar

seimbang (Gambar 19f dan 19g). Setelah posisi ideal, merak hijau betina akan

mengangkat bulu ekornya dan merak hijau jantan akan menurunkan bulu ekor dan

bulu hiasnya untuk menempelkan anus ke dubur merak hijau betina (kopulasi)

dengan memiringkan badan ke kiri atau ke kanan (Gambar 19h).

Merak hijau jantan akan kembali pada posisi awal saat pertama naik ke

punggung merak hijau betina setelah kopulasi dan perlahan turun dari punggung

merak hijau betina lalu lari menjauh dari merak hijau betina (Gambar 19i, 19j, 19k

dan 19l). Setelah merak hijau jantan turun dari punggungnya, merak hijau betina

akan melanjutkan aktivitas lain baik menelisik maupun makan. Pada pola

perilaku kawin tersebut terdapat variasi akhir dari merak hijau jantan, yaitu merak

Page 79: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

hijau janta

merak hij

menelisik.

Gambar 1

Po

aktivitas d

merak hija

ketika me

mendekati

putar mem

mengelilin

(a)

(d)

(g)

(j)

an akan me

jau betina

.

9. Tata uruSadenga(c) mend(i)-(j)-(k

la perilaku

display yan

au betina.

elihat kelom

i merak hija

mperlihatka

ngi merak h

elanjutkan d

lainnya a

utan perilakuan TNAP tadekat, (d) nk) turun dan

kawin lainn

ng dilakuka

Pola ini dia

mpok mera

au jantan te

n keelokan

hijau terseb

(b

(h

(e)

(k

dengan akti

atau melanj

u kawin meanpa perilaknaik, (e)-(f)-n (l) mening

nya adalah

an merak h

awali denga

ak hijau b

ersebut. Me

n tariannya

but hingga

b)

h)

)

k)

ivitas displa

jutkan den

erak hijau jaku display: (-(g) mengatuggalkan mer

perilaku ka

hijau jantan

an aktivitas

betina, lalu

erak hijau ja

dan merak

salah satu

ay untuk m

ngan aktivit

antan di pad(a) bersuaraur posisi, (hrak hijau be

awin yang d

n untuk me

display me

merak hij

antan akan m

hijau betin

merak hija

(c)

(f)

(i)

(l)

menarik perh

tas makan

dang rumputa, (b) berlarih) kopulasi tina.

didahului de

enarik perh

erak hijau j

jau betina

menari berp

na akan ber

au betina te

57

hatian

atau

t i,

engan

hatian

antan

akan

putar-

rputar

ertarik

Page 80: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

58

dan menerima ajakan kawin dari merak hijau jantan, yang ditandai dengan

mendekamnya merak hijau betina dihadapan merak hijau jantan (Gambar 20a, 20b

dan 20c).

Gambar 20. Tata urutan perilaku kawin merak hijau jantan di padang rumput

Sadengan TNAP diawali dengan perilaku display: (a) display, (b) betina tertarik, (c) betina mendekam, (d) jantan naik, (e)-(f)-(g) mengatur posisi, (h) kopulasi, (i)-(j) jantan turun, (k)-(l) display kembali.

Ketika merak hijau betina mendekam, merak hijau jantan melangkah ke

depan naik ke atas punggung merak hijau betina dan menyeimbangkan tubuh pada

posisi ideal dengan bantuan dari bulu hias dan sayap yang diturunkan ke bawah

(Gambar 20d dan 20e). Setelah posisi seimbang dan ideal, merak hijau jantan

akan menurunkan bulu ekor dan bulu hiasnya agar dapat menempelkan anusnya

ke dubur merak hijau betina (kopulasi) dengan cara memiringkan tubuh ke kiri

(a) (b) (c)

(d) (e) (f)

(h) (g) (i)

(k) (j) (l)

Page 81: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

59

dan ke kanan untuk menyempurnakan kopulasi (Gambar 20f dan 20g). Kopulasi

terjadi dengan ditandai bulu hias direbahkan hingga menyentuh tanah (Gambar

20h).

Proses kopulasi merak hijau sangat cepat, lalu merak hijau jantan akan

menyeimbangkan tubuhnya kembali dan turun dari punggung merak hijau betina

dengan posisi bulu hias tetap terbuka lebar serta merak hijau betina berdiri dan

pergi meninggalkan kerumunan (Gambar 20i, 20j dan 20k). Merak hijau jantan

melakukan display terhadap merak hijau betina lainnya setelah proses kopulasi

terjadi (Gambar 20l). Pola perilaku kawin ini memiliki variasi di akhir aktivitas

seperti pola sebelumnya, yaitu setelah kopulasi merak hijau jantan akan

melakukan display atau melakukan aktivitas lainnya seperti makan maupun

menelisik.

Hanya ditemukan enam merak hijau jantan yang kawin dari populasi rerata

merak hijau di TNAP dan TNB secara berurut adalah sebesar 76.5 dan 61.8

individu (Risnawati 2007). Merak hijau yang melakukan perkawinan ialah tiga

merak hijau jantan di TNAP dan tiga merak hijau jantan lainnya di TNB. Setiap

merak hijau jantan yang kawin memiliki strategi yang berbeda dalam menarik

perhatian merak hijau betina.

Di padang rumput Sadengan terdapat lima individu merak hijau jantan

dewasa (Risnawati 2007). Namun hanya dua individu yang melakukan aktivitas

perkawinan, satu individu melakukan kopulasi sebanyak enam kali dan yang

lainnya satu kali kopulasi selama pengamatan. Merak hijau jantan yang

melakukan enam kali kopulasi merupakan merak hijau jantan dominan yang

menguasai sebagian besar luasan areal padang rumput Sadengan terutama pada

tempat makan dan minum merak hijau betina, sehingga merak hijau jantan

tersebut memiliki peluang lebih besar untuk melakukan kopulasi karena setiap

merak hijau jantan lain datang ke arealnya akan diusir pergi.

Populasi merak hijau jantan dewasa di hutan tanaman jati Gunting

sebanyak tiga individu (Risnawati press.com. 2007). Selama pengamatan hanya

terlihat satu individu yang melakukan perkawinan. Hal ini dikarenakan merak

hijau jantan di hutan tanaman jati Gunting tersebut melakukan pengaturan jarak

(distance mechanisme) antar sesama. Jarak antar merak hijau jantan lebih dari

Page 82: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

60

200 m menjadikan peneliti sulit mengamati merak hijau jantan lainnya, dimana

kondisi lokasi berupa tumpangsari dengan tegakan jati dan tumbuhan bawah yang

cukup lebat, sehingga membatasi jarak pandang. Namun terdengar juga suara

“sheeiikks” di lokasi merak hijau jantan lainnya, hal ini diduga bahwa merak hijau

jantan lain pun melakukan perkawinan.

Merak hijau jantan di TNB memiliki strategi yang tidak jauh berbeda

dengan merak hijau jantan di TNAP. Di savana Bekol terdapat dua individu

merak hijau jantan yang melakukan kopulasi. Merak hijau jantan yang satu

menguasai bak minum buatan dan merak hijau jantan lainnya menguasai jalur

perlintasan merak hijau betina menuju bak minum buatan. Sementara itu, merak

hijau jantan di hutan pantai Manting melakukan strategi menjaga jarak (distance

mechanisme) antar sesama.

Dari enam merak hijau jantan yang ditemukan berbiak terlihat bahwa

perkembangbiakan merak hijau yang dimulai dari percumbuan sampai terjadinya

kopulasi dilakukan pada waktu pagi hari berkisar antara pukul 04.00-08.00 WIB.

Di TNAP ditemukan tiga merak hijau jantan berbiak, yaitu dua merak hijau jantan

di padang rumput Sadengan dan satu merak hijau jantan di hutan tanaman jati

Gunting. Kisaran waktu kopulasi di TNAP antara pukul 04.00-08.00 WIB (Tabel

9). Di hutan tanaman jati Gunting waktu terjadinya kopulasi relatif lebih siang di

bandingkan waktu kopulasi di padang rumput Sadengan, yaitu pukul 07.47 dan

07.57 WIB.

Tabel 9. Waktu terjadinya kopulasi merak hijau di TNAP dan TNB

Lokasi Waktu Kopulasi (WIB) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

TNAP 05.20 06.01 04.48 05.02 05.16 05.07 05.33 07.47 07.57

TNB 05.34 05.56 04.55 05.09 05.24 05.33 05.54 Keterangan: Pasangan TNAP 1-6 (jantan I) dan pasangan TNAP 7 (jantan II) di padang rumput Sadengan;

Pasangan TNAP 8-9 (jantan III) di hutan tanaman jati Gunting; Pasangan TNB 1-4 (jantan I) di hutan pantai Manting; Pasangan TNB 5 (jantan II) dan pasangan TNB 6-7 (jantan III) di savana Bekol

Aktivitas kopulasi di TNB terlihat di hutan pantai Manting dan savana

Bekol. Di TNB merak hijau yang kawin memiliki sebaran waktu kopulasi yang

tidak berbeda jauh di tiap lokasinya, yaitu 04.00-06.00 WIB (Tabel 9).

Ditemukan tiga merak hijau jantan yang kopulasi, yaitu dua merak hijau jantan di

savana Bekol dan satu merak hijau jantan di hutan pantai Manting. Di hutan

Page 83: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

61

pantai Manting lebih banyak terlihat merak hijau yang kopulasi dibandingkan di

savana Bekol, yaitu terjadi pada pukul 05.34 WIB, 05.56 WIB, 04.55 WIB dan

05.54 WIB.

Perilaku kawin merak hijau berdurasi sangat singkat. Durasi setiap lokasi

berbeda-beda baik di TNAP maupun TNB (Tabel 10). Di TNAP, merak hijau

memiliki durasi perilaku kawin relatif seragam, yaitu sebesar 13 detik/hari di

padang rumput Sadengan dan 11 detik/hari di hutan tanaman jati Gunting.

Dengan variasi durasi padang rumput Sadengan yang lebih beragam daripada

hutan tanaman jati Gunting.

Hutan pantai Manting memiliki durasi terlama, yaitu sebesar 18 detik/hari,

jika dibandingkan dengan savana Bekol di TNAP yang hanya sebesar 10

detik/hari. Hal ini berbanding lurus dengan ragam waktu perilaku kawin yang

dimiliki kedua lokasi tersebut. Hal ini menandakan bahwa penggunaan waktu

perilaku kawin di hutan pantai Manting lebih beragam atau bervariasi daripada

savana Bekol. Nilai durasi rerata aktivitas kawin yang dimiliki merak hijau di

hutan pantai Manting bernilai dua kali lipat dari durasi rerata merak hijau, hal ini

dikarenakan selama pengamatan merak hijau di hutan pantai Manting melakukan

perkawinan rerata dua kali per hari.

Tabel 10. Rekapitulasi durasi perilaku kawin merak hijau di TNAP dan TNB

Lokasi Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks

(detik/hari) TNAP Padang rumput Sadengan 13 23 8 18 Hutan tanaman jati Gunting *) 11 2 10 12 Hutan Rowobendo 0 0 0 0 TNB Savana Bekol 10 0 9 10 Hutan pantai Manting 18 2 17 19 Hutan evergreen 0 0 0 0

Keterangan: *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Frekuensi aktivitas kawin merak hijau di TNAP tidak terpengaruh dengan

tipe habitat baik padang rumput Sadengan, hutan tanaman jati Gunting dan hutan

Rowobendo ( χ = 0.117, P = 9.210). Begitu pula dengan lamanya merak hijau di

TNAP melakukan aktivitas kawin tidak terpengaruh oleh tipe habitat ( χ = 0.010,

P = 9.210). Akan tetapi selama pengamatan merak hijau lebih sering dijumpai

sedang kawin di padang rumput Sadengan dan hutan tanaman jati Gunting.

Page 84: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

62

Sedangkan, di hutan Rowobendo tidak dijumpai meskipun lokasinya cukup

memadai. Hal ini disebabkan oleh frekuensi merak hijau pergi ke hutan

Rowobendo cukup sedikit. Merak hijau lebih terfokus di padang rumput dan

hutan tanaman jati yang memiliki tempat terbuka yang lebih berpeluang

dikunjungi oleh merak hijau betina.

Merak hijau melakukan aktivitas kawin di TNB selama pengamatan hanya

dijumpai di savana Bekol dan hutan pantai Manting. Namun frekuensi dan

lamanya aktivitas kawin merak hijau tidak berpengaruh nyata oleh tipe habitat di

TNB ( χ = 0.343, P = 9.210) dan ( χ = 0.034, P = 9.210). Di hutan evergreen

tidak ditemukan merak hijau yang melakukan kawin karena banyaknya aktivitas

manusia yang melewati akses jalan utama yang membelah hutan evergreen baik

petugas, pekerja dan pengunjung, sehingga merak hijau di hutan evergreen sulit

dijumpai akibat peka terhadap aktivitas manusia.

Proses kawin (kopulasi) terjadi ketika merak hijau betina menerima rayuan

dari merak hijau jantan. Grizemks (1972) menyatakan bahwa kopulasi tidak akan

terjadi tanpa ada persetujuan dari merak betina. Tahap awal kopulasi terjadi

ketika merak hijau betina mendekam di depan merak hijau jantan, lalu merak

hijau jantan naik ke atas punggung merak hijau betina. Kemudian merak hijau

jantan akan mematuk kepala merak hijau betina dengan tujuan memberikan

ketenangan serta dengan mengatur posisi anus merak jantan terhadap dubur merak

betina maka terjadilah kopulasi. Hidayat (1996) dalam Ayat (2002) menyatakan

perilaku kawin ditandai dengan terjadinya kopulasi yaitu mulai naiknya jantan ke

atas betina dengan posisi jantan mematuk kepala betina.

Perilaku kawin merak hijau dilakukan pada pagi hari, yaitu pukul 04.00-

08.00 WIB di TNAP dan pukul 04.00-06.00 WIB di TNB. Hal ini disebabkan

kondisi lingkungan yang mendukung seperti cahaya yang cerah dan hangat, angin

tidak kencang serta kondisi tubuh yang masih bugar setelah istirahat semalaman.

Dwisatya (2006) menyatakan bahwa kopulasi lebih banyak terjadi pada pagi hari

karena pada pukul 13.00-16.00 matahari lebih cepat redup dan tenaga telah

banyak digunakan untuk beraktivitas sepanjang pagi hingga siang.

Tempat terjadinya proses perkawinan merupakan tempat biasa merak hijau

jantan tersebut melakukan aktivitas display dan tempat yang telah dikuasainya

Page 85: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

63

sejak awal musim berbiak hingga berakhirnya musim berbiak. Tempatnya berupa

areal terbuka dan bersih dari tumbuhan bawah. Selama pengamatan ditemukan

sebanyak tiga merak hijau jantan di TNAP dan tiga merak hijau jantan di TNB

yang melakukan aktivitas perkawinan. Strategi yang digunakan merak hijau

jantan di kedua lokasi tersebut memiliki kesamaan yaitu menguasai sumberdaya

(pakan atau minum), sehingga memiliki peluang yang lebih besar untuk kawin.

Wilayah yang dikuasainya hanya sesaat atau half-time territory yaitu penguasaan

wilayah teritori hanya pada saat musim berbiak saja. McFarland (1987) dalam

Dwisatya (2006) menyatakan bahwa betina akan memilih jantan yang teritorinya

kaya pakan dan tempat bersarang yang memadai.

Proses kopulasi merak hijau sangat cepat baik di TNAP maupun TNB,

yaitu berdurasi rerata 10-19 detik. McFarland (1993) menyatakan bahwa kopulasi

pada jenis burung berlangsung singkat. Hasil penelitian Dwisatya (2006) di TMII

mendapatkan proses kopulasi secara keseluruhannya berlangsung singkat, hanya

dalam hitungan detik yaitu antara 9-24 detik. Durasi maupun frekuensi aktivitas

kawin sama pada beberapa tipe habitat baik di TNAP maupun TNB. Hal ini

dipertegas dengan hasil uji chi-square yang menunjukkan nilai χ2 hitung lebih kecil

dari χ2 tab berarti perilaku kawin tidak dipengaruhi oleh tipe habitat. Faktor yang

mempengaruhi proses perkawinan, diantaranya:

1) Keadaan cuaca,

2) Kecepatan angin,

3) Aktivitas satwa lain,

4) Faktor internal merak hijau (kesiapan kawin),

5) Jumlah merak hijau betina,

6) Jumlah merak hijau jantan pengganggu,

7) Predator,

8) Ketidaksempurnaan fisik, dan

9) Gangguan aktivitas manusia.

5.1.6 Perilaku Pasca Kawin

Merak hijau jantan pada pasca perkawinan akan merontokkan bulu hiasnya

setelah hujan turun (Gambar 21). Perontokan bulu hiasnya tidak serentak

seluruhnya, namun secara bertahap yaitu dari bulu hias yang terpanjang. Waktu

Page 86: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

64

yang dibutuhkan untuk merontokkan seluruh bulu hiasnya selama satu bulan.

Perontokkan bulu hias ini merupakan strategi merak hijau jantan untuk

mengurangi beban bawaan akibat bulu yang basah serta akan memudahkan

bergerak apabila ada predator.

Gambar 21. Merak hijau jantan yang merontokkan bulu hiasnya di hutan tanaman

jati Gunting, TNAP

Pasca perkawinan merak hijau betina akan membuat sarang dan bertelur.

Masa bersarang atau bertelur ditandai dengan merak hijau betina yang mulai

memisahkan diri dari kelompoknya setelah dibuahi merak hijau jantan. Saat

penelitian, sarang dan telur merak hijau hanya ditemukan di TNB. Sebanyak tiga

buah sarang yang ditemukan, dua sarang ditemukan di bawah pohon talok

(Grewia elioarpa) HM 45 dan pohon akasia duri (Acacia leucophloea) diantara

lamuran (Polytrias amaura) HM 113 jalan Batangan-Bekol serta satu sarang

ditemukan di areal semak belukar di antara tumbuhan bawah putri malu (Mimosa

pudica) dan tembelekan (Eupatorium odoratum) (Gambar 22).

Gambar 22. Sarang dan telur merak hijau di TNB, (a) HM 45, (b) HM 113 dan

(c) di antara semak belukar

Sarang merak hijau berupa tanah cekung berbentuk elips dengan ukuran

berkisar antara 23.7-30x17.7-30 cm pada areal terbuka berserasah yang sedikit

ditumbuhi vegetasi pada tingkat pohon dan sapihan serta terkena sedikit sinar

matahari agar selalu hangat. Berdasarkan tiga sarang yang ditemukan, jumlah

(a) (b) (c) Foto by: Widyantoro

Page 87: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

65

telur per sarang berkisar antara 3-5 buah. Ukuran rerata telur merak hijau

73.86x54.71 mm (n = 7).

Akhir musim berbiak merak hijau ditandai dengan datangnya musim

penghujan. Merak hijau jantan yang telah melakukan perkawinan akan

merontokkan bulu hiasnya akibat sering menyentuh permukaan tanah yang basah,

sehingga membuat bulu menjadi basah, kusam dan rentan akan kutu dan kuman.

Selain itu, akibat basah berat bulu akan bertambah, sehingga memperlambat

gerakan merak itu sendiri dan banyak menghabiskan energi.

Sementara itu, merak hijau betina pasca kawin memisahkan diri dari

kelompoknya untuk membuat sarang dan bertelur. Sarang merak hijau berupa

tanah cekung berbentuk elips dengan ukuran berkisar antara 23.7-30x7.7-30 cm (n

= 3) pada areal terbuka berserasah yang sedikit ditumbuhi vegetasi pada tinggat

pohon dan sapihan serta terkena sedikit sinar matahari agar selalu hangat.

