Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SKRIPSI
PERANCANGAN POLA ROCKER ARM DENGAN PROSES
INVESTMENT CASTING
Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan studi
Jenjang Strata 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Disusun oleh:
WAJIHAN AL WAFA’
141.03.1023
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2020
ii
THESIS
DESIGN ROCKER ARM PATTERN USING INVESTMENT
CASTING PROCESS
This compiled as partial fulfillment of the requirement for the attainment of
Undergraduate in S-1 mechanical engineering department Faculty of Technology
Industry Institute Science & Technology AKPRIND Yogyakarta
Written by:
WAJIHAN AL WAFA’
141.03.1023
DEPARTMENT OF MECHANICAL ENGINEERING
FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY
INSTITUTE SCIENCE & TECHNOLOGY AKPRIND
YOGYAKARTA
2020
v
MOTTO
Bismillahirrahmanirrohim
.
“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”
(Qs: Al- Hadid ayat: 20)
“Saya sudah menggoblokkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum menggoblokkan
orang lain”
(Bob Sadino)
“Nikmati saja kegagalan di masa muda karena itu adalah proses puncak
kesuksesan di masa tua”
(Jack Ma)
”Aku lebih memilih orang yang malas untuk melakukan perkerjaan yang sulit
karena orang malas akan mencari cara paling mudah untuk melakukannya”
(Bill Gates)
“Gitu aja kok repot”
(Gus Dur)
Alhamdulillahirobbil a’lamin
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan “Alhamdulillahirobbil’amiin” akhirnya Skripsi ini
selesai, dan Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua Orang tua, Ibu dan Bapak yang saya sayangi telah berjuang keras
menafkahi anakmu supaya bisa menuntut ilmu sampai jenjang yang bahkan
belum pernah saya bayangkan. Atas segala dorongan baik material, motivasi,
bimbingan maupun do’a yang tidak lelah kalian berikan kepadaku, saya
ucapkan terima kasih dan semoga saya bisa membahagiakan Bapak Ibu
dengan ilmu yang bermanfaat serta menjadi anak yang sholeh dan berguna
bagi Nusa dan Bangsa.
2. Rofiq Adhari S teman kuliah dari semester satu serta mau membantu dalam
meminjami laptop dan memberi masukan, selalu support dalam hal apapun,
serta keluarga yang selalu memberikan motivasi-motivasi yang membangun.
3. Fandika Setia B meski sudah bekerja jauh disana namun selalu support.
4. Buldan, Muklas Aris, teman seperjuangan dari awal masuk kuliah yang selalu
support selalu bersama-sama dalam hal apupun mau senang mau susah tetap
tertawa.
5. Para anggota Grup BT yang senantiasa membantu dalam pengerjaan skripsi
ini.
6. Kepada yang terhormat Dosen Jurusan Teknik Mesin Institut Sains &
Teknologi AKPRIND Yogyakarta yang senantiasa selalu memberikan ilmu,
pelajaran, dan pengalaman serta selalu memberikan kata-kata magis
vii
penyemangat dalam segala hal, terima kasih selalu saya ucapkan atas peran
dan jasa yang tak pernah mampu kubalas.
7. Salam untuk saudara-saudaraku Mahasiswa teknik mesin, terima kasih telah
menjadi keluarga baru kedua, semoga diberi keteguhan dalam menjalankan
amanah serta selalu istiqomah dalam ta’awanu ‘alal birri wattaqwa. Tetap
semangat, sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan pasti ada balasannya
dari Allah.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penyusun ucapkan atas segala nikmat, hidayah dan
inayah yang Allah berikan kepada penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Perancanga Pola Rocker Arm Dengan Proses
Investment Casting” ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
wajib untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST) pada jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Penyusun juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan Skripsi ini. Tanpa bantuan dan dukungan pihak-
pihak tersebut penyusun tidak dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
Penyusun sampaikan terimakasih kepada:
1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah memberikan banyak nikmatNya
kepada punyusun, nikmat umur, nikmat waktu, nikmat rizki, dan masih
banyak lagi nikmat-nikmat yang tidak dapat penyusun sebutkan seluruhnya.
2. Kedua Orang tua serta seluruh keluarga, yang telah memberikan bimbingan
dan arahan sehingga bisa menyelesaikan amanah ini dengan baik.
3. Bapak Dr. Ir. Amir Hamzah, M.T., selaku Rektor Institut Sains & Teknologi
AKPRIND Yogyakarta.
4. Ibu Nidia Lestari, ST., M.Eng., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Institut
Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, sekaligus dosen pembimbing dua
yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
ix
5. Bapak H. Drs. Khairul Muhajir, M.T. selaku dosen wali yang selalu
memberikan saran dan arahan kepada penyusun.
6. Bapak Ir. Bambang Wahyu Sidharta, M. Eng., selaku dosen pembimbing satu
yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Kepada teman-teman seperjuangan dan sepenanggungan, khususnya
angkatan 2014 Mahasiswa teknik mesin, terima kasih telah menjadi keluarga
baru kedua, terima kasih atas doa’anya dan motivasi semangatnya, semoga
menjadi berkah bagi kita semua.
Demikianlah Skripsi ini disusun, oleh karena keterbatasan ilmu yang penyusun
miliki, Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran penyusun
harapkan dari pembaca untuk memperbaiki Skripsi ini. Besar harapan penyusun
supaya Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan acuan
pustaka di perpustakaan Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Atas
perhatiannya penyusun ucapkan banyak terima kasih.
Yogyakarta, Januari 2020
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR/SKRIPSI ................................ iv
MOTTO ............................................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
ABSTRAK ......................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah..................................................................................... 2
1.4 Tujuan .................................................................................................... 3
1.5 Manfaat .................................................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 4
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................................... 4
2.2 Pengecoran Logam ................................................................................. 6
2.3 Pola ......................................................................................................... 9
2.4 Cetakan ................................................................................................... 16
2.5 Sistem Saluran ........................................................................................ 16
xi
2.6 Metode Investment Casting .................................................................... 18
2.7 Besi Cor .................................................................................................. 23
2.8 CAD / CADD, CAM, dan CAE ............................................................. 27
2.9 Macam-Macam Cacat Coran Logam ..................................................... 30
2.10 Rocker Arm…………………………………………………………...34
BAB III METODE PERANCANGAN .............................................................. 36
3.1 Diagram Alir .......................................................................................... 36
3.2 Penjelasan Diagram Alir ........................................................................ 37
3.3 Observasi Data ....................................................................................... 39
3.4 Desain Rancangan .................................................................................. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 45
4.1 Persiapan Simulasi ................................................................................. 45
4.2 Simulasi .................................................................................................. 47
4.3 Hasil Simulasi ........................................................................................ 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 54
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 54
5.2 Saran ....................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Pengecoran Logam ........................................................... 7
Gambar 2.2 Aliran Proses Pada Pembuatan Coran .......................................... 8
Gambar 2.3 Pola Tunggal ................................................................................ 10
Gambar 2.4 Pola Belahan ................................................................................. 11
Gambar 2.5 Pola Pelat Pasangan ...................................................................... 11
Gambar 2.6 Pola Pelat Kup dan Drag ............................................................. 11
Gambar 2.7 Pola Cetakan Sapuan .................................................................... 12
Gambar 2.8 Pola Penggeret Dengan Penuntun ................................................ 12
Gambar 2.9 Pola Penggeret Berputar Dengan Rangka Cetak .......................... 13
Gambar 2.10 Pola Kerangka Tipe 1 ................................................................... 13
Gambar 2.11 Pola Kerangka Tipe 2 ................................................................... 14
Gambar 2.12 Tahapan Proses Investment Casting ............................................. 19
Gambar 2.13 Contoh Pola Investment Casting .................................................. 21
Gambar 2.14 Diagram Kesetimbangan Besi dan Karbon .................................. 23
Gambar 2.15 Contoh Struktur Micro Besi Cor Nodular .................................... 26
Gambar 2.16 Cacat Ekor Tikus Atau Kekerasan Yang Meluas ......................... 30
Gambar 2.17 Lubang Lubang ............................................................................ 31
Gambar 2.18 Retakan ......................................................................................... 31
Gambar 2.19 Salah Alir...................................................................................... 32
Gambar 2.20 Inklusi Terak ................................................................................ 33
Gambar 2.21 Inklusi Terak Pasir ....................................................................... 33
Gambar 2.22 Cacat Struktur Butir Terbuka ....................................................... 34
xiii
Gambar 2.23 Gambar Rocker Arm .................................................................... 35
Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan ........................................................... 36
Gambar 3.2 Gambar Produk Coran .................................................................. 40
Gambar 4.1 Desain Pola Rocker Arm .............................................................. 45
Gambar 4.2 Desain Pola Rocker Arm Format “STL” ...................................... 46
Gambar 4.3 Komponen Penambah Dalam Simulasi ........................................ 46
Gambar 4.4 Open File Format “STL” ............................................................. 47
Gambar 4.5 File “STL” ................................................................................... 48
Gambar 4.6 Tampilan File “STL” Pada Software SolidCast ........................... 48
Gambar 4.7 Plot This Value ............................................................................. 49
Gambar 4.8 Prosentase Cairan 9.99% Memasuki Pola .................................... 50
Gambar 4.9 Prosentase Cairan 44.97% Memasuki Pola .................................. 50
Gambar 4.10 Prosentase Cairan 59.97% Memasuki Pola .................................. 51
Gambar 4.11 Cairan Sudah 100% Memasuki Pola ............................................ 51
Gambar 4.12 Hasil Cacat Pada Produk Coran ................................................... 52
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komposisi Kandungan Besi Cor ...................................................... 24
xv
ABSTRAK
Rocker Arm dibuat dengan proses pengecoran logam metode Investment
Casting. Permasalahan yang umum terjadi pada produksi pengecoran adalah
adanya shrinkage. Niyama criterion adalah analisis pada software simulasi untuk
menunjukan keberadaan shrinkage.Tahap perencanaan desain 2D dan 3D dirancang
dengan bantuan software Solidworks 2015. Desain yang dihasilkan berupa desain
produk coran Rocker Arm yang terdiri dari bagian sprue dan gate. Simulasi
berbantuan komputer menggunakan software SolidCast 7.0.2 untuk memprediksi
cacat coran yang terjadi pada bagian produk. Dari hasil simulasi, terdapat cacat pada
bagian gate dan produk Rocker Arm. Hasil produk Rocker Arm pada bagian sebelah
kiri atas menghasilkan produk yang baik. Perbedaan hasil simulasi pada tiap bagian
produk Rocker Arm disebabkan oleh perbedaan pemasangan produk Rocker Arm
dengan gate yang berbeda-beda.
