of 33 /33

perawatan payudara

  • Author
    mario

  • View
    222

  • Download
    2

Embed Size (px)

Text of perawatan payudara

  • 6BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Perawatan Post Partum

    Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

    sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

    hamil (Bobak, 2004). Periode ini disebut puerpenium (masa nifas) yang

    merupakan bagian integral pada proses melahirkan, dan harus

    dimanfaatkan sebagai suatu kesempatan untuk memberikan perawatan

    pada ibu dan bayinya (Sutomo, 2003). Setelah melahirkan-pun tubuh

    akan berubah kalau yang tadinya berubah ke arah pembesaran maka

    setelah melahirkan tubuh berubah ke arah sebelum hamil. Meskipun

    dalam enam bulan perut dan payudara, tidak akan mengecil seperti

    sebelum hamil (Poerwadi, 2006).

    Setelah ibu melahirkan salah satu tugas perkembangan adalah,

    menyusui (Ferrer,1999). Menyusui bayi baru lahir sangat dianjurkan

    disamping memberikan makanan paling tepat untuk si bayi, menyusui

    juga merupakan kontak pertama antara ibu dan bayinya (Poewadi,

    2006). Menyusui bayi baru lahir bukan hanya meliputi pemberian

    makanan saja tetapi juga kehangatan, perasaan nyaman dan aman

    (Ferrer, 1999).

  • 7

    Ibu yang melahirkan secara normal telah dipersiapkan secara memadai

    baik mental maupun fisiknya untuk pemberian ASI, selama masa antenatal

    (Veralls, 1997). Oleh karena itu, dapat dilakukan dengan menyusui dini.

    Hal tersebut perlu oleh karena menyusui dini mempunyai beberapa manfaat

    baik pada ibu maupun bayinya (Akre, 1994). Sejak kehamilan muda

    sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar mammae untuk

    menghadapi laktasi ini. Perubahan yang terdapat pada kedua mammae

    antara lain :

    1. Proliferasi jaringan terutama kelenjar dan alveolus mammae dan lemak

    2. Pada ductus lakteferus terdapat cairan yang kadang-kadang dikeluarkan

    berwarna kuning (kolostrum)

    3. Hipervaskularisan terdapat pada permukaan maupun bagian dalam

    mammae, pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan

    jelas.

    4. Setelah partus pengaruh menekan dari estrogen dan progesterone terdapat

    hipofisis hilang (Wiknjasastro, 2005).

    Berbeda dengan perubahan yang terjadi pada organ pelvis,

    payudara mencapai maturnitas yang penuh selama masa nifas kecuali

    jika payudara disupresi. Payudara akan menjadi lebih kencang dan

    mula-mula nyeri tekan sebagai reaksi pada perubahan status hormonal

  • serta dimulainya laktasi (Ferrer, 1999).

  • 8

    Selama sembilan bulan kehamilan jaringan payudara tumbuh dan

    menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru

    lahir. Akan tetapi biasanya banyak kendala-kendala yang terjadi pada

    payudara akibat perubahan fisiologis post partum (Hamilton PM, 2005).

    Kendala-kendala tersebut seperti kondisi putting yang masuk ke

    dalam, payudara bengkak, nyeri pada putting susu, putting susu pecah-

    pecah, infeksi payudara. Saluran ASI tersumbat, laktasi yang tidak

    memadai dan juga produksi ASI yang kurang (Ferrer, 1999 ; Wheeler,

    2003).

    Beberapa kendala tersebut ada yang bisa dideteksi atau dilihat

    pada saat ibu masih hamil (Ferrer, 1995). Akan tetapi ibu yang hamil

    sering kali mengabaikan atau bahkan tidak mengetahui tentang proses

    pengembangan jaringan. Penghasil ASI juga merupakan titik awal yang

    sangat terpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Oleh karena itu

    perawatan payudara penting dilakukan selain untuk mempersiapkan ibu

    untuk menyusui juga untuk mencegah terjadinya kendala-kendala yang

    terjadi pada payudara setelah melahirkan (Roesli, 2004).

  • 9

    B. Konsep Dasar Merawat Payudara

    1. Anatomi Payudara

    Dalam istilah medik payudara disebut glandula mammae

    (Verralis, 1997). Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah

    kulit dan di atas otot dada. Payudara lazimnya mulai pada costa ke-2

    atau ke-3 sampai ke tulang rawan iga ke-7 dan dari garis aksila

    sampai sejajar pinggir sternum (Keith, 1994). Adapun payudara

    terdiri dari 3 bagian :

    a. Corpus

    Payudara wanita tersusun atas parencym dan stroma:

    1) Parencym

    Parencym merupakan struktur yang terdiri dari alveoli,

    lobuli dan ductus-ductus penyalurannya berhubungan dengan

    satu ductus laktefenus membentuk dan melekat pada area di

    bawah areola membentuk ampula dari tinus yang berfungsi

    sebagai tempat penampungan air susu.

