23
Perancangan Video Promosi Potensi Wisata Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus : Pamona Raya Kabupaten Poso) Artikel Ilmiah Peneliti : Ishak Darma Andreano Sabintoe (692010036) Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs. Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Mei 2015

Perancangan Video Promosi Potensi Wisata Berbasis …...Objek Wisata antara lain: Pantai Madale dan Pantai Matako, Pantai Toini, Pusat Kerajinan Lembomawo, Gua Tampemadoro terletak

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Perancangan Video Promosi Potensi Wisata Berbasis

    Kearifan Lokal

    (Studi Kasus : Pamona Raya Kabupaten Poso)

    Artikel Ilmiah

    Peneliti :

    Ishak Darma Andreano Sabintoe (692010036)

    Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs.

    Program Studi Desain Komunikasi Visual

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    Mei 2015

  • 1

    Perancangan Video Promosi Potensi Wisata Berbasis

    Kearifan Lokal

    (Studi Kasus : Pamona Raya Kabupaten Poso)

    1)Ishak D.A Sabintoe,

    2) Anthony Y.M. Tumimomor, S.Kom., M.Cs. Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia Email: 1)[email protected], 2) [email protected]

    Abstract

    The strategic value of local cultures has inspired a variety of areas to develop the tourism potential. Therefore, in tourism development should not neglect the cultural and local

    wisdom. Potential tourist attraction owned by the district of Poso very diverse attractions include coastal areas, lowlands to mountain areas in some districts. However, the promotion of which is still done using brochures, writing on the website and media information that are stand alone where there are obstacles in the wider publication and Tourism Department also

    does not have an official promotional video. Based on the existing problems, carried out research with a qualitative approach and using a linear strategy resulting in the design of

    promotional video Poso District tourism potential based on local wisdom and living in

    harmony between man, culture and nature with interesting cinematography and can provide information about tourism in Poso to tourists domestic and foreign.

    Keyword : Cinematography, Tourism, Local Wisdom, Video Promotion, Poso District.

    Abstrak

    Nilai strategis budaya lokal telah menginspirasi berbagai daerah untuk mengembangkan

    potensi wisata. Oleh karena itu, dalam pengembangan pariwisata tidak boleh mengabaikan

    budaya dan kearifan lokal. Potensi objek wisata yang dimiliki Kabupaten Poso sangat

    beragam meliputi objek wisata daerah pantai, dataran rendah sampai daerah pegunungan di

    beberapa Kecamatan. Akan tetapi, promosi yang dilakukan masih menggunakan brosur,

    tulisan di website dan media informasi yang sifatnya stand alone dimana terdapat kendala dalam publikasi yang lebih luas serta Dinas Pariwisata juga belum mempunyai video promosi

    yang resmi. Berdasarkan permasalahan yang ada, dilakukan penelitian dengan pendekatan

    kualitatif dan menggunakan linear strategy sehingga menghasilkan perancangan video promosi potensi wisata Kabupaten Poso berdasarkan kearifan lokal serta kehidupan yang

    harmonis antara manusia, budaya dan alam dengan sinematografi yang menarik serta

    memberikan informasi tentang pariwisata di Poso kepada wisatawan domestik maupun

    mancanegara.

    Kata Kunci : Sinematografi, Pariwisata, Kearifan Lokal, Video Promosi, Kabupaten Poso.

    1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

  • 2

    1. Pendahuluan

    Permasalahan pengembangan dan promosi pariwisata baik di tingkat

    nasional maupun di tingkat daerah dinilai semakin penting untuk mendukung

    pembangunan nasional. Demikian juga kekayaan alam dan budaya yang dimiliki

    Indonesia perlu mendapat perlindungan serta membutuhkan upaya pelestarian

    agar dapat menjadi daya tarik wisata yang dapat menarik jumlah kunjungan

    wisata baik domestik maupun manca negara[1].

    Wisata di Kabupaten Poso merupakan salah satu sektor yang strategis dan

    potensial untuk dikelola, dikembangkan dan dipasarkan. Potensi objek wisata

    yang dimiliki Kabupaten Poso sangat beragam meliputi objek wisata daerah

    pantai, dataran rendah sampai daerah pegunungan di beberapa Kecamatan. Danau

    Poso merupakan objek wisata yang banyak dikunjungi dan menjadi salah satu

    pariwisata favorit di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Danau Poso memiliki

    daya tarik dan potensi dalam peningkatan pendapatan daerah[2].

    Berkembangnya wisata di Kabupaten Poso tidak lepas dari kearifan lokal

    yang ada pada masyarakat Poso. Salah satu kearifan lokal yang berkembang di

    masyarakat adalah kesenian berupa tarian Dero yang melambangkan kerukunan

    dan persahabatan dan dianggap sebagai sebuah tarian pemersatu karena dalam

    tarian, unsur-unsur diskriminasi, sentimen agama dan ras serta kelas sosial tidak

    dihiraukan, semua berlatar belakang sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa

    harmoni kehidupan antara manusia, budaya dan alam berperan penting dalam

    pengembangan wisata di Kabupaten Poso.

