43
PERCOBAAN I PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN & KONVERSI DOSIS I. Tujuan Percobaan 1. Dapat menjelaskan kembali karakteristik hewan- hewan yang lazim dipergunakan dalam percobaan 2. Dapat menghitung konversi dosis antar spesies pada hewan percobaan 3. Dapat memegang hewan percobaan sehingga siap untuk diberi sediaan uji 4. Dapat memberikan obat pada hewan percobaan 5. Dapat menganestesi hewan percobaan 6. Dapat mengorbankan hewan percobaan II. Teori Penunjang Hewan coba atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang khusus diternakkan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan laboratorium tersebut digunakan sebagai model untuk peneltian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia. Beberapa jenis hewan

Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Citation preview

Page 1: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

PERCOBAAN I

PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN & KONVERSI DOSIS

I. Tujuan Percobaan

1. Dapat menjelaskan kembali karakteristik hewan-hewan yang lazim

dipergunakan dalam percobaan

2. Dapat menghitung konversi dosis antar spesies pada hewan percobaan

3. Dapat memegang hewan percobaan sehingga siap untuk diberi sediaan uji

4. Dapat memberikan obat pada hewan percobaan

5. Dapat menganestesi hewan percobaan

6. Dapat mengorbankan hewan percobaan

II. Teori Penunjang

Hewan coba atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan yang

khusus diternakkan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan laboratorium

tersebut digunakan sebagai model untuk peneltian pengaruh bahan kimia atau

obat pada manusia. Beberapa jenis hewan dari yang ukurannya terkecil dan

sederhana ke ukuran yang besar dan lebih komplek digunakan untuk keperluan

penelitian ini, yaitu: Mencit, tikus, kelinci, dan marmot.

Suatu bahan agar dapat dipergunakan sebagai obat harus memenuhi tiga

persyaratan, yaitu memiliki khasiat, aman serta karakteristik. Dalam

percobaan/penelitian farmakologi, hewan harus diperlakukan atau ditangani

dengan sebaik-baiknya, dan perilaku yang tidak wajar terhadap hewan

percobaan dapat menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dalam hasil

Page 2: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

percobaan. Penangan hewan meliputi cara memelihara, cara memegang,

memberikan sediaan, menganestesi dan mengorbankan. Untuk itu, sifat-sifat

khusus setiap jenis hewan percobaan perlu diketahui dan diperhatikan.

Disamping itu, faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil

percobaan dan cara pemberian obat perlu dipelajari dengan sebaik-baiknya.

Dalam praktikum farmakologi, hewan percobaan yang biasa digunakan

adalah mencit, tikus, kelinci dan marmot. Setiap jenis hewan tersebut

mempunyai karakteristik masing-masing (“Mangkoewidjojo, 1998”).

1. Mencit

Mencit bersifat penakut, fotofobia, cenderung berkumpul sesamanya,

mudah ditangani, lebih aktif pada malam hari, aktivitas terganggu dengan

adanya manusia, suhu normal badan 37,4 oC dan laju respirasi 163/menit.

2. Tikus

Tikus bersifat sangat cerdas, mudah ditangani, tidak begitu bersifat

fotofobik, lebih resisten terhadap infeksi, kencenderungan berkumpul

dengan sesama sangat kurang, jika makan kurang atau diperlakukan secara

kasar akan menjadi liar, galak dan menyerang si pemegang, suhu normal

badan 37,5 oC dan laju respirasi 210/menit.

3. Kelinci

Kelinci bersifat jarang bersuara kecuali bila merasa nyeri, jika merasa taka

man akan berontak, suhu rektal umumnya 38-39,5 oC, suhu berubah jika

mengalami gangguan lingkungan, laju respirasi 38-65/menit, umumnya

50/menit pada kelinci dewasa normal.

Page 3: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

4. Marmot

Marmor bersifat jinak, mudah ditangani, jarang menggigit, kulit halus dan

berkilap,bulu tebal, laju denyut jantung 150-160/menit, laju respirasi 110-

150/menit dan suhu rektal 39-40 oC.

Volume cairan yang diberikan pada setiap jenis hewan percobaan tidak boleh melebihi batas maksimal yang telah ditetapkan.

HewanPercobaa

n

Volume Maksimum Cairan yang Boleh Diberikani.v i.m i.p s.c p.o

Mencit 0,5 0,05 1 0,5 1Tikus 1 0,1 3 2 5

Kelinci 5-10 0,5 10 3 20Marmot 2 0,2 3 3 10

Sediaan yang diberikan kepada hewan secara oral dapat berupa larutan ataupun suspense (untuk senyawa yang tidak larut dalam air) (Harmita,Maksum Radji, 2008).

