Click here to load reader
Upload
voquynh
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TOPIK UTAMA
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres
Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif
Tri Nugroho Adi
Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNSOED
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran mengenai perilaku coping mahasiswa dalam mengatasi stres yang dialami mahasiswa dalam mengikuti kuliah MPK Kuantitatif. Penelitian berbentuk kuantitatif dengan menyebarkan kuesioner kepada 65 responden secara ’Cluster Sampling’ . Penelitian menunjukkan lima sumber stres utama mahasiswa ketika menghadapi kuliah MPK Kuantitatif yaitu yang bersifat internal: banyaknya tugas yang harus dikerjakan (15,3%); deadline pengumpulan tugas yang sangat singkat (12,3%); kesulitan dalam menemukan dan menerapkan teori dalam penelitian (10,7%) ; materi ajar yang sulit dimengerti (9,2%). Sedangkan sumber stres eksternal adalah jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah yang terlampau besar (12,3%.) Berkenaan dengan itu, responden tidak hanya menggunakan satu jenis perilaku coping dalam mengatasi stres, secara berturutan menurut skor rerata dalam skala 5 adalah Problem Focused Coping(3,56) disusul oleh Emotion Focused Coping(3,33) dan terakhir adalah Maladaptif Coping(2,86). Kata Kunci: Problem Focused Coping, Emotion Focused Coping, Maladaptif Coping
Pendahuluan
Stres merupakan hal yang wajar dan
merupakan bagian dari kehidupan manusia.
Kita memerlukan stres untuk mendorong
berusaha lebih baik lagi. Namun stres yang
berlebihan dapat menyebabkan terganggunya
fungsi pribadi seseorang, hal ini disebabkan
daya tahan stres yang berbeda-beda pada setiap
orang. Salah satu fenomena stres yang sering
terjadi adalah stres yang dialami mahasiswa
ketika mengikuti suatu mata kuliah.
Fenomena stres ketika mahasiswa
menempuh mata kuliah misalnya terjadi dalam
mata kuliah MPK Kuantitatif yang ditawarkan
di semester empat Jurusan Ilmu Komunikasi.
Menurut pengakuan beberapa mahasiswa yang
mengikuti mata kuliah ini, sumber stres
tersebut bermacam-macam, ada yang
mengalami stres karena merasa tugas-tugas
yang diberikan menuntut dateline yang ketat.
Selain karena stres dalam kaitannya dengan
waktu pengumpulan tugas-tugas yang pendek,
mahasiswa juga merasakan beratnya mengikuti
MPK Kuantitatif karena sebagian dari mereka
belum terbiasa membuat tulisan ilmiah . Stres
mahasiswa juga diperberat karena hal-hal
yang subjektif misalnya, karena adanya
persepsi bahwa dosen pengampu mata kuliah
ini dikenal sebagai dosen yang ”sulit”. Stres
dalam mata kuliah ini juga diperparah karena
ada juga mahasiswa yang merasa ”takut”
berkonsultasi dengan dosen. Ketika mahasiswa
sudah sampai pada penggarapan tema
proposal, stres tak juga surut karena rupanya
sebagian di antara mereka mengaku ketika
memilih judul asal memilih dan kebetulan
judul itu di-acc sementara dia sesungguhnya
kurang begitu menguasai topik yang disetujui
itu.
Menurut Rathus dan Nevid (dalam
Januarti, 2009) stres adalah suatu kondisi yang
menunjukkan adanya tekanan fisik dan psikis
akibat tuntutan dalam diri dan lingkungan.
Seseorang dapat dikatakan mengalami stres
ketika seseorang mengalami suatu kondisi
adanya tekanan dalam diri akibat tuntutan yang
berasal dari dalam diri dan lingkungan.
Menurut Atwater (1983) stres merupakan suatu
tuntutan yang memerlukan respon adaptif.
Hal-hal yang dilakukan individu untuk
mengatasi keadaan atau situasi yang tidak
menyenangkan, menantang, menekan ataupun
mengancam disebut sebagai coping (Lazarus,
1976). Menurut Sarafino (1990) individu
melakukan perilaku coping sebagai usaha
untuk menetralisir atau mengurangi stres.
