18
PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN KAMAR KECIL DI GANG QINGYUN DAN CERPEN BULAN SABIT Aika Ramayu, dan Nurni Wahyu Wuryandari Program Studi Cina, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Jurnal ini membahas tentang gambaran tokoh wanita dalam dua cerpen yang ditulis oleh pengarang berbeda gender. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan dan memaparkan perbedaan yang muncul berdasarkan penggambaran tokoh wanita dalam masing-masing cerpen. Penelitian ini menggunakan metode sastra bandingan dengan pendekatan objektif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dibalik persamaan latar belakang ekonomi dan profesi dari kedua tokoh, terdapat perbedaan antara kedua tokoh utamanya yaitu tentang kebebasan wanita dalam menentukan pilihan hidup dan kebergantungan hidup wanita pada laki-laki. Abstract The focus of this study is portrayals of heroine in two different short stories which is written by authors of different genders. The purpose of this study is to find and explain the differences of both heroines that appear based on each portrayal in each short story. This study uses comparative literature method with an objective approach. The result of this study shows that behind some similarities about economic backgrounds and professions of both heroines, there are differences between them which are about women’s emancipation of deciding life choices and women’s need of man’s power. Keywords: Heroine, gender, comparative literature, objective, comparison Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN KAMAR KECIL DI GANG QINGYUN DAN CERPEN BULAN SABIT

Aika Ramayu, dan Nurni Wahyu Wuryandari

Program Studi Cina, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Jurnal ini membahas tentang gambaran tokoh wanita dalam dua cerpen yang ditulis oleh pengarang berbeda gender. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan dan memaparkan perbedaan yang muncul berdasarkan penggambaran tokoh wanita dalam masing-masing cerpen. Penelitian ini menggunakan metode sastra bandingan dengan pendekatan objektif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dibalik persamaan latar belakang ekonomi dan profesi dari kedua tokoh, terdapat perbedaan antara kedua tokoh utamanya yaitu tentang kebebasan wanita dalam menentukan pilihan hidup dan kebergantungan hidup wanita pada laki-laki.

Abstract

The focus of this study is portrayals of heroine in two different short stories which is written by authors of different genders. The purpose of this study is to find and explain the differences of both heroines that appear based on each portrayal in each short story. This study uses comparative literature method with an objective approach. The result of this study shows that behind some similarities about economic backgrounds and professions of both heroines, there are differences between them which are about women’s emancipation of deciding life choices and women’s need of man’s power.

Keywords: Heroine, gender, comparative literature, objective, comparison

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 2: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyaknya karya sastra yang ditulis

tak jarang memiliki persamaan dan

perbedaan-perbedaan unsur yang muncul di

dalamnya. Berdasarkan hal tersebut, sastra

bandingan muncul sebagai sebuah metode

untuk membandingkan dua atau beberapa

karya sastra. sangat menarik jika melakukan

kajian sastra bandingan terhadap dua karya

sastra yang dihasilkan oleh dua pengarang

yang sama-sama berasal dari Cina. Dalam

jurnal ini penulis tertarik untuk menganalisa

dua cerpen yang membahas isu yang sama

namun ditulis oleh dua pengarang dengan

gender yang berbeda. Dengan kata lain,

jurnal ini akan membahas suatu kajian sastra

bandingan dengan objek yang dibandingkan

adalah antarpengarang yang berbeda gender.

Cerpen Kamar Kecil di Gang Qingyun

(seterusnya akan disingkat menjadi KKGQ)

karya Ding Ling sebagai penulis wanita dan

cerpen Bulan Sabit karya Lao She sebagai

penulis pria, merupakan dua karya sastra

Cina moderen yang akan dikaji dalam jurnal

ini.

Ding Ling dan Lao She

menggambarkan tokoh wanita yang

memiliki kondisi kehidupan yang sama

yakni sama-sama bergelut dalam dunia

prostitusi. Meski terdapat beberapa

persamaan dalam cerpen, namun tokoh

utama dari masing-masing cerpen memiliki

perjalanan hidup yang digambarkan sangat

berbeda.

Sastra bandingan pada dasarnya

mencari perbedaan atau kelainan di samping

adanya persamaan dan pertalian teks,

sehingga dapat ditemukan kekhasan dari

karya-karya yang dibandingkan. Kedua

cerpen ini mengangkat isu yang sama yakni

wanita dan prostitusi serta sama-sama

menjadikan wanita sebagai tokoh utamanya.

Berdasarkan persamaan-persamaan tersebut,

kajian sastra bandingan dalam jurnal ini

akan menemukan perbedaan-perbedaan

yang muncul antar kedua karya. Berangkat

dari hal ini, penulis ingin membuat kajian

bandingan yang membandingkan

penggambaran tokoh wanita, sehingga dapat

diketahui perbedaan sudut pandang

pengarang berbeda gender terhadap wanita

dan prostitusi.

1.2 Rumusan Masalah

Cerpen KKGQ dan Bulan Sabit

merupakan dua cerpen yang mengangkat isu

tentang wanita dan prostitusi serta

mengambil wanita sebagai tokoh utamanya.

Namun kedua cerpen ini ditulis oleh penulis

berbeda gender, yaitu laki-laki dan

perempuan, sehingga dapat dikatakan bahwa

mereka melihat permasalahan dengan sudut

pandang yang berbeda pula. Perbedaan-

perbedaan apa saja yang muncul dari

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 3: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

gambaran tokoh wanita yang dikemukakan

dalam dua cerpen yang mereka tulis dan

bagaimanakah gambaran tokoh wanita

dalam cerpen berdasarkan sudut pandang

masing-masing penulis tersebut adalah

rumusan masalah yang akan diangkat untuk

dikaji dalam jurnal ini.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan skripsi ini

adalah untuk membuat analisa atas dua

cerpen yang dipilih dan menggali berbagai

perbedaan yang muncul dalam kedua cerpen

tersebut. Dengan demikian diharapkan dapat

ditemukan perbedaan yang muncul dari

tokoh wanita dalam kedua cerpen yang

ditulis kedua penulis berbeda gender

tersebut dan mengetahui bagaimana kedua

penulis menggambarkan masing-masing

tokoh wanita dalam masing-masing

karyanya.

1.4 Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam

penulisan ini adalah teknik kepustakaan.

Penulis akan mencari dan mengumpulkan

data yang berkaitan dengan topik melalui

berbagai sumber, buku maupun media

internet. Teks-teks yang dibaca terdiri dari

teks-teks yang ditulis dalam bahasa

Indonesia, Inggris, dan Mandarin.

