116
PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN TERHADAP KEGIATAN PESANTREN Studi Kasus di Pondok Pesantren Darunnajah Oleh RAHMAT IRFANI NIM : 9919016078 Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1425 H / 2004 M

PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

  • Upload
    ngodang

  • View
    228

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK

PESANTREN TERHADAP KEGIATAN

PESANTREN

Studi Kasus di Pondok Pesantren Darunnajah

Oleh

RAHMAT IRFANI

NIM : 9919016078

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1425 H / 2004 M

Page 2: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

l?'ENYESUAIAN nuu SANTJU DI PONDOK PESANTREN TERHADAP

KEGIATAN l'ESANTREN

Studi Knstrn di Pomlok Pcsantren Danmnajah

Skripsi :

Diajuk:rn Kepaiia Falwltas l'silw!ogi Untuk Mcmenuhi Syarat-Syarat Mencapai

Ge!ar Sarjana l'sikologt

Oleh:

nahmat Irfani

9919016078

Di bawah bimbiugan :

i'embimbing r, Pemhimbint~ H,

t;\bdul Mujib JH. Ag

NH'. 150 238 773 NIP. 150 283 344

FAKlJLTAS PSlKOLOGI

UIN SYARlF H1HAYATULLAH JAKARTA

1425 HI 2004 M

Page 3: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "PENYESUAIAN DIR! SANTRI DI PONDOK PESANTREN TERHADAP KEGIATAN PESANTREN: Studi Kasus di Pondok Pesantren Darunnajah " telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi UJN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 juni 2004. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Sidang Munaqasyah i I gkap Anggota, Sekretaris

Anggota

Penguji I

Ors. Ch . luddin. AS. MA

Jakarta, 7 Juni 2004

h M. Psi.

Pembimbif19 II

Ab ul Mujib M. Ag NIP. 150 283 344

e guji II

. M.si

Page 4: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang dengan

rahamat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak Jupa

shalawat s,erta salam kita sampaikan kepada junjungan kita yang telah

membawa kita dari kegelapan, Nabi Besar Muhammad SAW.

Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, hambatan serta

halangan yang dihadapi dalam rangka meyelesaikan studi dan juga skripsi

ini. Karena itulah penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak­

pihak yang telah membantu penulis menyelesaika studi dan skripsi ini.

lzinkanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi, lbu Dra. Hj. Netty Hartaty

2. Jbu Dra. Hj. Zahrotun Nihayah selaku Pudek Fakultas psikologi dan

juga pembimbing 1 skripsi, terima kasih atas waktu dan bimbingannya.

3. Abdul Mujib M.Ag selaku dosen pembimbing 2 yang sangat sabar dan

selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh keluarga, apa, ibu atas kesabarannya serta perjuangan serta

kerja kerasnya demi tercapai cita-cita ini.

5. saudara-saudaraku Aa Hilman Te Fitri, Te amah, ka dadang, te

eneng, ka wildan, aka, ajid, obi, eva, yang selalu memberi keceriaan

Page 5: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

dan kegembiraan. Juga pada ponakanku yang Lucu Aa Jan dan Aa

Gib cepet gede ya sayang.

6. Bapak Abdul Rahman selaku pembimbing akademik yang siap

mendengarkan keluh kesah dari penulis.

7. Bu Tya makasih atas saran dan diskusinya sehinggga telah

membuka cakrawala pemikiran penulis.

8. Dosen-dosen fakultas Psikologi serta para staff.

9. Untuk "my tweety" terimakasih untuk kebersamaannya, kesabaran

dan dorongan yang diberikan kepada penulis. Now I wan to say that

yu're the best for me. Ft forever.

1 O. untuk ustadz Rasyud Syakir terima kasih atas do' a dan dukungannya.

11. untuk adik-adik kelasku di DN, terima kasih atas tumpangan dan

datanya moga sukses aja ya ... ma anak IKPDN karim buyung hafidz

uu., aYouk , Pay ros (di tunggu undangnannya)

12. Lilis & Edho, (q'ta tunggu undangannya yah), moef ma reni kapan

konser lagi, wat risa & eva (manajer). Dewi makasih ya.... Hari

makasih beseknya, lyunk, Husni.S, Pipih, Anne, lta, LD M, Yani

makasih juga ya ... Daniel, Hudan makasih instalannya, ma Kembaran

gw moga bahagia ma Aa-nya. semua angkatan 99 terima kasih untuk

kebersamaan yang indah.

Page 6: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

13. Buat anak kos usman (Aldi, Kodir, Awan, deni, dani) makasih atas

kebersamaannya.

14.Akhirnya terima kasih untuk semua teman -teman di fakultas psikologi

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana

layaknya, baik dari segi bahasa maupun materi yang tertuang di dalamnnya.

Besar harapan penulis laporan ini dapat berguna untuk menambah

wawasan baru dan membuka cakrawala yang lebih luas bagi pembaca

sekalian. Amien

Jakarta september 2003

Penulis

Page 7: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

ABSTRAK

Rahmat lrfani, Penyesuaian diri santri di pondok pesantren terhadap kegiatan pesantren'. studi kasus di pondok pesantren Darunnajah Jakarta, Fakultas Psikologi, Juni 2004.

Latar belakang : Penelitian ini berawal dari banyaknya santri baru yang kurang dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan pesantren. penyesuaian diri ini terkait dengan kegiatan, peraturan, rutinitas dan sosialisasi dengan teman-teman di pondok pesantren. Hal yang paling utama dalam penyesuaian diri anak adalah penerimaan dari teman teman sebaya.

Tujuan ; Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara santri baru dalam menyesuaiakan diri dengan kegiatan pesantren yang harus dijalaninya selama bermukim di pondok pesantren.

Subyek penelitian : subyek penelitian ini adalah santri pondok pesantren dengan usia 11-14 tahun, menetap di pondok pesantren, baru menetap di pondok pesantren maksimal 1 tahun, dan santri yang memiliki prestasi belajar di kelas dengan kriteria tinggi sedang dan rendah dengan rujukan dari raport sekolah.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan studi kasus. Wawancara merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data. Sedangkan metode penunjangnya adalah observasi dan skala penilaian berbentuk check list.

Hasil : Dalam proses penyesuaian diri santri membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat menyesuaikan diri terhadap kegiatan pesantren itu terbukti pada awal masuk kepesantren banyak santri yang melanggar peraturan pesantren, namun pasa akhirnya hal tersebut berkurang dengan sendirinya seiring dengan proses belajar yang mereka lakukan.

Bahan bacaan 23 ( 1968-2002)

Page 8: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

DAFTAR ISi

KATA PENGANTAR

ABSTRAK

DAFTAR ISi

DAFTAR TABEL

BABI

BAB II

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

1.2. ldentifikasi Masalah

1.2.1. Pembatasan Masalah

1.2.2. Perumusan Masalah

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

1.3.2. Manfaat Penelitian

1.4. Sistematika Penulisan

KAJIAN TEORI

iv

v

viii

1-9

1

7

7

7

8

8

8

9

10-41

2.1. Penyesuaian Diri. 10-32

2. 1. 1. Pengertian Penyesuaian Diri 10

2.1.2. Macam-m~!;ll Penyesuaian Diri 14

2.1.3. Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian 18

Page 9: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

BAB Ill

BABIV

2.1.4. Pendekatan Aliran Psikologi terhadap

Penyesuaian 20

2.2. Kegiatan Santri di Pondok Pesantren 32-41

2.2.1. Pengertian 32

2.2.2. Kegiatan di Pondok Pesantren 37

2.3. Penyesuaian Diri Santri di Pondok Pesantren. 38

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

3.1.1. Pendekatan

3.2. Tehnik Pengumpulan Data

3.2.1. Metode Pengumpulan Data

3.2.2. Prosedur Pengumpulan Data

3.2.3. Tehnik Analisa Data

3.3. Subjek Penelitian

3.4. Etika Penelitian

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Subyek

4.2. Riwayat dan Anailis Kasus

4.2. 1. ldentifikasi dan Latar Belakang

Subjek Masuk Pondok Pesantren

42-50

42-43

42

43-48

43

47

48

48

49

51-75

51

52-74

52

Page 10: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

4.2.2. Kesimpulan

4.3. Analisis Antar Kasus

BABV PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Gambaran Penyesuaian Diri

T erhadap Kegiatan Pesantren

5.1.2. Faktor yang Mempengaruhi

Penyesuaian Diri Santri

5.2. Diskusi

5.3. Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPI RAN

71

74

76-80

76-78

76

78

79 :''l(.:

80

Page 11: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

1. Tabel 4.1

2. Tabel 4.2

DAFTAR TABEL

52

74

Page 12: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren
Page 13: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

1.1. Latar Belakang

BAB 1

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama bagi anak. Meskipun

keluarga bukan sebuah lembaga pendidikan formal namun pelajaran yang

didapatkan oleh anak dari keluarga pasti akan membentuk watak dan

kepribadian anak . Hal ini terjadi karena dari keluarga anak akan belajar

mengenai hal-hal yang mendasar seperti sopan santun, agama dan

bagaimana bersikap dengan lingkungan sekitar. Nilai-nilai yang ditanamkan

oleh keluarga itu akan terpola dan tertanam di dalam diri anak dan menjadi

suatu kebiasaan. Penanaman nilai-nilai atau pelajaran dari orang tua

biasanya lebih banyak terjadi melalui proses modeling di mana anak akan

mengikuti tingkah laku atau sikap orang tuanya.

Proses modelling yang terjadi terkadang tidak disadari orang tua sehingga

anak akan meniru hal tersebut tanpa tahu apakah hal itu baik atau buruk. Hal

ini membutuhkan perhatian orang tua agar perilaku anak tidak melenceng

dari norma-norma agama dan sosial. Seiring berkembangnya usia anak

semakin bertambah pula kebutuhan anak baik secara fisik maupun psikis.

Mereka akan lebih kritis dalam menanggapi suatu hal, mereka juga akan

Page 14: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

lebih memaksa jika menginginkan sesuatu. Ada orang tua yang akan tidak

langsung menuruti keinginan anaknya, dan ada juga yang langsung

memberikan segala keinginan anaknya tanpa dipikirkan terlebih dahulu.

Hal ini akan membuat anak menjadi bergantung pada orang tua dan terbiasa

untuk dipenuhi segala keinginannya yang akan menjadikan anak jadi manja ,

2

dan tidak mandiri. Sehingga pada masa perkembangan awal anak tidak akan

mudah untuk tinggal berjauhan dengan orang tuanya.

Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan anak, kebutuhan anak pun

semakin meningkat. Salah satunya adalah kebutuhan akan pendidikan. Hal

ini pun akan menjadi pertimbangan orang tua, orang tua harus jeli dalam

memberikan pendidikan yang tepat bagi anaknya agar anak mampu dan siap

untuk mengikuti pelajaran yang diterimanya. Pendidikan yang diberikan pada

anak bisa melalui otodidak ataupun melalui pendidikan formal di sekolah baik

itu di TK, SD dan SL TP dan seterusnya.

Pada awal masa pembelajaran di sekolah anak akan sulit berinteraksi namun

apabila orang tua dan guru dapat mengarahkan hal tersebut terasa mudah

bagi anak. Di sekolah anak akan lebih banyak berinteraksi dengan guru dan

teman-teman hal ini yang menjadikan anak dapat bersosialisasi dengan

lingkungannya.

Page 15: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

Masa-masa sulit bagi anak dalam berinteraksi sosial adalah ketika

perpindahan dari sekolah dasar (SD) ke sekolah menengah tingkat pertama

(SLTP). Menurut Ellias, Tobias dan Friedlander (1999) dalam bukunya cara

efektif mengasuh anak dengan EQ, "beranjak dari SD ke SMP membawa

perubahan kalau di SL TP biasanya sekolahnya lebih besar, ada anak

disekeliling mereka yang lebih besar-sebagian jauh lebih besar- jumlah

gurunya lebih banyak, mata. pelajarannya pun banyak sehingga tugas yang

diembannya pun lebih banyak dibanding sewaktu di SD" (Ellias, Tobias dan

Friedlander, 1999 ).

Hal inilah menjadikan anak harus menyesuaikan diri dengan lingkungan

baru, teman baru baik yang sebaya maupun yang lebih dewasa. Untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman yang baru dibutuhkan

keterampilan anak dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah

dari tugas y13ng harus ia selesaikan.

3

Jika orang tua memasukan anaknya ke sekolah menengah umum atau yang

sederajat kegiatannya yang dilakukan oleh anak biasanya hanya terbatas

pada kegiatan sekolah ataupun kegiatan yang berkaitan dengan pelajarannya

di sekolah. Sedangkan kegiatan yang ia lakukan di rumah adalah pekerjaan

sekolah yang dibawa pulang kerumah. Sedangkan kegiatan rumah tangga

seperti mencuci, menyetrika, merapikan rumah dan sebagainya biasanya

Page 16: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

sudah dilakukan oleh ibunya ataupun orang lain yang membantu di rumah

tersebut. Dan bagi sebagian anak ada juga yang melakukannya sendiri

namun masih dalam bimbingan orang tua. Bahkan ada juga yang tidak

melakukannya sama sekali sehingga untuk merapikan kamar tidurnyapun

masih membutuhkan orang lain untuk melakukannya.

4

Alternatif lain bagi orang tua dalam memilih pendidikan yang tepat bagi

anaknya adalah pendidikan dalam pondok pesantren, baik itu pesantren salaf

maupun pesantren modern. Pendidikan dalam pondok pesantren pada

dasarnya adalah sama dengan pendidikan di madrasah atau di sekolah

umum lainnya, namun yang membedakan adalah pelajaran yang didapat

oleh sisiwanya lebih banyak pada ajaran agama dan kebanyakan para

sisiwanyapun menetap di asrama yang telah disediakan oleh pesantren.

Dalam pondok pesantren salaf, pendidikan yang ditawarkan adalah

pendidikan agama seperti membaca Al-Quran, tafsir, hadits, fiqh, bahasa

Arab dan lain sebagainya. Biasanya metode yang digunakan adalah metode

ceramah secara klasikal atau yang di kenal dengan sorogan.

Sedangkan dalam pondok pesantren modern pendidikan yang ditawarkan

lebih beragam, karena biasanya dalam pesantren modern memakai tiga

Page 17: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

kurikulum yaitu kurikulum Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) ,

kurikulum Departemen Agama (DEPAG) dan kurikulum pesantren salaf.

Hal tersebut di alas merupakan salah satu aspek yang membedakan antara

pesantren modern dan pesantren salaf, dan hal tersebut jugalah yang

memungkinkan orang tua dalam memilih pondok pesantren sebagai sarana

untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan bagi anaknya, karena di dalam

pondok pesantren anak akan mendapatkan pelajaran umum -yang didapat

juga pada sekolah lain- selain itu anak juga mendapat pelajaran agama dan

langsung dipraktikan sehingga anak akan terbiasa melakukan ibadah yang

harus dilakukannya sehari-hari.

5

Kegiatan yang dilakukan dalam pondok pesantren juga sangat beragam,

mulai kegiatan kurikuler seperti sekolah dan ekstrakurikuler seperti organisasi

intrasekolah , pramuka, dan kegiatan lainnya, sampai pada kegiatan umum

yang biasa dilakukan sehari-hari di rumah seperti shalat, mengaji, mencuci

pakaian dan lain-lain. Sementara di rumah biasanya anak membutuhkan

perhatian dan bantuan orang tuanya dalam hal pengerjaan kegiatan rumah

seperti mencuci, menyetrika atau menyiapkan pakaian sekolah sampai

menyiapkan buku-buku pelajaran dan alat-alat tulisnya. Namun di pondok

pesantren hal tersebut harus dilakukannya sendiri tanpa ada perhatian dan

bantuan dari orang tuanya, sehingga anak di tuntut untuk mandiri.

Page 18: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

6

Dalam mencapai suatu tingkat kemandirian dalam pondok pesantren seorang

anak harus dapat menyesuaiakan diri dengan kehidupan pesantren terlebih

dahulu, baik itu secara fisik maupun secara psikis.

Menurut Murai yang dikutip oleh Budi Harjo dalam anima Vol VII des 91 agar

anak memiliki kemampuan yang baik dalam hat penyesuaian diri, diperlukan

suatu pola relasi antara anak dan orang tua yang tidak menghambat

pemenuhan kebutuhan anak, dan terhambatnya pemenuhan kebutuhan anak

menimbulkan frustasi. Dan frustasi memungkinkan timbulnya indelequency,

inferior, ataupun insecurity yang mengarah pada timbulnya tingkahlaku yang

agresif, rasa bermusuhan dan menarik diri dari lingkungan.

Dalam hat penyesuaian diri yang dilakukan anak yang berasal dari rumah

dan hanya mendapat pelajaran umum sewaktu di sekolah dasar kemudian

harus belajar ke pesantren yang mempelajari pelajaran agama yang

memakai bahasa yang berbeda, dan memiliki aturan yang berbeda, dengan

orang-orang yang berbeda, dan harus berinteraksi dengan orang orang yang

relatif lebih dewasa dan lebih besar, juga membutuhkan kemandirian yang

tinggi dalam hal manajemen diri tentunya membutuhkan suatu penyesuaian

yang relatif lama dan sulit. Dan hat ini yang menarik peneliti untuk melakukan

penelitian ini. Dengan judul "PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK

Page 19: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

PESANTREN TERHADAP KEGIATAN PESANTREN: STUDI KASUS DI

PONDOK PESANTREN DARUNNAJAH"

1.2. ldentifikasi Masalah

1.2.1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul permasalahan yang menarik

bagi peneliti, dan agar memudahkan penelitian ini maka kiranya perlu ada

pembatasan masalah sebagai berikut:

Penyesuian diri santri baru di pondok pesantren ini meliputi penyesuaian diri

terhadap kegiatan, tata tertib, rutinitas, dan teman teman di lingkungan

pesantren. Penelitian ini di fokuskan pada anak kelas satu madrasah

Tsanawiyah usia 11-14 tahun.