Sebagai sebuah studi awal (pilot
project), penelitian ini bertujuan untuk melihat
gambaran sumber-sumber stres yang terjadi
para mahasiswa ketika mengikuti mata kuliah
MPK Kuantitatif dan melihat bagaimana
perilaku coping mahasiswa dalam mengatasi
stres dikarenakan hal tersebut.
Rumusan Masalah
Masalah pokok yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah :
1. Hal-hal spesifik apakah yang menjadi
sumber stres dalam mengikuti mata kuliah
MPK Kuantitatif ?
2. Jenis dan bentuk strategi coping yang
seperti apakah yang digunakan mahasiswa
dalam mengatasi stres mengikuti kuliah
MPK Kuantitatif?
Tujuan Penelitian
Tujuan pokok penelitian ini adalah :
1. Untuk mengidentifikasi hal-hal spesifik
yang menjadi sumber stres dalam
mengikuti mata kuliah MPK Kuantitatif
2. Untuk mengetahui jenis dan bentuk strategi
coping yang digunakan mahasiswa dalam
mengatasi stres mengikuti kuliah MPK
Kuantitatif
Stres dalam Belajar
Stres adalah konflik, tekanan eksternal
( tuntutan yang datang dari lingkungan fisik
dan sosial) dan tekanan internal ( tuntutan yang
datang dari dalam diri), serta kondisi bermasa-
lah lainnya dalam kehidupan ( Haber dan Run-
yon, 1984).
Studi tentang stres dalam belajar khu-
susnya yang dialami oleh mahasiswa dan
memiliki kemiripan dengan penelian ini adalah
penelitian yang dilakukan oleh Gunawati dkk
(2006, dalam Januarti 2009) terhadap maha-
siswa Program Studi Psikologi Universitas
Diponegoro. Penelitian ini menemukan, maha-
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif
3
siswa Program Studi Psikologi yang sedang
menulis skripsi sering mengalami masalah
kecemasan dalam menghadapi dosen pem-
bimbing skripsi. Kecemasan dalam menghada-
pi dosen pembimbing skripsi ditunjukkan ma-
hasiswa dalam perilaku menghindar untuk ber-
temu dengan dosen pembimbing skripsi.
Peneliti juga menemukan adanya perilaku ma-
hasiswa yang sedang menulis skripsi di Pro-
gram Studi Psikologi Universitas Diponegoro
dalam keseharian menunjukkan adanya gejala
stres. Gejala yang banyak ditunjukkan oleh
mahasiswa antara lain gangguan tidur seperti
kesulitan tidur, sering terlihat cemas, mudah
marah, dan ada beberapa mahasiswa yang
menunjukkan gejala gangguan daya ingat yang
ditunjukkan dengan seringnya mahasiswa lupa
pada janji bimbingan dengan dosen pembimb-
ing skripsi.
Sementara itu, penelitian Mujiyah dkk
(2001, dalam Januarti 2009) menemukan adan-
ya kendala-kendala yang biasa dihadapai ma-
hasiswa dalam menulis tugas akhir skripsi yak-
ni kendala internal yang meliputi malas sebe-
sar (40%), motivasi rendah sebesar (26,7%),
takut bertemu dosen pembimbing sebesar
(6,7%), sulit menyesuaikan diri dengan dosen
pembimbing skripsi sebesar (6,7%). Kendala
eksternal yang berasal dari dosen pembimbing
skripsi meliputi sulit ditemui sebesar (36,7%),
minimnya waktu bimbingan sebesar (23,3%),
kurang koordinasi dan kesamaan persepsi anta-
ra pembimbing 1 dan pembimbing 2 sebesar
(23,3%), kurang jelas memberi bimbingan
sebesar (26,7%), dan dosen terlalu sibuk sebe-
sar (13,3%). Kendala buku–buku sumber meli-
puti kurangnya buku–buku referensi yang
fokus terhadap permasalahan penelitian sebe-
sar (53,3%), referensi yang ada merupakan bu-
ku edisi lama sebesar (6,7%). Kendala fasilitas
penunjang meliputi terbatasnya dana dengan
materi skripsi, kendala penentuan judul atau
permasalahan yang ada sebesar (13,3%),
bingung dalam mengembangkan teori sebesar
(3,3%). Kendala metodologi meliputi ku-
rangnya pengetahuan penulis tentang metod-
ologi sebesar (10%), kesulitan mencari dosen
ahli dalam bidang penelitian berkaitan dengan
metode penelitian dan analisis validitas instru-
men tertentu sebesar (6,7%).
