20
1 PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA ES BATU YANG BERBAHAN BAKU AIR PDAM DAN NON PDAM PADA PENJUAL MINUMAN DISEKITAR STADION MANAHAN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Nabila Rasyida Fajriaty J500120073 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

  • Upload
    letram

  • View
    269

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

1

PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA

ES BATU YANG BERBAHAN BAKU AIR PDAM DAN NON PDAM PADA

PENJUAL MINUMAN DISEKITAR STADION MANAHAN SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

Nabila Rasyida Fajriaty

J500120073

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

2

Page 3: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

3

Page 4: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

4

Page 5: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

5

PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA ES BATU YANG

BERBAHAN BAKU AIR PDAM DAN NON PDAM PADA PENJUAL MINUMAN

DISEKITAR STADION MANAHAN SURAKARTA

ABSTRAK

Air merupakan bahan baku utama dari pembuatan es batu yang harus memenuhi persyaratan dan sesuai

standart. Air yang banyak dimanfaatkan masyarakat yaitu air yang berasal dari air PDAM (Perusahaan Daerah

Air Minum), air waduk, air sungai, air sumur, dan air hujan. Nilai sanitasi dan higienitas yang baik suatu

minuman adalah dengan tidak ditemukan bakteri Escherichia coli sebagai parameter. Untuk mengetahui jumlah

bakteri Escherichia coli dan kualitas yang terdapat di dalam es batu yang digunakan penjual warung makan

disekitar Stadion Manahan Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil

observasi langsung pada 39 warung disekitar Stadion Manahan Kota Surakarta. Air es batu yang berbahan baku

air PDAM dan air non PDAM di sekitar Stadion Manahan Surakarta menunjukkan bahwa terdapat 14,55 % dari

19 sampel yang berbahan baku air PDAM yang tercemar bakteri E. coli tapi masih memenuhi syarat untuk

dikonsumsi. Sedangkan pada air yang berbahan baku non PDAM terdapat 25% dari sampel dan ditemukan

sekitar 267 bakteri E.coli per 100 ml dan dikatakan tidak layak untuk dikonsumsi. terdapat perbedaan

pencemaran bakteri E. coli pada es batu yang menggunakan bahan baku air PDAM dan non PDAM pada es batu

yang digunakan penjual warung makan disekitar Stadion Manahan Kota Surakarta.

Kata kunci: es batu, air, PDAM, E.coli

ABSTRACT

Water is the main ingredient of ice cube thus it has to fulfill the standard. Water sources that is mostly used by

community are PDAM water, pond water, well water and raining water. The indicator of water hygiene is the

absence of Escherichia coli. To know the water quality and the number of Escherichia coli presence in ice cubes

sold around Manahan Sport Center Surakarta. This study usedprimary data from direct observation in 39 stalls

around Manahan Sport Center Surakarta. There were 14,55% from 19 samples of ice cubes made from PDAM

water contaminated by E. coli bacteria but still fulfilled the standard for consumption. Meanwhile, there were

25% from ice cubes made from non PDAM water and there were 267 E. coli bacteria was found per 100 ml thus

it didn’t meet the standard for consumption. There is a difference of E. coli contamination between ice cubes

made from PDAM water and non PDAM water and non PDAM water that is sold in drinking stalls around

Manahan Sport Center

Keywords: ice cubes, water, PDAM, E. coli

Page 6: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

6

1. PENDAHULUAN

Es batu merupakan bahan pelengkap yang berasal dari air yang dibekukan di dalam lemari

pendingin. Pembekuan es batu melalui proses pendinginan air dibawah suhu 00 C. Air yang

digunakan dalam proses pembuatan es batu haruslah air yang bahan baku higienis dan sudah

memenuhi standar sanitasi (Hadi, 2014).

Standar pembuatan es batu telah di atur dalam Peraturan Menteri Kesehatan

(Permenkes), yaitu air atau bahan baku pembuatan es batu harus tidak berbau, tidak

berwarna, tidak berasa, dan tidak boleh mengandung bakteri. Untuk menguji kualitas air

dapat ditentukan berdasarkan perhitungan indeks Most Probable Number (MPN) . Jumlah

Escherichia coli (E. coli) digunakansebagai indikator dari pemeriksaan air yang merupakan

bahan baku es batu tersebut, tidak boleh melewati batas yang di tentukan yaitu 0/100 ml.

