18
1 PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN TERHADAP KARAKTER SISWA DI SMA BINA SRIWIJAYA INDONESIA (BSI) PALEMBANG TESIS Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam Oleh: MADI APRIADI NIM: 1481005 PROGRAM MAGISTER FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2017

PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

1

PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN

KETELADANAN TERHADAP KARAKTER SISWA

DI SMA BINA SRIWIJAYA INDONESIA (BSI) PALEMBANG

TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.)

Dalam Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

MADI APRIADI

NIM: 1481005

PROGRAM MAGISTER

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2017

Page 2: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

2

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karakter atau akhlak merupakan domain penting dalam kehidupan masyarakat,

apalagi di era globalisasi ini. Tidak adanya karakter dalam tata kehidupan

masyarakat akan menyebabkan hancurnya masyarakat itu sendiri. Hal ini bisa

diamati pada kondisi yang ada di negeri ini. Hampir semua lini kehidupan

masyarakat Indonesia tidak mencerminkan karakter yang baik. Atau dengan kata

lain, bangsa Indonesia saat ini bukan saja krisis ekonomi dan krisis kepercayaan,

akan tetapi juga krisis karakter atau akhlak. Karenanya tidak berlebihan kalau

banyak kalangan yang menyebut bahwa bangsa kita tengah mengalami krisis

multidimensional.

Menurut Abudin Nata dalam buku Ahmad Tantowi, krisis akhlak

semacam ini pada awalnya hanya menerpa sebagian kecil elit politik (penguasa),

tetapi kini ia telah menjalar kepada masyarakat luas, termasuk kalangan pelajar.

Ini bisa dilihat dari banyaknya keluhan tentang perilaku para remaja yang

disampaikan orang tua, para guru, dan orang yang bergerak di bidang sosial. Di

antara mereka sudah banyak yang terlibat tawuran, pengguna obat-obat terlarang,

minumn keras, pelecehan seksual, dan tindak kriminal lainnya. Bahkan baik orang

Page 3: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

3

tua ataupun guru di sekolah merasa kehabisan akal untuk mengatasi krisis akhlak

ini.1

Akhir-akhir ini banyak masyarakat yang memandang bahwa proses

pendidikan kita telah gagal menanamkan nilai-nilai moral pada setiap siswa.

Asumsi ini muncul setelah kita menyaksikan, begitu banyaknya siswa yang

kurang memiliki moral yang sesuai dengan pandangan hidup masyarakat kita.

Namun demikian, tidak arif kiranya apabila kita dengan serta merta

”menghakimi” orang-orang yang dianggap berakhlak buruk.

Krisis akhlak yang terjadi di Indonesia umumnya di sekolah khususnya

pasti ada sesuatu yang melatarbelakanginya, karena itu menjadi sangat penting

untuk mengetahui apa penyebab krisis akhlak tersebut. Adapun penyebabnya

adalah : pertama, karena longgarnya pegangan terhadap agama yang

menyebabkan hilangnya kontrol diri individu masyarakat. Kedua, krisis akhlak

terjadi karena pembinaan moral yang dilakukan orang tua, sekolah, dan

masyarakat sudah kurang efektif. Ketiga institusi pendidikan ini sudah terbawa

oleh arus kehidupan yang lebih mengutamakan materi tanpa diimbangi dengan

pembinaan mental dan spiritual yang baik. Ketiga, krisis akhlak terjadi disebabkan

karena derasnya arus budaya hidup materialistik, hedomistik, dan sekularatik.

Keempat, krisis akhlak terjadi karena belum adanya kemauan yang sungguh-

sungguh dari pemerintah.2

1 Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang: Pustaka

Rizki Putra, 2009), hal. 100-101 2 Ibid, hal. 101-102

Page 4: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

4

Beberapa hal yang dapat membantu perkembangan moral anak dalam

proses pendidikan adalah hargai dan tekankan konsiderasi kebutuhan orang lain,

jadilah contoh perilaku prososial, berilah label dan identifikasi perilaku prososial,

dan bantu siswa untuk menentukan sikap dan memahami perasaan orang lain. 3

Dari potret pendidikan semacam ini, kita bisa membayangkan perilaku

peserta didik tersebut di kemudian hari. Jika sejak anak didik telah diinjeksi

dengan perilaku culas dan tidak jujur, maka jangan menyesal apabila perilaku

tersebut tetap melekat hingga dalam kehidupan masyarakat. Inilah sebabnya

membudayanya korupsi, kolusi, nepotisme di negeri ini. Tentunya kita tidak

menginginkan kebobrokan itu dilestarikan. Di era globalisasi ini, peran guru dan

keteladanan guru sangat penting dalam membentuk karakter atau akhlak siswa.