Kata kunci: Rocker Arm, Investment Casting, Solidworks 2015, SolidCast 7.0.2
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi pemesinan sampai saat ini sudah sangat pesat dengan banyaknya
teknologi-teknologi baru yang diinovasikan kembali. Begitu juga dengan
perkembangan mesin yang dipergunakan untuk mempermudah serta membantu
kegiatan manusia saat ini. Namun di dalam mesin terdapat komponen-komponen
yang sangat berhubungan satu per satu komponennya. Di dalam mesin yang
biasa digunakan pada engine 4 tak, pekerjaan mekanis yang terjadi di dalam
head silinder sangat berpengaruh dengan kinerja mesin. Salah satu komponen
yang berpengaruh adalah rocker arm. Rocker arm berfungsi sebagai
pembuka dan penutup katup, baik katup hisap maupun katup buang.
Semakin berkembangnya dunia otomotif, maka perkembangan komponen
rocker arm sangat diperlukan. Rocker arm diproduksi dengan proses
investment casting. Investment casting merupakan salah satu metode
pembentukan produk melalui proses pengecoran dimana pola dibuat sedetail
mungkin dengan bahan wax, pola yang telah dibuat hanya digunakan untuk
satu kali proses penuangan. Dalam dunia industri pengecoran, software yang
sering digunakan untuk desain adalah software AutoCAD dan SolidWorks.
Sedangkan software yang sering digunakan untuk simulasi adalah software
SolidCast, software SolidCast disini adalah simulasi dilakukan untuk memberi
gambaran proses penuangan aluminium atau besi yang sudah mencair ke dalam
cetakan. Pada penelitian ini software Solidworks digunakan untuk desain
cetakan dan sistem saluran (gating system).
1.2 Perumusan Masalah
Pentingnya perumusan masalah dalam industri untuk sebuah konsep yang
dibutuhkan agar sesuai dengan yang diharapkan. Agar menghasilkan suatu
konsep yang sesuai dengan fungsi serta kebutuhan, maka seorang engineer
harus mampu menganalisa desain sehingga tujuan dapat dicapai. Berdasarkan
uraian tersebut perumusan masalah yang akan menjadi pembahasan adalah
sebagai berikut:
1. Merancang desain pola untuk proses pengecoran rocker arm sepeda motor.
2. Proses manufaktur berdasarkan desain pola yang akan disimulasikan.
3. Kualitas dari hasil yang disimulasi
1.3 Batasan Masalah
Perancangan desain pola rocker arm dari proses pengecoran ini dibatasi
pada beberapa permasalahan antara lain:
1. Perancangan desain pola produk dibuat tidak memperhitungkan harga
produk.
2. Pemilihan bahan dan proses tidak akan dibahas secara detail.
3. Desain cetakan menggunakan software SolidWorks.
4. Simulasi yang dilakukan menggunakan software SolidCast.
3
1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengaplikasikan CAD/CAM dalam desain pola dengan gambar 2D
maupun 3D dengan software SolidWork dan simulasi software SolidCast.
2. Menggembangkan rancangan desain pola rocker arm untuk sepeda motor.
3. Mengetahui kualitas produk dari hasil simulasi rocker arm.
1.5 Manfaat
Dari hasil tujuan di atas, diharapkan mendapatkan manfaat yang dicapai
sebagai berikut:
1. Pembaca dapat memahami proses desain pola pembuatan rocker arm
sebagai salah satu teknologi proses manufaktur yang diaplikasikan dalam
industri pengecoran logam.
2. Mengenalkan ide-ide baru tentang desain pola perancangan rocker arm dan
dapat diterapkan.
3. Sebagai referensi untuk perancangan atau penelitian lebih lanjut mengenai
perancangan pola rocker arm.
4. Sebagai bentuk aplikasi praktis dilapangan terhadap mata kuliah yang
didapat oleh mahasiswa dibangku perkuliahan.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
(Purnomo, 2010) mengatakan dalam proses pengecoran logam dengan
metode High Pressure Die Casting (HPDC) adalah metode pengecoran dengan
cara menginjeksikan cairan logam ke dalam cetakan dengan kecepatan dan
tekanan tertentu dengan menggunakan mesin HPDC. Cetakan yang digunakan
adalah baja karbon. Metode pengecoran tersebut dilakuk.an dengan pengecoran
HPDC pada pembuatan komponen sepeda motor piston supra X 125 dengan
bahan dasar aluminium dan silikon. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan
dengan variasi temperature penuangan 400, 500, 600 °C, komposisi paduan
piston yaitu 100% piston bekas + 25% Al-Si 12, 75% piston bekas + 25% Al-
Si 12, dan 50% piston bekas 50% + 50% AI-Si 12 dan sebagai kontrol piston
bekas murni dan Al-Si 12 murni. Kekasaran setelah machining paling baik Ra
0,10 dicapai pada komposisi 50% piston bekas + 50% Al-Si 12 dengan
temperature penuangan 600 °C.
(Utomo, 2017) mengatakan dalam perancangannya merencanakan dan
membuat dies permanent mold dengan material besi cor ductile (FCD).
Dengan proses perencanaan desainnya menggunakan software solidwork 2014
untuk membantu mendesain dies permanent mold sebelum dilakukan proses
pembuatan. Lalu proses simulasinya dilakukan langsung pada mesin CNC
vertical milling.
5
(Setiyono dan Soeharto, 2012) menjelaskan bahwa piston yang terbuat
dari bahan paduan alumunium dapat dibuat dengan metode cetak tekan
(squeeze casting) dan pola hilang (investment casting). Pembuatan piston
pengan metode squeeze casting mampu menghasilkan produk tanpa porositas,
tetapi piston yang dihasilkan masih perlu mendapatkan proses permesinan
lanjut untuk membentuk kepala piston dan mengurangi kelebihan dimensi
sehingga akan menaikan biaya produksi. Sedangkan pembuatan piston dengan
metode investment casting mampu menghasilkan produk piston tanpa
memerlukan proses permesinan lebih lanjut. Meskipun demikian, masalah
porositas juga sering ditemui pada investment casting. Hal ini sangat
merugikan, karena porositas dapat menurunkan kekuatan material yang mana
porositas tersebut akan menjadi sumber tegangan yang mengakibatkan awal
terjadinya retakan. Beberapa pengontrolan porositas pada produk hasil
investment casting khususnya dengan metode ceramic shell dapat dilakukan
dengan mengkaji ulang tentang parameter komposisi ceramic shell. Komposisi
ceramic shell yang tepat akan dapat meningkatkan ketahanan dinding ceramic
shell terhadap reaksi logam cair, sehingga gas H,O,CO, dan CO yang
dihasilkan akibat reaksi kimia antara logam cair dengan dinding ceramic shell
dapat dicegah, sehingga produk cor memiliki persentase porositas yang rendah.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian pembuatan produk piston dengan cara
investment casting menggunakan metode ceramic shell dengan harapan dapat
menurunkan harga kekasaran permukaan dan persentase porositas pada produk
cor.
6
(Daryanto dan Sutiyoko, 2017) mengatakan untuk meningkatkan
efisiensi kerja pola yang dapat dibentuk dari besi, kayu, styrofoam, lilin harus
dibuat dengan menggunakan peralatan yang modern. Peralatan tersebut berupa
mesin disasander, mesin jig saw, mesin gergaji band saw. Peralatan ini dapat
meningkatkan produktifitas kerja di industri pengecoran logam ceper.
2.2 Pengecoran Logam
(Rangga dkk, 2018) mengatakan definisi pengecoran merupakan salah
satu proses produksi dengan cara menuangkan logam cair kedalam suatu
cetakan sehingga membentuk suatu produk. (Supriyanto, 2009) mengatakan
penggunaan proses pengecoran selain untuk mencairkan logam juga dipakai
untuk proses pembentukan logam sesuai dengan bentuk yang dibutuhkan.
Pengecoran adalah untuk mencairkan suatu logam setelah itu dituangkan
kedalam cetakan.