Metode yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini adalah metode sastra

bandingan. Objek yang dibandingkan adalah

tokoh dan penokohan tokoh utama wanita

dan kisah masing-masing tokoh, termasuk

latar belakang dari masing-masing tokoh

utama yang diciptakan. Selain itu penulis

juga menggunakan beberapa pandangan

tentang tokoh dan penokohan dari beberapa

ahli dalam penulisan ini. Sedangkan

pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan objektif, karena dalam penelitian

karya sastra, analisis atau pendekatan

objektif terhadap unsur-unsur intrinsik atau

struktur karya sastra merupakan tahap awal

untuk meneliti karya sastra sebelum

memasuki penelitian lebih lanjut (Damono

melalui Wicaksono, 1984:2).

Korpus dalam penelitian ini adalah

cerpen Kamar Kecil di Gang Qingyun karya

Ding Ling dan cerpen Bulan Sabit karya

Lao She. Kedua cerpen yang digunakan

merupakan cerpen dalam bahasa Mandarin.

2. ANALISIS

3.1 Ding Ling dan Cerpen KKGQ

2.1.1 Ding Ling

Ding Ling adalah penulis yang

banyak mendapatkan pengaruh dari karya

sastra asing, seperti yang pernah dijelaskan

oleh Ding Ling mengenai jasa-jasa karya

sastra asing terhadapnya di bagian pembuka

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 4: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

dari bukunya yang berjudul Miss Sophie's

Diary And Other Stories1

Dalam menggunakan teknik menulis,

Ding Ling merupakan seorang penulis yang

terkenal dengan teknik naratif atau teknik

tematik-nya. Ding Ling sangat

memperhatikan kedetilan dari

penggambaran karakter dan watak tokohnya

serta alur cerita yang sesuai dengan

kehidupan sehari-hari sehingga karya-

karyanya terlihat realistik walaupun

sebenarnya dari segi bentuk dan susunan

tulisan tidak terlalu diperhatikan. Tulisan-

tulisannya seakan mampu menggambarkan

dunia yang nyata dan hidup.

Secara umum, Ding Ling tidak terlalu mengistimewakan susunan dan bentuk ketika ia menuliskan cerita pendek atau novel. Apalagi untuk mencoba membuat alur cerita yang menakjubkan. Yang ia tekankan adalah gambaran karakter, kemudian membuka batin dunia mereka dan melukiskan suasana dimana peran mereka berada. Oleh sebab itu secara sederhana tulisan-tulisan Ding Ling seperti arus mengalur yang lewat dengan halus, seperti bintang bertaburan di langit, tetapi apa yang ditemukan pembaca sesungguhnya adalah suatu arti yang dalam, prosa yang indah dan

1 “I can say that if I have not been influenced by Western literature I would probably not have been able to write fiction, or at any rate not the kind of fiction in this collection. It is obvious that my earliest stories followed the path of Western realism...” (Ding Ling, Miss Sophie’s Diary and Other Stories. [W.J.F. Jenner, Penerjemah], 1985: 7)

lirik yang bermutu. (Feng Xiaoxing, 1908: 9)

Karya-karya Ding Ling pada

umumnya mengangkat kisah tentang

kehidupan wanita dan mengambil wanita

sebagai tokoh utamanya. Terdapat satu

kutipan dalam buku Kajian Fiksi Moderen

Cina ( 中 国 现 代 小 说 导 轮 ) yang

menyebutkan bahwa terdapat kemiripan

karakter dari tokoh-tokoh yang diciptakan

dalam karya-karya Ding Ling, yaitu:

Dimulai dari Mengke, Ding Ling membuat gambaran wanita muda yang berkarakter sangat bijaksana: Sofi, Li Jia, Mei Lin, Zhen Zhen, Lu Ping, dan seterusnya. Tokoh-tokoh tersebut membentuk daya tarik dari karya-karya Ding Ling yang unik, juga menjadi gambaran wanita yang berkarakteristik individualisme terkaya dalam sejarah fiksi moderen Cina. Penggambaran wanita dalam karya-karya Ding Ling, seluruhnya memiliki karakteristik yang mirip: antusias, kuat, dan berani menentang tradisi. Daya tarik mereka berasal dari karakteristik yang keras kepala dan tidak terikat dengan tradisi. Jadi, antusias, bebas, penuh semangat untuk maju, gambaran tokoh utama yang ia buat di saat yang bersamaan merupakan penggambaran tentang dirinya. (Yang Zhenfen, 2004: 152)

Ia mampu secara terang-terangan

menggunakan subjektifitas wanita dan

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 5: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

autobiografinya dalam mengemukakan

makna dari tulisannya (Xia Zhiqing, 2004:

153). Seperti karya cerpen yang selanjutnya

akan dianalisis dalam tulisan ini, yaitu

cerpen Kamar Kecil di Gang Qingyun.

2.1.2 Cerpen KKGQ

2.1.2.1 Sinopsis

Cerpen Kamar Kecil di Gang

Qingyun atau dalam bahasa Mandarin

Qìngyún Lǐ Zhōng de Yī Jiàn Xiǎo Fáng Lǐ

(庆云里中的一间小房里) adalah cerpen

karya Ding Ling (1904-1986) yang ditulis

pada akhir tahun 1928 dan diterbitkan pada

Januari 1929.

Secara keseluruhan cerpen ini

bercerita tentang seorang wanita bernama A

Ying (阿英) yang datang dari Shanghai ke

Qingyun untuk mengais rezeki dengan

hidup sebagai seorang pelacur di sebuah

rumah bordil di sana. Dalam kesehariannya

di rumah bordil, A Ying seringkali teringat

akan mimpi-mimpi indah hidup bersama

Chen Laosan, lelaki pujaannya. Namun

seiring berjalannya waktu A Ying juga

dihadapkan dengan kenyataan hidup yang ia

jalani sebenarnya, sehingga permasalahan

ini menuntun A Ying untuk berpikir dan

mengambil keputusan hidup. Pada akhirnya,

ia sendiri tidak memilih untuk hidup

bersama Chen Laosan, melainkan memilih

untuk tetap bekerja dan melanjutkan hidup

di rumah bordil milik nyonya A Mu tersebut.

2.1.2.2 Tokoh dan Penokohan A Ying (Tokoh yang Dibangun dengan Kontras-Kontras)

Diceritakan bahwa A Ying sering

bermimpi untuk memiliki kehidupan yang

layak bersama Chen Laosan. Sedangkan

keinginan untuk hidup layak seperti orang-

orang normal dapat dikatakan sebagai

sebuah mimpi besar bagi para wanita yang

berkerja sebagai tuna susila seperti A Ying.

