Upload
lamnhu
View
241
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA
TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN
(Skripsi)
Oleh
TANTRI AGITAPUTRI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA
TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN
ABSTRAK
Oleh
Tantri Agitaputri
Taman Hutan Raya (Tahura) Wan Abdul Rachman adalah hutan yang ditetapkan
pemerintah dengan fungsi pokok sebagai hutan konservasi. Bagian dari Tahura
Wan Abdul Rachman yang direncanakan sebagai kawasan ekowisata adalah 22
ha. Potensi wisata pada kawasan tersebut berupa air terjun batu lapis dan rumah
pohon yang berada pada ketinggian 1. 671 mdpl. Perencanaan lanskap kawasan
Tahura Wan Abdul Rachman diharapkan menjadi rekomendasi konsep
pengembangan kawasan objek destinasi wisata yang bernilai fungsional dan
estetis bagi wisatawan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji potensi
wisata yang terdapat di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman. Berdasarkan
analisis dan sintesis, zona kawasan terdiri dari zona semi intensif dan zona
konservasi. Ruang kegiatan yang direncanakan pada kawasan tahura adalah area
penerimaan 5 ha; area pelayanan 5 ha; wisata air terjun dan batu lapis 5 ha, dan
area konservasi 7 ha. Sirkulasi terdiri dari sirkulasi utama sepanjang 5 km dan
sirkulasi tracking sepanjang 10 km. Vegetasi yang digunakan pada tapak berupa
kombinasi tanaman asli dan tanaman untuk estetika, yang mendukung nilai
fungsional dan estetik kawasan sebagai objek destinasi wisata. Perencanaan
kawasan ini menghasilkan desain lanskap perencanaan lanskap kawasan wisata,
sebagai referensi pengembangan kawasan hutan konservasi menjadi kawasan
agrowisata
Kata kunci: Kawasan Wisata, Perancangan Lanskap, Taman Hutan Raya
PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN WISATA
TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN
Oleh
Tantri Agitaputri
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKUTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
Juei Skripsi
tlama lttahasis$ra
tlo. Pokok Mahasiswa
Jurusan
nahrltas
; FESTNGIINQAFI IANSTAP trAf,lAl$Al{WI$Tf,A TAITIAIT IIUIATI NAYA UIAFIABDT'L BACHI|IAI{
; Tbntrl Agltaputrl
: L3L4l2lL77
: Agroteknologi
: Pertanian
[TEI'TT'ETUJUI
L. Komisi Pembimbing
Wldagdo, Ff.Slt2L2 L9p/2051 004
2, I{etua Jurusan Agroteknologi
/^Prof. Dr. Ir. Srl Yuennlnl, ltl.Sl.NrP 19650508 1988112 ffit
I 705?;5 198405 L 001
FIENGESANKilI
1. Tton PenguJi
t{efrra : Ir, IInc Hendarts, ll.S.
S#aris
Pengqji
: Ir. Setyo f,fidagdo, lI.Sl.
Eukan Pembimbing: hrof. I)r. lr, Irtan $tM Banuwa, !l.Sl
Banuwa, Iil.gl.198605 1 002
2. D€kan Fakultas Pertanian
Tanggal Lulus Ujian $kripsi: 5 Januarl 2018
SURAT PERI{YATAAI\I
Sslra yang bertanda tangan di bawatr ini menyatakan bahwa skripsi saya yang
bcrju&l'?-ERAI{CANGAN LANSKAP KAWASAN WISATA TAMAN
HUTAII RAYA WAl.i ABDUL RACHMAN'merupakan hasil karya saya sendiri
&n bukan hasil karya orang lain. Semua hasil yang tertuang dalam skripsi ini
elah mengikuti kaidah penulisan karya ilmiah Universias Lampung. Apabila di
kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan hasil salinan atau dibuat oleh
sang laigL maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan
akademik.yang berlaku.
Bandar Lampung, 5 januari 2018
Penulis,
Tantri Agitaputri}{PM t314121177
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Sugito dan Ibu Tri
Listiyowati. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 4 Feburai 1995.
Penulis menjalani pendidikan taman Kanak-kanak di TK Pratama (1999-2001), dan
melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 2 Rawa Laut (2001-2007).
Pendidikan menengah pertama penulis tempuh di SMP Negeri 2 Bandar Lampung
(2007-2010), kemudian dilanjutkan di SMA YP Unila Bandar Lampung (2010-2013).
Penulis diterima sebagai mahasiswi di Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi Pengurus Persatuan Mahasiswa
Agroteknologi (Perma AGT), yaitu sebagai anggota Bidang Eksternal (2015/2016).
Selain aktif di Himpunan Mahasisa Jurusan, penulis juga aktif di Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertaninan, sebagai anggota Bidang Eksternal
(2015/2016) dan Duta Mahasiswa Pertanian (2016/2017).
Penulis memilih Hortikultura sebagai konsentrasi perkuliahan. Penulis pernah
menjadi asisten praktikum mata kuliah Produksi Tanaman Hortikultura (2016), dan
Pengantar Ilmu Kewirausahaan (2016). Pada 2016, penulis melaksanakan Praktik
Umum (PU) di PT Kusuma Agrobio Taniperkasa, Kota Wisata Batu, Malang dan
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Gayau, Kecamatan Padang cermin,
Kabupaten Pesawaran.
Bismillahirohmanirohim
Dengan mengucap syukur dan bangga, Alhamdulillah aku persembahkan
karya kecilku ini kepada:
Bapak, Ibuku tersayang, saudara – saudaraku tercinta, dan sahabat terkasih
Sebagai tanda terima kasihku atas doa yang selalu terucap untuk kesuksesan dan semua
pengorbanan yang telah diberikan kepada diriku selama ini
Dan untuk almamaterku tercinta
“ Lakukan apa yang kamu bias untuk membantu orang di sekitarmu dengan apa yang kamu
punya, dan kamu akan mendapatkan kebaikan dari orang - orang yang tidak kamu duga”
(Tantri Agitaputri)
“So be patient, Indeed, the promise of Allah is truth”
(Ar- Rum: 60)
“Kenyataannya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok. Hidup adalah pengendara
yang gila dan tidak ada yang menjaminnya”
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah
SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Ir. Kus Hendarto, M.S., selaku Pembimbing Pertama yang telah
memberikan bimbingan dan saran selama penelitan dan penulisan skripsi.
2. Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si., selaku Pembimbing Kedua dalam
memberikan bimbingan, motivasi, arahan, nasihat, dan ilmu selama penulisan
skripsi.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku pembahas yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penyelesesain skripsi.
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.
5. Bapak dan Ibu tercinta, serta saudara-saudaraku tersayang yang selalu
mengiringi langkahku dengan doa, dukungan, dan pengorbanan terhadap
penulis selama ini.