Definisi dari pengecoran logam secara umum dapat diartikan proses
pembuatan produk dengan logam yang dicairkan lalu dituangkan ke dalam
cetakan, kemudian didinginkan dan membeku sehingga membentuk suatu
produk.
Perancangan produk coran merupakan proses awal yang dilakukan.
Perancangan coran harus pula memperhatikan proses-proses selanjutnya yang
akan dilakukan agar memberi kemudahan bagi proses-proses selanjutnya dan
tidak menimbulkan masalah.
7
Gambar 2.1 Proses Pengecoran Logam
(Sumber: Arianto, 2010)
Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses
pengecoran, yaitu:
1. Adanya aliran logam cair ke dalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam
dalam cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cair
Sedangkan pengecoran logam adalah suatu proses manufacturing untuk
mendapatkan suatu bentuk tertentu, baik untuk dilakukan proses selanjutnya
seperti proses pemesinan (machining) ataupun proses penyelesaian dalam
bentuk akhir.
8
Gambar 2.2 Aliran Proses Pada Pembuatan Coran
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
Proses pengecoran ini memiliki banyak metode, diantaranya adalah
gravity casting (pengecoran atau penuangan berdasarkan gaya tarik bumi),
pengecoran centrifugal (pengecoran sentrifugal), pengecoran die casting
(pengecoran cetak), pengecoran investment casting (pengecoran dengan pola
lilin). Pada perancangan ini menggunakan metode investment casting.
Macam-macam pengecoran berdasarkan umur cetakannya ada pengecoran
dengan cetakan non permanen atau sekali pakai yang terbuat dari bahan pasir
(expendable mold) dan ada pengecoran dengan cetakan permanen atau cetakan
yang dipakai berulang-ulang kali yang biasanya dibuat dari bahan logam
(permanent mold) yang memiliki kegunaan dan keuntungan yang berbeda.
Produk pengecoran logam mempunyai bentuk dan dimensi yang khas,
karena pembuatannya dilakukan dengan mengubah logam dari fase cair mejadi
padat. Pembuatan benda dilakukan sekaligus dan tidak dilakukan dengan
perakitan bagian-bagian benda. Adapun kelebihan dan kekurangan pada proses
pengecoran, antara lain yaitu:
1. Keuntungan proses pengecoran logam
a. Dapat membuat bentuk yang rumit
9
b. Dapat menghemat waktu dan pengerjaan produk massal
c. Dapat mengggunakan bahan yang tidak dapat dikerjakan dengan
proses pemesinan
d. Ukuran produk tidak terbatas
e. Bahan dapat di daur ulang
2. Kekurangan proses pengecoran
a. Kurang ekonomis untuk produksi dalam jumlah sedikit
b. Permukaan secara umum lebih kasar di banding proses pemesinan
c. Toleransi kepresisian ukuran harus lebih besar dibanding produk
pemesinan
2.3 Pola (Pattern)
(Surdia & Chijiiwa, 2006) mengatakan pola merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam pengecoran, karena pola merupakan media pembentukan
produk yang akan dihasilkan. Pola sangat penting dan harus diperhatikan,
karena secara garis besar bila pola yang dibuat tidak sesuai produk maka hasil
dari coran tidak sesuai produk atau gagal. Banyak hal yang harus diperhatikan
dalam pembentukan pola, terutama dari dimensi ukuran produk yang akan
dihasilkan.
Bahan dari logam bisa bermacam-macam sesuai dengan penggunaanya.
Faktor penting untuk menetapkan macam pola adalah proses pembuatan
cetakan dimana pola tersebut dipakai dan lebih penting lagi pertimbangan
10
ekonomi yang sesuai dengan jumlah dari biaya pembuatan cetakan dan biaya
pembuatan pola.
Hal pertama yang harus dilakukan pada pembuatan pola adalah mengubah
gambar perencanaan menjadi gambar untuk pengecoran. Dalam hal ini
dipertimbangkan bagaimana membuat coran yang baik, bagaimana
menurunkan biaya pembuatan cetakan, bagaimana membuat pola yang mudah,
bagaimana menstabilkan inti-inti dan bagaimana cara mempermudah
pembongkaran cetakan, kemudian menetapkan arah kup dan drag, posisi
permukaan pisah, bagian yang dibuat oleh cetakan utama dan bagian yang
dibuat oleh inti. Selanjutnya menetapkan tambahan penyusutan, tambahan
untuk penyelesaian dengan mesin, kemiringan pola, dan seterusnya, serta
dibuat gambar untuk pengecoran.
2.3.1 Macam-Macam Pola (Pattern)
(Surdia & Chijiiwa, 2006) Pola mempunyai berbagai macam bentuk.
Pada pemilihan macam pola harus diperhatikan produktivitas, kualitas coran
dan harga pola.
1. Pola Pejal
Pola pejal adalah pola yang biasa dipakai yang bentuknya hampir
serupa dengan bentuk coran. Pola ini dibagi menjadi dua macam, yaitu
pola tunggal dan pola belahan.
Gambar 2.3 Pola Tunggal
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
11
Gambar 2.4 Pola Belahan
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
2. Pola Pelat Pasangan
Pola ini merupakan pelat dimana pada kedua belahannya ditempelkan
pola, demikian juga saluran turun, pengalir, saluran masuk dan penambah.
Pola biasanya dibuat dari logam atau plastik.
Gambar 2.5 Pola Pelat Pasangan
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
3. Pola Pelat Kup dan Drag
Dalam hal ini pola kayu, logam atau plastik dilekatkan pada dua pelat
demikian juga saluran turun, pengalir, saluran masuk dan penambah. Pelat
tersebut ialah pelat kup dan pelat drag. Kedua pelat dijamin oleh pena-
pena agar bagian atas dan bawah dari coran menjadi cocok.
Gambar 2.6 Pola Pelat Kup dan Drag
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
12
4. Pola Cetakan Sapuan
Dalam hal ini bentuk dari coran silinder atau bentuk benda putar. Alat
ini dibuat dari pelat dengan sebuah penggeret dan pemutar pada tengahnya.
Pembuatan cetakan dilakukan dengan memutar penggeret di sekeliling
pemutar.
Gambar 2.7 Pola Cetakan Sapuan
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
5. Pola Penggeret
Digunakan untuk pipa lurus atau pipa lengkung yang penampangnya
tidak berubah. Penuntun dibuat dari kayu dan pembuatan cetakan
dilakukan dengan menggerakkan penggeret sepanjang penuntun.
Gambar 2.8 Pola Penggeret Dengan Penuntun
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
13
6. Pola Penggeret Berputar Dengan Rangka Cetak
Ini merupakan suatu pola yang dapat bagian polanya dapat di tukar.
Pembuatan cetakan dilakukan dengan mengayunkan penggeret sekeliling
porosnya.
Gambar 2.9 Pola Penggeret Berputar Dengan Rangka Cetak
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
7. Pola Kerangka
Dibuat dengan meletakkan pelat dasar dan membuat pelat dudukan
penuntun di atasnya dan mengikat pelat-pelat untuk menahan pasir antara
tiap penuntun. Adapun juga yang dibuat dengan meletakkan pelat ukur
pada permukaan pisah dan diatasnya diletakkan pengukur-pengukur dari
ketebalan yang sama seperti dudukan coran dan mempertemukan
pengukur-pengukur lain yang mempunyai ketebalan serupa sehingga
menjadi kerangka berbentuk sangkar.
Gambar 2.10 Pola Kerangka Tipe 1
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
14
Gambar 2.11 Pola Kerangka Tipe 2
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
2.3.2 Bahan-Bahan Pola
(Arianto, 2016) Bahan-bahan yang umum digunakan untuk membuat pola
adalah kayu, resin atau logam. Dalam kondisi tertentu atau pemakaian khusus
bahan seperti lilin (wax), gips dan stryofoam juga bisa dipakai untuk membuat
pola.
1. Kayu
Kayu yang dipakai untuk pola antara lain kayu saru, kayu aras, kayu
pinus, kayu mahoni, kayu jati dan sebagainya. Pemilihan kayu dilakukan
berdasar jenis dan ukuran pola, jumlah produksi, dan lamanya pemakaian.
Kayu dengan kadar air lebih dari 14% tidak dapat digunakan untuk
membuat pola karena akan timbul pelentingan yang disebabkan perubahan
kadar air dalam kayu. Suhu udara sekitar terkadang harus diperhitungkan
terkait lokasi penggunaan tersebut.
2. Styrofoam
Pola dari polisterin atau yang dikenal sebagai styrofoam merupakan
pola sekali pakai. Pola polisterin tidak dikeluarkan dari cetakan, tapi akan
15
menguap saat logam cair dituangkan. Pola polisterin digunakan untuk
membuat benda atau komponen dalam jumlah sedikit atau bahkan
terkadang hanya satu. Cetakan yang dipakai adalah semen, pasir atau
chemical moulding yang tidak berpengaruh terhadap polisterin.
3. Resin
Resin merupakan jenis resin yang banyak digunakan secara luas
dalam pencetakan cor atau benda-benca cetakan, industri teknik kimia,
listrik mekanik, perekat, cat pelapis, dan sebagainya.
4. Logam
Bahan pola logam yang umum digunakan adalah besi cor kelabu,
karena tahan aus, tahan panas dan tidak mahal (Surdia & Chijiiwa, 2006).
Selain itu logam alumunium dapat pula dipakai sebagai bahan pola karena
ringan dan mudah dikerjakan.