Winarto (1993) dan Hernowo (1995) menyatakan bahwa sarang merak hijau

berbentuk oval. Serta Hernowo (1995) menambahkan bahwa merak hijau

bersarang diantara semak dan rerumputan di areal terbuka sedikit pohon.

Blake (1993) dalam Dwisatya (2006) menyebutkan bahwa merak hijau

betina normal menghasilkan enam butir telur dan akan dieraminya selama 26

sampai dengan 30 hari, namun biasanya selama 28 hari. Setelah telur menetas,

induk merak hijau betina anak memelihara anakan merak (Gambar 23). Anakan

merak hijau saat berumur satu bulan sudah dapat tidur di atas pohon bersama

induknya (Adjir press.com. 2007).

Gambar 23. Anakan merak hijau berumur empat hari.

Page 88: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

66

5.2 Perilaku Harian pada Musim Berbiak

5.2.1 Perilaku Makan

Perilaku makan merak hijau merupakan kegiatan mendapatkan pakan dan

menelannya dalam rangka memenuhi kalori (energi) yang cukup untuk kebutuhan

aktivitasnya seharian. Merak hijau memiliki cara makan beragam untuk

mendapatkan pakan. Secara umum, merak hijau mendapatkan pakannya dengan

cara mematuk dengan paruhnya secara berulang sambil berjalan baik secara

berkelompok maupun soliter (Gambar 24a). Variasi lain cara merak hijau makan

antara lain melompat-lompat, mendekam dan naik ke atas pohon pakannya bahkan

sesekali terlihat mengais-ngais tanah (Gambar 24b, 24c dan 24d).

Gambar 24. Cara makan merak hijau, (a) berjalan, (b) melompat, (c) mendekam

dan (d) naik ke atas pohon.

Variasi cara makan dipengaruhi oleh sumber pakan merak hijau. Sumber

pakan merak hijau berasal dari serangga, rerumputan dan tumbuhan bawah serta

daun maupun buah tumbuhan tingkat tinggi. Di TNAP sumber pakan merak hijau

diantaranya tekirawa (Cyperus rotundus), paitan (Paspalum conjugatum),

kirinyuh (Eupatorium odoratum), cabai rawit (Caspium frutescens), grinting

(Cynodon dactylon) dan lamuran (Polytrias amaura). Sementara itu, sumber

(a) (b)

(c) (d)

Page 89: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

67

pakan merak hijau di TNB diantaranya cemplak (Abutilon crispum), kapasan

(Thespesia sp.), tarum (Indigofera glandulosa), serut (Streblus asper), sokdoy

(Azima sarmentosa) dan jerukan (Glucosmis cochinchinensis) (Tabel 11).

Tabel 11. Sumber pakan merak hijau di TNAP dan TNB

No Nama Bagian yang

dimakan Lokasi Tingkat Vegetasi

Jenis Lokal Dn Bb 1 Cyperus rotundus Tekirawa √ - 1,3 Rumput 2 Paspalum conjugatum Paitan √ - 1,2 Rumput 3 Polytrias amaura Lamuran √ - 1,2,4,5,6 Rumput 4 Cynodon dactylon Grinting √ - 1,2,3 Rumput 5 Phyllanthus niruri Meniran √ √ 1,2,3 Rumput 6 Stachytarpeta jamaicensis Jarong √ √ 4,5,6 Herba 7 Sida acuta Sidaguri √ - 1,2,5,6 Herba 8 Eupatorium odoratum Kirinyuh - √ 1,2,3,4,5,6 Semak 9 Ageratum conyzoides Wedusan - √ 2 Herba

10 Clitoria ternatea Rayutan √ - 2 Herba 11 Capsium frutescens Cabai rawit √ √ 2 Herba 12 Mimordica charantia Pare hutan √ √ 2 Herba 13 Abutilon crispum Cemplak √ - 4 Herba 14 Thespesia sp. Kapasan √ - 4,5 Semak 15 Mimosa pudica Putri malu √ - 1,2,4 Herba 16 Indigofera gandulosa Tarum √ √ 4 Herba 17 Cassia mimosoides Aseman √ √ 4,6 Semak 18 Azima sarmentosa Sokdoy √ - 4,5 Semak 19 Tephrosia pumila Kacangan √ √ 4 Herba 20 Glucosmis cochinchinensis Jerukan √ - 4,6 Semak 21 Streblus asper Serut √ - 1,4,6 Pohon 22 Pterospermum javanicum Bayur √ - 1 Pohon 23 Corypha utan Gebang - √ 4,5,6 Perdu 24 Azadirachta indica Mimba - √ 4,5,6 Pohon 25 Zizyphus rotundifolia Widoro bukol √ - 4 Pohon

Keterangan: Dn = Daun; Bb = Biji dan buah; 1 = Padang rumput Sadengan, 2 = Hutan tanaman jati Gunting, 3 = Hutan Rowobendo, 4 = Savana Bekol, 5 = Hutan pantai Manting, 6 = Hutan Evergreen

Perilaku makan merak hijau dimulai pagi hari sejak turun dari pohon

tidurnya hingga petang hari saat kembali naik ke pohon tidurnya. Waktu makan

merak hijau di TNAP berlangsung pada pagi hari antara pukul 04.46-10.36 WIB

dan sore hari antara pukul 13.00-17.42 WIB, sedangkan di TNB merak hijau

melakukan aktivitas makan berlangsung pada pagi hari antara pukul 04.23-09.35

WIB dan sore hari pada pukul 13.55-17.43 WIB. Jadi, merak hijau di TNB

melakukan aktivitas makan pada pagi hari lebih awal dibandingkan merak hijau di

TNAP. Namun untuk penggunaan waktu aktivitas makan pada sore hari, merak

hijau di TNAP lebih dulu melakukan aktivitas makannya daripada merak hijau di

TNB.

Page 90: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

68

Secara umum penggunaan waktu aktivitas makan merak hijau dapat dibagi

dalam dua waktu, yaitu pagi dan sore hari. Di TNAP, merak hijau di padang

rumput Sadengan lebih awal dalam penggunaan waktu aktivitas makan

dibandingkan hutan tanaman jati Gunting dan hutan Rowobendo. Waktu aktivitas

makan merak hijau di padang rumput Sadengan berlangsung antara 04.46-10.36

WIB dan 13.45-17.42 WIB, di hutan tanaman jati Gunting berkisar antara pukul

05.12-10.32 WIB dan 13.00-17.37 WIB serta di hutan Rowobendo berlangsung

antara 05.30-10.00 WIB dan 14.00-17.30 WIB. Sementara di TNB, penggunaan

waktu makan merak hijau di savana Bekol lebih awal (04.23-09.35 dan 13.55-

17.43 WIB) dibandingkan penggunaan waktu di hutan pantai Manting (04.42-

09.00 dan 14.00-17.40 WIB) dan hutan evergreen (04.57-08.15 dan 14.06-17.30

WIB).

Merak hijau jantan melakukan perilaku makan selama 11953-19404

detik/hari di TNAP. Durasi rerata yang dibutuhkan merak hijau jantan melakukan

aktivitas makan di hutan Rowobendo sebesar 18082 detik/hari. Waktu tersebut

merupakan waktu terlama jika dibandingkan dua lokasi lainnya di TNAP, yaitu

sebesar 16704 detik/hari di hutan tanaman jati Rowobendo dan di padang rumput

Sadengan sebesar 13769 detik/hari. Hutan Rowobendo pun memiliki durasi

aktivitas makan yang bervariasi dibandingkan dua lokasi lainnya di TNAP (Tabel

12).

Tabel 12. Rekapitulasi durasi perilaku makan merak hijau jantan di TNAP dan TNB

Lokasi Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks

(detik/hari) TNAP Padang rumput Sadengan 13769 13198507 10137 17401 Hutan tanaman jati Gunting *) 16704 12153430 13218 20190 Hutan Rowobendo 18082 24836897 11098 21065 TNB Savan Bekol 19227 17428601 15052 23402 Hutan pantai Manting 15973 6585062 13407 18539 Hutan evergreen 15319 5190495 13041 17596

Keterangan: *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Di TNB, merak hijau jantan membutuhkan waktu untuk melakukan

aktivitas makan 13282-21744 detik/hari. Durasi rerata aktivitas makan merak

hijau jantan di savana Bekol lebih lama daripada di hutan pantai Manting dan

hutan evergreen yang secara berurutan nilainya adalah 19227 detik/hari, 15973

Page 91: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

69

detik/hari dan 15319 detik/hari. Sebaran waktu yang paling bervariasi adalah

savana Bekol yang ditunjukkan dengan nilai ragam yang besar serta selang waktu

yang lebih besar daripada tipe habitat hutan pantai dan evergreen (Tabel 12).

Sementara itu, durasi rerata yang diperlukan oleh merak hijau betina di

TNAP adalah 23165 detik/hari yang lebih lama sedikit bila dibandingkan dengan

hutan tanaman jati Gunting sebesar 22364 detik/hari dan hutan Rowobendo

sebesar 22372 detik/hari. Di TNB, durasi rerata yang dibutuhkan merak hijau

betina untuk makan di savana Bekol lebih lama dari pada merak hijau betina di

hutan pantai Manting (sebesar 19614 detik/hari) dan merak hijau betina di hutan

evergreen (sebesar 17619 detik/hari) (Tabel 13).

Tabel 13. Rekapitulasi durasi perilaku makan merak hijau betina di TNAP dan TNB

Lokasi Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks

(detik/hari) TNAP Padang rumput Sadengan 23165 12598601 19615 26714 Hutan tanaman jati Gunting *) 22364 10454816 19130 25597 Hutan Rowobendo 22372 15705691 18409 26335 TNB Savan Bekol 24074 3639801 22166 25981 Hutan pantai Manting 19614 2496308 18034 21194 Hutan evergreen 17619 215977 17155 18084

Keterangan: *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Tipe habitat yang terdapat di TNAP berpengaruh sangat nyata terhadap

frekuensi ( χ = 69.953, P < 0.01) dan durasi ( χ = 68.541, P < 0.01) aktivitas

makan merak hijau. Perilaku makan pada padang rumput Sadengan, hutan

tanaman jati Gunting dan hutan Rowobendo akan memiliki peluang yang berbeda

dalam segi frekuensi dan durasi. Merak hijau akan lebih sering mendatangi

habitat yang terdapat tempat terbuka untuk melakukan aktivitas makan daripada

tempat yang bertajuk rapat. Tempat terbuka lebih berpeluang menyediakan pakan

untuk merak hijau.

Frekuensi dan lamanya perilaku makan di TNB tidak dipengaruhi oleh tipe

habitat ( χ = 3.625, P = 9.210 dan χ = 3.659, P = 9.210). Hal ini menyebabkan

perilaku makan di TNB akan memiliki peluang yang sama baik pada habitat

savana Bekol, hutan pantai Manting maupun hutan evergreen. Hal ini berkaitan

dengan kondisi habitat di TNB yang secara keseluruhan relatif terbuka.

Page 92: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

70

Keterbukaan habitat tersebut mengakibatkan sebaran pakan merak hijau cukup

merata, yaitu tidak terkonsentrasi pada satu tipe habitat.

Maryanti (2007) menyebutkan bahwa perilaku makan merupakan

rangkaian aktivitas dengan memasukkan makanan ke dalam paruh dan ditelan

yang dilakukan oleh suatu individu dalam rangka mendapatkan energi. Merak

hijau saat musim berbiak hampir sebagian waktunya dihabiskan untuk makan.

Hal ini bertujuan untuk menjaga kebugaran tubuh dan bulu merak hijau jantan

untuk memikat merak hijau betina dan melakukan aktivitas kawin. Protein

hewani sangat diperlukan untuk kesehatan dan reproduksi, maka merak termasuk

predator obligat (Delacour 1977 dalam Dwisatya 2006).

Merak hijau dalam memperoleh pakan dengan berbagai macam cara

tergantung dari bagian yang akan dimakannya (Sativaningsih 2005). Merak hijau

memperoleh makan dengan bantuan paruh untuk mematuk, sayap untuk melompat

serta kaki untuk mengais. Merak hijau lebih banyak memakan hijauan yang

mengandung sedikit sumber energi, maka untuk mendapatkan sumber energi yang

cukup, merak hijau harus makan sebanyak-banyaknya. Strategi merak hijau untuk

mencukupi sumber energi bagi tubuhnya yang besar dengan cara berjalan sambil

mematuk pakannya. Cara ini memiliki peluang mendapatkan pakan yang banyak

daripada harus berdiam di satu tempat.

Merak hijau melakukan perilaku makan sepanjang hari. Merak hijau

makan sejak pagi hari pukul 04.46 WIB sampai dengan sore hari pada pukul 17.

42 WIB di TNAP dan pada pukul 04.23 WIB hingga pukul 17.43 WIB di TNB.

Sejak pukul 10.36-13.00 WIB di TNAP dan 09.35-13.55 WIB di TNB, aktivitas

makan merak hijau akan berkurang. Pada waktu tersebut merak hijau lebih

banyak berteduh di bawah pohon ataupun masuk ke semak belukar untuk

menghindari terik sinar matahari, predator (seperti elang dan anjing hutan) dan

aktivitas manusia yang menggangu. Hal itupun menjadi penyebab merak hijau

mengawali aktivitasnya pagi sekali. Pattaratuma (1977) menyatakan bahwa

merak hijau akan pergi ke hutan untuk beristirahat pada pukul 06.30-16.00 WIB.

Di TNAP, merak hijau di padang rumput Sadengan lebih awal dalam

penggunaan waktu aktivitas makan dibandingkan hutan tanaman jati Gunting dan

hutan Rowobendo. Faktor penyebabnya adalah sinar matahari lebih cepat

Page 93: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

71

menerangi padang rumput Sadengan yang merupakan areal terbuka dengan sedikit

vegetasi daripada hutan tanaman jati Gunting dan hutan Rowobendo yang

memilik tajuk yang rapat. Namun, tajuk rapat atau tidak bukan menjadi patokan

sebagai tempat merak hijau mencari makan tetapi terdapatnya areal terbuka

dengan pakan yang memadai. Hasil uji chi-square yang menunjukkan nilai χ2

hitung lebih besar dari χ2 tab berarti perilaku maka dipengaruhi oleh habitat padang

rumput, hutan tanaman jati ataupun hutan alam. Karena tidak semua habitat dapat

menyediakan pakan merak hijau, hanya habitat yang terdapat areal terbuka.

Penggunaan waktu makan merak hijau di savana Bekol lebih awal

dibandingkan penggunaan waktu di hutan pantai Manting dan hutan Evergreen di

TNB. Perbedaan ini diakibatkan penyinaran matahari yang berbeda akibat

pertajukan yang berbeda pula. Akan tetapi tipe habitat di TNB tidak

mempengaruhi frekuensi dan durasi perilaku makan merak hijau. Hal ini serupa

dengan pendapat Maryanti (2007) bahwa perilaku makan tidak dipengaruhi oleh

tipe habitat dalam hal ini adalah savana, hutan pantai, hutan musim dan evergreen.

Karena pakan merak hijau di TNB relatif menyebar merata, maka merak hijau

akan mencari areal terbuka dengan pakan yang cukup dan tidak terpengaruh

kerapatan tajuk.

5.2.2 Perilaku Minum

Perilaku minum merak hijau dapat diartikan sebagai rangkaian akivitas

mengambil air melalui paruhnya kemudian air ditelan melalui tenggorokannya

yang bertujuan untuk menghilangkan rasa haus karena kekurangan cairan dalam

tubuh akibat suhu yang panas maupun aktivitas harian. Sumber air merak hijau di

TNAP didapatkan dari bak minum buatan, sprinkle (baik genangan dibawahnya

maupun langsung dari kran), parit, cekungan dan sumur buatan pesanggem di

hutan tanaman jati Gunting. Di TNB, merak mendapatkan air berasal dari bak air

buatan, genangan air dan mata air.

Page 94: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

72

Gambar 25. Perilaku minum merak hijau di TNAP: (a) cekungan, (b) bak minum

buatan, (c) genangan di bawah sprinkle dan (d) sprinkle

Merak hijau memiliki beberapa pola perilaku minum dalam mengambil air.

Di TNAP, merak hijau minum dengan cara mematuk air yang keluar dari sprinkle

dengan posisi tubuh berdiri dan minum dari cekungan, genangan maupun bak air

minum dengan cara menyelupkan paruhnya ke air baik dalam posisi mendekam

ataupun berdiri (Gambar 25). Sementara di TNB, merak hijau minum dengan

cara mendekam maupun berdiri baik di bak air minum buatan atau genangan air

lalu memasukkan paruhnya ke dalam permukaan air untuk mendapatkan air

(Gambar 26). Secara umum, merak hijau minum dengan cara menurunkan kepala

dengan cara menjulurkan lehernya ke sumber air minum dan memasukkan air

dalam paruhnya. Setelah itu, kepala diangkat dengan menegakkan leher dan

posisi paruh mengarah ke atas, gerakkan ini berlanjut hingga leher membentuk

huruf “S” lalu air ditelan. Gerak tersebut akan berulang terus-menerus hingga

merak hijau merasa tercukupi kebutuhan akan air, namun aktivitas tersebut akan

diselingi dengan aktivitas waspada, yaitu merak hijau diam (tidak mengambil air)

hanya melihat sekeliling keadaan.

(a) (b)

(c) (d)

Page 95: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

Gambar 2

Se

waktu (Ga

12.00 WIB

merak hij

WIB dan b

Gambar 2

Fre

aktivitas m

akivitas m

hari, seda

antara 0.0

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

(a)

6. Perilakuberdiri,

cara umum

ambar 27).

B dan antar

au melakuk

berlanjut pa

7. Grafik pmerak h

ekuensi akt

minum di

minum deng

angkan di

03-0.24 kali

u minum me(b) di bak a

m, merak hij

Merak hija

ra pukul 13

kan aktivita

ada kisaran

penggunaan hijau di TNA

tivitas minu

TNAP (Ga

gan frekuen

TNB freku

i per indivi

(b

erak hijau diair minum p

au melakuk

au melakuka

3.00-18.00 W

as minum b

waktu antar

waktu danAP dan TNB

um di TNB

ambar 27).

nsi berkisar

uensi minum

idu per har

Waktu

)

i TNB: (a) dposisi mende

kan aktivita

an aktivitas

WIB di TN

berlangsung

ra pukul 14

frekuensi hB

B lebih seri

Di TNA

antara 0.01

m merak h

ri. Frekuen

(WIB)

di bak air mekam dan (c

as minum te

minum ant

NAP. Lain

g antara pu

.00-18.00 W

harian perila

ing dibandi

AP merak h

1-0.14 kali

hijau menu

nsi aktivita

(c)

minum posisc) genangan

erbagi dalam

tara pukul 0

halnya, di

ukul 04.00-

WIB.

aku minum

ingkan frek

hijau melak

per individ

unjukkan ki

as minum m

TNAP T

73

si n air

m dua

05.00-

TNB

09.00

kuensi

kukan

du per

isaran

merak

TNB

Page 96: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

74

hijau baik di TNAP maupun di TNB meningkat pada pukul 06.00-08.00 WIB

untuk pagi hari dan sore hari berkisar pada pukul 15.00-17.00 WIB

Di TNAP merak hijau yang melakukan aktivitas minum hanya ditemukan

di dua lokasi, yakni padang rumput Sadengan dan hutan tanaman jati Gunting,

sedangkan di TNB aktivitas minum merak hijau hanya terlihat di savana Bekol

(Tabel 14). Merak hijau betina memerlukan 518 detik/hari dan merak hijau jantan

memerlukan 377 detik/hari, untuk melakukan aktivitas minum di padang rumput

Sadengan. Sementara itu, di hutan tanaman jati Gunting hanya ditemukan merak

hijau jantan yang melakukan aktivitas minum dengan durasi 8 detik/hari. Durasi

yang diperlukan oleh merak hijau jantan di savana Bekol TNB adalah 1006

detik/hari dan merak hijau betina selama 1958 detik/hari.

