44
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2001 menegaskan bahwa tumbuh kembang anak secara optimal merupakan salah satu hak asasi anak. Modal dasar pembentukan manusia berkualitas sejak bayi dalam kandungan dilanjutkan dengan pemberian air susu ibu (ASI). 1,2 Malnutrisi diakibatkan, secara langsung maupun tidak langsung merupakan penyebab sepertiga kematian anak di bawah 5 tahun. Sedangkan, duapertiga lainnya seringkali dalam keadaan yang tidak mendapatkan nutrisi dengan baik, muncul selama tahun pertama kehidupan. Nutrisi dan pemeliharaan selama tahun pertama kehidupan menjadi hal yang sangat penting bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada infant, tidak ada yang sebaik ASI, dimana 1 dari 3 infant hanya mendapatkan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan. 2,3 Organisasi kesehatan dunia (WHO/World Health Organization) merekomendasikan setiap infant untuk diberikan ASI selama 1 jam pertama kehidupannya, mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, serta pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup, 1

Perbedaan Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Awal Diare Pada Balita Di Rumah Sebelum Dan Sesudah Pendidikan Kesehatan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kedokteran

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resolusi World Health Assembly (WHA) tahun 2001 menegaskan bahwa

tumbuh kembang anak secara optimal merupakan salah satu hak asasi anak.

Modal dasar pembentukan manusia berkualitas sejak bayi dalam kandungan

dilanjutkan dengan pemberian air susu ibu (ASI).1,2

Malnutrisi diakibatkan, secara langsung maupun tidak langsung

merupakan penyebab sepertiga kematian anak di bawah 5 tahun. Sedangkan,

duapertiga lainnya seringkali dalam keadaan yang tidak mendapatkan nutrisi

dengan baik, muncul selama tahun pertama kehidupan. Nutrisi dan

pemeliharaan selama tahun pertama kehidupan menjadi hal yang sangat

penting bagi kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada infant, tidak ada

yang sebaik ASI, dimana 1 dari 3 infant hanya mendapatkan ASI ekslusif

selama 6 bulan pertama kehidupan.2,3

Organisasi kesehatan dunia (WHO/World Health Organization)

merekomendasikan setiap infant untuk diberikan ASI selama 1 jam pertama

kehidupannya, mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, serta pemberian

makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup, aman, bernutrisi tinggi

selama melanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun atau lebih.2,3

ASI adalah metode yang tidak tertandingi dalam makanan ideal untuk

kesehatan dan tumbuh kembang anak, juga merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan yang berimplikasi penting pada kesehatan ibu.3

Pemberian ASI ini pun tidak terlepas dari peranan ibu sebagai penyedia

dari ASI tersebut. Pemberian ASI oleh ibu tentu saja sangat dipengaruhi oleh

tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Dimana tingkat pendidikan secara

langsung akan berdampak pada kualitas pengetahuan ibu tentang ASI.4

Rendahnya prevalensi pemberian ASI eksklusif di Sulawesi Selatan,

diduga disebabkan oleh ketidakmampuan ibu mengatasi masalah menyusui

pada periode awal. Berdasarkan data profil kesehatan Propinsi Sulawesi

Selatan, prevalensi pemberian ASI eksklusif mengalami penurunan yang

1

sangat drastis, dari 60.26% pada tahun 2004 menjadi 48.64% pada tahun

2010, sedangkan target Nasional ialah 80.0%.

Pemberian ASI pada bayi erat kaitannya dengan keputusan ibu bayi.

Penelitian Hannon et al (1997) di Amerika Serikat pada ibu keluarga miskin

menemukan bahwa faktor utama yang mempengaruhi keputusan ibu dalam

praktek pemberian ASI, yaitu pengetahuan ibu mengenai manfaat ASI dan

cara mengatasi kesulitan menyusui. Hal senada dikemukakan oleh Dermer

(2001) bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan ibu memberikan ASI

adalah paparan informasi tentang manfaat ASI dan cara menyusui. Sedangkan

menurut Killewo et al (2002) faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian

