Click here to load reader
Upload
doannhu
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERANGKAT LUNAK LETAK PEMETAAN TEMPAT WISATA DI
KABUPATEN BATURAJA
Alex Candra1, A. Haidar Mirza2, Hutrianto3
1Mahasiswa Informatika, 2,3 Dosen Faklutas Ilmu Komputer
Universitas Bina Darma
Jl. A. Yani No.12 Plaju, Palembang 30624
Email : [email protected] , [email protected], [email protected]
Abstrack : Balfour District is one area that has the tourism sector. Balfour district tourism can be a mainstay for
increasing the income of the area, one of the attractions to be excellent in the district of Balfour Attraction is Goa
Putri. Balfour District Government has been promoting in Ranau Lake festival but there are still many investors are
not interested to travel in the district of Balfour, but the method is not sufficient to inform the tourism widely to local
and foreign travelers. Therefore, through the planning and mapping software mapping the location of the tourist
attractions in the District Balfour is expected to show a picture petawisata in Balfour district making it more
attractive. Metedologi development system in this study is metedologi Prototyping, designing maps displayed using
ArcGIS
Keywords: Maps, ArcGIS, Prototyping.
Abstrak : Kabupaten Baturaja merupakan salah satu daerah yang mempunyai sektor kepariwisataan. Pariwisata di
Kabupaten Baturaja dapat menjadi andalan untuk meningkatkan pendapatan daerah tersebut, salah satu objek wisata
yang menjadi primadona wisatawan di Kabupaten Baturaja adalah objek wisata Goa Putri. Pemerintah Kabupaten
Baturaja telah melakukan promosi di festival Danau Ranau namun masih banyak investor yang belum tertarik
terhadap wisata di Kabupaten Baturaja, namun metode tersebut belum cukup untuk menginformasikan
kepariwisataan secara luas kepada wisatawan local maupun asing. Oleh karena itu melalui perencanaan dan
pemetaan perangkat lunak letak pemetaan tempat wisata di Kabupaten Baturaja di harapkan dapat menampilkan
gambaran petawisata di Kabupaten Baturaja sehingga lebih menarik. Metedologi pengembangan system dalam
penelitian ini adalah metedologi Prototyping, perancangan peta yang ditampilkan sistem menggunakan ArcGIS.
Kata kunci : Peta, ArcGIS, Prototyping
1. PENDAHLUAN
Perkembangan teknologi saat ini
semakin maju, dimana teknlogi dan informasi
telah memasuki semua bidang kehidupan dan
sangat berperan penting dalam kehidupan
masyarakat sehingga tidak heran lagi untuk
melakukan kegiatan sehari-hari. Untuk mencari
informasi cepat, mudah, dan akurat.Teknologi
diharapkan dapat meningkatkan kinerja dari
suatu organisasi atau instansi agar lebih efektif
dan efesien dalam menyampaikan informasi baik
sebagai media promosi bagi perusahaan ataupun
tempat wisata.
Banyak daerah di Indonesia yang
pesonanya menarik Kabupaten Baturaja salah
satunya, tempat wisata di Kabupaten Baturaja di
antaranya Goa Putri, Air Terjun Kambas, Air
Panas Gemuhak, Batu Lesung Bintang, Rantai
Kupai, Mendingin, Mandi Hawa, Bukit Pelawai,
Goa Harimau dan lain-lain meskipun pelayanan
ditingkatkan objek wisata di Kabupaten Baturaja
ini masih belum menguasai banyak wisatawan,
padahal peluang yang didapatkan dari objek
1
wisata seprti ini sangatlah besar, objek wisata di
Kabupaten Baturaja pernah di promosikan oleh
pemerintah dalam festival danau ranau, namun
masih belum banyak investor yang tertarik
terhadap tempat wisata di Kabupaten Baturaja.
