44
[email protected] BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut pandangan Islam adalah merupakan bagian dari tugas kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab. Di dalam Al Quran banyak ushlub ayat yang menekankan agar melaksanakan aktivitas pendidikan terhadap manusia untuk manusia. Anak sebagai bagian dari faktor pendidikan mempunyai hak untuk menerima pengajaran dan pendidikan, dimana ia sedang tumbuh dan berkembang kea rah kedewasaan disamping memiliki potensi dasar yang benar dan lurus. Anak dilahirkan dalam keadaan suci lewat hati nuraninya fitrahnya sering membisikan kejujuran, kesucian, ketaatan, atau berakhlakul karimah, tetapi ia juga makhluk lemah, sering dalam perjalanan hidupnya ia terpedaya oleh haawa nafsunya dan meninggalkan fitrahnya yang semula. Kemampuan dasar anak yang cenderung kepada fitrah Islamiyah, tentunya tak statis dan tidak mengandung 1

Perencanaan dalam strategi belajar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan menurut pandangan Islam adalah merupakan bagian dari tugas

kekhalifahan manusia yang harus dilaksanakan secara bertanggung jawab. Di dalam

Al Quran banyak ushlub ayat yang menekankan agar melaksanakan aktivitas

pendidikan terhadap manusia untuk manusia.

Anak sebagai bagian dari faktor pendidikan mempunyai hak untuk menerima

pengajaran dan pendidikan, dimana ia sedang tumbuh dan berkembang kea rah

kedewasaan disamping memiliki potensi dasar yang benar dan lurus.

Anak dilahirkan dalam keadaan suci lewat hati nuraninya fitrahnya sering

membisikan kejujuran, kesucian, ketaatan, atau berakhlakul karimah, tetapi ia juga

makhluk lemah, sering dalam perjalanan hidupnya ia terpedaya oleh haawa nafsunya

dan meninggalkan fitrahnya yang semula.

Kemampuan dasar anak yang cenderung kepada fitrah Islamiyah, tentunya

tak statis dan tidak mengandung implikasi kependidikan yang berkomunitas kepada

paham naticisme belaka melainkan dinamis dan responsif terhadap pengaruh dari

luar dirinya, dalam hal ini peranan pendidikan akhlak sebagai bagian pendidikan

Islam merupakan pembimbing dan pengarah terhadap pertumbuhan dan

perkembangan anak menuju terbentuknya kepribadiaan yang sempurna.

Mengajar merupakan suatu kegiatan yang sangat memerlukan keterampilan

profesional dan banyak dari apa yang harus dikerjakan oleh guru di luar maupun

dalam kelas, guru perlu memperhatikan strategi pembelajaran melalui perencanaan,

disamping juga dapat memilih serangkaian alternative tindakan berdasarkan asumsi

yang mereka buat mengenai hakekat pengajaran dan tujuan yang ingin dicapai.

1

Page 2: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

B. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini perlu

dikemukakan batasan-batasan pengertian yang berhubungan dengan judul sebagai

berikut :

1. Strategi adalah suatu rencana mengenai kegiatan untuk mencapai tujuan. Guru

membuat keputusan yang berkesan pada pemilihan alternative-alternatif,

namun tetap memperhatikan urutan keputusan itu yang meliputi kerangka

dasar dimana guru dan siswa harus bekerja sama.

2. Perencanaan yang dimaksud di sini adalah pekerjaan yang dilakukan guru

untuk menganalisa tugas, merumuskan tujuan belajar dan membuat langkah-

langkah dalam lesson plan.

3. Belajar adalah upaya untuk perubahan pengetahuan, nilai dan sikap serta

keterampilan yang pada gilirannya akan ada pengaruhnya dalam perubahan

tingkah laku. Perubahan yang dimaksud selalu berhubungan dengan

peningkatan. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar kalau ada

perubahan atau peningkatan kualitas tingkah lakunya.

C. Tujuan Penulisan

Adapun beberapa tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini diantaranya :

1. Ingin mengubah kebiasaan guru dalam proses belajar mengajar dengan

menggunakan perencanaan dalam pengajaran.

2. Ingin mengetahui sejauh mana guru dalam menggunakan perencanaan dalam

strategi belajar.

3. Ikut serta menyumbangkan pemikiran terutama dalam masalah perencanaan

pengajaran yang sesuai dengan strategi belajar.

2

Page 3: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

D. Metode Penulisan

Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan menggunakan metode :

1. Studi kepustakaan, untuk mengembangkan teori-teori ilmiah sebagai rumusan

yang berhubungan dengan strategi belajar sebagai bagian proses belajar

mengajar.

2. Deduktif dan induktif, yaitu menarik konkulusi logis yang berhubungan

dengan suatu problem dari peraturan-peraturan atau prinsif-prinsif umum atau

bertolak dari suatu kenyataan umum kepada kenyataan yang khusus.

Sedangkan yang dimaksud dengan metode induktif yaitu menarik konkulusi

dari hasil pengalaman-pengalaman atau bertolak dari suatu kenyataan khusus

kepada kenyataan umum.