Penjelasan dari nilai tersebut adalah bahwa tidak boleh ditemukan satupun bakteri E. coli dari

100 ml air (Menkes, 2010). Keberadaan bakteri menyebabkan rendahnya kualitas es batu

yang berasal dari berbagai hal seperti: bahan baku (air) dan alat-alat yang digunakan dalam

proses pembuatan es batu. Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat

minuman jajanan yaitu air dan es. Dari kedua bahan dasar ini bisa meningkatkan resiko

terjadinya kontaminasi bakteri, misalkan dari pemilihan air untuk digunakan, banyak

pedagang yang menggunakan air galon isi ulang, air PDAM (Perusahaan Daerah Air

Minum), dan air non PDAM dimana kondisi air tersebut terlalu sering dibiarkan kontak

dengan udara luar, hal ini memungkinkan air terkontaminasi bakteri melalui udara. Lalu

dengan pemilihan es, es yang digunakan juga tidak dalam keadaan baik, karena es batu

tersebut dibuat dan dihancurkan dengan bahan dan alat yang tidak terjamin kebersihannya. Es

batu yang telah tercemar oleh bakteri adalah es batu yang tidak memenuhi standar

pembuatan. Bakteri yang yang sering mencemari es batu adalah bakteri golongan

enterobacteriaceae atau bakteri enterik, yaitu bakteri yang selalu mengkontaminasi air,

paling sering E. Coli

1.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran kualitas es batu yang sesuai standar di Kota Surakarta dan

mengetahui jumlah bakteri E. coli yang terdapat di dalam es batu yang digunakan penjual

warung makan disekitar Stadion Manahan Surakarta.

Page 7: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

7

1.2 Manfaat Penelitan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui jumlah bakteri E. coli pada es batu

yang digunakan penjual warung makan.Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan

dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan penyakit pencernaan.

2. Pengertian Es Batu

Kepulauan Indonesia terletak didaerah tropis membuat masyarakatnya menjadi sering

mengkonsumsi air es, yang merupakan cara untuk menghilangkan rasa haus didalam

tenggorokan dan mendinginkan suhu tubuh setelah lama terpapar sinar matahari. Es batu

merupakan wujud lain dari air yang didinginkan pada suhu 00

C (273.15 K, 320F). Pada

tekanan atmosfer standar, es batu dapat terbentuk pada suhu yang lebih tinggi dengan tekanan

yang lebih tinggi juga, dan air akan tetap sebagai cairan atau gas sampai -300 C. Pada tekanan

yang lebih rendah, air akan mulai membeku jika molekulnya tidak memiliki lagi cukup energi

untuk melepaskan diri dari ikatan atom hidrogen (H). pada suhu 00C air mulai membentuk

ikatan–ikatan yang kuat dan pada suhu tersebut akan terbentuk es batu yang sempurna

(Elfidasari, 2011).

2.1 Bahan Baku Es Batu

Proses pembuatan es batu bisa diambil dari air yang mentah berwarna putih karena masih

banyak gas yang terperangkap didalamnya. Biasanya, es yang dibuat dari air mentah adalah

es balok. Es ini jelas- jelas tidak baik dikonsumsi, terlebih lagi jika airnya diambil dari air

sungai yang tercemar.sedangkan es batu dari air yang matang akan telihat bening karena gas

didalam air terlepaskan ketika proses perebusan. Biasanya, es seperti ini disebut es kristal.

(Michael, 1988).

Infeksi yang berasal dari bahan baku air, sebagaimana halnya penyakit asal makanan

disebabkan oleh mikroorganisme yang memasuki dan meninggalkan inang lewat rute mulut-

usus. Infeksi semacam itu disebut juga infeksi interik karena ususlah yang terinfeksi.

Penyakit yang berasal dari air terjadi karena meminum air es, atau air yang sudah tercemar.

Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air ini disebut waterbone disease dan sering

ditemukan pada penyakit tifus, diare, kolera, dan disentri. Sebenarnya sumber infeksi itu

bukanlah airnya melainkan tinja yang berasal dari manusia dan hewan yang sudah

mengandung patogen enterik bila berasal dari orang sakit atau carrier, jadi penularan lewat

air itulah wabah infeksi enterik yang dapat menjangkiti banyak orang.

