16
1 PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI PENCAPAIAN KOMPETENSI KLINIK MAHASISWA DIII KEPERAWATAN Catur Budi Susilo Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta email: [email protected] Abstract To achieve quality nurses, it is an effort to change attitudes and behaviors of the students for the purpose of education. The purpose of education is to prepare curriculum must fit with the skills to reach refer to established standards. The question is whether clinical competence achieved so far is enough for the parameters of quality of graduates? One strategy is to observe and assess the attainment of competencies in education. With achieving the competition into account, manager of higher education can do political allocation resources for learning, methods, and targets of clinical competence in order to achieve student competence. Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN Pendidikan diploma merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dibidang tertentu, dimana proses pendidikannya adalah memberikan bekal pengetahuan, sikap dan ketrampilan agar siap memasuki dunia kerja, sehingga kurikulum harus didisain agar mahasiswa memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya dengan proses pembelajaran yang berkualitas. Upaya pemerintah melalui kementerian kesehatan telah berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satu diantaranya adalah dengan pemberlakuan kurikulum diploma 3 keperawatan yang berbasis kompetensi. Upaya untuk mencapai kompetensi akan memotivasi peserta didik dan pengajar untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang lebih baik, agar mahasiswa mencapai standar kompetensi. Oleh karena itu dengan diberlakukannya kurikulum

PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

  • Upload
    hatram

  • View
    214

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

1

PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI PENCAPAIAN

KOMPETENSI KLINIK MAHASISWA DIII KEPERAWATAN

Catur Budi Susilo

Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta

email: [email protected]

Abstract

To achieve quality nurses, it is an effort to change attitudes and behaviors

of the students for the purpose of education. The purpose of education is to

prepare curriculum must fit with the skills to reach refer to established

standards. The question is whether clinical competence achieved so far is

enough for the parameters of quality of graduates? One strategy is to observe

and assess the attainment of competencies in education. With achieving the

competition into account, manager of higher education can do political

allocation resources for learning, methods, and targets of clinical competence in

order to achieve student competence.

Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan

PENDAHULUAN

Pendidikan diploma merupakan

pendidikan tinggi yang mempersiapkan

peserta didik untuk bekerja dibidang

tertentu, dimana proses pendidikannya

adalah memberikan bekal pengetahuan,

sikap dan ketrampilan agar siap memasuki

dunia kerja, sehingga kurikulum harus

didisain agar mahasiswa memperoleh

pekerjaan sesuai dengan bidang

keahliannya dengan proses pembelajaran

yang berkualitas.

Upaya pemerintah melalui

kementerian kesehatan telah berusaha

untuk meningkatkan kualitas pendidikan,

salah satu diantaranya adalah dengan

pemberlakuan kurikulum diploma 3

keperawatan yang berbasis kompetensi.

Upaya untuk mencapai kompetensi akan

memotivasi peserta didik dan pengajar

untuk meningkatkan mutu pembelajaran

yang lebih baik, agar mahasiswa mencapai

standar kompetensi. Oleh karena itu

dengan diberlakukannya kurikulum

Page 2: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

2

Diploma 3 keperawatan oleh Departemen

Kesehatan (Kementerian Kesehatan) pada

tahun 2006, yang berbasis kompetensi

diharapkan akan mendapatkan lulusan

yang berkualitas sesuai dengan tuntutan

stakeholder (unit pelayanan kesehatan,

terutama di rumah sakit, puskesmas).

Menurut Schipper & Patriana

(1994:23-25), bahwa seseorang yang

dianggap memiliki kompetensi apabila ia

telah memiliki kualifikasi kejuruan

(kompetensi profesi), kualifikasi

penunjang, kualifikasi interdisipliner,

kualifikasi operasional, dan kualifikasi

kepribadian dan personalitas. Finch &

Crunkilton (1979:111) menjelaskan bahwa

pendidikan kejuruan menekankan pada

pengembangan ketrampilan,

pengembangan kemampuan unjuk kerja,

dan penyiapan untuk mendapatkan

pekerjaan. Pendidikan kejuruan tidak

hanya terkait dengan pengembangan

ketrampilan, tetapi juga pengembangan

untuk seluruh kompetensi yang dimiliki

peserta didik untuk mengekspresikan

dirinya dalam bekerja.

Dalam konteks penddidikan

kejuruan, belajar yang sesungguhnya

adalah bekerja di tempat kerja, karena di

tempat kerja seseorang dapat

memanfaatkan potensi dirinya secara

maksimal. Dengan demikian peserta didik

dapat kesempatan yang luas untuk

mencapai kompetensi yang diinginkan.