Walaupun karakter seseorang merupakan watak dasar individu, namun

dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan

disekitarnya mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. JJ. Rousseau dalam

buku Rahmat Rosyadi mengatakan bahwa anak sesungguhnya mempunyai fitrah

yang baik, tetapi lingkunganlah yang membentuk kepribadiannya. Seseorang yang

berkarakter baik, pasti akan melakukan hal yang baik dalam kehidupannya sehari-

hari.4

Jika seorang guru ingin agar siswanya menjadi seorang yang berakhlak

baik, maka guru tersebut haruslah memberikan contoh yang baik pula. Karena

3 Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,

2009), hal. 277 4 Rahmat Rosyadi, Pendidikan Islam dalam Pembentukan Karakter Anak Usia Dini,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 13

Page 5: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

5

meniru adalah cara mendidik yang baik dan efektif untuk anak kecil, karena

kecendrungan meniru itu memang sudah menjadi karakter manusia. Oleh karena

itu sangat penting dalam interaksi belajar mengajar di sekolah. 5

Sekolah merupakan salah satu lingkungan sosial yang dibutuhkan anak.

Sekolah berfungsi memperluas kehidupan sosial anak, tempat anak belajar

menyesuaikan diri terhadap bermacam-macam situasi. Perkembangan moral dan

spiritual seseorang berjalan seiring dengan perkembangan kognitifnya. Oleh

karena itu, sekolah sebagai wahana perkembangan kognitif anak sangat penting

artinya dalam pembentukan karakter. 6

Sekolah menyediakan pengasuhan dan kasih sayang bagi pertumbuhan

moral anak. Orang dewasa lain dapat berperan sebagai sosok yang dapat

diandalkan dan diteladani dalam membentuk karakter anak adalah guru. Karakter

guru seringkali menjadi perhatian murid. Perilaku dan sikap guru dalam

menciptakan suasana tertentu di dalam kelas dapat mempengaruhi pertumbuhan

moral murid.

Keteladanan merupakan satu model yang sangat efektif untuk

mempengaruhi orang lain. Keteladanan merupakan aspek terpenting dari proses

pendidikan. Para pendidik dituntut untuk memiliki kepribadian dan intelektualitas

yang baik dan sesuai dengan Islam sehingga konsep pendidikan yang diajarkan

5 Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2006), hal.

38 6 Rahmat Rosyadi, Op. Cit, hal. 18

Page 6: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

6

dapat langsung diterjemahkan melalui diri para pendidik. Pendidik menjadi

cermin bagi peserta didik, sehingga siswa memiliki karakter yang baik. 7

Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan

hal-hal yang terbaik terhadap Allah SWT. Ciri karakter baik yaitu menginginkan

hal yang baik, mereka tahu hal yang baik, dan melakukan hal yang baik. 8

Melalui pendekatan keteladanan yang dilakukan guru di sekolah sehingga

membentuk karakter siswa yaitu berusaha untuk memperbaiki kehidupan anak

yang nampak kurang baik, sehingga menjadi baik. Misalnya anak yang kurang

jujur, dapat dirubah menjadi jujur.

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan, tindakan.9

kejujuran membawa seseorang kegerbang harapan dan masa depan yang jaya.

Kejujuran adalah salah satu prinsip yang harus dipegang setiap orang, tidak hanya

penting bagi pelajar, melainkan semua orang. Sebab kejujuran amat berharga

untuk diri sendiri dan masyarakat. Dan kejujuran membawa ketenangan batin,

kedamaian, bahkan kebahagiaan seseorang. 10

Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di SMA Bina Sriwijaya

Indonesia (BSI) pada tanggal 17 April 2016 menunjukkan bahwa kondisi siswa

masih belum memiliki karakter yang baik seperti kurangnya kejujuran siswa, hal

7 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur`an, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2012), hal. 140 8 Saptono, Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter, (Salatiga: Erlangga, 2011), hal. 20 9 Alpiyanto, Hypno Heart Teaching, (Jakarta: Multi Media Grafitama, 2011), hal. 238 10 Ibnu Burdah, Pendidikan Karakter Islami Untuk Siswa SMA / MA, (Jakarta: Erlangga,

2013), hal. 48

Page 7: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

7

ini dapat dibuktikan dengan fakta masih banyak siswa yang mencontek pada saat

pelaksanaan ujian harian, mid semester maupun ujian akhir semester. Kemudian

masih banyak siswa yang kurang disiplin, hal ini dapat dibuktikan dengan fakta

dilapangan, masih banyak siswa yang datang terlambat ketika masuk sekolah dan

masih ada siswa yang berselisih atau berkelahi atau menyalahi tata tertib sekolah.

