95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL FILM ANIMASI SISWA KELAS IV SD NEGERI I TALUNOMBO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : NIKEN ARESTA NIM. X7108717 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

  • Upload
    ledieu

  • View
    275

  • Download
    15

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA

AUDIO VISUAL FILM ANIMASI SISWA KELAS IV SD NEGERI I TALUNOMBO KECAMATAN

BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Oleh : NIKEN ARESTA NIM. X7108717

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO

VISUAL FILM ANIMASI SISWA KELAS IV SD NEGERI I TALUNOMBO KECAMATAN BATURETNO

KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh : NIKEN ARESTA NIM. X7108717

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

Page 3: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Page 4: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi Cerita Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual Film Animasi Siswa Kelas IV SD Negeri I Talunombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun Pelajaran 2009/2010

Oleh :

Nama : Niken Aresta

NIM : X7108717

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Kartono, M.Pd. .................................................

Sekretaris : Drs. Usada, M.Pd. .................................................

Anggota I : Ngadino Y, M.Pd. .................................................

Anggota II : Dra. Siti Istiyati, M.Pd .................................................

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP.19600727198702 1 001

Page 5: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Abstract

Niken Aresta, THE IMPROVEMENT OF THE ABILITY OF LISTENING ATTENTIVELY OF SUBSTANCE STORY BY USING THE AUDIO VISUAL ANIMATED FILM MEDIA IN INDONESIAN LANGUAGE SUBJECT FOR THE FOURTH GRADE STUDENTS OF TALUNOMBO I BATURETNO REGENCY OF WONOGiRI IN THE 2009/2010 ACADEMIC YEAR. Mini thesis. Surakarta : Education and Pedagogy Faculty of Sebelas Maret University. Surakarta, April 2011 The goals to be achieved in the research is to improve the ability of listening attentively of substance story by using the audio visual Animated film media in Indonesian subject also to solve the constraint in the imploying by audio visual animated film media for the fourth grade student of Talunombo 1 state owned elementary schools, Baturetno regency of Wonogiri in the 2009/2010 academic year . This research is class room action research. The model consist of one system that formed a cycle.. Each cycle consist of four stages. Such as ; planning, action, observation, analysis and reflection. This research held in Talunombo 1 state owned elementary school. The subject of this research are teacher and the fourth grade student of Talunombo 1 Baturetno regency of Wonogiri in the 2009/2010 academic years consist of 22 students. The technique that used to conclude the data consist of : observation, archives recording test and documentation. The data’s validity were used on this research is theorys triangulation and curriculums triangulation. The data’s analyzing technique that used is Miles and Huberman interactives analysis that conclude of three action.They are : data reduction, data gathering, and make conclusions. According to this research can be knowing that the pre cycle is showing result are 36,36% students can thorough the mastery learning.The first cycle showing 45,45 % or grow up 9,09% from pre cycle. But this result have not reached the worked indicators yet that certain of student who have theroughed the mastery learning 70%. The research is continued to the second cycle. The students who can through the mastery learning are 81,81% grow up 36.36% from the first sycle . Based from the second cycle the research is success., because the students who can through the mastery learning extend 81,81% was over from the worked indicators that certained.It can be concluded that the audio visual film animation media can improved the listening atentivevely on the fourth grade students of Talunombo 1 state owned elementary school, subdistrict Baturetno regency Wonogiri in the 2009/2010 of academic year.

Page 6: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

ABSTRAK

Niken Aresta, PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL FILM ANIMASI SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 TALUNOMBO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011 Tujuan peelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui media audio visual film animasi serta mengatasi kendala-kendala dalam menggunakn media audio visual film animasi pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Talunombo, kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun ajaran 2009/2010.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model ini menggambarkan serangkaian langkah yang membentuk siklus. Setiap langkah terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. PEnelitian ini dilaksanakan di SD negeri 1 Talunombo, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 22 siswa. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi: observasi, pencatatan arsip dan dokumen, tes dan dokumentasi. Validitas data yang digunakanadalah triangulasi teori dan kurikulum/ isi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif Milles dan Hubermn yang mencakup tiga kegiatan yaitu: Reduksi data, penyajian data, dn penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada prasiklus menunjukkan hasil sebanyak 36,36% siswa lulus Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ). Siklus I menunjukkan sebanyak 45,45% atau meningkat sebanyak 9,09% dari prasiklus. Namun hasil ini belum mencapai indikator kerja siswa yaitu siswa lulus KKM sebanyak 70% . Penelitian kemudian dilanjutkan pada siklus II. Siswa yang lulus KKM sebanyak 81,81% meningkat sebesar 36,36% dari siklus I. Berdasarkan penelitian pda siklus II maka penelitian dinyatakan berhasil, karena jumlah siswa yang lulus KKM yaitu 81,81% telah melebihi indikator kerja yang ditentukan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah media audio fisual film animasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak si cerita pada mat pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Nenegri 1 Talunombo, kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri tahun ajaran 2009/2010

Page 7: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

MOTTO

“ Veni vidi vici”

( Julius Caesar )

Page 8: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

PERSEMBAHAN

Skrisi ini kupersembahkan kepada :

1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu menjadi

motivatorku

2. Riska Septian kakakku

Page 9: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulis menyadari banyak sekali hambatan yang menimbulkan

kesulitan dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat rahmat-Nya akhir ini

dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah mlibatkan berbagi pihak.

Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih.

Ucapan terima kasi penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.pd selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan izin bagi penulis untuk menyusun skripsi ini.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah menyetujui dan mengesahkan judul skripsi yang telah diajukan.

3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

4. Ngadino Y, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah tulus ikhlas

membimbing, mengarahkn dan memberikan petunjuk dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Dra. Siti Istiyati, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah tulus ikhlas

membimbing mengarahkan dn meberikan petunjuk dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Ali Supomo selaku kepala sekolah SD Negeri 1 Talunombo

7. Sri Wahyuni selaku guru kelas IV SD Negeri 1 Talunombo

8. Bapak/ ibu guru beserta staf SD Negeri 1 Talunombo, yang telah membntu

dlam pelaksanaan penelitian.

Dalam menyusun skripsi ini penulis menyadari masih ada kekurangan.

Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan.

Page 10: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan dan dunia pendidikan pda umumnya.

Surakarta, April 2011

Penulis

Page 11: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i PENGAJUAN SKRIPSI .................................................................................. ii PERSETUJUAN .............................................................................................. iii PENGESAHAN ............................................................................................... iv ABSTRAK ....................................................................................................... v ABSTRACT ..................................................................................................... vi MOTTO ........................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................. 3 C. Pembatasan Masalah ................................................................ 3 D. Rumusan Masalah .................................................................... 4 E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4 F. Manfaat Penelitian ................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6

1. Tinjauan Tentang Kemampuan Menyimak ....................... 6 a. Pengertian Kemampuan ............................................. 6 b. Kecerdasan Linguistik ............................................... 7 c. Pengertian Menyimak .................................................. 7 d. Tujuan Menyimak ....................................................... 8 e. Pengertian Bahasa Indonesia ....................................... 10

2. Tinjauan Tentang Media Audio Fisual Film Animasi ....... 10 a. Pengertian Media Pembelajaran .................................. 10 b. Media Sebagai Bahasa Guru ....................................... 11 c. Pemilihan Media ......................................................... 12 d. Fungsi Media Pembelajaran ........................................ 14 e. Jenis Media ................................................................. 15 f. Pengertian Audio Visual ............................................. 17 g. Pengertian Film ........................................................... 17 h. Jenis Film .................................................................... 19 i. Sejarah Animasi .......................................................... 20 j. Pengertian Film Animasi ............................................. 22 k. Jenis Animasi .............................................................. 24 l. Jenis Teknik Film Animasi ......................................... 27

B. Penelitian Yang Relevan .......................................................... 29 C. Kerangka Berfikir .................................................................... 30 D. Hipotesis ................................................................................... .. 32

Page 12: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 33 B. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................. 34 C. Sumber Data ............................................................................. 35 D. Subjek Penelitian ...................................................................... 36 E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 36 F. Validitas Data ............................................................................ 37 G. Analisis Data ............................................................................. 38 H. Prosedur Penelitian .................................................................... 39 I. Indikator Kerja .......................................................................... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 43 B. Diskripsi Hasil Penelitian ......................................................... 43 C. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................... 75

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan .................................................................................. 78 B. Implikasi ................................................................................... 79 C. Saran ........................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... ..... 81 LAMPIRAN

Page 13: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar bagan kerangka berfikir .................................................. 31

Gambar 2. Gambar model tindakan dari Kurt Levin ..................................... 34

Gambar 3 Gambar model analisis interaktif Milles dan Huberman ............. 38

Gambar 4 Gambar grafik kelas distribusi frekuensi pra siklus ...................... 44

Gambar 5 Gambar kelas distribusi frekuensi siklus I pertemuan I ................ 54

Gambar 6 Gambar kelas distribusi frekuensi siklus I pertemuan II ............... 59

Gambar 7 Grafik data nilai terendah, tertinggi, dan hasil belajar .................. 62

Gambar 8 Grafik distribusi frekuensi siklus II pertemuan I .......................... 70

Gambar 9 Grafik distribusi frekuensi siklus II pertemuan II ......................... 72

Gambar 10 Grafik perbandingan nilai terendah, tertinggi, dan belajar tuntas

pra siklus dan siklus I .................................................................... 74

Gambar 11 Grafik perbandingan ketuntasan dan peran serta pra siklus,siklus I 74

dan siklus II

Page 14: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Indikator siklus I ................................................................ 41

Tabel 2. Tabel indikator siklus II ................................................................ 41

Tabel 3 Tabel daftar distribusi frekuensi pra siklus .................................. 44

Tabel 4 Tabel distribusi frekuensi siklus I pertemuan I ............................. 54

Tabel 5 Tabel prosentase ketuntasan KKM siklus I pertemuan I.............. 55

Tabel 6 Tabel distribusi frekuensi siklus I pertemuan II ............................ 57

Tabel 7 Tabel prosentase ketuntasan KKM siklus I pertemuan II ............. 58

Tabel 8 Tabel ketuntasan KKM dan peran serta siswa pra siklus dan siklus I 61

Tabel 9 Tabel perbandingan hasil belajar pra siklus dan siklus I ............... 62

Tabel 10 Tabel distribusi frekuensi siklus II pertemuan I ............................ 70

Tabel 11 Tabel daftar ketuntasan KKM siklus II pertemuan I ..................... 70

Tabel 12 Tabel distribusi frekuensi siklus II pertemuan II .......................... 71

Tabel 13 Tabel ketuntsan KKM siklus II pertemuan II ............................... 72

Tabel 14 Tabel perbandingan ketuntasan KKM dan peran serta siswa, ..... 73

pra siklus siklus I dan siklus II

Tabel 15 Tabel perbandingan hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II 73

Page 15: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Bahasa Indonesia kelas IV ............................................. 83

Lampiran 2 Daftar Siswa Kelas IV .................................................................. 84

Lampiran 3 Daftar Nilai Pra Siklus .................................................................. 85

Lampiran 4 Tabel Prosentase dan Frekuensi Pra Siklus ................................... 86

Lampiran 5 Grafik Data Nilai Pra Siklus......................................................... 87

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................... 88

Lampiran 7 Instrumen Penilaian Evaluasi Siklus I ........................................... 92

Lampiran 8 Lembar Instrumen Siklus I ........................................................... 94

Lampiran 9 Lembar Observasi Siklus I ........................................................... 99

Lampiran 10 Daftar Skor Nilai, Prosentase dan Frekuensi serta Grafik Siklus I 107

Lampiran 11Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................. 110

Lampiran 12 Instrumen Penilaian EvaluasiSiklus II ........................................ 114

Lampiran 13Lembar Instrumen Siklus II ......................................................... 115

Lampiran 14 Lembar Observasi Siklus II ........................................................ 120

Lampiran 15 Data Skor Nilai, Prosentase dan Frekuensi serta ................... 128

Grafik Siklus II

Page 16: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan pendidikan mengalami perubahan dan

perkembangan setiap saat untuk menuju arah yang lebih baik, serta mengarah

pada hal yang modern. Dengan pesatnya perkembangan hidup manusia menuntut

kita untuk berfikir kritis dan maju serta senantiasa mengembangkan pengetahuan

di dunia pendidikan. Karena pendidikan merupakan salah satu sarana untuk

meningkatkan mutu dan kualitas hidup. Semakin tinggi mutu pendidikan kita

maka akan semakin bermakna pula kehidupan.

Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara terus menerus

(continue) serta mnyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan

nilai-nilai pancasila. Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk

meningkatkan dan mengembangkan kecakapan ( life skill ) yang diwujudkan

melalui seperangkat kompetensi, agar siswa dapat bertahan hidup serta

menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan masa yang akan datang. Untuk

itu , sekolah dapat mewujudkan tujuan pendidikan.

Sekolah sebagai tempat peserta didik belajar. Dalam belajar diharapkan

peserta didik dapat memperoleh prestasi belajar yang baik. Akan tetapi terkadang

prestasi belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan daya serap

masing-masing peserta didik berbeda dalam menerima pelajaran yang

disampaikan oleh guru ( Winkel, 1984 : 162) . Untuk memperoleh prestasi yang

diharapkan, baik guru maupun peserta didik harus saling mendukung serta

berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun salah satu mata pelajaran

yang diharapkan mempunyai prestasi yang baik adalah pelajaran bahasa

Indonesia.

Belajar Bahasa Indonesia berarti belajar berkomunikasi. Sebab bahasa

merupakan salah satu alat komunikasi. Dengan Bahasa, maka seseorang dapat

saling bertukar pikiran, ide dan informasi. Dengan Bahasa, manusia dapat

birenteraksi antara satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, belajar

1

Page 17: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

bahasa Indonesia sama halnya dengan belajar berinteraksi dan berkomunikasi

antara satu dengan lainnya.

Guru dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya terbatas pada penularan

ilmu pengetahuan, tapi juga memberikan teladan, baik tingkah laku dan berbicara,

yaitu berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena

itu guru diharapkan mampu menguasai seluruh aspek dan keterampilan berbahasa

sesuai dengan struktur dan aturan yang berlaku. Henry Guntur Tarigan (1993)

menjelaskan aspek keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu

keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skill), keterampilan berbicara

(speaking skill) keterampilan membaca (reading skill), keterampilan menulis

(writing skill).

Penerapan aspek keterampilan harus dilakukan oleh guru secara optimal

dengan penerapan strategi, yaitu metode pembelajaran inovatif, media, dan

teknik pembelajaran yang tepat. Media yang tepat dalam meningkatkan

keterampilan aspek berbahasa salah satunya adalah dengan menggunakan media

audio visual.(Yudhi Munadi :11:2008).

Berdasarkan observasi penulis saat pembelajaran Bahasa Indonesia

khususnya kemampuan menyimak isi cerita peserta didik kelas IV SD Negeri 1

Talunombo Baturetno Wonogiri masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil

nilai ulangan harian dalam aspek menyimak masih di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) 70, pada tahun ajaran 2008/2009 nilai ulangan harian khususnya

aspek menyimak 60. Hal ini disebabkan karena hanya menggunakan metode

ceramah dan tidak menggunakan media yang menarik bagi siswa sehingga anak

merasa bosan terhadap pembelajaran tersebut. Oleh karena itu penulis ingin

melakukan tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita

dengan menggunakan media audio visual

Media audio visual merupakan media pandang dengar yang berupa

potongan-potangan gambar dan diolah melalui tekhnik tertentu dan memberikan

kesan hidup pada gambar sehingga memudahkan anak untuk meriilkan sesuatu

yang bersifat abstrak serta disesuaikan dengan dunia anak, sehingga dapat

merangsang peserta didik lebih berkonsentrasi dan lebih memahami materi yang

diajarkan karena penyampaian materi dengan media audio visual bisa lebih jelas

Page 18: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

daripada penyampaian materi melalui ceramah yang menjenuhkan. Selain itu,

media audio visual memberikan kesan positif yaitu lebih menarik, lebih

menyenangkan, dan memberikan memori yang kuat ( Yudi Munadi, 2008 :13)

Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa perlu untuk melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul “ Peningkatan Kemampuan Menyimak Isi

Cerita Bahasa Indonesia Melalui Media Audio Visual Film Animasi Siswa Kelas

IV SD Negeri 1 Talunombo, Baturetno, Wonogiri Tahun 2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasar latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah

sebagai berikut :

1. Adanya anggapan siswa bahwa pelajaran bahasa Indonesia adalah

pelajaran yang menjenuhkan.

2. Penggunaan media audio visual untuk pelajaran Bahasa Indonesia

merupakan suatu media pembelajaran yang inovatif dan efektif, khususnya

pada peningkatan kemampuan menyimak isi cerita.

3. Belum tercapainya kompetensi (tujuan pembelajaran) sesuai dengan

harapan.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan untuk spesifikasi masalah pada fokus

tertentu sehingga dimungkinkan dapat mengkaji dan meneliti lebih mendalam

tentang permasalahan tertentu. Pembatasan masalah yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah :

1. Peningkatam kemampuan menyimak isi cerita kelas IV SD Negeri 1

Talunombo Baturetno Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010.

2. Penggunaan media audio visual film animasi pada peningkatan

kemampuan menyimak isi cerita pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Page 19: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

D. Rumusan Masalah

Supaya masalah dalam suatu penelitian dapat terjawab dengan baik, maka

masalah harus dirumuskan dengan baik dan jelas. Berdasar latar belakang di atas

maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah media audio visual film animasi dapat meningkatkan kemampuan

menyimak isi cerita siswa kelas IV SD N 1 Talunombo Baturetno?

2. Apakah keuntungan dan kendala dalam penggunaan media audio visual

film animasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita siswa

SD 1 Talunombo Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010 ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada mata pelajaran bahasa

Indonesia melalui media audio visual film animasi pada siswa kelas IV SD

Negeri 1 Talunombo Baturetno Tahun Ajaran 2009/2010.

2. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam penggunaan media audio visual

film animasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita mata

pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 1 Talunombo

Baturetno Wonogiri Tahun ajaran 2009/2010.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan pengetahuan di dunia pendidikan.

b. Dapat memberikan pengetahuan kepada guru tentang media pembelajaran

inovatif serta penerapannya, yaitu audio visual film animasi

Page 20: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

2. Manfaat Praktis

a. Untuk Siswa

Dengan adanya penelitian tindakan kelas, siswa yang mengalami kesulitan

belajar dapat diminimalkan, yang selanjutnya hasil belajar siswa akan

meningkat. Kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia

khususnya kemampuan menyimak isi cerita dapat meningkat sehingga

kriteria ketuntasan dapat meningkat.

b. Untuk Guru

Dengan dilaksanakan penelitian tindakan kelas, guru dapat meningkatkan

kemampuan mengajarnya dengan menggunakan strategi pembelajaran

yang bervariasi, termasuk dalam memilih metode dan media yang sesuai

dengan tujuan dan materi yang akan diberikan sehingga apa yang

diharapkan oleh guru dapat tercapai.

c. Untuk Sekolah

Dapat memberikan masukan dalam usaha perbaikan proses pembelajaran

para guru. Sehingga pendidikan dapat meningkat.

Page 21: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Kemampuan Menyimak

a. Pengertian Kemampuan

Setiap manusia yang terlahir di dunia telah dianugerahi kemampuan oleh

Sang Pencipta. Kemampuan sering disebut juga dengan kecakapan (ability).

Menurut Akhmad Sudrajat “ kecakapan individu dapat dibagi kedalam dua bagian

yaitu kecakapan nyata (actual ability) dan kecakapan potensial (potential

ability).”(http://akhmadsudrajat.wordpress.com).

Kecakapan nyata (actual ability) yaitu kecakapan yang diperoleh melalui

belajar (achivement atau prestasi), yang dapat segera didemonstrasikan dan diuji

dengan segera. Sedangkan kecakapan potensial merupakan aspek kecakapan yang

masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh dari faktor keturunan

(herediter). Kecakapan potensial dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu

kecakapan dasar umum (intelegensi atau kecerdasan) dan kecakapan dasar khusus

(bakat atau aptitudes).

