25
1.1 AGREGAT HALUS (PASIR) Agregat halus merupakan pengisi (filler) berupa pasir. Ukurannya bervariasi antara ukuran saringan no.4 sampai no. 100 (saringan standar Amerika). Agregat halus yang baik harus bebas dari bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan no. 100 atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Kebanyakan agregat masih memerlukan adanya pencucian karena terdapat lumpur dan zat-zat organik didalamnya. Sebagian besar pasir di Indonesia masih banyak mengandung butir-butir halus, sehingga harus dihilangkan dengan mengadakan pencucian yang juga sekaligus untuk menghilangkan kotoran-kotoran lumpur, zat-zat organik dan penyaringan di atas saringan 4,8 mm. Pasir yang baik harus keras, bersih, tajam, kasar dan tidak mengandung bahan organik. Diameter pasir antara 0,063 – 5,00 mm. Pasir yang baik bisa diperoleh dari sungai, kali dan pasir buatan. Pasir buatan haruslah memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Butiran-butirannya tajam, tidak dapat dihancurkan dengan tangan 2. Tidak mudah dihancurkan oleh cuaca 3. Kandungan lumpur maksimum 5% terhadap berat kering, jika kandungan lumpurnya lebih besar dari 5% maka pasir harus dicuci.

PERCOBAAN 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

UJI MATRIAL

Citation preview

Page 1: PERCOBAAN 1

1.1 AGREGAT HALUS (PASIR)

Agregat halus merupakan pengisi (filler) berupa pasir. Ukurannya bervariasi antara

ukuran saringan no.4 sampai no. 100 (saringan standar Amerika). Agregat halus yang

baik harus bebas dari bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan no.

100 atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Kebanyakan agregat

masih memerlukan adanya pencucian karena terdapat lumpur dan zat-zat organik

didalamnya. Sebagian besar pasir di Indonesia masih banyak mengandung butir-butir

halus, sehingga harus dihilangkan dengan mengadakan pencucian yang juga sekaligus

untuk menghilangkan kotoran-kotoran lumpur, zat-zat organik dan penyaringan di atas

saringan 4,8 mm.

Pasir yang baik harus keras, bersih, tajam, kasar dan tidak mengandung bahan organik.

Diameter pasir antara 0,063 – 5,00 mm. Pasir yang baik bisa diperoleh dari sungai, kali

dan pasir buatan. Pasir buatan haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Butiran-butirannya tajam, tidak dapat dihancurkan dengan tangan

2. Tidak mudah dihancurkan oleh cuaca

3. Kandungan lumpur maksimum 5% terhadap berat kering, jika kandungan

lumpurnya lebih besar dari 5% maka pasir harus dicuci.

4. Pasir tidak boleh terlalu banyak mengandung bahan organik, hal ini dapat

diketahui dengan percobaan Abrame Harder

5. Pasir harus memenuhi gradasi :

a. Sisa diatas ayakan 4 mm, minimal 2% dari berat kering.

b. Sisa diatas ayakan 1 mm, minimal 10% dari berat kering.

c. Sisa diatas ayakan 0,25 mm, minimal 80-95% dari berat kering

6. Pasir tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali

7. Apabila dicuci dengan larutan Natrium Sulfat, bagian yang hancur harus lebih

kecil dari 10%

Page 2: PERCOBAAN 1

PERCOBAAN 1.1.1.

ANALISA SARINGAN / GRADASI AGREGAT HALUS (PASIR)

TUJUAN PERCOBAAN

Untuk mengetahui susunan butir agregat dari yang besar sampai halus untuk keperluan

desain beton.

ALAT DAN BAHAN

1. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker)

Page 3: PERCOBAAN 1

2. Saringan untuk agregat halus dengan ukuran; 9.5 mm, 4.75 mm ; 2,36 mm,

1,18 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 150 mm, 0,075 mm Pan dan cover

3. Timbangan

4. Oven

5. Pasir 600 gram

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Ambil contoh agregat dengan cara perempat sebanyak 600 gram

2. Oven selama 24 jam.

3. Timbang pasir kering oven sebanyak 600 gr. Kondisi suhu kamar.

4. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai dari

pan, lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan terbesar.

5. Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang saringan pada

mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15 menit.

6. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap.

7. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta

isinya.

8. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.

9. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor

kehalusan.

10. Hitung persentase lolos. Plot ke dalam grafik hasil perhitungan lolos.

11. Finess Modulus adalah jumlah kumulatif persen dari suatu perhitungan analisa

ayakan agregat pada seri lubang #0,15 mm, #0,30 mm, #0,60 mm sampai dengan

# saringan maksimum pada seri ayakan dibagi dengan100.

ANALISA PERHITUNGAN

FM pasir =

dimana : FM pasir = modulus kehalusan pasir

% tinggal kumulatif ≥ saringan 0,15

mm 100

Page 4: PERCOBAAN 1

PERCOBAAN 1.1.2.

