Upload
koernia1
View
53
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
UJI MATRIAL
Citation preview
1.1 AGREGAT HALUS (PASIR)
Agregat halus merupakan pengisi (filler) berupa pasir. Ukurannya bervariasi antara
ukuran saringan no.4 sampai no. 100 (saringan standar Amerika). Agregat halus yang
baik harus bebas dari bahan organik, lempung, partikel yang lebih kecil dari saringan no.
100 atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Kebanyakan agregat
masih memerlukan adanya pencucian karena terdapat lumpur dan zat-zat organik
didalamnya. Sebagian besar pasir di Indonesia masih banyak mengandung butir-butir
halus, sehingga harus dihilangkan dengan mengadakan pencucian yang juga sekaligus
untuk menghilangkan kotoran-kotoran lumpur, zat-zat organik dan penyaringan di atas
saringan 4,8 mm.
Pasir yang baik harus keras, bersih, tajam, kasar dan tidak mengandung bahan organik.
Diameter pasir antara 0,063 – 5,00 mm. Pasir yang baik bisa diperoleh dari sungai, kali
dan pasir buatan. Pasir buatan haruslah memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Butiran-butirannya tajam, tidak dapat dihancurkan dengan tangan
2. Tidak mudah dihancurkan oleh cuaca
3. Kandungan lumpur maksimum 5% terhadap berat kering, jika kandungan
lumpurnya lebih besar dari 5% maka pasir harus dicuci.
4. Pasir tidak boleh terlalu banyak mengandung bahan organik, hal ini dapat
diketahui dengan percobaan Abrame Harder
5. Pasir harus memenuhi gradasi :
a. Sisa diatas ayakan 4 mm, minimal 2% dari berat kering.
b. Sisa diatas ayakan 1 mm, minimal 10% dari berat kering.
c. Sisa diatas ayakan 0,25 mm, minimal 80-95% dari berat kering
6. Pasir tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali
7. Apabila dicuci dengan larutan Natrium Sulfat, bagian yang hancur harus lebih
kecil dari 10%
PERCOBAAN 1.1.1.
ANALISA SARINGAN / GRADASI AGREGAT HALUS (PASIR)
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui susunan butir agregat dari yang besar sampai halus untuk keperluan
desain beton.
ALAT DAN BAHAN
1. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker)
2. Saringan untuk agregat halus dengan ukuran; 9.5 mm, 4.75 mm ; 2,36 mm,
1,18 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 150 mm, 0,075 mm Pan dan cover
3. Timbangan
4. Oven
5. Pasir 600 gram
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil contoh agregat dengan cara perempat sebanyak 600 gram
2. Oven selama 24 jam.
3. Timbang pasir kering oven sebanyak 600 gr. Kondisi suhu kamar.
4. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai dari
pan, lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan terbesar.
5. Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang saringan pada
mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15 menit.
6. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap.
7. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta
isinya.
8. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
9. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor
kehalusan.
10. Hitung persentase lolos. Plot ke dalam grafik hasil perhitungan lolos.
11. Finess Modulus adalah jumlah kumulatif persen dari suatu perhitungan analisa
ayakan agregat pada seri lubang #0,15 mm, #0,30 mm, #0,60 mm sampai dengan
# saringan maksimum pada seri ayakan dibagi dengan100.
ANALISA PERHITUNGAN
FM pasir =
dimana : FM pasir = modulus kehalusan pasir
% tinggal kumulatif ≥ saringan 0,15
mm 100
PERCOBAAN 1.1.2.
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS (PASIR)
TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bulk apparent spesific gravity dan absorbsi
dari agregat halus (pasir) menurut ASTM C-128.
ALAT DAN BAHAN
1. Pasir 1000 gram
2. Talang (wadah)
3. Air
4. Piknometer 2 buah
5. Timbangan
6. Oven
7. Kerucut kuningan
8. Penumbuk
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang pasir seberat 1000 gram.
2. Rendam selama ± 24 jam.
3. Setelah direndam ± 24 jam, keringkan pasir hingga mencapai keadaan kering
permukaan (SSD). Untuk mengetahui kondisi SSD tercapai, ambil kerucut
kuningan tempatkan di tempat yang rata kemudian masukkan sampel 1/3
bahagian, gunakan penumbuk untuk memadatkan tumbuk 8 kali dengan tinggi
jatuh kurang lebih 5 cm. Untuk lapis kedua ditumbuk 8 kali dan lapis ketiga 7
kali.