1.2.2. Perumusan Masalah

Masalah yang akan kami teliti dalam pene"litian ini adalah:

Bagaimana cara santri baru dalam menyesuaikan diri terhadap kehidupan di

pondok pesantren. Faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian diri

3nak di pondok pesantren.

7

Page 20: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara santri baru dalam

menyesuaiakan diri dengan kegiatan pesantren yang harus dijalaninya

selama bermukim di pondok pesantren.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penulis berharap agar penelitian ini dapat menambah

khasanah keilmuan bagi bidang psikologi pendidikan khususnya di pondok

pesantren. Dan berguna bagi penelitian selanjutnya.

Secara praktis penulis berharap agar penelitianan ini dapat membantu

pembimbing di pondok pesantren dalam mengidentifikasi anak dan

mengatahui masalah-masalah yang terjadi dalam diri anak khususnya

penyesuaian diri . Membantu orang tua dalam hal penyesuaian diri anak di

pondok pesantren.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka penulis membagi skripsi

kedalam lima bab :

8

Page 21: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

9

Bab I Pendahuluan yang meliputi penulisan latar belakang masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II

Bab Ill

Bab IV

Bab V

Kajian teori yang meliputi definisi penyesuaian diri, pengertian

penyesuaian diri, macam-macam penyesuaian diri, faktor-faktor

yang mempengaruhi penyesuaian diri, pendekatan aliran

psikologi terhadap penyesuaian, pengertian pondok pesantren,

macam-macam pondok pesantren, kegiatan dalam pondok

pesantren, penyesuian diri dalam pondok pesantren.

Metodologi penelitian yang meliputi d~ain penelitian, tehnik

pengumpulan, metode pengumpulan data prosedur

pengumpulan data dan tehnik analisis data, subjek penelitian,

serta etika penelitian.

Hasil penelitian gambaran umum subjek , riwayat dan analisis

kasus, analisis antar kasus.

Penutup yang meliputi kesimpulan, diskusi dan rekomendasi.

Page 22: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren
Page 23: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

BAB2

KAJIAN TEORI

Dalam bab dua ini di sajikan beberapa kajian teori mengenai penyesuaian

diri, macam-macamnya, penyesuaian menurut mazhab-mazhab psikologi,

serta beberapa definisi tentang pondok pesantren, macam macam dan

kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan di pesantren.

2.1. Penyesuaian Diri

2.1.1. Pengertian Penyesuian Diri

Menurut poerwadaminta (1976) Ada dua kata dalam bahasa asing yang

kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai arti yang sama yaitu

penyesuaian diri, kata tersebut adalah adjustment dan adaptation.

Pandangan yang berbeda dikemukakan oleh Lazarus (1969) dalam bukunya

patterns of adjustment, tentang kedua istilah tersebut Lazarus mengartikan

istilah adaptation sebagai suatu konsep biologis yaitu suatu struktur dan

proses biologis yang memudahkan individu untuk bertahan di lingkungannya.

Namun konsep adaptation ini kemudian mulai dikembangkan oleh para

psikolog dan akhirnya muncul istilah baru yaitu adjustment dan meciurut

Lazarus adjustment adalah :

Page 24: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

11

"Adjustment consist of psychological proses by means of which the individual

manages or copes with various demand on pressures" ~Lazarus, 1969 h. 18)

Penyesuaian diri adalah proses psikologi yang merupaJan alat bagi individu

untuk mengatur atau mengatasi tekanan dan tuntutan.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Musthafa Fahrni dalam bukunya At-Takawuf

An-nafsiy yang diterjemahkan oleh prof. Dr. Zakiah Daradjat (1982) dalam ,

bukunya yang berjudul penyesuaian diri pengertian dan peranannya dalam

kesehatan mental, proses penyesuaian diri adalah dinamika yang berlujuan

untuk mengubah kelakuan agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara

dirinya dan lingkungannya (Muthafa Fahrni; ZakiahDaradjat, 1981 h. 14).

Sedangkan menurut Schneiders (1964) seperti yang dikutip oleh tanara

(1991) dalam anima vol VII penyesuaian diri organisasi, penyesuaian diri

adalah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, yaitu

individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustasi karena

terhambat kebutuhan da/am dirinya dan tuntutan luar dirinya atau

lingkungannya (Schneider 1964; Tanara, 1991 h. 23)

Menurut Haber dan Ruyon (1984) seperti yang dikutip oleh Nita Pandriani

Nainggolan (2000) dalam skripsinya penyesuaian diri dan dukungan pada

orang tua yang mempunyai anak autisma: studi kualitatif pada em pat orang

tua anak , "adjusment is an angoing proses that will continue throughout the

Page 25: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

12

life"(Haber dan Ruyon, 1984; Nita, 2000 h. 10) penyesuaian diri adalah suatu

proses yang berkelanjutan sepanjang hidup.

Sedangkan menurut Grasha dan Kirschenbaum {1980) dalam bukunya

psychology of adjustment and competence: an applied approach, "adjusment

is our ability to cope with the problem and demands of our

environment".(grasha dan kirschenbaum, 1980 h. 12), penyesuaian diri

adalah kemampuan kita untuk mengatasi masalah yang kita hadapi dan

tuntutan lingkungan.

Dan menu rut Atwater ( 1983) dalam bukunya psychology of adjustment ,

seperti yang dikutip Tanara (1991) dalam anima vol VII penyesuaian diri

organisasi menyebutkan bahwa penyesuaian diri terdiri dari perubahan dalam

diri dan lingkungan di sekitar kita yang kesemuanya ini diperlukan untuk

memuaskan hubungan dengan lingkungan sekitar kita dan orang lain.

Menurut Atwater perubahan semacam ini berkaitan dengan dua hal yang

timbal balik yang pertama perubahan dalam diri kita agar sesuai dengan

lingkungan dan yang kedua perubahan lingkungan agar sesuai dengan cara

kita dalam memenuhi kebutuhan kita (Atwater 1983; Tanara 1991 h. 24)

Sedangkan menurut Watson dan Tharp (1972) dalam bukunya self-direction

behavior; self modification for personal adjustment, "to arrange, compose,

harmonize; to come to terms; to arrange the parts suitably to themselves and

Page 26: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

to something else; and to do this according to the laws which govern this

harmony". (Watson and tharp, 1972 h. 10) Definisi penyesuaian diri adalah

menata , mengubah dan menyeimbangkan sehingga mencapai persetujuan;

menata kembali bagian bagian sehingga sesuai dengan dirinya dan orang

lain. Dan menyesuaikan tingkah laku dengan peraturan yang telah

ditetapkan.

13

Menurut Lazarus (1969) ada dua tuntutan yang membutuhkan penyesuaian

diri yaitu tuntutan eksternal dan tuntutan internal. Tuntutan eksternal antara

lain tuntutan fisik yang datang dari lingkungan seperti sakit, bahaya dan lain­

lain; dan tuntutan sosial seperti tuntutan orang lain agar seseorang secara

nyata atau tidak melakukan, memikirkan dan merasakan sesuatu. Dan

tuntutan yang kedua yaitu tuntutan internal yaitu tuntutan kebutuhan jaringan

tubuh seperti makan,minum dan lain-lain serta tuntutan motif sosial seperti

menyayangi dan disayangi, dihormati dan lain-lain. Dan ketika tuntutan

aksternal dan internal tersebut melewati batas kemampuannya maka akan

imbul dengan apa yang dinamakan stress (Lazarus, 1969 h. 161-166)

)ari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penyesuaian

liri adalah suatu proses psikologis, merupakan kemampuan kita untuk

nengatasi masalah dan tekanan yang berasal dari lingkungan, merupakan

emenuhan kebutuhan dari dirinya dan lingkungannya. Dan merupakan

roses yang berkelanjutan sepanjang hidup kita.

Page 27: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

2.1.2. Macam-Macam Penyesuaian Diri

Penyesuaian yang baik (good adjusment)

14

Menurut Abe Arkoff ( 1968) dalam bukunya adjustment and mental health, "a

person who has made good adjusment or one who is called mental healthy

demonstratesa patterns of behavior or person characteristics wich are valued

or considered considerable" (Arkoff, 1968 h. 206). Seseorang yang

mempunyai pola penyesuaian diri yang baik atau orang yang disebut sebagai

orang yang sehat mentalnya menunjukan pola tingkah laku atau karakteristik

yang sesuai dengan yang diinginkannya.

Menurut Haber dan Ruyon (1984) seperti yang dikutip oleh Nita Pandriani

Nainggolan (2000) dalam skripsinya penyesuaian diri dan dukungan pada

orang tua yang mempunyai anak autisma: studi kualitatif pada empat orang

tua anak , mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan mempunyai pola

penyesuaian diri yang baik apabila memiliki beberapa kriteria dibawah ini

Yang pertama yaitu mempunyai persepsi yang akurat terhadap realitas.

Persepsi yang akurat terhadap kenyataan ini merupakan syarat munculnya

penyesuaian diri yang baik , persepsi ini biasanya diwarnai dengan keinginan

dan motivasi. Untuk mencapai hal tersebut dalam kehidupan sehari-hari

individl! pada kenyataannya harus memodifikasi tujuan yang ingin dicapainya

sehingga ia dapat mencapai tujuan tersebut.sehubungan dengan itu aspek

Page 28: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

yang terpenting bagi individu adalah kemampuan individu untuk mengenali

konsekuensi dari tindakannya dan kemampuan mengarahkan tingkah

lakunya sehingga sesuai dengan norma yang ada dalam lingkungannya.

Yang kedua yaitu kemampuan mengatasi stress dan kecemasan. Dalam ,

kehidupan sehari-hari biasanya setiap individu akan menghadapi suatu

masalah. Masalah yang dihadapi tersebut ada yang dapat terselesaikan

dengan mudah dan ada yang tidak dapat diselesaikan dengan mudah, dan

ketika masalah yang dihadapinya sulit untuk terselesaikan maka biasanya

15

akan menimbulkan stress, dan apabila individu tersebut tidak dapat

mengatasi stress yang datang maka ia dapat disebut dengan individu yang

kurang dapat menyesuaikan diri.

Kriteria yang ketiga yaitu memiliki citra diri positif. Citra diri merupakan salah

satu indikator dari penyesuaian diri, dan persepsi merupakan salah satu

indikator dari citra diri, ketika persepsi tidak disetujui dan individu tidak

mampu mengharmonisasikan persepsi tersebut maka ia akan menjadi

maladjustment tetapi apabila individu tersebut dapat mengharmonisasikan

persepsi tersebut maka ia dapat dikatakan sebagai orang yang mampu

menyesuaikan diri.

Yang keempat yaitu kemampuan mengekspresikan perasaan. Dalam

mengekspresikan perasaannya biasanya individu yang mempunyai pola

Page 29: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

16

penyesuaian diri yang baik mampu mengontrol emosi atau perasaannya

sehingga apabila ia bergembira iapun tidak terlalu larut dalam kegembiraan

dan begitu juga sebaliknya apabila ia bersedih iapun tidak terlalu larut dalam

kesedihannya. Biasanya orang seperti ini mempunyai kontrol diri yang baik,

yang tidak mengontrol secara berlebihan dan tidak juga membiarkan dirinya

tanpa kontrol sama sekali.

Yang kelima yaitu mempunyai hubungan interpersonal yang baik. orang

yang mempunyai pola penyesuaian diri yang baik akan mampu mencapai

keakraban yang mudah dalam hubungannya dengan kelompok sosial. Dan

biasanya ia mampu membuat orang lain merasa nyaman ketika berinteraksi

dengannya dan dia pun akan merasa nyaman bila berinteraksi dengan

individu atau kelompok sosial yang lainnya. (Haber dan Ruyon 1984; Nita

Pandriani Nainggolan, 2000 h. 26-28)

, Maladjusment

Menurut Buss seperti yang dikutip Adam E. Henry (1972) dalam bukunya

psychology of adjusment, ada beberapa kriteria dalam menetukan

penyesuaian yang buruk yaitu discomfort, bizarrenes, dan inefficiency.

Discomfort atau ketidaknyamanan dapat di sebabkan oleh beberapa faktor

antara lain indisposition, worry, depresion dan lain sebagainya. Kurang enak

badan atau indisposition dapat di sebabkan oleh rasa lelah, sakit, mual dan

Page 30: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

rasa muak yang di sebabkan oleh faktor biologis atau faktor lainnya.

Kecemasan atau worry dapat di sebabkan oleh rasa takut yang tidak

realistis, khawatir akan masa depan yang tidak pasti dan gelisah. Depresi

atau depresion dapat di sebabkan oleh berbagai sebab antara lain gaga!

dalam ujian, kekacauan dalam menangani pekerjaan atau bisa juga

disebabkan oleh kehilangan seseorang yang dicintai.

17

Bi=arrenes are Unusual deviation from sosial norm or reality, prilaku yang ganjil

adalah tingkah laku yang menyimpang dari norma sosial dan kenyataan.

Beberapa penyakit yang menyimpang atau yang termasuk dalam bizarrenes

antara lain adalah delusi, halusinasi, amnesia, phobia serta kompulsif.

Termasuk juga diantaranya kenakalan remaja yang kronis atau chronic

delinquency dan penyimpangan seksual

lneficiency atau ketidak berdayaan, banyak cara bagi individu untuk

menyelesaikan masalahnya, dan banyak pula pola respon yang tercipta

dalam mengerjakan masalahnya. Terkadang pola respon tertentu kurang

praktis sehingga masalah tidak dapat terselesaikan. Ketidak berdayaan

dalam menyelesaikan masalah secara ekstrim dianggap abnormal oleh

lingkungan sosial. Ada dua cara dalam mengukur ketidak berdayaan

seseorang yaitu membandingkan potensi individu dengan kemampuannya

dan membandingkan kemampuannya dengan tugas yang diembannya

(Adam E. Henry, 1972. h 11 ).

Page 31: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

Yang dimaksud maladjustment di sini bukan berarti individu tersebut tidak

dapat menyesuaikan diri sama sekali, sebenarnya dia dapat menyesuaikan

diri namun tidak seperti kebiasaan orang normal sehingga orang lain

mengangap dia mempunyai pola penyesuaian diri yang buruk.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri

Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat (1993) dalam bukunya kesehatan mental,

faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah:

frustrasi

Frustrasi adalah proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya

hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan kebutuhan atau menyangka

bahwa akan terjadinya sesuatu hal yang menghalangi keinginannya.

Frustrasi ini terkait dengan stress, stress sendiri terbagi dua stress yang

positif atau austress dan stress yang negatif atau distress. Apabila orang

tersebut mampu mengatasi stress maka sebut dengan austress dan orang

yang demikian dapat dikatakan orang yang mempunyai penyesuaian diri

yang baik dan apabila orang tersebut tidak mampu mengatasi stress yang

datang maka ia disebut dengan distress dan orang yang demikian itu dapat

dikatakan dengan orang yang tidak mampu menyesuaikan diri.

konflik

18

Page 32: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

konflik atau pertentangan batin adalah terdapatnya dua macam dorongan

atau lebih, yang berlawanan atau bertentangan satu sama lain.

19

Menurut Zakiahkonflik itu terbagi tiga yang pertama yaitu konflik terhadap dua

hal yang diingini, yang tidak mungkin di ambil keduanya, misalnya seorang

gadis yang dilamar oleh dua orang pemuda yang sama-sama di cintainya,

jika ia memilih A maka ia akan kehilangan yang B begitu juga sebaliknya.

Yang kedua yaitu konflik terhadap dua hal yang bertentangan, contohnya

adalah seorang anak yang ingin naik gunung tetapi oleh sang ibu dilarang, di

satu sisi sang ibu tidak ingin kalau anaknya tidak mempunyai pengalaman

yang menarik di saat Ii bu ran, tetapi di sisi yang lain ibu tersebut juga takut

kalau anaknya mengalami kecelakaan di jalan. Yang ketiga yaitu konflik

terhadap dua hal yang tidak diingini contohnya adalah seorang militer yang

turun ke medan perang ia tidak ingin membunuh lawannya tetapi kalau ia

tidak membunuh maka ia akan dibunuh oleh lawannya.

kecemasan

kecemasa~ adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur

baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan

(frustasi) dan pertentangan batin (konflik).

Kecemasan itu mempunyai segi yang di sadari seperti rasa takut, terkejut,

tidak berdaya, rasa berdosa, juga ada segi-segi yang terjadi di luar

kesadaran dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan.

Page 33: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

20

Kecemasan pun menurut Zakiahdapat di sebabkan oleh beberapa hal yang

pertama yaitu rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada

bahaya yang mengancamnya. Contohnya adalah seorang pejalan kaki yang

melihat moibil berkecepatan tinggi datang menuju kearahnya seakan-akan

ingin menabraknya tentunya ia akan merasa takut dan mencoba untuk

menyelamatkan diri. Yang kedua rasa cemas berupa penyakit dan terlihat

dalam beberapa bentuk yaitu takut terhadap hal yang tidak jelas, tidak tentu,

dan tidak ada hubungannya dengan apa-apa, serta takut itu mempengaruhi

kepribadian seseorang. Bentuk yang lainnya adalah kecemasan yang

ditimbulkan oleh benda-benda yang ada kaitan dengan dirinya.' Yang ketiga

kecemasan yang disebabkan oleh rasa berdosa atau bersalah karena

melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nuraninya. Cemas ini

juga dapat diikuti denngan beberapa gejala baik itu fisik seperti jantung

berdebar-debar, ujung jari berkeringat, dan lain-lain; dan gejala psikis seperti

tidak nyaman, rasa takut yang berlebihan, gelisah, tidak percaya diri, merasa

rendah diri dan lain-lain. (ZakiahDaradjat, 1993 h. 24-28)

2.1.4 Pendekatan Aliran Psikologi Terhadap Penyesuaian

Di bawah ini merupakan pendekatan dari aliran psikologi terhadap

penyesuaian yang dikutip dari Calhoun dan Acocella (1990) dalam bukunya

psychology of adjustment and human relationship yang diterjemahkan oleh

R.S Satmoko (1995) psikologi tentang penyesuaian dan hubungan

kemanusiaan

Page 34: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

21

Psikoanalisa

Tidak dapat dipungkiri bahwa Freud merupakan tokoh psikoanalis yang

sangat berpengaruh pada pemikiran tentang psikologi bagi para psikolog

sesudahnya, oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas pemikirannya

tentang penyesuaian.