Tabel 14. Rekapitulasi durasi perilaku minum merak hijau di TNAP dan TNB

Lokasi

Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks

(detik/hari) ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀

TNAP Padang rumput Sadengan 377 518 271526 164999 0 111 898 924 Hutan tanaman jati Gunting *) 8 0 900 0 0 0 38 0 Hutan Rowobendo 0 0 0 0 0 0 0 0 TNB Savan Bekol 1006 1958 192846 931876 567 993 1446 2924 Hutan pantai Manting 0 0 0 0 0 0 0 0 Hutan evergreen 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan: ♂ = jantan; ♀ = betina; *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Merak hijau betina memulai akivitas minum pukul 05.00 WIB serta

berakhir pukul 09.00 WIB pada pagi hari dan akan dilanjutkan pada sore hari

yaitu berkisar antara pukul 13.00-17.00 WIB. Namun, beberapa kali terlihat

merak hijau betina melakukan aktivitas minum pada pukul 11.00 WIB, yaitu saat

akan beristirahat dari aktivitasnya. Merak hijau jantan melakukan aktivitas

minum berkisar antara pukul 06.00-11.00 WIB dan berlanjut antara pukul 14.00-

18.00 WIB. Frekuensi aktivitas minum merak hijau betina tertinggi terjadi pada

selang waktu antara pukul 06.00-08.00 WIB dengan frekuensi sebesar 0.15 kali

per hari. Frekuensi aktivitas minum merak hijau jantan mengalami fluktuasi pada

setiap jamnya, tercatat pukul 07.00 WIB merupakan waktu dengan frekuensi

tertinggi dengan nilai sebesar 0.13 kali per hari (Gambar 28).

Page 97: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

75

Gambar 28. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku minum

merak hijau jantan dan betina di TNAP

Di TNB baik merak hijau jantan maupun betina memiliki penggunaan

waktu yang sering bersamaan (Gambar 29). Aktivitas minum merak hijau jantan

berlangsung antara pukul 04.00-08.00 WIB tetapi untuk merak hijau betina

berlangsung pada pukul 04.00-09.00 WIB. Pada sore harinya, aktivitas minum

merak hijau di TNB berlangsung antara pukul 14.00-18.00 WIB. Frekuensi

tertinggi aktivitas minum antara merak hijau jantan dan betina di TNB tidak

terlalu berbeda jauh. Namun, penggunaan waktu aktivitas minum oleh merak

hijau dengan frekuensi tertinggi berbeda. Frekuensi tertinggi merak hijau betina

berlangsung pada pukul 05.00 WIB sebanyak 0.27 kali per hari, sedangkan merak

hijau jantan berlangsung pada pukul 16.00 WIB sebanyak 0.24 kali per hari.

Secara umum, merak hijau di TNB melakukan aktivitas minum pada waktu yang

bersamaan antara merak hijau jantan dan merak hijau betina bahkan beberapa

waktu memiliki frekuensi aktivitas yang sama, yaitu saat awal beraktivitas pada

pukul 04.00 WIB dan pukul 18 .00 WIB sebagai penutup aktivitas harian.

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB) Betina Jantan

Page 98: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

76

Gambar 29. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku minum

merak hijau jantan dan betina di TNB

Perilaku minum merak hijau tidak terpengaruhi oleh tipe habitat baik di

TNAP maupun TNB. Tipe habitat di TNAP seperti padang rumput, hutan

Rowobendo maupun di hutan tanaman jati tidak akan berpengaruh bagi frekuensi

( χ = 2.784, P = 9.210) dan durasi ( χ = 2.718, P = 9.210) perilaku minum merak

hijau. Begitu pula dengan tipe habitat savana, hutan pantai dan hutan evergreen di

TNB tidak mempengaruhi frekuensi dan durasi perilaku minum merak hijau ( χ =

0.000, P = 9.210). Karena baik di TNAP maupun TNB saat penelitian merupakan

musim kemarau, sehingga seluruhnya mengalami kekeringan.

Merak hijau melakukan aktivitas minum bertujuan untuk menghilangkan

rasa haus karena kekurangan cairan dalam tubuh akibat suhu yang panas maupun

aktivitas harian. Selama pengamatan di TNAP hanya ditemukan merak hijau

minum di padang rumput Sadengan dan sekali ditemukan merak minum di hutan

tanaman jati Gunting. Sementara itu, merak hijau di TNB hanya ditemukan di

savana Bekol yang beraktivitas minum. Hal ini menandakan bahwa merak hijau

merupakan satwaliar yang adaptif terhadap air, yaitu ketika terdapat sumber air

merak akan minum namun jika tidak terdapat sumber air merak hijau akan

menyiasatinya dengan strategi lokasi aktivitas.

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

Frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB) Betina Jantan

Page 99: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

77

Pada lokasi yang tidak ditemukan sumber air, merak hijau akan lebih

beraktivitas di sekitar pohon bertajuk atau tempat yang teduh. Merak hijau di

hutan Rowobendo beraktivitas di sekitar tegakan ketangi, mahoni, jati dan paku-

pakuan. Merak hijau di hutan tanaman jati Gunting beraktivitas di bawah tegakan

jati dan di sela-sela tumbuhan tumpangsari (seperti tembakau, tomat dan cabai).

Merak hijau di hutan pantai Manting beraktivitas di sekitar pohon mimba, akasia,

manting dan semak atau tumbuhan bawah, sedangkan di hutan evergreen merak

hijau beraktivitas di bawah tajuk rapat. Hal ini merupakan bentuk strategi merak

hijau untuk mengurangi kehilangan cairan secara cepat akibat suhu yang panas

dari terkena sinar matahari langsung.

Strategi merak hijau terhadap air menunjukkan bahwa tipe habitat tidak

berpengaruh akan frekuensi perilaku minum. Hal ini dipertegas dengan hasil uji

chi-square yang menunjukkan nilai χ2 hitung lebih kecil dari χ2 tab. Merak hijau

dapat bertahan hidup tanpa harus minum dari sumber air besar, tetapi minum dari

embun-embun pada pagi hari. Maryanti (2007) menyebutkan bahwa areal

tumpang sari memiliki rumput yang tinggi dan lebat, sehingga dimungkinkan

banyak embun yang masih menempel di rumput dan asupan air didapatkan dari

embun tersebut.

Penggunaan waktu beraktivitas minum merak hijau di TNAP lebih lebar

dibandingkan dengan TNB baik saat pagi hari atau sore hari. Perbedaan ini

disebabkan oleh suhu di TNB lebih cepat meningkat dan lama menurunnya dari

pada suhu di TNAP. Hal ini disiasati dengan durasi dan frekuensi saat melakukan

aktivitas minum. Durasi dan frekuensi aktivitas minum di TNB lebih lama dan

sering dari pada aktivitas minum merak hijau di TNAP.

5.2.3 Perilaku Menelisik

Merak hijau menelisik bertujuan untuk merapihkan bulu-bulu yang tidak

rapih dan membersihkannya dari kotoran maupun kutu yang menempel. Perilaku

menelisik dilakukan merak hijau sangat singkat, sehingga perilaku ini sering

terlihat disela-sela perilaku lainnya (Gambar 30). Hampir semua perilaku harian

merak diselingi oleh aktivitas menelisik, seperti perilaku makan, berjemur, display,

istirahat maupun mandi debu. Bahkan beberapa kali terlihat merak hijau

melakukan aktivitas menelisik sebelum turun dari pohon tidurnya ataupun di atas

Page 100: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

78

pohon saat akan tidur. Aktivitas menelisik dapat dikatakan sebagai aktivitas

pembuka dan penutup dari aktivitas harian merak hijau.

Gambar 30. Perilaku menelisik merak hijau disela-sela beberapa aktivitas harian;

(a) bangun tidur, (b) berjemur, (c) display dan (d) makan

Merak hijau melakukan aktivitas menelisik dengan menggunakan

paruhnya. Untuk daerah yang jauh dari jangkauan paruhnya, merak hijau terbantu

dengan lehernya yang panjang dan elastis yang dapat berputar ke segala arah dan

menjangkau segala bagian tubuhnya. Cara menelisik merak hijau akan

memekarkan bulu-bulu yang akan ditelisiknya, lalu paruhnya akan merapihkan

atau membersihkan bagian-bagian bulu tersebut secara hati-hati. Posisi merak

hijau saat menelisik biasanya berdiri.

Aktivitas menelisik merak hijau dimulai pada pukul 04.00 WIB diiringi

dengan penurunan frekuensi pada pukul 10.00 WIB berlanjut hingga frekuensinya

naik kembali pada pukul 13.00 WIB dan berakhir di pukul 18.00 WIB (Gambar

31). Di TNAP penggunaan waktu aktivitas menelisik tertinggi terjadi pada pukul

07.00 WIB untuk pagi hari dan 15.00 WIB untuk sore hari, dengan frekuensi

masing-masing secara berurut sebesar 0.69 dan 0.61 kali per individu per hari.

Sementara di TNB merak hijau menggunakan waktu aktivitas menelisik tertinggi

(a) (b)

(c) (d)

Page 101: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

79

pada pukul 05.00 WIB dengan frekuensi 1.72 kali per individu per hari dan pukul

16.00 WIB dengan frekuensi 0.97 kali per individu per hari. Secara keseluruhan,

merak hijau di TNB lebih banyak melakukan aktivitas menelisik dibandingkan

merak hijau di TNAP.

Gambar 31. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku menelisik

merak hijau di TNAP dan TNB

Frekuensi aktivitas menelisik merak hijau berbeda pada tiap tipe habitat

(Gambar 32). Merak hijau padang rumput Sadengan melakukan aktivitas

menelisik lebih sering dibandingkan dua lokasi lainnya di TNAP. Frekuensi

aktivitas menelisik merak hijau di padang rumput Sadengan sebesar 9.09 kali per

individu per hari, sedangkan di hutan tanaman jati Gunting dan hutan Rowobendo

secara berurutan sebanyak 4.47 dan 3.38 kali per individu per hari. Di TNB,

aktivitas menelisik merak hijau di atas enam kali per individu per hari. Frekuensi

terbesar terjadi di savana Bekol, yaitu merak hijau melakukan aktivitas menelisik

sebanyak 9.05 kali per individu per hari. Pada dua lokasi di TNAP dan TNB

memiliki kesamaan banyaknya jumlah melakukan aktivitas menelisik hariannya.

Padang rumput Sadengan dan savana Bekol memiliki frekuensi menelisik yang

sama, yaitu sebesar sembilan kali per individu per hari.

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

1.6

1.8

2

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB) TNAP TNB

Page 102: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

80

Gambar 32. Grafik frekuensi harian perilaku menelisik merak hijau di beberapa

tipe habitat di TNAP dan TNB

Lamanya durasi melakukan aktivitas menelisik di suatu tempat yang

dilakukan merak hijau jantan tidak akan berbanding lurus dengan lamanya durasi

merak hijau betina (Tabel 15). Di TNAP merak hijau jantan yang melakukan

aktivitas menelisik terlama adalah di padang rumput sadengan sebesar 2977

detik/hari, namun merak hijau betina lebih lama melakukan aktivitas menelisik di

hutan tanaman jati Gunting sebesar 810 detik/hari. Fakta ini berulang di TNB di

mana merak hijau jantan savana Bekol memiliki durasi terlama dibandingkan dua

lokasi lainnya, yaitu sebesar 2584 detik/hari. Sementara durasi terlama merak

hijau betina melakukan aktivitas menelisik terdapat di hutan evergreen sebesar

899 detik/hari.

Tabel 15. Rekapitulasi durasi perilaku menelisik merak hijau di TNAP dan TNB

Lokasi

Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks

(detik/hari) ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀

TNAP Padang rumput Sadengan 2977 799 771871 415332 2098 154 3855 1443 Hutan tanaman jati Gunting *) 1384 810 1576233 510009 128 95 2639 1524 Hutan Rowobendo 1081 400 86509 52334 493 172 1670 629 TNB Savan Bekol 2584 536 797633 130791 1691 174 3477 898 Hutan panitia Manting 1881 839 438040 117294 1219 496 2543 1181 Hutan evergreen 2051 899 869870 198305 1119 454 2984 1344

Keterangan: ♂ = jantan; ♀ = betina; *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

Padang Rumput Hutan Tanaman Jati

Hutan Rowobendo

Savana Hutan Pantai Hutan Evergreen

TNAP TNB

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Tipe Habitat

Page 103: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

81

Gambar 33. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku menelisik

merak hijau jantan dan betina di TNAP

Merak hijau jantan maupun betina di TNAP melakukan aktivitas menelisik

dimulai pada pukul 04.00 WIB dan diakhiri pada pukul 18.00 WIB (Gambar 33).

Dalam selang waktu tersebut merak hijau jantan maupun betina melakukan

aktivitas menelisik tiap jamnya, namun dengan frekuensi yang berbeda-beda dan

waktu terjadinya aktivitas menelisik lebih sering di pagi dan sore hari. Merak

hijau jantan dan betina di TNAP memiliki frekuensi aktivitas menelisik tertinggi

di waktu yang sama. Pada pagi hari terjadi saat pukul 07.00 WIB dengan

frekuensi sebesar 1.01 kali per individu per hari merak hijau jantan dan 0.37 kali

per individu per hari merak hijau betina, sedangkan sore hari terjadi pada saat

pukul 15.00 WIB dengan frekuensi merak hijau jantan dan betina secara berurut

sebesar 0.91 dan 0.30 kali per individu per hari.

Di TNB pembagian penggunaan waktu aktivitas menelisik merak hijau

terlihat jelas, yaitu merak hijau hanya melakukan aktivitas menelisik di pagi dan

sore hari (Gambar 33). Merak hijau jantan melakukan aktivitas menelisik di pagi

hari pada pukul 04.00-09.00 WIB dengan frekunsi tertinggi terjadi pada pukul

05.00 WIB sebanyak 2.86 kali per individu per hari, sedangkan sore hari terjadi

berkisar antara pukul 13.00-18.00 WIB dengan frekunsi tertinggi terjadi pada

pukul 16.00 WIB sebanyak 1.41 kali per individu per hari. Merak hijau betina

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB) Betina Jantan

Page 104: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

82

melakukan aktivitas menelisik antara pukul 04.00-08.00 WIB dan 14.00-18.00

WIB. Dalam selang waktu tersebut merak hijau betina rerata melakukan aktivitas

menelisik sebanyak + 0.50 kali.

Gambar 34. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku menelisik

merak hijau jantan dan betina di TNB

Tipe habitat berpengaruhi sangat nyata terhadap frekuensi aktivitas

menelisik merak hijau di TNAP ( χ = 44.561, P < 0.01), sehingga frekuensi

aktivitas menelisik pada habitat padang rumput Sadengan, hutan tanaman jati

Gunting dan hutan Rowobendo akan memiliki peluang yang berbeda. Sama

halnya dengan durasi perilaku menelisik merak hijau di TNAP pun dipengaruhi

sangat nyata oleh tipe habitatnya ( χ = 46.738, P < 0.01).

Berdasarkan uji chi-square pada perilaku menelisik pada beberapa tipe

habitat di TNB terhadap frekuensi dan durasi perilaku menelisik merak hijau

menunjukkan hasil yang sama, yaitu tipe habitat berpengaruh sangat nyata

terhadap perilaku menelisik. Frekuensi aktivitas menelisik merak hijau akan

berbeda pada habitat savana Bekol, hutan pantai Manting maupun hutan

evergreen ( χ = 31.142, P < 0.01). Sama halnya dengan frekuensi, durasi

aktivitas menelisik pun terpengaruh sangat nyata, yaitu durasi perilaku menelisik

akan berbeda pada setiap tipe habitat yang berlainan pada habitat di savana, hutan

pantai maupun evergreen ( χ = 31.019, P < 0.01).

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB) Betina Jantan

Page 105: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

83

Bulu merupakan alat penting bagi merak hijau baik untuk aerodinamis saat

terbang dan sebagai alat pemikat bagi pasangannya. Struktur bulu yang halus

membuat mudah berubah bentuk dari mengembang dapat menjadi menempel

rapat dan rentan terhadap kuman atau kutu. Perubahan ini dapat diakibatkan oleh

posisi tidur semalam dan aktivitas harian merak hijau. Karena alasan tersebut

merak hijau melakukan aktivitas menelisik atau merawat bulu. Aktivitas

menelisik bertujuan merapikan bulu dan menghilangkan atau membuang kotoran,

kuman dan kutu yang menempel atau masuk ke bulu (Maryanti 2007).

Merak hijau menelisik sepanjang hari disela-sela aktivitas hariannya,

seperti makan, minum, berjemur, display dan istirahat. Perilaku menelisik bulu

merupakan aktivitas sekunder yang biasanya dilakukan saat sebelum turun dari

tenggeran, makan, berjemur, berteduh, sebelum tidur serta sehabis display

(Maryanti 2007). Aktivitas menelisik lebih sering dilakukan pada saat pagi hari

karena bulu yang lembab terlihat kusam setelah mendekam (tidur) semalaman.

Hasil uji chi-square perilaku menelisik baik di TNAP maupun TNB

menunjukkan adanya pengaruh frekuensi dan durasi perilaku terhadap tipe habitat.

Frekuensi dan durasi aktivitas menelisik merak hijau di padang rumput maupun

savana lebih banyak daripada di hutan bervegetasi seperti hutan tanaman jati dan

hutan alam di TNAP serta hutan pantai dan hutan evergreen di TNB. Hal ini

disebabkan kondisi umum padang rumput maupun savana yang terbuka, sehingga

merak hijau dapat dengan tenang menelisik karena dapat mengawasi secara

menyeluruh dari gangguan baik pesaing atau predator. Berdeda dengan kondisi di

hutan bervegetasi yang memiliki tegakan yang rapat dengan tumbuhan bawah

yang lebat, sehingga mempersulit pengawasan terhadap sekitar saat menelisik.

Strategi merak hijau pada kondisi tersebut adalah melakukan aktivitas menelisik

secara singkat dan jarang. Maryanti (2007) menyatakan perilaku menelisik bulu

lebih sering dijumpai di padang penggembalaan (rumput).

5.2.4 Perilaku Berjemur

Perilaku berjemur merupakan salah satu aktivitas yang rutin setiap hari

dilakukan oleh merak hijau. Perilaku berjemur berfungsi untuk menghangatkan

tubuh serta mematikan kuman dalam tubuh dan bulu di bawah sinar matahari

akibat kondisi lembab saat malam hari. Merak hijau melakukan aktivitas

Page 106: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

berjemur d

yang lebi

berjemur d

antar bulu

(Gambar

menelisik

merapihka

Gambar 3

Gambar 3

Ak

pada pagi

hijau mel

Setelah le

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

(a)

di areal yan

ih tinggi, s

dengan cara

unya serta b

35). Bias

yang bertu

an bulu-bulu

5. Perilaku(c) gund

6. Grafik pmerak h

ktivitas berj

hari saat cu

akukan akt

ewat dari

ng terkena s

seperti gun

a mengemb

bulu sayap

sanya aktiv

ujuan memp

u yang kunc

u berjemur mdukan tanah

penggunaan hijau di TNA

emur merak

uaca cerah (

tivitas berje

pukul 09.0

(b

inar mataha

ndukan tana

bangkan bul

yang ditur

vitas berjem

mpercepat si

cup akibat t

merak hijauh

waktu dan AP dan TNB

k hijau di TN

(Gambar 36

emur berlan

00 WIB, a

Wakt

b)

ari langsung

ah, pagar a

lu-bulunya,

runkan dan

mur sering

nar mataha

tubuh dan b

; (a) tanah d

frekuensi hB

NAP maupu

6). Baik di T

ngsung pad

aktivitas be

tu (WIB)

g pada temp

atau pohon

sehingga t

posisi tub

g diiringi d

ari mengena

ulu yang lem

datar, (b) pa

harian perila

un TNB bia

TNAP maup

da pukul 05

erjemur me

(c)

pat datar ma

n. Merak

terlihat reng

uh berdiri

dengan akt

ai tubuhnya

mbab.

agar dan

aku berjemu

asanya dilak

pun TNB, m

5.00-09.00

erak hijau

TNAP T

84

aupun

hijau

ggang

tegap

tivitas

a dan

ur

kukan

merak

WIB.

akan

TNB

Page 107: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

85

berkurang bahkan tidak ada merak hijau yang melakukan aktivitas tersebut. Sama

halnya dengan penggunaan waktu aktivitas berjemur di TNAP dan TNB, merak

hijau sering berjemur pada pukul 06.00 WIB. Pada pukul 06.00 WIB merak hijau

di TNAP memiliki frekuensi sebesar 0.44 kali per individu per hari, sedangkan di

TNB merak hijau memiliki frekuensi sebesar 0.31 kali per individu per hari.

