Perencanaan dan perhitungan mesin

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    1/45

    45

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini akan dibahas tentang perhitungan mesin Pelorodanmalam kain batik, yaitu analisa daya gaya yang nantinya dibutuhkandalam mesin agar dapat berjalan dan berfungsi dengan baik, yaitumenghitung daya motor pada saat bekerja sampai memutar ulir

    pengrak atau power screw dilanjutkan dengan perhitunganperencanaan elemen mesin yang mendukung perencanaan mesin

    pelorodan malam kain batik sehingga aman dalam pengoperasiannya.

    Sehingga, Mesin Pelorod malam kain batik ini digunakan

    motor listrik dengan daya HP.

    4.1 Analisa Gaya pada Palang Penjepit KainPada kompoen Palang Penjepit kain Batik, Diperoleh

    beberapa data terkait beban, dilakukan dengan metode observasi dilapangan tepatnya di salah satu produsen kain batik serta data padasaat perencaan mesin, adalah sebgai berikut :

    Berat kain Batik + Malam + air = 3 kg Berat Palang atau penumpu kain = 0.75 kg

    Berat Plat Pengunci = 0,5 kg

    Panjang Palang atau penumpu kain = 0,5 m

    = m . g= (3 + 0.75 + 0.5) kg . 9.81

    = 4,25 kg . 9.81 = 41,35 N

    4.1.1 Prosedur Menggambar Diagram Benda Bebas

    Langkah 1

    Dibayangkan benda terisolasi atau membuatnya bebas dari

    kungkungan dan hubungan hubunganya, kemudian

    mengambaar sketsa bentuk garis - grisnya

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    2/45

    46

    Gambar. 4.1 Penumpu kain

    Gambar. 4.2 Diagram benda bebas Penumpu kain

    Langkah 2

    Identifikasikan semua gaya gaya eksternal dan momen yangbekerja pad benda. Mereka umumnya dijumpai sebagai (1)

    beban-beban yang di terapkan, (2) reaksi-reaksi yag terjadi padapenopang atau pada titik kontakan degan benda lai, (3) Beratbenda, Untuk memperhitungkan seua efek ini, akan membantu

    kalau menelusuri seluruh batas, dengan secara seksamamemperhatikan masing-masing gaya atau momen yang terjaditehadap benda

    Langkah 3

    Tunjukan dimensi benda yang perlu untuk mengjitung momen-

    momen gaya . Gayagaya dan momenmomen kopel yangdiketahui harus di label dengan besar dan arahnya yang benar.(R. C Hibbeler. 2002.Engineering Mechanics ; Statics;190)

    Berdsarkan gambar palang penumpu kain batik serta penjepit, makasambungan antara power screw dengan penumpu tergolong

    sambungan jepit atau tetap.

    Diagram Benda bebas

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    3/45

    47

    V

    N

    V

    N

    W

    xy

    Dari Gambar penampang penumpu kain batik terkena atau tergolongbeban merata dengan distribusi gaya sebagai berikut :

    = , x 41,5 N= 10,375 N

    + = 0 ;=0 + = 0 ;W = 0

    = w= 10,375N

    + = 0+ W ( 0,5) m = 0 = - W (0,167) m

    = - 10,375 N x 0,167 m

    = 1,729

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    4/45

    48

    W

    W

    1,729

    41,35 N

    W

    X

    y

    Potongn Kiri

    =( , , , ) x 41,35 N= (0,5 x 41,35) N

    = 20,675 N = 41,35 N20,675 N

    = 20.675 N

    W = ,

    =, ,

    = 2,584

    W = x l= (20,675 x 0,25) = 5,168

    + = 0;= 0

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    5/45

    49

    W

    += 0 ;1,729 W W = 0(1,7295,1682,584)

    =

    =6,023 ( ) + = 0 ;

    -1,729 + 1,729 (0,25 m) -W (0,2 m)W (0,125 m) - = 0-1,729 + 1,729 (0,25 m) - 2,584 (0,2 m) - 5,168 (0,125 m)= = -1,729 + 0,4325 - 0,5168 - 0,646 = (- 2,891 + 0,432)

    = -2,459

    ( )

    + = 0 ;-1,729 + W (0,05 m) + W (0,125 m) - = 0-1,729 + 2,584 (0,05 m) + 5,168 (0,125 m) = = - 0,953 ( )

    Potongan Kanan

    = ( , , , )x 41,35 N = 20,675 N

    + = 0;- - W (0,083 m) = - 0,214 ( )

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    6/45

    50

    Potongan kiri Potongan kanan

    Wrata-rata Total pada tiap - tiap Plang :

    Wratarata Wratarata 2

    Wrata-rata Potongan Kiri +

    =

    , +,

    = 3,876 Wrata-rata Potongan Kiri

    W = 2,584 Wrata-rata =

    Wratarata Wratarata 2

    Wrata-rata = (, + ,

    )

    = 3,23 4.1.2 Prosedur Menggambar Diagram Geser dan Momen

    1. Gambar Diagram Benda Bebas

    2. Hitung Reaksi tumpuan

    3. Potong Benda A (potongan terjadi diantara 2 gaya v/beban

    merata ada gaya terpusat)