Dosis yang diket

Dosis pada hewan yang dicariMencit Tikus Marmot Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia

20g 200 g 400g 1,5 Kg 2,0Kg 4 Kg 12 Kg 70 Kg20 g

Mencit1,0 7,0 12,25 27,8 23,7 64,1 124,2 387,9

200 g Tikus

0,14 1,0 1,74 3,3 4,2 9,21 17,8 56,0

400 g Marmot

0,08 0,57 1,0 2,,25 2,4 5,2 10,2 31,5

1,5 g Kelinci

0,04 0,25 0,44 1,0 1,06 2,4 4,5 14,2

2 kg Kucing

0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0

4 kgKera

0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1

12 kgAnjing

0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1

70 KgManusia

0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0

Perbandingan luas permukaan tubuh hewan (digunakan sebagai faktor konversi dosis antar spesies hewan) (Harmita,Maksum Radji, 2008)

Page 4: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih

sayang dan berprikehewanan. Di dalam menilai efek farmakologissuatu senyawa

bioaktif dengan hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-

faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan ialah faktor internal

dan faktor eksterna, adapun faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil

percobaan meliputi variasi biologik (usia, jenis kelamin) pada usia hewan

semakinmuda maka semakin cepat reaksi yang di timbulkan, ras dan sifat genetic,

statuskesehatan dan nutrisi, bobot tubuh, luas permukaan tubuh. Faktor eksternal

yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi suplaioksigen, pemeliharaan

lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing atau baru, pengalaman

hewan dalam penerimaan obat keadaan ruangan tempat hidup seperti suhu,

kelembaban, ventilasi, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan),

pemeliharaankeutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untuk

percobaan. Keadaan faktor-faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi

responhewan percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan.Penanganan

yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapatmempengaruhi hasil percobaan,

memberikan penyimpangan hasil. Disamping itu cara pemberian senyawa bioaktif

terhadap hewan percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa

bioaktif yang bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara pemberian

yang digunakan tentu tergantung pula kepada bahan atau bentuk sediaan yang

akan digunakan serta hewan percobaan yang akan digunakan. Sebelum senyawa

bioaktif dapat mencapai tempatkerjanya, senyawa bioaktif harus melalui proses

absorpsi terlebih dahulu (Malole, 1989)

Page 5: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Ukuran dan alat yang digunakan untuk pemberian obat pada hewan

percobaan (Harmita,Maksum Radji, 2008)

Hewan IV IP SC IM Oral

MencitJarum27,5 g½ inci

Jarum25 g

¼ inci

Jarum25 g

¾ inci

Jarum18 g

¾ inci

Ujung tumpul15 g/16g

2 inci

TikusJarum25 g1 inci

Jarum25 g1 inci

Jarum25 g1 inci

Jarum25 g1 inci

Ujung tumpul15 g/16 g

2 inci

KelinciJarum25 g1 inci

Jarum21 g

1¼ inci

Jarum25 g1 inci

Jarum25 g1 inci

KateterKaret no.9

Marmot -Jarum25 g1 inci

Jarum25 g1 inci

Jarum25 g

¾ inci-

Mengorbankan Hewan

Pembunuhan dilakukan sedemikian rupa sehingga hewan mengalami penderitaan

seminimal mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemberian suatu

anestetik dengan dosis berlebih secara intravena untuk kelinci, secara

intraperitoneal untuk mencit, kelinci, marmut, dan tikus; atau dengan

menggunakan kioroform, CO2, N2 inhalasi. Pengorbanan hewan dapat juga

dilakukan secara fisik atau disembelih.

Data anestesi umum pada hewan percobaan (Harmita,Maksum Radji, 2008)Hewan

percobaanAnestetik

Kepekatan larutan & pelarut

DosisRute

pemberianMencit &

TikusEter Inhalasi

kloralose2% dalam NaCl

fisiologis300 mg/kg i.p

Uretan10-25% dalam NaCl

fisiologis1-1,25 g/kg i.p

Nembutal 65 mg/mL 40-60 mg/kg(kerja

singkat)80-100

i.p

Page 6: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

mg/kg(kerja lama)

Pentobarbital4,5-6% dalam NaCl

fisiologis45-60 mg/kg

35 mg/kgi.pi.v

Heksobarbital

7,5% dalam NaCl fisiologis

4,7% dalam NaCl

75 mg/kg

47 mg/kg

i.p

i.v

Kelinci

Eter Inhalasi

(Kloralose + Nembutal)

1% dalam NaCl fisiologis65 mg/ml

100 mg/kg i.v

Uretan10% dalam NaCl

fisiologis19 g/kg i.p/i.v

Pentobarbital5% dalam NaCl

fisiologis

22 mg/kg (kerja lama)