5. Lilin
Lilin umumnya dipakai untuk membuat pola dari benda coran
berukuran kecil, produksi masal dan bahan paduan kelas tinggi semisal
sudu-sudu turbin. Pola dari lilin dibuat dengan cara dicetak agar pola yang
dibuat seragam dalam bentuk dan ukuran. Jadi harus dibuat cetakan untuk
membuat pola lilin. Pemakaian cetakan dengan pola dari lilin akan lebih
ekonomis digunakan untuk benda coran kurang dari 3 kg dan jumlahnya
lebih dari seratus benda coran. Pengecoran dangan pola lilin sangat sesuai
16
untuk benda tuang yang memiliki suhu tinggi, barang-barang ornamen
seperti patung, bagian-bagian senjata, dan part-part kecil pada kendaraan
bermotor.
2.4 Cetakan
(Surdia & Chijiiwa, 2006) Cetakan adalah rongga atau ruangan yang
akan dituangi logam cair untuk membuat coran. Cetakan dibuat menggunakan
pola (pattern), cetakan biasanya dibuat dengan jalan memadatkan pasir. Pasir
yang dipakai kadang-kadang pasir alam atau pasir buatan yang mengandung
tanah lempung. Cetakan pasir mudah dibuat dan tidak mahal asal dipakai pasir
yang cocok. Kadang-kadang dicampurkan pengikat khusus, umpamanya air
kaca, semen, resin furan, resin fenol atau minyak pengering, karena
penggunaan zat-zat tersebut memperkuat cetakan atau mempermudah operasi
pembuatan cetakan. Tentu saja penggunaan itu mahal, sehingga perlu memilih
dengan mempertimbangkan bentuk, bahan dan jumlah produk.
Selain dari cetakan pasir kadang-kadang dipergunakan cetakan logam.
Pada penuangan, logam cair mengalir melalui pintu cetakan, maka bentuk pintu
harus dibuat sedemikian sehingga tidak menganggu aliran logam cair.
2.5 Sistem Saluran (Gating System)
Sistem saluran dapat didefinisikan secara sederharna sebagai suatu bagian
untuk mengalirnya logam cair mengisi cetakan. Sistem saluran yang ideal harus
memenuhi kriteria seperti mengurangi cacat, menghindari penyusutan dan
dapat mengurangi biaya produksi. Sistem saluran terdiri atas saluran masuk
17
(ingate), saluran pengalir (runner) dan saluran turun (sprue). Berikut adalah
uraian dari karakteristik sistem saluran, yaitu:
1. Dapat mengurangi terjadinya turbulensi aliran logam cair ke dalam rongga
cetakan.
2. Mengurangi masuknya gas-gas ke dalam logam cair.
3. Mengurangi kecepatan logam cair yang mengalir ke dalam cetakan,
sehingga tidak terjadi erosi pada cetakan.
4. Mempercepat pengisian logam cair ke dalam rongga cetak untuk
menghindari pembekuan dini.
5. Mengkomodir pembekuan terarah (directional solidification) pada produk
coran.
6. Gradien temperatur yang terjadi saat masuknya logam cair ke dalam
cetakan harus sama baiknya dengan gradien temperatur pada permukaan
cetakan sehingga pembekuan dapat diarahkan menuju riser.
Penentuan coran dalam sistem saluran:
1. Tempatkan dimensi coran yang besar pada bagian bawah.
2. Minimalkan tinggi dari coran.
3. Tempatkan daerah terbuka dibagian bawah.
4. Tempatkan coran sedemikian rupa hingga riser berada pada tempat
tertinggi dari coran untuk bagian yang besar.
Jika sistem saluran akan dibuat terpisah (cope and drag):
1. Umumnya runner, gate dan sprue ditempatkan pada drag.
18
2. Tempatkan bidang pisah (parting plane) relatif serendah mungkin
terhadap coran.
3. Tempatkan bidang pisah pada bagian dimana coran mempunyai luas
permukaan terbesar.
Desain yang tidak benar dari sistem saluran dapat mengakibatkan satu atau
beberapa cacat pada pengecoran, sebagai berikut:
1. Sand (pasir), slag (terak), dross atau pengotor yang lain.
2. Permukaan kasar
3. Gas-gas yang terjebak
4. Logam yang teroksidasi secara berlebihan
5. Penyusutan yang terlokalisir (pipe shrinkage, atau macroshinkage)
6. Porositas yang tersebar atau microporosity
7. Penyatuan yang tidak sempurna ketika logam cair bertemu dalam satu
tempat (cold shuts)
8. Gelembung yang terjebak dalam pembekuan awal (cold shots)
9. Cetakan yang tidak terisi (misruns)
10. Penetrasi logam ke dalam cetakan pasir atau inti
2.6 Metode Investment Casting
(Rangga dkk, 2018) Invesment casting merupakan salah satu cara/metode
pembentukan produk melalui proses pengecoran dimana berbeda dengan
pengecoran lain terutama dalam proses pembentukan cetakannya. Proses di
awali dengan pembuatan pola (pattern) dan untuk pola yang dipakai dalam
19
proses ini ialah dari bahan-bahan yang memiliki titik cair sangat rendah
misalnya lilin (wax), digunakan dalam berbagai pembuatan pola dengan bentuk
yang sangat rumit, dalam proses ini pola dibentuk dengan bahan lilin,
selanjutnya dilapisi dengan bahan pelapis seperti ethil atau sodium silikat untuk
menghaluskan permukaan model. Kemudian model ini ditempatkan (invested)
di dalam bahan cetakan seperti resin, yang selanjutnya investment dikeringkan
melalui pemanasan, proses pengeringan dengan pemanasan dari 100ºC sampai
110ºC ini akan mengakibatkan lilin sebagai pola (pattern) ini menjadi lumer
dan mengalir melalui pori-pori bahan cetakan sehingga membentuk rongga
sesuai dengan bentuk produk yang diinginkan.
Proses pengecoran dengan investment casting ini menghasilkan produk
yang akurat karena mold (cetakannya) sangat kaku (rigid) serta digunakan
hanya untuk satu buah produk dan untuk produk berikutnya harus membentuk
mold baru, namun dalam satu rangka cetak dapat terdiri dari beberapa buah
pola produk.
Proses pengecoran dengan metode investment casting ini dilakukan pada
dapur vacum untuk mengindari terbentuknya rongga yang diakibatkan oleh
gelembung uap atau udara.
Gambar 2.12 Tahapan Proses Investment Casting
(Sumber: Sinta, 2008)
20
Tahapan investment casting:
1. Pola lilin di buat.
2. Beberapa pola ditempelkan pada saluran turun (sprue) membentuk pohon
pola.
3. Pohon pola dilapisi dengan lapisan tipis bahan tahan api.
4. Seluruh cetakan terbentuk dengan menutup pola yang telah dilapisi
tersebut dengan bahan tahan api sehingga menjadi kaku.
5. Cetakan dipegang dalam posisi terbalik, kemudian dipanaskan sehingga
lilin meleleh dan keluar dari dalam cetakan.
6. Cetakan dipanaskan kembali dalam suhu tinggi, sehingga semua kotoran
terbuang dari cetakan dan semua logam cair dapat masuk kedalam bagian-
bagian yang rumit disebut proses preheating.
7. Setelah logam cair dituangkan dan membeku cetakan dipecahkan, dan
coran dilepaskan dari sprue.
(Arif dan Soeharto, 2012) Langkah- langkah penelitian ini dibagi
menjadi 4 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelapisan ceramic shell, proses
pengecoran, tahap pengujian.
1. Tahap Persiapan
Tahap pertama adalah persiapan, yang terdiri dari perancangan dan
pembuatan sistem saluran, pembuatan master pola lilin, pembuatan
cetakan master pola lilin dan perakitan pohon lilin. Perancangan dan
pembuatan sistem saluran pada investment casting menggunakan sistem
21
pohon yang terdiri dari saluran masuk (sprue), dan saluran penghubung
(gate).
Menentukan ketebalan rata-rata benda cor untuk menentukan panjang
sisi sprue atas, ketinggian sprue, panjang sisi sprue bagian bawah, luas
permukaan sprue, dan luas gate.
Sa = 3,5 × t ……………………………………………………………(2.1)
Ts = 6 × Sa ……………………………………………………………(2.2)
Sb = 1
2 𝑆𝑎 …...………………………………………………...………(2.3)
Ab = Sb² ………………………………………………………………(2.4)
Ag = Ab ……………………………………………………………….(2.5)
Dimana:
Sa = Panjang sisi sprue atas (mm)
t = Tebal rata-rata benda cor (mm)
Ts = Ketinggian sprue (mm)
Sb = Panjang sisi sprue bagian bawah (mm)
Ab = Luas permukaan bawah sprue (mm²)
Ag = Luas gate (mm²)
Gambar 2.13 Contoh Pola Investment Casting
(Sumber: Arif & Soeharto, 2012)
22
2. Berat Penuangan Total
Berat penuangan total adalah berat atau total dari seluruh bahan yang
dibutuhkan termasuk sprue dan gate, hal ini dilakukan sebagai parameter
untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan dalam proses pengecoran fluida
cair.
3. Waktu penuangan
Waktu yang dibutuhkan logam cair untuk memenuhi cetakan mulai
dari sistem saluran (gating system) hingga cetakan produk coran.
