Upload
others
View
25
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERBANDINGAN EKSTRAK DAUN PANDAN (Pandanus amaryllifolius) PADA
BERBAGAI KONSENTRASI SEBAGAI INHIBITOR LAJU KOROSI KAWAT
STAINLESS STEEL ORTODONTI LEPASAN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Oleh :
OKTAVIANITA PUTRI
J520160063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
(Ketua Dewan Penguji)
(Anggota I Dewan Penguji)
(Anggota II Dewan Penguji)
1
PERBANDINGAN EKSTRAK DAUN PANDAN (Pandanus amaryllifolius) PADA
BERBAGAI KONSENTRASI SEBAGAI INHIBITOR LAJU KOROSI KAWAT
STAINLESS STEEL ORTODONTI LEPASAN
Abstrak
Ortodonti adalah suatu cara untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan gigi
dan mulut serta menciptakan senyum yang menarik. Stainless steel salah satu
material yang sering digunakan pada piranti ortodonti lepasan. Penggunaan kawat
ortodonti dalam rongga mulut berpotensi mengalami korosi. Penggunaan inhibitor
dapat mengurangi terjadinya korosi pada kawat ortodonti stainless steel. Inhibitor
organik salah satunya adalah daun pandan. Kawat ortodontik stainless steel
merupakan jenis kawat yang paling sering digunakan saat ini dalam perawatan
ortodontik. Penggunaan kawat stainless steel dalam rongga mulut juga dapat
menyebabkan korosi. Penyebab gerjadinya korosi antara lain pengaruh dari
perubahan suhu, mikroflora, enzim dalam rongga mulut, dan perubahan keasaman
(pH). Penambahan inhibitor organik yaitu ekstrak daun pandan dengan
konsentrasi berbeda dapat mengurangi terjadinya korosi dengan kecepatan
berbeda pada kawat stailess steel. ekstrak daun pandan dengan konsentrasi
tertinggi dapat lebih cepat dalam menghambat proses korosi suatu logam.
Kata kunci : Ortodonti ; Stainless steel ; korosi ; inhibitor ; daun pandan
Abstract
Orthodontics is a way to improve and maintain oral health and create an attractive
smile. Stainless steel is one of the materials that is often used in removable
orthodontic appliances. The use of orthodontic wire in the oral cavity has the
potential to experience corrosion. The use of inhibitors can reduce the corrosion
of stainless steel orthodontic wire. One of the organic inhibitors is pandan leaves.
Stainless steel orthodontic wire is the type of wire most often used today in
orthodontic treatment. The use of stainless steel wire in the oral cavity can also
cause corrosion. The causes of corrosion include the influence of changes in
temperature, microflora, enzymes in the oral cavity, and changes in acidity (pH).
The addition of an organic inhibitor, namely pandan leaf extract, can reduce the
occurrence of corrosion on stainless steel wire. pandan leaf extract can be used as
a natural inhibitor in inhibiting the corrosion process of a metal.
Keyword : ortodontics ; stainless steel ; corrosion ; inhibitors ; pandan leave
1. PENDAHULUAN
Ilmu dan teknologi ortodonti kini telah berkembang pesat seiring meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan fungsi gigi. Fungsi gigi tidak hanya sebagai alat
mengunyah makanan, tetapi juga penting dalam penampilan sehingga
2
mendapatkan fungsi, kesehatan, stabilitas, estetik dentofasial yang optimal.[1]
Perawatan ortodonti juga sangat penting untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan mulut dan gigi yang baik, serta menciptakan senyum yang menarik.[2]
Alat ortodonti diklasifikasikan menjadi alat lepasan (removable ortodontic), alat
cekat (fixed orthodontic) dan alat semi cekat (semi-fixed orthodontic). Piranti
cekat lebih efektif untuk memperbaiki kasus maloklusi yang lebih rumit,
sedangkan piranti lepasan didesain supaya mudah dipasang dan dilepas oleh
pasien.[3]
Material piranti ortodonti dari stainless steel sering dipilih karena memiliki
sifat ketahanan dan kekuatan yang baik.[4] Kawat stainless steel mengandung Besi
(Fe), Karbon (C), Kromium (Cr), dan Nikel (Ni) serta unsur logam lainnya seperti