11 mg/kgkerja singkat

i.v

i.v

Pentotal 5% dalam air suling

10-20 mg/kg (menurut

jangka waktu kerja)

i.v

Morfin 5% dalam air suling 100 mg/kg s.c

Marmot

Eter InhalasiKloroform Inhalasi

Uretan10% dalam NaCl fisiologis hangat

19 g/kg i.p

Kloralose2% dalam NaCl

fisiologis150 mg/kg i.p

Pentobarbital 28 mg/kgNembutal Seperti tikus

III. Alat, Bahan & Hewan Percobaan

Bahan : Sampel obat A (untuk oral) dan B (untuk parenteral), NaCl

fisiologis, aquadest

Alat : kandang hewan, alat suntik, sonde oral

Hewan : mencit & tikus

Page 7: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

IV. Prosedur Percobaan

1. Menghitung konversi dosis pada hewan percobaan

A. Dosis obat A peroral pada manusia dewasa adalah 500 mg, dihitung

konversi dosis untuk diberikan kepada mencit dan tikus sesuai bobot

badan dan juga dihitung volume secara oral kepada mencit dan tikus dan

konsentrasi larutan obat A tersedia 3 mg/mL dilaboratorium.

B. Dosis obat B intraperitonial pada manusia dewasa adalah 50 mg, dihitung

konversi dosis untuk diberikan kepada mencit dan tikus sesuai bobot

badan dan dihitung juga volume secara intraperitonial kepada mencit dan

tikus.

2. Cara memegang Hewan Percobaan sehingga Siap untuk Diberi Sediaan Uji

A. Mencit

Ujung ekor mencit diangkat dengan tangan kanan, letakkan pada suatu

tempat yang permukaannya tidak licin (misal rem kawat pada penutup

kandang), sehingga bila ditarik mencit akan mencengkeram lalu kulit

pada tengkuk mencit dijepit dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri

sedangkan ekornya tetap di pegang dengan tangan kanan kemudian tubuh

mencit dibalikkan sehingga permukaan perut menghadap kita dan ekor di

jepitkan di antara jari manis dan kelingking tangan kiri.

B. Tikus

Tikus diperlakukan sama seperti mencit dengan cara di atas, tetapi bagian

pangkal ekor yang di pegang dan pada tengkuk tikus yang di pegang.

Page 8: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Cara memegang tikus :

Bagian ekor belakang tikus di angkat kemudian diletakkan di atas

permukaan kasar lalu bagian belakang kepala di pegang dengan ibu jari

dan telunjuk tangan kiri kemudian di selipkan ke depan dan kaki kanan

dijepit di antara kedua jari tersebut.

C. Kelinci

Kelinci diperlakukan dengan halus tetapi sigap karena kadang-kadang

memberontak. Menangkap kelinci dengan telinga diangkat kemudian

kulit leher di pegang dengan tangan kiri lalu pantatnya diangkat dengan

tangan kanan dan di didekapkan ke dekat tubuh.

D. Marmot

Bagian punggung atas marmot diangkat dengan tangan kiri lalu bagian

punggung bawah di pegang dengan tangan kanan.

3. Cara Memberikan Obat Pada Hewan Percobaan

A. Mencit

Oral :

Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral, sonde oral

ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit kemudian masukkan

perlahan-lahan sampai ke esophagus dan cairan obat dimasukkan.

Subkutan :

Kulit di daerah tengkuk di angkat dan di bagian bawah kulit dimasukkan

obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml.

Page 9: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Intra vena :

Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit dengan bagian

ekor menjulur keluar. Bagian ekor dicelupkan ke dalam air hangat agar

pembuluh vena ekor mengalami dilatasi lalu pemberian obat ke dalam

pembuluh vena menjadi mudah. Pemberian obat dilakukan dengan jarum

suntik no.24.

Intramuskular :

Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no.24.

Intra peritoneal :

Mencit dipegang, pada penyuntikkan posisi kepala lebih rendah dari

abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada

daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak

terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya tidak terkena

penyuntikkan pada hati.

B. Tikus

Pemberian secara oral, intra muscular dan intra peritoneal dilakukan

dengan cara sama pada mencit. Secara sub kutan dilakukan penyuntikkan

di bawah kulit tengkuk atau kulit abdomen dan pemberian secara intra

vena dilakukan pada vena penis ketimbang vena ekor.

C. Kelinci

Oral :

Jarang dilakukan pemberian obat secara oral pada kelinci, tetapi

dilakukan dengan cara alat penahan rahang dan pipa lambung.

Page 10: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Subkutan :

Dilakukan dengan penyuntikkan pada sisi sebelah pinggang atau tengkuk

dengan kulit pada tengkuk diangkat lalu ditusukkan jarum no.15 dengan

arah anterior. Penyuntikkan dilakukan pada vena marginalis di daerah

dekat ujung telinga sebelum disuntik ujung telinga dibasahi dahulu

dengan alcohol atau air hangat. Pada kelinci gelap di cukur dahulu

bulunya sebelum disuntik.

Intra muscular :

Pemberian intra muscular dilakukan pada otot kaki belakang.