Selanjutnya Muhammad Musrofi (2008:145) tentang delapan kecerdasan

dasar, yaitu : kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan

kinetik-jasmani, kecerdasan antar pribadi (interpersonal), kecerdasan intra pribadi

(intrapersonal), kecerdasan visual-spasial, kecerdasan musikal, kecerdasan

natural. Selain itu ada satu jenis kecerdasan di luar delapan kecerdasan tersebut,

yaitu kecerdasan eksistensial. Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan dan

sensitifitas untuk menjawab pertanyaan dasar tentang keberadaan manusia, seperti

arti kehidupan, mengapa kita mati, bagaimana kita di alam kematian, dll.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah segala

daya kecakapan yang dimiliki individu yang diperoleh dari bawaan (kecerdasan

dan bakat) dan dari belajar. Setiap individu memiliki kecerdasan dasar, namun

jarang semua kecerdasan dasar menonjol di setiap individu. Semua kemapuan di

dalam individu dapat ditingkatkan untuk kehidupan yang lebih baik.

Page 22: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik termasuk dari delapan kecerdasan ganda (multiple

intelgensi) yang dikemukakan oleh Howard Gadner. Kecerdasan linguistik adalah

kecerdasan menggunakan bahasa (verbal). Menurut Beni S Ambarjaya (2008 :92)

Kecerdasan linguistik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (1) bisa berfikir secara

sistematis ; (2) senang berdebat dan berargumentasi, membaca, mendengar dan

menulis; (3) mampu mengeja dengan mudah; (4) mengingat dengan detail sebuah

hal; (5) menyukai permainan kata, dan percaya pada saat berbicara di depan

publik.

Selanjutnya Beni S Ambarjasa (2008 :92), menyebutkan bahwa kegiatan

belajar dan penugasan yang cocok untuk tipe kecerdasan ini adalah (1) meminta

siswa bercerita; (2) mengadakan forum debat dan diskusi; (3) bermain permainan

ingatan tentang nama dan tempat; (4) membaca dan menulis cerita, menulis

resensi atau kliping: (5) permainan teka-teki atau permainan yang berhubungan

dengan kosakata: (6) meminta siswa untuk mewawancarai seseorang mengenai

topik; (7) serta meminta siswa untuk membuat pajangan kelas atau majalah

dinding.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan linguistik

adalah kemampuan menggunakan bahasa dan kempuan verbal untuk

mengemukakan pendapat , serta mengungkapkan apa yang dilihat dalam kalimat

verbal yang berhubungan dengan berdebat, berargumentasi, membaca, mendengar

dan menulis.

c. Pengertian Menyimak

Dalam jurnal internasional (In H. C. Liou, J. E. Katchen, and H. Wang

(Eds.), Lingua Tsing Hua (pp. 221-236) Taipei: Crane, 2003.

http://mx.nthu.edu.tw/~katchen/professional/festschrift.htm), menyimak diartikan

sebagai berikut :

University-level listening courses are usually taught using a textbook with accompanying audiotapes. More recently some texts and also some teachers have been incorporating some video materials. While there have been many anecdotal reports about how motivating video is, there have been few serious studies on video use.

Page 23: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Pernyataan dalam Jurnal Internasional di atas dapat diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia seperti berikut : Menyimak adalah suatu kegiatan yang

biasanya menggunakan teks bacaan dilengkapi dengan suara untuk lebih

menyempurnakan suatu kegiatan menyimak teks bacaan beserta guru pengajar

memanfaatkan suatu video yang digunakan sebagai tes bacaan, kegiatan

menyimak adalah kegiatan diamana pendengar akan menyampaikan isi teks dan

motivasi yang ada dalam video tersebut dari pembelajaran menyimak tersebut

diharapkan penyimak mendapatkan pengetahuan dalam pembelajaran tersebut .

Menurut Sutari ( dalam Beni S. Ambarjaya, 2008: 17) menjelaskan bahwa

menyimak mempunyai makna mendengar atau meperhatikan baik-baik apa yang

dikatakan orang lain. Menyimak memiliki faktor pemahaman yang lebih luas dan

mendalam lebih dari sekedar mendengar, karena dalam menyimak ada kegiatan

usaha untuk memahami apa yang disimaknya, sedangkan kegiatan mendengar

tingakatan pemahamannya belum dilakukan.

Menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang lisan

dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpresensi untuk

memperoleh informasi menangkap isi atau pesan, serta memahami makna

komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa

lisan (Tarigan: 1994:28)

Dari pernyataan-pernyataan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

menyimak adalah kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan

perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpresensi untuk memperoleh informasi

dan menangkap pesan.

d. Tujuan Menyimak

Logan dan kawan-kawan (dalam Sutari dkk: 1994: 32) mengklasifikasikan

menyimak atas dasar tujuan khusus/spesifik Menurut mereka ada tujuh ragam

menyimak yang perlu dikembangkan melalaui pelajaran bahasa bagi peserta didik.

Ragam tersebut antara lain :

Page 24: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

1) Menyimak untuk belajar

Melalaui kegiatan menyimak seseorang mempelajari apa yang dibutuhkan.

Misalnya seorang peserta didik menyimak guru bahasa, sejarah,

mendengar berita, ataupun diskusi.

2) Menyimak untuk menghibur

Penyimak menyimak sesuatu unutuk menghibur dirinya, misalnya

menyimak suatu cerita lucu, dagelan, komedi, ataupun film lainnya.

3) Menyimak untuk menilai

Penyimak mendengar simakan lalu menelaah, mengkaji, menguji,

membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak

4) Menyimak apresiasif

Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi materi simakan.

Misalnya menyimak pembacaan puisi, lagu, pantun, cerita pendek

5) Menyimak untuk mengkomunikasi

Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan penyimak,

memahamai, merasakan gagasan, ide, perasaan pembicara, sehingga

perasaan pembicara dapat dipahami oleh penyimak

6) Menyimak deskriminatif

Menyimak unntuk membedakan bunyi bahasa.

7) Menyimak pemecah masalah

Penyimak mengikuti uraian pemecah masalah secara kreatif dan analitis

yang disampaikan oleh pembicara. Mungkin juga penyimak dapat

memecahkan masalah yang dihadapi secara kreatif dan analitis setelah

bersangkutan mendapat informasi dari menyimak sesuatu tersebut.

Tujuan orang menyimak itu beraneka ragam. Dalam hal ini terdapat

delapan tujuan kegiatan menyimak, dintaranya yaitu : (1) menyimak untuk

belajar; (2) menyimak untuk menikmati; (3) menyimak untuk mengevaluasi; (4)

menyimak untuk apresiasi, (5) menyimak untuk mengkomunikasi; (6) menyimak

untuk membedakan bunyi-bunyi; (7) menyimak untuk menyelesaikan masalah;

(8) menyimak untk meyakinkan (Tarigan 1997: 57).

Dari kegiatan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kegiatan

menyimak dalam pembelajaran mempunyai tujuan memahami apa yang

Page 25: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

disampaian oleh sumber kepada penyimak untuk mendapatkan informasi dan

menelaah isi simakan

e. Pengertian Bahasa Indonesia

Hakikat Bahasa dapat diartikan sebagai suatu yang mendasar dari bahasa.

Bahasa adalah kombinasi yang diatur secara sistematis sehjingga dapat dijadikan

sebagai alat komunikasi.

Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia yang dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan

identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan

adalah bahasa sekunder

2. Tinjauan Tentang Media Audio Visual Film Animasi

a. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam jurnal internasional (www.techterms.com/definition/media). Media

diartikan sebagai berikut :

In general, "media" refers to various means of communication. For example, television, radio, and the newspaper are different types of media. The term can also be used as a collective noun for the press or news reporting agencies. In the computer world, "media" is also used as a collective noun, but refers to different types of data storage options

Pernyatan dalam Jurnal Internasional di atas dapat diterjemahkann ke

dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut: Pada umumnya media daiartikan sebagai

alat komuikasi dalam bentuk lain contohnya, televisi, radio koran dan beberapa

jenis media lainnya, media juga dapat digunakan untuk mengumpulkan suatu

berita untuk disebarluaskan atau sebagai agen reprtasi berita. Dalam dunia

komputer media juga dapat digunakan sebagai pengumpul dan penghubung tetapi

mengacu pada bentuk atau tipe lain dari data untuk mengatur suatu pilihan)

Yudhi Munadi (2008:7) menjelaskan tentang defini media pembelajaran,

yaitu “ Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiahnya

berarti ‘tengah’, ‘pengantar’ atau ‘perantara’. Dalam Bahasa Arab media disebut

’wasail’ bentuk jamak dari’ wasilah’ yakni sinonim alwasth yang artinya juga

Page 26: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

tengah. Kata ‘tengah’ itu sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka disebut

juga sebagai ‘ perantara’ (wasilah) atau yang mengantari kedua sisi tersebut.

Karena posisinya di tengah bisa juga disebut sebagai pengantar atau penghubung,

yakni yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari

satu sisi ke sisi lainnya. “

Selanjutnya Yudhi Munadi (2008 :7 ) menjelaskan tentang definisi media,

yaitu “segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari

sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif

dimana penerimaannya dapat melakukan proses belajar secara

efektif dan efesien. “

Latuheru (dalam artikel guru Bahasa Indonesia, edufiesta ), menyatakan

bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi

edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya

guna.

Schramm (dalam http://apadefinisinya.blogspot,com/2008/05/media-

pembelajaran.) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi

pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah pengantar atau perantara yang digunakan dalam proses

pembelajaran yang dapat menyalurkan pesan sehingga tercipta lingkungan

belajar yang kondusif, efektif dan efesien.

b. Media sebagai bahasa guru

Onong (dalam Yudhi Munadi 2008 :8) membagi proses komunikasi

menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder. Proses komunikasi

secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau peresaan seorang

kepada orang lain dengan menggunakan lambang atau simbol sebagai media.

Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat,

gambar, warna dan lain sebagainya secara langsung maupun “menerjemahkan”

pikiran komunikator kepada komunikan. Sedangkan proses komunikasi sekunder

adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan

Page 27: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

menggunakan sarana atau alat sebagai media kedua setelah memakai lambang

sebagai media.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Arif S. Sadiman (dalam Yudhi

Munadi 2008;11) yang menyatakan bahwa media adalah perangkat lunak

(soffware). Media dibagi menjadi dua bentuk. Media jenis pertama berbentuk

lambang/simbol berisi pesan atau informasi yang biasanya disajikan dengan

menggunakan peralatan. Media jenis kedua sebagai perangkat kerasnya (

hardware), yakni sebagai sarana untuk dapat menampilkan pesan yang

terkandung pada media tersebut.

Selanjutnya Yudhi Munadi (2008: 10) menjelaskan bahwa dalam proses

pembelajaran tatap muka antara guru dengan siswa biasanaya dilakukan di dalam

kelas ( ruang) guru dalam proses lebih berperan sebagai sumber sedangkan siswa

sebagai penerimanya.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa media sebagai bahasa

guru adalah sumber-sumber belajar selain guru inilah atau penghubung pesan ajar

yang diadakan dan atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau pendidik.

c. Pemilihan Media

Media apapun yang digunakan pada prinsipnya harus mampu

meningkatkan efektifitas dan kelancaran proses belajar mengajar terutama dalam

proses penerimaan materi yang diajarkan sehingga memudahkan terjadinya proses

belajar.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media dalam

pembelajaran antara lain : (1) Wawasan dan pengetahuan guru; (2) tujuan yang

ingin dicapai sesuai dengan Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin

dicapai; (3) Fasilitas yang tersedia; (4) sederhana dan mudah dimengerti; (5)

memotivasi siswa; (6) menggunakan bahan yang mudah didapat; (7) dapat

menggantikan objek yang sesungguhnya; (8) menarik perhatian.

(http://www.google.co.id/pembuatan DVD solusi permasalahan pembelajaran

mendengarkan di sekolah /htm.)

Page 28: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Yudhi Munadhi (2008:187) menjelaskan faktor-faktor yang perlu

diperhatikan dalam pemilihan media dalam proses pembelajaran adalah sebagai

berikut :

1) Karakteristik siswa

Keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai

hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola

aktivitas dalam meraih cita-citanya.

2) Tujuan belajar

Pemilihan media harus disesuaikan oleh tujuan belajar dan kompetensi

yang akan di capai

3) Sifat bahan ajar

Isi bahan ajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingin dilakukan

peserta didik. Setiap kategori pembelajran menuntut ktivitas dan perilaku

yang berbeda-beda, dan dengan demikian akan mempengaruhi pemilihan

media beserta teknik dan pemanfaatannya.

4) Pengadaan media

Menurut Arief S. Sadiman (dalam Yudhi Munadi 2008:191) membagi

media menjadi dua macam yakni media jadi dan media rancangan. Aspek

teknis lain yang butuh perhatian dan menjadi pertimbangan adalah waktu,

tenaga, fasilitas dan dan peralatan pendukung. Karena aspek-aspek

tersebut seringkali menjadi penghambat dalam pengembangan dan

pemanfaatan media pembelajaran secara maksimal

5) Sifat pemanfaatan media

Pemilihan media harus sesuai dengan sifat pemanfaatannya, yaitu media

primer (media yang diperlukan guru untuk proses pembelajaran) dan

sekunder (media yang mempunyai tujuan memberika pengayaan materi).

Pemanfaatan media tidak hanya disesuaikan dengan tutuan, materi, dan

karakteristik peserta didik, tetapi juga pengalaman dan profesionalisme

guru

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan media harus

memperhatikan faktor kemampuan guru dalam menggunakan media, karakteristik

Page 29: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

peserta didik, tujuan yang hendak dicapai, pengadaan media serta kesesuaian

dengan bahan ajar.

d. Fungsi Media Pembelajaran

Yudhi Munadhi (2008: 37) membagi fungsi media pembelajaran menjadi

lima, yaitu :

1) Sebagai Media belajar

Media pembelajaran berfungsi menggantikan tugas-tugas guru pada hal-

hal tertentu

2) Fungsi semantik

Kemampuan media menambah perbendaharaan kata ( simbol verbal) yang

makna atau maksudnya benar-benar dipahami peserta didik ( tidak

verbalistik).

3) Fungsi manipulatif

Media mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan

indrawi

4) Fungsi psikologi

a) Fungsi atensi, yaitu meningkatkan perhatian peserta didik terhadap

materi ajar.

b) Fungsi afektif, yakni menggugah perasaan, emosi, dan tingkat

penerimaan dan penolakan peserta didik terhadap sesuatu.

c) Fungsi kognitif, yaitu siswa yang belajar melalui media pembelajaran

akan memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representatif yang

mewakili obejek-objek yang dihadapi baik berupa orang, peristiwa,

maupun benda.

d) Fungsi imajinatif, yaitu media pembelajaran dapat meningkatkan

imajinasi siswa.

e) Fungsi motivasi, yaitu media dapat mendorong siswa untuk

melakukan apa yang semestinya dilakukan sehingga tujuan tercapai.

5) Fungsi sosio-kultural

Media dapat mengatasi hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi

pembelajaran

Page 30: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Selanjutnya Sadiman ( Artikel Bahasa Indonesia Edufiesta 2006)

menjelaskan fungsi media pembelajaran sebagai berikut :

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis.

2) Mengatasi keterbatasan ruang , waktu dan daya indra dalm pembelajaran.

3) Dengan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap

pasif peserta didik yang dapat menimbulkan kegairahan belajar, interaksi

yang lebih langsung antara peserta didik dengan lingkungan belajar,

memungkinkan anak belajar sendiri sesuai dengan kemampuannya.

4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan

dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi

pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak

mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi

bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah

ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya

dalam memberiksn perangsang yang sama, mempersamakan pengalaman

serta menimbulkan persepsi-persepsi yang sama

Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, media berfungsi sebagai

pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima . ( I Wayan Santyasa,

Landasan Konseptual media pembelajaran 2007: 5)

Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa

fungsi media pembelajaran adalah sebagai media pemebelajaran, semantik,

manipulatif, psikologi, sosio-kultural, dengan tujuan meperjelas penyajian selama

proses pembelajaran yang disampaikan dari pengirim ( guru) menuju penerima

(peserta didik).

e. Jenis Media

Yudhi Munadi (2008 : 55) membagi jenis-jenis media menjadi empat

kelompok yaitu

1) Media audio, yaitu media yang melibatkan indra pendengaran yang hanya

mampu memanipulasi kemampuan suara semata

2) Media visual, yaitu media yang hanya melibatkan indra penglihatan.

Page 31: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

3) Media audio visual, yaitu media yang melibatkan indra penlihatan dan

pendengaran sekaligus dalam satu proses.

4) Media multimedia, yaitu media yang melibatkan berbagai indra dalam satu

kali proses pembelajaran.

Selanjutnya Heni Citraningrum (2009 :40 ) membagi jenis-jenis media

menjadi tiga yaitu :

1) Media audio, yaitu alat bantu pengajaran yang berhubungan dengan bunyi-

bunyi dan pendengar.

2) Media visual, yaitu media yang berhubungan dengan penglihatan.

Menurut Heinich Molenda, Russel (1996:8) membagi jenis-jenis media

sebagai berikut

1) Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan, diagram, kartun, poster

dan komik

2) Media tiga dimensi, yaitu media dalam bentuk padat model penampang,

model susun, model kerja, dan diorama.

3) Media proyeksi seperti slide, film, film stips dan OHP

4) Lingkungan sebagai media pembelajaran

Akhmad Sudrajat membagi jenis-jenis media menjadi empat jenis, yaitu

media visual, media audio, Projected still media, projected motion media.

(http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/media-pembelajaran.html)

Sumber lain membagi media pembelajaran menjadi empat jenis yaitu, (1)

Media grafis/ alat peraga dua diemensi; (2) media visual dua dimensi; (3) media

audio; (4) media yang diproyeksikan .

Berdasarkan paparan dari berbagai pakar tersebut dapat disimpulkan

macam-macam media antara lain media audio, media visual, media audio visual,

media multimedia, media yang dproyeksikan, serta lingkungan belajar dan dapat

digambarkan dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.

Media yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah

media dengan jenis audio visual (suara dan pandang)

Page 32: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

f. Pengertian Audio Visual

Media audio visual adalah alat bantu mengajar yang berbentuk gambar

dan mengeluarkan suara secara silmutan. Dengan media audio visual ini, orang

tidak hanya dapat melihat tetapi juga mendengar , sehingga sering disebut audio

visual aid (AVA) atau alat bantu pandang dengar. Termasuk dalam media ini

adalah film cerita, video, televisi, compact disc, laser disc. (http//;www.google.

co.id/ pembuatan VCD, solusi permasalahan pembelajaran mendengarkan di

sekolah/ htm).

Selanjutnya Rohani ( dalam Heni Citraningrum 49: 2009) menyatakan

bahwa media audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan

perkembangan jaman /sesuai dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi meliputi

media yang dapat didengar, dipandang, dan pandang dengar.

Sumber lain menyebutkan, pengertian dari media pandang dengar adalah

media yang menggunakan peralatan elektromagnetik dengan teknologi tinggi,

yaitu motion film, televisi dan video cassete, tape ( http ://dosen fip.um.ac.id)

Dari pernyataan-pernyataan tersebut disimpulkan pengertian media audio

visual adalah alat bantu mengajar yang dapat dilihat dan mengeluarkan suara

secara simultan yang melibatkan indra pendengaran serta disesuaikan dengan

perkembanagan jaman dan menggunakan peralatan elektromagnetik.

g. Pengertian Film

Dalam jurnal internasional (Harold Moellering

(http://www.sciencedirect.com/ Department of Geography, Ohio State Univeristy,

Columbus, OH 43210, U.S.A.), film diartikan sebagai berikut :

The purpose of a computer animated film is to display the object(s) of analysis in a dynamic temporal setting. Scientific applications of this technique are beginning to see use in a large variety of areas since it is often far easier to display complicated spatiotemporal processes than to describe them either verbally or in mathematical terms. Uses of such a tool in a geographical setting are fundamentally twofold. Initially the film can be used as a cognitive device to aid the research person in perceiving the spatiotemporal dynamics of the process as represented by the patterns. Secondly, the film may be used as an heuristic device to aid in suggesting hypotheses which later may be tested in the data .

Page 33: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Pengertian Film dalam Jurnal Internasional dapat diterjemahkan dalam

Bahasa Indonesia sebagai berikut : Tujuan dari film animasi adalah untuk

menampilkan objek menganalisis ojek bergerak. Inti dari teknik aplikasi ini

dalalah untuk melihat area yang bervariasi dan lebih luas serta jauh sehingga lebih

mudah untuk ditampilkan dan untuk menampilkan objek yang sulit diterima serta

mendiskripsikan ojek yang verbal (abstrak). Mengacu pada kegunaannya,

pengaturan tempat pada intnya mmemiliki dua bentuk. Inti dari film dapat

digunakan sebagai perangkat kognitif untuk sebuah penelitian).

Yudhi Munadi (2008: 144) menjelaskan definisi film, yaitu alat yang

ampuh sekali di tangan yang efektif untuk sesuatu maksud terutama sekali

terhadap masyarakat kebanyakan dan juga anak-anak yang memang lebih banyak

menggunakan aspek emosinya dibanding aspek rasionalitasnya.

