15
PENYALAHGUNAAN OBAT DEXTROMETHORPHAN I. PENDAHULUAN Penyalahgunaan obat (zat) merupakan penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang dapat mempengaruhi tingkah laku, memori, alam perasaan, serta proses pikir seseorang, Penyalahgunaan ini menyebabkan kondisi ketergantungan terhadap zat adiktif yang biasa disebut dengan kecanduan (ketergantugan). Dimana seseorang akan dikatakan mengalami ketergantungan obat jika memenuhi Kriteria-kriteria dibawah ini: Memiliki keinginan yang kuat untuk mengkonsumsi zat/obat-obatan tertentu Mengurangi kemampuan untuk mengendalikan onset dan penghentian pengambilan zat, dan jumlah yang diambil Terjadinya gejala penarikan fisik pada mencoba untuk mengakhiri atau mengurangi penggunaan obat-obatan dan pengurangan ketika penggunaan dilanjutkan Mengabaikan bidang lainnya yang mendukung konsumsi obat-obatan (1) II. DEFINISI Menurut kamus besar bahasa Indonesia penyalahgunaan adalah proses, cara, perbuatan menyalahgunakan;

PENYALAHGUNAAN OBAT DEXTROMETHORPHAN

Embed Size (px)

DESCRIPTION

*refarat

Citation preview

PENYALAHGUNAAN OBAT DEXTROMETHORPHAN

I. PENDAHULUAN

Penyalahgunaan obat (zat) merupakan penyimpangan perilaku yang disebabkan

oleh penggunaan zat adiktif yang bekerja pada susunan saraf pusat yang dapat

mempengaruhi tingkah laku, memori, alam perasaan, serta proses pikir seseorang,

Penyalahgunaan ini menyebabkan kondisi ketergantungan terhadap zat adiktif yang

biasa disebut dengan kecanduan (ketergantugan). Dimana seseorang akan dikatakan

mengalami ketergantungan obat jika memenuhi Kriteria-kriteria dibawah ini:

Memiliki keinginan yang kuat untuk mengkonsumsi zat/obat-obatan tertentu

Mengurangi kemampuan untuk mengendalikan onset dan penghentian

pengambilan zat, dan jumlah yang diambil

Terjadinya gejala penarikan fisik pada mencoba untuk mengakhiri atau

mengurangi penggunaan obat-obatan dan pengurangan ketika penggunaan

dilanjutkan

Mengabaikan bidang lainnya yang mendukung konsumsi obat-obatan(1)

II. DEFINISI

Menurut kamus besar bahasa Indonesia penyalahgunaan adalah proses, cara,

perbuatan menyalahgunakan; penyelewengan. Dalam aritan luasnya adalah suatu

kegiatan dimana seseorang melakukan kegiatan yang menyalahgunakan apapun itu

diluar dari koridor yang seharusnya.

Dextromethorphan (DXM atau DMP) merupakan bahan kimia sintetik dengan

nama kimianya adalah 3 methoxy-17-methyl morphinan monohydrat yang merupakan

d-isomer dari levophenol, analog dari kodein dan analgesik opioid. Dekstrometorfan

berupa serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, larut dalam air maupun ethanol

dan tidak larut dalam ether. Adapun struktur kimia dari dekstrometorfan adalah:

C18H25NO.HBr.H2O dengan berat molekul: 370,3(1,2)

Dextromethorphan merupakan jenis obat penekan batuk (antitusif) yang dapat

diperoleh secara bebas, dan banyak dijumpai pada sediaan obat batuk maupun flu.

Dosis dewasa adalah 15-30 mg, diminum 3-4 kali sehari. Efek anti batuknya bias

bertahan 5-6 jam setelah penggunaan per-oral. Jika digunakan sesuai aturan, jarang

menimbulkan efek samping yang berarti(2)

Jenis obat Dextromethorphan yang sering disalahgunakan oleh masyarakat.

III. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi penggunaan obat dextrometorfan untuk anak-anak dibawah umur

boleh dikatakan cukup tinggi. Sebagai contoh survey yang dilakukan oleh badan

narkotika provinsi Jawa barat dalam situs resminya mengatakan bahwa 38,50% anak

yang pernah memakai pil dextro merasakan pusing dan tidak nyaman. Tetapi mereka

ingin mencoba lagi. Sementara 38,07% merasa pusing dan tidak nyaman, serta ingin

segera berhenti.

Serta dari hasil kunjungan kerja ke 26 kota/kabupaten di Jabar. Ternyata hasilnya

ditemukan pemakaian narkoba sudah bergeser dari sebatas sabu, putaw, ekstasi,

menjadi pil dextro. Selain ketakutan terhadap ancaman hukuman penjara yang cukup

berat, pil dextro relatif mudah dibeli dan murah.(3)

IV. ETIOLOGI& PATOFISIOLOGI

Ada tiga kemungkinan seorang memulai penyalahgunaan obat :

1. Seseorang awalnya memang sakit, misalnya nyeri kronis, kecemasan,

insomnia, dll, yang memang membutuhkan obat, dan mereka mendapatkan obat secara

legal dengan resep dokter. Namun selanjutnya, obat-obat tersebut menyebabkan

toleransi, di mana pasien memerlukan dosis yang semakin meningkat untuk

mendapatkan efek yang sama. Merekapun kemudian akan meningkatkan

penggunaannya, mungkin tanpa berkonsultasi dengan dokter. Selanjutnya, mereka akan

mengalami gejala putus obat jika pengobatan dihentikan, mereka akan menjadi

kecanduan atau ketergantungan terhadap obat tersebut, sehingga mereka berusaha

untuk memperoleh obat-obat tersebut dengan segala cara.

2.Seseorang memulai penyalahgunaan obat memang untuk tujuan rekreasional.

Artinya, sejak awal penggunaan obat memang tanpa tujuan medis yang jelas, hanya

untuk memperoleh efek-efek menyenangkan yang mungkin dapat diperoleh dari obat

tersebut. Kejadian ini umumnya erat kaitannya dengan penyalahgunaan substance yang

lain, termasuk yang bukan obat diresepkan, seperti kokain, heroin, ecstassy, alkohol, dll.

Yang

3. Seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan efek samping

seperti yang telah disebutkan di atas. Bisa jadi penggunanya sendiri tidak tahu, hanya

mengikuti saja apa yang diresepkan dokter. Obatnya bukan obat-obat yang dapat

menyebabkan toleransi dan ketagihan. Penggunaannya juga mungkin tidak dalam

jangka waktu lama yang menyebabkan ketergantungan.

Dextro ditujukan sebagai antitusif, yaitu menekan batuk. Secara farmakologi, obat ini

akan menaikkan ambang batas rangsang batuk, sehingga pasien tidak terlalu sensitif

dengan rangsang batuk. Karena molekul dextro mudah berikatan ke berbagai reseptor

jadilah efeknya tidak spesifik hanya menekan si batuk saja, tetapi juga dapat

menyebabkan efek rekreasi dan berbagai efek samping seperti gatal-gatal, pusing, mual,

kesulitan bernafas (pada dosis normal), juga halusinasi, muntah, pandangan kabur,

berkeringat, demam, hipertensi, dan lain-lain (pada dosis 12,5-75x lipat dari dosis

normal)(4)

Dextromethorphan merupakan isomer levorphanol (suatu analog kodein,

turunan morfin).Hal inilah yang menyebabkannya memiliki afinitas terhadap reseptor

opioid (reseptornya narkoba) dan mengaktifkan reseptor tersebut sehingga dapat

menimbulkan efek rekreasi. Selain itu, dextromethorphan juga bias menjadi antagonis

reseptor NMDA, Penghambatan reseptor NMDA yang berlebihan ini dapat

menyebabkan berkurangnya fungsi memori, halusinasi, confusion, analgesik, dan justru

disalah artikan sebagai fungsi 'rekreasi'. Padahal, hal ini bahkan bisa sampai

menyebabkan skizofrenia yang disebabkan oleh neurotoksisitas.

