37
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ketahun selalu meningkat. Jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, tahun 2011 sebanyak 241 juta jiwa, dan sampai dengan bulan Maret tahun 2012 mencapai 245 juta jiwa. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia menjadi negara keempat dengan penduduk terbanyak setelah China, India, dan Amerika Serikat. Selama rentang tahun 2000 - 2010, kenaikan jumlah penduduk Indonesia sebesar 1,49% per tahun. Angka ini mengalami kenaikan dibanding periode tahun 1999- 2000 yang masih sebesar 1,45% (BKKBN, 2012). Salah satu upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah dengan program Keluarga Berencana (KB). Program KB yang ditujukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan mengajak seluruh masyarakat pasangan usia subur untuk menjadi akseptor KB. Semakin banyak penduduk yang turut berpartisipasi dalam program KB, maka angka kenaikan laju pertumbuhan penduduk yang berlebihan akan bisa di tekan. Jumlah penduduk Indonesia yang sudah mengetahui tentang program KB mencapai 95%, tetapi yang memiliki kesadaran mengikuti program KB hanya 61%, 1

penkes baru

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: penkes baru

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ketahun selalu meningkat.

Jumlah penduduk tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, tahun 2011 sebanyak

241 juta jiwa, dan sampai dengan bulan Maret tahun 2012 mencapai 245 juta

jiwa. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia menjadi negara keempat

dengan penduduk terbanyak setelah China, India, dan Amerika Serikat.

Selama rentang tahun 2000 - 2010, kenaikan jumlah penduduk Indonesia

sebesar 1,49% per tahun. Angka ini mengalami kenaikan dibanding periode

tahun 1999-2000 yang masih sebesar 1,45% (BKKBN, 2012).

Salah satu upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan

penduduk Indonesia adalah dengan program Keluarga Berencana (KB).

Program KB yang ditujukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

adalah dengan mengajak seluruh masyarakat pasangan usia subur untuk

menjadi akseptor KB. Semakin banyak penduduk yang turut berpartisipasi

dalam program KB, maka angka kenaikan laju pertumbuhan penduduk yang

berlebihan akan bisa di tekan.

Jumlah penduduk Indonesia yang sudah mengetahui tentang program

KB mencapai 95%, tetapi yang memiliki kesadaran mengikuti program KB

hanya 61%, dari sekian banyak warga yang tidak ber-KB, 9% di antaranya

memiliki keinginan untuk ber-KB, tetapi urung karena berbagai pertimbangan.

Berdasarkan dari beberapa kasus yang ada, diperoleh alasan keengganan yang

disebabkan karena takut akan efek sampingnya atau prosedurnya, hingga takut

kepada tenaga medis yang menangani (BKKBN, 2012).

Alat kontrasepsi sangat berguna dalam program KB, akan tetapi tidak

semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang. Setiap pribadi

harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Pelayanan

Kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia.

Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri dari berbagai

macam metode kontrsepsi yang tersedia.

1

Page 2: penkes baru

Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak

hanya karena banyaknya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena

metode-metode tersebut mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan

kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau

biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, wanita

harus menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan mereka, efek

samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak

diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan

norma budaya mengenai kemampuan mempunyai anak (Maryani, 2008).

Pada saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai macam alat

kontrasepsi. Macam-macam metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine

Devices (IUD), implant, suntik, kondom, metode operatif untuk wanita

(MOW), metode operatif untuk pria (MOP), dan kontrasepsi pil. Alat

kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu aman pemakaiannya dan dapat

dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur

menurut keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual, harganya murah dan

dapat diterima oleh pasangan suami istri.

Peserta program KB secara nasional tahun 2010 mencapai 32 juta

akseptor yang terdiri dari sebanyak 28 juta akseptor aktif dan 4 juta akseptor

baru (BKKBN, 2010). Cakupan peserta KB aktif di Provinsi Jawa Tengah

pada tahun 2009 sebesar 78,37%. Jenis kontrasepsi yang digunakan para

peserta KB aktif ada dua, metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan

bukan metode kontrasepsi jangka panjang (NON MKJP). Persentase

penggunaan jenis kontrasepsi MKJP seperti IUD sebesar 8,77%, MOP/ MOW

sebesar 7,02%, dan implant sebesar 9,61%, sedangkan pada penggunaan jenis

kontrasepsi NON MKJP seperti suntik sebesar 55,80%, pil sebesar 17,09%,

dan kondom sebesar 1,71% (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009).

Alat kontrasepsi adalah alat untuk mencegah terjadinya kehamilan

yang sifatnya bisa sementara atau permanent. Sedangkan KB adalah

perencanaan jumlah keluarga. Menurut kamus besar bahasa Indonesia KB

adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan

membatasi jumlah kelahiran. Ada sejumlah metode yang dapat digunakan

2

Page 3: penkes baru

untuk keluarga berencana, beberapa metode lebih dapat diandalkan dari pada

metode yang lainnya karena metode tersebut memiliki keuntungan yang lebih

besar. Metode suntik adalah salah satu metode yang dapat diandalkan karena

metode tersebut memiliki keuntungan yang lebih besar seperti efektifitas yang

tinggi dan tidak memiliki pengaruh terhadap ASI. Metode ini telah menjadi

gerakan keluarga berencana nasional yang populer dan pemintanya makin hari

makin terus meningkat (Maryani, 2008).