Page 8: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

8

2.2Persyaratan Kualitas Air Bersih

Air minum yang sehat dan aman untuk dikonsumsi harus memenuhi persyaratan yang

meliputi syarat fisik, kimia, dan bakteriologi. Menurut Byna (2009) persyaratan fisik

meliputi warna, bau, rasa, temperatur, dan kekeruhan. Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh

adanya bahan organik dan anorganik yang terkandung di dalam air, seperti lumpur dan

bahan yang berasal dari hasil pembuangan. Kualitas kimia adalah yang berhubungan dengan

ion -ion senyawa, maupun logam yang membahayakan, seperti Hg (hygrargyrum), Pb

(plumbum)/ timbal, Ag (argentum)/ perak, Cu (cuprum)/ tembaga, dan Zn (seng). Residu

dari senyawa lain yang bersifat racun adalah residu pestisida, yang dapat menyebabkan

perubahan bau, rasa, dan warna air (Pratiwi, 2007).

2.3 Sumber Kontaminasi

Beberapa hal yang harus diperhatikan, agar es batu tidak terkontaminasi sesuai yang sudah

di tetapkan (BPOM, 2009), diantaranya:

a. Pengecekan produk pada depot es tidak memiliki periode tetap yang dilakukan setiap

bulannya dalam memeriksa es batu. Para pedagang biasanya tidak terlalu

memperhatikan kualitas produk. Dan biasanya produk yang sudah jadi akan langsung

dijual ke konsumen. Kontrol atau pengecekan secare periode produk es batu yang

seharusnya rutin dilaksanakan.

b. Proses penyimpanan dalam lemari es penyimpanan es batu. Lemari es yang tidak

higienis dan lamanya proses pengolahan akan memberikan dampak yang sama yaitu

terkontamnasinya air baku es batu oleh bakteri patogen. Kontaminasi dapat berasal

dari mikrobia pada sumber air maupun berasal dari lemari es penyimpanan es batu.

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan penjual es batu ternyata sebagian besar

depot tidak begitu memperhatikan berapa lama air baku tersimpan dalam lemari es.

Penjual hanya melihat dari jumlah stok air yang harus selalu terisi pada lemari es.

c. Sistem pendistribusian mulai dari pabrik ke depot dan selanjutnya dari depot- depot

ke pedagang kecil, jika diamati adalah sangat tidak higienis dimana mereka

menggunakan alat transportasi yang tidak dilapisi dengan alas yang bersih akan

tetapi langsung tersusun di bak yang tidak terjamin kebersihannya. Tetapi konsumen

pada saat ini belum sepenuhnya mengerti tentang arti pentingnya kualitas es batu,

mereka hanya mementingkan barang yang dibutuhkan dengan harga yang relatif

murah sementara produsen dapat menggunakan kesempatan ini untuk mencapai

keuntungan yang sebesar- besarnya tanpa memperhitungkan segi keamanan dan

keselamatan dalam perlindungan konsumen. Proses pengangkutan sama halnya

Page 9: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

9

dengan proses penyimpanan dalam lemari es. Lemari es yang tidak higienis dan

lamanya proses pengolahan akan memberikan dampa yang sama yaitu

terkontaminasinya air baku es batu oleh bakteri patogen. Kontaminasi dapat berasal

dari mikrobia pada sumber air maupun berasal dari lemari es penyimpanan es batu,

kontaminasi yang terjadi bisa menyebabkan timbulnya beberapa penyakit (Farida,

2002).

2.4. Patogenesis

Bakteri E. coli memerankan peran utama dalam penelitian ini,karena bakteri E. coli paling

sering menjadi penyebab dari penyakit diare.E. coliatau bacterium coli commune adalah

kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal.

Bakteri aerob ini ditemukan oleh Theodor Escherich, bakteri ini mempunyai sifat yang unik

karena dapat menyebabkan infeksi primer pada usus misalnya diare pada anak, seperti juga

kemampuannya menimbulkan infeksi pada jaringan tubuh lain diluar usus Toksin merusak

sel endotel pembuluh darah, terjadi perdarahan yang kemudian kuman masuk ke dalam usus

(Hadi, 2014).

2.5. Manifestasi Klinis

Makanan dan minuman tidak boleh terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi, dan

fisik, agar masyarakat terhindar dari gangguan kesehatan akibat makanan (food borne

disease) (Menkes RI, 2003).