Untuk menjelaskan tentang adiksi, perlu dipahami dulu istilah system reward

pada manusia. Manusia, umumnya akan suka mengulangi perilaku yang menghasilkan

sesuatu yang menyenangkan. Sesuatu yang menyebabkan rasa menyenangkan tadi

dikatakan memiliki efek reinforcement positif. Reward bisa berasal secara alami,

seperti makanan, air, sex, kasih sayang, yang membuat orang merasakan senang ketika

makan, minum, disayang, dll. Bisa juga berasal dari obat-obatan. Pengaturan perasaan

dan perilaku ini ada pada jalur tertentu di otak, yang disebut reward pathway. Perilaku-

perilaku yang didorong oleh reward alami ini dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk

survived (mempertahankan kehidupan).

Bagian penting dari reward pathway adalah bagian otak yang disebut: ventral

tegmental area (VTA),nucleus accumbens, dan prefrontal cortex. VTA terhubung dengan

nucleus accumbens dan prefrontal cortex melalui jalur reward ini yang akan mengirim

informasi melalui saraf. Saraf di VTA mengandung neurotransmitter dopamin, yang akan

dilepaskan menuju nucleus accumbens dan prefrontal cortex. Jalur reward ini akan

teraktivasi jika ada stimulus yang memicu pelepasan dopamin, yang kemudian akan

bekerja pada system reward.

Obat-obat yang dikenal menyebabkan adiksi / ketagihan seperti kokain, misalnya,

bekerja menghambat re-uptake dopamin, sedangkan amfetamin, bekerja meningkatkan

pelepasan dopamine dari saraf dan menghambat re-uptake-nya, sehingga menyebabkan

kadar dopamine meningkat.(5)

V. GAMBARAN KLINIS

Penderita dengan gangguan penyalahgunaan obat dextromentrofan mempunyai

gambaran klinis(6):

Pada dosis normal:

Tubuh ruam / gatal

mual

kantuk

pusing

Kesulitan bernapas

Pada dosis 12,5-75 kali dosis normal:

halusinasi

muntah

penglihatan kabur

merah mata

dilatasi pupil

berkeringat

demam

hipertensi

Pernapasan dangkal

diare

retensiurin

Penyalahgunaan dextromethorphan menggambarkan adanya 4 plateau yang tergantung

dosis, seperti berikut(7):

Plateau Dose (mg) Behavioral Effects

1st 100–200 Stimulasi ringan

2nd 200–400 Euforia dan halusinasi

3rd 300– 600 Gangguan persepsi visual dan hilangnya

koordinasi motorik

4th 500-1500 Dissociative sedation

VII. PROGNOSIS

Prognosis umumnya dipengaruhi oleh besar kecilnya predisposisi (pengaruh

factor kepribadian, sosio budaya dan fisik), mudah-sukarnya mendapatkan obat

tersebut dan sering-jarangnya kesempatan memakai obat tersebut serta lamanya

ketergantungan. Makin mudah faktor-faktor ini dapat ditangani, makin baik

prognosisnya(8).

VIII. PENATALAKSANAAN

Penyalahgunaan obat memerlukan upaya-upaya yang terintegrasi, yang

melibatkan pendekatan psikologis, sosial, hukum, dan medis, serta kondisi yang perlu

diatasi secara farmakoterapi pada keadaan ketergantungan obat yaitu ada dua, kondisi

intoksikasi dan kejadian munculnya gejala putus obat Dengan demikian, sasaran

terapinya bervariasi tergantung tujuannya:

1. Terapi pada intoksikasi/over dosis tujuannya untuk mengeliminasi obat dari

tubuh, menjaga fungsi vital tubuh

2. Terapi pada gejala putus obat tujuannya untuk mencegah perkembangan gejala

supaya tidak semakin parah, sehingga pasien tetap nyaman dalam menjalani

program penghentian obat

3. Pengobatan medika mentosa pada orang-orang yang mengalami ketergantungan

pada obat dextromethorphan dapat menggunakan obat Naltrexone, dimana

Naltrexone bekerja dengan menghalangi perasaan menyenangkan, atau "tinggi,"

mendapatkan seseorang dari ketergantungan obat, sehingga mengurangi

motivasi untuk mengkonsumsi. Naltrexone dapat digunakan setiap hari sebagai

pil dan tersedia dalam injeksi long-acting(8).