Aktivitas berjemur dapat digolongkan dalam aktivitas pagi hari, namun saat

pengamatan terlihat merak hijau di TNAP melakukan aktivitas berjemur satu kali

saat sore hari pada pukul 16.00 WIB di hutan Rowobendo.

Berdasarkan pembagian tipe habitatnya, merak hijau di TNAP dan TNB

melakukan aktivitas berjemur minimal satu kali setiap harinya (Gambar 37).

Merak hijau di hutan Rowobendo TNAP lebih sering berjemur dibandingkan

padang rumput Sadengan dan hutan tanaman jati Gunting. Di hutan Rowobendo

merak hijau melakukan aktivitas berjemur minimal dua kali per individu per hari,

sedangkan merak hijau di padang rumput Sadengan dan hutan tanaman jati

Gunting berjemur hanya satu kali per individu per hari. Di TNB, aktivitas merak

hijau berjemur hanya ditemukan di savana Bekol dan hutan pantai Manting

dengan frekuensi masing-masing sebanyak satu kali per individu per hari.

Sementara di hutan evergreen tidak ditemukan aktivitas berjemur merak hijau.

Gambar 37. Grafik frekuensi harian perilaku berjemur merak hijau pada beberapa

tipe habitat di TNAP dan TNB

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

Padang Rumput Hutan Tanaman Jati

Hutan Rowobendo

Savana Hutan Pantai Hutan Evergreen

TNAP TNB

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Tipe Habitat

Page 108: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

86

Durasi rerata merak hijau jantan di hutan Rowobendo lebih besar

dibandingkan dengan padang rumput Sadengan dan hutan tanaman jati Gunting,

namun merak hijau jantan di padang rumput Sadengan lebih lama berjemur

dibandingkan hutan tanaman jati Gunting. Nilai durasi rerata dari tempat yang

terlama secara berurut sebesar 1192, 1103 dan 851 detik/hari. Namun merak hijau

betina memiliki urutan berbeda dalam lokasi terlama melakukan aktivitas

berjemur, yaitu hutan Rowobendo sebesar 810 detik/hari, hutan tanaman jati

Gunting sebesar 492 detik/hari dan padang rumput Sadengan sebesar 276

detik/hari. Durasi rerata perilaku berjemur merak hijau jantan di hutan pantai

Manting lebih kecil daripada di savana Bekol, yaitu 365 dan 589 detik/hari.

Sedangkan durasi rerata perilaku berjemur merak hijau betina di hutan pantai

lebih besar daripada di savana Bekol, yaitu sebesar 408 dan 1745 detik/hari (Tabel

16).

Tabel 16. Rekapitulasi durasi perilaku berjemur merak hijau di TNAP dan TNB

Lokasi

Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks

(detik/hari) ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀

TNAP Padang rumput Sadengan 1103 276 995581 118994 105 0 2100 621 Hutan tanaman jati Gunting* 851 492 1464115 682513 0 0 2061 1318 Hutan Rowobendo 1192 810 2656744 2285885 0 0 2822 2322.25 TNB Savana Bekol 589 175 400017 116247 0 0 1221 516 Hutan pantai Manting 365 408 196635 355840 0 0 808 1005 Huatan evergreen 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan: ♂ = jantan; ♀ = betina; *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Merak hijau jantan melakukan aktivitas berjemur berkisar antara pukul

05.00-09.00 WIB di TNAP dan TNB, sedangkan merak hijau betina

menggunakan pukul 05.00-08.00 untuk melakukan aktivitas berjemur (Gambar 38

dan 39). Di TNAP dan TNB, frekuensi tertinggi merak hijau jantan dan betina

melakukan aktivitas berjemur saat pukul 06.00 WIB dengan frekuensi masing-

masing secara berurut sebesar 0.53 dan 0.36 kali per individu per hari di TNAP

dan 0.45 dan 0.16 kali per individu per hari. Di TNAP ditemukan merak hijau

melakukan aktivitas berjemur pada sore hari yaitu pada pukul 16.00-17.00 WIB.

Aktivitas ini dilakukan oleh merak hijau betina dengan frekuensi sebesar 0.02 kali

per individu per hari.

Page 109: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

87

Gambar 38. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku berjemur

merak hijau jantan dan betina di TNAP

Gambar 39. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku berjemur

merak hijau jantan dan betina di TNB

Tipe habitat yang terdapat di TNAP berpengaruh sangat nyata terhadap

frekuensi( χ = 78.993, P < 0.01) dan durasi ( χ = 37.666, P < 0.01) aktivitas

berjemur merak hijau. Perilaku berjemur pada padang rumput Sadengan, hutan

tanaman jati Gunting dan hutan Rowobendo akan memiliki peluang yang berbeda

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB) Betina Jantan

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB) Betina Jantan

Page 110: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

88

dalam segi frekuensi dan durasi. Merak hijau di hutan Rowobendo akan lebih

sering berjemur karena habitatnya yang lembab. Tempat yang lembab lebih

berpeluang menyebabkan bulu terserang kuman dan akan menyebabkan bulu yang

lepek dan kusam.

Frekuensi aktivitas berjemur merak hijau terpengaruh sangat nyata oleh

tipe habitat di TNB ( χ = 73.638, P < 0.01), sehingga frekuensi aktivitas

menelisik pada habitat savana Bekol, hutan pantai Manting dan hutan evergreen

akan memiliki peluang yang berbeda. Sama halnya dengan durasi perilaku

berjemur merak hijau di TNB pun dipengaruhi sangat nyata oleh tipe habitatnya

( χ = 25.732, P < 0.01).

Perilaku berjemur adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan bawah

pancaran matahari untuk menghangatkan tubuh merak (Maryanti 2007). Selain

untuk menghangatkan tubuh berjemur juga bertujuan untuk mengeringkan bulu-

bulu yang lembab, sehingga lebih terlihat mengkilap. Sinar matahari pun dapat

berfungsi sebagai pembunuh kuman yang menempel dalam bulu dan tubuh merak

hijau.

Selama pengamatan, merak hijau berjemur pada tempat-tempat yang lebih

tinggi yang terkena sinar matahari langsung. Maryanti (2007) menyebutkan

bahwa merak hijau berjemur pada gundukan tanah, tunggak pohon, pagar ataupun

bertengger di pohon yang terkena cahaya matahari langsung. Posisi tersebut

bentuk strategi merak hijau untuk mempermudah dalam mengawasi kondisi

sekitar. Aktivitas berjemur dilakukan pada pagi hari terutama berkisar pada pukul

06.00-07.00 WIB. Hal ini berkaitan dengan sinar matahari yang hangat, serta

kondisi tubuh yang kaku akibat mendekam semalaman, sehingga butuh

kehangatan untuk dapat melakukan aktivitas hariannya. Maryanti (2007)

mencatat aktivitas berjemur merak hijau di TNAP berlangsung pada pukul 05.20-

07.30 WIB dan di TNB pada pukul 06.00-08.30 WIB.

Durasi aktivitas berjemur merak hijau di TNAP dan TNB beragam pada

berbagai tipe habitat. Serta memiliki frekuensi yang tidak berbeda pada beberapa

tipe habitat. Hal ini diperjelas dengan hasil uji chi-square yang menunjukkan nilai

χ2 hitung lebih besar dari χ2 tab yang berarti tipe habitat sangat berpengaruh terhadap

perilaku berjemur. Karena tipe habitat memiliki kerapatan tegakan yang berbeda

Page 111: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

89

yang akan memberikan peluang merak hijau mendapatkan sinar matahari yang

berbeda dan kelembaban yang berbeda pula.

5.2.5 Perilaku Mandi Debu

Perilaku mandi debu merak hijau adalah kegiatan menghilangkan kotoran

yang menempel di tubuh dan bulunya dengan bantuan butiran-butiran tanah halus

yang kering. Media tempat mandi debu merak hijau berupa gemburan permukaan

tanah kering yang bebas dari tumbuhan dan hanya terdapat tanah halus, berdebu,

berpasir dan liat. Tempat merak hijau melakukan aktivitas mandi debu akan

permanen sepanjang musim kemarau berlangsung.

Aktivitas mandi bedu diawali merak hijau dengan cara mengais tanah yang

gembur dengan bantuan kaki dan paruhnya. Tempat tersebut biasanya merupakan

bekas individu merak hijau saat itu atau hari sebelumnya melakukan mandi debu.

Setelah kondisi tempat mandi debu merasa cocok, merak hijau akan mendekam.

Dalam posisi mendekam, merak hijau akan memiringkan tubuhnya ke kiri atau ke

kanan dan dengan bantuan kaki terluar akan mengais-ngais tanah seperti sedang

menggali lubang dan kaki satunya sebagai tumpuan untuk keseimbangan tubuh.

Lalu kembali ke posisi semula dan mengibas-ngibaskan kedua sayapnya, sehingga

debu-debu berterbangan dan jatuh di atas tubuhnya yang bulu-bulunya telah

dikembangkan. Kegiatan tersebut akan berulang hingga aktivitas mandi debu

selesai. Sesekali kegiatan tersebut akan diselingi dengan menelisik bulu,

mematuk-matuk tanah di depannya dan berdiri untuk merubah posisi dan tempat

mandi debu. Aktivitas mandi debu dilakukan secara soliter maupun berkelompok

(Gambar 40).

Gambar 40. Perilaku mandi debu merak hijau jantan di TNAP; (a) berkelompok

dan (b) soliter

(a) (b)

Page 112: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

90

Penggunaan waktu aktivitas mandi debu merak hijau di TNAP lebih

banyak dibandingkan dengan merak hijau di TNB (Gambar 41). Di TNB merak

hijau melakukan aktivitas mandi debu hanya pada pukul 05.00-08.00 WIB dan

15.00 WIB. Berbeda di TNAP aktivitas mandi debu dimulai pada pukul 05.00

WIB meningkat pada pukul 06.00 WIB dan terus menurun hingga pukul 09.00

WIB, lalu merak hijau mulai lagi pada pukul 13.00-18.00 WIB dengan frekuensi

mengalami fluktuasi setiap jamnya. Aktivitas mandi debu di TNAP frekuensi

terbesar terjadi pada pukul 06.00 WIB, sedangkan di TNB terjadi pada pukul

06.00-07.00 WIB.

Gambar 41. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku mandi debu

merak hijau di TNAP dan TNB

Aktivitas merak hijau mandi debu di TNAP hanya ditemukan di padang

rumput Sadengan dan hutan tanaman jati Gunting, sedangakan di TNB merak

hijau beraktivitas mandi debu hanya di savana Bekol (Gambar 42). Merak hijau

di padang rumput Sadengan memiliki frekuensi terbesar diantara tipe habitat

lainnya. Frekuensi mandi debu di padang rumput Sadengan sebesar 1.69 kali per

individu per hari, hal ini memiliki arti bahwa aktivitas mandi debu merak hijau di

padang rumput Sadengan merupakan aktivitas harian rutin yang dilakukan.

Merak hijau di savana Bekol hanya memiliki frekuensi sebesar 0.73 kali per

individu per hari, yang berarti aktivitas mandi debu bukan merupakan aktivitas

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB) TNAP TNB

Page 113: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

91

harian rutin karena di hari-hari tertentu tidak akan ditemukan merak hijau sedang

melakukan aktivitas mandi debu selama sehari penuh.

Gambar 42. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku mandi debu

merak hijau pada beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB

Tabel 17. Rekapitulasi durasi perilaku mandi debu merak hijau di TNAP dan TNB

Lokasi

Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks

(detik/hari) ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀

TNAP Padang rumput Sadengan 7 1203 676 1219661 0 99 33 2308 Hutan tanaman jati Gunting *) 0 31 0 14945 0 0 0 153 Hutan Rowobendo 0 0 0 0 0 0 0 0 TNB Savana Bekol 0 626 0 268641 0 108 0 1145 Hutan pantai Manting 0 0 0 0 0 0 0 0 Hutan evergreen 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan: ♂ = jantan; ♀ = betina; *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Secara umum, aktivitas mandi debu dilakukan oleh merak hijau betina

baik di TNAP maupun TNB (Tabel 17). Hanya di padang rumput Sadengan yang

terlihat merak hijau jantan melakukan aktivitas mandi debu dengan durasi rerata 7

detik/hari. Durasi rerata aktivitas mandi debu merak hijau betina di padang

rumput Sadengan lebih lama daripada merak hijau betina di hutan tanaman jati

Gunting, yaitu sebesar 1203 dan 31 detik/hari. Di TNB aktivitas merak hijau

mandi debu hanya ditemukan di savana Bekol. Di lokasi tersebut hanya merak

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

Padang Rumput Hutan Tanaman Jati

Hutan Rowobendo

Savana Hutan Pantai Hutan Evergreen

TNAP TNB

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Tipe Habitat

Page 114: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

92

hijau betina yang teramati sedang melakukan aktivitas mandi debu dengan durasi

rerata sebesar 626 detik/hari.

Beberapa tipe habitat yang terdapat di TNAP seperti padang rumput, hutan

Rowobendo dan hutan tanaman jati Gunting tidak mempengaruhi frekuensi dan

durasi perilaku mandi debu merak hijau ( χ = 0.044, P = 9.210). Sama halnya

dengan merak hijau di TNB, frekuensi serta durasi aktivitas mandi debu tidak

terpengaruhi oleh tipe habitat savana, hutan pantai dan hutan evergreen ( χ =

0.000, P = 9.210). Hal ini dikarenakan baik di TNAP maupun di TNB saat

penelitian mengalami musim kemarau, sehingga pada dua lokasi tersebut

memiliki peluang yang sama untuk dijadikan tempat mandi debu bagi merak hijau.

Saat melakukan aktivitas harian tubuh merak hijau rentan terhadap parasit

yang menempel. Untuk menghilangkannya merak hijau melakukan menelisik

serta mandi debu. Perilaku mandi debu merupakan rangkaian aktivitas merapikan

bulu-bulu, mengeluarkan ektoparasit dan benda asing yang menempel pada

tubuhnya dalam rangka merawat tubuhnya (Maryanti 2007). Hernowo (1995)

berpendapat bahwa selama melakukan aktivitas mandi debu, merak hijau juga

melakukan aktivitas preening.

Merak hijau selama melakukan mandi debu dengan menggunakan cakar

dan sayapnya. Cakar digunakan untuk mengais lapisan atas permukaan tanah,

sehingga mendapatkan tanah yang bersih dan lembut. Setelah mendapatkan tanah

yang lembut, merak hijau akan mengepakkan sayapnya agar tanah beterbangan ke

udara dan jatuh di atas tubuhnya. Akibatnya kotoran yang menempel akan ikut

jatuh bersama tanah lembut tersebut saat mengibaskan tubuhnya. Maryanti (2007)

menyebutkan bahwa mandi debu dilakukan dengan cakarnya untuk menggaruk-

garuk tanah gembur kering sambil mendekam di atas tanah, kaki dijulurkan ke

belakang sambil mengepakkan sayap hingga debu masuk ke dalam bulu.

Sativaningsih (2005) menyebutkan merak hijau di TNAP melakukan

aktivitas mandi debu pada pukul 05.59-07.22 dan 15.37-16.50 WIB. Selama

penelitian merak hijau ditemukan melakukan aktivitas mandi debu pada pukul

05.00-09.00 dan 13.00-18.00 WIB di TNAP. Penggunaan waktu tersebut

bertujuan agar saat mandi debu merak hijau tidak terkena sengat matahari yang

panas. Sementara Maryanti (2007) berpendapat bahwa aktivitas mandi debu

Page 115: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

93

merak hijau dilakukan pada pukul 07.30-15.00 WIB. Namun, dijelaskan lebih

lanjut bahwa hasil pengamatannya saat beraktivitas mandi debu siang hari merak

hijau melakukannya di bawah pohon.

Merak hijau di TNB melakukan aktivitas mandi debu pagi hari. Hal ini

sependapat dengan Maryanti (2007) yang menyatakan bahwa merak hijau

melakukan aktivitas mandi debu pada pukul 06.00-08.00 WIB. Sementara

Hernowo (1995) menyebutkan aktivitas mandi debu berlangsung pada pukul

10.00-14.00 WIB. Perbedaan waktu ini diperkirakan pada saat penelitian

Hernowo belum terdapat aktivitas pembinaan vegetasi akasia berupa pembakaran

dan kendaraan ‘gerandong’ yang hilir mudik, sehingga merak hijau masih dapat

leluasa melakukan aktivitas mandi debu di pinggiran jalan Batangan-Bekol dan di

bawah vegetasi akasia duri.

Berdasarkan pengamatan dan penelitian Maryanti (2007) didapatkan

bahwa merak hijau di TNAP hanya melakukan perilaku mandi debu di padang

rumput Sadengan dan hutan tanaman jati Gunting dengan durasi dan frekuensi

terbanyak atau terlama di padang rumput. Hal ini belum membuktikan bahwa tipe

habitat mempengaruhi frekuensi dan durasi perilaku. Karena hasil uji chi-square

menunjukkan nilai χ2 hitung lebih kecil dari χ2 tab, yaitu tipe habitat tidak

mempengaruhi perilaku. Namun lebih pada human error, yaitu jarak pandang

pengamat yang sulit melihat aktivitas mandi debu yang posisinya mendekam yang

terhalang oleh tegakan dan semak belukar. Maryanti (2007) menyatakan padang

rumput Sadengan yang sangat terbuka memungkinkan perilaku mandi debu

termonitor dengan cukup baik.

Merak hijau di TNB melakukan aktivitas mandi debu hanya ditemukan di

savana Bekol. Namun, hasil uji chi-square menunjukkan nilai χ2 hitung lebih kecil

dari χ2 tab yang berarti perilaku mandi debu memiliki peluang yang sama pada

habitat savana, hutan pantai dan hutan evergreen. Selama pengamatan tidak

ditemukan yang aktivitas mandi debu bukan pengaruh dari habitat. Maryanti

(2007) menyatakan bahwa hutan pantai dan evergreen memiliki kondisi yang

memenuhi syarat sebagai tempat mandi debu. Selain itu selama pengamatan

ditemukan bekas mandi debu di pinggir jalan yang membelah hutan evergreen

serta beberapa cekungan tempat mandi debu di hutan pantai. Faktor yang teramati

Page 116: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

94

penyebab tidak ditemukannya aktivitas mandi debu di dua lokasi tersebut adalah

aktivitas ‘gerandong’ atau angkutan kayu akasia duri yang sering lewat sepanjang

jalur Batangan-Bekol serta aktvitas pencurian daun gebang di sekitar hutan pantai

yang selalu mengganggu merak hijau untuk diambil bulu-bulunya.