Kabupaten Baturaja merupakan salah satu
Kabupaten dari
Provinsi Sumatera Selatan yang
memiliki beraneka ragam tempat wisata baik
jenis, maupun bentuk dan ciri khas keunikan
Tradisional. Baturaja merupakan Kabupaten
dengan bentuk geografis sebagian kecil
merupakan dataran rendah. Berbagai jenis wisata
seperti wisata alam, wisata keluarga, budaya,
maupun wisata sejarah yang dapat dijumpai
dengan mudah. Akan tetapi penyampaian
informasinya masih kurang lengkap seperti
pemberian brosur, pamflet, poster dan buku-
buku dilakukan jika ada wisatawan yang datang
berkunjung ke suatu tempat wisata yang
dikunjunginya.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Profil Kabupaten Baturaja
Nama Kabupaten Baturaja diambil dari
dua sungai yang melintasi dan mengaliri di
sepanjang Kabupaten Baturaja, yaitu suangai
ogan dan sungai komering. Berdasarkan sejarah
sungai dengan kesepakatan peraturan daerah
Kabupaten Baturaja No 7 tahun 1997, tanggal 20
Janauari 1997 tahun 1887 ditetapkan sebagai
kelahiran nama Kabuapaten Baturaja, sedangkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan
Kabuapaten Baturaja terbentuk dengan
keluarnya undang-undang No 11 tahun 1950
tentang pembubaran Negara bagian sumatera
selatan dan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang No 3 tahun 1950 tentang
pembentukan daerah sumatera selatan menjadi
profinsi didalam Negara Republik Indonesia.
Tidak berbeda dengan kabupaten lain,
Kabupaten Baturaja juga memiliki tempat wisata
yang cukup indah serta kaya dengan potensi
alam, sektor wisata yang beragam keunikannya
dan didukung dengan fasilitas serta sarana
transfortasi yang tersedia di kawasan wisata
dapat memberikan icon pemerintah yang sangat
besar. Objek wisata yang ada di Kabupaten
Baturaja saat ini cukup banyak, baik berupa
wisata alam maupun wisata buatan. Dari data
OKU dalam angka (BPS, 2007) terdapat sekitar
42 wisata
2.2 ArcGIS
ArcGis Desktop adalah software aplikasi
GIS (GIS Software) dari ESRI, sebuah produk
pengembangan software GIS versi sebelumnya,
ESRI mengeluarkan bebagai macam produk
ArcGis Desktop yang terdiri dari : ArcInfo,
Arceditor, dan ArcView. Masing-masing produk
tersebut terdiri dari tiga macam aplikasi utama
dan berbagai macam aplikasi ekstension yang
memiliki fungsi utama tersebut adalah : ArcMap,
ArcCatalog, dan ArcToolbox.
1. ArcMap yaitu aplikasi yang dignakan untuk
menangani tuga pemetaan kartografi (membuat
peta), editing analisis.
2. ArcCatalog yaitu aplikasi untuk me-manage
data spesial, desain database, dan membuat
metadata (informasi tentang data).
3. ArcToolbox digunakan untuk menangani
konversi data dan pengelohan data geografi
(geoprcessing). Dari ketiga macam tipe aplikasi
ini dapat bekerja secara bersamaan untuk
mengerjakan tugas-tugas pengembangan project
GIS.
2.3 Sistem Informasi Geografis (GIS)
SIG mulai dikenal pada awal 1980-an.
Sejalan dengan berkembangnya perangkat
computer, baik perangkat lunak maupun
perangkat keras, SIG berkembang sangat pesat
pada era 1990-an. Secara harafiah, SIG dapat
diartikan sebagai suatu komponen yang terdiri
dari perangkat keras, perangkat lunak, data
geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja
bersama secara efektif untuk menangkap,
menyimpan, memperbaiki, memperbaharui,
mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan,
menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu
informasi berbasis geografis. (Puntadewo A+,
2003)
2.4 Peta
Peta adalah gambaran permukaan bumi
yang diproyeksikan ke dalam bidang datar
dengan skala tertentu.Kartografi merupakan ilmu
yang khusus mempelajari segala sesuatu tentang
peta.Mulai dari sejarah, perkembangan,
pembuatan, pengetahuan, penyimpanan,
hinggacara-cara penggunaan peta. (Sumber,
http:// berita terkini. blogspot. com/2011/01/
pengertian peta dan pemetaan.html).
