Author
mario
View
222
Download
2
Embed Size (px)
6BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawatan Post Partum
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil (Bobak, 2004). Periode ini disebut puerpenium (masa nifas) yang
merupakan bagian integral pada proses melahirkan, dan harus
dimanfaatkan sebagai suatu kesempatan untuk memberikan perawatan
pada ibu dan bayinya (Sutomo, 2003). Setelah melahirkan-pun tubuh
akan berubah kalau yang tadinya berubah ke arah pembesaran maka
setelah melahirkan tubuh berubah ke arah sebelum hamil. Meskipun
dalam enam bulan perut dan payudara, tidak akan mengecil seperti
sebelum hamil (Poerwadi, 2006).
Setelah ibu melahirkan salah satu tugas perkembangan adalah,
menyusui (Ferrer,1999). Menyusui bayi baru lahir sangat dianjurkan
disamping memberikan makanan paling tepat untuk si bayi, menyusui
juga merupakan kontak pertama antara ibu dan bayinya (Poewadi,
2006). Menyusui bayi baru lahir bukan hanya meliputi pemberian
makanan saja tetapi juga kehangatan, perasaan nyaman dan aman
(Ferrer, 1999).
7
Ibu yang melahirkan secara normal telah dipersiapkan secara memadai
baik mental maupun fisiknya untuk pemberian ASI, selama masa antenatal
(Veralls, 1997). Oleh karena itu, dapat dilakukan dengan menyusui dini.
Hal tersebut perlu oleh karena menyusui dini mempunyai beberapa manfaat
baik pada ibu maupun bayinya (Akre, 1994). Sejak kehamilan muda
sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar mammae untuk
menghadapi laktasi ini. Perubahan yang terdapat pada kedua mammae
antara lain :
1. Proliferasi jaringan terutama kelenjar dan alveolus mammae dan lemak
2. Pada ductus lakteferus terdapat cairan yang kadang-kadang dikeluarkan
berwarna kuning (kolostrum)
3. Hipervaskularisan terdapat pada permukaan maupun bagian dalam
mammae, pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan
jelas.
4. Setelah partus pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terdapat
hipofisis hilang (Wiknjasastro, 2005).
Berbeda dengan perubahan yang terjadi pada organ pelvis,
payudara mencapai maturnitas yang penuh selama masa nifas kecuali
jika payudara disupresi. Payudara akan menjadi lebih kencang dan
mula-mula nyeri tekan sebagai reaksi pada perubahan status hormonal
serta dimulainya laktasi (Ferrer, 1999).
8
Selama sembilan bulan kehamilan jaringan payudara tumbuh dan
menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru
lahir. Akan tetapi biasanya banyak kendala-kendala yang terjadi pada
payudara akibat perubahan fisiologis post partum (Hamilton PM, 2005).
Kendala-kendala tersebut seperti kondisi putting yang masuk ke
dalam, payudara bengkak, nyeri pada putting susu, putting susu pecah-
pecah, infeksi payudara. Saluran ASI tersumbat, laktasi yang tidak
memadai dan juga produksi ASI yang kurang (Ferrer, 1999 ; Wheeler,
2003).
Beberapa kendala tersebut ada yang bisa dideteksi atau dilihat
pada saat ibu masih hamil (Ferrer, 1995). Akan tetapi ibu yang hamil
sering kali mengabaikan atau bahkan tidak mengetahui tentang proses
pengembangan jaringan. Penghasil ASI juga merupakan titik awal yang
sangat terpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Oleh karena itu
perawatan payudara penting dilakukan selain untuk mempersiapkan ibu
untuk menyusui juga untuk mencegah terjadinya kendala-kendala yang
terjadi pada payudara setelah melahirkan (Roesli, 2004).