Penelitian yang menjadi rujukan di atas
lebih mengkhususkan pada mahasiswa yang
sedang menulis skripsi, meski tidak sama per-
sis, namun ada kesamaan sifat dari subjek yang
diteliti tersebut dengan subjek penelitian yang
akan dilakukan ini yakni mahasiswa memiliki
beban psikologis untuk bisa menghasilkan se-
buah karya ilmiah. Bedanya, dalam penelitian
Gunawati dan Mujiyah, stres yang dialami ma-
hasiswa berkaitan dengan tugas penyelesaian
skripsi sedangkan penelitian ini, stres yang ter-
jadi pada mahasiswa disebabkan oleh tugas
akhir mata kuliah MPK Kuantitatif yaitu mem-
buat usul penelitian yang sebenarnya juga
merupakan proses menuju penyelesaian tugas
akhir atau penulisan skripsi.
Perilaku Coping
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif
Di dalam kehidupan sehari-hari
seseorang mempunyai keinginan-keinginan
baik yang bersifat fisik maupun psikis yang
tentunya membutuhkan sesuatu pemenuhan.
Usaha individu untuk memenuhi kebutuhannya
tidak selamanya berjalan sebagaimana mesti-
nya. Hal ini bergantung pada ketrampilan
individu dalam mengelola keinginan-keinginan
dalam dirinya. Dalam psikologi kemampuan
mengelola tersebut dikenal dengan proses
coping.
Menurut Lazarus (dalam
Nindhayati,2008) coping mempunyai dua
konotasi, yaitu menunjukkan suatu cara
menghadapi tekanan dan menunjukkan suatu
cara untuk mengatasi kondisi yang
menyakitkan, mengancam atau menantang
ketika respon yang otomatis. Coping
menunjukkan usaha dan perilaku yang
dilakukan oleh individu tersebut. Usaha untuk
mengatur tuntutan tersebut meliputi usaha
untuk menurunkan, meminimalisasi dan juga
menahan. Perilaku coping juga melibatkan
kemampuan khas manusia seperti pikiran,
perasaan, pemrosesan informasi, belajar dan
mengingat. Implikasi proses coping tidak
terjadi begitu saja, tetapi juga melibatkan
pengalaman atau proses berpikir seseorang.
Lazarus dan Folkman (dalam
Nindhayati,2008) membagi coping menjadi
dua macam, yaitu : Problem focused coping,
yaitu perilaku coping yang digunakan untuk
mengurangi stresor, individu akan mengatasi
dengan mempelajari cara-cara atau
keterampilan yang baru. Individu akan
cenderung menggunakan strategi ini bila
dirinya yakin akan dapat mengubah situasi.
Atkinson (dalam Nindhayati,2008)
mengemukakan bahwa individu bisa disebut
melakukan strategi coping yang berpusat pada
masalah atau problem focused coping apabila
individu tersebut melakukan tindakan antara
lain: menentukan masalah, menciptakan
pemecahan alternatif, menimbang-nimbang
alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat,
memilih salah satu dari alternatif pilihan
mengimplementasikan alternatif yang dipilih.
Problem focused coping juga dapat diarahkan
ke dalam, yaitu orang dapat mengubah sesuatu
pada dirinya sendiri dan bukan mengubah
lingkungannya. Tindakan lain adalah
mengubah tingkat aspirasi, menemukan
pemuasan alternatif dan memelajari
keterampilan baru.
Emotion focused coping, yaitu perilaku
coping yang digunakan untuk mengatur respon
emosional terhadap stres bila individu tidak
mampu mengubah kondisi yang stresful,
individu akan cenderung untuk mengatur
emosinya. Moss (dalam Nindhayati,2008)
menambahkan bahwa orang yang
menggunakan coping ini biasanya mencegah
emosi negatif yang menguasai dirinya.
