Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PERANAN MUHAMMADIYAH DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT
ISLAMI DI DESA MONCOBALANG KECAMATAN BAROMBONG
KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Prodi Pendidikan
Agama Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
ISLAMIYAH
NIM: 105 1901490 11
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1436 H/ 2015 M
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penulis/ peniliti yang bertanda tangan di
bawa ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis/
peneliti sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat,
tiruan, plagiat di buat atau dibantu secara langsung orang lain baik
keseluruhan ataupun sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karenanya batal demi hukum.
Makassar, 24 Syawal 1436 H 09 Agustus 2015 M
Peneliti
Islamiyah
v
vi
PRAKATA
له وصحبه لام على اشرف الأنبيآء والمرسلين وعلى اه وة والس له لمين، والص رب العهالحمد لله
...ا معين، ام بعد
رب العلمين ا حمد لل segala puji syukur tiada hentinya penulis haturkan ke
hadirat Allah swt yang Maha Pemberi Petunjuk, Anugrah dan Nikmat yang
diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul ”Kedudukan Akal Dalam Al-Quran dan Implementasinya Dalam
Pendidikan Agama Islam”.
د وعلى اله وصحبه وسلم . الللم ص على محم penulis curahkan ke hadirat
junjungan umat, pemberi syafa’at, penuntun jalan kebajikan, penerang di
muka bumi ini, seorang manusia pilihan dan teladan kita, Rasullulah SAW,
beserta keluarga, para sahabat dan pengikut Beliau hingga akhir zaman,
Amin.
Banyak yang dihadapi dalam rangka penyusunan skripsi ini, tetapi
berkat bantuan berbagai pihak maka skripsi ini dapat penulis selesaikan pada
waktu yang telah ditetapkan. Dalam hal ini penulis menyampaikan terima
kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:
vii
1. Kedua orang tua penulis yaitu ayahanda Hasyim dan ibunda Subaedah
yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material sejak kecil
sampai sekarang sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah senantiasa mengasihi dan melindungi mereka
sebagaimana mereka mengasihi penulis sejak masih dalam kandungan
hingga sekarang ini. Serta kakakku Ira Sri Wahyuni, Ilham, Reka Karwira
dan adikku Muh. Taufat yang telah memberikan dukungan sampai
sekarang sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga
Allah senantisa mengasihi dan melindungi mereka.
2. Bapak DR. H. Irwan Akib M.Pd, Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah menyediakan fasilitas kampus yang memadai
seperti : ruang kuliah, perpustakaan, laboratorium, ruang mikro teaching
dan sebagainya, meskipun masih membutuhkan perbaikan untuk
pengembangan pendidikan.
3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi M.Pd.I Dekan Fakultas Agama Islam
beserta seluruh staf yang telah mengembangkan Fakultas dan
memberikan batuan dalam
4. Ibu Amirah Mawardi S. Ag, M. Si Ketua Jurusan dan Ibu Dr. Hj. Maryam,
M. Th.I sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam yang senantiasa
membantu Penulis dalam persoalan akademik.
viii
5. Bapak Dr. Rusli Malli, M. Ag dan Drs. KH. Nasruddin Rasak pembimbing
yang senatiasa sabar dalam mendampingi dan membimbing penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu para dosen yang telah melakukan tranformasi ilmu dan nilai
kepada penulis yang penuh manfaat dan berkah, semoga amal jariahnya
selalu mengalir.
7. Bapak kepala perpustakaan beserta seluruh stafnya yang membantu
penulis dalam menyediakan literatur sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
8. Teman-teman di Ikatan Pelajar Muhammadiyah cabang Moncobalang
dan Pimpinan Daerah Kabupaten Gowa.
9. Dan yang terakhir ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada
sahabatku syamsiharlita, Mirnawati dan teman-teman mahasiswa yang
namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu tetapi telah banyak
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya, Kepada Allah SWT kami memohon agar semua pihak yang
telah memberikan bantuanya dalam menyelesaikan skripsi ini senantiasa
mendapat balasan yang setimpal disisinya AAMIIN.
Makassar, 1 Zdulkaidah 1436 16 agustus 2015
ix
ABSTRAK
Islamiyah 105190149011 “Peranan Muhammadiyah dalam Mewujudkan Masyarakat Islami di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa” (Dibimbing oleh Rusli Malli dan KH. Nasruddin Rasak).
Judul skripsi ini mengacu pada tiga pokok Permasalahan antara lain, Peranan Muhammadiyah dalam Mewujudkan Masyarakat Islami di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, Usaha-Usaha yang dilakukan Muhammadiyah dalam Mewujudkan Masyarakat Islami di Desa Moncobalang, dan Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung Muhammadiyah dalam membangun masyarakat Islami di Desa Moncobalang.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), dan dianalisa secara deskriptif yang dilakukan di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa sebagai lokasi penelitian.sebagai variabel dalam penelitian ini adalah Peranan Muhammadiyah sebagai variabel bebas dan mewujudkan masyarakat Islami sebagi variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini yaitu masyarakat Desa Moncobalang, unsur pimpinan Muhammadiyah dan ortom Muhammadiyah maupun pemerintah setempat yang berjumlah 4.762 orang, dan yang menjadi sampel sebnyak 30 orang. Sedangkan dalam menganilisis data, peneliti menggunakan tehnik induktif dan tehnik deduktif.
Sebagai hasil dalam penelitian ini adalah Peranan Muahammadiyah pada dasarnya dapat dilihat melalui aktivitas-aktivitas Pimpinan Muhammadiyah maupun Ortom Muhammadiyah dan amal usaha Muhammadiyah. Usaha-Usaha yang dilakukan Muhammadiyah dalam Mewujudkan Masyarakat Islami yakni Mengadakan pengajian rutin di tiap ranting sedesa Moncobalang, dan faktor yang menghambat dan mendukung Muhammadiyah dalam membangun masyarakat Islami yakni kurangnya minat masyarakat untuk mengenal Islam yang sebenarnya ini salah satu faktor penghambat dan faktor yang mendukung sala satunya ialah Muhammadiyah sudah sangat dikenal eksistensinya di masyarakat sejak dulu, sekarang orang-orang di Desa Moncobalang sudah tidak merasa asing lagi dengan Muhammadiyah.
Berdasarkan hasil penelitian penulis yang dilaksanakan pada bulan juni sampai agustus menyatakan bahwa Organisasi Muhammadiyah sangat berperan dalam mewujudkan masyarakat Islami di Desa Moncobalang.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... ii
HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................ iii
HALAMAN PEGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iv
PRAKATA ................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Muhammadiyah .............................................................................. 8
1. Pengertian Muhammadiyah ...................................................... 8
2. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah ............................ 11
3. Visi dan misi Muhammadiyah .................................................. 13
4. Maksud dan Tujuan Muhammadiyah....................................... 14
5. Amal Usaha Muhammadiyah .................................................. 19
xi
B. Masyarakat Islami ......................................................................... 22
1. Pengertian Masyarakat Islami ................................................. 22
2. Karakteristik masyarakat Islami .............................................. 31
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian ............................................................................. 34
B. Lokasi dan obyek penelitian ......................................................... 34
C. Variabel penelitian ........................................................................ 35
D. Definisi operasional variabel ......................................................... 35
E. Populasi dan sampel .................................................................... 36
F. Instrumen penelitian ..................................................................... 38
G. Teknik pengumpulan data ........................................................... 39
H. Teknik analisis data ...................................................................... 40
BAB IV: HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian ................................................. 41
1. Kondisi Biografi Masyarakat Moncobalang ............................. 41
2. Sejarah Masuknya Muhammadiyah di Desa Moncobalang .... 42
B. Peranan Muhammadiyah Dalam Mewujudkan Masyarakat Islami di
Desa Moncobalang ....................................................................... 48
C. Usaha-usaha yang dilakukan Muhammadiyah dalam membangun
masyarakat Islami di Desa Moncobalang ..................................... 51
D. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat Muhammadiyah
dalam membangun masyarakat Islami di Desa Moncobalang ..... 53
xii
BAB V: PENUTUP ................................................................................... 57
A. Kesimpulan ................................................................................... 57
B. Saran-saran .................................................................................. 59
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 60
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Keadaan populasi ....................................................................... 37
Tabel II. Keadaan sampel ........................................................................ 38
Tabel III. Jumlah penduduk desa Moncobalang ...................................... 42
Tabel IV. Struktur PCM Moncobalang tahun 1968 .................................. 44
Tabel V. Struktur PCM Moncobalang tahun 2010-2015 .......................... 46
Tabel VI. Organisasi Otonom Muhammadiyah ........................................ 46
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar VII. Wawancara Ketua PCM Moncobalang ............................... 50
Gambar VIII. Wawancara Ketua Nasyiatul Aisyiyah ................................ 55
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka dalam penelitian, baik penelitian pustaka
maupun penelitian lapangan mempunyai kedudukan yang sangat penting.
Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kajian pustaka merupakan
variabel yang menentukan dalam suatu penelitian. Di samping itu,
berfungsi memberikan landasan teoritis tentang mengapa penelitian perlu
di lakukan dalam kaitannya dengan kerangka pengetahuan. Selain itu
kajian pustaka juga di artikan sebagai daftar referensi dari semua jenis
referensi seperti buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi hand
outs, laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip didalam
penulisan proposal.
A. Muhammadiyah
1. Pengertian Muhammadiyah
Nama Muhammadiyah sudah dikenal sejak seratus tahun yang
lalu oleh masyarakat dan Muhammadiyah juga sudah akrab pada
masyarakat. Namun, jika ditelusuri sejarah kelahirannya, ternyata pada
saat itu, istilah Muhammadiyah dipilih oleh KH Ahmad Dahlan untuk
menanamkan gerakannya masih sangat asing dan aneh, sehingga
menimbulkan tanda tanya bagi mereka apa yang di maksud dengan
Muhammadiyah.
8
9
Sebagaimana Mustafa Kamal Pasha (2002: 112) dalam
bukunya Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam mengemukakan arti dari
Muhammadiyah yakni:
a. Secara bahasa (etimologis)
Muhammadiyah berasal dari kata bahasa Arab “Muhammad”
yaitu nama Nabi dan Rasul Allah yang terakhir. Kemudian mendapatkan
“ya‟nisbiyah” yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti umat
“Muhammad Saw” atau “pengikut Muhammad Saw”, yaitu semua orang
Islam yang mengakui dan menyakini bahwa Nabi Muhammad Saw adalah
hamba dan pesuruh Allah yang terakhir. Dengan demikian, siapa pun juga
yang mengaku beragama Islam maka sesungguhnya mereka adalah
orang Muhammadiyah tanpa harus dilihat dan dibatasi oleh adanya
perbedaan organisasi, golongan, bangsa, geografis, etnis dan
sebagainya.
b. Secara Istilah (terminologis)
Muhammadiyah ialah gerakan Islam, Dakwah Amar Mkruf Nahi
Mungkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-quran dan Sunnah,
didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah
bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Miladiyah di kota
Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya
dengan maksud untuk bertafa‟ul (berpenghargaan baik) dapat mencontoh
dan meneladani jejak perjuangannya dalam rangka menegakkan dan
10
menjungjung tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya „Izzul
Islam wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup
umat Islam sebagai realita.
c. Matan Kepribadian Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan gerakan
Islam. Maksud geraknya ialah Da‟wah Islam amar ma‟ruf nahi mungkar
yang ditujukan pada dua bidang; perseorangan dan masyarakat. Dakwah
dan amar ma‟ruf nahi mungkar pada bidang yang pertama terbagi menjadi
dua golongan, kepada yang Islam bersifat pembaharuan (tajdid) dan yang
kedua kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk
memeluk agama Islam. Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan
bermusyawarah atas dasar taqwa dan mengharap keridhaan Allah
semata-mata.
Dengan melaksanakan dakwah dan amar ma‟ruf nahi mungkar
dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah
menggerakkan masyarakat menuju tujuannya ialah: terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
d. Anggaran Dasar Muhammadiyah
Dalam anggaran dasar Muhammadiyah ( Thoyar dkk., 2008:
106) “Muhammadiyah diartikan sebagai gerakan Islam, da‟wah Amar
Ma‟ruf Nahi Mugkar dan tajdid. Bersumber pada Al-Quran dan As
Sunnah”.
11
2. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal
8 Dzulhijjah 1330 bertepatan pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah
di Yogyakarta untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Muhammadiyah didirikan atas dua faktor, yaitu:
a. Faktor Subjektif
KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai hasil
tadabbur Al-quran yang dilakukan oleh beliau terutama pada firman Allah
SWT. QS Al-Imran (3): 104 yang berbunyi :
Terjemahnya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu ada segolongan umat orang yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma‟ruf dan memcegah kepada yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Departemen Agama RI 2009 : 63)
Ayat inilah yang menjadi spirit bagi KH Ahmad Dahlan untuk
mendirikan sebuah persyarikatan yang diberi nama Muhammadiyah.
Pemberian nama Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan dengan
maksud bertafa’ul (berpengharapan baik) dapat mencontoh dan
meneladani jejak perjuangannya dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam semata-mata demi terwujudnya „ izzul
Islam Wal Muslimin, kejayaan Islam dan kemuliaan hidup Islam sebagai
realita.