Fungsi peta yaitu :
1. Dengan adanya peta dapat menunjukan
posisi atau lokasi yang hubungannya sama
dengan lokasi asli permukaan bumi.
2. Peta mampu memperlihatkan ukuran.
3. Peta mampu menyajikan dan
memperlihatkan bentuk.
4. Mengumpulkan dan menyeleksi data dari
suatu daerah dan menyajikan diatas peta
dengan simbolis.
Tujuan pembuatan peta yaitu:
1. Untuk komunikasi informasi ruang.
2. Media menyimpan informasi.
3. Membantu pekerjaan.
4. Membantu dalam desain.
5. Analisis data spatial.
Dari fungsi dan tujuan diatas, maka peta
bukan hanya berguna dalam menentukan lokasi
namun juga dalam berbagai bidang.Selain itu
pembuatan juga sangat berguna bagi hidup
masyarakat luas.
Dalam proses pemetaan harus melalui
beberapa tahapan mulai dari penyusunan ide
hingga peta siap digunakan. Semua itu harus
dilakukan dengan penuh hati-hati dan ketelitian
agar diperoleh peta yang baik dan benar serta
memiliki nilai artistik atau seni sehingga
pengguna mampu menggunakan peta dengan
maksimal dan pembuat dapat menghasilkan peta
yang baik sehingga terjadi timbal balik antar
pengguna dengan pembuat peta.
Dalam pemberian simbol pada peta juga
harus diperhatikan agar peta mudah diketahui
dan dipahami isi dan maksud peta tersebut.
Pemberian simbol ini juga menentukan nilai
keartistikan sebuah peta sehingga peta tersebut
lebih jelas.
2.5 Proses Pemetaan
Dalam mempelajari bidang kartografi,
peta sangatlah diperlukan. Tanpa adanya peta,
Kartografi tidak akan ada pula karena kartografi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perpetaan. Berbagai jenis peta telah muncul
sesuai dengan maksud, tujuan, dan manfaat
pembuatan peta tersebut.Dalam mempelajari
kartografi kita harus mengetahui hal tersebut.
Pada dasarnya, peta merupakan kalibrasi
dari bidang permukaan bumi 3 dimensi menjadi
sebuah gambaran utuh yang lebih sederhana ke
dalam selembar kertas media yang datar dengan
penyesuaian baik ukuran maupun bentuknya
disertai pula dengan informasi yang detail.
Dalam proses pembuatan peta harus
mengikuti pedoman dan prosedur tertentu agar
dapat dihasilkan peta yang baik, benar, serta
memiliki unsur seni dan keindahan. Secara
umum proses pembuatan peta meliputi beberapa
tahapan dari pencarian dan pengumpulan data
hingga sebuah peta dapat digunakan. Proses
pemetaan tersebut harus dilakukan dengan urut
dan runtut, karena jika tidak dilakukan secara
urut dan runtut, tidak akan diperoleh peta yang
baik dan benar (Sumber, http://
beritaterkini.blogspot.com/2011/01/pengertian
peta dan pemetaan.html).
1. Tahapan dan pencarian pegumpulan data
Ada beberapa cara dalam mencari dan
mengumpulkan data yaitu:
a. Secara langsung
Cara pencarian data secara langsung dapat
melalui metode konvensional yaitu meninjau
secara langsung kelapangan dimana daerah
tersebut akan dijadikan objek dari peta yang
dibuat. Cara ini disebut dengan teristris. Dengan
cara ini dilakukan pengukuran medan
menggunakan theodolit, GPS, dan alat lain yang
diperlukan serta pengamatan informasi ataupun
wawancara dengan penduduk setempat secara
langsung sehingga didapat data yang nantinya
akan diolah. Dapat pula dilakukan secara
fotogrameti, yaitu dengan metode foto udara
yang dilakukan dengan memotret kenampakan
alam dari atas dengan bantuan pesawat dengan
jalur khusus menurut bidang objek.Atau dapat
pula menggunakan citra dari satelit serta cara-
cara lain yang dapat digunakan.
