Click here to load reader
View
215
Download
0
Embed Size (px)
1
Perekonomian dan Perbankan
Agustus 2017
Equity Tower Lt 20, 21 & 39
Sudirman Central Business District (SCBD)
Jl. Jend Sudirman Kav 52-53
Jakarta 12190
1
The Fed diperkirakan masih akan menunda kenaikan policy rate. Berdasarkan pergerakan
futures terkini, Fed rate akan bergerak naik paling cepat pada Maret 2018.
Kebijakan moneter AS yang kembali melunak disebabkan oleh rendahnya capaian inflasi
yang diperkirakan dapat bertahan hingga beberapa waktu ke depan.
Ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% y/y pada kuartal II 2017, tidak berubah dibandingkan
dengan pertumbuhan di kuartal sebelumnya.
Neraca pembayaran mengalami surplus sebesar US$ 739 juta pada kuartal II 2017. Defisit
neraca berjalan mencapai US$ 4,96 miliar atau 1,96% PDB.
Bank Indonesia menurunkan BI 7-day reverse repo rate sebesar 25 bps menjadi 4,5%
Di tengah prospek pengetatan moneter oleh sejumlah bank sentral, pasar keuangan global
masih dibayangi ketidakpastian di bulan Agustus 2017.
Penurunan bunga acuan Bank Indonesia diperkirakan akan memberikan sentimen positif
pada pasar keuangan Indonesia.
Kinerja sektor perbankan masih belum memperlihatkan perbaikan yang solid. Kredit
perbankan tercatat sebesar Rp4.491 triliun di Juni 2017 pertumbuhannya menurun 97 bps
dibanding pertumbuhan tahunan bulan sebelumnya menjadi 7,75% year on year.
Rasio kredit bermasalah (NPL ratio) periode Juni 2017 sebesar 2,96% turun 11 bps
dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara pertumbuhan nominal NPL di Juni 2017 sebesar
19,93% (yoy) dalam tren pertumbuhan yang relatif menurun selama satu tahun terakhir.
Secara umum harga CPO sepanjang 2H-17 masih akan dibayangi risiko kelebihan pasokan
(oversupply) akibat perbaikan produksi dan gejolak permintaan yang disebabkan kebijakan
proteksi terhadap CPO di beberapa negara
Efek kenaikan bea masuk yang diberlakukan India terhadap produk CPO diperkirakan hanya
akan berdampak jangka pendek mengingat India hanya dapat memenuhi kebutuhan CPO
melalui impor.
Risiko industri perbankan Indonesia masih berada dalam kondisi normal. Berdasarkan
update data perbankan bulan Juni 2017 dan data pasar bulan Juli 2017, angka BSI pada
bulan Juli 2017 mengalami sedikit peningkatan sebesar 3 bps bila dibandingkan dengan
angka BSI pada bulan Juni 2017, yaitu dari 99,55 menjadi 99,58
Ringkasan Laporan
Ekonomi Makro
3
Inflasi dan Prospek Suku Bunga AS Seto Wardono
Menurut pelaku pasar, the Fed diperkirakan masih akan menunda kenaikan policy rate.
Berdasarkan pergerakan futures terkini, Fed rate akan dinaikkan paling cepat pada Maret 2018.
Kebijakan moneter AS yang kembali melunak disebabkan oleh rendahnya capaian inflasi yang
diperkirakan dapat bertahan hingga beberapa saat ke depan.
Pelaku pasar keuangan melihat kemungkinan akan terus tertundanya kenaikan Fed funds
target rate (Fed rate) dari posisi saat ini di kisaran 1%1,25%. Berdasarkan Fed funds futures per 25
Agustus 2017, Federal Reserve (the Fed) baru akan menaikkan suku bunga lagi paling cepat pada
Maret 2018. Pada saat itu, probabilita Fed rate berada di level yang lebih tinggi dari 1%1,25%
mencapai 52,5%. Jika mengacu pada futures di pertengahan Juli 2017, pelaku pasar melihat kenaikan
Fed rate di bulan Januari 2018. Sebelumnya, futures per akhir Juni menunjukkan kenaikan Fed rate
pada Desember 2017. Ekspektasi terkini pelaku pasar itu jelas berbeda dengan perkiraan para
pembuat kebijakan moneter yang menjadi anggota Federal Open Market Committee (FOMC). Pada
Juni lalu, anggota FOMC memprediksi bahwa Fed rate akan dinaikkan pada Desember mendatang.
Sumber : Bloomberg Gambar 1. Probabilita Fed Rate (Berdasarkan Fed Funds futures per 25 Agustus 2017)
Persepsi pelaku pasar mengenai prospek suku bunga Amerika Serikat (AS) yang kini menjadi
lebih dovish terutama didasari oleh pergerakan inflasi yang masih belum favorable dan menjauh dari
targetnya. Inflasi inti PCE (inflasi indeks harga belanja konsumsi personal di luar pangan dan energi,
yakni indikator inflasi AS yang paling diperhatikan the Fed dalam menentukan kebijakan
moneternya) terus bergerak turun sejak awal tahun 2017 dan pada bulan Juni lalu mencapai 1,5%
y/y. Hal serupa terjadi pada inflasi headline PCE yang mencapai 1,4% y/y pada bulan Juni. Pada bulan
Juli pun, inflasi indeks harga konsumen (IHK) inti (di luar pangan dan energi) bergerak turun dan
mencapai 1,7% y/y, yang terendah sejak Februari 2015, sedangkan inflasi IHK headline juga
dibukukan di level 1,7%. Pelemahan tekanan inflasi AS tersebut terutama didorong oleh penurunan
harga barang tahan lama (durable goods) serta penurunan tarif komunikasi.
