41
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Keluarga 2.1.1Definisi Keluarga Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki ikatan yang kuat di antara anggotanya dan rasa ketergantungan dalam menghadapi berbagai masalah yang timbul termasuk masalah kesehatan. Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga. 1. Raisner (1980) Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek. 2. Logan’s (1979) Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. 3. Gillis (1983) Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu. 4. Duvall (1986) 5

Penyebab ISPA.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penyebab ISPA OK

Citation preview

Page 1: Penyebab ISPA.doc

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki ikatan yang kuat di

antara anggotanya dan rasa ketergantungan dalam menghadapi berbagai masalah yang

timbul termasuk masalah kesehatan. Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga

sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa

pengertian keluarga.

1. Raisner (1980)

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang

masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu,

adik, kakak dan nenek.

2. Logan’s (1979)

Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa komponen yang

saling berinteraksi satu dengan lainnya.

3. Gillis (1983)

Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut

yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing

mempunyai sebagaimana individu.

4. Duvall (1986)

Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan

perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,

mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,

emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.

5. Bailon dan Maglaya (1978)

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga

karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka salaing

berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

5

Page 2: Penyebab ISPA.doc

6

6. Johnson’s (1992)

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah

yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang

tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban

antara satu orang dengan lainnya.

8. Menurut WHO ( 1969 )

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian

darah, adopsi atau perkawinan.

9. Burgess dan kawan-kawan (1963).

Burgess dan kawan-kawan. Menyebutkan bahwa :

1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah,

dan ikatan adopsi.

2) Para anggota sebuah anggota biasanya hidup bersama dalam suatu rumah

tangga atau jika hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga

tersebut sebagai rumah mereka.

3) Anggota keluarga beringteraksi dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya

dalam peran sosial. Keluarga seperti suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-

laki dan ank perempuan, saudara dan saudari,.

4) Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil

dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga

adalah:

1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi.

2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain.

3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai

peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.

4) Mempunyai tujuan;

5) Menciptakan dan mempertahankan budaya.

Page 3: Penyebab ISPA.doc

7

2.1.2 Tipe Keluarga

Menurut Setyowati dan Murwani (2007), berbagai tipe keluarga :

1. Tipe keluarga tradisional

a. Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan

anak (kandung atau anak angkat).

b. Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah keluarga lain yang

mempunyai hubungan darah , misalnya : kakek, nenek, keponakan, paman,

bibi.

c. Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan

istri tanpa anak.

d. “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat diakibatkan

oleh perceraian atau kematian.

e. “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang

dewasa (seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja.

2. Tipe keluarga non tradisional

a. The unmarriedteenege mather

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari

hubungan tanpa nikah.

b. The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune family

Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan

saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,

pengalaman yang sama : sosialisai anak dengan melalui aktivitas

kelompok atau membesarkan anak bersama.

d. The non marital heterosexual cohibitang family

Keluarga yang hidup besama dan berganti-ganti pasangan tanpa melaui

pernikahan.

Page 4: Penyebab ISPA.doc

8

e. Gay and lesbian family

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana

suami-istri (marital partners).

f. Cohibitang couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena

beberapa alasan tertentu.

g. Group marriage family

Beberapa orang dewasa mengunakan alat-alat rumah tangga bersama yang

saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan

membesarkan anaknya.

h. Group network family

Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau

berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang

rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan

anaknya.

i. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara

didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu

mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya

j. Homesless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang

permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan

ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

k. Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang

mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi

berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupan.

Page 5: Penyebab ISPA.doc

9

2.1.3 Tugas Keluarga

Menurut Friedman menguraikan tugas keluarga dalam masalah kesehatan

yaitu:

1. Mengenal adanya gangguan kesehatan.

2. Mengambil keputusan dalam mencari pertolongan atau bantuan kesehatan.

3. Menanggulangi keadaan darurat yang bersifat kesehatan maupun

nonkesehatan.

4. Memberi perawatan dan mencari bantuan bagi anggota keluarga yang sakit,

cacat, maupun yang sehat.