Manifestasi klinik infeksi oleh E. coli bergantung pada tempat infeksi dan tidak dapat

dibedakan dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri lain. Hal yang perlu diperhatikan dari

suatu produk minuman yang kita konsumsi adalah jumlah dan jenis bakteri yang terdapat

dalam bahan pangan. Jika berkembang dalam jumlah yang cukup banyak dapat menyebabkan

penyakit bagi manusia yang mengkonsumsinya (Faridz, 2007).

Pemeriksaan mikrobiologis pada es batu sangat diperlukan, untuk mencegah

timbulnya pencemaran terhadap es batu yang sering dikonsumsi oleh manusia. Pencemaran

adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Jadi pencemaran air sebagai bahan baku

es batu adalah dimana suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan dari

keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung faktor penentu, yaitu kegunaan air

itu sendiri dan asal sumber air (Wardhana, 2004).

Page 10: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

10

2.6.Kerangka Teori

Air bahan

baku es batu

Wadah

kemasan

es batu

Distribusi

es batu pembekuan

Permenkes RI Nomor

492/PERMENKES/PER/IV/20

10

Es batu

coliform dan E.coli

Bakteri

tidak mati

Resiko

kontaminasi

tinggi

Penyajian es

batu

APM coliform 0/100

ml dan E.coli 0 kolon

per/ml

Es batu tidak layak

konsumsi

Page 11: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

11

3. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif yang bertujuan untuk memberikan

gambaran mengenai kualitas bakteriologi (Hadi, 2014).

Es batu yang di gunakan penjual warung makan disekitar Stadion Manahan Surakarta.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan sampel di Unit Pelaksana Tekhnis Daerah (UPTD)

Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Surakarta.

3.1. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu, data yang di peroleh dari

hasil observasi langsung ke semua warung makan disekitar Stadion Manahan Kota Surakarta,

dan pemeriksaan bakteriologi dilakukan di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota

Surakarta.

3.2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel yang dipakai dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik

purposive sampling adalah pengambilan sampel dilakukan secara purposive didasarkan pada

suatu pertimbangan tertentu. Sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,

2012

3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Kualitas es batu merupakan massa pada hasil pembekuan air minum (SNI 01-3839-

1995).

Skala : Nominal

2. Total bakteri E. coli adalah hasil temuan yang tidak memenuhi persyaratan sebagai

air minum. Salah satu persyaratan bakteriologis air minum menurut permenkes RI

No. 497/Menkes/PER/IV/2010 untuk parameter total E. coli kadar maksimum yang

diperkenankan ialah 0 per 100 ml sampel (Depkes RI, 2010).

Skala : Numerik

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah metode Most Probable Number (MPN). MPN adalah suatu

metode perhitungan mikroorganisme berdasarkan data kualitatif hasil pertumbuhan

Page 12: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

12

mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung untuk memperoleh kisaran data

kuantitatif jumlah mikroorganisme tersebut. MPN terdiri dari :

1. Uji pendugaan (presumtive test)

2. Uji penegasan (confirmation test)

3. Uji kelengkapan ( completed test)

Dengan digunakan nya 3 metode ini, penelitian sudah cukup kuat digunakan

sebagai pengujian ada tidaknya bakteri E. coli pada sampel (Shodikin, 2007).

Pemeriksaan MPN dilakukan dengan metode 5 tabung seri, yaitu dengan sampel 5x 10

ml, 1x1 ml, 1x 0,1 ml karena mengambil spesimen yang sudah diolah atau angka

kumannya diperkirakan rendah (Natalia, 2014).

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Alat

a. Pipet ukur

b. Lampu spiritus

c. Rak tabung reaksi

d. Tabung durham

e. Kapas

f. Tabung reaksi

g. Inkubator

h. Autoklaf

i. Botol steril

2. Bahan

a. Sampel es batu

b. Media LB (Lactose Broth)

c. Media BGLB (Brilliant Green Bile Broth)

d. Media endo agar

e. Gram buffer phosphate PH 7,2

3.6. Cara Kerja

Prosedur penelitian adalah sebagai berkut :

1. Uji perkiraan ( presumtive test)

Sederetan tabung berisi media LB standar 5-1-1 masing- masing diisi sampel

10 ml, 1 ml, 0,1 ml dengan menggunakan spuit disposible yang telah steril. Pengisian

Page 13: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

13

dilakukan dengan tekhnik aseptik mungkin. Semua tabung dimasukkan dalam

inkubator pada suhu 370 C dan ditunggu 1 x24 jam, 2 x 24 jam, dan 3 x 24 jam. Hasil

fermentasi positif jika terjadi fermentasi laktosa oleh kuman E. coli sampel, sehingga

terbentuk gas yang dapat dilihat berupa rongga kosong pada bagian atas tabung

Durham terbalik yang ada dalam media LB.