b. Secara tak langsung
Melalui cara ini tentu saja kita tidak usah
repot-repot meninjau langsung ke lapangan
melainkan kita hanya mencari data dari peta atau
data-data yang sudah ada sebelumnya. misalnya
dalam membuat peta kepemilikan tanah di
daerah Semarang, kita cukup mencari peta
administrasi lengkap kota Semarang, kemudian
dapat diperoleh data pemilikan tanah di
Lembaga Pertanahan daerah atau nasional
(BPN). Data yang diperoleh dari pencarian data
secara tak langsung ini disebut dengan data
sekunder, sedangkan peta yang digunakan
sebagai dasar pembuatan peta lain disebut
sebagai peta dasar.
2. Tahap pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan merupakan data
spasial yang tersebar dalam keruangan.Data
yang telah diperoleh tersebut kemudian
dikelompokkan misalnya data kualitatif dan data
kuantitatif, kemudian data kuantitatif dilakukan
perhitungan yang lebih rinci. Langkah
selanjutnya yaitu pemberian simbol atau
simbolisasi terhadap data-data yang ada. Dalam
tahap akan mudah dengan menggunakan sistem
digital komputer karena data yang masuk akan
langsung diolah dengan software atau aplikasi
tertentu sehingga data tersebut akan langsung
jadi dan siap untuk disajikan.
3. Tahap penyajian dan penggambaran data
Tahap ini merupakan tahap pembuatan peta
dari data yang telah diolah dan dilukiskan pada
media. Dalam tahap ini dapat digunakan cara
manual dengan menggunakan alat-alat yang
fungsional, namun cara ini sangat membutuhkan
perhitungan dan ketelitian yang tinggi agar
didapat hasil yang baik. Akan lebih baik jika
digunakan teknik digital melalui komputer,
penggambaran peta dapat digunakan aplikasi-
aplikasi pembuatan peta yang mendukung,
misalnya ARC View, ARC Info, AutoCAD
Map, Map Info, dan software lain. Setelah peta
tergambar pada komputer, kemudian data yang
telah disimbolisasi dalam bentuk digital
dimasukkan dalam peta yang telah di gambar
pada komputer, pemberian informasi tepi, yang
kemudian dilakukan proses printing atau
pencetakan peta.
4. Tahap penggunaan data
Tahap ini sangatlah penting dalam pembuatan
sebuah peta, karena dalam tahap ini menentukan
baik atau tidaknya sebuah peta, berhasil atau
tidaknya pembuatan sebuah peta. Dalam tahap
ini pembuat peta diuji apakah petanya dapat
dimengerti oleh pengguna atau malah susah
dalam dimaknai. Peta yang baik tentunya peta
yang dapat dengan mudah dimengerti dan
dicerna maksud peta oleh pengguna.Selain itu,
pengguna dapat memberikan respon misalnya
tanggapan, kritik, dan saran agar peta tersebut
dapat disempurnakan sehingga terjadi timbal
balik antara pembuat peta (map maker) dengan
pengguna peta (map user). Tahapan pembuatan
peta secara sistematis yang dianjurkan adalah:
1. Menentukan daerah dan tema peta yang akan
dibuat
2. Mencari dan mengumpulkan data
3. Menentukan data yang akan digunakan
4. Mendesain simbol data dan simbol peta
5. Membuat peta dasar
6. Mendesain komposisi peta (layout peta), unsur
peta dan kertas
7. Pencetakan peta
8. Lettering dan pemberian simbol
9. Reviewing
10. Editing
11. Finishing
2.6 Prototipe
Sering pelanggan (Customer)
membayangkan kumpulan kebutuhan yang
diinginkan tapi tidak terspesifikasikan secara
detail dari segi masukan (input), proses, maupun
keluaran (output). Di sisi lain seorang
pengembang perangkat lunak harus
menspesifikasikan sebuah kebutuhan secara
detail dari segi teknis dimana pelanggan sering
kurang mengerti mengenai hal teknis ini.