R.Widodo, (2013), telah menyederhanakan beberapa penentuan waktu
pengecoran. Waktu pengecoran ditentukan berdasarkan tebal rata-rata
pada produk coran dan berat penuangan total bahan yang diperlukan.
4. Tahap Pelapisan
Tahap kedua adalah pembuatan ceramic slurry yang dimulai dengan
mencampur alumina dan gypsum. Selanjutnya alumina dan gipsum diaduk
di dalam Investment mixing basin.
5. Proses Pengecoran
Tahap ketiga adalah proses pengecoran yang diawali dengan
peleburan bahan paduan. Setelah bahan paduan mencair, maka dilakukan
penuangan kedalam cetakan ceramic shell melalui pouring cup secara
perlahan-lahan hingga rongga cetak dan sistem saluran terisi penuh dengan
logam cair.
23
6. Tahap pengujian
Tahap keempat yaitu pengujian produk cor yang dilakukan untuk
kualitas pada produk cor. Pengkontrolan kualitas produk dilakukan dengan
membandingkan dimensi dan geometri produk cor terhadap desain awal
yang berupa pola lilin.
2.7 Besi Cor
Suatu diagram yang menunjukkan fasa dari besi, besi dan paduan carbon
berdasarkan hubungannya antara komposisi dan temperatur.
Gambar. 2.14 Diagram Kesetimbangan Besi dan Karbon
(Sumber: https://docplayer.info/42303019-11-logam-logam-ferous-diagram-
fasa-besi-dan-carbon.html)
24
(Surdia dan Chijiiwa, 2006) Mengatakan besi cor sendiri digolongkan
menjadi enam macam yaitu besi cor kelabu, besi cor kelas tinggi, besi cor
kelabu paduan, besi cor bergrafit bulat, besi cor mampu tempa dan besi cor cil.
Tabel 2.1 Komposisi Kandungan Besi Cor
Sumber: Haine, 1981
2.7.1 Besi Cor Kelabu
Besi cor kelabu adalah paduan dari besi cor yang mengandung karbon
(>2%), silisium (1 - 3%), mangan (0,5 - 0,7%), fosfor dan belerang. Struktur
mikro besi cor kelabu berbentuk seperti lamel-lamel grafit yang disebabkan
oleh unsur-unsur karbon yang ada didalamnya. Lamel-lamel grafit itu
berbentuk seperti jenis daun-daunan, apabila dibuat irisan dari bahan seperti itu
akan terlihat struktur grafit, seperti garis-garis yang melalui bahan tersebut.
Dan apabila dipatahkan maka akan terlihat seperti lamel-lamel grafit yang
kecil-kecil serta akan memberikan warna kelabu pada permukaan yang
Unsur Besi Kelabu
(%)
Besi Nodular
(%)
Besi Putih
(%)
Besi Mampu
Tempa (%)
Karbon 2,5 – 4,0 3,0 – 4,0 1,8 – 3,6 2,2 – 2,9
Silikon 1,0 – 3,0 1,8 – 2,8 0,5 – 1,9 0,9 – 1,9
Mangan 0,2 – 1,0 0,1 – 1,0 0,25 – 0,8 0,15 – 1,2
Posfor 0,002 – 1,0 0,01 – 0,1 0,06 – 0,2 0,002 – 0,2
Sulfur 0,02 – 0,025 0,01 – 0,003 0,06 – 0,2 0,02 – 0,2
25
dipatahkan, sehingga lazim disebut besi cor kelabu. Klasifikasi sifat besi cor
kelabu:
1. Singkatan : GG (DIN) / FC (JIS)
2. Berat Jenis : 7,20 kg/dm3
3. Titik cair : 1150 - 1250ºC
4. Temperatur cor : 1350ºC - 1400ºC
5. Kekuatan tarik : 150 - 350 kgf/mm2
6. Kemuluran : Hampir tidak ada
7. Penyusutan : 1% (0,6 – 1,3 %)
Besi cor kelabu mempunyai sifat rapuh, dengan kemampuan tarik sekitar
150 sampai dengan 350 kgf/mm2 dan mempunyai titik lebur mencapai 1.250ºC
serta memiliki kemampuan meredam getaran yang lebih tinggi dibandingkan
baja biasa. Sehingga besi cor kelabu sangat cocok digunakan untuk membuat
komponen mesin seperti silinder blok, tromol rem, blok rem kereta api dan
sebagainya (Masyrukan, 2012).
2.7.2 Besi Cor Nodular
Besi cor nodular atau Nodular Cast Iron dibuat dengan menambahkan
unsur magnesium (Mg) dan cerium (Ce) yang memiliki komposisi unsur yang
sama dengan besi cor kelabu, unsur tersebut yaitu karbon dan silicon.
Perbedaan besi cor nodular dan kelabu terletak pada bentuk grafit (untuk
menghasilkan bentuk grafit yang berbeda, digunakan proses yang berbeda
26
pula), pembulatan grafit dicapai karena ditambah unsur magnesium (Mg) dan
cerium (Ce). Besi cor nodular mengandung unsur-unsur sebagai berikut:
1. Total Carbon (TC) % 3,00-4,00
2. Silicon % 1,80-2,80
3. Mangan % 0,10-1,00
4. Phospor % 0,01-0,10
5. Sulfur % 0,01-0,03
Gambar 2.15 Contoh Struktur Micro Besi Cor Nodular
(Sumber: Ardra.biz, 2012)
Perlu kita ketahui, bahwa prosentase di atas tidaklah mutlak sebab banyak
literature lain yang memberikan harga berbeda-beda terutama untuk unsur-
unsur mangan, phosphor dan sulfur, tetapi dengan perbedaan yang tidak jauh.
Sifat-sifat besi cor nodular:
a. Memiliki sifat alirnya saat dicor termasuk sifat cor yang baik.
b. Memiliki sifat mampu dimesin (machinability) yang baik.
c. Memiliki sifat tahan aus dan sifat-sifat lain seperti baja seperti kekuatan,
ketangguhan, kekenyalan yang tinggi serta mampu dikerjakan pada suhu
panas dan mampu dikeraskan sehingga cocok digunakan untuk
katup,rocker arm, bodi pompa, crank shaft, roda gigi, rollers, pinion dll.
27
2.7.3 Besi Cor Putih
Besi cor putih terbentuk ketika unsur karbon (C), tidak mengendap sebagai
grafit selama proses pembekuan, akan tetapi tetap berkaitan dengan unsur (Fe),
krom (Cr) atau molibden (Mo) membentuk karbida, besi cor putih bersifat
keras dan getas yang memiliki tampilan patahan seperti kristal berwarna putih.
2.7.4 Besi Mampu Tempa
Besi cor mampu tempa dibuat dari besi cor putih, yang dilunakan di dalam
sebuah tanur dalam waktu yang lama. Struktur sementit dari besi cor putih
berubah menjadi ferit atau perlit dan karbon yang mengendap. Menurut
struktur mikronya ada tiga macam besi cor mampu tempa, yaitu besi cor
mampu tempa perapian hitam, besi cor mampu tempa perapian putih dan besi
cor mampu tempa perlit.
2.8 CAD (Computer Aided Design)/CADD (Computer Aided Design and
Drafting), CAM (Computer Aided Manufacturing) dan CAE (Computer
Aided Engineering)
2.8.1 CAD (Computer Aided Design)/CADD (Computer Aided Design and
Drafting)
Definisi CAD secara umum adalah program komputer untuk menggambar
suatu produk atau bagian dari suatu produk. Produk yang digambar bisa di
wakili oleh garis-garis maupun simbol-simbol yang memiliki makna tertetu.
CAD bisa berupa gambar 2D (2 dimensi) dan 3D (3 dimensi).
28
Mengacu pada definisi di atas, CAD tentu sangat erat dengan pembuatan
atau perancangan suatu produk yang mana menjadi pekerjaan seorang arsitek,
engineer, drafter, marketing, dan masih banyak lagi.
Ada banyak software-software CAD yang bisa kita gunakan untuk bekerja
atau bahkan sekedar belajar sebatas hobi saja. Namun yang banyak digunakan
oleh orang dan perusahaan-perusahaan hanyalah beberapa merk saja seperti
AutoCAD, SolidWorks, Catia, Sketchup yang sudah terbukti kualitasnya.
2.8.2 CAM (Computer Aided Manufacturing)
Pengertian CAM secara umum adalah penggunaan software komputer
untuk mengontrol tools mesin ataupun bagian mesin lainnya yang berhubungan
dengan proses pemesinan. Tujuan utama CAM adalah membantu kegiatan
proses manufaktur menjadi lebih cepat, akurat dan efisien.
Sebagian besar perusahaan-perusahaan manufaktur saat ini banyak
menggunakan mesin CNC (Computer Numerical Control) dalam proses
pemesinannya. Untuk mengoperasikan CNC dibutuhkan bahasa program dan
untuk menghasilkan sebuah bahasa program dibutuhkan gambar 2D/3D yang
dihasilkan oleh software CAD yang di proses dan di konversi oleh software
CAM menjadi bahasa program untuk mengoprasikan mesin berbasis CNC.
Oleh karena itu, kedua software tersebut tetap saling berhubungan.
Beberapa merk software CAM yang sering digunakan adalah MasterCAM,
RhinoCAM, dan Catia.
2.8.3 CAE (Computer Aided Engineering)
29
Pengertian CAE adalah penggunaaan program komputer untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan engineering dalam menganalisa maupun
mengoptimalkan suatu produk atau bagian-bagian dari produk tersebut.
