52
PERBANDINGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENCAPAIAN TUJUAN KOGNITIF PADA SISWA KELAS VII B DAN VII C SMP NEGERI 28 SURABAYA TAHUN 2006/2007 PROPOSAL PENELITIAN Oleh MOCH. HENDY BAYU PRATAMA NIM 061494070 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

PERBANDINGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENCAPAIAN TUJUAN KOGNITIF PADA SISWA KELAS VII B DAN VII C SMP NEGERI 28

SURABAYA TAHUN 2006/2007

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh

MOCH. HENDY BAYU PRATAMA

NIM 061494070

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAJAR

2007

Page 2: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan belajar mengajar di dalam kelas yang dilakukan guru bersama

murid akan menghasilkan sekelompok murid cepat belajar dengan prestasi baik,

sekelompok murid sedang dengan prestasi sedang, dan sekelompok murid rendah

dengan prestasi rendah pula. Biasanya, keadaan seperti ini membuat kelompok

murid rendah akan memunculkan reaksi-reaksi tertentu yang menimbulkan

masalah belajar, seperti membuat ramai. Kelompok ini melakukan hal tersebut

karena mereka mempunyai kesulitan belajar.

Kesulitan belajar ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam

proses belajar. Individu yang mengalami kesulitan belajar akan terhambatan

dalam proses belajarnya, terutama dalam mencapai tujuan. Kesulitan belajar

sebagai masalah sebenarnya terletak dalam hambatan ini, yaitu akibat yang

mungkin timbul, baik terhadap dirinya maupun lingkungannya jika hambatan-

hambatan ini tidak dapat diatasi. Oleh karena itu adanya kesulitan belajar

menuntut adanya usaha-usaha untuk memecahkannya.

Jenis masalah belajar ada bermacam-macam. Haditono (dalam Iskandar

dkk, 1995:276) mengelompokkan menjadi empat kategori, yakni dari kategori

biologi, psikologis, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dari keempat kategori

tersebut, salah satu masalah belajar yang paling nyata adalah cara mengajar yang

kurang tepat. Jika seorang guru mengajar siswanya dengan cara yang salah,

seperti memakai metode ceramah saja, maka yang terjadi adalah siswa menjadi

merasa bosan dan menjadi kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran. Jika hal

ini terjadi, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dengan maksimal. Maka

dari itu, untuk menanggulangi hal tersebut, ada baiknya jika pada salah satu

kegiatan belajar mengajar memakai metode pembelajaran kooperatif.

Page 3: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

Pembelajaran kooperatif adalah mengupayakan peserta didik untuk

mampu mengajarkan kepada peserta lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah model pembelajaran yang paling sederhana. Guru yang menggunakan

STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi

akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau

teks (Ibrahim dkk, 2000:20).

Karena objek penelitian ini adalah sekelompok siswa dan sengaja

dilakukan oleh guru untuk menyempurnakan atau meningkatkan proses dan

praksis pembelajaran, maka penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas.

Menurut Arikunto (2006:91), penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan

terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.

Adapun menurut Suyanto (1997), penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk

peneltian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu

agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas

secara profesional. Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk

mengembangkan ketrampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk

menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang dhadap di

kelasnya. Selain itu, tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan

dan atau memperbaiki praktik pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru

(Sadikin dan Suranto, 2002).

Karena penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, maka harus ada

yang menjadi bahan penelitian. Adapun bahan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah karya fiksi yang berbentuk cerpen. Alasan dipergunakan

karya fiksi atau cerpen sebagai bahan penelitian tersebut, karena bermanfaat untuk

memberikan hiburan, sekaligus secara tidak langsung pembaca dapat belajar

berbagai permasalahan kehidupan yang secara sengaja ditawarkan oleh pengarang

Melihat besarnya manfaat fiksi sebagai karya sastra dalam mendukung

pengalaman dalam menjalani kehidupan, maka sudah selayaknya keberadaan

sastra mendapat perhatian dalam dunia pendidikan. Untuk membangkitkan

semangat siswa dalam menggemari sastra dapatlah ditempuh dengan cara

menghadirkan karya sastra dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia.

Page 4: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

Dalam dunia pendidikan, kegiatan memahami sastra dituangkan dalam

kurikulum sebagaimana yang dapat dilihat pada tujuan umum pengajaran bahasa

dan sastra Indonesia tahun 1994 butir keempat, yaitu: menikmati, menghayati, dan

memamfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas

wawasan kehidupan sastra, mengingkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa (GBPP, 1994).

Kreativitas guru sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pengajaran

memahami sastra. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan

menghadirkan cerpen sebagai bahan pengajaran memahami karya sastra.

Cerpen dapat dimanfaatkan sebagai sarana perubahan minat sastra,

khususnya dalam bidang pengajaran sastra di sekolah, karena cerpen lebih

diminati dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya,

dengan bahan cerpen ini banyak mempunyai keuntungan-keuntungan praktis,

terutama dalam penyajiannya. Sebuah cerita pendek biasanya dapat sampai selesai

dalam sekali jam tatap muka, dan tugas-tugas yang berhubungan dalam cerita

pendek tersebut biasanya dapat selesai pula untuk dibaca dan ditelusuri bersama-

sama oleh seluruh siswa dalam sekelas (Rahmanto, 1988:88).

Berdasarkan gambaran diatas, dapat ditegaskan bahwa yang dipakai

sebagai bahan penelitian ini adalah prosa yang berbentuk cerpen. Dalam

penelitian ini juga hendak diungkapkan kemampuan siswa dalam mencapai tujuan

kognitif dalam memahami sebuah karya sastra (cerita anak terjemahan) yang

berjudul “Georgia Abbot” dengan metode pembelajaran konvensional dan

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Alasan peneliti menggunakan teori perbandingan penerapan pembelajaran

konvensional dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD, antara lain, (1) teori

kooperatif tipe STAD jarang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar

sekarang. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk menerapkannya; (2) sejauh

sepengetahuan peneliti, belum ada yang menggunakan kedua teori tersebut untuk

menganalisis hasil belajar siswa SMP Negeri 28 Surabaya.