    Pemerintah Poso telah melakukan pengembangan dan pengelolaan

    diberbagai aset wisata serta mempromosikanya. Namun promosi yang dilakukan

    masih menggunakan brosur, tulisan di website dan media informasi yang sifatnya

    stand alone. Dinas Pariwisata juga belum mempunyai video promosi yang resmi

    dan masih menggunakan still image untuk promosi. Media promosi seperti ini

    mempunyai banyak kendala dalam mempublikasikan secara luas dan kurang

    informatif untuk para calon wisatawan, hal ini sesuai dengan hasil wawancara

    penelitian awal dengan bagian promosi budaya Dinas Pariwisata Kabupaten Poso.

    Berdasarkan latar belakang yang ada, maka akan dirancang sebuah media

    promosi yang lebih menarik dan sebuah video promosi tentang kehidupan yang

    harmoni antara manusia, alam dan budaya. Video Promosi ini dapat menjadi

    sarana media promosi dalam memperkenalkan dan menarik minat calon

    wisatawan untuk mengunjungi wisata di Kabupaten Poso.

    2. Tinjauan Pustaka

    Penelitian terdahulu yaitu “Perancangan Video Promosi Pariwisata Candi

    Gedongsongo”. Tujuan pembuatan video ini adalah untuk memperkenalkan Candi

    Gedongsongo dengan tambahan adanya proses rekonstruksi digital 3D pada

    gugusan Candi yang telah runtuh[3].

    Perancangan Video Promosi Pariwisata Kabupaten Halmahera Utara"

    dengan tujuan Menarik wisatawan domestik maupun mancanegara melalu media

    promosi berbentuk video[4]. Penyampaian isi video, ide cerita dan backsound

  • 3

    menjadi salah satu yang membedakan penelitian dengan kedua penelitian yang

    terdahulu adalah proses perancangan video wisata yang berdasarkan oleh kearifan

    lokal dimana adanya hubungan yang harmonis antara manusia, budaya dan alam

    yang tersirat dalam video. Target video ini juga akan diperluas maka ditambahkan

    narasi persuasif berbahasa Inggris yang bertujuan untuk menjangkau wisatawan

    dari mancanegara.

    Multimedia pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan

    teks, grafik, audio, gambar bergerak seperti video dan animasi. Dengan

    menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai melakukan navigasi,

    berinteraksi, berkreasi dan berkomunikasi. Media Promosi melalui video juga

    berkaitan dengan sinematografi untuk dapat memberikan pesan yang disampaikan

    melalui sebuah gambar bergerak[5].

    Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

    menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu

    tempat tertentu. Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja

    tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat

    mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi[6].

    Sinematografi sebagai ilmu terapan merupakan bidang ilmu yang

    membahas tentang teknik menangkap gambar dan menggabung-gabungkan

    gambar tersebut sehingga menjadi rangkaian gambar yang dapat menyampaikan

    ide (dapat mengemban cerita). Sinematografi memiliki objek yang sama dengan

    fotografi yakni menangkap pantulan cahaya yang mengenai benda. Karena

    objeknya sama maka peralatannyapun mirip. Perbedaannya, peralatan fotografi

    menangkap gambar tunggal, sedangkan sinematografi menangkap rangkaian

    gambar. Penyampaian ide pada fotografi memanfaatkan gambar tunggal,

    sedangkan pada sinematografi memanfaatkan rangkaian gambar. Jadi

    sinematografi adalah gabungan antara fotografi dengan teknik perangkaian

    gambar atau dalam sinematografi disebut montase (montage)[7].

    Promosi merupakan kegiatan pemasaran dan penjualan dalam rangka

    menginformasikan dan mendorong permintaan terhadap produk, jasa, dan ide dari

    perusahaan dengan cara memengaruhi para konsumen agar mau membeli produk

    dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan[8].

    Video Promosi adalah video yang digunakan untuk mempromosikan

    sesuatu. Ciri dari video promosi adalah mempromosikan sesuatu secara detail

    dengan durasi yang lebih panjang dari video iklan karena proses pengambilan

    gambar untuk video promosi harus dilakukan secara berkala dari objek yang ingin

    dipromosikan agar hasil dari video promosi tersebut lebih terperinci dan

    mencakup semua hal yang berhubungan dengan objek tersebut[9].

    Secara etimologis, kearifan (wisdom) berarti kemampuan seseorang dalam

    menggunakan akal pikirannya untuk menyikapi sesuatu kejadian, obyek atau

    situasi. Sedangkan lokal, menunjukkan ruang interaksi di mana peristiwa atau

    situasi tersebut terjadi. Dengan demikian, kearifan lokal secara substansial

    merupakan nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang diyakini

    kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari.

    Kearifan lokal mengandung arti gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat

  • 4

    bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang bertanam dan diikuti oleh anggota

    masyarakat[10].