ASI di daerah perdesaan Bangladesh adalah persepsi ibu tentang ASI

eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian Ruowei et al (2002) di US bahwa

kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI eksklusif dan persepsi yang

kurang tepat tentang ASI eksklusif akan mempengaruhi praktek ibu untuk

memberikan ASI eksklusif kepada bayi. Hasil penelitian Afifah 2007 di

Semarang menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan ibu menjadi faktor

pendorong kegagalan pemberian ASI Eksklusif dan disarankan untuk

meningkatkan pengetahuan saat hamil.5,6

Oleh karena itu, pemberian edukasi sangat penting untuk memberikan

dukungan kepada ibu serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu

tentang teknik dan cara pemberian ASI. Kelas edukasi ibu adalah metode

pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif yang

diberikan sebelum dan saat ibu hamil ataupun pada ibu menyusui. 7

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka mendorong penulis untuk

melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Pengetahuan Ibu Tentang

Praktek Pemberian ASI Eksklusif Sebelum dan Sesudah Kelas Edukasi di

Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Makassar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Perbedaan

2

Pengetahuan Ibu tentang Praktek Pemberian ASI Eksklusif Sebelum dan

Sesudah Kelas Edukasi di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Makassar?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui

perbedaan pengetahuan Ibu tentang praktek pemberian ASI Eksklusif

sebelum dan sesudah kelas edukasi di wilayah kerja Puskesmas

Tamalanrea Makassar.”

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan ibu tentang manfaat

pemberian ASI serta bagaimana praktek pemberian ASI Eksklusif

sebelum mengikuti kelas edukasi.

b. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan ibu tentang manfaat

pemberian ASI serta bagaimana praktek pemberian ASI Eksklusif

setelah mengikuti kelas edukasi.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan (Puskesmas)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk

Puskesmas, dalam mengevaluasi program yang sedang berjalan. Selain itu

hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan pengambilan

keputusan, kebijakan dan perbaikan dalam usaha meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang ASI eksklusif serta pengaplikasiannya di

kota Makassar.

2. Bagi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasanah ilmu

pengetahuan dan memicu penelitian lainnya, khususnya yang berkaitan

dengan pemberian ASI eksklusif sehingga dapat meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang pentingnya ASI eksklusif.

3

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan informasi

bagi peneliti lainnya dan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk

melakukan penelitian yang lebih lanjut terkait intervensi lain yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang praktek

pemberian ASI eksklusif.

4. Bagi Keluarga

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi kelurga

terutama ibu dalam mengetahui pentingnya pemberian ASI eksklusif serta

praktek pemberian ASI eksklusif.

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

1) Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan “what”. Pengetahuan adalah apa

yang diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi

tahu. Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia

yang merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk tahu.8

2) Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh

manusia melalui pengalaman akal. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau

kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan

sebelumnya, misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang

baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,

rasa, dan aroma masakan tersebut. 9

3) Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud

dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi,

persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya.

Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi,

akidah, dan pikiran-pikiran.10

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkat pengetahuan yang

dicapai dalam domain kognitif yaitu :11

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know)

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk

5

mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya,

aplikasi ini dapat sebagai aplikasi atau penggunakaan hukum-

hukum, rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi

masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja dapat menggambarkan, membedakan,

mengelompokkan dan lain sebagainya. Analisa merupakan

kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan, dan sebagainya.

5) Sintesa (Syntesis)

Sintesa adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formasi baru dari informasi-informasi yang ada

misalnya dapat menyusun,dapat menggunakan, dapat meringkas,

dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan yang telah

ada.

6

6) Evaluasi (Evaluating)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang

Erfandi (2009) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu : 12

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Sehingga dengan pendidikan

tinggi seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,

baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak

informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang

didapat tentang kesehatan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan

dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun

perlu ditekankan bahwa seseroang yang berpendidikan rendah

tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan

tetapi juga dapat dieproleh pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga

mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua

aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang

terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari oobjek

yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap

objek tersebut.

7

2) Massa media/ Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau

oeningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televise, radio, surat Kabupatenar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan orang.

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,

media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang

dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru

mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun

tidak melakukan. Suatu ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal-balik ataupun tidak yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu

8

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan

professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan

etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang

pula daya dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik. Pada usia pertengahan, individu

akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial

serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia

pertengahan akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk

membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan

kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada

usia ini.

2.2 Air Susu Ibu (ASI)

2.2.1 Definisi ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan pertama alami bagi bayi, yang

menyediakan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi selama

bulan pertama kehidupannya, dan terus menyediakan setengah, bahkan

lebih, kebutuhan nutrisi anak selama 6 bulan kedua tahun pertama

kehidupannya.13

2.2.2. Kandungan ASI

9

ASI merupakan makanan paling ideal bagi bayi. Hal ini

dikarenakan banyaknya kandungan gizi dalam ASI dibandingkan

dengan makanan bayi lainnya ataupun susu yang dihasilkan oleh sapi,

kerbau, dan lain –lain.4 Komposisi gizi yang terkandung dalam ASI

dapat diuraikan sebagai berikut: 14,15,16,17

a. Lemak.