Ada tiga jenis persoalan engineering yang di analisa dengan bantuan CAE,
adalah sebagai berikut:
1. FEA (Finite Elements Analysis)
Biasa digunakan untuk menganalisa batas maksimal ketahanan suatu
bagian dari produk atau part atau material (stress analysis) terhadap gaya
yang akan dibebankan pada produk tersebut.
2. CFD (Computational Flow Dynamics)
Biasanya digunakan untuk menganalisa suatu produk yang memiliki
saluran/aliran. Mencari solusi terbaik dalam ketahanan, kecepatan dan
lain-lain yang akan disalurkan lewat produk tersebut.
3. MBD (Multibody Dynamics)
Jika FEA digunakan untuk menganalisa hanya bagian dari suatu
produk saja, maka MBD lah yang bertugas menganalisa suatu produk
secara keseluruhan.
Sama Seperti CAM, penggunaaan CAE harus di awali dengan model 3D
(3 dimensi) dari software CAD, lalu model produk tersebut akan di olah dalam
software CAE dengan begitu akan di ketaui karakteristik produk tersebut baik
secara statis/dinamis maupun thermal.
Ada beberapa software CAE yang populer dan banyak digunakan orang,
seperti SolidWorks, Proengineering, Inventor, dan Catia. CAE sangat
30
membantu dan banyak digunakan oleh insiyur/engineer dalam merancang
sebuah produk untuk menentukan layak atau tidaknya desain produk tersebut
digunakan oleh user atau konsumen, terutama pada produk yang jika terjadi
kesalahan/kerusakan dapat berisiko membahayakan pengguna.
Dengan CAE maka akan mengurangi angka kerusakan pada suatu produk
dan berdampak berkurangnya angka kecelakaan pada konsumen/pengguna
serta kepercayaan pengguna terhadap produsen produk tersebut akan semakin
bertambah karena merasa nyaman, aman, dan puas akan produknya.
2.9 Macam-Macam Cacat Coran Logam
Surdia & Chijiiwa, (2006) Mengatakan komisi pengecoran internasional
telah membuat penggolongan cacat-cacat coran. Cacat tersebut umumnya
disebabkan oleh perencanaan, bahan yang dipakai (bahan yang dicairkan, pasir
dan sebagainya), proses (mencairkan, pengolahan pasir, membuat cetakan,
penuangan, penyelesaian, dan sebagainya) atau perencanaan coran.
1. Ekor Tikus Tak Menentu Atau Kekasaran Yang Meluas
Ekor tikus merupakan cacat permukaan, pasir dari permukaan cetakan
mengembang dan logam cair masuk di bawah permukaan bagian tersebut.
Sehingga pasir kalau disingkirkan akan terlihat rongga seperti pembuluh.
Gambar 2.16 Cacat Ekor Tikus Tak Menentu Atau Kekasaran Yang
Meluas
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
31
2. Lubang-Lubang
Lubang-lubang atau sering disebut dengan lubang jarum adalah
lubang dimana permukaan dalamnya halus dan berbentuk bola. Ukuran
cacat lubang jarum di bawah 1 mm sampai 2 mm, sangat kecil dan
berbentuk seperti bekas tusukan jarum serta lubang jarum tersebar pada
permukaan. Permukaan lubang jarum dalamnya terlihat berwarna perak
atau biru, karena oksidasi.
Gambar 2.17 Lubang – Lubang
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
3. Retakan
Retakan secara luas dibagi menjadi dua, yaitu retakan penyusutan dan
retakan karena tegangan sisa. Retak penyusutan sering terjadi pada bagian
fillet yang tajam dari produk coran. Lebar retakan berbeda, tetapi bentuk
retakan tidak tajam. Salah satu retakan yang disebabkan oleh tegangan sisa
adalah robekan panas yang terjadi pada temperatur tinggi dan pada
temperatur rendah. Keduanya disebabkan karena pendinginan yang tak
seimbang pada penyusutan. Robekan panas tidak tajam dan tetapi robekan
pada temperatur rendah, tidak lebar, runcing dan lurus.
Gambar 2.18 Retakan
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
32
4. Permukaan Kasar
Permukaan kasar merupakan suatu proses pengecoran yang
menghasilkan benda kerja dengan permukaan yang kasar. Terjadinya cacat
dikarenakan cetakan rontok dan kup terdorong ke atas.
Cara-cara pencegahannya meningkatkan ketahanan panas dari pasir
cetak sendiri dan selanjutnya menurunkan kadar air dan menambah
pengikat dengan mempergunakan pasir yang mempunyai angka pemuaian
kecil, atau dengan menambah bubuk kayu supaya bahan menjadi empuk
dan juga sistem saluran turun harus diperhatikan.
5. Salah Alir
Salah alir adalah cacat yang disebabkan oleh logam cair yang tidak
cukup untuk mengisi rongga cetakannya. Terjadi cacat tersebut karena
pembekuan logam cair sebelum waktu mengisi ke dalam rongga cetakan,
dapat dilihat pada gambar 2.19.
Gambar 2.19 Salah Alir
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
6. Kesalahan Ukuran
Kesalahan ukuran atau salah ukuran adalah suatu bentuk yang
dikarenakan bentuk pola yang tidak sesuai dengan yang dimaksud atau
yang dibuat, apabila bentuk pola tidak sesuai dengan benda cor yang
dibuat, maka akan berbeda juga dengan benda cor yang diinginkan. Oleh
karena itu sebelum pengecoran dimulai, terlebih dahulu di cek kembali
33
bentuk pola yang akan di cor. Sehingga bentuk pola sesuai dengan ukuran
yang sudah ditentukan.
7. Inklusi dan Struktur Yang Tidak Seragam
Dalam cacat inklusi, inklusi ini dibagi menjadi dua macam, yaitu
inklusi terak dan inklusi pasir. Inklusi terak merupakan inklusi bukan
logam cair yang disebabkan oleh reaksi kimia selama proses peleburan,
penuangan, atau pembekuan karena banyaknya terak yang terapung pada
permukaan kup dapat diliat pada gambar 2.20.
Sedangkan inklusi pasir adalah cacat dimana pasir terbawa dalam
coran dan cacat terjadi pada permukaan atau didalam coran, dapat dilihat
pada gambar 2.21.
Gambar 2.20 Inklusi Terak
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
Gambar 2.21 Inklusi Terak Pasir
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
8. Cacat Yang Tak Nampak
Cacat yang tak nampak merupakan cacat coran yang tidak dapat
terlihat oleh mata. Cacat ini berada di dalam benda coran, sehingga tidak
kelihatan dari permukaan benda coran. Bentuk cacat tak tampak ini sering
disebut sebagai cacat struktur butir terbuka. Cacat ini disebabkan oleh
34
kecepatan pendinginan yang rendah dan meluas dibagian irisan tebal, serta
terlihat seperti pori-pori kulit pada permukaan yang telah dikerjakan
dengan mesin.
Gambar 2.22 Cacat Struktur Butir Terbuka
(Sumber: Surdia & Chijiiwa, 2006)
2.10 Rocker Arm
2.10.1 Pengenalan Rocker Arm
Rocker arm adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari mekanisme
valve dengan tidak adanya rocker arm sudah bisa dipastikan bahwa mekanisme
valve tidak akan bekerja dan pembakaran tidak akan bisa terjadi. Ada beberapa
hal yang harus kita ketahui tentang rocker arm ini, beberapa orang bengkel
menyebut dengan istilah pelatuk klep, sedangkan yang dimaksud pelatuk
adalah valve yang dikenal dalam ilmu teknik. Rocker arm terpasang pada arm
shaft dan dihubungkan dengan push rod yang menggerakan valve intake dan
exhaust. Pergerakan vertical dari push rod mengikuti gerak putar cam shaft dan
ditransfer melalui rocker arm ke valve stem dengan arah yang berlawanan.
Kerenggangan antara rocker arm dan valve stem dirancang untuk mengatasi
pemuaian dari mekanisme penggerak. Penyetelan valve clearance dilakukan
dengan mengendorkan lock nut dan memasukan feeler gauge antara rocker arm
dan valve stem dengan ketebalan sesuai ukuran standar, kemudian putar screw
bolt untuk menyesuaikan kerenggangan. Untuk penyetelan model empat valve,
yang disetel kerenggangan antara rocker arm dengan cross head.
35
Gambar 2.23 Gambar Rocker Arm
(Sumber: Syed dan Siraj, 2013)
2.10.2 Parameter Pembuatan Rocker Arm
Dalam dunia industri kebutuhan akan spare part dalam pasaran sangat
besar tetapi tidak diikuti dengan produsen yang selalu menyediakan kebutuhan
pasar, terutama pada spare part sepeda motor merk Honda Astrea Grand. Salah
satunya part rocker arm, yang merupakan bagian penting dalam mesin.
Sehingga penulis berinovasi untuk membuat dan menjadi penyedia produk
rocker arm untuk pasar. Parameter yang digunakan dalam perancangan ini
terbagi menjadi dua yaitu:
1. Peluang Industri Dalam Pasar
Karena untuk spare part rocker arm Honda Grand Astrea sudah mulai
langka atau sulit dijumpai dipasaran. Penulis berinovasi dan berinisiatif
menjadi penyedia dengan harga lebih terjangkau daripada produk asli serta
dengan harga yang relatif lebih murah.