5.2.6 Perilaku Berlindung

Perilaku berlindung merupakan tanggapan alami dari merak hijau terhadap

gangguan yang datang. Tanggapan merak hijau terhadap gangguan yang datang

beragam dari mulai menunjukkan sikap curiga dengan mengeluarkan suara

“tk…tk…tk…” ataupun “krooow” sambil berjalan menjauh dari sumber gangguan

hingga terbang menjauh dengan mengeluarkan suara “kokokokok” ataupun tidak.

Sumber gangguan dapat berupa individu merak hijau lainnya, satwa lainnya baik

predator maupun non-predator serta manusia yang beraktivitas di dekat merak

hijau.

Gambar 43. Perilaku berlindung merak hijau; (a) curiga, (b) terbang menghindar

dan (c) menghindar dari serangan elang-laut perut-putih

Ketika mencurigai sesuatu yang dapat membahayakan dirinya, merak hijau

akan bersikap terlihat tegang dengan menegakkan lehernya dan posisi berdiri

sempurna serta kepala yang diarahkan ke segala arah mencari tempat

perlindungan (Gambar 43). Aktivitas tersebut diikuti dengan suara curiga yang

dikeluarkannya. Ketika gangguan atau ancaman tersebut dapat menjadi bahaya,

merak hijau akan terbang ke tempat yang membuatnya aman. Tempat yang biasa

digunakan untuk berlindung adalah tajuk pohon dan semak belukar. Selama di

tempat perlindungan merak hijau akan terus bersuara “tk…tk…tk…” atau

“krooow” hingga merak hijau merasa aman.

Sumber gangguan merak hijau di TNAP diantaranya manusia (pengunjung,

petugas, pesanggem, pemburu dan peneliti), elang-laut perut-putih (Haliaeetus

leucogaster), elang-ular bido (Spilornis cheela), elang brontok (Spizaetus

(a) (b) (c)

Page 117: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

95

cirrhatus), anjing kampung dan merak hijau. Sementara, gangguan merak hijau di

TNB bersumber dari manusia (pengunjung, petugas, gelandong, pencuri dan

peneliti), ajag (Cuon alpinus), elang brontok, elang-ular bido, monyet-ekor

panjang (Macaca fascicularis), lutung budeng (Presbytis aurata), garangan jawa

(Herpestes javanica), kucing hutan (Felix bengalensis), biawak air-asia (Varanus

salvator) dan merak hijau. Berdasarkan sumber gannguannya tingkat ancaman

hingga mengakibatkan kematian di TNAP tidak ditemukan, sedangkan di TNB

ditemukan 3 individu tewas akibat predator.

Gambar 44. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku berlindung

merak hijau di TNAP dan TNB

Perilaku berlindung merak hijau baik di TNAP maupun di TNB sudah

terjadi saat memulai aktivitas hariannya hingga naik ke pohon tidurnya (Gambar

44). Merak hijau di TNAP mengalami gangguan hingga harus berlindung

berkisar pada pukul 05.00-11.00 WIB dan 14.00-18.00 WIB dengan frekuensi

tertinggi terjadi gangguan pada pukul 07.00-08.00 WIB. Di TNB merak hijau

memiliki selang waktu mengalami gangguan yang lebih sempit, yaitu terjadi pada

waktu antara pukul 05.00-09.00 WIB dan 14.00-18.00 WIB. Frekuensi gangguan

yang dialami merak hijau di TNB lebih sering terjadi pada pukul 07.00 WIB.

Namun secara umum, sebaran penggunaan waktu merak hijau di TNB terganggu

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

0.18

0.2

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB) TNAP TNB

Page 118: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

96

sering terjadi di sore hari, yaitu saat pukul 16.00-18.00 WIB, sedangkan di TNAP

pada pagi hari berkisar antara pukul 07.00-09.00 WIB.

Tabel 18. Rekapitulasi durasi perilaku berlindung merak hijau di TNAP dan TNB

Lokasi

Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks

(detik/hari) ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀ ♂ ♀

TNAP Padang rumput Sadengan 379 833 1246905 2051940 0 0 1495 2265 Hutan tanaman jati Gunting * 1382 1262 14007694 2527560 0 0 5124 2852 Hutan Rowobendo 1235 1235 2770304 2800004 0 0 2899 2908 TNB Savana Bekol 273 273 818182 818182 0 0 1177 1177 Hutan pantai Manting 252 492 571040 1076640 0 0 1008 1530 Hutan evergreen 1740 1787 3562200 3615748 0 0 3627 3688

Keterangan: ♂ = jantan; ♀ = betina; *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Perilaku berlindung ditemukan di seluruh lokasi pengamatan di TNAP dan

TNB dengan durasi yang beragam (Tabel 18). Merak hijau jantan di hutan

tanaman jati Gunting melakukan aktivitas berlindung terlama dengan durasi 1382

detik/hari, sedangkan merak hijau betina di padang rumput Sadengan merupakan

merak hijau betina berdurasi tersingkat untuk berlindung dari gangguan dengan

durasi sebesar 833 detik/hari dibandingkan dua lokasi lainnya di TNAP. Merak

hijau jantan dan betina di TNB yang memiliki durasi maksimum terlama adalah

merak hijau di hutan evergreen, dengan nilai masing-masing secara berurut

sebesar 3627 detik/hari dan 3688 detik/hari. Di TNAP, aktivitas berlindung lebih

lama dilakukan oleh merak hijau betina daripada merak hijau jantan (F = 2.80; v1

= 40, v2 = 40), sedangkan merak hijau di TNB memiliki durasi aktivitas

berlindung yang sama antara betina dan jantan karena masih dalam satu kelompok

dengan kesamaan ragam (F = 1.12; v1 = 25, v2 = 25).

Di TNAP merak hijau lebih sering berlindung daripada merak hijau di

TNB, karena frekuensi merak hijau di TNAP mengalami gangguan lebih sering

dibandingkan merak hijau di TNB (Gambar 45). Merak hijau di TNAP dan TNB

minimal melakukan aktivitas berlindung dalam satu hari sebanyak satu kali.

Merak hijau di hutan tanaman jati Gunting lebih sering berlindung dari pada

padang rumput Sadengan dan hutan Rowobendo. Di hutan tanaman jati Gunting

merak hijau berlindung akibat gangguan sebanyak 2-3 kali per individu per hari.

Sementara itu, merak hijau di hutan evergreen lebih sering berlindung daripada

savana Bekol dan hutan pantai Manting.

Page 119: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

97

Gambar 45. Grafik frekuensi harian perilaku berlindung merak hijau pada

beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB

Uji chi-square terhadap frekuensi perilaku berlindung menunjukkan bahwa

merak hijau di TNAP memiliki peluang yang berbeda untuk melakukan perilaku

berlindung di padang rumput Sadengan, hutan tanaman jati Gunting dan hutan

Rowobendo ( χ = 55.102, P < 0.01), yang menandakan bahwa tipe habitat

berpengaruh sangat nyata terhadap frekuensi perilaku berlindung merak hijau.

Sama halnya dengan lamanya merak hijau berlindung dari gangguan sangat

terpengaruh nyata oleh tipe habitat ( χ = 41.255, P < 0.01).

Hal yang sama terhadap hasil uji chi-square perilaku berlindung merak

hijau di TNB. Tipe habitat memberi pengaruh yang sangat nyata terhadap

frekuensi dan durasi berlindung merak hijau. Tipe habitat seperti savana Bekol,

hutan pantai Manting dan hutan evergreen berpengaruh sangat nyata terhadap

frekuensi dan lamanya merak hijau berlindung di TNB ( χ = 9.303, P < 0.01).

Perilaku berlindung adalah perilaku individu ketika merasa terancam dari

gangguan dengan respon yang beragam dapat berupa berjalan menjauh, terbang ke

pohon atau masuk ke dalam semak-semak (Maryanti 2007). Menurut

Sativaningsih (2005), merak hijau merespon adanya gangguan tergantung pada

jarak gangguan dan kondisi merak hijau saat gangguan tersebut muncul. Selama

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Padang Rumput Hutan Tanaman Jati

Hutan Rowobendo

Savana Hutan Pantai Hutan Evergreen

TNAP TNB

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Tipe Habitat

Page 120: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

98

pengamatan merak hijau lebih banyak melakukan berlindung daripada

menghadapi gangguan tersebut.

Saat terganggu dan atau merasa terganggu, merak hijau akan berlindung

disertai suara-suara yang dikeluarkannya. Ketika terbang menghindar gangguan

merak mengeluarkan suara “kokoko…” (Hernowo 1995; Sativaningsih 2005;

Dwisatya 2006 dan Maryanti 2007) sedangkan ketika mencurigai sesuatu, merak

akan mengeluarkan suara “tk…tk…tk…” (Winarto 1993; Hernowo 1995;

Sativaningsih 2005 dan Maryanti 2007). Setelah ancaman atau gangguan sudah

mereda merak hijau akan keluar dari tempat berlindung dan melanjutkan

aktivitasnya semula dengan sikap masih siaga dan waspada.

Gangguan atau ancaman terhadap merak hijau bisa terjadi setiap saat

selama 24 jam (Maryanti 2007). Akan tetapi pada pukul 07.00-08.00 WIB di

TNAP memiliki frekuensi terbanyak merak hijau mengalami gangguan. Terutama

dikarenakan oleh pesanggem di hutan tanaman jati Gunting sebagai tempat

tersering merak hijau mengalami gangguan dari pada di padang rumput Sadengan

dan hutan Rowobendo. Berbeda halnya dengan padang rumput yang selalu dijaga

relawan dan selalu diperiksa keadaanya oleh polhut, sehingga relatif lebih aman

dibandingkan tempat lain.

Di TNB, merak hijau sering terganggu pada pukul 07.00 dan 16.00 WIB.

Maryanti (2007) menyebutkan intensitas terbesar merak hijau mengalami

gangguan antara pukul 06.00-07.00 dan 15.00-16.00 WIB. Hal ini berhubungan

dengan aktivitas manusia yang mulai aktif pada waktu tersebut, terutama angkutan

pembinaan akasia duri.

Merak hijau memiliki peluang yang berbeda mendapat gangguan baik di

padang rumput Sadengan, hutan tanaman jati Gunting dan hutan alam Rowobendo

berdasarkan hasil uji chi-square di TNAP. Merak hijau di hutan tanaman jati

lebih sering mengalami gangguan dengan durasi berlindungnnya paling lama dari

dua lokasi lainnya. Gangguan ini disebabkan oleh pesanggem yang menjaga

tumbuhan tumpangsarinya, sehingga intensitas mengalami gangguan yang sering.

Dalam mengusir merak sering menggunakan batu yang menyebabkan trauma,

maka saat terjadi pengusiran kembali merak akan berlindung sangat lama hingga

Page 121: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

99

situasi aman. Merak hijau pada habitat yang terdapat interaksi manusia akan

berpeluang besar mengalami gangguan.

Merak hijau di TNB memiliki hasil uji chi-square yang sama dengan

TNAP. Akan tetapi durasi dan frekuensi perilaku berlindung tidak berbanding

lurus. Hutan evergreen merupakan tempat terbanyak terjadinya frekuensi

ganguan, namun memiliki durasi berlindung yang lebih kecil dari savana Bekol.

Karena sumber gangguan di hutan evergreen hanya bersifat insidensial yaitu

berupa kendaraan yang lewat. Sementara itu, sumber gangguan pada merak hijau

di savana Bekol banyak berasal dari predatornya seperti anjing liar dan elang

brontok, sehingga merak hijau akan berlindung lebih lama.

5.2.7 Perilaku Bertarung

Perilaku bertarung biasa dilakukan oleh merak hijau jantan (Gambar 46).

Merak hijau akan bertarung ketika individu merak hijau jantan lainnya berada

dalam satu ruang dan waktu yang sama dengan jarak antar individu sangat dekat.

Jarak antar merak hijau jantan yang akan menimbulkan pertarungan bervariasi

berkisar antara 1-100 m. Pertarungan ini berhubungan dengan penguasaan

wilayah agar terlihat sebagai jantan dominan oleh merak hijau betina di saat

musim berbiak.

Gambar 46. Perilaku bertarung antar merak hijau jantan; (a) di padang rumput

Sadengan dan (b) savana Bekol

Perilaku bertarung terjadi merak hijau jantan dewasa bertemu. Kedua

merak akan memasang posisi berdiri tegak dengan leher dan jambul ditegakkan

dan bulu hias diangkat sejajar tubuh. Merak hijau akan bergantian menggertak,

yaitu bergerak maju dan berputar dengan mengangkat bulu hiasnya melewati atas

kepala merak hijau lawan. Setelah beberapa kali menggertak, salah satu merak

(a) (b)

Page 122: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

100

hijau akan menyerang menggunakan tajinya dengan cara melompat. Merak hijau

lawan akan melompat pula sebagai gerakan pertahanan dengan posisi kaki

mengarah ke atas (Gambar 46a). Gerakan menyerang akan dilakukan bergantian

hingga salah satu merak hijau pergi atau menyerah. Seringkali perilaku bertarung

diiringi dengan aktivitas kejar-kejaran, baik sambil lari maupun terbang dari satu

tempat ke tempat lainnya. Bahkan terkadang terjadi pertarungan yang tidak sehat

yaitu salah satu merak hijau mendapat bantuan tenaga dalam mengusir merak

hijau lawan.

Perilaku bertarung merak hijau di TNB lebih awal berlangsungnya dari

pada merak hijau di TNAP (Gambar 47). Merak hijau TNB melakukan aktivitas

bertarung pada pukul 04.00-09.00 WIB dan 14.00-17.00 WIB. Sementara merak

hijau TNAP aktivitas bertarung berlangsung pada pukul 05.00-10.00 WIB dan

pada pukul 14.00-18.00 WIB. Sekitar pukul 10.00-14.00 WIB baik di TNAP

maupun TNB tidak ditemukan aktivitas berkelahi. Di TNAP perilaku bertarung

merak hijau sering terjadi pada pukul 07.00 WIB, sedangkan di TNB merak hijau

bertarung lebih sering terjadi pada pukul 05.00 WIB.

Gambar 47. Grafik penggunaan waktu dan frekuensi harian perilaku bertarung

merak hijau di TNAP dan TNB

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

0.16

0.18

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Waktu (WIB) TNAP TNB

Page 123: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

101

Gambar 48. Grafik frekuensi harian perilaku bertarung merak hijau jantan pada

beberapa tipe habitat di TNAP dan TNB

Sama halnya dengan durasi aktivitas bertarung, merak hijau TNAP lebih

sering bertarung di padang rumput Sadengan daripada hutan Rowobendo dan

hutan tanaman jati Gunting (Gambar 48). Di padang rumput Sadengan merak

hijau melakukan aktivitas bertarung minimal dua kali per individu per hari,

sedangkan di hutan Rowobendo merak hijau hanya melakukan pertarungan satu

kali per hari per individu. Sementara hutan tanaman jati Gunting hanya memiliki

frekuensi sebesar 0.31 kali per individu per hari. Di TNB, nilai durasi aktivitas

bertarung berbanding lurus dengan nilai frekuensinya. Merak hijau savana Bekol

lebih sering melakukan aktivitas bertarung daripada merak hijau di hutan pantai

Manting dan hutan Evergreen, yaitu minimal tiga kali per individu per hari.

Aktivitas bertarung merak hijau hanya ditemukan di padang rumput

Sadengan, hutan tanaman jati Gunting, hutan Rowobendo, savana Bekol dan

hutan pantai Manting (Tabel 19). Durasi yang diperlukan oleh merak hijau jantan

bertarung di padang rumput Sadengan lebih lama daripada di hutan tanaman jati

Gunting dan hutan Rowobendo. Merak hijau di padang rumput Sadengan

memiliki durasi rerata sebesar 1009 detik/hari, sedangkan dua lokasi lainnya di

TNAP memiliki durasi masing-masing sebesar 158 detik/hari di Gunting dan 740

detik/hari di Rowobendo. Sementara itu, di TNB hanya ditemukan di savana

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

Padang Rumput Hutan Tanaman Jati

Hutan Rowobendo

Savana Hutan Pantai Hutan Evergreen

TNAP TNB

Rer

ata

frek

uens

i per

har

i

Tipe Habitat

Page 124: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

102

Bekol dan hutan pantai Manting aktivitas bertarung antar merak hijau jantan.

Savana Bekol memiliki durasi rerata terbesar dibandingkan dengan dua lokasi

lainya di TNB, yaitu sebesar 1533 detik/hari.

Tabel 19. Rekapitulasi durasi perilaku bertarung merak hijau di TNAP dan TNB

Lokasi Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks

(detik/hari) TNAP Padang rumput Sadengan 1009 1843785 0 2367 Hutan tanaman jati Gunting *) 158 396900 0 788 Hutan Rowobendo 740 3166200 0 2519 TNB Savana Bekol 1533 8039782 0 4368 Hutan pantai Manting 30 9000 0 125 Hutan evergreen 0 0 0 0

Keterangan: *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Perilaku bertarung antara merak hijau jantan tidak terpengaruh oleh tipe

habitat di TNAP baik frekuensi maupun durasinya ( χ = 0.000, P = 9.210).

Perilaku bertarung merak hijau di TNAP memiliki frekuensi dan durasi yang sama

antara di padang rumput Sadengan, hutan tanaman jati Gunting dan hutan

Rowobendo. Begitu pula dengan tipe habitat di TNB yang tidak berpengaruh

dengan perilaku bertarung merak hijau ( χ = 0.000, P = 9.210). Berdasarkan nilai

itu pula dapat diketahui bahwa merak hijau jantan di TNB akan memiliki perilaku

bertarung yang sama baik di savana Bekol, hutan pantai Manting dan hutan

evergreen karena tidak ada hubungan antara frekuensi serta lamanya bertarung

dengan tipe habitat yang berbeda.

Bertarung dilakukan merak hijau untuk mempertahankan suatu wilayah

dan memperlihatkan bentuk kejantanannya pada merak hijau betina serta

mengkukuhkannya sebagai merak hijau jantan dominan. McFarland (1987)

dalam Dwisatya (2006) menyatakan bahwa betina akan memilih jantan yang

teritorinya kaya pakan. Apabila dua merak jantan bertemu dalam jarak yang dekat,

hanya ada dua kemungkinan yaitu bertarung (fight) dan pengusiran (Maryanti

2007).

Terjadinya pertarungan antar merak hijau jantan beragam. Di TNAP,

merak hijau jantan akan bertarung walaupun kedua individu merak tersebut

berjarak 50-200 m. Hal terbalik terjadi di TNB, yaitu dua individu merak hijau

jantan dengan jarak 1-2 m tidak terjadi perkelahian. Peristiwa ini menjelaskan

Page 125: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

103

bahwa pertarungan terjadi ketika merak hijau jantan dominan merasa terganggu

atau tersaingi dalam mencari perhatian merak hijau betina.

Baik TNAP maupun TNB, merak hijau melakukan aktivitas bertarung

lebih sering pada pagi hari. Karena kondisi tubuh dan energi merak hijau saat

pagi hari masih bugar dan penuh. Dengan kondisi tersebut merak hijau memiliki

peluang menang saat bertarung lebih besar. Hal ini pun bentuk strategi merak

hijau jantan dalam menarik perhatian merak hijau betina.