3

Page 4: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

BAB II

STRATEGI DAN PERENCANAAN

A. Tinjauan Umum Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan segala usaha orang dewasa dalam

pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani

dan rohaninya ke arah kedewasaan atau lebih jelas lagi pendidikan ialah

pimpinan diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak

dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri dan bagi

masyarakat. (Drs. M. Naglim Purwanto, MP, 1997:10).

Menurut Lodge (1974:23), secara sempit pendidikan adalah

pendidikan di sekolah, jadi pendidikan adalah pendidikan formal. Percobaan

membuat definisi pendidikan yang mencakup seluruh aspek kepribadian

dapat dilakukan, tetapi dengan menyadari lebih dahulu bahwa rumusan itu

akan menghasilkan definisi yang kabur, atau definisi yang panjang sehingga

tetap tidak jelas. Atau definisi yang pendek tetapi tidak mencakup seluruh

aspek binaan pendidikan (usaha pendidikan).

Seandainya definisi pendidikan yang mencakup itu diperlukan

agaknya rumusan ini dapat ditawarkan “Definisi ini mencakup kegiatan

pendidikan yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru

(pendidik), mencakup pendidikan formal, maupun non formal serta informal.

(DR. Ahmad Tapsir, 1992:6).

4

Page 5: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

2. Komponen Pendidikan

a. Tujuan pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari Tujuan

Pendidikan yang hendak dicapainya. Suatu tujuan dalam pengajaran

adalah deskripsi tentang penampilan prilaku (performance) murid-murid

yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita

ajarkan. Suatu tujuan pengajaran menyatakan suatu hasil yang kita

harapkan dari pengajaran itu dan bukan sekedar proses dari pengajaran itu

sendiri.

Seperti dikatakan Magor (1975:5), sedikitnya ada 3 alasan pokok

kenapa guru harus memperhatikan/merumuskan tujuan pengajarannya.

Pertama, jika guru tidak merumuskan tujuan / menentukan tujuan

pengajaran, tetapi kurang jelas, maka ia tidak akan dapat memilih atau

merancang bahan pengajaran, isi, ataupun, metode yang tepat untuk

dipergunakan dalam pengajaran itu.

Kedua, tidak adanya rumusan tujuan pengajaran yang jelas bagi

guru sehingga sukar mengukur atau menilai sampai sejauh mana

keberhasilan dalam pengajaran itu.

Ketiga, tanpa adanya rumusan tujuan yang jelas, sukar bagi guru

untuk mengorganisasikan kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha siswa dalam

mencapai tujuan pengajaran itu. (Drs. Naglim Purwanto, MP, 1995:39).

b. Guru

Guru adalah orang yang diserahi tanggung jawab sebagai pendidik

di dalam lingkungan kedua (sekolah). Pekerjaan sebagai guru adalah

pekerjaan yang luhur dan mulia, baik ditinjau dari sudut masyarakat dan

5

Page 6: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

Negara maupun ditinjau dari sudut keagamaan. Guru sebagai pendidik

adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan Negara.

Tinggi rendahnya kebudayaan suatu masyarakat dan negara sebagian

besar bertanggung kepada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh

guru-guru.

Makin tinggi pendidian guru, makin baik pula mutu pendidikan

dan pengajaran yang diterima oleh anak-anak, dan makin tinggi pula

derajat masyarakat. Oleh sebab itu guru harus berkeyakinan dan bangga

bahwa ia dapat menjalankan tugas itu. Guru hendaklah berusaha

menjalankan tugas sebaik-baiknya, sehingga dengan demikian

masyarakat menginsafi sungguh-sungguh betapa berat dan mulianya

pekerjaan guru. (Drs. M. Naglim Purwanto, 1997:138).

c. Siswa

Siswa SD adalah anak-anak yang berusia antara 6 – 12 tahun. Dari

batas usia ini dapat kita ketahui bahwa siswa SD berbeda dari siswa

SLTP atau SLTA, baik dari segi fisik kemampuan mental. Anak-anak

usia SD mempunyai kemampuan yang berbeda dari siswa satuan

pendidikan lainnya. Siswa SD terutama yang di kelas-kelas awal, masih

memandang dunia ini sebagai suatu keseluruhan yang terpadu

(pandangan holistic), serta belum mampu melihat sesuatu sebagai bagian

yang terpisah-pisah.

Di samping itu, variasi kemampuan siswa SD jauh lebih besar dari

variasi kemampuan siswa SLTP atau SLTA. Kita dapat mencari

penyebabnya, dimana SD wajib menerima semua anak usia SD dalam

rangka menuntaskan wajib belajar di tingkat SD. Tidak ada seleksi,

6

Page 7: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

semua anak dengan segala jenis kemampuan dan latar belakang sosial

wajib diterima di SD. Tidak demikian halnya dengan SLTP atau SLTA.

Anak-anak yang diterima diseleksi melalui NEM (Nilai Ebtanas Murni),

sehingga kemampuan siswa dalam satu sekolah relatif sama atau

variasinya tidak begitu besar. (Prof. Dr. HM. Surya, dkk, 1998:35).

d. Bahan Pengajaran

Pengajaran ialah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan

anak mengenai segi kognitif dan psikomotor semata-mata, yaitu supaya

anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis,

dan objektif, serta terampil dalam mengerjakan sesuatu, misalnya

terampil menulis, membaca, lari cepat, loncat tinggi, berenang, dan

sebagainya.