Adapun alasan peneliti mengambil SMP Negeri 28 Surabaya, termasuk

siswa kelas VII B dan VII C, sebagai sampel penelitian, antara lain, (1) SMP

Page 5: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

Negeri 28 Surabaya termasuk SMP favorit di Surabaya, khususnya di daerah

Lidah dan sekitarnya, (2) SMP Negeri 28 adalah tempat peneliti untuk

melaksanakan PPL 2, (3) sejauh sepengetahuan peneliti, hanya ada satu orang

yang menggunakan SMP Negeri 28 sebagai sampel penelitian, yakni penelitian

yang dilakukan oleh Yulis Nurfatna.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang berhubungan dengan topik penelitian, yakni bagaimana

perbandingan hasil belajar dengan metode pembelajaran konvensional dan

pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pencapaian tujuan kognitif pada siswa

kelas VII B dan VII C SMP Negeri 28 Surabaya tahun 2006/2007.

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah mendeskripsikan perbandingan hasil belajar dengan metode pembelajaran

konvensional dan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pencapaian tujuan

kognitif pada siswa kelas VII B dan VII C SMP Negeri 28 Surabaya tahun

2006/2007.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

model pembelajaran kooperatif, khususnya tipe STAD yang dikembangkan oleh

Robets Slavin. Dalam hal ini, sumbangan pada model pembelajaran kooperatif

dikhususkan pada tipe STAD.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat dalam penelitian ini, antara lain.

(1) Bagi Siswa

Page 6: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan siswa mampu

mengembangkan keterampilan berpikir secara krisis dalam memahami

karya sastra, sehingga dapat meningkatkan prestasi siswa dalam mata

pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

(2) Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat membantu guru dalam meningkatkan

kualitas profesional guru dan menentukan pendekatan pelajaran yang tepat

dalam pembelajaran memahami karya sastra. Dengan demikian guru dapat

memperbaiki hal-hal yang masih kurang dalam mencapai tujuan yang

diharapkan.

(3) Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai

masukan dalam mengambil kebijakan pada proses pembelajaran di

sekolah.

(4) Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan tambahan

informasi sekaligus sebagai umpan untuk mengembangkan penelitian lain

yang berkaitan dengan pembelajaran yag lebi komples ataupun lainnya

dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan

1.5 Definisi, Asumsi, dan Keterbatasan

1.5.1 Definisi

Agar terhindar dari penafsiran yang kurang tepat terhadap permasalahan

khususnya terhadap penelitian ini, maka penulis memberikan secara operasional

dalam penelitian.

(1) Pembelajaran konvensional adalah salah satu model pembelajaran yang

hanya memusatkan pada metode pembelajaran ceramah. Pada model

pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk menghafal materi yang

diberikan oleh guru dan tidak untuk menghubungkan materi tersebut

dengan keadaan sekarang.

Page 7: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

(2) Pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran yang

mengupayakan peserta didik untuk mampu mengajarkan kepada peserta

lain.

(3) STAD adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif yang mengacu

kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru

kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks.

Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan

anggota 4—5 orang. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau

perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya

dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan

pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi.

(4) Kognitif adalah kemampuan atau proses pikir intelektual yang dimiliki

oleh setiap individu.

1.5.2 Asumsi

Menurut Surakhmad (dalam Arikunto, 2006:60), asumsi atau anggapan

dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya dapat diterima oleh

penyelidik. Berdasarkan latar belakang yang ada, asumsi dalam penelitian ini

sebagai berikut:

(1) tiap individu mempunyai kemampuan dasar memahami unsur intrinsik

cerita

(2) tiap individu mempunyai tingkat kognitif yang berbeda-beda

(3) ada pengaruh penggunaan pembelajaran kontekstual terhadap pelajaran

menganalisis unsur intrinsik

1.5.3 Keterbatasan

Dalam setiap penelitian harus ada keterbatasan. Hal ini bertujuan untuk

menghindari meluasnya penjabaran analisis, tetapi langsung merujuk ke rumusan

dan tujuan permasalahan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain:

Page 8: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

(1) penelitian yang dilakukan terbatas hanya pencapaian tujuan kognitif yang

dilakukan oeh siswa dengan menerapkan metode pembelajaran

konvensional dan pembelajaran kooperatif tipe STAD

(2) penelitian ini terbatas pada siswa kelas VII C dan VII D di SMP Negeri 28

Surabaya

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penemuan yang Lalu

Menurut sepengetahuan peneliti, pada tingkat fakultas, pengkajian yang

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini hanya ada dua orang.

Gambaran kedua peneliti tersebut bisa dilihat pada tabel I.

Tabel I

Penelitian yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

No Peneliti Judul Tahun Kategori Inti Bahasan

1 Yulia Nurfatna

(061494120)

Keefektifan Model

Pembelajaran

Kooperatif Tipe

STAD dalam

Pencapaian Tujuan

Kognitif dan

Afektif

2006 Laporan Mendeskripsikan

keberhasilan model

pembelajaran kooperatif

tipe STAD dalam

pencapaian tujuan

kognitif dan afektif di

kelas VII F SMP Negeri

28 Surabaya.

2 Dina Ziadatul

Wiyani

Peningkatan

Pembelajaran

Apresiasi Puisi

dengan Pendekatan

Kontekstual model

Kooperatif tipe

STAD Siswa X.2

SMA Negeri 1

Talun Blitar

2006 Skrirsi Mendeskripsikan

langkah-langkah,

peningkatan hasil belajar,

dan peningkatan respon

siswa dalam pembelajaran

kooperatif tipe STAD

dengan pendekatan

kontekstual Siswa X.2

SMA Negeri 1 Talun

Blitar

Page 9: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yulis Nurfatna. Dalam

penelitiannya, ia mendeskripsikan keberhasilan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dalam pencapaian tujuan kognitif dan afektif pada siswa kelas VII F