9
B. Konsep Dasar Merawat Payudara
1. Anatomi Payudara
Dalam istilah medik payudara disebut glandula mammae
(Verralis, 1997). Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah
kulit dan di atas otot dada. Payudara lazimnya mulai pada costa ke-2
atau ke-3 sampai ke tulang rawan iga ke-7 dan dari garis aksila
sampai sejajar pinggir sternum (Keith, 1994). Adapun payudara
terdiri dari 3 bagian :
a. Corpus
Payudara wanita tersusun atas parencym dan stroma:
1) Parencym
Parencym merupakan struktur yang terdiri dari alveoli,
lobuli dan ductus-ductus penyalurannya berhubungan dengan
satu ductus laktefenus membentuk dan melekat pada area di
bawah areola membentuk ampula dari tinus yang berfungsi
sebagai tempat penampungan air susu.
2) Stroma
Stroma pada payudara tersusun atas jaringan ikat,
jaringan lemak, saraf dan pembuluh limfe.
b. Areola
10
Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang
longgar dan mengalami pigmentasi dari masing-masing
payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berisi otot
polos dan jaringan ikat kalogen yang tersusun sirkulasi dan
radier.
Selain itu pada areola mengandung kelenjar montgometri
yang berfungsi sebagai pelumas selama laktasi.
c. Puting dan papilla mammae
Puting terletak di tengah-tengah aerola yang bulat dan
berpigmen yang khusus disediakan sebagai tanda visual untuk
bayi. Puting biasanya menonjol beberapa meter dari permukaan
dari permukaan kulit, tetapi ukuran dan bentuknya sangat
beragam antar wanita.
Perbedaan tersebut tidak terpengaruh sama sekali pada
fungsinya dan tidak menjadi ukuran untuk banyakna ASI yang
dihasilkan. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan yang
tersusun atas jaringan erectil berpigmen dan merupakan
bangunan yang sangat peka (Guyton, 1994, Verralis, 1997).
11
2. Cara Merawat Payudara
Kebiasaan mengenali payudara sendiri dan melakukan pemeriksaan
rutin adalah kunci penemuan awal terhadap masalah yang mungkin
timbul, dilanjutkan pemeriksaan lebih detail pada payudara, serta
perawatan awal setiap masalah (Budhihardjo, 2002). Menurut
Depkes RI (1997). Beberapa cara merawat payudara antara lain :
a. Kebersihan puting susu
Sebelum dan sesudah ditetekkan putting susu harus dibersihkan
dengan air matang.
b. Penggunaan kutang
1) Macam kutang yang dipakai harus sedemikian rupa,
sehingga tidak menekan pada putting susu dan dapat
menyangga payudara dari bawah.
2) Buah dada yang penuh dengan ASI menjadi lebih besar dan
berat, untuk itu perlu dipakai kutang atau penyangga
payudara yang sedikit menekan payudara dan
menyanggahnya dari bawah.
Gambar 2.1. Penggunaan Kutang
12
c. Agar pembentukan ASI lancar maka payudara yang baru selesai
ditetekkan harus segera dikosongkan atau dengan cara memerah
dengan tangan atau pompa.
Cara memerah payudara dengan tangan :
1) Memerah payudara harus menggunakan tangan yang bersih.
2) Dimulai dari panggal buah dada, diurut dengan kedua tangan.
3) Urutan diarahkan ke puting susu.
4) Gelanggang puting susu dipijat dan diprah ke arah puting susu.
Gambar 2.2 Memerah Payudara
Cara memerah payudara dengan pompa :
1) Pijatlah bola pompa buah dada dan kemudian menempelkan
pompa pada payudara
2) Bila akan melepaskan pompa payudara, pijatlah bola pompa
itu lebih dahulu.