    Local knowledge adalah pengetahuan lokal tradisional yang unik, yang

    masih ada di dalam dan berkembang di seputar kelompok wanita dan pria asli

    tertentu pada suatu wilayah geografis tertentu. Pengembangan local knowledge,

    yang mencakup semua aspek kehidupan, termasuk pengelolaan lingkungan alam,

    telah terbukti mampu menjadikan masyarakat yang mengembangkannya tetap

    bertahan hidup. Local knowledge juga bersifat dinamis, dan dapat beradaptasi

    dengan sistem pengetahuan dan teknologi dari luar yang selalu bertambah,

    sehingga sistem luar/modern itu dapat sepadan (match) dengan kondisi lokal[11].

    Potensi Wisata Poso sangat beragam dan mempunyai daya tarik tersendiri

    yang tersebar di beberapa daerah Kabupaten Poso. Objek Wisata antara lain:

    Pantai Madale dan Pantai Matako, Pantai Toini, Pusat Kerajinan Lembomawo,

    Gua Tampemadoro terletak di sebelah selatan Poso, Danau Poso, Danau terbesar

    ketiga di Indonesia, Air Terjun Saluopa dan Air Terjun Sulewana, Gua Pamona

    dan Latea, Taman Laut Togean, Kepulauan Togean, Pulau Batudaka, Pulau

    Kadidiri, Treking di Lembah Bada[12]. Menurut Ibu Vera Tidayo selaku

    KASUBBAG umum dan Kepegawaian pada Sekretariat DISPAREKRAF

    Kabupaten Poso, beberapa objek wisata yang tersebar di daerah Kabupaten Poso

    ini belum terpublikasi secara luas dan bahkan banyak yang belum mengenal

    tentang objek pariwisata tersebut dikarenakan sarana promosi yang kurang

    menarik dan jangkauan media promosi yang belum luas.

    3. Metode Penelitian

    Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode Kualitatif.

    Metode ini dipilih karena bersifat fleksibel dan berubah - ubah sesuai kondisi

    lapangan. Untuk strategi penelitian digunakan linear strategy yaitu menetapkan

    urutan logis pada tahapan perancangan yang sederhana dan relatif sudah dipahami

    komponennya[13].

    Gambar 1 Tahapan Perancangan linear strategy

    Dalam perancangan linear strategy terdapat tiga tahap dalam

    pelaksanaannya. Tahap satu yaitu observasi meliputi identifikasi masalah

    kemudian mengumpulkan data pada tempat wisata yang akan dipakai dalam

    video, berupa data visual seperti foto, gambar dan video. Pengumpulan data juga

    dilakukan dengan wawancara kepada Ibu Vera Tidayo selaku KASUBBAG

    umum dan Kepegawaian pada Sekretariat DISPAREKRAF Kabupaten Poso

    tentang permasalahan yang dihadapi dalam promosi pariwisata serta membahas

    media apa saja yang lebih menarik untuk digunakan sebagai sarana promosi

    wisata dan juga membahas konsep kearifan lokal tentang harmoni kehidupan

    antara manusia, alam dan budaya seperti cara menangkap ikan masyarakat Poso,

    acara syukuran panen, tarian untuk menyambut tamu serta kearifan lokal lainnya

    yang terdapat pada masyarakat Poso.

    Observasi Perancangan Pengujian

  • 5

    Kategorisasi yang lebih kompleks yaitu meliputi pertanian, kerajinan

    tangan, pengobatan herbal, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan,

    perdagangan, seni budaya, bahasa daerah, philosophi, agama dan budaya serta

    makanan tradisional[14]. Dari kategori tersebut dan berdasarkan dengan penelitian

    awal (wawancara) maka dilakukan pengelompokan kearifan lokal untuk konten

    pada video promosi potensi wisata Poso yang dapat dilihat pada gambar 2.

    Gambar 2 Kategorisasi Kearifan Lokal dalam Perancangan Video

    Dari hasil pengelompokan kearifan lokal ini nantinya akan dijadikan

    sebagai konsep video dan dikembangkan sebagai acuan untuk proses perancangan

    video promosi meliputi storyline, treatment, storyboard dan narasi. Penulisan

    narasi disesuaikan dengan kategorisasi kearifan lokal. Berikut rancangan narasi

    pada video potensi wisata Poso.

    Tabel 1. Perancangan Narasi Video

    opening, pemandangan, danau,

    hutan anggrek

    Hidden Archipelago

    A pristine land

    The exotic lake

    Surrounded by tropical forests

    Present a journey, a living experience

    Poso

    Air terjun Wera Saluopa

    exploring the tracks

    enjoy the beautiful 12-level cascade waterfall

    embrace the crystal clear waters

    Gua latea,

    Gua pamona

    The mysterious cave,

    Graves of the ancestors

    Megalitik, Rumah adat suku

    Remnants of the tribe’s history and culture

    historical megalithic sites Amazing traditional houses

    kekayaan alam, panen padi,

    tangkap ikan

    Nature is life

    witness the uniqueness of Poso’s agricultural

    life

    Tarian adat

    FDP (Festival Danau Poso)

    Prepare to experience

    Its beautiful traditional culture

    Sustaining its heritage in forms of Dances

    to represent the enigmatic local wisdom

    Sumber daya

    alam

    a

    Lingkungan

    a

    Seni Budaya

    a

    Pertanian

    a

    Danau Poso

    Air Terjun Wera

    Gua Pamona

    Gua latea

    Hutan Anggrek

    Pamona Raya

    Bada

    Human Interest

    Tarian Daerah

    Rumah Adat

    Megalitik

    Kesenian Daerah

    Panen padi

    Mosango (cara menangkap ikan

    tradisional

  • 6

    Human Interest

    Amazing landscape meet the friendly smiles

    and its natural amusement

    Ending

    Come to Poso And expererience a journey that you will never

    forget

    a living harmony of culture and nature

    Never ending adventure in Poso

    Wonderfull Indonesia…..

