30
PERBANDINGAN SISTEM EKONOMI KAPITALIS, SOSIALIS DAN ISLAM Oleh: Irwan Malik Marpaung A. Prolog Kebahagiaan dan kesejahteraan merupakan tujuan utama kehidupan manusia. Berbagai cara dilakukan manusia untuk mencapai hal tersebut. Salah satu paradigma 1 atau acuan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia adalah tolak ukur ekonomi, dan demi mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam bidang ini, manusia mengacu pada berbagai pemikiran. Tentunya, setiap pemikiran yang menjadi acuan ini berangkat dari worldview 2 maupun intrest konstitusional nya masing-masing jika 1 Paradigma atau aslinya paradigm, adalah sebuah konsep yang ambigous, ketika pertama kali dilontarkan oleh Thomas Kuhn dalam tulisannya yang cukup terkenal, The Structure of Scientific Revolution memiliki pengertian yang beragam. dalam tulisan Redman, Economics and the Philosophy of Science, term tersebut ditemukan dalam 21 pengertian yang berbeda. Akan tetapi satu pengertian dasar dari term ini, bahwa Kuhn memperkenalkan suatu konsep yang mendasar, dan diperlukan sebagai prasyarat dalam rangka sebuah pengembangan ilmu pengetahuan didasarkan pada pencapaian-pencapaian ilmiah sebelumnya. Dengan demikian, apabila terjadi ketidak-sinambungan dalam pengembangan ataupun perkembangan ilmu pengetahuan, ia dapat dibenarkan dengan merujuk pada istilah paradigm shift, yang lebih jauh lagi memungkinkan terjadinya revolusi ilmiah, sebagaimana judul buku karya Kuhn tersebut. Lihat: Deborah A. Redman, Economics and the Philosophy of Science, Oxford University Press, New York, 1991, halaman. 16, dikutip dari Masyhudi Muqorobin, “Paradigma Ilmu Ekonomi Islam”, makalah yang diposting pada situs resmi Fakultas Ekonomi Unversitas Muhammadiyah Yogyakarta. http://fe.umy.ac.id/eei/index.php?option=download&it- linemodule=1&action=viewDl&cid=2 2 Secara awam worldview atau pandangan hidup sering diartikan filsafat hidup. Setiap kepercayaan, bangsa, kebudayaan atau peradaban dan bahkan setiap orang memiliki worldview masing-masing. 1

Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

PERBANDINGAN SISTEM EKONOMIKAPITALIS, SOSIALIS DAN ISLAM

Oleh: Irwan Malik Marpaung

A. Prolog

Kebahagiaan dan kesejahteraan merupakan tujuan utama kehidupan

manusia. Berbagai cara dilakukan manusia untuk mencapai hal tersebut. Salah

satu paradigma1 atau acuan  kebahagiaan dan kesejahteraan manusia adalah tolak

ukur ekonomi, dan demi mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan dalam bidang

ini,  manusia mengacu pada berbagai pemikiran. Tentunya, setiap pemikiran yang

menjadi acuan ini berangkat dari worldview2 maupun intrest konstitusionalnya

masing-masing jika meminjam istilah Habermas. Seperti; sistem ekonomi

kapitalis dan sosialis adalah sistem yang lahir dari paham secular dan kemudian

1 Paradigma atau aslinya paradigm, adalah sebuah konsep yang ambigous, ketika pertama kali dilontarkan oleh Thomas Kuhn dalam tulisannya yang cukup terkenal, The Structure of Scientific Revolution memiliki pengertian yang beragam. dalam tulisan Redman, Economics and the Philosophy of Science, term tersebut ditemukan dalam 21 pengertian yang berbeda. Akan tetapi satu pengertian dasar dari term ini, bahwa Kuhn memperkenalkan suatu konsep yang mendasar, dan diperlukan sebagai prasyarat dalam rangka sebuah pengembangan ilmu pengetahuan didasarkan pada pencapaian-pencapaian ilmiah sebelumnya. Dengan demikian, apabila terjadi ketidak-sinambungan dalam pengembangan ataupun perkembangan ilmu pengetahuan, ia dapat dibenarkan dengan merujuk pada istilah paradigm shift, yang lebih jauh lagi memungkinkan terjadinya revolusi ilmiah, sebagaimana judul buku karya Kuhn tersebut. Lihat: Deborah A. Redman, Economics and the Philosophy of Science, Oxford University Press, New York, 1991, halaman. 16, dikutip dari Masyhudi Muqorobin, “Paradigma Ilmu Ekonomi Islam”, makalah yang diposting pada situs resmi Fakultas Ekonomi Unversitas Muhammadiyah Yogyakarta. http://fe.umy.ac.id/eei/index.php?option=download&it-linemodule=1&action=viewDl&cid=2

2 Secara awam worldview atau pandangan hidup sering diartikan filsafat hidup. Setiap kepercayaan, bangsa, kebudayaan atau peradaban dan bahkan setiap orang memiliki worldview masing-masing. Maka dari itu jika worldview diasosiasikan kepada suatu kebudayaan maka spektrum maknanya dan juga termanya akan mengikuti kebudayaan tersebut. Lihat: Hamid Fahmy Zarkasyi, “Worldview Sebagai Asas Epistemologi Islam”, ISLAMIA, Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam, THN II No.5 April-Juni 2005, hal 10-20., Prof. Alparslan mengartikan worldview sebagai asas bagi setiap perilaku manusia, termasuk aktifitas-aktifitas ilmiyah dan teknologi. Setiap aktifitas manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dalam pengertian itu maka aktifitas manusia dapat direduksi menjadi pandangan hidup. (the foundation of all human conduct, including scientific and technological activities. Every human activity is ultimately traceable to its worldview, and as such it is reducible to that worldview . Alparslan Acikgence, "The Framework for A history of Islamic Philosophy", Al-Shajarah, Journal of The International Institute of Islamic Thought and Civlization, (ISTAC, 1996, vol.1. Nos. 1&2, 6). Dari definisi di atas setidaknya kita dapat memahami bahwa worldview adalah identitas untuk membedakan antara suatu peradaban dengan yang lain. Dan dapat kita mengerti bahwa worldview melibatkan aktifitas epistemologis manusia, sebab ia merupakan faktor penting dalam aktifitas penalaran manusia.

1

Page 2: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

menjelma menjadi sumber kebenaran peradaban.3Sedangkan dalam Islam,

pemikiran ekonomi berkaitan erat dengan struktur metafisika dasar Islam yang

telah terformulasikan sejalan dengan wahyu, hadith, akal, pengalaman dan intuisi.