Adwin dan Revenson (dalam
Nindhayati,2008) mengungkapkan bahwa
tingkah laku coping yang berorientasi pada
masalah (problem focused coping) meliputi:
Kehati-hatian, yaitu individu memikirkan dan
mempertimbangkan secara matang beberapa
alternatif pemecahan masalah yang mungkin
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif
5
dilakukan, meminta pendapat dan pandangan
dari orang lain tentang masalah yang
dihadapinya. Tindakan instrumental, yaitu
tindakan yang ditujukan untuk menyelesaikan
masalah secara langsung serta menyusun
rencana-rencana apa yang akan dilakukan.
Negosiasi, yaitu usaha yang ditujukan kepada
orang lain yang terlibat atau yang menjadi
penyebab masalah yang sedang dihadapinya
untuk serta memikirkan atau menyelesaikan
masalah.
Tingkah laku coping yang berorientasi
pada emosi (emotion focused coping),
meliputi: Pelarian dari masalah, yaitu individu
menghindari masalah dengan cara berkhayal
atau membayangkan seandainya dia berada
pada situasi yang menyenangkan. Pengurangan
beban masalah, yaitu usaha untuk menolak,
merenungkan suatu masalah dan bertindak
seolah tidak terjadi apa-apa. Menyalahkan diri
sendiri, yaitu suatu tindakan pasif yang
berlangsung dalam batin, individu cenderung
untuk menyalahkan dan menghukum diri
sendiri serta menyesal dengan apa yang telah
terjadi. Pencarian arti, yaitu usaha untuk
menemukan kepercayaan baru atau sesuatu
yang penting dari kehidupan.
Sementara itu coping yang tergolong
Maladaptif Coping mencirikan individu yang
memusatkan diri pada pengalaman yang
menekan atau pada kekecawaanya;
mencurahkan emosi pada taraf tertentu dapat
mengurangi tekanan yang dirasakan individu,
namun jika dilakukan berlebihan, dimana
individu terlalu berlarut-larut terhadap distres
dapat memperparah stres itu sendiri.
Karakteristik lain dalam coping jenis ini adalah
individu mengurangi usahanya dalam
mengatasi stresor, bahkan menyerah. Individu
mengalihkan perhatiannya dari masalah atau
stresor termasuk hal-hal yang berkaitan dengan
masalah stresor. Bentuk perilaku mental
disengangement, diantaranya adalah melamun
atau berkhayal, tidur atau terpaku menonton
TV sebagai cara melarikan diri dari masalah.
Dan pada titik ekstrim maladaptif coping
Individu lalu berusaha mengalihkan perhatian
dengan menggunakan obat-obatan terlarang
dan sejenisnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah teknik survey, di mana penelitian
mengambil sejumlah sampel dari populasi.
Penelitian deskriptif ini melibatkan 65
mahasiswa responden (pria dan wanita) yang
saat penelitian ini berlangsung sedang
menempuh mata kuliah MPK Kuantitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioer yang meliputi dua
bagian: (1)Data kontrol : berupa pertanyaan
mengenai identitas responden meliputi jenis
kelamin, tahun angkatan.(2) Kuesioner sumber
stres: pada kuesioner ini subjek diminta
memberikan jawaban mengenai hal-hal apakah
yang menjadi penyebab stres dalam mengikuti
mata kuliah MPK Kuantitatif. Urutan jawaban
responden tentang sumber stres dalam konteks
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif
ini menjadi ukuran prioritas sumber stres
utama dalam mengikuti kuliah MPK
Kuantitatif. Kuesioner Perilaku Coping : alat
ini merupakan adaptasi dari Ways of Coping
Quistionaire yang dikembangkan oleh Lazarus
dan Folkman (1985).