Model prototype cocok digunakan untuk
menjabarkan kebutuhan pelanggan secara lebih
detail karena pelanggan sering kali kesulitan
menyampaikan kebutuhannya secara detail tanpa
melihat gambaran yang jelas.
Tahapan-tahapan prototyping:
1. Pengumpulan kebutuhan
Pelanggan dan pengembang bersama-
sama mendefinisikan format seluruh
perangkat lunak, mengidentifikasi semua
kebutuhan, dan gari besar yang akan
dibuat.
2. Membangun prototyping
Membangun prototyping dengan
membuat perancangan sementara yang
berfokus pada penyajian kepada
pelanggan ( misalnya dengan membuat
input dan format outputnya).
3. Evaluasi prototyping
Evaluasi ini dilakukan oleh pelanggan
apakah prototyping yang sudah
dibangun sudah sesuai dengan keinginan
pelanggan. Jika sudah sesuai maka
langkah 4 akan diambil. Jika tidak
prototyping direvisi dengan mengulangi
langkah 1, 2 , dan 3.
4. Mengkodekan sistem
Dalam tahap ini prototype yang sudah di
sepakati diterjemahkan ke dalam bahasa
pemograman yang sesuai
5. Menguji sistem
Setelah sistem sudah menjadi suatu
perangkat lunak yang siap pakai, harus
dites dahulu sebelum digunakan.
Pengujian ini dilakukan dengan White
Box dan Black Box
6. Evaluasi sistem
Pelanggan mengevaluasi apakah sistem
yang sudah jadi sudah sesuai dengan
yang diharapkan.Jika ya, langkah 7
dilakukan. Jika tidak, ulangi langkah 4
dan 5
7. Menggunakan system
Perangkat lunak yang telah diuji dan
diterima pelanggan siap untuk
digunakan.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Baturaja,
Waktu penelitian dilakukan dari bulan november
2015 sampai dengan januari 2016.
3.2 Metode Penelitian
1. Pengamatan, yaitu pengumpulan data dan
informasi yang dilakukan dengan cara
mengamati langsung ketempat wisata di
Kabupaten Baturaja.
2. Studi Pustaka, Data diperoleh melalui
buku – buku literature yang berhubungan
dengan masalah yang akan diteliti sebagai
bahan referensi bagi penulis.
3.3 Metode Pengembangan Sistem
Metode pengembangan sistem yang
digunakan pada penelitian ini menggunakan
metode prototyping, (Eddy Prahasta, 2014).
Tahapan – tahapan prototyping :
1. Pengumpulan kebutuhan
Pelanggan dan pengembang
bersama-sama mendefenisikan format
seluruh perangkat lunak,
mengidentifikasi semua kebutuhan,
dan garis besar yang akan dibuat.
2. Membangun prototyping
Membangun prototyping dengan
membuat perancangan sementara
yang berfokus pada penyajian kepada
pelanggan (misalnya membuat input
dan outputnya).
3. Evaluasi prototyping
Evaluasi ini dilakukan pada
pelanggan apakah prototyping yang
sudah dibangun sudah sesuai dengan
keinginan pelanggan. Jika sudah
maka langkah selanjutnya akan
diambil. Jika tidak maka prototyping
akandirevisi dengan mengulangi
langkah sebelumnya.
4. Mengkodekan sistem
Dalam tahap ini prototyping yang
sudah di sepakati akan diterjemahkan
ke dalam coding yang sesuai.
5. Pengujian Sistem
Setelah sistem menjadi satu
perangkat lunak yang siap pakai,
harus dilakukan testing terlebih
dahulu sebelum digunakan, pengujian
ini digunakan dengan White Box dan
Black Box.