Apalagi sebagai seorang pelacur yang

bekerja melayani pelanggan pria dengan

berbagai macam latar belakang dan tidak

saling mengenal, maka keinginan untuk

hidup bersama pria yang dicintai adalah

suatu angan yang besar dan sulit untuk

diwujudkan.

Pada awalnya, untuk mewujudkan

mimpinya yang terlalu tinggi tersebut ia rela

melakukan apa saja, termasuk menyerahkan

semua uang hasil keringatnya. Namun

mimpi-mimpinya tersebut perlahan

tergantikan dengan kenyataan yang ia miliki

dari kehidupan yang ia jalani dalam rumah

bordil.

Dalam perkembangan cerita

dipaparkan peristiwa-pristiwa yang dialami

oleh A Ying. Tiap-tiap peristiwa selalu

menjadi renungan bagi A Ying terhadap

mimpi-mimpinya. Dengan kata lain

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 6: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

hidupnya dalam mimpi sangat berbeda atau

kontras dengan kehidupannya dalam

lingkungan rumah bordil dan perbedaan

inilah yang menjadi bahan pertimbangan

bagi A Ying dalam menentukan keputusan

akhirnya. Dan kontras-kontras ini pula yang

membentuk karakter A Ying selanjutnya.

A. Realistis dan Praktis

Dalam kesehariannya di rumah

bordil, A Ying tidak kekurangan kasih

sayang. Walaupun pada awalnya ia sering

berpikir bahwa kasih sayang Chen Laosan

merupakan sesuatu yang dapat

menyempurnakan hidupnya, namun dalam

rumah bordil ini, ia hidup tenang dan

nyaman bersama nyonya A Mu dan rekan-

rekannya, yaitu Da A Zi, A Zi, Niang Yi,

dan Xiang Bang.

Selain dari segi batin, secara materi,

A Ying dapat dikatakan hidup serba

berkecukupan di rumah bordil. Segala

kebutuhan hidup seperti sandang dan

pangan telah disedikan oleh nyonya A Mu.

Dari segi penghasilannya, walaupun

hanya sebagai seorang pelacur, A Ying

dapat dikatakan sudah memiliki penghasilan

yang lebih dari cukup. Disebutkan dalam

cerita ia sudah memiliki tabungan uang dari

hasil bekerja dan menang bermain Mahjong.

Hal ini menunjukkan bahwa walaupun

bekerja sebagai tuna susila namun A Ying

tidak hidup dalam kesengsaraan dan

kegelapan hidup.

A Ying dapat dikatakan sebagai

seorang praktis. Berdasarkan kutipan-

kutipan dalam cerpen yang menggambarkan

pemikiran A Ying, kehidupan dalam rumah

bordil dengan segala ketersediaannya

dirasakan A Ying sebagai kehidupan yang

cukup dan menjamin keberlangsungan

hidupnya. Ia menjalankan hidup dengan

mudah, tanpa mengalami hambatan apapun.

Sesuai dengan apa yang sering A Ying

utarakan dalam pikirannya bahwa ia sudah

terbiasa dengan kehidupan di rumah bordil.

Dengan kondisi yang seperti itu, yang ia

harus lakukan hanyalah bekerja dengan baik.

A Ying tidak mengelak melainkan

menikmati kecukupan materi yang ia

dapatkan dari dalam sebuah rumah bordil. A

Ying walaupun seorang pemimpi namun

juga melihat kenyataan hidup dan apa yang

ia telah miliki ketika merenungkan angan-

angannya.

Pemaparan di atas secara tidak

langsung juga menunjukkan sifat realistis A

Ying dalam berpikir tentang jaminan

keberlangsungan hidupnya, yaitu bukanlah

tampan atau besarnya cinta seorang pria

padanya yang bisa membuatnya bertahan

hidup, melainkan kecukupan materi. Hal ini

diperkuat lagi dengan pemikiran A Ying

dalam kutipan berikut.

陈老三的影子,不觉的又涌上了阿

英的心,阿英很想得嫁陈老三那样

的人,所以阿英说,“既然可以嫁人,

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 7: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

为什么不好呢?”而阿姊的那客人,

矮矮胖胖的身体,扁扁麻麻的脸孔

也就显了出来。心里又觉得好笑,

若要自己去嫁他,是不高兴的。因

此她又把话变了方向:“只要人过得

去。” Bayangan Chen Laosan, tak sadar sudah memenuhi isi hati A Ying, A Ying sangat ingin dinikahi oleh Chen Laosan, oleh karena itu A Ying berkata, “seandainya ada yang mau menikahi kita, apa buruknya?” Lalu A Ying teringat akan postur tubuh gemuk dan pendek serta wajah yang tidak tampan dari pelanggan A Zi. Dalam hati A Ying merasa lucu, jika ia menikah dengan lelaki itu, tentu ia tidak akan gembira. Karena inilah, Ia mengubah arah topik pembicaraannya, “Asalkan mereka bisa menjalaninya.” (Ding Ling, 1951: 112)

B. Mandiri, Inisiatif, Berani A Ying digambarkan sebagai sosok

yang tenang dan tidak suka mengeluh. Tidak

terdapat satu kalimat pun dalam cerita yang

menceritakan bahwa A Ying pernah

mengeluh kepada rekan-rekan atau nyonya

A Mu sendiri tentang pekerjaan atau beban

hidup yang ditanggungnya. Tentang

mimpinya sendiri pun, hanya A Ying-lah

yang mengetahuinya. A Ying sudah terbiasa

dengan pekerjaannya sebagai pelacur,

dengan begitu ia juga terbiasa dengan

suasana kehidupan di dalam rumah bordil.

早上的梦,她全忘了。那于她无益。

她为什么定要嫁人呢?说吃饭穿衣,

她现在并不愁什么,一切都由阿姆

负担了。说缺少了一个丈夫,然而

她夜夜并不虚过呀! ……她什么事

都可以不做,除了去陪一个男人睡,

但这事并不难,她很惯于这个了。 Mimpi tadi pagi, sudah sepenuhnya ia lupakan. Mimpi itu tak berguna baginya. Mengapa ia harus berharap dinikahi? Berbicara masalah kebutuhan hidup, sekarang tidak ada yang perlu dikhawatirkan olehnya, semuanya sudah ditanggung oleh A Mu. Jika dikatakan tidak punya suami, setiap malam ia tidak pernah sendiri! .... apa pun tidak perlu dikerjakan olehnya, kecuali hanya menemani seorang lelaki tidur, dan ini pun tidak sulit baginya karena ia sudah sangat terbiasa. (Ding Ling, 1951: 116)

Kutipan di atas menunjukkan jalan

pikiran A Ying yang mengarahkannya pada

suatu keputusan akhir yaitu keputusan untuk

melanjutkan hidup di rumah bordil sebagai

pelacur. Kutipan di atas juga

menggambarkan tentang sikap inisiatif dan

berani dari A Ying dalam mengambil

sebuah keputusan.