Pemilihan alat kontrasepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa

karakteristik akseptor KB seperti pengetahuan, jarak pelayanan kesehatan,

biaya kontrasepsi, dan dukungan suami.

Hartanto (2004) menyatakan bahwa pemilihan alat kontrasepsi KB

suntik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya, yaitu : pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, jarak pelayanan kontrasepsi, biaya kontrasepsi,

dukungan suami dan pengetahuan. Umur adalah usia ibu yang secara garis

besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan

keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Tingkat pendidikan

turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan tentang manfaat, kelebihan dan kelemahan dalam penentuan alat

kontrasepsi KB suntik. Faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai

timbulnya suatu masalah pada pemilihan alat kontrasepsi yang cocok bagi

mereka. Pada ibu-ibu yang bekerja di luar rumah cenderung untuk memilih

alat kontrasepsi yang relatif aman, praktis, dan dapat dilayani di tempat-

tempat pelayanan kesehatan yang terdekat dari rumah. Pendapatan

mempengaruhi kesiapan keluarga dalam mempersiapakan semua kebutuhan

keluarga, pendapatan juga berpengaruh pada daya beli seseorang untuk

membeli sesuatu termasuk menentukan jenis pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan.

Faktor lain yang ikut menentukan pemilihan alat kontrasepsi adalah

faktor dukungan suami, dimana dukungan tersebut sangat mempengaruhi ibu

dalam pemilihan alat kontrasepsi yang cocok. Dukungan suami biasanya

berupa perhatian dan memberikan rasa nyaman serta percaya diri dalam

mengambil keputusan tersebut dalam pemilihan alat kontrasepsi. Pengetahuan

3

Page 4: penkes baru

merupakan faktor yang cukup dominan dalam pemilihan alat kontrasepsi,

informasi yang di dapat dari ibu baik dari media maupun kegiatan penyuluhan

dan seminar akan memberikan kemantapan hati dalam pemilihan alat

kontrasepsi (Hartanto, 2004).

Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional Banjarnegara program peserta KB aktif di Banjarnegara tahun 2011

sebanyak 149.575 orang, dengan pengguna kontrasepsi suntik sebesar

(55,03%), sedangakanjumlah peserta KB di wilayah kerja Puskesmas

Banjarnegara I sampai dengan bulan Maret Tahun 2012 sebanyak 4.486 orang,

dengan perincian yaitu suntik (52,31%), Pil (16,29%), Implant (5,15%), IUD

(10,57%), MOW (11,46%), Kondom (3,25%), dan MOP (1,28%).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja permasalahan mitra dalam penerapan penggunaan KB ?

2. Apa saja target yang ingin dicapai dengan penggunaan KB ?

3. Apa saja solusi yang ditawarkan ?

4

Page 5: penkes baru

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Keluarga Berencana (KB)

Program Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk

mencapai kesejahteraan keluarga. Program Keluarga Berencana merupakan

bagian terpadu dalam program pembangunan nasional yang bertujuan untuk

mewujudkan penduduk tumbuh seimbang agar kesejahteraan ekonomi,

spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia dapat tercapai dengan Total

Fertility Rate (TFR) 2,2 (BKKBN, 2005).

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

memiliki peran sentral guna mengendalikan kelahiran agar laju pertumbuhan

penduduk dapat ditekan sehingga ledakan penduduk dapat ditangani secara

terkoordinasi antara lain melalui Revitalisasi Gerakan Nasional Keluarga

Berencana, termasuk peningkatan partisipasi pria sangat diharapkan dalam ber

KB (Reza, 2011).

Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak

hanya terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-

metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan

nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita. (BKKBN, 2005).

Peningkatan dan perluasan pelayanan KB merupakan salah satu usaha untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat

yang dialami oleh wanita.

2.2 Permasalahan Mitra

BKKBN gandeng IBI dan IDI demi mencapai target MDGS 2015,

sebagai tindak lanjut Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pembangunan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB). Rakernas ini bertujuan

mewujudkan komitmen politis dan operasional program KKB melalui

kemitraan dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ikatan Bidan Indonesia

(IBI) untuk mencapai MDGS 2015. Secara khusus, Rakernas ini mempunyai

tujuan mencapai komitmen operasional dari IDI dan IBI dalam pelaksanaan

5

Page 6: penkes baru

pembangunan KKB tahun 2013 serta menjabarkan dan melaksanakan strategi

dan langkah-langkah operasional kemitraan pembangunan KKB tahun 2013.

Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, pada tanggal 18 Januari 2013

yang lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menandatangani

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Dalam

Perpres ini dinyatakan bahwa pelayanan KB merupakan bagian dari manfaat

pelayanan promotif dan preventif. Pelayanan KB tersebut meliputi konseling,

kontrasepsi dasar, vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga

yang membidangi keluarga berencana. Bidan dan dokter akan menjadi mitra

kerja BKKBN dalam pelaksanaan pelayanan KB sebagai bagian dari jaminan

kesehatan bagi semua warga negara Indonesia.

Penyelenggaraan jaminan kesehatan semesta (disingkat jamkesta,

universal health coverage) oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

direncanakan untuk diimplementasikan mulai tanggal 1 Januari 2014. Namun,

pemberlakuan jamkesta ini akan membawa implikasi bagi BKKBN dalam hal

penyediaan alat kontrasepsi gratis. Hal ini dikarenakan selama ini BKKBN

menyediakan alat kontrasepsi gratis hanya bagi pasangan usia subur (PUS)

dari kelompok prakeluarga sejahtera (pra-KS) dan keluarga sejahtera I (KS I)

atau keluarga miskin (gakin). Padahal, dalam Perpres di atas disebutkan

bahwa Peserta Jaminan Kesehatan adalah Penerima Bantuan Iuran (PBI).

Jaminan Kesehatan (meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang

tidak mampu) dan bukan PBI. Jaminan Kesehatan (merupakan peserta yang

tidak tergolong fakir miskin dan orang yang tidak mampu). Dengan demikian,

alat kontrasepsi gratis akan harus diberikan kepada seluruh masyarakat,

termasuk seluruh PUS dari berbagai status sosial ekonomi. Implikasi ini harus

segera disikapi dan ditanggapi oleh BKKBN dengan merumuskan kebijakan

dan langkah strategis sekaligus mencermati tugas dan fungsi BKKBN

sebagaimana yang ditetapkan dalam Perpres terkait.

Masalah lain yang sering dihadapi dalam upaya peningkatan

pemakaian KB adalah keterbatasan jumlah tenaga kesehatan yang terlatih

6

Page 7: penkes baru

untuk melakukan prosedur medis pelayanan MKJP dan ketersediaan sarana

penunjang pelayanan KB MKJP. Untuk mengatasi masalah ini, sampai tahun

2012, BKKBN telah melakukan pelatihan Contraceptive Technology Update

(CTU) kepada sebanyak 8.425.000 bidan dan 3.024.000 dokter. Pada tahun

2013 BKKBN menargetkan untuk memberikan pelatihan CTU kepada

sebanyak 6.129 bidan dan 384 dokter.

Dapat disimpulkan bahwa kemitraan antara BKKBN dengan IDI dan

IBI dalam jangka pendek ditujukan untuk mengoptimalkan akses dan kualitas

pelayanan KB dan KR bagi masyarakat. Dalam jangka panjang, kemitraan

BKKBN dengan IDI dan IBI ini diharapkan akan mampu membantu

pencapaian target MDG menurunkan AKI, AKA, dan AKB, serta mendukung

pencapaian terwujudnya keluarga kecil bahagia sejahtera untuk mencapai

penduduk tumbuh seimbang.

2.3 Solusi yang Ditawarkan

Dalam upaya peningkatan pemakaian KB, dokter maupun bidan wajib

memberikan informed choice sebelum calon peserta membuat keputusan dan

memilih alat kontrasepsi. Selain memudahkan calon peserta untuk memilih

alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan mereka,

pemberian informed choice juga secara signifikan dapat mencegah drop out

pemakaian kontrasepsi sehingga dapat meningkatkan jumlah peserta KB aktif

(PA).

BKKBN meminta peran serta bidan dan dokter untuk mempromosikan

pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), yang terdiri atas

implan, IUD, tubektomi, dan vasektomi. Berdasarkan hasil sementara SDKI

2012, suntik dan pil adalah dua alat kontrasepsi yang paling populer

sedangkan tingkat pemakaian MKJP hanya 10,6% atau menurun dari 10,9%

(SDKI 2007). Padahal, MKJP adalah alat kontrasepsi yang paling efektif dan

efisien.

Salah satu faktor yang dianggap mempengaruhi pemilihan alat

kontrasepsi adalah citra (image) dan persepsi negatif terhadap salah satu alat

kontrasepsi. Misalnya, adanya isu bahwa minyak pelumas kondom

menimbulkan gatal-gatal pada alat reproduksi wanita. Karena itu, diperlukan

7

Page 8: penkes baru

edukasi, khususnya oleh tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan

calon peserta KB, agar pemilihan alat kontrasepsi menjadi rasional sesuai

tujuan (untuk menunda, menjarangkan, atau membatasi kehamilan) maupun

kondisi kesehatan calon peserta KB yang bersangkutan.