6. Rachmad Idham dan Sahabat Akrala selaku tim yang telah meluangkan waktu
untuk kelancaran skripsi selama ini.
7. Sahabat LDR dan sahabat yang bertemu di Ganseha Operation: Sarah, Dian,
Gusti , Ajengteu, Anin, Dila, dan Haifa yang selalu menyemangati penulis
selama menyelesaikan skrpsi
8. Oci, kucing kesayangan penulis yang selalu menemani di setiap waktu.
9. Saudara dan sahabat BCD penulis: Kia, Sheilla, Ade, Yamatri, Chintara, Dina,
Sugeng, Roby, Farish, Irfan, Pepe, Ivan, Bang Andi, dan eko, serta teman-
teman Agroteknologi angkatan 2011, 2012, dan 2013.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah dilakukan dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat.Aamiin.
Bandar Lampung, 4 Februari 2018
Penulis
Tantri Agitaputri
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvi
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.3 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
1.4 Landasan Teori ........................................................................... 4
1.5 Kerangka Pemikiran ................................................................... 7
II.TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 8
2.1 Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ................................. 9
2.2 Kawasan Wisata ......................................................................... 10
2.3 Agrowisata .................................................................................. 12
2.3.1 Prinsip Agrowisata ........................................................... 11
2.3.2 Manfaat Agrowisata ......................................................... 12
2.4 Perencanaan Kawasan Wisata .................................................... 13
2.5 Perencanaan Lanskap ................................................................. 14
2.6 Pertimbangan Perencanaan ......................................................... 15
III. METODE ........................................................................................ 21
3.1 Tempat dan Waktu .................................................................... 21
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................... 21
3.3 Metode Penelitian .................................................................... 21
3.3.1 Inventarisasi ................................................................... 22
3.3.2 Analisis .......................................................................... 24
3.3.3 Sintesis ........................................................................... 24
3.3.4 Konsep ........................................................................... 24
3.3 5 Desain ............................................................................ 25
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 28
4.1 Inventarisasi, Sintesis, dan Analisis ......................................... 28
4.1.1 Letak dan Luas ............................................................... 28
4.1.2 Aksebilitas ...................................................................... 28
4.1.3 Iklim ............................................................................... 30
4.1.4 Topogrrafi ...................................................................... 30
4.1.5 Jenis Tanah ..................................................................... 32
4.1.6 Vegetasi .......................................................................... 35
4.1.7 Potensi Pemandangan .................................................... 36
4.1.8 Kebijakan ....................................................................... 38
4.1.9 Sosial ............................................................................... 39
4.2 Konsep ..................................................................................... 41
4.2.1 Konsep Dasar ................................................................. 41
4.2.2 Konsep Zona .................................................................. 43
4.2.3 Konsep Ruang ................................................................ 45
4.2.4 Konsep Sirkulasi ............................................................ 45
4.2.5 Konsep dan Desain Tata Hijau ....................................... 47
4.3 Desain ...................................................................................... 54
4.3.1 Desain Jalan Utama ........................................................ 54
4.3.2 Desain Area Penerimaan ................................................ 55
4.3.3 Desain Area Pelayanan .................................................. 57
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 70
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 70
5.2 Saran ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jenis, bentuk, sumber, dan cara pengambilan data ........................... 23
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan kerangka pemikiran kegiatan penelitian ............................ 9
2. Tahap perancangan lanskap .......................................................... 22
3. Bagan alir kegiatan Penelitian ...................................................... 26
4. Lokasi Tahura Wan Abdul Rachman ............................................ 28
5. Kondisi jalan dan pintu masuk Tahura Wan Abdul Rachman ...... 29
6. Distribusi kemiringan lahan di Tahura Wan Abdul Rachman ...... 31
7. Peta kontur lahan Tahura Wan Abdul Rachman ........................... 32
8. Pola penyebaran tanah dan jenis tanah ......................................... 33
9. Peta vegetasi kawasan Tahura Wan Abdul Rachman ................... 36
10. Potensi pemandangan dari Tahura Wan Abdul Rachman ............ 37
11. Fasilitas yang sedang dalam pembangunan ................................ 38
12. Mata pencaharian masyarakat di Desa Sumber Agung ............... 40
14. Analisis dan sintesis kawasan Tahura Wan Abdul Rachman ...... 42
13. Peta zonasi penggunaan lahan Tahura Wan Abdul Rachman ..... 44
14. Perencanaan ruang pada kawasan Tahura Wan Abdul Rachman 45
15. Jalur sirkulasi Tahura Wan Abdul Rachman .............................. 47
16. Desain tata hijau Tahura Wan Abdul Rachman .......................... 53
17. Jenis dan Vegetasi jalan utama .................................................... 55
18. Ilustrasi jalan utama kawasan Tahura Wan Abdul Rachman ...... .. 32
19 Jenis dan penempatan vegetasi pada area penerimaan ................ .. 56
20. Ilustrasi pintu masuk utama Tahura Wan Abdul Rachman………. 57
21. Jenis tata hijau dan penempatan vegetasi area mushola .............. .. 58
22. Ilustrasi mushola kawasan Tahura Wan Abdul Rachman ........... .. 58
25. Jenis dan penempatan vegetasi pada kawasan parkir .................. .. 59
26. Ilustrasi tata hijau kawasan parkir .............................................. .. 60
27. Jenis dan penempatan vegetasi kawasan rumah kaca ................. .. 61
28. Ilustrasi tata hijau kawasan agroflora .......................................... .. 62
29. Ilustrasi air mancur pada kawasan taman terbuka ....................... .. 63
30. Jenis dan penempatan vegetasi area perkemahan ........................ .. 69
31. Ilustrasi area perkemahan ............................................................ .. 70
32. Jenis dan penempatan vegetasi kawasan air terjun dan batu lapis.. 72
33. Ilustrasi tata hijau kawasan air terjun dan batu lapis ................... .. 73
34. Jenis dan penempatan vegetasi pusat oleh - oleh dan kuliner ..... .. 74
35. Ilustrasi tata hijau area pusat oleh – oleh dan kuliner ................. .. 75
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Taman Hutan Raya (Tahura) adalah hutan yang ditetapkan pemerintah dengan
fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan
asli. Taman Hutan Raya dapat dimanfaatkan sebagai kepentingan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, patariwisa dan rekreasi
untuk masyarakat di sekitar Taman Hutan Raya (Direktorat Jendral Pelestarian
Hutan dan Konservasi Alam, 2003).
Tahura Wan Abdul Rachman merupakan kawasan ekowisata yang di dalamnya
terdapat kegiatan wisata yang dapat memberikan pengalaman dan pendidikan
kepada wisatawan, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan apresiasi
terhadap daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Pendidikan diberikan melalui
pemahaman tentang pentingnya hutan konservasi dan pemberdayaan petani di
sekitar wisata melalui kelompok tani, sedangkan pengalaman diberikan melalui
kegiatan - kegiatan wisata yang kreatif disertai dengan pelayanan yang prima.
