22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERAWATAN PAYUDARA 1. Definisi perawatan payudara Berdasarkan dari permasalah perawatan payudara itu disebabkan ibu tidak menyusui, dikarenakan air susu tidak keluar dan akhirnya mengakibatkan pembekakan payudara atau bendungan ASI. Bendungan ASI (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembekakan, penyababnya dikarenakan adanya kelainan pada puting susu, payudara bengkak, nyeri, dan panas. Pembekakan biasanya terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan. Jika payudara masih membengkak, nyeri dan kemerahan dikarenakan infeksi maka terjadi mastitis. Mastitis merupakan radang pada payudara, dan jika tetap masih membengkak disertai ada nanah disebut abses. Abses payudara yang merupakan kelanjutan dari mastitis. Hal ini dikarenakan meluasnya peradangan dan harus diinsisi untuk mengeluarkannya (Anggraini Y., 2010). Masa nifas adalah waktu yang di perlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (Manauba, 1998). Sedangkan pengartian lain masa 8

Perawatan Payudara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

buku

Citation preview

Page 1: Perawatan Payudara

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERAWATAN PAYUDARA

1. Definisi perawatan payudara

Berdasarkan dari permasalah perawatan payudara itu disebabkan ibu

tidak menyusui, dikarenakan air susu tidak keluar dan akhirnya

mengakibatkan pembekakan payudara atau bendungan ASI. Bendungan ASI

(Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus,

sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan

terjadinya pembekakan, penyababnya dikarenakan adanya kelainan pada

puting susu, payudara bengkak, nyeri, dan panas. Pembekakan biasanya

terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan. Jika payudara

masih membengkak, nyeri dan kemerahan dikarenakan infeksi maka terjadi

mastitis. Mastitis merupakan radang pada payudara, dan jika tetap masih

membengkak disertai ada nanah disebut abses. Abses payudara yang

merupakan kelanjutan dari mastitis. Hal ini dikarenakan meluasnya

peradangan dan harus diinsisi untuk mengeluarkannya (Anggraini Y., 2010).

Masa nifas adalah waktu yang di perlukan untuk pulihnya alat

kandungan pada keadaan yang normal. Masa nifas berlangsung selama 6

minggu atau 42 hari (Manauba, 1998). Sedangkan pengartian lain masa

8

Page 2: Perawatan Payudara

9

nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat

kandungan seperti pra hamil (Mochtar, 1998).

Perawatan payudara sering disebut Breast Care bertujuan untuk

memelihara kebersihan payudara, memperbanyak atau memperlancar

pengeluaran ASI sehingga terjadi kesukaran dalam menyusukan bayinya.

Perawatan payudara dilakukan dengan cara pengurutan (Anggraini Y.,

2010).

Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil sampai

menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satu penghasil ASI yang

merupakan merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga harus

dilakukan sedini mungkin (Azwar, 2008).

B. LAKTASI

1. Pengertian laktasi

Laktasi (menyusui) adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam

memberikan makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan

bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh yang biologis dan kejiwaan

terhadap ibu dan bayinya. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI

membantu melindungi bayi terhadap penyakit (Anggraini Y., 2010).

2. Fisiologi laktasi

Menurut (Anggraini Y., 2010) pemberian ASI terdapat 2 refleks yang

berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu,yaitu:

Page 3: Perawatan Payudara

10

a) Refleks prolaktin

Setelah seoarang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta, fungsi

korpus luteum berkurang maka estrogen dan progestinya berkurang.

Dengan adanya hisapan bayi pada putting susu dan areola akan

merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke

hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang

menghambat sekresi prolaktin namun sebaliknya. Hormon prolaktin

yang akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat

susu.

b) Refleks let down

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan yang

berasal dari hisapan bayi yang dilanjutakan ke hipofise anterior yang

kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini

diangkut menuju uterus yang dan menimbulkan kontraksi pada uterus

sehingga terjadinya proses involusi.

3. Manfaat ASI

Menurut (Anggraini Y., 2010) manfaat ASI sebagai berikut:

a. ASI merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang

lengkap untuk bayi

b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi yang mengandung zat

antibody sehingga akan jarang sakit

Page 4: Perawatan Payudara

11

c. ASI meningkatkan kekebalan tubuh

d. Menunjang perkembangan kepribadian, dan kecerdasan emosional

e. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

f. Dengan menyusui maka akan terjadi rasa sayang antara ibu dan bayi.

g. Melindungi anak dari serangan elergi

C. MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI

1. Ciri – ciri masalah pemberian ASI

Berikut ini beberapa masalah pada saat menyusui:

a. Putting susu lecet

Penyebabnya:

1 Kesalahan dalam tehnik menyusui.

2 Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, dll untuk mencuci

puting susu.