Menurut Freud (1920) proses penyesuaian pada orang dewasa itu dapat

terjadi tergantung dari terpuaskan atau tidaknya naluri pada fase

perkembangan awal manusia, apabila pada masa-masa awal tersebut terjadi

pengalaman yang tidak menyenangkan di waktu menyusui atau diwaktu

berlatih bersih-bersih (toilet training), atau terjadi pemanjaan, keadaan

tertekan dan kekurang konsistenan orang tua dalam menerapkan pelatihan

yang sesuai bagi anak, biasanya anak akan mengalami konflik yang berat

dan hal ini dapat melemahkan ego, menghambat kedewasaan anak dan anak

akan mengalami fiksasi dan regresi. Dalam proses yang disebut fiksasi anak

akan mengalami kemunduran pada fase sebelumnya, sehingga ego untuk

menyenangkan id kembali jatuh pada ukuran infantil dan tidak menemukan

kedewasaan. Contohnya adalah individu yang mengalami fiksasi atau

kembali dari fase sebelumnya dari fase anal ke fase oral biasanya individu

tersebut terlihat sering memainkan bibir atau Iidahnya, bertingkah laku biasa

tergantung dan terlihat seperti kelaparan. Akibat lain dari kemunduran

perkembangan adalah regresi yaitu kembalinya perkembangan rnanusia

Page 35: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

kepada fase-fase manapun sesudahnya. Contohnya adalah orang dewasa

yang selalu jengkel apabila ada orang yang menghalangi keinginannya

walaupun orang yang menghalangi tersebut bermaksud baik.

22

Sebaliknya penyesuaian yang baik dapat terjadi, bila terdapat keseimbangan

yang rasional, pada waktu anak-anak dari pemuasan dan dorongan yang

datang. Contoh apabila orang tersebut mencapai keselarasan antara id, ego

dan superego biasanya apabila ia diajak berkelahi, maka ia akan menolak

ajakan itu, karena dorongan yang digunakan orang tersebut untuk

menyerang biasanya terbentur oleh superego yang melarang untuk berbuat

kejahatan. Sebaliknya ia akan menjadi hakim atau atlit beladiri untuk

dijadikan pemuas dorongan tersebut sehingga lebih bernilai dan lebih diakui.

Kesimpulannya bahwa orang yang menyesuaikan diri pada dasarnya terkait

oleh id akan tetapi dengan bantuan ego yang sehat individu mampu

mengatasi konflik tersebut. (J.F. Calhoun dan J.S. Acocella 1990; R.S.

Satmoko, 1995 h. 19-21)

Neo-psikoanalis

Frued memiliki sejumlah pengikut yang brilian yang memisahkan diri dari

Frued karena menurut mereka ada beberapa kekeliruan dari pemikiran Frued

diantaranya adalah Freud memandang id sebagai motivator dasar di dalam

tingkah laku manusia, ego mengatur id tetapi hal tersebut tidak mampu

Page 36: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

23

menggantikan tiap dorongan itu sendiri. Oleh karena itu sekalipun fungsinya

mungkin rumit, ego tidak mampu menjelaskan kepribadian manusia yang

sebenarnya dan inilah hak istimewa dari id. Pandangan yang bertentangan

dengan itu, penganut neo-fruedian memberi argumentasi tentang fungsi ego­

persepsi, memori, problem solving, kreativitas- sama pentingnya dengan id,

karena menurut mereka ego mempunyai kekuatan sendiri untuk mengatur.

Pertentangan yang lainnya adalah pertentangan mengenai penyesuaian

sosial menurut Freud penyesuaian diri terjadi apabila anak mampu menjalani

lima tahap perkembangan manusia dengan baik . Sedangkan para neo­

psikosnslis memandang bahwa penyesuaian diri adalah suatu kemampuan

dan maladjustment adalah suatu ketidak mampuan, membentuk kasih

sayang dan keakraban dengan orang lain. Untuk menggambarkan kedua

pertentangan tersebut, kita akan tinjau pemikiran dari Erich Fromm dan Erik

Erikson.

Fromm (1947) menekankan pentingnya masyarakat bagi penyesuaian

manusia. dalam pandangan Freud kepribadian manusia dewasa dibentuk

oleh pemuasan biologis tidak terlalu banyak dibentuk oleh watak masyarakat,

sedangkan menurut Fromm, pribadi yang pasif dan tergantung merupakan

pembentukan dari masyarakat yang otoriter, masyarakat kapitalis membentuk

manusia menjadi pribadi seperti robot yang tidak tahu mawas-diri ataupun

orang lain dan memandang segala sesuatunya sebagai komoditi yang

Page 37: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

diperjual-belikan, sedangkan pribadi yang produktif hanya dapat diciptakan

oleh masyarakat yang idealistis, pribadi yang produktif adalah pribadi yang '

mampu menyayangi dan mengerahkan diri sehingga dapat meningkatkan

24

kemampuannya, pribadi yang produktif inilah menurut Fromm yang

mempunyai penyesuaian yang bagus. Karena menurut Fromm tidak hanya

masyarakat yang menciptakan kepribadian tetapi melalui kepribadian kita kita

juga dapat membina masyarakat.

Sedangkan menurut Erikson (1963) penyesuaian dapat terjadi berdasarkan

kemelut yang mengikuti hubungan individual dengan orang lain. Pada tahun

pertama perkembangan manusia misalnya keharmonisan dan

ketidakharmonisan hubungan orang tua dan anak menghasilkan

kepercayaan dan ketidak percayaan terhadap orang lain. Pada tahun kedua

masa perkembangan anak bila latihan bersih-bersih dan belajar berjalan

yang dilakukan anak berlangsung dengan baik maka anak akan mampu

otonomi dan mempunyai kepercayaan diri yang baik, dengan begitu dapat

dipastikan anak akan mampu melakukan penyesuaian dengan baik.

Menurut Erikson (1963) setiap fase perkembangan manusia mempunyai

kemelut yang dapat diselesaikan oleh individu secara konstruktif ataupun

destruktif. Penyelesaian dari kemelut yang tidak baik pada fase tertentu dari

perkembangan manusia akan melemahkan ego, sehingga individu tersebut

Page 38: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

kurang mampu menyesuaikan diri, tetapi manusia tersebut tetap melakukan

penyesuaian, kadang berjalan lumayan sukses.

Teori ini berbeda dengan teori Freud dalam beberapa hal yang pertama,

dalam sistem Erikson, ego berfungsi lebih sulit dari pada id yang hanya

25

dijadikan pemuas nafsu seperti yang dikemukakan Freud. Karena ego

menurut Erikson mempunyai kekuatan untuk berdiri sendiri yang bertugas

untuk menyelesaikan masalah. Kedua, dalam sistem Erikson kemelut dan

jalan keluarnya dinyatakan secara umum dengan istilah sosial. Pada Freud

fase-fase tersebut dinyatakan dengan fase psikoseksual namun pada Erikson

dinyatakan dengan fase psikososial. Jadi senada dengan Fromm, Erikson

pun mengungkapkan penyesuaian merupakan kapasitas untuk membentuk

hubungan yang hangat dan dapat dipercaya dengan orang lain (J.F. Calhoun

dan J.S. Acocella 1990; R.S. Satmoko, 1995 h.21-24).

Teori Behavioral

Psikologi behavioral dikembangkan sebagai reaksi terhadap teori psikoanalis, '

para behaviorisme merasa tidak puas terhadap teori psokoanalis yang

cenderung subjektif, menurut psikologi behavioris kepribadian manusia tidak

bisa diterangkan hanya dengan hal yang tidak dapat diamati dan tidak dapat

diukur {id, ego, dan super ego). Untuk memperbaiki situasi ini, mereka

mengajukan bahwa psikologi ini harus dipelajari berdasarkan rumusan yang

Page 39: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

khusus, tingkah laku yang dapat diukur-benda yang dapat dilihat, dan

sebab-sebab yang dapat dilihat dari tingkah laku tersebut.

26

Berdasarkan behaviorisme klasik, orang yang terlibat dengan tingkah laku

tertentu mereka akan mempelajarinya melalui pengalaman-pengalaman

tedahulu, dan menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah-hadiah.

Seperti pada kejadian orang yang menghentikan tingkah laku tertentu akibat

tidak mendapatkan hadiah dari lingkungannya.

Namun, seiring dengan meluasnya teori behavioris, maka pemikiran tentang

teori ini pun semakin beragam, sehingga banyak ahli psikologi sekarang

merasa bahwa tingkah laku manusia tidak hanya dapat dijelaskan dengan

hadiah dan hukuman eksternal saja, pikiran dan perasaan atau kejadian

internal lainnya harus diperhitungkan juga.

Behaviorisme Kognitif

Menurut behaviorisme kognitif penyesuaian yang baik merupakan

kemampuan untuk mengartikan kejadian-kejadian secara nyata dengan aka!

yang positif, sehingga menghasilkan yang dapat lebih menyempumakan

penyesuaian diri pada menghancurkan dirinya sendiri.

Menurut Walter Mischel (1973) tingkah laku merupakan hasil sating

berhubungan antara karakteristik pribadi dengan lingkungan. Menurut

Page 40: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

27

Mischel bagaimanapun individu sama pentingnya dengan situasi disatu sisi

ada variabel situasional contohnya dengan siapa anda bicara, di mana anda

bicara, dan bagaimana kondisi udara disekitar anda. Dan variable personal

seperti kemampuan-kemampuan anda, harapan- harapan, nilai-nilai dan

kebiasaan anda berpikir. Saling berkaitan dalam hal penyesuaian diri.

Teori Mischel ini memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain,

kekurangannya kaum behavioris di satu pihak memperhatikan proses mental

yang tidak dapat diamati, dan membuang peraturan-peraturan yang sangat di

junjung tinggi oleh behavioris klasik. Dan kelebihannya adalah karena kaum

behavioris kognitif nampaknya menyajikan penjelasan tentang kegiatan

tingkah laku manusia yang lebih lengkap dan karena itu juga kaum behavioris

kognitif ini lebih realistis dalam memandang tingkah laku manusia (J.F.

Calhoun dan J.S. Acocella 1990; R.S. Satmoko, 1995 h. 24-25).

Teori Humanistik

Kaum humanistik berpendapat bahwa penyesuaian yang ideal merupakan

lebih dari sekedar penyelesaian secara sederhana, atau juga penyelesaian

yang berhasil dengan keadaan yang nyata yang terdapat dalam kehidupan

anda. Untuk dapat mengetahui teori humanistik kita perlu melihat pada

humanistis yang sangat berpengaruh yaitu Abraham Maslow dan Carl Roger.

Sumbangan yang sangat berpengaruh dari Abraham maslow adalah teori

hierarki kebutuhan. Menurut maslow (1954) penyesuaian yang diajarkan oleh

teori psikologi sebelumnya yaitu psikodinamika dan behavioris- pemenuhan

Page 41: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

28

kebutuhan biologis, mendapatkan teman, belajar menghargai diri sendiri­

sebenarnya hanyalah persiapan untuk menghadapi tantangan yang lebih

tinggi yaitu aktualisasi-diri sebagai pemenuhan secara sempuma potensi unik

seseorang.

Maslow mengurutkan kebutuhan manusia atas 5 tahap,

Pertama yaitu kebutuhan fisik seperti lapar, haus dan dorongan seksual.

Kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman seperti bebas dari bahaya dan

merasa tentram.

Ketiga yaitu kebutuhan akan rasa cinta seperti dapat mencintai dan dicintai,

mempunyai anggota keluarga, dapat berhubungan dengan orang lain, dan

menjadi anggota suatu kelompok.

Keempat yaitu kebutuhan akan kepercayaan diri, merasa mampu, mendapat

kepercayaan dan pengakuan.

Kelima yaitu aktualisasi diri atau kebutuhan untuk mencapai kemampuan unik

seseorang. Menurut maslow (1954) setiap tipe kebutuhan harus terpenuhi

terlebih dahulu sebelum kebutuhan berikutnya diupayakan.

Page 42: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

29

Menurut ma slow ( 1954) penyesuaian yang optimal baru terjadi apabila orang

tersebut telah memenuhi keempat kategori kebutuhannya terdahulu

secukupnya, untuk selanjutnya mengarah pada aktualisasi diri: suatu

ekspresi yang bebas dan sempurna dari kemampuan dasar serta

kemampuan-kemampuan selanjutnya yang telah dimiliki.

Rogers, sama halnya dengan maslow yang memberi batasan tentang

penyesuian diri dengan aktualisasi diri, menurut Rogers (1951) kunci dari

aktualisasi diri adalah konsep diri, yang merupakan sebagian besar

pengalaman kita pada waktu kecil, khususnya dengan orang tua kita sendiri.

Sumbangan khusus dari teori konsep diri ini adalah telah dapat menjelaskan

mengapa sebagian orang berhasil dalam mencapai aktualisasi diri dan

mengapa sebagian lagi tidak berhasil.

Semua anak secara alamiah mendambakan kehangatan dan penerimaan

dari orang tuanya, namun banyak dari orang tua hanya mau menerima

anaknya dengan kondisi suatu tingkahlaku tertentu seperti yang mereka

harapkan. Dan kondisi ini yang menurut rogers akan menjadi penyebab

terjadinya konsep diri anak tidak lumrah dan terbatasi.

Bila orang tua menuntut anaknya menjadi baik maka anak akan

menggambarkan dirinya agar menjadi baik, baik di sini adalah baik menurut

orang tuanya, sehingga dia akan menghapus dari kesadarannya setiap

Page 43: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

pengalaman yang bertentangan dengan kebaikan dirinya. Kerugian yang di

dapat adal"!h bahwa kekuatan orang tersebut disia-siakan bagi pertahanan

konsep-diri yang tidak realistis yang seharusnya dapat digunakan untuk

mengekspresikan secara sempurna sesuatu ysebenarnya merupakan

pengalaman yang sangat bermacam macam bagi dirinya di dunia. Bagi

Rogers pra syarat yang terpenting untuk tercapainya aktualisasi-diri adalah

konsep-diri yang luas dan fleksibel, sehingga kita dapat menyerap semua

pengalaman dan mengekspresikan diri kita secara penuh (J.F. Calhoun dan

J.S. Acocella 1990; R.S. Satmoko, 1995 h26-29).

Teori eksistensial

30

Seperti halnya kaum Humanis teori eksistensial pun mempelajari suatu

kepribadian yang dinamis dalam memandang manusia. Namun yang

membedakannya dari kaum humanis adalah prosesnya. Pada teori humanis

manusia akan mencapai aktualisasi diri setelah semua kebutuhan yang di

bawahnya terpenuhi tetapi pada eksistensialis manusia akan mencapai

kebermaknaan hidup dengan cara pengembangan diri pribadi yang sesuai

dengan cita-cita orang tersebut.

Para eksistensialis sependapat dengan para humanis yang memandang

tingkah laku sebagai hasil dari pilihan yang bebas. Mereka juga sependapat

dengan para humanis bahwa persepsi dan kesanggupan kemampuan tiap

orang adalah sama sekali unik dan bahwa penyesuaian yang baik berarti

Page 44: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

31

suatu realisasi penuh tentang kesanggupan seseorang. Namun yang

membedakan antara para humanis dan para eksisitensialis adalah dalam hal

bagaimana mereka mencapainya. Bagi para humanis, aktualisasi-diri

merupakan suatu hal yang agak otomatis seperti halnya bunga, manusia

akan mencapai perkembangan penuh apabila telah mencapai tahap

perkembangan di bawahnya. Sedangkan bagi para eksistensialis,

perkembangan penuh potensi seseorang merupakan proses yang lebih

sukar, membutuhkan perjuangan yang menyakitkan, dalam kesepian dan

ketakutan.

Menurut Frankl (1962) kekuatan motivasi yang utama dari kehidupan

manusia bukanlah keinginan untuk bersenang-senang atau keinginan untuk

berkuasa, melainkan keinginan untuk bermakna. Satu-satunya jalan untuk

mencapai kebermaknaan hidup adalah dengan jalan mengikuti nilai-nilainya,

apa yang kita lakukan beberapa untuk mencapai tujuan, memperhatikan

orang lain, dan mencoba meruml,lskannya dengan kesulitan.

Frankl (1962) berpendapat bahwa psikologi tradisional akan menghasilkan

gambaran yang rancu dari keadaan manusia apabila meninggalkan

kehidupan rohani. Menurut-nya pernyataan spiritual tersebut merupakan

kebutuhan mutlak untuk kesehatan psikis. (Calhoun dan Acocella, 1990; R.S.

Satmoko, 1995 h. 29-30)

Page 45: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

2.2. Kegiatan santri di Pondok Pesantren

2.2.1. Pengertian

Pondok Pesantren

32

Menurut Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Bidang Pendidikan

Keagamaan dan Pondok Pesantren, Departemen Agama Republik Indonesia

(2002) dalam Pedoman pondok pesantren, definisi pondok pesantren pada

umumnya tergambar pada beberapa ciri khas yang biasa ada dalam pondok

pesantren yaitu adanya pengasuh pondok pesantren (kyai/ ajengan/ tuan

guru/ tengku/ ustadzl buya), adanya masjid sebagai pusat kegiatan ibadah

dan tempat belajar, adanya santri yang belajar, serta adanya asrama sebagai

tempat tinggal santri. Disamping empat komponen tersebut hampir setiap

pesantren juga menggunakan kitab kuning (kitab klasik tentang ilmu-ilmu

keislaman yang menggunakan bahasa Arab yang disusun pada abad

pertengahan sebagai sumber kajian.