Ini berarti bahwa ilmu ekonomi dalam Islam merupakan produk dari pemahaman

(tafaqquh) terhadap wahyu yang memiliki konsep-konsep yang universal,

permanen, dinamis, pasti dan samar-samar, yang asasi dan yang tidak.

Sehubungan dengan masalah ini, berikut akan dibahas secara singkat

perbedaan maupun perbandingan sistem ekonomi kapitalis, ekonomi sosialis dan

ekonomi Islam. Ekonomi kapitalis tidak diragukan adalah sistem ekonomi yang

paling dominan di dunia saat ini dan sistem ekonomi sosialis sebagai

tandingannya. Sedangkan ekonomi Islam, baik sebagai ilmu maupun sistem, kini

telah memasuki kategori untuk dinyatakan sebagai sebuah paradigma ekonomi

baru. Hal ini dibuktikan pula dengan semakin maraknya diskursus tentang

ekonomi Islam di berbagai universitas, baik di Barat maupun di negara-negara

Islam sendiri. Sementara ekonomi Islam sebagai sebuah sistem juga telah mulai

menampakkan kehadirannya, utamanya melalui kehadiran sistem keuangan dan

perbankan Islam.

B. Sistem Ekonomi Kapitalis

Di bawah dominasi kapitalisme, ekonomi konvensional saat ini sedang

menghadapi masa krisis dan re-evaluasi. Kapitalisme menghadapi serangan kritik

dari berbagai penjuru. Mulai dari Karl Max sampai pada era tahun 1940-an,1950-

an, 1960an, bahkan di awal abad 21 kritikan tersebut semakin tajam dan meluas.

3 Hingga pertengahan abad ke-19 tidak banyak dijumpai petunjuk bahwa ilmu ekonomi dapat diubah menjadi sumber kebenaran peradaban. Hanya ketika Tuhan dikatakan telah mati. Lihat: Jhon Ralston Saul, Runtuhnya Globalisasi dan Penemuan Kembali Dunia, terj: Dariyanto, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008, hal. 64

2

Page 3: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

seperti Joseph Schumpeter4, Paul Omerod5, Umar Ibrahim Vadillo6, Critovan

Buarque7, sampai kepada Joseph Stigliz8. Banyak indikasi kegagalan kapitalisme

tersebut, anatara lain. pertama, Ekonomi konvensional yang berlandaskan pada

sistem ribawi, ternyata semakin menciptakan ketimpangan pendapatan yang hebat

dan ketidak-adilan ekonomi. Kedua, Ekonomi kapitalisme tersebut juga telah

menciptakan krisis moneter dan ekonomi di banyak negara. Di bawah sistem

kapitalisme, krisis demi krisi terjadi terus menerus, sejak tahun 1923, 1930, 1940,

1970, 1980, 1990, 1997 bahkan sampai sekarang. Banyak negara senantiasa

terancam krisis susulan di masa depan jika sistem kapitalisme terus dipertahankan.

Ketiga, Ekonomi kapitalisme banyak memiliki kekeliruan dan kesalahan dalam

sejumlah premisnya, terutama rasionalitas ekonomi yang telah mengabaikan

moral dimensi moral.

Defenisi Sistem Ekonomi Kapitalis

4Sejak awal, Joseph Schumpeter meragukan kapitalisme. Dalam konteks ini ia mempertanyakan, “Can Capitalism Survive”?. No, I do not think it can. (Dapatkah kapitalisme bertahan ?. Tidak, saya tidak berfikir bahwa kapitalisme dapat bertahan). Selanjutnya ia mengatakan, ” Capitalism would fade away with a resign shrug of the shoulders”,Kapitalisme akan pudar/mati dengan terhentinya tanggung jawabnya untuk kesejahteraan (Heilbroner,1992).

5 Paul Omerod dalam buku The Death of Economics (1994). Menuliskan bahwa ahli ekonomi terjebak pada ideologi kapitalisme yang mekanistik yang ternyata tidak memiliki kekuatan dalam membantu dan mengatasi resesi ekonomi yang melanda dunia. Mekanisme pasar yang merupakan bentuk dari sistem yang diterapkan kapitalis cenderung pada pemusatan kekayaan pada kelompok orang tertentu.

6 Mirip dengan buku Omerod, muncul pula Umar Vadillo dari Scotlandia yang menulis buku, ”The Ends of Economics” yang mengkritik secara tajam ketidakadilan sistem moneter kapitalisme. Kapitalisme justru telah melakukan ”perampokan” terhadap kekayaan negara-negara berkembang melalui sistem moneter fiat money yang sesungguhnya adalah riba.

7Critovan Buarque, ekonom dari universitas Brazil dalam buknya, “The End of Economics” Ethics and the Disorder of Progress (1993), melontarkan sebuah gugatan terhadap paradigma ekonomi kapitalis yang mengabaikan nilai-nilai etika dan sosial. Paradigma ekonomi kapitalis tersebut telah menimbulkan efek negatif bagi pembangunan ekonomi dunia, yang disebut Fukuyama sebagai ”Kekacauan Dahsyat” dalam bukunya yang paling monumental, “The End of Order”.(1997), yakni berkaitan dengan runtuhnya solidaritas sosial dan keluarga.

8 Sejalan dengan Omerod dan Vadillo, belakangan ini muncul lagi ilmuwan ekonomi terkemuka bernama E.Stigliz, pemegang hadiah Nobel ekonomi pada tahun 2001. Stigliz adalah Chairman Tim Penasehat Ekonomi President Bill Clinton, Chief Ekonomi Bank Dunia dan Guru Besar Universitas Columbia. Dalam bukunya “Globalization and Descontents, ia mengupas dampak globalisasi dan peranan IMF (agen utama kapitalisme) dalam mengatasi krisis ekonomi global maupun lokal.