Pencapaian kompetensi, selain bergantung

kepada keefektifan pelaksanaan proses

pembelajaran, tetapi juga bergantung

kepada sistem penilaian. Melalui sistem

penilaian terhadap pembelajaran, sekolah

akan memperoleh informasi yang akurat

tentang kualitas pembelajaran, sehingga

sekolah dapat memperbaiki segala

kekurangan. Perbaikan kualitas

pembelajaran dan sistem penilaian sangat

penting , karena ia berkaitan langsung

dengan pencapaian kompetensi lulusan.

Hasil pengamatan di pendidikan

diploma III keperawatan hasil evaluasi

belajar disamping dilakukan di kelas, dan

laboratorium namun juga penilaian

kompetensi dilakukan dengan ujian kasus

di lahan praktek, sehingga hasil belajar

yang diperoleh pesert didik belum

mencerminkan kompetensi yang

sesungguhnya. Berdasarkan fenomena di

atas maka evaluasi pencapaian kompetensi

sangatlah penting. Pencapaian kompetensi

yang tepat bukan saja berguna untuk

Page 3: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

3

mengetahui keberhasilan peserta didik

yang sesungguhnya, tetapi juga berguna

untuk pengembangan lembaga pendidikan,

kompetensi yang dimaksud adalah

berfokus pada kompetensi dalam

pencapaian praktek di rumah sakit

Menurut Melton (1994:285)

kompetensi terdiri atas pengetahuan,

ketrampilan dan sikap. Dengan kata lain

dalam perspektif dunia pendidikan,

kompetensi dapat diartikan sebagai sejauh

mana kemampuan unjuk kerja sistim telah

tercapai sessuai dengan target yang telah

ditentukan. Kemampuan unjuk kerja terdiri

atas kemampuan pengetahuan, ketrampilan

dan sikap kerja. Oleh karena itu evaluasi

kompetensi yang berbasis pada pencapaian

klinik perlu dilakukan, disamping kapasitas

pengetahuan dan sikap. Salah satu tujuan

evaluasi yang dilakukan adalah untuk

melihat kembali apakah program yang

dilaksanakan sesuai dengan target dan

mencapai hasil sesuai yang diharapkan.

Dari hasil kegiatan evaluasi, akan dapat

diketahui hal hal yang telah dicapai,

apakah suatu program dapat memenuhi

kriteria yang telah ditentukan. Berdasar

hasil evaluasi, dapat diambil keputusan

apakah program tersebut akan:1)

diteruskan 2) direvisi 3) dihentikan atau 4)

dirumuskan kembali sehingga dapat

ditemukan tujuan, sasaran dan alternatif

baru yang sama sekali berbeda dengan

sebelumnya.

Berdasarkan fakta yang ada pada

penyelenggara pendidikan D3

keperawatan, evaluasi pencapaian

kompetensi dilakukan setelah kegiatan

belajar dilaksanakan untuk kompetensi

yang diharapkan. Pencapaian kompetensi

selama praktek klinik tidak menjadi

parameter kualifikasi kompetensi

mahasiswa. Sistim audit tidak valid dan

akurat (dari sisi pemantauan capaian

kompetensi). Dari panduan akademik

evaluasi kompetensi menggunakan

pendekatan OSCE (Objective Structure

Competencies Evaluation) atau CPX

(Clinical Practice Examination) baik teori

maupun ketrampilan yang terintegrasi di

kelas, laboratorium dan lahan praktek

klinik. Evaluasi tersebut dilakukan per

semester setelah mahasiswa mengakhiri

suatu mata kuliah keperawatan yang

dilakukan mulai semester tiga sampai

semester enam. Hal ini karena pada

semester tersebut peserta didik sudah mulai

Page 4: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

4

kegiatan praktek klinik baik di rumah sakit

maupun di puskesmas.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Tujuan Pendidikan

Pendidikan vokasional (diploma)

harus bisa menciptakan peserta didik yang

kompeten pada bidang tertentu sehingga

setelah selesai (lulus) diproyeksikan

kedalam tiga tujuan: (1) mampu bekerja

untuk dapat menghidupi dirinya sendiri;

(2) menjadi wirausahawan yang mampu

bekerja untuk dapat menghidupi dirinya

sendiri dan merekrut orang lain untuk

diajak berkerja; dan (3) melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

(Depdiknas, 2009: 20).

Tujuan pendidikan keperawatan

jenjang Diploma IIII adalah menghasilkan

perawat profesional pemula yang

kompeten dalam: 1) memberikan asuhan

keperawatan sesuai dengan

kewenangannya, 2) menerapkan prinsip

manajemen asuhan keperawatan 3)

Berperan serta dalam penelitian

keperawatan dan menggunakan hasil

penelitian dalam asuhan keperawatan. Dan

4) mengembangkan kemampuan

profesional secara terus menerus.