Selain itu dalam pedoman yang ditulis oleh Departemen Agama RI membagi

pondok pesantren dalam dua macam yang pertama pondok pesantren

Khalafiyah atau 'Ashriyah yaitu pondok pesantren yang mengadopsi sistem

madrasah atau sistem sekolah, kurikulumnya disesuaikan dengan kurikulum

pemerintah, dalam hal ini departemen pendidikan nasional dan departemen

agama, melalui penyelenggaraan SD, SL TP, dan SMU, atau Ml, MTS, dan

MA bahkan ada juga yang sampai perguruan tinggi. Dan pondok pesantren

Page 46: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

33

Salafiyah yaitu pondok pesantren yang masih tetap mempertahankan sistem

pendidikan khas pondok pesantren, baik kurikulum maupun metode

pendidikannya, bahan pelajarannyapun meliputi ilmu-ilmu agama islam,

dengan mempergunakan kitab-kitab klasik berbahasa Arab, sesuai dengan

tingkat kemampuan masing-masing santri. Pembelajaran dengan sistem

badongan dan sorogan masih tetap dipertahankan, tetapi sudah banyak yang

menggunakan sistem klasikal. (Depag RI, 2000 h. 6-7)

Menurut Marwan Saridjo (1983) dalam bukunya sejarah pondok pesantren di

indosesia secara singkatnya yang dimaksud dengan pesantren adalah

lembaga pendidikan islam yang sekurang-kurangnya mempunyai tiga unsur

yaitu kyai yang mendidik dan mengajar , santri yang belajar dan rnasjid

tempat mengaji.

Lebih lanjut lagi menurut Marwan Saridjo (1983} yang dimaksud dengan

pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama islam

yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan

cara non-klasikal (sistem badongan dan sorogan) di mana seorang Kyai

mengajar santri-santrinya berdasarkan kitab yang ditulis dalam bahasa Arab

oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan para santri

biasanya tinggal di dalam asrama yang disediakan oleh pesantren. Dan yang

dimaksud dengan pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran

Page 47: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

34

agama Islam yang pada dasarnya sama dengan pondok pesantren tersebut

di atas tetapi para santrinya tidak disediakan asrama sehingga para santrinya

tinggal rumah dan pemukiman warga sekitar pesantren. Di mana cara dan

metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan sistem

wetonan yaitu para santri datang kepada gurunya pada waktu-waktu tertentu.

(Marwan Saridjo, 1983 h. 9-10)

Santri

Seorang alim hanya akan dapat disebut kyai apabila mempunyai pesantren

dan santri yang tinggal di dalam pesantren tersebut untuk mempelajari kitab

kuning. Oleh karena itu santri merupakan elemen penting bagi terciptanya

sebuah pondok pesantren.

Menurut Zamakhsyari Dhofier (1982) dalam bukunya tradisi pesantren; studi

tentang par'1dangan hidup kyai, dalam suatu lembaga pesantren santci terbagi

menjadi dua macam yang pertama, santri mukim yaitu murid-murid yang

berasal dari luar daerah tersebut atau dari daerah tersebut dan menetap

dalam asrama yang disediakan oleh pesantren untuk belajar dalam pondok

pesantren tersebut. Ada beberapa alasan mengapa santri memilih menetap

di pesantren, pertama yaitu ingin membahas kitab-kitab yang lain di bawah

bimbingan kyai yang memimpin pesantren tersebut; yang kedua ingn

memperoleh pengalaman kehidupan di dalam pesantren, baik itu system

pengajaran, sitem pengorganisasian, sampai hubungan dengan pesantren

Page 48: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

lain; yang ketiga yaitu ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa di

sibukan oleh kegiatan sehari-hari di rumah keluarganya. Dan santri yang

pulang pergi dan tidak menetap di pondok pesantren atau biasa disebut

santri kalong yaitu santri yang yang dalam kesehariannya tidak menetap

dalam pesantren untuk mengikuti pelajaran di pesantren melainkan pulang

pergi dari rumahnya sendiri, biasanya santri yang seperti ini mempunyai

rumah yang dekat dengan lokasi pesantren. (Zamakhsyari Dhofier, 1985 h.

51-52)

Tugas Perkembangan Santri Pada Masa Kanak Kakak Akhir "fang Terkait

Dengan Penyesuaian Diri

Menurut hurlock (1980) pada masa ini tugas perkembangan yang diemban

oleh anak adalah "belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman

sebayanya, mulai mengembangkan peran sosial antara pria dan wanita,

mengembangkan hati nurani, moral serta etika dan mulai mengembangkan

sikap solidaritas terhadap kelompoknya"(Hurlock 1980; h 10).

35

Dalam menyesuaikan diri dengan teman sebayanya kadang anak takut akan

ditolak oleh kelompoknya, dengan demikian anak berusaha mati-matian

untuk menyamai standar kelompoknya walaupun itu terkadang harus

melawan standar orang tua mereka. Motivasi inilah yang merupakan

sosialisasi pada akhir masa kanak-kanak walaupun terkadang harus

memperbudak dirinya agar diterima oleh kelompoknya.

Page 49: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

36

Sedangkan dalam peranan sosial dimulai segera setelah kelahiran namun

pada masa,kanak-kanak akhir mulai muncul kekuatan-kekuatan baru yang

memainkan peranan penggolongan peran sosial. Anak biasanya banyak

belajar dari pelajaran di sekolah dan aktivitas gurunnya, namun kebanyakan

anak laki-laki lebih banyak belajar dari media massa mengenai pentingnya

laki-laki disbanding dengan perempuan dan ank perempuan lebih banyak

belajar dari ibunya mengenai tugas tugas yang di lakukan oleh anak

perempuan.

Dalam hal penanaman moral pada masa kanak-kanak akhir cenderung

mengikuti moral orang dewasa sehingga pada masa ini moral anak mulai

sama dengan standar moral yang ditetapkan orang dewasa, dan penilaian

tentang moral anak perempuan cenderung lebih matang dibandingkan

dengan panilaian tentang moral anak laki-laki karena anak perempuan lebih

banyak mendapatkan bimbingan dan lebih diawasi oleh orang tuanya.

Perkembangan solidaritas anak biasanya ditandai dengan keikut sertaan

anak pada kelompoknnnya atau geng anak-anak yang biasanya lebih

mekedepankan kesenangan bukannya mengacau atau malkukan perilaku

yang amoral.

Page 50: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

37

2.2.2. kegiatan di pondok pesantren

Kegiatan yang biasa dilakukan santri sehari hari tidak jauh dari masjlis dan

madrasah seperti mengaji kitab klasik (kitab kuning) baik itu dengan metode

sorogan atau badongan, dan belajar formal di madrasah atau sekolah umum.

Selebihnya adalah kegiatan ekstra seperti pramuka, olah raga dan kegiatan

kesenian seperti qosidah, marawis, teater, bela diri dan lain lain, adapun

kegiatan yang biasa dilakukan di asrama adalah belajar kosa kata bahasa

arab dan inggris atau mufrodaat serta kegiatan individual sehari-hari seperti

mencuci memasak dan membersihkan asrama.

Adapun beberapa kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan se-waktu hari

sekolah menurut hasil penelitian Sudjoko Prasodjo Dkk (1974) dari tim LP3S

dalam profil pesantren; laporan hasil penelitian pesantren al-falak dan

delapan pesantren lainnya di Bogor adalah sebagai berikut : shalat Subuh

berjamaah di masjid, setelah itu tadararus AJ-Quran, dilanjutkan dengan olah

raga (hari libur), persiapan sekolah dan makan pagi, sekolah, shalat Dzuhur

berjama'ah, makan siang, istirahat (ada beberapa pesantren yang

melaksanakan idhofah atau sekolah siang) , shalat Ashar berjamaah, mengaji

kitab, berolah raga, persiapan shalat magrib, mengaji Al-Quran, makan

malam, shalat lsya berjama'ah, belajar kitab kuning, mufrodaat, belajar, dan

istirahat. ke esokan harinya kegiatan tersebut terulang kembali (Sudjoko dkk,

1974 h ).

Page 51: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

Sedangkan kegiatan sehari-hari di pondok pesantren Darunnajah tidak jauh

berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudjoko Prasodjo dkk

(1974), adapun kegiatannya antara lain:

Shalat shubuh berjama'ah, tadarus al-quran, muhadatsah, olah raga

pagi,persiapan sekolah, mandi, makan pagi, sekolah, shalat dzuhur, makan

siang, idhofah (sekolah siang), shalat ashar, ekstrakurikuler ( PRAMUKA,

Tapak Suci, Jamiyyatuh Tahfidz, Jamiyyah Qurro', Jamiyyah Muballighiin,

olah raga), mandi, shalat maghrib, mengaji Al-Quran, makan malam, shalat

isya, mengaji Al-Quan dan kitab kuning, mufroda'at, belajar dan istirahat,

keesokan harinya kegiatan tersebut terulang kembali.

2.3 Penyesuaian Diri Santri Di Pondok Pesantren

ketika individu memasuki lingkungan yang baru tentunya ia perlu

menyesuaikan diri, baik itu lingkungan fisik seperti suhu udara maupun

lingkungan sosial seperti teman, hukum dan peraturan dan sebagainya,

sehingga individu tersebut mampu memenuhi kebutuhannya.

Begitu juga seorang santri yang baru memasuki pesantren dan tinggal di

dalamnya ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang baru,

teman yang baru, peraturan yang berbeda, kegiatan yang berbeda, dan

usaha terhadap pemenuhan kebutuhan yang berbeda dengan di rumah,

38

Page 52: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

karena di pesantren ia harus melakukan pemenuhan kebutuhannya sendiri,

sehingga ia dapat mangembangkan potensi yang dimilikinya, dan

mengaplikasikan potensi tersebut.

Bagi santri yang baru memasuki pesantren tentunya ia akan mengalami

pergantian 'teman dan akan menemukan teman-teman yang berbeda dari

temannya di rumah. Pergantian teman ini merupakan pelajaran berharga

yang diterima oleh anak dan memainkan peranan penting yang dalam

proses penyesuaian diri anak di lingkungan sosialnya. Menurut Hurlock

(1978) dalam bukunya child development yang diterjemahkan dr. Med.

Neitasari Tjandrasa dan Ora. Muslichah Zarkasih dalam bukunya

perkembangan anak; edisi keenam, menyatakan bahwa dalam proses

pergantian teman anak akan belajar:

39

Yang pertama yaitu, karena pergantian teman hapir selalu menimbulkan hal

yang kurang menyenangkan dan menimbulkan kesepian maka anak akan

mempelajari sejauhmana makna akan pentingnya teman bagi mereka. Hal ini

akan memberikan motivasi bagi mereka untuk belajar menampilkan tingkah

laku yang akan mencegah terjadinya pergantian teman atau setidaknya

mengurangi hal tersebut.

Yang kedua yaitu, akan mempelajari karakter teman yang dapat memenuhi

kebutuhannya dan ia akan mencari teman seperti yang ia inginkan. Dan

Page 53: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

ketika ia mempelajari jenis karakteristik teman seperti apa yang dapat

memenuhi'kebutuhannya maka ia akan selektif mencari teman.

40

Yang ketiga yaitu, ketika ia memilih teman, maka dengan sendirinya ia akan

belajar menyesuaikan diri dengan kelompok sosialnya, dan ia berusaha untuk

mendahulukan kepentingan kelompoknya sehingga ia tidak egosentris.

(Hurlock 1978; dr. Med. Neitasari Tjandrasa dan Dra. Muslichah Zarkasih, h.

292).

Dan lebih lanjut lagi menurut Hurlock (1978) usaha penyesuaian diri sosial itu

merupakan keberhasilan individu dalam dalam menyesuaikan diri dengan

orang lain dan dengan kelompoknya. Di bawah ini adalah kriteria yang baik

dari pola penyesuaian diri, antara lain:

Mempunyai penampilan yang nyata. Maksud dari penampilan yang nyata

adalah seorang anak yang ingin diterima oleh kelompoknya maka ia harus

bisa memenuhi harapan kelompoknya dan mampu bertingkah faku sesuai

dengan standar kelompoknya.

Mampu menyesuaikan diri dengan kelompok lain. lndividu yang mampu

menyesuaikan diri dengan kelompok lain (kelompok yang lebih dewasa)

dianggap mempunyai pola penyesuaian yang baik karena ia mampu

Page 54: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

ketika ia mempelajari jenis karakteristik teman seperti apa yang dapat

memenuhi kebutuhannya maka ia akan selektif mencari teman.

40

Yang ketiga yaitu, ketika ia memilih teman, maka dengan sendirinya ia akan

belajar menyesuaikan diri dengan kelompok sosialnya, dan ia berusaha untuk

mendahulukan kepentingan kelompoknya sehingga ia tidak egosentris.

(Hurlock 1978; dr. Med. Neitasari Tjandrasa dan Ora. Muslichah Zarkasih, h.

292).

Dan lebih lanjut lagi menurut Hurlock (1978) usaha penyesuaian diri sosial itu

merupakan keberhasilan individu dalam dalam menyesuaikan diri dengan

orang lain dan dengan kelompoknya. Di bawah ini adalah kriteria yang baik

dari pola penyesuaian diri, antara lain:

Mempunyai penampilan yang nyata. Maksud dari penampilan yang nyata

adalah seorang anak yang ingin diterima oleh kelompoknya maka ia harus

bisa memenuhi harapan kelompoknya dan mampu bertingkah laku sesuai

dengan standar kelompoknya.

Mampu menyesuaikan diri dengan kelompok lain. lndividu yang mampu

menye,suaikan diri dengan kelompok lain (kelompok yang lebih dewasa)

dianggap mempunyai pola penyesuaian yang baik karena ia mampu

Page 55: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

mengharmonisasikan perbedaan persepsi yang ada di dalam kelompoknya

dengan persepsi yang ada dikelompok lain.

41

Mempunyai sikap sosial. Anak harus dapat menunjukan sikap yang mampu

diterima oleh kelompok sosialnya, dan mampu berpartisipasi dalam kelompok

sosialnya, serta mengetahui perannya dalam kelompok sosial sehingga dapat

dikatakan orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Kepuasan pribadi. Untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik, maka anak

harus dapat merasa puas terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi

sosial baik sebagai anggota maupun sebagai pemimpin kelompok.

Dari beberapa hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa di dalam pondok

pesantren anak akan di hadapkan dengan masalah- masalah penyesuaian

diri, baik itu fisik maupun sosial. Untuk itu dorongan dari orang tua dan

lingkungan mutlak sangat diperlukan supaya anak dapat mandiri.

Penyesuian diri merupakan hal yang dinamis sehingga sewaktu-waktu dapat

berubah dengan cepat. Dalam proses perubahan ini menuntut semua pihak

yang terkait (orang tua, pengasuh, dan santri senior) untuk dapat

memberikan bimbingan sehingga anak dapat berinteraksi dengan baik di

lingkungannya.

Page 56: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren
Page 57: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

BAB3

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab tiga ini penulis akan mengemukakan metodologi yang digunakan

dalam penelitian ini, juga akan dibahas mengenai jenis dan metode

penelitian, serta metode dan instrumen yang dipakai dalam pengumpulan

' data. Data yang diperoleh akan menjawab pertanyaan dalam penelitian ini

yaitu bagaimanakah penyesuaian diri santri di pondok pesantren terhadap

kegiatan pesantren.

Pada bab ini juga penulis akan mengemukakan mengenai subjek penelitian,

termasuk bagaimana seleksi dan kriteria dalam menentukan subjek yang

ada. Kemudian akan dijelaskan beberapa prosedur yang dipakai, analisa

data yang diperoleh dan akan disajikan pula etika dalam penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Pendekatan

Dua pendekatan yang biasa dilakukan oleh peneliti dalam menjawab

masalah penelitiannya yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan kualiatif,

dipilihnya pendekatan ini agar didapatkan gambaran secara mendalam dan

Page 58: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

43

lebih akurat mengenai penyesuaian diri san!ri di pondok pesan!ren terhadap

kegiatan pesantren.

Selain itu juga pada penelitian ini penulis akan menggunakan metode

deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai penyesuaian diri santri di pondok

pesantren terhadap kegiatan pesantren. Jadi pendekatan yang dipakai pada

penelitian ini adalah kualitatif deskriptif jenis studi kasus, yaitu

mendeskrifsikan dengan rinci mengenai prilaku penyesuaian diri santri di

pondok pesantren selama kurun waktu tertentu.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Metode Pengumpulan Data.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, metode pengumpulan data yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan observasi sebagai

pelengkap data Maka disini akan diuraikan lebih lanjut mengenai hal

terse but.

Wawancara

Pada penelitian kali ini penulis menggunakan tehnik wawancara mendalam

sebagai metode utama dalam pengumpulan data. Penulis menggunakan

Page 59: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

44

tehnik wawancara agar didapat data yang lebih mendalam mengenai

penyesuaian diri santri di pondok pesantren. Adapun pengertian wawancara

menurut Kerlinger "Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bersemuka

(face to face) ketika seseorang -yakni pewawancara- melakukan pertanyaan

yang dirancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah

penelitian, kepada seseorang yang diwawancara atau responden". (Kerlinger,

2000: 770)

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa metode wawancara adalah

suatu situasi di mana terjadi hubungan secara langsung ( dengan bertatap

muka) antara dua orang, dimana seorang berperan sebagai interviewer

yang bertugas menanyai orang yang sedang diinterview, dan yang seorang

lagi berperan sebagai responden atau interviewee ( dalam penelitian disebut

sebagai subyek penelitian), yang bertugas untuk menjawab pertanyaan­

pertanyaan tertentu yang terdapat dalam masalah-masalah penelitian.

Sedangkan menurut kartini kartono (1996) "wawancara adalah suatu

percakapan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk

berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah". ( Kartini

Kartono, 1996: 187).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah proses

tanya jawab yang dilakukan dua orang atau lebih ( satu orang bertugas

Page 60: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

sebagai penanya dan yang lainnya bertugas menjawab pertanyaan) yang

saling berhadapan dan diarahkan pada suatu masalah penelitian. Pada

penelitian kali ini proses wawancara dilakukan dengan cara individual atau

satu responden bukan kalsikal atau banyak responden.

