Perang Badar

  • Upload
    nfiqoh

  • View
    342

  • Download
    47

Embed Size (px)

Citation preview

Peperangan pada Masa Rosulullah SAW

Perang Badar Dua tahun setelah Nabi Muhammad SAW hijrah dari Mekah ke Madinah, Perang Badar meletus antara 313 pasukan Islam dan 1.000 tentara Quraisy dari Mekah. Perang besar itu terjadi di sekitar sumur Badar di lembah Yalyal pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan tahun 2 Hijriah. Setelah peristiwa hijrah, ketegangan antara kelompok masyarakat di Mekah dan kaum muslim Madinah semakin memuncak. Pada tahun 623, kaum muslim memulai beberapa serangan (yang disebut aksi ghazawat) terhadap rombongan dagang kaum Quraisy Mekah, yang pulang dari Syam (Suriah), melewati Madinah, yang merupakan jalur utama perdagangan antara Mekah dan Syam. Pada aksi itu, barang-barang kaum Quraisy dirampas. Perampasan tersebut dilakukan sebagai penyeimbang atas ketidakadilan yang dialami kaum muslim. Sebab, kaum Quraisy Mekah telah menjarah harta benda kaum muslim yang ditinggalkan di Mekah karena berhijrah. Salah satu pencegatan kafilah dagang Mekah, di dekat daerah Nakhlah, pada bulan Rajab, Januari 624, menewaskan satu orang. Menurut tradisi kaum Quraisy, Rajab dianggap sebagai bulan suci, dan perang dilarang dilakukan pada bulan itu. Kaum Quraisy Mekah pun berniat menuntut balas. Itulah latar belakang meletusnya Perang Badar. Ketika Abu Sufyan beserta kafilah dagangnya hendak pulang dari Syam menuju Mekah melewati daerah Madinah, kesempatan ini dimanfaatkan oleh Nabi dan pengikutnya untuk melakukan pencegatan dan merampas barang dagangan kafilah Abu Sufyan. Abu Sufyan mencium rencana itu, lalu mengutus Amr alGhifari untuk pergi ke Mekah dan meminta bantuan. Kaum Quraisy Mekah pun menyiapkan kekuatan sebanyak 1.000 personel, 600 baju besi, 100 kuda, dan 700 unta serta persenjataan lengkap. Sedangkan di pihak Nabi, kekuatannya sekitar 300 orang, yang sampai saat itu merupakan jumlah terbesar pasukan muslim yang pernah diterjunkan ke medan perang. Namun jumlah itu jauh lebih kecil dibanding kekuatan Abu Sufyan. Pasukan Islam memenangi Perang Badar. Sekitar 70 orang kaum Quraisy Mekah terbunuh, 70 lainnya tertawan, dan sisanya melarikan diri. Sementara itu, di pihak pasukan Islam, 14 orang mati syahid. Tawanan perang dibawa ke Madinah dan akhirnya dibebaskan dengan tebusan paling tinggi 4.000 dirham dan paling rendah 1.000 dirham sesuai dengan kemampuan mereka. Bagi yang miskin namun memiliki pengetahuan baca tulis, mereka dapat menebus kebebasannya dengan mengajar baca tulis kepada 10 anak-anak Islam. Kemenangan ini menguatkan lagi kedudukan Islam di Madinah. Sejak itu, Islam mulai disegani.

Perang Badar Kubra (bagian 1)

Rasulullah saw. dan generasi awal umat ini benar-benar menyadari bahwa masyarakat paganis ekstrim dari keturunan Quraisy dan semua kelompok yang sejenis dengannya tidak akan pernah membiarkan umat Islam begitu saja memperoleh kebebasan beragama mereka di Kota Yatsrib, setelah sebelumnya mereka diusir beramai-ramai dari Kota Makkah dan sekitarnya. Untuk ini, umat Islam pun mempersiapkan segalanya. Di Kota Madinah mereka berlatih agar mereka tidak lagi dilecehkan. Selain agar orang musyrikin maupun kabilah-kabilah lainnya, sadar akan kekuatan Islam yang selama ini tersebunyi. Inilah yang sekiranya dapat menggetarkan mereka sehingga mereka tidak menyerang umat Islam di Kota Madinah. Lebih dari itu, hal ini agar masyarakat Quraisy paham bahwa orang-orang Muhajirin yang selama ini lari dari tekanan penindasan bukanlah pada posisi yang lemah dan hina. Namun kini mereka telah berubah menjadi satu komunitas yang kuat yang mampu menggetarkan dan patut diperhitungkan.

Latihan dan Persiapan Berkala

Rasulullah saw. segera melatih para sahabatnya dan mengutus mereka untuk melakukan pengintaian di sekitar Kota Madinah secara berkala. Tujuannya adalah sebagai latihan, eksplorasi, dan persiapan peperangan. Beberapa tugas yang pernah beliau delegasikan kepada para sahabat antara lain:

1. Pasukan yang dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muththalib. Mereka sebanyak 30 orang penunggang dari kalangan Muhajirin. Mereka diutus hingga daerah Al-Iish di tepi laut.

2. Pasukan yang dipimpin oleh Ubaidah bin Harits. Mereka sebanyak 60 orang penunggang dari kalangan Muhajirin sampai ke daerah Raabigh.

3. Pasukan yang dipimpin oleh Sad bin Abi Waqqash dengan kekuatan pengintai berjumlah 80 orang Muhajirin dan bertugas sepanjang jalan yang menghubungkan Makkah dan Madinah.

4. Perang Wuddan. Pasukan di bawah pimpinan Rasulullah saw. berjumlah 200 orang penunggang dan pejalan kaki berjalan hingga daerah Wuddan. Pada peperangan ini Rasulullah saw. mengadakan perjanjian dengan Bani Dhamrah. Salah satu tujuan peperangan ini adalah untuk membangun sebuah aliansi dengan kabilah-kabilah yang selama ini menguasai jalur yang menghubungkan antara Kota Makkah dan Madinah.

5. Perang Usyairah. peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kepemimpinan Rasulullah saw. Tujuan dari peperangan ini adalah untuk menunjukkan kekuatan kaum muslimin di hadapan orang-orang musyrikin serta membangun kesepahaman dengan kabilah-kabilah yang terdapat di daerah jalur perdagangan orang Quraisy di antara Kota Makkah dan Madinah.

6. Perang Buwaath. Peperangan dengan jumlah pasukan sebanyak 200 orang penunggang dan pejalan kaki di bawah kemimpinan Rasulullah saw. Tujuannya adalah untuk bisa sampai ke daerah Buwaath dari sisi gunung Radhwa ke jalur perdagangan Quraisy di antara kota Makkah dan Madinah, selain untuk menekan kegiatan perdagangan mereka.

7. Pasukan di bawah pimpinan Abdullah bin Jahsy. Pengintaian berkekuatan delapan orang dari kalangan Muhajirin. Bersama itu, Abdullah membawa sepucuk surat dari Rasulullah saw. Beliau berpesan untuk tidak membuka surat tersebut kecuali dua hari setelah mereka melakukan perjalanan. Ketika surat itu dibuka, di dalamnya terdapat tulisan, Jika engkau telah membaca surat ini, maka teruslah berjalan hingga engkau sampai di sebuah pohon kurma yang terletak di antara Makkah dan Thaif. Lalu perhatikan gerak-gerik orang Quraisy dan berikan informasinya kepada kami.[1] Abdullah segera berangkat hingga akhirnya ia sampai di sebuah pohon kurma. Sebuah kafilah Quraisy lewat dan langsung di serang oleh kaum muslimin. Pada peperangan ini, orang-orang musyrikin yang tewas antara lain Amr bin Hadhrami, sementara kaum muslimin berhasil menawan dua orang dari kalangan musyrikin, namun yang keempat berhasil melarikan diri.

8. Perang Badar Pertama. Prediksi Rasulullah saw. dan para sahabat tentang kaum musyrikin benar-benar menjadi sebuah kenyataan. Tak lama setelah beliau menetap di Kota Madinah, orang-orang musyrikin di bawah pimpinan Karz bin Jabir Al-Fihry melakukan penyerangan terhadap ladang pengembalaan hewan milik orang Madinah dan merampas beberapa ekor unta dan kambing milik kaum muslimin. Rasulullah saw. pun segera bergerak untuk mengusir agresor tersebut dan merebut kembali unta maupun kambing milik kaum muslimin yang sempat mereka rampas. Pasukan perang kaum muslimin di bawah pimpinan Rasulullah saw. ketika itu bergerak sampai ke daerah Wadi Sufyan, dekat dengan Badar. Namun demikian mereka tidak dapat mengejar agresor musyrikin sehingga mereka pun harus kembali tanpa ada peperangan.

Latar Belakang Perang Badar Kubra

Perang Badar yang meletus antar kaum muslimin dan orang-orang musyrik dipicu oleh beberapa sebab, di antaranya:

1. Pengusiran Kaum Muslimin dari Kota Makkah Serta Perampasan Harta Benda Mereka

Genderang perang terhadap kaum muslimin sebenarnya sudah ditabuh oleh orang-orang musyrikin sejak Rasulullah saw. mengumandangkan risalah dakwah yang ia bawa. Mereka menghalalkan darah kaum muslimin dan harta benda mereka di kota Makkah, khususnya terhadap orang-orang Muhajirin. Mereka rampas rumah dan kekayaan kaum Muhajirin. Orang islam pun melarikan diri dan menukarnya dengan keridhoan Allah swt. Kita dapat melihat sendiri bagaimana orang kafir Quraisy merampas dan menguasai harta benda Shuhaib sebagai imbalan diizinkannya ia untuk berhijrah ke Madinah. Kita pun dapat menyaksikan bagaimana mereka menduduki rumah-rumah dan peninggalan kaum muslimin yang ditinggal oleh pemiliknya.

2. Penindasan Terhadap Umat Islam Hingga Kota Madinah

Apa yang dilakukan orang Quraisy terhadap umat Islam ternyata tidak hanya ketika mereka berada di Kota Makkah. Di bahwa pimpinan Kurz bin Habbab Al-Fihri, mereka memprovokasi kaum musyrikin lainnya untuk menyerang, menteror, dan menguasai harta benda milik kaum muslimin yang ada di Kota Madinah (sebagaimana yang terjadi pada Perang Badar Shughra). Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila orang-orang musyrik menerima balasan atas semua permusuhan dan penindasan mereka terhadap umat Islam selama ini. Mereka begitu sadar bahwa banyak kepentingan dan hasil perdagangan mereka yang akan berpindah ke tangan orang-orang Islam di sana, selain bahwa kini Islam telah memiliki pasukan dan wilayah yang mampu memberikan perlawanan atas kewenang-wenangan, menegakkan kebenaran dan menumbangkan kebatilan meskipun orang-orang yang berhati durjana tidak menyukainya.

3. Memberi Pelajaran Kepada Quraisy dan Mengembalikan Harta Benda Milik Umat Islam

Oleh karena itu, begitu Rasulullah saw. mendengar bahwa kafilah dagang Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb dan Amr bin Al-Ash bersama 40 orang bergerak dari Syam membawa harta orang-orang Quraisy yang keseluruhannya mencapai seribu ekor unta, maka beliau pun segera mengajak kaum muslimin untuk bergerak mendatanginya. Rasulullah saw. mengatakan, Ini adalah perdagangan Quraisy. Maka keluarlah kalian, semoga Allah swt. akan memberikannya kepada kalian.[2] Mendengar seruan ini, sebagian kaum muslimin menyambutnya sementara yang lainnya merasa sedikit berat dengannya. Mereka menggangap bahwa ketika itu Rasulullah saw. tidak bermaksud mengumandangkan sebuah peperangan. Karena beliau mengatakan, Barangsiapa yang saat ini memiliki tunggangan, maka hendaklah

ia ikut bersama kami. Beliau tidak menunggu sahabat yang tunggangannya tidak ada pada saat itu.

Sekilas Sejarah Perang Badar

Ibnu Ishaq berkata, Rasulullah saw. pergi pada beberapa malam di bulan Ramadhan bersama sahabat-sahabatnya. Ibnu Hisyam berkata, Beliau pergi pada hari Senin setelah delapan hari dari bulan Ramadhan. Beliau mengangkat Amr bin Ummi Maktum (dalam riwayat namanya adalah Abdullah bin Ummi Maktum) untuk menjadi imam di Madinah, dan mengangkat Abu Lubabah sebagai pemimpin sementara kota Madinah.

