67
PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK PADA MASYAKARAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Disusun oleh: Raka Petra Prazasta NIM: 1112103000074 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK PADA

MASYAKARAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN

SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Disusun oleh:

Raka Petra Prazasta

NIM: 1112103000074

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 Oktober 2015

Raka Petra Prazasta

Page 3: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

iii

PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

PADA MASYARAKAT BINAAN KPKM BUARAN

FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015

Laporan Penelitian

Ditujukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Raka Petra Prazasta

NIM: 1112103000074

Pembimbing 1 Pembimbing 2

dr. Marita Fadhilah, PhD

NIP. 19780314 200604 2 001

dr. Zulhafdy M., Sp.M

NIP. 19570808 198612 1 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 4: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan penelitian berjudul PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT

PARU OBSTRUKTIF KRONIK PADA MASYARAKAT BINAAN KPKM

BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015 yang

diajukan oleh Raka Petra Prazasta (NIM 1112103000074) telah diujikan dalam

ividing Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 12 Oktober 2015. Laporan

penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked) pada program studi Pendidikan Dokter.

Ciputat, 12 Oktober 2015

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

dr. Marita Fadhilah, PhD

NIP. 19780314 200604 2 001

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Marita Fadhilah, PhD

NIP. 19780314 200604 2 001

dr, Zulhafdy M., Sp.M

NIP. 19570808 198612 1 001

Penguji I Penguji II

dr. Sayid Ridho, Sp.PD, FINASIM

NIP. 19660629 199807 1 001

dr. Fika Ekayanti, Dpl.FM, M.Med.Ed

NIP. 19790130 200604 2 001

PIMPINAN FAKULTAS

DEKAN FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes

NIP. 19650808 198803 1 002

dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT

NIP. 19780507 200501 1 005

Page 5: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan karunia

yang senantiasa tercurahkan kepada penulis.Segala kemudahan, kesehatan, dan

kesemangatan senantiasa dilimpahkan oleh-Nya kepada penulis sehingga mampu

menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa, shalawat serta salam penulis haturkan ke

jungjungan Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya

yang telah menjadi suri tauladan bagi penulis. Dalam penelitian ini, penulis

menyadari bahwa banyak sekali pihak yang turut memberikan bantuan serta

dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.kes selaku dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K), SH, Maftuhah,

M.Kep, Ph.D, dan Fase Badriah, SKM, Mkes, Ph.D selaku pembantu

dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Achmad Zaki, SpOT, M.Epid selaku Kepala Program Studi Pendidikan

Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. dr. Marita Fadhilah, PhD selaku pembimbing 1 yang telah membimbing

serta memberikan motivasi dan semangat sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini.

4. dr. Zulhafdy M, Sp.M selaku pembimbing 2 yang telah meluangkan

waktunya untuk memberi saran dan kritik dalam membantu penulis

menyelesaikan penelitian ini.

5. dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS FACS dan dr. Flori Ratna Sari, PhD

selaku penanggung jawab riset PSPD 2012 yang telah memfasilitasi

penulis untuk melakukan penelitian ini.

6. dr. Dwi Tyastuti, MPH, PhD selaku ketua KPKM Buaran yang ikut serta

memberi saran dan kritiknya untuk uji validasi dan reliabilitas dalam

penelitian ini.

7. Gubernur Sumatera Selatan, Ir. Alex Noerdin yang telah memberikan

kesempatan bagi penulis untuk mendapatkan beasiswa Santri Jadi Dokter.

8. Ayahanda Agus Media Chandra, SP dan Ibunda Gaya Ratna Juwita yang

tak pernah lelah memberikan doa, dukungan, cinta dan kasih sayang.

Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan atas semua yang telah

diberikan.

9. Adinda Raras Diva Pradipta dan Muhammad Raihan yang selalu menjadi

pemacu semangat penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

10. Melia Fatrani Rufaidah yang selalu memberikan dan menjadi motivasi

selama berlangsungnya penelitian ini, terima kasih atas segala waktu yang

sudah diluangkan.

Page 6: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

vi

11. Teman-teman sekelompok, Aliefa Asyifa, Riza Mawaddatar Rohmah,

Melia Fatrani Rufaidah, dan Irvan Fathurohman, yang mulai dari

perancangan judul hingga mengolah data selalu bersama-sama, semoga

selalu saling menolong hingga sukses nanti.

12. Fakhri Muhammad, Fajr Muzammil, Najib Askar, Rakha Faturachman,

Rizky Ananda, Hipni Solehudin, Alwi Muarif, Ahmad Khoiron, Ahmad

Sofyan, Azwar Lazuardi dan teman teman lain yang selalu mengingatkan

dan memberikan saran sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar,

semoga kekeluargaan kita terus berlanjut hingga nanti.

13. Official CIMSA UIN 2014/2015 khususnya Fiizhda Baqarizky dan Sari

Dewi Apriana yang selalu memberikan dukungan dan doanya sehingga

proses pengambilan data penelitian ini lancar.

14. Rohman Sungkono, Faisal Ravif, Siti Fauziah, dan Aris Rivaldi

Wicaksono, adik-adikku yang telah memberikan semangat dan

dukungannya.

15. Hisyam Ismail Hamzah, Muhammad Hanifsyah O, Muhammad Azdahar

Alwi, dan Hermansyah yang bersedia meluangkan waktunya untuk

berdiskusi dengan penulis.

16. Seluruh teman sejawat PSPD 2012, terima kasih atas segala yang telah

kalian berikan. Semoga kesejawatan kita terus terjaga hingga kita menjadi

seorang profesional.

Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna.Penulis berharap mendapatkan saran

dan kritik demi kebaikan di kemudian hari.Demikian laporan penelitian ini

penulis susun, semoga dapat memberikan manfaat di dunia dan akhirat.

Ciputat, 12 Oktober 2015

Raka Petra Prazasta

Page 7: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

vii

ABSTRAK

Raka Petra Prazasta. Program Studi Pendidikan Dokter. Penilaian Tingkat

Risiko dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Paru

Obstruktif Kronik pada Masyarakat Binaan KPKM Buaran Tahun 2015.

Penyakit Paru Obstrukktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit

degeneratif yang paling banyak menyebabkan kematian.Peningkatan prevalensi

PPOK di Indonesia berbanding lurus dengan peningkatan faktor risiko berupa

angka konsumsi rokok dan tingkat polusi udara.Hal ini menunjukkan bahwa

kemungkinan angka kejadian PPOK paling banyak terdapat pada negara

berkembang.Tindakan preventif merupakan cara terbaik untuk mengurangi angka

kejadian PPOK.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat risiko

PPOK pada komunitas KPKM Buaran. Penelitian ini menggunakan desain cross

sectional dengan sampel sebesar 134 responden yang terpilih menggunakan

metode two stages cluster sampling. Responden yang terpilih akan mengisi

kuesioner yang diadaptasi dari COPD Risk Screener.Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa individu pada komunitas KPKM Buaran yang memiliki

risiko tinggi untuk PPOK sebanyak 5,2% dan individu yang memiliki risiko

rendah untuk terjadinya PPOK sebanyak 94,8%. Berdasarkan Fisher’s Exact Test,

terdapat hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, gejala awal PPOK,

dan merokok dengan tingkat risiko PPOK (p-value<0,05).

Kata kunci: Penyakit Paru Obstruktif Kronik, faktor risiko, tingkat risiko, COPD

Risk Screener.

ABSTRACT

Raka Petra Prazasta.Medical Education Study Program. The Assessment of

Chronic Obstructive Pulmonary Disease Risk Levels and Associated Factors

in the Community of KPKM Buaran in 2015.

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is currently one of degenerative

disease causes most death. Increase in prevalence of COPD in Indonesia is

straightly correlate with increase of risk factor such as tobacco smoking and air

pollution level. It shows that the most of COPD incidence found in developing

country. Prevention is the best way to reduce the incidence of COPD. The aim of

this study is to identify the risk level of COPD in the community around the

KPKM Buaran.This studyused cross sectional design with 134 respondents taken

by two stages cluster sampling. Respondents filled the questionnaire adapted from

COPD Risk Screener. The results showed the community around KPKM Buaran

have risk levels COPD respectively 5,2% at high risk and 94,8% at low risk.

Based on Fisher’s Exact Test, there is a significant correlation between the risk

levels and age, gender, the early symptoms COPD, and tobacco smoking

(p<0,05).

Key words: Chronic Obstructive Pulmonary Disease, risk factors, risk levels,

COPD Risk Screener.

Page 8: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... ii

LEMBAR PENGAJUAN..................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. x

DAFTARGAMBAR .......................................................................................... xi

DAFTARBAGAN .............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang ........................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3. Hipotesis .................................................................................................... 2

1.4. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 2

1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik ............................................................... 4

2.1.1 Definisi ............................................................................................. 4

2.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko ................................................................ 4

2.1.3 Klasifikasi ......................................................................................... 7

2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi ........................................................... 8

2.1.5 Gejala klinis ...................................................................................... 9

2.1.6 Pencegahan ....................................................................................... 10

2.2. Chronic Obstructive Pulmonary Disease Population Screener ................10

2.3. Peranan penilaian risiko penyakit degeneratif ........................................... 11

2.4. Kerangka Teori .......................................................................................... 12

2.5. Kerangka Konsep....................................................................................... 13

2.6. Definisi Operasional .................................................................................. 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 15

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 15

3.2.1. Lokasi .............................................................................................. 15

3.2.2. Waktu Penelitian .............................................................................. 15

3.3. Populasi dan Sampel .................................................................................. 15

3.3.1. Populasi ........................................................................................... 15

3.3.2. Sampel ............................................................................................. 15

3.3.3. Cara pengambilan sampel ................................................................ 16

3.3.4. Kriteria Inklusi ................................................................................. 16

3.3.5. Kriteria Eksklusi .............................................................................. 16

3.4. Cara Kerja Penelitian ................................................................................. 17

3.5. Manajemen Data ........................................................................................ 17

Page 9: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

ix

3.5.1. Pengumpulan data ............................................................................ 17

3.5.2. Pengolahan data ............................................................................... 17

3.5.3. Analisis data..................................................................................... 18

3.5.3.1. Analisis Univariat ................................................................ 18

3.5.3.2. Analisis Bivariat .................................................................. 18

3.5.4. Penyajian data .................................................................................. 18

3.6. Etika Penelitian .......................................................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil uji validitas dan reliabilitas .............................................................. 19