    WW W

    Wrata-rata

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    7/45

    51

    x

    y

    4. Gambar potonganya

    5. Hitung gaya-gayanya sebagai fungsi jarak

    6. Gambar diagram geser dan momenya

    Diagram Benda Bebas

    + = 0 ;= 0

    + = 0 ;10,375 N + = 0 + = 10,375 N..(1)

    + = 0 ;10,375 (0,25) - (0,5) = 0= 2,593 / 0,5= 5,1875 N

    Masukan Harga

    ke dalam persamaan 1, sehingga diperoleh

    harga: + = 10,375 N = 10,375 N -

    = (10,375 - 5,1875 ) N

    = 5,1875 N

    10,375 N

    I

    I

    II

    II

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    8/45

    52

    5,1875 N

    10,375 N

    Gambar. 4.3 Potongan I-I Penempu kain

    Gambar. 4.4 Potongan II-II Penempu kain

    Potngan I-I

    + = 0 ; ( 0 0,25 )5,1875 - = 0

    = 5,1875 X = 0 V1= 5,1875

    X = 0,25 V1= 5,1875

    + = 0 ; ( 0 0,25 )5,1875 () - = 0 = 5,1875 .

    = 0 = 5,1875 . 0 = 0 = 0,15 = 5,1875 . 0,15 = 0,778 = 0,25 = 5,1875 . 0,25 = 1,296

    Potngan II-II

    5,1875 N

    1

    2

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    9/45

    53Gambar. 4.5 Diagram geser pada penumpu kain

    + = 0 ; ( 0,25 0,5 )

    5,187510,375 - = 0= - 5,1875 X = 0,25 V2= - 5,1875

    X = 0,5 V2= - 5,1875

    + = 0 ; ( 0,25 0,5 )

    5,1875 ( X2 )10,375 ( X2 - 0,125 )Mpot = 0

    Mpot = 5,1875 . X210,375 . X2 + 1,296Mpot = - 5,1875 . X2 + 1,296

    = 0,25 = - 5,1875 . ( 0,25 ) + 1,296= 2,592

    = 0,35 = - 5,1875 . ( 0,35 ) + 1,296= 3,111

    = 0,5 = - 5,1875 . ( 0,25 ) + 1,296= 3,889

    Diagram Geser

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    10/45

    54

    Gambar. 4.6 Diagram Momen pada penumpu kain

    Diagram Momen

    4.2 Analisa Tegangan yang Terjadi Pada Palang

    Tegangan didefinisikan sebagai gaya normal dibagi tiap

    satuan luas, tegangan dianggap terbagi merata pada luas penampang

    melintang bagian benda. Tegangan timbul akibat adanya beban atau

    gaya yang bekerja pada sebuah benda atau material. Dalam benda atau

    material itu sendiri ada tegangan ijin yang besarnya ditentukan oleh

    tegangan yield point material dan faktor keamanan yang diambil. Dari

    kedua tegangan inilah nanti akan diperoleh dimensi atau ukuran yangterkecil namun aman terhadap gaya atau beban.(Suhariyanto,Elemen

    Mesin I 2011 : 11)

    Tegangan-tegangan yang akan timbul dalam perhitungan /

    perencanaan elemen mesin khususnya pada palang penjepit terdiri

    dari:

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    11/45

    55

    Gambar. 4.7 Penumpu kain

    1. Tegangan Geser (Shears stress)

    2. Tegangan Bending / lengkung ( Bending stress ).

    3. Tegangan Geser Total / Maksimum (Shears stress total).

    4.2.1 Analisa Tegangan Geser (Shear Stress)

    Pada Konstruksi alat terdapat empat buah palang yangdigunakan untuk menjepit kain pada saat proses pelorodan malam kain

    batik agar kain batik tidak selip atau jatuh saat proses berlangsung.Penampang dan penjepit dapat dilihat pada gambar berikut:

    Dari Gambaran Penampang palang penjepit diatas, Maka dapat

    digolongkan ke dalam tegangan geser satu sisi (Single shear).

    F F

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    12/45

    56

    Gambar. 4.8 Tegangan Geser pada penumpu kain

    Massa Total : Gaya :

    = (3 + 0.75 + 0.5) kg F = m . a

    = 4,25 kg = 4,25 kg . 9.81 = 41,35 N

    Tegangan Geser

    =,

    , ,

    =,

    ,

    = 551,33 N/m2

    Tebal minimum yang diijinkan

    Untuk mencari tebal minimum harus mengetahui tegangan

    ijin suatu bahan. Tegangan ijin itu sendiri merupakan tegangan

    yang mampu diterima oleh material agar tidak sampai putus atau

    terdeformasi plastis.

    -

    SF (Safety Factor) atau angka Keamanan = 2 (beban Statis)- yp Stainless Steel : UTS = 505 Mpa = 73200 psi

    : yp = 215 Mpa = 31200 psi- Panjang l direncanakan : 0,5 m

    - Konversi Satuan untuk yp:yp = 215 Mpa = 215 x 106 Pa

    = 215 x 10

    6

    Pa x 10

    -5

    bar/Pa

    tl

    F

    s

    .