    Selanjutnya tahap dua yaitu perancangan media meliputi pra produksi,

    produksi dan pasca produksi. Untuk tahap tiga yaitu final meliputi pengujian dan

    kesimpulan. Tahap kedua dapat dijabarkan sebagai berikut.

    ya

    tidak

    Gambar 3 Perancangan Film

    Tahap yang kedua yaitu Pra Produksi yang dimana pada tahap ini terbagi

    lagi menjadi beberapa bagian yaitu :

    a. Konsep dasar video ini berdasarkan dengan kearifan lokal Poso dimana menceritakan tentang keharmonisan antara kehidupan manusia, budaya

    dan alam. Sehingga fokus dari video ini menyajikan objek - objek wisata

    dan kehidupan manusia serta budaya disekitar danau Poso yang berpotensi

    untuk dikembangkan untuk daerah wisata. Pengambilan gambar dilakukan

    dengan menerapkan sinematografi yang menarik dan lebih dinamis,

    sehingga secara visualisasi dapat menarik minat untuk menontonnya.

    Penambahan narasi inggris juga membantu memberikan informasi tentang

    konten video kepada wisatawan dari manca negara karena target dari video

    promosi potensi wisata ini bukan hanya untuk promosi kepada calon

    wisatawan domestik tetapi juga untuk calon wisatawan dari manca negara.

    b. Storyline adalah keseluruhan cerita dari awal sampai akhir dalam berbagai bentuk tulisan, script, screenplay, copyplay, stageplay dan berbagai

    coretan teks sementara lainnya nanti bisa digabung - gabungkan menjadi

    satu cerita utuh[15].

    Pra Produksi

    Produksi

    Pasca Produksi

    Evaluasi

    Konsep

    Storyline

    Treatment

    Storyboard

    Revisi

    Video

    Dubbing

    Hasil

  • 7

    Video promosi ini dimulai dari lagu dan pemain musik yang memakai

    pakaian adat Poso dan kemudian sepintas panorama dan dataran luas

    daerah sekitar objek wisata.

    Berikutnya menceritakan tentang wisata air yang ada di Poso yaitu

    danau dan air terjun serta hutan sebagai pendukung tempat wisata

    tersebut. Danau Poso dan air terjun Wera menjadi salah satu tempat favorit

    yang paling banyak dikunjungi karena mempunyai keunikan tersendiri

    yang bisa dilihat langsung di lokasi wisata tersebut.

    Selanjutnya wisata yang ditunjukan adalah wisata sejarah seperti Gua

    Pamona, Gua Latea dan Patung - patung megalitik yang masing - masing

    objek wisata ini mempunyai keunikan tersendiri yang dapat ditelusuri

    lebih dalam.

    Selanjutnya menceritakan tentang kehidupan masyarakat serta budaya

    atau kearifan lokal masyarakat Poso, dimana ditunjukan beberapa tarian

    daerah yang merupakan ciri khas masyarakat Poso dan juga merupakan

    wujud terima kasih atas pemberian alam karena kehidupan masyarakat

    Poso yang sebagian besar bergantung pada alam.

    Kemudian pada ending video ini ditampilkan lagi flashback dari seluruh

    objek wisata Poso, kebudayaan serta kehidupan sosial dan akan ditutup

    dengan air terjun Wera Saluopa.

    c. Treatment merupakan kerangka film yang diuraikan secara deskriptif seperti jenis shoot dan tujuan pengambilan gambar[16].

    Berikut treatment video promosi wisata Poso.

    Scene 1 : Opening dengan pemain musik tradisional Medium shoot (MS), Close Up (CU) Exp : Menampilkan detail pemain musik daerah.

    Karambangan merupakan musik tradisional yang dapat dimainkan oleh

    siapapun dan kapanpun dan merupakan ciri khas musik dari Poso.

    Scene 2 : Pemandangan luas sekitar wilayah objek wisata Long Shoot (LS), Panning Around Exp : Memperlihatkan keadaan geografis daerah potensi wisata.

    Menampilkan keadaan alam yang masih bersih dan hijau.

    Scene 3 : objek wisata danau , air terjun dan hutan sekitar Long Shoot (LS), Medium Shoot (MS), Panning Exp : Menampilkan objek wisata alam.

    Dapat melihat dengan lebih jelas keadaan objek wisata serta

    pendukungnya dan juga interaksi antara wisatawan dan alam.

    Scene 4 : Gua Latea dan Gua Pamona. Long Shoot (LS), Medium Shoot (MS), Panning, Extreme Shoot (ES) Exp : Dapat melihat dengan jelas keadaan di dalam Gua.