Seseorang yang akan membuat lesson plan tidak cukup hanya

mempunyai kemampuan membuat rumusan tujuan pengajaran. Ia juga

harus menguasai bahan pengajaran, bahkan rumusan tujuan itu

sebenarnya diilhami antara lain oleh bahan pengajaran, karena itu guru

harus menguasai bahan pengajaran. Yang harus dikuasai sekurang-

kurangnya ialah bahan pengajaran untuk tingkat/jenis sekolah yang akan

menggunakan lesson plan tersebut. Guru yang akan membuat lesson plan

Agama Islam untuk SD misalnya, harus menguasai benar-benar materi

Agama Islam yang kan diajarkan di SD. Sebagaimana tertulis di dalam

buku kurikulum Agama Islam SD.

Pengetahuan yang mendalam dan luas tentang bahan pengajaran

yang akan diajarkan sangat diperlukan dalam memberikan kemampuan

lesson plan yang baik. Pengetahuan yang luas dan dalam sangat

7

Page 8: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

membantu pula dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar. (DR.

Ahmad Tapsir, 1992:22).

e. Lingkungan (environment)

Lingkungan (environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi

dalam dunia yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku

kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kecuali gen-gen dan

bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to

provide environment) bagi gen yang lain.

Lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu sebagai

berikut :

1. Lingkungan alam/luar (external or physical environment).

Lingkungan alam/luar adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia

ini yang bukan manusia, seperti : rumah, tumbuh-tumbuhan, air,

iklim, hewan, dan sebagainya.

2. Lingkungan dalam (internal environment)

Lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang termasuk lingkungan

luar/dalam. Akan tetapi makanan yang sudah di dalam perut kita,

kita katakan berada antara external dan internal environment kita.

3. Lingkungan sosial/Masyarakat (sosial environment)

Lingkungan sosial, ialah semua orang / manusia lain yang

mempengaruhi kita. (Drs. M. Naglim Purwanto, MP, 1995:28).

f. Strategi sebagai bagian proses belajar mengajar.

Secara singkat strategi belajar mengajar dapat diartikan sebagai

pola umum kegiatan guru-murid di dalam perwujudan proses belajar

8

Page 9: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

mengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Stretegi belajar mengajar

meliputi :

Mengidentifikasikan dan menetapkan spesifikasi perubahan perilaku peserta

didik yang diharapkan.

Memilih system pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat.

Memilih dan menetapkan prosedur, metode atau teknik belajar mengajar

yang dianggap paling tepat dan efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan

oleh guru dalam menunaikan tugasnya.

Memilih dan menetapkan norma atau kriteria keberhasilan kegiatan belajar

mengajar sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk melakukan

evaluasi.

Keempat dasar strategi tersebut merupakan satu kesatuan yang

utuh, diantara dasar yang satu dengan yang lain saling menompang tidak

bisa dipisahkan. (Drs. H. Mansyur, 1995:5).

B. Pengertian Strategi dan Perencanaan

Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai

tujuan, keputusan strategis merupakan keputusan yang berarti bagi terlaksananya

proses kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan perencanaan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang guru

untuk merumuskan tujuan pembelajaran yang berorientasi kepada aspek kepribadian

siswa yaitu tingkah laku siswa dianalisis kedalam tujuan kognitif tujuan apektif

maupun tujuan psikomotor.

Pada dasarnya istilah strategi dan perencanaan mempunyai pengertian yang

hampir sama, namun sebagian ahli pendidikan menganggapnya strategi sebagai

9

Page 10: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

rencana yang memuat garis-garis besar yang menggambarkan cara mengelola tugas-

tugas melaksanakan proses belajar mengajar. Sedangkan perencanaan memuat

langkah-langkah khusus atau spesifik membuat rencana pembelajaran setiap kali

pertemuan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Pemilihan strategi melalui perencanaan dalam mengajar dan belajar yang

tepat merupakan masalah mengelola waktu, memilih apa yang harus disampaikan,

mengetahui dimana dan bagaimana menerapkan kekuatan seefektif mungkin.

Menentukan skala prioritas yang tepat, kemudian menjalin semua itu yang satu

dengan yang lain untuk memperoleh keputusan yang efektif.

Dalam memilih strategi, guru harus berpedoman kepada 3 kriteria yaitu :

Kemampuan siswa yang tercakup dalam tugas,

Sikap dari tujuan belajar yang harus dicapai,

Kebutuhan untuk memperkaya pengalaman belajar seperti meningkatkan

motivasi intrinsic dan ekstrinsic. (Ivor. K. Davies, 1991:230).

C. Perencanaan dan Task Analysis

Salah satu langkah awal dalam mengembangkan program pendidikan atau

latihan adalah menganalisa tugas atau menganalisa soal dalam kegiatan belajar yang

akan dilakukan. Beberapa tugas merupakan kegiatan akademis atau intelektual,

sedangkan lainnya terutama berhubungan dengan keterampilan fisik. Terlepas dari

hakikat tugas yang harus dikerjakan dalam kegiatan belajar mengajar, kiranya perlu

menentukan unsur-unsur dan ciri-ciri topik atau pekerjaan yang harus dipelajari oleh

para siswa . hanya apabila karakteristik tugas ini secara tepat dapat diketahui, maka

kebutuhan belajar dapat diidentifikasikan dan tujuan belajar dapat dirumuskan.