2.4 Target

Jumlah anak yang meninggal adalah salah satu indikator kesehatan

yang sangat penting. MDG 4 menargetkan penurunan angka kematian anak

(AKA) tahun 1990 sebanyak duapertiganya. Hasil SDKI tahun 1991

menunjukkan bahwa AKA adalah 97 kematian per 1.000 kelahiran hidup.

Artinya, target AKA di Indonesia pada tahun 2015 adalah 32 kematian per

1.000 kelahiran. Hasil sementara SDKI tahun 2012 mengindikasikan bahwa

AKA menurun menjadi 40 kematian per 1.000 kelahiran hidup.

AKA mencakup Angka Kematian Bayi (AKB) di dalamnya.

Berdasarkan hasil SDKI tahun 1991, AKB mencapai 68 kematian per 1.000

kelahiran hidup. Ini berarti pada tahun 2015 diharapkan AKB dapat

diturunkan menjadi 22 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Hasil sementara

SDKI 2012 memperlihatkan bahwa AKB menurun menjadi 32 kematian per

1.000 kelahiran hidup. Diperkirakan pada tahun 2015 target AKA dan AKB

akan dapat dicapai.

Sementara itu, salah satu target MDG 5 adalah menurunkan AKI atau

maternal mortality ratio (MMR) hingga tiga perempatnya dari tahun 1990.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1991,

AKI adalah 390 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Dengan demikian,

target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000

kelahiran hidup. Namun, hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan bahwa AKI

baru dapat diturunkan menjadi 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Ini

berarti diperlukan upaya keras semua pihak untuk mencapai target tersebut.

Seharusnya, kelahiran adalah peristiwa yang membahagiakan. Namun,

seringkali proses melahirkan berubah menjadi tragedi. Diperkirakan sekitar

20.000 perempuan di Indonesia meninggal setiap tahun akibat komplikasi

dalam persalinan (Staker 2008). Padahal, sebetulnya hampir semua penyebab

kematian ibu tersebut dapat dicegah.

8

Page 9: penkes baru

Dalam upaya penurunan AKI, bidan mempunyai peran yang sangat

strategis. Hal ini dikarenakan bidan mempunyai kapasitas untuk memudahkan

akses pelayanan persalinan, promosi dan pendidikan/konseling kesehatan ibu

dan anak, serta melakukan deteksi dini pada kasus-kasus rujukan terutama di

perdesaan. Selain itu, bersama-sama dengan dokter, bidan mempunyai peran

dalam meningkatkan tingkat pemakaian KB sebagai tindakan preventif

terutama bagi wanita dengan resiko 4 (empat) terlalu, yaitu terlalu muda (usia

di bawah 20 tahun), terlalu tua (usia di atas 35 tahun), terlalu dekat (jarak

kelahiran antara anak yang satu dengan yang berikutnya kurang dari 2 tahun),

dan terlalu banyak (mempunyai anak lebih dari 2). Pendidikan/konseling KB

yang dilakukan oleh dokter maupun bidan akan signifikan dalam menggugah

kesadaran masyarakat untuk ber-KB karena pada umumnya masyarakat lebih

mempercayai dokter atau bidan.

2.5 Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Asuhan Keperawatan Maternitas

Pokok bahasan : Keluarga Berencana

Pelaksana : Mahasiswa PSIK B9 Program Profesi

Sasaran : Ibu Post Partum di Ruang Bersalin RSU Dr. Soetomo Surabaya

Tempat : Ruang Bersalin RSU Dr. Soetomo Surabaya

Hari/Tanggal : Jumat, 1 Agustus 2008

Pukul : 09.00 – 09.45WIB

I. Tujuan Instruksional Umum

Pada akhir proses penyuluhan, para Ibu mengerti tentang kontrasepsi untuk

keluarga berencana mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan, Ibu menyusui di ruang nifas dapat :

1. Menjelaskan pengertian kontrasepsi

2. Menjelaskan manfaat KB

9

Page 10: penkes baru

3. Menjelaskan syarat-syarat kontrasepsi

4. Menjelaskan macam-macam alat kontrasepsi

III. Materi

1. Pengertian KB

2. Manfaat KB

3. Syarat-syarat kontrasepsi

4. Macam-macam alat kontrasepsi

IV. Metode

Ceramah dan diskusi

V. Media

1. Flip Chart

2. Leaflet

VI. Sasaran

Ibu nifas di Ruang Bersalin RSU Dr. Soetomo Surabaya

VII. Kegiatan penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1. Pembukaan

5 menit

Membuka kegiatan dengan

mengucapkan salam.