Penelitian deskriptif ini diikuti oleh 65
mahasiswa responden (pria dan wanita) yang
sedang menempuh mata kuliah MPK
Kuantitatif. Besar sampel 65 orang ini
dipertimbangkan cukup karena jumlah
minimum sampel yang memadai apabila
hendak dilakukan analisis statistik adalah 30
orang (Slamet, 2006). Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan Cluster Sampling
karena peserta mahasiswa yang menempuh
mata kuliah MPK Kuantitatif terdiri dari
angkatan 2006, 2007 dan 2008. Dengan
ditentukan jumlah sampel 65 orang, maka
secara proposional setelah memperhitungkan
jumlah masing-masing peserta tiap angkatan
dengan total 207 mahasiswa, untuk angkatan
2006 dipilih 10 orang mahasiswa/i, angkatan
2007 sebanyak 25 mahasiswa dan 2008
sebanyak 30 mahasiswa/i
Proses face validity dilakukan dengan
bantuan expert judgment dengan tujuan untuk
menyempurnakan kuesioner. Mekanismenya
dengan mendiskusikan kuesioner perilaku
coping kepada rekan sejawat yang memiliki
dasar keilmuwan psikologi untuk memperoleh
masukan sehubungan dengan kejelasan bahasa
dari pernyataan-pernyataan yang dipakai
dalam kuesioner dan melihat kesesuaian antara
pernyataan dengan tujuan penelitian. Face
validity merupakan cara uji validitas untuk
melihat apakah suatu alat ukur tersebut benar-
benar mengukur konstruk yang ingin diukur
(Anastasia &Urbina, 1997).
Teknik Pengolahan Data meliputi (1)
Teknik pengolahan data kontrol. Gambaran
umum subjek yang menjadi responden dalam
penelitian ini didapatkan melalui teknik data
kontrol dengan rumus prosentase :
% = f x 100 %
N
%=prosentase
f= frekuensi
N= jumlah subjek penelitian
(2)Teknik pengolahan kuesioner sumber stres.
Untuk melihat peringkat sumber stres yang
dirasakan oleh para mahasiswa dalam
mengikuti mata kuliah MPK Kuantitatif
dilakukan dengan cara: (a.) Identifikasi
sumber stres pokok yang dinyatakan oleh
responden (b.) Dari sumber stres pokok
tersebut kemudian dihitung persentase masing-
masing jenis stres yang dilaporkan responden.
(C). Mengurutkan sumber stres berdasarkan
persentase yang terbesar sampai yang terkecil.
Untuk melihat gambaran profil perilaku
mengatasi stres (coping) yang ditampilkan
pada tiap sumber stres dilakukan dengan cara:
((a)Menghitung frekuensi tiap perilaku coping
yang dipilih oleh seluruh subjek yang
menyatakan bahwa masalah merupakan
sumber stres baginya.(b)Mencari persentase
tiap perilaku coping tersebut.(c)Mencari rata-
rata persentase pada setiap dimensi perilaku
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif
7
coping.(d)Mencari rata-rata persentase pada
setiap jenis perilaku coping.
Hasil Penelitian
` Berikut akan dipaparkan beberapa
karakteristik responden yang relevan dengan
pertimbangan teoritis dalam penelitian
ini.Responden yang terpilih berjumlah 65
orang yang merupakan mahasiswa Jurusan
Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed yang sedang
menempuh mata kuliah MPK Kuantitatif.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, responden dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Tabel 1. Karekteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber data: primer 2. Karakteristik Responden Berdasarkan
Tahun Angkatan
Berdasarkan tahun angkatannya, responden
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Tabel 2. Karekteristik Responden Berdasarkan Tahun Angkatan
Sumber data: primer
3. Identifikasi Sumber Stres Dalam Belajar
MPK Kuantitatif
Tabel 3.