3

Page 4: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

Ada banyak definisi formal tentang capitalism. Makna Kapitalisme adalah

sistim ekonomi yang berorientasi pada cara-cara produksi secara individu atau

dimiliki oleh individu, dimana distribusi, penentuan harga dan jasa-jasa pelayaan

didalamnya ditentukan oleh pasar bebas. Pengertian individu disini dapat juga

diartikan sebagai individu secara kolektif dalam bentuk perusahaan (corporate

ownership) dan bukan milik masyarakat atau milik negara.9 Oleh sebab itu

kapitalisme juga disebut dengan sistim ekonomi dengan pendekatan pasar bebas

(free market). Para proponen sistim ini percaya bahwa pasar adalah efisien dan

harus berfungsi secara bebas tanpa campur tangan pihak manapun, tugas negara

hanya mengatur dan memproteksi.10. Milton Friedman, salah seorang proponen

utama kapitalisme modern merumuskan tiga faktor utama sistem kapitalisme:

pasar bebas, kebebasan individual, dan demokrasi.11 Kapitalisme sebagai sistem

ekonomi muncul pada abad 16, didorong dengan munculnya industri sandang di

Inggris.

Pada masa permulaannya, kapitalisme merupakan semangat usaha, berani

mengambil resiko, persaingan dan keinginan untuk mengadakan inovasi. Tata

nilai dominan kapitalisme adalah individualisme, kemajuan material dan

kebebasan politik.12 Pertumbuhan kapitalisme, dan terutama industrialisasi

kemudian melahirkan kelas pekerja. Seiring berjalannya waktu, prospek

kapitalisme tidak begitu cerah seluruhya segera sesudah terjadinya krisis finansial

yang melanda Amerika Serikat yang kemudian berdampak bagi negara-negara

lain. Banyak para kalangan yang mengatakan bahwa ini adalah saatnya

kehancuran kapitalisme.

Karakteristik Sistem Ekonomi Kapitalis

9 John Schrems, Understanding Principles of Politics and the State, PageFree Publishing (2004), page 234.

10 http://www.investorwords.com/713/capitalism.html

11 Friedman, “Capitalism and Freedom”, 1965.

12 Hudiyanto, 2002, hal 20

4

Page 5: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

Ciri dominan dari system kapitalis adalah; pertama: Kebebasan memiliki

harta secara perorangan. Hak milik perorangan merupakan elemen penting

kapitalisme. Dalam paham kapitalisme tidak berlaku istilah hak milik berfungsi

sosial. Pemberian hak milik secara mutlak akan menciptakan  perilaku individu

untuk menggunakan semaksimal mungkin  sumber daya yang dimiliki dan

berdampak pada distribusi pendapatan masyarakat. Kedua: Persaingan bebas

(Free competition). Persaingan bisa terjadi antar produsen dalam menghasilkan

produk, persaingan bisa terjadi antara penyalur produk, persaingan bisa terjadi

antar karyawan untuk mendapatkan pekerjaan, persaingan bisa terjadi antar

pemilik modal dan seterusnya. Ketiga: Kebebasan penuh. Kapitalisme identik

dengan kebebasan (liberalisme/ laisses faire) , yang dianggap sebagai iklim yang

paling sesuai dengan sendi kapitalisme. Liberalisme adalah suatu paham yang

berpendapat dan bercita-cita bahwa manusia dilahirkan di dunia mempunyai hak

untuk bebas seperti yang diinginkannya.

Keempat: Mementingkan diri sendiri. Aktivitas individu diyakini tidak

akan membawa kekacauan, bahkan sebaliknya akan membawa kemakmuran

bangsa-bangsa. Adam Smith13  mengatakan “Bukan berkat kemurahan hati tukang

daging, tukang pembuat bir dan tukang roti kita dapat makan siang, akan tetapi

karena mereka memperhatikan kepentingan pribadi mereka. Kita bicarakan bukan

kepada rasa kemanusiaan mereka melainkan cinta mereka kepada diri mereka

sendiri”14 Kelima: Harga sebagai penentu (Price system). Paham serba bebas

(laissez faire)  akan tercipta keseimbangan baru yang  mampu membawa kepada

kemakmuran masyarakat. Apabila terjadi kelebihan faktor produksi, maka akan

tidak terserap oleh pasar sehingga akan terjadi pengurangan faktor produksi

tersebut karena mekanisme pasar dan sebaliknya. Kondisi semacam ini akan dapat

memunculkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi. Keenam: Campur

tangan pemerintah minimum. Doktrin laissez faire sistem ekonomi merupakan

13Adam Smith adalah penganut aliran klasik terkenal. Ia lahir di kota Kirkcaldy Scotlandia. Belajar filsafat dan pernah menjadi guru besar logika di Universitas Glasgow. Tahun 1766 ia pergi ke Perancis dan bertemu dgn para penganut liberalisme. Tahun 1776 ia menerbitkan Penelitian Alam dan Sebab-sebab Kekayaan Manusia. Buku inilah yg dikatakan kritikus Edmund Burke sebagai karya tulis teragung yg pernah ditulis manusia.

14 (Heilbroner, 1982, hal …)

5

Page 6: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

orde alamiah  (natural orde) yang tunduk pada hukum alam (natural

law). Campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi  akan menghambat

proses pengaturan diri (self regulation)

Dampak Posisitif dan negative Sistem Ekonomi Kapitalis:

Tak dapat dipungkiri bahwa kapitalisme telah memberikan begitu banyak

hasil positif bagi peradaban umat manusia. Kemudahan fasilitas hidup,

perkembangan teknologi, variasi produk, infrastruktur menjadi bukti bahwa

kapitalisme menunjukkan perannya yang signifikan dalam sejarah peradaban umat

manusia. Dampak positif ini bisa kita rangkum pada tiga poin; pertama:

Mendorong aktivitas ekonomi secara signifikan. Kedua: Persaingan bebas akan

mewujudkan produksi dan harga ke tingkat wajar dan rasional. Ketiga:

Mendorong motivasi pelaku ekonomi mencapai prestasi terbaik.

Terlepas dari semua hal itu, tidak salah jika dianalisa bahwa dibalik

kesuksesan itu, ada kerancuan bahkan kontradiktif yang pada hakekatnya

menafikan kesuksesan tadi.15 Hal ini tampak pada; pertama: Penumpukan harta,

distribusi kekayaan tidak merata. Selama abad 20, selain megahnya pembangunan

fisik ekonomi, ternyata terdapat data-data yang jelas menunjukkan bahwa system

kapitalis memberikan goncangan-goncangan ekonomi dan implikasi-implikasi

negative. Jeratan hutang di hampir seluruh Negara berkembang, kemiskinan yang

semakin meluas di negara dunia ketiga.16 Kedua: Individualisme. Dalam interaksi

ekonomi internasional terlihat bagaimana system ekonomi kapitalis menciptakan

kondisi kompetisi yang tidak sehat, bahkan wujud kecenderungan eksploitasi

ekonomi dari sekelompok negara terhadap sekelompok negara lain. Sehingga

kekacauan ekonomi yang cenderung diciptakan ini meluas pada wilayah hukum,

social budaya, pendidikan dan bahkan politik.