Jumlah pasukan kaum muslimin pada saat itu hanyalah 313 orang: 240-an orang dari kalangan Anshor, sisanya dari kalangan Muhajirin. Mereka membawa 2 ekor kuda dan 70 ekor unta. Sementara panji kaum muslimin di bawa oleh Musab bin Umair. Peristiwa Badar sendiri meletus pada hari Jumat pagi tanggal 17 Ramadhan.[3]

Prediksi Abu Sufyan tentang Pasukan Islam

Waktu itu Abu Sufyan terkenal sebagai seorang yang begitu ambisius dan cerdik. Ia selalu memperhitungkan segala macam kemungkinan dan resiko yang dapat terjadi. Ia tahu benar apa yang telah dilakukan penduduk Quraisy terhadap kaum muslimin selama ini. Ia pun begitu menyadari akan kekuatan umat islam yang semakin hari semakin mengalami peningkatan dan perkembangan. Ia mengorek informasi dari setiap rombongan orang yang ditemuinya sebagai bukti kekhawatirannya atas perdagangannya berikut harta orang-orang Quraisy yang dibawanya. Hingga akhirnya ia mendengar kabar dari beberapa orang yang ditemuinya bahwa Nabi Muhammad telah memobilisasi sahabat-sahabatnya untuk mencegat rombongan yang sedang membawa harta perdagangan. Mendengar hal ini, ia pun segera berhati-hati dan mengambil jalur perjalanan yang lain seraya mengirim utusan kepada penduduk Quraisy yang ada di Kota Makkah untuk meminta bantuan.

Mobilisasi Suku Quraisy

Abu Sufyan menyewa Dhamdham bin Amr Al-Ghifari agar segera menemui orang-orang Quraisy dan memberitahu mereka situasi yang tengah terjadi. Ia pun bergegas menunggangi untanya. Dengan berteriak ia berkata, Wahai orang-orang Quraisy! Harta kalian bersama Abu

Sufyan terancam oleh Muhammad dan sahabat-sahabatnya. Kulihat kalian tidak akan memperolehnya. Tolonglah tolonglah![4] Mendengar berita ini, fanatisme mereka pun berkobar. Mereka begitu khawatir akan perdagangan mereka. Dengan cepat mereka bergerak. Semuanya pergi kecuali Abu Lahab bin Abdul Muththalib. Ia mengirim Al-Ash bin Hisyam bin Al-Mughirah sebagai pengganti. Orang-orang Quraisy sepakat untuk bersama-sama pergi baik dalam keadaan susah maupun lapang. Di depan barisan mereka terdapat biduan wanita yang bernyanyi mendendangkan hinaan dan celaan bagi umat Islam.

Dan (ingatlah) ketika setan memperindah perbuatan-perbuatan mereka dan membisikkan bahwa tidak ada yang akan mengalahkan kalian pada hari ini, dan aku akan benar-benar menjadi pelindung kalian.

Selamatlah Kafilah Dagang Quraisy

Abu Sufyan tidak hanya berpangku tangan menanti uluran bantuan dari penduduk Quraisy. Ia curahkan segenap kepiawaian yang ia miliki agar mereka tidak jatuh ke tangan kaum muslimin. Semua informansi dan peristiwa yang ada ia kumpulkan dan dianalisis hingga akhirnya ia tahu kapan pasukan muslimin pergi menghadang kafilah dagang mereka.

Diriwayatkan bahwa Abu Sufyan bertemu dengan Majdi bin Amr dan bertanya kepadanya, Apakah engkau berjumpa dengan seseorang? Ia menjawab, Aku tidak menjumpai seorang pun yang tidak kukenal kecuali dua orang penunggang unta yang berhenti di bukit itu. Kemudian mereka mengambil air dan meletakkannya di tempat air mereka lalu pergi. Abu Sufyan mendatangi tempat tersebut dan mengambil beberapa buah sisa kotoran hewan mereka. Lalu ia pisahkan dan di dalamnya terdapat biji. Ia berkata, Demi Tuhan, ini adalah makanan hewan penduduk Yatsrib (Madinah). Ia pun akhirnya tahu bahwa kedua orang tersebut tak lain adalah sahabat Nabi Muhammad saw. dan pasukan kaum muslimin ternyata sudah begitu dekat dari tempat.[5] Abu Sufyan segera kembali ke tengah kafilah sambil memukuli mukanya. Ia alihkan jalur perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, yaitu pesisir pantai demi menghindari daerah Badar menuju ke kiri sehingga kafilah pun terselamatkan.

Sikap Keras Kepala Kaum Musyikin untuk Berperang

Pasukan musyrik Quraisy bergerak dengan penuh kesombongan di tengah hamparan padang pasir, di antara sekian banyak kabilah Arab yang terdapat di sepanjang jalur yang

menghubungkan Kota Makkah dan Madinah diiringi nyanyian biduan wanita. Mereka begitu bangga dengan kekuatan dan pasukan yang ada. Mereka bermaksud hendak menyelamatkan Abu Sufyan dan kafilah dagang dari tangan umat Islam. Namun ternyata kafilah tersebut telah terselamatkan. Abu Sufyan sendiri yakin bahwa ia telah berhasil menyelamatkan kafilah dagang mereka dari kepungan dan incaran umat Islam. Ia pun mengirim pesan kepada pasukan Quraisy, Sesungguhnya kalian keluar untuk melindungi perdagangan, orang-orang, dan harta benda kalian. Mereka semuanya telah terselamatkan. Maka kembalilah! Utusan Abu Sufyan pun akhirnya bertemu dengan pasukan Quraisy di perjalanan. Ia sampaikan berita selamatnya kafilah dagang mereka. Mendengar berita ini Abu Jahal berkata, Demi Tuhan! Kita tidak akan kembali kecuali setelah sampai di Badar dan tinggal di sana selama tiga hari. Kita akan memotong hewan sembelihan, memberi makan, menuangkan khamr, dan mendengarkan lagu dari para biduan. Dan orang-orang Arab pun akan mendengar ekspedisi dan perkumpulan kita ini sehingga mereka akan senantiasa segan kepada kita untuk selama-lamanya.[6]

Pertempuran Badar (bahasa Arab: , ghazawt badr), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy[1] dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah bertempur habis-habisan sekitar dua jam, pasukan Muslim menghancurkan barisan pertahanan pasukan Quraisy, yang kemudian mundur dalam kekacauan.

Sebelum pertempuran ini, kaum Muslim dan penduduk Mekkah telah terlibat dalam beberapa kali konflik bersenjata skala kecil antara akhir 623 sampai dengan awal 624, dan konflik bersenjata tersebut semakin lama semakin sering terjadi. Meskipun demikian, Pertempuran Badar adalah pertempuran skala besar pertama yang terjadi antara kedua kekuatan itu. Muhammad saat itu sedang memimpin pasukan kecil dalam usahanya melakukan pencegatan terhadap kafilah Quraisy yang baru saja pulang dari Syam, ketika ia dikejutkan oleh keberadaan pasukan Quraisy yang jauh lebih besar. Pasukan Muhammad yang sangat berdisiplin bergerak maju terhadap posisi pertahanan lawan yang kuat, dan berhasil menghancurkan barisan pertahanan Mekkah sekaligus menewaskan beberapa pemimpin penting Quraisy, antara lain ialah Abu Jahal alias Amr bin Hisyam.

Bagi kaum Muslim awal, pertempuran ini sangatlah berarti karena merupakan bukti pertama bahwa mereka sesungguhnya berpeluang untuk mengalahkan musuh mereka di Mekkah. Mekkah saat itu merupakan salah satu kota terkaya dan terkuat di Arabia zaman jahiliyah. Kemenangan kaum Muslim juga memperlihatkan kepada suku-suku Arab lainnya bahwa suatu kekuatan baru telah bangkit di Arabia, serta memperkokoh otoritas Muhammad sebagai pemimpin atas berbagai golongan masyarakat Madinah yang sebelumnya sering bertikai. Berbagai suku Arab mulai memeluk agama Islam dan membangun persekutuan dengan kaum Muslim di Madinah; dengan demikian, ekspansi agama Islam pun dimulai.

Kekalahan Quraisy dalam Pertempuran Badar menyebabkan mereka bersumpah untuk membalas dendam, dan hal ini terjadi sekitar setahun kemudian dalam Pertempuran Uhud.Daftar isi [sembunyikan] 1 Latar belakang 1.1 Muhammad 1.2 Ghazawt 2 Pertempuran 2.1 Pergerakan menuju Badar 2.2 Rencana pasukan Muslim 2.3 Rencana pasukan Mekkah 2.4 Hari pertempuran 3 Setelah pertempuran 3.1 Korban dan tawanan 3.2 Dampak selanjutnya 4 Sumber sejarah 4.1 Badar dalam al-Qur'an 4.2 Catatan tradisi Islam 5 Referensi modern 5.1 Militer 5.2 The Message 6 Lihat pula 7 Catatan kaki 8 Referensi 8.1 Buku dan artikel 8.2 Referensi online 9 Pranala luar

[sunting] Latar belakang [sunting] Muhammad

Pada awal peperangan, Jazirah Arab dihuni oleh suku-suku yang berbicara dalam bahasa Arab. Beberapa diantaranya adalah suku Badui; bangsa nomad penggembala yang terdiri dari berbagai macam suku; beberapa adalah suku petani yang tinggal di oasis daerah utara atau daerah yang lebih subur di bagian selatan (sekarang Yaman dan Oman). Mayoritas bangsa Arab menganut kepercayaan politeisme. Beberapa suku juga memeluk agama Yahudi, Kristen (termasuk paham Nestorian), dan Zoroastrianisme.

Nabi Muhammad lahir di Mekkah sekitar tahun 570 dari keluarga Bani Hasyim dari suku Quraisy. Ketika berumur 40 tahun, ia mengalami pengalaman spiritual yaitu menerima wahyu ketika sedang menyepi di suatu gua, yakni Gua Hira di luar kota Mekkah. Ia mulai berdakwah kepada keluarganya dan setelah itu baru berdakwah kepada umum. Dakwahnya ada yang diterima dengan baik tapi lebih banyak yang menentangnya. Pada periode ini, Muhammad dilindungi oleh pamannya Abu Thalib. Ketika pamannya meninggal dunia sekitar tahun 619, kepemimpinan Bani Hasyim diteruskan kepada salah seorang musuh Muhammad, yaitu Amr bin Hisyam,[2] yang menghilangkan perlindungan kepada Muhammad serta meningkatkan penganiayaan terhadap komunitas Muslim.

Pada tahun 622, dengan semakin meningkatnya kekerasan terbuka yang dilakukan kaum Quraisy kepada kaum Muslim di Mekkah, Muhammad dan banyak pengikutnya hijrah ke Madinah. Hal ini menandai dimulainya kedudukan Muhammad sebagai pemimpin suatu kelompok dan agama. [sunting] GhazawtArtikel ini adalah bagian dari seri Islam

Rasul

Nabi Muhammad SAW . Kitab Suci

Al-Qur'an . Rukun Islam 1. Syahadat 2. Salat 3. Puasa 4. Zakat 5. Haji Rukun Iman Iman kepada : 1. Allah 2. Malaikat 3. Kitab Allah 4. Nabi 5. Hari Akhir 6. Qada & Qadar Tokoh Islam Muhammad SAW Nabi & Rasul Sahabat Ahlul Bait Kota Suci Mekkah & Madinah Kota suci lainnya Yerusalem Najaf Karbala Kufah Kazimain Mashhad Istanbul Ghadir Khum Hari Raya Idul Fitri & Idul Adha Hari besar lainnya

Isra dan Mi'raj Maulid Nabi Asyura Arsitektur Masjid Menara Mihrab Ka'bah Arsitektur Islam Jabatan Fungsional Khalifah Ulama Muadzin ImamMullahAyatullah Mufti Hukum Islam Al-Qur'an Hadist Sunnah Fiqih Fatwa Syariat Ijtihad Manhaj Salafush Shalih Mazhab 1. Sunni : Hanafi Hambali Maliki Syafi'i 2. Syi'ah : Dua Belas Imam IsmailiyahZaidiyah 3. Lain-lain : Ibadi Khawarij Murji'ahMu'taziliyah Lihat Pula Portal Islam

Indeks mengenai Islam lihat bicara sunting

Setelah kejadian hijrah, ketegangan antara kelompok masyarakat di Mekkah dan Madinah semakin memuncak dan pertikaian terjadi pada tahun 623 ketika kaum Muslim memulai beberapa serangan (sering disebut ghazawt dalam bahasa Arab) pada rombongan dagang kaum Quraisy Mekkah. Madinah terletak di antara rute utama perdagangan Mekkah. Meskipun kebanyakan kaum Muslim berasal dari kaum Quraisy juga, mereka yakin akan haknya untuk mengambil harta para pedagang Quraisy Mekkah tersebut; karena sebelumnya telah menjarah harta dan rumah kaum muslimin yang ditinggalkan di Mekkah (karena hijrah) dan telah mengeluarkan mereka dari suku dan kaumnya sendiri, sebuah penghinaan dalam kebudayaan Arab yang sangat menjunjung tinggi kehormatan.[3] Kaum Quraisy Mekkah jelas-jelas mempunyai pandangan lain terhadap hal tersebut, karena mereka melihat kaum Muslim sebagai penjahat dan juga ancaman terhadap lingkungan dan kewibawaan mereka[4].