    2) Stroma

    Stroma pada payudara tersusun atas jaringan ikat,

    jaringan lemak, saraf dan pembuluh limfe.

    b. Areola

  • 10

    Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang

    longgar dan mengalami pigmentasi dari masing-masing

    payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berisi otot

    polos dan jaringan ikat kalogen yang tersusun sirkulasi dan

    radier.

    Selain itu pada areola mengandung kelenjar montgometri

    yang berfungsi sebagai pelumas selama laktasi.

    c. Puting dan papilla mammae

    Puting terletak di tengah-tengah aerola yang bulat dan

    berpigmen yang khusus disediakan sebagai tanda visual untuk

    bayi. Puting biasanya menonjol beberapa meter dari permukaan

    dari permukaan kulit, tetapi ukuran dan bentuknya sangat

    beragam antar wanita.

    Perbedaan tersebut tidak terpengaruh sama sekali pada

    fungsinya dan tidak menjadi ukuran untuk banyakna ASI yang

    dihasilkan. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan yang

    tersusun atas jaringan erectil berpigmen dan merupakan

    bangunan yang sangat peka (Guyton, 1994, Verralis, 1997).

  • 11

    2. Cara Merawat Payudara

    Kebiasaan mengenali payudara sendiri dan melakukan pemeriksaan

    rutin adalah kunci penemuan awal terhadap masalah yang mungkin

    timbul, dilanjutkan pemeriksaan lebih detail pada payudara, serta

    perawatan awal setiap masalah (Budhihardjo, 2002). Menurut

    Depkes RI (1997). Beberapa cara merawat payudara antara lain :

    a. Kebersihan puting susu

    Sebelum dan sesudah ditetekkan putting susu harus dibersihkan

    dengan air matang.

    b. Penggunaan kutang

    1) Macam kutang yang dipakai harus sedemikian rupa,

    sehingga tidak menekan pada putting susu dan dapat

    menyangga payudara dari bawah.

    2) Buah dada yang penuh dengan ASI menjadi lebih besar dan

    berat, untuk itu perlu dipakai kutang atau penyangga

    payudara yang sedikit menekan payudara dan

    menyanggahnya dari bawah.

  • Gambar 2.1. Penggunaan Kutang

  • 12

    c. Agar pembentukan ASI lancar maka payudara yang baru selesai

    ditetekkan harus segera dikosongkan atau dengan cara memerah

    dengan tangan atau pompa.

    Cara memerah payudara dengan tangan :

    1) Memerah payudara harus menggunakan tangan yang bersih.

    2) Dimulai dari panggal buah dada, diurut dengan kedua tangan.

    3) Urutan diarahkan ke puting susu.

    4) Gelanggang puting susu dipijat dan diprah ke arah puting susu.

    Gambar 2.2 Memerah Payudara

    Cara memerah payudara dengan pompa :

    1) Pijatlah bola pompa buah dada dan kemudian menempelkan

    pompa pada payudara

    2) Bila akan melepaskan pompa payudara, pijatlah bola pompa

    itu lebih dahulu.

    3) Bersihkan pompa payudara sesudah dipakai dan simpanlah

    dalam keadaan bersih

  • 13Gambar 2.3. Memompa Payudara

    Ada beberapa kondisi putting yang dapat mengganggu proses

    menyusui yaitu putting yang susah dihisap oleh bayi, putting yang

    susah dihisap oleh bayi antara lain.

    a. Puting yang terlalu kecil dan menonjol keluar

    b. Puting menonjol keluar tetapi permukaanya datar

    c. Puting yang tenggelam atau masuk ke dalam payudara (Luwina, 200

    Beberapa cara untuk menormalkan bentuk putting susu yang

    sulit dihisap oleh bayi yaitu dengan memakai alat penghisap putting

    susu, memakai pelapis payudara yang berlubang ditengahnya

    dan dengan melakukan pemijatan pada putting susu. Pemijatan

    dilakukan dengan tangan pada putting kanan dan kiri (Luwina,

    2003).