tembaga, mangan, silikon dan sulfur.[5][6] Logam dalam kawat ortodonti dapat
menyebabkan korosi.[7]
Kerusakan material pada stainless steel yang disebabkan oleh faktor
lingkungan dan sekelilingnya disebut korosi. Proses korosi terjadi karena reaksi
kimia yang diakibatkan oleh perpindahan elektron dalam proses elektrokimia dari
reduksi ion atau logam suatu lingkungan. Terjadinya korosi tidak dapat dihindari
tetapi dapat dikurangi atau dihambat dengan penambahan inhibitor, selain itu
dapat juga dihambat dengan proteksi katodik, anodik dan pelapis coating.[8] Hal-
hal yang mempengaruhi korosi adalah suhu, saliva, pH, Kadar O2, dan
kelembaban udara.[4]
Penambahan inhibitor korosi adalah salah satu cara untuk menghambat
korosi. Inhibitor korosi umumnya berasal dari senyawa- senyawa organik dan non
organik. Senyawa anorganik yang digunakan seperti nitrit, kromat, fosfat dan
urea. Senyawa tersebut merupakan bahan kimia yang berbahaya, mahal dan dapat
menyebabkan kerusakan pada organ tubuh mahluk hidup.[9] Inhibitor senyawa
organik sering dipilih dan digunakan karena mudah didapat serta memiliki sifat
nontoksik sehingga tidak membahayakan lingkungan.[10]
Penelitian tentang penghambat korosi dengan menggunakan bahan
inhibitor organik telah dilakukan salah satunya menggunakan ekstrak daun
3
pandan[11][12]. Tanaman pandan (Pandanus amaryllifolius) merupakan tumbuhan
yang dapat mudah dijumpai didaerah tropis, dan banyak di tanam di pekarangan
rumah, kebun maupun tumbuh dengan liar.[11] Kandungan kimia dalam daun
pandan antara lain alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol, tannin, dan zat
warna.[12] Kandungan tanin pada daun pandan (Pandanus Amaryllifolius)
merupakan antioksidan yang mampu menghambat laju korosi. Penggunaan
Inhibitor dengan konsentrasi yang berbeda akan mendapatkan hasil yang berbeda.
Berdasarkan penjabaran tersebut , tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan informasi ilmiah tentang ekstrak daun pandan (Pandanus
Amaryllifolius) terhadap laju korosi kawat ortodonti lepasan stainless steel.
1.1 Tinjuan Pustaka
Kawat ortodontik stainless steel merupakan jenis kawat yang paling sering
digunakan saat ini dalam perawatan ortodontik. Kawat stainless steel
mengandung 71% besi, 18% kromium, 8% nikel, dan 0,2% karbon. Kromium dan
nikel merupakan komponen kawat ortodontik yang dapat memberikan efek tahan
korosi dan meningkatkan kekuatan kawat. Akan tetapi kelemahan dari unsur
kromium dan nikel adalah dapat menyebabkan alergi apabila terlepas dalam
rongga mulut[10][11]. Kawat ortodonti perlu memenuhi kriteria: kekuatan tinggi,
kekakuan rendah, range tinggi, formability tinggi, serta dapat dilakukan welding
dan solder. Kawat stainless steel lebih banyak digunakan karena memiliki friksi
atau gaya gesek yang rendah.[6]
Menurut penelitian sebelumnya[8] kawat stainless steel memiliki kelebihan :
1) Hambatan korosi tinggi, bahan ini dapat menghambat korosi tinggi baik.
2) Tahan panas dan api, campuran paduan kromium dan nikel melindungi
kekuatan stainless steel dari temperatur tinggi.
3) stainless steel mudah dibersihkan sehingga menjadi pilihan pertama untuk,
hampir setiap alat yang berhubungan dengan kesehatan seperti rumah sakit,
dapur, rumah dan proses makanan menggunakan stainless steel.
4
4) Penampilan baik, lapisan terang membuat perawatan yang mudah pada
stainless steel.
5) Kekuatan pada berat, sifat keras yang dimiliki stainless steel sangat
bangus pada pengerjaan dingin dan bentuk yang tipis.
Penggunaan kawat stainless steel juga berpotensi terjadinya korosi apabila unsur
kromium dan nikel terlepas.
a. Definisi
Menurut Ahli[11], Korosi merupakan penghancuran paksa suatu zat yaitu
logam. Korosi juga dapat diartikan sebagai penurunan mutu logam yang
disebabkan oleh reaksi elektrokimia antara logam dengan lingkungan sekitarnya.