SMP Negeri 28 Surabaya. Dalam penelitian tersebut, Nurfatna (2006:15)

menyimpulkan, dari analisis data berupa analisis ketuntasan belajar tiap siswa

kelas VII F SMP Negeri 28 Surabaya pada kemampuan akademik, 92,5% siswa

telah mencapai ketuntasan belajar dan mencapai tingkat perkembangan

pengetahuan yang cukup besar. Dari segi pencapaian keterampilan sosial, dapat

diketahui juga bahwa siswa sudah berhasil dalam kegiatan kooperatif melalui

bertanya, bekerjasama dalam memberikan ide, menghormati pendapat orang lain,

namun masih perlu ditingkatkan lagi dalam keterampilan menyanggah.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Dina Ziadatul Wiyani. Dalam

penelitiaannya, ia mendeskripsikan langkah-langkah, peningkatan hasil belajar,

dan peningkatan respon siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan kontekstual siswa kelas X.2 SMA Negeri 1, Talun, Blitar. Dalam

penelitian tersebut, Wiyani (2006:52—53) menyimpulkan bahwa hasil belajar

siswa kels X.2 SMA Negeri 1, Talun, Blitar, mengalami peningkatan, yakni

sebesar 86,5%. Sedangkan respon siswa terhadap penerapan pembelajaran

kooperatif tipe STAD ini adalah banyak yang menyukainya, yakni 75,3%.

Adapun sebagian besar (84,3%) alasannya adalah bisa mengurangi rasa bosan,

dan juga bisa meningkatkan bersosialisasi dengan sesamanya dalam memahami

informasi atau materi.

2.2 Teori yang Mendasari

Berdasarkan judul penelitian, yakni “Perbandingan Penerapan

Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam

pencapaian Tujuan Kognitif pada Siswa kelas VII B dan VII C SMP Negeri 28

Surabaya Tahun 2006/2007,” maka dalam bab ini peneliti menggemukakan teori

yang berkaitan dengan variabel yang terdiri dari penerapan pembelajaran

konvensional dan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Page 10: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

2.2.1 Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suyanto (2005), pembelajaran kooperatif adalah suatu metode

pembelajaran yang mengupayakan peserta didik untuk mampu mengajarkan

kepada peserta lain. Pengorganisasian pembelajaran dicirikan siswa yang bekerja

dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerja sama pada suatu

tugas bersama, dan mereka akan berbagi penghargaan bila mereka berhasil

sebagai kelompok.

Pembelajaran kooperatif ini mengacu kepada metode pengajaran dimana

siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.

Banyak terdapat pendekatan kooperatif yang berbeda antara satu dengan lainnya.

Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari empat siswa

dengan kemampuan yang berbeda-beda (Slavin, dalam Nur dan Wikandari,

2000:25).

Lebih lanjut lagi, aktivitas pembelajaran kooperatif dapat memainkan

banyak peran dalam pelajaran. Dalam satu pelajaran tertentu, pembelajaran

kooperatif dapat digunakan untuk tiga tujuan berbeda. Pembelajaran kooperatif

dapat digunakan untuk memecahkan sebuah masalah yang kompleks.

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang biasanya

dilaksanakan dikelas karena didalamnya menekankan pembelajaran dalam

kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan

yang optimal. Pembelajaran kooperatif meletakan tanggung jawab individu

sekaligus kelompok sehingga percaya diri siswa tumbuh dan berkembang secara

positif. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerja, dan

bertanggung jawab secara sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan (Suyanto, 2005).

Menurut Rustarmadi (2006) dan Ibrahim, dkk (2000:6—7), Pembelajaran

kooperatif memiliki ciri khusus, antara lain:

(1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya,

(2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,

dan rendah,

Page 11: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

(3) siswa dituntut untuk bekerja sama dalam kesamaan dan perbedaan,

(4) pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi

yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa, sebagai

latihan hidup bermasyarakat,

(5) penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Menurut Ibrahim, dkk (2000:7), pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasl

belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan

ketrampilan sosial.

Menurut Lie (1999), pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat

bagi siswa. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut:

(1) siswa dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama,

(2) siswa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan,

(3) partisipasi siswa dalam proses pembelajaran,

(4) mengurangi kecemasan siswa,

(5) menngkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif, dan

(6) meningkatkan prestasi akademis siswa.

Pada pembelajaran kooperatif dapat dilihat langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif (Suharto, dkk, 2006:78) pada tabel II.

Tabel II

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

NO FASE PERAN GURU

1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi

siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan

bacaan

3 Mengorganisasikan siswa ke dalam

kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar

4 Membimbing kelompok bekerja dan

belajar

Guru membimbing kelompok belajar

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar dan

Page 12: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

mempresentasikan hasil kerjanya

6 Memberi penghargaan Guru memberi penghargaan untuk upaya hasil

belajar individu dan kelompok

Pembelajaran kooperatif ini memiliki berbagai jenis atau tipe, antara lain:

STAD (Student Teams-Achievement Divisions), TGT (Teams-Games-

Tournament), TAI (Team-Assisted-Individualization), CIRC (Cooperative

Integraded Reading and Composition), Jigsaw, Learning Together, dan

Investigasi Kelompok. Tipe-tipe tersebut memiliki metode yang berbeda-beda,

walaupun memiliki ciri yang sama.

2.2.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD merupakan salah satu sistem pembelajaran kooperatif yang

didalamnya siswa dibentuk ke dalam kelompok belajar yang terdiri dari 4 atau 5

anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang

berbeda. Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam

kelompok masing-masing untuk memastikan bahwa anggota kelompok telah

menguasai pelajaran yang diberikan. Kemudian, siswa melaksanakan tes atas

materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa

lainnya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim dkk (2000:20—21), yang

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model

pembelajaran yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga

mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru

kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa

dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4—5 orang.

Setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki dan perempuan yang berasal

dari berbagai suku, dan memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota

tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk

menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain

Page 13: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau

melakukan diskusi.

Lebih lanjut lagi, menurut Slavin (dalam Nur dan Wikandari, 2000:26),

dalam STAD, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang

yang merupakan campuran mnurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru

menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk

memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu, pada waktu kuis ini

mereka tidak dapat saling membantu.