Ketiga: Distorsi pada nilai-nilai moral. Bahkan seiring dengan

perkembangan ekonomi berupa fasilitas dan segala kemudahan teknologi bukan

15 Ali Sakti, Ekonomi Islam, Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern, Paradigma & Aqsa Publishing, 2007, hal. 26

16 Ibid, hal. 27

6

Page 7: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

semakin membuat peradaban yang terbangun menjadi lebih baik, tapi semakin

menunjukkan paradok-paradok kemajuan ekonomi. Semakin maju ekonomi

semakin tidak terlihat kemajuan pada sisi moral yang digambarkan oleh kualitas

dan kuantitas interaksi diantara manusia sebagai subjek pembangunan ekonomi.

Manusia terjebak dalam budaya egoisme dan budaya menguasai kekayaan dunia

untuk kemewahan diri sendiri. Dalam pidatonya Bung Karno pernah mengatakan

bahwa dengan kapitalisme, manusia menjadi serigala bagi manusia lainnya.

Budaya egoisme ini tentu berlangsung tanpa pijakan moral untuk memakmurkan

umat manusia, ataupun membangun peradaban yang adil dan beradab.

Kapitalisme memandang manusia sebagai benda materi. Karena itu manusia

dijauhkan dari kecenderungan ruhani dan akhlaknya. Bahkan dalam sistem

kapitalisme antara ekonomi dan moral dipisahkan jauh-jauh

Keempat: Pertentangan antar kelas misalnya majikan dan buruh.

Kapitalisme mendefenisikan kepuasan ekonomi direpresentasikan oleh jumlah

materi yang dapat dimiliki. Kemudian disadari atau tidak, materi yang dimiliki

tersebut menjadi parameter status social pelaku ekonomi. Menurut Umar Chapra17

parameter tersebut kemudian menjelma menjadi nilai atau norma dalam aktifitas

perekonomian. Hal ini kemudian memicu ketidak harmonisan pada setiap lapisan

antara kelas ekonomi.

C. Sistem Ekonomi Sosialis

Kutup lain dari sistem ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi sosialis.

Lahirnya sistem ekonomi marxisme atau sosialisme pada mulanya dimaksudkan

untuk memperbaiki kehidupan masyarakat yang menderita akibat  akumulasi

modal kapitalisme. Filosofinya adalah setiap individu bersama-sama memperoleh

kesejahteraan. Perkembangan sistem ini berangkat dari kritik terhadap kapitalisme

yang pada masa itu disebut kaum borjuis dan mendapat legitimasi dari gereja

untuk meng-eksploitasi buruh.

17 Muhammad Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi Sebuah Tinjauan Islam, Jakarta, Gema Insani Press, 2001, hal. 112

7

Page 8: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

Defenisi Sistem Ekonomi Sosialis

Dari sudut pandang ekonomi, sosialisme adalah sebuah sistem ekonomi

yang dilandaskan pada prisip kebersamaan, di mana kepemilikan alat-alat

produksi (means of production) dan distribusi bersifat kolektif.18 Salah satu

bentuknya yang paling ekstrim adalah komunisme, dimana keputusan-keputusan

ekonomi disusun, direncanakan dan sekaligus dikontrol oleh negara. Sebagai

respon terhadap era industrialisasi, sistem ekonomi sosialis dimana Karl Marx

sebagai rujukan utamanya, gencar mengkritik ekonomi pasar yang dikembangkan

oleh Adam Smith. Dalam kaca mata sosialis, kapitalisme adalah sistem yang tidak

adil dan “busuk dari dalam”. Dari sudut moral, kapitalisme mewarisi ketidak

adilan sebab ketidak pedulian pada ketimpangan dan kesenjangan social dalam

masyarakat. Dari sudut social, sosialis memandang kapitalisme sebagai sumber

konflik antar kelas, baik yang borjuis dan proletar, antara tuan tanah dan buruh,

dimana yang satu berperan sebagai penindas (oppressor) sedang yang lainnya

sebagai yang tertindas I(oppressed). Dari sudut ekonomi, sosialis memandang

kapitalisme tidak lain hanyalah alat bagi kapitalis untuk mengejar laba.

Sedangkan ekonomi pasar yang diciptakan kapitalisme bukanlah sebuah

mekanisme untuk memaksimumkan kesejahteraan privat individu-individu,

melainkan sebagai untuk memfasilitasi ketamakan para kapitalis mengangkangi

nilai surplus (surplus value) dan mengakumulasikan kekayaan.19

Karakteristik Sistem Ekonomi Sosialis

Pertama: Kepemilikan harta dikuasai negara. Kedua: Setiap individu

memiliki kesamaan kesempatan dalam melakukan aktivitas ekonomi. Ketiga:

Disiplin politik yang tegas dan keras. Keempat: Tiap warga negara dipenuhi

kebutuhan pokoknya. Kelima: Proyek pembangunan dilaksanakan negara.

Keenam: Posisi tawar menawar individu terbatas.20

18 Deliarnov, Ekonomi Politik, Penerbit Erlangga, 2oo6, hal. 39

19 Lebih lanjut Lihat: Deliarnov, ibid, hal. 41-43

20Lebih lanjut Lihat: Albert, Michael & Hahnel, Robin: The Political Economy of Participatory Economics , Princeton University Press, 1991. (Available online), Cole, GDH : Socialist Economics , 1950, London : Victor Gollancz Ltd. Cole, GDH, Horvat, Branko: The

8

Page 9: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

Dampak Posisitif dan negative Sistem Ekonomi Sosialis:

Kebaikan sistem ekonomi sosialis; pertama: Berpihak pada nasib dari

kaum lemah. Kedua: Tidak terjadi pengangguran masyarakat. Ketiga:

Kemakmuran yang merata.