4.1.1. Uji validitas ...................................................................................... 19

4.1.2. Uji reliabilitas .................................................................................. 20

4.2. Analisis univariat ....................................................................................... 22

4.2.1. Gambaran karakteristik responden .................................................. 22

4.2.2. Gambaran gejala awal PPOK pada responden ................................ 23

4.2.3. Gambaran faktor risiko PPOK pada responden ............................... 25

4.2.4. Gambaran tingkat risiko PPOK pada responden ............................. 26

4.3. Analisis bivariat ......................................................................................... 26

4.3.1. Hubungan karakteristik responden dengan tingkatan risiko

PPOK ................................................................................................ 27

4.3.2. Hubungan gejala awal dengan tingkatan risiko PPOK .................... 29

4.3.3. Hubungan faktor risiko dengan tingkatan risiko PPOK .................. 31

4.4 Kelebihan penelitian .................................................................................. 32

4.5 Kekurangan penelitian ............................................................................... 32

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ................................................................................................ 33

5.2. Saran .......................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 34

LAMPIRAN ....................................................................................................... 36

Page 10: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasional ......................................................................... 13

Tabel 4.1 Hasil uji validitas pada item kuesioner ............................................ 20

Tabel 4.2 Hasil uji reliabilitas ......................................................................... 21

Tabel 4.3 Hasil uji reliabilitas item kuesioner .................................................. 21

Tabel 4.4 Sebaran karakteristik responden....................................................... 22

Tabel 4.5 Sebaran gejala awal PPOK pada responden ..................................... 24

Tabel 4.6 Sebaran faktor risiko PPOK pada responden ................................... 25

Tabel 4.7 Sebaran tingkat risiko PPOK pada responden.................................. 26

Tabel 4.8 Hubungan jenis kelamin dengan tingkat risiko

PPOK ................................................................................................ 27

Tabel 4.9 Hubungan usia dengan tingkat risiko PPOK .................................... 28

Tabel 4.10 Hubungan status pekerjaan dengan tingkat risiko

PPOK ................................................................................................ 28

Tabel 4.11 Hubungan sesak dengan tingkat risiko PPOK.................................. 29

Tabel 4.12 Hubungan masalah pernapasan dengan tingkat

risiko PPOK...................................................................................... 30

Tabel 4.13 Hubungan produksi dahak dengan tingkat risiko

PPOK ................................................................................................ 30

Tabel 4.14 Hubungan konsumsi rokok dengan tingkat risiko

PPOK ................................................................................................ 31

Page 11: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses inflamasi yang disebabkan oleh konsumsi rokok ...... 9

Page 12: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Skema pelayanan kesehatan pribadi dan hubungan antara

pasien dengan komponen lainnya .......................................... 11

Bagan 2.2 Aplikasi pelayanan prospektif di komunitas .......................... 12

Bagan 2.3 Kerangka teori ........................................................................ 12

Bagan 2.4 Kerangka konsep .................................................................... 13

Page 13: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan komite etik ............................................... 36

Lampiran 2 Surat tanda terima komite etik ............................................... 37

Lampiran 3 Lembar surat persetujuan responden ...................................... 38

Lampiran 4 COPD Risk Screener .............................................................. 40

Lampiran 5 Kuesioner penelitian............................................................... 41

Lampiran 6 Hasil uji validitas dan reliabilitas .......................................... 44

Lampiran 7 Hasil uji statistik .................................................................... 46

Lampiran 8 Dokumentasi ......................................................................... 53

Lampiran 9 Daftar riwayat hidup ............................................................. 54

Page 14: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyebab

kematian terbesar di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), 65 juta

orang menderita PPOK dan lebih dari 3 juta orang meninggal dunia akibat

menderita PPOK. Pada tahun 2002, PPOK masuk ke dalam kategori lima besar

penyakit dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Angka kematian akibat PPOK

diperkirakan akan meningkat sebesar 30% dalam 10 tahun mendatang jika tidak

ada tindakan preventif untuk mengurangi kebiasaan yang menjadi faktor risiko

penyebab PPOK, terutama konsumsi rokok. WHO mengestimasikan PPOK akan

masuk kategori tiga besar penyakit dengan angka mortalitas yang tinggi pada

tahun 2030.1,2,3

Di Indonesia, PPOK adalah salah satu penyebab kematian utama.

Perkiraan prevalensi PPOK pada laki-laki berusia ≥ 30 tahun sebesar 1,6% dan

pada perempuan sebesar 0,9 dengan angka prevalensi keseluruhan adalah sebesar

3,7%. Peningkatan prevalensi PPOK di Indonesia berbanding lurus dengan

peningkatan faktor risiko berupa angka konsumsi rokok, tingkat polusi udara, dan

umur harapan hidup.4

Menurut WHO, penyebab utama terjadinya PPOK adalah rokok, baik

perokok aktif maupun pasif. WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2005

sekitar 5,4 juta orang meninggal karena merokok. Kematian yang terkait dengan

konsumsi rokok diproyeksikan dapat mencapai angka 8,3 juta kematian per tahun

pada tahun 2030.1,5,6

Beberapa faktor risiko penyebab PPOK selain rokok adalah usia, polusi

udara, senyawa kimia yang berbentuk gas. Meskipun merokok merupakan

penyebab utama PPOK, data yang didapatkan dari WHO menyebutkan bahwa

sekitar 400.000 kematian per tahun terjadi akibat paparan gas sisa bahan bakar.1,3

PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel. Pengobatan

untuk penyakit PPOK diberikan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan

kualitas hidup dari penderita. Namun, PPOK merupakan penyakit yang dapat

Page 15: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

2

dicegah. WHO menyebutkan bahwa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan

adalah dengan mencegah pemaparan terhadap faktor risiko penyebab PPOK.3,6

Upaya pencegahan PPOK di Indonesia sendiri masih sangat kurang.