Menurut Nur dan Wikandari (2000:31—32), STAD terdiri dari siklus

kegiatan pengajaran biasa seperti berikut ini:

Mengajar: menyajikan pelajaran

Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim mereka dengan dipandu

oleh lembar kegiatan siswa untuk menuntaskan materi pelajaran

Tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual

Penghargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota

tim, dan sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman

digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil

mencetak skor tinggi.

Langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut (Nur dan

Wikandari, 2000:32—35):

1. Bagilah kelompok ke dalam kelompok-kelompok masing-masing terdiri

dari empat atau lima anggota. Sebaiknya empat anggota; membuat tim

terdiri dari lima anggota hanya apabila kelas tidak dapat dibagi habis

dengan empat anggota. Untuk menempatkan siswa dalam kelompok,

urutkan mereka dari atas ke bawah berdasarkan kinerja akademik tertentu

dan bagilah daftar siswa yang telah urut itu menjadi empat. Kemudian

ambil satu siswa dari tiap perempatan itu sebagai anggota tiap tim,

pastikan bahwa tim-tim yang terbentuk itu berimbang menurut jenis

kelamin dan asal suku.

Page 14: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

2. Buatlah lembar kegiatan siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran

yang anda rnerencanakan untuk diajarkan. Selama belajar kelompok (satu

atau dua periode kelas) tugas anggota tim adalah menguasai secara tuntas

materi yang anda presentasikan dan membantu anggota tim mereka

menguasai secara tuntas materi tersebut. Siswa mendapat LKS atau materi

pelajaran lain yang dapat mereka gunakan untuk latihan keterampilan yang

sedang diajarkan dan menilai mereka sendiri dan anggota tim mereka.

3. Pada saat anda menjelaskan STAD, kepada kelas anda, bacakan tugas-

tugas yang harus dikerjakan tim.

Mintalah anggota tim bekerja sama mengatur bangku atau meja-kursi

mereka, dan berikan siswa kesempatan sekitar 10 menit untuk memilih

nama tim mereka.

Bagilah LKS atau materi belajar lain (dua set untuk tiap tim).

Anjurkan agar siswa pada tiap-tiap tim bekerja dalam duaan

(berpasangan) atau tigaan. Apabila mereka sedang mengerjakan soal,

setiap siswa dalam suatu pasangan atau tigaan hendaknya

mengerjakannya diantara teman dalam pasangan atau tigaan itu.

Apabila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal itu, teman satu

tim siswa itu memiliki tanggung jawab untuk menjelaskan soal itu.

Apabila siswa-siswa itu sedang mengerjakan soal-soal jawaban

singkat, mereka dapat saling mengajukan pertanyaan di antara satu tim,

partner secara bergantian memegang lembar jawaban atau mencoba

menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Beri penekanan kepada siswa bahwa mereka tidak boleh mengakhiri

kegiatan belajar sampai mereka yakin bahwa seluruh anggota tim

mereka dapat menjawab 100% benar soal-soal kuis tersebut.

Pastikan siswa memahami bahwa LKS itu untuk belajar, bukan untuk

diisi dan dikumpulkan. Oleh karena itu, penting bagi siswa pada

akhirnya diberi lembar kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan

mereka sendiri dan teman satu tim mereka pada saat mereka belajar.

Page 15: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

Berikan kesempatan kepada siswa untuk saling menjelaskan jawaban

mereka, tidak hanya saling mencocokan jawaban mereka dengan

lembar kunci jawaban itu.

Apabila siswa memiliki pertanyaan, mintalah mereka mengajukan

pertanyaan itu kepada teman satu timnya sebelum mengajukan kepada

anda.

Pada saat siswa sedang bekerja dalam tim, berkelilinglah di dalam

kelas, berikanlah pujian kepada tim yang bekerja baik dan secara

bergantian duduklah bersama tiap tim untuk memperhatikan

bagaimana anggota-anggota tim itu bekerja.

4. Bila tiba saatnya memberikan kuis, bagikan kuis atau bentuk evaluasi yang

lain, dan berikan waktu yang cukup kepada siswa untuk menyelesaikan tes

itu. Jangan mengijinkan siswa untuk bekerja sama pada saat mengerjakan

kuis itu; pada saat ini mereka harus menunjukkan bahwa mereka telah

belajar sebagai individu. Mintalah siswa menggeser tempat duduknya

lebih jauh bila hal ini dimungkinkan. Salah satu cara dapat ditempuh,

meminta siswa saling menukarkan pekerjaan mereka dengan siswa

anggota tim lain atau mengumpulkan pekerjaan itu untuk anda periksa

sendiri apda kesempata lain.

5. Buatlah skor individual dan skor tim. Skor tim pada STAD didasarkan

pada peningkatan skor anggota tim dibandingkan dengan skor yang lalu

mereka sendiri. Sesegera mungkin setelah tiap kuis, anda seharusnya

menghitung skor peningkatan individual dan skor tim, dan mengumumkan

skor tim itu secara tertulis di papan pengumuman atau cara lain yang

sesuai. Apabila mungkin, pengumuman skor tim itu dilakukan pada

pertemuan pertama setelah kuis tersebut. Hal ini membuat hubungan

antara bekerja dengan baik dan menerima pengakuan jelas bagi siswa,

meingkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. Hitunglah

skor tim dengan menjumlahkan poin peningkatan yang diperoleh tiap

anggota tim dan membagi jumlah itu dengan jumlah anggota tim yang

mengerjakan kuis itu.

Page 16: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

6. Pengakuan kepada prestasi tim. Segera setelah anda menghitung poin

untuk tiap siswa dan menghitung skor tim. Anda hendaknya

mempersiapkan semacam pengakuan kepada tiap tim yang mencapai rata-

rata peningkatan 20 atau lebih. Anda dapat memberikan sertifikat kepada

anggota tim atau mempersiapkan suatu peragaan dalam papan

pengumuman. Penting untuk membantu siswa menghargai skor tim. Minat

anda sendiri yang besar terhadap skor tim akan membantu. Apabila anda

memberikan lebih dari satu kuis dalam satu minggu, kombinasikan hasil-

hasil kuis itu ke dalam satu skor mingguan. Setelah 5 atau 6 minggu

penerapan STAD, aturlah ulang siswa ke dalam tim-tim baru. Hal ini

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan teman

sekelas yang lain dan menjaga program pengajaran tetap segar.