Memperkenalkan diri

Menjelaskan tujuan dari

penyuluhan

Menyebutkan materi yang akan

diberikan

Menyebutkan kontrak waktu

kegiatan penyuluhan

Menjawab salam

Mendengarkan

Memperhatikan

Memperhatikan

Memperhatikan

2. Pelaksanaan

25 menit

Menggali pengetahuan Ibu

tentang kontrasepsi keluarga

Memperhatikan dan

menjawab

10

Page 11: penkes baru

berencana

Menjelaskan tentang :

- Pengertian kontrasepsi

- Manfaat KB

- Syarat-syarat kontrasepsi

- Macam-macam alat

kontrasepsi

Menanyakan hal yang belum

jelas, memberi-kan kesempatan

untuk menyampaikan pendapat

Memperhatikan

Bertanya

3. Evaluasi :

10 menit

Menanyakan kepada peserta

tentang materi yang telah

diberikan dan reinforcement

kepada yang dapat menjawab

pertanyaan

Menjawab pertanyaan

4. Terminasi :

5 menit

Bersama dengan ibu menyusui

mendiskusikan/merangkum

materi yang telah disampaikan

Mengucapkan terimakasih atas

peran serta peserta.

Mengucapkan salam penutup

Membagikan leaflet

Mendengarkan

Menjawab salam

Menerima leaflet

VII. Pengorganisasian

Moderator : Haidir Fitri, S.Kep

Pembicara : Pamiani, S.Kep.

Observer : Andika Siswo, S.Kep.

Fasilitator : Dian Eko P.A, S.Kep.

Nara sumber : Endang, Amd. Keb

Retnayu Pradanie, S.Kep Ns

IX. Uraian Tugas

11

Page 12: penkes baru

Moderator :

1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan

4. Menyebutkan materi yang akan diberikan

5. Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan

6. Menulis pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan.

7. Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.

8. Mengatur waktu kegiatan penyuluhan

Pembicara :

1. Menggali pengetahuan keluarga tentang kontrasepsi keluarga berencana

2. Menjelaskan materi mengenai kontrasepsi keluarga berencana

3. Menjawab pertanyaan peserta

Fasilitator :

1. Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan

2. Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan.

3. Memotivasi pasien agar dapat berpartisipasi mengikuti penyuluhan.

4. Memotivasi pasien untuk mengajukan pertanyaan saat moderator

memberikan kesempatan bertanya.

5. Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta.

6. Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan.

Observer :

1. Mengobservasi persiapan dan jalannya proses kegiatan.

2. Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan

penyuluhan berlangsung.

3. Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi hasil

penyuluhan.

12

Page 13: penkes baru

X. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksaan kegiatan.

b. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan

c. Peserta hadir ditempat penyuluhan sesuai kontrak yang disepakati

2. Evaluasi Proses

a. Peserta mampu menjelaskan pemahaman tentang kontrasepsi keluarga

berencana

b. Peserta mampu berdiskusi tentang kontrasepsi keluarga berencana

c. Diharapkan peserta yang hadir dalam penyuluhan sebanyak 10 orang.

d. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat penyuluhan

berlangsung.

3. Evaluasi Hasil

a. Peserta mampu memberikan umpan balik tentang kontrasepsi

b. Seluruh peserta aktif dan kooperatif selama proses diskusi

2.6 Materi

MATERI PENYULUHAN

1. PENGERTIAN

Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang bersifat

sementara ataupun menetap. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa

menggunakan alat, secara mekanis, menggunakan obat/alat, atau dengan

operasi.

2. MANFAAT KB

a. Menunda kehamilan

Pasangan dengan istri berusia dibawah 20 tahun dianjurkan

menunda kehamilannya.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :

- Reversibilitas yang tinggi karena akseptor belum mempunyai

anak

- Efektivitas yang relatif tinggi, penting karena dapat

13

Page 14: penkes baru

menyebabkan kehamilan resiko tinggi

Kontrasepsi yang sesuai : pil, alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR) mini, cara sederhana.

Alasan :

- Usia dibawah 20 tahun adalah usia dimana sebaiknya tidak

mempunyai anak dulu.

- Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral karena peserta masih

muda.

- Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan

muda masih sering berhubungan (frekuensi tinggi) sehingga

mempunyai angka kegagalan yang tinggi.

- Penggunaan AKDR mini bagi yang belum mempunyai anak

dapat dianjurkan, terutama pada akseptor dengan

kontraindikasi terhadap pil oral.

b. Mengatur kehamilan

Masa saat istri berusia 20-30 tahun adalah yang paling baik untuk

melahirkan 2 anak dengan jarak kelahiran 3-4 tahun.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :

- Reversibilitas cukup tinggi

- Efektivitas cukup tinggi karena akseptor masih mengharapkan

mempunyai anak.

- Dapat dipakai 3-4 tahun.

- Tidak menghambat produksi ASI

Kontrasepsi yang sesuai : AKDR, pil, suntik, cara sederhana, susuk

KB, kontrasepsi mantap (kontap).

Alasan :

- Usia 20-30 tahun merupakan usia terbaik untuk mengandung

dan melahirkan.

- Segera setelah anak lahir, dianjurkan untuk menggunakan

AKDR sebagai pilihan utama.

- Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun

tidak/kurang berbahaya karena akseptor berada pada usia yang

14

Page 15: penkes baru

baik untuk mengandung dan melahirkan.

c. Membatasi kehamilan

Saat usia istri diatas 30 tahun , dianjurkan untuk mengakhiri

kesuburan setelah mempunyai 2 anak.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :

- Efektivitas sangat tinggi karena kegagalan dapat menyebabkan

kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak.

- Reversibilitas sangat rendah

- Dapat dipakai untuk jangka panjang

- Tidak menambah kelainan yang sudah ada.

Kontrasepsi yang sesuai : kontrasepsi mantap

(tubektomi/vasektomi), susuk KB, AKDR suntikan, pil, dan cara

sederhana.

Alasan :

- Ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan tidak hamil lagi

atau tidak punya anak lagi karena alasan medis.

- Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

- Pada kondisi darurat, kontap cocok dipakai ddan relatif lebih

baik dibandingkan susuk KB atau AKDR.

- Pil kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan

mempunyai kemungkinan timbulnya efek samping dan

komplikasi.

3. SYARAT-SYARAT KONTRASEPSI

a. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya

b. Efek samping yang merugikan tdak ada

c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan

d. Tidak mengganggu hubungan seksual

e. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama

pemakaiannya

f. Cara penggunaannya sederhana

g. Harganya terjangkau

h. Dapat diterima oleh pasangan

15

Page 16: penkes baru

4. MACAM-MACAM ALAT KONTRASEPSI

a. Metode amenore laktasi

Metode amenore laktasi bila menyusui secara penuh, belum haid,

umur bayi kurang dari 6 bulan.

Efektivitas : menyusui anak meningkatkan kadar prolaktin yang

menghambat ovulasi. Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya

kesuburan mungkin didahului haid. Efek ketidaksuburan karena

menyusui dapat dipengaruhi oleh aspek-aspek : cara menyusui,

seringnya menyusui, lamanya setiap kali menyusui, jarak antara

menyusui.

b. Metode Keluarga berencana alamiah (KBA)

Senggama dihindari pada masa subur yaitu pada fase siklus

menstruasi dimana kemungkinan tejadi konsepsi/kehamilan. Yang

seharusnya tidak menggunakan KBA :

Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya

membuat kehamilan menjadi suatu kondisi risiko tinggi

Perempuan dengan siklus haid tidak teratur, kecuali metode

pantang berkala

Pasangan tidak mau berpantang selama waktu tertentu.

Pantang berkala adalah tidak melakukan persetubuhan pada masa

subur istri. Untuk menentukan masa subur istri dipakai 3 patokan yaitu

:

Ovulasi terjadi 14 kurang lebih 2 hari sebelum haid yang akan

datang

Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi

Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.

Koitus dihindari sekurang-kurangnya 48 jam sebelum ovulasi dan

24 jam sesudah ovulasi terjadi. Terdapat 3 cara sistem pantang

berkala yaitu :

Sistem kalender : memakai kalender

16

Page 17: penkes baru

Secara umum ovulasi terjadi pada 14 kurang lebih 2 hari sebelum

hari pertama haid yang akan datang. Pada wanita dengan haid yang

tidak teratur, masa subur dapat diperhitungkan dengan suatu rumus

dimana ia harus mempunyai catatan daur haidnya selam 6-12 bulan.

Masa berpantang dihitung dengan memakai rumus sebagai berikut :

Hari 1 mulai subur = siklus terpendek – 18

Hari terakhir masa subur = siklus terpanjang - 11

Sistem suhu basal badan : memakai termometer

Menjelang ovulasi, suhu badan akan turun (hari ke 12 dan 13 siklus

haid), pada hari ke 14 terjadi ovulasi, lalu suhu badan akan naik lagi

sampai lebih tinggi dari suhu sebelum ovulasi pada hari ke 15 dan 16.

kelemahan : merepotkan untuk mengukur suhu badan setiap hari,

pencatatan tidak akurat jika terjadi infeksi, ketegangan atau gangguan

tidur, hanya dapat digunakan jika siklus haid teratur sekitar 28-30 hari.

Metode lendir serviks

Setelah haid berakhir, umumnya beberapa hari tidak ada lendir dan

daerah vagina dirasakan kering. Setelah hari-hari kering, mulai melihat

adanya lenir, karena lendir tidak seberapa lembab masih dirasakan

kering. Saat ovulasi terjadi dan estrogen meningkat, lendir menjadi

basah, jumlahnya makin bertambah dan warnanya semakin jernih.

Lendir ini menyerupai putih telur dan dapat direnggangkan perlaha-

lahan diantara 2 jari. Setelah ovulasi, progestero meningkat dan lendir

serviks berubah.

c. Senggama terputus

Merupakan cara kontrasepsi tertua, yaitu penarikan penis dari

vagina sebelum terjadi ejakulasi.