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    13/45

    57Gambar 4.9 Tegangan Bending pada penumpu kain

    = 215 x 101bar

    = 215 x 101Kgf / mm2

    Mencari Tebal atau tinggi minimum :

    F/ l.t

    L . t F .sf .

    0,5 . t , . , . 0,5 .t ,

    t,, t0,128 m

    Jadi, tebal atau tinggi minimum (t) yang diperbolehkan agar saat

    proses berlangsung aman adalah sebesar minimal 0,128 m. Makadalam kondisi real menggunakan tebal 0,015 m masih

    diperbolehkan atau aman karena jenis penumpu berongga (tidak

    pejal).

    4.2.2 Analisa Tegangan Bending / Lengkung (Bending Stress)

    Disamping konstruksi palang terkena tegangan Geser, Juga

    terkena tegangan Bending akibat adanya beban dimana palang hanyabergantung pada 1 titik tumpu.

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    14/45

    58

    Dimensi b dan h yang direncanakan adalah :

    b = 3 cm = 0,03 mh = 1,5 cm = 0,015 m

    Karena gaya yang timbul searah dengan gaya F, maka

    tegangan bending yang terjadi pada palang penjepit kain dapatdihitung dengan rumus :

    dimana :

    - Mb= momen bending ( Mb= F . e ), lbf.in atau Nm

    - Wb= momen tahanan bending () , in

    3atau m3

    - I = Momen Inersia , in4atau m4(besarnya tergantung

    bentuk permukaan, lihat pada tabel)

    - Y = Jarak yang diukur dari permukaan ke sumbu

    netral, in atau m

    Mencari Harga Momen Bending (Mb):

    Mb = F . e

    = 41,35 N . 0,5 m

    = 20,675 Nm

    Mencari Harga Momen Tahanan Bending (Wb):Wb = (I/y)

    - I (Momen Inersia bentuk persegi panjang)

    I = .

    =, . (, )

    b

    b

    b

    W

    M

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    15/45

    59

    Gambar 4.10 Tegangan geser total pada penumpu kain

    =, . ,

    =

    ,

    = 8,437 x 10-6m4

    - Y atau jarak yang diukur dari sumbu netral

    Y = 1/2 . h

    = 0,5 . 0,015 m

    = 0,0075 m

    Wb = (I/y)

    = 8,437 x 106m4 30,0075 m = 112 , 493 x 10-5 m3

    = 1,124 x 10-3 m3

    Tegangan Bending :

    = , , = 18,394 x 10-3N/m2

    4.2.3 Analisa Tegangan Geser Total / Maksimum (Shear Stress

    total)Tegangan geser total merupakan penjumlahan ( secara vector )

    antara tegangan geser dengan tegangan yang lain. Tegangan

    maksimum atau tegangan geser total pada penampang dengan luasan(b.h) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :

    b

    b

    bW

    M

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    16/45

    60

    Gambar 4.11 Dimensi Dasar Ulir

    Penggerak

    Tegangan Geser Maksimum yang Terjadi :

    =

    (b)

    (s)

    =(18,3941 x 10) (551,33)(N/m)= 338,342 10 303964,760 /= 3383723965 N/m= 58169, 785 N/m

    4.3 Analisa Tegangan Pada Ulir PenggerakUntuk mengetahui Tegangan yang terjadi pada ulir Penggerak

    terlebih dahulu dilakukan analisa terhadap macammacam tegangan

    yang timbul pada ulir penggerak antara lain adalah :

    4.3.1 Tegangan Bearing

    Tegangan ini timbul antara permukaan ulir penggerak dengan

    permukaan ulir murnya, yang saling berhubungan.

    nhd

    W

    m

    B

    ..

    DImana :

    =Tegagan Bending (Psi) W = Beban (lbf)

    = Diameter rata rata ulir(in)

    h = kedalaman Ulir (in)

    n = jumlah ulir

    Berdasarkan Pengukuran Ulir penggerak yang sudah direncanakan,

    diperoleh data sebagai berikut :

    W = 4,25 kg (tiap palang)

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    17/45

    61

    = 4 x 4,25 kg (jumlah palang 4)

    = 17 kg

    Diameter rata-rata ulir :

    40 mm

    Kedalaman ulir : 0,0054 in x 25,189 mm

    = 0,136 mm

    Jumlah ulir : 60

    nhd

    W

    m

    B

    ..

    = kg

    . . . , .

    = kg, = 0,016 kg/mm2

    4.3.2 Tegangan Bending

    Beban W dianggap merata dan bekerja pada diameter rata-rata

    (dm), yang berjarak 0,5h dari kaki ulir. Sehingga dapat dianggapbagian yang diarsir pada gambar sebagai suatu batang sentilever yang

    pendek.

    Harga b di asumsikan 0,0043 in

    = . =

    / = .,

    ( . . ) /

    =

    . .