Identifikasi Sumber Stres
Sumber data: primer
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Jenis Kelamin Jumlah %
Laki-laki 22 33,84
Perempuan 43 66,16
Total 65 100
Tahun
Angkatan Jumlah %
2006 10 15,4
2007 25 38,4
2008 30 46,2
Total 65 100
SUMBER STRES Laki Laki
Perempuan
Jumlah
%
Tugasnya terlalu banyak
1 9 10 15,3
Terlalu banyak mahasiwa dalam kelas perkuliahan
2 6 8 12,3
Deadline tugas yang singkat
3 5 8 12,3
Kesulitan dalam menemukan/memahami teori
2 5 7 10,7
Materi ajar sulit dimengerti
5 1 6 9,2
Tidak menyukai angka-angka
1 3 4 6,1
Penyampaian materi (metode pembelajaran )yang kurang jelas
2 1 3 4,6
Kesulitan dalam mengerjakan tugas
1 2 3 4,6
Kesulitan memahami materi
3 3 4,6
Persepsi yang negatif terhadap mata kuliah MPK
1 2 3 4,6
Tidak menguasai statistik
2 1 3 4,6
Tidak terbiasa menulis ilmiah
1 1 2 3,0
Materi yang harus dipelajari banyak
1 1 1,5
Kuliah MPK Kuan menegangkan
1 1 1,5
Sulit mencari contoh penelitian
1 1 1,5
Fasilitas belajar (komputer ) yang dimiliki terbatas
1 1 1,5
Kesulitan membagi waktu
1 1 1,5
JUMLAH 22 43 65 100
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif
Tabel 3 di atas menggambarkan adanya 5
(lima ) sumber stress utama yang dialami
mahasiswa dalam mengikuti kuliah MPK
Kuantitatif yakni : Terlalu banyak tugas (15,3
%); Kelas/jumlah mahasiswa yang mengambil
mata kuliah yang terlampau besar (12,3%);
Deadline tugas yang sangat singkat ( 12,3%);
Kesulitan dalam menemukan dan menerapkan
teori dalam penelitian ( 10,7 %); Materi ajar
yang sulit dimengerti (9,2%).
Menarik mencermati data di atas bahwa
ternyata faktor fisik/ kelas di mana jumlah
mahasiswa yang sangat besar dalam kelas
memberi andil cukup besar dengan menempati
urutan kedua utama sumber stress dalam
menempuh mata kuliah MPK Kuantitatif.
Sementara keempat sumber stress lainnya
berkaitan dengan faktor mahasiswa pelaku
belajar maupun faktor bahan ajarnya itu
sendiri. Dari keempat sumber stress non fisik
ini kelihatan bahwa faktor “tugas yang
terlampau banyak” menjadi sumber stress yang
paling utama, menyusul kemudian faktor
“deadline dalam penyelesaian tugas”, dan yang
berikutnya adalah faktor “kesulitan dalam
menemukan teori atau menerapkan teori yang
relevan”. Sementara “materi ajar yang sulit
dimengerti” menjadi sumber stress yang
menempati uruan terakhir dari lima sumber
stress utama.
4. Penghitungan Rata-rata untuk Masing-
masing Kategori Perilaku Coping
Berikut ini adalah hasil penghitungan rata-rata
untuk masing masing kategori perilaku coping.
Tabel 4 Rata-Rata Skor Untuk Masing-Masing Kategori
Perilaku Koping
Sumber: data primer diolah
Berdasarkan penghitungan rata-rata skor
untuk masing-masing perilaku coping tampak
bahwa secara keseluruhan model perilaku
coping yang berfokus pada masalah memang
cenderung dominan dengan angka 3,56
sementara perilaku koping emosional
menempati posisi kedua dengan total 3,33 dan
perilaku coping yang mal adaptif tidak terlalu
menonjol dengan nilai rerata 2,86 pada skala 5.
Melalui tabel 3 kita bisa melihat bahwa
secara umum mata kuliah MPK Kuantitatif
memang dipersepsi sebagai mata kuliah yang
mengakibatkan stress. Terdapat dua faktor
utama yang menyebabkan stres itu terjadi.
Pertama faktor sifat dari matakuliah baik dari
segi materi ajar maupun model pembelajaran
yang diterapkan. Kedua faktor lingkungan fisik
kelas tempat kegiatan belajar ini berlangsung.
Kita bahas faktor yang pertama dulu.
Mengapa mata kuliah MPK Kuantitatif ini bisa
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Statistics
65 65 65
0 0 0
3,5621 3,3346 2,8615
,06231 ,06034 ,08278
3,5385 3,3333 2,7500
3,23 3,42 2,50
,50238 ,48647 ,66736
,307 ,275 ,118
,297 ,297 ,297
2,54 2,08 1,25
4,92 4,42 4,50
231,54 216,75 186,00
Valid
Missing
N
Mean
Std. Error of Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Skewness
Std. Error of Skewness
Minimum
Maximum
Sum
PFC EFC MC
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif
9
dipersepsi “menegangkan” salah satu sebabnya
karena mata kuliah ini menjadi salah satu
prasarat dalam menempuh tahap penulisan
skripsi. Apabila mata kuliah ini gagal maka
kesempatan untuk bisa memulai memproses
penulisan skripsi juga akan tertunda.