KESIMPULAN

Penyalahgunaan dextromethorphan, meskipun bukan lagi sebuah fenomena

baru, tetapi telah berkembang menjadi sebuah tren baru yang melibatkan

penjualan dextromethorphan murni dalam bentuk serbuk. Dextromethorphan

murni ini sering dikemas dalam kapsul oleh pengedar dan ditawarkan pada

pengguna jalanan.

Dextromethorphan telah menggantikan kedudukan kodein sebagai obat yang

paling luas digunakan sebagai penekan batuk di Amerika Serikat serta Indonesia.

Nama jalanan yang sering digunakan untuk menyebut dextromethorphan antara

lain: Candy, C-C-C, Dex, DM, Drex, Red Devil, Robo, Rojo, Skittles, Tussin, Velvet,

Vitamin D, Dexing, Robotripping, Robotdosing.

Ketika diformulasikan dengan tepat dan dalam dosis kecil, dapat dengan aman

digunakan sebagai obat penekan batuk.

Penyalahgunaan obat dapat menyebabkan kematian dan juga reaksi efek

samping lainnya, seperti mual, halusinasi, kerusakan otak, kehilangan kesadaran

dan aritmia jantung

DAFTAR PUSTAKA

1.Susanti dewi, penyalahgunaan dextromethorphan

http://farmako-info.com/2009/09/04/Dextromethorphan di akses Maret 2012

2. http://wikipedia.com/2010/08/05/Dextrometrophan diakses 20012

3. Ginanjar F.W, 6 Dari 100 Anak Pernah Coba Pil Dextro

http://inilahjabar.com/2011/12/07/Dextrometrofabn di akses Maret 2012.

4. ikawati zullies, penyalahgunaan obat dextromethorphan

http://ikawatizullies.blogspot.com/2009/03/14/farmakologi terapi di akses Maret

2012

5. Fisher RS, Cysyk BJ, Lesser RP, et al., 1990. Dextromethorphan for treatment of

omplex partial seizure. Neurology; 40; 547-549

6. IIkjaer S, Dirks J, Brennum M, Wernberg M, Dahl JB, 1997, Effect of systemic N-methyl-

D-aspartate receptor antagonist (dextromethorphan) on primary and secondary

hyperalgesia in humas, Br J Anaesth; 79; 600-5

7. Falck R, Li L, Carlson R, Wang J. The prevalence of dextromethorphan abuse among

high school students.Pediatrics. 2006;118(5):2267-2269.

8. W.F Maramis, 2005. Catatan i lmu kedokteran j iwa . Indonesia:

ketergantungan obat. p/323-338.

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda-tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : MUHAMMAD ARIF

NIM : C 111 07 034

Judul Referat : PENYALAHGUNAAN OBAT DEXTROMETHORPHAN

Judul Lapsus : SKIZOFRENIA YTT (F20.9)

telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Jiwa Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar,15 Mei 2012

Konsulen Pembimbing

(dr.HJ. Rabiah Tanthawie, Sp.KJ) (dr. Wa Ode Harniana)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

REFARAT

PENYALAHGUNAAN OBAT DEXTROMETHORPHAN

LAPSUS

SKIZOFRENIA YTT (F20.9)

Oleh: Muhammad ArifNIM: C111 07 034

Pembimbing: dr. Wa Ode Harniana

Supervisior:dr.Hj . Rabiah Tanthawie, Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2012