Pada akhir tahun 623 dan awal tahun 624, aksi ghazawt semakin sering dan terjadi di manamana. Pada bulan September 623, Muhammad memimpin sendiri 200 orang kaum Muslim melakukan serangan yang gagal terhadap rombongan besar kafilah Mekkah. Tak lama setelah itu, kaum Quraisy Mekkah melakukan "serangan balasan" ke Madinah, meskipun tujuan sebenarnya hanyalah untuk mencuri ternak kaum Muslim.[5] Pada bulan January 624, kaum Muslim menyerang kafilah dagang Mekkah di dekat daerah Nakhlah, hanya 40 kilometer di luar kota Mekkah, membunuh seorang penjaga dan akhirnya benar-benar membangkitkan dendam di kalangan kaum Quraisy Mekkah.[6] Terlebih lagi dari sudut pandang kaum Quraisy Mekkah, penyerangan itu terjadi pada bulan Rajab; bulan yang dianggap suci oleh penduduk Mekkah. Menurut tradisi mereka, dalam bulan ini peperangan dilarang dan gencatan senjata seharusnya dijalankan.[4] Berdasarkan latar-belakang inilah akhirnya Pertempuran Badar terjadi. [sunting] Pertempuran

Pergerakan pasukan menuju Badar.

Di musim semi tahun 624, Muhammad mendapatkan informasi dari mata-matanya bahwa salah satu kafilah dagang yang paling banyak membawa harta pada tahun itu, dipimpin oleh Abu Sufyan dan dijaga oleh tiga puluh sampai empat puluh pengawal, sedang dalam perjalanan dari Suriah menuju Mekkah. Mengingat besarnya kafilah tersebut, atau karena beberapa kegagalan

dalam penghadangan kafilah sebelumnya, Muhammad mengumpulkan pasukan sejumlah lebih dari 300 orang, yang sampai saat itu merupakan jumlah terbesar pasukan Muslim yang pernah diterjunkan ke medan perang.[7] [sunting] Pergerakan menuju Badar

Muhammad memimpin pasukannya sendiri dan membawa banyak panglima utamanya, termasuk pamannya Hamzah dan para calon Kalifah di masa depan, yaitu Abu Bakar ashShiddiq, Umar bin Khattab, dan Ali bin Abi Thalib. Kaum Muslim juga membawa 70 unta dan 3 kuda, yang berarti bahwa mereka harus berjalan, atau tiga sampai empat orang duduk di atas satu unta[8] Namun demikian, banyak sumber-sumber kalangan Muslim pada awal masa itu, termasuk dalam Al-Qur'an sendiri, tidak mengindikasikan akan terjadinya suatu peperangan yang serius,[9] dan calon khalifah ketiga Utsman bin Affan juga tidak ikut karena istrinya sakit.[10]

Ketika kafilah dagang Quraisy Mekkah mendekati Madinah, Abu Sufyan mulai mendengar mengenai rencana Muhammad untuk menyerangnya. Ia mengirim utusan yang bernama Damdam ke Mekkah untuk memperingatkan kaumnya dan mendapatkan bala bantuan. Segera saja kaum Quraisy Mekkah mempersiapkan pasukan sejumlah 900-1.000 orang untuk melindungi kelompok dagang tersebut. Banyak bangsawan kaum Quraisy Mekkah yang turut bergabung, termasuk di antaranya Amr bin Hisyam, Walid bin Utbah, Syaibah bin Rabi'ah, dan Umayyah bin Khalaf. Alasan keikut-sertaan mereka masing-masing berbeda. Beberapa ikut karena mempunyai bagian dari barang-barang dagangan pada kafilah dagang tersebut, yang lain ikut untuk membalas dendam atas Ibnu al-Hadrami, penjaga yang tewas di Nakhlah, dan sebagian kecil ikut karena berharap untuk mendapatkan kemenangan yang mudah atas kaum Muslim.[11] Amr bin Hisyam juga disebutkan menyindir setidak-tidaknya seorang bangsawan, yaitu Umayyah ibn Khalaf, agar ikut serta dalam penyerangan ini. [12]

Di saat itu pasukan Muhammad sudah mendekati tempat penyergapan yang telah direncanakannya, yaitu di sumur Badar, suatu lokasi yang biasanya menjadi tempat persinggahan bagi semua kafilah yang sedang dalam rute perdagangan dari Suriah. Akan tetapi, beberapa orang petugas pengintai kaum Muslim berhasil diketahui keberadaannya oleh para pengintai kafilah dagang Quraisy tersebut[13] dan Abu Sufyan kemudian langsung membelokkan arah kafilah menuju Yanbu.[14] [sunting] Rencana pasukan Muslim

Lukisan Iran (1314), menggambarkan pertemuan para pemimpin Muslim sebelum memulai Pertempuran Badar.

"Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu,[15] dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir". Al-Anfal: 7

Pada saat itu telah sampai kabar kepada pasukan Muslim mengenai keberangkatan pasukan dari Mekkah. Muhammad segera menggelar rapat dewan peperangan, disebabkan karena masih adanya kesempatan untuk mundur dan di antara para pejuang Muslim banyak yang baru saja masuk Islam (disebut kaum Anshar atau "Penolong", untuk membedakannya dengan kaum Muslim Quraisy), yang sebelumnya hanya berjanji untuk membela Madinah. Berdasarkan pasal-pasal dalam Piagam Madinah, mereka berhak untuk menolak berperang serta dapat meninggalkan pasukan. Meskipun demikian berdasarkan tradisi Islam (sirah), dinyatakan bahwa mereka pun berjanji untuk berperang. Sa'ad bin Ubadah, salah seorang kaum Anshar, bahkan berkata "Seandainya engkau (Muhammad) membawa kami ke laut itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan mengikutimu."[16] Akan tetapi, kaum Muslim masih berharap dapat terhindar dari suatu pertempuran terbuka, dan terus melanjutkan pergerakannya menuju Badar.

Pada tanggal 15 Maret, kedua pasukan telah berada kira-kira satu hari perjalanan dari Badar. Beberapa pejuang Muslim (menurut beberapa sumber, termasuk Ali bin Abi Thalib) yang telah berkuda di depan barisan utama, berhasil menangkap dua orang pembawa persedian air dari pasukan Mekkah di sumur Badar. Pasukan Muslim sangat terkejut ketika mendengar para tawanan berkata bahwa mereka bukan berasal dari kafilah dagang, melainkan berasal dari pasukan utama Quraisy. Karena menduga bahwa mereka berbohong, para penyelidik memukuli kedua tawanan tersebut sampai mereka berkata bahwa mereka berasal dari kafilah dagang. Akan tetapi berdasarkan catatan tradisi, Muhammad kemudian menghentikan tindakan tersebut.[16] Beberapa catatan tradisi juga menyatakan bahwa ketika mendengar nama-nama para bangsawan Quraisy yang menyertai pasukan tersebut, ia berkata "Itulah Mekkah. Ia telah melemparkan kepada kalian potongan-potongan hatinya."[17] Hari berikutnya Muhammad memerintahkan melanjutkan pergerakan pasukan ke wadi Badar dan tiba di sana sebelum pasukan Mekkah.

Sumur Badar terletak di lereng yang landai di bagian timur suatu lembah yang bernama "Yalyal". Bagian barat lembah dipagari oleh sebuah bukit besar bernama "'Aqanqal". Ketika pasukan Muslim tiba dari arah timur, Muhammad pertama-tama memilih menempatkan pasukannya pada sumur pertama yang dicapainya. Tetapi, ia kemudian tampaknya berhasil diyakinkan oleh

salah seorang pejuangnya, untuk memindahkan pasukan ke arah barat dan menduduki sumur yang terdekat dengan posisi pasukan Quraisy. Muhammad kemudian memerintahkan agar sumur-sumur yang lain ditimbuni, sehingga pasukan Mekkah terpaksa harus berperang melawan pasukan Muslim untuk dapat memperoleh satu-satunya sumber air yang tersisa. [sunting] Rencana pasukan Mekkah

Tayangan dari film The Message: Pasukan Muslim mendekati pasukan Quraisy Mekkah di dekat daerah 'Aqanqal.

"Semua suku Arab akan mendengar bagaimana kita akan maju ke depan dengan segala kemegahan kita, dan mereka akan mengagumi kita untuk selama-lamanya." - Amr bin Hisyam

Di sisi lain, meskipun tidak banyak yang diketahui mengenai perjalanan pasukan Quraisy sejak saat mereka meninggalkan Mekkah sampai dengan kedatangannya di perbatasan Badar, beberapa hal penting dapat dicatat: adalah tradisi pada banyak suku Arab untuk membawa istri dan anak-anak mereka untuk memotivasi dan merawat mereka selama pertempuran, tetapi tidak dilakukan pasukan Mekkah pada perang ini. Selain itu, kaum Quraisy juga hanya sedikit atau sama sekali tidak menghubungi suku-suku Badui sekutu mereka yang banyak tersebar di seluruh Hijaz.[18] Kedua fakta itu memperlihatkan bahwa kaum Quraisy kekurangan waktu untuk mempersiapkan penyerangan tersebut, karena tergesa-gesa untuk melindungi kafilah dagang mereka .

Ketika pasukan Quraisy sampai di Juhfah, sedikit di arah selatan Badar, mereka menerima pesan dari Abu Sufyan bahwa kafilah dagang telah aman berada di belakang pasukan tersebut, sehingga mereka dapat kembali ke Mekkah.[19] Pada titik ini, menurut penelitian Karen Armstrong, muncul pertentangan kekuasaan di kalangan pasukan Mekkah. Amr bin Hisyam ingin melanjutkan perjalanan, tetapi beberapa suku termasuk Bani Zuhrah dan Bani 'Adi, segera kembali ke Mekkah. Armstrong memperkirakan suku-suku itu khawatir terhadap kekuasaan yang akan diraih oleh Amr bin Hisyam, dari penghancuran kaum Muslim. Sekelompok perwakilan Bani Hasyim yang juga enggan berperang melawan saudara sesukunya, turut pergi bersama kedua suku tersebut.[20] Di luar beberapa kemunduran itu, Amr bin Hisyam tetap teguh dengan keinginannya untuk bertempur, dan bersesumbar "Kita tidak akan kembali sampai kita berada di Badar". Pada masa inilah Abu Sufyan dan beberapa orang dari kafilah dagang turut bergabung dengan pasukan utama.[21] [sunting]

Hari pertempuran

Peta pertempuran. Pasukan Mekkah (Hitam) mendekati dari arah barat, sedangkan pasukan Muslim (Merah) mengambil posisi-posisi di depan sumur-sumur Badar.

Di saat fajar tanggal 17 Maret, pasukan Quraisy membongkar kemahnya dan bergerak menuju lembah Badar. Telah turun hujan di hari sebelumnya, sehingga mereka mereka harus berjuang ketika membawa kuda-kuda dan unta-unta mereka mendaki bukit 'Aqanqal (beberapa sumber menyatakan bahwa matahari telah tinggi ketika mereka berhasil mencapai puncak bukit).[22] Setelah menuruni bukit 'Aqanqal, pasukan Mekkah mendirikan kemah baru di dalam lembah. Saat beristirahat, mereka mengirimkan seorang pengintai, yaitu Umair bin Wahab, untuk mengetahui letak barisan-barisan Muslim. Umair melaporkan bahwa pasukan Muhammad berjumlah kecil, dan tidak ada pasukan pendukung Muslim lainnya yang akan bergabung dalam peperangan.[23] Akan tetapi ia juga memperkirakan akan ada banyak korban dari kaum Quraisy bila terjadi penyerangan (salah satu hadits menyampaikan bahwa ia melihat "unta-unta (Madinah) yang penuh dengan hawa kematian").[24] Hal tersebut semakin menurunkan moral kaum Quraisy, karena adanya kebiasaan peperangan suku-suku Arab yang umumnya sedikit memakan korban, dan menimbulkan perdebatan baru di antara para pemimpin Quraisy. Meskipun demikian, menurut catatan tradisi Islam, Amr bin Hisyam membungkam semua ketidak-puasan dengan membangkitkan rasa harga diri kaum Quraisy dan menuntut mereka agar menuntaskan hutang darah mereka.[25]

Pertempuran diawali dengan majunya pemimpin-pemimpin kedua pasukan untuk berperang tanding. Tiga orang Anshar maju dari barisan Muslim, akan tetapi diteriaki agar mundur oleh pasukan Mekkah, yang tidak ingin menciptakan dendam yang tidak perlu dan menyatakan bahwa mereka hanya ingin bertarung melawan Muslim Quraisy. Karena itu, kaum Muslim kemudian mengirimkan Ali, Ubaidah bin al-Harits, dan Hamzah. Para pemimpin Muslim berhasil menewaskan pemimpin-pemimpin Mekkah dalam pertarungan tiga lawan tiga, meskipun Ubaidah mendapat luka parah yang menyebabkan ia wafat.[26]