Merak hijau di padang rumput Sadengan lebih sering melakukan aktivitas

bertarung daripada merak hijau jantan di hutan tanaman jati Gunting dan hutan

Rowobendo di TNAP. Adapun ini berkaitan dengan habitat yang lebih terbuka

pada padang rumput dari pada hutan, sehingga merak hijau dapat dengan mudah

melihat pejantan lain. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil uji chi-square

menunjukkan nilai χ2 hitung lebih kecil dari χ2 tab, yaitu tipe habitat tidak

mempengaruhi perilaku atau tiap tipe habitat memiliki peluang yang sama sebagai

tempat bertarung. Selama pengamatan, jumlah individu jantan dalam satu lokasi

dan jarak antar pejantan tersebut merupakan faktor utama terjadinya perilaku

bertarung. Di hutan tanaman Gunting merak hijau jarang melakukan pertarungan

karena hanya terdapat tiga merak hijau jantan dengan jarak antar pejantan 200-400

m.

Di TNB, hasil uji chi-square menunjukkan hasil yang sama dengan yang

ada di TNAP yaitu perilaku bertarung di habitat savana, hutan pantai dan

evergreen seharusnya sama. Akan tetapi perilaku bertarung lebih sering terjadi di

savana Bekol dibandingkan hutan pantai Manting dan hutan evergreen. Hal ini

bukan semata-mata akibat perbedaan habitat, namun di Bekol terdapat sumber air

minum saat musim kemarau. Maka peluang terjadinya petarungan di Bekol lebih

besar.

5.2.8 Perilaku Istirahat

Perilaku istirahat merupakan perilaku merak hijau menghentikan segala

bentuk aktivitasnya di tempat teduh yang terhindar dari terik matahari di antara

dua periode aktivitas harian pagi hari dan sore hari untuk menghilangkan lelah

akibat aktivitas sebelumnya. Merak hijau melakukan aktivitas istirahat ketika

sinar matahari mulai terasa panas. Di TNAP merak hijau beristirahat berkisar

Page 126: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

104

antara pukul 11.00-14.00 WIB. Sementara merak hijau TNB melakukan aktivitas

istirahat pada pukul 09.00-14.00 WIB. Secara umum, merak hijau di TNB

memiliki waktu lebih lama dibandingkan dengan merak hijau TNAP.

Gambar 49. Berbagai posisi perilaku istirahat merak hijau; (a) berdiri di bawah

pohon widoro bukol dan (b) mendekam di cabang pohon apak

Merak hijau beristirahat dalam posisi mendekam ataupun berdiri (gambar

49). Di TNAP merak hijau beristirahat di atas pohon dan diantara semak-belukar.

Pohon yang sering digunakan sebagai tempat beristirahat antara lain apak (Ficus

invectora), bendo (Articarpus elastic), randu hutan (Bombax valetoni), ketangi

(Lagestromia speciosa), laban (Vitex coffasus), gempol (Nucleae siamea), mahoni

(Swietenia macrophylla), walikukun (Schoutenia ovata) dan jati (Tectona

grandis). Sementara merak hijau di TNB beristirahat di bawah pohon diantara

semak-semak. Pohon yang sering digunakan sebagai tempat beristirahat

diantaranya mimba (Azadicahta indica), pilang (Acacia leucophloea), akasia duri-

duri (Acacia nilotica), widoro bukol (Zizyphus rotundifolia) dan ki serut.

Aktivitas istirahat merak hijau dapat dilakukan secara berkelompok maupun

soliter.

Durasi rerata yang dibutuhkan melakukan aktivitas istirahat oleh merak

hijau jantan di padang rumput Sadengan, hutan tanaman jati Gunting dan hutan

Rowobendo secara berurut adalah 21310, 17176 dan 18526 detik/hari dan merak

hijau betina adalah sebesar 17008, 16879 dan 17607 detik/hari. Hal ini berarti

merak hijau jantan di padang rumput Sadengan lebih lama beristirahat daripada

dua lokasi lainnya di TNAP, sedangkan merak hijau betina hutan Rowobendo

lebih lama beristirahat dibadingkan dua lokasi lainnya di TNAP. Di TNB, durasi

yang diperlukan merak hijau jantan dan betina untuk beristirahat di hutan

(a) (b)

Page 127: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

105

evergreen lebih lama daripada di hutan pantai Manting dan savana Bekol yang

secara berurutan nilainya adalah 23412, 23118 dan 18212 detik/hari untuk merak

hijau jantan dan 23952, 22878 dan 18010 detik/hari (Tabel 20 dan 21).

Tabel 20. Rekapitulasi durasi perilaku istirahat merak hijau jantan di TNAP dan TNB

Lokasi Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks

(detik/hari) TNAP Padang rumput Sadengan 21310 10970928 17997 24622 Hutan tanaman jati Gunting *) 17175 13257888 13533 20816 Hutan Rowobendo 18526 25844047 13442 23610 TNB Savana Bekol 18212 5362545 15896 20527 Hutan pantai Manting 23118 6229640 20622 25614 Hutan evergreen 23412 844920 22493 24331

Keterangan: *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Tabel 21. Rekapitulasi durasi perilaku istirahat merak hijau betina di TNAP dan TNB

Lokasi Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks

(detik/hari) TNAP Padan rumput Sadengan 17008 16329937 12967 21049 Hutan tanaman jati Gunting *) 16879 11099912 13548 20211 Hutan Rowobendo 17607 4881700 15397 19816 TNB Savana Bekol 18010 2548220 16414 19606 Hutan pantai Manting 22878 2456040 21311 24445 Hutan evergreen 23952 2149920 22486 25418

Keterangan: *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Frekuensi aktivitas istirahat merak hijau di TNAP terpengaruh sangat

nyata oleh tipe habitat baik padang rumput Sadengan, hutan tanaman jati Gunting

dan hutan Rowobendo ( χ = 60.116, P < 0.01). Begitu pula dengan lamanya

merak hijau melakukan aktivitas istirahat terpengaruh sangat nyata oleh tipe

habitat di TNAP ( χ = 57.917, P < 0.01). Selama pengamatan merak hijau lebih

sering dijumpai sedang beristirahat di padang rumput Sadengan dalam waktu yang

lama. Sedangkan, di hutan Rowobendo dan hutan tanaman jati Gunting merak

hijau dijumpai sedang beristirahat akan tetapi dengan durasi yang singkat. Hal ini

disebabkan kondisi habitat hutan tanaman jati Gunting dan hutan Rowobendo

memiliki tegakan yang lebih rapat dibandingkan Sadengan yang berupa padang

rumput. Habitat tersebut akan memberikan kesejukan dari terik sinar matahari.

Page 128: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

106

Hal yang berbeda terhadap hasil uji chi-square perilaku istirahat merak

hijau di TNB. Tipe habitat memberi pengaruh yang berbeda terhadap frekuensi

dan durasi aktivitas istirahat merak hijau. Tipe habitat seperti savana Bekol, hutan

pantai Manting dan hutan evergreen berpengaruh sangat nyata terhadap frekuensi

aktivitas istirahat merak hijau di TNB ( χ = 38.771, P < 0.01). Akan tetapi tipe

habitat di TNB tidak berpengaruh terhadap lamanya merak hijau beristirahat ( χ

= 0.872, P = 9.210). Hal ini berarti merak hijau melakukan aktivitas beristirahat

memiliki durasi yang sama pada habitat savana Bekol, hutan pantai Manting dan

hutan evergreen.

Saat hari menjelang siang, merak hijau akan melakukan aktivitas istirahat

untuk menghindari terik matahari. Aktivitas istirahat (berteduh) biasanya

dilakukan diantara aktivitas makan padi dan siang dalam upaya untuk

menghindari panas matahari (Maryanti 2007). Pattaratuma (1977) menyatakan

bahwa suhu mempengaruhi merak hijau agar berpindah ke hutan untuk melakukan

istirahat.

Merak hijau melakukan aktivitas istirahat di tempat-tempat yang teduh

seperti di bawah pohon dan di sela-sela semak serta terkadang bertengger di tajuk

yang rimbun. Saat beristirahat biasanya merak hijau akan berpindah dari satu

tempat teduh ke tempat teduh lainnya, hal ini dikarenakan saat musim kemarau

suhu sangat panas. Hernowo (1995) menyebutkan bahwa merak hijau di TNB

berteduh dengan cara berdiri dan biasanya akan berpindah tempat dari tempat

teduh satu ke tempat teduh yang lain. Hal yang sama terjadi di hutan tanaman

yang diduga bertujuan untuk mengantisipasi adanya gangguan atau kejaran

predator (Sativaningsih 2005). Menurut Tanudimadja dan Kusumamiharja (1985),

hewan-hewan akan mencari tempat yang aman dan nyaman bagi dirinya.

Aktivitas istirahat berlangsung pada kisaran waktu 11.00-14.00 WIB di

TNAP dan 09.00-14.00 WIB di TNB. Maryanti (2007) mencatat merak hijau di

TNAP beristirahat selama 3-8 jam yaitu antara pukul 07.30-15.00 dan di TNB

berkisar antara pukul 08.00-14.30 WIB atau selama 3-7 jam. Sementara

Sativaningsih (2005) menyatakan bahwa merak hijau di padang rumput Sadengan

TNAP beristirahat pada pukul 09.00-14.00 WIB. Merak hijau beristirahat pada

waktu tersebut karena aktivitas predator sangat tinggi dan suhu yang panas.

Page 129: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

107

Durasi dan frekuensi aktivitas istirahat merak hijau di TNAP dan TNB

beragam pada berbagai tipe habitat. Hal ini diperjelas dengan hasil uji chi-square

yang menunjukkan nilai χ2 hitung lebih besar dari χ2 tab yang berarti terdapat

pengaruh tipe habitat terhadap perilaku istirahat. Pada habitat berhutan di TNAP,

merak hijau lebih cepat durasi istirahatnya. Hal ini disebabkan kondisi tajuk yang

rapat membuat merak hijau teduh tidak kepanasan walaupun sedang melakukan

aktivitas lainnya.

Di TNB, merak hijau memiliki durasi yang relatif sama pada habitat

savana Bekol, hutan pantai Manting dan hutan evergreen. Akan tetapi Di hutan

evergreen TNB merak hijau lebih lambat melakukan aktivitas istirahat di

bandingkan savana dan hutan pantai. Karena kondisi habitat di hutan evergreen

memiliki tajuk yang rapat dengan vegetasi yang hijau sepanjang tahun, sehingga

akan mengurahi terik dari sinar matahari.

5.2.9 Perilaku Tidur

Perilaku tidur merak hijau adalah serangkaian kegiatan merak hijau dari

mulai memilih pohon tempat tenggerannya (tidur) dilanjutkan dengan

memposisikan tubuhnya sedemikian rupa yang diakhiri dengan mengeluarkan

suara-suara terakhir tanda berakhirnya aktivitas harian sampai dengan terdengar

suaranya di pagi hari tanda dimulainya aktivitas. Merak hijau mengeluarkan suara

tipe I saat akan tidur dan setelah bangun. Sebelum bertengger di pohon tidur,

merak hijau naik ke pohon tidur dengan cara terbang bertahap maupun langsung.

Merak hijau tidur di atas pohon bertujuan agar terhindar dari predator.

Pohon yang menjadi pilihan tempat tidur merak hijau biasanya tidak jauh

dari tempat terbuka (tempat makan), memiliki ketinggian relatif lebih tinggi dari

pohon sekitarnya dan memiliki tajuk tidak lebat dengan percabangan yang

mendatar atau relatif tegak lurus dengan batang utama. Di TNAP merak hijau

menggunakan jenis pohon untuk tidur diantaranya apak, gempol, randu hutan,

bendo, mahoni dan jati, sedangkan pilang, mimbo dan gebang (Corypha utan)

menjadi pilah utama merak hijau di TNB sebagai pohon tidurnya (Gambar 50).

Berdasarkan pengamatan pohon tidur yang dipilih merak hijau memiliki areal

terbuka tempat landasan mendarat saat turun dari pohon tidurnya. Merak hijau

Page 130: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

jantan bia

satu pohon

Gambar 5

Uji

memiliki

Sadengan,

9.210), ya

merak hija

hasil bahw

sangat nya

tetapi dura

TNAP (

Se

bangun pa

berkisar a

memiliki d

padang ru

(a)

(c)

asa tidur sen

n dapat dite

0. Perilaku(c) geba

i chi-square

peluang ya

, hutan tana

ang menand

au. Lain ha

wa tiap hab

ata terhadap

asi aktivitas

= 0.247, P

cara umum

ada pukul 0

antara puku

durasi lebih

umput Sade

ndiri dalam

emukan lebi

u tidur meraang dan (d) m

e perilaku t

ang sama un

aman jati G

dakan bahw

alnya, perila

bitat yaitu s

p perilaku t

s tidur mera

P = 9.210) m

m merak hij

05.00 WIB

ul 17.30-04

h lama tidur

engan, yaitu

satu pohon

ih dari satu

k hijau di atmimba

tidur menun

ntuk melaku

Gunting dan

wa tipe habi

aku tidur m

savana, hut

tidur merak

ak hijau tida

maupun di T

jau di TNA

B, sedangka

4.30 WIB.

rnya diband

u dengan d

n, sedangkan

individu.

tas pohon; (

njukkan ba

ukan aktivi

n hutan Row

itat tidak m

merak hijau

tan pantai d

hijau (

ak terpengar

TNB ( =

AP tidur pa

an di TNB

Merak h

ingkan huta

durasi masi

(b)

(d)

n merak hij

(a) jati, (b) r

ahwa merak

itas tidur di

wobendo (

mempengaru

di TNB yan

dan evergre

= 19.524, P

ruhi oleh tip

= 0.049, P =

ada pukul

aktivitas ti

hijau di hu

an tanaman

ing-msing s

jau betina d

randu hutan

k hijau di T

i padang ru

= 0.247

uhi perilaku

ng menunju

een berpeng

P < 0.01).

pe habitat ba

= 9.210).

17.30 WIB

dur merak

utan Rowob

jati Guntin

secara beru

108

dalam

n,

TNAP

umput

7, P =

tidur

ukkan

garuh

Akan

aik di

B dan

hijau

bendo

g dan

urutan

Page 131: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

109

41944, 41862 dan 40703 detik/hari. Sementara durasi rerata merak hijau di

savana Bekol melakukan aktivitas tidur lebih cepat dibandingkan dua lokasi

lainnya di TNB, yaitu sebesar 37032 detik/hari (Table 22).

Tabel 22. Rekapitulasi durasi perilaku tidur merak hijau di TNAP dan TNB

Lokasi Durasi Rerata

(detik/hari)

Ragam Waktu

(detik/hari)2

Durasi Min.

(detik/hari)

Durasi Maks

(detik/hari) TNAP Padang rumput Sadengan 40703 659869 39891 41515 Hutan tanaman jati Gunting *) 41862 774723 40982 42742 Hutan Rowobendo 41944 3166261 40165 43723 TNB Savana Bekol 37032 939379 36063 38002 Hutan pantai Manting 40170 664468 39354 40985 Hutan evergreen 40239 167419 39830 40649

Keterangan: *) = Wilayah Perhutani Banyuwangi Selatan

Aktivitas tidur merupakan aktivitas istirahat total pada hari senja hingga

pagi hari setelah melakukan aktivitas seharian. Perilaku tidur merupakan

serangkaian aktivitas guna mengistirahatkan seluruh bagian tubuhnya agar

kembali bugar untuk melakukan aktivitas harian esok harinya. Hernowo (1995)

menyatakan bahwa merak hijau menuju pohon tidur dengan cara terbang langsung

ke pohon tidur atau melompat terlebih dahulu ke pohon yang lebih rendah

kemudian melompat pada pohon tidurnya. Menurut Supratman (1998), perilaku

tidur di TNAP dilakukan tidak langsung terbang ke pohon tidur, tetapi hinggap

terlebih dahulu ke pohon lain yang lebih rendah, selanjutnya melompat lagi

hingga sampai di pohon tidurnya. Hal ini bertujuan untuk menghemat energi serta

merak hijau memilih tempat tidurnya yang nyaman dan aman.

Secara umum merak hijau di TNAP tidur pada pukul 17.30 WIB dan

bangun pada pukul 05.00 WIB, sedangkan di TNB aktivitas tidur merak hijau

berkisar antara pukul 17.30-04.30 WIB. Maryanti (2007) mencatat aktivitas tidur

merak hijau dimulai pada pukul 17.18-05.14 WIB di TNAP dan 17.30-05.10 WIB

di TNB. Menurut Sativaningsih (2005), merak hijau mulai bertengger di pohon

tidurnya pukul 17.14 WIB namun suara merak hijau masih terdengar hingga pukul

17.59 WIB. Kesamaan waktu tersebut karena aktivitas tidur merupakan aktivitas

alami yang relatif dilakukan oleh setiap individu merak hijau di setiap lokasi.

Hasil uji chi-square di TNAP menunjukkan nilai χ2 hitung lebih kecil dari χ2

tab yang berarti tidak ada pengaruh tipe habitat terhadap frekuensi dan durasi

Page 132: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

110

perilaku tidur. Namun, di TNB frekuensi tidur pada suatu tempat sangat

dipengaruhi oleh tipe habitat. Tipe habitat yang ada di TNAP akan memiliki

peluang yang sama sebagai tempat tidur merak hijau. Berbeda dengan tipe habitat

yang terdapat di TNB, habitat savana, hutan pantai dan hutan evergreen akan

mendapatkan peluang yang berbeda sebagai tempat tidur merak hijau. Walaupun

merak hijau lebih memilih pohon tidurnya bukan memilih habitat tidur. Akan

tetapi tidak semua habitat terdapat pohon yang sesuai untuk tempat tidur merak

hijau.

Di TNB merak hijau memilih tempat tidur berupa pohon dengan tinggi

lebih dari 10 m, memiliki tajuk yang tidak rapat, percabangan bersudut tumpul

atau mendekati lurus terhadap batang utama dan merupakan pohon paling tinggi

diantara pohon sekitar serta terdapat areal terbuka di sekitar pohon tidurnya

(Hernowo 1995). Menurut Supratman (1998) dan Wasono (2005), merak hijau di

TNAP memilih pohon tidur dengan tinggi lebih dari 7 m, percabangan relatif

tegak lurus dengan batang utama, memiliki tajuk tidak rapat bahkan tidur pada

pohon sedang meranggas atau mati dan di sekitarnya terdapat areal terbuka serta

merupakan pohon tertinggi dari pohon sekitar.

5.3 Persentase Seluruh Perilaku Harian pada Musim Berbiak

Selama sehari merak hijau menghabiskan waktu untuk melakukan seluruh

aktivitas sebanyak 86400 detik. Merak hijau betina melakukan aktivitas suara,

kawin, makan, minum, menelisik, berjemur, mandi debu, istirahat, berlindung,

naik pohon, tidur dan lain-lain, sedangkan merak hijau jantan ditambah dengan

aktivitas display dan bertarung. Secara umum, aktivitas merak hijau di TNAP dan

TNB memiliki aktivitas yang sama.

Di TNAP merak hijau jantan dan betina menghabiskan sebagian waktunya

untuk tidur, beristirahat dan makan (Gambar 51b dan 52b). Merak hijau jantan

menghabiskan waktu untuk tidur sebanyak 48.13%, beristirahat sebanyak 21.99%

dan makan sebanyak 17.96%, sedangkan merak hijau betina menghabiskan waktu

untuk tidur sebanyak 47.97%, makan sebanyak 26.19% dan beristirahat sebanyak

19.87%. Sementara itu, perilaku harian merak hijau seperti berbiak dan lainnya

Page 133: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

111

hanya bernilai dibawah 9% untuk merak hijau jantan dan 6% untuk merak hijau

betina.

(a) (b) (c) Gambar 51. Grafik persentase perilaku harian merak hijau jantan pada musim

berbiak di TNAP; (a) grafik perilaku berbiak, (b) grafik perilaku utama (c) grafik perilaku lainnya.

(a) (b) (c) Gambar 52. Grafik persentase perilaku harian merak hijau betina pada musim

berbiak di TNAP; (a) grafik perilaku berbiak, (b) grafik perilaku utama (c) grafik perilaku lainnya.