2. Uji penegasan ( confirmation test)

Tabung yang positif pada presumtive test dilanjutkan dengan uji penegas.

Kemudian masing- masing sampel yang positif menunjukkan gas, ditanam pada

media BLGB dengan standar tabung 5-1-1. Inokulasi dari biakan positif pada media

LB ke media BGLB diakukan dengan menggunakan ose dan diinkubasi dalam

inkubator pada suhu 440 C dan ditunggu 1x 24 jam, 2x 24 jam, dan 3x 24 jam. Jika

terbentukgas pada beberapa tabung media BGLB, maka dapat disesuaikan dengan

tabel indeks MPN 5-1-1, sesuai dengan angka jumlah tabung yang positif.

3.7. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji Mann

Whitney, karena tidak memenuhi syarat jika dilakukan uji t tidak berpasangan.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian tentang perbedaan jumlah keberadaan bakteri Escherichia coli pada es

batu yang berbahan baku air PDAM dan air non PDAM pada penjual minuman di sekitar

stadion Manahan yang dilaksanakan pada bulan januari 2016. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan

secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu dan sifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya. Sampel yang diambil oleh peneliti dilakukan pemeriksaan di

Laboratorium UPTD Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Hasil penelitian tentang uji bakteri

Escherichia coli pada es batu akan dibandingkan dengan standart The Most Probable Number

(MPN) maupun Peraturan Kepala Badan POM RI No. HK.00.06.1.52.4011 tentang

Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan. Dari hasil

tahapan-tahapan pada pemeriksaan uji bakteriologis es batu, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Es Batu