Sumber lain menyebutkan definisi film yaitu alat yang biasa dipaaki untuk

merekam suatu keadaan , atau mengemukakan sesuatu. Film dipakai unutk

memenuhi suatu keadaan umum , yaitu mengkomunikasikan gagasan , pesan

kenyataan. ( http:zawa.blogsome.com/2008/04/30/)

Film adalah suatu sistem yang memiliki elemen-elemen yang saling

tergantung satu sama lain, oleh karena itu dalam penyajiannya film harus

memiliki unity atau kesatuan yang utuh yang dismpaikan melalui adegan, konflik

dan penokohan yang ditampilkan dapat dismpaikan dengan jelas bagi penikmat

film. (http:// walangkramat.wordpress.com/2010/03/13/film-pendidikan)

Selanjutnya berdasarkan sumber yang sama menyebutkan definisi film

yaitu karya seni yang dapat meberikan sebuah pengalaman bagi yang

menikmatinya.

Berbeda dengan pendapat di atas, (http :// dosen.fip.um.ac.id/)

menjelaskan tentang definisi film yaitu serangkaian gambar mati yang merupakan

hasil pemotertan dengan kecepatan tertentu sehingga apabila diproyeksikan

dengan proyektor film dengan kecepatan tertentu akan memberikan ilusi

pandangan yang nampak hidup/ bergerak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan definisi film yaitu sebuah

alat yang menggunakan aspek emosi, memiliki elemen kesatuan dalam penyajian

melalui penokohan dan konflik serta memberikan pengalaman bagi penikmatnya.

Page 34: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

h. Jenis Film

Film dalam penggunakaan dan jenis isinya memiliki jenis yang berbeda-

beda. Yudhi Munadi (2008;117) membagi jenis-jenis film menjadi tiga jenis, yaitu

(1) film dokumenter ( menggambarkan permasalahan kehidupamn manusia

meliputi bidang ekonomi, budaya, hubungan antar manusia etika dan

lain sebagainya), (2) film docudrama ( berdasarkan kisah nyata ) ; (3) film drama

atau semi drama ( film yang melukiskan human relation.)

Asnawir ( dalam Yudhi Mundahi 2008: 119) membagi film menjadi 10

jenis , yaitu film informasi, film kecakapan atau drill, film apresiasi, film

dokumenter, film rekreasi, film episode, film sain, film berita (news), film

industri, dan film provokasi

Sumber lain menyebutkan jenis-jenis film anatara lain :

1) Film informasi, yaitu film yang dapat memberikan informasi data autentik

petunjuk sehingga penonton mendapat pengetahuan tentang film.

2) Film kecakapan, yaitu berarti menonton film tersebut penonton akan

mendapatkan keterampilan tertentu, yaitu dengan memutrnya berulang-

ulang.

3) Film apresiasi, yaitu film yang mendorong orang untuk berapresiasi

tentang isi film yang ditampilkan

4) Film dokumnter, yaitu film yang berisi rekaman tentang kejadian yang

sebenarnya, walaupun penampilannya mungkin sudah melalui editing.

5) Film rekreasi, yaitu film yang memberikan hiburan semata-mata kepada

penontonnya.

6) Film episode, yaitu film yang terdiri atas edisi- edisi pendek mungkin

isinya informasi umum, pengetahuan, industri dan sebgainya.

7) Film science, yaitu film yang memberikan perbendaharaan pengetahuan

baru bagi penontonnya. Bisa berupa episode pendek, dapat pula panjang.

8) Film berita (news), yaitu berupa liputan dari kejadian langsung yang

dianggap penting. Jadi sifatnya sama dengan film dokumenter.

9) Film Industri, yaitu film yang memperlihatkan informasi hasil dari industri

tertentu. Baik berupa episode-episode pendek maupun panjang.

Page 35: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

10) Film provokasi, yaitu film yang menantang sekelompok orang bereaksi

secara cepat dan langsung terhadap apa yang disajikan dan mendorong

untuk diskusi.

Dari pernyataan tersebut disimpulkan jenis-jenis film antara lain : film

dokudrama , film rekreasi,episode, science, industri, provokasi,

berita,apresiasi dan film kecakapan

Pembelajaran menggunakan animasi harus segera dikembangkan di

Indonesia, karena dengan animasi ilmu pengetahuan atau pelajaran akan

mudah diterima dan ditangkap oleh peserta didik. Hal ini disampikan oleh

Ketua Sinergi Biro Perencanaan dan Luar Negeri Departemen Pendidikan

Nasional Didik Sulistyanto saat membuka festival game Edukasi dan Animasi

tahun 2008 putaran ke-2 di Universitas Dian Nuswantoro ( http ://cetak.

Kompas.com/red/xml/2008/04/21.00292783)

Dari pendapat di atas peneliti mempunyai pikiran untuk mengembangkan

animasi sebagai media dalam penyampaian pembelajaran menyimak.

i. Sejarah Animasi

Animasi merupakan suatu tekhnik yang banyak sekali dipakai di dunia

film dewasa ini, baik sabagai satu kesatuan utuh, bagian dari suatu film, maupun

bersatu dengan film live. Dunia film sebetulnya berakar fotogrfi, sedangkan

animasi berakar dari fotografi, sedangkan animasi berakar dari dunia gambar,

yaitu ilustrasi dan design grafis. (desain komunikasi visual) Melalui sejarahnya

masing-masing, baik fotografi maupun ilustrasi mendapat dimensi calon wujud

baru dalam live clan animasi. ( http://zawa.blogsome.com/2008/04/30/)

Selanjutnya, Wojowasito dalam http://zawa.blogsome.com/2008/04/30/

menjelaskan mengenai sejarah film animasi yaitu berwal dari keinginan manusia

untuk membuat gamabar atau image yang hidup dan bergerak sebagai perantara

dari pengungkapan ( expression) mereka, merupakan perwujudan dari bentuk

dasar animasi yang hidup berkembang. Kata animasi itu sendiri sebenarnya

penyesuaian dai kata animation, yang berasal dari kata dasar to animate. Dalam

kamus Bahasa Inggris-Indonesia berarti penghidupan. Secara umum animasi

merupakan suatu kegiatan mnghidupkan, menggerakkan benda mati; suatu benda

Page 36: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

mati diberikan dorongan kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup

bergerak, atau hanya berkesan.

Masih dai sumber yang sama ( http : // Zawa blogsome com/2008/04/30.)

menyebutkan beberapa sejarah teknik film animasi dari berbagai negara yaitu

antar lain :

1) Hallas and Manvell mengemukkan pendapatnya mengenai sejarah film

sebgai berikut “ Sebenarnya, sejak jaman dahulu, manusia telah mencoba

menganimasi gerak gambar binatang mereka, seperti yang ditemukan oleh

para ahli para purbakala di gua Lascaux Spanyol Utara, sudah berumur

dua ratus ribu tahun lebih ;

2) “Mereka mencoba untuk menangkap gerak cepat lari binatang, seperti

celeng, bison, kuda, digambarkan dengan delapan kaki dalam posisi yang

berbeda dan bertumpuk ; Orang-orang Mesir kuno menghidupkan gambar

mereka dengan urutan gambar-gambar para penggulat yang sedang

bergumul, sebagai dekorasi dinding. Dibuat sekitar tahun 2000 sebelum

Masehi” ( Thomas 1958 : 8) ;

3) Hingga tahun 1880-an , Jean Marey menggunakan alat potret beruntun

merekam secara terus menerus gerak terbang burung, berbagai kegiatan

manusia dan binatang lainnya. Sebuah alat yang menjadi cikal bakal

kamera film berkembang sampai saat ini. Dan di tahun 1892,Emile

Reynauld mengembangkan mainan gambar animasi yang disebut

praxinoscope, berupa rangkaian ratusan gambar animasi yang diputar dan

diproyeksikan pada suatu cermin menjadi suatu gerak film, sebuah alat

cikal bakal proyektor pada bioskop (Laybourne 1978 : 23).

4) Lukisan di Jepang kuno memperlibatkan suatu alur cerita yang hidup ,

dengan menggelarkan gulungan lukisan, dibuat pada masa heian (794-

1192)( ensiklopedia Americana 19, 1976). Kemudian muncul mainan yang

disebut thaumatroupe sekitar abad 19 di Eropa, berupa lembaran cakram

tebal, bergambar burung sangkar, yang kedua sisinya diikat seutas tali,

bikla dipilin dengan tangan akan memberikan santir gambar burung itu

bergerak (Laybourne 1978 :18).

Page 37: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

5) kedua pemula pembuat film bioskop, berasal dari Perancis ini, dianggap

sebagai pembuka awal dari perkembanagan teknik film animasi

(ensiklopedi AmericanovoL VI, 1976: 740 ) ; Fleischer dan Sullivan telah

memanfaatka teknik animasi sell , lembaran tembus pandang yang terbuat

dari seluloid (celluloid) yang disebut “ sell” . Pemula lainnya di Jerman ,

Lotte Leineger di tahun 1919 mengembangkan filmanimasi bayangan , dan

bertosch dari Perancis di tahun 1930 membuat percobaan film animasi dari

potongan dengan figure yang berasal dari potongan kayu.

6) Gorge Pal memulai penggunaan boneka sebagai figure dalam film animasi

pendeknya. Pada tahun 1934 di Belanda. Dan Alexander Ptushko dari

Rusia membuat film animasi boneka Jepang “ The New Gulliver “ di tahun

1935 ; tahun 1935 Len Lye dari Canada, memulai menggambar langsung

pada film setelah memasuki pembaharuan dalam film berwarna melalui “

colour box” . Perkembangan tekhnik film animasi yang terpenting , yaitu

di sekitar tahun 1930-an. Dimana muncul film animasi bersuara yang

dirintis oleh Walt Disney dari Amerika Serikat, melalui film “ Micky

mouse “ , “ Donald Duck “ dan “ Silly Symphony “ yang dibuat selama

tahun 1928 sampai 1940. ; Pada tahun 1931 Disney membuat film animasi

warna pertama dalam filmnya “ Flower and trees “. Dan film animasi

kartun panjang pertama dibuat diosney pada tahun 1938, yaitu film “ Snow

White and seven Dwarfs “.

j. Pengertian Film Animasi

Film animasi berangkat dari dua disiplin, yaitu film yang berakar pada

dunia fotografi dan animasi yang berakar pada dunia gambar. Kata film berasal

dari bahasa Inggris yang telah di Indonesiakan, maknanya dapat kita lihat di

kamus Bahasa Indonesia “ Barang tipis seperti selaput yang dibuat dari selulid

empat gambar potret negative ( yang akan dibuat potret atau dimainkan di bioskop

); 2 lakon ( cerita) gambar hidup; “ . Sedangkan secara mendasar pengertian film

yang menyeluruh sulit dijelaskan. Baru dapat diartikan jika dilihat dari

konteksnya; misalnya dipakai untuk potret negatif atau cetak, film mengandung

suatui lembaran pita seluloid yang diproses secara kimia sebelum dapat dilihat

Page 38: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

hasilnya; atau yang berhubungan dengan cerita atau lelakon., film mempunyai

pengertian sebagai gambar hidup atau rangkaian gambar-gambar yang bergerak

menjadi suatu alur cerita yang ditonton orang, bentuk film yang mengandung

unsur dasar cahaya , suara dan waktu. (http :// zawa blogsome.com/2008/04/30/)

Sedangkan pengertian animasi secara khusus menurut ensiklopedi “ Americana “ : animated, a motion picture consisting of series of individual hand-drawn sketches, in which the positions or gestures of the figures are varied slightly from one sketch to another . Generally , the series is film hand, when projcted on creen, suggest that figures are moving “(Encyclopedi Americana vol VI, 1976 )

Animasi diambil dari Bahasa Latin “ Anima “ yang berarti jiwa, hidup,

nyawa, semangat. Animasi adalah gambar dua dimensi yang seolah-olah bergerak

karena kemampuan otak untuk mengingat dan menyimpan gambar-gambar yang

terlihat sebelumnya (Vega 2004: 1) Animasi adalah susunan imej-imej dua

dimensi atau posisi model agar mnghasilkan gerakan. Animasi adalah ilusi optik

pergerakan disebabkan oleh penerusan penglihatan dan boleh dihasilkan dan

dimdemonstrasikan berbagai cara. Kaidah persembahan animasi yang paling laris

adalah wayang gambar atau video (http ://id.wikipedia.org/wiki/animasi )

Navrianz mengungkapkan bahwa animasi adalah suatu gambar diam

secara inbeethwin dengan jumlah banyak, dan bila diproyeksikan akan seolah-olah

hidup (bergerak) seperti film-film kartun di televisi. Animasi tidak hanya

digunakan duntuk film kartun saja, tapi juga dapat digunakan untuk pendidikan,

informasi, dan media pengetahuan lainnya yang tidak dapat dijangkau dngan life

melalui kmera foto atau video. (http:www.google.co. id/ Navriaz/pengertian

animasi/htm)

Animasi menurut Encharta adalah gambar gerak yang direkam dari satu

seri dari gambar diam , gambar objek atau gambat orang dari berbagai posisi yang

berbeda yang mengalami perubahan gerak jika dimainkan sendiri, bukan lagi

gambar statis yang berdiri sendiri, namun sudah menjadi kesatuan gerak yang

halus. (http://www.google.co.id/Norma Ann>>Blog Archive>>Bab 02

Anime/htm).

Animasi adalah salah satu bentuk karya seni yang menarik dan

menawarkan banyak kelebihan antara lain : (1) Menggambarkan hal yang tidak

mungkin terjadi di dunia nyata menjadi mungkin. (2) Membuat imajinasi lebih

Page 39: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

berkembang (3) Membuat objek diam menjadi menarik dan bergerak (4) Dapat

dibuat sesuai dengan tujuan pembuatannya. (5) Sebagai media hiburan dan

informasi. Selanjutnya film animasi adalah film yang memanfaatkan gambar dan

benda mati yang lain seperti boneka, meja, kursi, yang dapat dihidupkan dengn

teknik animasi. Selain itu subjek-subjek hidup seperti manusia, hewan juga dapat

dianimasikan. (http://www.google.co.id/Norma Ann>>Blog Archive>>Bab 02

Anime/htm)

Dari paparan-paparan diatas dapat disimpulkan bahwa animasi adalah

gambar dua dimensi yang diolah dengan teknik tertentu yang seolah-olah bergerak

atau menghidupkan benda mati yang diproyeksikan menjadi suatu gerakan. Film

animasi adalah film yang memanfaatkan benda mati ataupun hidup untuk

diproyeksikan sebagai hiburan mupun media ajar untuk menghidupkan benda

mati dan memudahkan merealisasikan (memvisualisasikan) sesuatu yang tidak

live agar mudah dinikmati dan dipahami .

k. Jenis Animasi

Animasi telah mengalami perkembangan dari awal pembuatannya. Pada

awal pemnbuatannya, animsi memakai prinsip yng sederhana, baik konsep,

tekhnik alat maupun objeknya. Namun kini animasi telah mengalami kemajuan,

Berdasarkan sumber ( http://zawa blogsome com/2008/04/30 ) membagi jenis-

jenis animasi sebagai berikut

1) Animasi 2D

Animasi ini yang paling akrab dengan keseharian kita. Biasa juga disebut

dengan film cartoon,yang artinya gambar yang lucu. Memanag film kartun

ini kebanyakn adalh film yang lucu. Contohnya banyak sekali, misalnya

doraemon, Looney tonees, Pink Panther, Tom and Jery Scobydoo, Mulan,

dan banyak lagi.

2) Animasi 3D,

Perkembangan teknologi dan komputer membutan teknik pembuatan animsi

3D semkin berkembang dan maju pesat.Animasi 3D adalah pengembangan

daroi animasi 2D . Dengan animasi 3D, karakter yang diperlihatkan semakin

hidup dan nyata, mendekati wujud manusia aslinya. Misalnya Nemo, shark

Page 40: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

tile, Cars, Valian. Animasi 3D juga disebut denagn CGI ( Computer

Generated Imagery)

3) Animasi tanah liat (clay animation)

Jenis animasi ini adalah jenis yang paling jarang kita dengar dan temukan

diantra jenis yang lain.Padahal teknik bukanlah teknik yang baru, bahkan

bisa dibilang sebagai nenek moyang animasi karena animasi pertama kali

dalam bentuk clay animation. Animasi ini tidak menggunakan tanah liat

biasa nmun menggunakan plastisin, bahan lentur seperti permen karet.

Tokoh-tokoh dalam clay animation dibuat dengan menggunakan rangka

khusus untuk bentuk rangka tubuhnya.Lalu rangka tersebut ditutup dengan

plastisin sesui denagan bentuk tokoh yang dibuat.Bagian-bagin tubuhnya

seperti kepala, badan, tangan, kaki, bisa di lepas dan di pasang lagi. Setelah

toko-tokohnya siap, difoto gerakan pergerakan. Foto tersebut lalu digabung

menjadi gambar yang bisa bergerak seperti yang kita tonton di film. Animasi

clay tersebut termasuk dalam animasi stop-motion picture.

4) Animasi Jepang (anime).

Film animasi Jepang hampir sama dengn film nimasi jenis lainny yng

didominasi oleh Bangsa Amerika dan Eropa, anime juga terdiri dari

beberapa jenis, yang membedakan bukanlah cara pembuatannya, namun

formatnya, yaitu serial TV, OVA, dan film bioskop.

Sejalan dengan pendapat di atas, Heni Citra Ningrum membagi animasi

teknik animasi menjadi empat, yaitu ; teknik animasi 2D, teknik animasi 3D,

teknik animasi tanah liat (clay animation ), animasi Jepang ( anime)

1) Animasi 2D ( 2 Dimensi ) yatu animasi yang menggunakan dua sudut/ aksis,

yaitu X dan Y. X mewakili lebar dan gerak kiri kanan, dan Y mewakili tinggi

dan gerak atas bawah. Gambar dua dimensi dapat dianalogikan gerak wayang

kulit. Tidak ada ketebalan pada animasi dua dimensi (http //

www.lecturer.ukdw.ac.id.anton.download.multimedia5.pdf )

2) Animasi 3D (3 Dimensi ), yaitu animasi yang menggunakan perkembangan

teknik dan komputer. Teknik 3D merupakan pengembangan dari teknik 2D,

karakter yang dibuat lebih hidup dan nyata dan mirip dengan wujud aslinya.

Animasi 3D menggunakan wujud 3 aksis ( sudut pandang) yaitu X, Y, Z.

Page 41: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Aksis Z mewakili ketebalan dan gerakan maju mundur. Dengan tiga aksis

maka objek dan gerakan lebih realistis. Bentuk ini memiliki objek lebar,

tinggi, dan ketebalan. Gerakan objek bisa ke samping, atas bawah, maju

mundur. Pada animasi 3 D juga dapat dikreasi efek-efek seperti pencahayaan

dan bayangan. (http//lecturer. Ukdw.ac.id.anton.download.multimedia5.pdf)

3) Animasi tanah liat ( clay animation ), yaitu animasi yang paling jarang kita

dengar dan kita temukan diantara jenis lainnya. Padahal jenis tekhnik animasi

ini bukan termasuk tekhnik yang baru seperti pada saat toy story membuka

animasi 3D. Bahkan boleh dibilang sebagai nenek moyangnya animasi.

Karena animasi pertm dalam bentuk clay animation. Meski namanya clay (

tanah lit),yang dipakai buknlh tanah liat yang biasa. Animasi ini memakai

plasticin, bahan lentur seperti permen karet yang ditemukan pad tahun 1897.

