32
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan tindakan keperawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan tidak merugikan klien maupun petugas. B. TUJUAN 1. Tujuan Umum 1

PERAWATAN PERIOPERATIF

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bbjghgjh

Citation preview

Page 1: PERAWATAN PERIOPERATIF

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tindakan operasi adalah sebuah tindakan yang bagi sebagian besar klien

adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien. Hal ini

dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya

tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa

terancam takut apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan

operasi membutuhkan persiapan yang matang dan benar-benar teliti karena hal

ini menyangkut berbagai organ, terutama jantung, paru, pernafasan. Untuk itu

diperlukan tindakan keperawatan yang komprehensif dan menyeluruh guna

mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan tidak

merugikan klien maupun petugas.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Memberikan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien Pre

dan Post Operatif system perkemihan.

2. Tujuan Khusus

Mengerti dan memahami berbagai persiapan tindakan operatif yang meliputi:

a. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan pada klien pre operatif system

perkemihan.

1

Page 2: PERAWATAN PERIOPERATIF

b. Mengerti dan memahami asuhan keperawatan pada klien post operatif

system perkemihan.

C. MANFAAT PENULISAN

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan

yang telah penulis peroleh selama pembelajaran Keperawatan Medikal

Bedah.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan perbendaharaan bacaan

untuk pengembangan dan pembuatan makalah selanjutnya juga sebagai

sumber referensi di kalangan akademis.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan atau materi tentang asuhan keperawatan pada klien Pre

dan Post Op sisitem perkemihan bagi perawat dalam menjalankan perannya

sebagai pemberi asuhan keperawatan.

4. Bagi Institusi Lahan Praktek

Diharapkan dapat menambah informasi bagi tenaga kesehatan sebagai

bahan untuk peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada

Klien Pre dan Post Op system perkemihan.

D. METODE PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan dua metode penulisan

yaitu metode literature yaitu dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber lain

yang berhubungan dengan materi pembahasan.

2

Page 3: PERAWATAN PERIOPERATIF

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan ini terdiri dari empat bab.

BAB I Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan penulisan dimana

terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, Manfaat penulisan

dimana terbagi dari manfaat bagi penulis, bagi institusi pendidikan, bagi profesi

keperawatan, dan bagi institusi lahan praktek, selanjutnya metode penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Teoritis berisi tentang materi pre dan post operatif

sisitem perkemihan.

BAB III Penutup berisi tentang Kesimpulan dan Saran

3

Page 4: PERAWATAN PERIOPERATIF

BAB II

TINAJAUAN TEORITIS

A. PERAWATAN PERIOPERATIF

a. Tujuan dilakukan perawatan

Dilakukan untuk menetapkan strategi yang sesuai dengan kebutuhan

individu selama periode perioperatif sehingga klien memperoleh kemudahan

sejak datang sampai klien sehat kembali.

b. Periode perioperatif

Perioperatif terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

1. Pre-operatif (sebelum)

2. Intra-operatif (selama)

3. Post-operatif (sesudah)

B. PRE OPERATIF

a. Pengertian

Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan

perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang

terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi

untuk dilakukan tindakan pembedahan. Persiapan pembedahan dapat

dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik

pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).

1. Persiapan psikologi

Page 5: PERAWATAN PERIOPERATIF

Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi

emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena :

- Takut akan perasaan sakit, narkosa atau hasilnya

- Keadaan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah

dan dapat mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini

penyuluhan yang dapat diberikan kepada pasien pra bedah :

Penjelasan tentang peristiwa

1. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan

persiapan).

2. Hal-hal yang rutin sebelum operasi.

3. Alat-alat khusus yang diperlukan

4. Pengiriman ke ruang bedah.

5. Ruang pemulihan.

6. Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :

a. Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.

b. Perlu kebebasan saluran nafas.

c. Antisipasi pengobatan.

Bernafas dalam dan latihan batuk

Latihan kaki

Mobilitas

Membantu kenyamanan

Page 6: PERAWATAN PERIOPERATIF

2. Persiapan fisiologi

Diet

8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4

jam sebelum operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada

operasi dengan anaesthesi umum.

Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi

makanan ringan diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat

makan/minum sebelum pembedahan antara lain :

- Aspirasi pada saat pembedahan

- Mengotori meja operasi.

- Mengganggu jalannya operasi.

Persiapan Perut

Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada

bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk

pembedahan pada saluran pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada

waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.

Maksud dari pemberian lavement antara lain :

- Mencegah cidera kolon

- Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang

akan dioperasi.

- Mencegah konstipasi.

- Mencegah infeksi

Persiapan Kulit

Page 7: PERAWATAN PERIOPERATIF

Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut.

Pencukuran dilakukan pada waktu malam menjelang operasi.

Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan kotoran harus

terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah

yang dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.

Hasil Pemeriksaan

Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.

1. Pemeriksaan radiologi dan diagnostic, seperti: photo thorax CT

Scan (computerized tomography scan ), MRI ( magnrtic resonan

imagine ), BNO-IVP, renogram, sytoscopy, mammography CIL (

colon loop ), EKG/ECG, ECHO, EEG, dll.

2. Pemeriksaan laboratorium berupa, pemeriksaan darah,

hemoglobin, leukosit, LED, jumblah trombosit, limfosit, protein

total (albumin dan globulin ), elektrolit (kalium, natrium, dan

klorida ), CT BT, ureum kreatinin, BUN, dll.

3. Biopsy, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan

bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum

operasi.

4. Pemeriksaan kadar gula darah

Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar

gula darah pasien dalam rentang normal atau tidak.

Persetujuan Operasi / Informed Consent

Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa

didapat dari keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua

Page 8: PERAWATAN PERIOPERATIF

dan kelurga terdekat. Pada kasus gawat darurat ahli bedah

mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi tanpa surat

izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan berbagai

usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa

waktu yang masih mungkin.

3. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima

dengan perawat OK)

Mencegah cidera

Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau

cidera perlu dilakukan hal tersebut di bawah ini :

1. Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).

2. Cek gelang identitas / identifikasi pasien.

3. Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.

4. Lepas perhiasan

5. Bersihkan cat kuku.

6. Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.

7. Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.

8. Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada

gangguan pendengaran.

9. Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang

beresiko terhadap tromboplebitis.

10. Kandung kencing harus sudah kosong.

11. Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek

meliputi ;

Page 9: PERAWATAN PERIOPERATIF

- Catatan tentang persiapan kulit.

- Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).

- Pemberian premedikasi.

- Pengobatan rutin.

- Data antropometri (BB, TB)

- Informed Consent

- Pemeriksan laboratorium.

Pemberian obat premedikasi

Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi

kecemasan, memperlancar induksi dan untuk pengelolaan

anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada malam menjelang

operasi agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya cemas.

b. Pengkajian Keperawatan Pra Bedah

i. Data Subyektif

a) Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.

- Pengertian tentang bedah yang duanjurkan

1. Tempat

2. Bentuk operasi yang harus dilakukan.

3. Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit,

keterbatasan setelah di bedah.

4. Kegiatan rutin sebelum operasi.

5. Kegiatan rutin sesudah operasi.

6. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.

- Pengalaman bedah terdahulu

Page 10: PERAWATAN PERIOPERATIF

1. Bentuk, sifat, roentgen

2. Jangka waktu

b) Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah

1. Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi

bedah yang dianjurkan.

2. Metode-metode penyesuaian yang lazim.

3. Agama dan artinya bagi pasien.

4. Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.

5. Keluarga dan sahabat dekat

- Dapat dijangkau (jarak)

- Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi

bantuan.

6. Perubahan pola tidur

7. Peningkatan seringnya berkemih.

c) Status Fisiologi

1. Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang

mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah.

2. Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.

3. Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.

4. Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual,

anoreksia.

5. Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis,

bedah orthopedi yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).

6. Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.

Page 11: PERAWATAN PERIOPERATIF

7. Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan

mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.

ii. Data  Obyektif

- Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang

perasaan (cemas), kemampuan berbahasa Inggris.