No Sampel Parameter

Pemeriksaan

Hasil

Pemeriksaan

Kadar

Maksima

Satuan Sumber

Sampel

Keterangan

*

Page 14: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

14

l

1 Sampel 1 E.coli 38 0 100 ml NON PDAM TMS

2 Sampel 2 E.coli 38 0 100 ml NON PDAM TMS

3 Sampel 3 E.coli 20 0 100 ml NON PDAM TMS

4 Sampel 4 E.coli 8,8 0 100 ml NON PDAM TMS

5 Sampel 5 E.coli 15 0 100 ml NON PDAM TMS

6 Sampel 6 E.coli 15 0 100 ml PDAM TMS

7 Sampel 7 E.coli 15 0 100 ml PDAM TMS

8 Sampel 8 E.coli > 240 0 100 ml NON PDAM TMS

9 Sampel 9 E.coli 156 0 100 ml NON PDAM TMS

10 Sampel 10 E.coli 0 0 100 ml PDAM MS

11 Sampel 11 E.coli 0 0 100 ml PDAM MS

12 Sampel 12 E.coli >240 0 100 ml NON PDAM TMS

13 Sampel 13 E.coli >240 0 100 ml NON PDAM TMS

14 Sampel 14 E.coli >240 0 100 ml NON PDAM TMS

15 Sampel 15 E.coli >240 0 100 ml NON PDAM TMS

16 Sampel 16 E.coli >240 0 100 ml NON PDAM TMS

17 Sampel 17 E.coli 27 0 100 ml NON PDAM TMS

18 Sampel 18 E.coli 27 0 100 ml NON PDAM TMS

19 Sampel 19 E.coli 27 0 100 ml NON PDAM TMS

20 Sampel 20 E.coli 26,5 0 100 ml NON PDAM TMS

21 Sampel 21 E.coli >240 0 100 ml NON PDAM TMS

22 Sampel 22 E.coli 96 0 100 ml NON PDAM TMS

23 Sampel 23 E.coli 0 0 100 ml PDAM MS

24 Sampel 24 E.coli 0 0 100 ml PDAM MS

25 Sampel 25 E.coli 38 0 100 ml NON PDAM TMS

26 Sampel 26 E.coli 38 0 100 ml NON PDAM TMS

27 Sampel 27 E.coli 0 0 100 ml PDAM MS

28 Sampel 28 E.coli 0 0 100 ml PDAM MS

29 Sampel 29 E.coli 0 0 100 ml PDAM MS

30 Sampel 30 E.coli 0 0 100 ml PDAM MS

31 Sampel 31 E.coli 0 0 100 ml PDAM MS

Page 15: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

15

32 Sampel 32 E.coli 20 0 100 ml NON PDAM TMS

33 Sampel 33 E.coli 20 0 100 ml NON PDAM TMS

34 Sampel 34 E.coli 20 0 100 ml NON PDAM TMS

35 Sampel 35 E.coli 0 0 100 ml PDAM MS

36 Sampel 36 E.coli 0 0 100 ml PDAM MS

37 Sampel 37 E.coli 0 0 100 ml PDAM MS

38 Sampel 38 E.coli 15 0 100 ml PDAM TMS

39 Sampel 39 E.coli 15 0 100 ml PDAM TMS

* TMS = Tidak Memenuhi Syarat

MS = Memenuhi Syarat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji bakteri air es batu yang berbahan baku air PDAM

dan air non PDAM di sekitar Stadion Manahan Surakarta ditinjau dari jumlah bakteri E.coli

dengan metode MPN menunjukkan hasil sebagai berikut 1) memperoleh indeks 5:1:1 ini

menunjukkan, bahwa terdapat 35 % dari 12 sampel yang berbahan baku air PDAM tidak

tercemar bakteri E. coli. Sedangkan pada air yang berbahan baku non PDAM terdapat 65%

dari 27 sampel tercemar bakteri yang ditemukan sekitar 15- >240 bakteri E.coli per 100 ml

dan dikatakan tidak layak untuk dikonsumsi. Kesimpulan dari hasil uji yang berdasarkan

indeks MPN air yang menggunakan bahan baku air PDAM layak untuk dikonsumsi setelah

melalui perebusan terlebih dahulu, sedangkan pada air yang berbahan baku air non PDAM

tidak layak untuk dikonsumsi.

4.1. Pembahasan

Hasil uji pendugaan dan uji penegasan pada air es batu, diketahui bahwa dari 39 sampel es

batu terdapat 12 sampel air PDAM yang memenuhi standar 0/100 ml dan 4 sampel air PDAM

serta 23 sampel non PDAM tidak layak untuk dikonsumsi, hal itu dikarenakan terdapat

banyak bakteri E.coli yang sudah melewati ambang batas yang telah ditentukan. Perbedaan

jumlah bakteri pada air yang berbahan baku PDAM dan non PDAM dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor dimulai dari proses pengambilan data, pengolahan air bahan baku saat

pembuatan es batu, dan tempat penyimpanan es batu serta tempat pengambilan es batu yang

kurang steril dapat menyebabkan kontaminasi air oleh mikroorganisme (bakteri), begitu juga

pada cara produsen mendistribusikan es batu balok yang tidak dijaga kebersihannya.

Page 16: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

16

5.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan pencemaran bakteri E. coli pada es

batu yang menggunakan bahan baku air PDAM dan non PDAM pada es batu yang digunakan

penjual warung makan disekitar Stadion Manahan Kota Surakarta. Jumlah bakteri E.coli pada

air yang berbahan baku non PDAM terdapat 15- >240 bakteri.Berdasarkan standar kualitas

air dari Mentri Kesehatan RI No 907/Menkes/vii/2002. Tidak layak untuk dikonsumsi.

5.2.Saran

Proses analisis bahaya yang dilakukan dalam penelitian ini masih menggunakan asumsi

bahwa mikroba sumber bahaya ada pada jumlah yang signifikan (dapat menyebabkan

infeksi). Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan kesimpulan ada beberapa saran yang

diharapkan dapat bermanfaat, yaitu:

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat pencemaran mikroba

pada produk es batu.

2. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang meneliti tentang kemungkinan adanya

bakteri pathogen dari air yang berbahan baku PDAM setelah dimasak terlebih

dahulu.

3. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisa bivariat agar dapat

diketahui variabel –variabel yang mempengaruhi kontaminasi bakteri E. coli pada es

batu.

4. Diharapkan masyarakat lebih selektif dan hati -hati dalam mengkonsumsi es dan air

yang layak dikonsumsi.

5. Hendaknya penjual dan produsen es batu lebih meningkatkan kualitas yang aman

untuk dikonsumsi dengan proses produksi yang lebih steril.

Page 17: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

17

DAFTAR PUSTAKA

AOAC (Asosiation Of Official Analitical Chemistry). 2005. AOAC OM.24. Coliform Group

And Escherichia coli Microbiological (MPN) Method. AOAC Official method Of

Analysis Microbiological MethodsCh.17:5.