Intraperitonial :

Posisi kelinci diatur sehingga letak kepala lebih rendah daripada perut.

Penyuntikkan di lakukan pada garis tengah di muka kandung kencing.

D. Marmot

Oral :

Dilakukan dengan menggunakan sonde oral.

Intra dermal :

Bulu marmot dicukur dahulu kemudian disuntikkan obat ke dalam kulit

secara perlahan-lahan.

Subkutan :

Bagian kulit dicubit lalu ditusukkan jarum suntik ke bawah kulit dengan

arah paralel dengan otot dibawahnya.

Intraperitonial :

Page 11: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Bagian punggung marmot dipegang sehingga perutnya agak menjolok ke

muka. Jarum suntik ditusukkan dengan cara subkutan, sesudah masuk ke

dalam kulit jarum di tegakkan sehingga menembus lapisan otot dan

masuk ke dalam daerah peritoneum.

Intramuskular :

Jarum ditusukkan pada jaringan otot sampai menyentuh tulang paha.

Pada penyuntikkan di bagian otot paha daerah posterior-lateral.

Intra vena :

Jarang dilakukan.

4. Cara Menganastesi Hewan Percobaan

A. Mencit

Senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk anastesi adalah :

Eter

Digunakan untuk anastesi singkat, dengan obat diletakkan pada suatu

wadah kemudian hewan dimasukkan dan wadah ditutup. Bila hewan

sudah kehilangan kesadaran hewan dikeluarkan dan siap dibedah.

Pemberian berikutnya diberikan bantuan kapas yang di basahi dengan

obat itu.

Halotan :

Obat ini digunakan untuk anestesi yang lebih lama.

Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium :

Dosis Pentobarbital natrium adalah 45-60 mg/kg untuk pemberian intra

peritoneal dan 35 mg/kg untuk cara pemberian intra vena. Dosis

Page 12: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

heksobarbital natrium adalah 75 mg/kg untuk intraperitonial dan 47

mg/kg untuk pemberian intra vena.

Uretan ( etil karabamat )

Uretan diberikan pada dosis 1000-1250 mg / kg secara intraperitonial

dalam bentuk larutan 25% dalam air.

B. Tikus

Senyawa penganastesi sama dengan cara anastesi pada tikus umumnya

sama seperti pada mencit.

C. Kelinci

Obat anastesi yang digunakan pentobarbital natrium dengan disuntik

perlahan-lahan. Dosis untuk anastesi umum sekitar 22 mg / kg bb. Untuk

anastesi singkat di gunakan setengah dosis di atas dengan di tambah eter

agar pembiusan sempurna.

D. Marmot

Anastesi marmot dilakukan dengan menggunakan eter atau pentobarbital

natrium. Eter di gunakan untuk anastesi singkat setelah hewan

dipuasakan selama 12 jam. Dosis pentobarbital natrium adalah 28 mg/kg

bb.

5. Cara Mengorbankan Hewan Percobaan

Dilakukan untuk keperluan pengamatan. Dilakukan jika proses percobaan

telah selesai dan hewan tidak digunakan untuk tahap percobaan selanjutnya.

Berdasar pada pertimbangan ekonomis. Pemeliharaan hewan harus disertai

tujuan jelas agar tidak menghamburkan biaya dan tempat. Hewan biasanya

Page 13: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

langsung dikorbankan dengan prinsip mematikan dalam waktu sesingkat

mungkin dan rasa sakit seminimal mungkin. Mengorbankan hewan percobaan

dilakukan dengan cara kimia atau cara fisika.

A. Mencit

Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium pada

dosis mematikan.

Cara fisik dilakukan dengan dislokasi leher.

Proses dislokasi dilakukan dengan cara sbb :

Ekor mencit di pegang kemudian ditempatkan pada permukaan yang bisa

dijangkau (ram kawat penutup kandang) dengan begitu mencit akan

meregangkan badannya kemudian pada tengkuk ditempatkan suatu

penahan misalnya, pensil atau batang logam yang dipegang dengan

tangan kiri kemudian bagian ekor ditarik keras dengan tangan kanan

sehingga lehernya akan terdislokasi dan mencit akan terbunuh.

B. Tikus

Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium pada

dosis mematikan.

Cara fisik dilakukan dengan dislokasi leher.

Tikus diletakkan di atas kain, kemudian badan tikus dibungkus dan kedua

kaki depannya ikut terbungkus dengan kain kemudian dipukul bagian

belakang telinga dengan tongkat atau tikus dipegang dengan perut

menghadap ke atas kemudian bagian belakang kepala dipukul keras pada

permukaan yang keras pada meja atau ekor tikus dipegang lalu

Page 14: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

diayunkan sampai tengkuknya terkena permukaan benda keras seperti

bagian pinggir meja.

C. Kelinci

Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium pada

dosis mematikan secara intra vena.