- Tingkat interaksi dengan orang lain.

- Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari

aktifitas yang sibuk (cemas).

- Tinggi dan berat badan.

- Gejala vital.

- Kemampuan penglihatan dan pendengaran.

- Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.

- Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.

- Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada,

kemampuan bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis

dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).

- Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi

perifer sebelum bedah vaskuler atau tubuh.

- Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau

bergerak di tempat duduk, koordinasi waktu berjalan

iii. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul.

1. Takut

2. Cemas

3. Resiko infeksi

Page 12: PERAWATAN PERIOPERATIF

4. Resiko injury

5. Kurang pengetahuan

C. POST-OPERATIF

a. Pengertian

Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari

perawatan pre dan intra operatif yang dimulai saat klien diterima di

ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya

Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati

dengan jeli dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif

sampai pengaruh utama dari anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum

mulai stabil. Banyaknya asuhan yang dilaksanakan segera setelah

periode pasca anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang

dilakukan.

b. Hal-hal yang harus diperhatikan meliputi :

1. Mempertahankan ventilasi pulmonari

Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan

kepala tengadah kebelakang dan rahang didorong ke depan pada

pasien sampai reflek-reflek pelindung pulih.

2. Saluran nafas buatan

Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus

setelah pemberian anaesthesi umum untuk mempertahankan saluran

tetap terbuka dan lidah kedepan sampai reflek faring pulih. Bila pasien

Page 13: PERAWATAN PERIOPERATIF

tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak dan lendir harus dibantu

dengan suction.

3. Terapi oksigen

O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi

dapat menyebabkan lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus

diberikan latihan nafas dalam setelah pasien sadar.

4. Mempertahankan sirkulasi

Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi

kardiovaskuler yang paling sering terjadi pada pasien post anaesthesi.

Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien

berada di ruang pemulihan.

5. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk

mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Monitor cairan

per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti dan

pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus

dimonitor.

6. Mempertahankan keamanan dan kenyamanan

Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada

tempat tidurnya dipasang pengaman sampai pasien sadar betul.

Posisi pasien sering diubah untuk mencegah kerusakan saraf akibat

tekanan kepada saraf otot dan persendian. Obat analgesik dapat diberikan

pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai dengan program dokter.

Page 14: PERAWATAN PERIOPERATIF

Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan

tunjangan agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan

bahwa operasi sudah selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.

c. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room

Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada

pasien post anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah

petunjuk perawatan/ observasi diruang pemulihan :

1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada

pasien dengan pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi

regional posisi semi fowler.

2. Pasang pengaman pada tempat tidur.

3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.

4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.

5. Beri O2 2,3 liter sesuai program.

6. Observasi adanya muntah.

7. Catat intake dan out put cairan.

Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya

situasi krisis :

1. Tekanan sistolik < 90 –100 mmHg atau > 150 – 160 mmH, diastolik <

50 mmHg atau > dari 90 mmHg.

2. HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit

3. Suhu > 38,3° C atau kurang dari 35° C.

4. Meningkatnya kegelisahan pasien

Page 15: PERAWATAN PERIOPERATIF

5. Tidak BAK + 8 jam post operasi.

6. Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room

Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :

1. Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.

2. Tanda-tanda vital harus stabil.

3. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.

4. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.

5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah

sempurna.

6. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus

dicatat dan dilaporkan.

7. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.

8. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus

dibuat untuk kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus

yang bertugas pada unit dimana pasien akan dipindahkan.

9. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu

diingatkan untuk menyiapkan dan menerima pasien tersebut.

10. Pengangkutan Pasien keruangan

Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara

lain:

1. Keadaan penderita serta order dokter.

2. Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.

Page 16: PERAWATAN PERIOPERATIF

3. Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila

muntah sewaktu-waktu dan muka pasien harus terlihat sehingga

bila ada perubahan sewaktu-waktu terlihat.

d. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi

i. Pengkajin awal

1. Status Respirasi, Melipuiti :

- Kebersihan jalan nafas

- Kedalaman pernafasaan.

- Kecepatan dan sifat pernafasan.