Selanjutnya kedua pasukan mulai melepaskan anak panah ke arah lawannya. Dua orang Muslim dan beberapa orang Quraisy yang tidak jelas jumlahnya tewas. Sebelum pertempuran berlangsung, Muhammad telah memberikan perintah kepada kaum Muslim agar menyerang dengan senjata-senjata jarak jauh mereka, dan bertarung melawan kaum Quraisy dengan senjata-senjata jarak pendek hanya setelah mereka mendekat.[27] Segera setelah itu ia memberikan perintah untuk maju menyerbu, sambil melemparkan segenggam kerikil ke arah pasukan Mekkah; suatu tindakan yang mungkin merupakan suatu kebiasaan masyarakat Arab, dan berseru "Kebingungan melanda mereka!"[28][29] Pasukan Muslim berseru "Ya manshur, amit!!"[30] dan mendesak barisan-barisan pasukan Quraisy. Besarnya kekuatan serbuan kaum

Muslim dapat dilihat pada beberapa ayat-ayat al-Qur'an, yang menyebutkan bahwa ribuan malaikat turun dari Surga pada Pertempuran Badar untuk membinasakan kaum Quraisy.[29][31] Haruslah dicatat bahwa sumber-sumber Muslim awal memahami kejadian ini secara harafiah, dan terdapat beberapa hadits mengenai Muhammad yang membahas mengenai Malaikat Jibril dan peranannya di dalam pertempuran tersebut. Apapun penyebabnya, pasukan Mekkah yang kalah kekuatan dan tidak bersemangat dalam berperang, segera saja tercerai-berai dan melarikan diri. Pertempuran itu sendiri berlangsung hanya beberapa jam dan selesai sedikit lewat tengah hari.[32] [sunting] Setelah pertempuran [sunting] Korban dan tawanan

Lukisan Iran (1314), menggambarkan pasukan Muslim sedang melakukan pengejaran setelah pertempuran

Imam Bukhari memberikan keterangan bahwa dari pihak Mekkah tujuh puluh orang tewas dan tujuh puluh orang tertawan.[33] Hal ini berarti 15%-16% pasukan Quraisy telah menjadi korban. Kecuali bila ternyata jumlah pasukan Mekkah yang terlibat di Badr jauh lebih sedikit, maka persentase pasukan yang tewas akan lebih tinggi lagi. Korban pasukan Muslim umumnya dinyatakan sebanyak empat belas orang tewas, yaitu sekitar 4% dari jumlah mereka yang terlibat peperangan.[29] Sumber-sumber tidak menceritakan mengenai jumlah korban luka-luka dari kedua belah pihak, dan besarnya selisih jumlah korban keseluruhan antara kedua belah pihak menimbulkan dugaan bahwa pertempuran berlangsung dengan sangat singkat dan sebagian besar pasukan Mekkah terbunuh ketika sedang bergerak mundur.

Selama terjadinya pertempuran, pasukan Muslims berhasil menawan beberapa orang Quraisy Mekkah. Perbedaan pendapat segera terjadi di antara pasukan Muslim mengenai nasib bagi para tawanan tersebut.[34][35] Kekhawatiran awal ialah pasukan Mekkah akan menyerbu kembali dan kaum Muslim tidak memiliki orang-orang untuk menjaga para tawanan. Sa'ad and Umar berpendapat agar tawanan dibunuh, sedangkan Abu Bakar mengusulkan pengampunan. Muhammad akhirnya menyetujui usulan Abu Bakar, dan sebagian besar tawanan dibiarkan hidup, sebagian karena alasan hubungan kekerabatan (salah seorang adalah menantu Muhammad), keinginan untuk menerima tebusan, atau dengan harapan bahwa suatu saat mereka akan masuk Islam (dan memang kemudian sebagian melakukannya).[36] Setidaktidaknya dua orang penting Mekkah, Amr bin Hisyam dan Umayyah, tewas pada saat atau setelah Pertempuran Badar. Demikian pula dua orang Quraisy lainnya yang pernah

menumpahkan keranjang kotoran kambing kepada Muhammad saat ia masih berdakwah di Mekkah, dibunuh dalam perjalanan kembali ke Madinah.[37] Bilal, bekas budak Umayyah, begitu berkeinginan membunuhnya sehingga bersama sekumpulan orang yang membantunya bahkan sampai melukai seorang Muslim yang ketika itu sedang mengawal Umayyah.[38]

Beberapa saat sebelum meninggalkan Badar, Muhammad memberikan perintah agar mengubur sekitar dua puluh orang Quraisy yang tewas ke dalam sumur Badar.[39] Beberapa hadits menyatakan kejadian ini, yang tampaknya menjadi penyebabkan kemarahan besar pada kaum Quraisy Mekkah. Segera setelah itu, beberapa orang Muslim yang baru saja ditangkap sekutu-sekutu Mekkah dibawa ke kota itu dan dibunuh sebagai pembalasan atas kekalahan yang terjadi.[40]

Berdasarkan tradisi Mekkah mengenai hutang darah, siapa saja yang memiliki hubungan darah dengan mereka yang tewas di Badar, haruslah merasa terpanggil untuk melakukan pembalasan terhadap orang-orang dari suku-suku yang telah membunuh kerabat mereka tersebut. Pihak Muslim juga mempunyai keinginan yang besar untuk melakukan pembalasan, karena telah mengalami penyiksaan dan penganiayaan oleh kaum Quraisy Mekkah selama bertahun-tahun. Akan tetapi selain pembunuhan awal yang telah terjadi, para tawanan lainnya yang masih hidup kemudian ditempatkan pada beberapa keluarga Muslim di Madinah dan mendapat perlakuan yang baik; yaitu sebagai kerabat atau sebagai sumber potensial untuk mendapatkan uang tebusan. [sunting] Dampak selanjutnya

Keadaan medan pertempuran saat ini. Tembok putih kemungkinan besar batas makam Muslim yang tewas.

Pertempuran Badar sangatlah berpengaruh atas munculnya dua orang tokoh yang akan menentukan arah masa depan Jazirah Arabia di abad selanjutnya. Tokoh pertama adalah Muhammad, yang dalam semalam statusnya berubah dari seorang buangan dari Mekkah, menjadi salah seorang pemimpin utama. Menurut Karen Armstrong, "selama bertahun-tahun Muhammad telah menjadi sasaran pencemoohan dan penghinaan; tetapi setelah keberhasilan yang hebat dan tak terduga itu, semua orang di Arabia mau tak mau harus menanggapinya secara serius."[32] Marshall Hodgson menambahkan bahwa peristiwa di Badar memaksa sukusuku Arab lainnya untuk "menganggap umat Muslim sebagai salah satu penantang dan pewaris potensial terhadap kewibawaan dan peranan politik yang dimiliki oleh kaum Quraisy." Kemenangan di Badar juga membuat Muhammad dapat memperkuat posisinya sendiri di

Madinah. Segera setelah itu, ia mengeluarkan Bani Qainuqa' dari Madinah, yaitu salah satu suku Yahudi yang sering mengancam kedudukan politiknya. Pada saat yang sama, Abdullah bin Ubay, seorang Muslim pemimpin Bani Khazraj dan penentang Muhammad, menemukan bahwa posisi politiknya di Madinah benar-benar melemah. Selanjutnya, ia hanya mampu memberikan penentangan dengan pengaruh terbatas kepada Muhammad.[41]

Tokoh lain yang mendapat keberuntungan besar atas terjadinya Pertempuran Badar adalah Abu Sufyan. Kematian Amr bin Hisyam, serta banyak bangsawan Quraisy lainnya[42] telah memberikan Abu Sufyan peluang, yang hampir seperti direncanakan, untuk menjadi pemimpin bagi kaum Quraisy. Sebagai akibatnya, saat pasukan Muhammad bergerak memasuki Mekkah enam tahun kemudian, Abu Sufyan menjadi tokoh yang membantu merundingkan penyerahannya secara damai. Abu Sufyan pada akhirnya menjadi pejabat berpangkat tinggi dalam Kekhalifahan Islam, dan anaknya Muawiyah kemudian melanjutkannya dengan mendirikan Kekhalifahan Umayyah.

Keikutsertaan dalam pertempuran di Badar di masa-masa kemudian menjadi amat dihargai, sehingga Ibnu Ishaq memasukkan secara lengkap nama-nama pasukan Muslim tersebut dalam biografi Muhammad yang dibuatnya. Pada banyak hadits, orang-orang yang bertempur di Badar dinyatakan dengan jelas sebagai sebentuk penghormatan, bahkan kemungkinan mereka juga menerima semacam santunan di tahun-tahun belakangan.[43] Meninggalnya veteran Pertempuran Badar yang terakhir, diperkirakan terjadi saat perang saudara Islam pertama.[44] Menurut Karen Armstrong, salah satu dampak Badar yang paling berkelanjutan kemungkinan adalah kegiatan berpuasa selama Ramadan, yang menurutnya pada awalnya dikerjakan umat Muslim untuk mengenang kemenangan pada Pertempuran Badar. [45] Meskipun demikian pandangan ini diragukan, karena menurut catatan tradisi Islam, pasukan Muslim saat itu sedang berpuasa ketika mereka bergerak maju ke medan pertempuran. [sunting] Sumber sejarah [sunting] Badar dalam al-Qur'an

Keadaan jalan raya menuju Badar saat ini.

Pertempuran Badar adalah salah satu dari sedikit pertempuran yang secara eksplisit dibicarakan dalam al-Qur'an. Nama pertempuran ini bahkan disebutkan pada Surah Ali 'Imran: 123, sebagai bagian dari perbandingan terhadap Pertempuran Uhud.

Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertawakallah kepada Allah, supaya kamu mensyukuriNya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang Mukmin, "Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?" Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. Ali 'Imran: 123-125

Menurut Yusuf Ali, istilah "syukur" dapat merujuk kepada disiplin. Di Badar, barisan-barisan Muslim diperkirakan telah menjaga disiplin secara ketat; sementara di Uhud mereka keluar barisan untuk memburu orang-orang Mekkah, sehingga membuat pasukan berkuda Mekkah dapat menyerang dari samping dan menghancurkan pasukan Muslim. Gagasan bahwa Badar merupakan "pembeda" (furqan), yaitu menjadi kejadian mukjizat dalam Islam, disebutkan lagi dalam surah yang sama.

"Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati." Ali 'Imran:13

Badar juga merupakan pokok pembahasan Surah kedelapan Al-Anfal, yang membahas mengenai berbagai tingkah laku dan kegiatan militer. "Al-Anfal" berarti "rampasan perang" dan merujuk pada pembahasan pasca pertempuran dalam pasukan Muslim mengenai bagaimana membagi barang rampasan dari pasukan Quraisy. Meskipun surah tersebut tidak menyebut Badar, isinya menggambarkan pertempuran tersebut, serta beberapa ayat yang umumnya dianggap diturunkan pada saat atau segera setelah pertempuran tersebut terjadi. [sunting] Catatan tradisi Islam

Pertempuran Badar, dalam kuliah Islam kontemporer. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Historiografi Islam awal

Sesungguhnya seluruh pengetahuan mengenai Pertempuran Badar berasal dari catatancatatan tradisi Islam, baik berupa hadits maupun biografi Muhammad, yang dituliskan beberapa puluh tahun setelah kejadiannya. Ada beberapa alasan mengapa hal ini terjadi. Pertama, banyak suku-suku Arab yang hidup di jazirah Arabia buta huruf dan tradisi oral merupakan cara mereka untuk menyampaikan informasi. Pada saat Balatentara Islam dapat menaklukkan sukusuku Arab yang lebih berpendidikan di Suriah dan Irak, dapat dikatakan seluruh kaum Quraisy telah masuk Islam, sehingga menghilangkan peluang adanya catatan-catatan non-Muslim mengenai pertempuran tersebut. Kedua, dengan tersusunnya berbagai kompilasi hadits, maka naskah-naskah catatan aslinya menjadi tidak dibutuhkan lagi, dan menurut Hugh Kennedy kemudian dimusnahkan dengan "kecepatan yang menyedihkan".[46] Terakhir, umumnya umat Muslim yang taat beranggapan bahwa para Muslim yang tewas di Badar adalah para syahid yang mulia, sehingga besar kemungkinan menjadi kendala bagi usaha yang sungguh-sungguh untuk melakukan penggalian arkeologis di Badar. [sunting] Referensi modern [sunting] Militer

Mengingat posisi pertempuran ini dalam sejarah Islam dan makna tersiratnya berupa kemenangan atas suatu penghalang yang sangat besar, maka pemakaian nama "Badar" menjadi populer di kalangan tentara atau kelompok paramiliter Islam. "Operasi Badar" adalah nama yang digunakan oleh Mesir untuk perannya dalam Perang Yom Kippur di tahun 1973, dan Pakistan menggunakannya dalam Perang Kargil di tahun 1999. Di Irak, sayap militer dari Dewan Tertinggi Revolusi Islam di Irak (SCIRI) menamakan diri sebagai Organisasi Badar. [sunting] The Message

Adegan film The Message yang menggambarkan pasukan Muslim dalam Pertempuran Badar.