Tidak ada penjaringan atau program khusus yang dilakukan institusi kesehatan

untuk mencegah terjadinya PPOK. Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

(PDPI), pencegahan yang dilakukan berupa upaya untuk menghindari asap rokok,

polusi udara, infeksi saluran napas berulang, dan mengenali gejala awal dari

PPOK tersebut.7

Pencegahan seperti menghindari asap rokok baik untuk perokok aktif atau

pasif bisa menjadi salah satu pencegahan yang efektif karena perokok aktif di

Indonesia masih cukup banyak terutama di usia 30-34 tahun sebesar 33,4% dan

lebih banyak pada laki-laki. Selain asap rokok, kejadian infeksi saluran napas

berulang juga bisa menjadi faktor risiko yang perlu dicegah karena angka

kejadian infeksi saluran napas di Indonesia sebesar 25%.4

Penilaian tingkat risiko untuk mengalami PPOK pada penelitian ini

diharapkan dapat menjadi sumber bagi individu untuk mengendalikan atau

menghindari paparan faktor risiko dan lebih mengenal gejala-gejala awal PPOK

sehingga angka kejadian PPOK ini semakin tahun akan semakin dapat berkurang.

1.2 Rumusan Masalah

Mengetahui bahwa PPOK merupakan penyakit yang tidak bisa diobati

dan mudah terjadi karena faktor risiko yang dimiliki oleh seorang individu, maka

diperlukan adanya identifikasi dini dari tingkat risiko individu untuk mengalami

PPOK sehingga dapat mengurangi angka kejadian PPOK. Dapat dirumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tingkat risiko penyakit paru obstruktif kronik pada

masyarakat di Kelurahan Buaran?

2. Bagaimana hubungan antara tingkat risiko PPOK dengan jenis kelamin,

usia, status pekerjaan, gejala awal PPOK, dan perilaku merokok?

Page 16: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

3

1.3 Hipotesis

1. Masyarakat binaan KPKM Buaran tahun 2015 lebih dari 30% berisiko

tinggi untuk mengalami PPOK.

2. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat risiko PPOK dengan

jenis kelamin, usia, status pekerjaan, gejala awal PPOK, dan perilaku

merokok.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Teridentifikasinya individu dengan risiko tinggi terhadap penyakit paru

obstruktif kronik (PPOK).

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui sebaran tingkat risiko PPOK pada masyarakat

binaan KPKM Buaran.

b. Untuk mengetahui hubungan antara paparan faktor risiko dan gejala

awal dengan tingkat risiko yang dimiliki oleh subyek penelitian.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu

a. Bagi subyek penelitian, dapat memberikan informasi paparan faktor

risiko sehingga dapat dilakukan pencegahan terhadap PPOK.

b. Sebagai data untuk institusi agar dapat membantu menurunkan angka

kejadian PPOK.

c. Sebagai informasi untuk pengembangan penelitian yang serupa.

Page 17: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik

2.1.1 Definisi

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit obstruksi

saluran napas yang bersifat kronik dan progresif, karakteristik penyakit ini berupa

keterbatasan aliran udara yang bersifat ireversibel dan penurunan fungsi paru yang

disebabkan oleh bronkitis kronik, emfisema, atau keduanya. Penyebab utama

PPOK adalah respon inflamasi berlebihan pada organ paru yang berlangsung

kronis dan progresif. Respon inflamasi ini disebabkan oleh polusi udara, terutama

asap rokok.1,3,5,16

Bronkitis kronik merupakan peradangan saluran napas di bagian bronkus

yang terjadi secara progresif dan kronik. Inflamasi pada saluran napas akan

menimbulkan manifestasi berupa batuk, sehingga pada pasien dengan bronkitis

kronik akan muncul gejala klinis berupa batuk yang terjadi hampir setiap hari

selama sekurang-kurangnya tiga bulan dalam satu tahun.3,5,16

Emfisema merupakan penyakit paru obstruktif dimana permukaan

alveolus menjadi rusak akibat paparan zat-zat polusi udara sehingga menyebabkan

pengembangan berlebihan alveolus paru. 3,5,16

2.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko dan

mempengaruhi perkembangan penyakit PPOK, yaitu:

a. Kebiasaan merokok

Pada individu yang merupakan perokok berat, kemungkinan untuk

menderita PPOK menjadi lebih tinggi daripada individu yang tidak

mengonsumsi rokok.

Merokok merupakan faktor risiko utama terjadinya PPOK. Sebanyak 80%

kematian penderita PPOK merupakan pasien yang mengonsumsi rokok.

Wanita perokok mempunyai kemungkinan meninggal oleh karena PPOK

Page 18: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

5

13 kali lebih banyak dibandingkan wanita yang bukan perokok. Pria yang

merokok mempunyai kemungkinan 12 kali lebih besar dibandingkan yang

bukan perokok.2,9,10

Prevalensi dari individu yang mengalami obstruksi saluran napas ringan

sampai berat banyak terjadi pada individu berusia 35-60 tahun yang

mengonsumsi rokok.2,9

b. Genetik

Faktor genetik yang diketahui paling berpengaruh adalah defisiensi alfa-1

antitrypsin (AAT). AAT merupakan enzim yang berfungsi sebagai

inhibitor serin protease. Protease merupakan enzim yang berfungsi untuk

mendegradasi protein. Dalam kasus ini, protein yang dipecah merupakan

komponen penyusun dinding alveolus. Protease dapat dihasilkan oleh

bakteri, PMN, monosit, dan makrofag ketika terjadi proses peradangan.