45

Menurut Patton (1980) dalam Moleong (2002) metode penelitian kualitatif,

secara umum ada tiga pendekatan dasar dalam memperoleh data melalui

wawancara, yaitu: Wawancara pembicaraan informal. Pada jenis wawancara

ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada pewawancara itu

sendiri, jadi bergantung pada spontanitas dalam mengajukan pertanyaan

kepada yang diwawancarai. Wawancara demikian dilakukan pada latar

alamiah.

Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis wawancara ini

mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok­

pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara. Penyusunan pokok-pokok

itu dilakukan sebelum wawancara dilakukan. Pokok- pokok yang dirumuskan

tidak perlu ditanyakan secara berurutan. Petunjuk wawancara hanyalah

berisi petunjuk secara garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk

menjaga agar pokok-pokok yang direncanakan dapat tercakup seluruhnya.

Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan

keadaan responden dalam konteks wawancara yang sebenarnya.

Page 61: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

46

Wawancara baku terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang

menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaannya , kata-

katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden.

Keluwesan mengadakan pertanyaan mendalam terbatas, dan hal itu

bergantung pada situasi wawancara dan kecakapan pewawancara. (Patton,

1980; Moleong, 2002: 135-136)

Pada penelitian ini akan digunakan metode wawancara baku terbuka dengan

seperangkat pertanyaan baku. Namun sebelum wawancara digunakan telah

diuji cobakan (try out) terlebih dahulu sehingga bisa diketahui jenis

pertanyaan dan urutan pertanyaan yang lebih cocok dan akurat. Jadi

pertanyaan yang diajukan sesuai dengan topik penelitian dan pertanyaan

juga telah dirumuskan.

lnstrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara. Pedoman

wawancara adalah sebuah daftar pertanyaan mengenai tema-tema atau topik

yang harus tercakup dalam proses wawancara dalam hal ini tema mengenai

penyesuaian diri santri di pondok pesantren. Pesoman wawancara yang telah ,

dibuat berdasarkan teori yang telah dikemukakan pada bab dua.

Untuk membantu penulis dalam mencatat setiap jawaban pada saat

wawancara, peneliti menggunakan alat bantu berupa tape recorder.

Page 62: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

47

Penggunaan ala! ini dimaksudkan agar peneliti dapat konsentrasi pada

proses wawancara tanapa dosibukan oleh kegiatan lain. Penggunaan alat ini

menimbulkan kegelisahan dan menghambat jawaban yang jujur dan terbuka ,

oleh karena itu penggunaan ini juga atas persetujuan responden. Sehingga

proses wawancara dapat berjalan dengan baik.

Observasi

Pada penelitian ini digunakan juga metode observasi yang berfungsi sebagai

metode pendukung. Adapun observasi menurut kartini kartono (1996) dalam

bukunya pengantar metodologi riset sosial, menyatakan bahwa "obsevasi

adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan

gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan" (Kartini Kartono 1996, 1957)

Sedangkan menurut Chaplin (1981) "observasi adalah pengujian secara

intensional atau bertujuan sesuatu hal, khususnya untuk maksud

pengumpulan data. Merupakan suatu verbalisasi terhadap suatu yang

diamati" (Chaplin 1981; Kartini kartono 1996, 157).

3.2.2 Prosedur Pengumpulan Data

untuk mendapatkan data dalam penelitian ini maka penulis melakukan

beberapa hal yaitu membuat angket (daftar pertanyaan) yang sesuai dengan

Page 63: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

48

teori yang di pergunakan pada penelitian kali ini. kemudian diuji validitas dan

reliabelitasnya, kemudian membuat pedoman observasi.

3.2.3. Tehnik Analisa Data

menurut patton (1980) analisa data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian dasar.

Patton membedakan antara analisa data dan penafsiran, sedangkan

penafsiran ialah memberi arti yuang signifikan terhadap analisis, menjelaskan

pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian (patton,

1980; moleong, 2002: 103)

dalam melakukan analisis data, ada beberapa hal yang mesti dilakukan oleh

penulis. Pertama yaitu membuat daftar pertanyaan, pedoman observasi dan

pedoman analisis dokumen. kemudian daftar pertanyaan tersebut ajukan

kepada dosen pembimbing untuk mendapat saran dan masukan. Setelah itu

baru dilakukan proses wawancara. Ketika data sudah terkurnpul baru

dianalisa yng tertuang dalam bab empat.

3.3 Subjek Penelitian

penelitian menggunakan pendekatan studi kasus yang dalam proses

pengumpulan tidak ada pembatasan dalam menentukan jumlah responden.

Page 64: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

49

Sehingga peneliti harus benar-benar yakin bahwa subjek yang dipilihnya

telah memenuhi kriteria yang telah di tetapkan.

Dalam menentukan subjek penelitian peneliti menggunakan tehnik purposive

sample atau sample bertujuan, yaitu pengambilan subjek yang menurut

peneliti sangat mewakili dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Adapun

klasifikasinya adalah: santri pondok pesantren dengan usia sebelas sampai

empat belas tahun, menetap di pondok pesantren Darunnajah , baru

menetap di pondok pesantren Darunnajah maksimal satu tahun, dan santri

yang memiliki prestasi belajar di kelas dengan kriteria tinggi, sedang dan

rendah dengan rujukan dari raport sekolah.

3.6. Etika Penelitian

Etika merupakan kumpulan norma yang digunakan masyarakat untuk

mengatur anggota kelompoknya. Sedangkan etika penelitian adalah

"Norma yang digunaka oleh peneliti agar menjunjung tinggi nilai ilmiah yang berlaku. Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak meng!;Jormati, mematuhi dan mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Apabila terjadi benturan nilai, konflik, frustasi dan semacamnya akan berdampak besar pada kemurnian pengumpulan data". ( Moleong, 2002: 92)

Selanjutnya beberapa segi praktis yang perlu dilakukan peneliti dalam

menghadapi persoalan etika menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam

Moleong (2002) metodologi penelitian kualitatif, akan diuraikan dibawah ini:

Page 65: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

ketika kita berhadapan dengan orang-orang pada latar penelitian,

beritahukan secara jujur dan secara terbuka maksud dan tujuan. Hal itu

hendaknya diajukan kepada mereka yang memberikan izin, kepada pejabat

setempat, kepada subjek yang akan diamati atau diwawancarai.

50

Menghargai orang-orang yang akan diteliti bukan sebagai subjek, melainkan

sebagai orang yang sama derajatnya dengan peneliti.

Hargai, hormati, patuhi, semua peraturan, norma, nilai masyarakat,

kepercayaan, adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan, tabu yang hidup didalam

masyarakat tempat penelitian dilakukan.

Memegang kerahasiaan segala sesuatu yang berkenaan dengan informasi

yang diberikan oleh subjek. Jika informasi yang diberikan oleh mereka tidak

dikehendaki untuk dipublikasikan, hendaknya peneliti menghormatinya.

Nama- nama subjek juga sebaiknya tidak disebutkan dalam laporan

penelitian kecuali jika subjek tidak berkeberatan. Atau jika dipandang perlu,

nama-nama tersebut diganti dengan nama lain atau inisial.

Menulis segala kejadian, peristiwa, cerita, dan lain-lain secara jujur, benar

dan nyatakanlah sesuai aslinya. Memoles atau "memproses data dalam

pabrik" ataupun "mengubah data" akan merupakan dosa terakhir bagai

seorang ilmuwan (Bogdan dan Biklen, 1982: 50; maleong , 2002: 93) .

Page 66: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren
Page 67: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

BAB4

HASIL PENELITIAN

Pada bab empat ini peneliti akan memaparkan hasil pengolahan data yang

meliputi ga'mbaran umum subjek penelitian, riwayat kasus, analisis kasus

dan perbandingan antar kasus.

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subyek seluruhnya berjumlah tiga orang. Usia subjek

rata-rata dua belas tahun. Usia dua belas tahun menurut Hurlock adalah

masa kanak-kanak akhir yang merupakan usia berkelompok

"Pada usia ini ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bi/a tidak bersama teman-temannya . anak tidak lagi puas bermain di rumah atau dengan saudara-saudara kandung atau melakukan kegiatan anggota keluarga. Anak ingin bersama teman-temannya dan akan merasa kesepian bi/a tidak bersama teman-temannya" (Hurlock, 1980 h 155-156)

inti dari pada perkembangan pada masa ini adalah penyesuaian diri anak

terhadap kelompoknya, sehingga anak akan berusaha mati-matian agar

diterima oleh kelompoknya hal inilah yang membuat anak akan

menghabiskan waktu, bermain bersama teman-temannya dan rnengikuti

standar yang di tetapkan oleh kelompoknya sehingga terkadang

mengabaikan standar dari orang tuanya.

Page 68: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

52

Pada penelitian ini nama-nama subyek diganti dengan nama tokoh-tokoh

pewayangan untuk menjaga kerahasiaan subyek yang merupakan kode etik

penelitian. Pada tabel 4.1. dibawah ini diuraikan gambaran umum subyek.

Tabel 4.1

No Nam a Usia Jen is Anak ke Asal sekolah

kelamin

1. Bi ma 11 tahun Laki-laki 6 dari 11 Ml Nurul

3 bulan bersaudara hidayah

Jeruk purut

3 Laksmana 11 tahun Laki-laki 1 dari 4 SD kenari

2 bulan bersaudara 08 pagi

4. Yudhistira 12 tahun Laki-laki 3 dari 7 Ml

bersaudara Darunnajah

4.2. Riwayat dan analisis kasus.

4.2.1. ldentifikasi dan latar belakang subyek masuk pondok pesantren

Penelitian ini berusaha mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

penelitian , yaitu bagaimana cara santri baru menyesuaikan diri dengan

kegiatan-kegiatan yang ada di pesantren, masalah masalah apa saja yang

Page 69: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

timbul ketika mereka mulai menjalani kehidupan di pesantren serta faktor­

faktor apa yang mempengaruhi penyesuaian diri mereka.

Bi ma

Sima merupakan anak ke-enam dari sebelas bersaudara saat ini usia Sima

belum genap dua belas tahun. Sima mempunyai kulit yang putih bersih,

tubuhnya terlihat kecil dengan tinggi badan sekitar seratus empat puluh

centimeter. Ayahnya adalah seorang pegawai sedangkan ibunya adalah

seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan S 1.

Saat diwawancara Sima mengenakan kemeja dan celana panjang, ia juga

terlihat sangat rapih. Dahulu sebelum masuk pesantren ia lebih suka

memakai kaos dan celana pendek, sekarang ia lebih senang mengenakan

baju koko dan celana panjang atau sarung, Sima ketika masuk pesantren

sudah biasa memakai sarung karena ayahnya sudah mengajarkannya

memakai sarung ketika di SD. Mengomentari perubahan gaya

berpakaiannya Sima mengatakan bahwa itu terjadi karena peraturan serta

suasana lingkungan.

Sima pertama kali mengetahui tentang pondok pesantren dari kakaknya

yang kebetulan juga pernah bersekolah di pondok pesantren Darunnajah.

Pada awalnya Sima sudah mempunyai keinginan untuk masuk pesantren,

tetapi karena terpengaruh oleh teman-temannnya yang mengajak untuk

53

Page 70: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

54

masuk ke SMP membuat Sima menolak untuk masuk pesantren. Hal ini

membuat kakaknya harus membujuk Sima terlebih dahulu agar mau masuk

ke pesantren, Sima diberi pengetahuan mengenai pesantren yang akhirnya

membuat Sima memilih untuk masuk pesantren setelah lulus dari Madrasah

lbtidaiyah.

Sima mau masuk pesantren karena ia ingin melanjutkan sekolah keluar

negeri ia beralasan di pesantren ada program bahasa serta ada kesempatan

beasiswa bagi siswa yang berprestasi untuk belajar di luar negeri. Kini

setelah masuk di dalam pondok pesantren Sima mempunyai keinginan agar

setelah keluar dari pesantren ia bisa membantu orang tuanya.

Pertama kali membaca peraturan yang ada di pesantren Sima merasa berat

dan ia meragukan apakah ia bisa mengiku!i peraturan tersebut, namun

setelah menjalani selama kurang lebih dua bulan ia merasa biasa saja

bahkan ia merasa nyaman dengan peraturan -peraturan yang ada. la

merasakan bahwa dengan adanya peraturan ia merasa segalanya menjadi

lebih teratur, ia juga merasa bahwa ia !idak lagi bertindak semaunya sendiri.

Pada awal masuk pesantren Sima sering merasa kangen dengan rumah

karena orang tuanya menjenguk satu minggu sekali, sehingga bila ia merasa

"indu ia sering menelpon ke rumah dan meminta orang tuanya untuk

Page 71: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

55

menjenguk. Bima merasa senang sekali saat orang tuanya menjenguk Bima

karena saat itu Bima dapat melepas kerinduan terhadap orang tuanya dan

mendapatkan uang saku. Bima juga menelpon orang tuanya saat sakit,

tetapi sebelumnya ia akan pergi ke klinik pesantren dahulu bila sakitnya tidak

terlalu berat, biasanya teman-temannya akan merawatnya. Namun bila dirasa

Penyakitnya agak berat Bima akan menelpon orang tuanya.

Kegiatan Bima diawali sejak pukul empat kurang lima belas menit, ia harus

bangun pagi untuk melaksanakan shalat subuh, menurut Bima paling berat

adalah untuk bangun shalat subuh. la harus bangun pagi sekali sehingga

tak heran pada awal bermukim di pesantren ia jarang bangun sendiri, ia

selalu dibangunkan oleh keamanan. Sekarang sesekali Bima sudah mulai

bisa bangun sendiri tanpa harus dibangunkan oleh keamanan terlebih

dahulu.

Bima termasuk santri yang selalu tepat waktu saat shalat biasanya ia sudah

ada di masjid sebelum adzan, biasanya sambil menunggu waktu shalat ia

kan melaksanakan shalat sunnah dan membaca Qur,an. Bima merasa

ketika masuk pesantren ia sudah bisa mengaji karena ia sudah bisa mengaji

sejak usia 8 tahun, ternyata banyak sekali bacaan-bacaannya yang masih

salah terutama pada makhraj hurufnya. Hal itu membuat Bima selalu

Page 72: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

56

membaca qur'an paling sedikit lima ruku.t agar bacaan qur'annya semakin

lama semakin baik. Bima lebih senang membaca qur'an bersama-sama '

dibandingkan sendiri, karena menurut Bima bila bersama-sama ada ustadz2

yang akan membenarkan bacaannya bila salah.

Setelah shalat shubuh diharuskan mengikuti olah raga, ia merasa senang

dengan olah raga tetapi bila sedang tidak ingin ia lebih senang untuk mencuci

pakaian atau membaca buku di kamar karena biasanya ia mencuci sebagian

bajunya dan sebagian lagi dibawa pulang oleh ibunya untuk dicucikan di

rumah. Bima akan menjadi sangat bersemangat bila bermain sepak bola saat

olahraga karena ia sangat menyukai permainan tersebut. la merasa senang

dengan sepak bola karena pemainnya banyak , selain agar badannya sehat

ia juga bisa, mendapatkan banyak teman saat bermain sepak bola. Bila

lapangan yang biasa ia gunakan bermain sepak bola sedang dipakai

biasanya ia akan menunggu giliran atau bergabung dengan kakak kelas.

Meskipun memiliki banyak teman ia mempunyai seorang sahabat yang

sangat dekat dengannya yaitu Fu'ad. la merasa nyaman berteman baik

dengan Fu'ad karena menurutnya Fu'ad baik, serta tidak pernah marah.

Menjelang waktu makan biasanya ia akan mencari Fu'ad atau Fu'ad yang

mencarinya. Bila Bima memiliki masalah biasanya ia kan berusaha

1 Ruku' : batas pembahasan ayat dalam AJ-Quran 2 ustadz : guru dalam bahasa Arab

Page 73: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

menyelesaikan sendiri terlebih dahulu, bila masalah tersebut tidak

terselesaikan ia akan meminta bantuan Fu' ad atau ustadz yang dekat

dengannya yaitu ustadz lwan.

57

Sekolah masuk pukul tujuh kurang lima belas, biasanya setelah olah raga

Bima langsung mandi, ia rela antri lebih lama agar bisa mandi dekat keran

karena tempat itu lebih bersih. Setelah antri mandi Bima akan antri untuk

makan, pada awalnya Bima sering merasa kesal ketika antri, tetapi untuk

sekarang ia sudah terbiasa antri meskipun antriannya cukup panjang Bima

tetap antri sampai dapat giliran. Hal yang ia tidak sukai saat antri adalah bila

ada temannya yang baru datang langsung "nyelak", biasanya ia akan

langsung menegur temannya itu, hal ini mungkin karena ia tidak pemah

memotong barisan.

Bima termasuk anak yang gampang dalam hal makanan, mesk.ipun

terkadang menunya tidak ia sukai ia akan tetap makan-makanan tersebut,

karena ia hanya diberikan uang saku sekitar lima belas ribu untuk satu

minggu. Bima sering kehabisan uang saku, biasanya uang itu habis

digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang ia ikuti dan untuk jajan. Biasanya

bila kehabisan uang, ia akan meminjam kepada temannya atau menelpon

orang tuanya. Hal itu yang membuat kakak Bima mengajarkan Bima untuk

mengatur uang saku dengan cara menjatahkan uang jajan perhari, sehingga

Page 74: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

58

ia hanya boleh jajan sebanyak uang yang sudah ditentukan. Ternyata hal itu

cukup berhasil, saat ini Bima sudah bisa menabung dari sisa uang jajannya

tersebut. Dari tabungan tersebut ia bisa mengikuti kegiatan-kegiatan tanpa

harus meminta uang dari orang tuanya, bahkan ia bisa meminjamkan uang

kepada temannya bila ada temannya yang kurangan.