Korosi pada kawat ortodonti dapat menyebabkan permukaan menjadi kasar,
melemahkan pemakaian kawat ortodonti, serta terjadinya pelepasan elemen dari
metal yang dapat menghasilkan perubahan warna pada jaringan lunak
disekitarnya dan reaksi alergi.[11]
Penyebab korosi pada kawat stainless steel yaitu adanya pengaruh dari
perubahan suhu, mikroflora, enzim dalam rongga mulut, dan perubahan keasaman
(pH) saliva. Terjadinya korosi dapat diidentifikasi dengan cara melihat perubahan
warna pada permukaan logam, atau tes elektrokimia untuk melihat perubahan
muatan logam, dan identifikasi elemen yang terlepas dengan menggunakan alat
spektrofotometri emisi atom atau spektrofotometri serapan atom.[14]
b. Mekanisme Terjadinya korosi
Menurut penelitian sebelumnya[6], terjadinya korosi kawat stainless steel
dalam rongga mulut disebabkan dengan melepasnya Cr dan Ni. Korosi dapat
terjadi ketika adanya :
1) Anoda
Reaksi oksidasi, maka daerah tersebut akan timbul korosi M → M+ + e.
2) Katoda
Reaksi reduksi, daerah tersebut menyerap elektron.
5
3) Ada hubungan (Metallic Pathaway) Tempat arus mengalir dari katoda ke
anoda
4) Larutan (electrolyte)
Larutan korosif yang dapat mengalirkan arus listrik, mengandung ion-ion.
Ketika keempat elemen diatas menjadi satu maka akan terjadi raksi korosi :
Anoda : 4Fe → 4Fe2+ + 8e (oksidasi)
Katoda : 4H2O + 2O2 + 8e → 8 OH (reduksi)
4Fe2+ + 8OH → 4Fe(OH)2
4Fe(OH)2 + O2 → 2Fe2O3 . 2H2O (karat)
2H+ + 2e → H2 gas (suasana asam).[15]
Menurut penelitian terdahulu[12], mekanisme korosi diawali dengan penurunan
kualitas besi karena reaksi kimia atau elektrokimia antara baja dengan
lingkungannya. Contoh ketika besi dicelupkan ke dalam air maka akan terlihat
bagian besi yang terkorosi (berkarat). Baja bagian yang mengalami korosi disebut
anodik kemudian bagian baja yang tidak korosi disebut katodik. Mekanisme
terbentuknya korosi dapat dijelaskan dalam gambar dibawah ini :
Gambar 1. Mekanisme korosi.[12]
6
Reaksi elektrokimiawi terjadi pada lingkungan netral
Anoda : Fe → Fe2+ + 2e- (reaksi oksidasi)
Pada katoda : H2O + ½ O2 + 2e- →2OH-(reaksi reduksi)
Reaksi total : Fe + ½ O2 + H2O→Fe2+ + 2OH
Fe2++ 4OH- 2Fe(OH)2
2Fe(OH) + ½ O2 2FeO (OH) H2O (2H2O+Fe3O4)
Senyawa Fe3O4 adalah larutan penyebab karat.
Untuk mengetahui kecepatan laju korosi dapat dilakukan dengan beberapa metode
perhitungan laju korosi.
2. METODE
Perhitungan laju korosi dapat dilakukan dengan dua metode weight loss atau
kehilangan berat dan elektrokimia. Metode kehilangan berat dilakukan dengan
cara mengukur kekurangan berat kawat ortodonti berbahan stainless steel akibat
korosi yang terjadi. Dalam metode ini menggunakan jangka waktu tertentu agar
didapatkan jumlah kehilangan berat korosi yang terjadi. Metode elektrokimia
adalah metode pengukuran laju korosi dengan cara mengukur perbedaan potensial
objek hingga didapatkan laju korosi yang terjadi, metode ini menggunakan alat
potensiostat.[16]
Untuk mengurangi percepatan laju korosi dapat ditambahkan inhibitor.
Inhibitor dapat diambil dari bahan anorganik dan organik.