    ( . . )

    = . kg . , ( . . )(, ) = , , =0,0819 kg/mm2

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    18/45

    62

    Gambar 4.12 Konstruksi Ulir Penggerak

    4.3.3 Torsi Untuk Ulir Penggerak

    Berikut ini adalah skema atau detil gambar aripada ulir

    penggerak (Power Screw)

    Untuk mengetahui kebutuhan daya yang digunakan pada ulir

    penggerak (Power Screw) maka perlu mencari 2 Torsi utama yakni :

    4.3.3.1 Torsi yang diperlukan untuk menaik-turunkan Ulir

    Penggerak (Power Screw)

    Berdasarkan Data Hasil Pengukuran secara langsung atau

    dengan metode observasi, Dieroleh data berat kain + air, Palang ,

    Penjepit yang terkait dalam perhitungan Torsi Ulir Penggerak guna

    perencanaan Daya motor adalah sebagai berikut :

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    19/45

    63

    Fnaik & turun

    Gambar 4.13 Beban Pada Ulir Penggerak

    Berat kain Batik + Malam + air = 3 kg

    Berat Palang atau penumpu kain = 0.75 kg

    Berat Plat Pengunci = 0,5 kg

    Wtotal : (3 + 0,75 + 0,5) kg

    : 4,25 kg

    Karena Kapasitas proses adalah 4 kain maka,

    Wpower screw = 4 x Wtotal

    = 4 x 4,25 kg

    = 17 kg

    = 17 kg x 9,81 m/s2

    = 166,77 kgf

    Diameter rata-rata ulir dm:

    D1 = 44 mm

    D3 = 36 mm

    D2 / dm =

    = +

    = 40 mm

    Berdasarkan Observasi rmcdiperoleh:

    rmc = 60 mm

    Koefisien gesek fcBerdasarkan Tabel 5-8 :

    Fc = 0,16

    Gambar 4.14 Diameter rata rata ulir

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    20/45

    64

    Tabel 4.1 Koefisien gesek fc

    Srecw Material Steel Brass Bronze Cast Iron

    Steel (dry)0,15

    0,25

    0,15

    0,23

    0,15

    0,19

    0,15

    0,25

    Steel

    (lubricated)

    0,11

    0,17

    0,10

    0,16

    0,10

    0,15

    0,11

    0,17

    Bronze 0,08

    0,12

    0,04

    0,06

    0,08

    0,10

    0,06

    0,09

    ( Sumber : Deutschman, 1985 : 763)

    Koefisien gesek fsBerdasarkan Tabel 2-1 :

    Fs = 0,74

    Tabel 4.2 Koefisien gesek berbagai macam bahan

    No Bahan

    Koef.

    GesekStatis fs

    Koef.

    GesekKinetis fk

    1 Baja diatas baja 0.74 0.57

    2 Aluminium diatas baja 0.61 0.47

    3 Tembaga diatas baja 0.53 0.36

    4 Kuningan diatas baja 0.51 0.445 Seng diatas besi tuang 0.85 0.21

    6 Tembaga diatas besi tuang 1.05 0.29

    7 Gelas diatas gelas 0.94 0.4

    8 Tembaga diatas gelas 0.68 0.53

    9 Teflon diatas teflon 0.04 0.04

    10 Teflon diatas baja 0.04 0.04

    (Sumber : Sears, Zemansky : 1982, Fisika I untuk Universitas)

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    21/45

    65

    +

    +

    +

    Gambar 4.15 Sudut Helix dan dimensi

    dasar ulir penggerak

    Sudut Helix dan Sudut Ulir

    Berdasarkan Observasi Sudut Helix dan Ulir berturut turut

    diperoleh :

    : 7,5

    : 5

    Cos = Cos 7,5

    = 0,991

    Cos = Cos 5

    = 0,996Sin = Sin 7,5

    = 0,130

    Torsi untuk menaikkan dan menurunkan ulir penggerak

    WfcrSinfsCosCos

    SinCosW

    SinfsCosCos

    CosfsWdT mc

    n

    n

    n

    m

    R ...

    ..

    ..

    ..

    2

    Tr =402 [

    166,77 0,74 0,9910,996 0,991 0,74 0,130

    166,77 0,996 0,1300,996 0,991 0,74 0,130 ]

    + 59,395 x 0,16 x 166,77

    Tr = 20 ,,, ,

    ,, + 1584,84Tr= 20

    ,

    , ,

    , + 1584,84

    Tr= 20 137,4124,261+ 1584,84Tr= 20 161,671+ 1584,84Tr = 3233,42 + 1584,84

    Tr = 4818,26 kgf.mm = 481,82 kgf.cm

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    22/45

    66

    Daya untuk menaikkan Ulir Penggerak :

    P = T x n71620=, kgf.c p

    P = 0,5 HPJadi, Kebutuhan Daya untuk menaik dan menurunkan Ulir

    Penggerak (Power Screw) adalah sebesar 0,5 HP

    4.3.3.2 Torsi yang diperlukan untuk memutar Ulir Penggerak

    (Power Screw) di dalam Fluida

    Torsi untuk memutar Ulir Pnggerak atauPower Screw dalam

    aliran fluida adalah :Tr = FDx r

    Dimana :