12
Yang di lanjutkan dengan inti kalimat Al-Quran dalam surat An-
Nisa (04) : 82, Allah SWT berfirman:
Terjemahnya:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”.
b. Faktor Objektif
Menurut Sholihin Salam (1965: 56-57), sebab-sebab yang
mendorong KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah itu ada dua
faktor, yaitu yang bersifat intern dan ekstern.
Adapun yang bersifat intern (dalam) itu meliputi:
1. Merajalelahnya bid‟ah, khurafat, syirik tahayyul, sehingga
kehidupan beragama tidak sesuai dengan Nash tuntunan Al-qur‟an
dan hadits, akibatnya Islam menjadi beku.
2. Merajalelahnya kemiskinan, kebodohan, kekolotan, kemunduran,
Bangsa Indonesia umumnya dan ummat Islam khususnya.
3. Tidak adanya kesatuan dan persatuan ukhuwah ummat Islam serta
organisasi Islam yang kuat dan kompak.
4. Lemahnya dan gagalnya sistem pendidikan pondok pesantren
Islam yang kurang mencerminkan perkembangan dan kemajuan,
zaman dan adanya kehidupan pendidikan yang mengisolir diri.
13
Adapun yang bersifat ekstern (luar) itu meliputi:
1. Merajalelahnya Imperialis Kolonialis Belanda di Indonesia yang
harus dihadapi.
2. Adanya kegiatan dan kemajuan missi Zending Kristen di Indonesia.
3. Sikap yang merendahkan pada Islam oleh para Intelegensia kaum
terpelajar, bahwa Islam Agama yang out of date tak sesuai dengan
kemajuan zaman.
4. Adanya rencana Kristenisasi Pemerintah Kolonial Belanda, untuk
kepentingan Politik Kolonialnya.
3. Visi dan Misi Muhammadiyah
Kebijakan program Muhammadiyah bukan semata-mata
memuat rencana dan pelaksanaan seperangkat usaha dan kegiatan
praktis, bahkan merupakan perwujudan misi utama Muhammadiyah yakni
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Adapun visi dan misi Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
a. Visi Muhammadiyah
“sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan Muhammadiyah aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma‟ruf nahi mungkar di semua bidang dalam upaya mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil „alamin menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Musthafa Kamal Pasha (2002: 153)”.
14
b. Misi Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dakwah amar ma‟ruf
nahi mungkar mempunyai misi yang mulia dalam kehidupan ini yaitu :
1. Menegakkan keyakinan Tauhid yang Murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa oleh para Nabi / Rasul sejak Nabi Adam a.s. hingga Muhammad Saw.
2. Memahami ajaran Islam dengan menggunakan akal pikiran sesuai jiwa ajaran Islam.
3. Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-quran sebagai Kitab Allah terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
4. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Musthafa Kamal Pasha (2002: 153-154).
4. Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
Sejarah Muhammadiyah menunjukkan bahwa sejak didirikan
oleh KH Ahmad Dahlan maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak secara
tersurat mencamtumkan tujuan terbentuknya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya, namun tujuan hakiki Muhammadiyah tersebut tidak
berbeda jauh dari substansi tujuan Muhammadiyah saat ini.
Perbedaan corak zaman yang di lalui Muhammadiyah cukup
mewarnai perubahan redaksional dalam hal formulasi maksud dan tujuan
pada Muhammadiyah. Pada awal didirikannya Muhammadiyah tujuan
pada pembentukan format masyarakat Islam belum ditunjukkan secara
jelas, tetapi lebih pada proses penyebarluasan dan memajukan kehidupan
yang sejalan dengan ajaran Islam.
Sejak Muhammadiyah mengajukan pengesahan kepada
Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1912 sampai dengan
15
tahun 1986, terdapat 6 rumusan tujuan muhammadiyah dan telah
mengalami perubahan sebanyak 5 kali. Dua kali pada masa penjajahan
Jepang dan tiga kali pada masa kemerdekaan.
Rumusan “Maksud dan Tujuan Muhammadiyah” mengalami
perubahan dari keadaan kepada keadaan lainnya sesuai dengan
perkembangan masa. Semula pada tahun 1914 ketika Muhammadiyah
berdiri, tujuan organisasi Muhammadiyah dirumuskan dalam statunennya
sebagai berikut :
a. Menyebarluaskan pengajaran Agama kanjeng Nabi Muhammad Saw kepada penduduk bumi putera didalam residensi Yogyakarta, dan
b. Memajukan hal Agama kepada anggota-anggotanya.
Tujuh tahun kemudian (1921) tujuan itu diubah menjadi :
a. Menajukan dan mengembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Nederland
b. Memajukan dan menggembirakan cara kehidupan sepanjang kemajuan agama Islam kepada Lid-Lidnya ( segala sekutunya)
Setelah cukup lama tujuan ini bertahan selama lebih dari 20
tahun, maka pada masa penjajahan Jepang tahun 1942 atas desakan
Jepang tujuan Muhammadiyah diubah dengan tambahan Mukaddimah
menjadi :
“Sesuai dengan kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Timur raya di baewah pimpinan dai Nippon, dan memang diperintahkan oleh Tuhan Allah, maka perkumpulan ini :
a. Hendak menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunan-Nya.
b. Hendak melakukan pekerjaan kebaikan umum, c. Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi
pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya.
16
Kesemuanya itu ditujukan untuk berjasa mendidik masyarakat ramai”.
Adapun maksud dan tujuan Muhammadiyah yang tercantum
dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 3 adalah :
“Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga dapat
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”
Pada tahun 1959 dalam Muktamar ke 34, maksud dan tujuan
Muhammadiyah diubah kembali untuk keempat kalinya. Perubahan
keempat ini sesungguhnya hanya merupakan perubahan dua buah kata
rumusan tahun 1950; “ dapat mewujudkan” menjadi sebuah kata “
terwujud”. Walaupun perubahan kata tersebut sebagian kecil saja dari
rumusan tujuan sebelumnya, akan tetapi merupakan cerminan dari
sebuah pemikiran yang mendalam yang berkaitan dengan eksistensi
manusia dalam tata hubungan kemahakuasaan Allah SWT.
Dengan pemikiran dan pertimbangan sebagaimana tersebut,
maka maksud dan tujuan Muhammadiyah diubah menjadi sebagai berikut:
“ Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
Pasal 3 maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah merupakan
definisi operasional dari asa pancasila yang di jelaskan dan dipahami
sebagai ketuhanan yang Maha Esa yang berinti Tauhid; simpul dari
keImanan terhadap Allah Swt.
Maka maksud dan tujuan Muhammadiyah hasil keputusan
Muktamar ke 41 adalah sebagai berikut :
17
“ Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat utama adil dan makmur yang diridhai Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala”.
Maksud dan tujuan Muhammadiyah sebagaimana yang telah
dirumuskan dalam Anggaran Dasar pada BAB III pasal 6 yang
menyatakan bahwa :
“Maksud dan tujuan persyarikatan ini ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. (Anggaran Dasar Muhammadiyah, 2005 : 9).
Rumusan maksud dan tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Menegakkan, berarti membuat dan mengupayakan agar Islam tetap
kokoh dan tidak roboh, Islam tidak akan roboh ketika senantiasa
ditegakkan di atas pondasi yang kokoh dan di pertahankan, dibela
dan diperjuangkan dengan cara menjadikan Al-quran dan Hadits
yang shahih sebagai pedoman hidup.
b. Menjunjung tinggi, berarti membawa dan menjunjung di atas
segala-galanya, mengindahkan dan menghormatinya.
c. Agama Islam, yaitu agama yang paling benar dan satu-satunya
agama yang di ridhai Allah Swt.
d. Terwujud, berarti satu kenyataan karena ada proses yang
dilakukan.
e. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang mempunyai
karakteristik: menjunjung tinggi nilai kehormatan manusia,
18
memupuk rasa persatuan dan kekeluargaan manusia, mewujudkan
kerjasama menuju terciptanya masyarakat sejahtera lahir dan batin,
memupuk jiwa toleransi, menghormati kebebasan orang lain,
menegakkan budi baik, menegakkan keadilan, menanamkan kasih
sayang dan mencegah kerusakan di muka bumi.
f. Sebenar-benarnya adalah untuk menunjukkan derajat kualitas yang
lebih ideal.
Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah
mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip-prinsip yang
tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar yang dapat dipahami
bahwa hidup manusia harus berdasarkan tauhid, beribadah serta taat
kepada Allah SWT, hidup manusia harus bermasyarakat karena manusia
adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain,
mematuhi ajaran-ajaran Agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran
Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat, menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada
Allah SWT dan ikhlas kepada umat manusia, ittiba (taat) kepada langkah
dan perjuangan Nabi Muhammad saw, dan senantiasa melancarkan amal
usaha dan perjuangan dengan tetap memperhatikan koridor yang
ditetapkan dalam organisasi.
19
Dari penjelasan tersebut menggambarkan bahwa maksud dan
tujuan Muhammadiyah adalah membangun, memelihara, dan memegang
teguh agama Islam dengan ketaatan melebihi ajaran dan paham-paham
lainnya untuk mendapatkan suatu kehidupan dalam diri, keluarga, dan
masyarakat yang adil, makmur, bahagia dan sejahtera karena mendapat
ridho Allah Swt.
5. Amal Usaha Muhammadiyah
Dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah yang luas dan
besar itu, maka luas dan besar pula amal usaha Muhammadiyah. Sudah
tentu pada mula-mula usahanya belum sebesar yang ada sekarang ini,
lebih-lebih pada saat itu banyak pula rintangan dan halangan yang di
hadapi.
Sudah menjadi ciri dalam Muhamamdiyah adanya semboyan
“sedikit bicara banyak bekerja”, tidak saja sekedar semboyan di di bibir,
tetapi sungguh-sungguh dibuktikan dengan amaliyah. Oleh karena itu
tidak mengherankan, bila Muhammadiyah yang hanya memiliki jumlah
anggota yang tidak begitu banyak, tetapi cukup banyak dan luas amal
usaha dan hasil-hasilnya. Hal ini dapat dibuktikan, sebagai berikut:
1. Bidang Keagamaan
Pada bidang inilah sesungguhnya pusat seluruh kegiatan
Muhammadiyah, dasar dan setiap amal usaha Muhammadiyah. Dan apa
yang dilaksanakan dalam bidang –bidang lainnya tak lain dari dorongan
keagamaan semata-mata.
20
a. Terbentuknya Majelis Tarjih (1927)
b. Memberikan tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah
sesuai dengan contoh yang telah diberikan oleh Rasulullah
SAW.
c. Memberikan pedoman dalam penentuan ibadah puasa dan hari
raya dengan jalan perhitungan “Hisab” atau “astronomi” sesuai
dengan jalan perkembangan ilmu pengetahuan modern. Dll
2. Bidang Pendidikan
Salah satu sebab didirikannya Muhammadiyah ialah karena
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia sudah tidak memenuhi lagi
kebutuhan dan tuntutan zaman. Tidak saja isi dan metode pengajaran
yang tidak sesuai, bahkan system pendidikannya pun harus diadakan
prombakan yang mendasar.
Maka didirikannya sekolah yang tidak lagi memisah-misahkan
antara pelajar yang dianggap agama dan pelajaran yang digolongkan ilmu
umum, pada hakekatnya merupakan usaha yang sangat penting dan
besar. Karena dengan system tersebut bangsa Indonesia dididik menjadi
bangsa Indonesia dididik menjadi bangsa yang utuh kepribadiannya, tidak
terbelah menjadi pribadi yang berilmu umum atau berilmu agama saja.
3. Bidang kemasyarakatan
Muhammadiyah adalah suatu gerakan Islam yang mempunyai
tugas dakwah Islam dan amar makruf nahi mungkardalam bidang
21
kemasyarakatan. Sudah dengan sendirinya banyak usaha-usaha di
tempatkan dalam bidang kemasyarakatan, seperti:
a. Mendirikan rumah-rumah sakit modern,
b. Mendirikan panti-panti asuhan anak yatim baik putra maupun
putri, untuk menyantuni mereka.
c. Mendirikan perusahaan percetakan, penerbitan dan took buku,
yang banyak mempublikasikan majalah-majalah, brosur dan
buku-buku yang sangat membantu penyebar-luasan paham-
paham keagamaan, ilmu dan kebudayaan Islam. Dll
4. Bidang Politik Kenegaraan
Tak dapat disebutkan satu per satu seluruh perjuangan
Muhammadiyah yang dapat digolongkan kedalam bidang politik
kenegaraan, hanya beberapa di antaranya:
a. Pemerintah kolonial Belanda selalu berusaha agar
perkembangan agama Islam bisa dikendalikan denga
bermacam-macam cara, di antaranya menetapkan agar semua
binatang ynang dijadikan “qurban” harus dibayar pajaknya. Hal
ini ditentang oleh Muhammadiyah, dan akhirnya berhasil
dibebaskan.
b. Pengadilan agama di zaman colonial berada dalam kekuasaan
penjajah yang tentu saja beragama Kristen. Agar urusan Agama
di Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama
22
Islam, juga dipegang oleh orang Islam, Muhammadiyah
berjuang kearah cita-cita itu.
c. Ikut mempelopori berdirinya Partai Islam Indonesia. Dll
B. Masyarakat Islami
1. Pengertian Masyarakat Islami
Masyarakat adalah sekolompok manusia yang saling terkait
oleh sistem-sistem, adat istiadat, serta hukum-hukum khas, dan yang
hidup bersama. Kehidupan bersama ialah kehidupan yang didalamnya
kelompok-kelompok manusia hidup bersama-sama berbagi iklim serta
makanan yang sama.