AAT berperan mencegah porses degradasi dinding alveolus, sehingga

pada individu yang menderita defisiensi AAT tidak akan ada enzim yang

mencegah protease sehingga terjadi degradasi dinding alveolus.6

c. Polusi udara

Paparan pasif asap rokok (environmental tobacco smoke atau ETS) juga

berperan dalam menimbulkan masalah pada PPOK. Asap rokok yang

terhirup perokok pasif dapat meningkatkan peradangan pada sistem

respirasi.2,6,8

Paparan akibat zat-zat kimia pada pekerja, baik zat organic, inorganic, dan

bahan kimia merupakan faktor risiko PPOK yang kurang diperhatikan.

Menurut survei yang dilakukan oleh National Health and Nutrition Survey

(US-NHANES) dengan populasi hampir sepuluh ribu orang dewasa

berusia 30-75 tahun, didapatkan data bahwa penderita PPOK yang

disebabkan paparan akibat kerja mencapai angka 19,2% dan terdapat

sekitar 30,1% penderita PPOK yang tidak mengonsumsi rokok. Kotoran

hewan, kayu, dan zat-zat residu pembakaran merupakan penyebab utama

polusi udara.2,6,8

Page 19: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

6

d. Asma/Hipersensitivitas Bronkus

Asma mungkin juga merupakan faktor risiko PPOK meskipun belum ada

bukti yang pasti mengenai hal tersebut. Berdasarkan data yang dikeluarkan

oleh European Community Respiratory Health Survey, hipersensitivitas

bronkial merupakan faktor risiko PPOK tertinggi kedua setelah merokok.

Sekitar 15% penderita PPOK merupakan individu yang mengidap

hipersensitivitas bronkial. 6,8,12

e. Infeksi

Riwayat penyakit infeksi saluran respirasi yang berat pada usia muda

diketahui berpengaruh terhadap penuurunan fungsi paru. Kerentanan

terhadap infeksi berperan dalam eksaserbasi PPOK, namun belum

diketahui secara pasti hubungan antara infeksi dan progresivitas PPOK.

Infeksi HIV dapat mempercepat onset dari smoking-related emphysema.

Tuberkulosis juga merupakan faktor risiko PPOK dan dapat digunakan

sebagai diagnosis banding terhadap PPOK. 2,6,12

f. Faktor lainnya

Status sosioekonomi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya PPOK

meskipun hubungan diantara keduanya masih belum terlalu jelas. Individu

dengan status ekonomi yang rendah lebih rentan terpapar polutan, rentan

terhadap infeksi, dan intake nutrisi yang rendah.8,12

g. Jenis kelamin

Jenis kelamin diketahui berpengaruh terhadap PPOK. Sebanyak 2,3-8,4%

kematian yang disebabkan PPOK, laki-laki mempunyai proporsi yang

lebih besar dibandingkan perempuan. Beberapa studi menyebutkan bahwa

perempuan lebih rentan terhadap efek asap rokok dibandingkan pria.

Perempuan yang berusia di bawah 55 tahun lebih rentan untuk menderita

PPOK. Hal ini disebabkan karena saluran napas dan volume paru yang

dimiliki oleh perempuan lebih kecil jika dibandingkan dengan laki-laki.3,6

Page 20: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

7

2.1.3 Klasifikasi

Pedoman PPOK yang ditulis oleh Global Initiative for Chronic

Obstructive Lung Disease (GOLD) dan National Institute for Health and Care

Excellence merekomendasikan bahwa obstruksi dapat didefinisikan sebagai rasio

dari Forced Expiratory Volume (FEV1)/ Forced Vital Capacity (FVC) yang

kurang dari 0,70.9

Berikut ini merupakan klasifikasi dari PPOK :

a. Stadium 1 (PPOK ringan)

Keterbatasan aliran udara ringan (FEV1/FV C < 70%, FEV1 ≥ 80%).

Terkadang disertai batuk kronik dan produksi sputum berlebihan. Pada

stadium ini, individu yang mengalami gejala tersebut tidak mengetahui

bahwa fungsi parunya abnormal.9,19,20

b. Stadium II (PPOK sedang)

Terjadi perburukan aliran udara (FEV1/FVC < 70%, 50% ≤ FEV1 <

80%). Terdapat sesak napas yang timbul pada saat melakukan aktivitas

berat. Pada stadium ini, pasien biasanya akan melakukan konsultasi

dengan dokter karena mengalami gejala respirasi yang kronik. 9,19,20

c. Stadium III (PPOK berat)

Terjadi perburukan yang lebih berat dibandingkan stadium sedang

(FEV1/FVC < 70%, 30% ≤ FEV1 < 50%). Terdapat sesak napas yang

lebih berat. Keterbatasan melakukan latihan dan peningkatan frekuensi

eksaserbasi. 9,19,20

d. Stadium IV (PPOK sangat berat)