Tahura Wan Abdul Rachman yang semula merupakan kawasan hutan lindung
kemudian diubah fungsinya menjadi Taman Hutan Raya dengan pertimbangan
untuk menjamin pelestarian lingkungan dan konservasi alam yang alami.
2
Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman memiliki potensi sebagai kawasan wisata
karena berada pada ketinggian 1.671 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan
kontur yang beragam, sehingga pada kawasan tersebut dapat terlihat
pemandangan yang indah dan asri. Selain itu, terdapat objek wisata di dalam
kawasan tersebut yang dapat menjadi objek destinasi bagi wisatawan. Objek
destinasi tersebut berupa air terjun batu lapis, dan rumah pohon.
Air terjun batu lapis dan rumah pohon merupakan potensi dasar yang terdapat di
kawasan Tahura Wan Abdul Rachman. Suatu kawasan memiliki potensi dasar
yang harus diketahui agar dapat dikembangkan menjadi objek destinasi wisata.
Potensi dasar tersebut berupa daya tarik, memiliki akses jalan (aksebilitas) berupa
pintu masuk dan pintu keluar, area pejalan kaki (pedestrian), serta infrastruktur
berupa fasilitas yang dapat menunjang kebutuhan wisatawan misalnya penunjuk
arah, sistem sirkulasi, dan pemberdayaan masyarakat di sekitar destinasi
(Maryani, 1991).
Tahura Wan Abdul Rachman memiliki daya tarik yang secara alami maupun
buatan. Daya tarik secara alami yang dimiliki berupa wisata air terjun batu lapis,
sedangkan daya tarik buatan yang dibuat oleh penduduk di sekitar yaitu rumah
pohon dan kawasan perkampungan durian. Aksebilitas untuk menuju Tahura
Wan Abdul Rachman dapat ditempuh melalui dua arah yaitu melalui Jalan Teuku
Cik Ditiro dan jalan Wan Abdul Rachman. Namun, dalam pemenuhan
infrastruktur kawasan Tahura Wan Abdul Rachman belum terencana dengan baik
sehingga perlu dilakukan perencanaan pembangunan infrastruktur sehingga
kawasan Tahura Wan Abdul Rachman dapat menjadi objek destinasi wisata.
3
Perencanaan pembangunan infrastruktur perlu dilakukan untuk menunjang
kawasan Tahura Wan Abdul Rachman menjadi objek destinasi wisata. Sarana
infrastruktur yang perlu dilakukan perencanaan adalah area menuju wisata air
terjun batu lapis. Wisata air terjun batu lapis merupakan lokasi wisata yang sudah
banyak dikunjung di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman.
Perencanaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara bertahap,
sistematis, dan terstruktur untuk mengetahui potensi wisata di kawasan Tahura
Wan Abdul Rachman yang mendukung aktivitas wisatawan. Perencanaan lanskap
wisata air terjun batu lapis di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman dirancang
sesuai dengan tahap perencanaan lanskap yang baik, akan menghasilkan suatu
kondisi yang bernilai fungsional dan estetis bagi penggunanya.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
(1) Mengkaji potensi wisata di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman
yang akan digunakan untuk perencanaan kawasan wisata
(2) Membuat perencanaan lanskap kawasan wisata Taman Hutan Raya Wan
Abdul Rachman
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi dan masukan kepada
pihak terkait dalam perencanaan wisata air terjun batu lapis di kawasan Tahura
Wan Abdul Rachman.
4
1.4 Landasan Teori
Taman Hutan Raya (Tahura) adalah hutan yang ditetapkan pemerintah dengan
fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan
atau bukan asli. Tahura dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan yaitu,
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
budaya, pariwisata dan rekreasi (Direktorat Jendral Pelestarian Hutan dan
Konservasi Alam, 2003).
Tahura Wan Abdul Rachman memiliki potensi sebagai objek wisata karena di
dalam kawasan tersebut terdapat empat buah gunung yaitu Gunung Ratai (1.671
mdpl), Gunung Pesawaran (1.661 mdpl), Gunung Betung (1.240 mdpl), dan
Gunung Tangkit Ulu Padang Ratu (1.600 mdpl). Selain itu, di dalam kawasan
tersebut memiliki tipe vegetasi hutan hujan tropis yang berpotensi sebagai wisata
pendidikan (Direktorat Jendral Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam, 2003).
Perencanaan suatu kawasan wisata yang ideal adalah upaya untuk menata dan
mengembangkan suatu areal dan jalur pergerakan pendukung kegiatan wisata agar
tidak terjadi kerusakan lingkungan akibat pembangunannya dapat di minimumkan
tetapi pada saat yang bersamaan kepuasan wisatawan dapat terwujudkan di
kawasan wisata tersebut (Nurisjah, 2004). Kawasan wisata memiliki kegiatan -
kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata
sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan
kesejahteraan masyarakat petani merupakan kegiatan wisata agrowisata
(Nurisjah, 2001).
5
Agrowisata pada dasarnya memiliki prinsip yang sama dengan ekowisata.
Ekowisata atau wisata ekologis merupakan suatu kegiatan menikmati
keanekaragaman hayati dengan tanpa melakukan aktifitas yang menyebabkan
perubahan pada alam, atau hanya sebatas mengagumi, meneliti dan menikmati
serta berinteraksi dengan masyarakat lokal dan objek wisata (Qomariah, 2009).
Agrowisata merupakan suatu bentuk kegiatan pariwisata dengan tujuan untuk
memperkuat pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang
pertanian dalam arti luas yaitu meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, dan perikanan.
Perencanaan lanskap pada kawasan Tahura Wan Abdul Rachman merupakan
suatu proses untuk memberdayakan peran masyarakat dalam pemanfaatan lahan
dan pengelolaan sebuah ruang terbuka karena di dalam terdapat masyarakat yang
menjaga dan membudidayakan Taman Hutan Raya tersebut. Menurut Hakim dan
Utomo (2008), pada perencanaan lanskap terdapat tiga faktor penting yang
dianalisis, yaitu ekologi lanskap, manusia dengan sosial ekonomi dan budaya, dan
estetika.
Perencanaan lanskap memiliki dasar ilmu dan ekologi yang kuat dan berkaitan
dengan evaluasi sistemik terhadap area luas pada lahan yang cocok untuk setiap
kemungkinan penggunaan di masa yang akan datang (Laurie, 1975). Menurut
Simond (1983), proses perencanaan lanskap merupakan suatu kegiatan yang
kontinyu tanpa akhir dan dapat bertambah. Perencanaan lanskap terdapat tahap
urutan kerja yang masing-masing tahapan tersebut saling berhubungan. Oleh
6
karena itu, dalam suatu perencanaan apabila terdapat perubahan dari sebuah tahap
akan mempengaruhi bagian lainnya.