Menurut etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab, diambil dari
asal kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu di bentuk
kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa,
dan berarti juga dalam menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat. Kata
aslama itulah menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti yang
tekandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan aslama
atau masuk Islam di namakan muslim. Berarti orang itu telah menyatakan
dirinya telah taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. dengan
melakukan aslama, selanjutnya orang itu terjamin keselamatan hidupnya
di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah (2):
112:
23
Terjemahnya:
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Departemen Agama RI 2009 : 17)
Sesungguhnya Islam itu adalah agama sepanjang sejarah
manusia. Agama dari seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh
Allah Swt pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia. Islam
itulah agama Adam a.s., Nabi Ibrahim, Nabi ya‟kub, Nabi Musa, Nabi
Daud, Nabi Sulaiman dan Nabi Isa a.s. sebagaimana firman Allah dalam
Q.S. Baqarah (2) : 132:
Terjemahnya:
Dan Ibrahim Telah mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (Departemen Agama RI 2009 : 20)
Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul
sebagai hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa,
yang menjamin kesejahteraan hidup material dari spiritual, duniawi dan
ukhrawi. Agama Islam, yakni agama Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw sebagai Nabi akhir zaman, ialah ajaran yang diturunkan
24
Allah yang tercantum dalam Al-qur‟an dan Sunnah Nabi yang shahih
(maqbul) berupa perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-
petunjuk untuk kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Ajaran Islam
bersifat menyeluruh yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisah-
pisahkan yang meliputi bidang-bidang akidah, akhlak, ibadah dan
muamalah duniawiyah.
Adapun Islam dalam kurun sebelum risalah Muhammad Saw
sifatnya lokal atau nasional. Ia hanya untuk kepentingan bangsa dan
daerah tertentu, dan terbatas pula periodenya. Para Rasul yang
mengajarkan Islam itu laksana mata-mata rantai yang sambung-
bersambung, tapi mereka dalam satu kesatuan tugas yaitu tugas
Ketuhanan (risalah Ilahiyah) membawa pengajaran dan peringatan
kepada manusia.
Di samping itu dilengkap dengan hukum-hukum dan
ketentuan-ketentuan dari Tuhan berdasar atas hajat dan kebutuhan
bangsa dan daerah itu. Akhirnya, ketika Islam datang ke pangkuan risalah
Muhammad Saw. Ia menjadi agama universal agama untuk seluruh
manusia. Sebab itu risalah Muhammad Saw. Mengumandangkan
dakwahnya kepada seluruh ras dan bangsa yang ada di bumi, dan akan
disampaikan kepada manusia yang paling penghabisan di akhir zaman.
Kepada Islamlah manusia di perintahkan Tuhan berkiblat, bergabung
menjadi ummat yang perkasa di bawah suatu komando: “laailaaha
illallaah, Muhammad Rasuulullah.”
25
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-A‟raf (7) : 158:
Terjemahnya:
Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (Departemen Agama RI 2009 : 170)
Sebagai Agama besar yang dianut oleh satu milyar lebih umat
manusia, Islam telah membentuk masyarakat yang kuat dalam tatanan
yang penting dan teratur yang disebut dengan masyarakat Islam. Sebagai
masyarakat Islam yang berpedoman kepada akidah dan hukum Islam,
maka seharusnya juga menjalani secara Islami yang disebut masyarakat
Islami.
Masyarakat Islami adalah masyarakat yang dinaungi dan
dituntun oleh norma-norma Islam, satu-satunya Agama Allah. Masyarakat
yang secara kolektif atau orang perorangan bertekad untuk bersungguh-
sungguh dalam meniti sirotul mustaqim. Masyarakat yang didominasi oleh
istiqomah, kejujuran, kebersihan ruhani dan saling kasih mengasihi.
Walaupun mereka berbeda-beda dalam tingkat dan kadar pemahaman
26
terhadap rincian ajaran Islam, tetapi mereka telah memiliki pondasi yang
sama untuk menerimanya secara totalitas.
Masyarakat Islami adalah masyarakat yang tunduk dan patuh
pada syariat Allah SWT , dan berupaya mewujudkan syariat-Nya dalam
semua aspek kehidupan. Saat itu, pada dasarnya mereka sedang
berupaya secara serius mewujudkan arti penghambaan yang sebenarnya
kepada Rabbul 'alamin. Untuk itulah, mereka bersungguh-sungguh
mengamalkan sisi-sisi tuntunan ajaran Islam dalam bentuk amal shalih,
dengan upaya yang maksimal dari kemampuan mereka.
Masyarakat dalam pandangan Islam merupakan alat atau
sarana untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut
kehidupan bersama. Karena itulah masyarakat harus menjadi dasar
kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerjasama umat menuju
adanya suatu pertumbuhan manusia yang mewujudkan persamaan dan
keadilan. Pembinaan masyarakat haruslah dimulai dari pribadi-pribadi,
masing-masing wajib memelihara diri, meningkatkan kualitas hidup, agar
dalam hidup di tengah masyarakat itu, di samping dirinya berguna bagi
masyarakat, ia juga tidak merugikan masyarakat lain. Islam mengajarkan
bahwa kualitas manusia dari suatu segi bisa dipandang dari manfaatnya
dari manusia yang lain.
Dalam kehidupan warga Muhammadiyah, masyarakat Islami
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
27
1. Masyarakat Islami harus memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani,
berupa tauhid kepada Allah SWT yang benar, ikhlas, dan penuh
ketundukan sehingga terpancar sebagai Ibad arRahman yang
menjalani kehidupan dengan benar-benar menjadi Mukmin, Muslim,
Muttaqin, dan Muhsin yang paripurna.
2. Masyarakat Islami wajib menjadikan iman dan tauhid sebagai sumber
seluruh kegiatan hidup, tidak boleh mengingkari keimanan
berdasarkan tauhid itu, dan tetap menjauhi serta menolak syirik,
takhayul, bid‟ah, dan khurafat, yang menodai iman dan tauhid kepada
Allah SWT.
3. Masyarakat Islami dituntut untuk meneladani perilaku Nabi dalam
mempraktikkan akhlak mulia, sehingga menjadi uswah hasanah yang
diteladani oleh sesama berupa sifat siddiq, amanah, tabliqh, dan
fhatanah.
4. Masyarakat Islami dituntut untuk senantiasa membersihkan jiwa/hati
kearah terbentuknya pribadi yang muttaqin dengan beribadah yang
tekun dan menjauhkan diri dari jiwa/nafsu yang buruk, sehingga
terpancar kepribadian yang shahih yang menghadirkan kedamaian dan
kemanfaatan bagi diri dan sesamanya.
5. Masyarakat Islami harus selalu menyadari dirinya sebagai abdi dan
khalifah di muka bumi, sehingga memandang dan menyikapi
kehidupan dunia secara aktif dan positif serta tidak menjauhkan diri
28
dari pergumulan kehidupan dengan landasan iman, Islam, dan ihsan
dalam arti berakhlak karimah. (PP Muhammadiyah: 2000: 64)
Masyarakat Ideal yang dicitakan oleh Islam adalah masyarakat
yang digambarkan Al-quran dengan sebutan masyarakat mardlatillah
(masyarakat yang diridai Allah) atau Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun
Ghafuur, sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Saba‟ ayat 15:
Terjemahan:
Sungguh, bagi kaum Saba‟ ada tanda ( kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mareka yaitu dua bua kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, ( kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (di anugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik ( nyaman) sedang Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Pengampun”. (Departemen Agama RI 2009 : 430)
Untuk mencapai masyarakat yang mardlatillah ini harus disusun
rangkaian pola yang berdimensi antara lain sebagai berikut:
1. Umat yang Satu
Manusia ini terdiri dari berbagai suku, warna kulit, agama,
bahasa, dan adat istiadat pada dasarnya berkembang biak dari nenek
moyang yang sama. Sebagai manusia, perbedaan-perbedaan tersebut
hendaknya tidak menjadi penghalang bagi yang satu dengan yang lain
untuk hidup rukun berdampingan. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S.
Al-Hujurat ayat 13:
29
Terjemahnya:
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allagh Maha Mengetahui, Maha Teliti”. (Departemen Agama RI 2009 : 517)
Dengan sikap demikian itu tumbuhlah rasa toleransi antar umat.
Toleransi yang di maksud dalam ajaran Islam ialah dalam lingkup masalah
sosial kemasyarakatan bukan di bidang akidah keimanan. Meskipun hidup
berdampingan dengan masyarakat berbagai agama, umat muslim tidak
boleh larut atau goyah keimanannya, keyakinan tetap dipertahankan
bahwa Islamlah satu-satunya agama Allah yang diyakini kebenarannya
oleh umat Islam. Sebagaiman firman Allah dalam Q.S. Imran (3) ayat 19:
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya”. (Departemen Agama RI 2009 : 52)
30
2. Umat yang Bertakwa
Ketakwaan sebagai ciri pokok dari masyarakat Islam
mempunyai tiga kaidah fundamental, yaitu: Beriman pada Allah, Cinta
pada Allah, Takut kepada Allah. Beriman menurut Islam berarti: Tidak satu
pun yang patut dimuliakan dan disembah selain Allah. Hal ini
menyebabkan kerendahan hati serta keberanian moral dan optimism pada
kehidupan dalam semua dimensinya: spiritual, moral, fisik, ekonomi,
politik, dan seterusnya.
Masyarakat ideal yang diciptakan oleh Islam adalah masyarakat
yang digambarkan oleh Al-Quran sebagai masyarakat Mardlatillah karena
masyarakat tersebut terbangun dan terbina oleh dan dalam struktur yang
berpolakan hukum-hukum Allah dengan sumbernya Al-Quran dan Sunnah
Rasul. Masyarakat Mardlatillah dikenal juga dengan sebutan Baldatun
Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur.
2. Karakteristik Masyarakat Islami
Di dalam Islam terdapat 10 karakteristik masyarakat Islami
diantaranya sebagai berikut :
1. Masyarakat Islami adalah masyarakat terbuka, berdasarkan
pengakuan pada kesatuan umat dan cita-cita persaudaraan
sesama manusia.
2. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang terpadu, integratif,
dimana agama menjadi perekat yang menyatuhkan.
31
3. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang dinamis dan progresif,
karena manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi.
4. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang demokrasi, baik secara
spiritual, sosial, ekonomi, maupun demokrasi politik.
5. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berkeadilan, yang
membentuk semua aspek dari keadilan sosial baik dibidang moral,
hukum, ekonomi, dan politik yang telah ditetapkan dalam aturan
dan kelembagaan yang telah disepakati.
6. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berwawasan ilmiah,
terpelajar, karena sangat menekankan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi.
7. Masyakat Islami adalah masyarakat yang disiplin, baik dalam
ibadah maupun muamalah.
8. Masyarakat Islami menentukan pada kegiatan keumatan yang
memiliki tujuan yang jelas dan perencanaan yang sempurna.
9. Masyarakat Islami membentuk persaudaraan yang tangguh,
menekankan kasih sayang antara sesama.
10. Masyarakat Islami adalah yang sederhana, yang
berkesinambungan. (Nafi Harahap: 2012)
Di dalam masyarakat Islami tentulah terdapat unsur-unsur
pribadi Islami dan keluarga Islami. Pribadi Islami adalah pribadi yang
bertaqwa dan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, yang membuat
pribadi tersebut tidak berani untuk menyimpang dari ajaran-ajaran Allah
32
SWT. Sedangkan keluarga Islami adalah keluarga yang anggota-
anggotanya bukan hanya status keagamaannya sebagai muslim, tetapi
juga menunjukan keIslaman dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
ibadah (hubungan kepada Allah) maupun dengan sesama anggota
keluarga dan tetangga.
Jadi pendidikan dikeluarga adalah pendidikan awal dan utama
bagi seorang manusia. Keluarga adalah pemberi pengaruh pertama pada
anak manusia. Pengalaman hidup pada masa-masa awal umur manusia
akan membentuk ciri khas, baik dalam tubuh maupun pemikiran yang bisa
jadi tidak ada yang dapat mengubahnya sesudah masa itu.
8
.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka dalam penelitian, baik penelitian pustaka
maupun penelitian lapangan mempunyai kedudukan yang sangat penting.
Bahkan tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kajian pustaka merupakan
variabel yang menentukan dalam suatu penelitian. Di samping itu,
berfungsi memberikan landasan teoritis tentang mengapa penelitian perlu
di lakukan dalam kaitannya dengan kerangka pengetahuan. Selain itu
kajian pustaka juga di artikan sebagai daftar referensi dari semua jenis
referensi seperti buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi hand
outs, laboratory manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip didalam
penulisan proposal.
A. Muhammadiyah
1. Pengertian Muhammadiyah
Nama Muhammadiyah sudah dikenal sejak seratus tahun yang
lalu oleh masyarakat dan Muhammadiyah juga sudah akrab pada
masyarakat. Namun, jika ditelusuri sejarah kelahirannya, ternyata pada
saat itu, istilah Muhammadiyah dipilih oleh KH Ahmad Dahlan untuk
menanamkan gerakannya masih sangat asing dan aneh, sehingga
menimbulkan tanda tanya bagi mereka apa yang di maksud dengan
Muhammadiyah.
8
9
.