a. Definisi
Inhibitor adalah suatu senyawa kimia yang diberikan dalam jumlah kecil
tetapi mampu menghambat reaksi korosi pada logam. Penambahan inhibitor
korosi merupakan cara yang efektif untuk mencegah korosi, karena prosesnya
yang sederhana dan biaya yang murah. Secara umum fungsi utama penggunaan
inhibitor yaitu memperlambat reaksi korosi dengan cara membentuk lapisan
pelindung pada permukaan logam.[17] Terdapat dua macam inhibitor yaitu berasal
dari senyawa anorganik dan organik. Inhibitor senyawa anorganik berasal dari
senyawa kimia yang berbahaya apabila terkena jaringan tubuh manusia,
sedangkan inhibitor senyawa organik sering dipilih dan digunakan karena mudah
7
didapat serta memiliki sifat nontoksik sehingga tidak membahayakan
lingkungan.[9][10]
Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa organik yaitu senyawa atom
N, O, P, S serta atom-atom lain yang memiliki pasangan elektron bebas sehingga
mampu membentuk senyawa kompleks dengan logam dan juga senyawa
anorganik seperti nitrit, kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa
amina. Senyawa organik yang terkandung dalam inhibitor korosi harus memenuhi
karakteristik inhibitor senyawa organik seperti adanya heteroatom, gugus polar,
ikatan π, serta pasangan elektron bebas yang menjadi sarana bagi inhibitor
berikatan dengan logam secara koordinasi[18]. Syarat inhibitor korosi organik yaitu
murah, tidak beracun, aman bagi lingkungan, dan tersedia di alam.[15]
Penggunaan Inhibitor dapat diberikan dalam jumlah kecil untuk menghambat
reaksi korosi logam baja dengan lingkungannya. Penggunaan inhibitor merupakan
cara yang efektif untuk mencegah korosi, karena prosesnya yang sederhana dan
biaya yang murah. Umumnya semakin besar konsentrasi inhibitor, maka semakin
efektif menurunkan korosi logam.[13]
Pada penelitian sebelumnya[19][21], didapatkan hasil dengan semakin tinggi
konsentrasi inhibitor ekstrak yang digunakan, maka efisiensi inhibisi juga
semakin meningkat. Peningkatan persen efisiensi inhibisi ini menunjukkan
bahwa senyawa tanin memiliki potensi sebagai inhibitor korosi. Efisiensi
inhibisi juga dipengaruhi terhadap suhu, semakin tinggi suhu akan menyebabkan
kemampuan ekstrak tidak stabil. Peningkatan suhu dapat menyebabkan tingkat
energy pada permukaan logam mengalami persaingan antara gaya adsorpsi dan
gaya desorpsi dari logam. Hal ini disebabkan karena adanya kompetisi difusi
molekul inhibitor dengan zat korosif pada permukaan logam. Besar molekul yang
didapat salam ekstrak akan mengakibatkan difusinya lambat pada suhu tinggi,
permukaan logam akan diserang zat korosif terlebih dahulu[19][21]. Inhibitor
menghambat korosi dengan cara melakukan absorbsi untuk membentuk lapisan
tipis dengan ketebalan beberapa molekul saja.[17]
8
b. Mekanisme inhibitor
Pada penelitian sebelumya[11], mekanisme inhibitor anodik dalam
mempertahankan lapisan dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2(a) terlihat korosi
terjadi pada bagian selaput oksida yang terkelupas. Selaput pelindung kemudian
akan bertindak sebagai katoda, sedangkan logam yang tersingkap sebagai anoda.
Kemudian ion dalam inhibitor anodik bereaksi dengan ion logam dalam larutan
dan menutup bagian yang bersifat anodik, sehingga laju korosi menjadi terhenti
kembali ditunjukkan pada Gambar 2(b).
Gambar 3. Mekanisme inhibitor korosi.[11]
Pandanus amryllifolius Roxb. atau pandan wangi merupakan tumbuhan
tropis yang sering digunakan sebagai penambah aroma pada makanan dan
miuman.[12]
Gambar 3. Daun Pandan ( Pandanus amaryllifolius Roxb )
Pandan wangi mempunyai daun yang selalu hijau sepanjang tahun. Batangnya
bulat, dapat tunggal atau bercabang-cabang dan mempunyai akar udara atau akar
9
tunjang yang muncul pada pangkal batang. Helaian daun berbentuk pita,
memanjang, tepi daun rata dan ujung daun meruncing. Daun berwarna hijau dan
tersusun spiral, panjang 40-80 cm dan lebar 3-5 cm[22]. Tanaman ini merupakan
tanaman perdu tahunan dengan tinggi 1 m. Bunga majemuk berbentuk bongkol
dan berwarna putih. Buahnya berbentuk buah batu, menggantung, berbentuk
bola dengan diameter 4-7,5 cm, dinding buah berambut dan warnanya jingga.[23]
Daun tanaman pandan memiliki taksonomi sebagai berikut :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Spesies : P. amaryllifolius
Jenis : Pandanus amaryllifolius Roxb.