Sementara kalau dilihat dari pengakuan
responden yang secara mayoritas
menempatkan faktor jumlah tugas yang banyak
sebagai sumber stress yang utama itu
disebabkan karena model pembelajaran yang
diterapkan menuntut pembuatan tugas bagi
mahasiswa setiap mingggunya. Model
pembelajaran yang menuntut pembuatan tugas
ini kemudian dikenal sebagai model
pembelajaran dengan penugasan berkelanjutan.
Tugas didesain untuk memberi kesempatan
mahasiswa berlatih dan menemukan sendiri
pengalaman pembelajaran dalam research.
Tugas yang diberikan pada minggu pertama
sampai dengan minggu ketiga sesungguhnya
merupakan langkah-langkah yang harus dilatih
ketika mahasiswa nantinya hendak menulis
bab 1 yang berisi latar belakang masalah
penelitian, rumusan masalah dan penentuan
tujuan dan manfaat penelitian. Sedangkan
tugas minggu keempat sampai dengan minggu
ke 6 fokusnya adalah pada eksplorasi teori dan
desain penelitian yang hendak dipilih. Tugas
minggu ketujuh sampai ke 9 sudah bergerak
pada latihan konstruksi alat ukur dan uji alat
ukur. Dan tugas pada minggu ke 10 sampai
dengan minggu ke dua belas mahasiswa dilatih
untuk melakukan uji instrumen penelitian
sekaligus sesungguhnya mempraktekkan
proses pengumpulan data dan analisis
statistiknya meskipun sampel yang dipakai
masih dalam skala kecil.
Demikian desain penerapan tugas
berkelanjutan ini dijalankan dalam proses
pembelajaran mata kuliah MPK Kuantitatif –
yang kemudian dipersepsi sebagai tugas yang
banyak dan dateline penyerahan tugas yang
memang relatif singkat yakni hanya satu
minggu untuk tiap penugasan.
Sedangkan faktor fisik (eksternal)
penyebab stress yakni jumlah mahasiswa yang
mengikuti mata kuliah MPK kuantitatif ini
sangat besar ( total mahasiswa yang terdaftar
di mata kuliah ini adalah 207 ) dikarenakan
mata kuliah ini tidak hanya diambil oleh
angkatan 2008 di mana pada semester ini
memang manjadi mata kuliah wajib yang
ditawarkan di angkatan ini. Mahasiswa
angkatan 2007 dan 2006 yang mengambil mata
kuliah ini adalah mereka yang mengulang
karena tahun sebelumnya belum berhasil lulus,
atau mereka yang mengulang karena ingin
memperbaiki nilai. Dengan jumlah mahasiswa
yang sangat besar dan tidak dipararel maka
tidak heran kalau kondisi perkuliahan menjadi
sangat tidak kondusif. Apalagi jadwal kuliah
MPK Kuantitatif adalah pada siang hari pukul
12.20 sampai dengan 14.50 WIB. Situasi inilah
yang menjadi faktor penyebab stress dalam
belajar MPK Kuantitatif.
Dilihat dari profil perilaku copingnya
tampak bahwa responden tidak hanya
menggunakan satu model perlilaku ketika
mereka mencoba mengatasi stress belajar.
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif
Namun prosentase yang menonjol (3,56 pada
skala 5 )adalah pada model perilaku coping
yang berpusat pada masalah. Karakter dari
model perilaku ini mencerminkan bahwa
sumber stres itu sesungguhnya bergantung
pada pandangan dan interpretasi individu
terhadap stresor (Feldman, 1989). Akan tetapi
kalau dilihat dari rata-rata skor yang
menunjukkan angka 3,33 pada skala 5 untuk
kategori perilaku coping yang berfokus emosi
sesungguhnya juga mencerminkan bahwa
responden juga cenderung menganggap
sumber stres adalah sesuatu yang tidak dapat
diubah karena individu tidak memiliki sumber
daya yang kuat (Folkman dan Lazarus dalam
Taylor, 1995). Dan untuk kategori perilaku
coping yang mal adaptif juga relatif tinggi
(skor 2,86) di mana perilaku individu
cenderung bersifat menekan pada stresor
semata atau memilih cara-cara pengingkaran
pada persoalan sumber stres dan memilih jalan
yang tidak tepat seperti mengkhayal, atau
bahkan menyerah, hal ini menunjukkan bahwa
responden cenderung menganggap sumber
stres sebagai sesuatu yang tidak dapat diubah
dan merasa tidak berdaya untuk mengubahnya.