T erhadap pelajaran di pondok pesantren Bima sudah tidak asing lagi karena

ia berasal dari madrasah lbtidaiyah. Pelajaran yang disukai Bima adalah

pelajaran Bahasa, Matematika dan Fisika. la seorang siswa yang berotak

sangat cemerlang ini terbukti dari ranking yang didapatnya menduduki lima

besar dikelas. Untuk mencapai hal itu bukanlah hal yang mudah Bima selalu

belajar setiap malam mulai pukul delapan sampai jam sepuluh malam Bima

lebih suka belajar dengan ustadz di masjid karena bila ada yang salah ada

ustadz yang akan membenarkan, ia juga selalu meluangkan waktu setiap hari

selama dua jam untuk membaca.

Dalam berbahasa Bima lebih menyukai berbahas arab karena ia merasa

lebih mengenal dengan bahasa arab, tetapi itu bukan berarti Bima tidak bisa

berbahas inggris, karena saat minggu bahasa inggris ia tetap berkomunikasi

dengan teman-temannya menggunakan bahasa inggris. Keahliannya dalam

berbahasa tentu mendukungnya dalam pelajaran pidato, ia saat ini sudah

bisa berpidato dalam dua bahasa, dan tentunya ia sangat menyukai pidato

Page 75: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

59

dalam bahasa arab. Pada masa awal masuk Sima sering mendapatkan

hukuman dari bagian bahasa karena ia sering menggunakan kata "gua" atau

"elu" , saat ini ia sudah tidak pernah lagi mendapatkan hukuman dari bagian

bahasa. Sima juga tidak pernah mendapatkan hukuman dari bagian

keamanan gejak awal masuk pesantren. Hukuman tidak pernah didapat

karena Sima termasuk anak yang taat pada peraturan , termasuk dalam hal

membereskan kamar. la selalu membereskan tempat tidur setelah bangun

tidur, hal yang pada awalnya ia lakukan karena takut dihukum. Tetapi kini ia

melakukan hal itu karena ia sudah terbiasa dengan tempat yang bersih dan

rapih.

Jadwal Bima di pesantren sangat padat dari pagi hingga sore, ia termasuk

anak yang cukup aktif, ia juga mengikuti dua kegiatan ekstrakurikuler

sekaligus yaitu pramuka dan tapak suci, ia mengikuti kegiatan tersebut

dengan tujuan agar dapat menambah nilai. Disamping itu ia juga berharap

dengan mengikuti pramuka ia dapat membaca sandi, sedangkan untuk

ekstrakurikuler tapak suci ia berharap bisa menjaga kesehatan dan jaga diri.

Jadwal Sima yang padat mengakibatkan antara kegiatan yang satu dengan

yang lainnya bentrok. Siasanya Sima akan mendahulukan kegiatan yang

berhubungan dengan pelajaran terlebih dahulu.

Page 76: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

' '

60

Kegiatan Bima berakhir pukul sepuluh malam. Biasanya mudabbir-nya yang

akan mengingatkan dia untuk tidur. Bima akan berusaha untuk tidur

meskipun belum bisa tidur, Karena ia pernah tidur di kelas. Hal itu terjadi

karena ia kurang tidur.

Laksmana

Laksmana seorang remaja berusia sebelastahun dua bulan, ia merupakan

anak sulung dari empat bersaudara. Laksmana bertubuh agak gemuk

dengan tinggi badan 150 cm. Laksmana berku/it putih, pipinya agak tembem,

dengan hidung mancung .. sehingga ia terlihat seperti seorang anak mama

yang manis. Ayah Laksmana seorang wiraswasta yang bergerak dibidang

perniagaan, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Pendidikan

terakhir kedua orang tuanya adalah sarjana.

Awai Laksamana mengetahui tentang pesantren dari om-nya yang

merupakan alumni dari pesantren Darunnajah. Laksmana saat itu tidak

mempunyai keinginan sama sekali untuk masuk ke pondok pesantren, hal ini

karena Laksmana mempunyai persepsi yang salah tentang pesantren. Pada

awalnya ia berpikir bahwa pesantren adalah tempat yang kotor, jorok dan

berisi anak-anak yang naka/, tetapi hal itu sirna ketika orang tuanya

1 mudahhir: pembimbing kamar

Page 77: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

61

lihat jauh berbeda dari apa yang ia bayangkan. Setelah itu ia berubah pikiran

dan menerima tawaran kedua orang tuanya untuk masuk pesantren.

Motivasi Laksmana masuk pesantren adalah untuk belajar agama, dan dapat

mampu berbahasa dengan lancar baik itu bahasa Arab maupun bahasa

lnggris. Sama halnya dengan Bima, Laksmana pun berkeinginan untuk

melanjutkan belajarnya keluar negeri, namun bedanya Bima belajar keluar

negeri apabila ia mampu berprestasi di pesantren, sedangkan Laksmana

melanjutkan belajar keluar negeri atas janji ibunya yang akan menyekolahkan

Laksmana keluar negeri apabila ia berprestasi.

Ketika pertama kali disosialisasikan peraturan pesantren Laksrnana menjadi

tidak betah dan takut. Namun sekarang ia merasa lebih baik karena ia

berkesimpulan bahwa yang membuat ia tidak betah dan takut bukan

peraturan tetapi perasaan kita ketika melanggar jadi apabila tidak melanggar

peraturan maka tidak akan merasa takut dan tertekan. Ketika ditanya

Laksmana pernah melanggar atau tidak, la menjawab pernah melanggar dua

kali jenis pelanggarannya yaitu berbahasa daerah sehingga ia mendapat

hukuman botak. Lewat proses belajar dari pengalaman inilah ia mengetahui

bagaimana caranya menghadapi peraturan sehingga ia tidak merasa takut

dan merasa tertekan.

Page 78: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

Pada awal masuk pesantren ia merasa rindu dengan kamarnya di rumah,

menurutnya ia tidak bisa tidur karena lampunya terang dan apabila

62

lampunya ia, matikan maka ia akan dihukum karena terkait dengan peraturan

bagian keamanan untuk tidak mematikan lampu ketika tidur malam. Selain itu

juga ia rindu dengan orang tuanya, karena selama ini ia tidak pernah

menginap di tempat lain selain dengan orang tuanya. Dan apabila sedang

rindu dengan orangtuanya maka ia akan menelpon dan meminta orang

tuanya untuk datang menjenguk. Laksmana sangat senang sekali ketika

orang tuanya datang menjenguknya karena dengan begitu ia dapat melepas

kerinduan dengan kedua orang tuanya. Namun setelah enam bulan orangtua

Laksmana mulai jarang menjenguk dan apabila menjenguk sebulan sekali

serta dalam memberi jajan orangtuanya pun langsung memberi dalam jangka

waktu sebulan. Kadang Laksmana merasa kesal dengan orang tuanya

sehingga lebih baik tidak datang, karena apabila orang tuanya datang

biasanya Laksmana akan dimarahi, sehingga ia lebih memilih pembantunya

yang datang dibanding dengan orang tuanya.

Laksmana biasanya akan memeriksakan diri ke dokter pesantren sebulan

sekali, namun apabila ia sedang tidak enak badan maka ia akan berobat

sampai ia sembuh, dan apabila sakitnya dirasakan berat maka ia akan

menelpon orangtuanya.

Page 79: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

'

63

Laksmana termasuk anak yang aktif, itu terbukti dengan 5 jenis kegiatan

yang ia ikuti antara lain PRAMUKA, tapak suci, teater, jam'iyatul mubalighiin4,

dan klub olah raga wall climbing. la mengikuti kegiatan tersebut dengan

harapan ia dapat mandiri dan lebih terfokus dengan kegiatan di pesantren

dari pada ia bengong dan diam. Ketika PRAMUKA ia lebih suka belajar sandi

dan morse serta tali temali dibandingkan baris-berbaris, sedang pada tapak

suci ia berharap dapat menjaga dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada

orang lain ketika ia diserang orang, ia lebih suka belajar jurus yang

menggunakan tangan kosong dibanding dengan yang menggunakan alat. la

juga termasuk anak yang menyukai seni, sehingga ia juga mengikuti teater

tropis. Ketika awal masuk pesantren ia pernah diminta untuk pidato namun

ketika itu ia tidak bisa sehingga ia merasa malu, dari situlah ia mulai belajar

pidato dan mengikuti klub pidato. Dalam berpidato ia lebih suka

' menggunakan bahasa Indonesia karena menurutnya ia bisa lebih memahami

apa yang ia bicarakan. Dalam berolah raga ia lebih menyukai olah raga yang

menantang maka ia masuk klub wall climbing, menurut dia dengan ikut

olahraga tersebut badannya akan lebih lentur dan lebih kuat sehingga tidak

mudah sakit,. Menurut dia apabila da kegiatan yang bentrok maka ia akan

memilih yang terpenting, misalkan pada PRAMUKA ada kenaikan tingkat

sedangkan pada tapak suci hanya latihan biasa maka ia akan memilih

pramuka dan meminta izin pada pelatih untuk mengukuti latihan PRAMUKA.

4 klub pidato

Page 80: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

64

Kegiatan Laksmana bangun pagi pada pukul empat kurang lima belas WIB.

la bangun pagi untuk melaksanakan shalat shubuh, ketika pertama kali

bangun shubuh ia merasa kesal karena biasanya paling pagi ia dibangunkan

jam setengah enam oleh orang tuanya. Untuk bangun shubuh sampai

sekarang ia masih dibangunkan oleh kakak kelasnya karena biasanya ia baru

tidur jam sebelas atau jam dua belas malam, sehingga pada waktu shubuh ia

masih terasa mengantuk, dan sering terlambat untuk berangkat kemasjid

pada waktu shubuh. Karena sering telat untuk bangun sholat subuh,

membuat Laksmana tidak sempat untuk membereskan tempat tidurnya

terlebih dahulu. Sehingga ia membereskan tepat tidurnya setelah shalat

shubuh.

Laksmana sebenarnya termasuk orang yang tepat waktu biasanya ia hanya

terlambat untuk pergi kemasjid hanya waktu shalat shubuh. Sedangkan untuk

shalat yang lainnya biasanya ia berangkat sebelum iqomah. Laksmana

belajar mengaji dari neneknya, om dan ustadz private yang didatangkan oleh

orang tuanya ke rumah. Sehingga ketika masuk pesantren ia sudah mampu

membaca Al-Quran dan mampu menghapal surat yang pendek kurang lebih

sebanyak sepuluh surat pendek. Menurutnya ia lebih suka mengaji bersama

ustadz karena apabila ada bacaannya yang salah maka ustadz akan

memberitahu bagaimana cara membaca yang benar.

Page 81: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

Setelah mengaji biasanya ia di haruskan untuk berolah raga tetapi apabila

malas berolah raga maka ia akan membaca buku atau membereskan buku

pelajaran untuk sekolah setelah itu bergegas untuk mandi. Pada awalnya

Laksmana mencuci dan menyetrika pakaiannya sendiri namun apabila ia

mencuci sendiri pakaiannya ia sering kehilangan pakaiannya tersebut,

sehingga ia, memutuskan untuk mencuci di laundry atau dibawa pulang

sebulan sekali.

65

Laksmana mempunyai dua teman akrab yaitu Saddam dan Dias, ia suka

berteman dengan Saddam dan Dias karena mereka baik , humoris, tidak

pemarah, tidak nakal dan bisa jaga rahasia, Sehingga tidak jarang ia

menceritakan masalahnya kepada kedua temannya itu. Apabila masalahnya

mudah maka ia akan menyelesaikan masalahnya sendiri sedangkan apabila

masalahnya berat maka ia akan meminta bantuan kedua temannya atau

meminta bantuan ustadz, ustadz yang paling sering ia minta bantuan adalah

ustadz Udin karena menurutnya ustadz Udin baik dan perhatian terhadap

anak muridnya.

Biasanya Laksmana masuk sekolah pada jam tujuh kurang lima belas,

biasanya setelah membereskan buku, Laksmana langsung mandi. Laksmana

biasa mandi di tempat yang kosong dan bersih, jadi baginya lebih baik mandi

Page 82: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

di tempat kosong dan bersih dari pada di tempat yang yang ada kerannya

namun antri, tetapi apabila airnya kurang maka ia lebih memilih antri dari

pada sakit gatal. Sehabis mandi biasanya ia langsung antri makan, pada

awalnya ia merasa risih dan kesal karena harus antri mengambil makan

sehingga terkadang ia "menye/ak" temannya tetapi sekarang sudah tidak

lagi. Ketika makan biasanya Laksmana melihat menunya terlebih dahulu,

apabila menu makanannya tidak ia sukai maka biasanya ia membeli di

kantin pesantren.

Hal ini bukanlah masalah yang besar bagi laksamana karena ia

mendapatkan uang saku sebesar seratus enam puluh ribu rupiah perbulan,

yang berarti dalam satu minggu ia mendapatkan uang saku sebesar empat

puluh ribu Pada awal masuk ia sering kekurangan, hal ini terjadi karena ia

sering ikut kegiatan-kegiatan yang ada serta Laksmana termasuk boros

dalam jajan. Hal itu berlangsung tidak lama karena setelah itu ibunya

menyarankan agar uang bulanan yang diberikan hanya untuk jajan saja

sedangkan uang untuk ikut kegiatan diberikan lagi oleh ibunya oleh ibunya.

Laksamana terbiasa tidur sekitar pukul sebelas sampai pukul duabelas

malam karena ia belajar hingga pukul sebelas malam. ketika belajar ia lebih

senang belajar sendiri dari pada belajar dengan ustadz karena menurutnya

bila ia belajar dengan ustadz ia tidak bisa berkonsentrasi, maklumlah bila

66

Page 83: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

dengan ustadz ia belajar beramai-ramai dengan teman-temannya yang

lruku'sehingga konsentrasinya berkurang.

Yudhistira

Yudhistira saat ini berusia dua belas tahun ia merupakan anak ke tiga dari

tujuh bersaudara. Yudhistira mempunyai kulit coklat gelap dengan tinggi

badan sekitar seratus empat puluh lima cm, tubuhnya agak kecil dengan

mata yang besar dan hidung agak pesek. Ayah dari Laksmana

berpendidikan SMP, sedangkan ibunya berpendidikan SD. Saat ini mereka

mempunyai usaha perniagaan dibidang pertekstilan.

Sama halnya dengan Bima, Yudhistira mengetahui tentang pesantren dari

kakaknya yang memang merupakan alumni Darunnajah. Yudhistira sendiri

tamatan Ml Darunnajah, sehingga keinginan ia untuk masuk persantren

sangat kuat. la berfikiran bahwa dengan masuk pesantren ia akan

mempunyai banyak teman serta mendapatkan pengalaman yang

menyenangkan. Hal ini sangat didukung oleh kedua orangtuanya yang

memang menginginkan anaknya untuk masuk pesantren.

Saat Yudhistira melihat peraturan untuk pertama kali Yudhistira merasa

kaget, was-was serta takut perasaan itu bercampur jadi satu. Setelah itu ia

mulai merasa nyaman dengan adanya peraturan karena ia termasuk anak

67

Page 84: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

yang sering dijahili oleh teman-temannya. Dengan adanya peraturan teman­

temannya tidak bisa menjahili ia lagi.

68

Hal lain yang membuat Yudhistira nyaman selain peraturan adalah saat

orang tuanya menjenguk, ia merasa sangat senang ketika bertemu dengan

orang tuanya orang tuanya. Bila orang tuanya belum menjenguk tetapi

Yudhistira sudah merasa kangen biasanya ia akan menelpon orang tuanya

atau menjenguk. Biasanya orang tuanya menengok empat sampai lima kali

sebulan, sedangkan ia biasanya pulang kerumah satu bulan sekali. Lain

halnya bila ia sakit, biasanya bila ia sakit ia akan istirahat di kamar dan

dirawat oleh mudabbir. Bila merasa sakitnya cukup berat ia akan pulang

kerumah. Hal itu akan dia lakukan terhadap temannya yang sakit, biasanya ia

akan membantunya merawat dengan mengambilkan makanan dan menelpon

orangtua temannya jika sakit temannya itu cukup parah.

Yudhistira tidak mempunyai jadwal kegiatan yang tertulis, tetapi ia sudah

terbiasa dengan rutinitas yang ia jalani sehari-hari. Kegiatannya diawali sejak

pukul empat kurang lima belas dengan bantuan kentongan dari mudabbir­

nya, setelah bangun ia langsung menuju masjid untuk shalat. Setelah selesai

shalat shubuh apabila tidak ada olah raga ia biasanya akan tidur kembali.

Bila ia tidak bisa tidur kembali ia akan membereskan buku, mandi kemudian

makan. Yudhistira lebih menyukai antri dari pada mendapat tempat yang

Page 85: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

69

kotor, meskipun itu kemungkinan akan berakibat ia kehabisan makanan atau

terlambat sekolah.

Dalam urusan makan, bila menunya tidak sesuai ia lebih memilih untuk

makan di kantin sebelum ia berangkat sekolah. Tidak heran jika uangnya

paling banyak dihabiskan untuk jajan. la biasa mendapat uang saku sebesar

dua puluh lima ribu rupiah untuk seminggu. Biasanya uang tersebut diberikan

oleh orangtuanya saat menjenguk Yudhistira. Karena boros Yudhistira sering

kehabisan uang, namun saat ini tidak lagi karena ia sudah di ajarkan oleh

kakaknya untuk mengatur uangnya agar cukup untuk satu minggu. Hal yang

masih jadi kebiasaan buruk Yudhistira adalah tidur di kelas. la sering tertidur

di kelas .saat jam-jam pelajaran terakhir, atau ketika pelajarannya menu rut

, Yudhistira tidak enak yaitu pelajaran matematika atau fisika. Sedangkan '

pelajaran favoritnya adalah sejarah dan kebudayaan Islam.

Untuk kegiatan di luar pelajaran sekolah ia mengikuti ekstrakurikuler pramuka

dan tapak suci, ketika ditanya kenapa memilih dua ekstrakurikulertersebut ,

Yudhistira mengatakan ia ingin belajar beladiri dengan menggunakan senjata

dan belajar mengenai tali temali dan morse. Dan ketika kedua kegiatannya

bentrok ia akan memilih yang lebih penting.