Sebagaimana Mustafa Kamal Pasha (2002: 112) dalam
bukunya Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam mengemukakan arti dari
Muhammadiyah yakni:
a. Secara bahasa (etimologis)
Muhammadiyah berasal dari kata bahasa Arab “Muhammad”
yaitu nama Nabi dan Rasul Allah yang terakhir. Kemudian mendapatkan
“ya‟nisbiyah” yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti umat
“Muhammad Saw” atau “pengikut Muhammad Saw”, yaitu semua orang
Islam yang mengakui dan menyakini bahwa Nabi Muhammad Saw adalah
hamba dan pesuruh Allah yang terakhir. Dengan demikian, siapa pun juga
yang mengaku beragama Islam maka sesungguhnya mereka adalah
orang Muhammadiyah tanpa harus dilihat dan dibatasi oleh adanya
perbedaan organisasi, golongan, bangsa, geografis, etnis dan
sebagainya.
b. Secara Istilah (terminologis)
Muhammadiyah ialah gerakan Islam, Dakwah Amar Mkruf Nahi
Mungkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-quran dan Sunnah,
didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah
bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Miladiyah di kota
Yogyakarta. Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya
dengan maksud untuk bertafa‟ul (berpenghargaan baik) dapat mencontoh
10
.
dan meneladani jejak perjuangannya dalam rangka menegakkan dan
menjungjung tinggi agama Islam semata-mata demi terwujudnya „Izzul
Islam wal Muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup
umat Islam sebagai realita.
c. Matan Kepribadian Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan gerakan
Islam. Maksud geraknya ialah Da‟wah Islam amar ma‟ruf nahi mungkar
yang ditujukan pada dua bidang; perseorangan dan masyarakat. Dakwah
dan amar ma‟ruf nahi mungkar pada bidang yang pertama terbagi menjadi
dua golongan, kepada yang Islam bersifat pembaharuan (tajdid) dan yang
kedua kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk
memeluk agama Islam. Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan
bermusyawarah atas dasar taqwa dan mengharap keridhaan Allah
semata-mata.
Dengan melaksanakan dakwah dan amar ma‟ruf nahi mungkar
dengan caranya masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah
menggerakkan masyarakat menuju tujuannya ialah: terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
d. Anggaran Dasar Muhammadiyah
Dalam anggaran dasar Muhammadiyah ( Thoyar dkk., 2008:
106) “Muhammadiyah diartikan sebagai gerakan Islam, da‟wah Amar
11
.
Ma‟ruf Nahi Mugkar dan tajdid. Bersumber pada Al-Quran dan As
Sunnah”.
2. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal
8 Dzulhijjah 1330 bertepatan pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah
di Yogyakarta untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Muhammadiyah didirikan atas dua faktor, yaitu:
a. Faktor Subjektif
KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah sebagai hasil
tadabbur Al-quran yang dilakukan oleh beliau terutama pada firman Allah
SWT. QS Al-Imran (3): 104 yang berbunyi :
Terjemahnya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu ada segolongan umat orang yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma‟ruf dan memcegah kepada yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Departemen Agama RI 2009 : 63)
Ayat inilah yang menjadi spirit bagi KH Ahmad Dahlan untuk
mendirikan sebuah persyarikatan yang diberi nama Muhammadiyah.
Pemberian nama Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan dengan
maksud bertafa’ul (berpengharapan baik) dapat mencontoh dan
meneladani jejak perjuangannya dalam rangka menegakkan dan
12
.
menjunjung tinggi Agama Islam semata-mata demi terwujudnya „ izzul
Islam Wal Muslimin, kejayaan Islam dan kemuliaan hidup Islam sebagai
realita.
Yang di lanjutkan dengan inti kalimat Al-Quran dalam surat An-
Nisa (04) : 82, Allah SWT berfirman:
Terjemahnya:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”.
b. Faktor Objektif
Menurut Sholihin Salam (1965: 56-57), sebab-sebab yang
mendorong KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah itu ada dua
faktor, yaitu yang bersifat intern dan ekstern.
Adapun yang bersifat intern (dalam) itu meliputi:
1. Merajalelahnya bid‟ah, khurafat, syirik tahayyul, sehingga
kehidupan beragama tidak sesuai dengan Nash tuntunan Al-qur‟an
dan hadits, akibatnya Islam menjadi beku.
2. Merajalelahnya kemiskinan, kebodohan, kekolotan, kemunduran,
Bangsa Indonesia umumnya dan ummat Islam khususnya.
3. Tidak adanya kesatuan dan persatuan ukhuwah ummat Islam serta
organisasi Islam yang kuat dan kompak.
13
.
4. Lemahnya dan gagalnya sistem pendidikan pondok pesantren
Islam yang kurang mencerminkan perkembangan dan kemajuan,
zaman dan adanya kehidupan pendidikan yang mengisolir diri.
Adapun yang bersifat ekstern (luar) itu meliputi:
1. Merajalelahnya Imperialis Kolonialis Belanda di Indonesia yang
harus dihadapi.
2. Adanya kegiatan dan kemajuan missi Zending Kristen di Indonesia.
3. Sikap yang merendahkan pada Islam oleh para Intelegensia kaum
terpelajar, bahwa Islam Agama yang out of date tak sesuai dengan
kemajuan zaman.
4. Adanya rencana Kristenisasi Pemerintah Kolonial Belanda, untuk
kepentingan Politik Kolonialnya.
3. Visi dan Misi Muhammadiyah
Kebijakan program Muhammadiyah bukan semata-mata
memuat rencana dan pelaksanaan seperangkat usaha dan kegiatan
praktis, bahkan merupakan perwujudan misi utama Muhammadiyah yakni
menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Adapun visi dan misi Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
a. Visi Muhammadiyah
“sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan Muhammadiyah aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar
14
.
ma‟ruf nahi mungkar di semua bidang dalam upaya mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil „alamin menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Musthafa Kamal Pasha (2002: 153)”.
b. Misi Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dakwah amar ma‟ruf
nahi mungkar mempunyai misi yang mulia dalam kehidupan ini yaitu :
1. Menegakkan keyakinan Tauhid yang Murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa oleh para Nabi / Rasul sejak Nabi Adam a.s. hingga Muhammad Saw.
2. Memahami ajaran Islam dengan menggunakan akal pikiran sesuai jiwa ajaran Islam.
3. Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber kepada Al-quran sebagai Kitab Allah terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
4. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Musthafa Kamal Pasha (2002: 153-154).
4. Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
Sejarah Muhammadiyah menunjukkan bahwa sejak didirikan
oleh KH Ahmad Dahlan maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak secara
tersurat mencamtumkan tujuan terbentuknya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya, namun tujuan hakiki Muhammadiyah tersebut tidak
berbeda jauh dari substansi tujuan Muhammadiyah saat ini.
Perbedaan corak zaman yang di lalui Muhammadiyah cukup
mewarnai perubahan redaksional dalam hal formulasi maksud dan tujuan
pada Muhammadiyah. Pada awal didirikannya Muhammadiyah tujuan
pada pembentukan format masyarakat Islam belum ditunjukkan secara
15
.
jelas, tetapi lebih pada proses penyebarluasan dan memajukan kehidupan
yang sejalan dengan ajaran Islam.
Sejak Muhammadiyah mengajukan pengesahan kepada
Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tahun 1912 sampai dengan
tahun 1986, terdapat 6 rumusan tujuan muhammadiyah dan telah
mengalami perubahan sebanyak 5 kali. Dua kali pada masa penjajahan
Jepang dan tiga kali pada masa kemerdekaan.
Rumusan “Maksud dan Tujuan Muhammadiyah” mengalami
perubahan dari keadaan kepada keadaan lainnya sesuai dengan
perkembangan masa. Semula pada tahun 1914 ketika Muhammadiyah
berdiri, tujuan organisasi Muhammadiyah dirumuskan dalam statunennya
sebagai berikut :
a. Menyebarluaskan pengajaran Agama kanjeng Nabi Muhammad Saw kepada penduduk bumi putera didalam residensi Yogyakarta, dan
b. Memajukan hal Agama kepada anggota-anggotanya.
Tujuh tahun kemudian (1921) tujuan itu diubah menjadi :
a. Menajukan dan mengembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Nederland
b. Memajukan dan menggembirakan cara kehidupan sepanjang kemajuan agama Islam kepada Lid-Lidnya ( segala sekutunya)
Setelah cukup lama tujuan ini bertahan selama lebih dari 20
tahun, maka pada masa penjajahan Jepang tahun 1942 atas desakan
Jepang tujuan Muhammadiyah diubah dengan tambahan Mukaddimah
menjadi :
16
.
“Sesuai dengan kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama seluruh Asia Timur raya di baewah pimpinan dai Nippon, dan memang diperintahkan oleh Tuhan Allah, maka perkumpulan ini :
a. Hendak menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunan-Nya.
b. Hendak melakukan pekerjaan kebaikan umum, c. Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi
pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya. Kesemuanya itu ditujukan untuk berjasa mendidik masyarakat ramai”.
Adapun maksud dan tujuan Muhammadiyah yang tercantum
dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 3 adalah :
“Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga dapat
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”
Pada tahun 1959 dalam Muktamar ke 34, maksud dan tujuan
Muhammadiyah diubah kembali untuk keempat kalinya. Perubahan
keempat ini sesungguhnya hanya merupakan perubahan dua buah kata
rumusan tahun 1950; “ dapat mewujudkan” menjadi sebuah kata “
terwujud”. Walaupun perubahan kata tersebut sebagian kecil saja dari
rumusan tujuan sebelumnya, akan tetapi merupakan cerminan dari
sebuah pemikiran yang mendalam yang berkaitan dengan eksistensi
manusia dalam tata hubungan kemahakuasaan Allah SWT.
Dengan pemikiran dan pertimbangan sebagaimana tersebut,
maka maksud dan tujuan Muhammadiyah diubah menjadi sebagai berikut:
“ Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.
17
.
Pasal 3 maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah merupakan
definisi operasional dari asa pancasila yang di jelaskan dan dipahami
sebagai ketuhanan yang Maha Esa yang berinti Tauhid; simpul dari
keImanan terhadap Allah Swt.
Maka maksud dan tujuan Muhammadiyah hasil keputusan
Muktamar ke 41 adalah sebagai berikut :
“ Menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat utama adil dan makmur yang diridhai Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala”.
Maksud dan tujuan Muhammadiyah sebagaimana yang telah
dirumuskan dalam Anggaran Dasar pada BAB III pasal 6 yang
menyatakan bahwa :
“Maksud dan tujuan persyarikatan ini ialah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”. (Anggaran Dasar Muhammadiyah, 2005 : 9).
Rumusan maksud dan tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Menegakkan, berarti membuat dan mengupayakan agar Islam tetap
kokoh dan tidak roboh, Islam tidak akan roboh ketika senantiasa
ditegakkan di atas pondasi yang kokoh dan di pertahankan, dibela
dan diperjuangkan dengan cara menjadikan Al-quran dan Hadits
yang shahih sebagai pedoman hidup.
18
.
b. Menjunjung tinggi, berarti membawa dan menjunjung di atas
segala-galanya, mengindahkan dan menghormatinya.
c. Agama Islam, yaitu agama yang paling benar dan satu-satunya
agama yang di ridhai Allah Swt.
d. Terwujud, berarti satu kenyataan karena ada proses yang
dilakukan.
e. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang mempunyai
karakteristik: menjunjung tinggi nilai kehormatan manusia,
memupuk rasa persatuan dan kekeluargaan manusia, mewujudkan
kerjasama menuju terciptanya masyarakat sejahtera lahir dan batin,
memupuk jiwa toleransi, menghormati kebebasan orang lain,
menegakkan budi baik, menegakkan keadilan, menanamkan kasih
sayang dan mencegah kerusakan di muka bumi.
f. Sebenar-benarnya adalah untuk menunjukkan derajat kualitas yang
lebih ideal.
Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah
mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip-prinsip yang
tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar yang dapat dipahami
bahwa hidup manusia harus berdasarkan tauhid, beribadah serta taat
kepada Allah SWT, hidup manusia harus bermasyarakat karena manusia
adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain,
19
.
mematuhi ajaran-ajaran Agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran
Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat, menegakkan dan menjunjung tinggi
agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada
Allah SWT dan ikhlas kepada umat manusia, ittiba (taat) kepada langkah
dan perjuangan Nabi Muhammad saw, dan senantiasa melancarkan amal
usaha dan perjuangan dengan tetap memperhatikan koridor yang
ditetapkan dalam organisasi.
Dari penjelasan tersebut menggambarkan bahwa maksud dan
tujuan Muhammadiyah adalah membangun, memelihara, dan memegang
teguh agama Islam dengan ketaatan melebihi ajaran dan paham-paham
lainnya untuk mendapatkan suatu kehidupan dalam diri, keluarga, dan
masyarakat yang adil, makmur, bahagia dan sejahtera karena mendapat
ridho Allah Swt.
5. Amal Usaha Muhammadiyah
Dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah yang luas dan
besar itu, maka luas dan besar pula amal usaha Muhammadiyah. Sudah
tentu pada mula-mula usahanya belum sebesar yang ada sekarang ini,
lebih-lebih pada saat itu banyak pula rintangan dan halangan yang di
hadapi.