2. Pembaharuan Spare Part
Penulis melakukan duplikasi atau pembaharuan produk rocker arm
karena penyedia spare part resmi tidak lagi memproduksi produk rocker
arm merk Honda Astrea Grand secara masal. Adapun rocker arm yang
tersedia dipasaran tidak sebanyak dulu dan merupakan produk tiruan yang
bukan diproduksi oleh penyedia spare part resmi.
36
Ya
Tidak
BAB III
METODE PERANCANGAN
3.1 Diagram Alir
Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan
Observasi Data
1. Desain Produk Cor
2. Kriteria Pola Yang Diinginkan
3. Alat dan Bahan Yang Digunakan
Desain & Merancang Pola Rocker Arm
1. Volume Rocker Arm
2. Rancangan Gating System
Hasil simulasi
sesuai atau
tidak?
Analisa & Simulasi
Penyusunan Laporan
Selesai
Studi Literatur
Mulai
37
3.2 Penjelasan Diagram Alir
1. Studi Literatur
Penulis melakukan studi literatur dari berbagai sumber untuk
mendapatkan teori dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai
materi dalam penelitian.
2. Observasi Data
a. Desain Produk Cor
Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain yang sudah ada dan
tidak ada perubahan pada desain produk. Desain produk dirancang
menggunakan software SolidWorks 2015.
b. Kriteria Pola Yang Diinginkan
Dalam perancangan ini penulis memakai metode investment casting
yang menghasilkan produk sangat akurat dan dalam satu rongga cetakan
dapat terdiri dari beberapa pola produk yang tersusun dengan saluran
tunggal.
c. Alat dan Bahan Yang Digunakan
Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
software perangkat lunak yaitu:
1. SolidWorks 2015 digunakan untuk mendesain produk rocker arm
dan sistem saluran (gating system) dalam bentuk gambar 2D dan
3D.
2. SolidCast digunakan untuk mensimulasikan produk yang akan
dicetak. Simulasi ini untuk mengetahui laju aliran material dan
38
untuk memprediksi kemungkinan terjadinya cacat tuang pada
benda coran.
3. Bahan yang digunakan yaitu bahan besi cor nodular FCD450
dengan sifat tahan aus dan sifat-sifat lain seperti baja seperti
kekuatan, ketangguhan, kekenyalan yang tinggi serta mampu
dikerjakan pada suhu panas dan mampu dikeraskan sehingga
cocok digunakan untuk katup,rocker arm, bodi pompa, crank
shaft, roda gigi, rollers, pinion dll.
3. Desain & Merancang Pola Rocker Arm
a. Volume Rocker Arm
Menentukan volume rocker arm menggunakan software CAD,
karena bentuk dari rocker arm memiliki ketebalan yang tidak sama
dan bentuk yang cukup detail. Oleh karena itu menentukan volume
rocker arm dilakukan dengan bantuan software SolidWorks.
b. Rancangan Gating System
Dalam perancangan dan pembuatan sistem saluran pada
investment casting terdiri dari saluran masuk (sprue) dan saluran
penghubung (gate).
4. Analisa & Simulasi
Analisa dilakukan dengan menggunakan simulasi SolidCast. Simulasi
dilakukan untuk memperoleh data serta prediksi hasil dari coran. Dalam
penelitian ini simulasi merupakan langkah yang sangat penting karena data
39
yang diperoleh sebagai bahan analisa perancangan gating system. Analisa
yang dilakukan meliputi laju aliran dan prediksi cacat pada benda coran
sebagai bahan pengambilan keputusan.
5. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan sebagai langkah akhir dalam
penelitian ini. Pengambilan keputusan diambil dari prediksi hasil coran
sesuai simulasi yang dilakukan. Bisa dinyatakan sesuai apabila simulasi
menampilkan hasil coran yang dirancang. Dinyatakan tidak apabila
simulasi menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan rancangan.
6. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan dilakukan setelah penelitian atau perancangan ini
sudah mendapatkan hasil atau tujuan serta dapat menjawab masalah yang
sudah ditetapkan oleh penulis.
3.3 Observasi Data
3.3.1 Desain Produk Cor
Mendesain produk merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian
ini, karena merupakan parameter utama dalam pembuatan gating system.
Model atau desain produk rocker arm dalam penelitian ini, penulis
menggunakan desain yang sudah ada. Desain produk dirancang
menggunakan software CAD, yaitu SolidWorks 2015. SolidWorks adalah
salah satu software CAD yang dipergunakan untuk mendesain suatu produk
40
dan merancangan komponen. Permodelan produk yang dibuat berdasarkan
ukuran produk yang sudah ada, tidak ada perubahan pada desain produk.
Gambar 3.2 Gambar Produk Coran
3.3.2 Kriteria Pembuatan
Dalam perancangan ini penulis memakai metode pembentukan produk
melalui proses pengecoran dengan investment casting yang menghasilkan
produk yang sangat akurat dan dalam satu rongga cetakan dapat terdiri dari
beberapa buah pola produk yang tersusun dengan saluran tunggal untuk
proses penuangan sehingga menghemat biaya dan waktu pembuatan.
3.3.3 Alat dan Bahan Yang Digunakan
Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah software
perangkat lunak yaitu:
1. SolidWorks 2015 digunakan untuk mendesain produk rocker arm dan
sistem saluran (gating system) dalam bentuk gambar 2D dan 3D.
2. SolidCast digunakan untuk mensimulasikan produk yang akan dicetak.
Simulasi ini untuk mengetahui laju aliran material dan untuk memprediksi
kemungkinan terjadinya cacat tuang pada benda coran.
41
3. Bahan yang digunakan yaitu bahan besi cor nodular FCD450 dengan sifat
tahan aus dan sifat-sifat lain seperti baja seperti kekuatan, ketangguhan,
kekenyalan yang tinggi serta mampu dikerjakan pada suhu panas dan
mampu dikeraskan sehingga cocok digunakan untuk katup,rocker arm,
bodi pompa, crank shaft, roda gigi, rollers, pinion dll.
3.4 Desain Rancangan
3.4.1 Menentukan Volume Rocker Arm
Proses menentukan volume rocker arm menggunakan software CAD,
karena bentuk dari rocker arm memiliki ketebalan yang tidak sama dan
bentuk yang cukup detail. Oleh karena itu menentukan volume rocker arm
dilakukan dengan bantuan software.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan volume pada
software SolidWork yaitu dengan cara klik pada benda atau produk solid yang
dibuat, selanjutnya klik “tools” pada toolbar yang berada di bagian atas
kemudian klik “Mass Properties” maka secara langsung akan muncul
tampilan data yang menunjukan besaran volume produk, dapat dilihat pada
lampiran 1.
3.4.2 Rancangan Gating System
Perancangan dan pembuatan sistem saluran pada investment casting
menggunakan sistem pohon yang terdiri dari saluran masuk (sprue) dan
saluran penghubung (gate).
1. Menentukan Saluran Masuk (Sprue)
42
Ketebalan rata-rata benda coran yaitu 4 mm.
Diketahui:
t = 4 mm
Sa (panjang sisi sprue bagian atas):
Sa = 3,5× t…………………………………………….(Persamaan 2.1)
Sa = 3,5× 4
Sa = 14 mm
Ts (ketinggian sprue):
Ts = 6× Sa ……………..……………………………..(Persamaan 2.2)
Ts = 6× 14
Ts = 84 mm
Sb (panjang sisi sprue bagian bawah):
Sb = 1
2 𝑆𝑎 …………………………………………….(Persamaan 2.3)
Sb = 1
2 14
Sb = 7 mm
43
Ab (luas permukaan bawah sprue):
Ab = Sb2 …………………………………………...….(Persamaan 2.4)
Ab = 72
Ab = 49 mm2
Ag (luas gate):
Ag = Ab ……………………………………………….(Persamaan 2.5)
Ag = 49 mm2
Maka geometri yang di dapat:
Spure:
Sa = 14 mm
Ts = 84 mm
Sb = 7 mm
Karena produk akan direncanakan pada satu kali pengecoran
menghasilkan 4 produk, maka hasil geometri diatas dikali 2.
2. Menentukan Saluran Penghubung (Gate)
Ag = Ab …………………………………………….....(Persamaan 2.5)
= 49 mm² = 7² mm
3. Berat Penuangan Total
Untuk mengetahui berat penuangan maka menentukan volume
produk coran dikali dengan berat jenis material yang digunakan. Untuk
menentukan volume produk coran dilakukan dengan menggunakan
software Solidworks 2015 dapat dilihat pada lampiran 2.
44
Vtotal = Volume Produk Coran dan Sistem Saluran (Gating System)
SPw = Berat Jenis Bahan (FCD450 = 7,10 g/cm3) (Sumber:
BBLM cetakan III, 2006 : 3)
Berat Penuangan Total = Vtotal × SPw……..………..………...(3.1)
Berat Penuangan Total = 106353,01 mm3 × 7,10 g
cm3⁄
Berat Penuangan Total = 106,353301 cm3 × 7,10 g
cm3⁄
Berat Penuangan Total = 755,10 gram
Berat Penuangan Total = 0,7551 kg
4. Waktu Penuangan
Diketahui:
Tebal rata-rata = 4 mm ≈ 6 mm
Berat tuangan = 0,7551 kg ≈ 2 kg
Waktu = 3 detik ……………………………...(Lampiran 3)
5. Suhu Penuangan = 1400 ºC (FCD450 = Besi Cor Nodular) (Sumber :
BBLM cetakan III, 2006 : 3)
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Persiapan Simulasi
Tujuan dilakukannya simulasi adalah untuk memprediksi cacat yang
terjadi pada produk coran sehingga cacat yang dimungkinkan terjadi dapat
ditanggulangi dengan dilakukannya perbaikan desain. Simulasi dilakukan
dengan menggunakan software SolidCast Versi 7.0.2.