Tokoh dalam animasi clay dibuat dengan rangka khusus untuk kerangka

tubuhnya, lalu kerangka tersebut ditutup dengan plasticine sesuai bentuk tokoh

yang ingin dibuat. Bgian-bagian tubuh kerangka ini serperti kepala, tangan,

kaki, bisa dilepas dan dipasang lagi. Setelah tokoh-tokohnya siap, lalu difoto

pergerakan. Gambar tersebut digabung menjadi gambar yang bergerak. Clay

animation termasuk dalam stop-motion picture. Film Animasi Clay pertama

kali dirilis pada bulan Februari 1908 berjudul, A Sculptors Welsh Rarebit

Nightmare. (http//zawa.blogsome.com/?s=gambar+kartun+lucu)

4) Animasi Jepang (anime) . Pada jenis animasi di atas yang banyak dibahas

adalah film animsi buatan Amerika dan Eropa. Namun, Jepang pun tak kalah

soal animasi. Jepang sudah banyak memproduksi nime (sebutan untuk animasi

Jepang) Berbeda dengan animasi Amrika, animasi Jepang tidak semuanya

diperuntukkan anak, bhkan ada yang khusus untuk dewasa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Tekhnik animasi

dapat di bagi menjadi empat jenis, yaitu ; animasi 2 D yaitu animasi yang berupa

kartun, yang memiliki 2 aksis yaitu X dan Y/ tinggi dan lebar ; animasi 3D, yaitu

animasi yang menggunakan tekhnik komputer dan merupakan bentuk

penyempurnaan dari animasi 2D yang memiliki 3 aksis/ sudut pandang yaitu X,Y,

dan Z / tinggi, lebar dan ketebalan ; clay animation , yaitu animasi yang paling

Page 42: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

awal dan sederhana. Bahannya menggunakan plastisin/ karet lentur yang tersusun

atas bagian-bagian yang dapat dilepas dan difoto berulang-ulang; Animasi Jepang

(anime), yaitu animasi yang berasal dari Jepang pembuatannya tidak semuanya

diperuntukkan anak-anak, tapi juga orang dewasa.

Berdasarkan urain di atas, jenis animasi yang digunakan dalam penelitian

ini adalah animasi 2D (dua dimensi)

l. Jenis Teknik Film Animasi

Menurut http//zawa blogsome.com/-2008/04/30, animasi yang

dipakai dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu film animasi dwi-matra( flat

animation) dan animasi trimatra(object animation).

1) Film animasi dwi-matra (flat nimation) yaitu film animasi yang

menggunakan bahan papar yang dapat digambarkan di atas permukaannya.

Disebut juga jens film animasi gambar, sebab hampir semuaobjek

animasinya melalui runtun kerja gambar. Semu runtun kerja jnis film

animasi ini dikerjakan di atas bidang datar atau papar. Beberapa jenis film

animasi dwi-matra adalah :

a) Film animasi sel (cel technique) teknik dasar ini adalah merupakan

teknik dasar film animasi kartun ( cartoon animation). Teknik ini

memanfaatkan serangkaian gambar yang dibuat di atas lembaran

plastik tmbus pandang, dibuat sel. Figur animasi dibuat sendiri di

atas sel untuk tiap perubahan gambar ang bergerak, selain itu ada

bagian yang diam, yait latar belakang (beckground) dibuat untuk

setiap adegan, digambar memanjang lebih besar dari gambaran sell.

b) Penggambaran langsung pada film. Film ini menggunakan teknik

penggambaran obyek animasi dibua langsung pada pita seluloid bik

positive atau negative. Tanpa mlalui runtun pemotretan kamera stop

frame, untuk kebutuhan suatu karya seni yang bersifat

pengungkapan. Atau yang bersifat percobaan, mencari suatu barang.

2) Film animasi Tri-Matra (objec animation), yaitu menggunakan tknik

runtun kerja yang sama dengan film animasi dwi-matra, yang

Page 43: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

membedakan adalah animasi yang dipakai dalam wujud tri-matra. Dengan

menghitungkan karakter objek animasi, sifat bahan yang dipakai, waktu,

cahaya dan ruang.Berdasarkan bahan dan bentuk yang digunakan , yang

termasuk film animasi ini adalah :

a) Film animasi Boneka (Puppet Animation) yaitu film yang

menggunakan objek animasi boneka dan figur linnya, merupakan

penyederhanaan dari bentuk alam benda yang ada, terbuat dari

bahan-bahan yang bersifat lentur, dan mudah digerakkan sewaktu

melakukan pemotretan bingkai perbingkai. Seperti bahan kayu yang

mudah ditatah, kain, kertas, lilin, tanah lempung, dan lain-lain.

b) Film Animasi Model, yaitu film animasi yang menggunakan macam-

macam bentuk animasi yang bukan boneka , tetapi model abstark

seperti ; bola, balok, prisma, silinder, kerucut dan lilin-lilin.

Penggunaannya tidak trlalu rumit dan tidak banyak membutuhkan

gerak, bahan yang dipakai trbuat dari kayu, plastik keras dn bahn

keras lainnya yang sesuiai dengan sifat karakter yang dimiliki. Film

animasi ini dapat dikatkn sebgi film animasi non-figur, karena

kesluruhan cerita tidak mebutuhkan tokoh. Jenis film teknik yang

memanfatkan lembaran sel merupakan suatu pertimbangan

penghematan gambar, dengan memisahkan bagian dari objek

animasi yang bergerak, dibuat beberapa gambar sesuai kebutuhan;

dan bagian yang tidak bergerak, cukup dibuat sekali saja.

c) Film animasi potongan (Cut-out Animation), yaitu film animasi yang

menggunakan figur atu objek animasi yang dirancang, digambar

pada lembaran kertas lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang telah

dibuat, dan diletakkan pada sebuah bidang datar sebagai latar

belakangnya. Pemotetan dilakukan dengn menganalisis langsung tiap

gerakan dengan tangan, sesuai dengan runtutan cerita. Gerak figur

animasi dan figure terbatas. Karakter figur dibuat terpisah. Untuk

menggerakkan dan menghidupkan karakter, pemisahan itu biasanya

sesuai dengan tuntutan cerita.

Page 44: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

d) Film Animasi Bayangan ( Silhoutte Animation), yaitu film animasi

yang menggunakan figure berupa bayangan dan latar belakang yang

terang, karena pencahayaannya berada di belakang layar. Teknik

yang dipakai sama dengan film animasi potongan, figur digambar

lalu dipotong sesuai dengan bentuk yang digambar lalu diletakkan

pada latar di meja dudukan kamera untuk dipotret. Bedanya di sini

kertas yang dipakai tidak seperti animasi potongan, bahan kertas

berwarna atau diberi warna sesuai dngan kebutuhan, sedangkan film

animasi bayangan seluruhnya menggunakan bahan kertas berwarna

gelap atau warna hitam, baik itu figur atau objek animasi lainnya.

e) Film animasi kolase (Collage Animation), yaitu film yang

menggunkan teknik bebas mengembangkan keinginan kita untuk

menggerakkan objek animasi semuanya di meja dudukan kamera.

Teknik yang digunakan cukup mudah dan sederhana, yaitu potongn

koran, potret, gambar-gambar, huruf atau penggabungan dari

semuanya. Gambar dan berbagai bahan yang dipakai, disusun

sedemikian rupa lalu diubah secara berangsur-angsur menjadi bentuk

susunan baru, dimana tiap perubahan penempelan dipotret dengan

kamera menjadi suatu bentuk film animasi yang bebas

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang relevan dengan ini adalah skripsi milik Heni Citraningrum

dengan judul Peningkatan Keterampilan Menyimak menggunakan Media Audio

Visual Animasi pada Siswa Kelas VII D SMP Margasari kabupaten Tegal dengan

simpulan sebagai berikut :

“Simpulan dari penelitian ini yaitu keterampilan menyimak, khususnya

menyimak dongeng pada siswa kelas VII D SMP 1 Margasari Kabupaten Tegal

setelah menggunakan media audio visual animasi mengalami peningkatan.

Tingkah laku siswa kelas VII D SMP 1 Margasari Kabupaten Tegal mengalami

perubahan ke arah yang positif. Saran yang disampaikan oleh peneliti yaitu guru

bahasa Jawa hendaknya menggunakan media yang dapat menarik perhatian siswa

dan dapat memberikan pengaruh positif terhadap perilaku siswa.”

Page 45: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

C. Kerangka Berfikir

Pelajaran Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang mengandung

bagaimana cara berkomunikasi yang baik karena belajar Bahasa Indonesia adalah

belajar berkomunikasi. Ada empat aspek dalam Bahasa Indonesia, yaitu berbicara,

membaca, mendengarkan, dan menulis. Selain keempat aspek tersebut yang harus

dipahami dan dikuasai guru, terdapat inti sari pelajaran Bahasa Indonesia yaitu

penularan ilmu pengetahuan, memberikan teladan, baik tingkah laku dan

berbicara, yaitu berbicara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

terdapat anggapan bahwa Pelajaran Bahasa Indonesia menjenuhkan oleh siswa,

dikarenakan variasi media dan metode yang diterapkan guru kurang menarik bagi

siswa.

Salah satu media yang dapat menimbulkan ketertarikan, kebermaknaan

dan motivasi siswa adalah dengan penggunaan media audio visual film animasi.

Dengan menayangkan film animasi akan menimbulkan rasa tertarik siswa untuk

mengikuti memperhatikan, kebermaknaan bagi siswa karena siswa materi yang

disampaikan guru melalui film animasi. selain itu siswa juga termotivasi karena

film animasi merupakan tayangan televisi sehari-hari yang merupakan kesukaan

mereka. Melalui media audio visual film animasi siswa dibimbing oleh guru untuk

memahami isi cerita dari film yang ditayangkan. Secara tidak langsung siswa

sudah menerapkan kompetensi yang hendak dicapai meliputi aspek menyimak.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

Page 46: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Gambar 1: Bagan Kerangka Berfikir

KONDISI AWAL

Guru belum menerapkan media apa pun (masih konvensional)

Kemampuan menyimak isi cerita IV rendah

TINDAKAN Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia (menyimak isi cerita) melalui Penerapan Media Audio Visual Film Animasi

Siklus I

Siklus II

KONDISI AKHIR

Melalui Penerapan Media Audio Visual Film Animasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita meningkat.

Page 47: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

D. HIPOTESIS

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas dapat

disimpulkan hipotesis tindakan kelas sebagai berikut : penerapan Media Audio

Visual Film Animasi adalah alat bantu mengajar yang memudahkan guru untuk

menyampaikan pembelajaran yang memiliki suara dan visual ( gambar) serta

berbentuk serangkaian adegan yang dibuat dari gambar yang digerakkan secara

cepat dan deolah dengan tekhnik tertentu sehingga memiliki kesan hidup dan

merialisasikan benda yang bersifat abstrak serta memiliki jenis gambar yang

sangat sesuai dengan dunia serta perkembangan anak, Maka media audio visual

film animasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita mata pelajaran

Bahasa Indonesia sert dapat mengatasi kendala- kendala dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD N 1 Talunombo, Baturetno, Wonogiri

Tahun Ajaran 2009/2010

Page 48: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Talunombo Kecamatan

Baturetno, Kabupaten Wonogiri dengan alasan sebagai berikut :

a. Di Sekolah Dasar ini belum pernah menjadi tempat penelitian tindakan

kelas.

b. Peneliti adalah salah satu pengajar di SD ini.

c. Pada tahun sebelumnya pembelajaran bahasa Indonesia untuk menyimak

isi cerita belum menggunakan media audio visual pemutaran film.

d. Di SD Negeri 1 Talunombo rata-rata nilai Bahasa Indonesia kelas IV

rendah.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

2009/2010 selama 5 bulan, mulai Maret 2009 sampai dengan bulan Juli 2010.

Dengan pembagian waktu sebagai berikut :

1. Penyusunan proposal dilaksanakan pada bulan Maret, April dan Mei pada

minggu pertama.

2. Pencarian ijin skripsi dilaksanakan selama dua minggu yaitu pada bulan

Mei minggu kedua dan ketiga

3. Pelaksananaan tindakan dilaksanakan selama selama empat minggu.

Pelaksanaan pada bulan Mei minggu ke empat dan Juni minggu pertama,

kedua dan ketiga.Pelaksanaan tindakan terdiri dari dua siklus dimana

setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Siklus pertama pertemuan

pertama dilaksanakan pada bulan Mei minggu ke empat, siklus pertama

pertemuan kedua dilaksanakan pada bulan Juni pada minggu pertama.

Siklus kedua pada pertemuan pertama dilaksanakan pada bulan juni

minggu kekedua , sedangkan siklus kedua pertemuan kedua dilkasanakan

pada Juni minggu ke tiga

33

Page 49: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

4. Analisis data dilaksanakan selama tiga minggu, yaitu pada bulan Juni

minggu ke empat dan Juli minggu ke pertama dan kedua

5. Penyusanan skripsi dilaksanakan selama lima bulan, yaitu bulan Juli

sampai November

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan, yang menekankan pada perbaikan

proses pembelajaran, maka jenis penelitian yang tepat adalah penelitian tindakan

kelas. Dengan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat menambah pengetahuan

guna meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas.

2. Strategi Penelitian

Strategi penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan

model siklus:

Siklus I

Planning

Acting

Observing

Reflecting

Siklus II

Planning

Acting

Observing

Reflecting

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan dari Kurt Levin

Page 50: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaaan, pelaksanaan

tindakan, observasi, refleksi.

a. Perencanaan, meliputi :

1) Membuat perencanaan pembelajaran

2) Melengkapi media pembelajaran

3) Membuat lembar observasi

4) Membuat alat evaluasi.

b. Pelaksanaan tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan

pembelajaran sesuai apa yang telah direncanakan.

c. Observasi

Dalam tahap ini dilakukan kegiatan observasi terhadap pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.

d. Refleksi

Dalam tahap ini, semua data yang diperoleh dari hasil observasi

dikumpulkan dan dianalisis guna mengetahui sejauh mana “tindakan”

membawa perubahan dan apa serta dimana perubahan terjadi.

C. Sumber Data

Informasi dikumpulkan dan dikaji secara mendalam. Sebagian besar

informasi berupa kualitatif. Informasi digali dari berbagai sumber data dan jenis

data yang ada dalam penelitian ini, yaitu meliputi :

1. Informasi, terdiri dari informasi guru kelas IV dan guru lain yang pernah

mengajar kelas IV di tahun sebelumnya, serta siswa-siswi kelas IV SD

Negeri 1 Talunombo.

2. Tempat dan Peristiwa

1. Tempat : Ruang kelas IV SD Negeri 1 Talunombo, Baturetno,

Wonogiri.

2. Peristiwa :Proses belajar mengajar dengan penerapan

menggunakan media audio visual film animasi.

Page 51: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

3. Arsip dan Dokumen

a. Arsip : Kurikulum KTSP

b. Dokumen : Daftar nilai

4. Tes Hasil Belajar

5. Perekaman

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga

(organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti.

(http://tatangmanguny.wordpress.com/2009/04/21/subjek-penelitian) Dengan kata

lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau

terkandung objek penelitian. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa

kelas IV SD SD Negeri 1 Talunombo, Baturetno, Wonogiri sebanyak 22 siswa.

Dengan rincian jumlah siswa putra 9 dan putri 13, serta tidak terdapat siswa yang

berkemampuan khusus.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan

peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau

kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian.

(http://tkplb.org/documents/etraining%20-%20KTI). Teknik pengumpulan data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung. Observasi langsung

adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (secara langsung) terhadap objek

yang diteliti. Observasi dilakukan pada siswa dan guru Kelas IV SD Negeri 1

Talunombo guna mengetahui kemampuan siswa meggunakan media audio visual

pemutaran film dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.

Page 52: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

2. Pencatatan Sumber Data dan Dokumentasi

a. Sumber Data

1) Kurikulum KTSP tentang ruang lingkup standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, tujuan, dan materi pokok kelas IV.

2) Silabus tentang tema dan alokasi waktu.

b. Dokumen

Berupa nilai formatif untuk mengetahui data tentang peningkatan hasil

belajar sebelum diadakan tindakan.

3. Tes

Tes dilakukan setelah diadakan tindakan untuk mengetahui sejauh mana

peningkatan hasil belajar siswa. Tes yang dilakukan pada penelitian ini adalah

tes lesan maupun tertulis, baik dilakukan pada saat pembelajaran maupun

akhir pembelajaran.

4. Dokumentasi

Perekaman menggunakan kamera berupa hasil foto maupun video untuk

memperjelas diskripsi berbagai situasi dan perilaku subjek yang diteliti.

F. Validitas Data

Data yang sudah digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan

penelitian, harus dimantapkan kebenarannya. Menurut STY. Slamet dan

Suwarto, WA (2007: 54), Ketepatan data tersebut tidak hanya bergantung dari

ketepatan memilih sumber data dan teknik pengumpulannya, tetapi juga

diperlukan teknik pengembangan validitas datanya.

Validitas data yang digunakan adalah triangulasi. Menurut Elliot dan

Pattington dalam Wahyudi, (2008:51), triangulasi bukanlah teknik untuk

memonitor (mengawasi), namun sebagai metode yang lebih umum untuk

membawa beragam jenis bukti ke dalam suatu hubungan satu sama lain sehingga

ragam itu dapat dibandingkan dan diperbedakan.

Untuk mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan :

Page 53: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

1. Validitas isi (content validity)

Menurut Zaenal Arifin (2009: 248) “Validitas isi digunakan untuk

mengetahui sejauh mana peserta didik mengusai materi pelajaran yang telah

disampaikan”. Validitas isi dalam penelitian ini digunakan untuk

memvalidkan soal – soal tes yang terdapat pada renacana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum (silabus dan kisi – kisi) dan

sesuai dengan kemampuan yang akan di ukur.

2. Trianggulasi Metode

Menurut STY. Slamet dan Suwarto, WA (2007: 54) “ Trianggulasi

metode adalah mengumpulkan data yang sejenis dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda”. Disini yang ditekankan adalah penggunaan

teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda yang mengarah pada

sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya.

Trianggulasi metode ini digunakan untuk memantapkan validitas data peran

serta siswa dalam pembelajaran dan data kegiatan guru saat mengajar.

G. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman. Model analisis interaktif ini mempunyai

tiga komponen pokok, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan

kesimpulan(verifikasi). Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaksi dengan

proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Proses analisis interaksi

daapt digambarkan sebagai gambar 3:

Gambar 3: Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman (2000: 43)

Pengumpulan Data Sajian Data

Reduksi Data Verifikasi

Page 54: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Langkah-langkah analisis :

1. Reduksi Data

Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi.

Reduksi yaitu proses proses pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu

bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang

yang tidak perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga

kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam

penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya

gambar, grafik, chart nework, diagaram, matrik, dan sebagainya.

3. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Hasil dari data – data yang telah didapatkan dari laporan penelitian

selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan

kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh

sehingga kesimpulan – kesimpulan juga dapat diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil

dari laporan penelitian. Sedang kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di

lapangan atau kesimpulan dapat diuji kebenarannya, kekokohannya merupakan

validitasnya.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang yang telah

didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Observasi terhadap kegiatan

pembelajaran dilakukan guru untuk mengetahui permasalah yang menyebabkan

rendahnya kemampuan siswa dalam memahami isi cerita siswa kelas IV SD N 1

Talunombo, Baturetno, Wonogiri.

Page 55: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Berdasarkan temuan dikelas, maka peneliti berusaha meningkatkan

kemampuan menyimak isi cerita siswa kelas IV dengan penanaman konsep

melalui pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Sehubungan dengan itu

maka tindakan yang diduga paling tepat adalah dengan penggunaan media audio

visual dalam menanamkan pemahaman isi cerita Bahasa Indoesia.

Prosedur penelitian meliputi tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

a. Mengumpulkan data yang diperlukan

b. Merencanakan pembelajaran dengan media audio visual film animasi.

c. Membuat laporan observasi

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

a. Guru menerapkan model pembelajaran sesuai dalam rencana pada

siswa kelas IV SD N 1 Talunombo, Kecamatan Baturetno, Kabupaten

Wonogiri.

b. Siswa melakukan pembelajaran dengan media audio visual film

animasi dengan bimbingan guru.

3. Tahapan Observasi

a. Tindakan guru mengobservasi siswa selama proses pembelajaran.

b. Menilai hasil pembelajaran Bahasa Indonesia.

4. Tahap Refleksi

Merefleksi dan mengevaluasi kegiatan 1, 2, dan 3. Berdasarkan hasil

refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru, sehingga dapat digunakan untuk menentukan

tindakan kelas pada siklus berikutnya. Permasalahan yang timbul dalam

silkus pertama dicari pemecahannya dan ditindaklanjuti pada siklus kedua.

Bila hasil refleksi dan evaluasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan menyimak isi cerita pada siswa kelas IV SD N 1 Talunombo,

Baturetno, Wonogiri, namun belum memenuhi target indikator kinerja

maka perlu dilakukan siklus II. Siklus II meliputi tahap perencanaan

tindakan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Apabila

hasil dari siklus II sudah menunjukkan peningkatan kemampuan siswa

Page 56: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

menyimak isi cerita memenuhi target indikator kerja maka tidak perlu

dilakukan siklus III

I. Indikator Kerja

Indikator kerja adalah alat untuk mengukur keberhasilan suatu tindakan.