Sudah menjadi ciri dalam Muhamamdiyah adanya semboyan
“sedikit bicara banyak bekerja”, tidak saja sekedar semboyan di di bibir,
20
.
tetapi sungguh-sungguh dibuktikan dengan amaliyah. Oleh karena itu
tidak mengherankan, bila Muhammadiyah yang hanya memiliki jumlah
anggota yang tidak begitu banyak, tetapi cukup banyak dan luas amal
usaha dan hasil-hasilnya. Hal ini dapat dibuktikan, sebagai berikut:
1. Bidang Keagamaan
Pada bidang inilah sesungguhnya pusat seluruh kegiatan
Muhammadiyah, dasar dan setiap amal usaha Muhammadiyah. Dan apa
yang dilaksanakan dalam bidang –bidang lainnya tak lain dari dorongan
keagamaan semata-mata.
a. Terbentuknya Majelis Tarjih (1927)
b. Memberikan tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah
sesuai dengan contoh yang telah diberikan oleh Rasulullah
SAW.
c. Memberikan pedoman dalam penentuan ibadah puasa dan hari
raya dengan jalan perhitungan “Hisab” atau “astronomi” sesuai
dengan jalan perkembangan ilmu pengetahuan modern. Dll
2. Bidang Pendidikan
Salah satu sebab didirikannya Muhammadiyah ialah karena
lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia sudah tidak memenuhi lagi
kebutuhan dan tuntutan zaman. Tidak saja isi dan metode pengajaran
yang tidak sesuai, bahkan system pendidikannya pun harus diadakan
prombakan yang mendasar.
21
.
Maka didirikannya sekolah yang tidak lagi memisah-misahkan
antara pelajar yang dianggap agama dan pelajaran yang digolongkan ilmu
umum, pada hakekatnya merupakan usaha yang sangat penting dan
besar. Karena dengan system tersebut bangsa Indonesia dididik menjadi
bangsa Indonesia dididik menjadi bangsa yang utuh kepribadiannya, tidak
terbelah menjadi pribadi yang berilmu umum atau berilmu agama saja.
3. Bidang kemasyarakatan
Muhammadiyah adalah suatu gerakan Islam yang mempunyai
tugas dakwah Islam dan amar makruf nahi mungkardalam bidang
kemasyarakatan. Sudah dengan sendirinya banyak usaha-usaha di
tempatkan dalam bidang kemasyarakatan, seperti:
a. Mendirikan rumah-rumah sakit modern,
b. Mendirikan panti-panti asuhan anak yatim baik putra maupun
putri, untuk menyantuni mereka.
c. Mendirikan perusahaan percetakan, penerbitan dan took buku,
yang banyak mempublikasikan majalah-majalah, brosur dan
buku-buku yang sangat membantu penyebar-luasan paham-
paham keagamaan, ilmu dan kebudayaan Islam. Dll
4. Bidang Politik Kenegaraan
Tak dapat disebutkan satu per satu seluruh perjuangan
Muhammadiyah yang dapat digolongkan kedalam bidang politik
kenegaraan, hanya beberapa di antaranya:
22
.
a. Pemerintah kolonial Belanda selalu berusaha agar
perkembangan agama Islam bisa dikendalikan denga
bermacam-macam cara, di antaranya menetapkan agar semua
binatang ynang dijadikan “qurban” harus dibayar pajaknya. Hal
ini ditentang oleh Muhammadiyah, dan akhirnya berhasil
dibebaskan.
b. Pengadilan agama di zaman colonial berada dalam kekuasaan
penjajah yang tentu saja beragama Kristen. Agar urusan Agama
di Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama
Islam, juga dipegang oleh orang Islam, Muhammadiyah
berjuang kearah cita-cita itu.
c. Ikut mempelopori berdirinya Partai Islam Indonesia. Dll
B. Masyarakat Islami
1. Pengertian Masyarakat Islami
Masyarakat adalah sekolompok manusia yang saling terkait
oleh sistem-sistem, adat istiadat, serta hukum-hukum khas, dan yang
hidup bersama. Kehidupan bersama ialah kehidupan yang didalamnya
kelompok-kelompok manusia hidup bersama-sama berbagi iklim serta
makanan yang sama.
Menurut etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab, diambil dari
asal kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu di bentuk
kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa,
23
.
dan berarti juga dalam menyerahkan diri, tunduk, patuh dan taat. Kata
aslama itulah menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti yang
tekandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan aslama
atau masuk Islam di namakan muslim. Berarti orang itu telah menyatakan
dirinya telah taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada Allah Swt. dengan
melakukan aslama, selanjutnya orang itu terjamin keselamatan hidupnya
di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S Al-Baqarah (2):
112:
Terjemahnya:
“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (Departemen Agama RI 2009 : 17)
Sesungguhnya Islam itu adalah agama sepanjang sejarah
manusia. Agama dari seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus oleh
Allah Swt pada bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok manusia. Islam
itulah agama Adam a.s., Nabi Ibrahim, Nabi ya‟kub, Nabi Musa, Nabi
Daud, Nabi Sulaiman dan Nabi Isa a.s. sebagaimana firman Allah dalam
Q.S. Baqarah (2) : 132:
24
.
Terjemahnya:
Dan Ibrahim Telah mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (Departemen Agama RI 2009 : 20)
Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul
sebagai hidayah dan rahmat Allah bagi umat manusia sepanjang masa,
yang menjamin kesejahteraan hidup material dari spiritual, duniawi dan
ukhrawi. Agama Islam, yakni agama Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw sebagai Nabi akhir zaman, ialah ajaran yang diturunkan
Allah yang tercantum dalam Al-qur‟an dan Sunnah Nabi yang shahih
(maqbul) berupa perintah-perintah, larangan-larangan, dan petunjuk-
petunjuk untuk kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Ajaran Islam
bersifat menyeluruh yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisah-
pisahkan yang meliputi bidang-bidang akidah, akhlak, ibadah dan
muamalah duniawiyah.
Adapun Islam dalam kurun sebelum risalah Muhammad Saw
sifatnya lokal atau nasional. Ia hanya untuk kepentingan bangsa dan
daerah tertentu, dan terbatas pula periodenya. Para Rasul yang
mengajarkan Islam itu laksana mata-mata rantai yang sambung-
bersambung, tapi mereka dalam satu kesatuan tugas yaitu tugas
25
.
Ketuhanan (risalah Ilahiyah) membawa pengajaran dan peringatan
kepada manusia.
Di samping itu dilengkap dengan hukum-hukum dan
ketentuan-ketentuan dari Tuhan berdasar atas hajat dan kebutuhan
bangsa dan daerah itu. Akhirnya, ketika Islam datang ke pangkuan risalah
Muhammad Saw. Ia menjadi agama universal agama untuk seluruh
manusia. Sebab itu risalah Muhammad Saw. Mengumandangkan
dakwahnya kepada seluruh ras dan bangsa yang ada di bumi, dan akan
disampaikan kepada manusia yang paling penghabisan di akhir zaman.
Kepada Islamlah manusia di perintahkan Tuhan berkiblat, bergabung
menjadi ummat yang perkasa di bawah suatu komando: “laailaaha
illallaah, Muhammad Rasuulullah.”
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-A‟raf (7) : 158:
Terjemahnya:
Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk". (Departemen Agama RI 2009 : 170)
26
.
Sebagai Agama besar yang dianut oleh satu milyar lebih umat
manusia, Islam telah membentuk masyarakat yang kuat dalam tatanan
yang penting dan teratur yang disebut dengan masyarakat Islam. Sebagai
masyarakat Islam yang berpedoman kepada akidah dan hukum Islam,
maka seharusnya juga menjalani secara Islami yang disebut masyarakat
Islami.
Masyarakat Islami adalah masyarakat yang dinaungi dan
dituntun oleh norma-norma Islam, satu-satunya Agama Allah. Masyarakat
yang secara kolektif atau orang perorangan bertekad untuk bersungguh-
sungguh dalam meniti sirotul mustaqim. Masyarakat yang didominasi oleh
istiqomah, kejujuran, kebersihan ruhani dan saling kasih mengasihi.
Walaupun mereka berbeda-beda dalam tingkat dan kadar pemahaman
terhadap rincian ajaran Islam, tetapi mereka telah memiliki pondasi yang
sama untuk menerimanya secara totalitas.
Masyarakat Islami adalah masyarakat yang tunduk dan patuh
pada syariat Allah SWT , dan berupaya mewujudkan syariat-Nya dalam
semua aspek kehidupan. Saat itu, pada dasarnya mereka sedang
berupaya secara serius mewujudkan arti penghambaan yang sebenarnya
kepada Rabbul 'alamin. Untuk itulah, mereka bersungguh-sungguh
mengamalkan sisi-sisi tuntunan ajaran Islam dalam bentuk amal shalih,
dengan upaya yang maksimal dari kemampuan mereka.
27
.
Masyarakat dalam pandangan Islam merupakan alat atau
sarana untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang menyangkut
kehidupan bersama. Karena itulah masyarakat harus menjadi dasar
kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerjasama umat menuju
adanya suatu pertumbuhan manusia yang mewujudkan persamaan dan
keadilan. Pembinaan masyarakat haruslah dimulai dari pribadi-pribadi,
masing-masing wajib memelihara diri, meningkatkan kualitas hidup, agar
dalam hidup di tengah masyarakat itu, di samping dirinya berguna bagi
masyarakat, ia juga tidak merugikan masyarakat lain. Islam mengajarkan
bahwa kualitas manusia dari suatu segi bisa dipandang dari manfaatnya
dari manusia yang lain.
Dalam kehidupan warga Muhammadiyah, masyarakat Islami
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat Islami harus memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani,
berupa tauhid kepada Allah SWT yang benar, ikhlas, dan penuh
ketundukan sehingga terpancar sebagai Ibad arRahman yang
menjalani kehidupan dengan benar-benar menjadi Mukmin, Muslim,
Muttaqin, dan Muhsin yang paripurna.
2. Masyarakat Islami wajib menjadikan iman dan tauhid sebagai sumber
seluruh kegiatan hidup, tidak boleh mengingkari keimanan
berdasarkan tauhid itu, dan tetap menjauhi serta menolak syirik,
28
.
takhayul, bid‟ah, dan khurafat, yang menodai iman dan tauhid kepada
Allah SWT.
3. Masyarakat Islami dituntut untuk meneladani perilaku Nabi dalam
mempraktikkan akhlak mulia, sehingga menjadi uswah hasanah yang
diteladani oleh sesama berupa sifat siddiq, amanah, tabliqh, dan
fhatanah.
4. Masyarakat Islami dituntut untuk senantiasa membersihkan jiwa/hati
kearah terbentuknya pribadi yang muttaqin dengan beribadah yang
tekun dan menjauhkan diri dari jiwa/nafsu yang buruk, sehingga
terpancar kepribadian yang shahih yang menghadirkan kedamaian dan
kemanfaatan bagi diri dan sesamanya.
5. Masyarakat Islami harus selalu menyadari dirinya sebagai abdi dan
khalifah di muka bumi, sehingga memandang dan menyikapi
kehidupan dunia secara aktif dan positif serta tidak menjauhkan diri
dari pergumulan kehidupan dengan landasan iman, Islam, dan ihsan
dalam arti berakhlak karimah. (PP Muhammadiyah: 2000: 64)
Masyarakat Ideal yang dicitakan oleh Islam adalah masyarakat
yang digambarkan Al-quran dengan sebutan masyarakat mardlatillah
(masyarakat yang diridai Allah) atau Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun
Ghafuur, sebagaimana firman Allah Swt dalam Q.S. Saba‟ ayat 15:
29
.
Terjemahan:
Sungguh, bagi kaum Saba‟ ada tanda ( kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mareka yaitu dua bua kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, ( kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (di anugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik ( nyaman) sedang Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Pengampun”. (Departemen Agama RI 2009 : 430)
Untuk mencapai masyarakat yang mardlatillah ini harus disusun
rangkaian pola yang berdimensi antara lain sebagai berikut:
1. Umat yang Satu
Manusia ini terdiri dari berbagai suku, warna kulit, agama,
bahasa, dan adat istiadat pada dasarnya berkembang biak dari nenek
moyang yang sama. Sebagai manusia, perbedaan-perbedaan tersebut
hendaknya tidak menjadi penghalang bagi yang satu dengan yang lain
untuk hidup rukun berdampingan. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S.
Al-Hujurat ayat 13:
Terjemahnya:
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allagh Maha Mengetahui, Maha Teliti”. (Departemen Agama RI 2009 : 517)
30
.
Dengan sikap demikian itu tumbuhlah rasa toleransi antar umat.
Toleransi yang di maksud dalam ajaran Islam ialah dalam lingkup masalah
sosial kemasyarakatan bukan di bidang akidah keimanan. Meskipun hidup
berdampingan dengan masyarakat berbagai agama, umat muslim tidak
boleh larut atau goyah keimanannya, keyakinan tetap dipertahankan
bahwa Islamlah satu-satunya agama Allah yang diyakini kebenarannya
oleh umat Islam. Sebagaiman firman Allah dalam Q.S. Imran (3) ayat 19:
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya”. (Departemen Agama RI 2009 : 52)
2. Umat yang Bertakwa
Ketakwaan sebagai ciri pokok dari masyarakat Islam
mempunyai tiga kaidah fundamental, yaitu: Beriman pada Allah, Cinta
pada Allah, Takut kepada Allah. Beriman menurut Islam berarti: Tidak satu
pun yang patut dimuliakan dan disembah selain Allah. Hal ini
menyebabkan kerendahan hati serta keberanian moral dan optimism pada
31
.
kehidupan dalam semua dimensinya: spiritual, moral, fisik, ekonomi,
politik, dan seterusnya.