Walau dilihat dari cita-cita sosialis untuk menghilangkan kemiskinan,

kemeralatan dan keterbelakangan sangat mulia, dalam dunia nyata kemiskinan,

kemeralatan dan keterbelakangan di negara-negara sosialis lebih kentara dari yang

dijumpai dalam sistem ekonomi kapitalis.21 Para pemikir dan pemimpin sosialis

memang memiliki mimpi yang indah untuk membawa masyarakat pada sistem

kemasyarakatan yang lebih mulia. Akan tetapi, kelompok kapitalis memandang

mungkin di satu sisi mereka berhasil mengurangi ketimpangan dan

mempromosikan pemerataan, tetapi bukan pemerataan dalam kekayaan dan

kesejahteraan, melainkan pemerataan dalam kemiskinan. Dalam pandangan

Winston Churchil: “Socialism is the philosophy of failure, the creed of ignorance

and the gospel of envy”.22

Mengapa sistem ekonomi sosialis tidak bisa maju? Menurut Deliarnov,

sebenarnya banyak teori yang dapat dikemukakan, yang paling menonjol adalah;

pertama: pengelolaan yang terlalu disentralisasi, dua: birokrasi yang berbelit-

belit, tiga: kurangnya insentif untuk menggali ide-ide dan gagasan baru, serta

empat: kurang akomodatif terhadap perubahan.23 Dengan bahasa lain, Tidak

adanya jaminan atas kebebasan untuk berekspresi. Menurunkan semangat bekerja

karyawan. Dan tampaknya sistem sosialis yang dirumuskan oleh Karl Marx,

belum selesai. Ideologi Marxismo nampaknya hanya memberikan prediksi bahwa

pada suatu saat masyarakat akan menjadi seperti ini dan tidak seperti itu. Dengan

demikian, sistem ekonomi sosialis baru membicarakan to be or not to be . Karl

Political Economy of Socialism , 1982, ME Sharpe, Inc., Lebowitz, Michael A. : Beyond Capital, Marx's Political Economy of the Working Class , 1992, 2003

21 Deliarnov, ibid, hal. 50

22 Dikutip dari Deliarnov: ibid, hal. 51

23 ibid, hal. 50

9

Page 10: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

Mark belum sampai kepada pembicaraan yang lebih tuntas apakah factor

dominant dalam membentuk sistem ekonomi sosialis di muka bumi.

D. Sistem Ekonomi Islam

Sebagai suatu sistem hidup (millah, din) ajaran Islam dapat

diklasifikasikan menjadi dua bagian. Pertama yang berhubungan dengan ibadah

khususnya yang mengandung hubungan dimensi vertikal. Sedangkan yang kedua

yang berhubungan dengan permasalahan hubungan antar sesama mahluk

(muamalat). Kedua sub-sistem ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Karena

keduanya merupakan komplementer satu dengan yang lainnya. Jika keduanya

dipisahkan maka manusia akan mendapatkan kehinaan.24

Dengan demikian, pemikiran ekonomi Islam lahir dari kenyataan bahwa

Islam adalah sistem yang diturunkan oleh Allah kepada seluruh manusia untuk

menata seluruh aspek kehidupannya dalam seluruh ruang dan waktu. Karakter

agama Islam yang paling kuat adalah sistem dan penataan yang ada. Islam

dengan begitu merupakan konsep tentang sebuah proyek peradaban,25 Maka

secara kronologis perkembangan dalam memahami pemikiran ekonomi Islam

mengalami perkembangan dari masa ke masa, yang dimulai dari masa turunnya

wahyu, masa penyebaran Islam, masa ijtihad (penyusunan ilmu-ilmu), masa

stagnasi pemikiran Islam, masa invasi ideologi (terjadinya konflik antara ideologi

Islam, Sosialis dan Kapitalis) dan masa Islamisasi ilmu pengetahuan (yaitu;

terjadinya Islamisasi ilmu ekonomi).

Defenisi Ekonomi Islam

Islam sebagai suatu sistem kehidupan manusia mengandung suatu tatanan

nilai dalam mengatur semua aspek kehidupan manusia baik menyangkut sosial,

politik, budaya, hukum, ekonomi dsb. Syariat Islam mengandung suatu tatanan

24 Lihat: Al-Qur’an , Al Imran (3:112)

25 Lebih lanjut lihat: M.Sayyid Qutb, Muqawwamat al-Tashawwur al-Islami, Dar al-Shuraq, S.M.N, al-Attas in his Prolegomena to The Metaphysics of Islam An Exposition of the Fundamental Element of the Worldview of Islam, Kuala Lumpur, ISTAC.

10

Page 11: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

nilai yang berkaitan dengan aspek akidah, ibadah, akhlaq dan muamalah.

Pengaturan sistem ekonomi tidak bisa dilepaskan dengan syariat Islam dalam

pengertian yang lebih luas. Dengan demikian sistem ekonomi Islam dapat

didefinisikan sebagai sistem yang membantu merealisasikan kesejahteraan

manusia melalui alokasi dan distribusi sumber-sumber daya yang seirama dengan

maqashid as syari`ah tanpa mengekang kebebasan individu, menciptakan ketidak

seimbangan makroekonomi dan ekologi yang berkepanjangan, atau melemahkan

solidaritas keluarga dan social serta jaringan moral masyarakat.26

Karakteristik Ekonomi Islam

Sistem ekonomi Islam tidak mengesampingkan unsur-unsur ego dalam diri

manusia, namun pemahaman bahwa hidup ini adalah ibadah (kepatuhan kepada

Tuhan), maka perilaku manusiapun sepatutnya merujuk dan mematuhi serta

menjadikan kepatuhan kepada Tuhan sebagai parameter dan titik sentral dari

perilaku manusia. Ekonomi Islam tidak sekedar berorientasi untuk pembangunan

fisik material dari individu, masyarakat dan negara saja, tetapi berikut horizon

dunia ataupun akhirat.

Karakteristik utama sistem ekonomi Islam adalah; pertama: tidak

membedakan antara ekonomi dengan etika, sebagaimana juga Islam tidak

membedakan antara ilmu dengan akhlak, politik dengan etika, perang dengan

etika dan lain lain, sehingga dalam mengarungi kehidupannya seorang muslim

haruslah memiliki budi pekerti dan akhlak yang mulia seperti yang di contohkan

oleh Muhammad Rosulullah saw.27 Individu maupun kelompok disatu sisi diberi

kebebasan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya, namun disisi lain, ia

terikat dengan iman dan etika, sehingga ia tidak bebas mutlak dalam

permasalahan ekonomi untuk menginvestasikan modalnya atau membelanjakan

hartanya, yang akan dapat merugikan bagi orang lain. Masyarakat muslim juga

tidak bebas tanpa kendali dalam memproduksi segala sumberdaya alam yang ada

26 Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam, Gema Insani Press, pentrj: Ikhwan Abidin Basri, 2001, hal. 108

27 Sesungguhnya Aku (Muhammad) diutus pada Kamu sekalian adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia : Hadist Riwayat; Bukhori dan Muslim

11

Page 12: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

yang dapat berakibat merusaknya,28 mendistribusikannya atau mengkonsumsinya.