Kecukupan materi dan kehidupan

yang cukup nyaman di rumah bordil adalah

dua hal yang memaksa A Ying

memalingkan wajah dan melihat realita yang

ada bahwa di rumah bordil ia bisa

mendapatkan perlakuan yang layak dari

nyonya A Mu, dengan profesi sebagai tuna

susila ia bisa mendapatkan uang untuk

memenuhi kebutuhan yang bisa dikatakan

sudah lebih dari cukup, dan walaupun tanpa

cinta, dia masih bisa melanjutkan hidupnya.

Dalam cerita tidak disebutkan bahwa A

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 8: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

Ying menghiraukan pandangan-pandangan

ideal tentang kehidupan, sehingga A Ying

pun ditunjukkan sebagai seorang wanita

yang bebas menggunakan haknya dalam

memilih. Hal-hal tersebut secara

keseluruhan dapat mewakili sifat mandiri,

inisiatif, dan sifat berani dari tokoh A Ying.

3.2 Lao She dan Cerpen Bulan Sabit

2. 2.1 Lao She

Lao She adalah salah satu dari

penulis Cina yang banyak mendapat

pengaruh sastra asing dalam karir

menulisnya. Hal ini terlihat paling jelas dari

tiga novel pertama yang ditulis oleh Lao

She ketika tinggal di London yaitu Filsafat

Lao Zhang, Dua Orang Bermarga Ma, dan

Tuan Zhao Berkata. Ketiga novel ini ditulis

dalam jarak waktu yang tidak telampau jauh.

Ia juga merupakan seorang penulis

yang revolusioner dan sangat

memperhatikan kehidupan sosial masyarakat.

Karya-karyanya banyak diambil dari

kehidupan rakyat biasa di Cina, kebanyakan

adalah mengenai rasa cinta tanah air atau

masalah-masalah kehidupan sosial, sebagian

besar berbicara mengenai kemiskinan di

Cina, sehingga Lao She dijuluki sebagai

Seniman Rakyat (Song Yuwu, 2013: 164).

Gaya humor telah menjadi ciri

khasnya dalam menulis, sebagaimana ia

juga telah dikenal sebagai novelis komik di

Cina. Seperti yang pernah dikatakan Lao

She pada tahun 1935:

“Teman-teman terus-terusan menyarankanku untuk meninggalkan gaya humor dalam tulisanku; Aku sungguh sangat menghargainya. Aku juga mengetahui bahwa karena gaya humor banyak dari karya-karya-ku yang tidak disukai. Namun setelah mengalami dua kegagalan ini (‘Lake Ta Ming’ dan ‘Notes on Cat City’), sejak saat itu Aku menyadari bahwa sangatlah sulit mengubah seekor anjing menjadi seekor kucing.” (Vohra, 1974: 61-62)

Dari karya-karya yang ia tulis dapat

disimpulkan bahwa Lao She pada umumnya

mengambil Beijing sebagai latar tempat

dalam cerita. Ia penulis yang menggunakan

gaya humor dan satire sebagai gaya

penulisannya. Teknik menulisnya dilihat

dari segi alur, sangat sederhana dan tidak

rumit, umumnya beralur maju. Tokoh dan

penokohan yang diciptakan merupakan

tokoh-tokoh simbolik dan sebagian besar

berasal dari kalangan menengah ke bawah.

Kisah-kisah yang ia ciptakan secara garis

besar menggambarakan tentang hubungan

antar manusia atau masyarakat dalam

kehidupan sosial dan di balik karya-

karyanya selalu terdapat pendapat dan

kritiknya terhadap kondisi sosial di Cina.

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 9: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

2. 2.2 Cerpen Bulan Sabit

2.2.2.1 Sinopsis

Cerpen Bulan Sabit atau Yue Yaer

(月牙儿) adalah cerpen yang ditulis Lao She

berdasarkan kisah dalam novel sebelumnya

yang berjudul Danau Ta Ming2 《大明湖》

dan terbit pada tanggal 1 April 1935. Cerpen

ini berkisah tentang perjuangan hidup tokoh

‘Wǒ’ (我) yang berarti ‘Aku’─ seorang anak

perempuan yang ibunya harus menjadi

seorang tuna susila karena masalah himpitan

ekonomi. Kisah kehidupan ‘Aku’

digambarkan melalui sebuah catatan harian

yang tidak diberitahukan waktu tepatnya.

Catatan harian tersebut menceritakan

pahitnya kehidupan ‘Aku’ sejak ia masih

berumur 7 tahun sampai ia dewasa. ‘Aku’

digambarkan sebagai seorang anak dari

keluarga yang tidak berpunya. Keadaan

semakin memburuk ketika ayahnya

meninggal dunia sehingga hanya tinggal

‘Aku’ dan ibunya yang harus menanggung

beban hidup yang sulit.

2 Danau Ta Ming 《大明湖》merupakan novel yang ditulis Lao She pada musim semi tahun 1931. Walaupun bukan sebagai tema utama, namun novel ini menggunakan Peristiwa Jinan (1928) sebagai latar belakang waktu cerita dalam beberapa bagian cerita. Novel ini pada awalnya akan diterbitkan pada tahun 1932, namun dikarenakan aksi tentara Jepang di Shanghai yang membakar semua hasil cetakan menyebabkan novel ini hilang untuk selamanya dan Lao She tidak berkenan untuk menulis ulang novel ini. Namun kemudian Lao She menulis cerpen Bulan Sabit berdasarkan peristiwa yang ada dalam novel Danau Ta Ming tersebut.(Vohra, Lao She and The Chinese Revolution, 1974: 60)

‘Aku’ di awal cerita digambarkan

sebagai anak yang penuh semangat, suka

belajar, dan sangat menganggap penting

moralitas hidup. Hal ini terlihat dari

penggambaran ‘Aku’ yang menganggap

pekerjaan menjual diri yang dilakukan

ibunya adalah pekerjaan hina dan untuk itu

ia ingin memperbaiki taraf hidupnya agar

dapat hidup lebih baik dibandingkan ibunya.