Keterbatasan aliran udara yang sangat berat (FEV1/FVC < 70%; FEV1

< 30% atau FEV1< 50%). Terdapat gagal napas kronik. Pada stadium

ini, kualitas hidup pasien sangat terganggu dengan eksaserbasi yang

mengancam nyawa pasien. 9,19,20

Page 21: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

8

2.1.4 Patogenesis dan Patofisiologi

Pasien penderita PPOK akan mengalami proses inflamasi pada saluran

napas. Proses inflamasi pada PPOK tidak diketahui dengan pasti karena terdapat

gabungan beberapa proses yang bergantung kepada etiologi dan pengaruh genetik

yang dimiliki oleh pasien. Stres oksidatif dan produksi enzim protease berlebihan

yang terjadi pada paru dapat mengubah proses inflamasi yang terjadi. Stres

oksidatif yang terjadi dapat ditandai dengan munculnya biomarker seperti

hidrogen peroksida, 8-isoprostan, dll.1,2,10,

Beberapa mekanisme inflamasi tersebut dapat memberikan gambaran

patognomonik PPOK. Zat-zat oksidan tersebut berasal dari rokok yang

dikonsumsi, partikel kimia yang terinhalasi, dan zat yang dilepaskan oleh sel-sel

inflamasi yang teraktivasi seperti makrofag dan neutrofil. 9,10,17

Pada pasien-pasien PPOK juga didapatkan ketidakseimbangan antara

protease yang memecah jaringan ikat dan komponen dinding alveolus dan enzim-

enzim yang mencegah proses tersebut seperti alfa-1 antitrypsin (AAT). Beberapa

protease yang dihasilkan oleh sel-sel proinflamasi mengalami peningkatan pada

pasien PPOK. Elastin yang merupakan komponen utama jaringan parenkim paru

mengalami destruksi ireversibel yang diinduksi oleh protease. Hal ini merupakan

salah satu gambaran khas yang terjadi pada PPOK.8,9,16

Beberapa studi menunjukkan bahwa sel endotel dan epitel paru pada

pasien PPOK mengalami kematian. Selain itu, peningkatan jumlah kematian sel

septal alveolus juga berhubunbgan dengan penurunan vascular endothelial growth

factor (VEGF) dan reseptor VEGFR-2 yang terdapat pada pasien dengan

emfisema.10,13,17

Page 22: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

9

2.1.5 Gejala klinis

Gejala klinis yang paling sering muncul pada PPOK adalah batuk,

peningkatan produksi mukus, dan sesak napas akibat peningkatan aktivitas. Gejala

klinis dari PPOK akan berjalan progresif. Peningkatan frekuensi dan kualitas

gejala klinis akan terjadi dalam proses bertahap. Pada stadium yang sangat parah,

sesak napas akan dirasakan pasien dalam keadaan melakukan aktivitas yang

sangat minimal. Pada keadaan ini, akan didapatkan manifestasi berupa

hipoksemia dan pasen membutuhkan suplementasi oksigen.8,16

Stadium awal PPOK tidak akan menimbulkan gejala apapun sehingga

pada saat pemeriksaan fisik pasien akan didapatkan hasil normal. Tanda-tanda

perokok aktif akan tercium aroma rokok dan tanda warna nikotin pada kuku

pasien. Pada pasien dengan stadium berat, ketika pemeriksaan fisik akan

didapatkan pemanjangan fase ekspirasi dan wheezing ekspiratorik. Hiperinflasi

yang ditandai dengan barrel chest dan peningkatan volume paru akan terlihat jika

dilakukan perkusi. Pasien dengan predominan emfisema dideskripsikan ‘pink

puffer’ karena tidak terdapatnya sianosis, namun terlihat penggunaan otot

aksesoris untuk bernapas. Pasien dengan bronkhitis kronik akan dideskripsikan

‘blue bloater’ karena sianosis lebih terlihat dan terjadi retensi cairan. Stadium

Gambar 2.1

Proses inflamasi yang disebabkan oleh konsumsi rokok.8

Page 23: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

10

yang sangat berat terkadang disertai systemic wasting yang ditandai dengan

penurunan berat badan.5,8,16

2.1.6 Pencegahan

PPOK merupakan penyakit dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang

tinggi. Tindakan preventif akan sangat berguna untuk mengurangi angka penderita

PPOK. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mencegah PPOK, yaitu :

1. Hindari konsumsi rokok

Penghentian konsumsi rokok dapat mengurangi risiko terjadinya

PPOK, terutama pada penderita defisiensi AAT. Individu dengan

defisiensi AAT, jika diberikan AAT akan menurunkan risiko untuk

menderita PPOK.4,18

2. Hindari polusi udara

Polusi udara seperti zat kimia dan zat sisa pembakaran dapat

menyebabkan PPOK meskipun dengan kemungkinan jauh lebih kecil

dibandingkan dengan konsumsi rokok. Namun, paparan zat tersebut

dapat memperparah kondisi pasien yang sudah menderita PPOK.4,18

2.2 Chronic Obstructive Pulmonary Disease Population Screener

Chronic Obstructive Pulmonary Disease Population Screener (COPD-PS)

adalah kuesioner yang sudah pernah divalidasi pada 698 pasien dengan usia lebih

dari 35 tahun yang mengunjungi klinik paru di United States. COPD-PS ini bisa

digunakan untuk orang yang belum pernah didiagnosis PPOK. Kuesioner COPD-

PS berisi 5 pertanyaan yang merupakan pertanyaan tersering yang ditanyakan

untuk mendiagnosis PPOK (kuesioner terlampir di lampiran). 13

Penilaian kuesioner yang sudah diisi menggunakan skoring yang terdapat

pada kuesioner tersebut. Jika hasil skoringnya adalah 5 atau lebih maka individu

tersebut sudah termasuk ke dalam risiko tinggi mengalami PPOK. Skor 5 atau

lebih dari hasil kuesioner COPD-PS ini mempunyai sensitivitas sebesar 84,4%

dan spesifisitas 60,7%. Walaupun hasil dari spesifitasnya kecil tetapi dengan

Page 24: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

11

sensitivitas yang tinggi ini bisa menentukan pasien untuk pemeriksaan lanjutan

berupa spirometri.13

Validasi yang dilakukan tidak hanya pada pasien yang mendatangi klinik

paru di US, tetapi juga dilakukan pada masyarakat umum dengan menggunakan

survey online pada website www.copd-screener.com.13

2.3 Peranan Penilaian Risiko Penyakit Degeneratif

Penyakit degeneratif seperti salah satunya penyakit paru obstruktif kronik

merupakan sesuatu yang dapat dicegah dengan melakukan penilaian faktor risiko

yang ada pada pasien. Faktor risiko tersebut berupa genetik, lingkungan, dan

aspek gaya hidup. Upaya promosi kesehatan yang baik memerlukan beberapa

komponen, salah satunya berupa profil kesehatan pasien. Dari profil kesehatan

pasien tersebut diharapkan dokter dapat melihat risiko apa yang ada di pasien dan