Kompetensi Pendidikan Vokasi

Menurut Echols dan Shadily

(2007:132) kompetensi diterjemahkan

sebagai kecakapan, kemampuan dan

kompetensi. Diitinjau dari perspektif

estimologi berasal dari kata kompeten atau

mampu. Kata mampu memiliki arti sebagai

kemampuan atau keahlian untuk

melakukan suatu pekerjaan atau aktifitas.

Tinjauan lebih luas dari kata kompetensi

yang terkait dengan terminologi

ketenagakerjaan, adalah suatu

kemampuan/kecakapan yang dilandasi oleh

pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk

melakukan suatu pekerjaan

DEST (2002: 3) menyebutkan bahwa

“Competency is used to refer to an

observable behaviour performed to a

specified level and therefore provides a

basis for the assessment of performance“.

Kompetensi digunakan merujuk pada suatu

perilaku kerja yang dapat diamati pada

tingkatan tertentu dan hal tersebut

memberikan dasar bagi penilaian kinerja.

Beberapa definisi yang berkaitan dengan

pengertian di atas, antara lain:

”Competence is defined as a combination

of relevant skills, konwledge and

understanding and ability to apply them”.

Page 5: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

5

(National Vocational Qualifications

(NVQs) United Kingdom, 2008).

Undang-Undang (UU) No. 13 tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat

10 menyebutkan bahwa kompetensi adalah

kemampuan kerja setiap individu yang

mencakup aspek pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja yang sesuai

dengan standar yang ditetapkan. Sementara

pada Surat Keputusan Mendiknas nomor

045/U/2002 tentang Kurikulum Inti

Perguruan Tinggi dikemukakan bahwa

kompetensi adalah seperangkat tindakan

cerdas, penuh tanggungjawab yang

dimiliki seseorang sebagai syarat untuk

dianggap mampu oleh masyarakat dalam

melaksanakan tugas-tugas di bidang

pekerjaan tertentu.

Robert A. Roe (2001:)

mengemukakan definisi dari kompetensi

adalah “Competence is defined as the

ability to adequately perform a task, duty

or role. Competence integrates knowledge,

skills, personal values and attitudes.

Competence builds on knowledge and

skills and is acquired through work

experience and learning by doing.

Kompetensi menurut Roe didefinisikan

sebagai kemampuan untuk melakukan

tugas secara memadai, kerja atau peran.

Kompetensi mengintegrasikan

pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai

pribadi dan sikap. Kompetensi didasarkan

pada pengetahuan dan keterampilan dan

diperoleh melalui pengalaman kerja dan

belajar sambil melakukan.

Jordan, Carlile, and Stack (2008:203)

membedakan antara kompetensi dan

kompeten. Kompetensi merupakan

kemampuan melakukan seperangkat tugas

yang membutuhkan integrasi pengetahuan,

keterampilan, dan sikap. Sedangkan

kompeten merupakan kemampuan

melakukan peran secara efektif dalam

suatu konteks.

Dalam konteks pengembangan

kompetensi lulusan pendidikan vokasi,

maka penilaian kompetensi perlu secara

komprehensif mengarah kepada

kompetensi lunak (soft-competence) dan

keras (hard-competence). Kompetensi

lulusan sekolah menengah kejuruan dengan

demikian memiliki arti kemampuan atau

kecakapan kerja lulusan yang dilandasi

oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap

untuk melakukan suatu pekerjaan, yang

pengukurannya menggunakan acuan

tertentu (criterion-referenced).

Page 6: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

6

Secara khusus kearah satu tujuan

pendidikan vokasi adalah untuk membekali

peserta didik dengan kompetensi-

kompetensi sesuai dengan program

keahlian yang dipilih. Oleh karena lulusan

diploma dipersiapkan untuk memasuki

lapangan kerja, maka secara ekonomis,

semakin tinggi kualitas pendidikan

seseorang, maka akan semakin produktif,

sehingga selain akan meningkatkan

produktivitas nasional juga akan

meningkatkan daya saing tenaga kerja di

pasar grobal.

Menurut Gonczi (1998: 38),

karakteristik penting yang terdapat pada

model-model pendidikan berbasis

kompetensi, di antaranya: 1)Adanya daftar

kompetensi yang terdokumentasikan

disertai dengan standar dan kondisi khusus

untuk masing-masing kompetensi. 2)

Setiap saat siswa dapat dinilai pencapaian

kompetensinya ketika telah siap. 3)

Pembelajaran berlangsung dengan format

modul yang berkaitan dengan masing-

masing kompetensi. 4) Penilaian

berdasarkan standar tertentu dalam bentuk

pernyataan-pernyataan kompetensi. 5)