Yang dimaksud Task Analysis (analisis tugas) disini adalah diartikan sebagai

penjabaran tugas ke dalam bagian-bagiannya. Hal ini sebenarnya hanya

10

Page 11: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

menerangkan sebagian saja dari proses, karena sebenarnya juga penting untuk

berfikir bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan dan diorganisasikan satu

sama lain. Karena itu, analisis tugas adalah berhubungan dengan kegiatan analisis

sintesis.

Tanpa suatu analisis tugas yang benar, maka tidak mungkin dapat dikemukan

apa yang sebenarnya akan diajarkan dan juga tidak dapat diputuskan strategi

mengajar secara optimal.

Ada beberapa analisis tugas, antara lain :

Analisis topik, ini meliputi suatu analisis secara terperinci tugas-tugas

intelektual seperti : hokum menuntut ilmu, hokum minuman keras,

menyebut sifat-sifat para sahabat dan cendikiawan muslim.

Analisa pekerjaan ini meliputi suatu analisa secara detail atau terperinci

tugas yang menyangkut keterampilan psikomotor. Hal ini lebih banyak

berhubungan dengan apa yang dikerjakan bilamana tugas tersebut

dikerjakan. Analisis meliputi tugas suatu pekerjaan dengan

mengikutsertakan siswa seperti membagi-bagikan daging qurban, dan

sebagainya.

Perlu diketahui bahwa analisis tugas harus memisahkan tindakan-tindakan

lahiriyah tersebut yang merupakan ciri penguasaan bahan pelajaran atau pekerjaan.

Satu cara untuk mengerjakan hal ini adalah dengan memandang suatu topik atau

pekerjaan sebagai organisasi hirarkis dari tingkatan atau komponen-komponen,

masing-masing menerangkan pekerjaan dalam urutan detil yang lebih meningkat.

Pada tingkatan yang tertinggi adalah topik atau pekerjaan itu sendiri ini terdiri dari

sejumlah kewajiban dan setiap kewajiban meliputi sejumlah tugas dan setiap tugas

mempunyai sejumlah unsur tugas. Contoh hirarki tingkat perilaku dalam suatu

11

Page 12: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

analisis tugas : seorang beriman mempunyai ciri yaitu baginya sejumlah kewajiban,

taat kepada Allah, berbuat baik kepada sesama manusia, dan sebagainya.

Masing-masing dari kewajiban itu terdiri dari sejumlah tugas terpisah, tetapi

semuanya erat hubungannya satu sama lain, misalnya : taat kepada Allah, mentaati

segala perintahnya yang telah diwajibkan, kewajiban terhadap orangtua

menasehatinya, kewajiban berbuat baik kepada sesama manusia, memberikan

haknya. Hubungan unsur-unsur yang terdapat dalam kewajiban itu sangat erat

kaitannya, seorang siswa yang tidak menghormati orangtuanya dan sesama manusia

tentunya tidak dikategorikan taat kepada Allah.

D. Rumusan Tujuan

Tujuan tidak hanya merupakan arah yang dapat membentuk atau mewarnai

rancangan pengajaran tetapi juga dapat menjadikan spesifikasi secara terinci bagi

penyusunan dan penggunaan teknik-teknik evaluasi.

Mungkin tidak dapat suatu kegiatan pun yang begitu penting dalam

pelaksanaan pendidikan dan evaluasi. Selain menulis tujuan belajar para guru dalam

melaksanakan tugasnya sering menekankan kepada pentingnya rumusan tujuan

belajar, namun demikian pernyataan dan spesifikasi tentang tujuan pendidikan dan

latihan lebih banyak diucapkan dan ditulis daripada dilaksanakan atau dipraktekkan.

Pedagog Jhon Dewey menekankan bahwa setiap tujuan mempunyai nilai

sejauh hal itu dapat membantu pengamatan pemilihan dan perencanaan dari waktu

ke waktu.

Dalam artian yang luas tujuan belajar adalah suatu pernyataan tentang

perubahan yang diharapkan akan terjadi dalam pikiran, perbuatan dan perasaan siswa

sebagai hasil dari pengalaman pendidikan dan latihan. Tidak ada suatu pengalaman

pun dapat dinilai sebagai baik atau buruk hanya berdasarkan itu sendiri. Cara untuk

12

Page 13: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

menilai kualitas pengalaman terletak pada berhasil atau tidaknya pengalaman

tersebut dalam membawa perubahan yang diinginkan pada tingkah laku.

Dalam rumusan tujuan dikenal adanya tujuan umum dan tujuan khusus.

Tujuan umum adalah suatu pernyataan umum tentang tujuan karenanya

kurang jelas arahnya. Hal ini kurang bermanfaat bagi guru kelas dan tidak

membantu dalam menentukan strategi mengajar yang harus dipergunakan.

Tujuan khusus adalah jauh lebih bersifat spesifik dan jelas. Tujuan khusus

dapat membantu secara nyata memberikan arah yang jelas kepada guru dan

siswa (Ivor. K. Davies. 1991 :95).