4. Timbang kondisi SSD sebanyak 500 gr, ambil 2 sampel.
5. Timbang pycnometer (dalam keadaan kosong).
6. Isi pycnometer dengan air, lalu timbang piknometer yang berisi air tersebut,
tuangkan kembali air apabila sudah ditimbang.
7. Masukkan pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram tadi ke dalam piknometer, lalu
tambahkan air, kocok selama ± 5 menit.
8. Diamkan selama 24 jam untuk mengeluarkan gelembung udara didalamnya.
9. Setelah 24 jam, timbang piknometer + pasir + aquades.
10. Timbang wadah kosong
11. Tuangkan pasir dari piknometer ke dalam wadah tersebut lalu oven selama 24
jam.
12. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan berat
kering
. ANALISA PERHITUNGAN
Berat Jenis Semu (Apparent spesific gravity) =
Bulk spesific gravity on dry basic =
Bulk spesific gravity SSD basic =
Penyerapan (Absorption) = x 100%
Dimana :
Bk = Berat Benda Uji Kering Oven (gram)
B = berat pycnometer berisi (gram)
500 = berat benda uji SSD (500 gram)
Bt = Berat pycnometer berisi benda uji dan air (gram)
BkB + Bk - Bt
Bk
B + 500 - Bt
500
B + 500 - Bt
500
500 - Bk
PERCOBAAN 1.1.3.
BERAT ISI AGREGAT HALUS (PASIR)
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan berat isi agregat halus (pasir) baik dalam kondisi lepas maupun
kondisi padat.
ALAT DAN BAHAN
1. Agregat halus (pasir)
2. Kontainer/mould/ alat penakar
3. Timbangan
4. Tongkat pemadat
PROSEDUR PERCOBAAN
a. Kondisi Lepas
1. Ukur volume kontainer.
2. Timbang kontainer dalam keadaan kosong.
3. Isi kontainer dengan pasir sampai penuh.
4. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata.
5. Timbang berat kontainer + pasir.
b. Kondisi Padat
1. Ukur volume kontainer.
2. Timbang berat kontainer
3. Masukkan agregat halus (pasir) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian, lalu tumbuk
dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
4. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2.
5. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan atas
kontainer lalu tusuk kembali sebanyak 25 kali.
6. Ratakan permukaannya dengan alat perata.
7. Timbang berat kontainer + pasir.
ANALISA PERHITUNGANW2 – W1
Berat isi agregat dalam kondisi kering oven =
Dimana :
W1 = Berat Wadah/Kontainer (kg)
W2 = Berat Wadah/Kontainer beserta benda uji (kg)
V = Volume Kontainer (m³)
PERCOBAAN 1.1.4.
KADAR AIR AGREGAT HALUS (PASIR)
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar air agregat halus (pasir) dengan cara pengeringan. Kadar
air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dalam
keadaan kering. Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat kadar air
beton apabila terjadi perubahan kadar kelembaban beton.
ALAT DAN BAHAN
1. Pasir 1500 gram
2. Timbangan
3. Wadah
4. Oven
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang wadah kosong yang digunakan.
2. Pasir ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan).
3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100 0C.
4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat
kering.
ANALISA PERHITUNGAN
Kadar air (%) = x 100%
Dimana :
W2 = berat basah kondisi lapangan (gram)
W1 = berat kering setelah dioven (gram)
V
W2 – W1
W2
PERCOBAAN 1.1.5.
KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS (PASIR)
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar lumpur (lempung) pada pasir dengan cara pencucian.
ALAT DAN BAHAN
1. Pasir dengan berat kering 500 gram
2. Wadah
3. Oven
4. Timbangan
5. Air
6. Saringan no. 200
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Oven pasir sebanyak 500 gram selama 24 jam.
2. Setelah 24 jam timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat kering.
3. Setelah ditimbang cucilah pasir dengan cara :
a. Masukkan kedalam saringan no. 200 dan diberi air pencuci secukupnya, sehingga
benda uji terendam.
b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit.
c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih (lumpur
hilang).
4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu 100°C.