Perencanaan tapak pada desain lanskap merupakan usaha penanganan tapak
secara optimal melalui proses keterpaduan penganalisaan. Perencanaan tapak
terdapat tahap perancangan lanskap yang harus diikuti. Tahap perencanaan
lanskap meliputi kegiatan infentarisasi, analisis, sintesis, konsep, dan desain
(Gold, 1988). Inventarisasi adalah tahap awal yang dilakukan dalam proses
perencanaan berupa pengumpulan data di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman
yang dibutuhkan. Kemudian, analisis dan sintesis berkaitan dengan masalah dan
potensi yang didapat dari informasi hasil inventarisasi di kawasan TahuraWan
Abdul Rachman. Konsep merupakan tahap pemecahan fisik secara arsitektural
sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, selanjutnya akan diperoleh desain lanskap
yang bernilai fungsional dan estetis.
Perencanaan tapak terdapat elemen-elemen lanskap yang perlu dipertimbangkan
untuk menghasilkan desain tapak yang sesuai dengan fungsi dan kegunaannya.
Elemen - elemen tersebut yaitu elemen keras (hard material) dan elemen lunak
(soft material). Elemen keras mencakup semua elemen yang berkarakter keras
dan tidak hidup, misalnya bangunan taman, bangunan rumah, pagar, batuan dan
jalan setapak, sedangkan elemen lunak terdiri dari tanaman dan satwa. Pada
elemen lunak manusia termasuk di dalamnya karena manusa berperan langsung
maupun tidak langsung (Hakim, 2012).
Suatu karya lingkungan yang mengikuti tahap - tahap perencanaan yang telah
ditetapkan akan menghasilkan terciptanya sebuah ekosistem yang fungsional,
7
indah, efisien, efektif, dan serasi yang dapat memberikan kepuasan jasmani dan
rohani bagi yang menggunakannya (Irwan, 2005).
1.5 Kerangka Pemikiran
Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman terletak di Jalan Wan Abdul Rahman
dan memiliki luas 22.249,31 dengan kondisi fisik dan topografi yang beragam.
Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman semula merupakan lahan perkebunan kopi
dengan tujuan koleksi yang kemudian pada kawasan tersebut sebagian
dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar Tahura Wan Abdul Rachman untuk
ditanami tanaman tahunan seperti; pohon aren, durian, kakao, dan karet.
Metode penanaman yang diterapkan oleh petani di sekitar kawasan tersebut
sedikit kurang tertata. Namun, kawasan yang sudah terolah tersebut memiliki
potensi sebagai kawasan yang memiliki pola tanam hirarki. Pola tanaman secara
hirarki merupakan penataan tanaman dengan jarak tanam yang beragam dan
dengan ukuran tajuk yang berbeda. Selain itu, di dalam kawasan tersebut terdapat
objek wisata air terjun, batu lapis, dan rumah pohon yang sudah banyak
dikunjungi oleh wisatawan khususnya dari Bandar Lampung.
Pada kawasan tahura Wan Abdul Rachman sedang dibangun kawasan teropong
bintang yang rencananya akan dijadikan lokasi penelitian bintang di luar angkasa
oleh mahasiswa Itera (Institut Tehnologi Sumatera) dan juga akan dijadikan objek
destinasi wisata untuk umum sebagai lokasi teropong bintang. Upaya untuk
menjadikan kawasan tropong bintang menjadi kawasan wisata terbuka diperlukan
fasilitas pendukung agar kawasan tersebut menjadi destinasi wisata yang ideal
bagi wisatawan yang akan berkunjung.
8
Suatu kawasan wisata dapat dikatakan ideal apabila di dalamnya telah dilengkapi
dengan adanya ruang sirkulasi, ruang pelayanan, pusat informasi, infrastruktur,
dan memiliki akses jalan (aksebilitas). Namun, pada kawasan Tahura Wan Abdul
Rachman belum memenuhi kriteria kawasan wisata yang ideal. Pada kawasan
Tahura Wan Abdul Rachman belum memiliki ruang sirkulasi yang berfungsi
untuk mempermudah laju lalu lintas wisatawan menuju tempat wisata, kemudian
belum memiliki ruang pelayanan yang di dalamnya terdapat area peristirahatan
(gazebo dan tempat duduk), tempat beribadah, dan toilet umum, serta fasilitas
yang lain seperti, pusat informasi, akses jalan, dan infrastruktur yang belum
terencana dengan baik.
Perencanaan infrastruktur di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman perlu
dilakukan agar kawasan tersebut dapat terealisasi sebagai kawasan objek destinasi
wisata. Infrastruktur yang perlu dilakukan perencanaan adalah area penerimaan
dan area pelayanan yang akan melengkapi perjalanan pengunjung sebelum mereka
memasuki kawasan wisata air terjun batu lapis.
Kegiatan perencanaan secara bertahap, sistematis, dan terstruktur akan
menghasilkan kawasan wisata yang bernilai fungsional dan estetis. Nilai
fungsional dan estetis kawasan Tahura Wan Abdul Rachman dapat dicapai
melalui lima tahap perencanaan, yaitu inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, dan
desain. Dengan demikian, diharapkan akan tercipta perencanaan lanskap kawasan
wisata Tahura Wan Abdul Rachman yang asri, indah dan nyaman. Bagan
kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.
9
Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran kegiatan penelitian
Potensi di kawasan Tahura WAR
Berada pada
ketinggian 1.671 mdpl
Memiliki topografi beragam
Terdapat objek wisata alami
dan buatan
Nilai penting TahuraWAR:
Hutan Konservasi
Kelompok tani
Kawasan ekowisata
Objek wisata alam
Kawasan wisata ideal:
Terdapat sirkulasi
Aksebilitas
Penunjuk arah
infrastruktur
Fakta kawasan Tahura WAR:
Belum terdapat sirkulasi
Infrastruktur belum
terencana dengan baik
Area pelayanan dan
penerimaan belum terencana
dengan baik
Perencanaan lanskap
kawasan Tahura
Wan Abdul Rachman
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman
Taman Hutan Raya (Tahura) adalah hutan yang ditetapkan pemerintah dengan
fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan
atau bukan asli. Tahura dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan yaitu,
kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,
budaya, pariwisata dan rekreasi (Direktorat Jendral Pelestarian Hutan dan
Konservasi Alam, 2003).