    Gua Latea dan Pamona merupakan daerah bersejarah yang juga dapat

    menarik minat wisatawan karena Gua ini masih terjaga dengan baik.

    Scene 5 : Patung – Patung Megalitik dan rumah adat suku Bada. Long Shoot (LS), Medium Shoot (MS), Panning, Close Up (CU)

  • 8

    Exp : Memberikan kesan megah dari patung Megalitik dan

    menampilkan detail patung serta menampilkan timelapse

    patung Sepe.

    Megalitik merupakan tempat wisata sejarah yang penuh dengan misteri.

    Scene 6 : Human Interest dan budaya masyarakat Poso. Medium Shoot (MS), Close Up (CU) Exp : Menampilkan kehidupan sosial serta hubungan

    masyarakat dengan alam, budaya dan adat.

    Masyarakat Poso sangat menghormati budaya dan adat sehingga

    wisatawan juga dapat menikmati dan menyaksikan langsung kehidupan

    Budaya di daerah Poso.

    Scene 7 : Flashback seluruh objek wisata pada scene - scene

    sebelumnya Medium Shoot (MS), Long Shoot (LS), Panning, Close Up (CU), Extreme Shoot (ES) Exp : Menampilkan angle berbeda dari objek – objek wisata

    sebelumnya

    Menampilkan keindahan alam, budaya, kehidupan masyarakat dan adat

    Poso.

    Scene 8 : Closing Long Shoot (LS) Exp : Memberikan pandangan yang luas sekitar Air Terjun

    Wera Saluopa.

    Wisatawan yang sedang melakukan interaksi dengan Air Terjun seperti

    mandi dan aktifitas lainnya.

    d. Storyboard merupakan rangkaian gambar sketsa yang merepresentasikan alur sebuah cerita. Langkah ini nantinya bertujuan untuk memudahkan

    dalam mengaplikasikan pengambilan gambar menggunakan kamera[17].

    Perancangan storyboard video promosi wisata Poso dapat dilihat

    pada tabel 2. Tabel 2. Perancangan Storyboard

    No Gambar Jenis shoot Durasi Keterangan

    1.

    Medium shoot

    (MS), Close Up

    (CU)

    00 : 04 Seorang yang sedang bermain

    musik daerah.

    Backsound: Karambangan –

    Damesambali mbanamo

    2

    Long Shoot

    (LS), Panning

    Around

    00 : 05 Pemandangan sekitar objek

    wisata hamparan padang

    rumput dikelilingi perbukitan

    Backsound :

    Ocean Of Wisdom, Sad flute

    song

  • 9

    3

    Long Shoot (LS), Medium

    Shoot (MS),

    Panning

    00 : 03 Objek wisata Danau Poso, air terjun Wera dan hutan yang

    terdapat disekitar objek

    wisata.

    Backsound : Ocean Of

    Wisdom, Song of nature, Sad

    flute song

    4

    Long Shoot

    (LS), Medium

    Shoot (MS),

    Panning,

    Extreme Shoot

    (ES)

    00 : 04 Gua Latea dan Gua Pamona serta isi gua seperti peti – peti

    mati dan potongan –

    potongan tulang manusia dan

    tengkorak.

    Backsound: Ethnic Warmth –

    world music trax, Sad flute

    song

    5

    Long Shoot

    (LS), Medium

    Shoot (MS),

    Panning, Close

    Up (CU)

    00 : 03 Cagar budaya Megalitik Palindo (Sepe) dan Rumah

    adat suku Bada.

    Backsound : Ethnic Warmth –

    world music trax, Sad flute song

    6

    Medium Shoot

    (MS), Close Up

    (CU)

    00 : 02 Masyarakat yang sementara

    menangkap ikan dengan cara

    tradisional (moncango) dan

    tarian tradisional suku

    Pamona. Backsound : Peace Through

    Kindess

    7

    Medium Shoot

    (MS), Long

    Shoot (LS),

    Panning, Close

    Up (CU),

    Extreme Shoot

    (ES)

    00 : 03 Flashback, timelapse danau

    Poso dan Patung Megalitik

    serta menampilkan kembali

    semua objek wisata.

    Backsound: Epic Music For

    Soul – Epic music mix

    8

    Long Shoot (LS) 00 : 04 Closing, puncak tingkat dari

    air terjun Wera

    Backsound : Epic Music For

    Soul – Epic music mix

  • 10

    Setelah melakukan proses pra produksi selanjutnya tahap produksi, yaitu

    pengambilan gambar yang berupa video dan audio dengan menggunakan kamera

    DSLR (Digital Singel Lens Reflect) dan alat bantu dalam pengambilan gambar

    yaitu tripod dan steadycam. Seluruh proses pengambilan gambar dilakukan

    dengan menggunakan available light yaitu memanfaatkan cahaya yang ada.

    Proses pengambilan gambar mengikuti storyline, treatment dan storyboard yaitu

    jenis shoot yang digunakan angle serta penerapan sinematografi yang sesuai

    mengikuti konsep kearifan lokal. Hasil dari proses produksi yaitu stok video yang

    nantinya akan dilanjutkan pada proses editing.