Kandungan lemak dalam ASI adalah sekitar 35%.Lemak yang

terkandung dalam ASI merupakan lemak tak jenuh.Asam lemak ini

sangat mudah dicerna oleh bayi dibandingkan asam lemak jenuh.ASI

juga mengandung asam lemak omega-3 (berupa AA) yang sangat

dibutuhkan dalam perkembangan otak. Lemak membantu

penyerapan vitamin A , D , E , dan K serta berperan pula sebagai

sumber energi dan pembentuk dinding sel. Lemak banyak jenisnya,

yaiti trigliserida , asam oleat , dan kolesterol. Omega-3 , omega-9 ,

dan asam lemak esensial merupakan asam oleat.

b. Protein.

Dalam hal ini, yang harus diperhatikan adalah kandungan asam

amino dan mutu cernanya. Protein susu dapat dibagi dalam dua

golongan yaitu kasein dan whey( Laktalbumin ). ASI mengandung

0,7-0,9 g/dl whey dan 0,4-0,5 g/dl kasein. Komposisi ini sangat ideal

dibandingkan dengan susu sapi yang mengandung sekitar 80%

kasein. Padahal, kasein sangat mudah menggumpal di dalam

lambung, sehingga akan sulit dicerna oleh enzim proteinase.

c. Karbohidrat.

Peranan karbohidrat terutama diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

energi. ASI mengandung laktosa sekitar 7%. Kadar laktosa yang

tinggi akan berpengaruh pada pertumbuhan lactobacillus.

Keberadaan lactobacillus dalam usus dapat mencegah terjadinya

infeksi. Kadar laktosa yang tinggi juga dapat memperbaiki

penahanan mineral – mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.

d. Mineral.

10

Kadar mineral dalam ASI sekitar 124,4 g/dl. Jika kadar mineral ini

lebih tinggi maka akan terjadi beban osmolar. Akibatnya, bayi akan

sering buang air kecil. Oleh karena ginjal pada bayi belum berfungsi

sempurna, maka kadar mineral yang terlalu tinggi akan

menyebabkan terganggunya keseimbangan air dalam tubuh.

e. Vitamin.

Vitamin dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang tidak terlalu

besar. Akan tetapi, kebutuhan akan vitamin tidak dapat diabaikan.

Kekurangan vitamin dapat mengganggu kesehatan dan menimbulkan

penyakit tertentu. Namun, perlu disadari juga, pemberian vitamin

dalam jumlah besar juga akan mengganggu kesehatan.

Kebutuhan bayi akan vitamin dapat dipenuhi oleh ibu selama 4-6 bulan

pertama jika asupan makanan ibu cukup seimbang.Kandungan lain

yang terdapat dalam ASI dapat diuraikan dalam tabel berikut :

Komposisi Kadar ( g/dl )LemakProtein- Whey- Kasein

KarbohidratMineral

- Na- K- Ca- P- Cl- Mg- Fe- Cu- Zn- Mn

Vitamin- A- D- B1- B2- C- B6- B12

- Niasin

3 – 5,5

0,7 – 0,90,4 – 0,56,6 – 7,1

10403010304

0,2---

150 – 2706

0,0170,034,40,020,040,17

11

- Pantotenat A- Asam Folat

- Biotin

0,240,20,2

Komponen unggul yang terdapat dalam ASI :

Komponen PerananFaktor bifidus

Laktoferin

Laktoperoksidase

Antisthapiloccocus

Sel fagosit

Komplemen

Limfosit dan makrofag

Lisosim

Interferon

Faktor pertumbuhan epidermis

Mendukung perkembangan bakteri menguntungkandan mencegah pertumbuhan bakteri patogen

Mengikat zat besi dalam ASI sehingga zat besi tidak digunakan oleh bakteri patogen

Membunuh bakteri patogen

Menghambat pertumbuhan sthapilococcus patogen

Memakan bakteri patogen

Memperkuat kegiatan fagosit

Mengeluarkan Zat antibodi untuk meningkatkan imunitas terhadap penyakit.

Membantu pencegahan terjadinya infeksi

Menghambat pertumbuhan virus

Membantu pertumbuhan selaput usus bayi agar zat yang merugikan tidak masuk ke pembuluh darah.