5. Mempertahankan lingkungan keluarga yang dapat menunjang peningkatan

status kesehatan para anggotanya.

6. Menjalin dan mempertahankan hubungan baik dengan lingkungan dan unit

pelayanan kesehatan yang ada.

Menurut Jhonson R. dan Leni R., dalam sebuah keluarga ada beberapa

tugas dasar yang didalamnya terdapat delapan tugas pokok,antara lain:

1. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya;

2. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga;

3. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukan;

4. Melakukan sosialisasi antaraanggota keluarga agar timbul keakraban dan

kehangatan para anggota keluarga;

5. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diingikan;

6. Memelihara ketertiban anggota keluarga;

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas;

8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

2.1.4 Fungsi Keluarga

1. Fungsi Edukatif

Fungsi Edukatif sebagai suatu unsur dari tingkat pusat pendidikan,

merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak.

Page 6: Penyebab ISPA.doc

10

2. Fungsi Sosialisasi

Fungsi Sosialisasi melalui interaksi dalam keluarg anak mempelajari

pola-pola tingkahlaku, sikap, keyakinan, cita-cita serta nilai-nilai dalam

masyarakat dalam rangka pengembangan kepribadiannya.

3. Fungsi Protektif

Fungsi protektif fungsi ini lebih menitik beratkan dan menekankan

kepada rasa aman dan terlindungi apabila anak merasa aman dan terlindungi

barulah anak dapat bebas melakukan penjajagan terhadap lingkungan.

4. Fungsi Afeksional

Fungsi Afeksional yang dimaksud dengan fungsi afeksi adaslah adanya

hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi.

5. Fungsi Religius

Fungsi Religius keluarga berkewajiban mmperkenalkan dan mengajak

anak serta keluarga pada kehidupan beragama.

6. Fungsi Ekonomis

Fungsi Ekonomis fungsi keluarga ini meliputi pencarian nafkah,

perencanaan dan pembelanjaannya.

7. Fungsi Rekreatif

Fungsi Rekreatif suasana keluarga yang tentram dan damai diperlukan

guna mengembalikan tenaga yang telah dikeluarkan dalam kehidupan sehari-

hari.

8. Fungsi Biologis

Fungsi Biologis fungsi ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan biologis keluarga, diantaranya kebutuhan seksual (meneruskan

keturunan ke generasi yang selanjutnya).

2.1.5 Ciri-Ciri Keluarga

Robert Maclver dan Charles Morton Page menjelaskan ciri-ciri keluarga sebagai

berikut :

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

Page 7: Penyebab ISPA.doc

11

2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara,

3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomenclatur), termasuk

perhitungan garis keturunan,

4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan

membesarkan anak,

5. Keluarga mempunya tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah tangga.

2.1.6 Batasan Keluarga

1. Burges (1963)

Burges memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang

berorientasi kepada tradisi, yaitu (Setiawati,2008 : 13) :

1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan Perkawinan,

darah, dan ikatan adopsi.

2) Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu

rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap

menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalm

peran-peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, ayah

dan ibu, peran sebagai anak laki-laki anak perempuan.

4) Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur

yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

2. Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI (1983)

Keluarga merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia yang

hidup bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan

biasanya tidak selalu ada hubungan darah, ikatan Perkawinan, atau ikatan

Page 8: Penyebab ISPA.doc

12

lain. Mereka hidup bersama dalam satu rumah, dibawah asuhan seorang

kepala keluarga dan makan dari satu periuk (Setiawati, 2008 : 13).

3. Whall (1986)

Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang

dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki

hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut ke dalam satu

keluarga (Setiawati, 2008 : 13).

4. Dep. Kes RI (1988)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di

bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati, 2008 : 13).

5. Silvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989)

Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena

hubungan darah, hubungan Perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup

dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya

masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan

(Setiawati, 2008 : 14).

6. Friedman (1988)

Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam

Perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah

(Setiawati, 2008 : 14).

2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga

1. Faktor fisik

Ross, Mirowsaky, dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa

ada hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik.

2. Faktor psikis

Page 9: Penyebab ISPA.doc

13

Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang

besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan

penguatan atau dukungan.