    Tr: Torsi ulir penggerak untuk memutar

    FD : Gaya Drug

    r : Jari-jari tabung / bidang kerja

    Gaya Drag merupakan komponen gaya pada sebuah benda yang

    bekerja secara parallel terhadap arah. Dalam pemecahan masalahmengenai Gaya Drag, FD terhadap benda yang memiliki lengkungan,

    berdiameter d, yang bergerak melewati aliran I incompressibledengan

    kecepatan V, dengan massa jenisdan viskositas absolut, Gaya drag

    dapat ditulis dengan persamaan

    FD = f1 (d , V , , v)

    Untuk luasan d2 dapat dirumuskan :

    F . V. d = f2 { . v . d }Bentuk persamaaan diatas juga sesuai untuk benda yang melewati

    atau melawan arusIncompressible yang memiliki panjang b dan lebar

    h, dirumuskan sebagai berikut :

    CD =F

    / . V. AFD = CD. . V2. A

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    23/45

    67

    Gambar 4.16 grafik hubungan antara koefisien drag dengan

    aspek rasio untuk bidang datar dengan Re > 1000

    DImana :

    FD : Gaya Drag (Gaya yang dibutuhkan untuk melawan arus

    Incompressible)

    : Massa Jenis Zat cair

    V : Kecepatan aliran

    A : Luasan Penampang (panjang h, lebar l)

    CD : Koefisien Drag

    Untuk mencari harga CDdapat dilihat melalui grafik :

    Grafik diatas merupakan grafik yang menunjukkan harga CD melalui

    rasio panjang dan lebar benda Namun, grafik ini digunakan jika Harga

    Renold Number (Re) >1000 Mencari angka Renold (Reynold Number)

    Re =Gy Isi

    Gy Viskos=

    . V . D

    Dimana :

    = Massa Jenis (Kg /m3)

    V = Kecepatan Aliran (m/s)

    D = Diameter bidang kerja (m)

    = Viskositas absolut (N. s/m2)

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    24/45

    68

    Re =V D ()

    ( . )

    Re =V D ()

    ( )

    Untuk putaran motor direncanakan sebesar 70 rpm

    Hubungan antara kecepatan linear dan kecepatan sudut:

    V =

    x r

    =

    . .

    = . . = . .

    = 7,326 rad/s

    V = x r= 7,326 rad/s x 0,5 m

    = 3,663 m/s

    Berdasarkan tabel Viskositas Air dengan Suhu maksimum

    85C adalah :

    0,342 10 Jadi, Harga Re :

    Re =

    , (, )

    (, )

    Re =,

    (, )

    Re = 2,0456 x 106

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    25/45

    69

    b

    h

    Gambar 4.17 Material datar yang bergerak terhadap aliran fluida

    Karena Harga Re> 1000, maka grafik untuk menentukn Harga CD dapat

    digunakan,

    Untuk harga b/h = 0,5 m / 2 m

    = 0,25

    Berdasarkan Grafik koefisien Drag diatas, Harga CD adalah :

    1,1

    FD = CD. . V2. A

    = 1kg

    V2 = (3,663 m/s)2

    A = b x h

    = (0,5 x 2) m

    = 1 m

    FD = 1,1 . . 1 . 3,663 . 1

    = 2,014 kgf

    Jadi, Gaya Drag yang terjadi antara palang penumpu yang

    diberikan kain bergerak terhadap Hambatan Fluida yang dihitungberdasarkan Mekanika fluida besarnya diketahui :

    FD = 2,014 kgf

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    26/45

    70

    FD

    FD

    FD

    FD rr

    rr

    Gambar 4.18 Gaya Drag yang terjadi

    Karena jumlah Palang ada 4 buah, maka :

    FD = 2,014 kgf x 4

    = 8,05 kgf

    Torsi untuk memutar ulir penggerak (Power Screw):

    T = FDx r

    = 8,05 x 0,5 kgf.mm

    = 4,02 kgf.mm

    = 0,402 kgf.cm

    Daya untuk memutar Ulir Penggerak di dalam fluida:

    P = T x n71620=, kgf.c p

    P = 0,14 HP

    Jadi, Kebutuhan Daya untuk memutar beban pada Ulir

    Penggerak (Power Screw) adalah sebesar 0,14 HP

    Kebutuhan Daya Ulir Penggerak (Power Screw)

    Ptotal = Pnaik-turun + Pputar

    = 0,5 HP + 0,14 HP

    = 0,64 HP

    Jadi, daya minimum motor (P) yang diperbolehkan agar saat

    proses berlangsung aman adalah sebesar minimal 0,64 HP. Maka

    dalam kondisi real menggunakan motor dengan daya HP.