melakukan intervensi yang sesuai sebelum risiko tersebut menjadi suatu penyakit

kronis. Penilaian risiko pada pasien di komunitas terbagi menjadi tiga kelompok

yaitu risiko rendah, tinggi, dan penderita penyakit kronis.14

Bagan 2.1 Skema pelayanan kesehatan pribadi dan hubungan antara pasien dan

komponen lainnya.14

Page 25: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

12

Bagan 2.2 Aplikasi pelayanan prosektif di komunitas.14

2.4 Kerangka Teori

Bagan 2.3 Kerangka teori

Page 26: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

13

2.5 Kerangka Konsep

Bagan 2.4 Kerangka konsep

2.6 Definisi Operasional

Tabel 2.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi operasional Alat ukur Skala

ukur Hasil ukur

1. Sesak

Nafas

Kesulitan bernafas

selama 4 bulan

terakhir.13

Kuesioner Ordinal 0. Tidak pernah

0. Jarang (kurang dari

10 kali)

1. Beberapa kali

(kurang dari 25

kali)

2. Sering

(lebih dari 25 kali)

2. Setiap saat

2. Aktivitas Mengalami

keterbatasan dalam

aktivitas sehari-hari

selama 12 bulan

terakhir akibat sesak

nafas.13

Kuesioner Ordinal 0. Sangat tidak setuju

0. Tidak setuju

0. Tidak yakin

1. Setuju

2. Sangat setuju

Page 27: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

14

3. Produksi

dahak

Mengalami atau

merasakan saluran

napas dipenuhi oleh

dahak atau lendir.13

Kuesioner Ordinal 0. Tidak pernah

0. Hanya ketika

infeksi saluran

nafas atas

1. Ya, beberapa hari

per bulan.

1. Ya, beberapa hari

per minggu.

2. Ya, setiap hari

4. Merokok Sedang

mengkonsumsi rokok

selama hidup lebih

dari 100 batang.13

Kuesioner Ordinal 0. Tidak/tidak tahu

2. Ya

5. Usia Usia partisipan > 35

tahun.13

Kuesioner Ordinal 0. 35 - 49 tahun 1. 50 - 59 tahun 2. 60 - 69 tahun 2. >70 tahun

6. Tingkat

risiko

PPOK

Tingkat risiko PPOK

ini digunakan untuk

melihat kemungkinan

mengalami PPOK

dalam beberapa tahun

kemudian sebagai

bentuk pencegahan

awal.13

COPD-PS Ordinal 1. Risiko tinggi: skoring 5-10

2. Risiko rendah: skoring 0-4

Page 28: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

15

BAB 3

METODOLGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif-

analitik dengan menggunakan desain cross sectional.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di RT 001/003, RT 001/004, dan RT 003/005

di wilayah binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2014 sampai bulan

Agustus tahun 2015.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah masyarakat di RT 001/003,

RT 001/004, dan RT 003/005 di wilayah binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif

Hidayatullah yang berusia lebih dari 35 tahun pada tahun 2015.

3.3.2 Sampel

Untuk menentukan besarnya sampel dalam penelitian ini digunakan rumus

seperti berikut:

𝑛1 = 𝑛2 =(𝑍𝛼 2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 𝑃1𝑄1+ 𝑃2𝑄2)  !

(𝑃1− 𝑃2)  !

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Z𝛼 = Deviat baku alfa pada derajat kepercayaan 95% dengan hipotesis

dua arah yaitu sebesar 1,96

Z𝛽 = Deviat baku beta pada derajat kepercayaan 80% yaitu sebesar 0,84

Page 29: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

16

P1 = Proporsi kejadian PPOK yang mendapat pengaruh dari usia ≥ 60  

tahun sebesar 0,714.13

P2 = Proporsi kejadian PPOK yang mendapat pengaruh dari usia < 60

tahun sebesar 0,286.13

P = Proporsi total: (P1+P2)/2

Q1 = 1-P1

Q2 = 1-P2

Q = 1-P

𝑛1 = 𝑛2 =(1,96 2 0,5 0,5 + 0,84 0,714 0,286 + 0,286 0,714 )  !

(0,714− 0,286)  !

𝑛1 = 𝑛2 =(1,386+ 0,537)  !

0,183

𝑛1 = 𝑛2 = 20,20218

Sampel yang digunakan untuk penelitian ini berdasarkan perhitungan

besar sampel adalah sebesar 20 orang di setiap kelompok sehingga jumlah total

minimal sampel adalah sebesar 40 orang.

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan two stage random sampling. Pemilihan awal

yaitu dipilih RW yang menjadi binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dari RW tersebut dipilih satu RT di setiap RW. Warga dari

setiap RT dipilih random sebanyak 40 orang.