Para ahli pendidikan mengemukakan perlunya merumuskan tujuan secara

khusus, karena pendidikan dan latihan telah mengalami latihan. Kecendurannya

sekarang diarahkan kepada penekanan secara lebih jelas dan berdasarkan tingkah

laku yang dapat diamati dan diukur menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan

menulis tujuan khusus secara jelas dan berdasarkan tingkah laku yang dapat diamati

dan diukur dapat :

Membatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan kesulitan dalam

penafsiran.

Memungkinkan guru dan siswa dapat membedakan diantar macam dan

kelompok tingkah laku yang tidak sama, maka dapat membentuk mereka

dalam memutuskan strategi yang paling optimal untuk keberhasilan belajar.

Menjamin dilaksanakannya proses pengukuran dan penilaian yang tepat, dan

karenanya dapat membantu di dalam menetapkan kualitas dan efektifitas

pengalaman belajar siswa.

13

Page 14: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

Merupakan suatu rangkuman yang lengkap untuk pelajaran yang akan

diberikan dan dapat berfungsi sebagai pedoman dan tujuan khusus yang

bersifat tingkah laku adalah tepat untuk melaksanakan tugas ini.

Metode pengklasifikasian tujuan pendidikan yang disebut teksonomi oleh

Benyamin S Bloom, menyebutkan bahwa tujuan khusus belajar dapat

dikelompokkan ke dalam 3 kelompok tujuan :

Tujuan kognitif, berisi tujuan mengembangkan atau membina pemahaman

atau informasi pengetahuan, karena itu usaha untuk mewujudkan tercapainya

tujuan kognitif adalah suatu kegiatan pokok program pendidikan.

Tujuan efektif, menentukan sikap nilai perasaan dan emosi, bertujuan agar

siswa menerima ajaran kebenaran yang telah dipahami.

Tujuan psikomotor, berhubungan dengan keterampilan motorik bertujuan

agar siswa terampil melakukan ajaran kebenaran yang telah diterima (Ivor.

K. Davies. 1991 :97).

E. Strategi Dan Teknik Mengajar Yang Tepat

Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki

dalam tingkah laku seorang pelajar. Perubahan ini biasanya dilakukn seorang guru

dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan-tujuan. Dalam

hal ini dipergunakan 2 cara mengajar dan taktik mengajar :

Strategi mengajar ini meliputi garis-garis besar metode mengajar, yang akan

sesuai. Hal tersebut antara lain meliputi strategi mengajar, strategi pelajaran,

strategi dari studi kasus, tanpa melihat macam-macam apa yang ada, guru

dapat menganggapnya sebagai garis-garis besar yang menggambarkan cara

mengerjakan dan mengolah tugas-tugas mengajar.

14

Page 15: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

Taktik mengajar. Ini meliputi aspek-aspek pengajaran yang lebih terinci dari

strategi, memang suatu tektik dpat muncul dalam setiap strategi. Misalnya,

guru mungkin memutuskan untuk mengganti ceramah dengan diskusi

sebagai strategi. Perbedaan antara strategi mengajar merupakan hal yang

penting, memang baik buruknya suatu pengajaran mungkin terletak lebih

banyak pada taktiknya daripada strategi dan kepribadian guru. Selanjutnya

cukup beralasan untuk menyakini bahwa siswa yang dapat menghargai suatu

taktik tersebut dengan baik, dengan tujuan meningkatkan kualitas

pengalaman belajarnya sendiri (Ivor. K. Davies. 199 : 121).

Dalam kaitan ini, untuk menemukan dan memberikan komponen-komponen

serta urutan komponen, perlu adanya struktur, baik bagi pengajaran maupun belajar.

Hal ini disebabkan sifat struktur tersebut dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk

menentukan taktik pengajaran secara optimal. Struktur sebenarnya merupakan factor

utama dalam hamper semua bentuk belajar manusia.

Guru mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menyakinkan agar para

sisw mencapai tujuannya dengan menggunakan struktur tugas, sebab inti dari

pengajaran yang baik biasanya terletak pada pengorganisasian yang baik dari belajar

tersebut.

Jika telah disadari pentingnya struktur yang mendasari tugas yang harus

dilaksanakan dan disajikan sebagai seperangkat pengetahuan yang terorganisasi dan

pendekatan ini mempunyai kebaikan-kebaikan sebagai berikut :

1. Kebaikan bagi guru

a. Memilih taktik mengajar yang tepat yang didasarkan pada struktur yang

membentuk tugas.

15

Page 16: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

b. Dapat menunjukkan hubungan antara bermacam-macam kelompok

struktur.

c. Dapat meningkatkan pengertian mendalam dari para siswa dengan

menggunakan struktur tugas sebagai sarana pengajaran fakta-fakta

sebagai penambah pengetahuan ke dalam khasanah pengetahuan siswa.

2. Kebaikan bagi siswa

a. Dapat memiliki taktik belajar yang tepat yang didasarkan pada struktur

yang membentuk tugas tersebut.

b. Memahami hubungan antara kelompok-kelompok tugas belajar dengan

kelompok truktur.

c. Meningkatkan pengertian mendalam dengan menggunakan struktur tugas

sebagai sarana untuk mempelajari fakta-fakta sebagai penambah untuk

menambah khasanah pengetahuan siswa (Dr. Prof. H. M. Surya, 1997 :

25)

Salah satu contoh struktur belajar dari beberapa macam struktur yaitu struktur

konsep, yang merupakan prinsip yang meliputi serentetan konsep, misalnya : suatu

kebenaran yang dijadikan prinsip hukum taat kepada Allah, hukum menghormati

kedua orangtua dan hukum berbuat baik kepada sesama manusia.