3. Faktor sosial

Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehatan

sebuah keluarga. 

4. Faktor budaya

Faktor budaya terdiri dari (Setiawati, 2008 : 22-23) :

1) Keyakinan dan praktek kesehatan

2) Nilai-nilai keluarga

3) Peran dan pola komunikasi keluarga

4) Koping keluarga

2.1.8 Tujuan Keperawatan Keluarga

Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan kesadaran, keinginan,

dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan, mencegah, memelihara kesehatan

mereka sampai pada tahap yang optimal dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka

secara poduktif.

Tujuan khususnya adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan

kemampuan keluarga dalam hal :

1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang mereka hadapi.

2. Mengambil keputusan tentang siapa/kemana dan bagaimana pemecahan

masalah tersebut, misalnya dipecahkan sendiri dengan pergi ke rumah sakit,

puskesmas, praktik keperawatan/kedokteran, dll.

3. Meningkatkan mutu kesehatan keluarga (promosi kesehatan).

4. Mencegah tejadinya penyakit/timbulnya masalah kesehatan pada keluarga.

5. Melaksanakan usaha penyembuhan/pemecahan masalah kesehatan keluarga

melalui asuhan keperawatan di rumah.

Page 10: Penyebab ISPA.doc

14

6. Melaksanakan usaha rehabilitasi penderita melalui asuhan keperawatan di

rumah.

7. Membantu tenaga profesional kesehatan/keperawatan dalam penanggulangan

penyakit/masalah kesehatan mereka di rumah, rujukan kesehatan dan rujukan

medik.

2.1.9 Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Keperawatan Keluarga

Belakangan ini keperawatan keluarga berkembang dengan pesat karena :

1. Peningkatan pengakuan dalam keperawatan dan masyarakat tentang perlunya

peningkatan kesehatan dan perawatan kesehatan secara menyeluruh, bukan

hanya praktik yang berorientasi pada penyakit.

2. Peningkatan populasi lanjut usia dan perkembangan penyakit kronis yang

menyebabkan perawatan diri dan kebutuhan akan asuhan perawatan keluarga

menjadi penting.

3. Perkembangan bidang riset keperawatan keluarga secara pesat.

4. Pengakuan yang luas tentang banyaknya keluarga yang bermasalah dalam

komunitas kita.

5. Penyebarluasan secara umum teori tertentu yang berdasarkan pada keluarga,

seperti teori kedekatan dan teori sistem umum.

6. Terapi keluarga dan perkawinan beralih dari terapi pertumbuhan ke klinik

layanan anak, perkawinan dan keluarga.

7. Riset terhadap kedalaman dan keterlibatan komunikasi keluarga pada tahun

1950-an dan 1960-an menunjukkan bahwa ibu-ibu yang bermasalah dalam

pola komunikasinya terkait dengan anak-anak yang bermasalah.

2.2 Konsep Dasar ISPA

2.2.1 Definisi

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan

(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya

obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan

pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).

Page 11: Penyebab ISPA.doc

15

Istilah ISPA mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan dan akut.

Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan

berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Adapun saluran pernapasan

adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta organ adneksa seperti sinus-

sinus, rongga telinga dan pleura. Istilah ISPA secara anatomis mencakup saluran

pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksanya saluran

pernapasan. Sedangkan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14

hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari

(Depkes RI, 2002) (http://repository.usu.ac.id).

Pengertian ISPA adalah penyakit saluran pernapasan akut dengan perhatian

khusus pada radang paru (pneumonia), dan bukan penyakit telinga dan tenggorokan

(Widoyono, 2008;155).

Secara definisi ISPA berarti timbulnya infeksi di saluran napas yang bersifat

akut (awitan mendadak) yang disebabkan masuknya mikroorganisme (virus, bakteri,

jamur). Secara anatomis penyakit ini dibedakan menjadi ISPA bagian atas ISPA di

bagian bawah (http://id.scribd.com/doc/55295169).

2.2.2 Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari (Widoyono, 2008;156).

1. Bakteri: Diplococcus Pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus Pyogenes,

Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenzae, dan lain-lain.