5. Setelah dioven, timbang kembali pasir tersebut untuk mendapatkan berat kering.
ANALISA PERHITUNGAN
Kadar lumpur = x 100%
Dimana :
W2 = berat kering sebelum dicuci (gram)
W1 = berat kering setelah dicuci (gram)
W2 – W1
W2
1.2 AGREGAT KASAR (KERIKIL)
Agregat kasar beton dapat berupa kerikil hasil disintegrasi alami dari batu batuan atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksud
dengan agregat kasar adalah agrgat dengan besar butiran 5 mm. Jenis agregat ini
permukaannya kasar dan banyak memerlukan air untuk penggunaan dalam beton serta
kegunaannya cukup bagus.
Syarat-syarat agregat kasar antara lain :
a. Agregat kasar harus terdiri dari butir yang keras dan tidak berpori. Agregatkasar
yang tidak mengandung butir-butir pipih hanya dapat digunkan bila jumlah butir
pipih tersebut tidak lebih dari 20% dari jumlah keseluruhanagregat.
b. Butir-butir agregat harus tahan terhadap cuaca.
c. Agregat kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadapberat
kering. Yang diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui saringan no.
200 (saringan ASTM) atau saringan 0,075 mm. Bila kadar lumpur melebihi 1% maka
agregat kasar harus dicuci dulu sebelum.digunakan.
d. Agregat kasar tidak boleh mangandung zat-zat reaktif alkali yang dapat
memecahkan beton jika zat tersebut bereaksi dengan alkali Na2O dan K2O dalam
semen Portland.
e. Kekerasan butiran agregat kasar dapat diperiksa dengan menggunakan mesin
Los Angeles dimana tidak lolos 50% saringan no. 12 (ASTM).
f. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan
harus bergradasi baik.
Butiran-butiran agregat runcing dan sangat kasar. Butiran yang pipih dan memanjang
membutuhkan lebih banyak semen untuk menghasilkan beton yang mudah dikerjakan.
Hal-hal tersebut diatas penting, bukan saja untuk agregat kasar tetapi juga untuk agregat
halus. Biasanya agregat alam bentuknya bundar akan tetapi agregat yang diperoleh dari
pemecahan batu yang sangat bersudut, pipih, sangat tipis dan sangat panjang sebaiknya
tidak usah digunakan.
Karakteristik agregat kasar dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bentuk butir dan keadaan permukaan
a. Bulat dan permukaannya licin, kasar berkristal, berpori
b. Tidak beraturan
c. Bersudut tajam dan permukaannya kasar
d. Pipih
e. Memanjang, panjangnya lebih besar 3 kali dari lebarnya
Butiran agregat mempunyai hubungan erat dengan luas permukaan dan banyaknya
rongga. Perbedaan luas permukaan akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan
dalam pembuatan beton. Dalam beton, rongga-rongga akan diisi oleh pasta dimana
makin banyak pasta yang digunakan makin banyak pula pemakaian semen.
2. Kekuatan agregat
Pada umumnya kekuatan agregat tergantung dari jenis agregat, susunan mineral,
struktur butir. Kekuatan agregat akan sangat berpengaruh pada kekuatan beton.
3. Berat jenis agregat
Berat jenis mutlak yaitu perbandingan antara suatu benda dengan berat air murni pada
volume dan suhu yang sama dimana volume benda tidak termasuk pori-pori
didalamnya. Berat jenis nyata sama dengan berat jenis mutlak tetapi volume pori-pori
yang tidak tembus air. Keadaan SSD yaitu perbandingan berat antara suatu benda
pada SSD dengan berat air murni pada volume dan suhu yang sama dimana volume
benda, pori-pori yang tidak tembus diisi oleh air. Berat jenis kering asma dengan
berat SSD dimana volume benda termasuk seluruh pori-pori yang terkandung dalam
agregat.
4. Pori-pori agregat
Pori-pori pada agregat dibedakan atas :
a. Pori-pori yang tembus air
b. Pori-pori yang tidak tembus air
Besar kecilnya pori-pori sangat tergantung dari jenis batuan dan proses
pembentukannya yang mempengaruhi daya serap agregat. Pada agregat dapat terjadi
kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Kondisi kering mutlak
b. Kondisi kering udara
c. Kondisi kering permukaan (SSD)
d. Kondisi basah
5. Berat isi agregat
Berat isi agregat adalah perbandingan antara berat dan isi, berat nilainya tergantung
dari bagaimana padatnya kita mengisinya, bentuk butir dan susunan butirnya. Jadi
meskipun berat jenis suatu benda sama namun tidaklah mutlak berat benda itu sama.