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    27/45

    71

    Gambar 4.19 Gambaran Belt Pulley

    4.4 Perencanaan Belt dan Pulley

    Belt termasuk alat pemindah daya yang cukup sederhana

    dibandingkan dengan rantai dan roda gigi. Belt terpasang pada dua

    buah pulley atau lebih, pulley pertama sebagai penggerak diversedangkanpulleykedua sebagai drivenyang digerakkan. Pada Alat ini

    Belt dan Pulley hanya sebagai transmisi daya, tanpa memperbesar atau

    memperkecil daya yang ditransmisikan

    DIrencanakan :

    D1 = D2 adalah130 mm, Putaran pulley1 dan Pulley2 sama n1 = n2

    adalah 70 rpm.

    4.4.1 Daya yang Ditransmisikan

    Daya yang ditransmisikan atau di pindahkan oleh system Belt

    danPulleyadalah :

    Pd = fc x P

    Dimana :

    Pd= Daya yang ditrencanakan

    fc = Faktor koreksi Belt (Lihat Tabel faktor koreksi) P = Daya motor yang direncanakan (Hp)

    Pd = fc x P

    = 1,0 x 0,75 Hp

    = 0,75 Hp

    Jadi, Daya Desain yang dibutuhkan adalah 0,75 HP

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    28/45

    72Gambar 4.20 Diagram Pemilhan sabuk -V

    4.4.2 Torsi Pada Belt

    T1 = 71620 xP

    = 71620 x , Hp p= 71620 x 0,0107

    = 767,35 kgf.cm = 7673,5 kgf.mm

    Karena putaranpulleyn1 dan n2 sama 70 rpm, maka Torsi yang

    terjadi padapulley2 =pulley1 sebesar 7673,5 kgf.mm

    4.4.3 Dasar Pemilihan Belt

    1 Hp = 0,746 kw

    0,75 Hp = 0,75 x 0,746 x Hp xkwHp

    = 0,559 kw

    Daya yang ditransmisikan dalam kw :

    Pd = fc x P

    = 1,0 x 0,559 kw

    = 0,559 kw

    Berdsarkan Diagram Pemilihan V-Belt, dengan :

    Daya rencana 0,559 kw

    Putaran 70 rpm

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    29/45

    73

    Gambar 4.21 Dimensi V-Belt type B

    Gambar 4.22 Jarak Antar pusat Pulley atau C

    Maka Type Belt yang dipilih adalah tipe B. Berdasarkan Tabel untuk

    Dimensi V Belt tipe B adalah sebagai Berikut :

    b = 17 mmh = 10,5 mm

    A = 1,38 cm2

    4.4.4 Perencanaan Panjang BeltBerdasarkan tabel 3-6 Sudut kontak dan Panjang Belt,

    didapatkan persamaan untuk mencari panjang Belt sebagai berikut:

    Berdasarkan perencanaan, Haraga C atau jarak antar pusat

    Pulleyadalah 520 mm.

    L = 2C +(D1 + D2) +

    = 2 x 520 mm +(130 mm + 130 mm) + = 1040 mm + 1,57 (260 mm) + 0

    = 1040 mm + 408,2 mm

    = 1448,2 mm

    = 1,4482 m

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    30/45

    74

    Gambar 4.23 Distribusi tarikan atau gaya pada belt

    Untuk penyesuaian Belt yang akan dipakai, melihat Tabel 3-

    9 sehingga Panjang Belt yang dipakai adalah 1600 mm atau 1,6 m.

    4.4.5 Kecepatan Keliling atau Kecepatan Linear

    Kecepatan keliling atau kecepatan linear pulley dapat

    dirumuskan sebagai berikut :

    V = D

    = p

    = V = 0,476 m/s

    4.4.6 Menghitung Gaya Trik F1 dan F2

    Kondisi F1 adalah Kndisi kencang

    Kondisi F2 adalah Kndisi kendur

    Keterangan gambar: = sudut kontak antara belt denganpulley

    F1 = gaya tarik pada bagian yang kencang

    F2 = gaya tarik pada bagian yang kendor

    P = distribusi tarikan/gaya

    N = gaya normal

    r = jari-jaripulley

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    31/45

    75

    Berdasarkan Persamaan diperoleh :

    P =F v

    Fe = PV

    = , kw

    , = 119,785 kgf

    Mencari harga F1 danF2 :

    F1 / F2 = efs . Dimana ; fs : koefisien gesek

    : Lihat Tabel 3-6 Elemen Mesine : Bilangan NaturalMengacu pada tabel 3-6 sudut kontak dan panjang belt Buku

    Elemen Mesin 2,maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

    =180 - x 60= 180 - 0 x 60

    = 180

    = 180 rad 1 rad = 360 / 21 rad = 57,2 = 180 =180 / 57,2 = 3,146 rad

    f adalah koefisien gesek yang dilihat pada tabel berikut :

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    32/45

    76

    Tabel 4.3 koefisien gesek antara belt danpulley

    Maka fs= 0,3

    F1/ F2 = efs . F1/ F2 = 2,718, . ,F1/ F2= 2,718,F1 = 2,567 F2

    Berdasarkan persamaan diperoleh :