6. Evaluasi Sistem
Pelanggan mengevaluasi apakah
sistem yang sudah jadi sesuai dengan
yang di inginkan. Jika ya, langkah
selanjutnya dilakukan. Jika tidak,
maka ulangi langkah 4 dan 5
7. Menggunakan Sistem
Perangkat lunak yang sudah diuji
dan diterima sudah siap digunakan.
a. Proses Pembuatan Prototipe
Proses pembuatan prototipe merupakan
proses yang interaktif dan berulang-ulang yang
menggabungkan langkah-langkah siklus
pengembangan tradisional. Prototipe dievaluasi
beberapa kali sebelum pemakai akhir
menyatakan protipe tersebut diterima. Gambar di
bawah ini mengilustrasikan proses pembuatan
prototipe :
3.4 DESAIN SISTEM
Desain sistem (system design)
menentukan bagaimana sistem akan memenuhi
tujuan tersebut. Desain sistem terdiri dari
aktivitas desain yang menghasilkan spesifikasi
fungsional. Desain sistem dapat dipandang
sebagai desain interface, data dan proses dengan
tujuan menghasilkan spesifikasi yang sesuai
dengan produk dan metode interface pemakai,
struktur database serta pemrosesan dan prosedur
pengendalian (Ioanna et al., 2007).
Desain sistem akan menghasilkan paket
software prototipe, produk yang baik sebaiknya
mencakup tujuh bagian :
1) Fitur menu yang cepat dan mudah.
2) Tampilan input dan output.
3) Laporan yang mudah dicetak.
4) Data dictionary yang menyimpan
informasi pada setiap field termasuk
panjang field, pengeditan dalam setiap
laporan dan format field yang
digunakan.
5) Database dengan format dan kunci
record yang optimal.
6) Menampilkan query online secara
tepat ke data yang tersimpan pada
database.
7) Struktur yang sederhana dengan
bahasa pemrograman yang
mengizinkan pemakai melakukan
pemrosesan khusus, waktu kejadian,
prosedur otomatis dan lain-lain
4. PENGUJIAN
Paket software prototipe diuji,
diimplementasikan, dievaluasi dan dimodifikasi
berulang-ulang hingga dapat diterima
pemakainya (O'Brien, 2005).Pengujian sistem
bertujuan menemukan kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada sistem dan melakukan revisi
sistem.Tahap ini penting untuk memastikan
bahwa sistem bebas dari kesalahan (Mulyanto,
2009).
Menurut Sommerville (2001) pengujian
sistem terdiri dari :
1) Pengujian unit untuk menguji
komponen individual secara
independen tanpa komponen sistem
yang lain untuk menjamin sistem
operasi yang benar.
2) Pengujian modul yang terdiri dari
komponen yang saling berhubungan.
3) Pengujian sub sistem yang terdiri dari
beberapa modul yang telah
diintegrasikan.
4) Pengujian sistem untuk menemukan
kesalahan yang diakibatkan dari
interaksi antara subsistem dengan
interface-nya serta memvalidasi
persyaratan fungsional dan non
fungsional.
5) Pengujian penerimaan dengan data
yang di-entry oleh pemakai dan bukan
uji data simulasi.
6) Dokumentasi berupa pencatatan
terhadap setiap langkah pekerjaan dari
awal sampai akhir pembuatan
program.
Pengujian sistem informasi berbasis web
dapat menggunakan teknik dan metode
pengujian perangkat lunak tradisional. Pengujian
aplikasi web meliputi pengujian tautan,
pengujian browser, pengujian usabilitas,
pengujian muatan, tegangan dan pengujian malar
(Simarmata, 2009).
Penerimaan pengguna (user) terhadap
sistem dapat dievaluasi dengan mengukur
kepuasan user terhadap sistem yang
diujikan.Pengukuran kepuasan meliputi tampilan
sistem, kesesuaian dengan kebutuhan user,
kecepatan dan ketepatan sistem untuk
menghasilkan informasi yang diinginkan user.