3) Bersihkan pompa payudara sesudah dipakai dan simpanlah
dalam keadaan bersih
13Gambar 2.3. Memompa Payudara
Ada beberapa kondisi putting yang dapat mengganggu proses
menyusui yaitu putting yang susah dihisap oleh bayi, putting yang
susah dihisap oleh bayi antara lain.
a. Puting yang terlalu kecil dan menonjol keluar
b. Puting menonjol keluar tetapi permukaanya datar
c. Puting yang tenggelam atau masuk ke dalam payudara (Luwina, 200
Beberapa cara untuk menormalkan bentuk putting susu yang
sulit dihisap oleh bayi yaitu dengan memakai alat penghisap putting
susu, memakai pelapis payudara yang berlubang ditengahnya
dan dengan melakukan pemijatan pada putting susu. Pemijatan
dilakukan dengan tangan pada putting kanan dan kiri (Luwina,
2003).
14
Untuk mengatasi putting susu yang datar dan tertarik ke dalam yaitu
dengan cara merawat putting susu sebagai berikut (Ilyas, 1994) :
a. Letakkan kedua ibu jari di atas dan di bawah putting susu
b. Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari
ke arah bawah sebanyak 20 x
c. Letakkan kedua ibu jari disamping kiri dan disamping kanan putting susu
d. Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari
kearahkiri danke arah kanan sebanyak 20 x.
e. Lakukan 2x sehari sejak usia kehamilan 3 bulan.
Salah satu manfaat merawat payudara adalah untuk
mempersiapkan proses laktasi (menyusui) (Ilyas, 1994). Beberapa
keuntungan yang didapat seorang ibu dengan menyusui bayinya
sebagai berikut (Luwina, 2003) :
a. Mengurangi perdarahan setelah menyusui
b. Mengecilkan rahim
c. Mempercepat proses pelangsingan badan si ibu setelah melahirkan
d. Menurunkan risiko terkena kanker payudara
e. Menumbuhkan ikatan kasih sayang antara si ibu dan si anak
f. Ekonomis dan hemat waktu
15
3. Merawat payudara post partum
Merawat payudara post partum merupakan perawatan yang
dilakukan pada periode post partum. Hal ini harus dilakukan sedini
mungkin untuk memperlancar sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu yang mempunyai tujuan memperlancar
ASI, mencegah tersumbatnya saluran susu, mencegah timbulnya
pembengkakan pada payudara, mencegah bendungan pada
payudara, melenturkan dan menguatkan putting susu (Ilyas, 1994;
Luwina, 2003).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan
payudara adalah sebagai berikut: perawatan dikerjakan secara
teratur, menjaga kebersihan payudara, gizi ibu harus lebih baik dan
lebih banyak dibandingkan pada waktu hamil, ibu harus percaya diri
akan kemampuan untuk menyusui bayinya, ibu harus merasa
nyaman dan santai, rasa lepas dan stress harus dihindarkan, memakai
BH yang tepat (Luwina, 2003; Depkes RI, 1999). Beberapa teknik
dalam perawatan payudara:
a. Persiapan alat dan bahan (Perinasia, 1991)
1) Minyak kelapa / babi oil
2) Pompa susu
3) Gelas / botol susu
4) Air hangat dalam baskom
5) Air dingin dalam baskom
6) Handuk bersih
16
b. Cara merawat payudara (Ilyas, 1994)
1) Licinkan tangan dengan sedikit minyak
2) Lakukan pengurutan dengan tiga cara berturut-turut, masing-
masing 30x setiap lima menit.
Pengurutan I :
Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara
kemudian urut ke arah atas, terus ke samping, terus ke bawah
dan melintang sehingga tangan menyangga payudara,
kemudian lepaskan tangan dari payudara.
Pengurutan II:
Telapak tangan kiri menopong payudara kiri dan jari jari
tangan kanan dikepalkan, kemudian sisi kelingking kanan
mengurut payudara kiri dari pangkal ke arah putting,
demikian pula payudara kanan.
Pengurutan III:
Telapak tangan menopong payudara seperti cara II,
kemudian jari jari tangan kanan dikepalkan, kemudian buku-
buku jari tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke
arah putting.
3) Rangsang payudara dengan menggunakan air hangat dan air
dingin caranya disiram atau dikompres.