2.2.3. Manfaat ASI

ASI dapat memicu perkembangan sensorik dan kognitif, dan

melindungi infant terhadap berbagai penyakit infeksi dan kronik.

Selain itu, terdapat beberapa manfaat lain dari pemberian ASI, antara

lain berkontribusi dalam menyehatkan ibu, membantu memberikan

jarak kelahiran, mengurangi resiko kanker, meningkatkan sumber daya

manusia, serta aman bagi lingkungan.13,14

2.2.4. Pembentukan ASI

Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan

kehamilan.Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air,

lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan

12

tegang dan sakit. Segera setelah terjadi kehamilan maka corpus luteum

berkembang terus dan mengeluarkan estrogen dan progesterone, untuk

mempersiapkan payudara, agar pada waktunya dapat memberikan ASI.

Estrogen akan mempersiapkan kelenjar dan saluran ASI dalam bentuk

proliferasi, deposit lemak, air, dan elektrolit, jaringan ikat makin

banyak dan mioepitel di sekitar kelenjar mammae semakin membesar.

Sedangkan progesterone meningkatkan kematangan kelenjar mammae

bersama dengan lainnya.1

Hormon prolaktin yang sangat penting dalam pembentukan dan

pengeluaran ASI makin bertambah, tetapi fungsinya belum mampu

mengeluarkan ASI karena dihalangi oleh hormone estrogen,

progesterone, dan human placental lactogen hormone. Produksi

oksitosin meningkat oleh hipofisis posterior, tetapi juga belum

berfungsi mengeluarkan ASI karena dihalangi oleh hormone estrogen

dan progesterone. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan,

perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak.

Payudara makin besar, putting susu makin menonjol, pembuluh darah

makin tampak, dan areola mammae makin menghitam.1

2.2.5. Pemberian ASI

Beberapa tahun yang lalu dicetuskan gagasan menjadwalkan

pemberian ASI, untuk meningkatkan tumbuh kembang bayi. Suasana

demikian menguntungkan pabrik susu formula dan ibu-ibu yang

mempunyai aktifitas di luar rumah. Berbagai penelitian menunjukkan

gagasan memisahkan bayi dengan ibu, menjadwalkan pemberian ASI,

dan menggantikannya dengan susu formula, kurang menguntungkan.

Banyak terjadi penyakit diare dan mudah terkena infeksi penyakit

lainnya. Pemberian ASI segera dan dilanjutkan selama 2 tahun dapat

meningkatkan kesehatan dan tumbuh kembang bayi.1

2.2.5.1 ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan mortalitas akibat

penyakit masa kanak-kanak seperti diare atau pneumonia, serta

membantu proses penyembuhan selama menderita penyakit.3

13

2.2.6. Perbedaan Keluaran ASI

2.2.6.1. Kolostrum: berwarna kuning jernih dengan protein berkadar

tinggi, mengandung immunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na,

K, Ca, Zn, Fe), vitamin (A, E, K, dan D), lemak dan rendah

laktosa, pengeluaran kolostrum berlangsung sekitar 2-3 hari

dan diikuti ASI yang mulai berwarna putih.1

2.2.6.2. ASI Transisi (antara): mulai berwarna putih bening dengan

susunan yang disesuaikan kebutuhan bayi, dan kemampuan

mencerna usus bayi.1

2.2.6.3. ASI Sempurna (matur): pengeluaran ASI penuh sesuai dengan

perkembangan usus bayi, sehingga dapat menerima susunan

ASI sempurna.1

2.2.7. Keuntungan dan Kerugian ASI

2.2.7.1. Keuntungan1

• Memberikan ASI sesuai dengan tugas seorang ibu, sehingga

dapat meningkatkan martabat wanita dan sekaligus

meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

• ASI telah disiapkan sejak mulai kehamilan sehingga sesuai

dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.

• ASI mempunyai kelebihan dalam susunan kimia, komposisi

biologis dan memiliki substansia spesifik untuk bayi.

• ASI siap setiap saat untuk diberikan kepada bayi dengan

sterilitas yang terjamin.

• ASI dapat disimpan selama 8 jam tanpa perubahan apapun,

sedangkan susu botol hanya cukup 4 jam.

• Karena bersifat spesifik, maka pertumbuhan bayi baik dan

terhindar dari beberapa penyakit tertentu.

• Bayi mengukur sendiri rasa laparnya sehingga metode

pemberian ASI dengan cara call feeding.

2.2.7.2. Kerugian1

• Waktu pemberian ASI tidak terjadwal, bergantung pada

bayinya.