    Fe = F1- F2 F1 = 2,567 F2

    Fe = 2,567 F2- F2 F1 = 2,567 x 76,442

    Fe = 1,567 F2 F1 = 196,227 kgf

    F2 = Fe/ 1,567

    F2 = 119,785 / 1,567

    F2 = 76,442 kgf

    4.4.7 Tegangan Maksimum yang Terjadi pada Belt

    Tegangan maksimum (max) terjadi pada saat belt mulai

    menyentuhpulleypenggerak (titik D pada Gambar 4.24) atau di titik

    awal belt memasukipulleypenggerak. Besarnya tegangan maksimum

    merupakan penjumlahan dari ke empat tegangan-tegangan tersebut

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    33/45

    77

    Gambar 4.24Diagram tegangan pada bagianbagian Belt

    max = 0 +d + v +b

    max =FA +

    FA +

    v g +E

    hD

    = 12 kgfc + , kgf , c + ,

    (, ) , +

    300kgf

    c x, c c

    = 12kgfc + 43,400

    kgfc +0,00346

    kgfc +24,230

    kgfc

    = 79,633kgf

    cJadi Tegangan Maksimum yang dialami Belt adalah sebesar79,633

    kgfc

    4.4.8 Prediksi Umur Belt

    Untuk dapat mengetahui tau memprediksi umur Belt, maka

    digunakan persamaan sebagai berikut :

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    34/45

    78

    base

    m

    fat

    mNHXu ....3600.

    max

    H =

    . .

    Dimana :

    H = Umur Belt (jam)

    Nbase = basis dari fatique test, yaitu 107 cycle

    f = fatique limit fatique limit atau endurancelimit yang berhubungan dengan Nbase dapat

    dicari dari "fatique curve

    f = tegangan Maksimum yang terjadi

    = Jumlah putaran perdetik atau sama denganv/l (v dalam m/s , l dalam panjang belt m)

    X = jumlahpulleyyang berputar

    m = 8 untuk V- Bet

    Mencari nilai

    = v/l

    = , /s, = 0,328

    fUntukV-Belt, f = 90 kg/cm2

    Umur Belt

    H =

    . .

    =

    . , . kg/c

    , kg/c

    =

    ,1,130

    =,

    ,

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    35/45

    79

    Gambar 4.25 KonstruksiUlir Penggerak pada kerangaka alat

    Gambar 4.26 Diagram Benda Bebas Ulir Penggerak

    = 11271,692 jam = 1,304 Tahun

    4.5 Perhitungan PorosDalam perhitungan poros ini, diasumsikan ulir penggerak atau

    power screw sebagai poros karena antar sisi ulir saling simetri

    sehingga dapat dikategorikan poros.

    4.5.1 Analisa Gaya

    Skema gaya pada alat sebagai berikut :

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    36/45

    80

    F1

    F2

    F2 cos

    F1 cos F1 sin

    F2 sin

    Gambar 4.27 Gaya Tarik F1 dan F2pada Belt

    Keterangan :

    F1dan F2merupakan gya tarik padapulley

    Karena sistemPulley

    dan Belt hanya sebagai

    transmisi daya, = 0

    Sehingga,

    F1 =196,227 kgf

    F2= 76,442 kgf

    BH (Gaya pada bearing arah Horizontal) dan Bv (Gaya pada

    bearing arah Vertikal)

    F merupakan Gaya pengaduk:

    F = 8,05 kgf

    W1 = W2

    = m . g= (3 + 0.75 + 0.5) kg . 9.81

    = 4,25 kg . 9.81

    = 41,35 kgf

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    37/45

    81

    I I

    II II

    F1 + F2

    V1

    X1

    + Mt

    Gambar 4.28 Reaksi tum uan arah horizontal

    4.5.1.1 Reaksi Tumpuan Horizontal

    + = 0 ;BH+ (F1 + F2) +8,05-8,05 = 0

    BH = - (196,227 + 76,442)

    BH = - 272,669 N

    + = 0 ;BV(4W + Wporos +pulley) = 0

    BV= (4 x 41,35 N) + 215 N

    BV= 380,4 N

    Potongan I - I

    + = 0F1 + F2 -V1= 0

    V1 = (196,227 + 76,442)

    = 272,669

    + = 0- Mt+ (F1 + F2) . X1 = 0Mt = 272,669 (X1)

    ( 0 0,05 )= 0 = 272,669 . 0 = 0= 0,025 = 272,669 . 0,025 = 6,816

    = 0,05 = 272,669. 0,05 = 13,633

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    38/45

    82

    0,05 m

    X2

    F1 + F2

    BH

    V2

    + Mt

    Potongan II - II

    + = 0F1 + F2V2 +BH= 0

    V2 = (196,227 + 76,442) - 272,669

    = 272,669 - 272,669

    = 0

    + = 0- Mt+ (F1 + F2) . (0,05 + X2 ) + BH(X2) = 0

    Mt = 272,669 (0,05 + X2) - 272,669 (X2)