Syarat- syarat yang harus dipenuhi oleh agregat adalah sebagi berikut :
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil dari disintegrasi dari
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pecahan batu. Pada umumnya
yang dimaksud dengan agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar
dari 5 mm sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat untuk berbagai mutu
beton.
2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
kasar yang tidak mengandung butir-butir pipih hanya dapat digunakan apabila jumlah
butirnya tidak melampaui 20% dari agregat seluruhnya. Agregat kasar tidak mudah
hancur oleh perubahan cuaca.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%(ditentukan
berdasarkan berat keringnya), yang dimaksud dengan lumpur dalam hal ini adalah
bagian dari agregat yang lolos saringan no. 0,075 mm. Apabila kadar lumpurnya
melebihi 1% maka agregat tersebut harus dicuci.
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti
zat-zat reaktif alkali.
5. Kekerasan dari butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff
dengan beban uji seberat 20 ton dan harus dapat memenuhi syarat syarat sebagai
berikut :
a. Tidak terjadi pembekuan sampai fraksi 9,5 – 1,9 mm lebih dari 24% terhadap berat.
b. Tidak terjadi pembekuan sampai fraksi 19 – 30 mmlebih daripada 22% atau mesin
Los Angeles beratnya tidak boleh melebihi 50% berat keseluruhan.
6. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang bervariasi besarnya dan bila
digunakan ayakan dengan susunan ayakan yang telah ditentukan harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Sisa pada ayakan 4 mm harus berkisar 90 – 98% dari berat.
b. Selisih antara sisa kumulatif pada ayakan yang berukuran maksimum 60% dan
minimum 10% dari berat.
7. Berat butir agregat tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara bidang bidang
samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak bersih minimum antara
batang-batang/berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari batasan ini boleh dengan
seizin ahli, cara-cara pengecoran apabila tidak terjadi sarang-sarang kerikil.
PERCOBAAN 1.2.1.
ANALISA SARINGAN / GRADASI AGREGAT KASAR (KERIKIL)
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui susunan butir agregat kasar dari yang besar sampai halus untuk
keperluan desain beton.
ALAT DAN BAHAN
1. Mesin pengguncang saringan (sieve shaker)
2. Saringan untuk agregat halus dengan ukuran; 25 mm ; 19.1 mm, 12.5 mm ;
9.5 mm ; 4.76 mm ; & 2.38 mm untuk agregat kasar..
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
6. Kerikil 2000 gram
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil contoh agregat dengan cara perempat sebanyak 2000 gram.
2. Oven selama 24 jam.
3. Timbang agregat kering oven sebanyak 2000 gr. Kondisi suhu kamar.
4. Timbang saringan satu persatu, lalu susun menurut ukuran saringan. Mulai dari pan,
lubang saringan terkecil dan seterusnya sampai lubang saringan terbesar.
5. Masukkan benda uji pada saringan teratas kemudian tutup. Pasang saringan pada
mesin saringan lalu hidupkan motor pengguncang selama 15 menit.
6. Biarkan selama 5 menit untuk memberi kesempatan debu-debu mengendap.
7. Buka saringan tersebut, kemudian timbang masing-masing saringan beserta isinya.
8. Hitung berat agregat yang tertahan pada masing-masing saringan.
9. Hitung persentase berat tertahan, kumulatifkan untuk mendapatkan faktor kehalusan.
10. Hitung persentase lolos.
11. Plot ke dalam grafik hasil perhitungan lolos.
ANALISA PERHITUNGAN
FM pasir =
dimana : FM pasir = modulus kehalusan pasir
PERCOBAAN 1.2.2.
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR (KERIKIL)
TUJUAN PERCOBAAN
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan bulk apparent spesific gravity dan absorbsi
dari agregat kasar (kerikil) menurut ASTM C-128.
ALAT DAN BAHAN
1. Kerikil 2500 gram
2. Talang (wadah)
3. Aquades
4. Piknometer
5. Lap kain
6. Timbangan
7. Keranjang besi
8. Oven
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil kerikil sebanyak 2500 gram.
2. Rendam selama ± 24 jam.
3. Setelah ± 24 jam, keringkan kerikil hingga mencapai keadaan kering permukaan
(SSD).