2. Virus: Influenza, Adenovirus, Sitomegalovirus.

3. Jamur: Aspergilus sp., Candida Albicans, Histoplasma, dan lain-lain.

4. Aspirasi: makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)

biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-

bijian, mainan plastik kecil, dan lain-lain).

Faktor-faktor resiko yang berperan dalam kejadian ISPA pada anak adalah

sebagai berikut:

1. Faktor host (diri)

1) Usia

Page 12: Penyebab ISPA.doc

16

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia

dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA

daripada usia yang lebih lanjut (Koch et al, 2003).

2) Jenis Kelamin

Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang

seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak

penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA

terhadap jenis kelamin tertentu.

Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,

dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-

laki di negara Denmark (Koch et al, 2003)

3) Status Gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah

lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang

satu merupakan predisposisi yang lainnya (Tupasi, 1985). Pada KKP,

ketahanan tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga

menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi,

sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan

keseimbangan tersebut adalah status gizi anak.

4) Status Imunisasi

Tupasi (1985) mendapatkan bahwa ketidakpatuhan imunisasi

berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA walaupun tidak

bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang mendapatkan bahwa

imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti

dalam mencegah kejadian ISPA (Koch et al, 2003).

5) Pemberian Suplemen Vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa

pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada

Page 13: Penyebab ISPA.doc

17

penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan sel

epitel yang mengalami diferensiasi.

6) Pemberian air susu ibu (ASI)

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada

bulan-bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber

nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme yang

kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis

membentuk sistem biologis. ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui

penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke permukaan saluran

pernafasan atas (William and Phelan, 1994).

2. Faktor lingkungan

1) Rumah

Rumah merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk

tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang

diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan

keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu (WHO, 1989).

Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki faktor resiko lebih

tinggi menderita ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah culster di

Denmark (Koch et al, 2003).

2) Kepadatan Hunian (Crowded)

Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota

keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA.

Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian

(crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat.

3) Status Sosial Ekonomi

Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat

sosioekonomi yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan

kesehatan masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak ada hubungan antara

status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi yang

bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status

sosioekonomi (Darmawan,1995).

Page 14: Penyebab ISPA.doc

18

4) Kebiasaan Merokok

Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai

kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari

keluarga yang tidak merokok. Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa

episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat orang tua merokok (Koch et al,

2003)

5) Polusi Udara

Diketahui bahwa penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan

pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara didalam rumah ataupun

diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh pusat penelitian kesehatan Universitas

Indonesia untuk mengetahui efek pencemaran udara terhadap gangguan

saluran pernafasan pada siswa sekolah dasar (SD) dengan membandingkan

antara mereka yang tinggal di wilayah pencemaran udara tinggi dengan

siswa yang tinggal di wilayah pencemaran udara rendah di Jakarta. Dari

hasil penelitian tidak ditemukan adanya perbedaan kejadian baru atau

insiden penyakit atau gangguan saluran pernafasan pada siswa SD di kedua

wilayah pencemaran udara. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencemaran

menjadi tidak berbeda dengan wilayah dengan tingkat pencemaran tinggi

sehingga tidak ada lagi tempat yang aman untuk semua orang untuk tidak

menderita gangguan saluran pemafasan. Hal ini menunjukkan bahwa polusi

udara sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit ISPA. Adanya

ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah

seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya

ISPA anak (Mishra, 2003).

2.1.3 Patofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan

tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang

terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring

atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal

Page 15: Penyebab ISPA.doc

19

maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan

Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering

(Jeliffe, 1974). Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan

kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,

sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan

yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983).

Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.

Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan

mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga

memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti

streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang

mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini

menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas

sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri

ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu

laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada

saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).

Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang

lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar

ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa

menyerang saluran nafas bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya

ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat

menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann, 1985).

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek

imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang

sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada

umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang

tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa

IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas

Page 16: Penyebab ISPA.doc

20

bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam

mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

2.1.4 Manifestasi Klinik

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya

obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran

pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum

(Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).