14

• Kesiapan ibu untuk memberikan bayi setiap saat.

2.2.8. Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

2.2.8.1. Sosial Ekonomi 17,18

Faktor sosial ekonomi sangat berperan dimana sosial ekonomi yang

cukup atau baik akan memudahkan mencari pelayanan kesehatan

yang lebih baik. Faktor ekonomi berkaitan erat dengan konsumsi

makanan atau dalam penyajian makanan keluarga khususnya dalam

pemberian ASI. Kebanyakan penduduk dapat dikatakan masih

kurang mencukupi kebutuhan dirinya sendiri. Keadaan umum ini

dikarenakan rendahnya pendapatan yang mereka peroleh dan

banyaknya anggota keluarga yang harus diberi makan dengan jumlah

pendapatan rendah.

2.2.8.2. Status Pekerjaan 17,18

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi

ibu-ibu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga,

(Markum,2003). Seorang yang memerlukan banyak waktu dan

tenaga untuk menyeleseikan pekerjaan yang dianggap penting dan

memerlukan perhatian dengan adanya pekerjaan. Masyarakat yang

sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh

informasi, sehingga tingkat pendidikan yang mereka peroleh juga

berkurang, sehingga tidak ada waktu untuk memberikan ASI pada

bayinya.

2.2.8.3. Sosial Budaya 17,18

• Faktor sosial budaya sangat berperan dalam proses terjadinya

masalah pemberian ASI diberbagai kalangan masyarakat.

Beberapa unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan

untuk tidak memberikan ASI karena merasa ketinggalan zaman

jika menyusui bayinya, hal ini sangat bertentangan dengan

berbagai prinsip yang ada.

• Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya

antara lain sikap terhadap makanan, pemberian ASI, pantangan,

takhayul dan tahu yang menyebabkan konsumsi pemberian ASI

15

menjadi rendah. Adanya pantangan tersebut didasarkan pada

keagamaan, tetapi ada pula yang merupakan tradisi yang

menurun.

2.2.8.4. Perawatan Waktu Persalinan 17,18

• Pertolongan pertama dan terakhir kelahiran ditenaga kesehatan

sangat penting dalam pengupayaan keberhasilan pemberian ASI

sejak dini di tempat pelayanan ibu bersalin sangat tergantung pada

petugas kesehatan, karena mereka adalah orang yang pertama

akan membantu ibu bersalin melakukan pemberian ASI sejak dini.

• Pada saat perawatan antenatal petugas kesehatan harus memotivasi

ibu untuk memperhatikan dan mempersiapkan payudara dengan

melakukan perawatan payudara secara teratur. Pada trimester III

kehamilan, petugas kesehatan harus memberikan dorongan

psikologis kepada ibu dengan mengemukakan berbagai manfaat

pemberian ASI.

2.2.8.5. Ketenangan Jiwa dan Pikiran 17,18

Pemberian ASI dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang selalu

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan berbagai

bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan

produksi ASI tidak bisa terjadi.

2.2.8.6. Kemauan Ibu 17,18

Seorang ibu yang secara tidak sadar berpendapat bahwa menyusui

hanyalah merupakan beban saja bagi kebebasan pribadinya atau

hanya memperburuk ukuran tubuhnya, tidak akan dapat menyusui

anaknya dengan baik perasaan tersebut mempunyai pengaruh negatif

terhadap produksi susu.

2.2.8.7 Karakteristik Ibu

2.2.8.7.1. Tingkat Pendidikan Dalam Pemberian ASI

• Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang

ditempuh seseorang tingkat pendidikan merupakan suatu wahana

untuk mendasari seseorang berperilaku secara ilmiah.

16

• Tingkat pendidikan yang rendah akan susah mencerna pesan atau

informasi yang disampaikan

• Pendidikan diperoleh melalui proses belajar yang khusus

diselenggarakan dalam waktu tertentu, tempat tertentu dan

kurikulum tertentu, namun dapat diperoleh dari bimbingan yang

diselenggarakan setiap waktu dengan maksud mempertinggi

kemampuan atau ketrampilan khusus. Dalam garis besar ada tiga

tingkatan pendidikan yaitu pendidikan rendah, pendidikan

menengah, dan tinggi. Masing-masing tingkat pendidikan

tersebut memberikan tingkat pengetahuan tertentu yang sesuai

dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan

formal yang diperoleh, semakin tinggi pula pengetahuan tentang

pemberian ASI yang dimiliki.