Menurut beberapa peneliti, hasil uji fitokimia yaitu suatu uji kualitatif
untuk mengetahui kandungan kimia berupa metabolit sekunder suatu sampel
mendapatkan hasil pada senyawa kimia dalam ekstrak etanol daun pandan banyak
mengandung tanin, flavonoid, alkoloid, dan polifenol. Senyawa organik tersebut
dapat digunakan sebagai penghambat korosi karena memenuhi karakteristik
inhibitor organik seperti adanya heteroatom, kelompok kutub dan π
obligasi.[12][24][33]
Kandungan Daun Pandan:
1) Tanin
Tanin merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa
tanaman. Tanin diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen,
anti diare, anti bakteri dan antioksidan. Aktivitas antibakteri tanin yang
berhubungan dengan kemampuan untuk mengaktifkan adhesin sel mikrobia,
enzim, dan menggangu transport protein pada lapisan dalam sel bakteri. Peranan
tanin secara biologis yang kompleks mulai dari pengendap protein hingga
pengkhelat logam.[25]
10
2) Flavonoid
Flavonoid adalah suatu senyawa polar yang mudah larut dalam pelarut polar
diantaranya etanol, metanol, butanol, dan aseton. Flavonoid merupakan golongan
terbesar dari senyawa fenol yang efektif dalam menghambat pertumbuhan virus,
bakteri, dan jamur. Senyawa flavonoid umumnya bersifat antioksidan dan sering
digunakan sebagai bahan baku obat-obatan. Flavonoid mempunyai kemampuan
sebagai penangkap radikal bebas dan menghambat oksidasi lipid.[26]
3) Alkaloid
Alkaloid merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder terbanyak yang
memiliki atom nitrogen, yang terdapat dalam jaringan tumbuhan dan hewan.
Salah satu kemampuan alkaloid adalah sebagai antibakteri mekanisme
antibakterinya yaitu dengan mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada
sel bakteri, sehingga menyebabkan lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh
dan menyebabkan kematian sel.[27]
4) Polifenol
Polifenol merupakan senyawa aktif yang ditemukan pada tumbuhan. Memiliki
ciri khas yaitu memiliki banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol
memiliki spektrum luas karena sifat kelarutan pada suatu pelarut. Turunan
polifenol sebagai antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan
melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas, serta menghambat
reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas.[28]
5) Saponin
Saponin merupakan glikosida yang memiliki aglikon berupa steroid dan
triterpenoid. Saponin steroid tersusun atas inti steroid dengan molekul karbohidrat
dan jika terhidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal saraponin. Saponin
steroid terutama terdapat pada tanaman monokotil seperti kelompok sansevieria
dan tanaman berbunga.[27]
11
2.1 Kandungan Ekstrak Daun Pandan (Pandanus amryllifolius (Roxb.)) dalam
Hubunganya terhadap Inhibitor Korosi
Daun pandan (Pandanus amryllifolius) terdapat kandungan bioaktif seperti
alkaloid, polifenol, saponin, tanin, flavonoid dan triterpenoid yang berfungsi
sebagai antibakteri[12]. Flavonoid dan tanin merupakan salah satu golongan yang
mempunyai kemampuan sebagai penangkap radikal bebas dan menghambat laju
korosi[29] . Ketika ekstrak daun pandan (Pandanus amryllifolius (Roxb.)) telah
dibuat maka mengandung atom Nitrogen (N), Oksigen (O), Fosfor (P), Sulfur (S)
dan atom atom lainyang mampu membentuk senyawa kompleks dengan logam
sebagai inhibitor logam.[30]
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak daun pandan (Pandanus amryllifolius) dipilih menjadi inhibitor korosi
karena memiliki kandungan antioksidan seperti tanin, flavonoid, alkoloid, dan
polifenol serta memenuhi syarat dan karakteristik inhibitor korosi.[18][19]
Dalam penelitian sebelumnya, membuktikan kemampuan ekstrak daun
pandan dalam mengurangi laju korosi kawat ortodonti berbahan stainless steel.
Analisis fitokimia ekstrak daun pandan dengan menggunakan berbagai pereaksi
kimia bertujuan untuk mengetahui adanya kandungan senyawa metabolik
sekunder dalam ekstrak, yang berperan dalam proses inhibisi.[19][20][31][32]
Tabel 1. Hasil uji fitokimia ekstrak daun pandan wangi[19].
Hasil uji fitokimia terhadap kandungan bahan senyawa kimia dalam ekstrak
daun pandan positif mengandung alkaloid, tanin, flavonoid dan polifenol.[33]
Adanya kandungan senyawa-senyawa ini dapat mengindikasikan bahwa ekstrak
12
daun pandan berpotensi dalam menghambat laju korosi karena adanya
heteroatom, gugus polar, ikatan π dan pasangan elektron bebas.[19] Keberadaan
tanin dapat melindungi permukaan logam karena pembentukan jaringan jaringan
besi garam tanninate . Tanin larut dalam air atau sifat alkoholik karena tanin
banyak mengandung fenol memiliki gugus OH yang dapat mengikat berat logam.