Ia terikat dengan ikatan akidah dan etika mulia, disamping juga dengan hukum-

hukum Islam.29

Sistem ekonomi yang berlandaskan etika ini diakui oleh beberapa pakar

ekonomi Barat antara lain; Jack Austri, seorang Perancis, dalam bukunya “Islam

dan Pengembangan Ekonomi” mengatakan, “Islam adalah gabungan antara

tatanan kehidupan praktis dan sumber etika mulia. Antara keduanya terdapat

ikatan yang sangat erat yang tidak dapat terpisahkan. Dari sini sebetulnya orang

Islam tidak dapat menerima paham ekonomi orang kapitalis yang lebih condong

pada keduniaan saja tanpa memikirkan akhirat. Dan ekonomi yang kekuatannya

berlandaskan wahyu dari langit itu tanpa diragukan lagi adalah ekonomi yang

berdasarkan pada etika”. Menurut J. Perth, kombinasi antara ekonomi dan etika

ini bukanlah hal baru dalam Islam. Sejak semula Islam tidak mengenal pemisahan

jasmani dengan rohani. Didalam Islam kita menemukan praktek-praktek bisnis

yang menggabungkan antara etika dan ekonomi, seperti; larangan untuk

mengurangi takaran dan timbangan,30 larangan memakan riba,31 anjuran untuk

menafkahkan harta yang dimiliki agar tidak menumpuk pada orang tertentu,32

larangan mempunyai sifat kikir33 dan untuk membersihkan hartanya.

28 Lihat: Al Qur’an, Ar-Rum ; 41

29 Sebagai misal dalam memandang masalah minuman keras, Islam dengan jelas dan tegas menyebutkannya : “Hai orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji (yang) termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu termasuk hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang, maka berhentillah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” Al-Qur’an Surat Al-Ma’idah ayat 90-91, Minuman keras atau khamar, dari sisi ekonomi mungkin sangat menguntungkan seperti dapat membuka lapangan pekerjaan, akan tetapi larangan tersebut sifatnya final dan secara kompleks dan meyeluruh, yaitu larangan bagi pembuatnya (produsennya), penyalurnya, orang yang mengantarkan barang tersebut (transportasinya), orang yang menjualnya, orang yang membelikannya, dan orang yang menuangkannya. (Hadist Riwayat Abu Dawud)

30 Al-Qur’an; Surat Al-Muthoffifiin ayat 1-6

31 Al-Qur’an; Surat Al-Baqoroh ayat 275-276

32 Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 7

33 Al-Qur’an; Surat Al-Baqoroh ayat 261-274

12

Page 13: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

Kedua: karakter ekonomi Islam sesuai dengan fitrah manusia. Tujuan

ekonomi Islam adalah menciptakan kehidupan manusia yang aman dan sejahtera.

Dengan demikian, dalam ekonomi Islam, manusia dan faktor kemanusiaan

merupakan faktor utama. Faktor kemanusiaan dalam ekonomi Islam terdapat

dalam kumpulan etika, yang ada pada Al-Qur’an, Hadits, serta ijma’ para ulama

yang mencakup etika, kebebasan, kemuliaan, keadilan, sikap moderat dan

persaudaraan sesama manusia. Etika Islam mengajurkan manusia untuk menjalin

kerjasama, tolong-menolong dan menjauhi sikap iri, dengki dan dendam.

Islam juga menganjurkan kasih sayang sesama manusia terutama pada

kaum lemah, anak yatim, miskin papa (bahkan dikatakan sebagai berbohong

dalam agama jika tidak memperdulikan mereka)34. Islam juga menganjurkan sikap

bertenggang rasa kepada para janda, tua renta dan orang yang tidak sanggup untuk

bekerja. Buah yang dipetik dari etika ini ialah diakuinya oleh Islam hak milik

individu, dengan syarat barang itu diperoleh dengan jalan halal. Islam juga

menjaga milik individu dengan segala undang-undang dan etika yang ada.

E. Komparasi Sistem Ekonomi Kapitalis, Sosialis dan Islam

Sistem ekonomi Islam pada hakekatnya bukanlah sebuah sikap reaksioner

terhadap fenomena ekonomi dominan. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,

awal keberadaannya sama dengan awal keberadaan Islam di muka bumi ini.

Ekonomi Islam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Islam itu sendiri.

Islam diyakini sebagai jalan maupun konsep hidup tentu meliputi ekonomi

sebagai salah satu aktivitas hidup manusia, bahkan ekonomi merupakan aktivitas

utama dalam kehidupan, karena ia berkaitan erat dengan kemampuan dan segala

kegiatan mempertahankan hidup manusia baik kualitas dan kuantitas.35 Dari

penjelasan di atas kita temukan beberapa hal yang membedakan ekonomi

kapitalis, sosialis dan Islam secara signifikan, baik entitas ilmu maupun

mekanisme kerjanya dikehidupan manusia. Berikut beberapa perbedaan penting:

34 Al-Qur’an; Surat Al-Ma’un ayat 1 - 6

35 Ali Sakti, Ekonomi Islam, Jawaban… hal. 80

13

Page 14: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

a. Sumber;

Sistem ekonomi Islam merujuk pada entitas utamanya yaitu Islam sebagai

konsep hidup dan kehidupan merupakan konsep yang langsung diidekan

(ideational) oleh Allah SWT.36 Sementara dalam sistem ekonomi kapitalis dan

sosialis hamper dipastikan tidak memiliki persfektif filosofi seperti yang dimiliki

Islam. Filosofi dasar sistem ekonomi kapitalis dan sosialis terfokus pada tujuan

materialism yang memang menjadi parameter terpenting dalam segala

aktifitasnya. Sehingga upaya menuju pencapaian materi tersebut diidentifikasi dan

dilakukan tanpa batasan-batasan tertentu seperti dalam ekonomi Islam. Hal ini

bisa dimaklumi karena sumber inspirasi ekonomi kapitalis dan sosialis adalah

interest manusiawi.

b. Motif;

Tujuan dari aktifitas ekonomi Islam tidak terlepas dari pemahaman Islam

sebagai konsep hidup yang mengantarkan manusia pada kesejahteraan dan

kedamain akhirat. Maka motif utama aktifitas ekonomi Islam tidak terlepas dari

motif ibadah. Motif ibadah ini kemudian mempengaruhi perilaku konsumsi,

produksi, distribusi dan interaksi ekonomi lainnya. Secara spesifik ada tiga motif

utama dalam perilaku ekonomi Islam, yaitu; maslahat, kebutuhan dan kewajiban.