Masyarakat ideal yang diciptakan oleh Islam adalah masyarakat
yang digambarkan oleh Al-Quran sebagai masyarakat Mardlatillah karena
masyarakat tersebut terbangun dan terbina oleh dan dalam struktur yang
berpolakan hukum-hukum Allah dengan sumbernya Al-Quran dan Sunnah
Rasul. Masyarakat Mardlatillah dikenal juga dengan sebutan Baldatun
Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur.
2. Karakteristik Masyarakat Islami
Di dalam Islam terdapat 10 karakteristik masyarakat Islami
diantaranya sebagai berikut :
1. Masyarakat Islami adalah masyarakat terbuka, berdasarkan
pengakuan pada kesatuan umat dan cita-cita persaudaraan
sesama manusia.
2. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang terpadu, integratif,
dimana agama menjadi perekat yang menyatuhkan.
3. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang dinamis dan progresif,
karena manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi.
4. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang demokrasi, baik secara
spiritual, sosial, ekonomi, maupun demokrasi politik.
5. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berkeadilan, yang
membentuk semua aspek dari keadilan sosial baik dibidang moral,
32
.
hukum, ekonomi, dan politik yang telah ditetapkan dalam aturan
dan kelembagaan yang telah disepakati.
6. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berwawasan ilmiah,
terpelajar, karena sangat menekankan pada ilmu pengetahuan dan
teknologi.
7. Masyakat Islami adalah masyarakat yang disiplin, baik dalam
ibadah maupun muamalah.
8. Masyarakat Islami menentukan pada kegiatan keumatan yang
memiliki tujuan yang jelas dan perencanaan yang sempurna.
9. Masyarakat Islami membentuk persaudaraan yang tangguh,
menekankan kasih sayang antara sesama.
10. Masyarakat Islami adalah yang sederhana, yang
berkesinambungan. (Nafi Harahap: 2012)
Di dalam masyarakat Islami tentulah terdapat unsur-unsur
pribadi Islami dan keluarga Islami. Pribadi Islami adalah pribadi yang
bertaqwa dan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT, yang membuat
pribadi tersebut tidak berani untuk menyimpang dari ajaran-ajaran Allah
SWT. Sedangkan keluarga Islami adalah keluarga yang anggota-
anggotanya bukan hanya status keagamaannya sebagai muslim, tetapi
juga menunjukan keIslaman dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
ibadah (hubungan kepada Allah) maupun dengan sesama anggota
keluarga dan tetangga.
33
.
Jadi pendidikan dikeluarga adalah pendidikan awal dan utama
bagi seorang manusia. Keluarga adalah pemberi pengaruh pertama pada
anak manusia. Pengalaman hidup pada masa-masa awal umur manusia
akan membentuk ciri khas, baik dalam tubuh maupun pemikiran yang bisa
jadi tidak ada yang dapat mengubahnya sesudah masa itu.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research)
bersifat kualitatif dengan analisis deskriptif yang bertujuan memberikan
gambaran secara tepat tentang peranan Muhammadiyah dalam
mewujudkan masyarakat Islami di Desa Moncobalang Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa.
Bogdan dan Taylor (2006: 21-22) menjelaskan bahwa: Kualitatif deskriptif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Serta diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan dan perilaku.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Desa Moncobalang Kecamatan
Barombong Kabupaten Gowa, berkat dukungan pemerintah dan
masyarakat setempat Muhammadiyah senantiasa eksis mulai sejak
berdirinya dan sampai saat sekarang, dan pendiri Muhammadiyah di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa adalah M. Siama.
Adapun objek penelitian ini adalah masyarakat di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa.
34
35
C. Variabel Penelitian
“variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap
dalam suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan variasi, baik
secara kuantitatif naupun kualitatif”. Arikunto (2013: 17)
Varibel dalam penelitian ini ada 2, yaitu: variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas adalah peranan Muhammadiyah dan
variabel terikat adalah mewujudkan masyarakat Islami.
D. Devenisi Operasional Variabel
Untuk memberikan pemahaman lebih jauh maka peneliti
menguraikan devenisi operasional yang mengacuh pada item sebagai
berikut :
a. Muhammadiyah adalah organisasi gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf
nahi mungkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-qur’an dan
hadits shahih, yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan.
b. Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berpedoman pada aqidah
dan hukum Islam yang tercantum dalam Al-qur’an dan sunnah Nabi
berupa perintah-perintah, larangan-larangan, petunjuk-petunjuk untuk
kebaikan hidup manusia sehingga terjamin keselamatan di dunia
maupun di akhirat.
Berdasarkan pengertian diatas maka devinisi opersional
variabel adalah Peranan Muhammadiyah dalam Mewujudkan Masyarakat
Islami di Desa Moncobalang Kec. Barombong Kab. Gowa. Dimana
36
variabel bebas yang diberi symbol X dan dan masyarakat Islami adalah
sebagai variabel terikat yang diberi symbol Y.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Untuk mengetahui keadaan populasi penelitian ini, terlebih
dahulu peneliti memberikan pengertian populasi berdasarkan rumusan
para ahli sebagai berikut :
Menurut Margono (2004:57) mengatakan bahwa:
Populasi adalah seluruh objek yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya, kalau setiap manusia memberikan suatu data, maka banyaknya/ ukuran populasi sama dengan banyaknya manusia. Arikunto (2006:108) mengatakan populasi adalah
Keseluruhan objek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.” Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Berdasarkan defenisi yang telah dikemukakan diatas, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek
penelitian yang dijadikan sumber data yang memiliki karakteristik
penelitian yang terdapat dilokasi penelitian. Dalam hal ini yang menjadi
populasi penelitian adalah terdiri dari seluruh masyarakat di Desa
Moncobalang Kec. Barombong Kab. Gowa dan pimpinan Muhammad-
37
iyah serta unsur pemerintahan, terdiri dari tiga dusun yang jumlahnya
pariatif, adapun perincian yaitu sebagai berikut:
Tabel I
Populasi Penelitian
No. Objek Penelitian
Populasi
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. Dusun Karampuang 930 Jiwa 957 Jiwa 1.887 Jiwa
2. Dusun Moncobalang 771 Jiwa 844 Jiwa 1.615 Jiwa
3. Dusun Tompobalang 640 Jiwa 620 Jiwa 1.260 Jiwa
Jumlah 4.762 Jiwa
Sumber Data : Kantor Desa Moncobalang Kec. Barombong Kab. Gowa 2015
Dari tabel diatas dapat dilihat masyarakat Desa Moncobalang
Kec. Barombong Kab. Gowa terdiri dari tiga dusun yang jumlahnya pariatif
dan beberapa pimpinan Muhammadiyah serta unsur pemerintah.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap memenuhi
populasi sebagian objek penelitian. Dalam hal ini yang menjadi sampel
penelitian adalah sebagian dari sejumlah keluarga di Desa Moncobalang
Kec. Barombong Kab. Gowa.
Tujuan penentuan sampel ialah untuk memperoleh keterangan
mengenai objek penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari
populasi suatu reduksi terhadap jumlah penelitian.
38
Menurut Hariwijaya (2005:68) bahwa:
“Purposive sampling adalah teknik pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya”.
Tabel II
Sampel Penelitian
No. Objek
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. Dusun Karampuang 5 5 10
2. Dusun Moncobalang 5 5 10
3. Dusun Tompobalang 5 5 10
Jumlah 15 15 30
Sumber Data : Kantor Desa Moncobalang Kec. Barombong Kab. Gowa 2015
Berdasarkan penentuan sampel di atas, maka yang menjadi
sampel dalam penelitian hanya menentukan kepada sebagian masyarakat
Desa Moncobalang Kec. Barombong Kab. Gowa.
F. Instrumen Populasi
Penelitian menggunakan instrumen, penelitian sebagai alat
bantu agar kegiatan penelitian berjalan secara sistematis dan terstruktur,
dalam pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara antara lain
sebagai berikut :
39
1. Pedoman observasi
Yaitu mengamati dan menggunakan komunikasi langsung
dengan sumber informasi tentang objek penelitian, keadaan masyarakat di
Desa Moncobalang Kec. Barombong Kab. Gowa.
2. Pedoman wawancara / interview
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
wawancara / interview terharap narasumber secara langsung sehingga
informasi-informasi mengenai Peranan Persyarikatan Muhammadiyah
dalam Membangun Masyarakat Islami di Desa Moncobalang Kec.
Barombong Kab. Gowa dapat akurat dan tidak ada rekayasa di dalamnya.
3. Catatan dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu metode pengumpulan data dengan
mencatat secara langsung dokumen yang terdapat pada lokasi penelitian.
Penelitian menggunakan instrument penelitian sebagai alat
bantu, agar penelitian berjalan lancar, sistematis dan terukur.
G. Tenik Pengumpulan Data
Prosedur Pengumpulan Data yang dimaksud oleh peneliti ialah
dengan jalan menempuh beberapa cara atau tahap yang secara garis
besarnya peneliti terlebih dahulu melengkapi hal-hal yang akan
dibutuhkan di lapangan baik yang menyangkut penyusunan dan
pemantapan instrumen penelitian seperti membuat pedoman wawancara,
catatan observasi dan catatan dokumen-dokumen maupun penyusunan
surat-surat izin melakukan penelitian.
40
Sedangkan pada tahap pelaksanaan penelitian dari
perpustakaan peneliti juga mengumpulkan data melalui penelitian
lapangan. Oleh karena itu pada tahapan ini ditempuh beberapa cara yaitu:
1. Observasi
Observasi ini di gunakan sebagai teknik pertama yang dilakukan
untuk mengamati berbagai yang muncul pada objek penelitian yang
sehubungan dengan permasalahan yang dikaji.
2. Wawancara
Sejumlah pertanyaan yang penulis gunakan sebagai acuan
dalam melaksanakan wawancara dengan responden untuk memperjelas
masalah yang diangkat sebagai variabel.
3. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari
pencatatan, laporan (dokumentasi) biasanya berupa foto atau dokumen
dan catatan-catatan yang diperoleh berkaitan dengan penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Data yang bermuatan kualitatif di peroleh dari hasil wawancara
dan observasi. Penulis mengolahnya dengan menggunakan tehnik
analisis data sebagai berikut :
a. Tehnik induktif yaitu pengolahan data dengan menganalisis data yang
bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan secara umum.
41
b. Tehnik Deduktif yaitu tehnik pengolahan data dengan menganalisis
data yang bersifat umum kemudian menarik kesimpulan secara
khusus.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Objektif Lokasi Penelitian
1. Kondisi Biografi Masyarakat Moncobalang
Desa Moncobalang adalah salah satu desa yang ada di
Kecamatan Barombong, yang terletak 4 km disebelah selatan Ibukota
Kecamatan. Desa Moncobalang berada 144 km dari Ibukota Provinsi atau
15 km dari Kota Sungguminasa Ibukota Kabupaten Gowa atau 4 km
Ibukota Kecamatan Barombong. Desa Moncobalang dengan Luas wilayah
373,75 Ha (3,74) KM2.
Batas-batas wilayah Desa Moncobalang:
o Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tinggimae Kec.
Barombong
o Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lempangan dan Desa
Bone Kec. Bajeng
o Sebelah Selatan berbatasan dengan Biringgala Kec. Barombong
o Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bontolebang Kec.
Takalar.
Terdapat tiga Dusun di Desa Moncobalang yang mana terdiri
dari dusun I Karampuang, II Moncobalang, III Tompobalang dengan
jumlah penduduk yang pariatif, dimana masing-masing dusun adalah
sebagai berikut:
41
42
Tabel III
Jumlah Penduduk Desa Moncobalang
No
. Nama Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Dusun Karampuang 930 Jiwa 957 Jiwa 1.887 Jiwa
2 Dusun Moncobalang 771 Jiwa 844 Jiwa 1.615 Jiwa
3 Dusun Tompobalang 640 Jiwa 620 Jiwa 1.260 Jiwa
Jumlah
4. 762
Jiwa
Sumber Data: Kantor Desa Moncobalang Kec. Barombong Kab. Gowa
2015
2. Sejarah Masuknya Muhammadiyah di Desa Moncobalang
Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan pemikiran Islam,
tidak dapat di sangkal telah banyak memberikan kontribusi bagi
kebangkitan umat Islam dan bangsa Indonesia, menjelang maupun pada
masa kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Gerakan pembaharuan
pemikiran Islam yang dirintis oleh KH Ahmad Dahlan memfokuskan
gerakannya dibidang dakwah amar ma’ruf nahi mungkar melalui bidang
pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan umat dan telah melakukan
pencerahan moral, spiritual, dan Intelektual bagi ummat Islam dan bangsa
Indonesia.