4. Timbang kondisi SSD sebanyak 1500 gram di udara.
5. Timbang keranjang kosong dalam air.
% tinggal kumulatif ≥ saringan 0,15
mm 100
6. Timbang keranjang + sampel SSD dalam air.
7. Keluarkan sampel dari keranjang dan oven selama ± 24 jam.
8. Keluarkan sampel dari oven, dinginkan lalu timbang untuk mendapatkan berat kering.
ANALISA PERHITUNGAN
Berat Jenis Semu (Apparent spesific gravity) =
Bulk spesific gravity on dry basic =
Bulk spesific gravity SSD basic =
Penyerapan (Absorption) = x 100%
Dimana :
Bk = Berat Benda Uji Kering Oven (gram)
Bj = Berat benda uji SSD (500 gram)
Ba = Berat benda uji SSD di baeah permukaan air (gram)
PERCOBAAN 1.1.3.
BERAT ISI AGREGAT KASAR
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan berat isi agregat kasar baik dalam kondisi lepas maupun kondisi
padat.
ALAT DAN BAHAN
1. Agregat halus (pasir)
2. Kontainer/mould/ alat penakar
3. Timbangan
4. Tongkat pemadat
BkBk - Ba
Bk
Bj - Ba
Bj
Bj - Ba
Bj
Bj - Bk
PROSEDUR PERCOBAAN
a. Kondisi Lepas
1. Ukur volume kontainer.
2. Timbang kontainer dalam keadaan kosong.
3. Isi kontainer dengan pasir sampai penuh.
4. Ratakan permukaan kontainer dengan alat perata.
5. Timbang berat kontainer + pasir.
c. Kondisi Padat
1. Ukur volume kontainer.
2. Timbang berat kontainer
3. Masukkan agregat halus (pasir) ke dalam kontainer ± 1/3 bagian, lalu tumbuk
dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
4. Ulangi prosedur (3) untuk lapis ke-2.
5. Untuk lapisan terakhir, masukkan agregat hingga melebihi permukaan atas
kontainer lalu tusuk kembali sebanyak 25 kali.
6. Ratakan permukaannya dengan alat perata.
7. Timbang berat kontainer + pasir.
ANALISA PERHITUNGAN
Berat isi agregat dalam kondisi kering oven =
Dimana :
W1 = Berat Wadah/Kontainer (kg)
W2 = Berat Wadah/Kontainer beserta benda uji (kg)
V = Volume Kontainer (m³)
PERCOBAAN 1.1.4.
KADAR AIR AGREGAT KASAR
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menentukan kadar air agregat kasar dengan cara pengeringan. Kadar air agregat
adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat dalam keadaan kering.
Percobaan ini digunakan untuk menyesuaikan berat kadar air beton apabila terjadi
perubahan kadar kelembaban beton.
W2 – W1
V
ALAT DAN BAHAN
1. Pasir 1500 gram
2. Timbangan
3. Wadah
4. Oven
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang wadah kosong yang digunakan.
2. Pasir ditimbang untuk memperoleh berat basah (kondisi lapangan).
3. Setelah itu dioven selama 24 jam dengan suhu 100 0C.
4. Setelah ± 24 jam, dinginkan lalu timbang kembali untuk mendapatkan berat
kering.
ANALISA PERHITUNGAN
Kadar air (%) = x 100%
Dimana :
W2 = berat basah kondisi lapangan (gram)
W1 = berat kering setelah dioven (gram)
PERCOBAAN 1.1.5.
KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui kadar lumpur (lempung) pada agregat kasar dengan cara pencucian.
ALAT DAN BAHAN
1. Agregat Kadar dengan berat kering 1000 gram
2. Wadah
3. Oven
4. Timbangan
5. Air
6. Saringan no. 200
PROSEDUR PERCOBAAN
W2 – W1
W2
1. Oven pasir sebanyak 500 gram selama 24 jam.
2. Setelah 24 jam timbang kembali agregat kasar tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
3. Setelah ditimbang cucilah pasir dengan cara :
a. Masukkan kedalam saringan no. 200 dan diberi air pencuci secukupnya, sehingga
benda uji terendam.
b. Guncang-guncangkan saringan tadi selama ± 5 menit.
c. Ulangi prosedur 3a dan 3b diatas, hingga air pencuci menjadi jernih (lumpur
hilang).
4. Setelah dicuci dikeringkan lagi dengan oven selama 24 jam dengan suhu 100°C.
5. Setelah dioven, timbang kembali agregat kasar tersebut untuk mendapatkan berat
kering.
ANALISA PERHITUNGAN
Kadar lumpur = x 100%
Dimana :
W2 = berat kering sebelum dicuci (gram)
W1 = berat kering setelah dicuci (gram)
W2 – W1
W2