Kesimpulan
Ada 5 (lima) sumber stress utama yang
dialami mahasiswa dalam mengikuti kuliah
MPK Kuantitatif yakni : terlalu banyak tugas ;
kelas/jumlah mahasiswa yang mengambil mata
kuliah yang terlampau besar; deadline
pengumpulan tugas yang sangat singkat;
kesulitan dalam menemukan dan menerapkan
teori dalam penelitian ; materi ajar yang sulit
dimengerti. Responden tidak hanya
menggunakan satu jenis perilaku coping
namun prosentase terbesar adalah Problem
Focused Coping disusul oleh Emotion
Focused Coping dan terakhir adalah
Maladaptif Coping.
Berdasarkan temuan di atas maka upaya
untuk mengkondusifkan proses belajar
melalui : Pertama, berdasar data yang terkait
dengan model perilaku coping yang berfokus
pada masalah maka strategi untuk mengurangi
stress adalah dengan memberi bekal soft skill
yang kuat kepada mahasiswa sehingga mereka
senantiasa memiliki persepsi yang positif
kepada pengalaman pembelajaran meskipun
mendapat tekanan yang berat di dalam
prosesnya. Kedua, hal-hal yang sifatnya di luar
kuasa responden untuk mengubah dan itu
menimbulkan stres seperti kondisi jumlah
mahasiswa dalam kelas yang terlalu besar,
maka mau tidak mau pengelola fakultas harus
memikirkan hal ini dan berupaya untuk
memfasilitasi kelas yang memungkinkan
pararel sehingga tercipta jumlah ideal
mahasiswa dalam tiap kelasnya. Apabila kedua
hal tersebut tidak segera diatasi maka besar
kemungkinan frustasi yang terjadi dalam kasus
stres menghadapi mata kuliah MPK Kuantitatif
ini cepat atau lambat akan menimbulkan pola-
pola perilaku coping yang mal adaptif.
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif
11
Daftar Pustaka
Anastasi,A. &Urbina, S. 1997. Psychologycal Testing (7ed) Prentice-Hall Inc Atwater, Estwood.1983. Psychology of Adjustment, Personal Growth in A Changing World (2ed).
New Jersey: Prentice Hall,Inc. Feldmman,R.S. 1989. Adjustment : Applying Psychology in a Complex World. Mc. Graw Hill. Folkman, S. & Lazarus, R. S. 1985. ”If it changes it must be a process: Study of emotion and cop-
ing during three stages of a college examination”. Journal of Personality and Social Psy-chology, 48, 150-170.
Haber, Aubrey & Runyon, Richard P. 1984. Psychology of Adjustment. Homewood Illionis : The Dorsey Press.
Januarti, Rozi. 2009.HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING
DENGAN TINGKAT STRES DALAM MENULIS. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta. Tidak diterbitkan.
Lazarus, Richard S. 1976. Patterns of Adjustment, (3ed). Japan : Mc Graw Hill, Kogakusha Comp.Ltd.
Nindhayati, Cahya. 2008. PERILAKU COPING ANGGOTA SAMAPTA POLRI KETIKA
MENGHADAPI KERUSUHAN MASSA. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta. Tidak diterbitkan.
Sarafino, Edward P. 1990. Health Psychology : Biopsychology Interactions (2ed). New York : John Willey & Sons.
Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta : Sebelas Maret University Press.
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU COPING MAHASISWA DALAM MENGATASI STRES MENGIKUTI MATA KULIAH MPK KUANTITATIF
Perilaku Coping Mahasiswa dalam Mengatasi Stres Mengikuti Mata Kuliah MPK Kuantitatif