Muhammadiyah telah berkiprah siang dan malam di seluruh
kehidupan masyarakat untuk mewujudkan masyarakat Islam yang
43
sebenar-benarnya. Dalam peningkatan pemahaman keIslaman, menuju
kehidupan masyarakat yang sesuai dengan ajaran Islam. Hasilnya telah
kelihatan setidaknya untuk kalangan warga Muhammadiyah sendiri yang
telah mampu untuk berIslam sesuai dengan tuntunan ajaran Islam yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, Muhammadiyah kini tidak lagi hanya milik
pimpinan dan persyarikatan namun telah menjadi asset nasional dan milik
seluruh masyarakat Indonesia.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi
mungkar tersebar diseluruh pelosok Indonesia. Kabupaten Gowa
termasuk daerah penyebaran Muhammadiyah yang cukup mendapatkan
respon yang positif dari masyarakat dan unsur pemerintahan. Di
kabupaten Gowa terdapat beberapa cabang Muhammadiyah, salah
satunya adalah Pimpinan cabang Muhammadiyah Moncobalang yang
membawahi beberapa ranting diantaranya Pimpinan Ranting Minasa Baji,
Pimpinan Ranting Tompobalang, Pimpinan Ranting Karampuang Bontoa,
Pimpinan Ranting Balla Pangka,dan Pimpinan Ranting Bontobila.
Muhammadiyah masuk di Desa Moncobalang pada tanggal 17
Rabiul akhir 1383 bertepatan pada tanggal 5 september 1963 statusnya
masih sebagai ranting Muhammadiyah Moncobalang. Seperti halnya
dengan pengurus Muhammadiyah di daerah lain, pengurus
Muhammadiyah Moncobalang Tidak lepas dari gerakan dakwah. Baik
melakukan pengajian di daerahnya maupun mengikuti mengikuti kegiatan
dakwah di luar daerah binaannya.
44
Dalam perkembangannya Muhammadiyah Moncobalang yang
eksis selama 30 tahun, kemudian meningkatkan status ranting menjadi
Cabang Muhammadiyah yang bertepatan pada tanggal 10 juni 1968 yang
kemudian ditindak lanjuti dengan menggelar rapat pengurus dengan
agenda pokok: pertama masalah pengusulan Ranting Muhammadiyah
Moncobalang Menjadi Cabang Moncobalang, kedua membicarakan
rencana pendirian Muallimin Muhammadiyah Moncobalang. Pada tanggal
21 april 1968 di bentuklah pengurus Persiapan Cabang Muhammadiyah
Moncobalang, sebagaimana tercantum dalam notulen rapat dan pemilihan
sebagai berikut:
Tabel IV
Struktur PCM Moncobalang tahun 1968
No. NAMA JABATAN
1. M. SIAMA KETUA UMUM
2. M. LADJA KETUA I
3. SYAMSUDDIN SEKRETARIS I
4. M. NADJA SEKRETARIS II
5. ABU BAKAR BENDAHARA I
6. HAMANDJA BENDAHARA II
7. I. MALA Anggota/ Ketua Bahagian Pemuda
8. ST. KAMARIAH Anggota/ Ketua Bahagian Aisyiyah
9. ST. SUBAEDAH Anggota/ Ketua Bahagian N.A
10. M. YAHYA A.K Anggota/ Ketua Bahagian Pend. Pengetahuan
11. N. SAID Anggota/ Ketua Bahagian Kokam
12. M. DG MANGUNG Anggota/ Ketua Bahagian Dakwah
45
13. L. DG TOMPO Anggota/ Ketua Bahagian IIM
14. MAKKARAUS Anggota/ Ketua Bahagian Hikmah
15. HAMANDJA Anggota/ Ketua Bahagian Ekonomi
16. SYARIFUDDIN Anggota/ Ketua Bahagian I PM
17. M. LATIF Anggota/ Ketua Bahagian SBM
18. ABU BAKAR Anggota/ Ketua Bahagian P.K.U
19. HAWISA Seksi peralatan
20. SAHALAN Seksi peralatan
21. BAU Seksi peralatan
22. NURDIN Seksi peralatan
23. HALAWIYAH Seksi peralatan
24. RAMLI Seksi Olahraga
25. N. SAID Seksi Olahraga
26. LATIF Seksi Olahraga
27. ST. NUR ALAM Seksi keputrian
Setelah pengurus tersebut terbentuk, pengurus moncobalang
mengirim surat permintaan menjadi cabang Muhammadiyah pada tanggal
2 Mei 1968 dengan nomor surat A-3 / 1968 ke pimpinan pusat
Muhammadiyah di Yogyakarta.
Untuk Selanjutnya setelah pimpinan pusat mendapat persetujuan
dari pengurus Muhammadiyah Cabang Sungguminasa dengan Nomor A-
15/1968, tanggal 02 Mei 1968 dan pengurus Muhammadiyah wilayah sul-
sel A-125/ 1968. Oleh Pimpinan pusat Muhammadiyah yang saat
diketahui oleh A.R Fachruddin dan Jindar Tamimi sebagai sekretaris
memberikan surat ketetapan nomor 2654/A tanggal 14 Rabbiul awal 1388
46
bertepatan pada tanggal 10 Juni 1968. Sah dan disetujui berdirinya
pengurus Muhammadiyah Cabang Moncobalang.
Adapun struktur Organisasi Muhammadiyah Moncobalang Kec.
Barombong saat ini adalah sebagai berikut:
Tabel V
Struktur PCM Moncobalang tahun 2010-2015
NO. NAMA JABATAN
1. MUHAJIR MS DG TOMPO KETUA PCM
2. SUBAIR S. Sos DG LIWANG SEKRETARIS
3. MAKMUR DG NGESA WAKIL SEKRETARIS
4. BAHARUDDIN DG NGEMPO BENDAHARA
5. Drs. ABD. RAHMAT WAKIL BENDAHARA
Sumber data: Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Moncobalang
Muhammadiyah juga memiliki organisasi otonom sebagai berikut:
Tabel VI
Organisasi Otonom Muhammadiyah
No. Nama Ortom Ketua Keterangan
1 Aisyiyah St. Subaedah Aktif
2 Pemuda Mustamin Aktif
3 Nasiatul Aisyiyah Magfirah S.Pd Aktif
4 IPM Arby Zulfidyah Aktif
Sumber data: Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Moncobalang
47
Berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya hampir
seluruh organisasi otonom yang ada di Muhammadiyah, termasuk
Aisyiyah. Sejak mendirikan Muhammadiyah, Kiai Dahlan sangat
memperhatikan pembinaan terhadap wanita. Anak-anak perempuan yang
potensial dibina dan dididik menjadi pemimpin, serta dipersiapkan untuk
menjadi pengurus dalam organisasi wanita dalam Muhammadiyah.
Di desa Moncobalang pun telah terbentuk Aisyiyah yang di ketua
oleh St. Subaedah. Berbagai kegiatan yang telah di lakukan seperti
mengadakan pengajian tiap bulan, mengajak masyarakat mencintai Al-
Quran lewat kajian tajwid/ tartil, melakukan pembinaan kader, dan lain
sebagainya. Organisasi otonom Muhammadiyah yang berkembang tidak
hanya aisyiyah melainkan pemuda Muhammadiyah, Nasiatul Aisyiyah,
dan organisasi pelajar yaitu Ikatan Pelajar Muhammadiyah pun
bekembang dengan segala kegiatan-kegiatan yang di lakukan.
Berbicara tentang amal usaha Muhammadiyah, di Desa
Moncobalang telah terbentuk Tk Aisyiyah yang di kelolah oleh Hj. St
Marlina sebagai kepala Tk Aisyiyah. Sampai sekarang amal usaha
tersebut masih berkembang dengan peserta didik yang semakin
bertambah dari tahun ketahun.
48
B. Peranan Muhammadiyah Dalam Mewujudkan Masyarakat Islami
di Desa Moncobalang Kec. Barombong kab. Gowa
Muhammadiyah salah satu pilar kekuatan besar di Indonesia dan di
dunia muslim berkewajiban untuk memberikan kesaksian propetik dalam
memasuki abad ke 21 yang penuh dengan pertaruhan itu. Sebagai
persyarikatan yang menyatakan diri gerakan Islam dan dakwah amar
Makruf nahi mungkar, berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur
an dan sunnah nabi untuk mewujudkan masyarakat utama (al-muztama’
al-fadhilah) yang diridhai Allah SWT.
Muhammadiyah dituntut untuk melibatkan diri secara aktif dalam
mempengaruhi dan ikut menentukan sejarah umat manusia memasuki era
milenium baru tentu berperan dalam melihat kondisi umat yang tentu jauh
dari nilai-nilai Islam. Muhammmadiyah dengan julukan gerakan Islam
Modernis yang diberikan masyarakat, Muhammadiyah bahkan memiliki
beban tidak ringan guna bergerak bishaf depan dalam membina umat dan
bangsa ini ke dunia baru yang berketuhanan (tauhid) dan berkeadaban
tinggi, sehingga lahir generasi Umat (Khairul Ummah) di Muka bumi ini.
Dalam menghadapi dunia baru yang serba melintasi di era global
itu, Muhammadiyah mungkin tidak berambisi secara berlebihan guna
masuk ke semua lini kehidupan dalam melakukan gerakan-gerakan
praksis yang diperankannya mengingat keterbatasan-keterbatasan
tertentu yang dimilikinya maupun diversivikasi aksi yang dipilihnya tetapi
persyarikatan yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini dapat
49
memberikan landasan etis dan propetik dalam keseluruhan dimensi
kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan.
Dengan semangat Ali-Imran 104-110, Muhammadiyah dapat
memainkan peran-peran dakwah Islam yang berdimensi rehumanisasi dan
emansipasi (al-amr bi’l-ma’ruf), libarasi (wa’l-nahy ‘an al-mungkar), dan
transendensi ( wa tu ‘minuna bi ‘l-Lah) secara empatik dan partisipatif
menuju peradaban kemanusiaan yang memiliki keseimbangan hablu-
minallah dan hablu-minansas. Muahmmadiyah dapat tampil sebagai
gerakan dakwah yang menjadi rahmatan lil-alamin dalam makna dan
fungsi yang sesungguhnya didalam kehidupan global kehidupan umat
manusia semesta itu.
Dalam kesempatan wawancara dengan Muhajir Dg Tompo
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Moncobalang tentang peranan
Muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat Islami di Desa
Moncobalang mengatakan bahwa:
“Muhammadiyah telah memberikan warna tersendiri tentang mengembalikan Islam secara murni. Sebelum datangnya Muhammadiyah di Moncobalang ini masih umum di masyarakat, pengamalan Islamnya itu masih bercampur baur antara budaya ( kebiasaan) kemudian yang biasa disebut TBC (Tahayyul, Bid’ah dan Kurafat) bahkan pengamalan Islam masih terkontaminasi dengan pengamalan-pengamalan kemusyrikan seperti boek, anjak-anjak, dan saukang. Dan dalam kegiatan-kegiatan tertentu masyarakat kadang-kadang keyakinannya masih disandarkan pada benda dan mahkluk yang bisa memberi berkah maupun menolak bala. Dengan masuknya Muhammadiyah yang datang secara terpadu dalam bentuk yang biasa disebut dengan KOKAM (Kesatuan Aksi Angkatan Pemuda Muhammadiyah) sehingga kebiasaan-kebiasaan umat yang terkontaminasi dengan mistik, kemusyrikan dan budaya-budaya yang berkembang itu lambat laun terkikis dan Alhamdulillah sekarang ini hampir dikatakan sudah
50
tidak dijumpai hal seperti itu, walaupun masih ada sebagian kecil yang masih mempertahankan kebisaannya tersebut. (wawancara ahad, 09 Agustus 2015)
Gambar VII
Wawancara Ketua PCM Moncobalang Ahad, 09 Agustus 2015
Dalam kesempatan lain penulis mewawancarai syamsuddin A. Ma
Sekretaris Pemuda Muhammadiyah sebagai narasumber yang kedua
mengatakan bahwa:
“Peranan Muhammadiyah sangat besar dalam mewujudkan masyarakat Islami di Moncobalang, sebagaimana tujuan Muhammadiyah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Karena kita ketahui, sebelum adanya organisasi Muhammadiyah masyarakat di Desa Moncobalang banyak yang tenggelam dalam perbuatan kemaksiatan seperti tahayyul, bid’ah, dan kurafat. Maka Muhammadiyah hadir dibawa oleh M. Dg Siama yang merupakan ayahanda dari ustad Muhajirin, MS (Pimpinan Cabang Muhammadiyah sekarang), telah banyak melakukan gebrakan positif diantaranya membakar saukang, mengurangi perbuatan-perbuatan kesyirikan seperti menyembah berhala, saukang, ma’dupa-dupa, dan ritual-ritual khusus (appatamma, a’barasanji dll). Dan hal ini di lakukan oleh kader generasi Muhammadiyah terus menerus, demi
51
mewujudkan masyarakat Islami. Dan juga perlu di apresiasi karena Muhammadiyah berhasil menempatkan kadernya dalam instansi-instansi yang memiliki perana penting seperti aparat desa Moncobalang adalah semuanya lepasan dari kader Muhammadiyah, mulai dari kepala Desa sampai jajarannya kebawah. (wawacara selasa, 28 Juli 2015)
Penulis dapat mengambil Kesimpulan dari beberapa responden
tentang peranan Muhammadiyah dalam mewujudkan Masyarakat Islami di
Desa Moncobalang yaitu sangatlah besar peranannya, di lihat dari
kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami di dominasi oleh warga
Muhammadiyah atau kader Muhammadiyah. Dan juga usaha para kader
Muhammadiyah dalam memberantas penyakit TBC (Tahayyul, Bid’ah, dan
Kurafat) yang dilakukan oleh masyarakat Moncobalang dengan cara
melakukan dakwah terus menerus kepada masyarakat Moncobalang,
tetapi tidak di pungkiri masih ada sebagian kecil yakni orang tua yang
masih mempertahankan kebiasaan tersebut. Sehingga kader
Muhammadiyah tetap berusaha bagaimana generasi berikutnya tidak
terkena atau mengenal penyakit TBC (Tahayyul, Bid’ah, dan Kurafat)
tersebut.