• Pendidikan tentang pemberian ASI merupakan suatu proses

mengubah kepribadian, sikap, dan pengertian tentang ASI

sehingga tercipta pola kebudayaan dalam memberikan ASI

secara tanpa tambahan bahan makanan apapun. Berpedoman

pada tujuan pendidikan diperkirakan bahwa semakin

meningkatnya pendidikan yang dicapai sebagian besar penduduk,

semakin membantu kemudahan pembinaan akan pentingnya

pemberian ASI pada bayi.

2.2.8.7.2. Umur Ibu 17,18

• Umur adalah lama hidup individu terhitung saat mulai dilahirkan

sampai berulang tahun.

• Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih

matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya

dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini

sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa.

2.2.8.7.3. Pengetahuan 17,18

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh FKUI tampak bahwa ibu

yang berpendidikan rendah sampai menengah lebih cepat

17

Perbedaan Pengetahuan Ibu tentang Praktek Pemberian ASI Eksklusif Sebelum dan Sesudah Kelas Edukasi

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :1. Pendidikan2. Media Masa/ Informasi3. Sosial Budaya dan ekonomi4. Lingkungan5. Pengalaman6. Usia

Air Susu Ibu (ASI) :1. Definisi ASI2. Kandungan ASI3. Manfaat ASI4. Pembentukan ASI5. Pemberian ASI Eksklusif6. Keuntungan Pemberian ASI

Kelas Edukasi :1. Definisi2. Tujuan3. Metode Pembelajaran Dalam Kelas Edukasi

memberikan susu botol daripada ibu yang tidak berpendidikan

formal. Ibu yang tidak formal sebagian telah mengetahui apa

manfaat serta keuntungan ASI sehingga mendorong ibu untuk

menyusui bayinya sendiri.

2.3 Kerangka Teori

Gambar 1 : Kerangka Teori

18

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti

Dalam penelitian-penelitian sebelumnya diketahui bahwa pemberian ASI

eksklusif sesuai rekomendasi WHO dinilai sangat bermanfaat, baik bagi kesehatan

dan tumbuh kembang anak, maupun bagi ibunya sendiri. Namun, ternyata

pelaksaan dari rekomendasi tersebut dalam bentuk kebijakan-kebijakan

pemerintah kota Makassar maupun kegiatan-kegiatan lain untuk merangsang

kesadaran masyarakat tentang ASI terbukti masih belum efektif dan kurang

merata.

Pelaksanaan ini tentu saja tidak terlepas dari peranan ibu itu sendiri

berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya, serta pelaksanaan dari

pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu, pengetahuan ini dinilai sangat penting

sebagai langkah awal dari keberhasilan program-program pemberian ASI.

Pengetahuan ini dapat diperoleh dari mana saja, salah satunya adalah adanya kelas

edukasi bagi para ibu.

3.2. Kerangka Konseptual Penelitian

Penelitian ini ingin melihat hubungan antara kelas edukasi dengan

pengetahuan ibu, yaitu ada tidaknya perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah

intervensi kelas edukasi.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan teori yang telah dikemukakan,

diperoleh gambaran untuk penyusunan kerangka konsep penelitian sebagai

berikut :

19

Pengetahuan Ibu yang Memiliki Bayi atau Sedang Hamil

Perbedaan Pengetahuan Ibu tentang Praktek Pemberian ASI Eksklusif

Sebelum Intervensi Kelas Edukasi

Karakteristik Ibu :1. Usia

2. Pendidikan 3. Pekerjaan

4. Sumber informasi

Sesudah Intervensi Kelas Edukasi

Gambar 2 : Kerangka Konseptual

3.3. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel Independen pada penelitian ini adalah kelas edukasi

berupa penyuluhan dan diskusi tentang praktek pemberian ASI eksklusif.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu

tentang praktek pemberian ASI eksklusif.

3.4. Definisi Operasioal

3.4.1. Kelas Edukasi

a. Definisi : Proses pemberian informasi mengenai praktek

pemberian ASI eksklusif melalui penyuluhan dan

diskusi.

b. Alat Ukur : Lembar alat pengumpulan data karakteristik

responden.

20

c. Cara Ukur : Dengan melihat kuesioner tentang keikutsertaan

responden.

d. Hasil Ukur :0 = Tidak mengikuti kelas edukasi tentang praktek

pemberian ASI eksklusif.

1= Mengikuti kelas edukasi tentang praktek

pemberian ASI eksklusif.