  • 14

    Untuk mengatasi putting susu yang datar dan tertarik ke dalam yaitu

    dengan cara merawat putting susu sebagai berikut (Ilyas, 1994) :

    a. Letakkan kedua ibu jari di atas dan di bawah putting susu

    b. Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari

    ke arah bawah sebanyak 20 x

    c. Letakkan kedua ibu jari disamping kiri dan disamping kanan putting susu

    d. Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari

    kearahkiri danke arah kanan sebanyak 20 x.

    e. Lakukan 2x sehari sejak usia kehamilan 3 bulan.

    Salah satu manfaat merawat payudara adalah untuk

    mempersiapkan proses laktasi (menyusui) (Ilyas, 1994). Beberapa

    keuntungan yang didapat seorang ibu dengan menyusui bayinya

    sebagai berikut (Luwina, 2003) :

    a. Mengurangi perdarahan setelah menyusui

    b. Mengecilkan rahim

    c. Mempercepat proses pelangsingan badan si ibu setelah melahirkan

    d. Menurunkan risiko terkena kanker payudara

    e. Menumbuhkan ikatan kasih sayang antara si ibu dan si anak

    f. Ekonomis dan hemat waktu

  • 15

    3. Merawat payudara post partum

    Merawat payudara post partum merupakan perawatan yang

    dilakukan pada periode post partum. Hal ini harus dilakukan sedini

    mungkin untuk memperlancar sirkulasi darah dan mencegah

    tersumbatnya saluran susu yang mempunyai tujuan memperlancar

    ASI, mencegah tersumbatnya saluran susu, mencegah timbulnya

    pembengkakan pada payudara, mencegah bendungan pada

    payudara, melenturkan dan menguatkan putting susu (Ilyas, 1994;

    Luwina, 2003).

    Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan

    payudara adalah sebagai berikut: perawatan dikerjakan secara

    teratur, menjaga kebersihan payudara, gizi ibu harus lebih baik dan

    lebih banyak dibandingkan pada waktu hamil, ibu harus percaya diri

    akan kemampuan untuk menyusui bayinya, ibu harus merasa

    nyaman dan santai, rasa lepas dan stress harus dihindarkan, memakai

    BH yang tepat (Luwina, 2003; Depkes RI, 1999). Beberapa teknik

    dalam perawatan payudara:

    a. Persiapan alat dan bahan (Perinasia, 1991)

    1) Minyak kelapa / babi oil

    2) Pompa susu

    3) Gelas / botol susu

    4) Air hangat dalam baskom

  • 5) Air dingin dalam baskom

    6) Handuk bersih

  • 16

    b. Cara merawat payudara (Ilyas, 1994)

    1) Licinkan tangan dengan sedikit minyak

    2) Lakukan pengurutan dengan tiga cara berturut-turut, masing-

    masing 30x setiap lima menit.

    Pengurutan I :

    Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara

    kemudian urut ke arah atas, terus ke samping, terus ke bawah

    dan melintang sehingga tangan menyangga payudara,

    kemudian lepaskan tangan dari payudara.

    Pengurutan II:

    Telapak tangan kiri menopong payudara kiri dan jari jari

    tangan kanan dikepalkan, kemudian sisi kelingking kanan

    mengurut payudara kiri dari pangkal ke arah putting,

    demikian pula payudara kanan.

    Pengurutan III:

    Telapak tangan menopong payudara seperti cara II,

    kemudian jari jari tangan kanan dikepalkan, kemudian buku-

    buku jari tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke

    arah putting.

    3) Rangsang payudara dengan menggunakan air hangat dan air

    dingin caranya disiram atau dikompres.

  • 17Pengurutan I :

    Pengurutan II :

  • Pengurutan III :

    Gambar 2. 4. Teknik Perawatan Payudara Post Partum

  • 18

    C. Pengetahuan

    1. Pengertian Pengetahuan

    Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan segala

    sesuatu yang diketahui oleh seseorang dengan jalan apapun atau

    segala sesuatu yang diketahui orang lain yang didapat. Pengetahuan

    dapat juga dikatakan sebagai khasanah mental yang secara langsung

    turut memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan merupakan jawaban

    dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam kehidupan kita.

    Pengetahuan berfungsi untuk menjawab permasalahan kehidupan

    yang dihadapi manusia sebagai dorongan psikologis.

    Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil

    dari tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu

    objek tertentu, yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri

    sendiri maupun orang lain, media masa maupun lingkungan

    (Notoatmodjo, 2000).