Menurut Muhammad Akram Khan37 maslahat adalah parameter yang bernuansa

altruisme (kepentingan bersama). Kebutuhan merupakan sebuah motif dasar

disamping sebagai nilai moral tersendiri. Sedangkan motif kewajiban merupakan

presentasi entitas utama motif ibadah. Motif ini merefleksikan tugas utama

manusia sebagai hamba Tuhan.

Sedangkan motif ekonomi kapitalis dan sosialis lebih didominasi oleh

nilai-nilai egoisme, self interest danrasionalisme yang materialis. Kapitalis

menilai bahwa egoisme merupakan nilai yang konsisten mempengaruhi seluruh

36 Muhammad Nejatullah Siddiqi, “Islamizing Economics”, Toward Islamization of Dixcipline, The International Institute of Islamin Though (IIIT), Hemdon, Virginia, USA, 1995, hal. 253-261. Dikutip dari Ali Sakti, Ekonomi Islam, Jawaban… hal. 81

37 Muhammad AkramKhan, “The role of Government in the Economy”, The American Journal of Islamic Social Sciences, Vol. 14, No 2, 1997, hal. 157. Dikutip dari Ali Sakti, Ekonomi Islam, Jawaban… hal. 86

14

Page 15: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

aktivitas manusia.38 Sehingga egoismelah yang menjadi titik sentral dari analisa

dan pengembangan teori ekonomi. Hal ini terlihat bagaimana egoisme menjadi

ruh dalam perilaku konsumsi, produksi dan interaksi ekonomi. Singkatnya,

ekonomi kapitalis dan sosialis lebih mempertimbangkan unsure keinginan (wants)

dalam mengembangkan mekanisme sistem ekonomi. Sedangkan Islam lebih focus

pada kebutuhan manusia.

c. Tujuan;

Perbedaan mendasar antara ekonomi kapitalis, sosialis dan Islam adalah

sudut pandang aksiologis. Rasionalitas dalam Islam bukannya kemudian

membatasi peluang untuk melakukan pemaksimalan kepentingan atau kebutuhan

secara mutlak. Term “maksimisasi” bisa saja tetap digunakan, hanya ia dibatasi

oleh kendala etika dan moral Islam. Maka istilah “kepuasan” pun mengalami

transformasi pengertian dari “kepuasan tak terbatas” menjadi falah, dalam arti

yang luas, dunia dan akhirat. Keyakin inilah yang kemudian mengontrol perilaku

manusia agar selalu merujuk pada Islam sebagai konsep hidup. Perpaduan

keyakinan (iman) dan profesiaonalitas keduniaan merupaka sinergi nilai dan kerja

yang khas dalam perekonomian Islam.

Sedangkan dalam perekonomian kapitalis dan sosialis, landasan filosofi

dari tujuan aktifitas ekonomi tidak menyentuh nilai-nilai aksiologis maupun

religiusitas. Keduanya terbatas pada nilai keduniawian, dimana parameter dan

tujuan aktifitas ekonominya cenderung materialistis. Konsep utilitas dalam

perilaku konsumsi yang ditunjukkan akhirnya demi mencapai tujuan

materialisme.

d. Paradigma;

Perbedaan paradigma sebagai ruang lingkup aktifitas juga cukup

signifikan. Dimana ekonomi Islam tidak bisa lepas dari aksiologinya (keyakinan

38 Lihat: Amartya SEn, :Rational Fool: A Critique of The Behavioaral Fondations of Economic Theory”, Philosophy an Economic Theory, Edited by Frank Hahn and Martin Hollis, Oxford University Press, 1979, hal. 87-109. Dikutip dari Ali Sakti, Ekonomi Islam, Jawaban… hal. 87

15

Page 16: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

pada hari kemudian, dosa-pahala dll). Paradigma ini kemudian menempatkan

norma-norma Islam menjadi variable yang cukup menentukan dari segala aktifitas

ekonomi manusia. Variable ini secara otomatis menuntut manusia pada segala

aktifitas hidupnya sejalan dengan prinsif keadilan dan keseimbangan.

Sementara ekonomi kapitalis dan sosialis lebih mengedepankan pasar

sebagai paradigmanya.39 Inovasi dan pengembangan aktifitas ekonomi didasarkan

pada optimalisasi bentuk pencapaian keuntungan yang bersifat individual maupun

kelompok secara bebas, tanpa memiliki batasan-batasan yang bersifat ideologi

maupun spiritual oriented. Isu moral dan akhlak berada pada koridor terbatas

dalam interaksi sesama manusia yang dijabarkan dalam wacana etika, tanpa

pernah jadi pertimbagan. Hal ini menjadi alasan utam mengapa kecenderungan

pelaku pasar dalam kedua sistem tersebut begitu konsumtif, materialistik dan

individualistik (dalam makna luas).

e. Harta;

Perbedaan mensikapi harta antara kapitalis, sosialis dan Islam juga sangat

berbeda. Dalam Islam harta disikapi sebagai pokok kehidupan maupun amanah. 40

Hal ini sejalan dengan corak perekonomian yang mementingkan kebersamaan

(altruisme) dan keyakinan bahwa hidup hanyalah perjalanan sementara, sehingga

harta sebagai alat hidup dikonsumsi secukupnya. Dalam definisi al-Ghazali, harta

dikonsumsi sebanyak yang dibutuhkan untuk hidup.41

Sementara dalam pandangan kapitalis dan sosialis, harta sebagai aset yang

dipergunakan untuk terus diperbanyak berdasarkan tujuan kepuasan individu.

f. Alokasi dan distribusi kekayaan;

Dalam Islam, mekanisme alokasi dan distribusi pendapatan dan kekayaan

berkaitan erat dengan nilai moral Islam sebagai alat untuk meraih kesejahteraan

39 Muhammad Arif, “Toward the Syari`ah Paradigm of Islamic Economics: The beginning of Scientific Revolution”, Journal of Research in Islamic Economics, Vol. 2, No. 4, July 1985. Dikutip dari Ali Sakti, Ekonomi Islam, Jawaban… hal. 89

40 Lihat QS: 4:5, QS: 63:9

41 Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, As Syifa, Jilid 2

16

Page 17: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

akhirat. Kewajiban hamba pada Tuhannya merupakan prioritas utama dari segala

tindakan. Hala ini menjadikan mekanisme distribusi pendapatan dan kekayaan

yang bertujuan pada pemerataan menjadi sangat urgent dalam perekonomian

Islam, karena diharapkan setiap manusia dapat menjalankan kewajibannya sebgai

hamba tanpa harus dihalangi oelh hambatan yang wujud diluar kemampuannya.