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS (PASIR)

TUJUAN PERCOBAAN

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bulk apparent spesific gravity dan absorbsi

dari agregat halus (pasir) menurut ASTM C-128.

ALAT DAN BAHAN

1. Pasir 1000 gram

2. Talang (wadah)

3. Air

4. Piknometer 2 buah

5. Timbangan

6. Oven

7. Kerucut kuningan

8. Penumbuk

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Timbang pasir seberat 1000 gram.

2. Rendam selama ± 24 jam.

3. Setelah direndam ± 24 jam, keringkan pasir hingga mencapai keadaan kering

permukaan (SSD). Untuk mengetahui kondisi SSD tercapai, ambil kerucut

kuningan tempatkan di tempat yang rata kemudian masukkan sampel 1/3

bahagian, gunakan penumbuk untuk memadatkan tumbuk 8 kali dengan tinggi

jatuh kurang lebih 5 cm. Untuk lapis kedua ditumbuk 8 kali dan lapis ketiga 7

kali.

4. Timbang kondisi SSD sebanyak 500 gr, ambil 2 sampel.

5. Timbang pycnometer (dalam keadaan kosong).

6. Isi pycnometer dengan air, lalu timbang piknometer yang berisi air tersebut,

tuangkan kembali air apabila sudah ditimbang.

Page 5: PERCOBAAN 1

7. Masukkan pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram tadi ke dalam piknometer, lalu

tambahkan air, kocok selama ± 5 menit.

8. Diamkan selama 24 jam untuk mengeluarkan gelembung udara didalamnya.

9. Setelah 24 jam, timbang piknometer + pasir + aquades.

10. Timbang wadah kosong

11. Tuangkan pasir dari piknometer ke dalam wadah tersebut lalu oven selama 24

jam.

12. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan berat

kering

. ANALISA PERHITUNGAN

Berat Jenis Semu (Apparent spesific gravity) =

Bulk spesific gravity on dry basic =

Bulk spesific gravity SSD basic =

Penyerapan (Absorption) = x 100%

Dimana :

Bk = Berat Benda Uji Kering Oven (gram)

B = berat pycnometer berisi (gram)

500 = berat benda uji SSD (500 gram)

Bt = Berat pycnometer berisi benda uji dan air (gram)

BkB + Bk - Bt

Bk

B + 500 - Bt

500

B + 500 - Bt

500

500 - Bk

Page 6: PERCOBAAN 1

PERCOBAAN 1.1.3.

BERAT ISI AGREGAT HALUS (PASIR)

TUJUAN PERCOBAAN

Untuk menentukan berat isi agregat halus (pasir) baik dalam kondisi lepas maupun

kondisi padat.

ALAT DAN BAHAN

1. Agregat halus (pasir)

2. Kontainer/mould/ alat penakar

3. Timbangan

4. Tongkat pemadat

PROSEDUR PERCOBAAN

a. Kondisi Lepas

1. Ukur volume kontainer.

2. Timbang kontainer dalam keadaan kosong.

3. Isi kontainer dengan pasir sampai penuh.

4. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata.

5. Timbang berat kontainer + pasir.

b. Kondisi Padat

1. Ukur volume kontainer.

2. Timbang berat kontainer

3. Masukkan agregat halus (pasir) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian, lalu tumbuk

dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.

4. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2.

5. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan atas

kontainer lalu tusuk kembali sebanyak 25 kali.

6. Ratakan permukaannya dengan alat perata.

7. Timbang berat kontainer + pasir.

ANALISA PERHITUNGANW2 – W1

Page 7: PERCOBAAN 1

Berat isi agregat dalam kondisi kering oven =

Dimana :

W1 = Berat Wadah/Kontainer (kg)

W2 = Berat Wadah/Kontainer beserta benda uji (kg)

V = Volume Kontainer (m³)

PERCOBAAN 1.1.4.

KADAR AIR AGREGAT HALUS (PASIR)

TUJUAN PERCOBAAN

Untuk menentukan kadar air agregat halus (pasir) dengan cara pengeringan. Kadar

air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dalam

keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat kadar air

beton apabila terjadi perubahan kadar kelembaban beton.

ALAT DAN BAHAN

1. Pasir 1500 gram

2. Timbangan

3. Wadah

4. Oven

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Timbang wadah kosong yang digunakan.

2. Pasir ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan).

3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100 0C.