    Tahap selanjutnya adalah tahap pasca produksi, dalam tahap ini dilakukan

    proses editing menggunakan software editing video dalam menggabungkan tiap

    video footage. Dalam pengerjaannya dilakukan cut to cut untuk bagian yang tidak

    diperlukan sehingga durasi antara footage satu dengan yang lainnya berbeda

    sesuai dengan kebutuhan. Proses seleksi footage yang akan digunakan harus

    sesuai dengan konsep awal agar tetap mengikuti storyline karena tahap ini adalah

    tahap yang menentukan untuk menuju ke proses selanjutnya.

    Tahap selanjutnya yaitu color correction, pada tahap ini dilakukan toning

    koreksi warna dari tiap potongan video untuk memperbaiki dan menambah

    komposisi warna dari video agar berkesan lebih menarik. Pewarnaan video ini

    sesuai dengan konsep video yaitu menyampaikan mengenai suasana indahnya

    pariwisata di Kabupaten Poso. Proses ini dapat dilihat pada gambar 4 yaitu effect

    control pada color balance dan perbandingan gambar antara sebelum dan sesudah

    penambahan efek warna.

    Gambar 4 Color Correction

    Tahap berikutnya yaitu editing audio backsound dan Narasi, backsound

    digunakan sebagai instrumen pengiring sepanjang video promosi agar dapat

    membawa suasana dari video itu sendiri. Backsound yang dipakai dalam video ini

    berupa etnic music instrumental yaitu untuk menonjolkan kebudayaan atau adat

    dan nature backsound instrumental yang juga untuk menyampaikan kesan natural.

    Pada gambar 5 dapat dilihat proses sound editing dimana narasi dan backsound

    disatukan dalam sebuah timeline pada software editing video.

    Gambar 5 sound editing

  • 11

    Proses terakhir yaitu rendering, proses ini dilakukan ketika tahap editing

    video dan audio telah selesai dilakukan. Output video yang dihasilkan

    menggunakan format H264 dengan resolusi 1280p x 720p, cara ini dilakukan agar

    video yang dihasilkan memiliki ukuran data yang kecil namun memiliki kualitas

    gambar dan audio yang jernih dan mudah untuk di aplikasikan ke berbagai media

    sosial atau media promosi.

    4. Hasil dan Pembahasan

    Hasil dalam perancangan ini adalah video promosi yang dapat digunakan

    sebagai media alternatif dalam memperkenalkan wisata di Kabupaten Poso

    dengan konsep kearifan lokal dan berikut hasil dari perancangan.

    Gambar 6 scene 1

    Gambar 6 merupakan scene opening menceritakan seorang pemain musik

    tradisional dengan pakaian adat sedang bermain gitar dan membawakan lagu

    tradisional Poso. Jenis shoot yang digunakan adalah Medium Close Up dan Close

    Up dengan low angle untuk memperlihatkan ekspresi pemain musik.

    Gambar 7 scene 2

    Gambar 7 merupakan scene yang menceritakan kondisi keindahan lokasi

    wisata yang dikelilingi alam yang masih hijau dan jenis shoot yang digunakan

    adalah long shoot & full shoot untuk menampilkan sudut pandang yang luas dari

    objek wisata.

    Gambar 8 scene 3

    Gambar 8 adalah scene yang menceritakan wisata danau Poso dan air

    terjun Wera Saluopa yang menjadi salah satu tempat wisata yang paling banyak

    dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Jenis shoot yang

  • 12

    digunakan adalah long shot & medium shoot untuk menampilkan sudut pandang

    secara luas objek wisata tersebut.

    Gambar 9 scene 4

    Gambar 9 merupakan scene yang menceritakan tentang dua gua bersejarah

    yaitu Gua Pamona dan Gua Latea yang didalamnya terdapat berbagai macam

    tulang dan peti mati, karena orang Poso jaman dulu masih menggunakan kuburan

    batu atau kubur di dalam Gua. Shoot yang digunakan adalah jenis Long, Medium

    dan Extreme Shoot yaitu untuk menampilkan detail dari isi Gua seperti tulang dan

    peti mati.

    Gambar 10 scene 5

    Gambar 10 adalah scene dari patung – patung megalitik yang ada di

    daerah Bada. Patung ini menjadi simbol pariwisata di daerah Bada. Patung ini

    juga mempunyai sejarah yang bila dipelajari akan menambah pengetahuan lebih

    para wisatawan tentang patung megalitik ini. Jenis shoot yang digunakan adalah

    full shoot & close up untuk memperlihatkan detail patung – patung dan rumah

    adat Bada.

    Gambar 11 scene 6

    Gambar 11 adalah scene yang menceritakan human interest orang

    menangkap ikan dan panen padi juga kebudayaan masyarakat Poso seperti tarian

    daerah. Jenis shoot medium & close up untuk memperlihatkan detail video

    contohnya pada pakaian daerah dan perlengkapannya.