Semakin banyak kandungan tanin, semakin besar daya hambat untuk menghambat
oksidasi proses. Selain itu terdapat senyawa polifenol yang merupakan turunan
fenolik yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Antioksidan senyawa adalah
senyawa yang dapat menunda, menahan dan mencegah proses oksidasi. Tanin
memiliki gugus fungsi hidroksil yang melekat pada cincin aromatik sehingga
tanin dapat membentuk kompleks senyawa dengan Fe2 dan Fe3 kemudian
kompleks diubah menjadi Fe3 – tranin kompleks karena oksigen. Senyawa inilah
yang akan menghambat proses oksidasi, karena itu senyawa kompleks tipis akan
membentuk hidrofobik lapisan pelindung. Reaksi pembentukan kompleks
senyawa tersebut dapat berupa anodik dan katodik reaksi atau keduanya. Reaksi
anodik adalah reaksi oksidasi logam yang dikarakterisasi oleh pelepasan elektron
dari atom logam netral ke membentuk ion yang sesuai. Reaksi katodik adalah
reaksi reduksi yang dikarakterisasi oleh elektron penyerapan, biasanya tidak
korosif tetapi dapat menyebabkan gangguan kerusakan dalam kondisi tertentu.[11]
Hasil dari beberapa penelitian didapatkan dalam peneliti pertama, ekstrak
dengan metode maserasi sebanyak 600 ppm dan 1000ppm. Ekstrak daun pandan
dicampur dengan larutan garam sebagai media korosi Pengukuran laju korosi
dilakukan dengan menggunakan alat potensiostat, kemudian mendapatkan hasil
dari pengukuran rata-rata stainless laju korosi kawat ortodontik baja dapat dilihat
pada gambar 4. Laju korosi rata-rata dengan perendaman larutan garam lebih
besar dari rata-rata laju korosi dengan perendaman ekstrak daun pandan. Laju
korosi rata-rata dengan perendaman dalam pandan ekstrak daun 600 ppm lebih
besar dari rata-rata laju korosi dengan perendaman ekstrak daun pandan Dari 1000
ppm.
13
Gambar 4. Pengukuran Korosi Kawat Stainless steel.[11]
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perendaman daun
pandan ekstrak memiliki kemampuan untuk mengurangi kadar korosi kawat
ortodontik stainless steel dan ada perbedaan yang signifikan antara konsentrasi
600 ppm dan 1000 ppm.
Peneliti kedua, didapatkan ekstrak daun pandan sebesar 0,5%, 0,6%, 0,7% dan
0,8%, kemudian ditambahkan media korosi H2SO4 dengan hasil
Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi ekstrak daun pandan terhadap efisiensi Inhibisi
dan Laju Korosi[19].
Berdasarkan Tabel 2, semakin besar konsentrasi inhibitor yang ditambahkan,
efisiensi inhibisinya (%EI) semakin besar dan laju korosi baja SS-304 akan
semakin menurun.
Semakin besar penambahan konsentrasi inhibitor pada media korosi,
efisiensi inhibisinya semakin besar dan laju korosi baja Stainless steel semakin
menurun. Hal ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi ekstrak daun
pandan yang mengakibatkan frekuensi interaksi antara sisi aktif dari molekul
dengan permukaan baja semakin banyak, sehingga akan membentuk lapisan
14
pasif (passive layer) yang stabil. Oleh karena itu semakin besar area
permukaan baja yang tertutupi dan menghalangi serangan larutan korosif.
Namun pada penelitian[19], ekstrak dengan suhu lebih dari 45° mengalami
penurunan efisiensi. Penurunan efisiensi inhibisi,
menunjukan bahwa peranan inhibitor dari eksrak daun pandan pada suhu yang
tinggi relatif akan berkurang. Hal ini disebabkan karena adanya kompetisi difusi
molekul inhibitor dengan zat korosif pada permukaan logam.[19][33][34]
Table 3. Daftar Artikel Jurnal.
No Judul Jurnal Tahun
1 The Analysis Of Pandan Leaf (Pandanus Amaryllifolius
Roxb) Extract As Inhibitor On Corrosion Rate Of
Stainless Steel Orthodontic Wire.
2018
2 The Extract Of Pandanleaf (Pandanus Amaryllifous
Roxb) Ascorrosion Inhibitors OF SS-304 IN H2SO4
Solution.
2015
3 Penggunaan inhibitor untuk meningkatkan ketahanan
korosi pada baja karbon rendah
2015
4 The Efficacy Of Green Tea ( Camellia Sinensis ) Leaves
Extract As Corrosion Inhibitor For Orthodontics
Stainless-Steel Wire ( Research report ).