Tanda dan gejala yang muncul ialah:

1. Demam, Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya

infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.

2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada

meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas,

gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk,

terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan

menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.

4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama

bayi tersebut mengalami sakit.

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran

pernafasan akibat infeksi virus.

6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya

lymphadenitis mesenteric.

7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan

lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,

mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran

pernafasan.

Page 17: Penyebab ISPA.doc

21

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak

terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419)

Tanda dan gejala menurut tingkat keparahannya, ISPA dapat dibagi

menjadi tiga golongan yaitu (Suyudi, 2002).

2.1.5 Komplikasi

Adapun komplikasinya adalah

1. Meningitis.

Radang selaput pelindung sistem

2. OMA.

Otitis Media Akut

3. Mastoiditis.

4. Kematian

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pengkajian terutama pada jalan nafas: Fokus utama pada pengkajian pernafasan

ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan.

1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.

2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita

amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya

bersin.

4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.

5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan

peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati

adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum.

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :

1) pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan

kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.

Page 18: Penyebab ISPA.doc

22

2) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat

disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya

thrombositopenia, dan

3) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

2.1.7 Penatalaksanaan Medis

Menurut Widoyono (2008;158), penatalaksanaan untuk ISPA berdasarkan

klasifikasi golongan umur yaitu.

Umur <2 bulan

TANDA Nafas cepat ≥ 60x per menit atau

Tarikan dinding dada bagian bawah kea rah dalam yang kuat

Tidak ada nafas cepat <60x per menit atau

Tidak ada tarikan dinding ada bagian bawah ke arah dalam

KLASIFIKASI Pneumonia berat Bukan pneumonia

TINDAKAN Kirim segera ke sarana rujukan

Beri antibiotik satu dosis

Beri nasihat cara perawatan di rumah.- jaga agar bayi tidak

kedinginan- Teruskan pemberian

ASI dan berikan ASI lebih sering

- Bersihkan hidung bila tersumbat.

Anjurkan ibu untuk kembali control, bila.- Keadaan bayi

memburuk- Napas menjadi cepat- Bayi sulit bernapas- Bayi sulit untuk minum

UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

TANDA Tarikan dinding

dada bagian

bawah ke arah

Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah kearah dalam

Napas cepat: 2 bln-< 12 bln: ≥50x per

Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah kea rah dalam

Tidak ada napas cepat: 2bln-< 12 bln:

Page 19: Penyebab ISPA.doc

23

dalam menit 1 thn-< 5 thn: < 40x per menit.

50x per menit 1 thn-< 5 thn: <40x per menit

KLASIF

IKASI

PNEUMONIA

BERATPNEUMONIA

BUKAN

PNEUMONIA

TINDA

KAN

Rujuk segera ke sarana kesehatan

Beri antibiotik satu dosis bila jarak sarana kesehatan jauh

Obati bila demam

Obati bila ada wheezing

Nasihati ibu untuk melakukan perawatan dirumah

Beri antibiotic selama 5hari

Anjurkan ibu untuk control setelah 2 hari atau lebih cepat bila keadaan anak memburuk

Obati bila demam Obati bila ada

wheezing

Jika batuk berlangsung selama 30 hari, rujuk untuk pemerikaan lanjutan

Obati penyakit lain bila ada

Nasihati ibu untuk melakukan perawatan dirumah

Obati bila ada demam

Obati bila ada wheezing

Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah:

1. Mengusahakan Agar Anak Mempunyai Gizi Yang Baik

a. Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan

yang paling baik untuk bayi.

b. Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.

c. Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu

mengandung cukup protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin

dan mineral.

d. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein

misalnya dapat di peroleh dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau

jagung, lemak dari kelapa atau minyak sedangkan vitamin dan mineral

dari sayuran,dan buah-buahan.

e. Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui

apakah beratnya sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada

penyakit yang menghambat pertumbuhan.Dinkes DKI (2005)

2. Mengusahakan Kekebalan Anak Dengan Imunisasi

Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu

mendapatkan imunisasi yaitu DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT

Page 20: Penyebab ISPA.doc

24

salah satunya dimaksudkan untuk mencegah penyakit Pertusis yang salah

satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas (Gloria Cyber Ministries,

2001).