Sedangkan penerapan pendekatan keteladanan di sekolah sebenarnya belum

begitu diterapkan oleh guru di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang

dan selama ini guru hanya menjelaskan materi saja tanpa ada keteladanan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang

muncul, yaitu:

1. PAI adalah mata pelajaran Agama Islam yang terdiri dari sub Aqidah

Akhlak, Fiqih, SKI, dan Al-Qur`an Hadist. Di sekolah masih banyak siswa

mengetahui teori dan ayat-ayat Al-Qur’an, akan tetapi kebanyakan siswa

tidak dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya

pada mata pelajaran Aqidah Akhlak ada materi tentang kejujuran, akan

tetapi dalam aplikasinya mereka masih saja tidak jujur.

2. Ketika pelaksanaan ujian harian, Mid atau UAS berlangsung, kebanyakan

siswa mendapatkan nilai besar di atas KKM. Akan tetapi, hasil yang

didapatkan dengan cara mencontek atau tidak jujur.

3. Kurang disiplin dalam menjalankan tata tertib sekolah

Page 8: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

8

C. Batasan Masalah

Karena luasnya masalah yang akan diteliti dan untuk memperjelas permasalahan

yang ada dalam penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan yang akan

dibahas yaitu mengenai:

1. Keteladanan dapat dibedakan menjadi keteladanan internal dapat

dilakukan melalui pemberian contoh yang dilakukan oleh pendidik sendiri

dalam proses pembelajaran dan keteladanan eksternal dilakukan dengan

pemberian contoh-contoh yang baik dari tokoh yang dapat diteladani, baik

tokoh nasional maupun tokoh internasional. Adapun pendekatan

keteladanan yang digunakan oleh peneliti pada kelas eskperimen

menggunakan pendekatan internal, sedangkan pada kelas kontrol

menggunakan pendekatan eksternal.

2. Nilai-nilai dasar karakter anak yang diterapkan oleh keluarga dan sekolah

supaya menjadi sikap, perilaku, dan tindakan anak dalam menghadapi

hidup dan kehidupan anak ke arah yang lebih baik. Adapun nilai karakter

disini adalah nilai karakter yang diterapkan di sekolah yaitu nilai

keimanan, ketakwaan, kejujuran, tenggang rasa, bersyukur, berperilaku

rajin, kesalehan, ketaatan, suka menolong, suka peduli, disiplin, sopan

santun, kesabaran, dll. Namun nilai karakter siswa di sini lebih fokus

tentang kejujuran siswa.

3. Objek yang akan diteliti adalah siswa SMA Bina Sriwijaya Indonesia

(BSI) Palembang kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2.

Page 9: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

9

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi pendekatan keteladanan terhadap karakter siswa

pada kelas XI IPA 1 (eksperimen) dan kelas XI IPA 2 (kontrol) di SMA

Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang?

2. Bagaimana perbedaan karakter siswa kelas XI IPA 1 (eksperimen) dan

kelas XI IPA 2 (kontrol) setelah diterapkan pendekatan keteladanan di

SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui implementasi pendekatan keteladanan terhadap

karakter siswa pada kelas XI IPA 1 (eksperimen) dan kelas XI IPA 2

(kontrol) di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang

2. Untuk mengetahui perbedaan karakter siswa kelas XI IPA 1 (eksperimen)

dan kelas XI IPA 2 (kontrol) setelah diterapkan pendekatan keteladanan di

SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang

F. Kegunaan Penelitian

1. Bagi guru, dapat menjadi pendekatan yang sangat efektif dan berpengaruh

terhadap karakter siswa dan guru mau melakukan penelitian eksperimen,

sehingga di masa mendatang mutu pembelajaran menjadi lebih baik.

2. Bagi siswa, dapat meningkatkan karakter siswa dan diterapkan dalam

kehidupan sehari-harinya

Page 10: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

10

3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menambah ilmu pengetahuan dan upaya

meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan khususnya pada mata

pelajaran PAI

G. Tinjauan Pustaka

Untuk membantu penulis dalam penyusunan tesis ini, penulis mengkaji beberapa

penelitian yang relevan dengan penelitian yang dibahas sebagai telaah dan bahan

perbandingan. Ada perbedaan antara penelitian yang penulis lakukan dengan

penelitian yang dijadikan bahan perbandingan. Perbedaannya adalah sebelum

memberikan teladan guru harus memiliki kepribadian yang baik dan pendidikan

karakter dapat memberikan nilai-nilai yang baik kepada siswa. Adapun karya-

karya penelitian lain adalah:

Selvi Selvia tahun 2011, dengan judul hubungan kepribadian guru dengan

disiplin siswa di SMA Yanitas Palembang. Hasil penelitiannya adalah untuk

meningkatkan disiplin siswa, guru harus memiliki kepribadian yang baik, karena

kepribadian guru akan berdampak positif terhadap disiplin siswa.