Dalam indikator kerja memuat indikator kerja itu sendiri, kriteria keberhasilan,

target dari peneliti, dan alat pengumpulan data. Adapun indikator kerja dalam

penelitian ini ada dua yaitu kemampuan siswa memahami isi cerita dan

keberhasilan penerapan penggunaan media audio visual film animasi

Tabel 1: indikator siklus I

No. Indikator Kriteria Target Pengumpulan

data

1. Kemampuan

siswa memahami

isi cerita

Nilai minimal

(KKM) dalam

menyimak isi cerita

adalah 70

40 % siswa

mendapat

nilai 70

Evaluasi

meyimak isi

cerita

2. Peran serta siswa

dalam

penggunaan

media audio

visual pemutaran

film.

40 % siswa dapat

mengikuti

pembelajaran

penggunaan media

audio visual

pemutaran film.

45 % siswa

dapat

mengikuti

penggunaan

media audio

visual

pemutaran

film.

Observasi

dalam

pembelajaran

Tabel 2 : indikator siklus II

No. Indikator Kriteria Target Pengumpulan

data

1. Kemampuan

siswa memahami

isi cerita

Nilai minimal

(KKM) dalam

menyimak isi

cerita adalah 70

70 % siswa

mendapat

nilai 70

Evaluasi

menyimak isi

cerita

Page 57: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

2. Peran serta siswa

dalam

penggunaan

media audio

visual pemutaran

film.

70 % siswa dapat

mengikuti

pembelajaran

penggunaan media

audio visual

pemutaran film.

75 % siswa

dapat

mengikuti

penggunaan

media audio

visual film

animasi.

Observasi

dalam

pembelajaran

Page 58: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri 1 Talunombo, Kecamatan Baturetno, Kabupaten

Wonogiri berdiri pada tahun 1925. Sejak berdiri status SD N 1Talunombo adalah

Sekolah Dasar Negeri. SD N 1 Talunombo memiliki satu Kepala Sekolah dan 11

guru PNS serta 3 guru Wiyata Bhakti. Dari kelas I – VI, hanya kelas VI dan IV

yang tidak paralel. Jumlah siswa pada Tahun Ajaran 2009/2010 adalah 180 siswa.

Secara geografis SD Negeri 1 Talunombo barada di wilayah Kecamatan

Baturetno, Kabupaten Wonogiri tepatnya di Jalan Solo Pacitan Patisari

Talunombo. Siswa di SD Negeri 01 Talunombo termasuk siswa heterogen yang

berasal dari latar belakang keluarga, ekonomi, dan agama yang berbeda. Hal ini

dikarenakan masyarakat sekitar adalah masyarakat majemuk yang termasuk

golongan menengah kebawah.

Kemampuan rata-rata peserta didik SD 1 Talunombo sudah baik, namun

ada beberapa kelas yang masih di bawah rata-rata. Selain itu dalam bidang

kemampuan menyimak khususnya kelas IV masih harus ditingkatkan lagi.

Sekolah Dasar Negeri 1 Talunombo memiliki ruang kelas sebanyak 6 ruang kelas,

1 kantor guru, UKS, 1 perpustakaan, 1 laboratorium komputer, dan 1 kantin serta

toilet.

B. Diskripsi Hasil Penelitian

1. Diskripsi Pra Siklus

Sebelum perencanaan dilakukan, peneliti terlebih dahulu melihat hasil

observasi sebelum tindakan. Dari hasil observasi yang berupa hasil evaluasi

individu menyimak isi cerita melalui media audio visual, diketahui bahwa

kemampuan siswa Kelas IV SD Negeri 1 Talunombo Tahun Ajaran 2009/2010

dalam menyimak isi cerita melali media audio visual masih rendah. Peserta didik

yang masih belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)

sebanyak 14 anak atau 63,64 % dari 22 siswa; dan siswa yang sudah mencapai

KKM hanya sebanyak 8 siswa atau 36,36 % saja. Adapun Kriteria Ketuntasan

43

Page 59: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

M

s

S

d

m

2

t

T

4

m

3

m

5

m

Minimal un

sebab itu, pe

Sekolah dan

dan diterapk

melalui med

2009/2010

Dafta

tabel 3.

Tabel 3 : dis

Dari

48,63. Dari

mendapat ni

3 siswa atau

mendapat ni

5 siswa atau

mendapat ni

Gam

0

1

2

3

4

ntuk meyima

eneliti sebag

n guru kelas

kan dalam pe

dia audio v

ar nilai sebe

stribusi freku

R

hasil evalua

tabel 04 d

ilai 20; terda

u13,63 % yan

ilai 50; terda

u 22,72 % ya

ilai 80. Grafi

mbar. 4. Gra

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

5

ak isi cerita

gai guru kel

s lain untuk

embelajaran

visual kelas

elum tindaka

uensi pra sik

Rentang nila20-31 32-43 44-55 56-67 57-79 80-91 jumlah

asi pretes (t

dapat dilihat

apat 4 siswa

ng mendapa

apat 2 siswa

ang mendapa

ik nilai Pra-s

afik kelas dis

fre

melalui me

las IV meng

melakukan

n Bahasa Ind

IV SD Ne

an dengan ju

klus

ai frekw

tabel 03) dip

t bahwa terd

atau 18,18 %

at nilai 40; te

atau 9,09 %

at nilai 70; t

siklus terliha

stribusi freku

ekuensi

edia audio v

gadakan koo

tindakan. T

donesia adala

egeri 1 Tal

umlah siswa

wensi 5 3 4 2 5 3

22

peroleh nilai

dapat 1 sisw

% yang mend

erdapat 4 sis

% yang mend

terdapat 3 si

at seperti pad

uensi pra N

visual adalah

rdinasi deng

Tindakan yan

ah menyima

lunombo tah

22. Dapat d

i rata-rata ke

wa atau 4,5

dapat nilai 3

swa atau 18,

dapat nilai 6

iswa atau 13

da gambar 4

ilai Pra Siklu

20‐3

32‐4

44‐5

56‐6

57‐7

80‐9

59

h 65. Oleh

gan Kepala

ng diambil

ak isi cerita

hun ajaran

dilihat pada

elas adalah

54 % yang

30; terdapat

18 % yang

60; terdapat

,63% yang

.

us

31

43

55

67

79

91

Page 60: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada pembelajaran Bahasa

Indonesia menyimak isi cerita adalah 70. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa

baru 8 atau 36,36 % siswa memenuhi KKM, dan terdapat 14 atau 63,64 % siswa

belum memenuhi KKM.

Penilaian ini untuk mengetahui kemampuan siswa kelas IV dalam

menyimak isi cerita melalui media audio visual tanpa adanya perlakuan atau

threatment. Jumlah soal yang diberikan adalah 10 soal. Di dalam pretes ini siswa

sudah mendapat pemahaman dasar mengenai menyimak isi cerita. Dari observasi

yang dilakukan guru sebelum diadakan pretes, ternyata siswa kelas IV SD Negeri

1 Talunombo masih rendah kemampuannya dalam menyimak isi cerita.

Dari analisis data skor pretes dapat disimpulkan bahwa kemampuan

menyimak isi cerita Bahasa Indonesia kelas IV SD N 1 Talunombo masih rendah.

Oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk meningkatkan kemampuan

menyimak isi cerita. Adapun tindakan dalam usaha meningkatkan kemampuan

menyimak isi cerita mata plajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan media

audio visual film animasi.

2. Tindakan Siklus I

Tindakan Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuan yaitu satu

kali kegiatan pembelajaran (2 x 35 menit). Siklus I dilakukan selama 2 minggu

pada bulan Juni, adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Perencanaan Siklus I

Sebelum perencanaan dilakukan, peneliti terlebih dahulu melihat hasil

observasi sebelum tindakan. Dari hasil observasi yang berupa hasil evaluasi

individu isi dalam menyimak isi cerita, diketahui bahwa kemampuan siswa

Kelas IV SD Negeri 1 Talunombo Tahun Ajaran 2009/2010 dalam menyimak

isi cerita masih rendah. Siswa yang masih belum mencapai KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal) sebanyak 14 siswa atau 63,64% dari 22 anak; dan siswa

yang sudah mencapai KKM hanya sebanyak 8 siswa atau 36,36 % saja.

Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal untuk menyimak isi adalah 70. Oleh

sebab itu, peneliti sebagai guru kelas IV mengadakan koordinasi dengan

Kepala Sekolah dan guru kelas lain untuk melakukan tindakan. Tindakan yang

Page 61: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

diambil dan diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menyimak isi

cerita yaitu dengan menggunakan media audio visual film animasi guna

meningkatkan kemampuan menyimak isi isi cerita siswa Kelas IV SD Negeri

1 Talunombo.

Langkah-langkah yang hendak dilakukan berpedoman pada silabus Kelas

IV, yang berisi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan materi

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun langkah di dalam perencanaan

meliputi :

(1) Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator yang

hendak dicapai.

(2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang menerapkan Media

audio visual film animasi.

(3) Mempersiapkan media guna mendukung pembelajaran menyimak isi

cerita dengan menggunakan kaset DCD film animasi.

(4) Mempersiapkan alat evaluasi individu guna mengetahui sejauh mana

kemampuan siswa menyimak isi cerita.

(5) Mempersiapkan lembar penilaian.

(6) Mempersiapkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam

pembelajaran.

Merujuk pada hasil analisis dan refleksi pertemuan 1, peneliti

merencanakan pertemuan 2. Informasi yang didapat berupa informasi-

informasi yang mesti harus ditingkatkan dari pertemuan 1 memerlukan

alternatif pemecahan. Hal-hal yang masih kurang dalam pertemuan pertama

harus ditingkatkan di pertemuan 2, seperti meningkatkan kemampuan

menyimak isi cerita, meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran, dan

meningkatkan ketrampilan mengajar guru dalam memanfaatkan media audio

visual film animasi.

b) Pelaksanaan Siklus I

i) Pertemuan 1

Peneliti dalam tahap ini melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia

menyimak isi cerita melalui media film animasi. Sebelum pelaksanaan

pertemuan 1, peneliti mengkondisikan kelas guna mendukung kelancaran

Page 62: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

pembeleajaran yang akan dilakukan. Kondisi kelas yang baik adalah tahap

awal suatu pembelajaran yang harus dilakukan guru, seperti menyiapkan alat

media seperti pengoprasian dengan menggunakan laptop, proyektor dan kaset

DVD serta kabel dan listrik. Mengatur dan memastikan layar dapat ditangkap

oleh semua siswa baik yang duduk di depan, belakang maupun sudut.

memotivasi (apersepsi), dan menyampaikan peraturan dan cara kerja

penggunakan media tersebut terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia

khususnya menyimak isi cerita.

Setelah kelas dikondisikan seperti yang telah diuraikan di atas, peneliti

harus memastikan betul apakah siswa benar-benar memahami peraturan-

peraturan di dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Hal ini sangat perlu

karena jika siswa tidak memahami dan mengerti peraturan dalam

pembelajaran ini maka pembelajaran akan kacau dan tidak mencapai tujuan

yang diharapkan.

Siswa diputarkan film animasi. Dalam hal ini yang digunakan adalah film

animasi dengan judul Timun Mas. Film diputarkan secara bertahap. Setelah

film siap diputar, siswa difokuskan untuk mnyaksikan dan menyimak isi film

dalam tahap pertama. Tahap pertama siswa diputarkan film dengan

permasalahan yang lebih ringan, tokoh yang lebih sedikit, sehingga

membutuhakan ingatan (memori) yang lebih ringan. Setelah film diputarkan

pada tahap pertama, peneliti memberikan pertanyaan secara klasikal kepada

siswa mengenai isi film tersebut, baik meliputi, tokoh, latar, alur, maupun

watak yang ada pada cerita tersebut.

Selanjutnya peneliti memberikan pertanyaan kepada siswa secara

personal/ individu mengenai isi cerita film animasi tersebut, pertanyaaan

tersebut dapat meliputi latar cerita, tokoh, alur maupun perwatakan.

Untuk mengetahui kemampuan siswa menyimak dan menyusun kalimat

terhadap isi cerita tersebut adalah dengan cara memberi tugas menulis hasil

cerita film animasi yang telah disimak ke dalam sebuah kalimat, Berikutnya

peneliti meminta siswa untuk membacakan hasil tulisan berupa ringkasan isi

cerita tersebut secara bergilir. Kegiatan ini ditujukan untuk memastikan

pemahaman siswa dalam menyimak isi cerita film animasi yang telah diputar.

Page 63: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

ii) Pertemuan 2

Pada pertemuan 2 siswa sudah memahami aturan yang harus dipatuhi

dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Sebelum memulai pembelajaran,

guru mengkondisikan kelas sama seperti pada pertemuan pertama.

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan apersepsi guru berupa motivasi,

menyampaikan materi dan kompetensi, memeriksa kesiapan siswa, dan

menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan yaitu pembelajaran Bahasa

Indonesia dengan menggunakan media audio visual film animasi.

Agar siswa lebih paham serta menegaskan kembali aturan pembelajaran,

maka guru mengulang aturan-aturan yang ada dalam pembelajaran yang akan

dilaksanakan seperti pada pertemuan pertama,.

Siswa menempatkan diri dan memfokuskan perhatian pada alur cerita,

pada pertemuan ke dua ini, guru memberikan cerita yang memiliki tingkat

yang lebih kompleks daripada pertemuan pertama, baik meliputi pergantian

setting/ latar yang tidak hanya pada satu tempat saja. Tokoh yang ditampilkan

pun lebih banyak dan memiliki perwatakan yang lebih kompleks, meliputi

antagonis( jahat) protagonis (baik perwatakannya) dn tritagonis ( tokoh

pelengkap yang membantu tokoh protagonis),

Pada akhir pemutaran film, penulis memberikan umpan pertanyaan kepada

siswa secara klasikal untuk mengetahui pemahaman siswa dalam menyimak

isi cerita pada tahap awal dengan menggunakan cerita yang lebih kompleks di

banding pertemuan pertama. Setelah guru memberikan pertanyaan siswa

secera klasikal, selanjutnya penulis memberikan pertanyaan kepada siswa

secara personal/ individu terhadap isi cerita yang telah disimak. Kegiatan ini

dilakukan untuk mengetahuai pemahaman siswa lebih dalam terhadap isi

cerita, disamping itu pertanyaan yang diberikan kepada siswa secara individu

diberikan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat konsentrasi

siswa terhadap pelajaran.

Berikutnya, penulis memberikan tugas kepada siswa untuk menulis isi

cerita ke dalam bahasa mereka sendiri. Selain untuk megetahui kemampuan

siswa dalam menyimak dan menuangkannya dalam tulisan, juga untuk

Page 64: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

mengetahui seberapa besar siwa dapat menyimak dan menangkap isi cerita ke

dalam alur yang runtut ke dalam bahasa verbal.

Pada tahap berikutnya penulis memberikan pertanyaan dengan tujuan lebih

meyakinkan seberapa dalam siswa memahami kegiatan menyimak isi cerita

melalui media audio visual, guru memberikan beberapa pertanyaan kepada

siswa secara tertulis mengenai isi cerita dan dijawab sesuai pemahaman

masing-masing. Pertanyaan tersebut meliputi alur cerita, setting/ tempat,

perwatakan maupun tokoh. Dari jawaban siswa ini akan terlihat tingkat

pemahaman masing-masing siwa dalam kegiatan menyimak isi cerita melalui

media audio visual berdasarkan jawaban tingkat kesesuaian antara pertanyaan

dan ketepatan jawaban dari cerita.

c) Observasi

Observasi dilakukan setiap pertemuan berlangsung. Setiap siklus terdiri

dari 2 kali pertemuan, dan durasi setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran (2 x

35 menit). Observasi dilakukan untuk memperoleh data, informasi, dan umpan

balik bagi peneliti. Observasi yang dilakukan yaitu observasi langsung dan

tidak langsung.

Observasi langsung yaitu observasi yang dilakukan langsung oleh peneliti

(tanpa perantara) terhadap subjek penelitian. Alat yang digunakan dalam

observasi langsung adalah catatan lapangan, berisi tentang kegiatan dan

kejadian dalam pembelajaran yang perlu dicatat untuk dievaluasi dan

dianalisis guna dijadikan umpan balik bagi peneliti. Catatan-catatan tersebut

dapat berupa kegiatan yang sesuai rencana dan kegiatan diluar rencana.

Observasi tidak langsung yaitu observasi yang dilakukan dengan bantuan

perantara. Adapun perantaranya yaitu guru kelas lain. Dengan berkolaborasi

dengan guru lain sebagai observer sekaligus penilai dalam pembelajaran,maka

data dan informasi yang diperoleh lebih bersifat objektif. Alat yang digunakan

dalam observasi tidak langsung berupa lembar penilaian mengajar guru dan

lember observasi peran serta siswa. Lembar penilaian mengajar guru bertujuan

untuk menilai kemampuan mengajar guru dan kegiatan guru dalam

pembelajaran. Lembar observasi peran serta siswa bertujuan untuk menilai

Page 65: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

sejauh mana kemampuan siswa menyimak isi cerita melalui media audio

visual film animasi Adapun hasil observasi pada siklus I adalah sebagai

berikut :

Indikator : - Menemukan pokok pikiran yag terdapat dalam setiap teks

- Menjelaskan isi teks dengan kalimat yang runtut

- Meringkas isi teks bacaan dengan kalimat yang runtut.

Media : - kaset DVD film animasi Timun Mas

i) Pertemuan Ke-1

Hasil Observasi :

(1) Kegiatan Siswa (berdasarkan lampiran 9) : (1)19 siswa atau 86,36%%

siswa memperhatikan penjelasan guru (2) 4 atau 18,18 % siswa

bertanya tentang penjelasan guru; (3) 17 atau 72,27% siswa

memperhatikan isi film; (4) 17 siswa atau 72,27 siswa semangat dan

senang mengikuti pelajaran(5) 15 atau,68,18% siswa serius menyimak

isi cerita; (6) 13 atau 59,09% siswa merespon pertanyaan guru; (7) 11

atau50% siswa mampu mengingat dan menjelaskan isi cerita; (8) 10

siswa atau 45,45% dapat meneceritakan dengan kalimat yang runtut; (9)

15 siswa atau 68,18% dapat membedakan watak dan karakter setiap

tokoh; (10) 17 siswa atau 77,27 mampu mengingat nama setaiap tokoh;

(11) 6 atau 27,27% siswa mempunyai keberanian mengungkapakan

pikiran dan pertanyaan setiap tokoh; (12) 5 atau 22,72% kemampuan

menggunakan bahasa yang baik untuk menceritakan isi cerita; (13) 5

siswa atau 22,72 % siswa dapat menangkap amanat dari isi cerita; (14) 4

siswa atau 18,18 % kepuasan siswa memperoleh poin setiap menjawab

pertanyaan; (15)22 atau 100% semua siswa mengerjakan evaluasi

individu; (16) rata-rata pencapaian peran serta siswa 53,54%.

(2) Kegiatan Guru ( berdasarkan lampiran 9) : Kegiatan guru meliputi,

penyiapan peralatan dan media yang akan dipergunakan; memeriksa

kesiapan siswa; kesesuaian apersepsi dengan materi yang akan

diajarkan; menyiapkan kompetensi yang akan dicapai; menunjukkan

penguasaan materi yang akan disampaikan,menguatkan materi dengan

pengetahuan yang relevan; mengaitkan materi dengan realitas

Page 66: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

kehidupan; melakukan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang

akan dicapai; melakukan pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan

siswa; melaksanakan pembelajaran secara urut; penguasaan kelas;

melaksanakan yang menumbuhkan kebiasaan positif; melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu; menunjukkan penguasaan

terhadap media pembelajaran; menggunakan media pembelajaran secara

efektif, efesien dan menarik; melibatkan siswa dalam penguasaan media;

menumbuhkan partisipatif siswa dalam pembelajaran; memfasilitasi

terjadinya interksi antara guru, murid dengan sumber belajar; merespon

positif partisipasi siswa; menunjukkan hubungan antar pribadi yang

kondusif, memantau kemajuan siswa; melakukan penilaian akhir sesuai

dengan kompetensi; melakukan refleksi pembelajarn dengan melibatkan

siswa; melaksanakan tindak lanjut; penggunakaan bahasa lisan, benar

dan lancar; menggunakan bahasa tertulis dengan baik dan benar;

penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai;kerapian penampilan;

perfoma dan semangat mengajar. Kegiatan guru yang sangat baik

meliputi pelibatan siswa dalam pemanfaatan media. Sedangkan catatan

dari observer mengenai kegiatan yang dilakukan guru yaitu untuk lebih

memperhatikan penggunaan waktu. Kemampuan guru mengajar masih

kurang.