Page 86: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

70

Dalam berbahasa Yudhistira lebih menyukai bahasa arab karena menurutnya

bahasa Arab itu lebih mudah dan lebih "familier' dibandingkan dengan

bahasa lnggris. Saat minggu bahasa lnggris Yudhistira lebih banyak diam,

hal itu membuat Yudhistira tidak pernah melanggar bahasa. Kesukaannya

pada bahasa arab sedikit banyak mempengaruhi keahlian yudhisitra dalam

berpidato, ia lebih suka berpidato dalam bahas arab dibandingkan bahasa

inggris. Tetapi bahasa yang paling ia sukai adalah bahasa Indonesia,

Yudhistira lebih sering melanggar bagian pengajaran seperti bercanda di

masjid, bercanda saat shalat dan tidak menggunakan peci. Hal itu

mengakibatkan rambutnya tidak pernah panjang atau selalu cepak, namun

hal itu berlangsung saat ia masih baru masuk pesantren saat ini ia sudah

tidak pernah terkena hukuman lagi.

Seperti santri santri lainnya Yudhistira diharuskan membaca Qur'an sehabis

shalat. Biasanya ia membaca empat sampai lima ruku', awalnya ia agak

kesulitan dengan tata cara membaca Al-Qur'an terutama dalam hal tajwid

atau hukum bacaan. Namun berkat bimbingan dari ustadz iwan halwani ia

sudah bisa membaca qur'an dengan lebih baik.

Dalam berteman Yudhistira termasuk anak yang supel dan mudah bergaul, ia

mempunyai dua teman akrab yaitu ismet dan asir karena teman-temannya itu

humoris dan tidak pernah jahil terhadapnya. Keduia temannya itu pula yang

Page 87: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

71

pertamakali ia ceritakan ketika ia mendapatkan masalah. Bila tidak

: mendapatkan pemecahan masalah dari temannya biasanya ia akan langsung

bercerita kepada mudabbirnya.

Bila malam hari tiba Yudhistira tidak lupa untuk belajar, ia biasa belajar pukul

delapan malam sampai jam sepuluh malam. la lebih menyukai belajar ,

dengan ustadz karena ada tempat untuk bertanya. Setelah selesai belajar ia

langsung menuju tempat tidur untuk beristirahat dan bersiap untuk menjalani

kegiatan pada keesokan harinya.

4.2.2. Kesimpulan

Dari ketiga subyek penelitian hanya satu orang yang merupakan anak

pertama yaitu Laksmana, sedangkan dua orang lainnya merupal<an anak

tengah. Pendidikan orang tua dari subjek penelitian adalah sarjana kecuali

orang tua Yudhistira yang ayahnya berpendidikan SMP dan ibunya

berpendidikan SD.

Motivasi awal untuk masuk pondok pesantren pada Bima awalnya sudah

timbul dari dirinya sendiri, karena ia sering mendengar cerita dari kakaknya

betapa menyenangkan pesantren itu. Bima juga berfikir bahwa ia bisa

mendapatkan banyak teman serta dapat keluar negeri bila ia masuk

pesantren, namun karena saat itu teman-temannya mempengaruhi untuk

Page 88: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

masuk SMP ia jadi ikut-ikutan ingin masuk pesantren. Ternyata bujukan

kakaknya lebih kuat dari pada pengaruh teman-temannya.

72

Lain halnya dengan Sima yang sejak awal sudah bercita-cita untuk masuk

pesantren, Laksmana pada awalnya sama sekali tidak pernah berfikir untuk

masuk pondok pesantren. la pertama kali mengetahui mengenai pesantren

dari om-mya yang merupakan alumni Darunnajah. Laksmana saat itu

mempunyai asumsi bahwa pesantren adalah tempat buangan untuk anak­

anak yang nakal ia juga berfikir bahwa pesantren adalah tempat yang kotor

dan kumuh.

Dari ke tiga subyek yang terlihat mempunyai kemauan yang kuat untuk

masuk pesantren adalah Yudhistira. Hal ini terjadi karena kakaknya yang

merupakan alumni Darunnajah dan ia sendiri berasal dari Ml Darunnajah.

Melihat kegiatan kakaknya dan kegiatan yang ia lihat sehari-hari ternyata

menarik mi,natnya untuk masuk pesantren.

Motivasi yang dimiliki Sima bisa dibilang cukup kuat karena ia mampu

menyesuaikan diri secara cepat dengan kegiatan pesantren. Dalam hal

peraturan pesantren hanya pada awal masuk pesantren saja ia terkena

sanksi itupun bukan sanksi yang berat, selanjutnya ia hampir tidak pernah

Page 89: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

73

melanggar. Rasa kangen dengan orang tuanya pun bisa ia atasi dengan cara

menelpon orang tuanya.

Dalam hal kemampuan mengatasi stress dan kecemasan, kita dapat melihat

bahwa dari ke tiga subyek hanya dua orang yang mampu mengatasi rasa itu

yaitu Bima dan Laksmana. Sedangkan pada yudhistira ia mengalami

discomfort atau ketidak nyamana dengan lingkungan sekitarnya terutama

teman-temannya. lni terlihat dari pernyataannya yang mengatakan bahwa ia

sering merasa cemas karena selalu menjadi bahan ejekan oleh teman­

temannya. Hal itu membuat ia merasa tidak betah, hal yang membuat ia

bertahan adalah karena ia memiliki seorang teman baik yang selalu

membelanya bila ia sedang diganggu oleh teman-temannya yang lain.

Persepsi yang akurat terhadap realitas, bisa kita lihat pada Bima ketika

motivasi awal ia adalah keinginan untuk bisa keluar negeri. Hal itu belum

memungkinkan untuk saat ini sehingga ia harus memodifikasi tujuannya

menjadi belajar dengan tekun sehingga mendapatkan nilai yang bagus

dengan harapan agar prestasinya yang bagus bisa memudahkan atau

mewujudkan cita citanya belajar ke luar negeri.

Pada ketiga subyek kemampuan untuk mengekspresikan perasaan terlihat

baik. Hal ini dapat kita lihat pada saat mereka dijenguk orang tua mereka

Page 90: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

74

merasa senang, dan bila mereka melanggar peraturan mereka cukup

khawatir memikirkan sanksi yang akan didapat oleh mereka. Pada ketiga

subyek tidak terlalu berlebihan dalam mengekspresikan perasaan.

Hubungan ii1terpersonal ketiga subyek pada dasarnya bagus, hanya

yudhistira yang interpersonalnya kurang bagus. Hal itu terjadi bukan karena

keinginanya sendiri, hal itu karena ia selalu menjadi bahan ejekan atau

celaan saat bermain atau bergaul dengan teman-temannya, sehingga ia

merasa hanya mempunyai seorang teman yang baik yang benar-benar dapat

dipercaya.

4.3. Analisis antar kasus

Selanjutnya pada bagian ini akan dilakukan analisis antar kasus setelah

pada bagian sebelumnya sudah dilakukan analisis intern kasus. Pada skema

di bawah ini komponen dari masing masing kasus dimasukkan ke dalam

skema sehingga nantinya akan terlihat perbedaan, persamaan, hal yang

saling melengkapi serta hal yang saling bertolak belakang.

Tabel 4.2

Komponen Bi ma Laksmana Yudhistira

Berasal dari madrasah ibtidaiyah x - x

Masuk pesantren atas kemauan sendiri x - x Mengetahui tentang pesantren sebelum masuk x x x

Page 91: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

75

Sudah bisa shalat sendiri x x x

Sering terlambat ke masjid - x -

Sudah bisa mengaji dengan lancar x x x Pernah melanggar peraturan x x x Lebih suka belajar dengan ustadz x - x Prestasi bagus di sekolah x - -Mempunyai teman dekat x x x Sering terlambat masuk sekolah - - x

Sering tidur di kelas - x x Sering menyisakan uang jajan x x -Lebih menyukai bahasa Arab x - x Lebih menyukai bahasa inggris - x -Orang tua menjenguk satu minggu sekali x - x Dekat dengan ustadz x x x Selalu makan makanan dari pesantren x - -kemampuan mengatasi stress dan kecemasan x x x

' ' persepsi yang akurat terhadap realitas x x x citra diri positif x x x kemampuan mengekspresikan perasaan x x x mempunyai hubungan interpersonal yang baik - - x discomfo1i x - -bizarreness ,

- - -

inefficiency - - -

Page 92: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren
Page 93: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

BABS

PENUTUP

Pada bab lima ini peneliti akan menyajikan diskusi-diskusi mengenai hasil

yang sudah diperoleh dari penelitian, serta rekomendasi apabila ada yang

ingin melakukan penelitian serupa agar pada penelitian selanjutnyamenjadi

lebih baik dan data yang diperoleh menjadi lebih dalam dan akurat.

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Gambaran penyesuaian diri terhadap kegiatan di pesantren

Berdasarkan perolehan data dan analisis kasus, gambaran penyesuaian

santri baru pada umumnya mereka membutuhkan waktu yang cukup lama

uintuk menyesuaikan diri terhadap kegiatan di lingkungan pesantren. Ketika

pertama kali mereka melihat peraturan-peraturan mereka merasa peraturan

yang ada sangat berat. Mereka merasa tidak yakin bisa melaksanakan

semua itu. Lama kelamaan setelah mereka sudah cukup lama tinggal di

pesantren mereka merasa peraturan yang ada biasa saja.

Pada penyesuaian diri pada santri baru mereka banyak melakukan

perubahan tingkah laku mereka agar sesuai dengan tuntutan lingkungan.

Mereka membutuhkan waktu untuk mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang

baru untuk mereka. lni tercermin dari banyaknya pelanggaran yang mereka

Page 94: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

lakukan pada awal mereka masuk pesantren. Mereka harus merubah

kebiasan-kebiasaan mereka di rumah agar sesuai dengan lingkungan baru

mereka. Setelah lama mereka di pesantren intensitas pelanggaran yang

mereka lakukan berkurang.

5.1.2.Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri santri

77

Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri pada mereka yang pertama

adalah tuntutan dari lingkungan atau peraturan. Pada awalnya tingkah laku

mereka serta kebiasaan mereka dilakukan semata-mata untuk memenuhi

tuntutan pesantren atau peraturan yang sudah ditetapkan. Hal ini sesuai

dengan definisi penyesuaian diri menurut para ahli psikologi yang

mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah perubahan pada diri sehingga

tercapai hubungan yang serasi dengan orang-orang dan lingkungan sekitar

kita.

Faktor kedua yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah motivasi dari

dalam diri santri baru tersebut. Dua dari subyek penelitian mempunyai

motivasi untuk bisa belajar keluar negeri, sehingga pada awal masuk

meskipun mereka merasa berat dengan peraturan yang ada di lingkungan

pesantren mereka mampu bertahan dan menyesuaikan diri dengan kegiatan

dan lingkungan pesantren.

Page 95: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

78

Faktor ketiga yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah adanya seorang

mudabbir atau pendamping yang bertanggung jawab terhadap santri baru.

Kehadiran mudabbir sangat membantu santri baru untuk menyesuaikan diri

terhadap kegiatan pesantren karena dari mudabbir inilah mereka

mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang mereka butuhkan untuk

memudahkan para santri beradaptasi terhadap kegiatan maupun lingkungan

pesantren. Mudabbir juga menjadi pengganti orang tua bagi para santri, para

santri dapat belajar, bertanya dan meminta bantuan dari para mudabbir

mereka.

Faktor keempat yang mempengaruhi penyesuaian diri pada santri baru

adalah terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan para santri baik kebutuhan fisik

maupun kebutuhan psikologis. Pada kebutuhan fisik para santri sudah

dipenuhi melalui kantin yang ada di sekolah. Apabila mereka tidak tidak

menyukai makanan yang disediakan mereka bisa membelia diluar.

Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan psikologis seperti rasa dihormati

disayangi, mereka mencari pengganti keluarga mereka di rumah. Biasanya

mereka mencarinya dalam diri ustadz, mudabbir atau teman-teman mereka

yang menurut mereka baik dan bisa memahami diri mereka. Sehingga

mereka dapat mencari kasih sayang yang biasanya mereka dapatkan setiap

hari dari orang tua mereka.

Page 96: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

79

5.2. Diskusi

Hasil penelitian ini mampu menggambarkan penyesuaian diri santri baru

terhadap kegiatan-kegiatan di pondok pesantren. lni terlihat dari hasil yang

mampu dicapai oleh santri-santri baru tersebut bertahan di pondok pesantren

sampai menjelang kenaikan kelas.

Penyesuaian diri para santri tersebut berhasil jika mereka mampu memenuhi

tuntutan yang berasal dari dalam diri mereka seperti makan, minum, kasih

sayang dan tuntutan dari luar diri mereka seperti peraturan, norma agama

dan norma sosial yang berlaku di lingkungan pesantren. Pada penelitian ini

para santri baru mampu memenuhi tuntutan tersebut dengan cara yang

masuk kategori adjustment yaitu: kemampuan mengatasi stress dan

kecemasan, ketika mereka mengalami kesulitan keuangan mereka berusaha

meminjam dari teman atau menelpon orang tua untuk minta tambahan.

Ketika melanggar mereka juga mengalami rasa cemas , tetapi setelah itu

mereka sudah melupakannya dan bersikap seperti biasa kembali.

Kemampuan mengekspresikan perasaan, terlihat saat mereka merasa

kangen mereka menelpon ke rumah, dan bila dijenguk mereka merasa

senang.

Mempunyai hubungan interpersonal yang baik dan citra positif, dari ketiga

subyek penelitian ketiganya mempunyai teman baik dan mempunyai banyak

teman mereka senang berbaur dan mencari teman-teman sebanyak-

Page 97: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

banyaknya termasuk kakak kelas mereka. Bahkan mereka juga mempunyai

satu ustadz yang biasanya dekat dengan mereka.

5.3 Rekomendasi

80

Berdasarkan uraian diskusi diatas, maka penulis menganjurkan saran­

saran untuk perbaikan dan pengembangan penelitian ini selanjutnya sebagai

berikut:

Pada penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak tiga orang, pada

penelitian selanjutnya jumlah sampel dapat ditambah agar mendapatkan hasil

yang lebih baik serta lebih dapat mewakili penyesuaian diri pada semua

santri baru.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

studi kasus, sehingga penelitian ini tidak dapat dijadikan tolak ukur atau

digeneralisasikan terhadap semua santri baru di pondok pesantren. Untuk

penelitian selanjutnya dapat digunakan pendekatan kuantitatif dengan jumlah

sampel yang lebih besar.

Pada penelitian ini digunakan interview sebagai instrument pengumpul

utama, pada penelitian selanjutnya ada baiknya jika ditunjang dengan

instrumen lain seperti kuesioner atau skala sikap sebagai metode penunjang

sehingga data yang didapat lebih valid dan reliabel.

Page 98: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

DAFTAR PUSTAKA

. Arkoff, Abe. (1968). Adjustment and mental Health. New York: McGraw Hill

Book Company.

Bogdan, Robert C. & Sari Knopp Biklen, (1982), Qualitatif Research for

Education: An lntoduction to Theory and Methods, Boston: Allyn and Bacon,

· Inc. Lexy. J. Maleong, (2002) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT .

Remaja Rosda Karya.

· Calhoun, James F dan Acocella, Joan Ross (1990). A psychology of

adjustment an human relationships. Psikologi tentang penyesuaian dan

hubungan kemanusiaan. R.S. satmoko (terj) (1995). Semarang, IKIP Press.

Echols, Jhon M dan Hasan Sadily (1996). Kamus lnggris Indonesia. Jakarta:

Gramedia.

Elias, Maurice J. Tobias, Steven S. and Friedlander, Brian (1999). Emotional

inte/ligent parenting; how to raise a self-disciplined, responsible, socially

skilled child Cara efektif mengasuh anak dengan EQ; mengapa penting

membina disiplin anak, tanggung jawab, dan kesehatan emosional anak pada

masa kini. M. jauharul fuad (terj). (2002). Bandung, Kaifa.

Page 99: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

, Grascha, Anthony F. and Kirschenbaum, Daniel S, (1980). Psychology of

adjustment and competence; an applied approach, Cambridge:

Massachusetts. Winthrop publishers, Inc.

, Henri, adam. E. (1972). Psychology of Adjustment. New York: The Roland

Press Company. LTD.

1 Hurlock, B Elizabeth (1980). Developmental Psycology; A Life-Span

Approach, Fifth Edition, Psikologi Perkembangan ; Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. lstiwidayati ; Soedjarwo (terj). Jakarta,

Erlangga

, Kartini Kartono ( 1996). Pengantar metodologi riset sosial. Bandung: CV.

Mandaar Maju.

, Kerlinger. Fred N .. Foundation Of Behavioral Research ,Asas-Asas Penelitian

Behavioral. Lindung R. Simatupang (terj).1990. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

, Kristi Poerwandari. (2001). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku

Manusia. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan

Psikologi. Fakultas Psikologi Ul.Jakarta.

Page 100: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

Lazarus, Richard. S. (1969) Pattern of Adjustment. Tokyo: McGraw Hill

Kogakusha, LTD.

, Lazarus, Richard. S. (1976) Pattern of Adjustment. Third Edition. Tokyo:

McGraw Hill Kogakusha, LTD.

Lexy. J. Moleong, (2002) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

M Dawam, raharjo, Sudjoko Prasodjo, M Zamroni, M Mastuhu, Sardjono

Goenari, Nurcholish Majid (1982). Profit pesantren; laporan hasil penelitian

pesantren al falak dan delapan pesantren lain di Bogor. Jakarta, LP3S.

Marwan Saridjo. (1983). Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia. Jakarta :

Penerbit Dharma Bhakti.

, Nita Pandriani Nainggolan (2000). Penyesuaian diri dan dukungan pada

orang tua yang mempunyai anak autisma; studi kualitatif pada empat orang

tua anak . Depok ; skripsi sarjana, Fakultas Psikologi Universitas lndosesia.

Rosenthal, R and Rosnow, E (1984). Essential of behavioural research;

method and analysis, New York , McGraw Hill.