Dalam proses pengajaran yang tepat siswa akan berkembang kea rah

pembentukan manusia sebagaimana tersirat dalam tujuan pendidikan. Agar

pengajaran dapat berlangsung secara efektif, maka proses pengajaran yang tepat

dapat terbentuk melalui pengajaran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

Berpusat pada anak.

Interaksi edukatif antara guru dengan anak.

Suasana demokratis.

16

Page 17: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

Variasi metode mengajar.

Guru profesional.

Bahan yang sesuai dan bermanfaat.

Lingkungan yang kondusif.

Sarana belajar yang menunjang.

Adapun suatu penelitian yang dilakukan oleh A. M. Mackay, tentang

pembelajaran yang efektif (Le Prancis, 1991:8.83) disarankan mengenai tingkah laku

untuk mengajar efektif, sebagai berikut :

Menggunakan suatu sistem aturan tertentu dalam menghadapi hal-hal pribadi

atau prosedur.

Mencegah agar perilaku siswa yang salah tidak berketerusan.

Mengarahkan tindakan dengan disiplin secara tepat.

Bergerak ke seluruh ruang kelas untuk mengamati siswa.

Situasi-situasi yang mengganggu diatasi dengan cara-cara yang baik (dengan

cara non-verbal, isyarat, pesan-pesan, kedekatan kontak mata dan

sebagainya).

Memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila

mereka bekerja secara bebas.

Menggunakan cara yang memungkinkan siswa melaksanakan tugas-tugas

arahan semaksimal mungkin.

Memanfaatkan waktu pembelajaran sebaik mungkin dan siswa harus terlibat

aktif dan produktif dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran.

Menggunakan teknik-teknik mengajar bervariasi dan menyesuaikan

pembelajaran dengan keperluan pembelajaran (Prof. Dr. H. M. Surya.

1997:8.35).

17

Page 18: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

F. Strategi Pembelajaran Dengan Langkah Pembuatan Lesson Plan

Kemampuan mambuat lesson plan, bentuk satpel, modul, rencana

pembelajaran atau bentuk lainnya, perlu dimiliki oleh guru yang mengandung profesi

sebagai guru.

Menurut Glasser (De Cecco, 1968:11) ada 4 langkah lesson plan, yaitu :

1. Tujuan Pembelajarn (Intrucsional Objectives)

Disini instruksi berarti pembelajarn. Tujuan pembelajran itu tidak

boleh menyimpang dari tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Tujuan

pembelajaran yang dimaksud dalam model ialah suatu pola tingkah laku

yang khusus yang diharapkan dimiliki murid setelah proses belajar mengajar

selesai. Tujuan inilah yang dimaksud tujuan instruksional khusus (TIK),

kemudian disebut tujuan pembelajaran khusus (TPK).

Tujuan pembelajaran khusus harus dirumuskan secara spesifik dan

operasional, spesifik artinya khusus, operasional artinya jelas, cirinya mudah

diukur dan mudah di tes. Mengapa tujuan pembelajaran khusus harus

dirumuskan secara operasional ?.

Pertama, rumusan yang operasional itu akan membimbing dalam

merencanakan tindakan belajar mengajar, guru harus menentukan terlebih

dahulu apa yang seharusnya dapat dilakukan siswa bila telah diajar kelak,

rumusan yang diteliti itu akan membantu guru merencanakan langkah-

langkah yang akan dilakukan siswa dalam mencapai tujuan itu juga langkah

guru.

Kedua, perlunya tujuan pembelajaran dirumuskan secara operasional

itu agar siswa dapat menyiapkan dirinya sendiri. Tujuan itu hendaknya telah

diketeahui siswa sebelum pembelajaran dimulai, dengan demikian

18

Page 19: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

menyiapkan dirinya dengan baik untuk mencapai tujuan itu. Contoh istilah

(kata) yang dapat digunakan untuk membuat rumusan yang operasional :

menuliskan, siswa dapat menuliskan Al-Qur’an Surat Al-Isra Ayat 24-25,

menyebutkan, siswa dapat menyebutkan perbuatan baik sesama teman,

mendemonstrasikan, siswa dapat mendemonstrasikan sholat jum’at.

2. Entering Behavior

Bagian ini harus menggambarkan tingkat kemampuan siswa sebelum

pembelajaran dimulai. Untuk ini perlu diadakan pra-tes. Bagian ini harus

menjelaskan apa-apa yang telah dipelajari siswa sebelumnya, kemampuan

intelektualnya, keadaan emosinya, determinan sosial yang mempengaruhi

situasi belajarnya.