2019
5 Jumlah Ion Kromium ( Cr ) Dan Nikel ( Ni ) Kawat
Ortodontik Stainless Steel Yang Terlepas’
2015
6 Analisis Laju Korosi Kawat Ortodontik Lepasan
Stainless Steel pada Media Air Kelapa
2018
7 Bahan Biomaterial Stainless Steel Dan Keramik 2010
8 Pengembangan Potensi Ekstrak Daun Pandan
(Pandanus amaryllifolius Roxb) Sebagai Agen
Antibakteri
2014
15
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ekstrak daun pandan memiliki kandung senyawa-senyawa metabolit sekunder
flavonoid, steroid, alkaloid, dan tannin, sehingga ekstrak daun pandan dapat
digunakan sebagai inhibitor alami dalam menghambat proses korosi suatu logam.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun pandan, semakin tinggi efisiensi inhibisi
yang ditunjukkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, W. 2013 ‘Identifikasi Perawatan Ortodontik Spesialistik dan Umum’,
Majalah Kedokteran Gigi, 20(1):1–8.
Castro, M., Ponces, M.J., Lopes, J.D. 2014. ‘ScienceDirect Orthodontic wires and
its corrosion and The specific case of stainless steel and beta-titanium’,
Journal of Dental Sciences, 10(1):1–7.
Singh, G. Testbook of Orthodontics2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medhical
Publishers; 2007. H. 417
Ardhy, S. and Affi, J. 2015 ‘Perilaku Korosi Titanium Dalam Larutan Modifikasi
Saliva’, Jurnal Mekanikal, 6(2), pp. 585–593.
Rosdayanti, R., Wibowo, D., Kusuma, Fajar. K. D. 2018 Dentin Analisis Laju
Korosi Kawat Ortodontik Lepasan Stainless Steel pada Media Air
Kelapa. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, 2(1): 58-62.
Tendean, L. E. N. 2015 ‘Jumlah Ion Kromium ( Cr ) Dan Nikel ( Ni ) Kawat
Ortodontik Stainless Steel Yang Terlepas’, 2(1):2–5
Siswanto, IWS, Suparwitri, S. 2013. Sebelum dan Setelah Perendaman dalam
Saliva Buatan Pada Periode Waktu Yang Berbeda ( Studi Laboratoris In
Vitro ). Jurnal Kedokteran Gigi, 4(2): 136–141
Respati, S. M. B., 2010. Bahan Biomaterial Stainless Steel Dan Keramik. Jurnal
Momentum, 6(1) : 5-8.
16
irianty, R. S., Khairat, D.2013. Ekstrak Daun Pepaya sebagai Inhibitor Korosi
Pada Baja AISI 4140 dalam Medium Air Laut. Jurnal Teknobiologi,
4(2):77-82.
Roeswahjuni, J.K., Fitriani D., Wardanianti A.D. 2019 The Efficacy Of Green Tea
( Camellia Sinensis ) Leaves Extract As Corrosion Inhibitor For
Orthodontics Stainless-Steel Wire ( Research report ), Dental Journal,
4(1):77–82.
Herawani, Wibowo D., Kurniawan F.K.D. 2018. The Analysis Of Pandan Leaf
(Pandanus Amaryllifolius Roxb) Extract As Inhibitor On Corrosion Rate
Of Stainless Steel Orthodontic Wire. Jurnal Kedokteran Gigi. 3(2):144-
149.
Mardiyaningsih, A., Aini, R. 2014. Pengembangan Potensi Ekstrak Daun
Pandan (Pandanus amaryllifolius Roxb) Sebagai Agen Antibakteri.
Program Studi Farmasi. Jurnal Poltekkes Bhakti Setya Indonesia
Yogyakarta. (4)2: 185-192.
Saputri, I.D., Joelijanto, R., Putri L.S.D.A. 2015 Daya Inhibisi Korosi Ekstrak
Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Kawat Thermal
Niti Ortodonti. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3(2): 199-204
Rasyid, N. I., Sri, P. and Heryumani, J. C. P. 2014. ‘Pelepasan ion nikel dan
kromium kawat Australia dan stainless steel dalam saliva buatan ( The
release of nickel and chromium ions from Australian wire and stainless
steel in artificial saliva )’, Jurnal Kedokteran Gigi, 47(3), pp. 168–172.
Aditama. R.Y., Ginting, E., Syafriadi. 2019. Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya
(Carica Papaya L) sebagai Inhibitor pada Baja Karbon AISI1020 dalam
Medium Korosif NaCl3%. Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika. 7(4):69-76.