Sebagian besar penilaian berdasarkan

keterampilan yang didemontrasikan secara

nyata. 6) Siswa dapat memperoleh

pengecualian dari bagian pembelajaran dan

melanjutkan ke unit kerja berikutnya

berdasarkan kompetensi yang telah

tercapai. 7)Hasil belajar siswa dicatat dan

dilaporkan dalam pernyataan-pernyataan

kompetensi

Pendidikan vokasi sebagai salah satu

jenis pendidikan dalam perguruan tinggi

(PT) diberikan kebebasan akademik

sebagaimana diatur dalam UU No 20 tahun

2003 terutama pada pasal 24 ayat 1 yang

berbunyi “Dalam penyelenggaraan

pendidikan dan pengembangan ilmu

pengetahuan, pada perguruan tinggi

berlaku kebebasan akademik dan

kebebasan mimbar akademik serta otonomi

keilmuan”. Sementara penjelasan pasal 35

ayat (1) menyebutkan bahwa kompetensi

lulusan merupakan kualifikasi kemampuan

lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan sesuai

dengan standard nasional yang telah

disepakati.

Kebebasan akademik, mimbar

akademik, dan otonomi keilmuan yang

disandang oleh perguruan tinggi

menyebabkan beragamnya kompetensi

lulusan yang bisa dihasilkan antara satu PT

Page 7: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

7

dengan PT yang lain. Khusus kompetensi

lulusan Diploma III keperawatan

ditentukan oleh pusat dimana kurikulum

inti sebesar 96 SKS dan muatan pelengkap

dapat dikembangkan di institusi sebesar

14-24 SKS. Kurikulum institusional

dikembangkan sesuai dengan keadaan dan

kebutuhan lingkungan serta ciri khas yang

bersangkutan.

Kompetensi DIII Keperawatan

Kurikulum berbasis kompetensi

menekankan pada kemampuan yang harus

dimiliki oleh lulusan suatu jenjang

pendidikan. Kemampuan yang harus

dicapai dinyatakan dengan standar

kompetensi, yaitu kemampuan minimum

yang harus dicapai lulusan. Standar

kompetensi merupakan modal utama untuk

bersaingdi tingkat global, karena

persaingan yang terjadi adalah pada

kemampuan sumber daya manusia. Oleh

karena itu, penerapan pendidikan berbasis

kompetensi diharapkan akan menghasilkan

lulusan yang mampu berkompetisi baik di

tingkat regional, nasional dan global

(Djemari Mardapi, 2005:74)

Implikasi penerapan kurikulum

berbasis kompetensi terletak pada

pengalaman belajar, proses pembelajaran,

dan sistem penilaian.yang tepat perlu

diketahui karakteristik kurikulum yang

digunakan. Karakteristik penting

kurikulum berbasis kompetensi adalah,

hasil belajar dinyatakan dengan

kemampuan atau kompetensi yang dapay

didemonstrasikan atau ditampilkan. Semua

peserta didik harus mencapai ketuntasan

belajar, yaitu menguasai kompetensi dasar.

Kecepatan peserta didik tidak sama, dan

penilaian menggunakan acuan kriteria.

Ada 29 kompetensi yang harus

dicapai oleh peserta didik DIII

keperawatan, dan masing masing terdiri

atas beberapa sub kompetensi, sehingga

total sub kompetensi berjumlah 229 sub

kompetensi. Keduapuluh sembilan

kompetensi tersebut adalah:1) Menerapkan

konsep, prinsip etika keperawatan dan

komunikasi dalam praktek keperawatan

professional, 2) Menerapkan pendekatan

proses keperawatan dalam melaksanakan

asuhan keperawatan dengan berpikir kritis

3) Mengkonsultasikan penanganan pasien

terhadap tim kesehatan lain 4)

Melaksanakan tindakan pengobatan

sebagai hasil kolaborasi 5) Melaksanakan

tindakan diagnostik dan tindakan khusus

sebagai hasil kolaborasi 6) melaksanakan

asuhan keperawatan pada pasien dengan

gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen

Page 8: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

8

7) Melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan pemenuhan

kebutuhan cairan, elektrolit dan darah 8)

Melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan kebutuhan nutrisi

9. Melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan pemenuhan

kebutuhan eliminasi urin dan fekal 10)

melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien dengan gangguan pemenuhan

kebutuhan rasa aman dan nyaman

11)Melaksanakan asuhan keperawatan

pada pasien dengan gangguan mobilisasi

dan transportasi 12) Melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan

istirahat dan tidut 13) melaksanakan

asuhan keperawatan pqada pasien terminal

14) melaksanakan asuhan keperawatan

pada pasien menjelang ajal 15)

melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien pre dan post operasi 16)

Melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien gawat darurat 17)melaksanakan

asuhan keperawatan pada anak sehat 18)