‘Aku’ digambarkan sebagai anak yang

optimis akan masa depannya. Ia yakin

dengan pendidikan yang cukup maka hidup

akan menjadi lebih baik. Namun karena

tuntutan ekonomi dan pengaruh keadaan

sekitar yang buruk, ‘Aku’ pun perlahan-

lahan meninggalkan nilai-nilai awal yang ia

percaya. Dengan kata lain, perjalanan waktu

dan pengalaman hidup membuat anggapan

awal yang ia yakini pelan-pelan berubah.

2.2.2.2 Tokoh dan Penokohan

‘Aku’ (Tokoh yang

Dibentuk oleh

Kemiskinan)

Cerita menyajikan dua arah

kehidupan bagi ‘Aku’, yaitu hidup miskin

dengan menjunjung moralitas atau hidup

tercukupi tanpa menghiraukan moralitas.

Namun untuk menentukan arah mana yang

ditempuh oleh ‘Aku’, kemiskinan menjadi

hal mendasar yang nantinya akan

mengarahkan ‘Aku’ ke jalan terakhir.

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 10: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

Perjalanan hidup yang dijalani oleh

‘Aku’ disajikan dalam bentuk tahapan-

tahapan dalam pemaparan cerita dalam

bentuk catatan harian tokoh ‘Aku’ sendiri.

Semua tahapan hidup tersebut berkembang

karena satu alasan yaitu kemiskinan.

Melalui tahapan-tahapan dalam cerita pula

akan terlihat pembentukan watak dan

karakter tokoh utama. Dengan kata lain,

kemiskinan merupakan isu mendasar yang

dimiliki oleh cerita dalam cerpen ini. ‘Aku’

sebagai tokoh utamanya, menjalani hidup

dalam kemiskinan sejak awal sampai akhir

cerita.

A. Hidup Bergantung pada Laki-

Laki

Lao She menciptakan tokoh yang

berusia muda dalam cerita ini, yakni gadis

kecil berumur sekitar 7-8 tahun yang masih

belum bisa lepas dari ibunya, sehingga ia

pun harus menggantungkan hidupnya

kepada ibunya. Dilihat dari sisi kehidupan

sang ibu, terlihat bahwa pada dasarnya sang

ibu hidup dari kecukupan yang diberikan

oleh laki-laki, yaitu suami kedua, para lelaki

hidung belang, dan suami ketiganya.

Dengan kata lain sang ibu menggantungkan

hidupnya kepada laki-laki dan secara tidak

langsung begitu pula dengan ‘Aku’.

Beberapa kali, ‘Aku’ telah berusaha

untuk mendapatkan kehidupan yang layak

dan terhindar dari dunia pelacuran yaitu

mencari uang dengan cara yang benar,

namun dalam cerita terlihat bahwa selalu

muncul masalah yang menyebabkan ‘Aku’

gagal untuk mandiri. Beragam masalah yang

ia dapatkan mengarahkannya pada masalah

dasar yaitu tidak memiliki uang untuk

mencukupi kebutuhan. Dalam cerita pula,

solusi yang disajikan secara keseluruhan

adalah laki-laki. Sebagai contoh yaitu ketika

ia kehilangan pekerjaan karena kepala

sekolahnya yang turun jabatan, diceritakan

ia secara kebetulan bertemu dengan

keponakan sang kepala sekolah dan

kemudian menjalin hubungan dengannya.

Dari hubungan ini, ia pun mendapatkan

banyak dukungan materil dari sang

kekasihnya tersebut, walaupun pada

akhirnya ia tahu bahwa kekasihnya tersebut

sudah memiliki istri. Contoh lainnya, ketika

ia sudah tidak memiliki pekerjaan, ia

menggunakan ‘percintaan’ dan menjalin

hubungan dengan laki-laki untuk mecukupi

kebutuhan hidupnya.

自从遇上那个小磁人,我不

想把自己专卖给一个男人了,

我决定玩玩了;换句话说,

我要“浪漫”地挣饭吃了。我

不再为谁负着什么道德责任,

我饿。浪漫足以治饿,正如

同吃饱了才浪漫,这是个圆

圈,从哪儿走都可以。 Setelah bertemu dengan wanita berwajah seperti boneka itu, aku tidak ingin lagi menjual diriku kepada seorang laki-laki, aku memutuskan untuk

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 11: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

bermain-main; dengan kata lain, aku ingin menggunakan “percintaan” untuk mengisi perutku. Aku tidak lagi menanggung beban moral apapun pada siapapun, aku lapar. Percintaan dapat mengobati rasa lapar, seperti halnya percintaan yang baru bisa dimulai jika perut sudah kenyang, ini adalah sebuah siklus, terserah harus dimulai dari mana. (Lao She, 1997: 355)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa

walaupun sudah putus asa, ‘Aku’ mencoba

untuk berusaha menjalankan hidup dengan

menggunakan percintaan, sehingga ia tidak

langsung terjun ke dunia pelacuran atau

dengan kata lain disebut sebagai seorang

pelacur. Namun ternyata bagi wanita tanpa

latar belakang keluarga dan pendidikan yang

baik, percintaan merupakan sesuatu yang

nihil baginya sehingga ia tidak bisa

mendapatkan apa-apa dari hubungannya.

Berdasarkan kutipan di atas juga terlihat

bahwa, nilai-nilai moral sudah tidak lagi

menjadi beban baginya. Mengandalkan

percintaan untuk mengisi perutnya sama

saja halnya dengan mengganti uang dengan

dirinya. Hal ini sama sekali melanggar nilai-

nilai moral kehidupan.

所谓文明人,懂得问我在哪儿毕业,

家里作什么事。那个态度使我看明

白,他若是要你,你得给他相当的

好处;你若是没有好处可贡献呢,

人家只用一角钱的冰激凌换你一

个吻。 Semua lelaki yang berpendidikan, selalu tahu bagaimana caranya bertanya dari sekolah apakah aku lulus, dan bisnis apa yang keluargaku sedang tekuni. Sikap mereka tersebut membuatku paham bahwa jika seorang laki-laki menginginkanmu, maka kau harus memberikan mereka imbalan yang setimpal; jika dirimu tidak memiliki apa pun untuk diberikan, maka ia hanya akan memberikan uang satu Jiao untuk membeli es krim sebagai imbalan ciuman. (Lao She, 1997: 355-356 )

Usaha-usaha yang ia lakukan untuk

menjauh dari dunia pelacuran tenyata malah

semakin membuatnya dekat dengan dunia

tersebut. ‘Aku’ pun akhirnya menjadi

seorang pelacur, namun ia bekerja secara

ilegal dikarenakan umurnya yang belum

genap 20 tahun. Ketika menjadi seorang

pelacur, ia digambarkan telah menjadi gadis

belia yang secara terang-terangan tidak lagi

menghiraukan moralitas melainkan

mengutamakan uang untuk memenuhi

kebutuhan hidup yang mana uang-uang

tersebut hanya bisa ia dapatkan dari laki-laki

yang datang padanya dari berbagai kalangan.