3 Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui kurang

hati-hati.

b. Payudara bengkak

Penyebabnya:

Pembekakan ini terjadi karena ASI tidak disusukan secara adekuat,

sehingga sisa ASI terkumpul pada duktus yang mengakibatkan terjadinya

pembengkakan. Pembekakan ini terjadi pada hari ketiga dan keempat.

c. Saluran susu tersumbat ( obstuvtive duct)

Page 5: Perawatan Payudara

12

Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus lakteferus,

dengan penyebabnya adalah:

1) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui.

2) Pemakaian BH yang terlalu ketat.

3) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul tidak

segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan.

d. Mastitis

Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan oleh :

1) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat.

2) Putting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan terjadinya

payudara bengkak.

3) BH yang terlalu ketat.

4) Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah terinfeksi.

e. Abses payudara

Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini

Dikarenakan meluasnya peradangan payudara. Payudara tampak merah

sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya.

f. Kelainan anatokis pada puting susu (putting tenggelam/datar)

Pada putting susu yang mengalami kelainan dapat diatasi dengan

perawatan payudara dan perasat Hoffman secara teratur. Jika hanya salah

satu putting yang tenggelam maka masih dapat menyusui di putting yang

lainnya. Jika putting masih tidak biasa diatasi maka untuk mengeluarkan

Page 6: Perawatan Payudara

13

ASI dapat dilakukan dengan tangan/pompa kemudian dapat diberikan

dengan sendok atau pipet. Laktasi terjadi di bawah pengaruh berbagai

kelenjar endokrin, terutama hormon-hormon hipofisis prolaktin dan

oksitosin. Keadaan ini dipengaruhi oleh isapan bayi dan emosi ibu.

Laktasi mempunyai dua pengertian, yaitu:

g. Pembentukan atau produk air susu.

h. Pengeluaran air susu.

D. PERAWATAN PAYUDARA

Merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang dilaksanakan, baik

oleh pasien maupun dibantu orang lain yang dilaksanakn mulai hari pertama

atau kedua setelah melahirkan. Perawatan payudara bertujuan untuk

melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga

mempelancar pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya pembekakan dan

kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara agar tidak

mudah terkena infeksi. Adapun langkah-langkah dalam perawatan payudara

(Anggraini Y., 2010).

1. Pengurutan Payudara

a. Pengurutan Payudara

1) Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa / baby oil.

2) Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah putting susu

selama 2 menit (10kali) untuk masing-masing payudara.

Page 7: Perawatan Payudara

14

3) Handuk bersih 1-2 buah.

4) Air hangat dan air dingin dalam baskom.

5) Waslap atau sapu tangan dari handuk.

2. Langkah-langkah pengurutan payudara:

a) Pengurutan yang pertama

Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua telapak

tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari arah

atas lalu arak sisi samping kiri kemudian kearah kanan, lakukan terus

pengurutan kebawah atau melintang. Lalu kedua tangan dilepas dari

payudara, ulangi gerakan 20-30 kali untuk setiap satu payudara.

b) Pengurutan yang kedua

Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga

jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada

puting susu. Lakukan tahap mengurut payudara dengan sisi kelingking

dari arah tepi kearah putting susu. Lakukan gerakan 20-30 kali.

c) Pengurutan yang ketiga

Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain

mengurut dan menggenggam dari pangkal menuju ke putting susu.

Langkah gerakan 20-30 kali.

d) Pengompresan

Alat-alat yang disiapkan:

Page 8: Perawatan Payudara

15

a. 2 buah kom sedang yang masing-masing diisi dengan air hangat

dan air dingin.

b. 2 buah waslap.

Caranya:

Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit,

kemudian ganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres

bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan kompres air hangat.

c. Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk menyusui.

3. Perawatan puting susu

Putting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air

susu ibu akan keluar dari lubang-lubang pada putting susu oleh karena itu

putting susu perlu dirawat agar dapat bekerja dengan baik, tidak semua

wanita mempunyai putting susu yang menonjol (normal). Ada wanita

yang mempunyai putting susu dengan bentuk yang mendatar atau masuk

kedalam, bentuk putting susu tersebut tetap dapat mengeluarkan ASI jika

dirawat dengan benar. Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk

merawat putting susu:

1. Setiap pagi dan sore sebelum mandi putting susu (daerah areola

mamae), satu payudara diolesi dengan minyak kelapa sekurang-

kurangnya 3-5 menit, lama 4-5 kali.