Perilaku berbiak merak hijau terdiri dari perilaku display, kopulasi (kawin)

dan bersuara, sedangkan perilaku berbiak pada merak hijau betina terdiri dari

perilaku bersuara dan kopulasi (Gambar 51a dan 52a). Perilaku berbiak merak

hijau betina hanya meliputi bersuara dan kopulasi karena perilaku menarik

pasangan dengan cara menari (display) hannya dilakukan oleh merak hijau jantan.

Page 134: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

112

Perilaku display di perilaku berbiak merak hijau jantan memiliki perentase

terbesar dibandingkan perilaku suara dan kopulasi, yaitu sebesar 98.24%. Hal ini

disebabkan karena waktu pengambilan data merupakan saat musim kawin,

sehingga merak hijau jantan sering melakukan aktivitas display.

Untuk perilaku lainnya hanya berkisar 8.54% pada merak hijau jantan dan

5.89% pada merak hijau betina (Gambar 51c dan 52c). Perilaku lainnya pada

merak hijau jantan terdiri dari perilaku berkelahi, mandi debu, berjemur,

berlindung, minum dan menelisik, dengan peresentasi terbesar dimiliki oleh

perilaku menelisik sebesar 24.18%. Perilaku berlindung pada merak hijau betina

memiliki persentase terbesar diantara perilaku lainnya seperti perilaku mandi debu,

berjemur, berlindung, minum dan menelisik, yaitu sebesar 21.81%. Aktivitas di

atas pohon merupakan perilaku yang tidak teridentifikasi akibat keterbatasan

pandangan peneliti.

Sama hal dengan merak hijau di TNAP, merak hijau di TNB

menghabiskan waktunya untuk melakukan aktivitas tidur, beristirahat dan makan

(Gambar 53b dan 54b). Jika diurutkan aktivitas merak hijau jantan dan merak

hijau betina dari proporsi yang paling besar ke paling kecil diawali dari perilaku

tidur, istirahat, makan, lainnya dan berbiak. Merak hijau jantan menghabiskan

waktu untuk tidur sebesar 45.20%, istirahat sebesar 24.98%, makan sebesar

19.49%, berbiak sebesar 2.92% dan perilaku lainnya sebesar 7.42%. Sementara

merak hijau betina menghabiskan waktunya untuk melakukan tiga aktivitas besar

diantaranya tidur sebesar 45.42%, istirahat sebesar 25.02% dan makan sebesar

23.65%, sedangkan perilaku berbiak dan lainnya dibawah angka 6%.

Perilaku display pada perilaku berbiak merak hijau jantan TNB memiliki

persentase terbesar yaitu sebesar 97.56%, sedangkan perilaku berbiak merak hijau

betina hanya terdapat perilaku bersuara dan kopulasi (Gambar 53a dan 54a).

Komposisi tersebut sama dengan merak hijau di TNAP karena merak hijau TNB

pun saat penelitian bertepatan dengan musim berbiak. Sama halnya dengan

perilaku lainnya di TNAP, perilaku menelisik (33.90%) merak hijau jantan TNB

memiliki persentase terbesar dibandingkan perilaku yang lain. Dan merak hijau

betina sering melakukan aktivitas berlindung (16.81%) dibandingkan dengan

aktivitas mandi debu, minum, menelisik dan berjemur (Gambar 53c dan 54c).

Page 135: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

113

(a) (b) (c) Gambar 53. Grafik persentase perilaku harian merak hijau jantan pada musim

berbiak di TNB; (a) grafik perilaku berbiak, (b) grafik perilaku utama (c) grafik perilaku lainnya.

(a) (b) (c) Gambar 54. Grafik persentase perilaku harian merak hijau betina pada musim

berbiak di TNAP; (a) grafik perilaku berbiak, (b) grafik perilaku utama (c) grafik perilaku lainnya.

Secara garis besar dalam sehari selama musim berbiak, merak hijau di

TNAP dan TNB melakukan aktivitas suara, kawin, makan, minum, menelisik,

berjemur, mandi debu, istirahat, berlindung, naik pohon, tidur dan lain-lain, serta

ditambah dengan aktivitas display dan bertarung bagi merak hijau jantan.

Sementara Maryanti (2007) menjabarkan aktivitas harian merak hijau berupa

aktivitas bersuara, makan, minum, menelisik bulu, mandi debu, display, berjemur,

berteduh, berlindung dan tidur. Sativaningsih (2005) menyatakan bahwa aktivitas

Page 136: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

114

harian merak hijau dimulai pada saat bergerak dari posisi tidur di pohon

tenggerannya sampai dengan kembali ke pohon tenggerannya untuk tidur kembali.

Perilaku tidur merupakan perilaku dominan yang dilakukan merak hijau

betina maupun jantan pada malam hari, yaitu berkisar antara pukul 18.00-05.00

WIB baik di TNAP maupun TNB. Pada siang hari merak hijau memiliki

persentase perilaku yang beragam. Namun, merak hijau jantan maupun betina

TNAP dan TNB memiliki dua perilaku dengan persentase terbesar, yaitu istirahat

(berteduh) dan makan. Kedua perilaku tersebut dapat dikatakan sebagai perilaku

utama merak hijau pada siang hari. Maryanti (2007) menyatakan bahwa merak

hijau menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berteduh 41.77 % di TNAP

dan 41.14 % di TNB serta makan 22.80 % di TNAP dan 22.22 % di TNB. Sama

halnya dengan Sativaningsih (2005) menyebutkan bahwa merak hijau di TNAP

menggunakan waktunya untuk istirahat sebesar 48.6 % dan makan 40.1 %.

Besarnya persentase aktivitas istirahat dalam aktivitas harian merak

berkaitan dengan terik sinar matahari yang sangat panas dan lama saat musim

kemarau, sehingga merak hijau akan menghentikan aktivitasnya ketika sinar

matahari mulai panas dan akan kembali beraktivitas saat tidak terlalu panas.

Perilaku utama lainnya adalah aktivitas makan. Aktivitas ini dilakukan dari mulai

turun dari pohon tidur hingga naik kembali ke pohon tidurnya. Hal ini berkaitan

dengan strategi merak hijau dalam mencukupi energi yang dibutuhkan untuk

aktivitas hariannya dengan postur tubuh yang cukup besar dibandingkan dengan

suku Phasianidae lainnya.

5.4 Implementasi terhadap Pengelolaan

Perkembangbiakan bagi Merak hijau merupakan hal yang paling penting

dalam keberlanjutan hidup di habitatnya. Maka dari itu dengan mengupayakan

kegiatan konservasi pada masa berkembangbiak dapat menjaga kelestariannya di

alam. Upaya-upaya yang dapat dilakukan diantaranya:

1. Perlindungan terhadap tempat-tempat yang berpotensi sebagai tempat

bersarang (peletakan telur) dan jalur-jalur atau tempat kawin.

Berdasarkan penelitian 15 tahun terakhir, merak hijau cenderung memiliki

sarang dan tempat display ataupun kawin yang relatif sama. Berdasarkan hal

Page 137: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

115

tersebut pengelola dapat mengantisipasi gangguan terhadap proses berbiak.

Karena proses berbiak yang berbeda dengan ayam hutan yang mengejar

betina yang diinginkannya dan mengawininya dengan sedikit paksaan,

sementara merak hijau harus melakukan display dan pemilihan yang selektif

dalam memilih pasangannya dengan waktu yang cukup lama. Apabila terjadi

gangguan dalam proses tersebut memungkinkan merak hijau tidak akan

melakukan perkawinan yang akan berakibat fatal pada keberadaan jenis

tersebut di habitatnya (kepunahan). Merak hijau melakukan aktivitas display

dan kawin pada areal terbuka, sehingga dengan menjaga ketinggian tumbuhan

bawah dan rerumputan akan menjadikan areal tersebut tetap terbuka dan

nyaman digunakan merak hijau untuk display dan kawin. Areal terbuka

digunakan merak hijau untuk display di antara bulan Juni hingga Desembar di

TNAP dan Juli hingga Januari di TNB.

2. Larangan atau pembatasan jumlah pengunjung ketika musim berbiak pada

jalur-jalur berbiak.

Merak hijau di TNAP dan TNB sering menggunakan tempat-tempat rawan

gangguan sebagai tempat menarik pasangannya untuk kawin, yaitu jalan

utama kawasan. Pengelola dapat melakukan pengurangan maupun

pembatasan jumlah pengunjung yang datang bahkan dapat melakukan

pembagian waktu penggunaan kendaraan yang akan memasuki kawasan.

Pembagian waktu tersebut berdasarkan waktu aktif merak hijau berakivitas di

jalanan, yaitu kendaraan dilarang masuk pada diantara pukul 06.00-08.00 dan

16.00-17.30 WIB. Untuk jumlah pengunjung yang ideal saat musim berbiak

dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Dalam hal ini pengelola melakukan

kerjasama dengan perguruan tinggi.

3. Pengambilan telur merak hijau untuk ditetaskan dan dikembalikan ke alam

setelah cukup dewasa.

Saat pengamatan di TNB ditemukan aktivitas pencurian telur merak hijau

yang tertangkap tangan oleh petugas (Gambar 55). Berdasarkan kejadian

tersebut pengelola dapat mengambil tindakan penyelamatan telur untuk

ditetaskan dan dikembalikan ke alam ketika sudah cukup umur. Akan tetapi

kegiatan tersebut hanya dapat dilakukan pada kondisi telur sitaan dan lokasi

Page 138: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

116

yang rawan pencurian telur, sedangkan pada lokasi yang cukup aman

pengelola hanya perlu melakukan penjagaan sarang dan telur merak hijau

dengan cara patrol rutin yang lebih intensif pada musim berbiak merak hijau

yaitu pada bulan September hingga Desember baik di TNAP maupun TNB.

Karena penjagaan sarang dan telur di habitat alaminya lebih efektif dan tidak

beresiko terhadap perilaku merak hijau dalam jangka panjang. Berbeda

halnya dengan penetasan telur secara buatan akan membutuhkan biaya yang

besar yang resiko terhadap perilaku dan daya adaptasi merak hijau terhadap

habitatnya.

Gambar 55. Telur sitaan petugas TNB

4. Membuat lokasi pengkonsentrasian merak hijau.

Merak hijau saat musim berbiak menyukai tempat terbuka dengan terdapat

pepohonan (tegakan) di tepiannya sebagai tempat berkumpul (beraktivitas).

Akan tetapi pembuatan tempat terbuka (pengkonsentrasian) untuk merak

hijau tidak boleh sembarangan karena pengelolaan tersebut butuh penelitian

lebih lanjut mengenai luasan optimal dan jumlah shelter serta cover untuk

keberlangsungan hidup merak hijau. Untuk itu pengelola harus melakukan

kerjasama aktif dengan pihak perguruan tinggi yang terutama bergerak dalam

bidang konservasi.

Foto by: Dokumentasi TNB Foto by: Dokumentasi TNB

Page 139: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

117

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah:

1. Musim berbiak merak hijau di TNAP berkisar pada bulan September sampai

dengan bulan November, sedangkan di TNB merak hijau berbiak berkisar

pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember.

2. Ekologi perilaku berkaitan dengan perkembangabiakan merak hijau yang

teramati adalah perilaku display, suara, kawin (kopulasi), bersarang dan

bertelur sementara perilaku harian saat musim kawin teramati diantaranya

perilaku makan, minum, menelisik, berjemur, mandi debu, berlindung,

bertarung, istirahat dan tidur.

3. Merak hijau melakukan seluruh aktivitasnya di semua lokasi bertegakan

yang terdapat area terbuka. Secara khusus merak hijau jantan saat musim

kawin memiliki strategi penguasaan wilayah dengan waktu terbatas (half-

time territory) dalam mendapatkan merak hijau betina. Biasanya merak

hijau jantan menguasai tempat makan dan sumber air minum.

4. Tipe habitat di TNAP berpengaruh sangat nyata terhadap frekuensi dan

durasi perilaku menelisik, makan, berjemur, berlindung dan istirahat.

Sementara Tipe habitat di TNB berpengaruh sangat nyata terhadap frekuensi

(perilaku suara, menelisik, berjemur, berlindung, istirahat dan tidur) dan

durasi (perilaku menelisik, berjemur dan berlindung).

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat keberhasilan penetasan

telur dan anakan menjadi dewasa agar upaya konservasi terhadap merak

hijau dapat lebih baik dan menyeluruh.

2. Melakukan perhitungan populasi merak hijau secara berkala sehingga

pengelolaan populasi dan habitat dapat terlaksana dengan baik.

3. Pengelola melakukan patroli rutin untuk menjaga proses berbiak merak

hijau dari gangguan yang dapat menghambat proses tersebut dan melakukan

Page 140: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

118

pengelolaan habitat merak hijau dengan intensif sehingga ketersediaan

pakan dan sumber air minum dapat terjaga sepanjang tahun

Page 141: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

119

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 1983. Ekologi banteng (Bos javanicus d’Alton) di Taman Nasional Ujung Kulon [disertasi]. Bogor: Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

-------. 2002. Pengelolaan Satwaliar: Jilid I. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.

Allaby M. 1994. The Concise Oxford Dictionary of Ecology. New York: Oxford University Press.

Ardastrazoo. 2007. Pheasant. http://www.ardastra.com/ [6 Mei 2007].

Ayat A. 2002. Perilaku Berbiak Burung Bluwok (Mycteria cinerea Raffles) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

van Balen S. 1999. Bird on Fragmented Islands: persistence in forests of Java and Bali. Netherland: Wagernigen University and Research Center.

BirdLife International. 2001. Threatened birds of Asia: the BirdLife International Red Data Book. Cambridge, UK: BirdLife International. http://www.birdlife.net/ [18 April 2007].

-------. 2004. Pavo muticus. In: IUCN 2006. 2006 IUCN Red List of Threatened Species. http://www.iucnredlist.org/ [25 April 2007].

-------. 2007. Species factsheet: Pavo muticus. http://www.birdlife.org/ [29 Mei 2007].

[BTNAP] Balai Taman Nasional Alas Purwo. 2007. Taman Nasional Alas Purwo. http://www.alaspurwo.com/ [29 Mei 2007].

[BTNB] Balai Taman Nasional Baluran. 2007. Taman Nasional Baluran. http://www.dephut.go.id. [29 Mei 2007].

Dwisatya AP. 2006. Studi Perilaku Seksual Merak Hijau Jawa (Pavo muicus muticus Linnaeus 1758) di Kubah Barat Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah (TMII) [skripsi]. Jakarta: Program Studi Biologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta.

Grizemks. 1972. Animal Encyclopedia Vol. 8: Bird II. New York: Van Nostrand, Reinhold Co.

Page 142: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

120

Hernowo JB. 1995. Ecology and bahaviour of the green peafowl (Pavo muticus Linnaeus 1766) in Baluran National Park, East Java [thesis]. Göttingen: Faculty of Forestry Science, Georg August University.

Hoogerwerf A. 1949. Een Bijdrage tot de Oölogie van het Eiland Java. Buitenzorg: De Kon. Plantentuin van Indonesië.

Krebs JR. 1985. Ecology: the Experimental Analysis of Distribution and Abundance (3th ed.). New York: Harper Collins Publishers Inc.

Indrawan M. 1995. Behaviour and abundance of Green Peafowl in Baluran National Park, East Jawa [thesis]. United Kingdom: Zoology Department, University of Aberdeen.

Immelmann K. 1980. Introduction of Ethology. New York: A Divission of Plemun Publishing Corporation.

Irwanto. 2006. Perencanaan Perbaikan Habitat Satwa Liar Burung Pasca Bencana Alam Gunung Meletus. http://www.irwantoshut.com/ [29 Mei 2007].

Krebs JR & Davies NB. 1993. An Introduction to Behavioural Ecology. Oxford: Blackwell Science Publication.

King B, Woodcock M & Dickinson EC. 1989. A Field Guide to the Bird of South-East Asia. London: Collins St. James’s Place.

Lehner PN. 1998. Handbook of Ethology Method (2nd ed.). Inggris: Cambridge University Press.

MacKinnon J. 1990. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-Burung di Jawa dan Bali. Lusli S. dan Mulyani YA, penerjemah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: A Field Guide to the Bird of Java and Bali.

MacKinnon J, Phillipps K, & van Balen B. 1998. Seri Panduan Lapangan: Burung-Burung Di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI.

McFarland D. 1993. Animal Behaviour 2nd Edition. Singapore: Longman Singapore Publisher.

Maryanti. 2007. Ekologi Perilaku Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Mulyana. 1988. Studi habitat merak hijau (Pavo muticus Linnaeus) di Resort Bekol, Taman Nasional Baluran, Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Jurusan

Page 143: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

121

Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Noerdjito M & Maryanto I. 2007. Jenis-Jenis Hayati yang Dilindungi Perundang-Undangan Indonesia. Bogor: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Odum EP. 1959. Fundamental of Ecology (2nded.). Philadelphia: Wb. Saunders Co.

-------. 1971. Fundamental of Ecology (3nded.). Philadelphia: Wb. Saunders CO.

Pattaratuma A. 1977. An Ecology Study on the Green Peafowl, “Burung Merak”(Pavo muticus Linn) in the Game Reserve Baluran Banyuwangi, East Java, Indonesia. Bangkok: Department of Forest Biology Faculty of Forestry, Kasetsart University.

Risnawati R. 2008. Analisis Populasi dan Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus , 1766) di Taman Nasional Alas Purwo dan Baluran Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sativaningsih D. 2005. Ekologi perilaku merak hijau (Pavo muticus Linnaeus 1766) di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Setiawati T. 1986. Studi perilaku banteng (Bos javanicus d’Alton) di Cagar Alam Leuweung Sancang–Garut Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.

Soehartono T & Mardiastuti A. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES (Convention International on Trade of Endangered Spesies of Flora and Fauna) di Indonesia. Jakarta: JICA.

Supratman A. 1998. Kajian pola penyebaran dan karakteristik habitat merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) pada musim tidak berbiak di Resort Rowobendo Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Tanudimadja K. 1981. Buku Penuntun Kulian Ethologi. Bogor: School of Enviromental Conservation Management (ATA-190).

Tanudimadja K & Kusumadihardja S. 1985. Perilaku Hewan Ternak. Bogor: Jurusan Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Teage RD. 1971. A Manual of Wildlife Conservation. USA: The Wildlife Society. Washington DC.