Ia tidak lagi menghiraukan latar belakang

laki-laki yang ia harus layani, asalkan

mereka membayarnya maka ia akan

memberikan pelayanan terbaik yang ia bisa

lakukan. Hanya dengan menjadi seorang

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 12: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

tuna susila ia dapat mencukupi kebutuhan

hidupnya, bahkan dengan penghasilan dari

profesi ini ia bisa membiayai kebutuhan

hidup ibunya yang telah kembali tinggal

bersamanya.

这些经验叫我认识了“钱”与“人”。钱比人更厉害一些,人若是兽,钱

就是兽的胆子。 Pengalaman-pengalaman ini telah membuatku memahami arti dari “uang” dan “manusia”. Uang jauh lebih penting dibandingkan orang, manusia bagaikan seekor hewan dan uang adalah lambungnya. (Lao She, 1997: 357 )

‘Aku’, walaupun sudah berusaha

untuk mandiri di jalan yang layak, namun

hidupnya harus selalu bergantung kepada

laki-laki. Hal ini merupakan salah satu

kegagalan untuk mandiri di jalan yang ia

inginkan bagi tokoh ‘Aku’. Terdapat hal

ironi dalam kedua hal berikut: Menjadi

pelacur untuk bisa mandiri. Hal tersebut

menjelaskan bahwa hanya dengan menjadi

wanita susila-lah ‘Aku’ bisa menghidupi

dirinya sendiri walaupun ia harus

menjalaninya secara terpaksa.

B. Ketiadaan Pilihan Hidup

Berdasarkan cerita, terdapat tiga

faktor yang menyebabkan ‘Aku’ harus

menjadi seorang pelacur dan mengakhiri

hidupnya di dalam penjara. Ketiga faktor

tersebut diantaranya adalah himpitan

ekonomi, keluarga dan lingkungan, serta

pendidikan.

Lingkungan atau kondisi sosial

merupakan hal yang dapat mempengaruhi

watak dan kepribadian seseorang, begitu

juga halnya dengan ‘Aku’. ‘Aku’ sudah

hidup dalam lingkungan dan situasi sosial

yang kelam sejak kecil hingga dewasa.

Lingkungan yang diciptakan untuk tokoh

‘Aku’ dalam cerita kebanyakan adalah

lingkungan yang “berbau” dunia pelacuran.

Selain faktor kondisi sosial,

sebagaimana yang telah disebutkan di awal

bahwa himpitan ekonomi merupakan

masalah dasar dari kehidupan ‘Aku’ dalam

cerita. Latar belakang ekonomi yang buruk

memaksanya untuk mengesampingkan

segala hal dan menggunakan segala cara

untuk bertahan hidup. Banyak hal yang

harus ditinggalkan‘Aku’ karena masalah

kemiskinan yang dihadapinya. Ia tidak lagi

menganggap moralitas kehidupan sebagai

suatu hal yang perlu diyakini dan dijalani

serta meninggalkan ajaran-ajaran yang ia

dapat selama masih bersekolah. Kehidupan

ideal yang ia inginkan pun lenyap. Uang

adalah segalanya bagi ‘Aku’ dan uang

tersebut hanya bisa ia dapatkan dengan

menjual diri.

我想象着一种理想的生活,象作着

梦似的;这个梦一会儿就过去了,

实际的生活使我更觉得难过。这个

世界不是个梦,是真的地狱。

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 13: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

Pada awalnya aku masih memikirkan kehidupan yang ideal yang bagaikan sebuah mimpi; tak lama kemudian mimpi ini lenyap, kehidupan yang sebenarnyalah yang membuatku merasa sedih. Dunia ini bukanlah sebuah mimpi, melainkan neraka. (Lao She, 1997: 348)

Dilihat dari segi latar belakang

ekonomi keluarganya tersebut, maka dapat

dipastikan bahwa latar pendidikan ‘Aku’

tidak cukup baik, terlebih lagi pendidikan

sang ibu. Wanita dengan latar belakang

ekonomi yang buruk dan tanpa riwayat

pendidikan yang baik membuat ‘Aku' dan

sang ibu sulit untuk mendapatkan pekerjaan

yang layak sehingga harus menggantungkan

hidupnya pada laki-laki yang digambarkan

selalu dapat mencukupi kebutuhan hidup

mereka.

Berdasarkan pemaparan-pemaparan

di atas terlihat bahwa ketiga faktor ini

merupakan penyebab dari ketiadaan pilihan

hidup bagi ‘Aku’. Uang dan laki-laki

merupakan dua hal yang mengikat

kebebasan‘Aku’ untuk memilih jalan hidup.

3. Kajian Bandingan

Setelah menganalisa kedua cerpen

dengan lebih lanjut terlihat bahwa kedua

cerpen memiliki beberapa persamaan yakni

1) Kedua cerpen mengangkat tema atau isu

yang sama yaitu wanita dan prostitusi; 2)

Kedua cerpen sama-sama mengambil wanita

sebagai tokoh utama dalam cerita; dan 3)

Kedua tokoh utama sama-sama dikisahkan

berusaha untuk mendapatkan kecukupan

materi dalam kondisi ekonomi yang buruk

agar bisa melanjutkan hidup dengan bekerja

menjadi seorang pelacur. Namun setelah

melakukan kajian bandingan antar kedua

cerpen, maka muncul beberapa perbedaan

yang mengarah pada satu kesimpulan akhir.

3.1 Nama

Dilihat dari segi penamaan karakter,

Ding Ling mengambil nama A Ying sebagai

nama tokoh utamanya sedangkan Lao She

memilih untuk tidak memberikan sebuah

nama. Nama merupakan identitas bagi

seseorang. Berdasarkan hal ini terlihat

bahwa tokoh utama wanita dalam cerpen

Ding Ling memiliki identitas dan hal ini

menunjukkan A Ying lebih berdaya

dibandingkan tokoh utama dalam cerpen

Lao She yang hanya menggunakan kata

pengganti orang yaitu ‘Aku’. Keberdayaan

ini pun terlihat dari bagaimana A Ying

memiliki kesanggupan untuk menghidupi

laki-laki sedangkan tidak dengan ‘Aku’.