3.4.2. Pengetahuan

a. Definisi : Segala sesuatu yang diketahui atau dijawab oleh ibu

berhubungan dengan praktek pemberian ASI

eksklusif.

b. Alat Ukur : Kuesioner pengetahuan tentang praktek pemberian

ASI eksklusif.

c. Cara Ukur : Dengan melihat skor yang diperoleh responden,

kemudian membandingkan dengan skor maksimal

dan dikalikan 100.

d. Hasil Ukur :Skor pengetahuan dengan rentang 0-100.

3.4.3. Usia Ibu

a. Definisi : Lama hidup responden dalam tahun yang dihitung

sejak lahir sampai dengan dilakukan penelitian.

b. Alat Ukur : Lembar alat pengumpulan data karakteristik

responden.

c. Cara Ukur : menghitung lama waktu antara tanggal lahir ibu

sampai dengan saat penelitian.

d. Hasil Ukur : 1. Kurang dari 20 tahun

2. Antara 20 – 25 tahun

3. Antara 26 – 30 tahun

4. Antara 31 – 35 tahun

5. Antara 36 – 40 tahun

6. Lebih dari 40 tahun

21

3.4.4. Pendidikan Ibu

a. Definisi : Pendidikan formal terakhir ibu.

b. Alat Ukur : Lembar alat pengumpulan data karakteristik

responden.

c. Cara Ukur : Berdasarkan kuesioner tentang tingkat pendidikan

yang diisi oleh ibu.

d. Hasil Ukur : 1. Tidak pernah sekolah

2. Tidak tamat SD

3. Tamat SD

4. Tamat SMP

5. Tamat SMA

6. Tamat Perguruan Tinggi

3.4.5. Pekerjaan Ibu

a. Definisi : Kegiatan rutin yang dilakukan dalam upaya

mendapatkan penghasilan untuk pemenuhan

kebutuhan hidup keluarga.

b. Alat Ukur : Lembar alat pengumpulan data karakteristik

responden.

c. Cara Ukur : Berdasarkan kuesioner tentang jenis pekerjaan yang

diisi oleh ibu.

d. Hasil Ukur : 1. Ibu rumah tangga

2. Karyawan

3. Guru

4. Bidan atau petugas kesehatan

5. Wiraswasta

6. Lain-lain.

3.4.6. Sumber Informasi

a. Definisi : Segala media yang menjadi sumber pengetahuan bagi

responden.

22

b. Alat Ukur : Lembar alat pengumpulan data karakteristik

responden.

c. Cara Ukur : Berdasarkan kuesioner tentang sumber informasi

mengenai praktek pemberian ASI eksklusif yang diisi

oleh ibu.

d. Hasil Ukur : 1. Petugas Kesehatan Puskesmas, yaitu dokter,

bidan/perawat, kader Posyandu, dan lain-lain.

2. Media cetak yaitu surat kabar, buku, brosur, dan

lain-lain

3. Media elektronik, yaitu televisi, radio, dan

internet.

4. Tetangga

5. Baru tahu

6. Lain-lain

23

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai mencari hubungan sebab dan

akibat antar variabel yang dilakukan di masyrakat khususnya ibu yang

memiliki bayi atau sedang hamil, maka jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian deskriptif dengan rancangan One group pretest - posttest

design yaitu dengan melihat hasil pengisian kuesioner oleh ibu tentang

praktek pemberian ASI eksklusif sebelum dan sesudah intervensi kelas

edukasi. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan desain ini adalah

tidak memerlukan randomisasi atau sistem pengacakan pada pemilihan

sampel dalam kelompok yang akan diteliti.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea

Makassar.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu di lapangan yaitu pada 31

Maret – 11 April 2014.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi untuk penelitian ini adalah semua ibu yang mengikuti kelas

edukasi.

4.3.2. Sampel

Sampel untuk penelitian ini adalah para ibu yang mengikuti kelas edukasi.

Pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan teknik total

sampling.

24

4.4. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode

consecutive sampling yaitu mengambil sampel yang sesuai dengan ketentuan

atau persyaratan sampel dari populasi tertentu yang paling mudah dijangkau

atau didapatkan.

4.4.1. Kriteria Inklusi

1 Ibu yang mengikuti kelas edukasi

2. Mengisi kuesioner yang diberikan

3. Ibu bisa membaca dan menulis

4.4.2. Kriteria Ekslusi

1. Tidak bersedia menjadi sampel penelitian.

2. Ibu yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap.

4.5. Jenis Data dan Instrumen Penelitian

4.5.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah primer yang diperoleh

melalui pengisian kuesioner oleh responden.