Setiap model-model pembelajaran, pasti mempunyai kelebihan dan

kekurangan. Begitu juga pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun

kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:

- dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar,

- dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,

- dapat meningkatkan kreativitas siswa,

- dapat mendengar, menghormati, serta menerima pendapat siswa lain,

- dapat mengurangi kejenuhan dan kebosanan,

- dapat mengidntifikasikan perasaannya juga perasaan siswa lain,

- dapat menyakinkan dirinya untuk orang lain dengan membantu orang

lain dan menyakinkan dirinya untuk saling memahami dan saling

mengerti.

Selain kelebihan, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga memiliki

kekurangan, antara lain:

- setiap siswa harus berani berpendapat atau menjelaskan kepada teman-

temannya,

- siswa akan sedikit ramai ketika perpindahan kelompok (dari kelompok

asal ke kelompok ahli dan sebaliknya),

Page 17: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

- sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran kooperatif

tipe STAD ini harus lengkap,

- pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga memerlukan banyak

waktu.

2.2.3 Pembelajaran Kovensional

Pembelajaran konvensional adalah salah satu model pembelajaran yang

hanya memusatkan pada metode pembelajaran ceramah. Pada model

pembelajaran ini, siswa diharuskan untuk menghafal materi yang diberikan oleh

guru dan tidak untuk menghubungkan materi tersebut dengan keadaan sekarang

(kontekstual). Berikut akan dijelaskan, perbedaan antara pembelajaran

konvensional dan pembelajaran kooperatif, pada tabel III.

Tabel III

Perbedaan antara Model Pembelajaran Konvensional dan Kooperatif

KONVENSIONAL KOOPERATIF

Menyadarkan pada hafalan Menyadarkan pada memori spasial

Pemilihan informasi atau materi ditentukan oleh

guru

Pemilihan informasi atau materi berdasarkan

kebutuhan individu siswa

Cenderung terfokus pada satu bidang tertentu Mengitegrasikan beberapa bidang disiplin

Memberikan tumpuan informasi atau materi

kepada siswa sampai pada saatnya diperlukan

Selalu mengaitkan informasi atau materi

dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa

Memberikan hasi belajar hanya melalui

kegiatan berupa ujian atau ulangan

Menerapkan penilaian autentik melalui

penerapan praktis dalam pemecahan masalah

Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran konvensional bisa

dilihat pada tabel IV sebagai berikut:

Tabel IV

Langkah-langkah Model Pembelajaran Konvensional

NO FASE PERAN GURU

1 Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut

Page 18: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa secara

tahap demi tahap dengan metode ceramah

3 Mencek pemahaman dan memberikan

umpan balik

Guru mencek keberhasilan siswa dan

memberikan umpan balik

4 Memberikan kesempatan latihan

lanjutan

Guru memberikan tugas tambahan untuk

dikerjakan di rumah.

2.3 Ringkasan dan kerangka berpikir

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang dirumuskan dapat diterima atau ditolak berdasarkan hasil

dari penelitian. Artinya, hipotesis yang dikemukakan harus diuji kebenarannya.

Berdasarkan permasalahan dari kajian pustaka yang telah diuraikan, maka

hipotesis dari penelitian ini adalah “ada peningkatan pencapaian tujuan kognitif

yang dilakukan siswa ketika dilakukan metode pembelajaran kooperatif tipe

STAD”

3.1Pemilihan subjek (populasi, sampel (cuplikan) dan teknik smpling

(pencuplikan)

3.2 desain & pendekatan pen

3.3 pengumpulan data

Page 19: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian memberikan rambu-rambu agar penelitian mempunyai

patokan atau memberi panduan pada penulis tentang melakukan penelitian dengan

uraian meupun teknik yang dapat dipertanggung jawabkan sehingga diperoleh

kejelasan ilmiah.

Pembahasan pada bab ini meliputi: jenis penelitian, penentuan populasi

dan sampel, tempat dan waktu penelitian, rancangan penelitian, variabel

penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data,

dan metode analisis data. Untuk lebih jelas, maka akan diuraikan satu persatu

tentang hal tersebut.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto

(2006:91), penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan

yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Adapun menurut

Suyanto (1997), penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk peneltian yang

bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat

Page 20: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara

profesional. Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk

mengembangkan ketrampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk

menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapi di

kelasnya. Selain itu, tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan

dan atau memperbaiki praktik pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru

(Sadikin dan Suranto, 2002).

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi penelitian

Menurut Arikunto (2006:102), populasi adalah keseluruhan subjek yang

dijadikan penelitian. Adapun menurut Hadi (dalam Asnawati, 2006:16), populasi

adalah sekelompok penduduk yang dimaksud untuk diselidiki. Jadi dapat

disimpulkan bahwa populasi adalah sekelompok subjek dalam daerah atau

lingkungan tertentu yang menjadi subjek penelitian.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII C dan VII D

SMP Negeri 28 Surabaya dengan jumlah siswa tiap kelas rata-rata 40 siswa,

sehingga jumlah keseluruhan populasi sebanyak 80 siswa. Siswa kelas VII C dan

VII D sama-sama mempunyai kemampuan tingkat kognitif atau akademik yang

heterogen. Dalam hal ini peneliti bertidak sebagai guru dan siswa kelas VII C dan

VII D SMP Negeri 28 Surabaya sebagai subjek penelitian.

3.2.2 Sampel

Menurut Hadi (dalam Asnawati, 2006:16), sampel adalah sebagian dari

populasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto (2006:117) yang menyatakan

bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII C dan VII D. Dalam

penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik

random sampling. Adapun cara yang digunakan adalah teknik cara undian.