Kawasan Hutan Register 19 Gunung Betung (hutan lindung) yang merupakan
hutan lindung telah diubah fungsinya menjadi Taman Hutan Raya pada tangga 21
Juli 1992 berdasarkan SK Mentri Kehutanan No.742/Kpts-VI/1992. Selanjutnya
pada tahun 1993, Menteri Kehutanan dengan pertimbangan untuk menjamin
pelestarian lingkungan dan konservasi alam, status hutan lindung Register 19
Gunung Betung ditingkatkan menjadi hutan konservasi berupa Taman Hutan
Raya (Tahura) dengan nama Tahura Wan Abdul Rachman dengan luas 22.249,31
Ha, melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 408/Kpts-II/1993 tanggal 10
Agustus 1993 (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2009).
10
Secara geografis batas-batas kawasan Tahura Wan Abdul Rachman terletak pada
05˚.18 LS sampai 05˚.29 LS dan antara 105˚.04 sampai 105˚.14 dengan luas
22.249,31 ha yang terletak di Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kemiling,
Kecamatan Teluk Betung Barat, dan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
Lampung Selatan (Dinas Kehutanan Provinsi Lampung, 2009).
2.2 Kawasan Wisata
Kawasan merupakan suatu area di permukaan bumi yang relatif homogen dan
berbeda dengan sekelilingnya berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kawasan
dibagi menjadi enam ruang yaitu ruang penerimaan, ruang pelayanan dan
penunjang wisata,ruang wisata inti, ruang wisatapenunjang, ruang penyangga, dan
ruang konservasi (Harun, 2008).
Ruang penerimaan merupakan area utama dari pintu masuk bagi wisatawan
sampai menuju wisata inti, sedangkan ruang pelayanan dan penunjang wisata
merupakan ruang yang dirancang untuk parawisatawan mendapatkan informasi
sekilas mengenai kawasan wisata dan pelayanan yang disediakan pihak pengelola.
Ruang wisata inti merupakan ruang wisata utama yang dikembangkan sebagai
ruang wisata semi intensif yang di dalamnya terdapat objek wisata utama,
sedangkan ruang wisata penunjang merupakan ruang wisata yang di dalamnya
terdapat wisata intensif dan semi intensif yang terdapat diarea wisata
(Harun, 2008).
Ruang penyangga merupakan ruang yang berfungsi menyangga ruang - ruang
wisata di dalam kawasan wisata dari gangguan yang berasal dari luar kawasan.
11
Ruang penyangga merupakan ruang yang berfungsi untuk menyangga ruang -
ruang wisata di dalam kawasan wisata dari gangguan yang berasal dari luar
maupun dalam kawasan, sedangkan ruang konservasi merupakan ruang yang
berfungsi sebagai pelindung kawasan wisata dari kerusakan akibat dari dalam
mapun luar area wisata (Harun, 2008).
2.3 Agrowisata
Agrowisata diartikan sebagai sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi
untuk pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan
pelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat petani (Sutjipta,
2001). Agrowisata dapat menjadi berkelanjutan dengan cara menampilkan
produk agrowisata yang harmonis dengan lingkungan lokal spesifik. Dengan
demikian, masyarakat akan peduli terhadap sumberdaya wisata karena
memberikan manfaat sehingga masyarakat merasakan kegiatan wisata sebagai
suatu kesatuan dalam kehidupannya (Utama, 2005).
2.3.1 Prinsip Agrowisata
Agrowisata pada dasarnya memiliki prinsip yang sama dengan ekowisata. Prinsip
- prinsip yang perlu dipahami dalam suatu kawasan agrowisata yaitu dapat
menekankan serendah - rendahnya dampak negatif terhadap alam dan kebudayaan
yang dapat merusak daerah tujuan wisata, memberikan pembelajaran kepada
wisatawan mengenai pentingnya suatu pelestarian, menekankan pentingnya bisnis
yang bertanggung jawab yang bekerja sama dengan unsur pemerintah dan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan manfaat
pada usaha pelestarian, mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk
12
tujuan pelestarian, manajemen sumber daya alam dan kawasan yang dilindungi,
memberi penekanan pada kebutuhan zona pariwisata regional dan penataan serta
pengelolaan tanam-tanaman untuk tujuan wisata di kawasan-kawasan yang
ditetapkan untuk tujuan wisata tersebut, dan mempercayakan pemanfaatan sumber
energi, melindungi tumbuh - tumbuhan dan binatang liar, dan menyesuaikannya
dengan lingkungan alam dan budaya (Wood, 2000).
2.3.2 Manfaat Agrowisata
Manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan wisata dengan objek agrowisata
adalah melestarikan sumber daya alam, melestarikan teknologi lokal, dan
meningkatkan pendapatan petani atau masyarakat sekitar lokasi (Wibowo, 2000).
Terdapat empat manfaat yang diperoleh dari pengembangan agrowisata, yaitu
agrowisata dapat memunculkan peluang bagi petani lokal untuk meningkatkan
pendapatan dan meningkatkan taraf hidup serta kelangsungan hidup mereka,
menjadi objek destinasi wisata yang baik untuk mendidik orang banyak atau
masyarakat tentang pentingnya pertanian dan kontribusinya untuk perekoniman
secara luas dan meningkatkan mutu hidup, mengurangi arus urbanisasi ke
perkotaan karena masyarakat telah mampu memperoleh pendapatan yang layak
dari usahanya di desa, wisata agrowisata dapat menjadi media promosi untuk
produk lokal, dan membantu perkembangan regional dalam memasarkan usaha
dan menciptakan nilai tamba kepada masyarakat di daerah dimana agrowisata
dikembangkan. wisata (Wibowo, 2000).
13
2.4 Perencanaan Kawasan Wisata
Kawasan adalah wilayah yang berbasis pada keberagaman fisik dan ekonomi,
tetapi memiliki hubungan erat dan saling mendukung satu sama lain secara
fungsional demi mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Dalam kaitan ini, kawasan didefinisikan sebagai wilayah
yang mempunyai fungsi tertentu, dengan kegiatan ekonomi, sektor dan produk
unggulannya mempunyai potensi mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah
sekitarnya (Bappenas, 2004).
Perencanaan suatu kawasan wisata adalah upaya untuk menata dan
mengembangkan suatu areal dan jalur pergerakan pendukung kegiatan wisata
sehingga kerusakan lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan
tetapi pada saat yang bersamaan kepuasan wisatawan dapat terwujudkan
(Nurisjah, 2004) dalam Halida (2006). Dalam upaya mengembangkan suatu
kawasan menjadi kawasan wisata termasuk juga agrowisata terdapat lima unsur
yang perlu terpenuhi yaitu fasilitas, infrastruktur, transportasi, keramahan, dan
atraksi (Utama, 2005).
Kegiatan atraksi yang dimaksud dalam pengembangan wisata adalah hamparan
kebun atau lahan pertanian, keindahan alam, keindahantaman, budaya petani
tersebut serta segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas pertanian
tersebut. Kemudian fasilitas yang diperlukan dalam pengembangan wisata berupa
penambahan sarana umum, telekomunikasi, hotel, dan restoran pada sentra -
sentra di sekitar area wisata (Utama, 2005).