Page 101: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

Suharsimi Arikunto. (1992). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta :Rineka Cipta.

Watson, David Land Tharp, Roland G (1972). Self modification for personal

adjustment. Belmount, California, Woodsworth Publishing Company, Inc.

, Yusak Burhanuddin (1999). Kesehatan Mental. Jakarta : Penerbit Pustaka

Setia.

• Zakiyah Daradjat (1993). Kesehatan Mental. Jakarta: CV Haji Masagung.

Zamakhsyari Dhofier. (1985). Tradisi Pesantren : Studi Tentang Pandangan

Hidup Kyai. Jakarta : LP3S.

Page 102: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

DAFTAR LAMPIRAN

l. Lampiran 1 : Surat pernyataan kesediaan.

2. Lampiran 2 : Verbatim

3. Lampiran 3 : Pedoman Wawancara

4. Lampiran 4 : Pedoman Observasi

Page 103: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya :

Nama

T.T.L

Jenis Kelamin

Alamat.

Telepon

Menyatakan kesediaan ikut dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara

Rahmat lrfani yang berjudul "penyesuaian diri santri di pondok pesantren

terhadap kegiatan pesantren"

Adapun data pribadi saya dan hasil wawancara merupakan rahasia dan

semata-mata untuk keperluan skripsi. Apabila ditemukan data yang masih

kurang lengkap, saya bersedia di wawancarai kembali.

Interviewee

Nama lengkap

Jakarta Juli 2003

Interviewer

Rahmat lrfani

Page 104: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

VERBATIM WAWANCARA

Wawancara ini dilakukan di kamarnya ustadz pembimbing Bima di gedung

Rimba lantai tiga pada tanggal 25 Mei 2004. Wawancara dimulai pada siang

hari setelah makan siang. Saat itu cuaca sangat cerah dan angin bertiup

kencang sehingga suasana terasa nyaman dan memungkinkan untuk

dilakukan wawancara.

Bima merupakan anak ke enam dari sebelas bersaudara saat ini usia Bima

belum genap dua betas tahun. Bima mempunyai kulit yang putih, tubuhnya

terlihat kecil dengan tinggi badan sekitar seratus empat puluh centimeter,

dan berat sekitar tiga puluh kilogram. Ketika wawancara ia memakai baju

koko warna putih dipadukan dengan celana panjang dengan warna yang

sama. Ketika wawancara berlangsung ia terlihat begitu antusias terhadap

pertanyaan yang diajukan interviewer.

p : Kamu tahu pesantren dari siapa ?

s : Dari kakak

p : Memang kakak kamu pernah belajar di pesantren?

s ; lya dulu, pernah di sini selama enam_ tahun

p : Atas kemauan siapa sih kamu masuk pesantren ?

s : Atas kemauan sendiri

p : Ada enggak dorongan dari orang tua ?

s : Ada, dulu awalnya saya ingin masuk pesantren seperti kakak tapi

temen-temen saya banyak yang ke SMP maka nya saya jadi ingin ke

SMP, terus, kakak membujuk saya, agar saya masul< ke pesantren.

Page 105: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

Setelah itu di ceritakan mengenai pengalaman kakak saya sewaktu

di pesantren. Akhirnya saya jadi tertarik untuk masuk pesantren.

P : Alasan kamu masuk pesantren apa sih?

S : Saya ingin belajar keluar negeri.

P : Memang ada hubungannya antara belajar di sini dengan keluar

negeri?

S : kata kakak kalau saya berprestasi dan bisa bahasa Arab, saya

akan di kirim keluar negeri lewat bea sisiwa dari pesantren.

P : Oh gitu, adalagi enggak alasan kamu masuk pesantren?

S : Biar bisa Bantu orang tua?

P : Memang pekerjaan orang tua kamu apa?

S : Guru di madarasah.

P : Sekarang kakak mau tanya masalah peraturan , kamu tahu enggak

peraturan di pesantren ?

S : Tahu!

P : Apa aja?

S : Tidak boleh kabur dari pesantren, kalau ingin keluar pondok izin dulu

sama ustadz, tidak boleh merokok, harus berbahasa dan banyak lagi

kak!

P : Sekarang gimana perasaan kamu ketika pertama kali tahu peraturan

pesantren?

S : Takut, ngerasa susah ngejalaninnya, tapi pas sekarang biasa aja.

P : Kamu nyaman enggak dengan adanya peraturan pesantren?

S : Pada awalnya sih enggak tapi sekarang nyaman

P : Kenapa?

S : Karena lebih bisa teratur dan enggak semaunya sendiri

P : Ketika awal masuk kamu kan bermalam di pesantren, bagaimana

perasaan kamu ketika pertama kali bermalam di pesantren?

Page 106: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

S : Enggak betah, kangen sama orang tua di rumah, pengen ketemu

sama mama.

P : Sekarang gimana?

S : Sekarang udah enggak lagi.

P : Terus, gimana perasaan kamu ketika orang tua datang menjenguk?

S : Seneng! Jadi pengen pulang, tapi nggak boleh sama orang tua

P : Terus gimana perasaan kamu ketika orang tua kamu pulang?

S : Sedih lagi tapi enak sih dikasih uang banyak sama orang tua,

P : Terus kamu nangis enggak?.

S : Enggak, kata mama anak laki itu enggak boleh nangis.

P : Kamu pernah sakit nggak di sini?

S : Pernah, sakit demam.

P : Kaiau kamu sakit di pesantren kamu ngapain?

S : Kalau saya sakit biasanya saya pergi ke klinik terus istirahat dikamar.

T api kalau sakit saya parah saya telpon orang tua minta datang terus

pulang ke rumah.

P : Sekarang masalah kegiatan, kamu punya jadwal kegiatan harian

enggak?

S : Enggak punya.

P : Kamu bangun pagi jam berapa?

S : Biasanya saya bangun jam empat kurang lima belas menit,

P : Siapa yang bangunkan?

S : Awal-nya kakak mudabbir, tapi sekarang saya kadang bangun

sendiri.

P : Waktu di rumah kamu biasa bangun jam berapa?

S : Saya kalau di rumah bangun jam lima tiga puluh

P : Waktu pertama kali di bangunkan jam empat kurang lima belas,

gimana perasaan kamu?

Page 107: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

S : Kesel !

P : Kok kamu mau bangun?

S : Awalnya saya susah bangunnya, tapi sekarang udah biasa.

P : Pagi sebelum shubuh biasanya apa yang kamu lakukan?

S : Saya pergi ke masjid terus shalat sunnah, kalau masih ada waktu

saya ngaji Al-Quran.

P : Kalau setelah shubuh?

S : Kalau habis shubuh biasanya saya ngaji Al-quran, habis itu olah raga

mandi makan deh.

P : Kalau ngaji biasanya sendiri apa sama ustadz?

S : Kadang sama ustadz kadang sendiri?

P : Mana yang kamu suka ngaji sama ustadz apa ngaji sendiri?

S : Ngaji sama ustadz karena kalau salah ada yang benerin.

P : Kapan kamu bisa ngaji lancar?

S : Bisa ngaji dengan lancar kira-kira usia delapan tahun?

P : Berarti dari rumah udah lancar?

S : lya

P : Kalau di rumah siapa yang ngajarin?

S : Cak mul.

P : Kalau kamu ngaji berapa ruku' sih sehari?

S : Ruku' itu apa?

P : Kan, kalau kamu ngaji suka ada huruf 'ain di pinggir nya, itu

namanya ruku'. Berapa ruku' sehari?

S : Kalau sehari biasanya paling sedikit lima ruku', karena kata ustadz

saya masih kurang fasih jadi harus banyak latihan.

P : Tadi kamu bilang habis ngaji biasanya kamu olah raga. Kamu suka

olah raga apasih?

S : Sepak bola

Page 108: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

P : Kenapa?

S : Karena lebih banyak pemainnya jadi lebih asyik, udah gitu kan kalau

sepak bola banyak gerak jadi lebih sehat udah gitu jadi banyak temen,

kan pemainnya banyak

P : Sekarang begini, kamu pengen main bola tapi lapangannya di pakai

semua, gimana kamu olah raganya?

S : Biasanya saya gantian kalo nggak, ikut main aja sama tim yang

sudah ada.

P : Kamu ikut klub sepak bola nggak?

S : Nggak.

P : Kalu kamu malas olah raga ngapain?

S : Biasanya nyuci kalo nggak baca buku.

P : Kalau main bola biasanya sama siapa?

S : Sama Fuad

P : Fuad siapa?

S : Teman saya?

P : Kenapa kamu berteman sama Fuad?

S : Dia orangnya baik, enggak pemarah dan bisa dipercaya.

P : Terus, kalau kamu ada masalah cerita sama dia?

S : Biasanya saya cerita sama dia tap,i kalau dia enggak bisa Bantu,

saya cerita sama ustadz lwan.

P : Kalau habis olah raga biasanya kamu ngapain?

S : Mandi habis itu makan.

P : Kalau mandi biasa di kamar mandi yang mana?

S : Di kamar mandi pojok yang ada kerannya.

P : Emang ada yang nggak ada kerannya?

S : Ada, kan baknya panjang udah gitu di kasih pembatas jadi yang di

sebelahnjya gak ada kerannya.

Page 109: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

P : Kenapa kok mandi di tempat yang ada kerannya?

S : Karena lebih bersih, bisa langsung ngambil di keran pakai ember.

P : Terus antri enggak?

S : Biasanya antri banget.

P : Terus kamu tetap mandi di situ?

S : lya.

P : Tadi kamu bilang kalu habis mandi, kamu langsung makan.

Makannya di mana?

S : Di bawah

P : Sama siapa?

S : Sama Fuad

P : Kalau menu makanannya enggak kamu suka, apa yang kamu

lakukan?

S : T etap makan

P : Kamu pernah enggak makan?

S : Hampir nggak pernah

P : Siapa sih yang ngingetin kamu?

S : Ya biasanya saya makan sama Fuad, kalo mau makan saya nyari

dia, kalau enggak dia yang nyari saya.

P : Kalau makan kan antri, gimana perasaan kamu ketika pertama kali

antri?

S : kesel!

P : Kalau antriannya panjang apa yang kamu lakukan?

S : Tetap antri

P : Pernah ada yang nyelak enggak?

S : Pernah tapi biasanya kalau ketahuan di hukum

P : Kamu pernah nyelak enggak?

S : Nggak pernah

Page 110: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

P : Kamu kalau di kasih uang perminggu apa perbulan? Berapa?

S : Perminggu, biasanya lima belas ribu Rupiah

P : Biasanya habis untuk apa?

S : Buat ikut kegiatan sama jajan.

P : Pernah kurang enngak, kalau kurang apa yang kamu lakukan?

S : Awalnya pernah tapi sekarang jarang. Kalau kurang biasanya pinjam,

kalau enggak telepon orang tua biar nanti minggunya di bawain

P : Kalau lebih biasanya diapakan?

S : Di tabung

P : Awalnya kan kurang terus sekarang sering lebih. Memang ada yang

mengajarkan kamu untuk mengatur uang, Kalau ada siapa?

S : Ada kakak saya

P : Bagaimana caranya?

S : Di jatah perhari berapa, habis itu kalau sisa di tabung.

P : nah sekarang kalau ada temen yang butuh uang, apa yang kamu

lakukan?

S : Pinjemin.

P : Kalau tabungannya udah banyak buat apa sih?

S : Buat bayar kegiatan jadi enggak usah minta lagi sama orang tua.

P : Kalau habis makan biasanya ngapain?

S : Berangkat ke sekolah.

P : Jam berapa sih kamu berangkat ke sekolah?

S : Jam tujuh kurang lima belas menit.

P : Di sekolah pelajaran apa sih yang kamu suka?

S : Bahasa, matematika, fisika.

P : Selain di sekolah, kapan biasanya kamu belajar?

S : Malam, jam delapan sampai jam sepuluh.

P : Kalau belajar sama siapa sih?

Page 111: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

S : Ka~ang sendiri, kadang sama fuad, kadang sama ustadz.

P : Kalau belajar di mana?

S : Di masjid

P : Mana yang kamu suka belajar sendiri apa belajar sama ustadz?

S : Belajar sama ustadz, karena kalau salah ada yang benerin.

P : Kalau ada waktu luang biasanya kamu ngapain sih?

S : Nyuci kalau nggak baca buku.

P : kaalu baca buku bisanya berapa jam sehari?

S : Biasanya dua jam sehari.

P : Kalau berbahasa kamu lebih suka bahasa apa sih?

S : Bahasa Arab

P : Kenapa?

S : Lebih saya kenal karena saya pernah belajar waktu di madarasah

dulu

P : Misalkan sekarang minggu lnggris, apa yang kamu lakukan dalam

berkomunikasi?

S : lkutin pakai bahasa lnggris, tapi lebih banyak diamnya, karena saya

kurang bisa.

P : Kalau belajar pidato biasanya kamu lebih suka pakai bahasa apa?

S : Bahasa Arab.

P : Kamu pernah melanggar peraturan enggak?

S : Pernah, melanggar bahasa, waktu itu saya ngomong "gua sama elu"

P : Hukumannya apa?

S : Push up

P : Kamu biasa membersihkan kamar berapa kali seminggu?

S : Biasanya dua kali

P : Yang beresin tempat lemari sama tempat tidur siapa?

S ; Saya sendiri

Page 112: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

P : Kamu ikut akstrakulikuler apa sih?

S : Saya ikut Tapak Suci sama PRAMUKA

P : Apa yang kamu harapkan ikut ekstrakulikuler tersebut?

S : Kalu PRAMUKA biar bisa sandi-sandi, terus biar bisa mandiri. Kalau

Tapak Suci biar bisa jaga diri.

P : Kalau PRAMUKA latihannya hari apa aja sih?

S .: Kalau PRAMUKA latihannya hari Minggu sama Selasa sore

P : Kalau Tapak Suci hari apa?

S : Kalau Tapak Suci hari Senin sore sama Jum'at pagi.

P : Kalau kegiatan yang kamu ikuti bentrok, bagaimana?

S : Pilih yang berhubungan dengan belajar dan yang paling penting.

P : Kalau tidur jam berapa sih ?

S : Jam sepuluh malam.

P : Ka!au nggak bisa tidur biasanya ngapain ?

S : Paksain, soalnya takut kesiangan besoknya

P : Yang mengingatkan buat tidur siapa sih?

S : Kakak mudabbir

P : Kamu pernah tidur di kelas nggak?

S : Pernah, waktu itu habis perkemahan, cape banget akhirnya tidur di

kelas.

P : Ok, selesai terima kasih banyuak atas bantuannya.

S : Sama-sama kak.

Page 113: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

Nama

Tanggal

Jam

No Pertanyaan

1. Shalat berjamaah

2. Mengaji

3. Berbusana muslim

4. Bela jar

5. Muhadarah

6. Mengatur keuangan

7. Manajemen waktu

PEDOMAN WAWANCARA

sld

r Shalat fardu berjamaah di masjid

,. Mengaji al-qur' an

r Berbusana yang muslim

r Berbusana yang bersih dan rapi

,. Belajar malam

,. Belajar bersama ustadz

r Belajar sendiri

>-- Membaca buku

,. Menjadipenceramah

>-- Hanya melihat

,. Sela! u menabung

:i-- Jajan yang berlebihan

y Selalu berangkat kemasjid sebelum iqomah

:i-- Berangkat kesekolah sebelum bel masuk

,. Tidur tepat waktu

Page 114: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

~ Mengisi waktu kosong dengan kegiatan

8. Disiplin y tidak pernah melanggar

9. Olah raga }I;- Olah raga setiap hari

);-- Mengikuti klub olah raga

10. Mengukiti ekstra :;.. Mengikuti salah satu ekstrakulikuler

kulikuler •!• Pramuka

•!• Teater

•!• Pencak silat

•!• Klubbahasa

•!• Jam'iyyah Quro'

•!• Jam'iyyah Tahfidzul Qur'an

•!• Jam'iyyah Mubalighiin

11. Membersihkan y Membersihkan asrama

asrama/ go tong );-- Membersihkan kamar

royong

12. Budaya antri );-- Antri dalam menggunakan fasilitas pesantren

13. Berbahasa asing > Selalu berbahasa arab dan inggris yang sudah

dipelajari

);-- Tidak pernah melanggar peraturan bagian

bah as a

14. Mencari teman );-- Mempunyai lebih dari satu teman akrab

Page 115: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

p Kena\ dengan kakak kelas

:» Kenai dengan dewan guru

~ Kenai dengan teman sekelas/ sekamar

15. Kesehatan ,. ,.. Memeriksakan diri ke dokter pesantren

16. Jauh dari orang tua ~ Menelpon orang tua dikala kangen

:» Dijenguk orang tua di kala bingung

17. Kebersihan dan :» Lernari tertata rapih

kerapihan diri p Mencuci dan mensetrika sendiri

:» Memakai baju yang sudah di setrika

,, Mandi pagi dan sore hari ,..

I 18. Makan dan minum :» Makan pagi, siang dan sore sore hari tepat

waktu

19. lstirahat :» Menggunakan waktu luang dengan istirahat ,

p Tidur tepat waktu

Page 116: PENYESUAIAN DIRI SANTRI DI PONDOK PESANTREN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/17453/1/RAHMAT... · Penulis menyadari banyak sekali mengalami kesulitan, ... pesantren

Lembar Observasi

)ubyek

l\/awancara Ke

·empat

:atatan lapangan

Tanggal: ...................... .

Jam : ........... s/d ......... .

1. Keadaan tempat wawancara, cuaca, dan kehadiran pihak lain

disekitar tempat wawancara.

2. Gambaran fisik penampilan subyek.

3. Ringkasan awal dan akhir wawancara (yang tidak direkam apa saja

yang dilakukan interviewer dan subyek).

4. Ringkasan sikap subyek selama jalannya wawancara ( suara. intonasi,

sikap tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer dll).

5. Gangguan atau hambatan selama wawancara.

6. Catalan khusus selama wawancara.