Menurut Riyanto (1996:71), teknik undian dilakukan dengan cara menuliskan

semua nomor subjek, kemudian diambil tanpa prasangka apapun sesuai dengan

Page 21: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

sampel yang ditentukan. Dalam penelitian ini sampel yang dipakai adalah 30

responden tiap kelas. Alasan peneliti hanya mengambil 30 responden tiap kelas

adalah, karena peneliti menganggap dengan 30 responden sudah bisa mewakili

seluruh subjek penelitian.

.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 28 Surabaya pada semester genap

tahun ajaran 2006/2007. Implementasi penelitian ini dilakukan pada bulan Mei

2007, atau tepatnya pada tanggal 24 dan 26 Mei 2007.

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian one group pre test post

test desain. Menurut Arikunto (2006), rancangan penelitian tersebut digambarkan

sebagai berikut:

01 X 02

Keterangan:

01: Pre test, yaitu tes yang dilakukan di awal pokok bahasan yang bertujuan

untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.

X: Perlakuan, yaitu pelaksanaan pembelajaran konvensional dan kooperatif

tipe STAD pada pokok bahasan memahami cerita anak terjemahan

02: Post test, yaitu tes di akhir pokok bahasan yang bertujuan untuk

mengetahui tingkat penguasaan materi siswa yang diketahui dari

ketuntasan hasil belajar.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:

(1) Pelaksanaan metode pembelajaran konvensional

(2) Pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

(3) Aktivitas guru dan siswa

Page 22: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

(4) Penguasaan konsep materi Bahasa dan Sastra Indonesia (memahami cerita

terjemahan)

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan

pmbelajaran dan tahap pelaksanaan pembelajaran.

(1) Tahap Persiapan

(a) Analisis tujuan pembelajaran umum

Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu

pada kompetensi dasar kurikulum 2004 (KBK) yang nantinya dikuasai

oleh siswa setelah proses belajar mengajar. Dalam penelitian ini,

kompetensi dasar pada pokok bahasan memahami cerita anak terjemahan

adalah “siswa dapat membaca buku cerita anak terjemahan dan

menganalisis unsur-unsurnya”.

(b) Analisis siswa

Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai subjek penelitian

adalah siswa kelas VII B dan VII C SMP Negeri 28 Surabaya yang pilih

secara acak dengan cara diudi, terdiri dari --- siswa laki-laki dan --- siswa

perempuan yang memiliki tingkat kemampuan akademik yang heterogen.

Selain itu, siswa latar belakang sosial ekonomi dan jenis kelamin yang

berbeda.

(c) Analisis konsep

Analisis konsep diilakukan dengan mengidentifikasi konsep-

konsep utama pada materi yang akan diajarkan. Hasil analisis konsep

tentang memahami cerita anak terjemahan berupa ringkasan materi

memahami cerita anak terjemahan yang dikerjakan siswa dalam bentuk

portofolio, meliputi:

1) Menemukan unsur intrinsik di dalam cerita anak terjemahan yang

disertai bukti yang mendukung

2) Mengungkapkan pikiran dan imajinasi berkenaan dengan unsur

pelaku dan latar dari cerita anak terjemahan yang dibaca

Page 23: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

3) Mengaitkan isi buku cerita dengan kehidupan sekarang

(d) Merumuskan indikator hasil belajar

Merumuskan indikator hasil belajar berdasarkan analisis pokok

bahasan dan rumusan indikator hasil belajar selanjutnya akan digunakan

untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dan menyusun tes hasil

belajar. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Mampu menemukan tema, latar, perwatakan, dan nilai dalam cerita

terjemahan disertai dengan bukti yang mendukung.

2) Mampu mengungkapkan pikiran dan imajinasi berkenaan dengan

unsur pelaku dan latar dari cerita anak terjemahan yang dibaca

3) Mampu mengaitkan isi buku cerita dengan kehidupan sekarang

Selanjutnya dari indikator tersebut, akan dijabarkan lagi menjadi

beberapa subindikator, yaitu:

1) Mampu menemukan tema dalam cerita anak terjemahan.

2) Mampu menemukan latar dalam cerita anak terjemahan yang

disertai dengan bukti yang mendukung.

3) Mampu menemukan perwatakan dalam cerita anak terjemahan

yang disertai dengan bukti yang mendukung.

4) Mampu menemukan nilai moral dalam cerita anak terjemahan yang

disertai dengan bukti yang mendukung.

5) Mampu menemukan plot dalam cerita anak terjemahan.

6) Mampu menemukan sudut pandang dalam cerita anak terjemahan

yang disertai dengan bukti yang mendukung.

7) Mampu mengungkapkan pikiran dan imajinasi berkenaan dengan

unsur pelaku dari cerita anak terjemahan yang dibaca

8) Mampu mengungkapkan pikiran dan imajinasi berkenaan dengan

unsur latar dari cerita anak terjemahan yang dibaca

9) Mampu mengaitkan isi buku cerita dengan kehidupan siswa atau

sekarang

(e) Mengelompokkan indikator hasl belajar sesuai dengan rencana

pembelajaran

Page 24: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

(f) Memilih pendekatan pembelajaran

Dalam penelitian ini akan digunakan pendekatan pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

(g) Memilih materi dan media

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil materi memahami cerita

anak terjemahan yang terdiri dari sub pokok bahasan: menemukan tema,

latar, perwatakan, dan nilai dalam cerita terjemahan disertai dengan bukti

yang mendukung; mengungkapkan pikiran dan imajinasi berkenaan

dengan unsur pelaku dan latar dari cerita anak terjemahan yang dibaca;

dan mengaitkan isi buku cerita dengan kehidupan sekarang.

Metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah

metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Sedangkan metode

yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah metode

ceramah, tanya jawab, diskusi, kerja kelompok, dan pemberian tugas.

Media yang digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar

yakni: Kumpulan Kegiatan Siswa (KKS), dan lembar tugas.

(h) Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi:

1) Silabus, sebagai pedoman pengajaran bagi guru yang terdiri dari

standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan

pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, sumber belajar.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), adalah rencana dan

pelaksanaan pembelajaran yang dibuat untuk setiap kali tatap muka.