(3) Catatan Lapangan: (1) siswa yang bertanya sangat sedikit, (2) rasa ingin

tahu siswa besar, (3) siswa kurang memahami aturan dalam

pembelajaran dengan menggunakan media audio visual film animasi. (4)

semangat untuk fokus terhadap isi cerita pada film animasi tinggi, (5)

siswa belum dapat menulis hasil menyimak isi cerita pada film animasi

dengan menggunakan bahasa yang runtut, baik dan benar. (6) adanya

kegaduhan karena ada siswa yang menganggap menggap kegiatan

menggunakan audio visual film animasi bukan merupakan bagian dari

proses kegiatan pembelajaran melainkan sekedar menyaksikan film (7)

kegaduhan siswa yang dapat mengganggu siswa lain untuk

mendengarkan dialoge yang disampaikan pada film tersebut., (8) siswa

Page 67: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

yang duduk di depan cenderung lebih fokus terhadap isi film dan

pembelajaran, (9) kurang waktu dalam evaluasi individu.

ii) Pertemuan Ke-2

Hasil observasi

(1) Kegiatan siswa: (1) 20 siswa atau 90,90% siswa memperhatikan

penjelasan guru, (2) 6 siswa atau sebesar 27,27 % siswa bertanya

penjelasan guru, (3) 19 siswa atau 86,36 memperhatikan isi film , (4)

semangat dan senang mengikuti pelajaran 86,36% (5) 18 siswa atau

81,81% siswa serius menyamak isi cerita, (6) 14 siswa atau 63,63%

siswa merespon pertanyaan guru, (7) 13 siswa atau 59,09% siswa

mampu mengingat dan menjelaskan isi cerita , (8) 12 siswa atau 54,54%

siswa dapat menceritakan kembali isi cerita dengan menggunakan

kalimat yang runtut, (9) 9 siswa atau 36,36% siswa dapat membedakan

watak dan karkter setiap tokoh dalam setiap ceita , (10) 19 siswa atau

86,36% siswa dapat mengingat nama setiap tokoh , (11) 9 siswa atau

40,90% siswa mempunyai keberanian mengungkapakan pikiran dan

pertanyaan dalam isi crita tersebut , (12) 7 siswa atu 31,81% siswa

mempunyai kemampuan menggunakan bahasa yang baik dan benar

untuk menceritakan isi cerita, (13) 9 siswa atau 40,90% siswa mampu

menangkap amanat dari cerita tersebut, (14) 7 siswa atau 31,81%

kepuasan siswa dalam memperoleh poin pada setiap pertanyaan, (15)

semua siswa atau 100% melakukan evaluasi individu; (16) rata-rata

pencapaian peran serta siswa 61,21%.

(2) Kegiatan guru: kegiatan guru yang masih kurang yaitu penguasaan kelas

dan penggunaan media secara efisien, efektif dan menarik. Kegiatan

guru yang baik meliputi kesiapan ruang, alat dan media pembelajaran;

memeriksa kesiapan siswa; apersepsi; penyampaian kompetensi yang

akan dicapai; menunjukkan penguasaan materi pembelajaran; pengaitan

materi dengan pengetahuan yang relevan dan realitas kehidupan;

melakukan pembelajaran sesuai kompetensi yang akan dicapai;

melakukan pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa.

pembelajaran yang urut; menguasai kelas; menumbuhkan kebiasaan

Page 68: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

positif; melaksabajan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu;

memfasilitasi interkasi anatara guru dan siswa serta sumber belajar;

merespon positif pertisipatif siswa; menumbuhkan keceriaan dan

antusias siswa; menunjukkan antar pribadi yang kondusif; memantau

kemajuan siswa; melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi;

melakukan refleksi dan tindak lanjut; penggunaan bahasa lesan secara

jelas, lancar, dan benar; penggynaan bahasa tulis yang baik dan benard;

penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai; kerapian penampilan.

Kegiatan guru yang sangat baik yaitu pelibatan siswa dalam

pemanfaatan media dan peforma semangat mengajar. Kemampuan guru

mengajar baik.

(3) Catatan lapangan : siswa serius memperhatikan penjelasan guru, hanya

sedikit siswa yang bertanya tentang pembelajaran yang akan dilakukan,

sebagian besar siswa sudah bisa menyesuaikan diri dan memahami aturan

main pada pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi.

Sebagian siswa sudah dapat mengingat isi, karakter maupun tokoh dalam

cerita tersebut namun belum mempunyai kemampuan untuk menyusun

isi cerita ke dalam kalimat yang runtut, baik dan benar, baik secara lisan

maupun tertulis, namun mereka cenderung mempunyai antusiasme untuk

mengikuti pelajaran, hal tersebut terlihat dari tertibnya siswa

mengerjakan dan menyelesaikan soal dan tugas individual dengan tepat

waktu

(4) Refleksi : semua data yang diperoleh dari observasi berupa daftar nilai

dan lembar observasi pertemuan 1 dikumpulkan kemudian dianalisis.

Proses analisis harus dimulai dari hasil evaluasi kemampuan siswa

menyimak isi cerita sebelum adanya tindakan. Hal ini perlu dilakukan

untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa dalam

menyimak isi ceita pada mata pelajarann Bahasa Indonesia sebelum dan

sesudah tindakan. Data yang diperolah sebelum tindakan adalah daftar

nilai yang mengukur kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas IV.

Page 69: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Untu

animasi

dari 2

pembuat

pembuat

pembelaj

i) Pertem

Set

seperti

Tab

Be

pertem

Da

(tindak

menyim

pening

uk menerapk

pada mata

kali pertem

tan RPP (r

tan alat ob

ajaran, dan re

muan Ke-1

telah diadak

i pada tabel 4

bel 4. Distrib

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

rdasarkan t

muan Ke-1 se

Gambar 5: G

ari hasil ev

kan) diperol

mak isi cer

gkatan nilai

0

1

2

3

4

5

6

7

kan pembela

pelajaran B

muan memer

rencana keg

bservasi), p

efleksi dari s

kan tindakan

4.

busi frekuen

Rentang 30-29 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 jumlah

tabel 4 dap

eperti pada g

Grafik distrib

valuasi indiv

leh nilai rat

rita, yaitu 5

rata-rata k

fre

ajaran meng

Bahasa Indon

rlukan pers

giatan pemb

pelaksanaan

siklus pertam

n yaitu siklu

nsi Pertemua

kelas fre2 3 3 7 5 2 22

pat digamba

gambar 5.

busi frekuen

vidu yang

ta-rata kelas

56,81 Angk

elas sebelum

ekuensi

ggunakan me

nesia siklus

siapan yang

belajaran, e

tindakan,

ma.

us I pertem

an 1 Siklus I

ekwensi

arkan dalam

nsi siklus I pe

dilakukan

s untuk kem

ka tersebut

m tindakan

edia audio v

s pertama y

g matang. M

evaluasi pem

melakukan

muan 1 diper

m bentuk g

ertemuan 1

setelah per

mampuan sis

menunjukk

dan setelah

30‐39

40‐49

50‐59

60‐69

70‐79

80‐89

69

visual film

yang terdiri

Mulai dari

mbelajaran,

observasi

roleh hasil

grafik nilai

rtemuan 1

swa dalam

kan adanya

h tindakan

Page 70: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

pertemuan 1 sebesar 8,18 Terdapat 1 siswa atau 4,54 % yang mendapat nilai

20; terdapat 1 siswa atau 4,54% yang mendapat nilai 30; terdapat 3 siswa

atau 13,63 % yang mendapat nilai 40; terdapat 3 siswa atau 13,63 % yang

mendapat nilai 50; terdapat 5 siswa atau 22,72 % yang mendapat nilai 60;

terdapat 7 siswa atau 31,81 % yang mendapat nilai 70; terdapat 2 siswa atau

9,09 % yang mendapat nilai 80;.

Dari tabel 4 dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas KKM dan belum

tuntas KKM seperti pada tabel 5.

Tabel 5. Prosentase ketuntasan KKM siklus I pertemuan I

No. Nilai Jumlah Siswa Prosentase 1. 0-60 13 59,09%

2. 70-100 9 40,91%

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk materi menyimak cerita film

soal cerita perkalian adalah 70. Dari uraian di atas terdapat 13 siswa atau

59,09 % siswa yang belum mencapai KKM, sedangkan siswa yang sudah

mencapai KKM sebanyak 9 siswa atau 40,91 % siswa. Dari angka tersebut

dapat diketahui siswa yang tuntas KKM mengalami peningkatan dari

sebelum adanya tindakan yaitu sebesar 36,36 % atau sebanyak 8 siswa.

Target indikator kerja untuk kemampuan menyimak isi cerita adalah 70 %

siswa mencapai KKM, sedangkan hasil dari evaluasi individu pertemuan 1

siklus I hanya sebesar 40,91 % siswa yang mencapai KKM. Hal ini

menunjukkan bahwa target indikator kerja belum tercapai.

Informasi yang diperoleh dari hasil lembar observasi dikumpulkan

kemudian di analisis untuk mengetahui hasil observasi pembelajaran yang

telah dilakukan. Lembar observasi meliputi lembar-lembar kegiatan siswa

(peran serta siswa dalam pembelajaran), kegiatan guru (penilaian

kemampuan guru mengajar), dan catatan lapangan.

Lembar kegiatan siswa bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peran

serta siswa dalam pembelajaran yang dilakukan guru. Dari hasil analisis

diperoleh informasi bahwa peran serta siswa dalam pembelajaran yang

dilakukan guru sebesar 53,54 %. Angka tersebut diperoleh dari jumlah

Page 71: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

prosentase setiap aspek penilaian dibagi banyaknya aspek penilaian, yaitu

803,14 : 15 = 53,54%. Setiap prosentase aspek penilaian diperoleh dari

jumlah siswa yang melakukan aspek tersebut dibagi jumlah keseluruhan

siswa kemudian dikali 100 %. Jumlah aspek penilaian sebanyak 15 item.

Target indikator kerja untuk peran serta siswa yaitu 45 %, sedangkan

perolehan tingkat peran serta siswa pada pertemuan 1 siklus I yaitu 53,54 %.

Maka target indikator kerja untuk siklus pertama sudah tercapai, namun

masih perlu ditingkatkan lagi.

Lembar observasi kegiatan guru bertujuan untuk mengetahui

kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran yang telah direncanakan.

Dari lembar observasi kegiatan guru diperoleh informasi yaitu kemampuan

mengajar guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan

media audio visual film animasi. Kriteria tersebut diperoleh dari total skor

setiap item aspek yang dinilai dibagi jumlah aspek (40 item). Angka yang

diperoleh yaitu 107 : 40 = 2,7. Interval angka 1,00-1,99 masuk dalam

kriteria sangat kurang, interval angka 2,00-2,99 masuk dalam kriteria

kurang, interval angka 3,00-3,99 masuk dalam kriteria baik, dan interval

angka 4,00 masuk dalam kriteria sangat baik. Selain itu terdapat catatan atau

komentar dari observer mengenai pembelajaran yang dilakukan yaitu

peneliti harus memperhatikan penggunaan waktu dalam setiap kegiatan.

Analisis catatan lapangan yang dilakukan oleh peneliti meliputi

informasi-informasi yang diperoleh dari lapangan. Hasil analisis yaitu

pertama, siswa yang bertanya tentang penjelasan guru sangat sedikit, hal ini

dikarenakan sebagian besar siswa masih bingung akan pembelajaran yang

dilakukan sehingga siswa tidak tahu apa yang harus ditanyakan kepada guru.

Rasa ingin tahu siswa yang besar dengan ditunjukkan mendengarkan

penjelsan guru dengan seksama, hal ini wajar karena siswa belum pernah

melakukan pembelajaran menyimak isi cerita dengan menggunakan media

audio visual film animasi. Siswa kurang mengetahui aturan permainan dan

cara pembelajaran, hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan siswa yang

hanya melihat film tanpa mengetahui apa yang harus dilakukan. Semangat

dan tinggi dengan ditunjukkan keceriaan dalam mengikuti pembelajaran dan

Page 72: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

bersaing positif dalam mencari poin. Siswa belum dapat menulis hasil

menyimak cerita pada film animasi dengan menggunakan bahasa yang

runtut. Hal ini terlihat pada bahasa yang digunakan siswa masih monoton (

sama). Banyak siswa yang kurang menghargai aktivitas siswa lain

ditunjukkan dengan saling ejek dan adu mulut sehingga menimbulkan

kegaduhan di dalam kelas. Dalam pembahasan soal hanya siswa yang duduk

di depan yang mengikutinya. Pada saat evaluasi individu, siswa kekurangan

waktu dalam menulis hasil film yang mereka simak ke dalam kalimat

mereka sendiri. Selain itu dipeoleh juga informasi dari penilaian proses pada

saat menjawab pertanyaan dan respon isi film selama proses pembelajaran

dan pemaparan hasil menyimak isi cerita tersebut.

Dari hasil refleksi siklus pertama dapat diperoleh informasi-informasi

yang dapat dijadikan umpan balik untuk peneliti (guru). Umpan balik ini

sangat diperlukan guna mengetahui apakah indikator kerja sudah tercapai

atau belum. Setelah diadakan analisis, ternyata target indikator kerja siklus

pertama belum tercapai. Target indikator kerja yang belum tercapai adalah

kemampuan siswa dalam mnyimak isi cerita menggunakan media audio

visual film animasi. Maka untuk mencapai target indikator kerja

kemampuan siswa dalam meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita

siklus pertama perlu diadakan pertemuan 2 yang lebih baik dari pertemuan

1. Selain itu masih banyak hal yang perlu diperbaiki dari pertemuan 1, yaitu

(1) guru harus lebih memeriksa kesiapan siswa, (2) meningkatkan apersepsi,

(3) meningkatkan penguasaan kelas, (4) melaksanakan alokasi waktu yang

tepat, (5) meningkatkan penggunaan media, (6) meningkatkan hubungan

antar pribadi yang kondusif, (7) lebih memantau kemajuan siswa, (8)

refleksi yang lebih mendalam, (9) tindak lanjut yang lebih efektif, (10) guru

harus menumbuhkan berpikir kreatif dengan pembelajaran yang dilakukan

guru dengan membuat pemebalajaran lebih menarik, (11) guru harus lebih

membantu peserdik memahami dan membantu siswa dalam menggali dan

menyampaikan segala gagasan serta ide menurut apa yang mereka lihat ke

dalam kalimat dan sesuai kemampuan masing-masing, (12) guru harus bisa

menunjukkan secara nyata, apa pentingnya kemampuan menyimak bagi

Page 73: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

kehidupan sehari-hari, (13) dan gaya mengajar yang tepat. Selain itu peneliti

harus bisa mencari alternatif pemecahan dari masalah yang ditimbulkan

siswa antara lain bagaimana meningkatkan siswa yang bertanya, merespon

aktivitas siswa lain, menghargai pendapat dan gagasan siswa lain,

melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, menghargai aktivitas siswa

lain, dan tertib mengikuti peraturan. Catatan lain yang mesti harus

diperhatikan adalah penggunaan waktu secara efisien, pengaturan tempat

duduk, pengendalian kelas agar pembelajaran dapat berjalan lancar,

pemilihan film yan menarik disesuaikan dengan tingkat perkembangan

siswa.

ii) Pertemuan Ke-2

Refleksi pertemuan 2 diawali dari pengumpulan informasi dari hasil

observasi yang kemudian dianalisis. Analisis pertama yang dilakukan adalah

mengetahui kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita dengan

menggunakan media audio visual film animasi mencapai target indikator

kerja.

Hasil analisis kemampuan menyimak isi cerita film melalui media audio

visual film animasi dengan interval 00-100.

Tabel 6 : distribusi frekuensi Siklus I Pertemuan 2

Rentang kelas Nilai 40-47 2 48-55 4 56-63 6 64-71 6 72-79 0 80-87 4 jumlah 22

Berdasarkan tabel 6 dapat digambarkan dalam bentuk grafik nilai

pertemuan Ke-1 seperti pada gambar 6.

Page 74: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d

s

5

m

K

G

Da

kemam

media

rata n

pening

terdapa

22,27%

menda

terdapa

Da

belum

Tabe

No.1. 2.

Berdas

dan yang su

siswa atau 4

54,54 %. A

menyimak c

KKM. Ini

Gambar 6: G

ari hasil an

mpuan rata-r

audi visual

nilai 56,81

gkatan yaitu

at 2 atau 9

% siswa yan

apat nilai 60

at 4 atau 18,

ari tabel 6 da

tuntas KKM

el 7. Prosenta

. Nila0-60 70-100

sarkan data

udah mencap

45,45 % dan

Adapun targ

cerita melalu

berarti targ

0

1

2

3

4

5

6

Grafik distrib

nalisis hasil

rata siswa k

film animas

pada perte

sebesar 5,4

9,09 % sisw

ng mendapat

, terdapat 6

18 % siswa

apat diketah

M seperti pad

ase ketuntas

ai Ju

dapat diliha

pai KKM. Si

siswa yang

get indikato

ui media aud

get indikator

busi frekuen

l evaluasi

kelas IV da

si yaitu 62,2

emuan 1, m

46%. Frekue

wa yang me

t nilai 50, te

atau 27,27

yang menda

hui jumlah si

da tabel 7.

an KKM suk

mlah Siswa12 10

at jumlah si

iswa yang be

sudah menc

or kerja un

dio visual film

r kerja sikl

frekuensi

si siklus 1 pe

individu pe

alam menyim

27 Jika diba

maka pada

ensi nilai pa

endapat nila

erdapat 6 ata

% siswa ya

apat nilai 80.

iswa yang s

klus I pertem

a Prose54,545,4

iswa yang b

elum mencap

apai KKM s

ntuk siklus

m animasi y

lus I sudah

ertemuan 2

ertemuan 2

mak isi ceri

andingkan de

pertemuan

ada pertemu

ai 40, terdap

au 27,27% s

ang mendapa

.

udah tuntas

muan II

entase 54% 45 %

belum menc

apai KKM se

sebanyak 12

I untuk k

yaitu 40 % si

h tercapai.

74

diketahui

ita melalui

engan rata-

2 terjadi

uan 2 yaitu

pat 5 atau

siswa yang

at nilai 70,

KKM dan

apai KKM

ebanyak 10

siswa atau

kemampuan

iswa tuntas

Dibanding

40‐47

48‐55

56‐63

64‐71

72‐79

80‐87

Page 75: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

pertemuan 1, pada pertemuan 2 terjadi peningkatan siswa yang mencapai KKM

sebanyak 1 siswa atau 4,54 %.

Lembar kegiatan siswa dianalisis untuk mengetahui seberapa besar peran serta

siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru. Peran serta siswa dalam

pembelajaran dinilai dengan prosentase. Prosentase didapat dari jumlah total

prosentase semua aspek dibagi jumlah aspek. Pada pertemuan 2 peran serta siswa

sebesar 61,21 %. Dibanding pertemuan 1, pada pertemuan 2 terjadi peningkatan

sebesar 7,67 %.

Lembar kegiatan guru dianalisis untuk mengetahui kemampuan guru dalam

menerapkan pembelajaran yang telah direncanakan. Dari hasil observasi tidak

langsung dari observer diperoleh informasi bahwa kemapuan mengajar dan

menerapkan pembelajaran Bahasa Indonesia melalui media audio visual film

animasi sudah baik. Kriteria ini diperoleh dari total skor semua aspek dibagi

jumlah aspek (3,00). Selain itu ada catatan tersendiri dari observer yaitu

penguasaan kelas dan penggunaan media perlu ditingkatkan.

Hasil observasi langsung yang berupa catatan dianalisis guna mengetahui

informasi yang terjadi saat pembelajaran berlangsung. Hal yang harus

dipertahankan karena sudah baik meliputi perhatian siswa mendengarkan

penjelasan guru, menumbuhkan partisipatif siswa dalam pembelajaran, dan

pengerjaan evaluasi individu dengan batas waktu. Selain itu ada hal-hal yang

masih perlu ditingkatkan lagi yaitu dalam hal membangkitkan siswa untuk

bertanya dan penanaman konsep ketergantungan positif.

Refleksi berguna bagi guru untuk mengetahui kekurangan dalam pembelajaran

yang telah dilakukan. Pada pertemuan 2 ada beberapa kekurangan yang harus

ditingkatkan dengan mencari alternatif pemecahan masalahnya. Dalam kegiatan

siswa meliputi, siswa yang bertanya masih sedikit hanya sebesar 28,5 %.