14
Infrastruktur merupakan fasilitas penunjang dalam suatu area wisata.
Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk sistem pengairan, jaringan komunikasi,
fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem
pembuangan kotoran atau pembuangan air, jalan raya dan sistem keamanan.
Transportasi merupakan salah satu fasilitas umum yang sangat penting dalam
suatu area wisata. Transportasi dapat berupa sistem informasi perjalanan, peta
wisata, bus wisata, dan area bagi pejalan. Kemudian yang terakhir Keramah -
tamahan (hospitality). Ramah - tamah masyarakat di sekitar kawasan wisata akan
menjadi cerminan keberhasilan sebuah sistem pariwisata (Utama, 2005).
2.5 Perencanaan Lanskap
Perencanaan lanskap (landscape planning) adalah studi pengkajian untuk bisa
mengevaluasi secara sistematis area lahan yang luas untuk ketetapan penggunaan
bagi berbagai kebutuhan dimasa mendatang. Terdapat tiga faktor penting yang
dianalisis pada perencanaan lanskap, yaitu ekologi lanskap, manusia dengan sosial
ekonomi dan budayanya, dan estetika (Hakim dan Utomo, 2008).
Perencanaan lanskap adalah langkah atau cara - cara yang dilakukan secara
sistematik untuk mencapai sasaran atau tujuan untuk mencapai lanskap yang ideal.
Lanskap yang ideal adalah hasil evaluasi secara sistematis area lahan yang luas
untuk ketepatan penggunaan bagi berbagai kebutuhan di masa mendatang.
Perencanaan lanskap bertujuan untuk menciptakan keadaan yang multifungsi,
yang mampu menyediakan dan memelihara kondisi yang diperlukan untuk
berbagai kepentingan baik untuk manusia maupun mahluk hidup lain dan
15
terciptanya keberlanjutan ekosistem di dalam wilayah tersebut (Hakim dan
Utomo, 2008).
Tahapan perencanaan lanskap meliputi kegiatan - kegiatan: inventarisasi, analisis,
sintesis, konsep, dan desain. Inventarisasi adalah tahapan awal yang dilakukan
dalam proses perencanaan berupa pengumpulan data yang dibutuhkan meliputi
aspek fisik, berupa letak dan luas, batas, topografi tapak, tanah, air, vegetasi,
hidrologi, iklim, titik pandang, aspek sosial, ekonomi, dan teknik. Kemudian
analisis dan sintesis berkaitan dengan masalah dan potensi yang didapat dari
informasi hasil inventarisasi. Konsep dan desain merupakan pengembangan dari
analisis dan sintesis dengan mempertimbangkan masalah dan potensi yang
didapatkan dari informasi hasil inventarisasi (Gold, 1988).
Elemen lanskap pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu, elemen keras
perkerasan dan elemen lembut tanaman dan air. Elemen lembut tidak mempunyai
bentuk yang tetap dan selalu berkembang sesuai masa pertumbuhannya sehingga
menyebabkan bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat
dari bentuk, tekstur, warna, dan ukurannya. Perubahan ini disebabkan oleh
tanaman merupakan mahluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi oleh faktor alam
dan tempat tumbuhnya ( Hakim dan Utomo, 2008).
2.6 Pertimbangan Perencanaan
Perencanaan lanskap melibatkan berbagai disiplin ilmu, maka profesi arsitektur
lanskap bertindak sebagai koordinator dan bertanggung jawab atas desain yang
dihasilkan. Karena itu diperlukan analisis dan pemahaman tentang kondisi yang
ada untuk menetapkan keunggulan serta keterbatasan tapak, baik dalam
16
pemanfaatan potensi maupun pengelolaan kendala dan hal - hal lain seperti
pertimbangan vegetasi, sirkulasi, tata hijau, fasilitas dan utilitas. Semua ini
ditujukan untuk menghindari kesalahan dan munculnya permasalahan baru pada
saat pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan. Proses perencanaan terdapat 4
pertimbangan yang perlu diperhitungkan, yaitu pertimbangan ruang, sirkulasi,
utilitas, dan tata hijau.
2.6.1 Pertimbangan Ruang
Ruang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hal ini disebabkan
manusia selalu bergerak dan berada di dalamnya. Semua kehidupan dan kegiatan
memiliki hubungan antara manusia dengan ruang secara lingkungan dapat dibagi
dua, yaitu hubungan dimensional (antromethcs), hubungan psikologi, dan
emosional (proxemics) (Hakim, 2012).
Ruang dalam unsur desain dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ruang terbuka dan
ruang mati. Ruang terbuka adalah suatu tempat yang di dalamnya dapat
menampung kegiatan masyarakat baik secara individu mapun kelompok,
sedangkan ruang mati adalah ruang yang terbentuk tanpa perencanaan dan tidak
dapat digunakan (Prabawasari dan Suparman, 1999).
Ruang terbuka berdasarkan sifat dan kegiatannya terbagi menjadi ruang tebuka
umum dan ruang terbuka khusus. Ruang terbuka umum merupakan ruang yang
terdapat di luar bangunan dan dapat dimanfaatkan serta digunakan setiap orang.
Contoh dari ruang terbuka umum, antara lain adalah jalan, jogging track, taman,
plaza, taman rekreasi, dan lapangan olahraga, sedangkan ruang terbuka khusus
merupakan ruang yang selalu berada di luar masa bangunan dan digunakan untuk
17
kegiatan terbatas atau digunakan untuk keperluan khusus. Contoh dari ruang
terbuka khusus, antara lain adalah taman rumah tinggal, taman lapangan upacara,
daerah lapangan terbang, daerah untuk latihan militer (Suharto, 1994).
2.6.2 Pertimbangan Sirkulasi
Hubungan jalur sirkulasi dengan ruang sangat erat hubungannya dengan
pencapaian suatu ruang. Hubungan jalur sirkulasi dengan ruang dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu jalur sirkulasi melalui ruang, jalur sirkulasi memotong
ruang, dan jalur sirkulasi berakhir pada ruang. Jalur sirkulasi melalui ruang
memiliki karakteristik bentuk alur yang cukup fleksibel, sedangkan jalur sirkulasi
memotong ruang memiliki karakteristik yaitu mengakibatkan terjadinya ruang
gerak dan ruang diam. Jalur sirkulasi berakhir pada ruang memiliki karakteristik
lokasi ruang penentu arah dan sering digunakan pada ruang bernilai fungsional
dan simbolis (Prabawasari, 1999).