C. Usaha-usaha yang dilakukan Muhammadiyah dalam membangun
masyarakat Islami di Desa Moncobalang Kec. Barombong kab.
Gowa
Muhammadiyah telah melakukan misi dakwah dan tajdid dalam
memajukan kehidupan ummat, bangsa dan peradaban kemanusiaan.
Sebagai gerakan Islam yang murni dan berkemajuan tersebut ditunjukkan
52
dengan melakukan pembaharuan dan peningkatan perkembangan
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan,sosial, serta berperan dalam segala
aspek kehidupan.
Menurut syamsuddin A. Ma sebagai warga Muhammadiyah
sekaligus sekretaris Pemuda Muhammadiyah bahwa:
“dalam mewujudkan Masyarakat Islami di Desa Moncobalang,
warga Muhammadiyah sangat berperan penting di dalamnya
dimana usaha-usaha yang telah dilakukan yaitu diantaranya:
1. Melaksanakan perkaderan Taruna Melati I (TM I) untuk remaja-
remaja.
2. Melaksanakan perkaderan Taruna Melati II (TM II) untuk
pimpinan Ikatan Pelajar Muhammadiyah, dan Nasyiatul
Aisyiyah.
3. Melaksanakan Follow Up (tindak lanjut dari perkaderan yang
telah dilaksanakan) bagi kader baru.
4. Mengadakan pengajian rutin di tiap ranting sedesa
Moncobalang
5. Mengadakan bakti sosial bekerja sama dengan PHBI (Panitia
Hari Besar Islam) dan masyarakat sedesa Moncobalang
6. Membangun amal usaha (TK Aisyiyah)
7. Nasyiyah dan Aisyiyah mengadakan arisan yang dirangkaikan
dengan belajar membaca Al-quran dan metode tartil setiap
bulan.
53
8. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Moncobalang menyusun
jadwal khutbah jum’at setahun yang melibatkan kader
Muhammadiyah sebagai Khotib jum’at.
9. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Moncobalang mengadakan
safari Ramadhan di masjid-masjid binaan Muhammadiyah
setiap tahun.
10. Mengadakan pengkajian Islam secara rutin untuk kalangan
remaja dan orang dewasa baik laki-laki maupun perempuan.
11. Menumbuhkan kepedulian sosial lewat ajakan infak atau
sedekah.
D. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat Muhammadiyah
dalam membangun masyarakat Islami di Desa Moncobalang Kec.
Barombong kab. Gowa
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, gerakan amar ma’ruf nahi
mungkar. Sebagai gerakan dan organisasi, Muhammadiyah mencita-
citakan terbentuknya masyarakat utama (Islam). Sebagai gerakan amar
ma’ruf Nahi mungkar, Muhammadiyah tidak bergerak pada ruang hampa,
dan statis, atau dalam lingkungan yang sama atau tetap. Tetapi
Muhammadiyah bergerak dalam masyarakat yang majemuk (pluralistik)
dan selalu berubah dari waktu kewaktu. Jadi masyarakat itu beragam,
dinamis dan berubah terus. Masyarakat pada masa KH. Ahmad Dahlan,
KH. Mas Masyur, KH.Ahmad Badawi, KH. AR. Fahruddin, H. Azhar Basyir,
MA, Prof. Dr. Amien Rais dan sekarang Prof. Dr. H. Syafi’I Maarif
54
berbeda-beda. Masing-masing memiliki spesifikasi sendiri-sendiri. Baik
dalam bidang politik, ekonomi, moral, budaya, tingkat berfikir maupun
nuansah-nuansah yang mengikuti perubahan itu. Kondisi dan situasi
seperti itu seharusnya dapat disadari oleh pemimpin dan pengurus
Muhammadiyah bagaimana menyikapi masyarakat yang bermacam-
macam dan selalu berubah itu. Sebagai gerakan Islam, maka gerakan
Muhammadiyah telah menyeluruh (kaffah) keseluruh aspek, meliputi
aspek keIslaman dan aspek kemanusiaan serta memperhatikan
perubahan zaman. Bila gerakan itu tidak menyeluruh dan tidak
memperhatikan perubahan, mustahil cita-cita Islam akan terwujud.
Di dalam pergerakan Muhammadiyah untuk mewujudkan
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, tentu banyak tantangan yang
dihadapi terkhususnya di desa Moncobalang yang menjadi objek penulis
untuk melakukan penelitian. Di balik tantangan tersebut, ada juga faktor
yang mendukung gerakan Muhammadiyah sehingga masih eksis di
Moncobalang sampai sekarang ini.
55
Gambar VIII
Wawancara Ketua Nasyiatul Aisyiyah Ahad, 26 Juli 2015
Dalam kesempatan wawancara dengan Kakanda Magfirah S.Pd
sebagai warga Moncobalang sekaligus sebagai ketua Nasyiatul Aisyiyah
tentang faktor pendukung gerakan Muhammadiyah dalam mewujudkan
masyarakat Islami di Desa Moncobalang yakni:
1. Muhammadiyah sudah sangat dikenal eksistensinya di
masyarakat sejak dulu, sekarang orang-orang di Desa
Moncobalang sudah tidak merasa asing lagi dengan
Muhammadiyah.
2. Muhamamdiyah memiliki kader yang banyak baik dikalangan
remaja, pemuda maupun orang tua.
3. Muhammadiyah memiliki rasa persaudaraan dan kekeluargaan
yang tinggi.
56
4. Muhammadiyah sangat merakyat atau berbaur dengan siapa
saja sehingga gampang diterima oleh setiap kalangan.
5. Keikut sertaan Pimpinan Cabang Muhammadiyah, PHBI,
masyarakat dalam kerja-kerja dakwah.
6. Muhammadiyah pun memiliki kader yang menempati posisi
penting di tengah masyarakat. (wawancara 26 Juli 2015)
Adapun faktor yang menghambat gerakan Muhammadiyah di desa
Moncobalang yakni:
1. Kesibukan masing-masing dengan urusan dunia seperti soal
rumah tangga, pekerjaaan, maupun bisnis dll
2. Pengaruh budaya luar yang tidak Islami bagi kalangan anak
muda terutama dari segi fashion, pergaulan, dll
3. Masih adanya masyarakat yang belum memurnikan Islam,
maksudnya masih mempertahankan adat/kebiasaan yang
bertentangan dengan ajaran Islam.
4. Masih adanya paham yang menyimpang dari ajaran Al-quran
dan hadits Rasulullah Saw seperti penyakit TBC (Tahayyul,
Bid’ah, dan Kurafat).
5. Serta kurangnya minat masyarakat untuk mengenal Islam yang
sebenarnya. (wawancara Ahad, 26 Juli 2015)
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian yang telah di kemukakan pada
pembahasan di atas maka bab penutup ini penulis menyimpulkan dari
hasil penelitian antara lain sebagai berikut:
1. peranan Muhammadiyah dalam mewujudkan Masyarakat Islami
di Desa Moncobalang yaitu sangatlah besar peranannya, di lihat
dari kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami di dominasi oleh
warga Muhammadiyah atau kader Muhammadiyah. Dan juga
usaha para kader Muhammadiyah dalam memberantas penyakit
TBC (Tahayyul, Bid’ah, dan Kurafat) yang dilakukan oleh
masyarakat Moncobalang dengan cara melakukan dakwah
terus menerus kepada masyarakat Moncobalang, tetapi tidak di
pungkiri masih ada sebagian kecil yakni orang tua yang masih
mempertahankan kebiasaan tersebut. Sehingga kader
Muhammadiyah tetap berusaha bagaimana generasi berikutnya
tidak terkena atau mengenal penyakit TBC (Tahayyul, Bid’ah,
dan Kurafat) tersebut.
2. Usaha-usaha Muhammadiyah dalam Mewujudkan Masyarakat
Islami di Desa Moncobalang sangat banyak diantaranya
Mengadakan pengajian rutin di tiap ranting sedesa
Moncobalang, mengadakan bakti sosial bekerja sama dengan
57
58
PHBI (Panitia Hari Besar Islam) dan masyarakat sedesa
Moncobalang dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Moncobalang mengadakan safari Ramadhan di masjid-masjid
binaan Muhammadiyah setiap tahun. Serta masih banyak lagi
kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan para pimpinan-
pimpinan Muhammadiyah.
3. Faktor yang menjadi penghambat dan Mendukung gerakan
Muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat Islami di
Moncobalang yaitu Muhammadiyah sudah sangat dikenal
eksistensinya di masyarakat sejak dulu, sekarang orang-orang
di Desa Moncobalang sudah tidak merasa asing lagi dengan
Muhammadiyah. Muhammadiyah memiliki kader yang banyak
baik dikalangan remaja, pemuda, dan orang tua, inilah yang
menjadi faktor pendukung gerakan Muhammadiyah di
Moncobalang. Adapun faktor yang menghambat yakni Masih
adanya masyarakat yang belum memurnikan Islam, maksudnya
masih mempertahankan adat/kebiasaan yang bertentangan
dengan ajaran Islam serta kurangnya minat masyarakat untuk
mengenal Islam yang sebenarnya.
59
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang
diperoleh penelitian ini, maka penulis mengajukan saran sebagai
berikut:
1. Kepada para peneliti dibidang pendidikan agama agar
melaksanakan penelitian ini lebih lanjut, dengan menyediakan
waktu yang banyak agar pelaksanaannya lebih efektif.
2. Organisasi Muhammadiyah harus selalu mengadakan kegiatan
keagamaan, karena dengan kegiatan tersebut masyarakat akan
sedikit memahami tentang apa yang harus kita lakukan sebagai
seorang muslim.
3. Untuk meningkatkan dakwa amal ma’ruf nahi mungkar di Desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa diperlukan
pembinaan yang strategis bagi pengurus Cabang lembaga
Muhammadiyah di tingkat Kabupaten.
60
DAFTAR PUSTAKA
Al- Quran Dan Al-Karim
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah, 2008.
Cet. III, Surya Sarana Grafika: Yogyakarta
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Cet. XV; Jakarta: Rinerka Cipta
Depag RI. 2009. Mushaf Al-Quran dan Terjemah. Jakarta: Depag RI
Hamid, H. Muh. Djamil. 1989. “Eksistensi Ajaran Islam”. Jakarta: P.T. Al-Qushwa Jakarta.
Harahap, M Hanafiah. 2012. Pengertian dan Karakteristik Masyarakat Islami, (Online), (http://nafiharahap.blogspot.com/2012/10/peng- ertian-dan-karakteristik-masyarakat.html, diakses 12 oktober 2014).
HD, Kaelany. 2005. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta: P.T. Bumi Aksara.
Maryadi, Fattah Santosa. 2000. Muhammadiyah Pemberdayaan Umat. Surakarta : Muhammadiyah University Press.
Mattayang, Basri B. 2014. Mentari Bersinar di Gowa; Menelusuri Jejak Kehadiran Muhammadiyah di Gowa. Jawa Barat: Goresan Pena.
Mulkhan, Abdul Munir. 1990. “Warisan Intelektual K.H. Ahmad Dahlan dan Amal Usaha Muhammadiyah”. Yogyakarta : PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta.
Muthahhari, Murtadha. 1985. Masyarakat dan sejarah. Bandung: Mizan
Pasha, Musthafa Kamal. 2002. M uhammadiyah sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengalaman Islam (LPPI)
Razak, Nasruddin. 1996. “Dienul Islam”. Bandung: P.T. Aima’arif.
Salam sholihin. 1965. Muhammadiyah dan kebangunan Islam dan Indonesia. Jakarta: NV Mega
60
61
Pimpinan pusat Muhammadiyah, 2008. Anggaran Dasar dan Anggaran rumah tangga Muhammadiyah. Cet. V. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2000. Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah. Jakarta: Suara Muhammadiyah.
Taylor Bogdan, 2006. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana.
Lampiran
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana peranan Muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat
Islami di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten
Gowa?
2. Usaha-usaha yang di lakukan Muhammadiyah dalam mewujudkan
masyarakat Islami di Desa Moncobalang Kecamatan Barombong
Kabupaten Gowa?
3. Faktor-faktor yang menghambat dan mendukung Muhammadiyah
dalam mewujudkan masyarakat Islami di Desa Moncobalang
Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa?
RIWAYAT HIDUP
ISLAMIYAH dilahirkan di Karampuang desa
Moncobalang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa
pada tanggal 12 Agustus 1993. Anak ke-4 dari pasangan
ayahanda Hasyim daeng Nai dan Ibunda Subaedah daeng
Pone. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD
Inpres Karampuang Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa pada tahun 2002
dan tamat 2007.
Kemudian, pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sekolah
menengah pertama di SMP Negeri 1 Galesong Utara dan tamat pada tahun 2009,
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bajeng dan tamat pada tahun 2011.
Selanjutnya, pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar dengan memilih Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Agama Islam.
Penulis juga aktif di Organisasi pelajar yakni Ikatan Pelajar
Muhammadiyah. pernah menjadi ketua IPMawati dicabang IPM Moncobalang
dan sekarang menjadi anggota perkaderan di Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar
Muhammadiyah Kabupaten Gowa.