Ada beberapa model pengukuran kepuasan user
terhadap sistem, diantaranya adalah Technology
Acceptance Model (TAM), End User Computing
(EUC) Satisfaction, Task Technology Fit (TTF)
Analysis dan Human Organizational
Technology (HOT) Fit Model.
Salah satu model pengukuran yang telah
diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa
berbeda dan tidak menunjukkan perbedaan hasil
pengukuran yang signifikan adalah End User
Computing (EUC) Satisfaction.Model ini
menekankan kepuasan user terhadap aspek
teknologi meliputi aspek isi, keakuratan, format,
waktu dan kemudahan penggunaan sistem (Chin
& Mathew, 2000).
5. HASIL
Hasil dari penelitian ini adalah sebuah
perangkat lunak pemetaan tempat wisata di
kabupaten Baturaja yang dibuat menggunakan
ArcGIS yang berisikan database dan tabel-tabel
data. Pengaksesan system dilakukan pada
http://localhost/Baturaja/.adapun penjelasannya
sebagai berikut :
a. Halaman Home
Gambar 4.1 Halaman Home
b. Halaman Tempat Wisata
Gambar 4.2 Halaman Tempat Wisata
c. Halaman Buku Tamu
Gambar 4.3 Halaman Buku Tamu
d. Halaman Login
Gambar 4.4 Halaman Login
e. Halaman Setelah Login
Gambar 4.5 Halaman Setelah Login
f. Halaman Kelola Tempat Wisata
Gambar 4.6 Halaman Kelola Tempat Wisata
g. Halaman Kelola Buku Tamu
Gambar 4.7 Halaman Kelola Buku Tamu
h. Tampilah Phpmyadmin
Gambar 4.8 Tampilan Phpmyadmin
6. KESIMPULAN
Berdasarkan dari penelitian yang telah
dilaksanakan dan sudah diuraikan dalam
perangkat lunak letak pemetaan tempat wisata di
kabupaten Baturaja, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. penelitian ini menghasilkan pencarian
lokasi wisata di kabupaten Baturaja.
2. Sebagai alternatif pencarian tempat
wisata melalui internet.
3. Mempermudah wisatawan untuk
mencari lokasi tempat wisata di
Kabupaten Baturaja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adi Nugroho, 2010. Rekayasa Perangkat
Lunak Berorietasi Objek dengan Metode
USDP (Unified Software Development
Process), Yogyakarta :Penerbit C.V
ANDI Offset.
2. Amar Daumi Dkk, 2012. Pemetaan Objek
Wisata Alam Kabupaten Tanggumus
Provinsi Lampung.
3. Dhimas Van Er Donna, 2010.
Membangun Sistem Informasi Geografi
Tempat Wisata di Kabupaten Bogor
Berbasis WEB.
4. Kasiman Peranginangin, 2006. Aplikasi
Web dengan PHP dan MYSQL,
Yogyakarta : Penerbit C.V ANDI Offset.
5. Rifky Satya, 2008. Sistem Informasi
Geografis Pemetaan Fasilitas Kesehatan
di Kota Magelang Berbasis WEB.
6. Rossa A.S dan M. Shahuddin, 2015.
Rekayasa Perangkat Lunak, Bandung :
Penerbit Informatika.
7. Sofiyanti Indriasasi, S.kom Vol.2 84-102,
2012. Sistem Informasi Berbasis WEB
Untuk Membantu Kegiatan Tracer Study
Program Diploma InstitutPertanian
Bogor.
8. http://tonyjustinus.wordpress.com/2007/1
1/11/waterfall-process-model/ : diakses
pada 15 september 2015.
9. http://raghibnuruddin217.blogspot.com/ :
diakses pada 10 september 2015.
10. http://beritaterkini.blogspot.com/2011/01
pengertian-peta-danpemetaan.html: di
akses pada 08 September 2015.