Melaksanakan asuhan keperawatan pada

anak sakit 19) Melaksanakan asuhan

keperawatan pada bayi resiko tinggi

20) Melaksanakan asuhan keperawatan

pada ibu hamil normal dan komplikasi 21)

melaksanakan asuhan keperawatan pada

ibu intrnatal dan bayi baru lahir 22)

Melaksanakan asuhan keperawatan pada

ibu post partum normal dan komplikasi 23)

melaksanakan asuhan keperawatan pada

pasien dengan masalah kesehatan

reproduksi 24) Melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien dengan masalah

psikososial 25)Melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien ganggusan jiwa

26) Melaksanakan asuhan keperawatan

komunitas 27) Melaksanakan asuhan

keperawatan pada kelompok khusus (anak

sekolah, pekerja,lansia) 28) melaksanakan

asuhan keperawatan pada keluarga dan 29)

berperan serta dalam penelitian dan

pengembangan keperawatan

Work Based Learning dalam Praktek

klinik

Work Based Learning (WBL) atau

Pembelajaran Berbasis Kerja telah

menjadi ciri khas pendidikan kejuruan

pada berbagai negara di berbagai belahan

bumi ini. Model pembelajaran berbasis

kerja yang telah membumi dalam dunia

kejuruan (model ini belum terbantahkan)

saat ini menjadikan WBL suatu keharusan

untuk diimplementasi jika kesuksesan

ingin diraih. Pengalaman di beberapa

negara maju menunjukkan bahwa metoda

Page 9: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

9

ini mampu menjembatani gap/kesenjangan

transisi (transition) antara dunia

pendidikan (education) dan dunia kerja

(workforce) yang menjadi tantangan besar

yang harus disikapi dan dicarikan

pemecahannya (Sawchuk, 2010).

Konsekuensi dari WBL adalah bagi

penyelenggara pendidikan kejuruan

dituntut untuk sadar (aware) dan

memahami (understand) WBL mulai dari

perencanaan, implementasi hingga

evaluasi. Keterlibatan stageholder

(sekolah, dunia kerja dan penerintah)

pendidikan kejuruan dalam mengelola

pendidikan kejuruan yang menempatkan

WBL sebagai model pembelajaran harus

terus digali, dikembangkan dan dipelihara

keberlangsungannya (sustainability).

Program yang setengah-setengah (tidak

tuntas (mastery), bukan tuntutan dari atas)

dan berorientasi proyek semata (bila

selesai proyek tidak ada kelanjutan) karena

tergantung dari funding luar negeri, justru

akan membuat segala sesuatunya tidak

jelas termasuk model WBL yang

sebenarnya akan memberikan kontribusi

kepada pendidikan kejuruan dianggapnya

sebagai model yang tidak baik. Memang

adopsi dan adaptasi sangat diperlukan

untuk menyesuaikan dengan kultur bangsa.

Inilah pentingnya pemahaman dan

komitmen bersama dalam membangun

serta mengembangkan pendidikan kejuruan

melalui penerapan/implementasi WBL

pada pendidikan kejuruan.

Menurut Reg Revans dan Gregory

Bateson dalam bukunya Raelin (2008:1)

menjelaskan bahwa laju belajar harus sama

dengan atau melebihi tingkat perubahan,

belajar tidak hanya menciptakan tapi juga

menyesuaikan, memperluas, dan

memperdalam pengetahuan. Tanpa

pengetahuan baru atau yang disesuaikan,

tidak mungkin untuk mengubah makna

tindakan kita atau tindakan itu sendiri.

Sayangnya, kita telah menjadi terkondisi

untuk model kelas yang memisahkan teori

dari praktek, yang membuat belajar

tampaknya tidak praktis, relevan, dan

membosankan.