Konsep sirkulasi merupakan konsep yang dikembangkan untuk menghubungkan
ruang - ruang pada tapak untuk memperlancar lalu lintas wisatawan menuju
tempat wisata. Jalur sirkulasi ini terdiri dari jalur sirkulasi primer, sekunder dan
tersier. Jalur sirkulasi primer merupakan jalur yang menghubungkan antara ruang
penerimaan dengan ruang utama, sedangkan jalur sekunder merupakan jalur yang
menghubungkan kelompok - kelompok atraksi wisata dalam ruang wisata. Jalur
sirkulasi tersier merupakan jalur yang berupa jalan setapak yang menghubungkan
fasilitas - fasilitas dan objek - objek dalam ruang.
18
2.6.3 Pertimbangan Vegetasi
Peletakan tanaman harus disesuaikan dengan tujuan dari perancanganya tanpa
melupakan fungsi dari pada tanaman yang dipilih. Tanaman tidak hanya memiliki
nilai estetis saja, tapi juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lingkungan.
Fungsi tanaman dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dilihat dari fungsi
lingkungan dan fungsi estetika.
Tanaman menurut fungsi lingkungan mampu untuk menyerap dan
menghasilkan bagi makhluk hidup di siang hari, memperbaiki iklim mikro,
mencegah terjadi erosi atau pengikisan permukaan tanah (run off), menyerap air
hujan, pelestarian plasma nutfah, dan sebagai habitat satwa, sedangkan menurut
fungsi estetika tanaman berfungsi sebagai komponen pembentuk ruang, batas
pandangan, pengontrol angin, suara, dan sinar matahari, penghasil bayang -
bayang keteduhan, sebagai aksentuasi, dan keindahan lingkungan (Hakim dan
Utomo, 2008).
Berdasarkan penilaian dari sudut pandang tersebut, maka pemilihan jenis dan
fungsi tanaman harus diperhatikan dengan baik. Hal ini karena tanaman sebagai
soft material mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh
faktor alam dan tempat tumbuhnya seperti kesesuaiannya dengan suhu
lingkungan, jenis tanah, curah hujan, kelembaban, ketinggian tanah di atas
permukaan laut, dan pH tanah pada tapak yang menyebabkan perubahan bentuk,
tekstur, warna, dan ukuran sehingga penggunaan tanaman menjadi lebih
bervariasi (Hakim dan utomo, 2008).
19
Penataan tanaman dalam suatu perencanaan lanskap terdapat tiga cara, yaitu
penataan tanaman hirarki, penataan tanaman linier, dan penataan tanaman
distribusi. Penataan tanaman hirarki adalah penataan tanaman dengan jarak tanam
yang beragam dengan ukuran tajuk tanaman yang berbeda dengan tujuan
memberikan kesan natural, sedangkan penataan tanaman linier adalah penataan
tanaman dengan jarak tanam yang konsisten dengan mengikuti alur pergerakan.
Penataan tanaman distribusi adalah penataan tanaman dengan jarak tanam yang
sama dengan satu jenis tanaman dengan tujuan untuk membentuk suatu tema
(Simonds, 1976).
III. METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Tahura Wan Abdul Rachman yang terletak
di jalan Terusan Wan Abdul Rachman Kelurahan Sumber Agung seluas 22
hektar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember – Februari 2017.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, meteran,
Global Position System (GPS), laptop, aplikasi Google Earth, Google Maps,
SkecthUp, CorelDraw, dan Photoshop. Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah alat tulis, tinta printer, dan kertas HVS.
3.3 Metode Penelitian
Perencanaan lanskap Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman menggunakan
metode Gold (1988). Metode Gold memiliki urutan kerja yang terdiri atas bagian-
bagian pekerjaan yang saling berhubungan, dengan demikian apabila terjadi
perubahan dari suatu bagian akan mempengaruhi bagian yang lainnya. Tahap
dalam perencanaan lanskap meliputi inventarisasi, analisis, sintesis, konsep, dan
desain. Hasil akhir yang diperoleh berupa rancangan lanskap berupa desain
perencanaan lanskap area penerimaan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura)
22
Wan Abdul Rachman secara makro. Tahapan perencanaan lanskap disajikan
dalam Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan perencanaan lanskap (Gold, 1988).
3.3.1 Inventarisasi
Inventarisasi adalah tahapan awal yang dilakukan dalam proses perencanaan
lanskap. Tahap awal ini berupa pengumpulan data yang dibutuhkan meliputi
aspek fisik berupa letak dan luas, batas, topografi tapak, tanah, vegetasi, hidrologi,
iklim, titik pandang, aspek sosial, ekonomi, dan kebijakan. Kebijakan merupakan
rencana pengembangan yang akan diterapkan pada kawasan Tahura Wan Abdul
Rachman. Pengumpulan data yang dilakukan diperoleh dengan cara survei lapang
dan studi pustaka. Data yang diperoleh dalam proses inventarisasi menjadi data
dasar dalam perencanaan lanskap yang akan dilaksanakan.
Tahap inventarisasi terdapat dua metode pengumpulan data yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara observasi
langsung, wawancara, dan dokumentasi di Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau
data yang diperoleh dari catatan - catatan dan dokumen pemerintah atau literatur
yang berkaitan dengan lanskap di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman. Jenis data, bentuk data, sumber data dan cara pengambilan data
disajikan pada Tabel 1.
INVENTARISASI ANALISIS
SINTESIS KONSEP
DESAIN
LANSKAP
23
Tabel 1. Jenis data, bentuk data, sumber data, dan cara pengambilan data
No. Jenis Data Bentuk Data Sumber Data Cara Pengambilan Data
1 Letak geografis
Batas
Luasan
Sekunder dan
primer
Monografi Desa
Way Rahman dan
Tahura wan Abdul
Rachman
Studi pustaka dan
survei lapang
2
3
Aksebilitas
Iklim
Primer
Sekunder
Pengamatan di
kawasan Tahura
Wan Abdul
Rachman
Badan meteorologi
dan Geofisika
(BMKG)
Survei lapang
Studi pustaka
4 Topografi
Kemiringan
Lereng
Sekunder Dinas Kehutanan
Provinsi Lampung
Studi pustaka
5 Tanah
Jenis tanah
Sekunder Dinas Kehutanan
Provinsi Lampung
Studi pustaka
6 Vegetasi
Jenis Vegetasi
Primer Pengamatan di
kawasan Tahura
Wan Abdul
Rachman
Survei Lapang
7
8
9
Potensi
pemandangan
Kebijakan
Rencana
Pengembangan
Sosial
Pemanfaatan
lahan
Primer
Sekunder
Primer
Pengamatan di
kawasan Tahura
Wan Abdul
Rachman
Taman Hutan Raya
Wan Abdul
Rachman
Pengamatan di
kawasan Tahura
Wan Abdul
Rachman
Survei lapang
Studi pustaka
Survei lapang
24
3.3.2 Analisis
Tahap analisis adalah kegiatan mengidentifikasi masalah yang terlihat pada tapak
dari hasil kegiatan inventarisasi. Data dasar yang diperoleh dari hasil
inventarisasi kemudian dilakukan analisis potensi dan kendalanya sesuai kondisi
dan karakter tapak. Setelah dilakukan analisis pada kawasan Tahura Wan Abdul
Rachman maka akan diperoleh unsur lanskap yang memiliki potensi untuk
dikembangkan dan kendala yang dapat menjadi penghambat pada kawasan
tersebut. Dengan demikian, setelah diketahui potensi dan kendala maka
identifikasi dapat dilakukan pada tahap selanjutnya yaitu sintesis.