- Bunyi nafas

2. Status sirkulatori, Meliputi :

- Nadi

- Tekanan darah

- Suhu

- Warna kulit

3. Status neurologis, meliputi : tingkat kesadaran

4. Balutan, meliputi :

- Keadaan drain

- Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.

5. Kenyamanan, meliputi :

- Terdapat nyeri

- Mual

- Muntah

6. Keselamatan, meliputi :

Page 17: PERAWATAN PERIOPERATIF

- Diperlukan penghalang samping tempat tidur.

- Kabel panggil yang mudah dijangkau.

- Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.

7. Perawatan, meliputi :

- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.

- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan

alat penampung, sifat dan jumlah drainage.

8. Nyeri, meliputi :

- Waktu

- Tempat.

- Frekuensi

- Kualitas

- Faktor yang memperberat / memperingan

ii. Data Subyektif

Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala

ketidaknyamanan setelah ditempatkan ditempat tidur dengan posisi

tubuh yang menunjang. Pertanyaan-pertanyaan yang langsung

misalnya :”Bagaimana perasaan anda?”, dapat memperlihatkan data

mula dan nyeri tanpa memfokuskan pada daerah yang spesifik,

dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri sering kali

meningkat pada waktu ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat

tidur. Sangat penting untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan

perubahan intensitas rasa nyeri, dan bukan menyangka bahwa nyeri

berasal dari torehan.

Page 18: PERAWATAN PERIOPERATIF

Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar

kemungkinan terjadi mual bila perut mengalami manipulasi yang

ekstensif pada waktu prosedur bedah atau telah mendapat narkotika

yang cukup banyak.

iii. Data Objektif

1. Sistem Respiratori

2. Status sirkulatori

3. Tingkat Kesadaran

4. Balutan

5. Posisi tubuh

6. Status Urinari / eksresi.

iv. Pengkajian Psikososial

Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek

samping dari prosedur pembedahan dan pengobatan, body image dan

pola/gaya hidup. Juga tanda fisik yang menandakan kecemasan

termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan kecepatan respirasi serta

ekspresi wajah.

v. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur

pembedahan, riwayat medis, dan manifestasi klinik post operasi.

Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :

1. Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah

lengkap.

Page 19: PERAWATAN PERIOPERATIF

2. Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko

dehidrasi dan insufisisensi ginjal.

vi. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul

1. Diagnosa Umum

- Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping

dari anaesthesi.

- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post

operasi.

- Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.

- Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek

anaesthesi, obat-obatan (penenang, analgesik) dan imobil

terlalu lama.

2. Diagnosa Tambahan

- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

peningkatan produksi sekret.

- Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah

pelvis, dan kurang gerak.

- Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami

informasi.

- Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

prosedur pembedahan.

- Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika,

ketidaseimbangan elektrolit.

- Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

Page 20: PERAWATAN PERIOPERATIF

- Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan anoreksoia, lemah, nyeri, mual.

- Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.

Page 21: PERAWATAN PERIOPERATIF

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan

perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima

pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk

dilakukan tindakan pembedahan.

Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan

berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.

Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan

pre dan intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan /

pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.

B. SARAN

Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak

kekurangan yang harus diperbaiki. Namun untuk meningkatkan pemahaman

tentang tindakan kolaboratif persiapan operasi, maka penulis berkeinginan

menyumbangkan beberapa pemikiran yang dituangkan dalam bentuk saran

sebagai berikut :

1. Bagi pembaca

Bisa menambah pengetahuna tentang tindakan kolaboratif persiapan

sebelu dan sesudah perasi. Sehingga, dapat dijadikan sebagai penmbahan

ilmu dalam bidang keperawatan

Page 22: PERAWATAN PERIOPERATIF

2. Bagi Pendidikan

Untuk meningkatkan dan memperlancar dalam proses pembuatan

makalah, hendaknya pihak pendidikan menambah literature-literatur di

perpustakaan khususnya tindakan kolaboratif persiapan sebelum dan

sesudah operasi dan menambah kapasitas jaringan internet yang lebih tinggi.

Page 23: PERAWATAN PERIOPERATIF