AOAC. 2005.AOAC OM. 983.25. Total Coliforms, Faecal ColiformsAndE. coli In Foods,

Hydrophobic Grid Membrane Filter Method. AOAC Official Method Of Analysis

Microbiological Methods Ch.17: 40.

Ariyani, D. 2006. Mutu Mikrobiologis Minuman Jajanan di Sekolah Dasar Wilayah Bogor

Tengah. Jurnal Gizi dan Pangan. 1(1): 44-50.

Arum, A. 2013. Telusur Ragam Budaya Kota Solo. Jakarta: Backpacking.

Artianto, I. 2009. Uji Air Limbah Dan Pembuatan Media Identifikasi Bakteri MPN Coliform.

Surakarta: Fakutltas Ilmu Kesehatan.

Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-2332-1991: Cara Penentuan MPN (Most Probable

Number). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM).2005. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat

dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK 00.05.41.1384 Tentang Kriteria Dan

Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan

Fitofarmaka. Jakarta: Kepala BPOM.

Badan Pengawas Obat Makanan.2009. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.06.1.52..4011 Tentang Penetapan Batas

Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia Dan Makanan. Jakarta: Percetakan Negara

23.

Basri, H. , Bahar, E. , Semiarti, R. 2014. Uji Bakteriologi Es Batu Rumah Tangga Yang

Digunakan Penjual Minuman Dipasar Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2014. Jurnal

Kesehatan, 3(2): 119- 122.

Cappucino, J.G. and N. Sherman. 1983. Microbiology A Laboratorium Manual. 6th

ed. USA:

perarson education inc.

Departemen Kesehatan. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416

Tahun 1990 tentang syarat- syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta:

Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan. 2003. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942

Tahun 2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jakarta:

Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492

Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta: Departemen

Kesehatan.

Page 18: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

18

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi

Makanan dan Minuman. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Departemen kesehatan. 2015. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.02.02/MENKES/52/2015 Tentang Rencana Strategis Kementrian Kesehatan.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Dewanti, R., Hariyadi., Hartini, U. S. 2006. Keberadaan dan Perilaku Salmonella Dalam Es

Batu. Yogyakarta: Seminar Nasional PATPI.

Dwidjoseputro. 1978. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

DR. Takdir Rahmadi. 2012.Hukum lingkungan di Indonesia. PT RajaGrafindo. Jakarta. hlm.

194.

Effendi dan Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan

Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Elfidasari D. 2011. Perbandingan Kualitas Es Di Lingkungan Universitas Al Azhar Indonesia

Dengan Restoran Fast Food Di Daerah Senayan Dengan Indikator Jumlah Escherichia

coli Terlarut Pada Tahun 2014. Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Sains dan Tekhnologi,

3(1): 18- 23.

Faridz, R., Hafiluddin., Mega, A. Analisis Jumlah Bakteri Dan Keberadaan Escherichia Coli

Pada Pengelolahan Ikan Teri Nasi Di PT. Kelola Mina Laut Unit Sumenep. Embryo.

4(2) 94- 106.

Farida. 2002. Analisa Umum Pada Air. USU Digital Library. Diakses Pada 21 September

2015.

Farida N. 2009. Uji MPN Coliform dan Faecal coli Dalam Sampel Air Limbah, Air Bersih

dan Air Minum. Yogyakarta: SMTI.

FDA ( Food and Drug Administration). 2001. Bacteriological Analylitical Manual Appendix

2: Most Probable Number From Serial Dilution. diakses darihttp:// www. Fda. Gov / Food /

ucm071363.

Firlieyanti ,A.S., 2006., Evaluasi BakteriIndikator Sanitasi di Sepanjang Rantai Distribusi Es

Batu di Bogor. J.II.Pert,indon.vol.11(2).

Harmayani., Konsukartha. 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah

Domestic Dilingkungan Kumuh. Jurnal Permukiman Tanah. 5(2): 62- 108.

Irawan, Bambang, B.R.M., 2009., Wilinggness To Pay dan Ability To Pay Pelanggan Rumah

Tangga Sebagai Respon Terhadap Pelayanan Air Bersih Dari PDAM Kota Surakarta.

Jejak.Vol.2:1.

Irianto, K. 2007. Mikrobiologi–Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 2. Jakarta:Yrama

Widya.