3.3.3 Sintesis
Tahap sintesis merupakan tahap lanjutan yang dilakukan setelah tahap analisis.
Hasil yang diperoleh dalam tahap sintesis adalah tindakan pemecahan masalah
pada lokasi Tahura Wan Abdul Rachman yang memiliki kendala dan tindakan
pemanfaatan pada lokasi yang memiliki potensi.
3.3.4 Konsep
Konsep adalah gagasan abstrak yang dikembangkan dari tahap inventarisasi data
lapangan, analisis dari kondisi-kondisi yang ada (existing),dan sintesis. Konsep
yang digunakan dalam perencanaan lanskap adalah konsep ruang, konsep tata
hijau, dan konsep sirkulasi. Konsep yang akan dikembangkan di kawasan Tahura
Wan Abdul Rachman akan dirancang sesuai dengan kebutuhan pengembangan di
masa mendatang dan aktivitas penggunaan tapak.
25
3.3.5 Desain
Tahap desain merupakan tahap akhir dari pemecahan masalah pada tahap
sebelumnya yaitu, tahap inventarisasi, analisis, sintesis, dan konsep. Desain
merupakan pekerjaan yang penting, karena akan membuat area yang dirancang
memiliki suatu nilai, yaitu nilai fungsional dan nilai estika. Dalam mendesain
kawasan agar tercipta desain yang indah diperlukan ketepatan dalam pemilihan
elemen lanskap. Elemen dalam lanskap terdiri dari elemen lunak dan elemen
keras yang dalam peletakannya memerlukan ketepatan agar tercipta desain yang
indah dan menarik. Bagan alir kegiatan penelitian disajikan pada Gambar 3.
26
Gambar 3. Bagan alir kegiatan penelitian
Kondisi fisik:
Topografi
Letak
geografis
Iklim
Kondisi biologi:
Jenis Vegetasi
Kebijakan:
Perencanaan
pembangunan
ANALISIS
Unsur Lanskap
Potensi Kendala
SINTESIS
Zonasi
KONSEP
Konsep ruang Konsep sirkulasi Konsep tata hijau
Gambar
Perencanaan tapak
INVENTARISASI
Keterangan:
: Data
: Proses
: Keputusan
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan penelitian ini adalah:
(1) Konsep wisata yang diterapkan pada kawasan wisata Tahura Wan Abdul Rachman
adalah konsep adventurous and friendly forest destination dengan tema ecofriendly
(2) Perencanaan ruang yang terdapat pada kawasan Tahura Wan Abdul Rachman adalah
area penerimaan 5 ha, area pelayanan 5 ha, wisata utama 5 ha, dan pusat
konservasi 7 ha dari total keseluruhan luas kawasan 22 ha.
(3) Jalur sirkulasi dirancang dengan pola organik untuk menimbulkan kesan alami,
yang menghubungkan antar ruang. Jalur sirkulasi terdiri dari sirkulasi utama
kawasan sepanjang 5 km dan sirkulasi khusus tracking sepanjang 10 km dari
total keseluruhan sirkulasi sepanjang 15 km.
(4) Tata hijau atau vegetasi yang digunakan berupa kombinasi tanaman asli kawasan
Tahura Wan Abdul Rachman dan tanaman lanskap, yang mendukung nilai
fungsional dan estetis kawasan sebagai objek destinasi wisata. Tanaman yang
dipilih antara lain Dadapan Merah (Erythrina fusca), Ketapang Kencana
(Terminalia catappa), dan Palm Abu – abu (Bsimarckia nobilis).
(5) Manajemen pengelolaan kawasan akan dilakukan oleh Dinas Kehutanan Provinsi
Lampung dengan dibantu bersama penduduk lokal yang ada berada disekitar
kawasan Tahura Wan Abdul Rachman
5.2 Saran
Saran dari penelitian ini adalah perlu dilakukan perancangan lanskap yang lebih detail dngan
detail engenering desain (DED), dan dibutuhkan kerjasama antara pengelola dan pemerintah
serta pihak swasta dalam mempromosikan kawasan Tahura Wan Abdul Rachman sebagai
salah satu destinasi wisata di Provinsi Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2004. Diakses padaTanggal 13
November 2016 Pukul 20.00 WIB.
Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 2009. Keputusan Menteri Kehutanan No.
408/kpts-11/1993 Tentang Pengubahan Fungsi Kawasan Hutan Menjadi
Taman Hutan Raya.Diaksespadatanggal 13 November 2016 Pukul 19.00
WIB.
Direktorat Jendral Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam.2003. Profil Kawasan
Objek Wisata.diakses pada tanggal 14 November 2016 Pukul 19.30 WIB.
Gold, S.M. 1988. Recreation Planing and Desain.McGraw-Hill Book Company.
Toronto. 134 p.
Hakim, R. dan Utomo, H. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap:
Prinsip Unsur dan Aplikasi Desain. PT. bumi Aksara. Jakarta. 126 hlm.
Hakim, R. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Buletin Taman
dan Lanskap Indonesia. 3(1): 2 -6.
Maryani.1991. Pengantar Geografi Pariwisata. Jurusan Pendidikan Geografi
IKIP. Bandung.
Irwan, Z. D. 2005. Tentang Lingkungan dan Lanskap Hutan Kota. Penerbit Bumi
Aksara. Jakarta. 11(2): 29-39.
Nurisjah, S. 2004. Analisis dan Perencanaan Tapak.Penuntun Praktikum Analisis
dan Perencanaan Tapak. Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen
Budidaya Pertanian, Jurnal Teknik. Istitut Pertanian Bogor. 2(2): 1-8.
Nurisjah, S. dan Pramukanto, Q. 1996. Perencanaan Lanskap. Bahan Praktikum
Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 58 hal.
Prabawarsari, V. W. dan Suparman, A. 1999. Tata Ruang Luar. Gunadarma.
Jakarta. 149 hlm.
Restyanto, Y. 2011. Arsitektur Lanskap Kawasan Wisata Outbound. Jurnal
Prespektif Arsitektur. 6(2): 9-15.
Simonds, J. O. 1976. Landscape Architecture. New York: McGraw Hill.
Book.331 p.
Suharto. 1994. Dasar-Dasar Pertamanan Menciptakan Keindahan dan
Kerindangan. Jurnal Hortikultura. 20(3): 223-240.