Cara fisik dilakukan dengan proses sbb :

Kaki belakang kelinci dipegang dengan tangan kiri sehingga badan dan

kepala tergantung ke bawah menghadap ke kiri kemudian sisi telapak

tangan kanan dipukulkan keras pada tengkuk kelinci dengan tongkat.

D. Marmot

Cara kimia dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium pada

dosis mematikan secara intra vena.

Cara fisik dilakukan dengan proses sbb :

Tengkuk marmot dipukul keras dengan alat atau bagian belakang kepala

marmot di pukul pada permukaan keras atau dapat dilakukan dengan

dislokasi leher dengan tangan.

Page 15: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

V. Data Pengamatan Percobaan & Perhitungan

Perlakuan Data perlakuan Keterangan

Memegang Hewan Percobaan Sehingga

Siap untuk Diberi Sediaan Uji

Mencit & Tikus

Cara memegang mencit atau tikus percobaan

Memberikan Obat Pada Hewan Percobaan

Mencit & Tikus

Cara Memberikan Obat Secara Oral

Cara Memberikan Obat Secara Subkutan

Page 16: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Cara Memberikan Obat Secara Intravena

Cara Memberikan Obat Secara Intramuskular

Cara Memberikan Obat Secara Intraperitoneal

Page 17: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Perhitungan Konversi Dosis Pada Hewan Percobaan yaitu Mencit & Tikus1.

Dik : Dosis obat A peroral pada manusia dewasa 500 mg

Faktor konversi dosis dari manusia kepada mencit 0,0026Faktor konversi dosis dari manusia kepada tikus 0,018Konsentrasi larutan obat A yg tersedia di laboratorium 5 mg/mL.

Dit : a. Hitunglah konversi dosis untuk diberikan kepada mencit & tikus jika Bobot badan mencit 23 g & tikus 159 g

b. Hitunglah volume yg diberikan secara oral kepada mencit & tikus

Jwb :

a. Konversi dosis mencit :500 mg x0,0026=1,3 mg /20 g bb mencitUntuk mencit dgn bb 23 g, maka :

1,3 mg20 g bb mencit

= x23 gbb mencit

x=1,3 mg x 23 g bb mencit20 g bb mencit

=1,495 mg /23 g bb mencit

Konversi dosis tikus :500 mg x0,018=9mg /200 g bb tikusUntuk tikus dgn bb 159 g, maka :

9 mg200 gbb tikus

xx

159 g bb tikus

x=9 mg x 159 g bb tikus200 g bb tikus

=7,155 mg /159 g bb tikus

b. Volume yg diberikan secara oral kepada mencit :1,495 mg

x=5 mg

1 mL

x=1,495 mg x 1mL5 mg

=0,29mL

Volume yg diberikan secara oral kepada tikus :7,155 mg

x=5mg

1mL

x=7,155 mg x 1mL5 mg

=1,423 mL

Page 18: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

2.

Dik : Dosis obat A intraperitonial pada manusia dewasa 50 mg

Faktor konversi dosis dari manusia kepada mencit 0,0026Faktor konversi dosis dari manusia kepada mencit 0,018Konsentrasi larutan obat A yg tersedia di laboratorium 0,5 mg/mL.

Dit : a. Hitunglah konversi dosis untuk diberikan kepada mencit & tikus jika Bobot badan mencit 23 g & tikus 159 g

b. Hitunglah volume yg diberikan secara intraperitonial kepada mencit & tikus

Jwb :

a. Konversi dosis mencit :50 mg x0,0026=0,13mg /20 g bb mencitUntuk mencit dgn bb 23 g, maka :

0,13 mg20 g bb mencit

= x23 g bb mencit

x=0,13 mg x 23 g bb mencit20 g bb mencit

=0,149 mg /23 g bb mencit

Konversi dosis tikus :50 mg x0,018=0,9 mg /200 g bb tikusUntuk tikus dgn bb 159 g, maka :

0,9 mg200 g bb tikus

xx

159 g bb tikus

x=9 mg x 159 g bb tikus200 g bb tikus

=0,7155 mg /159 g bb tikus

b. Volume yg diberikan secara intraperitonial kepada mencit :0,149 mg

x=5mg

1mL

x=0,149 mg x 1 mL5 mg

=0,029 mL

Volume yg diberikan secara oral kepada tikus :0,7155 mg

x= 5 mg

1 m L

x=0,7155 mg x 1mL5mg

=0,1423 mL

Page 19: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

VI. Pembahasan

Hewan coba atau hewan uji  atau sering disebut hewan laboratorium

adalah hewan yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik.