4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat

kering.

ANALISA PERHITUNGAN

Kadar air (%) = x 100%

Dimana :

W2 = berat basah kondisi lapangan (gram)

W1 = berat kering setelah dioven (gram)

V

W2 – W1

W2

Page 8: PERCOBAAN 1

PERCOBAAN 1.1.5.

KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS (PASIR)

TUJUAN PERCOBAAN

Untuk mengetahui kadar lumpur (lempung) pada pasir dengan cara pencucian.

ALAT DAN BAHAN

1. Pasir dengan berat kering 500 gram

2. Wadah

3. Oven

4. Timbangan

5. Air

6. Saringan no. 200

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Oven pasir sebanyak 500 gram selama 24 jam.

2. Setelah 24 jam timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat kering.

3. Setelah ditimbang cucilah pasir dengan cara :

a. Masukkan kedalam saringan no. 200 dan diberi air pencuci secukupnya, sehingga

benda uji terendam.

b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit.

c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih (lumpur

hilang).

4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu 100°C.

5. Setelah dioven, timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat kering.

ANALISA PERHITUNGAN

Kadar lumpur = x 100%

Dimana :

W2 = berat kering sebelum dicuci (gram)

W1 = berat kering setelah dicuci (gram)

W2 – W1

W2

Page 9: PERCOBAAN 1
Page 10: PERCOBAAN 1

1.2 AGREGAT KASAR (KERIKIL)

Agregat kasar beton dapat berupa kerikil hasil disintegrasi alami dari batu batuan atau

berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud

dengan agregat kasar adalah agrgat dengan besar butiran 5 mm. Jenis agregat ini

permukaannya kasar dan banyak memerlukan air untuk penggunaan dalam beton serta

kegunaannya cukup bagus.

Syarat-syarat agregat kasar antara lain :

a. Agregat kasar harus terdiri dari butir yang keras dan tidak berpori. Agregatkasar

yang tidak mengandung butir-butir pipih hanya dapat digunkan bila jumlah butir

pipih tersebut tidak lebih dari 20% dari jumlah keseluruhanagregat.

b. Butir-butir agregat harus tahan terhadap cuaca.

c. Agregat kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadapberat

kering. Yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui saringan no.

200 (saringan ASTM) atau saringan 0,075 mm. Bila kadar lumpur melebihi 1% maka

agregat kasar harus dicuci dulu sebelum.digunakan.

d. Agregat kasar tidak boleh mangandung zat-zat reaktif alkali yang dapat

memecahkan beton jika zat tersebut bereaksi dengan alkali Na2O dan K2O dalam

semen Portland.

e. Kekerasan butiran agregat kasar dapat diperiksa dengan menggunakan mesin

Los Angeles dimana tidak lolos 50% saringan no. 12 (ASTM).

f. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan

harus bergradasi baik.

Butiran-butiran agregat runcing dan sangat kasar. Butiran yang pipih dan memanjang

membutuhkan lebih banyak semen untuk menghasilkan beton yang mudah dikerjakan.

Hal-hal tersebut diatas penting, bukan saja untuk agregat kasar tetapi juga untuk agregat

halus. Biasanya agregat alam bentuknya bundar akan tetapi agregat yang diperoleh dari

pemecahan batu yang sangat bersudut, pipih, sangat tipis dan sangat panjang sebaiknya

tidak usah digunakan.

Karakteristik agregat kasar dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bentuk butir dan keadaan permukaan

a. Bulat dan permukaannya licin, kasar berkristal, berpori

Page 11: PERCOBAAN 1

b. Tidak beraturan

c. Bersudut tajam dan permukaannya kasar

d. Pipih

e. Memanjang, panjangnya lebih besar 3 kali dari lebarnya

Butiran agregat mempunyai hubungan erat dengan luas permukaan dan banyaknya

rongga. Perbedaan luas permukaan akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan

dalam pembuatan beton. Dalam beton, rongga-rongga akan diisi oleh pasta dimana

makin banyak pasta yang digunakan makin banyak pula pemakaian semen.

2. Kekuatan agregat

Pada umumnya kekuatan agregat tergantung dari jenis agregat, susunan mineral,

struktur butir. Kekuatan agregat akan sangat berpengaruh pada kekuatan beton.

3. Berat jenis agregat

Berat jenis mutlak yaitu perbandingan antara suatu benda dengan berat air murni pada

volume dan suhu yang sama dimana volume benda tidak termasuk pori-pori

didalamnya. Berat jenis nyata sama dengan berat jenis mutlak tetapi volume pori-pori

yang tidak tembus air. Keadaan SSD yaitu perbandingan berat antara suatu benda

pada SSD dengan berat air murni pada volume dan suhu yang sama dimana volume

benda, pori-pori yang tidak tembus diisi oleh air. Berat jenis kering asma dengan

berat SSD dimana volume benda termasuk seluruh pori-pori yang terkandung dalam

agregat.