Page 144: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

122

Wasono WT. 2005. Populasi dan habitat merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Winarto R. 1993. Beberapa aspek ekologi merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) pada musim berbiak di resort bekol Taman Nasional Baluran Jawa Timur. [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Yuniar A. 2007. Studi populasi dan habitat merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Page 145: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

123

LAMPIRAN

Page 146: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

124

Lampiran 1. Frekuensi perilaku merak hijau di TNAP

Perilaku Jenis Kelamin

Padang Rumput Sadengan

Hutan Alam Rowobendo

Hutan Tanaman Jati

Gunting TOTAL

Display Jantan 760.383 339.533 930.833 2030.750 Betina 0.000 0.000 0.000 0.000 TOTAL 760.383 339.533 930.833 2030.750

Suara Jantan 163.000 109.000 235.000 507.000 Betina 182.000 94.000 202.000 478.000 TOTAL 345.000 203.000 437.000 985.000

Kawin Jantan 6.000 0.000 2.000 8.000 Betina 4.000 0.000 2.000 6.000 TOTAL 10.000 0.000 4.000 14.000

Makan Jantan 3673.783 2413.700 4455.633 10543.117 Betina 6177.250 3355.867 5944.617 15477.733 TOTAL 9851.033 5769.567 10400.250 26020.850

Minum Jantan 97.983 0.000 2.000 99.983 Betina 138.017 0.000 0.000 138.017 TOTAL 236.000 0.000 2.000 238.000

Menelisik Jantan 799.267 162.883 370.533 1332.683 Betina 219.350 60.883 216.850 497.083 TOTAL 1018.617 223.767 587.383 1829.767

Berjemur Jantan 294.000 178.833 226.983 699.817 Betina 64.700 175.550 131.150 371.400 TOTAL 358.700 354.383 358.133 1071.217

Mandi Debu

Jantan 1.733 0.000 0.000 1.733 Betina 318.717 0.000 8.150 326.867 TOTAL 320.450 0.000 8.150 328.600

Berlindung Jantan 101.000 185.233 368.450 654.683 Betina 222.000 131.233 336.583 689.817 TOTAL 323.000 316.467 705.033 1344.500

Bertarung Jantan 269.000 111.000 42.000 422.000 Betina 0.000 0.000 0.000 0.000 TOTAL 269.000 111.000 42.000 422.000

Istirahat Jantan 5682.533 2778.900 4579.900 13041.333 Betina 4535.350 2674.000 4501.150 11710.500 TOTAL 10217.883 5452.900 9081.050 24751.833

Tidur Jantan 10846.617 6327.433 11169.650 28343.700 Betina 10861.700 6267.150 11156.850 28285.700 TOTAL 21708.317 12594.583 22326.500 56629.400

Page 147: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

125

Lampiran 2. Nilai χ2 hitung frekuensi perilaku di TNB (db = 2, 99%)

Perilaku Jenis Kelamin

Padang Rumput

Sadengan

Hutan Alam

Rowobendo

Hutan Tanaman

Jati Gunting

Kesimpulan

Display Jantan 0.000 0.000 0.000

Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000 TOTAL 0.000 0.000 0.000 0.000

Suara Jantan 1.197 0.195 0.451

Tidak Nyata Betina 1.269 0.207 0.478 TOTAL 2.466 0.401 0.928 3.796

Kawin Jantan 0.014 0.000 0.036

Tidak Nyata Betina 0.019 0.000 0.048 TOTAL 0.033 0.000 0.083 0.117

Makan Jantan 25.280 2.470 13.859

Sangat Nyata Betina 17.220 1.683 9.441 TOTAL 42.500 4.153 23.300 69.953

Minum Jantan 0.014 0.000 1.601

Tidak Nyata Betina 0.010 0.000 1.160 TOTAL 0.023 0.000 2.761 2.784

Menelisik Jantan 4.437 0.000 7.669

Sangat Nyata Betina 11.895 0.000 20.560 TOTAL 16.332 0.000 28.229 44.561

Berjemur Jantan 15.191 11.988 0.208

Sangat Nyata Betina 28.624 22.589 0.393 TOTAL 43.815 34.577 0.601 78.993

Mandi Debu

Jantan 0.001 0.000 0.043 Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000

TOTAL 0.001 0.000 0.043 0.044

Berlindung Jantan 20.139 6.291 1.842

Sangat Nyata Betina 19.113 5.970 1.748 TOTAL 39.252 12.261 3.590 55.102

Bertarung Jantan 0.000 0.000 0.000

Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000 TOTAL 0.000 0.000 0.000 0.000

Istirahat Jantan 16.595 3.085 8.762

Sangat Nyata Betina 18.481 3.435 9.758 TOTAL 35.076 6.520 18.521 60.116

Tidur Jantan 0.032 0.089 0.002

Tidak Nyata Betina 0.032 0.089 0.002 TOTAL 0.064 0.178 0.005 0.247

Page 148: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

126

Lampiran 3. Frekuensi perilaku merak hijau di TNB

Perilaku Jenis Kelamin

Savana Bekol

Hutan Pantai Manting

Hutan Evergreen TOTAL

Display Jantan 510.633 498.683 133.833 1143.150 Betina 0.000 0.000 0.000 0.000 TOTAL 510.633 498.683 133.833 1143.150

Suara Jantan 811.917 258.000 106.000 1175.917 Betina 151.000 130.000 63.000 344.000 TOTAL 962.917 388.000 169.000 1519.917

Kawin Jantan 3.000 4.000 0.000 7.000 Betina 3.000 2.000 0.000 5.000 TOTAL 6.000 6.000 0.000 12.000

Makan Jantan 3526.383 2662.200 1276.617 7465.200 Betina 4413.483 3269.067 1468.283 9150.833 TOTAL 7939.867 5931.267 2744.900 16616.033

Minum Jantan 159.500 0.000 0.000 159.500 Betina 359.000 0.000 0.000 359.000 TOTAL 518.500 0.000 0.000 518.500

Menelisik Jantan 474.433 313.500 170.950 958.883 Betina 98.317 139.800 74.917 313.033 TOTAL 572.750 453.300 245.867 1271.917

Berjemur Jantan 107.967 60.783 0.000 168.750 Betina 626.833 68.000 0.000 694.833 TOTAL 734.800 128.783 0.000 863.583

Mandi Debu

Jantan 0.000 0.000 0.000 0.000 Betina 114.817 0.000 0.000 114.817 TOTAL 114.817 0.000 0.000 114.817

Berlindung Jantan 50.000 42.000 145.000 237.000 Betina 50.000 82.000 148.883 280.883 TOTAL 100.000 124.000 293.883 517.883

Bertarung Jantan 281.000 5.000 0.000 286.000 Betina 0.000 0.000 0.000 0.000 TOTAL 281.000 5.000 0.000 286.000

Istirahat Jantan 3338.817 3853.000 1951.000 9142.817 Betina 2747.650 3813.000 1996.000 8556.650 TOTAL 6086.467 7666.000 3947.000 17699.467

Tidur Jantan 6150.017 6683.250 3347.667 16180.933 Betina 6817.583 6706.583 3358.900 16883.067 TOTAL 12967.600 13389.833 6706.567 33064.000

Page 149: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

127

Lampiran 4. Nilai χ2 hitung frekuensi perilaku di TNB (db = 2, 99%)

Perilaku Jenis Kelamin

Savana Bekol

Hutan Pantai

Manting

Hutan Evergreen Kesimpulan

Display Jantan 0.000 0.000 0.000

Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000 TOTAL 0.000 0.000 0.000 0.000

Suara Jantan 6.014 5.928 4.685

Sangat Nyata Betina 20.558 20.265 16.016 TOTAL 26.572 26.193 20.701 73.466

Kawin Jantan 0.071 0.071 0.000

Tidak Nyata Betina 0.100 0.100 0.000 TOTAL 0.171 0.171 0.000 0.343

Makan Jantan 0.467 0.003 1.527

Tidak Nyata Betina 0.381 0.002 1.246 TOTAL 0.848 0.005 2.773 3.625

Minum Jantan 0.000 0.000 0.000

Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000 TOTAL 0.000 0.000 0.000 0.000

Menelisik Jantan 4.212 2.333 1.120

Sangat Nyata Betina 12.901 7.147 3.430 TOTAL 17.112 9.481 4.549 31.142

Berjemur Jantan 8.836 50.413 0.000

Sangat Nyata Betina 2.146 12.244 0.000 TOTAL 10.981 62.657 0.000 73.638

Mandi Debu

Jantan 0.000 0.000 0.000 Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000

TOTAL 0.000 0.000 0.000 0.000

Berlindung Jantan 0.392 3.832 0.821

Sangat Nyata Betina 0.331 3.233 0.693 TOTAL 0.723 7.065 1.514 9.303

Bertarung Jantan 0.000 0.000 0.000

Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000 TOTAL 0.000 0.000 0.000 0.000

Istirahat Jantan 12.069 2.888 3.786

Sangat Nyata Betina 12.896 3.086 4.045 TOTAL 24.966 5.974 7.831 38.771

Tidur Jantan 6.059 2.599 1.311

Sangat Nyata Betina 5.807 2.491 1.256 TOTAL 11.867 5.090 2.567 19.524

Page 150: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

128

Lampiran 5. Durasi perilaku merak hijau di TNAP (dalam satuan menit)

Perilaku Jenis Kelamin

Padang Rumput Sadengan

Hutan Alam Rowobendo

Hutan Tanaman Jati

Gunting TOTAL

Display Jantan 760.383 339.533 928.417 2028.333 Betina 0.000 0.000 0.000 0.000 TOTAL 760.383 339.533 928.417 2028.333

Kawin Jantan 0.867 0.000 0.367 1.233 Betina 0.650 0.000 0.367 1.017 TOTAL 1.517 0.000 0.733 2.250

Makan Jantan 3671.817 2412.250 4454.333 10538.400 Betina 6177.250 3355.867 5963.667 15496.783 TOTAL 9849.067 5768.117 10418.000 26035.183

Minum Jantan 100.417 0.000 2.000 102.417 Betina 138.017 0.000 0.000 138.017 TOTAL 238.433 0.000 2.000 240.433

Menelisik Jantan 793.750 162.217 368.983 1324.950 Betina 212.967 60.050 216.017 489.033 TOTAL 1006.717 222.267 585.000 1813.983

Berjemur Jantan 294.000 178.833 226.983 699.817 Betina 73.700 121.550 131.150 326.400 TOTAL 367.700 300.383 358.133 1026.217

Mandi Debu

Jantan 1.733 0.000 0.000 1.733 Betina 320.850 0.000 8.150 329.000 TOTAL 322.583 0.000 8.150 330.733

Berlindung Jantan 101.000 185.233 368.450 654.683 Betina 222.000 185.233 336.583 743.817 TOTAL 323.000 370.467 705.033 1398.500

Bertarung Jantan 269.000 111.000 42.000 422.000 Betina 0.000 0.000 0.000 0.000 TOTAL 269.000 111.000 42.000 422.000

Istirahat Jantan 5682.533 2778.900 4579.900 13041.333 Betina 4535.350 2641.000 4501.150 11677.500 TOTAL 10217.883 5419.900 9081.050 24718.833

Tidur Jantan 10846.617 6327.433 11169.650 28343.700 Betina 10861.700 6267.150 11156.850 28285.700 TOTAL 21708.317 12594.583 22326.500 56629.400

Page 151: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

129

Lampiran 6. Nilai χ2 hitung durasi perilaku di TNB (db = 2, 99%)

Perilaku Jenis Kelamin

Padang Rumput

Sadengan

Hutan Alam

Rowobendo

Hutan Tanaman

Jati Gunting

Kesimpulan

Display Jantan 0.000 0.000 0.000

Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000 TOTAL 0.000 0.000 0.000 0.000

Kawin Jantan 0.001 0.000 0.003

Tidak Nyata Betina 0.002 0.000 0.004 TOTAL 0.003 0.000 0.007 0.010

Makan Jantan 24.864 2.570 13.363

Sangat Nyata Betina 16.909 1.748 9.087 TOTAL 41.773 4.317 22.450 68.541

Minum Jantan 0.013 0.000 1.547

Tidak Nyata Betina 0.010 0.000 1.148 TOTAL 0.023 0.000 2.695 2.718

Menelisik Jantan 4.644 0.000 7.956

Sangat Nyata Betina 12.582 0.000 21.556 TOTAL 17.225 0.000 29.512 46.738

Berjemur Jantan 7.460 3.303 1.217

Sangat Nyata Betina 15.995 7.081 2.610 TOTAL 23.456 10.383 1.217 35.056

Mandi Debu

Jantan 0.001 0.000 0.043 Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000

TOTAL 0.001 0.000 0.043 0.044

Berlindung Jantan 16.671 0.804 4.468

Sangat Nyata Betina 14.673 0.707 3.933 TOTAL 31.344 1.511 8.400 41.255

Bertarung Jantan 0.000 0.000 0.000

Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000 TOTAL 0.000 0.000 0.000 0.000

Istirahat Jantan 15.785 2.270 9.305

Sangat Nyata Betina 17.629 2.535 10.392 TOTAL 33.414 4.805 19.697 57.917

Tidur Jantan 0.032 0.089 0.002

Tidak Nyata Betina 0.032 0.089 0.002 TOTAL 0.064 0.178 0.005 0.247

Page 152: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

130

Lampiran 7. Durasi perilaku merak hijau di TNB (dalam satuan menit)

Perilaku Jenis Kelamin

Savana Bekol

Hutan Pantai Manting

Hutan Evergreen TOTAL

Display Jantan 510.633 498.683 133.833 1143.150 Betina 0.000 0.000 0.000 0.000 TOTAL 510.633 498.683 133.833 1143.150

Kawin Jantan 0.483 0.600 0.000 1.083 Betina 0.483 0.350 0.000 0.833 TOTAL 0.967 0.950 0.000 1.917

Makan Jantan 3524.950 2662.200 1276.617 7463.767 Betina 4413.483 3269.067 1468.283 9150.833 TOTAL 7938.433 5931.267 2744.900 16614.600

Minum Jantan 11070.000 0.000 0.000 11070.000 Betina 21540.000 0.000 0.000 21540.000 TOTAL 32610.000 0.000 0.000 32610.000

Menelisik Jantan 473.767 313.500 170.950 958.217 Betina 98.317 139.800 74.917 313.033 TOTAL 572.083 453.300 245.867 1271.250

Berjemur Jantan 107.967 60.783 0.000 168.750 Betina 32.000 68.000 0.000 100.000 TOTAL 139.967 128.783 0.000 268.750

Mandi Debu

Jantan 0.000 0.000 0.000 0.000 Betina 114.817 0.000 0.000 114.817 TOTAL 114.817 0.000 0.000 114.817

Berlindung Jantan 50.000 42.000 145.000 237.000 Betina 50.000 82.000 148.883 280.883 TOTAL 100.000 124.000 293.883 517.883

Bertarung Jantan 281.000 5.000 0.000 286.000 Betina 0.000 0.000 0.000 0.000 TOTAL 281.000 5.000 0.000 286.000

Istirahat Jantan 3338.817 3853.000 1951.000 9142.817 Betina 3301.833 3813.000 1996.000 9110.833 TOTAL 6640.650 7666.000 3947.000 18253.650

Tidur Jantan 6760.950 6683.250 3347.667 16791.867 Betina 6817.583 6706.583 3358.900 16883.067 TOTAL 13578.533 13389.833 6706.567 33674.933

Page 153: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

131

Lampiran 8. Nilai χ2 hitung durasi perilaku di TNB (db = 2, 99%)

Perilaku Jenis Kelamin

Savana Bekol

Hutan Pantai

Manting

Hutan Evergreen Kesimpulan

Display Jantan 0.000 0.000 0.000

Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000 TOTAL 0.000 0.000 0.000 0.000

Kawin Jantan 0.007 0.007 0.000

Tidak Nyata Betina 0.009 0.010 0.000 TOTAL 0.017 0.017 0.000 0.034

Makan Jantan 0.477 0.002 1.536

Tidak Nyata Betina 0.389 0.002 1.253 TOTAL 0.865 0.004 1.536 2.405

Minum Jantan 0.000 0.000 0.000

Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000 TOTAL 0.000 0.000 0.000 0.000

Menelisik Jantan 4.199 2.324 1.115

Sangat Nyata Betina 12.854 7.114 3.413 TOTAL 17.054 9.438 4.528 31.019

Berjemur Jantan 4.588 4.987 0.000

Sangat Nyata Betina 7.742 8.415 0.000 TOTAL 12.331 13.401 0.000 25.732

Mandi Debu

Jantan 0.000 0.000 0.000 Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000

TOTAL 0.000 0.000 0.000 0.000

Berlindung Jantan 0.392 3.832 0.821

Sangat Nyata Betina 0.331 3.233 0.693 TOTAL 0.723 7.065 1.514 9.303

Bertarung Jantan 0.000 0.000 0.000

Tidak Nyata Betina 0.000 0.000 0.000 TOTAL 0.000 0.000 0.000 0.000

Istirahat Jantan 0.048 0.046 0.341

Tidak Nyata Betina 0.048 0.046 0.342 TOTAL 0.097 0.092 0.683 0.872

Tidur Jantan 0.015 0.006 0.004

Tidak Nyata Betina 0.014 0.006 0.004 TOTAL 0.029 0.012 0.007 0.049

Page 154: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

132

Lampiran 9. Test-F pada durasi perilaku merak hijau di TNAP (Ftabel = 1.88)

Perilaku Jenis Kelamin n

∑ Fhit Kesimpulan

Makan Jantan 41 15422.05 9751423132.10 10404211948.00 16319720.40 4039.77

Terima H0 Betina 41 22678.22 21086367249.98 21564024185.00 11941423.38 3455.64 1.37

Minum Jantan 41 149.88 921000.61 6356079.00 135876.96 368.61

Terima H0 Betina 41 201.98 1672560.02 6760925.00 127209.12 356.66 1.07

Menelisik Jantan 41 1938.95 154140805.10 224368161.00 1755683.90 1325.02

Terima H1 Betina 41 715.66 20998852.78 36445232.00 386159.48 621.42 4.55

Berjemur Jantan 41 1024.12 43001856.61 101982359.00 1474512.56 1214.30

Terima H0 Betina 41 477.66 9354464.78 41311646.00 798929.53 893.83 1.85

Mandi Debu Jantan 41 2.54 263.80 10816.00 263.80 16.24

Terima H1 Betina 41 481.46 9504087.80 41696594.00 804812.65 897.11 3050.79

Berlindung Jantan 41 958.07 37634072.22 297546155.00 6497802.07 2549.08

Terima H1 Betina 41 1088.51 48579210.76 141395859.00 2320416.21 1523.29 2.80

Istirahat Jantan 41 19084.88 14933535375.61 15644099240.00 17764096.61 4214.75

Terima H0 Betina 41 17089.02 11973424939.02 12427147706.00 11343069.17 3367.95 1.57

H0 : Durasi perilaku merak hijau jantan dan betina sama dengan kesamaan ragam

H1 : Durasi perilaku merak hijau jantan dan betina berbeda

Terima H0 jika Fhitung > Ftabel

Terima H1 jika Fhitung < Ftabel

132

Page 155: Perilaku Kawin Merak Hijau (Pavo muticus) di TNAP dan TNB

133

Lampiran 10. Test-F pada durasi perilaku merak hijau di TNB (Ftabel = 2.27)

Perilaku Jenis Kelamin n

∑ Fhit Kesimpulan

Makan Jantan 26 17224.08 7713389472.15 8045617634.00 13289126.47 3645.43

Terima H0 Betina 26 21117.31 11594457788.46 11834083348.00 9585022.38 3095.97 1.39

Minum Jantan 26 425.77 4713265.38 13068900.00 334225.38 578.12

Terima H0 Betina 26 828.46 17845061.54 51498000.00 1346117.54 1160.22 4.03

Menelisik Jantan 26 2211.27 127132501.88 145278933.00 725857.24 851.97

Terima H1 Betina 26 722.38 13567827.85 17397114.00 153171.45 391.37 4.74

Berjemur Jantan 26 389.42 3942908.65 10914903.00 278879.77 528.09

Terima H0 Betina 26 230.77 1384615.38 6364800.00 199207.38 446.33 1.40

Mandi Debu Jantan 26 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Terima H0 Betina 26 264.96 1825320.04 7000801.00 207019.24 454.99 0.00

Berlindung Jantan 26 546.92 7777246.15 44161200.00 1455358.15 1206.38

Terima H0 Betina 26 648.19 10923984.96 51533089.00 1624364.16 1274.51 1.12

Istirahat Jantan 26 21098.81 11574151836.96 11846436961.00 10891404.96 3300.21

Terima H0 Betina 26 21025.00 11493316250.00 11726667700.00 9334058.00 3055.17 1.17

H0 : Durasi perilaku merak hijau jantan dan betina sama dengan kesamaan ragam

H1 : Durasi perilaku merak hijau jantan dan betina berbeda

Terima H0 jika Fhitung < Ftabel

Terima H1 jika Fhitung > Ftabel

133