Hewan percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat

pada manusia. Beberapa jenis hewan dari yang ukurannya terkecil dan sederhana

ke ukuran yang besar dan lebih komplek digunakan untuk keperluan penelitian

ini, yang sering dipakai dalam penelitian maupun praktikum yaitu: Kelinci

(Oryctolagus cuniculus), Marmut (Cavia parcellus), Mencit (Musmusculus), dan

Tikus (Rattus novergicus). Hewan sebagai model atau sarana percobaan haruslah

memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis /

keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, disamping

faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi

biologis yang mirip kejadiannya pada manusia.

Pada percobaan ini praktikan menggunakan hewan percobaan mencit,

tikus, kelinci, dan marmot. Tetapi yang benar-benar dilakukan untuk percobaan

adalah mencit dan tikus. Hewan-hewan tersebut dapat digunakan sebagai hewan

percobaan untuk praktikum farmakologi ini karena struktur dan sistem organ

yang ada di dalam tubuhnya hampir mirip dengan struktur organ yang ada di

dalam tubuh manusia. Sehingga hewan-hewan tersebut biasa digunakan untuk

uji praklinis sebelum nantinya akan dilakukan uji klinis yang dilakukan langsung

terhadap manusia. Percobaan kali ini adalah membahas tentang bagaimana cara

penanganan hewan coba sebelum kita melakukan pemberian obat terhadap

hewan coba serta dapat menghitung konversi dosis pada mencit dan tikus.

Page 20: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Sebelum melakukan percobaan, terlebih dahulu praktikan harus

mengetahui volume pemberian obat pada hewan percobaan. Volume cairan yang

diberikan pada setiap jenis hewan percobaan tidak boleh melebihi batas

maksimal yang telah ditetapkan. Karena kalau melebihi batas maksimal

kemungkinan hewan percobaan akan mengalami efek farmakologis yang dapat

membahayakannya yang bersifat toksisitas. Untuk memperoleh efek

farmakologis yang sama dari suatu obat pada spesies hewan percobaan,

diperlukan data penggunaan dosis dengan menggunakan perbandingan luas

permukaan tubuh setiap spesies

Pada hewan percobaan ini ada faktor-faktor yang dapat memperngaruhi

hasil percobaan, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang dapat

mempengaruhi hasil percobaan antara lain adalah variasi biologik (usia, jenis

kelamin), ras dan sifat genetik, status kesehatan dan nutrisi, bobot tubuh, dan

luas permukaan. Usia dan jenis kelamin berpengaruh pada hasil percobaan

karena pada usia yang tepat pada fase hidup hewan tersebut, efek farmakologi

yang dihasilkan akan lebih baik. Beda hasilnya jika usia hewan tersebut masih

bayi. Jenis kelamin juga berpengaruh di lihat dari literature bobot badan hewan

akan berbeda. Hal ini berpengaruh pada dosis yang akan di gunakan pada hewan

percobaan tersebut. Begitu juga dengan ras dan sifat genetik, berpengaruh

karena jika menggunakan hewan percobaan dengan ras dan sifat genetik yang

berbeda-beda, maka hasil percobaannya juga akan berbeda. Hal ini karena gen

pada setiap individu berbeda. Dengan gen yang berbeda-beda dan karakteristik

yang berbeda pula, maka masing-masing memiliki perbedaan dalam perilaku,

Page 21: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

kemampuan imunologis, infeksi penyakit, kemampuan dalam memberikan

reaksi terhadap obat, kemampuan reproduksi dan lain sebagainya. Status

kesehatan dan nutrisi berpengaruh terhadap hasil percobaan karena efek yang

dihasilkan dalam dosis akan cepat diserap oleh tubuh dan berlangsung cepat efek

yang di hasilkan. Selain itu, bobot tubuh dan luas permukaan tubuh juga

berpengaruh dalam hasil percobaan. Bobot dan luas permukaan tubuh hewan

yang besar akan lebih membutuhkan lebih banyak dosis dibandingkan dengan

yang memiliki bobot dan luas permukaan tubuh yang kecil untuk mendapatkan

data kuantitatif yang akurat pada efek farmakologis yang terjadi.

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan antara lain

adalah pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing atau

baru, pengalaman hewan dalam penerimaan obat, keadaan ruangan tempat hidup

seperti suhu, kelembaban udara, ventilasi, cahaya, kebisingan serta penempatan

hewan), suplai oksigen, pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan

jaringan atau organ untuk percobaan. Meningkatnya kejadian penyakit infeksi

pada hewan percobaan, disebabkan karena kondisi lingkungan yang jelek di

mana hewan itu tinggal. Maka dengan meningkatnya kejadian penyakit infeksi

dan disertai dengan keadaan nutrisi yang jelek pula, akan berakibat resistensi

tubuh menurun, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil suatu percobaan. Jadi,

untuk menghasilkan hasil percobaan yang baik, faktor eksternal tersebut harus

disesuaikan dengan karakteristik hewan percobaan agar hewan tersebut tidak

stres. Karena kalau hewan tersebut stres akan menghambat percobaan

Page 22: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Percobaan pertama pada praktikum ini adalah cara memegang hewan serta