Ditegaskan pula bahwa Work Based

Learning (WBL) adalah pelajaran atau

program dimanana kampus/sekolah dengan

organisasi pekerjaan bersama-sama

menciptakan pengalaman pembelajaran

dan peluang baru di tempat pekerjaan

(Boud, 2001: 6). Untuk menjadikan belajar

sebagai jalan hidup maka pembelajaran

harus berlangsung secara alamiah dan

menyenangkan. Pemisahan teori dari

Page 10: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

10

paraktik membuat pembelajaran terasa

tidak relevan, tidak berguna dan

membosankan. WBL mempersyaratkan

sebuah kombinasi dari analisis rasional,

imajinasi dan intuisi yang bermanfaat

dalam mengembangkan pemikiran. Untuk

mendukung ketercapaian program tersebut

pembelajarannya dapat dilakukan dengan

pendekatan akademik, pendekatan

kecakapan hidup (life skill), pendekatan

kurikulum berbasis kompetensi

(competency-based curriculum),

pendekatan kurikulum berbasis luas

(broad-based curriculum), pendekatan

kurikulum berbasis produksi (production-

based curriculum). Sedangkan pola

penyelenggaraannya dilakukan dengan

prinsip pendidikan sistem ganda (PSG),

yaitu pendidikan yang dilakukan secara

bekerja sama antara sekolah dan dunia

usaha dan industri (DU/DI), baik melalui

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian

kurikulum, yang bertujuan untuk

mendekatkan kebutuhan dunia usaha dan

industri. Kurikulum Berbasis Kerja (Work

Based Curriculum) yang direncanakan

sefihak (belum melibatkan dunia kerja),

keengganan fihak industri dalam menerima

siswa/mahasiswa praktik, kurang seriusnya

pembimbing industri dalam menangani

siswa/mahasiswa praktik, kurangnya

kontrol sekolah terhadap pelaksanaan

magang (PSG atau PKL atau Praktik

klinik) yang dikarenakan kurangnya dana,

sering berubahnya kebijakan pemerintah

dan masih banyak lagi; menjadi tantangan

dan memuntut keseriusan semua fihak

untuk memikirkan jalan keluarnya.

Menurut Nurhadi, dkk. (2004) kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan. Kurikulum menjadi prasarat

yang harus dirumuskan terlebih dahulu

(prerequisite) supaya tujuan pembelajaran

dapat tercapai. Dengan demikian dalam

penyusunan kurikulum berbasis kerja

(work based curriculum) harus

mengintegrasikan antara belajar di kelas

dengan pengalaman di dunia kerja.

Pendekatan pembelajaran dalam

mengimplementasikan kurikulum di

keperawatan antara lain dengan

pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning), pembelajaran kooperatif

(Cooperatif Learning), pembelajaran

berbasis inquiry (Inquiry Based Learning),

pembelajaran autentik (Authentic

Page 11: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

11

Instruction), pembelajaran berbasis

proyek/tugas (Project Based Learning),

pembelajaran Berbasis Kerja (Work Based

Learning), dan pembelajaran berbasis jasa

layanan (Service Learning) (Nurhadi dkk,

2004).

Dari metoda-metoda pembelajaran

di atas menempatkan pembelajaran

berbasis kerja (Worked Based Learning)

pada posisi sangat penting dalam

mengeimplementasikan kurikulum ,

dimana WBL merupakan pembelajaran

dengan pendekatan yang memungkinkan

siswa menggunakan konteks tempat kerja

untuk mempelajari materi pelajaran dan

menggunakan materi tersebut di tempat

kerja. Jadi tempat kerja atau sejenisnya

dipadukan dengan materi pelajaran untuk

mendapatkan pengalaman baru bagi siswa.

Kurikulum pendidikan DIII

keperawatan berbasis kompetensi

(competency-based) baik dalam

perancangan dan penyusunan maupun

dalam pelaksanannya juga harus

menggunakan pendekatan berbasis

kompetensi, termasuk dalam sistem

penilaian yang digunakan. Uji kompetensi

keahlian yang merupakan sistem penilaian

hasil belajar yang dilaksanakan pada akhir

pembelajaran untuk menilai apakah siswa

tersebut memiliki kompetensi tertentu.

Sehingga perlu ditegaskan bahwa

konsekuensi dari penerapan pembelajaran

berbasis kompetensi adalah bahwa

penilaian hasil belajarnya juga harus

berbasis kompetensi (Competency-based

Assessment /CBA).

Implementasi WBL dalam

keperawatan sudah dimulai ketika peserta

didik masuk pada semester tiga, mereka

harus menjalani kegiatan praktik klinik di

rumah sakit, mengikuti kegiatan perawat di

rumah sakit, dengan mengacu pada

beberapa target ketrampilan klinik yang

harus dikuasai, namun begitu peserta didik

juga dikondisikan bahwa mereka juga

dianggap sebagai perawat oleh passien di

rumah sakit, ini dilakukan sampai semester

enam, ketika akan mengakhiri masa

studinya.

Metode Pencapaian Kompetensi

Assessment menurut Finch (1999 :

271) didefinisikan sebagai as the

determination of the merit or worth of a

curriculum (or portion of that curriculum).

It includes gathering information for use in

judging the merit of the curriculum,

program, or curriculum materials.

Sedangkan menurut Australia's National

Page 12: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

12

Training Framework (NTF), competency-

based assessment didefinisikan ; whether a

person has the skills, knowledge and

experience required to perform specific

tasks in the workplace, or to gain credit

towards a vocational education and

training qualification or course.

Assessment is based on industry

determined competency standards.

Sedangkan asesmen/pengujian menurut

Depdiknas (2004:3) adalah suatu proses

pengumpulan bukti dari seseorang, sebagai

bahan untuk membuat penilaian apakah

yang bersangkutan kompeten atau belum

kompeten sesuai dengan standar yang

ditetapkan. Bukti-bukti yang dikumpulkan

tersebut mencakup aspek pengetahuan,

keterampilan dan sikap sesuai dengan

tuntukan pekerjaan/tugas atau jabatan

sesuai dengan tuntutan standar yang

ditetapkan.