Dengan demikian peran utama negara adalah memastikan terpenuhinya kebutuhan

minimal seluruh rakyat negara tersebut.42 Distribusi dan alokasi kekayaan selain

dilakukan dengan aktifitas ekonomi yang wajar dalam transaksi jual-beli, juga

diakui mekanisme berupa zakat yang sifatnya tidak mengikat.43

Sedangkan dalam sistem ekonomi kapitalis dan sosialis menggunakan

instrumen pajak dan tunjangan sebagai alat pemerataan pendapatan. Namun

secara kongkrit keberlangsungannya tergantung pada kebijakan rezim ekonomi

tersebut.

g. Fungsi negara;

Fungsi negra dapat dibagi menjadi dua fungsi utama, yaitu fungsi bersifat

geografi (geofraphical frontier) dan bersifat idiologi (ideological frontier). Fungsi

yang bersifat geografi adalah memastikan terpelihara dan berkembangnya negara

secara geografis, seperti pertahanan (deffence). Sedangkan fungsi yang bersifat

idiologi adalah memastikan terpeliharanay nilai-nilai ketauhidan dan keimanan

warga negara serta usaha-usaha peningkatannya. Fungsi ini terlaksana pada sisi

sosial-moral dan pada sisi ekonomi. Dalam Islam, fungsi negara yang

sedemikianalah sesuatu yang terikat dengan aksiologi. Sedangkan dalam sistem

ekonomi kapitalis dan sosialis fungsi tersebut bukanlah keharusan yang terikat

dengan aksiologi.

42 Lihat: QS: ar-Rum: 38-39

43 Lihat: QS: 59:7

17

Page 18: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

F. Epilog

Peralihan kekuasaan dari Muslim ke Kristen menuntut terjadinya suatu

transformasi nilai-nilai sosial dari moralitas Islam ke sekularisasi. Sekularisme

sendiri sebenarnya tidak berniat untuk menanggalkan baju moralnya, masyarakat

ilmiah di lingkungan Kristen-lah yang mencoba mengelak dari nilai moralitas

ajaran mereka atas nama perkembangan intelektual, ilmu pengetahuan dan

teknologi. Kemudian, menurut Kenneth Lux dalam bukunya Adam Smith’s

Mistakes, datanglah Adam Smith yang “membuang moralitas untuk menemukan

ekonomi”. Fenomena ini memang telah mendapatkan pengesahan sejarah melalui

tonggak-tonggaknya yang paling penting yaitu “The Enlightenment”; revolusi

ilmiah; revolusi industri; dan imperialisme-kolonialisme ekonomi serta berbagai

bentuk kelembagaan lainnya hingga sekarang.

Sejak saat itulah terjadi divergensi dalam pemikiran dan praktek ekonomi

secara sistemik, antara Islam dan kapitalisme. Yang kedua kemudian menjadi

mainstream dan terpecah lagi secara garis besar dengan lahirnya sosialisme,

masing-masing mempersiapkan perangkat paradigmanya untuk membangun

institusi sosial dan politik dalam rangkaian penguatan sistem-sistem ekonomi

tersebut. Jadi dengan kata lain ilmu ekonomi sekular modern, kapitalisme maupun

sosialisme, adalah sebuah fenomena penyimpangan dari ekonomi Islam, dan

bukan sebaliknya.

18

Page 19: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

Daftar Pustaka

Ali Sakti, Ekonomi Islam, Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern, Paradigma & Aqsa Publishing, 2007

Alparslan Acikgence, "The Framework for A history of Islamic Philosophy", Al-Shajarah, Journal of The International Institute of Islamic Thought and Civlization, (ISTAC, 1996, vol.1. Nos. 1&2, 6)

Amartya SEn, :Rational Fool: A Critique of The Behavioaral Fondations of Economic Theory”, Philosophy an Economic Theory, Edited by Frank Hahn and Martin Hollis, Oxford University Press, 1979

Deborah A. Redman, Economics and the Philosophy of Science, Oxford University Press, New York, 1991

Deliarnov, Ekonomi Politik, Penerbit Erlangga, 2006Hamid Fahmy Zarkasyi, “Worldview Sebagai Asas Epistemologi Islam”,

ISLAMIA, Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam, THN II No.5 April-Juni 2005

Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, As Syifa, Jilid 2Jhon Ralston Saul, Runtuhnya Globalisasi dan Penemuan Kembali Dunia, terj:

Dariyanto, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2008M.Sayyid Qutb, Muqawwamat al-Tashawwur al-Islami, Dar al-ShuraqMasyhudi Muqorobin, “Paradigma Ilmu Ekonomi Islam”, makalah yang diposting

pada situs resmi Fakultas Ekonomi Unversitas Muhammadiyah Yogyakarta. http://fe.umy.ac.id/eei/index.php?option=download&it-linemodule=1&action=viewDl&cid=2

Muhammad AkramKhan, “The role of Government in the Economy”, The American Journal of Islamic Social Sciences, Vol. 14, No 2, 1997

Muhammad Arif, “Toward the Syari`ah Paradigm of Islamic Economics: The beginning of Scientific Revolution”, Journal of Research in Islamic Economics, Vol. 2, No. 4, July 1985

Muhammad Nejatullah Siddiqi, “Islamizing Economics”, Toward Islamization of Dixcipline, The International Institute of Islamin Though (IIIT), Hemdon, Virginia, USA, 1995

S.M.N, al-Attas in his Prolegomena to The Metaphysics of Islam An Exposition of the Fundamental Element of the Worldview of Islam, Kuala Lumpur, ISTAC.

Umer Chapra, Masa Depan Ilmu Ekonomi: Sebuah Tinjauan Islam, Gema Insani Press, pentrj: Ikhwan Abidin Basri, 2001

19

Page 20: Perbandingan Ekonomi Islam, Kapitalis dan Sosialis_Irwan Malik Marpaung

20