Alternatif pemecahan masalahnya, guru harus menumbuhkan rasa keberanian

siswa untuk bertanya dan rasa ingin tahu siswa. Salah satu caranya yaitu membuat

media yang lebih menarik, soal yang lebih bervariasi, serta perlu adanya gaya

mengajar guru yang lebih menarik. Siswa dalam hal merespon siswa dan

menghargai pendapat siswa lain lain juga masih rendah, hanya 47,6 %. Alternatif

pemecahan masalahnya adalah guru harus menanamkan konsep tenggang rasa,

Page 76: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

saling menghormati pendapat orang lain, dan kepedulian antar sesama. Konsep

tersebut merupakan salah satu nilai-nilai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

dalam mengungkapkan pikiran dan gagasan.

Dalam kegiatan guru, aspek yang masih perlu ditingkatkan karena masih

kurang yaitu penggunaan media secara efektif, efesien dan menarik. Alternatif

pemecahan masalah yaitu guru harus lebih meguasai keterampilan mengajar,

pendekatan individu, menyampaikan pembelajaran yang lebih menarik dengan

cara pemilihan film yang menarik dan sesuai dengan dunia dan pertumbuhan

anak, yang lebih membangkitkan semangat dan rasa ingin tahu siswa sehingga

pemanfaatan media menjadi lebih efektif dan efisien serta penempatan tempat

duduk dengan menempatkan siswa yang tinggi di belakang, sehingga objek yang

ditampilkan dapat dilihat oleh semua siswa dengan baik.

Dari catatan lapangan terdapat beberapa hal yang harus ditingkatkan, yaitu

membangkitkan siswa untuk bertanya. Alternatif pemecahan masalah untuk

meningkatkan siswa bertanya yaitu memilih jenis film yang menarik dengan dunia

anak, soal yang lebih bervariasi, perlu adanya gaya mengajar guru yang lebih

menarik, merespon dengan baik segala sesuatu yang ditanyakan oleh siswa

sehingga tidak menimbulkan perasaan takut kepada siswa serta meningkatkan

kepercayaan diri pada siswa.

Berdasarkan hasil analisis yang terdiri dari pra siklus, siklus I (2 x

pertemuan) diperolah data sebagai berikut :

Table 8 : Daftar Ketuntasan KKM dan Peran Serta Siswa pra siklus dan Siklus I

TAHAP KETUNTASAN KKM PERAN SERTA

SISWA Tidak Tuntas Pra Siklus 63,64 % 36,36 % -

Siklus I Per-1 59,09% 40,91 % 53,54% Per-2 54,54 % 45,45 % 61,21%

Dari tabel 5, tabel 7, dan tabel 8 dapat dibuat perbandingan hasil belajar

siswa sebelum tindakan dan setelah siklus I seperti pada tabel 9.

Page 77: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gam

Tabe

NilaNilaRatSisw

Berd

hasil bel

Dari

menyima

kerja. Ol

mencapa

Hasi

media au

pemecah

siklus be

dapat di

guru san

keberani

yaitu me

perlu ad

belum m

berdiri s

dengan m

depan se

mbar 7. Gra

el 9. Perband

Keteranai terendah ai tertinggi a-rata nilai wa belajar tudasarkan tab

ajar sebelum

tabel 8 da

ak isi cerita

leh karena it

ai target indi

l refleksi si

udio visual

han seria

erikutnya (

ringkas seba

ngat sedikit,

ian siswa un

embuat med

anya gaya m

maksimal ka

ehingga men

menempatka

erta duduk y

01020304050607080

Pra siklus

afik Data Nil

dingan hasil

ngan

untas bel 9 dapat d

m tindakan d

an 9 dapat

a dan peran

tu perlu diad

ikator kerja s

iklus I men

film animas

ap masal

(siklus II). A

agai berikut

pemecahan

ntuk bertanya

dia yang leb

mengajar gur

arena terkad

ngganggu ko

an siswa yan

yang semi m

Siklus I

lai Terendah

belajar pra s

Pra si2080

48,636,36

dibuat grafik

dan setelah si

diketahui

serta siswa

dakan siklus

seperti yang

nunjukkan k

si. Kendala-

lah yang

Adapun ken

t; (1) siswa

masalahnya

a dan rasa in

ih menarik,

ru yang lebi

dang ada si

onsentrasi si

ng tinggi di b

melingkar d

,Tertinggi, d

siklus dengan

iklus 0 0 63 6% k data nilai t

iklus I sepert

bahwa kem

a belum men

s II guna me

telah direnc

kendala-kend

-kendala ters

g akan

ndala dan p

yang bertan

a yaitu deng

ngin tahu sisw

pertanyaan

ih menarik;

swa yang t

iwa lainnya.

belakang dan

dengan tujua

dan Hasil Be

n Siklus I

Siklus I 30 80

56,81 40,91

terendah, ter

ti pada gamb

mampuan sis

ncapai targe

emperbaiki s

canakan.

dala dalam

sebut harus

diterapka

emecahan m

nya tentang

an menumb

wa. Salah sa

yang lebih

(2) penggun

tidak teratur

Pemecahan

n siswa yang

an memudah

Nilai tere

Nilai terti

Belajar tu

77

elajar

rtinggi, dan

bar 7.

swa dalam

et indikator

siklus I dan

penerapan

ditemukan

an pada

masalahnya

penjelasan

uhkan rasa

atu caranya

bervariasi,

naan media

r dan suka

nnya adalah

g pendek di

hkan siswa

ndah

nggi

untas

Page 78: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

melihat objek dalam layar; (3) pembahasan cerita hanya siswa yang duduk di

depan yang mengikutinya, alternatif pemecahan masalahnya yaitu

memberikan perhatian kepada siswa yang duduk dibelakang untuk ikut dalam

pembahasan cerita dalam film tersebut; (4) banyak siswa yang terlalu asik

bermain-main sehingga suasana kelas menjadi gaduh, pemecahan masalahnya

yaitu dengan penguasaan kelas yang lebih baik dari guru, meguasai

keterampilan mengajar, pendekatan individu dengan siswa lebih intensif,

menyampaikan pembelajaran yang lebih menarik dan memilih film yang

menarik bagi siswa serta disesuaikan dengan dunia anak. (5) rendahnya

respons dan rasa menghargai pendapat siswa lain, pemecahan masalahnya

yaitu dengan menanamkan konsep tenggang rasa, saling menghormati, serta

kebebasan menyampaikan aspirasi ide serta gagasan sesuai hati nurani

masing-masing baik dalam kalimat verbal maupun tertulis. Konsep tersebut

merupakan salah satu nilai-nilai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia; (6)

penanaman konsep ketergantungan positif, alternatif pemecahan masalahnya

yaitu dengan di dalam apersepsi guru harus menyampaikan makna

ketergantungan positif kepada siswa agar nanti di dalam pembelajaran dapat

diterapkan oleh siswa; (7) terjadi kekurangan waktu dalam evaluasi individu

karena dilakukan 2 kali penyampaikan hasil menyimak isi film , yaitu secara

lisan maupun tertulis, baik dengan cara menjawab pertanyaan seputar isi film

tersebut atau penyampaian cerita secara runtut melalui bahasa mereka sendiri,

alternatif pemecahan masalahnya yaitu pada siklus II setiap pertemuan hanya

dilakukan 1 kali jenis pertanyaan, dan pembahasan yang lebih mendalam,

serta pembatasan waktu dalam mengemukakan/ menulis hasil dari menyimak

isi film tersebut.

2. Tindakan Siklus II

Tindakan Siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan, setiap pertemuan yaitu

satu kali kegiatan pembelajaran (2 x 35 menit). Siklus II dilakukan selama 2

minggu pada bulan Juni, adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai

berikut :

Page 79: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

a) Perencanaan

Sebelum perencanaan dilakukan, peneliti terlebih dahulu melihat hasil

observasi dan analisis pada siklus I. Dari hasil analisis dapat diperoleh

kekurangan yang harus ditingkatkan pada Siklus II. Target indikator kerja

untuk peningkatan kemampuan menyimak isi cerita yaitu peran serta siswa

dan kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita. Peran serta siswa dan

kemampuan menyimak isi cerita dalam pembelajaran siklus I masih harus

ditingkatkan lagi karena belum mencapai target indikator kerja

Pada siklus I yang terdiri dari 2 x pertemuan terdapat kekurangan yang

sangat pokok yaitu kurangnya waktu dalam penerapan media pembelajaran

audio fisual animasi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini

disebabkan karena pada setiap pertemuan dipaksakan untuk melaksanakan 2

kali penyampaian hasil menyimak isi cerita melalui media audio fisual film

animasi, yaitu baik secaa lesan maupun tertulis. Baik dengan cara menjawab

pertanyaan seputar isi film tersebut maupun pemaparan hasil menyimak isi

cerita ke dalam ide/ pikiran serta kalimat sesuai pemahaman masing-masing.,

sehingga evaluasi menjadi sangat sedikit. Karena waktu yang sedikit tersebut,

kegiatan evaluasi menjadi kurang efektif. Oleh sebab itu pada siklus II ini

penggunaan waktu harus dimodifikasi guna tercapainya kegiatan yang lebih

efektif. Siklus II terdiri dari 2 x pertemuan, setiap pertemuan hanya akan

dilaksanakn 1 kali pemaparan diskusi dan evaluasi.

Langkah-langkah yang hendak dilakukan berpedoman pada silabus Kelas

IV, yang berisi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan materi

Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun langkah di dalam perencanaan

meliputi :

i) Menentukan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator

yang hendak dicapai.

ii) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang menerapkan Media

Pembelajaran Audio Visual Film Animasi

iii) Mempersiapkan media dan alat penunjang media seperti proyektor,

laptop, guna mendukung Pembelajaran menggunakan Media Audio

Visual Film Animasi.

Page 80: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

iv) Mempersiapkan alat evaluasi individu guna mengetahui sejauh mana

kemampuan siswa menyimak isi cerita .

v) Mempersiapkan lembar penilaian.

vi) Mempersiapkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam

pembelajaran.

b) Pelaksanaan

Pelaksanaan pada siklus II sedikit berbeda dengan silkus I yaitu hanya

terjadi 1 kali pemaparan pada setiap pertemuan. Tahapan pelaksanaan

pertemuan 1 dan 2 yaitu guru memberikan apersepsi dan pengkondisian kelas

seperti yang telah direncanakan. Pengkondisian kelas berupa penataan meja

dan tempat duduk. Kemudian pemberian motivasi berupa nilai-nilai yang

terkandung dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menyimak dan

penyampain ide gagasan serta pendapat. Setelah itu siswa yang masih duduk

di meja masing-masing diputarkan film animasi dari kaset DVD melalui

proyektor. Siswa secara bersamaan mempehatikan isi film animasi. Siswa

menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru kepada murid secara

klasikal. Siswa bersaut-sautan dan antusias menjawab pertanyaan dari guru.

Berikutnya, guru meminta siswa menulis kembali apa yang mereka lihat dari

film tersebut dengan menggunakan bahasa mereka sendiri sesuai dengan

kemampuan masing-masing. Penulisan hasil menyimak isi cerita tersebut baik

meliputi ketepatan alur, setting serta perwatakan dari masing-masing karakter.

Setelah semua selesai menulis isi cerita, kira- kira 30 menit, guru

mengkoreksi isi tulisan siswa tersebut.Pada hal ini, guru menjumpai kalimat-

kalimat monoton, seperti penggunaan kata “ lalu” “ terus” “ dan “. Kalimat

yang diguakannnya pun juga masih sangat sederhana dan kurang runtut.

Berikutnya dilakukan diskusi secara lebih mendalam, baik dari segi

perwatakan, setting, alur, isi amanat, nama-nama tokoh serta evaluasi terhadap

pembelajaran. Pada kegiatan ini, dalam mengingat nama tokoh, setting siswa

sudah hampir semua dapat menyebutkan dengan benar satu persatu. Namun

terkadang siswa masih belum memahami secara penuh arti watak antagonis,

protagonis, tritagonis, pemeran utama, pemeran pembantu serta amanat yang

Page 81: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

tersirat dari film tersebut. Guru membimbing cara memahami amanat yang

ada dalam film. Misalnya saja, tokoh Timun Mas yang bersifat tidak pantang

menyerah dan pemberani. Bahwa orang yang pemberani itu akan berhasil dan

mendapatkan apa yang didapatkan. Kejahatan pasti dapat dikalahkan dengan

kebaikan. Oleh karena itu kita harus seantiasa berbuat baik kepada siapapun

dan tidak boleh berbuat jahat serta serakah. Siswa yang bertanya serta dapat

menjawab dengan tepat, menulis kembali isi cerita film secara benar dan

runtut mendapatkan poin dari hasil pemaparan yang mereka lakukan dengan

lembar penilaian proses dari guru.

Setelah semua siswa menulis isi cerita dari film yang mereka lihat ke

dalam bahasa mereka sendiri, dilanjutkan dengan evaluasi individu. Evaluasi

individu dikerjakan dengan batas waktu tertentu, kemudian dikumpulkan

sesuai nomor urut absen. Setelah kegiatan evaluasi, guru memberikan

pemantapan materi dan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah.

Pada pertemuan kedua pelaksanaan pembelajaran hampir sama seperti

pada pertemuan pertama.Hanya saja pada pertemuan ke dua hasil menyimak

isi cerita tidak ditulis namun diungkapkan oleh siswa dengan mengfgunakan

bahasa mereka sendiri.

c) Observasi

Observasi yang dilakukan berupa observasi langsung dan tidak langsung.

Kegiatan observasi meliputi observasi kegiatan guru, kegiatan siswa, catatan

lapangan (termasuk penilaian proses).

Indikator : - Menemukan pokok pikiran yang teerdapat daloam setiap teks.

- Menjelaskan isi teks dengan kalimat yang runtut

- Meringkas isiteks bacaan dengan kaliat yang runtut

Media : - Kaset DVD film animasi

Pendekatan :

i) Pertemuan ke-1

(1) Kegiatan Siswa meliputi, (1) semua siswa memperhatikan penjelasan

dan petunjuk guru sebanayak 22 atau 100% (2) bertanya tentang

penjelasan dan petunjuk guru sebanyak 9 siswa atau 40,90 %,

Page 82: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

(3) memperhatikan isi film 86,36%, (4) semangat dan senang

mengikuti pelajaran. Sebanyak 19 atau 86,36 % siswa, (5) serius

menyimak isi ceita sebanyak 18 anak ayau 81,81 % siswa, (6)

merespon pertanyaan guru sebanyak 14 atu 63,63% siswa, (7) mampu

mengingat dan menjelaskan isi cerita sebanyak 18 atau 81,81 % siswa

, (8) menceritakan dan menjelaskan dengan kalimat yang runtut

sebanyak 12 atau 54,54% siswa,(9) mampu membedakan watak dan

tokoh sebanyak 12 atau 54,54% siswa, (10) mampu mengingat dan

nama tokoh dan setting dalam cerita sebanyak 19 atau 86,36%

siswa,(11) keberanian mengungkapkan pikiran dan pertanyaan

terhadap isi cerita. Sebanyak 9 atau 40,90% siswa, (12) kemampuan

menggunakan bahasa yng baik dan benar untuk menceritakan isi cerita

sebanyak 9 atau 40,90 % siswa, (13) dapat menangkap amanat cerita

sebanyak 12 atau 54,54 % siswa, (14) kepuasan memperoleh poin

dalam menjawab pertanayaan sebanyak 9 atau 40,90 % siswa, (15)

semua siswa mengejakan evaluasi individu; peran serta siswa

1013,55% siswa, (16) rata-rata pencapaian peran serta siswa 76,o6 %

siswa.

(2) Kegiatan Guru (lampiran 14) yang sudah baik meliputi, kesiapan

siswa; kesesuaian apersepsi dengan materi ajar; menyampaikan

kompetensi yang akan dicapai; mengaitkan materi dengan

pengetahuan yang relevan; mengaitkan materi dengan realitas

kehidupan; melakukan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan

tingkat kebutuhan siswa, melakukan pembelajaran sesuai dengan

tingkat kebutuhan siswa, melaksanakan pembelajaran secara urut;

penguasaan kelas; menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam

pembelajran; memfasilitasi interaksi guru, siswa, dan sumber belajar

menunjukkan hubungan antar pribadi yang kondusif; memantau

kemajuan siswa; melakukan penilaian akhir sesuai kompetensi;

melaksanakan tindak lanjut; penggunaan bahasa lisan secara jelas,

lancar, dan benar; penggunaan bahasa tulis yang baik dan benar;

penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai; kerapian penampilan;

Page 83: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Sementara catatan dari observer yaitu keseluruhan pembelajaran sudah

cukup efektif. Kemampuan mengajar guru baik.

(3) Catatan Lapangan: sebagian siswa sangat bersemangat untuk menerima

pelajaran Bahasa Indonesia berupa film animasi, suasana kelas tidak

gaduh disaat menunggu persiapan media audio visual film animasi,

siswa dengan seksama mengikuti alur cerita film yang diputar.

Beberapa siswa mudah menghafal nama karakter dengan cara

mencatat pada selembar kertas. Siswa dengan cermat menghafal

karakter tokoh yang ada. Semua siswa mengerjakan soal individu

sesuai waktu yang ditentukan serta tindak lanjut guru dengan

pertanyaan lisan tentang isi cerita yang ditayangkan mendapat

sambutan siswa.meliputi, keseluruhan siswa tidak sabar melihat film

yang akan ditayangkan oleh guru.

Pertemuan ke-2

(1) Kegiatan Siswa meliputi, (1) semua memperhatikan penjelasan guru

100% siswa, (2) bertanaa tentang penjelasan dan petunjuk guru

sebanyak 9 atau 40,90% siswa, (3)memperhatikan isi film sebanayak

19 atau 86,36% siwa, (4) semanagat dan senang dalam mengikuti

pelajaran sebanyak 19 atau 86,36%, (5) serius menyimak isi cerita

sebanyak 18 atau 81,81%, (6) merespon pertanyaan guru sebanyak 18

atau 81,81 % siswa, (7) mampu mengingat dan menjelaskan isi

ceritasebanyak 20 atau 90,90%, (8) menceritakan dan menjelaskan isi

secara runtut sebanyak 18 atu 81,81%, (9)mampu membedakan tokoh

dan watak setiap tokoh sebanyak 18 atau 81,81% siswa, (10) mamapu

mengingat nama tokoh dan setting tiap cerita sebanyak 19 atau 86,36%

siswa (11) keberanian mengungkapkan pikiran dan ertanyaan terhadap

isi cerita sebanayak 12 atu 54,54% siswa, (12) kemampuan

menggunakan bahasa yang baik dan benar untuk menceritakan isi

cerita sebanyak 12 atau 54,54%, (13) dapat menangkap amanat cerita

sebanyak 18 atau 81,81 %, (14) kepuasan memperoleh poin dalam

menjawab pertanyaan sebanyak 12 atau 54,54%, (15) semua siswa

Page 84: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

mengerjakan evaluasi individu; peran serta siswa 1163,55%, (16) rata-

rata pencapaian peran serta siswa 86,06%.

(3) Kegiatan guru yang sangat baik meliputi kesiapan ruang, alat, dan

media pembelajaran; menunjukkan penguasaan materi pembelajaran;

melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya

kebiasaan positif; melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu;

menunjukkan penguasaan media pembelajaran; melibatkan siswa

dalam pemanfaatan media; merespon positif partisipatif siswa;

menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa; melakukan refleksi

pembelajaran dengan melibatkan siswa. Perfoma dan semangat belajar.

Sedang kegiatan guru yang baik meliputi memeriksa kesiapan siswa;

kesesuaian kegioatan apersepsi dengan materi ajar; menyampaikan

kompetensi yang akan dicapai; mengaitkan materi dengan pengetahuan

yang relevan; mengaitkan materi dengan realitas kehidupan;

melakukan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai;

melakukan pembelajaran sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa;

mealukan pembelajaran secara urut; menguasai kelas;menggunakan

media secara efisien, efektif, dan menarik; menumbuhkan partisipatif

aktif siswa dalam pembelajaran, memfasilitasi terjadinya interksi guru,

siswa dan sumber belajar; menunjukkan hubungan antar pribadi yang

kondusif; memantau kemajuan siswa; melakukan penilaian akhir

sesuai kompetensi; melaksanakan tindak lanjut; penggunaan bahasa

lisan secara jelas, lancar, dan benar; penggunaan bahasa tulis yang baik

dan benar; penyampaian pesan dengan gaya yang sesuai; kerapian

penampilan.

(4) Catatan Lapangan meliputi, keseluruhan siswa tidak sabar melihat

film yang akan ditayangkan oleh guru. Siswa merasa bersemangat

sehingga kelas menjadi sedikit gaduh , Siswa tidak kesulitan lagi

mengingat nama tokoh dan karakter dalam cerita. Cerita yang

ditayangkan cukup menarik bagi siswa yang cerita. Siswa dapat

dengan mudah menjawab soal individu yang diberikan guru dan

menyelesaikan soal individu dengan tepat waktu.