Penilaian hasil belajar dalam sistem

pembelajaran kompetensi pada dasarnya

merupakan proses penentuan untuk

memastikan peserta didik apakah sudah

kompeten atau belum kompeten.

Penentuan tersebut dilakukan dengan cara

membanadingkan bukti-bukti hasil belajar

(learning evidence) yang diperoleh seorang

peserta didik dengan kriteria kinerja

(performance criteria) yang ditetapkan

pada standar kompetensi. Untuk

mengumpulkan bukti-bukti tersebut dapat

dilakukan melalui berbagai metode, sesuai

dengan karasteristik keahlian dan konteks

pengujian. Lebih lanjut Depdiknas

(2004:1) merumuskan tujuan penilaian

(assessment) hasil belajar berbasis

kompetensi (competency-based

assessment) antara lain: (a) menyediakan

acuan atau referensi penilaian hasil belajar

peserta didik yang sesuai dengan

kurikulum pendidikan yang berbasis

kompetensi (Competency-basec

curriculum), (b) meningkatkan mutu

pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta

didik baik yang langsung berkaitan dengan

proses pembelajaran di sekolah dan di

industri, maupun yang berkaitan dengan

penilaian penguasaan kompetensi, (c)

mengembangkan model penilaian berbasis

kompetensi (competency-based

assessment) yang dalam pelaksanaannya

melibatkan unsur internal dan eksternal

yang relevan.

Adapun kriteria penilaian meliputi

(Depdiknas: 2007): (a) validitas, (b)

reliabilitas, (c) terfokus pada kompetensi,

(d) komprehensif, (e) obyektif, dan (d)

mendidik. Sedangkan teknik penilaian

Page 13: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

13

dapat dilakukan dengan cara: (a) penilaian

unjuk kerja, (b) penilaian sikap, (c)

penilaian tertulis, (d) penilaian proyek, (e)

penilaian produk, (f) penggunaan

portoforio, dan (g) penilaian diri. Serta

terdapat 10 faktor (Cumming, 2004) yang

mempengaruhi keberhasilan penilaian di

pendidikan kejuruan meliputi ; (1) a

strong curriculum base influencing

assessment, (2) the incorporation of

school-based assessment in all

certification, (3) preference for standards-

referenced assessment, (4) respect for

teacher judgement, (5) increasing

vocational education delivery within

schooling, (6) multiple pathways to future

study and careers, (7) school-based

assessment in the compulsory years of

schooling, (8) moves towards outcomes-

based frameworks, (9) issues relating to

national benchmark data, and (10) equity

issues.

Dalam rangka mengumpulkan bukti

untuk membuat penilaian, dipakai

beberapa metode pengujian yang selama

ini sudah banyak dipakai sebagai metode

evaluasi untuk mengukur keberhasilan

proses pendidikan dan pelatihan. Metode

penilaian kompetensi dapat dilakukan

dengan cara (Gonczi: 1998),: (a) norm-

referenced standards, (b) task-referenced

standards, (c) criterion-referenced

standards. Masih menurut Gonczi (1998)

metode penilaian berbasis kompetensi

antara lain ; (1) pencil and paper test, (2)

multiple choice test, (3) written response

test, (4) oral assessment, (5) performance

assessment, (6) work-based assessment.

Senada dengan hal tersebut Depdiknas

(2004:3) mengajukan beberapa model,

yaitu: (1) test tertulis, (2) wawancara, (3)

observasi, (4) portfolio, (5)

penugasan/pemberian proyek dan (6)

menggunakan pihak ketiga. Pada

pelaksanaan asesmen untuk menetapkan

seseorang kompeten atau belum, perlu

dipakai lebih dari satu metode pengujian

yang dipakai untuk pengumpulan bukti.

Penggunaan lebih dari satu metode

dimaksudkan agar asesmen yang dilakukan

dap

PENUTUP

1. Pencapaian kompetensi klinik

(ketrampilan) peserta didk sebagai

penilaian hasil belajar dalam sistem

pembelajaran kompetensi pada dasarnya

merupakan proses penentuan untuk

memastikan peserta didik apakah sudah

kompeten atau belum kompeten.

Page 14: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

14

Penentuan tersebut dilakukan dengan

cara membandingkan bukti-bukti hasil

praktek klinik (clinical learning

evidence) yang diperoleh seorang

peserta didik dengan kriteria kinerja

(performance criteria) yang ditetapkan

pada standar kompetensi. Untuk

mengumpulkan bukti-bukti tersebut

dapat dilakukan melalui berbagai

metode, diantaranya adalah jumlah

ketrampilan yang diperoleh dan uji

praktek klinik (CPX), serta ujian di

laboratorium keperawatan dengan

model OSCE.