Yufita, E. and Fitriana, D. 2018. Pengendalian Laju Korosi pada Baja Plat Hitam
A36 dalam Medium Korosif Menggunakan Inhibitor Ekstrak Daun
Salam. Jurnal MIPA Uni Syiah Kuala Online, 7(2): 67–71
17
Nugroho, F. (2015) ‘Penggunaan inhibitor untuk meningkatkan ketahanan korosi
pada baja karbon rendah’. Jurnal Angkasa. 7(1):151–158.
Spinelli, A., and De Souza F.S.,2009.Caffeic acid as a green corrosion inhibitor
for mild steel.Corrosion Science 51(3): 642 –649.
Kayadoe, V., Fadli, M., Hasim, R.,Tomasoa, M. 2015. The Extract Of
Pandanleaf (Pandanus Amaryllifous Roxb) Ascorrosion Inhibitors OF
SS-304 IN H2SO4 SOLUTION. Molekul. 10(2).: 88-96.
Irianty, R. S., Khairat, 2013. Ekstrak daun papaya sebagai inhibitor korosi baja
AISI 4140 dalam medium air laut. Jurnal Teknobiologi, 4(2): 77-82
Irianty, R. S., Sembiring, M.P. 2012. Pengaruh Konsentrasi Inhibitor Ekstrak
Daun Gambir Dengan pelarut Etanol-Air Terhadap Laju Korosi Besi
Pada Air Laut. J. Ris. Kim. 5(2):165-174.
Hidayat, R.S dan Napitupulu, R.M. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. Penerbit
Agriflo. Jakarta.
Herbie, T. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat 226 Tumbuhan obat
Untuk Penyembuhan.
Afandi, Y. K., Areief I. S., Amiadji. 2015 ‘Analisa Laju Korosi pada Pelat Baja
Karbon dengan Variasi Ketebalan Coating’,Jurnal Teknik ITS. 4(1), pp.
1–5.
Malangngi, L. P., Sangi, M. S. dan Paendong, J. J. E. 2012. Penentuan Kandungan
Tanin dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat ( Persea
americana Mill .), Jurnal MIPA UNSRAT online. Pp 5–10
Zuraida, Sulistiyani, Dondin Sajuthi. D., dan Suparto. I.R. 2017. Fenol,
Flavonoid, Dan Aktivitas Antioksidan Pada Ekstrak Kulit Batang Pulai
(Alstonia scholaris R.Br). Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 35(3):211-219.
Ningrum R, Purwanti E, and Sukarsono. 2016. Identifikasi Senyawa Alkaloid
Dari Batang Karamunting (Rhodomyrtus Tomentosa) Sebagai Bahan
18
Ajar Biologi Untuk Sma Kelas X. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia,
2(3): 231-236.
Asmara, A. P., Kimia, P. S. 2017. Uji Fitokimia Senyawa Metabolit Sekunder
Dalam Ekstrak Metanol Bunga Turi Merah ( Sesbania grandiflora L .
Pers ). Jurnal Mipa UIN Ar-raniry Online, 5(1): 1-12
Yanuar, A. P., Pratikno1, H., dan Titah, H.S. 2016. Pengaruh Penambahan
Inhibitor Alami terhadap Laju Korosi pada Material Pipa dalam Larutan
Air Laut Buatan, 5(2), pp. 8–13
Patni, N., Agarwal, S., Shah, P. 2013. Greener Approach towards Corrosion
Inhibition. Chinese Journal of Enngineering, 3(2): 1-10
Vimala,J.R.,Rose, A. L., and Raja, S., 2012. A study on the phytochemical
analysis and corrosion inhibition on mild steel by annona muricata.L
leaves extract in 1hydrochloric acid, Der Chemica Sinica, 3(3):582-588.
Gusti,D.R., Farid,F., dan LestariI.Ekstrak kulit Kayu Akasia sebagai Inhibitor
Pada Laju Korosi Baja Lunak Dalam media Asam Sulfat, Prosiding
Semirata, 2013, FMIPA Universitas Lampung, Lampung
Prameswari, O.M., Widjanarko, S.B. 2014. The Effect of Water Extract of Pandan
Wangi Leaf to Decrease Blood Glucose Levels and Pancreas
Histopathology at Diabetes Mellitus Rats. Jurnal Pangan Argo Industri.
2(2):16-27
Soltani, N., Tavakkoli, N., Khayatkashani, M., and Jalali, M. R.,
2012.Greenapproach to corrosion inhibition of 304 stainless steel in
hydrochloric acid solution by the extract of salvia officinalis
leaves,Corrosion Science, 62, 122-135.