24,0%
30,5%
31,3%
38,2%
38,2%
46,5%
47,5%
57,9%
57,9%
82,5%
88,0%
76,0%
69,6%
68,7%
61,8%
61,8%
53,6%
52,5%
42,0%
42,0%
17,4%
12,0%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Dec-18
Nov-18
Sep-18
Aug-18
Jun-18
May-18
Mar-18
Jan-18
Dec-17
Nov-17
Sep-17
Probabilita Fed Rate*
Jad
wal
Per
tem
uan
FO
MC
1%1,25% > 1,25%
20,1%
29,6%
29,2%
39,4%
30,3%
43,3%
43,8%
44,6%
46,4%
45,1%
57,9%
53,3%
41,4%
48,4%
61,1%
50,1%
29,8%
21,4%
20,7%
13,7%
36,3%
39,7%
44,4%
37,2%
14,2%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
25-Aug-17
31-Jul-17
30-Jun-17
31-May-17
28-Apr-17
31-Mar-17
28-Feb-17
31-Jan-17
30-Dec-16
30-Nov-16
Probabilita Fed Rate pada Desember 2017
Peri
od
e Fe
d F
un
ds
Futu
res
0,5%0,75% 0,75%1% 1%1,25% 1,25%1,5% > 1,5%
4
Sumber: CEIC, LPS Gambar 2. Inflasi AS
Uniknya, pelemahan inflasi di AS terjadi ketika aktivitas ekonomi dan pasar tenaga kerja di
negara itu menguat. Ekonomi AS tumbuh 2,1% y/y pada kuartal II 2017, yang tertinggi selama tujuh
kuartal. Tingkat pengangguran mencapai 4,3% pada Juli 2017, yang terendah sejak Maret 2001.
Upah pekerja juga naik dalam tingkatan yang relatif besar. Rata-rata upah per minggu pekerja di
sektor swasta naik 2,8% pada Juni 2017, yang tertinggi selama hampir enam tahun.
Respons inflasi AS yang lambat di tengah penguatan aktivitas ekonomi dan pasar tenaga kerja
menjadi perhatian para pembuat kebijakan di the Fed. Risalah rapat FOMC pada 2526 Juli 2017
menunjukkan perdebatan di antara para pembuat kebijakan mengenai penyebab melemahnya
inflasi AS belakangan ini. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab melemahnya inflasi
tersebut antara lain melemahnya respons tingkat harga terhadap pemanfaatan sumber daya,
penurunan tingkat pengangguran alami (natural rate of unemployment), adanya selang waktu antara
pengetatan pasar tenaga kerja dengan pertumbuhan upah nominal dan inflasi, serta tekanan
terhadap pricing power yang berasal dari perkembangan pasar global dan inovasi pada model bisnis
akibat kemajuan teknologi.
Risalah rapat tersebut juga mengungkapkan pandangan banyak anggota FOMC bahwa inflasi
AS masih akan tertekan di semester II 2017. Meski demikian, inflasi diyakini akan meningkat dalam
beberapa tahun ke depan dan stabil di sekitar 2% dalam jangka menengah. Di sisi lain, beberapa
partisipan rapat itu melihat kemungkinan bahwa inflasi dapat berada di bawah 2% dalam jangka
waktu yang lebih lama dari perkiraan sebelumnya. Beberapa partisipan juga mengindikasikan bahwa
risiko inflasi AS dapat mengarah ke bawah.
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
Jul-
07
Jul-
08
Jul-
09
Jul-
10
Jul-
11
Jul-
12
Jul-
13
Jul-
14
Jul-
15
Jul-
16
Jul-
17
% y/y
Inflasi IHK dan PCE AS
Inflasi IHK Headline Inflasi IHK Inti
Inflasi PCE Headline Inflasi PCE Inti
-9
-6
-3
0
3
6
9
12
Jul-
07
Jul-
08
Jul-
09
Jul-
10
Jul-
11
Jul-
12
Jul-
13
Jul-
14
Jul-
15
Jul-
16
Jul-
17
% y/y
Inflasi IHK AS
Barang Tahan Lama
Barang Tidak Tahan Lama
Jasa-Jasa
5
Perkembangan PDB, Neraca Pembayaran, dan Kebijakan Moneter Seto Wardono
Ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% y/y pada kuartal II 2017, tidak berubah dibandingkan dengan
pertumbuhan di kuartal sebelumnya.
Neraca pembayaran mengalami surplus sebesar US$ 739 juta pada kuartal II 2017. Defisit neraca
berjalan mencapai US$ 4,96 miliar atau 1,96% PDB.
Bank Indonesia menurunkan BI 7-day reverse repo rate sebesar 25 bps menjadi 4,5%.
Perba