    = 13,633 + 272,669 .X2 - 272,669 .X2

    = 13,633

    ( 0,06 0,7 )= 0,3 = 13,633= 0,5 = 13,633= 0,7 = 13,633

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    39/45

    83

    0,05 m 0,7 m

    Fr

    Fa

    F

    Gambar 4.29 Diagram Momen arah Horiontal

    Gambar 4.30 Gaya Pada Bearing

    Diagram Momen arah Horizontal

    4.6 Perhitungan Bearing Pada Poros / Ulir Penggerak

    Dari analisa dan perhitungan pada bagian sebelumnya

    diperoleh data-data sebagai berikut :

    Gaya pada bantalan :

    Fa = FV

    Fa = 380,4 N = 38,04 kgf

    Fa = 38,04 kgf

    Fr = FH

    Fr = 272,6 N = 27,26 kgf

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    40/45

    84

    4.6.1 Beban Eqivalen Bantalan

    Untuk mengetahui beban eqivalen pada bantalan dapat

    diketahui melalui persamaan :

    = Dimana :

    P = beban ekivalen, lbf

    Fr = beban radial, lbf

    Fa = beban aksial, lbf

    V = faktor putaran (konstan) bernilai :

    1,0 untuk ring dalam berputar

    1,2 untuk ring luar yang berputar

    X = konstanta radial (dari tabel, dapat dilihat pada lampiran)

    Y = konstanta aksial (dari tabel, dapat dilihat pada lampiran)

    Cara memilih harga X dan Y dapat dilakukan dengan langkah-

    langkah sebagai berikut :

    Diameter Poros : dm= 40 mm

    = ,

    = 0.0168Jadi, nilai e = 0,22

    =,

    ,= 1,408Sehingga :

    >e

    Maka Harga X dan Y Berdasarkan tabel Beban Eqivalen

    Bearing.

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    41/45

    85

    X = 0,56 dan Y = 1,99

    Nilai Fsball bearing = 2,5 ( Heavy Shock Load )

    V= 1 ( ring dalam yang berputar )

    Jadi Beban Eqivalen Bantalan adalah :P = V . X. Fr+ Y . Fa

    = 1 . 0,56 . 60,108 + 1,99 . 84,672

    = 33,660 + 168,497

    = 202,157 lbf

    = 91.681 kgf

    4.6.2 Menghitung Umur BantalanUntuk mengetahui berapa umur bantalan yang nantinya diganti

    baru, maka umur bantalan sebaiknya diganti dengan umur :

    L =

    CP

    b

    Dimana :

    C = 1670 kgf (ball bearing)b = 3 (untuk ball bearing)

    n = 70 rpm (putaran poros)

    Maka, umur bantalan ,

    =

    p ,

    = (18,215)3

    = (238,095 6043,486)

    = 1438923,82

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    42/45

    86

    n

    NM

    t 000.974

    4.7 Perhitungan Pasak

    Pada perencanaan dimensi pasak, bahan direncanakan

    menggunakan bahan ST 37 dan diketahui diameter poros 35 mm.

    Sehingga didapat datadata sebagai berikut :Syp = Tegangan ijin bahan menggunakan ST 37

    Yang mempunyai nilai 21,46 kg.f/mm2

    W = Lebar pasak 4,5 mm (tabel E1)

    N = Angka keamanan = 2,5 (tabel G)

    Ks = Koefisien tegangan geser (0,6)

    Kc = Koefisien tegangan kompresi (1,2)

    T1 = Momen torsi Motor (8905,142kg mm)

    = 974.000, Hp p

    = 974.000 x 0,00914

    = 8905,142 kg.mm

    4.7.1 Perhitungan panjang pasak pada poros berdasarkan

    tegangan geser

    Gambar 4.31 Gaya geser pada pasak

    N

    SypK

    DLW

    T sS

    12

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    43/45

    87

    SypKDW

    NTL

    s

    2

    2/46,216,0305,4

    5,2142,89052

    mmkgfmmmm

    mmkg

    mm61,25 (Poros)

    4.7.2 Perhitungan panjang pasak pada poros berdasarkan

    tegangan kompresi

    Gambar. 4.32 Gaya kompresi pada pasak

    N

    SK

    DLH

    TYPc

    c

    4

    DWSypK

    NTL

    C

    4

    mmmmmmkgf

    mmkg

    305,4/46,212,1

    5,2142,890542

    mm61,25

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    44/45

    88

    4.8 Pembahasan Hasil Pengujian Mesin

    Dari percobaan proses pelorodan malam pada kain batik

    diperlukan waktu pelorodan dengan hasil yang optimal, sebagai

    berikut :

    Tabel 4.4Hasil Percobaan Mesin Pelorod Malam Kain Batik

    Pengujian Waktu Pelorodan Kandungan Malam

    1 3 menit 50%

    2 4 Menit 40%

    3 5 Menit 35%

    4 6 Menit 33%5 7 Menit 20%

    Berdasarkan pengujian Mesin Pelorod Malam Kain Batik

    didapatkan waktu optimal untuk pelorodan adalah selama 7 Menit

    dengan kandungan malam tersisa 20%.

  • 7/23/2019 Perencanaan dan perhitungan mesin

    45/45

    Halamanini sengaja dikosongkan