RPP untuk penelitian ini disusun sebanyak 2 buah, yakni satu memakai

metode pembelajaran konvensional dan satunya lagi memakai metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3) Kumpulan Kegiatan Siswa (KKS) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah KKS yang ditulis oleh Tumarni dkk, tahun 2006, pada bab 11,

halaman 168—172. KKS ini digunakan untuk mengetahui hasil dari

pre tes siswa.

4) Lembar Tugas, adalah lembar yang dibuat sendiri oleh guru dengan

mengutip dari buku paket Bahasa Indonesia SMP karangan Alex

Page 25: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

Suryanto dan Anita Verly, tahun 2004, pada bab 12, halaman 164—

168. Lembar Tugas ini digunakan untuk mengetahui hasil post tes

siswa.

5) Mampu menemukan nilai moral dalam cerita anak terjemahan yang

disertai dengan bukti yang mendukung

(i) Telaah perangkat pembelajaran yang meliputi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) oleh dosen

pembimbing tugas akhir dan oleh guru pamong.

(j) Pengembangan instrumen penelitian

Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil

belajar yang terdiri dari tes awal (pre tes) dan tes akhir (post tes).

(k) Telaah instrumen penelitian, yaitu kisi-kisi soal oleh dosen pembimbing

tugas akhir dan oleh guru pamong.

(l) Menetapkan pengamat, yaitu satu orang mahasiswa akta mengajar

angkatan XIII, sedangkan peneliti berperan sebagai guru pengajar.

(2) Tahap Pelaksanaan

a) Waktu

Waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah dua kali tatap

muka di kelas yang berbeda dengan metode yang berbeda. Di kelas VII B

dilaksanakan metode pembelajaran konvensional, dan di kelas VII C

dilaksanakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Setiap

pertemuan terdiri dar 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Alokasi tersebut

didasarkan pada ketentuan yang digunakan oleh SMP Negeri 28 Surabaya

yang digunakan sebagai tempat penelitian.

b) Pelaksanaan proses belajar mengajar

Langkah-langkah pembelajaran konvensional adalah sebagai

berikut:

1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

2) memberikan pre tes kepada siswa

3) menyajikan informasi atau materi

Page 26: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

4) memberikan post tes kepada siswa

5) evaluasi

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

sebagai berikut:

1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

2) memberikan pre tes kepada siswa

3) menyajikan informasi atau materi

4) mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar

5) memberikan post tes kepada siswa

6) membimbing dalam kelompok

7) evaluasi

8) penghargaan

c) Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh satu orang pengamat, yaitu mahasiswa

akta mengajar angkatan XIII. Pengamat mengamati kelompok yang terdiri

dari 5—6 orang siswa.

d) Pemberian tugas LKS setiap tatap muka dan tes di akhir pelajaran pokok

bahasan memahami cerita anak terjemahan

3.7 Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan intrumen

penelitian adalah tes hasil belajar siswa. Instrumen ini terdiri dari tes awal (pre

tes) dan tes akhir (post tes). Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data

tentang tingkat penguasaan siswa terhadap konsep materi yang diketahui melalui

ketuntasan belajar siswa sebelum dan sesudah dilaksanakannya kegiatan metode

pembelajaran konvensional dan kooperatif tipe STAD.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diinginkan, pada penerapan metode

pembelajaran konvensional dan pembelajaran kooperatif tipe STAD, peneliti

hanya menggunakan satu metode, yakni metode tes. Metode tes ini digunakan

Page 27: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes yang dilakukan oleh peneliti terbagi

menjadi dua macam, yakni:

(1) Tes Awal (Pre tes)

Tes awal dilakukan pada awal pembelajaran yang bertujuan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa sebelum PBM.

(2) Tes Akhir (Post tes)

Tes akhir dilakukan setelah satu pokok bahasa selesai disampaikan.

Tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah PBM.

3.9 Metode Analisis Data

Hasil belajar siswa, pre tes dan post tes dianalisis berdasarkan ketuntasan

belajar siswa, yakni 70. Dalam penelitian ini peneliti dalam menganalisis data

menggunakan metode Analisis Deskriptif Presentase. Hasil-hasil post tes

pembelajaran kooperatif tipe STAD dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional dengan memakai uji t.

Page 28: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil pre tes siswa terlihat pada tabel 2, sedangkan hasil post tes siswa

pada tabel 3. Hasil pre tes siswa menunjukkan bahwa masih terdapat iswa yang

memperoleh di bawah standar kelulusan minimal, sedangkan pada hasil post tes

siswa setelah silakukan siklus II, 100% telah memenuhi standar ketuntasan

minimal.

Tabel 2

Hasil Pre Tes Siswa Kelas VII C

No Nama Hasil Pre Tes Siswa

Hasil pre tes pada siklus I terlihat bahwa nilai siswa yang belum

memenuhi standar kelulusan minimal yaitu 70, maka perlu dilaksanakan kegiatan

siklus II. Pada siklus II diatur sesuai dengan siklus I, sedangkan materi

pembelajaran ditukar antar siswa dalam kelompok.

Tabel 3

Hasil Post Tes Siswa Kelas VII C setelah Pelaksanaan Siklus II

Page 29: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

No Nama Hasil Post Tes Siswa

Hasil post tes siswa setelah dilakukan siklus II diperoleh nilai siswa

mencapai standar kelulusan minimum, yaitu 70 (tabel 3).

4.2 Pembahasan

Pencapaian tujuan kognitif siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw pada siklus I ada yang belum mencapai standar ketuntasan minimal, yakni

70, sehingga perlu dilakukan siklus II. Kegiatan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dihentikan pada siklus II, karena telah 100% menunjukkan standar

ketuntasan minimal.

Tes akhir merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi pencapaian

tujuan kognitif dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw selama

pembelajaran berlangsung. Banyak yang dapat dilihat mengenai kemampuan

siswa, terutama dalam hal partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.