17Pengurutan I :
Pengurutan II :
Pengurutan III :
Gambar 2. 4. Teknik Perawatan Payudara Post Partum
18
C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan segala
sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun atau
segala sesuatu yang diketahui orang lain yang didapat. Pengetahuan
dapat juga dikatakan sebagai khasanah mental yang secara langsung
turut memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan merupakan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam kehidupan kita.
Pengetahuan berfungsi untuk menjawab permasalahan kehidupan
yang dihadapi manusia sebagai dorongan psikologis.
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil
dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu
objek tertentu, yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri
sendiri maupun orang lain, media masa maupun lingkungan
(Notoatmodjo, 2000).
2. Domain Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya suatu persepsi seseorang. Tingkat pengetahuan
seseorang juga mempengaruhi persepsi dan perilaku individu, yang
mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka makin baik
menafsirkan sesuatu. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan
dibagi menjadi enam domain yaitu :
19
a. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
itu adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat yang
paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasi, mengatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang ketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah peham terhadap suatu objek
atau materi haus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya, terhadap objek
yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
20
d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
e. Sintesis (syntetis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun farmasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari
objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan singkatan-
singkatan di atas.
Pada umumnya ibu-ibu menganggap bahwa merawat payudara
itu tidak perlu dilakukan karena setelah bayi itu lahir atau ASI akan
keluar
21
dengan sendirinya dan jika masalah pada awal menyusui mereka
menganggap hal tersebut adalah wajar dan tidak perlu diantisipasi.
Dalam penelitian ini memberikan informasi pada ibu post partum
tentang praktek merawat payudara, sehingga akan menambah
pengetahuan ibu tentang praktek merawat payudara setelah
melahirkan.
D. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau repson yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, selain itu sikap tidak dapat
dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
tertutup (respon stimulus) yang masih terselubung Notoatmodjo (2003).
Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) sikap merupakan
kesiapan atau kesediaan bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan
motif tertentu, melainkan predisposisi tindakan atau perilaku.
Berdasarkan hal tersebut sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu :
1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional
3. Kencenderungan untuk bertindak
Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) yaitu :
1. Menerima
Menerima maksudnya bahwa orang atau subyek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.
22
2. Merespon
Merespon maksudnya memberikan respon apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
indikasi dari sikap.
3. Menghargai
Menghargai maksudnya mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertangung jawab
Bertanggung jawab maksudnya bertanggung jawab terhadap
segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan sikap tertinggi.
Sikap juga dapat mempengaruhi praktek karena sikap merupakan
kesiapan berespon atau bertindak, sehingga apabila ibu-ibu bersikap
kurang baik dalam merawat payudara, maka dapat terpengaruh
terhadap praktek yang muncul. Untuk itu sikap ibu tentang praktek
merawat payudara setelah melahirkan harus diperhatikan oleh
petugas kesehatan.
1. Praktek
Praktek merupakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (overt behavior).Dalam mewujudkan sikap menjadi
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang
memungkinkan, antar lain adalah fasilitas. Disamping fasilitas juga
diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain (Notoatmodjo,
2003). Tingkatan praktek menurut Notoatmodjo (2003 ) ada 4 antara
lain:
23
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2. Respon (guided respon)
Dapat melakukan sesuatu yang benar sesuai dengan contoh merupakan
indikator praktek tingkat kedua.
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat ketiga.
4. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri
tanpa mengurangi tindakan tersebut. Adaptasi praktek (tindakan)
memiliki beberapa indikator, antara lain:
a) Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit
Tindakan ini mencakup antara lain:
(1). Pencegahan penyakit, misalnya mengimunisasikan anak.
(2). Penyembuhan penyakit, misalnya minum obat sesuai
petunjuk dokter.
b) Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengonsumsi
makanan
24
dengan gizi seimbang, melakukan olah raga secara teratur, dan praktek
perawatan kesehatan sebagainya.
c) Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan.
Perilaku ini mencakup buang air besar dijamban, membuang
sampah pada tempatnya.