3. Menjaga Kebersihan Perorangan Dan Lingkungan

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi

pencegahan penyakit ISPA, sebaliknya perilaku yang tidak

mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai penyakit.

Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah sehat,

desa sehat dan lingkungan sehat (Suyudi, 2002).

4. Pengobatan Segera

Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua

tidak memberikan makanan yang dapat merangsang rasa sakit pada

tenggorokan, misalnya minuman dingin, makanan yang mengandung

vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan makanan yang

terlalu manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter

(PD PERSI, 2002)

Page 21: Penyebab ISPA.doc

25

2.3 Manajemen Keperawatan ISPA

2.3.1 Pengkajian

Identitas Pasien, Umur; Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering

mengenai anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA

daripada usia yang lebih lanjut. Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang

dari 2 tahun, dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-

laki di negara Denmark (Anggana Rafika, 2009). Kepadatan hunian seperti luar ruang

per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga merupakan faktor risiko

untuk ISPA. Penelitian oleh Kochet al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian

(crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat. Diketahui bahwa

penyebab terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya

kualitas udara didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun

kimia. Adanya ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah

seperti yang terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak

(Anggana Rafika, 2009)

1. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama biasanya Klien mengeluh demam, batuk.

2. Riwayat penyakit sekarang

Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan

lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit

tenggorokan.

3. Riwayat penyakit dahulu

Page 22: Penyebab ISPA.doc

26

Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang

4. Riwayat penyakit keluarga

Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti

penyakit klien tersebut.

5. Riwayat sosial

Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat

penduduknya.

6. Pemeriksaan Persistem 

1) B1 (Breath)            

- Inspeksi

Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan Tonsil tanpak

kemerahan dan edema. Tampak batuk tidak produktif. Tidak ada

jaringan parut pada leher. Tidak tampak penggunaan otot- otot

pernapasan tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan

hiperventilasi

- Palpasi

Adanya demam. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah

leher / nyeri tekan pada nodus limfe servikalis. Tidak teraba adanya

pembesaran kelenjar tyroid

- Perkusi

Suara paru normal (resonance)

- Auskultasi

Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

2) B2 (Blood)        

Pada pasien ISPA pada Kardiovaskuler terjadi Hipertermi atau

peningkatan suhu tubuh.

3) B3 (Brain)

Penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi

gangguan penciuman.

4) B4 (Bladder)   

Page 23: Penyebab ISPA.doc

27

Perkemihan Tidak ada kelainan

5) B5 (Bowel)      

Pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum

sedikit, nyeri telan pada tenggorokan.

6) B6 (Bone)         

Warna kulit kemerahan.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada

saluran pernafasan, aadanya secret.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi

mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi

secret.

3. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh

anak, hospitalisasi pada anak.

2.3.2 Intervensi Keperawatan

DX : 1

Tujuan : Pola nafas kembali efektif dengan

Kriteria hasil : Usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen

ke paru-paru.

No Intervensi Rasional

1. Observasi tanda vital, adanya

cyanosis, serta pola, kedalaman

dalam pernafasan

Sebagai dasar dalam menentukan

intervensi selanjutnya

2. Berikan posisi yang nyaman

pada pasien

Semi fowler dapat meningkatkan

ekspansi paru dan memperbaiki

ventilasi

3. Ciptakan dan pertahankan jalan Untuk memperbaiki ventilasi

Page 24: Penyebab ISPA.doc

28

nafas yang bebas.

4. Anjurkan untuk tidak

memberikan minum selama

periode tachypnea

Agar tidak terjadi aspirasi

5. Kolaborasi Pemberian oksigen untuk memenuhi kebutuhan

oksigen

6. Kolaborasi pemberian Nebulizer Mengencerkan sekret dan

memudahkan pengeluaran sekret

7. Pemberian obat bronchodilator Untuk vasodilatasi saluran

pernapasan

DX : 2

Tujuan : Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret

Kriteria Hasil : Jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran

sekret, suara napas bersih

No Intervensi Rasional

1. Kaji bersihan jalan napas klien Sebagai indicator dalam

menentukan tindakan

selanjutnya

2. Auskultasi bunyi napas Ronchi menandakan adanya

sekret pada jaan nafas

3. Berikan posisi yang nyaman Mencegah terjadinya aspirasi

sekret (semiprone dan side lying

position).