Pertempuran Badar ditampilkan dalam film layar lebar berjudul The Message, yang diproduksi tahun 1976. Meskipun pada umumnya film ini sesuai dengan jalannya kejadian, terdapat beberapa perubahan yang nyata. Pasukan Quraisy digambarkan mengikut-sertakan barisan kaum wanita, sedangkan keberadaan mereka sesungguhnya jelas tidak ada. Demikian pula tidak ditampilkan adanya kelompok yang tidak bersedia ikut bertempur, meskipun dalam film digambarkan Abu Sufyan menolak turut serta. Para pejuang di depan sumur Badar digambarkan melakukan tiga pertarungan satu lawan satu, dan bukannya pertarungan

berkelompok tiga lawan tiga. Selain itu, karena Muhammad dan Ali tidak ditampilkan (hanya pedang Ali yang terlihat) karena alasan-alasan religius, maka Hamzah lah yang menjadi pemimpin resmi pasukan Muslim. Penampilan pertempurannya sendiri tampaknya menyerupai adegan pertempuran dalam film Zulu, yang memperlihatkan pasukan Quraisy melancarkan serangan habis-habisan terhadap barisan-barisan Muslim, yang dalam kenyataannya penyerangan seperti itu umumnya akan dapat menghancurkan pasukan yang lebih kecil. Baik Amr bin Hisyam maupun Umayyah digambarkan tewas dalam pertempuran, dan kematian mereka merupakan klimaks dari pertarungan tersebut. Kejadian setelah peperangan digambarkan dengan sangat selektif menurut versi film ini, yang tidak menampilkan pembunuhan pasca pertempuran dan perdebatan di kalangan Muslim mengenai para tawanan.

Perang Khandaq bag 1

penulis Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Syariah Jejak 21 - April - 2007 06:05:58

Untuk kesekian kali orang2 Yahudi yg hidup aman di sisi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kembali berbuat makar. Mereka menghasut musyrikin Quraisy dan kabilah Arab lain utk menyerang Madinah. tdk hanya itu mereka juga menikam pasukan kaum muslimin dari belakang.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Syawal tahun kelima hijriyah menurut pendapat yg paling tepat. Karena sebagian ulama berbeda pendapat tentang waktu terjadi peristiwa besar ini. Ibnu Hazm berpendapat bahwa kejadian ini terjadi pada tahun keempat hijriyah. Sedangkan ulama lain seperti Ibnul Qayyim merajihkan bahwa peristiwa ini terjadi tahun kelima hijriyah. Di antara sebab peristiwa ini ialah seperti yg diceritakan oleh Ibnul Qayyim . Beliau mengatakan: Ketika orang2 Yahudi melihat kemenangan kaum musyrikin atas kaum muslimin pada perang Uhud dan mengetahui janji Abu Sufyan utk memerangi muslimin pada tahun depan berangkatlah sejumlah tokoh mereka seperti Sallam bin Abil Huqaiq Sallam bin Misykam Kinanah bin Ar-Rabi dan lain-lain ke Makkah menjumpai beberapa tokoh kafir Quraisy utk menghasut mereka agar memerangi Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Bahkan mereka menjamin akan membantu dan mendukung kaum Quraisy dlm rencana itu. Quraisy pun menyambut hasutan itu. Setelah itu tokoh-tokoh Yahudi tadi menuju Ghathafan dan beberapa kabilah Arab lain utk menghasut mereka. mk disambutlah hasutan itu oleh mereka yg menerimanya.

Kemudian keluarlah Quraisy yg dipimpin Abu Sufyan dgn 4.000 personil diikuti Bani Salim Bani Asad Bani Fazarah Bani Asyja dan Bani Murrah. orang2 Ghathafan juga keluar dipimpin Uyainah bin Hishn. Mereka bertolak menuju Madinah dgn kekuatan 10.000 orang. Mendengar persiapan mereka Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bermusyawarah dgn para shahabat sebagaimana kebiasaan beliau menghadapi berbagai persoalan. dlm musyawarah itu Salman menyarankan agar bertahan di Madinah dan membuat parit perlindungan di sekitarnya. Usulan ini disambut oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para shahabat lainnya. Merekapun mulai bekerja siang malam menggali parit itu. Bahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ikut serta mencangkul mengangkat pasir dan seterusnya. Demikian diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dlm Shahih dari Al-Barra` radhiyallahu anhu:

:

Saya melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pada peristiwa Khandaq sedang mengangkut tanah sampai tanah itu menutupi bulu dada beliau. Dan beliau adl laki2 yg lebat bulu dadanya. Ketika itu beliau melantunkan syair Abdullah bin Rawahah sambil menyaringkan suaranya: Ya Allah kalau bukan krn Engkau niscaya kami tdk mendapat petunjuk Tidak bersedekah dan tdk pula shalat mk turunkanlah ketenangan atas kami Dan kokohkan kaki kami ketika bertemu Sesungguh musuh-musuh telah mendzalimi kami Bila mereka menginginkan fitnah tentu kami menolaknya Dalam riwayat Ahmad dan An-Nasa`i dari Abu Sukainah radhiyallahu anhu dari salah seorang shahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lain dgn sanad yg jayyid disebutkan:

: . : . : . : . : : . : . : . . . : . . . :

Ketika Nabi Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan penggalian khandaq ternyata ada sebongkah batu sangat besar menghalangi penggalian itu. Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bangkit mengambil kapak tanah dan meletakkan mantel di ujung parit dan berkata: Telah sempurnalah kalimat Rabbmu sebagai kalimat yg benar dan adil. Tidak ada yg dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yg Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terpecahlah sepertiga batu tersebut. Salman Al-Farisi ketika itu sedang berdiri memandang dia melihat kilat yg memancar seiring pukulan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian beliau memukul lagi kedua kali dan membaca: Telah sempurnalah kalimat Rabbmu sebagai kalimat yg benar dan adil. Tidak ada yg dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yg Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Pecah pula sepertiga batu itu dan Salman melihat lagi kilat yg memancar ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memukul batu tersebut. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memukul sekali lagi dan membaca: Telah sempurnalah kalimat Rabbmu sebagai kalimat yg benar dan adil. Tidak ada yg dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yg Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan utk ketiga kali batu itupun pecah berantakan. Kemudian beliau mengambil mantel dan duduk. Salman berkata: Wahai Rasulullah ketika anda memukul batu itu saya melihat kilat memancar. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadanya: Wahai Salman engkau melihatnya? Kata Salman: Demi Dzat Yang mengutus anda membawa kebenaran. Betul wahai Rasulullah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Ketika saya memukul itu ditampakkan kepada saya kota-kota Kisra Persia dan sekitar serta sejumlah kota besar hingga saya melihat dgn kedua mata saya. Para shahabat yg hadir ketika itu berkata: Wahai Rasulullah doakanlah kepada Allah agar membukakan utk kami dan memberi kami ghanimah rumahrumah mereka dan agar kami hancurkan negeri mereka dgn tangan-tangan kami. mk Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun berdoa. Kemudian saya memukul lagi kedua kali dan ditampakkan kepada saya kota-kota Kaisar Romawi dan sekitar hingga saya melihat dgn kedua mata saya. Para shahabat berkata: Wahai Rasulullah berdoalah kepada Allah agar membukakan utk kami dan memberi kami ghanimah rumah-rumah mereka dan agar kami hancurkan negeri mereka dgn tangan-tangan kami. mk Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pun berdoa. Kemudian pada pukulan ketiga ditampakkan kepada saya negeri Ethiopia dan desa-desa sekitar hingga saya melihat dgn kedua mata saya. Lalu beliau berkata ketika itu: Biarkanlah Ethiopia selama mereka membiarkan kalian dan tinggalkanlah Turki selama mereka meninggalkan kalian. Sepeninggal Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam terjadilah apa yg diberitakan oleh beliau. Kedua negara adikuasa masa itu berhasil ditaklukkan kaum muslimin dgn izin Allah. Ketika kaum musyrikin sampai di kota Madinah mereka terkejut melihat pertahanan yg dibuat kaum muslimin. Belum pernah hal ini terjadi pada bangsa Arab. Akhir mereka membuat perkemahan mengepung kaum muslimin. Tidak terjadi pertempuran berarti di antara mereka kecuali lemparan panah dan batu. Namun sejumlah ahli berkuda musyrikin Quraisy di antara Amr bin Abdi Wadd Ikrimah dan lain berusaha mencari jarak lompat yg lbh sempit. Beberapa orang berhasil menyeberangi parit. Merekapun menantang para pahlawan muslimin utk perang tanding.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu menyambut tantangan tersebut. Ali berkata: Wahai Amr kau pernah menjanjikan kepada Allah bahwa tdk seorangpun lelaki Quraisy yg menawarkan pilihan kepadamu salah satu dari dua hal melainkan kau terima hal itu darinya. Kata Amr: Betul. Kata Ali: Maka sungguh saya mengajakmu kepada Allah dan Rasul-Nya serta kepada Islam. Amr menukas: Aku tdk membutuhkan hal itu. Kata Ali pula: Kalau begitu saya menantangmu agar turun . Kata Amr: Wahai anak saudaraku demi Allah. Aku tdk suka membunuhmu. Ali menjawab tegas: Tapi saya demi Allah ingin membunuhmu. Amr terpancing diapun turun dan membunuh kuda lalu menghadapi Ali. Mulailah kedua saling serang tikam menikam dgn serunya. Namun pedang Ali bin Abi Thalib berhasil membunuh Amr. Akhir para prajurit berkuda kafir Quraisy lain melarikan diri.

Sumber: www.asysyariah.com

Pertempuran Khandaq ( Arab : ; Transliterasi : Ghazwah al-Khandaq) juga dikenal sebagai Pertempuran Ahzab, Pertempuran Konfederasi dan Pengepungan Madinah ( Arab : ; Transliterasi : Ghazwah al-Ahzab), adalah dua minggu -panjang pengepungan Yatsrib (sekarang Madinah) oleh Arab dan Yahudi suku. Kekuatan tentara konfederasi diperkirakan sekitar 10.000 laki-laki dengan enam ratus kuda dan beberapa unta, sedangkan pembela Madinah berjumlah 3.000. Pertempuran dimulai pada 31 Maret 627.

Para pembela sebagian besar kalah jumlah dari Madinah, terutama umat Islam yang dipimpin oleh nabi Islam Muhammad , menggali parit, yang bersama-sama dengan benteng alami Medina, diberikan dalam konfederasi kavaleri (terdiri dari kuda dan unta ) tidak berguna, mengunci kedua belah pihak dalam jalan buntu. Berharap untuk membuat beberapa serangan sekaligus, membujuk sekutu-sekutu Medina Bani Qurayza untuk menyerang kota dari selatan. Namun, diplomasi Muhammad tergelincir negosiasi, dan putus konfederasi melawan dia. Yang terorganisir dengan baik pembela, tenggelamnya semangat konfederasi, dan kondisi cuaca buruk menyebabkan pengepungan berakhir pada kegagalan.

Pengepungan adalah "pertempuran kecerdasan", di mana Muslim taktis mengatasi lawan-lawan mereka sementara korban menderita sangat sedikit. Upaya untuk mengalahkan kaum Muslim

gagal, dan Islam menjadi berpengaruh di wilayah tersebut. Akibatnya, tentara Muslim mengepung lingkungan dari Bani Qurayza suku , yang mengarah ke mereka menyerah tanpa syarat .