Catatan penulis tentang respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif

pada umumnya memberkan respon yang positif, yakni siswa lebih mandiri,

mempunyai kemampuan berkomunikasi, berdiskusi serta mengemukakan

pendapat lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Kenyataan ini terjadi

karena siswa belum pernah mengikuti pembelajaran kooperatif. Selain itu, waktu

yang ada untuk kegiatan sosialisasi sangat terbatas untuk memperoleh hasil yang

baik. Maka dari itu, pembelajaran kooperatif, khususnya tipe Jigsaw, perlu

dibudayakan.

Page 30: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah membaca, memahami, dan menganalisis aspek psikologi

kepribadian tokoh utama dalam novel Frida karya Barbara Mujica, maka, peneliti

dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

5.2 Saran

Berkaitan dengan hal itu, saran yang disampaikan dalam penelitian ini

ditujukan kepada para sastrawan, para peneliti, dan pecinta sastra serta para

pendidik khususnya guru bahasa dan sastra indonesia. Adapun saran-sarannya

adalah sebagai berikut.

Page 31: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

BAHAN PENUNJANG

Iskandar, dkk. 1995. Belajar dan Pembelajaran, buku II. Surabaya: University Press

IKIP.

Suyanto, K.1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Bagian Kesatu,

Pengenalan PTK. Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud2005. “Pengajaran dan Pembelajaran CTL”. Makalah Work Shop Tim

Pengembang Kurikulum SMP Makasar, 16 Juli 2005.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Runeka

Cipta.

Sadikin, Basrowi, dan Suranto.2002. Managemen Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia.

Rahmanto, B.1989. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Nur, Mohammad, dan Prima Retno Wikandari.2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis

dalam Pengajaran (edisi 3). Surabaya: UNESA Press.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA Press.

Lie, A.1999. “Strategi Peningkatan Mutu SLTP Melalui Cooperatif Learning”.

Jurnal Gentengkali. Edisi 2 Th II/1998.

Page 32: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

Rustarmaji.2006. “CTL (Contextual Teaching and Learning) dan Model-model

Pembelajaran”. Makalah disajikan pada waktu kuliah Perencanaan Pengajaran II, 18 November 2006.

Suharto, dkk.

2006. Buku Pedoman Program Pengalaman Lapangan (PPL) Universitas Negeri Surabaya. Surabaya: Unesa Press.

Riyanto, Yatim.1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.

Wiyani, Diana Ziadatul.2006. “Peningkatan Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Pendekatan

Kontekstual model Kooperatif STAD Siswa X.2 SMA Negeri 1 Talun Blitar”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JBSI, Universitas Negeri Surabaya.

Asnawati, Atik.2006. “Hubungan Percaya Diri dengan Pengambilan Keputusan pada

Siswa SMA Kelas X Tahun 2006/2007”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JPPB, Universitas Negeri Surabaya.

Fudyartanta, RBS.2005. Psikologi Kepribadian Neo Freudianisme. Yogyakarta: Zenith

Publisher.

Hall, Calvin S., dan Gardner Lindzey.1993. Teori-teori Psikodinamik (Klinis), (penerjemah: A. Supratiknya).

Yogyakarta: Kanisius.

Hardjana, Andre. 1994. Kritik Sastra Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.

Indarti, Titik.2004. “Sikap Perempuan Bali terhadap Tradisi, Adat, Agam, dan

Dominasi Laki-laki dalam novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini” dalam Prasasti Vol 54, Bulan Agustus 2004. Surabaya: Unesa Press

Page 33: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

Jabrohim, Dkk.2000. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita

Kartono, Kartini.1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar

Maju.1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.

Koeswara, E. 1991. Teori Teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco.

Mayasari, Irene Dwi.2005. “Tokoh Utama Mandar dalam Novel Cinta Seorang Psikopat karya

V. Lestari (Kajian Psikoanalisis)”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JBSI, Universitas Negeri Surabaya.

Milner, Max.

1992. Freud dan Interpretasi Sastra, (penerjemah: Sri Widaningsih dan Laksmi). Jakarta: Intermasa.

Mujica, Barbara. 2004. Frida, (penerjemah: Nuraini Juliastuti). Bandung: Bentang

Nadjid, Moh.2003. Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: Unesa Press.

Niswah, Anis Choirun.2003. “Analisis Mimpi dan Realita Tokoh Aston dalam Novel Pol karya

Putu Wijaya (Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud)”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JBSA, Universitas Negeri Surabaya.

Nurgiyantoro, Burhan.1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.

Palmquist, Stephen.2005. Fondasi Psikologi Perkembangan, menyelami mimpi, mencapai

kematangan diri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pradopo, Rachmat Djoko.2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Poduska, Benard. 2000. Empat Teori Kepribadian. Jakarta: Restu Agung.

Rahmani.

Page 34: Per Banding An Penerapan Pembelajaran Konvensional Dan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Penc

2004. “Kecemasan Tokoh Firdaus dalam Novel Perempuan di Titik Nol karya Nawal el-Saadawi (Kajian Psikoanalisis)”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JBSA, Universitas Negeri Surabaya.

Rahmawati, Tutik.2005. “Novel Imipramine karya Nova Riyanti Yusuf (Kajian

Psikoanalisis Sigmund Freud)”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JBSA, Universitas Negeri Surabaya.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Rubiyanti, Ellysa.2005. “Mimpi dan Dampak Mimpi bagi Tokoh Maya Amanita dalam

Novel Cala Ibi karya Nukila Amal. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JBSA, Universitas Negeri Surabaya.

Satoto, Soediro.1986. Metode Penelitan Sastra. Surakarta: Sebelas Maret University

Press.

Satriya, Andik.2003. “Dinamika Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Melanie karya

V. Lestari (Tinjauan Psikologis)”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: JBSA, Universitas Negeri Surabaya.

Syafiq, Muhammad.

2004. “Menggapai Pesona Frida Kahlo”. Artikel di harian Jawa Pos, Tanggal 28 November 2004.

Wardani, Farah.

2004. “Membaca Frida: Sang Wanita dan Wanita Lain di Belakangnya”. dalam Barbara Mujica. 2004. Frida. Yogyakarta: Bentang.

Wellek, Rene & Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan, (Penerjemah: Melani Budianta). Jakarta: PT

Gramedia.