    2. Domain Pengetahuan

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

    untuk terbentuknya suatu persepsi seseorang. Tingkat pengetahuan

    seseorang juga mempengaruhi persepsi dan perilaku individu, yang

    mana makin tinggi pengetahuan seseorang maka makin baik

    menafsirkan sesuatu. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan

    dibagi menjadi enam domain yaitu :

  • 19

    a. Tahu (Know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

    dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

    itu adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

    seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

    diterima. Oleh karena itu, tahu ini merupakan tingkat yang

    paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

    tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,

    menguraikan, mengidentifikasi, mengatakan dan sebagainya.

    b. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu

    kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

    yang ketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut

    secara benar. Orang yang telah peham terhadap suatu objek

    atau materi haus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

    menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya, terhadap objek

    yang dipelajari.

    c. Aplikasi (Aplication), diartikan sebagai kemampuan untuk

    menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

    kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan

    sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

    metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

  • lain.

  • 20

    d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

    materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

    masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

    satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

    penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan (membuat

    bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

    sebagainya.

    e. Sintesis (syntetis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

    meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

    bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah

    suatu kemampuan untuk menyusun farmasi baru dari formulasi-

    formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

    merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan

    sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

    telah ada.

    f. Evaluasi (Evaluation)

    Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

    penilaian terhadap suatu materi atau objek.

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

    atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari

    objek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin

    kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan singkatan-

    singkatan di atas.

  • Pada umumnya ibu-ibu menganggap bahwa merawat payudara

    itu tidak perlu dilakukan karena setelah bayi itu lahir atau ASI akan

    keluar

  • 21

    dengan sendirinya dan jika masalah pada awal menyusui mereka

    menganggap hal tersebut adalah wajar dan tidak perlu diantisipasi.

    Dalam penelitian ini memberikan informasi pada ibu post partum

    tentang praktek merawat payudara, sehingga akan menambah

    pengetahuan ibu tentang praktek merawat payudara setelah

    melahirkan.

    D. Sikap

    Sikap merupakan reaksi atau repson yang masih tertutup dari

    seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, selain itu sikap tidak dapat

    dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

    tertutup (respon stimulus) yang masih terselubung Notoatmodjo (2003).

    Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) sikap merupakan

    kesiapan atau kesediaan bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan

    motif tertentu, melainkan predisposisi tindakan atau perilaku.

    Berdasarkan hal tersebut sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

    1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek

    2. Kehidupan emosional

    3. Kencenderungan untuk bertindak

    Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) yaitu :

    1. Menerima

    Menerima maksudnya bahwa orang atau subyek mau dan

    memperhatikan stimulus yang diberikan.

  • 22

    2. Merespon

    Merespon maksudnya memberikan respon apabila ditanya,

    mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

    indikasi dari sikap.

    3. Menghargai

    Menghargai maksudnya mengajak orang lain untuk

    mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

    4. Bertangung jawab

    Bertanggung jawab maksudnya bertanggung jawab terhadap

    segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan sikap tertinggi.

    Sikap juga dapat mempengaruhi praktek karena sikap merupakan

    kesiapan berespon atau bertindak, sehingga apabila ibu-ibu bersikap

    kurang baik dalam merawat payudara, maka dapat terpengaruh

    terhadap praktek yang muncul. Untuk itu sikap ibu tentang praktek

    merawat payudara setelah melahirkan harus diperhatikan oleh

    petugas kesehatan.

    1. Praktek

    Praktek merupakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

    suatu tindakan (overt behavior).Dalam mewujudkan sikap menjadi

    perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang

    memungkinkan, antar lain adalah fasilitas. Disamping fasilitas juga

    diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain (Notoatmodjo,

    2003). Tingkatan praktek menurut Notoatmodjo (2003 ) ada 4 antara

    lain:

  • 23

    1. Persepsi (Perception)

    Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

    akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

    2. Respon (guided respon)

    Dapat melakukan sesuatu yang benar sesuai dengan contoh merupakan

    indikator praktek tingkat kedua.

    3. Mekanisme (Mechanism)

    Apabila seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

    atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

    mencapai praktek tingkat ketiga.

    4. Adaptasi (adaptation)

    Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

    dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri

    tanpa mengurangi tindakan tersebut. Adaptasi praktek (tindakan)

    memiliki beberapa indikator, antara lain:

    a) Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit

    Tindakan ini mencakup antara lain:

    (1). Pencegahan penyakit, misalnya mengimunisasikan anak.

    (2). Penyembuhan penyakit, misalnya minum obat sesuai

    petunjuk dokter.

    b) Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

    tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengonsumsi

    makanan

  • 24

    dengan gizi seimbang, melakukan olah raga secara teratur, dan praktek

    perawatan kesehatan sebagainya.

    c) Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan.

    Perilaku ini mencakup buang air besar dijamban, membuang

    sampah pada tempatnya.

    Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2000)

    menganalisis perilaku manusia tersebut dalam perilaku manusia

    pada tingkat kesehatan. Sedangkan kesehatan seseorang atau

    masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku

    dan faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku kesehatan

    dipengaruhi oleh:

    1. Faktor-faktor predisposisi (predisposising factors)

    Faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat

    terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap

    hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut

    masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi. Hal ini

    dapat dijelaskan bahwa untuk berperilaku dalam kesehatan misalnya

    melakukan pemeriksaan pada ibu post partum diperlukan

    pengetahuan dan kesadaran ibu tentang manfaat merawat payudara

    setelah melahirkan, bagi kesehatan ibu dan bayinya.

    2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor)

    Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana

    atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Misalnya praktek merawat

    payudara, ibu yang mau merawat payudara tidak hanya tahu dan

  • sadar manfaat

  • 25

    merawat payudara melainkan ibu dengan mudah dapat memperoleh

    fasilitas untuk memeriksa payudaranya ke pelayanan kesehatan.

    3. Faktor-faktor penguat

    Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

    masyarakat, agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan

    termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari

    pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Hal

    ini dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk berperilaku sehat

    masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan

    sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan

    perilaku contoh (acuan, dari para tokoh masyarakat seperti contoh

    perilaku perawatan payudara).

    Menurut Notoatmodjo (2003) bentuk perilaku secara lebih

    operasional dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang

    terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut, respon ini berbentuk dua

    macam, yaitu:

    a. Bentuk pasif

    Perilaku bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam

    diri manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat oleh orang lain,

    misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin atau pengetahuan.

    Misalnya seseorang ibu yang menganjurkan kepada temannya untuk

    merawat payudara setelah melahirkan meskipun ia sendiri tidak atau

    belum pernah merawat payudara setelah melahirkan. Perilaku

    seperti ini juga disebut perilaku yang masih terselubung (covert

  • behavior).

  • 26

    b. Bentuk aktif

    Perilaku bentuk aktif dapat diobservasi dengan jelas secara langsung.

    Misalnya ibu yang menganjurkan temannya untuk merawat payudara

    setelah melahirkan setelah ia sendiri mempraktekkannya atau

    merawat payudara setelah melahirkan. Perilaku tersebut sudah

    tampak dalam bentuk tindakan nyata sehingga disebut overt

    behavior.

    Perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam

    interaksi manusia dengan lingkungan dan faktor-faktor yang

    mempengaruhi terbentuknya perilaku terbagi menjadi 2 faktor yaitu :

    a. Faktor intern

    Faktor intern berfungsi untuk mengelola rangsangan dari luar, faktor ini

    meliputi: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi.

    b. Faktor ekstern

    Faktor ekstern ini meliputi lingkungan fisik maupun non fisik seperti:

    iklim, manusia, sosial ekonomi dan budaya.

  • 27Faktor intern1. kecerdasan2. Persepsi3. Motivasi4. Emosi

    Faktor ekstern1. Iklim2. Manusia3. sosial ekonomi4. Budaya

    Praktek merawat payudara padaibu post partum

    E. Kerangka Teori

    Faktor Predisposisi

    1. Pengetahuan2. Sikap

    1. Nilai2. Kepercayaan3. Pendidikan

    Faktor Pemungkin1. Sarana dan prasarana

    kesehatan2. Fasilitas kesehatan

  • Faktor Penguat1. Sikap dan perilaku

    tokoh agama, masyarakat

    2. sikap dan perilaku petugas kesehatan

    Sumber: Lowrence Green dalam Notoatmodjo (2000)

    G. Kerangka Konsep

    Variabel independent Variabel dependent

    Praktek merawat payudara padaibu post partumPengetahuan ibu tentang

    merawat payudara

    Sikap ibu tentang merawatpayudara

  • 28

    H. Variabel Penelitian

    1. Variabel Independent

    Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap

    ibu tentang praktek merawat payudara pada ibu post partum.

    2. Variabel Dependent

    Variabel dependent dalam penelitian ini adalah praktek merawat

    payudara pada ibu post partum.

    I. Hipotesis Penelitian

    Sesuai dengan tujuan kerangka teori yang dikemukakan, maka

    hipotesis yang diajukan adalah :

    1. Ada hubungan pengetahuan dengan praktek merawat payudara pada

    ibu post partum di Desa Sumurjomblang Bogo Kecamatan Bojong

    Kabupaten Pekalongan.

    2. Ada hubungan sikap dengan praktek merawat payudara pada ibu

    post partum di Desa Sumurjomblang Bogo Kecamatan Bojong

    Kabupaten Pekalongan.