4. Lakukan suction sesuai indikasi Membantu mengeluarkan sekret

5. Anjurkan keluarga untuk

memberikan air minum yang

hangat

membantu mengencerkan dahak

sehingga mudah untuk

dikelurkan

6. Kolaborasi Pemberian Untuk mengencerkan dahak

Page 25: Penyebab ISPA.doc

29

Ekspectorant

7. Kolaborasi Pemberian antibiotik Mengobati infeksi sehingga

terjadi penurunan produksi

sekret

DX : 3

Tujuan : Nyeri terkontrol atau menghilang

Kriteria Hasil : Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri

menghilang, ekspresi wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel

No Intervensi Rasional

1. Kaji nyeri yang dirasakan klien,

perhatikan respon verbal dan

nonverbal.

Sebagai indicator dalam

menentukan intervensi

selajutnya

2. Anjurkan keluarga memberikan

minum air hangat

Mengurangi nyeri pada

tenggorokan

3. Berikan lingkungan yang

nyaman

Meningkatkan kenyamanan dan

meningkatkan istirahat

4. Kolaborasi Pemberian antibiotik Mengobati infeksi

5. Kolaborasi pemberian

Ekspectoran

Memudahkan pengeluaran sekret

sehingga mengurang rasa sakit

saat batuk

DX : 4

Tujuan : Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melakukan

koping.

Page 26: Penyebab ISPA.doc

30

Kriteria Hasil : Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan

kondisi dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara positif

dalam perawatan anak.

No Intervensi Rasional

1. Kenali kekhawatiran dan

kebutuhan orang tua untuk

informasi dukungan.

Sebagai dasar dalam

menentukan tindakan

selanjutnya

2. Gali perasaan keluarga dan

masalah sekitar hospitalisasi

Mengetahui masalah dan

perasaan yang dirasakan oleh

keluarga. Dapat mengurangi

kecemasan

3. Berikan dukungan sesuai

kebutuhan

Dukungan yang adekuat

menghasilkan mekanisme

coping yang efektif

4. Anjurkan kepada keluarga agar

terlibat secara langsung dan aktif

dalam perawatan pasien.

Dapat mengurangi rasa cemas

karena dapat memantau

langsung perkembangan pasiean

5. Jelaskan terapi yang diberikan

dan respon pasien terhadap

terapi yang diberikan.

Peningkatan pengetahuan

mengembangkan kooperatif dan

mengurangi kecemasan

2.3.3 Implementasi Keperawatan

Implementasi/pelaksanaan pada diagnosa keperawatan, mengacu pada

perencanaan yang sudah dibuat. Pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan

dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal. Langkah-langkah

persiapan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut.

1) Memahami rencana perawatan yang telah ditentukan.

2) Menyiapkan tenaga atau alat yang diperlukan.

3) Menyiapkan lingkungan yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan antara

lain : langkah pelaksanaan, sikap yang meyakinkan, sistematika kerja yang

Page 27: Penyebab ISPA.doc

31

tepat, pertimbangan hukum dan etika, tanggung jawab dan tanggung gugat,

mencatat semua tindakan keperawatan yang telah ditentukan.

2.3.4 Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang

yang telah ditentukan. Tujuannya adalah menentukan kemampuan pasien dalam

mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Evaluasi adalah pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam

pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau

intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001). Evaluasi yang diharapkan

pada pasien dengan ISPA adalah :

1. Pola nafas kembali efektif ditandai dengan usaha nafas kembali normal dan

meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.

2. Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret ditandai dengan jalan nafas yang

bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret, suara napas bersih.

3. Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang,

ekspresi wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel.

4. Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melakukan

koping ditandai dengan orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat,

mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan tenang, terlibat secara

positif dalam perawatan anak.