cara penentuan jenis kelaminnya perlu pula diketahui. Cara memegang hewan

dari masing-masing jenis hewan adalah berbeda-beda dan ditentukan oleh sifat

hewan, keadaan fisik (besar atau kecil) serta tujuannya. Kesalahan dalam

caranya akan dapat menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi

hewan (ini akan menyulitkan dalam melakukan penyuntikan atau pengambilan

darah) dan juga bagi orang yang memegangnya. Mencit dan tikus dapat

dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan, letakan pada

alas kasar, biarkan mencit atau tikus mencengkram alas kasar (penutup kawat

kandang). Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit

tengkuknya seerat/setegang mungkin. Ekor dipindahkan dari tangan kanan,

dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri. Dengan demikian,

mencit atau tikus telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi

perlakuan.Jika cara penanganan mencit tidak sesuai, biasanya mencit akan

merasa stress dan ketakutan sehingga akan buang air besar dan buang air kecil.

Selain cara memegang hewan yang berbeda-beda, cara pemberian sediaan

uji juga berbeda pada setiap hewan. Cara pemberian ini merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi respon obat pada hewan percobaan. Bentuk sediaan

yang akan digunakan perlu disesuaikan dengan cara pemberian yang dipilih

disamping juga sifat obat yang akan digunakan.

Pemberian secara oral pada mencit dan tikus dilakukan dengan alat suntik

yang dilengkapi jarum oral atau sonde oral (berujung tumpul). Hal ini untuk

meminimalisir terjadinya luka atau cedera ketika hewan uji akan diberikan

Page 23: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

sedian uji. Perlu diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukan sonde yang

mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah cara

pemberian yang benar. Cara pemberian yang keliru, masuk ke dalam saluran

pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan

kematian. Praktikan dapat mengetahui pemberian obat secara oral ini berhasil

atau tidak. Hal ini dapat dilihat dari cairan yang dimasukan tersebut. Bila dari

hidung hewan uji keluar cairan seperti yang kita berikan menunjukkan adanya

kesalahan dalam proses pemberian. Sedangkan bila berhasil, maka tidak akan

terjadi apa-apa.

Pemberian obat dengan rute Injeksi subkutan (SC) atau pemberian obat

melalui bawah kulit pada mencit dan tikus, hanya boleh digunakan untuk obat

yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Penyuntikkan dilakukan di bawah kulit

pada daerah kulit tengkuk untuk mencit sedangkan tikus dilakukan di bawah

kulit tengkuk atau kulit abdomen. Dibersihkan area kulit yang mau disuntik

dengan alkohol 70 % yang bertujuan agar daerah yang akan disuntik menjadi

Aseptik. Untuk mencit diusahakan dilakukan dengan cepat untuk menghindari

pendarahan yang terjadi karena pergerakan kepala dari mencit. Pemberian obat

ini berhasil jika jarum suntik telah melewati kulit dan pada saat alat suntik

ditekan, cairan yang berada di dalamnya dengan cepat masuk ke daerah bawah

kulit.

Pemberian obat dengan rute intra vena pada mencit dan tikus. Tujuannya

pemberian obat dengan rute intra vena untuk memperoleh reaksi obat yang cepat

diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral lain, untuk menghindari terjadinya

Page 24: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

kerusakan jaringan dan untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.

Pada saat melakukan injeksi di dalam alat suntik tidak boleh ada udara karena

jika di dalamnya ada udara, pada saat dimasukan ke dalam vena ekor pada

mencit, vena akan rusak dan tidak stabil serta ekor akan menggelembung.

Sedangkan untuk tikus, vena marginalis akan rusak dan tidak stabil aliran darah.

Untuk menanggulanginya keluarkan jarum dan masukkan kembali itu dilakukan

sedikit di atas awal injeksi. Jika pemberian obat secara intravena berhasil dengan

posisi yang benar, maka akan terlihat pada vena jarum warnanya menjadi pucat.

Untuk mencit biarkan pada posisi tengkurap dengan menjulurkan ekor.

Kemudian ekor mencit dibuat mengalami vasodilatasi dengan cara ekor mencit

diolesi dengan etanol. Proses dilatasi pada ekor mencit juga bisa dilakukan

dengan cara merendamnya dalam air hangat. Ciri-ciri pembuluh vena yang

mengalami vasodilatasi adalah garis merah pada ekor mencit akan terlihat jelas

dan besar sehingga akan memudahkan praktikan untuk menyuntikan.

Pemberian obat dengan rute Injeksi intramuskular pada mencit dan tikus

adalah memasukkan obat secara tidak langsung ke dalam aliran darah sebagai

gantinya ke dalam jaringan otot di mana ia dapat diabsorbsikan oleh aliran darah

yang berlebih-lebihan melalui kapiler yang melayani otot. Injeksi intramuscular

memberikan efek sistemik yang diberikan secara parenteral. Penyuntikan

dilakukan pada jaringan berotot, disuntikan ke dalam otot pada daerah paha

posterior mencit dan tikus.