4. Pori-pori agregat

Pori-pori pada agregat dibedakan atas :

a. Pori-pori yang tembus air

b. Pori-pori yang tidak tembus air

Besar kecilnya pori-pori sangat tergantung dari jenis batuan dan proses

pembentukannya yang mempengaruhi daya serap agregat. Pada agregat dapat terjadi

kondisi-kondisi sebagai berikut :

a. Kondisi kering mutlak

b. Kondisi kering udara

c. Kondisi kering permukaan (SSD)

d. Kondisi basah

Page 12: PERCOBAAN 1

5. Berat isi agregat

Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat dan isi, berat nilainya tergantung

dari bagaimana padatnya kita mengisinya, bentuk butir dan susunan butirnya. Jadi

meskipun berat jenis suatu benda sama namun tidaklah mutlak berat benda itu sama.

Syarat- syarat yang harus dipenuhi oleh agregat adalah sebagi berikut :

1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil dari disintegrasi dari

batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pecahan batu. Pada umumnya

yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar

dari 5 mm sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu

beton.

2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat

kasar yang tidak mengandung butir-butir pipih hanya dapat digunakan apabila jumlah

butirnya tidak melampaui 20% dari agregat seluruhnya. Agregat kasar tidak mudah

hancur oleh perubahan cuaca.

3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%(ditentukan

berdasarkan berat keringnya), yang dimaksud dengan lumpur dalam hal ini adalah

bagian dari agregat yang lolos saringan no. 0,075 mm. Apabila kadar lumpurnya

melebihi 1% maka agregat tersebut harus dicuci.

4. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti

zat-zat reaktif alkali.

5. Kekerasan dari butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff

dengan beban uji seberat 20 ton dan harus dapat memenuhi syarat syarat sebagai

berikut :

a. Tidak terjadi pembekuan sampai fraksi 9,5 – 1,9 mm lebih dari 24% terhadap berat.

b. Tidak terjadi pembekuan sampai fraksi 19 – 30 mmlebih daripada 22% atau mesin

Los Angeles beratnya tidak boleh melebihi 50% berat keseluruhan.

6. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang bervariasi besarnya dan bila

digunakan ayakan dengan susunan ayakan yang telah ditentukan harus memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut :

a. Sisa pada ayakan 4 mm harus berkisar 90 – 98% dari berat.

Page 13: PERCOBAAN 1

b. Selisih antara sisa kumulatif pada ayakan yang berukuran maksimum 60% dan

minimum 10% dari berat.

7. Berat butir agregat tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara bidang bidang

samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak bersih minimum antara

batang-batang/berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari batasan ini boleh dengan

seizin ahli, cara-cara pengecoran apabila tidak terjadi sarang-sarang kerikil.

PERCOBAAN 1.2.1.

ANALISA SARINGAN / GRADASI AGREGAT KASAR (KERIKIL)

TUJUAN PERCOBAAN

Untuk mengetahui susunan butir agregat kasar dari yang besar sampai halus untuk

keperluan desain beton.

ALAT DAN BAHAN

1. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker)

2. Saringan untuk agregat halus dengan ukuran; 25 mm ; 19.1 mm, 12.5 mm ;

9.5 mm ; 4.76 mm ; & 2.38 mm untuk agregat kasar..

3. Pan dan cover

4. Timbangan

5. Oven

6. Kerikil 2000 gram

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Ambil contoh agregat dengan cara perempat sebanyak 2000 gram.

2. Oven selama 24 jam.

3. Timbang agregat kering oven sebanyak 2000 gr. Kondisi suhu kamar.

4. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai dari pan,

lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan terbesar.

5. Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang saringan pada

mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15 menit.

6. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap.

7. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta isinya.

Page 14: PERCOBAAN 1

8. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.

9. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor kehalusan.

10. Hitung persentase lolos.

11. Plot ke dalam grafik hasil perhitungan lolos.

ANALISA PERHITUNGAN

FM pasir =

dimana : FM pasir = modulus kehalusan pasir

PERCOBAAN 1.2.2.

BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR (KERIKIL)

TUJUAN PERCOBAAN

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bulk apparent spesific gravity dan absorbsi

dari agregat kasar (kerikil) menurut ASTM C-128.