3.2 Latar Tempat, Sosial, dan

Ekonomi

Latar tempat dalam cerpen KKGQ

jika dibandingkan dengan latar tempat

cerpen Bulan Sabit sangatlah berbeda.

Cerpen yang ditulis oleh Ding Ling

menggunakan latar tempat yang jelas letak

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 14: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

dan namanya. Dilihat dari judul dapat

diketahui bahwa cerpen KKGQ mengambil

latar tempat di kampung Qingyun.

Berdasarkan pemaparan cerita pula dapat

diketahui bahwa Qingyun merupakan salah

satu desa di Shanghai. Sedangkan cerpen

yang ditulis oleh Lao She sama sekali tidak

menjelaskan hal tersebut dalam cerita.

Cerpen Bulan Sabit tidak pernah sekali pun

memunculkan nama kota atau keterangan

nama tempat lainnya. Namun dari segi latar

sosialnya, cerpen Bulan Sabit mengambil

lingkungan sosial yang lebih luas.

Sedangkan cerpen KKGQ hanya berkutat

dalam lingkungan pelacuran saja.

Bersinggungan dengan latar

belakang ekonomi, berdasarkan pemaparan

cerita dari masing-masing cerpen dapat

disimpulkan bahwa kedua cerpen ini

menciptakan tokoh utama yang sama-sama

memiliki latar belakang ekonomi yang tidak

sejahtera, yaitu berasal dari kalangan bawah.

Kedua tokoh utama ini memiliki pekerjaan

yang sama yaitu bekerja sebagai seorang

pelacur. Berdasarkan hal tersebut pula dapat

diketahui bahwa latar pendidikan kedua

tokoh dalam masing-masing cerpen sangat

buruk sehingga keduanya harus bekerja

sebagai seorang pelacur.

3.3 Keluarga, Nilai-Nilai Moral,

dan Pendidikan Dalam cerpen KKGQ sama sekali

tidak disebutkan tentang asal-usul keluarga

A Ying. Sedangkan dalam cerpen Bulan

Sabit dapat diketahui bahwa ‘Aku’ adalah

seorang anak tunggal, yang telah menjadi

yatim piatu dan kemudian hidup bersama

ibunya.

Berdasarkan keterangan tersebut

dapat dilihat bahwa A Ying memiliki

kebebasan hidup dalam dirinya, yakni

bekerja hanya untuk diri sendiri tanpa harus

memikirkan kecukupan keluarganya.

Berbeda dengan ‘Aku’, walaupun ia sempat

berpisah dengan sang ibu dalam kurun

beberapa waktu, namun sejak kecil hingga

dewasa ia hidup bersama ibunya. Bahkan

pada saat ketika berpisah dengan ibunya,

‘Aku’ digambarkan sering teringat akan

ibunya. Di sisi lain, ‘Aku’ digambarkan

sangat mencintai ibunya dan ingin

membalas jasa ibunya yang telah berjuang

mempertahankan hidupnya sejak kecil.

Menyinggung faktor kedua, berbeda

dengan cerpen karya Lao She yang

menggambarkan tokoh dengan keyakinan

terhadap nilai-nilai moral kehidupan, cerpen

karya Ding Ling tidak memunculkan isu

tentang moralitas secara tersirat maupun

tersurat. Ding Ling menciptakan tokoh

wanita yang tidak memikul beban moral

sehingga hidupnya terlihat lebih bebas.

Pekerjaan sebagai pelacur bagi A Ying

adalah pekerjaan biasa yang bisa dengan

mudah ia tekuni untuk menghasilkan uang

dan lebih dari cukup telah memenuhi

kebutuhannya. Di lain pihak, ‘Aku’

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 15: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

digambarkan sebagai anak perempuan yang

pada awalnya meyakini nilai-nilai moral

kehidupan sehingga ia ingin menjalankan

hidup yang bermoral. Namun keyakinannya

ini sebaliknya menjadi beban bagi ‘Aku’

dalam perjalanan hidupnya untuk dapat

dengan mudah mencukupi kebutuhan hidup.

Faktor lainnya yaitu masalah

pendidikan. Latar belakang pendidikan A

Ying sama sekali tidak disebutkan dalam

cerita. Cerpen KKGQ pada dasarnya

memang hanya berkisah tentang mimpi-

mimpi A Ying dan kehidupan A Ying dalam

rumah bordil. Sedangkan ‘Aku’ diceritakan

sebagai lulusan Sekolah Dasar. Namun

berdasarkan cerita, pendidikan dalam cerpen

Bulan Sabit terlihat tidak berfungsi sebagai

layaknya tujuan seseorang mengenyam

pendidikan. Kehidupan ‘Aku’ selama

bersekolah seperti lingkungannya, malah

mengarahkannya untuk setuju dengan ide

ibunya menjadi seorang pelacur. Keluarga,

nilai-nilai moral, dan pendidikan malah

menjadi hal yang ironi dalam hidup tokoh

‘Aku’.

Berdasarkan pemaparan-pemaparan

di atas dapat dikatakan bahwa kehidupan

keluarga, pendidikan, dan keyakinan akan

nilai-nilai moral tidak diciptakan untuk

tokoh utama wanita dalam cerpen KKGQ.

Hal ini berbanding terbalik dengan

kehidupan tokoh utama wanita dalam cerpen

Bulan Sabit. Ding Ling melalui cerpennya

terlihat ingin menciptakan kehidupan

seorang wanita yang memiliki kebebasan,

walaupun hanya bekerja sebagai seorang

pelacur. Sedangkan Lao She terlihat ingin

menjabarkan kondisi kehidupan wanita yang

terkekang yang mengakibatkan hilangnya

kebebasan untuk menentukan pilihan hidup.

4. Simpulan Setelah melalui beberapa analisis

terhadap kehidupan tokoh dalam cerita serta

membandingkan gambaran kedua tokoh,

maka secara singkat perbedaan gambaran

tokoh dalam masing-masing cerpen dapat

dilihat dalam tabel berikut.

Tabel Pembanding Cerpen

No. Pembanding A Ying ‘Aku’

1. Nama Ada Tidak ada

2. Latar belakang

keluarga

Tidak

disebutkan Disebutkan

3. Latar belakang

pendidikan

Tidak

disebutkan Disebutkan

4.

Lngkungan

sosial (tempat

tinggal)

Rumah

bordil

Berpindah-

pindah

5.

Keyakinan

terhadap nilai-

nilai moral

Tidak

disebutkan Disebutkan

6. Kehendak

menjadi pelacur

Kehendak

sendiri,

bebas

Terpaksa

7.