Pemberian obat dengan rute Intraperitonel (IP) tidak dilakukan pada

manusia karena bahaya. Intraperitonial mengandung banyak pembuluh darah

Page 25: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

sehingga obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Disini obat langsung

masuk ke pembuluh darah sehingga efek yang dihasilkan lebih cepat

dibandingkan intramuscular dan subkutan karena obat di metabolisme serempak

sehingga durasinya agak cepat. Intinya absorpsi dari obat mempunyai sifat-sifat

tersendiri. Beberapa diantaranya dapat diabsorpsi dengan baik pada suatu cara

penggunaan, sedangkan yang lainnya tidak.

Apabila pada hewan percobaan terjadi keadaan rasa sakit yang hebat atau

lama akibat suatu percobaan atau apabila mengalami kecelakaan, menderita sakit

atau jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan, maka perlu

dilakukan pengorbanan hewan. Etanasi atau cara kematian tanpa rasa sakit perlu

dilakukan sedemikian rupa sehingga hewan akan mati dengan seminimal

mungkin rasa sakit. Pada dasarnya cara fisik yaitu dengan melakukan dislokasi

leher adalah cara yang paling cepat, mudah dan berprikemanusiaan, tetapi cara

perlakuan kematian juga perlu ditinjau bila ada tujuan dari pengorbanan hewan

percobaan dalam rangkaian percobaan. Cara mengorbankan hewan percobaan

dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisik. Pada umumnya

untuk mengorbankan mencit, tikus, kelinci, dan marmot dilakukan dengan cara

yang sama. Tetapi ada beberapa cara yang biasa dilakukan untuk mengorbankan

tikus, kelinci, dan marmot. Cara kimia untuk mengorbankan mencit, tikus,

kelinci, dan marmot adalah dengan menggunakan eter atau pentobarbital natrium

pada dosis letalnya sehingga dapat membunuh hewan-hewan tersebut. Untuk

cara fisik ada beberapa yang berbeda. Untuk mencit dan marmot bisa digunakan

dislokasi leher.

Page 26: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

VII. Kesimpulan

1. Hewan yang lazim dipergunakan dalam percobaan memiliki karakteristik

berbeda-beda yang bertujuan agar bisa memperlakukan hewan percoban

sehingga hewan percobaan menjadi stress yang akan mempengaruhi hasil

percobaan

2. Menghitung konversi dosis antar spesies pada hewan percobaan ini agar

memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada spesies hewan

percobaan dengan menggunakan metode perbandingan luas permukaan tubuh

setiap spesies

3. Memegang hewan percobaan yang bertujuan agar hewan percobaan mudah di

tangani dalam pemberi sediaan uji seperti secara oral, subkutan, intravena,

intramuskular, intraperitoneal

4. Menganestesi hewan percobaan dengan dengan senyawa eter, halotan,

pentobarbital natrium, heksobarbital natrium, dan uretan (etil karabamat)

5. Mengorbankan hewan percobaan dilakukan jika proses percobaan telah

selesai dan hewan tidak akan dipergunakan untuk tahap percobaan

selanjutnya yang dapat dilakukan dengan cara kimia (pentobarbital-Na atau

eter dengan dosis letal) dan fisika (dislokasi leher)

Page 27: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

Daftar Pustaka

Malole, M.M.B, Pramono. 1989. Penggunaan Hewan Hewan Percobaan

Laboratorium. Bogor : IPB. DitJen Pendidikan Tinggi Pusat Antar

Universitas Bioteknologi.

Harmita, Maksum Radji, Analisis hayati, edisi 3, Jakarta,EGC,2008,

Anief, M., 1994. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Katzung,

B.G., 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Sulaksono, M.E., 1987. Peranan, Pengelolaan dan Pengembangan Hewan Percobaan.

Jakarta.

Tjay, T.H. dan K. Rahardja. 2002.Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-

Efek Sampingnya. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo

Kelompok Gramedia.

Reksohadiprodjo, M.S., 1994. Pusat Penelitian Obat Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Page 28: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI – TOKSIKOLOGI I

PERCOBAAN I

PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN DAN KONVERSI DOSIS

Tanggal Praktikum : 22 September 2014

Tanggal Laporan : 29 september 2014

Kelompok/Shift : 5/A

Anggota Kelompok :

Sarah Siva Mariam 10060312017

Wendy Wijaya 10060312018

Gina Trihandayani 10060312020

Yuli Ernawati 10060312021

Marsha Budi Clarasati 10060312022

Nama Asisten : Sri Peni F., M.Si., Apt.

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2014

Page 29: Percobaan 1 Penanganan Hewan Percobaan & Konversi Dosis