Kekalahan itu menyebabkan Mekah kehilangan perdagangan mereka dan sebagian besar prestise mereka. [4] Isi [hide] 1 Nama 2 Latar Belakang 3 Para Konfederasi 4 muslim pertahanan 5 Pengepungan Madinah 5.1 Banu Qurayza 5.2 Krisis di Madinah 5.3 muslim respon 5.4 Keruntuhan Konfederasi 6 Aftermath: Pengepungan dan runtuhnya Bani Qurayza 7 Implikasi 8 Historiografi 9 primer sumber-sumber Islam 10 Catatan 11 Lihat juga 12 Referensi 13 Pranala luar

[ sunting ] Nama

Pertempuran ini dinamai setelah Khandaq (Arab )yang digali oleh umat Islam dalam persiapan untuk pertempuran. Para Khandaq kata adalah bahasa Arab bentuk Persia kandak kata (yang berarti "Itu yang telah digali"). Untuk alasan ini kata "parit" bisa diganti dengan "parit". Ini juga dapat disebut dengan nama asli Arabnya "Khandaq". [5]

Pertempuran juga disebut sebagai Pertempuran Konfederasi (bahasa Arab .) Para Alquran menggunakan istilah sekutu (Arab )dalam surah Al-Ahzab [ Qur'an 33:9-32 ] untuk menunjukkan konfederasi pagan dan Yahudi terhadap Islam. [ sunting ] Latar Belakang

Setelah mereka diusir dari Mekkah , kaum Muslim melawan Mekah Quraish di Pertempuran Badar di 624, [6] dan pada Pertempuran Uhud di 625. [7] Meskipun Muslim tidak menang atau dikalahkan di Pertempuran Uhud, mereka kekuatan militer secara bertahap tumbuh. Pada bulan April 626 Muhammad mengangkat kekuatan 300 pria dan 10 kuda untuk memenuhi tentara Quraish dari 1.000 di Badar untuk kedua kalinya. Meskipun pertempuran tidak terjadi, sukusuku pesisir terkesan dengan kekuasaan Muslim. Muhammad juga berusaha, dengan keberhasilan yang terbatas, untuk memecah banyak aliansi melawan ekspansi Muslim. Namun demikian, ia tidak mampu mencegah satu Mekah. [8]

Ketika mereka telah dalam pertempuran Badar dan Uhud, tentara Muslim kembali digunakan metode konvensional terhadap lawan-lawan mereka (di Badr, kaum Muslim mengepung sumur, lawan-lawan mereka merampas air, di Pertempuran Uhud, Muslim memanfaatkan strategis perbukitan ). Dalam pertempuran ini mereka menggali parit untuk membuat pasukan berkuda musuh tidak efektif. [9] [ sunting ] Para Konfederasi

Awal 627, orang-orang Yahudi Bani Nadir bertemu dengan Quraisy Mekah Arab. Huyayy bin Akhtab , bersama dengan para pemimpin lainnya dari Khaybar , perjalanan ke bersumpah setia dengan Shafwan di Mekah. [10]

Sebagian besar tentara Konfederasi dikumpulkan oleh pagan Quraish Mekkah , dipimpin oleh Abu Sufyan , yang menerjunkan 4.000 prajurit, 300 penunggang kuda, dan 1.000-1.500 orang pada unta. [11]

Banu Nadir mulai meriah nomaden dari Najd . Mereka meminta Bani Ghatafan dengan membayar setengah dari hasil panen mereka. [5] [8] Hal ini kontingen, terbesar kedua, menambahkan kekuatan sekitar 2.000 orang pasukan berkuda yang dipimpin oleh 300 Unaina bin Hasan Fazari . Bani Assad juga setuju untuk bergabung dengan mereka yang dipimpin oleh Tuleha Asadi. [11] Dari Bani Sulaim , Nadir dijamin 700 pria, meskipun akan jauh lebih besar memiliki beberapa pemimpinnya tidak bersikap simpatik terhadap Islam. Para Amir Bani , yang memiliki perjanjian dengan Muhammad, menolak untuk bergabung. [10]

Suku-suku lain termasuk Bani Murrah dengan 400 orang dipimpin oleh Hars bin Auf Murri ; Bani Shuja dengan 700 laki-laki dipimpin oleh Sufyan bin Abd Syams. Secara total, kekuatan tentara Konfederasi, meskipun tidak disepakati oleh ulama, diperkirakan sekitar 10.000 laki-laki dengan enam ratus kuda. Pada akhir Maret 627 tentara yang dipimpin oleh Abu Sufyan berbaris di Madinah. [3]

Sesuai dengan rencana tentara mulai berbaris menuju Madinah , Mekah dari selatan (sepanjang pantai) dan lain-lain dari timur. Pada saat yang sama penunggang kuda dari Bani Khuza'a meninggalkan Madinah untuk memperingatkan tentara menyerang. [10] [ sunting ] Islam pertahanan

Orang-orang dari Banu Khuza'a mencapai Muhammad dalam empat hari, memperingatkan dia tentang tentara Konfederasi yang tiba dalam seminggu. [10] Muhammad mengumpulkan Medinans untuk membahas strategi terbaik mengatasi musuh. Pertemuan musuh di tempat terbuka (yang menyebabkan kemenangan di Badr ), dan menunggu mereka di dalam kota (sebuah pelajaran dari kekalahan di Uhud ) keduanya disarankan. [9] Akhirnya, kaum Muslim kalah jumlah memilih untuk terlibat dalam defensif pertempuran dengan menggali parit yang dalam untuk bertindak sebagai penghalang di sepanjang bagian depan utara. Taktik defensif parit diperkenalkan oleh Salman orang Persia , yang mungkin telah diadaptasi dari Persia tentara. Setiap mampu muslim di Madinah termasuk Muhammad memberikan kontribusi untuk menggali parit besar dalam enam hari. [12] parit itu digali di sisi utara saja, sebagai sisa dari Madinah dikelilingi oleh pegunungan berbatu dan pepohonan, tak tertembus untuk pasukan yang besar (terutama kavaleri ). Menggali selokan bertepatan dengan kelaparan dekat-di Madinah. Perempuan dan anak-anak pindah ke kota. [5] [12] Para Medinans semua tanaman mereka dipanen dini, sehingga tentara Konfederasi harus mengandalkan cadangan pangan mereka sendiri. [9] [12]

Muhammad mendirikan markas militernya di bukit dari 'Sala dan tentara berbaris di sana; [5] . posisi ini akan memberikan Muslim keuntungan jika musuh melintasi parit itu [8]

Tentara terakhir yang akan membela kota dari invasi terdiri dari 3.000 laki-laki, [13] dan termasuk semua penduduk Madinah yang berusia di atas 15, kecuali Bani Qurayza (Qurayza tidak memasok Muslim dengan beberapa instrumen untuk menggali parit) . [8] [ sunting ] Pengepungan Madinah

Pertempuran Khandaq (Perang Khandaq)

Pengepungan Madinah dimulai pada tanggal 31 Maret 627 dan berlangsung selama 27 hari. [1] Sejak pengepungan tidak umum dalam peperangan Arab, sekutu tiba tidak siap untuk berurusan dengan parit yang digali oleh kaum Muslim. Konfederasi mencoba untuk menyerang dengan penunggang kuda dengan harapan memaksa bagian, tetapi Medinans bercokol kaku, mencegah seperti melintasi. [4] Kedua tentara berkumpul di kedua sisi parit dan menghabiskan dua atau tiga minggu bertukar penghinaan dalam bentuk prosa dan ayat, didukung dengan panah ditembakkan dari jarak yang nyaman. Menurut Rodinson, ada tiga mati di antara para penyerang dan lima di antara pembela. Di sisi lain, panen telah dikumpulkan dan para pengepung memiliki beberapa kesulitan menemukan makanan untuk kuda-kuda mereka. Kudakuda itu tidak ada gunanya bagi mereka dalam serangan itu. [14]

Para veteran Quraish tumbuh tidak sabar dengan kebuntuan. Sebuah kelompok militan yang dipimpin oleh Abd Wudd 'Amr bin' (yang dianggap sama dengan seribu orang dalam pertempuran [15] ) dan Ikrimah bin Abi Jahl berusaha untuk dorong melalui parit dan berhasil menyeberangi parit menempati daerah berawa dekat bukit Sala. 'Amr menantang umat Islam untuk berduel. Sebagai tanggapan, Ali bin Abi Thalib menerima tantangan tersebut, dan dikirim oleh Muhammad untuk melawan. Setelah keterlibatan pendek, Ali membunuh 'Amr dan debu bangkit sekitar mereka. Lalu kata-kata 'Allahu Akbar' - Allah Maha Besar - terdengar: Ali telah membunuh lawannya. Para sekutu terpaksa mengundurkan diri dalam keadaan panik dan kebingungan. [16] Meskipun Konfederasi hilang hanya tiga laki-laki selama pertemuan itu, mereka gagal untuk mencapai sesuatu yang penting. [4]

Tentara Konfederasi melakukan upaya-upaya lain untuk menyeberangi parit pada malam berulang kali gagal. Meskipun sekutu bisa dikerahkan infanteri mereka atas seluruh panjang parit, mereka tidak mau melibatkan Muslim di kuartal dekat dianggap sebagai mantan yang

terakhir sebagai unggul dalam tangan-ke-tangan pertempuran. [4] Sebagai tentara Muslim juga digali di belakang tanggul yang terbuat dari bumi yang telah diambil dari parit dan siap untuk penyerang membombardir dengan batu dan panah, serangan apapun dapat menyebabkan korban besar. [14] [ sunting ] Bani Qurayza

Konfederasi kemudian mencoba beberapa serangan simultan, khususnya dengan mencoba membujuk Bani Qurayza untuk menyerang Muslim dari selatan. [4] Dari Konfederasi, Huyayy ibn Akhtab , seorang Khaybarian , pemimpin dari suku Yahudi di pengasingan Bani Nadir , kembali ke Madinah mencari dukungan mereka terhadap kaum Muslim. [17]

Sejauh ini Qurayza Bani telah mencoba yang terbaik untuk tetap netral, [8] dan sangat raguragu bergabung dengan Konfederasi karena mereka sebelumnya telah membuat perjanjian dengan Muhammad. [18] Ketika Akhtab mendekati mereka, pemimpin mereka menolak untuk membiarkan dia masuk. [19]

Akhtab akhirnya berhasil masuk dan membujuk mereka bahwa Muslim pasti akan kewalahan. [4] Pemandangan tentara Konfederasi besar, bergelombang atas tanah dengan prajurit dan kuda sejauh mata bisa melihat, mengayunkan pendapat Qurayza dalam mendukung Konfederasi. [19]

Berita penolakan Qurayzah seharusnya dari perjanjian dengan Muhammad bocor, dan Umar segera memberitahu Muhammad. Kecurigaan seperti diperkuat oleh gerakan pasukan musuh terhadap benteng Qurayza. [9] [19] Muhammad menjadi cemas tentang perilaku mereka, [20] dan menyadari potensi bahaya yang ditimbulkan kuburan Qurayza. Karena itu perjanjian dengan Qurayza, dia tidak repot-repot untuk membuat persiapan pertahanan di sepanjang perbatasan Muslim 'dengan suku. [18] Para Qurayza juga memiliki persenjataan: 1.500 pedang ., 2.000 tombak, 300 baju zirah, dan 500 perisai [ 21]

Muhammad mengirim tiga Muslim terkemuka untuk membawa dia rincian perkembangan terakhir. Dia menyarankan para pria untuk secara terbuka menyatakan temuan mereka, harus mereka menemukan Bani Qurayza setia, sehingga untuk meningkatkan moral para pejuang Muslim. Namun, ia memperingatkan terhadap menyebarkan berita tentang kemungkinan pelanggaran dari perjanjian pada bagian Qurayza, sehingga untuk menghindari panik dalam barisan Islam. [18] [19]

Para pemimpin menemukan bahwa pakta memang telah meninggalkan dan mencoba sia-sia untuk meyakinkan Qurayza untuk kembali dengan mengingatkan mereka tentang nasib Banu Nadir dan Banu Qaynuqa di tangan Muhammad. [19] Temuan dari para pemimpin isyarat kepada Muhammad di sebuah metafora: "Adal dan Qarah". Karena rakyat Adal dan Qarah telah mengkhianati kaum Muslim dan membunuh mereka di saat yang tepat, Maududi percaya metafora berarti Qurayza itu dianggap akan melakukan hal yang sama. [18] [ sunting ] Krisis di Madinah

Muhammad berusaha untuk menyembunyikan pengetahuan tentang kegiatan Banu Qurayza, namun desas-desus segera menyebar dari serangan besar-besaran di kota Madinah dari sisi Qurayza yang yang sangat demoralisasi yang Medinans. [22]

Para Muslim menemukan diri mereka dalam kesulitan yang lebih besar demi hari. Makanan berjalan pendek, dan malam hari dingin. Kurang tidur memperburuk masalah. [23] Jadi tegang adalah situasi yang, untuk pertama kalinya, doa-doa harian kanonik diabaikan oleh komunitas Muslim. Hanya pada malam hari, ketika serangan berhenti karena kegelapan, mereka bisa melanjutkan ibadah rutin mereka. [22] Menurut Ibn Ishaq , situasi menjadi serius dan ketakutan di mana-mana. [24]

Quran menggambarkan situasi di surat Al-Ahzab: " Lihatlah! mereka datang pada Anda dari atas Anda dan dari bawah Anda, dan lihatlah, mata menjadi redup dan hati menganga sampai ke tenggorokan, dan kamu membayangkan berbagai (sia-sia) pemikiran tentang Allah! Dalam situasi itu adalah mukmin mencoba: mereka terguncang sebagai oleh gemetar luar biasa. Dan lihatlah! Para munafik dan mereka yang dalam hatinya adalah penyakit (bahkan) mengatakan: "Allah dan Rasul-Nya menjanjikan kita apa-apa kecuali angan-angan" Lihatlah! Sebuah partai di antara mereka berkata: "Hai orang dari Yatsrib kamu tidak dapat berdiri (serangan) oleh karena itu kembali! " Dan sebuah band dari mereka meminta cuti Muhammad, mengatakan, "Sesungguhnya rumah-rumah kami telanjang dan terbuka," meskipun mereka tidak terkena apa-apa kecuali mereka berniat untuk melarikan diri. Dan jika sebuah entri telah dilakukan kepada mereka dari sisi (kota), dan mereka telah menghasut untuk hasutan, mereka pasti akan membawanya untuk lulus, dengan tidak ada penundaan singkat tapi! ... Mereka berpikir bahwa Konfederasi belum ditarik, dan jika Konfederasi harus datang (lagi), mereka akan berharap mereka berada di padang pasir (berkeliaran) di antara Badui , dan mencari berita tentang Anda (dari jarak yang aman), dan jika mereka di tengah-tengah Anda, mereka akan melawan tetapi sedikit ... Ketika orang-orang mukmin melihat pasukan Konfederasi, mereka berkata: "Ini adalah apa yang Allah dan Rasul-Nya telah berjanji kepada kita, dan Allah dan Rasul-Nya kepada kami

apa yang benar." Dan hanya ditambahkan ke iman mereka dan semangat mereka dalam ketaatan. [ Qur'an 33:10-22 ( Diterjemahkan oleh Yusuf Ali )] "