Kebergantungan

hidup pada laki-

laki

Tidak

bergantung Bergantung

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 16: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

Tabel di atas menunjukkan

perbedaan yang sangat kontras dari kedua

tokoh ini. Persamaan yang dimiliki

keduanya hanyalah sebatas persamaan

profesi. Jika dilihat dari segi ekonomi,

kedua tokoh utama dari masing-masing

karya memang sama-sama memiliki

masalah dalam bidang ini, namun A Ying

digambarkan dapat mengatasi masalah ini

dengan mandiri dan mendapatkan

kehidupannya yang nyaman. Hal ini berbeda

dengan ‘Aku’ yang mengalami penderitaan

dalam menjalankannya. Kedua tokoh utama

wanita dari masing-masing cerpen memiliki

suasana kehidupan yang berbeda. Hal ini

juga dibenarkan oleh pendapat Li Rong

dalam bukunya yang berjudul ‘A Library of

Doctoral Dissertations in Social Sciences in

China: 中国现代文学的身体阐释 ’. Ia

menyebutkan bahwa berbeda dengan Lao

She yang menyajikan ‘Pola Penderitaan’ (苦

难模式,kǔnàn móshì) dalam kehidupan

‘Aku’, Ding Ling menyajikan ‘Pola

Kesenangan’ (愉悦模式 , yúyuè móshì)

dalam kehidupan seorang wanita dari

kalangan bernama A Ying (Li Rong, 2009:

302).

Dengan kata lain, penulis

menyimpulkan bahwa gambaran tokoh dari

masing-masing cerpen sangat berbanding

terbalik. Lao She sebagai penulis pria

menggambarkan tokoh wanita yang

terkekang atau tidak bebas dan

kehidupannya selalu bergantung kepada

laki-laki, sedangkan Ding Ling sebagai

penulis wanita menggambarkan tokoh

wanita yang memiliki pemikiran radikal

yang dapat melepaskan dirinya dari rasa

ketergantungan terhadap peran laki-laki dan

menjalankan hidup dengan bebas dan

mandiri atas kemauan sendiri.

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 17: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Ding Ling (丁玲). (1951). Xin Wenxue Xuan

Bianji Wang Yuan Hui (新文学选编

辑 妄 员 会 ). Beijing: Kaiming

Shudian.

Jiang Ni (蒋泥). (2007). Dashi Zhi Mi (大师

之 谜 : 老 舍 之 谜 ). Beijing:

Zhongguo Shudian Chubanshe.

Li Rong ( 李蓉 ). (2009). A Library of

Doctoral Dissertations in Social

Sciences in China: Zhongguo

Xiandai Wenxue de Shenti Chanshi

(A Library of Doctoral Dissertations

in Social Sciences in China: 中国现

代 文 学 的 身 体 阐 释 ). Beijing:

Zhongguo Shehui Kexue Chubanshe.

Xia Zhiqing (夏志清). (2001). Zhongguo

Xiandai Xiaoshuo Shi (中国现代小

说 史 ). Xianggang: Xianggang

Chuban Shehui.

Jie Qingti (絜青题). (1988). Lao She Nianpu

(老舍年谱). Hefei: Huangshan.

Yang Zhenfen (杨朕芬). (2004). Zhongguo

Xiandai Xiaoshuo Daolun (中国现

代小说导论 ). Chengdu: Sichuan

Daxue Chubanshe.

Lao She Wenji ( 老 舍 文 集 ). (1997).

Shanghai: Shanghai Shehui

Kexueyuan Chubanshe.

Barlow, Tany E. (1993). Gender Politics in

Modern China: Writing and

Feminism. USA: Duke University

Press.

Damono, Sapardi Djoko. (2005). Pegangan

Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta:

Pusat Bahasa.

Ding, Ling. (1985). Miss Sophie’s Diary

and Other Stories. (W.J.F. Jenner,

Penerjemah). London: Panda Books.

Feng, Xiaoxing. (1980). “Ding Ling’s

Reappearance on The Literary

Stage,” Chinese Literature 1.

Bloomington: Indiana UP.

Feuerwerker, Yi-Tsi, Mei. (1982). Ding

Ling’s Fiction. Boston: Harvard College.

Haiping, Yan. (2006). Chinese Feminist

imagination, Chinese Women

Writers and the Feminist

Imagination, 1905-1948. New York:

Routledge.

McDougall, Bonnie S. (2003). Fictional

Authors, Imaginary Audiences:

Modern Chinese Literature in The

Twentienth Century. Hong Kong:

The Chinese University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. (1998). Teori

Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015

Page 18: PERBANDINGAN GAMBARAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN …

Rokhmansyah, Alfian. (2014). Studi dan

Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal

Terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Smith, Bonnie G. (2008). The Oxford

Encyclopedia of Women in World

History: 4 Volume Set. New York:

Oxford University Press.

Song, Yuwu (2013). Biographical

Dictionary of the People's Republic

of China. Jefferson: McFarland.

Uglow, Jennifer, Frances Hinton, Maggy

Hendry. (1999). The Northeastern

Dictionary of Women's Biography.

London: Northeastern University

Press.

Vohra, Ranbir. (1974). Lao She and The

Chinese Revolution. Cambridge:

Harvard University Press.

Wang, Dewei. (1992). Fictional Realism in

Twentieth-Century China: Mao Dun,

Lao She, and Shen Congwen. New

York: Columbia University Press.

Witchard, Anne. (2012). Lao She in London.

Hong Kong: Hong Kong University

Press.

Wicaksono, Andri. (2014). Pengkajian

Prosa Fiksi. Yogyakarta: Garudhawaca.

Sumber Internet

Barlow, Tani E. (1983, Juli). “Reviewed

Work: Ding Ling's Fiction: Ideology

and Narrative in Modern Chinese

Literature by Yi-tsi Mei

Feuerwerker”, 5(1/2), 125-128. 5

April, 2015.

http://www.jstor.org/stable/495669?s

eq=1#page_scan_tab_contents.

“Sastra Bandingan: Sebuah Pengantar Ringkas” 12 April, 2015. https://www.academia.edu/4608714/SASTRA_BANDINGAN_SEBUAH_PENGANTAR_RINGKAS

“7 BAB II Kajian Teori” 12 April, 2015. https://www.academia.edu/5340896/7_BAB_II_KAJIAN_TEORI

“新青年”. 24 Juni, 2015. http://baike.baidu.com/subview/73918/7178316.htm.

Perbandingan gambaran..., Aika Ramayu, FIB UI, 2015