4.5.2. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan

dengan variable penelitian yang harus dijawab responden.

2. Materi kelas edukasi mengenai ASI, kandungan ASI, manfaat asi, dan

praktek pemberian ASI eksklusif.

3. Komputer dengan program pengolahan data

4. Flipchart atau Proyektor

5. Alat Tulis

4.6. Manajemen Data

4.6.1. Pengumpulan data

Pegumpuan data dilakukan setelah meminta perizinan dari instansi

tempat diadakannya penelitian, dalam hal ini Puskesmas Tamalanrea

Makassar. Kemudian dengan bantuan Petugas Kesehatan yang ada di

25

Populasi

Pre-Test

Pendidikan Kesehatan

Post-Test

Analisa Data

Puskesmas. peneliti melakukan kelas edukasi. Data yang diperoleh yaitu

hasil dari pengisian kuesioner sebelum dan sesudah dilakukannya

pendidikan kesehatan.

4.6.2. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program

komputer SPSS 16.0 dan Microsoft Exel untuk memperoleh hasil statistic

deskriptif yang diperlukan.

4.6.3. Penyajian data

Data yang telah diolah dan di interpretasikan akan disajikan dalam

bentuk tabel, diagram dan grafik untuk menggambaran distribusi,

frekuensi penjelasan yang sesuai.

4.7. Etika Penelitian

1. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan perizinan kepada

pimpinan daerah tempat Puskesmas berada yaitu dengan menyertakan

surat pengantar yang ditujukan kepada pihak pemerintah setempat sebagai

permohonan izin untuk melakukan penelitian.

2. Menjaga kerahasiaan data responden yang terdapat pada lembar kuesioner

sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas penelitian

yang dilakukan.

4.7 Alur Penelitian

26

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

27

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Virosa, Deviana. [Serial Online] 28 September 2012. Penggunaan ASI (Air

Susu Ibu) pada Bayi. [Diambil dari] http://devianavirosa.

blogspot.com/2012/09/jurnal-asi-esklusif.html. [Diakses pada] 3 Maret

2014.

2. Anonim. [Serial Online] 2012. Promoting Proper Feeding for Infants and

Young Children. [Diambil dari]

http://www.who.int/nutrition/topics/infantfeeding/en/index.html. [Diakses

pada] 3 Maret 2014.

3. Anonim. [Serial Online] 2012. Exclusive Breastfeeding. [Diambil dari]

http://www.who.int/nutrition/topics/exclusive_breastfeeding/en/index.html

[Diakses pada] 3 Maret 2014.

4. Almatzier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

5. Arifah, 2011. Psikologi bayi. Available from :

http://arifahpratidina.blogspot.com [Diakses pada] 3 Maret 2014.

6. Krisnatuti,W. 2000. Pemeliharaan Gizi bayi dan balita. Jakarta : PT. Bhatara

Niaga Media.

7. Muchtadi, D. 2002. Gizi untuk bayi. Jakarta: Pustaka SinarHarapan.

8. Ni Made Gunastri, 2009, Pengaruh Karakteristik Individu, Karakteristik

Pekerjaan dan Karakteristik Organisasi Terhadap Motivasi Kerja

Karyawan Pada CV. Kecak Denpasar, Forum Manajemen, Volume 7,

Nomer 1.

9. Nisfiannoor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistika Modern untuk Ilmu

Sosial. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

10. Nurjanah. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi

terhadap Komitmen Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan

(Studi pada Biro Lingkup Departemen Pertanian). Tesis. Magister

Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.

11. Pabundu Tika. 2006. Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja

Perusahan. Jakarta: Bumi Aksara.

29

12. Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk

Perusahaan. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

13. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan (Edisi Revisi).

Jakarta: Rineka Cipta.

14. Oryz, medika. 2008. Promosi Susu Menghambat Asi Eksklusif Pada Bayi 6-

11 Bulan Di Kelurahan Formula Pemberian Pa’baeng- Baeng Makassar.

from: indonesia.blogspot.com/2007/03Tahun 2007.

15. Pudjiadji, S. 2005. Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta: FKUI.

16. Retnowati. 2008. Hubungan pengetahuan ibu tentang perkembangan bayi

dengan pola pemberian makan pada bayi umur 6-12 bulan di kelurahan

jenggrik. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id.

17. Roesli, U. 2000. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus

18. Nerendra. 2005. Tumbuh kembang anak dan remaja. Jakarta:IDAI

30