Efektivitasnya :

Angka kegagalan : 4-18 kehamilan per 100 perempuan pertahun

Adanya pengeluaran cairan sebelum ejakulasi yang mengandung

sel mani

Terlambat mengeluarkan penis dari liang senggama

Bila semen tumpah di vulva dan terdapat penumpukan semen, sel

17

Page 18: penkes baru

mani dapat masuk kedalam dan menyebabkan kehamilan.

d. Metode barrier

Kondom (karet KB)

Kondom pertama kali dipakai untuk menghindari terjadinya

penularan penyakit kelamin, terbuat dari karet tipis (lateks).

Cara kerja : barier penis sewaktu melakukan koitus, mencegah

pengumpulan sperma pada vagina.

Efektivitas : gagal karena kondom yang bocor atau kurangnya

kedisiplinan pemakai.

Diafragma vagina

Saat ini diafragma terdiri atas kantong karet yang berbentuk

mangkuk dengan per elastik pada pinggirnya.

Prinsip kerja : menghalangi sel sperma masuk kedalam kanalis

servikalis, yang dipertinggi efektivitasnya dengan memasukkan

spermisida kedalam mangkuk dan mengoleskan pada pinggirnya.

Kerugian : angka kegagalan (21-25 kehamilan per 100 wanita

pertahun), memerlukan pengukuran awal (pemeriksaan dalam)

oleh petugas KB yang terlatih, dipakai setiap kali hubungna

seksual, memerlukan spermisida setiap kali pemakaian yang

mungki harganya mahal dan sulit diperoleh, beberapa klien dapat

mengakibatkan infeksi saluran kencing, harus dibierkan tetap

dalam vagina minimal 6 jam setelah senggama.

Kontra indikasi : alergi terhadap karet dan spermisida, riwayat

infeksi saluran kencing, abnormalitas saluran genitalia (prolaps

uteri, fistula vagina, hiperantefleksi atau hiperretrofleksi uterus).

Spermisida

Bentuk : busa, tablet, krim, tissue.

Cara kerja : menginaktifkan sperma sebelum melewati serviks.

Efektivitas : kurang efektif dibandingkan dengan suntikan, pil dan

AKDR. Efektivitas meningkat jika dipakai bersama penggunaan

kondom atau diafragma.

18

Page 19: penkes baru

Keuntungan : aman bagi kesehatan, tidak memerlukan pemeriksaan

medis, segera bekerja efektif, mudah pemakaiannya.

Kerugian : angka kegagalan tinggi, perlu dipaki terus menerus saat

hubungan seksual, beberapa klien merasa seperti terbakar dan

iritasi pada genitalis eksterna, harus menunggu sekitar 7-10 menit

sesudah penggunaan, mungkin persediaan sulit dan relatif mahal.

e. Kontrasepsi kombinasi

Penggunan estrogen dan progesteron menghambat proses ovulasi,

sejak itu perkembangan kontrasepsi hormonal terus berlangsung.

Estrogen : mempengaruhi ovulasi, perjalanan ovum atau impalntasi

Progesteron untuk kontrasepsi : membuat lendir serviks menjadi

lebih pekat.

Kontrasepsi hormonal dibedakan 2 macam : kontrasepsi pil dan

suntikan.

1) Pil kombinasi

Manfaat : memilik efektivitas yang tinggi, siklus haiid menjadi

teratur dan banyak haid berkurang, mudah dihentikan setiap saat,

kesuburan segera kembali setelah pil dihentikan.

Keterbatasan : mual terutama 3 bulan pertama, perdarahan bercak,

pusing, berat badan naik, mengganggu laktasi.

Pil mini/pil progestin : pil ini hanya mengandung progesteron saja

dan tidak mengandung estrogen. Pil mini harus diminum tiap hari,

juga pada saat haid. Tanpa estrogen, pil mini dianjurkan bagi para

wanita yang masih menyusui, dan lain-lain yang mempunyai

masalah bersangkutan dengan estrogen.

2) Suntikan kombinasi

- Suntikan cyclofem sebulan sekali.

Kontraindikasi : hamil atau diduga hamil, menyusui dibawah 2

minggu pasca persalinan, perdarahan pervaginam tanpa sebab,

penyakit hati akut, riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan

darah tinggi, riwayat tromboemboli, keganasan payudara.

- Kontrasepsi suntikan progestin, jenis : depo

19

Page 20: penkes baru

medroksiprogesteron asetat (DMPA) setiap 3 bulan, depo

noristerat setiap 2 bulan.

Cara kerja : mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks,

menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi, menghambat

transportasi gamet oleh tuba.

Keuntungan : tidak mengnadung estrogen sehingga tidak berdampak

serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah,

tidak berpengaruh terhadap ASI.

Efek samping : amenore, perdarahan/spotting, perubahan berat

badan.

f. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)

Mekanisme kerja : menghambat kemampuan sperma untuk masuk

kedalam tuba falopii, mencegah sperma dan ovum bertemu, mencegah

implantasi telur dalam uterus.

Keuntungan : efektivitas tinggi, metode jangka panjang 10 tahun, tidak

mempengaruhi hubungan seksual, tidak mempengaruhi ASI, tidak ada

efek samping hormonal.