[ sunting ] tanggapan Muslim

Segera setelah mendengar rumor tentang Qurayza, Muhammad telah mengirim 100 orang ke kota untuk perlindungan. Kemudian dia mengirim 300 pasukan berkuda (kavaleri itu tidak diperlukan di parit) juga untuk melindungi kota. [9] Suara-suara keras, di mana pasukan berdoa setiap malam, menciptakan ilusi sebuah kekuatan besar. [19]

Krisis menunjukkan Muhammad bahwa banyak anak buahnya telah mencapai batas daya tahan mereka. Dia mengirim pesan ke Ghatafan, mencoba untuk membayar pembelotan mereka dan menawarkan mereka sepertiga dari panen kurma Medina jika mereka mengundurkan diri. Meskipun Ghatafan menuntut setengah, mereka akhirnya sepakat untuk bernegosiasi dengan Muhammad pada istilah-istilah. Sebelum Muhammad mulai urutan penyusunan perjanjian tersebut, ia berkonsultasi dengan pemimpin Medinah. Mereka tajam menolak ketentuan perjanjian, [23] protes Madinah tidak pernah tenggelam ke tingkat seperti aib. Negosiasi dipatahkan. Sementara Ghatafan tidak mundur mereka telah dikompromikan sendiri dengan memasukkan negosiasi dengan Madinah, dan perpecahan internal Konfederasi telah meningkat. [4]

Menurut sejarawan Ibnu Ishaq, pada sekitar saat itu, Muhammad menerima kunjungan dari Nuaym ibn Masud, seorang pemimpin Arab dihormati oleh seluruh konfederasi, tetapi yang diam-diam telah masuk Islam. Muhammad memintanya untuk mengakhiri pengepungan dengan menciptakan perselisihan di antara Konfederasi. " Keseluruhan adalah pertempuran kecerdasan di mana umat Islam memiliki yang terbaik dari itu, tanpa biaya untuk mereka sendiri mereka lemah musuh dan meningkatkan pertikaian itu. "

- William Montgomery Watt [4]

Nuaym kemudian datang dengan sebuah siasat yang efisien. Dia pertama kali pergi ke Bani Qurayza dan memperingatkan mereka tentang maksud dari sisa Konfederasi. Jika pengepungan gagal, kata dia, Konfederasi tidak akan takut untuk meninggalkan orang-orang

Yahudi, meninggalkan mereka pada belas kasihan Muhammad. Qurayza Dengan demikian harus menuntut pemimpin Konfederasi sebagai sandera dengan imbalan kerja sama. Saran ini menyentuh ketakutan Qurayza telah memendam. [9] [23]

Nuaym selanjutnya pergi ke Abu Sufyan , pemimpin Konfederasi, memperingatkan dia bahwa Qurayza telah membelot kepada Muhammad. Dia menyatakan bahwa suku Yahudi ditujukan untuk meminta Konfederasi penyanderaan, seolah-olah sebagai imbalan untuk kerja sama, tapi benar-benar untuk menyerahkan kepada Muhammad. Sehingga Konfederasi tidak harus memberikan satu orang sebagai sandera. Nuaym mengulangi pesan yang sama ke suku lain dalam Konfederasi. [9] [23] [ sunting ] Runtuhnya Konfederasi

Nuaym tipu bekerja. Setelah berkonsultasi, para pemimpin Konfederasi dikirim Ikrimah ke Qurayza, menandakan invasi bersatu Madinah. Qurayza, bagaimanapun, menuntut sandera sebagai jaminan bahwa Konfederasi tidak akan meninggalkan mereka. Konfederasi, mengingat bahwa Qurayza mungkin memberikan sandera kepada Muhammad, menolak. Pesan dikirim berkali-kali bolak-balik antara para pihak, tetapi masing-masing diselenggarakan untuk posisinya keras kepala. [9] [23]

Abu Sufyan dipanggil Huyayy bin Akhtab , memberitahukan respon Qurayza itu. Huyayy terkejut, dan Abu Sufyan dicap sebagai seorang "pengkhianat". Khawatir untuk hidupnya, Huyayy melarikan diri ke benteng Qurayza itu. [9] [23]

Suku Badui, Konfederasi Ghatafan dan lainnya dari Najd telah dikompromikan dengan perundingan Muhammad. Mereka telah mengambil bagian dalam ekspedisi ini dengan harapan penjarahan, daripada prasangka tertentu terhadap Islam. Mereka kehilangan harapan sebagai peluang keberhasilan menurun, tidak tertarik dalam melanjutkan pengepungan. Dua pasukan konfederasi ditandai dengan tuduh dan saling tidak percaya. [23]

Ketentuan tentara Konfederasi kehabisan. Kuda dan unta yang mati karena lapar dan luka. Selama berhari-hari cuaca telah sangat dingin dan basah. Angin kencang meniup api unggun, mengambil dari tentara Konfederasi sumber panas. Kamp Muslim, bagaimanapun, terlindung oleh angin tersebut. Tenda musuh yang robek, api mereka padam, pasir dan mengalahkan hujan di wajah mereka, dan mereka sangat ketakutan oleh pertanda terhadap mereka. Mereka

sudah juga hampir jatuh di antara mereka sendiri. Selama malam tentara Konfederasi mengundurkan diri, dan pagi harinya tanah itu dibersihkan dari semua kekuatan musuh. [25] [ sunting ] Aftermath: Pengepungan dan runtuhnya Bani Qurayza Artikel utama: Invasi Banu Qurayza

Setelah mundurnya tentara Konfederasi, yang Bani Qurayza lingkungan yang dikepung oleh kaum Muslim, sebagai pembalasan atas pengkhianatan mereka. Setelah pengepungan 25 hari di lingkungan mereka, Bani Qurayza menyerah tanpa syarat. Ketika Banu Qurayza suku menyerah, tentara Muslim merebut benteng mereka dan harta benda mereka. [26] Pada permintaan dari Bani Aus , yang bersekutu dengan Qurayza, Muhammad memilih salah satu dari mereka, Sa'ad bin Mu'adz , sebagai arbiter untuk mengucapkan penghakiman atas mereka. Sa'ad, yang kemudian akan mati karena luka-lukanya dari pertempuran, memutuskan hukuman sesuai dengan Taurat, di mana manusia akan dibunuh dan perempuan dan anak diperbudak. Muhammad menyetujui keputusan ini, dan hari berikutnya kalimat itu dilakukan. [26]

Para pria - penomoran antara 400 dan 900 [27] - diikat dan ditempatkan di bawah pengawasan Muhammad bin Maslamah , sementara para wanita dan anak-anak ditempatkan di bawah Abdullah bin Salam , seorang mantan rabbi yang telah masuk Islam . [9] [28 ]

Ibn Ishaq menjelaskan pembunuhan Bani Qurayza laki-laki sebagai berikut: " Lalu mereka menyerah, dan rasul terbatas mereka di Madinah di seperempat d. al-Harith, seorang wanita dari B. al-Najjar. Lalu Rasul keluar menuju Pasar Medina (yang sampai sekarang masih pasar) dan menggali parit di dalamnya. Lalu ia memanggil mereka dan memukul kepala mereka pada mereka parit saat mereka dibawa keluar kepadanya dalam batch. Di antara mereka adalah musuh Allah Huyayy b. Akhtab dan Ka `b b. Asad utama mereka. Ada 600 atau 700 dalam semua, meski ada sosok setinggi 800 atau 900. Ketika mereka dibawa keluar dalam batch pada Rasul mereka meminta Ka `b apa yang dia pikir akan dilakukan dengan mereka. Dia menjawab, 'Apakah kau tidak mengerti? Tidakkah Anda melihat bahwa Summoner tidak pernah berhenti dan mereka yang diambil tidak kembali? Demi Allah itu adalah maut! " Hal ini berlangsung hingga sang Rasul mengakhirinya. Huyayy dibawa keluar mengenakan jubah berbunga di mana ia telah membuat lubang seukuran jari-tips dalam setiap bagian sehingga tidak harus diambil dari dia sebagai memanjakan, dengan tangan terikat ke lehernya dengan seutas tali. Ketika ia melihat Rasul dia berkata, 'Demi Allah, aku tidak menyalahkan diriku sendiri karena menentang Anda, tetapi siapa meninggalkannya Tuhan akan ditinggalkan. " Lalu ia pergi kepada orangorang dan berkata, 'perintah Allah adalah benar. Sebuah buku dan surat keputusan, dan pembantaian telah ditulis terhadap Anak-anak Israel. " Lalu ia duduk dan kepalanya terjadi di lepas. [27] [29] [30] "

Beberapa akun catatan sahabat Muhammad sebagai algojo, Ali dan Al-Zubair pada khususnya, dan bahwa setiap klan Aws juga didakwa dengan pembunuhan sekelompok orang Qurayza. [31] [32]

Hal ini juga melaporkan bahwa seorang wanita, yang telah melemparkan batu gerinda dari benteng selama pengepungan dan membunuh salah satu dari pengepung Muslim, juga dipenggal bersama dengan laki-laki. [33] Ibnu Asakir menulis dalam bukunya Sejarah Damaskus bahwa Banu Kilab , sebuah klan klien Arab dari Bani Qurayza, tewas bersama suku Yahudi. [34]

Rampasan perang, termasuk perempuan dan anak-anak diperbudak suku, dibagi di antara para pejuang Islam yang telah berpartisipasi dalam pengepungan dan antara emigrees dari Mekah (yang sampai sekarang bergantung pada bantuan dari Muslim asli Madinah . [ 35] [36]

Muhammad mengambil seperlima dari jarahan untuk dirinya sendiri, sebagaimana kebiasaan di kalangan umat Islam.

Sebagai bagian dari bagiannya dari rampasan, Muhammad memilih salah satu wanita, Rayhana , untuk dirinya sendiri dan membawanya sebagai bagian dari rampasan itu . [36] Muhammad menawarkan untuk membebaskan dan menikahinya dan menurut beberapa sumber ia menerima proposal, sementara menurut orang lain ia menolak dan tetap budak Muhammad. [37] Dia dikatakan telah kemudian menjadi seorang Muslim. [20]

Para sarjana berpendapat bahwa Muhammad sudah diputuskan penghakiman ini sebelum menyerah Qurayza, dan Sa'ad yang menempatkan kesetiaan kepada komunitas Muslim di atas bahwa ke sukunya. [4] Salah satu alasan dikutip oleh beberapa untuk hukuman tersebut adalah bahwa Muhammad grasi sebelumnya terhadap musuh dikalahkan bertentangan dengan hukum Arab dan Yahudi pada waktu itu, dan dipandang sebagai tanda kelemahan. Orang lain melihat hukuman sebagai respon terhadap apa yang dianggap sebagai tindakan pengkhianatan oleh Qurayza karena mereka mengkhianati pakta pertahanan bersama mereka dengan Muhammad dengan memberikan bantuan dan kenyamanan kepada musuh-musuh kaum Muslim. [9] [ sunting ] Implikasi

Kegagalan pengepungan menandai awal naiknya diragukan Muhammad politik di kota Madinah. [38] Orang-orang Mekah telah diberikan kekuatan terbaik mereka untuk mengusir Muhammad dari Madinah, dan kekalahan ini menyebabkan mereka kehilangan perdagangan mereka dengan Suriah dan banyak dari mereka prestise dengan itu. Watt dugaan bahwa Mekah pada saat ini mulai memikirkan untuk konversi yang Islam akan menjadi pilihan paling bijaksana. [4] Dari besarnya tentara kalah, itu telah menjadi jelas bahwa pasukan militer Arab terlepas dari ukuran tidak akan mampu menunda Islam. [39] [ sunting ] Historiografi Lihat juga: historitas Muhammad

Sumber kontemporer utama dari pertempuran adalah Surah 33 Al-Quran. Meskipun Al-Quran tidak berbicara tentang peristiwa, itu menunjukkan situasi psikologis dan sosial dari orang-orang Madinah dan pendekatan berbeda terhadap pertempuran antara mereka [. rujukan? ] Sumber yang paling dapat dipercaya untuk rekonstruksi kehidupan Muhammad historis Quran. [40] Al Qur'an dalam bentuk yang sebenarnya umumnya dianggap oleh non-muslim sarjana akademis untuk merekam kata-kata yang diucapkan oleh Muhammad karena pencarian untuk varian dalam dunia akademis Barat tidak menghasilkan perbedaan penting. [41]

Berikutnya pentingnya adalah karya sejarah oleh para penulis abad ketiga dan keempat dari era muslim. [42] Ini termasuk biografi Muslim tradisional Muhammad dan kutipan dikaitkan dengannya (dengan sira dan hadits sastra), yang memberikan informasi lebih lanjut tentang kehidupan Muhammad . [43] Para sira tertulis paling awal yang masih hidup (biografi Muhammad dan kutipan dikaitkan dengannya) adalah Ibnu Ishaq 's Life of Rasulullah menulis beberapa 120-130 tahun setelah kematian Muhammad. Meskipun karya asli hilang, bagian dari itu bertahan di turunan dari Ibn Hisham dan Al-Tabari . [44] Sumber lain awal sejarah kampanye Muhammad oleh al-Waqidi (w. 823). [42] Menjelang pertempuran Parit

Suku Yahudi Bani Nadir awalnya bersumpah sekutu kaum Muslim di Madinah tetapi mereka diam-diam tertarik dengan kaum pagan Mekah dan kaum munafik Madinah. Mereka bahkan mencoba setia untuk mengambil nyawa Nabi sementara ia sedang mengunjungi mereka, melanggar baik hukum perhotelan dan aliansi mereka sendiri sumpah. Rasul Allah meminta mereka untuk meninggalkan posisi strategis yang mereka diduduki, sekitar tiga kilometer selatan Madinah. Mereka sepakat untuk ini, tetapi ketika 'Adbullah bin Ubay, kepala orang-

orang munafik, meyakinkan mereka bahwa partainya akan membantu mereka dalam kasus perang, Banu Nadir keberatan.