Page 9: Perawatan Payudara

16

2. Jika putting susu normal, lakukan perawatan dengan oleskan minyak

pada ibu jari dan telunjuk lalu letakkan keduanya pada Putting susu

dengan gerakan memutar dan ditarik-tarik selama 30 kali putaran

untuk kedua putting susu.

3. Jika puting susu datar atau masuk kedalam lakukan tahapan berikut:

a. Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan putting susu,

kemudian tekan dan hentakkan kearah luar menjahui putting susu

secara perlahan.

b. Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah putting susu lalu tekan

serta hentakkan kearah putting susu secara perlahan.

4. Kemudian untuk masing-masing putting digosok dengan handuk

kasar agar kotoran-kotoran yang melekat pada putting susu dapat

terlepas.

5. Akhirnya payudara dipijat untuk mencoba mengeluarkan ASI.

Lakukan langkah-langkah perawatan diatas 4-5 kali pada pagi dan

sore hari, sebaiknya tidak menggunakan alkohol atau sabun untuk

membersihkan putting susu karena akan menyebabkan kulit kering

dan lecet. Pengguna pompa ASI atau bekas jarum suntik yang

dipotong ujungnya juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah

pada putting susu yang terbenam.

Page 10: Perawatan Payudara

17

E. PENGETAHUAN

1.Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “ tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan melalui

pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga

(Notoatmodjo,2003). Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari manusia

terdiri dari jumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk

dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. pengetahuan diperoleh baik

dari pengalaman langsung maupun pengalaman dari orang lain.

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali, sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Page 11: Perawatan Payudara

18

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analiysis)

Analisis diartikan sebagai kemapuan untuk menjabarkan materi atau

objek keadaan kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu sruktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sistensis (syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Adapun memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo 2002 :

a) Cara tradisional atau non alamiah

Ada 4 cara tradisional yang digunakan, yaitu :

1) Cara coba salah (Trial and error)

Page 12: Perawatan Payudara

19

Cara ini dilakukan dengan mengguakan kemungkina dalam

memecah masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila

kemungkinan kedua gagalpula, maka dicoba kembali

kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal

maka dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya., sampai

masalah tersebut dapat dipecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Pada cara ini, pengetahuan didapatkan dari orang yang

berpengaruh dalam masyarakat kemudian diikuti dengan

rasionalisasi. Misalnya sumber pengetahuan dapat berupa

pemimpin-pemimpin manyarakat formal, ahli agama,

pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain,

pengetahuan tersebut berdasarkan dari otoritas atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

pemimpin agama atau ahli ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Merupakan sumber dari pengetahuan atau pengalaman, suatu

cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab

itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan.

Page 13: Perawatan Payudara

20

4) Melalui jalan pintas

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia,

cara berfikir manusia pun berkembang. Dari sini manusia pun

mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh

kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan

pikirnya, baik melalui induksi maupun deduksi.

b) Cara modern atau ilmiah

Pada dewasa ini lebih sistemis, logis dan ilmiah yang disebut dengan

metode penelitian ilmiah (Research Methodology). Metode penelitian

sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan

atau pemecah suatu masalah.

c) Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-

tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

Pengkatagorikan pengetahuan dibagi menjadi 3 yaitu :

Page 14: Perawatan Payudara

21

a. Baik jika persentase 76% - 100%

b. Cukup jika persentase 56% - 75%

c. Kurang jika persentase < 55%

(Arikunto, 2006)

F. SIKAP

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek dan merupakan suatu kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu kehayatan

terhadap objek (Notoatmodjo,2005). Menurut Berkowitz, (Azwar, 2005) sikap

seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak

(favorable) maupun perasaan tidak mendukung, atau tidak memihak

(unfavorable) pada objek tersebut.

a) Faktor Perilaku

Menurut Lawrance Green yang dikutip dari Notoatmodjo S, kesehatan

seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior

causes), dan faktor non perilaku (non behavior caus).

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

a. Pengetahuan

Page 15: Perawatan Payudara

22

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan seseorang dapat diperolah melalui

pendidikan, paparan media masa (akses informasi), ekonomi

(pendapatan), hubungan sosial (lingkungan sosial budaya),

pengalaman.