Efek samping : perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak,

perdaraha antar menstruasi, disminorea, merasakan sakit dan kram

selama 3-5 hari setelah pemasangan.

Kontra indikasi : sedang hamil, perdarahan pervaginam tanpa sebab,

sedang menderita infeksi alat genital, kelainan bawaan uterus yang

abnormal.

g. Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)

Jenis : - Norplant terdiri dari 6 batang, lama kerja 5 tahun

- Implanon terdiri dari 1 batang, lam kerja 3 tahun

Mekanisme kerja : menekan ovulasi, membuat lendir serviks menjadi

kental dan membuat endometrium tidak siap menerima kehamilan.

Efek samping : kelainan dalam haid, anoreksia, sakit kepala, kadang-

kadang terjadi perubahan libido dan berat badan.

h. Kontrasepsi mantap (tubektomi, vasektomi)

Tubektomi pada wanita (sterilisasi)

20

Page 21: penkes baru

Kontrasepsi permanen yang dilakukan dengan cara melakukan

tindakan pada kedua saluran telur dengan menghalangi pertemuan

ovum dengan sperma.

Yang dapat menjalani tubektomi :

1) Usia > 26 tahun

2) Paritas > 2

3) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko kesehatan

yang serius

4) Pasca persalinan dan pasca keguguran

5) Paham dan sukarela setuju dengan prosedur ini

Terdapat beberapa cara :

1) Dengan memotong saluran telur

2) Dengan membakar saluran telur menggunakan aliran listrik

3) Dengan menjepit saluran telur : klip dan cincin

4) Dengan menyumbat dan menutu saluran telur

Pesan kepada klien sebelum pulang :

1) Istirahat dan jaga luka tidak basah minimal 2 hari

2) Dianjurkan tidak melakukan aktivtas seksual selama 1

minggu

3) Jangan mengangkat benda berat sekurang-kurangnya

selama 1 minggu

4) Bila terdapat gejala-gejala seperti : demam diatas suhu

38ºc, pusing dan rasa berputar, nyeri perut menetap atau

meningkat, keluar cairan atau darah dari luka sayatan

segera memeriksakan diri.

Vasektomi pada pria

Adalah tindakan memotong dan penutupan saluran mani (vas

deferen) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat

produksinya di testis.

Perawatan pasca bedah :

1) Daerfah operasi tetap kering dan istirahat paling sedikit 2

hari

21

Page 22: penkes baru

2) Tidak melakukan pekerjaan mengangkat beban atau kerja

berat selam 3 hari

3) Bila ingin melakukan hubungan seksual, sebaiknya

dilakukan setelah 2-3 hari pasca bedah, selama 10-12

ejakulasi, klien harus menggunakan kondom atau

pasangnannya menggunakan kontrasepsi yang sesuai.

4) Bila terjadi perdarahan, keluar nanah, nyeri berat, bengkak,

disertai suhu badan meninggi, segera hubungi tenaga

kesehatan.

22

Page 23: penkes baru

BAB 3

PENUTUP

Salah satu upaya pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk

Indonesia adalah dengan program Keluarga Berencana (KB). Program KB yang

ditujukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan mengajak

seluruh masyarakat pasangan usia subur untuk menjadi akseptor KB. Semakin

banyak penduduk yang turut berpartisipasi dalam program KB, maka angka

kenaikan laju pertumbuhan penduduk yang berlebihan akan bisa di tekan.

Program Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk

mencapai kesejahteraan keluarga. Program Keluarga Berencana merupakan

bagian terpadu dalam program pembangunan nasional yang bertujuan untuk

mewujudkan penduduk tumbuh seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual,

dan sosial budaya penduduk Indonesia dapat tercapai. Alat kontrasepsi adalah alat

untuk mencegah terjadinya kehamilan yang sifatnya bisa sementara atau

permanent. Sedangkan KB adalah perencanaan jumlah keluarga.

Pada saat sekarang ini telah banyak beredar berbagai macam alat

kontrasepsi. Macam-macam metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine

Devices (IUD), implant, suntik, kondom, metode operatif untuk wanita (MOW),

metode operatif untuk pria (MOP), dan kontrasepsi pil. Alat kontrasepsi

hendaknya memenuhi syarat yaitu aman pemakaiannya dan dapat dipercaya, efek

samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur menurut

keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual, harganya murah dan dapat

diterima oleh pasangan suami istri.

23

Page 24: penkes baru

DAFTAR PUSTAKA

http://www.jdih.net/web_bppkb/berita/269/bkkbn-gandeng-ibi-dan-idi-demi-

capai-target-mdgs-2015 dikutip pada 25 Juni 2014

Mansjoer. (2000). Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1. Media

Aesculapius : FKUI.

Rabe, Thomas. (2003). Buku saku ilmu kandungan. Jakarta : Hipokrates.

Sarwono. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono

prawirohardjo

24