Tentara Muslim kemudian mengepung mereka di benteng-benteng mereka, dan melihat bahwa baik kaum musyrik Mekah atau orang-orang munafik di Madinah diaduk jari untuk membantu mereka, Bani Nadir harus meninggalkan kota. Mereka kecewa tapi hidup mereka selamat, dan mereka diberikan sepuluh hari di mana untuk menghapus diri, keluarga mereka, dan barangbarang seperti yang bisa mereka bawa. Kebanyakan dari mereka bergabung dengan saudarasaudara mereka di Suriah dan yang lainnya di Khaybar.

Ketika kembali dari Perang Uhud, Abu Sufyan telah menantang kaum Muslim untuk pertemuan lain di Badr tahun berikutnya 1 Tapi. Ketika waktu yang ditentukan tiba, keberanian Abu Sufyan gagal dia untuk melawan Rasul Allah. Sebagai perangkat menyelamatkan muka ia mengirim agen, Nu'aym bin Mas'ud, yang saat itu kafir, ke Madinah yang menyebarkan rumor bahwa kaum Quraish membuat persiapan perang yang luar biasa dan bahwa mereka mengumpulkan tentara yang besar yang tidak lain listrik di seluruh Saudi akan menolak. Namun, ketika Nabi, kepadanya damai dan berkat, mencapai Badar dengan pasukan seribu lima ratus pejuang, mereka menemukan tidak ada satu untuk berkelahi dengan mereka. Mereka tinggal di Badr selama delapan hari menunggu pertemuan mengancam, dan ketika tidak ada tanda-tanda tentara Quraish muncul, mereka kembali ke Madinah. Kampanye ini disebut Badr al-Sughra (Badar yang Kecil).

Pada tahun kelima setelah Hijrah Rasul, Tuhan, setelah dia menjadi damai dan berkat, diberitahu bahwa suku-suku padang pasir dari Anmar dan Sa'laba telah memutuskan untuk menyerang Madinah. Ditemani oleh 400 pejuang, ia mencapai Zat al-Riqa 'dan mendengar bahwa suku-suku musuh melarikan diri, kembali ke Madinah. 2

Setelah kampanye ini, Rasul Allah kepada Bani Mustaliq berbaris, sebuah suku Arab pagan. Banu Mustaliq telah membuat persiapan perang melawan Muslim. Dengan 700 tentara pejuang, Rasul Allah menyerang mereka dan mengalahkan mereka. 3 Dalam perjalanan kembali ke Madinah, intrik-intrik dari orang-orang munafik untuk membawa tentang pertikaian antara Muhajirin dan Anshar dibawa ke sia-sia. Ayat-ayat diturunkan mengungkapkan semua rahasia mereka dan bagaimana polusi dunia batin mereka (al-munafik, 63 1-11.).

Pertempuran Khandaq

Pertempuran Khandaq terjadi setelah kampanye melawan Banu Nadir, yang telah diusir dari Madinah karena pengkhianatan mereka dan yang sebagian besar bergabung dengan saudarasaudara Yahudi mereka di Khaybar.

Pada tahun kelima hijriah, sekelompok orang-orang Yahudi termasuk Sallam bin Abi al-Huqayq dan Huyayy bin Akhtab, bersama dengan sejumlah Banu Wa'il, berangkat ke Mekah. Mereka mendesak Quraisy untuk membuat perang terhadap Nabi Muhammad, kepadanya damai dan berkat, dan berjanji bantuan dan dukungan.

Kelompok Yahudi kemudian pergi ke suku Ghatafan dan Qais Aylan dan menjamin mereka membantu juga, mendorong mereka untuk memerangi Rasulullah. 4

Ini intrik-intrik Yahudi mengakibatkan pembentukan sebuah konfederasi yang besar terhadap Islam. Ini terdiri dari kaum musyrik Mekah, suku-suku padang pasir Arab tengah, orang-orang Yahudi yang sebelumnya dikeluarkan karena pengkhianatan dari Madinah, orang Yahudi (Bani Qurayza) yang tersisa di Madinah, dan orang-orang munafik yang dipimpin oleh 'Abdullah bin Ubay bin Salul. Dua yang terakhir merupakan jaringan berbahaya dalam Madinah.

Ketika Rasul Allah, setelah dia menjadi damai dan berkat, mendengar, melalui layanan kecerdasannya, dari pertemuan para sekutu atau sekutu (Ahzab) melawan dia, dan kekuatan keinginan mereka untuk melawan dia, dia berkonsultasi sahabatnya, saat ia selalu digunakan untuk melakukan. Ini adalah pandangan bulat bahwa mereka harus tetap di Madinah dan bertempur dari sana. Salman al-Farisi mengusulkan kepada Rasul Allah bahwa mereka harus menggali parit sekitar Madinah.

Parit waktu enam hari kerja demam untuk menggali. Rasul Allah telah membagi mereka ke dalam kelompok sepuluh orang dan menempatkan mereka untuk kompetisi. Ini adalah tugas yang sulit dan waktu yang dibatasi, apa lebih, kelaparan melanda mereka semua, namun semua sahabat bekerja antusias. Agar tidak merasakan lapar, masing-masing diikat sebuah batu di perutnya. Sementara menggali mereka dibacakan:

Kami adalah orang-orang yang Mengambil sumpah setia kepada Muhammad;

Oleh karena itu kita akan berperang di jalan Allah Selama kita hidup. Demi Tuhan, jika Tuhan tidak memungkinkan kita untuk, Kami tak memiliki dibimbing Juga diberikan sedekah, atau melakukan shalat. Turunkan kepada kami ketenangan dan ketenangan Dan membuat perusahaan kaki kita jika kita menghadapi musuh! 5

The Messenger, yang menggali bersama mereka, dan telah memasang sekitar perutnya dua batu, menjawab mereka dengan bait ini:

Ya Allah, kehidupan nyata adalah kehidupan di akhirat Jadi, maafkan kaum Anshar dan Muhajirin. 6

Madinah di bawah ancaman

Sekutu maju terhadap Madinah dengan harapan menghancurkan kaum Muslim dalam pertempuran untuk diperjuangkan dalam medan terbuka. Namun, ketika mereka menghadapi strategi baru Messenger Allah, mereka mengambil pukulan pertama. Berjumlah sekitar 20.000 pria, mereka berkemah dekat selokan. Kekuatan pertempuran Madinah tidak lebih dari 3.000, dan suku Yahudi Bani Qurayza dan munafik adalah sumber kelemahan karena mereka setia menarik dengan musuh. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat-ayat Al-Qur'an (al-Ahzab, 33,1220) ketika orang-orang munafik pertama kali melihat musuh, mereka sudah dalam suasana hati yang mengalah. Tidak puas dengan ketidaksetiaan mereka sendiri, mereka mencoba untuk menginfeksi orang lain, yang membuat alasan remeh untuk menarik diri dari pertarungan. Jika musuh adalah untuk mendapatkan pintu masuk, mereka siap untuk mengkhianati kota untuk musuh.

Kebijaksanaan Tuhan Messenger dan jenius militer menunjukkan dirinya sekali lagi selama perang ini. Dia telah membuat mereka terkurung dalam kota dan ditempatkan mereka dengan cara yang mereka bisa menjaga rumah mereka terhadap kemungkinan serangan dari Bani Qurayza. Itu adalah saat-saat paling kritis perang ketika Bani Qurayza mengirim orang ke kota

untuk mata-mata ke dalam kondisi wanita Muslim. Namun, ketika orang ini dibunuh oleh safiyya, bibi Nabi, harapan mereka frustrasi. 7

Sementara perang terus dengan pertukaran anak panah dan batu, Rasul Allah, setelah dia menjadi damai dan berkat, tidak mengabaikan untuk membuat upaya diplomatik untuk memecahbelah Sekutu. Ia menghubungi para pemimpin Ghatafan dan menawarkan perdamaian, mendesak mereka untuk menarik dengan orang-orang mereka dari perang. Nu'aym bin Mas'ud adalah salah satu pemimpin Sekutu, yang sebelum pertempuran, datang ke Madinah untuk menabur perselisihan, melainkan, ia kemudian mulai miring terhadap Islam. Selama pertempuran, ia diam-diam masuk Islam dan diperintahkan oleh Rasulullah, mulai membangkitkan Banu Qurayza. Nu'aym mengatur Banu Qurayza terhadap Quraisy dengan memberitahu mereka bahwa mereka akan ditinggalkan oleh orang Mekah dan harus menolak untuk membantu kecuali mereka diberi sandera dari kaum Quraish. Untuk Quraisy, di sisi lain, ia mengatakan bahwa Banu Qurayza tidak akan memenuhi janji mereka untuk membantu dan akan berusaha ke kios dengan meminta sandera Quraisy untuk berbagi penderitaan mereka dalam kasus kekalahan. Taktik ini berhasil. Perpecahan di antara Sekutu tumbuh. 8

Rasul Allah, didukung oleh gunung Sal belakang, telah memerintahkan sebuah titik di parit yang akan dibuat sempit. Dia berharap bahwa penunggang kuda terkemuka Quraisy akan mencoba untuk menyeberangi parit melalui titik sempit. Itu terjadi seperti yang diharapkan, dan beberapa prajurit paling terkenal dari Quraish mencoba untuk menyeberangi parit dan sukarela untuk memerangi tunggal dengan pejuang Muslim. Di antara mereka adalah Abdul 'Amr bin' Wudd, Ikrima bin Abi Jahl, Hubayra bin Abi Wahb, buku Durar Al-Khattab bin Naufal bin dan 'Adbullah bin al-Mughira.

Menawarkan kekuatan dan kemampuan berkelahi, turun 'Amr bin' Abd Wudd dari kudanya dalam menghadapi Ali, yang diperintahkan oleh Rasul untuk melawan 'Amr. 'Amr maju ke arah' Ali dengan pedang terhunus. Dia membawa pedangnya cepat terhadap dia tapi dia pedangnya terjebak dalam perisai dari 'Ali. 'Ali, sebagai imbalan, memukul pukulan sengit melawan' Amr dan debu bangkit sekitar mereka. Lalu kata-kata, Allahu Akbar - Allah Maha Besar - terdengar: 'Ali telah membunuh lawannya 9.

Dirar, Hubayra dan Naufal juga dibunuh oleh 'Ali. 10 Upaya penunggang kuda lain atau jenderal Quraisy untuk menyeberangi parit itu semua dibawa ke sia-sia.

Pengepungan berlangsung dari 27 hari. Hal ini menyebabkan kaum muslim banyak penderitaan, kelaparan, dingin, pancuran mandi tak henti-hentinya panah dan batu, dan upaya dan serangan

terkonsentrasi untuk menyeberangi parit, dan pengkhianatan dan intrik-intrik di dalam kota. AlQur'an menggambarkan situasi ini sebagai berikut:

Ketika mereka datang melawan Anda dari atas Anda dan dari bawahmu, dan ketika mata Anda membelok dan hati Anda mencapai tenggorokan Anda, sementara Anda memikirkan pikiranpikiran tentang Allah, ada itu adalah bahwa orang-orang beriman diadili, dan terguncang yang paling sekuat tenaga. Dan ketika orang-orang munafik, dan orang-orang yang didalam hatinya ada penyakit, berkata, 'Allah dan Rasul-Nya