Perbedaannya adalah sebelum memberikan keteladanan kepada siswa,

seorang guru harus memiliki kepribadian baik terlebih dahulu, sehingga siswa

benar-benar meneladani seorang guru yang baik dan patut dicontoh, sehingga

dapat meningkatkan karakter siswa.

Rosida Manurung tahun 2012, pendidikan antikorupsi sebagai satuan

pembelajaran berkarakter di SMA I Air Itam PALI. Hasil penelitiannya adalah

Page 11: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

11

pendidikan antikorupsi sebagai satuan pembelajaran yang dapat mengintegrasikan

nilai-nilai dan moral.

Perbedaannya adalah pendidikan karakter atau antikorupsi dapat

mengintegrasikan nilai-nilai dan moral kepada siswa, sehingga timbullah karakter

baik pada diri siswa.

Sri Wahyuni tahun 2010, model pembelajaran pendidikan karakter pada

lingkungan pondok pesantren Sabilul Hasanah dalam membangun kemandirian

dan disiplin santri. Hasil penelitiannya adalah terdapat perubahan semakin baik,

semakin disiplin dalam mengelola waktu. Sehingga model pembelajaran

pendidikan karakter merupakan model yang efektif meningkatkan kemandirian

dan disiplin santri.

Perbedaannya adalah pendidikan karakter merupakan salah satu metode

yang efektif dalam menumbuhkan karakter siswa yaitu kemandirian dan disiplin

siswa.

Urgensi dari penelitian ini adalah menerapkan suatu pendekatan yaitu

pendekatan keteladanan supaya dapat meningkatkan karakter siswa, khususnya

kejujuran siswa di SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang.

H. Kerangka Teori

Dalam pendidikan nilai dan spiritualitas, permodelan atau pemberian teladan

merupakan strategi yang biasa digunakan. Bahkan menurut Suwandi dalam buku

Page 12: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

12

Zubaedi, pendekatan modeling, keteladanan (uswah) yang dilakukan guru lebih

tepat digunakan dalam pendidikan karakter di sekolah. Hal ini karena karakter

merupakan perilaku, bukan pengetahuan sehingga untuk dapat diinternalisasi oleh

peserta didik, maka harus diteladankan bukan diajarkan. 11

Allah juga menjelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa nabi Muhammad SAW

dan nabi Ibrahim AS adalah salah satu contoh orang-orang yang memiliki

keteladanan yang patut kita tiru dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini di jelaskan

dalam firman Allah :12

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

Kemudian Allah juga mempertegas lagi ayat di atas dalam firman Nya

yang lain :13

11 Zubaedi, Pendididikan Karakter, (Jakarta: Erlangga, 2011), hal. 234-235 12 Qs. Al – Ahzab : 21 13 Qs. Al – Mumtahanah : 4

Page 13: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

13

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan

orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum

mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada apa yang kamu sembah

selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu

permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada

Allah saja. kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku

akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun

dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada

Page 14: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

14

Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan

hanya kepada Engkaulah Kami kembali."

Dari ayat di atas dapat kita simpulkan bahwa keteladanan sangat penting

ada pada diri seorang guru atau orang tua dalam mendidik anak, begitupun dengan

seorang pemimpin kepada bawahannya untuk menumbuhkan karakter yang positif

dalam diri mereka.

Menurut Albert Bandura dan Walters dalam buku Slameto, tingkah laku

baru dikuasai atau dipelajari mula-mula dengan mengamati dan meniru suatu

model/contoh/teladan.14 Kemudian menurut pakar cognitif social Albert Bandura

dalam buku Rohmalina Wahab faktor model atau teladan mempunyai prinsip-

prinsip yaitu: pertama, tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan

cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi perilaku secara simbolik

kemudian melakukannya. Kedua, individu lebih menyukai perilaku yang ditiru

jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya. Ketiga, individu akan menyukai

perilaku yang ditiru jika model atau panutan tersebut disukai dan dihargai dan

perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.15

Menurut al-Ghazali yang dikutip oleh Akmal Hawi, bahwa kriteria-kriteria

keteladanan guru adalah :

1. Sabar

2. Bersifat kasih dan tidak pilih kasih

14 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), hal. 21. 15 Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2015), hal. 47.