Sebelum dilakukannya simulasi diperlukan persiapan desain yang akan
disimulasi. Gambar 4.1 memperlihatkan desain yang dibuat dengan software
SolidWorks 2015 type file SolidWorks part Document (.sldprt) disimpan atau
diubah dengan fotmat “STL”, dapat dilihat pada gambar 4.2. Format “STL”
merupakan format file yang mendukung simulasi software SolidCast. File
“STL” tersebut akan di “import” ke software SolidCast.
Gambar 4.1 Desain Pola Rocker Arm
46
Gambar 4.2 Desain Pola Rocker Arm Format “STL”
Sebelum dilakukan simulasi, perlu adanya desain komponen penambah
yang nantinya digabungkan pada desain rocker arm, komponen tersebut
menjadi pengganti pouring cup untuk saluran masuk cairan logam.
Gambar 4.3 Komponen Penambah Dalam Simulasi
47
4.2 Simulasi
Proses simulasi software SolidCast mulai dioperasikan dengan tahapan
membuka file desain yang akan disimulasikan. Add Shape adalah menu pilihan
untuk membuka file yang akan disimulasikan pada software SolidCast,
kemudian pilih format “STL” file, lalu akan muncul tampilan “STL” file dapat
dilihat pada Gambar 4.5, selanjutnya untuk membuka “STL” file dapat
dilakukan dengan cara klik “open” tersebut dan secara langsung akan muncul
tampilan pada Gambar 4.6.
Gambar 4.4 Open File Format “STL”
48
Gambar 4.5 File “STL”
Gambar 4.6 Tampilan File “STL” Pada Software SolidCast
Dalam simulasi software SolidCast terdapat pilihan untuk menentukan
material yang akan digunakan dan menentukan nilai Plot This Value. Material
49
yang digunakan adalah besi nodular. Plot This Value merupakan nilai atau hasil
simulasi yang mendekati nyata. Nilai Plot This Value maksimal 1, namun
dalam simulasi SolidCast nilai maksimal yang dapat ditentukan 0,99 atau nilai
mendekati 1. Nilai Plot This Value pada simulasi ini adalah 0,99 seperti pada
Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Plot This Value
Dalam simulasi proses aliran/logam cair yang masuk dapat dijelaskan
berapa persentase cairan memenuhi pola investment casting. Gambar 4.8
memperlihatkan aliran yang terjadi dan cairan yang sudah masuk ke pola
investment casting 9,99%. Gambar 4.9 memperlihatkan aliran yang terjadi dan
cairan sudah memenuhi bagian produk rocker arm bagian bawah serta cairan
yang sudah masuk ke pola investment casting sebesar 44,97%. Gambar 4.10
cairan mulai memasuki bagian pola investment casting bagian atas dan cairan
50
yang sudah masuk ke pola investment casting sebesar 59.97%. Gambar 4.11
cairan sudah 100% memasuki pola investment casting.
Gambar 4.8 Prosentase Cairan 9.99% Memasuki Pola Investment Casting
Gambar 4.9 Prosentase Cairan 44.97% Memasuki Pola Investment Casting
51
Gambar 4.10 Prosentase Cairan 59.97% Memasuki Pola Investment Casting
Gambar 4.11 Cairan Sudah 100% Memasuki Pola Investment Casting
52
4.3 Hasil Simulasi
Dari hasil simulasi, terdapat cacat pada bagian gate dan produk rocker
arm Gambar 4.12 menunjukan lokasi cacat yang terjadi.
Gambar 4.12 Hasil Cacat Pada Produk Coran
Jenis cacat yang bisa diprediksi dalam simulasi SolidCast adalah jenis
cacat shrinkage atau prediksi cacat porositas ketika proses simulasi selesai
terdapat pilihan menu yang bernama niyama criterion. Niyama criterion adalah
analisis pada software SolidCast untuk menunjukan keberadaan shrinkage.
Cacat produk disebabkan karena pemasangan produk rocker arm dan gate
bagian bawah tidak sama antara kanan dan kiri. Cacat pada gate terjadi karena
gate yang telalu kecil, akan lebih baik bila dimensi ukuran gate di perbesar dan
temperatur penuangan mempengaruhi cacat shrinkage namun hasil dari niyama
criterion ini masih dalam prediksi.
53
Produk bagian atas sebelah kiri merupakan produk yang baik tanpa cacat,
hal itu dikarenakan pemasangan produk rocker arm dan gate sesuai titik tengah
(setara).
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dengan data-data yang sudah dibahas pada BAB III dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Desain 2D dan 3D pengecoran invesment casting produk rocker arm
dibuat dengan menggunakan software SolidWorks 2015. Tahap
selanjutnya membuat animasi untuk part assembly dikerjakan pada
software SolidCast 7.0.2. pengaplikasian software SolidCast 7.0.2 tidak
terlalu sulit dioperasikan karena terdapat menu-menu pilihan yang sudah
tersedia seperti metode pengecoran yang digunakan, material yang
digunakan, waktu penuangan, informasi dalam simulasi seperti temperatur
dan lain-lain.
2. Inovasi yang dilakukan adalah dengan pembuatan pola rocker arm dengan
metode pengecoran Investment Casting. Adapun keuntungan dari
pengecoran Investment Casting ini menghasilkan produk yang akurat dan
dalam satu rangka cetak dapat terdiri dari 4 produk rocker arm.
3. Hasil simulasi pengecoran menghasilkan kualitas produk yang berbeda-
beda pada tiap bagian. Pada bagian atas sebelah kiri menghasilkan kualitas
produk yang baik dibandingkan dengan bagian produk yang lain.
55
5.2 Saran
Penulis berharap pada penelitian selanjutnya perlu adanya pengembangan
dan penelitian lebih lanjut mengenai pembahasan penelitian ini ataupun
pembahasan tentang pengecoran investment casting, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam pembuatan desain produk coran terutama pada bagian gate dan
produk harus sejajar, agar tiap-tiap produk mendapatkan kualitas produk
yang sama.
2. Pada penelitian lanjutan dianjurkan untuk memaksimalkan sprue dengan
memperbanyak gate serta produk agar dapat menghasilkan produk yang
lebih banyak serta menekan biaya produksi. Contohnya pada penelitian ini
jumlah produk 4, maka di perbanyak menjadi 6, 8 atau lebih sesuai
kemampuan sprue mencakup jumlah produk.
3. Untuk penelitian lanjutan agar mengetahui cacat rocker arm secara nyata
maka perlu pengujian material dan pengecoran secara nyata untuk
mengetahui kualitas produk rocker arm.
DAFTAR PUSTAKA
ArCom. 2006. Petunjuk Praktis Teknologi Pengecoran Besi Tuang. Balai Besar
Logam Dan Mesin (BBLM) & Japan Internasional Cooperation Agency
(JICA).
Daryanto T dan Sutiyoko, 2017. Peningkatan Efisiensi Industri Pola Pengecoran
Logam Ceper.Jurnal Pengapdian Masyarakat. 1(1), 30-36.
Husein S dan Sheikh S, 2013. Rocker Arm:- Review. Jurnal Internasional. 2(4),
1120-1126.
Leman, Arianto. 2010. Perancangan Pengecoran, Kontruksi Coran dan
Perancangan Pola. Makalah. Disampaikan Dalam Pelatihan
Pengembangan Rintisan Pengecoran Skala Mini Bagi Guru-Guru SMK Di
Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
Purnomo, 2010. Analisis Pengecoran High Pressure Pada Limba Piston Terhadap
Kekasaran Permukaan Dengan Material AL-SI. Tugas Akhir Teknik
Industri. Universitas Ma Chung Malang.
Rangga, Misra, dkk. 2017. Analisis Proses Pengecoran Investment Casting Dengan
Proses 3D Printing Untuk Produk Impeller. Seminar Nasional Teknik
Mesin. Universitas Pancasila.
Setiyono A dan Soeharto, 2012. Studi Eksperimen Pada Investment Casting
Dengan Komposisi Ceramic Shell Yang Berbeda Dalam Pembuatan
Produk Toroidal Piston. Jurnal Teknik. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh November. 1(1), 102-107.
Supriyanto, 2009. Analisis Hasil Pengecoran Aluminium Dengan Variasi Media
Pendinginan. Jurnal Teknik Mesin. Universitas Janabadra Yogyakarta.
Vol: 11, 117-125.
Surdia, Tata dan Chijiiwa, Kenji. 2006. Teknik Pengecoran Logam. Cetakan Ke-9.
PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Utomo C, 2017. Perencaan Dan Pembuatan Dies Permanent Mold Pengecoran
Logam Dengan Material Besi Cor Ductile (FCD). Tugas Akhir Teknik
Mesin. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Widodo, R. 2013. Pengantar Praktis Teknik Perhitungan Sistem Saluran dan
Penambah. Cetakan Ke-1. PT.Pustaka Insan Madani. Yogyakarta.