  • 13

    Gambar 12 scene 7

    Gambar 12 adalah scene yang menceritakan flashback dari semua objek

    wisata yang telah ada pada scene sebelumnya dan flashback menggunakan stok

    video yang berbeda agar tidak terkesan seperti pengulangan video. Jenis shoot

    yang dipakai adalah medium, long shoot, CU & extreme shoot untuk

    memperlihatkan sudut pandang.

    Gambar 13 scene 8

    Gambar 13 adalah closing video yang menggunakan footage air terjun

    Wera Saluopa dan pengambilan gambar menggunakan jenis Long Shoot supaya

    sudut pandang yang lebar tentang objek wisata dapat diperlihatkan dalam video

    ini dan bisa memberikan daya tarik untuk wisatawan.

    Perancangan Media

    Pada hasil akhir perancangan media, video promosi nantinya dapat

    digunakan untuk keperluan promosi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Poso.

    Dimana perancangan video ini akan diimplementasikan pada website resmi Dinas

    Pariwisata, media sosial Youtube ataupun media sosialisasi lainnya seperti pada

    contoh gambar 14.

  • 14

    Gambar 14 Rencana implementasi video promosi pada website Dinas Pariwisata

    5. Evaluasi dan Pengujian

    Evaluasi video Promosi Pariwisata Kabupaten Poso secara kualitatif

    melalui wawancara kepada Bapak Putera Botilangi yang menjabat sebagai Kepala

    Dinas Pariwisata Kabupaten Poso. Wawancara tersebut membahas mengenai

    apakah video promosi yang telah dirancang sudah sesuai berdasarkan penelitian

    awal mengenai media promosi yang berdasarkan dengan kearifan lokal

    masyarakat Poso dan apakah media yang dirancang lebih menarik untuk

    pariwisata di Kabupaten Poso dan apakah konten dalam video sudah sesuai

    dengan objek pariwisata yang akan dikembangkan.

    Menurut Bapak Putera Botilangi bahwa secara keseluruhan video ini

    sudah layak untuk dijadikan sarana promosi yang lebih menarik untuk pariwisata

    Kabupaten Poso dan untuk kedepannya beberapa objek wisata unggulan lainnya

    bisa dimasukan sebagai tambahan konten dari video promosi ini. Unsur

    budayanya juga sudah cukup baik serta kearifan lokal masyarakat Poso yang

    ditampilkan sudah sesuai dengan kearifan lokal masyarakat Poso yaitu mulai dari

    kategori sumber daya alam yaitu sudah menampilkan objek potensi wisata mulai

    dari danau Poso, air terjun Wera dan Hutan anggrek Bancea, kategori Seni budaya

    yaitu tarian adat dan kesenian daerah, lingkungan hidup masyarakat Poso serta

    kategori pertanian seperti panen padi dan proses tangkap ikan yang masih

    menggunakan cara tradisional yaitu Mosango.

    Kemudian dilakukan evaluasi kepada videographer dilakukan melalui

    wawancara kepada George Nicholas Huwae selaku staff pengajar di UKSW.

    Dalam wawancara tersebut membahas mengenai kualitas sinematografi yang di

    aplikasikan dalam video promosi tersebut serta keseluruhan teknis dalam video.

    Hasil evaluasi yang didapat mengenai teknik sinematografi yang

    digunakan dalam video ini secara keseluruhan sudah jelas dan bagus karena bisa

  • 15

    terlihat detail dari objek wisata yang dipromosikan. Backsound masih kurang

    balance hal ini disebabkan karena level volume backsound masih di lebih besar

    bila dibandingkan oleh suara narator. Sebagai masukan, bumper out pada akhir

    video perlu ditambahkan dan juga ditambahkan teks narasi untuk memperjelas.

    Video ini secara keseluruhan sudah layak untuk dijadikan sebagai media promosi

    pariwisata Poso.

    Pengujian Video Promosi Kepada Calon Wisatawan dan Masyarakat Poso.

    Setelah dilakukan evaluasi kepada Dinas Pariwisata dan Videografer

    mengenai konten video serta teknis dalam perancangan video maka selanjutnya

    pengujian dilakukan kepada calon wisatawan serta masyarakat Poso mengenai

    konten pariwisata apakah video ini sudah mempunyai daya tarik untuk

    mendatangkan para calon wisatawan ke Poso.

    Hasil pengujian yang didapat dari wisatawan lokal yaitu Yerik Afrianto

    Singgalen selaku staff pengajar di UKSW menyatakan bahwa video ini sudah

    atraktif karena fokus pengambilan gambar ialah pada objek wisata yang bervariasi

    seperti wisata danau, air terjun, gua bersejarah, patung - patung megalitik, atraksi

    kebudayaan dan pola kehidupan masyarakat Poso yang ramah dan unik juga

    terlihat di video ini yang membuat semakin menarik untuk berkunjung ke Poso.

    Video ini juga sudah layak untuk dijadikan sebagai sarana promosi pariwisata

    Poso karena kearifan lokal masyarakat serta harmoni kehidupan antara masyarakat

    alam dan budaya sudah sesuai dengan konsep perancangan video promosi ini.