Lebih sederhana entering behavior ialah gambaran keadaan

pengetahuan dan keterampilan siswa dalam hubungannya dengan

pembelajaran khusus. Jadi entering behavior harus menjelaskan dimana

pengajaran harus dimiliki sehingga membawa siswa dari keadaannya ke sisi

tujuan pembelajaran khusus. Contoh, dalam pembelajaran akhlak kelas V,

siswa dapat mempraktekkan perbuatan baik terhadap teman, maka entering

behaviornya harus sudah melaksanakan sikap rendah hati kepada teman

seperti mengingat sabda Nabi Muhammad Saw, menolong teman. Jadi test

dalam awal guru mesti mengukur apakah siswa telah menghapal hadits Nabi

untuk/tentang rendah hati.

Ada dua sifat pokok entering behavior itu : pertama bersifat khusus

dan operasional dalam hal ini sama dengan tujuan pembelajaran khusus.

Dalam contoh diatas, siswa di test mengenai hapalan hadits tentang rendah

hati (khusus), diketahui juga (mentaati perintah Allah) dalam bab puasa.

19

Page 20: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

Selengkapnya, guru mempertimbangkan sekurang-kurangnya empat

konsep dalam menentukan entering behavior, yaitu kesiapan, kematangan,

perbedaan individu dan kepribadian siswa (Drs. Ahmad Tapsir. 1992:56).

3. Proses Belajar Mengajar (instrucsional procedure)

Pada bagian ini berkenaan dengan perencanaan proses belajar

mengajar. Bagian ini harus menjelaskan langkah-langkah interaksi yang

dilakukan dalam rangka mencapai sasaran yang telah dirumuskan. Kalau

dalam tujuan pembelajaran khusus, guru mengajar ia harus menentukan apa

yang harus diajarkan, dan dalam enterin behavior menentukan keadaan siswa

yang diajarinya, maka bagian ini membicarakan bagaimana guru

menentukan prosedur belajar mengajar. Ada beberapa konsep yang

dibicarakan dalam bagian ini, antara lain belajar, faktor yang mempengaruhi

belajar dan kondisi dasar belajar.

Beberapa bentuk yang penting yang mencirikan pengertian tentang

belajar, yaitu :

Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan

itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada

kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh

pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar seperti

perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relative mantap,

harus merupakan akhir dari sebuah periode waktu itu berlangsung sulit

ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir

20

Page 21: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

dari satu periode yang mungkin berlangsung sehari-hari, berbulan-bulan

ataupun bertahun-tahun.

Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

beberapa arti baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian

pemecahan suatu masalah keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun

sikap. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar kalau ada perubahan

atau peningkatan kualitas tingkah lakunya.

Setelah diketahui bahwa suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu

perubahan atau pembaharuan dalam menimbulkan terjadinya tingkah laku

atau kecakapan, sampai dimanakah perubahan itu dapat tercapai dengan kata

lain berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-

macam faktor (Drs. M. Ngalim Purwanto, Mp. 1990:85).

Adapun faktor-faktor itu, dapat kita bedakan dua golongan :

Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut individual.

Faktor yang ada di luar yang kita sebut faktor sosial.

Yang termasuk ke dalam faktor individual antara lain faktor kematangan,

pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang

termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru

dan cara mengajarnya, alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan

dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

Kemudian dalam hal ini kondisi dasar belajar yang berupa contiquity,

praktek, ceinforcement, generalisasi dan diskriminasi. Contiquity adalah suatu

kondisi belajar yang diperlukan agar respons diberikan dengan tepat. Bila

diperlihatkan gambar mesjid maka siswa menyebut mesjid. Keberurutan itu

dekat sekali jaraknya sehingga hampir bersamaan. Prinsip ini penting dalam

21

Page 22: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

pembuatan lesson plan. Memperpanjang jarak antara stimulus dan respons akan

memperlambat proses belajar (Dr. Ahmad Tapsir. 1992:1961).

4. Evaluasi Hasil Pembelajaran (performance assessment)

Bagian ini merupakan tahapan evaluasi apakah proses belajar mengajar

itu telah dapat mencapai tujuan dan seberapa jauh tujuan itu tercapai.

Evaluasi dalam model Glasser lebih ditekankan kepada kegunaan dan

sebagai upaya mencari ketenangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran

bukan sebagai upaya hanya untuk mengetahui prestasi siswa. Hasil evaluasi

harus mempunyai nilai umpan balik yang efektif dan efesien.

Ada tiga istilah yang hampir sama pengertiannya dengan evaluasi berarti

menilai yaitu test, measurement (pengukuran) dan ketiga evaluasi.

Test atau testing artinya yang umum ialah menggunakan test, berarti

mengetes sebuah kelas tentang sesuatu bidang studi dan dapat juga berarti

mengetes kecerdasan seseorang. Sekaran test itu telah meluas artinya di sekolah,

sehingga dapat berarti measurement di dapat juga makna evaluasi.

Measurement biasanya berarti penilaian yang sifatnya lebih luas

dibanding testing, biasanya menggunakan instrumennya lebih luas disbanding

instrument yang digunakan pada testing begitu pula mengenai interprestasi hasil

pengukuran.

Adapun evaluasi mengandung pengertian lebih luas daripada

measurement. Evaluasi menggunakan instrument yang lebih banyak.

Menggunakan data kuantitatif dan kualitatif, memerlukan waktu yang lebih

panjang dalam pelaksanaannya. Misalnya guru menggunakan catatan pribadi

sebagai bahan menilai murid, juga dengan cara mengamati semuai ini

memerlukan waktu penilaian-penilaian yang lama.