Page 19: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

19

Jawetz, E. , Melnick, JL, Adelberg EA, 2010.Medical Microbiology, 25th ed. New york: Mc

Graw Hill.

Jay, J.M. 2000. Modern Food Microbiology, Sixth Edition. Aspen Publisher, Inc.

Gathersburg,Maryland.

Melliawati, R. 2009., Escherichia coli Dalam Kehidupan Manusia. BioTrends.vol.4: 10-14 .

Michael, J. P., Jr. Dasar- dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia; 1988.

Natalia, L.A., Bintari, S.H., Mustikaningtyas, D. 2014. Kajian Kualitas Bakteriologis Air

Minum Isi Ulang Di Kabupaten Blora. Unnes Journal Of Life Science. 3(1): 31- 38.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Noviana, H. 2004. Pola Kepekaan Antibiotika Escherichia coli yang Diisolasi dari Berbagai

Spesimen Klinis. J kedokteran trisakti. 23(4): 122- 126.

Pradipta, B. D., Ismail, E., Wijarnaka, A. 2013. Tinjauan Keamanan Pangan Es Batu

Berdasarkan Skor Keamanan Pangan, Cemaran Coliform Dan Escherichia coli Pada

Pabrik Es Batu. jurnal nutrisia. 15(1)

Pratiwi, A.W. 2007. Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kota Bogor.

Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 2(2):120-131.

Radji, M., Puspaningrum, A., Sumiati, A. 2010. Deteksi Cepat Bakteri Escherichia Coli

Dalam Sampel Air Dengan Metode Polymerase Chain Reaction Menggunakan Primer

16E1 Dan 16E2. Makara, Sains. 14(1): 39- 43.

Shodikin, M. A. 2007. Kontaminasi Bakteri Coliform pada Air Es yang Digunakan Oleh

Pedagang Kaki Lima disekitar Kampus Universitas Jember. Jurnal biomedis. 1(1):26-

33.

Standar Nasional Indonesia. 1992. Cara Uji Cemaran Mikroba. Padang: Laboratorium

Mikro Balitbang Industri.

Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01. 3839.1995. ES Batu.Badan Standarisasi Nasional

Indonesia.

Sukanda, H. 2009. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Sinar Grafida. Jakarta. 63-64.

Sunarno. 2002. Higiene & Air (Air untuk Konsumsi Manusia) Ditinjau dari Segi

Bakteriologi. http://www.pdam-sby.go.id. 20 April 2010.

Page 20: PERBEDAAN JUMLAH KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli

20

Supiadi. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Pemenuhan Hak- Hak PDAM Kota

Samarinda. Jurnal Beraja Niti. Vol 3(7) : 1-23.

Suriawira. U. 1996. Microbiologi Air dan Dasar- dasar Pengolahan Buangan Secara

Biologis. Bandung: Alumni

Tarwantyo,H. 2010. Uji Bakteriologi Air Es Batu Balok Di Daerah Pabelan Sukoharjo

Ditinjau Dari Jumlah Bakteri Coliform. Skripsi. FKIP. Universitas Muhammadiyah.

Surakarta.

Volk., Wheeler. 1989. Mikrobiologi Dasar Edisi kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Vollard, A.M., A. Soegianto, H.A. Van Asten, S. Widjaya, L.G. visser, C. Surjadi, J.T. Van

Dissel. 2004. Risk Faktors for Typhoid and Paratyphoid Fever in Jakarta, Indonesia.

http://jama.ama-assn.orgcgi/content/full/291/21/2607.

Wardhana, W. A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi Revisi. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Wardhana, W. A., Budiharjo, M. A., Scyllla, A. P. Kajian Sistem Penyediaan Air Bersih Sub

System Bribing Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Presipitasi. 10 (1) : 18- 29.

Widianti, N. L. P. M., Ristanti, N. P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform Pada Depo

Air Munim Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan. 3 (1): 64-73.

Yang, K., Jeune, J.L., Alsdorf, D., Lu, B., Shum, C. K., Liang, S. 2012. Global Distribution

Of Outbreaks Of Water- Associated Infectious Diseases. NCBI. 6(2): E1483.

Yuniarno, S. 2005. Hubungan Kualitas Air Sumur Dengan Kejadian Diare Di DAS Solo

(Studi Kasus Di Hulu Dan Hilir Bengawan Solo).Master Thesis, Program Pasca

Sarjana Universitas Diponegoro.