    Kemudian hasil pengujian kepada calon wisatawan lainnya adalah kepada

    Nikolas Adrian selaku staff pengajar di UKSW menyatakan bahwa sangat tertarik

    berwisata ke Poso dan video ini sudah menggambarkan pesona alam dan budaya

    di Kabupaten Poso serta ada kesan tantangannya dalam menelusuri lokasi dari

    setiap objek wisata.

    Hasil pengujian yang didapatkan dari masyarakat Poso melalui media

    sosial Facebook yang mendiskusikan tentang video promosi ini apakah sudah

    sesuai dan sudah layak untuk dijadikan sarana promosi wisata di Kabupaten Poso

    menyatakan bahwa video promosi ini sudah layak untuk dijadikan video promosi

    pariwisata di Poso. Objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan dan

    kearifan lokal serta budaya masyarakat Poso sudah sesuai seperti yang

    ditampilkan dalam video walaupun ada beberapa objek wisata lainnya yang belum

    ditampilkan seperti Watu Mora’a dan Pembuatan kerajinan tangan tradisional.

    Pengujian juga dilakukan pada IICF (Indonesian - International Culture

    Festival 2015) melalui pameran dan wawancara kepada pengunjung IICF 2015

    apakah tertarik berwisata ke Poso setelah melihat visualisasi dari objek - objek

    wisata, kebudayaan dan kesenian daerah pada video promosi ini serta apakah

    sudah layak untuk dijadikan sebagai video promosi potensi wisata.

  • 16

    Gambar 15 Pameran IICF 2015

    Berdasarkan hasil wawancara kepada pengunjung IICF (Indonesian -

    International Culture Festival 2015) dapat disimpulkan bahwa setelah melihat

    visualisasi dari objek - objek wisata, budaya dan kesenian dari video promosi

    potensi wisata ini, pengunjung tertarik untuk datang berwisata ke Poso serta

    dengan adanya penambahan narasi memudahkan untuk memahami isi dari video

    promosi potensi wisata Poso.

    6. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pembahasan, bahwa Perancangan Video Promosi

    Potensi wisata Kabupaten Poso berbasis kearifan lokal dapat dijadikan sebagai

    media promosi baru yang lebih menarik dalam mempromosikan objek wisata di

    Kabupaten Poso. Harmoni kehidupan antara manusia, budaya dan alam telah

    dapat divisualisasikan dengan baik, dan sesuai dengan kearifan lokal masyarakat

    Poso. Diharapkan untuk perancangan video promosi selanjutnya objek wisata

    yang mempunyai potensi untuk dikembangkan bisa ditampilkan dalam video.

    Penambahan animasi dan efek khusus juga bisa digunakan bila diperlukan.

    7. Pustaka

    [1]. Ayatrohaedi (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius) Jakarta:

    Pustaka Pelajar.

    [2]. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu (2014)

    http://bpmp2t.posokab.go.id/detail/publikasi/nglwva-Profil-Kabupaten-

    Poso diakses tanggal 13 Mei 2015

    [3]. Aryadhitiya, Firmansyah (2015). Perancangan Video Promosi Pariwisata

    Candi Gedongsongo

    [4]. Karimang, Stieve Recaldo (2011). Perancangan Video Promosi Pariwisata

    Kabupaten Halmahera Utara

    [5]. Hofstetter, Fred T(2001). Multimedia Literacy. Third Edition. McGraw-

    Hill

  • 17

    [6]. Biran, H. Misbach Yusa (2006). Teknik Menulis Skenario Film Cerita,

    Penerbit Pustaka Jaya, Jakarta.

    [7]. Semedhi,Bambang (2011).Sinematografi-Videografi. Bogor: Ghalia

    Indonesia

    [8]. Rangkuti, Freddy (2009). Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis

    Kasus Integrated Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

    [9]. Sidik Permana, Yasa (2012). Perancangan Dan Pembuatan Video Promosi

    Wisata Alam Dan Edukasi Lingkungan Dolandeso Boro Daerah Banjar

    Asri Kabupaten Kulo Progo. Yogyakarta : AMIKOM.

    [10]. Aminudin (2013). Menjaga Lingkungan Hidup dengan Kearifan Lokal.

    Titian Ilmu, Jakarta.

    [11]. Louise Grenier, (1998). Working with Indigenous Knowledge: a guide for

    researchers. Ottawa: IDRC.

    [12]. Lentera Timur (2009) http://www.lenteratimur.com/poso-dan-pesona-

    yang-terpendam/ diakses pada tanggal 31 Maret 2015

    [13]. Sarwono, Jonathan (2007). Metode Riset untuk Desain Komunikasi

    Visual, Yogyakarta: Andi.

    [14]. Jim Ife & Frank Tesoriero (2008). Community Development: Alternatif

    Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi. Pustaka Pelajar.

    [15]. M.S. Gumelar (2011). Academic Writing. Jakarta. Lulu.com

    [16]. P.C.S. Sutisno.(1993). Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan

    Video. Penerbit PT Grasindo. Jakarta.

    [17]. Enterprise Jubilee (2010). 30 Bisnis Ide bagi Siapa pun. Penerbit PT Elex

    Media Komputindo. Jakarta

    http://www.lenteratimur.com/poso-dan-pesona-http://www.lenteratimur.com/poso-dan-pesona-