22

Page 23: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

Tes hasil belajar berarti memeriksa hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

Tes juga menyangkut kemampuan siswa sebelum pembelajaran dimulai yang

disebut pre-tes. Tes kedua yang diselenggarakan setelah proses pembelajaran

yang disebut post-test (tes akhir), selain dua macam itu evaluasi diperlukan juga

diadakan pada akhir suatu program misalnya akhir minggu, akhir catur wulan,

atau pada akhir suatu jenjang pendidikan.

Dalam mengukur hasil belajar itu ada dua standar atau ukuran yang

umum digunakan, yaitu standar absolut dan standar relatif. Standar absolut

menggambarkan prestasi siswa dalam menjawab soal tes. Prestasi itu

memperlihatkan presentase materi pelajaran atau tujuan pembelajaran yang telah

dikuasai siswa. Penguasaan ini menentukan apakah siswa boleh meneruskan unit

pelajaran selanjutnya, atau harus meningkatkan penguasaannya lebih dahulu.

Jadi hasil tes menggunakan standar absolut digunakan untuk menyatakan tingkat

penguasaan materi pelajaran atau tujuan pembelajaran oleh siswa. Tes yang

menggunakan standar relatif menggambarkan kemampuan seorang siswa lain

dalam kelompoknya (Dr. Ahmad Tapsir. 1992:78)

Standar absolut mempunyai tiga kegunaan. Pertama, dengan tes ini dapat

diketahui apakah siswa telah mencapai tingkat penguasaan bahan (tujuan

pembelajaran) sebesar yang diharapkan sesuai dengan rumusan tujuan

pembelajaran khusus. Kedua, dapat diketahui apakah siswa mencapai tingkat

penguasaan tertentu terhadap seluruh tujuan pembelajaran khusus bukan satu

persatu TPK. Ketiga, standar absolute menentukan pembuatan tes.

Tes yang menggunakan standar relatif menggambarkan kemampuan

siswa yang lain dalam kelompoknya. Hasil tes ini dapat memberitahukan kepada

guru, apakah seorang siswa kurang, sama atau lebih baik prestasinya dengan

23

Page 24: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

siswa-siswa lainnya dalam kelompoknya. Kelompok yang dimaksud adalah

kelas

24

Page 25: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam bab ini, penulis berusaha menarik kesimpulan-kesimpulan sebagai

berikut :

1. Supaya tujuan pembelajaran berhasil, perlu seorang guru yang sanggup

bekerja lebih baik dengan strategi pembelajaran melalui perencanan

sehingga membawa hasil terdapat proses belajar mengajar.

2. Seorang guru yang akan membuat lesson plan, ia dituntut mempunyai

kemampuan untuk merumuskan tujuan pembelajaran secara spesifik,

meneliti kesiapan siswa sebelum pembelajaran dimulai (entering

behavior), menentukan langkah-langkah mengajar serta mengadakan

evaluasi yang biasa disebut post test.

3. Kebaikan-kebaikan dalam proses belajar mengajar dapat disederhanakan

dan disajikan sebagi seperangkat pengetahuan yang terorganisasi dan

pendekatan sebagi berikut :

a. Kebaikan bagi guru

b. Kebaikan bagi siswa

c. Perubahan dalam tingkah laku

d. Latihan atau pengalaman

e. Perubahan yang relatif mantap

f. Perubahan fisik dan psikis

25

Page 26: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

B. Saran

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu penulis perlu

menyampaikan saran-saran sebagi berikut :

1. Hendaknya para pelaku pendidikan selalu memperhatikan dan menggariskan

secara sistematis dan pragmatis model pendidikan yang akan dilalui siswa

dengan menerapkan strategi pembelajaran melalui perencanan untuk

mencapai hakekat tujuan pendidikan.

2. Mengingat ruang lingkup bahan pengajaran pendidikan Islam meliputi 7

unsur pokok, maka sebaiknya alokasi jam atau tatap muka ditambah satu

atau disesuaikan.

3. Seorang guru hendaknya menggunakn pengetahuannya tentang kode etik

mendidik dan kecekatannya untuk digunakan dalam mendiagnosa anak

didiknya sejauh mana anak itu ada perubahan baik perubahan aspek

intelektualnya dan aspek akhlaknya.

4. Penulis menyarankan dan sangat mengharapkan pihak pengelola pada

program pembuatan karya tulis ilmiah agar mengadakan koreksi yang

transparan dan konstruktif agar dapat dirasakan manfatnya, khususnya bagi

pembuat makalah karya ilmiah.

26

Page 27: Perencanaan dalam strategi belajar

[email protected]

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tapsir Dr. Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam. Bandung.

Remaja Rosdakarya, 1992.

Ali Supilah, HA. Antara Filsafat Pendidikan, Suranaya Usaha Nasional, 1983.

Arifin H. M.M. Ed.Prof. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum,

Jakarta. Bumi Aksara, 1995.

Badudu J.S.Dr.Prof.Zain Mohammad Sutan Prof, Kamus Umum Bahasa

Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994.

Departemen Agama RI Al-Qur’an dan Terjemahan. Proyek Pengadaan Kitab Suci

Al-Qur’an.

27