Page 15: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

15

3. Sikap dan pembicaraannya tidak main-main

4. Menyantuni serta tidak membentak orang yang bodoh

5. Membimbing dan mendidik murid-murid

6. Menghargai kepribadian anak didik

7. Santun dan berwibawa

8. Bekerjasama dan demokratis

9. Menjauhkan diri dari sifat tercela

10. Menampilkan hujjah yang benar

11. Memiliki pengetahuan dan keterampilan16

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkah laku dapat

dikuasai dan dipelajari, karena tingkah laku merupakan ranah afektif bukan ranah

kognitif sehingga dapat diteladankan kepada siswa.

Karakter biasanya menunjukan kualitas dari mental atau moral seseorang

dan menunjukkan perbedaan satu individu dengan lainnya. Walaupun karakter

seseorang selain merupakan watak dasar individu, namun dalam

perkembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan disekitarnya

mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sesuai dengan hadist Shahih

Bukhori:

16 Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2006), hal.

121.

Page 16: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

16

عن أ هري حمن عن أبي هري د البن عب لمة س بي حدثنا آدم حدثنا ابن أبي ذئب عن الز رة ر

عليه وس عنه قال قال النبي صلى الل مولود ي م كل ل رضي الل دانه ولد على الفطرة فأ بواه يهو

سانه كمثل البهيمة تنتج رانه أو يمج ا جدعاء ل ترى فيه ه يمة به ال أو ينص

Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami

Ibnu Abu Dza`bi dari Az-Zuhriy dari Abu Salamah bin `Abdurrahman bin

Abu Hurarirah Radhiallahu `Anhu berkata: Nabi Muhammad

Sallahu`allaihi wassalam bersabda: setiap anak terlahir dalam keadaan

fitrah, tetapi orang tuanyalah yang membuat Yahudi, Nasrani, dan

Majusi. Sebagaimana binatang ternak melahirkan binatang ternak

dengan sempurna apakah kalian melihat ada cacat padanya”.17

Dari hadits di atas dapat kita simpulkan bahwa tingkah laku atau karakter

dapat dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan terdekatnya termasuk lingkungan

keluarga.

Menurut Albert Bandura dalam buku Slameto tingkah laku sosial dapat

dipelajari dengan jalan mengamati dan meniru. Sekolah mempunyai peranan yang

penting dan mengembangkan tingkah laku sosial siswa-siswi.18

Perkembangan biologis anak selalu disertai dengan perkembangan mental

dan karakter yang berbeda. Biasanya karakter anak-anak masih dapat dikontrol

oleh orang tuanya, karena ia masih menaati orangtuanya. Tetapi apabila ia

17 Hadist Shahih Bukhori No 1296 18 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), hal. 23.

Page 17: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

17

memasuki remaja, perkembangan mentalnya sering berubah dengan karakter yang

berbeda pula. Karena anak remaja sudah mendapatkan pengaruh dari lingkungan

luar keluarga, seperti sekolah dan masyarakatnya. 19

Adapun indikator-indikator karakter siswa adalah:

1. Jujur

2. Religius

3. Toleransi

4. Disiplin

5. Kerja keras

6. Bertanggung jawab

7. Peduli

8. Mandiri

9. Demokratis.20

Dari penjelasan di atas karakter seseorang dapat dipelajari dengan jalan

meniru dan mengamati, walaupun karakter seseorang merupakan watak dasar

individu. Namun hal tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat, sehingga harus dikontrol oleh orang tuanya.

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dikemukakan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:

19Ibid, . hal 108 20 Alpiyanto, Hypno Heart Teaching, (Jakarta: Multi Media Grafitama, 2011), hal. 238-

243.

Page 18: PERBEDAAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN KETELADANAN …

18

Ho : Tidak terdapat perbedaan implementasi pendekatan keteladanan

terhadap karakter siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di

SMA Bina Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang

Ha : Terdapat perbedaan implementasi pendekatan keteladanan terhadap

karakter siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMA Bina

Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang

Ho : Tidak terdapat perbedaan karakter siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol setelah diterapkan pendekatan keteladanan di SMA Bina

Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang

Ha : Terdapat perbedaan karakter siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol setelah diterapkan pendekatan keteladanan di SMA Bina

Sriwijaya Indonesia (BSI) Palembang