Sebelum dilakukan perawatan payudara, responden harus

tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku dan apa

risikonya apabila terjadi pembekakan pada payudara dengan

perawatan payudara pada ibu menyusui. Melalui pendidikan ibu

menyusui akan mendapatkan pengetahuan pentingnya merawat

payudara, sehingga diharapkan ibu tahu, bisa menilai, bersikap

yang didukung adanya fasilitas perawatan sehingga tercipta

perilaku merawat payudara.

b. Sikap

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang

terhadap stimulus dan objek (dalam hal ini adalah masalah

kesehatan, termasuk penyakit). Setelah ibu mengetahui tentang

Page 16: Perawatan Payudara

23

bahayanya pembekakan pada payudara (melalui pengalaman,

pengaruh orang lain, media massa, lembaga pendidikan, emosi),

proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap kegiatan

merawat payudara tersebut.

c. Kepercayaan

Sering diperoleh dari suami, dan keluarga. Pendidikan bisa

melalui tenaga kesehatan dan keluarga, misal selain mengajari

cara pentingnya merawat payudara, tenaga kesehatan atau

keluarga bisa membiasakan dirinya merawat payudara, sehingga

ibu bisa melakukan sendiri dirumah. Karena ibu menganggap

benar apa yang telah diberikan pengarahan pada tenaga

kesehatan dan keluarga.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor)

Terwujud dalam lingkungan fisik, ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air

bersih, tempat buang sampah, tempat buang tinja, ketersediaan

makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas

pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Poliklinik,

Posyandu, Polindes, pos obat desa, Dokter atau Bidan Swasta dan

sebagainya.

Page 17: Perawatan Payudara

24

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing faktor)

Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau

petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku

masyarakat. Maka promosi dan kesehatan yang paling tepat adalah

bentuk pelatihan bagi tokoh masyarakat, tokoh agama dan petugas

kesehatan, agar sikap dan perilaku petugas atau tokoh agama dan

tokoh masyarakat dapat menjadi teladan, contoh, atau acuan bagi

masyarakat tentang hidup sehat (berperilaku hidup sehat).

b) Teori Skinner

Menurut skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan

bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-

O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon. Skinner membedakan adanya

dua respon, yaitu:

1. Respondent respons atau reflexive respons

Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus)

tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena

menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

Page 18: Perawatan Payudara

25

2. Operant respons atau instrumental respons

Respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh

stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang itu disebut

reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat

respons yang telah dilakukan oleh organisme.

c) Komponen pembentukan sikap

Menurut Allport (Azwar, 2003) ada 3 komponen yang membentuk

sikap yang utuh adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Dalam penentuan sikap yang utuh, pengetahuan, berfikir,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo,

2003). Faktor-faktor yang ikut membentuk sikap manusia adalah

pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap

penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan

lembaga agama serta faktor emosi dalam individu (Azwar,

2005).

d) Tingkat sikap

Menurut (Notoatmodjo, 2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan

sebagai berikut:

Page 19: Perawatan Payudara

26

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberiakan (objek).

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu

benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yanh paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ditanyakan

bagaimana pendapat atau tidak langsung dengan pertanyaan-

pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan responden (sangat setuju,

setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).

Page 20: Perawatan Payudara

27

G. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Lawrance Green dalam Notoatmodjo (2005)

Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan

2. Pendidikan

3. Sikap

4. Kepercayaan

5. Keyakinan

Faktor Pendukung: 1. Lingkungan fisik

2. Ketersediaan sarana dan prasarana sumber/ fasilitas kesehatan

Faktor Penguat : 1. Sikap dan

perilaku petugas kesehatan

2. Sikap dan perilaku tokoh masyarakat

Perawatan payudara

Page 21: Perawatan Payudara

28

H. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

PENDIDIKAN

PENGETAHUAN

PERAWATAN PAYUDARA

Page 22: Perawatan Payudara

29

I. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel bebas (independent variabel)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel yang

mempengaruhi variabel lain, artinya apabila variabel indepanden berubah

maka akan mengakibatkan perubahan variabel lain. Nama lain variabel

independen adalah variabel bebas, resiko, prediktor, kausa. Dalam penelitian

ini variabel bebas adalah pendidikan, tingkat pengetahuan tentang pearawatan

payudara.

2. Variabel terikat (dependent variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain,

artinya variabel dependen berubah akibat perubahan variabel bebas. Nama

lain variabel dependen adalah variabel terikat, efek, hasil, outcame, respon,

atau avent. Dalam penelitian ini variabel terikat adalah perawatan payudara

pada ibu menyusui pasca persalinan (Arianto A., 2011)

J. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

H1 = Ada hubungan pendidikan tentang perawatan payudara dengan perawatan

payudara pada ibu menyusui pasca persalinan.

H2 = Ada hubungan pengetahuan tentang perawatan payudara dengan

perawatan payudara pada ibu menyusui pasca persalinan