ALAT DAN BAHAN

1. Kerikil 2500 gram

2. Talang (wadah)

3. Aquades

4. Piknometer

5. Lap kain

6. Timbangan

7. Keranjang besi

8. Oven

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Ambil kerikil sebanyak 2500 gram.

2. Rendam selama ± 24 jam.

3. Setelah ± 24 jam, keringkan kerikil hingga mencapai keadaan kering permukaan

(SSD).

4. Timbang kondisi SSD sebanyak 1500 gram di udara.

5. Timbang keranjang kosong dalam air.

% tinggal kumulatif ≥ saringan 0,15

mm 100

Page 15: PERCOBAAN 1

6. Timbang keranjang + sampel SSD dalam air.

7. Keluarkan sampel dari keranjang dan oven selama ± 24 jam.

8. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan berat kering.

ANALISA PERHITUNGAN

Berat Jenis Semu (Apparent spesific gravity) =

Bulk spesific gravity on dry basic =

Bulk spesific gravity SSD basic =

Penyerapan (Absorption) = x 100%

Dimana :

Bk = Berat Benda Uji Kering Oven (gram)

Bj = Berat benda uji SSD (500 gram)

Ba = Berat benda uji SSD di baeah permukaan air (gram)

PERCOBAAN 1.1.3.

BERAT ISI AGREGAT KASAR

TUJUAN PERCOBAAN

Untuk menentukan berat isi agregat kasar baik dalam kondisi lepas maupun kondisi

padat.

ALAT DAN BAHAN

1. Agregat halus (pasir)

2. Kontainer/mould/ alat penakar

3. Timbangan

4. Tongkat pemadat

BkBk - Ba

Bk

Bj - Ba

Bj

Bj - Ba

Bj

Bj - Bk

Page 16: PERCOBAAN 1

PROSEDUR PERCOBAAN

a. Kondisi Lepas

1. Ukur volume kontainer.

2. Timbang kontainer dalam keadaan kosong.

3. Isi kontainer dengan pasir sampai penuh.

4. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata.

5. Timbang berat kontainer + pasir.

c. Kondisi Padat

1. Ukur volume kontainer.

2. Timbang berat kontainer

3. Masukkan agregat halus (pasir) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian, lalu tumbuk

dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.

4. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2.

5. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan atas

kontainer lalu tusuk kembali sebanyak 25 kali.

6. Ratakan permukaannya dengan alat perata.

7. Timbang berat kontainer + pasir.

ANALISA PERHITUNGAN

Berat isi agregat dalam kondisi kering oven =

Dimana :

W1 = Berat Wadah/Kontainer (kg)

W2 = Berat Wadah/Kontainer beserta benda uji (kg)

V = Volume Kontainer (m³)

PERCOBAAN 1.1.4.

KADAR AIR AGREGAT KASAR

TUJUAN PERCOBAAN

Untuk menentukan kadar air agregat kasar dengan cara pengeringan. Kadar air agregat

adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dalam keadaan kering.

Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat kadar air beton apabila terjadi

perubahan kadar kelembaban beton.

W2 – W1

V

Page 17: PERCOBAAN 1

ALAT DAN BAHAN

1. Pasir 1500 gram

2. Timbangan

3. Wadah

4. Oven

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Timbang wadah kosong yang digunakan.

2. Pasir ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan).

3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100 0C.

4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat

kering.

ANALISA PERHITUNGAN

Kadar air (%) = x 100%

Dimana :

W2 = berat basah kondisi lapangan (gram)

W1 = berat kering setelah dioven (gram)

PERCOBAAN 1.1.5.

KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR

TUJUAN PERCOBAAN

Untuk mengetahui kadar lumpur (lempung) pada agregat kasar dengan cara pencucian.

ALAT DAN BAHAN

1. Agregat Kadar dengan berat kering 1000 gram

2. Wadah

3. Oven

4. Timbangan

5. Air

6. Saringan no. 200

PROSEDUR PERCOBAAN

W2 – W1

W2

Page 18: PERCOBAAN 1

1. Oven pasir sebanyak 500 gram selama 24 jam.

2. Setelah 24 jam timbang kembali agregat kasar tersebut untuk mendapatkan berat

kering.

3. Setelah ditimbang cucilah pasir dengan cara :

a. Masukkan kedalam saringan no. 200 dan diberi air pencuci secukupnya, sehingga

benda uji terendam.

b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit.

c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih (lumpur

hilang).

4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu 100°C.

5. Setelah dioven, timbang kembali agregat kasar tersebut untuk mendapatkan berat

kering.

ANALISA PERHITUNGAN

Kadar lumpur = x 100%

Dimana :

W2 = berat kering sebelum dicuci (gram)

W1 = berat kering setelah dicuci (gram)

W2 – W1

W2