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2000)
menganalisis perilaku manusia tersebut dalam perilaku manusia
pada tingkat kesehatan. Sedangkan kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku
dan faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh:
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposising factors)
Faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. Hal ini
dapat dijelaskan bahwa untuk berperilaku dalam kesehatan misalnya
melakukan pemeriksaan pada ibu post partum diperlukan
pengetahuan dan kesadaran ibu tentang manfaat merawat payudara
setelah melahirkan, bagi kesehatan ibu dan bayinya.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana
atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Misalnya praktek merawat
payudara, ibu yang mau merawat payudara tidak hanya tahu dan
sadar manfaat
25
merawat payudara melainkan ibu dengan mudah dapat memperoleh
fasilitas untuk memeriksa payudaranya ke pelayanan kesehatan.
3. Faktor-faktor penguat
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan
termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari
pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Hal
ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku sehat
masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan
sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan
perilaku contoh (acuan, dari para tokoh masyarakat seperti contoh
perilaku perawatan payudara).
Menurut Notoatmodjo (2003) bentuk perilaku secara lebih
operasional dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang
terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut, respon ini berbentuk dua
macam, yaitu:
a. Bentuk pasif
Perilaku bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam
diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain,
misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin atau pengetahuan.
Misalnya seseorang ibu yang menganjurkan kepada temannya untuk
merawat payudara setelah melahirkan meskipun ia sendiri tidak atau
belum pernah merawat payudara setelah melahirkan. Perilaku
seperti ini juga disebut perilaku yang masih terselubung (covert
behavior).
26
b. Bentuk aktif
Perilaku bentuk aktif dapat diobservasi dengan jelas secara langsung.
Misalnya ibu yang menganjurkan temannya untuk merawat payudara
setelah melahirkan setelah ia sendiri mempraktekkannya atau
merawat payudara setelah melahirkan. Perilaku tersebut sudah
tampak dalam bentuk tindakan nyata sehingga disebut overt
behavior.
Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam
interaksi manusia dengan lingkungan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya perilaku terbagi menjadi 2 faktor yaitu :
a. Faktor intern
Faktor intern berfungsi untuk mengelola rangsangan dari luar, faktor ini
meliputi: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi.
b. Faktor ekstern
Faktor ekstern ini meliputi lingkungan fisik maupun non fisik seperti:
iklim, manusia, sosial ekonomi dan budaya.
27Faktor intern1. kecerdasan2. Persepsi3. Motivasi4. Emosi
Faktor ekstern1. Iklim2. Manusia3. sosial ekonomi4. Budaya
Praktek merawat payudara padaibu post partum
E. Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan2. Sikap
1. Nilai2. Kepercayaan3. Pendidikan
Faktor Pemungkin1. Sarana dan prasarana
kesehatan2. Fasilitas kesehatan
Faktor Penguat1. Sikap dan perilaku
tokoh agama, masyarakat
2. sikap dan perilaku petugas kesehatan
Sumber: Lowrence Green dalam Notoatmodjo (2000)
G. Kerangka Konsep
Variabel independent Variabel dependent
Praktek merawat payudara padaibu post partumPengetahuan ibu tentang
merawat payudara
Sikap ibu tentang merawatpayudara
28
H. Variabel Penelitian
1. Variabel Independent
Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap
ibu tentang praktek merawat payudara pada ibu post partum.
2. Variabel Dependent
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah praktek merawat
payudara pada ibu post partum.
I. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan tujuan kerangka teori yang dikemukakan, maka
hipotesis yang diajukan adalah :
1. Ada hubungan pengetahuan dengan praktek merawat payudara pada
ibu post partum di Desa Sumurjomblang Bogo Kecamatan Bojong
Kabupaten Pekalongan.
2. Ada hubungan sikap dengan praktek merawat payudara pada ibu
post partum di Desa Sumurjomblang Bogo Kecamatan Bojong
Kabupaten Pekalongan.