Page 85: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d

. G

d) Refleksi

Setel

mengeta

mata pel

siklus II

i) Perte

D

meny

visua

Kem

indiv

pada

Da

tuntas

T

Gambar 8: gr

lah semua d

ahui sejauh m

lajaran bahas

yaitu :

emuan ke-1

Dari pertemu

yelesaikan s

al film an

mampuan me

vidu yang tel

a pertemuan

Tabel 10

R567891j

ari tabel 10

KKM sepert

Tabel 11. Pro

No. N1. 0 - 502. 60-10

0

1

2

3

4

5

6

rafik ditribu

data dari sikl

mana hasil d

sa Indonesia

uan ke-1 ha

oal cerita, k

nimasi, dan

enyelesaikan

lah dekerjak

ke-1 yaitu:

0. distribusi f

Rentang kel50-59 60-69 70-79 80-89 90-99 100-109jumlah

dapat diliha

ti pada tabel

osentase ketu

Nilai 0

Frek

usi frekuensi

lus II dikum

dari penerap

a melalui me

asil refleksi

kegiatan guru

n peran se

soal cerita

kan oleh sisw

frekuensi Sik

las frekw2 4 4 3 6 322

at jumlah sis

l 11.

untasan KKM

Jumlah Sisw6

16

kuensi

siklus II per

mpulkan, kem

pan pembela

edia audio vi

berupa kem

u dalam me

rta siswa

dapat diketa

wa. Adapun

klus II perte

wensi

swa yang tu

M siklus II p

wa Pro2772

rtemuan I

mudian diref

ajaran meny

sual film an

mampuan sis

enerapkan m

dalam pem

ahui dari has

hasil evalua

emuan I

untas KKM

pertemuan I

osentase 7,27% 2,72%

50‐5

60‐6

70‐7

80‐8

90‐9

100‐

85

fleksi guna

yimak pada

iamasi dari

swa dalam

media audio

mbelajaran.

sil evaluasi

asi individu

dan belum

9

9

9

9

9

109

Page 86: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Dapat diketahui bahwa rata-rata nilai evaluasi individu dalam

menyimak isi cerita adalah 78,63. sedangkan jumlah siswa yang sudah

tuntas KKM sejumlah 16 siswa atau 72,72%, sedangkan siswa yang belum

tuntas KKM sejumlah 5 siswa atau 27,27 %.

Kegiatan guru dalam menerapkan media audio visual film animasi

juga direfleksi. Hasil observasi kegiatan guru dianalisis untuk mengetahui

sejauh mana kemampuan guru dalam penerapan pembelajaran yang

dilakukan. Adapun hasil analisis yaitu kemampuan mengajar guru dalam

penerapan media audio visual film animasi adalah baik (3,33). Refleksi

selanjutnya yaitu menganalisis hasil observasi kegiatan siswa, yaitu

dengan mencari prosentase siswa yang melakukan aspek penilaian. Dari

hasil analisis diperoleh hasil yaitu prosentase pencapaian peran serta siswa

dalam pembelajaran sebesar 76,96%.

ii) Pertemuan ke-2

Kegiatan refleksi pertemuan ke-2 sama seperti pada pertemuan ke-1,

yaitu kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita, kegiatan guru dalam

menerapkan pembelajaran menyimak isi cerita, dan peran serta siswa

dalam pembelajaran. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

menyimak isi cerita, maka analisis dilakukan pada hasil evaluasi individu

yang telah dikerjakan siswa. Hasil refleksi pertemuan kedua dapat dilihat

dibawah ini.

Tabel 12: distribusi frekuensi siklus 2 pertemuan ke II

Rentang kelas frekwensi 50-59 260-69 2 70-79 3 80-89 2 90-99 8 100-109 5 jumlah 22

Dari tabel 12 dapat dilihat grafik rentang kelas beserta frekwensinya

pada gambar grafik 9

Page 87: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d

j

t

s

k

f

d

j

p

p

d

m

p

. G

Da

belum

T

Dari

dalam meng

jumlah sisw

tuntas adala

sejumlah 4 s

Hasil

kemampuan

film animas

dalam mene

juga dianal

pembelajara

pencapaian p

Berd

dapat dilihat

melalui med

pra siklus sa

Gambar 9: gra

ari data di at

tuntas KKM

Table 13. Pro

No. N1. 0 - 602. 70-10

tabel 18 dap

gerjakan soa

a yang sudah

ah 18 sisw

siswa atau 18

l observasi

n mengajar g

si. Dari has

erapkan pem

lisis guna

an yang dilak

peran serta s

dasarkan has

t terdapat pe

dia audio vis

ampai dengan

0

1

2

3

4

5

6

7

8

afik distribu

tas dapat d

M seperti pad

osentase ketu

Nilai 0

pat diketahui

al cerita. Sed

h tuntas dan

a atau 81,8

8,18 %.

kegiatan gu

guru dalam m

sil analisis d

mbelajaran ya

mengetahui

kukan guru.

siswa dalam

il refleksi si

eningkatkan

sual film an

n siklus II da

usi frekuensi

ibuat prosen

da tabel 13.

untasan KKM

Jumlah Sisw4

18

i nilai tiap an

dangkan tabe

n belum tunta

81 %, seda

uru dianalisi

menerapkan

diketahui ba

aitu baik (3,

i sejauh m

Dari hasil an

pembelajara

iklus I dan s

kemampuan

imasi oleh g

apat dilihat d

Frekuensi

siklus II per

ntase siswa y

M siklus II p

wa Pro188

nak dan rata

el 19 dan ta

as KKM. Jum

angkan sisw

is untuk me

n media pem

ahwa kemam

3). Hasil ob

mana peran

nalisis diket

an sebesar 86

iklus II (per

n siswa dalam

guru. Adapu

dalam tabel

rtemuan II

yang tuntas

pertemuan II

osentase 8,18% 1,81%

a-rata nilai se

abel 20 dapa

mlah siswa y

wa yang bel

engetahui sej

mbelajaran au

mpuan men

bservasi kegi

n serta sisw

tahui bahwa

6,06 %.

rtemuan ke-1

m menyima

un peningkat

dibawah ini

87

KKM dan

emua siswa

at diketahui

yang sudah

lum tuntas

ejauh mana

udio visual

ngajar guru

iatan siswa

wa dalam

prosentase

1 dan ke-2)

ak isi cerita

tannya dari

.

50‐59

60‐69

70‐79

80‐89

90‐99

100‐109

Page 88: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Tabel 14: Perbandingan Ketuntasan KKM dan Peran Serta Siswa pra siklus, siklus

I, dan siklus II.

TAHAP KETUNTASAN KKM PERAN SERTA

SISWA Tidak Tuntas Pra Siklus 61,64% 36,36 % -

Siklus I Per-1 59,09% 40,91 % 53,54 % Per-2 54,54% 45,45 % 61,21 %

Siklus II Per-1 27,27 % 72,72% 76,06% Per-2 18,18 % 81,8 1% 86,06 %

Dari tabel di atas dapat dilihat peningkatan kemampuan siswa dalam

menyimak isi cerita dari tiap siklus. Dari siklus I terjadi peningkatan sebesar 9,09

% dan pada siklus II terdapat peningkatan sebesar 36,36% dari siklus I.

Sedangkan peran serta siswa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar

10 %. Kriteria indikator kerja yang untuk kemampuan siswa menyimak isi cerita

nilai minimal (KKM) dalam menyelesaikan soal cerita adalah 70, sedangkan

target indikator kerjanya adalah 70 % siswa mendapat nilai minimal 70. Kriteria

indikator kerja untuk peran serta siswa dalam pembelajaran adalah 70 % siswa

dapat menyimak isi cerita, sedangkan target indikator kerjanya adalah 75 % siswa

dapat menyimak isi cerita. Dengan ketentuan tersebut maka penggunaan media

audio visual film animasi dalam meningkatkan kemampuan menyimak isi film

berhasil pada siklus ke-II.

Berdasarkan data dari tabel 13 dan tabel 14 dapat dibuat perbandingan

hasil belajar yang meliputi nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata nilai kelas,

siswa belajar tuntas, dan rata-rata pencapaian peran serta siswa seperti pada

tabel 15.

Tabel 15. Perbandingan hasil belajar pra siklus, Siklus I, siklus II.

Keterangan Pra siklus Siklus I Siklus II Nilai terendah 20 20 40 Nilai tertinggi 80 80 100 Rata-rata nilai 48,63 59,54 80,31 Siswa belajar tuntas 36,33% 43,18 77,26 Peran serta siswa - 61,21 86,06

Page 89: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

K

d

G

Gam

Dari

tertinggi

Graf

KKM) dan p

dapat dilihat

Pene

I sudah d

(2) medi

dengan p

semua s

bermain

Gambar 10. G

mbar 11. Gra

tabel 15

i, dan siswa b

fik peningka

peran serta s

t pada gamb

0102030405060708090

Pra Siklus

erapan altern

dapat dimini

ia yang lebih

perkembang

siswa; (4) s

; (5) sudah

0

20

40

60

80

100

Pra siklus

Grafik Perba

Belajar Tun

afik Perband

Siklus,

daapt dibua

belajar tunta

atan kemam

siswa dalam

ar 12.

s Siklus I

natif pemecah

imalkan sepe

h menarik d

gan dan duni

susana kela

h meningkat

sSiklus I S

andingan Nil

ntas pra siklu

dingan Ketun

Siklus I, Sik

at grafik pe

as seperti pad

mpuan meny

m penggunaa

Siklus II

han masalah

erti, (1) sisw

dengan mem

ia anak;(3) p

as sudah ko

tnya rasa m

Siklus II

ai Terendah

us dan siklus

ntasan dan P

klus II

erbandingan

da gambar 1

yelesaikan s

n media aud

h akan kenda

wa yang berta

milih film yan

pembahasan

ondusif mes

menghargai

Ni

Ni

Be

,Tertinggi, d

I

Peran Serta P

n nilai teren

0.

oal cerita (

dio visual fil

ala-kendala p

anya sudah m

ng menarik

soal sudah m

skipun dalam

dan respon

ilai terendah

ilai tertinggi

elajar Tuntas

89

dan

Pra

ndah, nilai

(ketuntasan

lm animasi

Ketuntasan

Peran serta

pada siklus

meningkat;

dan sesuai

melibatkan

m suasana

n terhadap

Page 90: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

pendapat teman; (6) pengaturan tempat sudah baik; (7) manajemen waktu

pembelajaran sudah dikelola dengan baik. Namun kendala-kendala seperti itu

pasti akan timbul jika persiapan guru sebelum mengajar, kemampuan

menguasai kelas, dan manajemen waktu kurang baik. Maka kemampuan guru

mengajar dengan menggunakan media audio visual film animasi perlu

ditingkatkan lagi.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan yaitu peningkatan

kemampuan menyimak cerita dengan menggunakan media audio visual film

animasi telah mendapatkan hasil. Media audio visual film animasi yang dimaksud

di sini adalah alat bantu pembelajaran yang memiliki gambar dan suara serta

diolah dengan teknik tertentu agar seolah-olah tampak bergerak/menghidupkan

benda mati yang diproyeksikan menjadi suatu gerak sebagai bahan ajar untuk

memudahkan atau memvisualisasikan sesuatu agar mudah dipahami. Hal ini

dibuktikan dengan rendahnya hasil belajar siswa dalam menyimak isi cerita.

Selain materi yang cukup sulit dan membutuhkan kepekaan daya ingat serta

konsentrasi yang tinggi, pembelajaran yang dilakukan guru kurang menarik minat

siswa, sehingga siswa merasa bosan dan membuat motivasi belajar siswa menjadi

turun. Kedua alasan tersebut yang sering membuat pelajaran Bahasa Indonesia

khususnya menyimak menjadi menjenuhkan.

Siswa Sekolah Dasar masih kental dengan dunianya, yaitu bermain.

Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual film animasi adalah

media yang mengemas suatu materi pelajaran dalam suatu cerita yang menarik

disertai ilustrasi dan suara dan memvisualisasikan sesuatu yang abstrak sehingga

memudahkan siswa menangkap pesan dan menerima cerita tersebut. Srswa secara

tidak langsung dibawa pada keadaan yang santai tidak merasa jenuh atau beban

namun pwmbelajaran tetap mendapatkan hasil memuaskan. Dengan adanya

nuansa santai dalam penyampaian materi ajar dapat membuat siswa tertarik dan

senang. Ketertarikan dan rasa senang dalam diri siswa secara langsung berdampak

positif bagi siswa, guru, dan pembelajaran. Dampak positif tersebut tentu saja

Page 91: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

memberikan hasil yang positif juga. Hasil positif dapat berupa keaktifan siswa

dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Dalam diskripsi hasil penelitian dapat dilihat bahwa penerapan media

audio visual film animasi meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak isi

cerita. Kemampuan siswa yang meningkat dapat dilihat dari hasil belajar siswa

yang meningkat. Selain kemampuan tersebut yang dapat meningkat, keaktifan

siswa dalam mengikuti pembelajaran juga dapat meningkat. Hal tersebut dapat

dilihat dari keikutsertaan siswa yang cukup besar dalam mengikuti pembelajaran

bahasa Indonesia khususnya menyimak dengan menggunakan media audio visual

film animasi yang diterapkan guru. Kemampuan guru dalam mengajar juga

meningkat, yaitu guru mampu menerapkan pembelajaran yang inovatif serta

mampu menanamkan nilai-nilai afektif yang terkandung dalam pembelajaran

tersebut.

Kondisi awal siswa sebelum adanya tindakan menunjukkan rendahnya

kemampuan dalam menyimak isi cerita. Pretes sebelum tidakan yang mencakup

10 soal cerita yang mengandung alur, perwatakan, setting serta karakter serta

adegan-adegan yang ada dalam film tersebut menunjukkan bahwa hanya 36,33 %

siswa yang mampu mencapai KKM. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan

indikator yang ingin dicapai yaitu 70 % siswa mencapai KKM. Setelah dilakukan

2 siklus ternyata siswa yang mencapai KKM sebesar 81,18 %. Dengan itu,

penelitian tindakan kelas peningkatan kemampuan siswa menyimak isi cerita

melalui media audio visual film animasi berhasil.

Pembelajaran menyimak isi cerita menggunakan media audio visual film

animasi juga memilki beberapa kendala dalam penerapannya. Kendala-kendala

tersebut terlihat dari penelitian yang sudah dilakukan. Pembelajaran dengan

menggunakan media audio visual film animasi merupakan media yang baru bagi

guru di sekolah dasar. Pembelajaran menggunakan media audio visual film

animasi memiliki banyak sekali variasi dan pengembangannya yang sangat

membutuhkan kreatifitas guru dalam penerapannya. Selain itu dalam

pembelajaran tersebut terdapat nilai-nilai kognitif dan afektif yang harus dipahami

guru dan ditanamkan pada siswa. Nilai inti dari pembelajaran menggunakan

media audio visual film animasi adalah meningkatkan konsentrasi dan daya tarik

Page 92: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

bagi siswa dengan cara memvisualisasikan segala sesuatu yang abstrak serta

membawa anak ke dalam suasana pembelajaran yang santai untuk mendapatkan

hasil yang terbaik.

Page 93: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam

dua siklus selama 4 kali pertemuan dengan mengunakan media audio visual film

animasi dalam pembelajaran menyimak isi cerita Bahasa Indonesia siswa kelas IV

SD N 1 Talunombo Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri dapat dibuat

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan menyimak isi cerita daripada sebelum adanya tindakan (pra

siklus) yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar mata pelajaran

Bahasa Indonesia khusnya kemampuan menyimak isi cerita. Prosentase siswa

yang mencapai KKM sebesar 45,45 pada siklus I,sedang siklus II

menunjukkan peningkatan yang cukup berarti daripada Siklus I dengan

prosentase siswa yang mencapai KKM sebesar 81,18%.

2. Pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi dapat

meningkatkan peran serta siswa antara lain perhatian dan rasa ingin tahu

siswa; penyesuain diri, menciptakan suasana belajar yang santai; semangat,

serius, dan tertib dalam pembelajaran; respon dan menghargai pendapat ide

dan gagasan teman yang lain; kegiatan yang kompetitif dan; kepuasan siswa

dalam pembelajaran.

3. Pembelajaran menggunakan media audio visual film animasi dapat

meningkatkan kemampuan guru mengajar, antara lain guru lebih

mempersiapkan ruang, alat, dan media pembelajaran; penguasaan akan meteri

pembelajaran; pelaksanaan pembelajaran secara urut, sesuai alokasi waktu dan

penguasaan kelas; pembelajaran yang menumbuhkan kebiasan positif;

penguasaan, pemanfaatan, dan pelibatan siswa dalam media pembelajaran;

penilaian akhir dan tindak lanjut sesuai kompetensi; bantuan kepada peserdik

untuk berfikir kritis; menumbuhkan kebiasaan untuk mengemukakan gagasan,

ide peserdik; bantuan kepada peserdik memahami dan menghayati prinsip dan

78

Page 94: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

nilai belajar Bahasa Indonesia; pemanfaatan Pembelajaran Menggunakan

Media Audio Visual untuk meningkatkan kemampuan menyimak.

4. Kendala-kendala dalam penerapan Pembelajaran menggunakan media audio

visual film animasi antara lain, penyesuaian diri terhadap lingkungan, yaitu

tidak bicara sendiri dan konsentrasi terhadap film yang disajikan; suara pada

dialog kadang tidak sepenuhnya terdengar karena banyak siswa yang gaduh.

kegiatan diskusi dan kadang kurang efektif; guru harus mengatur dan

menguasai kelas dalam suasana yang nyaman tanpa menghilangkan fungsi

media audio visual film animasi dari tujuan pembelajaran itu sendiri;

membutuhkan waktu ekstra bagi siswa untuk memahami peraturan pada

proses pembelajaran; perlu persiapan matang bagi guru sebelum pembelajaran

agar bisa berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan; setiap kegiatan dalam

pembelajaran harus disesuaikan dengan waktu yang ada; diperlukan

kemampuan guru dalam penggunaan media audio visual secara maksimal

dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama

2 siklus , 4 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pada siklus I dan 2

kali pertemuan pada siklus II dapat membuktikan hipotesis yang dirumuskan

telah terbukti kebenarannya, artinya bahwa ternyata dengan penerapan Media

Audio Visual Film Animasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dapat

meningkatkan kemampuan menyimak isi cerita pada siswa kelas IV SD N 1

Talunombo tahun ajaran 2009/2010.

B. Implikasi

Pelaksanan pembelajaran dalam penelitian ini didasarkan pada

penggunaan media audio visual film animasi pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia menyimak isi cerita. Strategi yang dipakai dalam penelitian tindakan

kelas adalah model siklus. Siklus yang dilaksanakan dalam penelitian ini

sebanyak 2 (dua) siklus. Siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan dengan menerapkan

Media audio visual film animasi. Siklus II juga terdiri dari 2 kali pertemuan.

Setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan

refleksi.

Page 95: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ISI CERITA MATA

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

Dari pembahasan dan temuan hasil penelitian, maka penelitian ini layak

diterapkan oleh guru untuk mengatasi permasalahan yang sejenis. Pembelajaran

menggunakan media audio visual film animasi sebenarnya salah satu

pembelajaran inovatif yang harus diterapkan oleh guru untuk mengembangkan

dan meningkatkan kemampuan mengajar. Selain itu, pembelajaran ini dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak isi cerita. Dalam

penerapananya dibutuhkan pengetahuan tentang makna pembelajaran itu sendiri

dan kreatifitas guru dalam menerapkan di dalam kelas dengan latar belakang yang

berbeda-beda.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai bahan uraian penutup

skripsi ini antara lain :

1. Bagi Guru

Guru hendaknya meningkatkan kreatifitas mengajar dan menyarankan

kepada para guru untuk menerapkan Pembelajaran dengan menggunakan

Media Audio Visual Film Animasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

pada materi menyimak isi cerita. Peningkatan kualitas dan perbaikan

pembelajaran harus terus ditingkatkan oleh guru, baik prestasi belajar siswa

atau pun kemampuan guru mengajar.

2. Bagi Siswa

Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran

yang dilakukan oleh guru serta aktif mengerjakan tugas-tugas yang diberikan

guru agar prestasi belajarnya baik dan pengetahuannya terus berkembang.

3. Bagi Sekolah

Hendaknya memberikan sarana bagi guru untuk mengembangkan

kemampuan dan kreatifitas mengajarnya dengan pengetahuan tentang

pembelajaran inovatif. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan menuntut

guru untuk lebih cerdas, kreatif, dan inovatif.