2. Pelaksanaan Competensy-based

Learning di DIII keperawatan

berdampak terhadap sistem penilaian

yang digunakan. Sehingga perlu

ditegaskan bahwa konsekuensi dari

penerapan pembelajaran berbasis

kompetensi adalah bahwa penilaian

hasil belajarnya juga harus berbasis

kompetensi (Competency-based

Assessment /CBA).

3. Ada tiga model pencapaian kompetensi

klinik peserta didik, yaitu: (a)jumlah

pencapaian target ketrampilan sesuai

dengan bidang/mata ajaran (b) uji

klinik di lahan praktik dengan

pendekatan CPX, dan (c) model uji

kompetensi di laboratorium

keperawatan dengan menggunakkan

model OSCE .Ketiga model itulah yang

menjadi parameter kelulusan peserta

didik yang dianggap menjadi parameter

kualitas lulusan.

4. Perlu adanya pengembangan lahan

praktik klinik apabila jumlah target

ketrampilan yang dicapai mahasiswa

belum memenuhi standart yang

ditetapkan sebagai tolok ukur

ketrampilan yang dicapai yang menjadi

parameter lulusan, karena jumlah

peserta didik juga harus disesuaikan

dengan jenis ketrampilan yang ada di

tatanan klinik

DAFTAR PUSTAKA

Boud, david. & Solomon, Nicky. (2001).

Work-based Learning: A New

Higher Education?. Philadelphia :

SRHE and Open University Press.

Depdiknas. (2004). Direktori Lembaga

Sertifikasi Profesi dan Tempat Uji

Kompetensi, Ditektorat Jendral

Pendidikan Dasar dan Menengah.

Jakarta

Depdiknas. 2007. Model Penilaian Kelas,

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan SMK. Badan Standar

Nasional Pendidikan/BSNP

Page 15: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

15

Depkes. (2006). Kurikulum Pendidikan

DIII Keperawatan, Jakarta:

Pusdiknakes

Djemari Mardapi. (2005). Rekayasa sistem

Penilaian Dalam rangka

meningkatkan Kualitas

pendidikan. HEPI, Pascasarjana

Yogyakarta

Djemari Mardapi. (2003). Desain dan

penilaian pembelajaran

mahasiswa. Makalah

Disampaikan pada Seminar

Nasional Kurikulum 2004

berbasis Kompetensi, tanggal 10

januari 2003 di Universitas

Ahmad dahlan Yogyakarta

Dest (Department of Education, Science

and Traini). (2002).Employability

Skills for the Employability Skills

the future,Australia:

Commonwealt

Mahasiswa. Makalah Disampaikan

pada seminarnnasional Kurikulum

2004 berbasis kompetensi, tanggal

10 januari 2003 di Universitas

Ahmad dahlan, Yogyakarta

Echols JM dan Shadily. (2007). Kamus

Inggris Indonesia, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama

Finch, C. R., & Crunkilton, J. R. (1999).

Curriculum Development in

Vocational and Technical

Education : Planning, Content and

Implementation 5th

Ed. Boston,

Massachusetts : Allyn & Bacon,

Inc.

Finch, C. R., & Crunkilton, J. R. (1979).

Curriculum Development in

Vocational and Technical

Education : Planning, Content and

Implementation. Boston,

Massachusetts : Allyn & Bacon,

Inc.

Gonczi, A., (1998). Developing a

competent workforce: Adult

training strategies for vocational

educators and trainers. Leadbrook

SA: National Centre for

Vocational Education Research

Harris, R., et al. (1995). Competency Base

Education and Training: Between

a rock and whirlpool. Australia:

Macmilan Education Australia

PTY. LTD

Howell, K.W. & Nolet V. (2000).

Curricullum Based Education:

Teaching And Decision Making (

3rded). Canada: Wadsworth

Thomson Learning.

Jordan, A., Carlile, O., and Stack, A.

(2008). Approach to Learning : A

Guide for teachers. Newyork:

Open University Press & Mc.

Graw Hill.

Melton, R.F. (1994). Competencies in

Perspektive. Educational

Research, 36 (3), 285-294

Raelin, J. A. (2008). Work Based Learning

: Bridging Knowledge and Action

in The Workplace. San Francisco :

Jossey-Bass A Wiley Company.

Schippers & Patriana. (l994). Pendidikan

Kejuruan Di Indonesia, Bandung:

Angkasa.

Page 16: PENINGKATAN MUTU LULUSAN MELALUI …poltekkesjogja.net/jurnal/wp-content/uploads/2017/05/Peningkatan... · Kata Kunci: Pencapaian Kompetensi, kompetensi klinik, DIII Keperawatan PENDAHULUAN

16