3.3.4 Kriteria Inklusi

-­‐ Masyarakat yang tinggal di daerah binaan KPKM Buaran FKIK UIN

Syarif Hidayatullah

-­‐ Usia responden diatas 35 tahun

-­‐ Belum pernah didiagnosis oleh dokter menderita PPOK

3.3.5 Kriteria Eksklusi

-­‐ Pasien yang menolak menjadi responden

Page 30: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

17

3.4. Cara Kerja Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang sudah dikembangkan dari

COPD Risk Screener untuk menilai tingkat risiko seseorang terhadap Penyakit

Paru Obstruktif Kronik.

Responden yang sudah terpilih dengan two stage cluster sampling

didatangi oleh peneliti dan dilakukan wawancara terpimpin dengan lima

pertanyaan yang ada pada COPD Risk Screener yang sudah diadaptasi. Setelah

dilakukan wawancara terpimpin, hasil dimasukan kedalam skoring yang terdapat

pada COPD Risk Screener tersebut untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitas

pada 30 responden dan selanjutnya dianalisis dengan analisis univariat dan

bivariat.

3.5. Manajemen Data

3.5.1 Pengumpulan Data

- Data primer

Data primer diperoleh dari hasil kuesioner yang dibagikan pada

masyarakat RT 001/003, RT 001/004 dan RT 003/005 disekitar KPKM Buaran

yang telah dipilih dengan two stage cluster sampling serta memenuhi kriteria

inklusi.

- Alur pengumpulan data

3.5.2 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dari responden akan diolah dengan

menggunakan program computer software SPSS versi 20. Tahapan pengolahan

data yaitu coding, editing, entry data, dan cleaning.

Page 31: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

18

3.5.3 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua tahapan yaitu analisis univariat dan

analisis bivariat.

3.5.3.1 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari

variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam kuesioner

diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.5.3.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variable

independen dan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji chi-square,

bila syarat uji chi-square tidak terpenuhi maka akan digunakan uji fisher exact.

3.5.4 Penyajian Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.

3.6. Etika Penelitian

Jenis penelitian ini sudah melewati kaji etik serta dalam pelaksanaannya

telah melewati informed consent.

Page 32: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

19

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas isi kuesioner ini dilakukan untuk menilai apakah isi instrumen

mempunyai validitas yang baik atau kurang. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kuesioner, maka uji validitas dilakukan untuk menilai item

kuesioner yang valid maupun kurang valid. Selain itu, validitas juga dilakukan

untuk mengukur kesesuaian alat yang digunakan untuk penelitian eksperimenter.

Uji reliabilitas berfungsi untuk mengukur ketepatan alat ukur yang

digunakan dalam penelitian. Ketepatan alat ukur dapat diketahui dengan analisis

statistik untuk mengetahui kesalahan ukur. Instrumen dapat dianggap reliabel jika

instrumen tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur data yang diambil dalam

penelitian.

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di daerah KPKM Buaran dengan

jumlah responden sebanyak tiga puluh orang. Responden terdiri dari 18 orang

perempuan dan 12 orang laki-laki dengan rata-rata usia 50 tahun. Pengolahan data

uji validitas dan reliabilitas ini menggunakan program aplikasi SPSS versi 20.

4.1.1 Uji Validitas

Suatu item dalam instrument dapat dikatakan mempunyai validitas yang

baik jika hasil Pearson Correlation lebih besar daripada koefisien korelasi

sederhana (tabel r). Tabel r yang digunakan pada uji validitas ini bernilai 0,361

dengan N=30 dan tingkat signifikansi sebesar 1%.

Page 33: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

20

No. Item Kuesioner Pearson

Correlation

P Value

(2-tailed) Tabel r Keterangan

1. Usia 0,523 0,003 0,361 Baik

2. Perokok 0,707 0,000 0,361 Baik

3. Sesak nafas dalam 4 minggu

terakhir 0,795 0,000 0,361 Baik

4. Dahak dan lendir saat batuk 0,829 0,000 0,361 Baik

5.

Aktivitas terganggu karena

pernapasan selama 12

terakhir

0,761 0,000 0,361 Baik

Hasil uji validitas item kuesioner yang ditanyakan pada penelitian ini

menunjukkan bahwa semua item yang memiliki validitas yang baik. Semua item

kuesioner tersebut dapat dimasukkan ke dalam kuesioner untuk menentukan

penilaian risiko yang mengacu pada kuesioner COPD Risk Screener.

4.1.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur ketepatan alat ukur. Instrumen

dapat dianggap reliabel jika instrumen tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur

data yang diambil dalam penelitian. Uji reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Hasil dari uji reliabilitas ini dapat dilihat

dengan kriteria pembagian dari interpretasi nilai Cronbach’s Alpha, yaitu sebagai

berikut :

1. Reliabilitas sangat lemah : Cronbach’s Alpha 0,00 - 0,20

2. Reliabilitas lemah : Cronbach’s Alpha 0,21 - 0,40

3. Reliabilitas sedang : Cronbach’s Alpha 0,42 - 0,60

4. Reliabilitas kuat : Cronbach’s Alpha 0,61 - 0,80

5. Reliabilitas sangat kuat : Cronbach’s Alpha 0,81 - 1,00

Tabel 4.1 Hasil uji validitas pada item kuesioner

Page 34: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

21

Tabel 4.2 Hasil uji reliabilitas

Hasil Cronbach’s Alpha dari uji reliabilitas tersebut menyatakan bahwa

instrumen kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini bernilai adalah 0,768.

Jika dimasukkan ke dalam kriteria pembagian interpretasi nilai Cronbach’s Alpha

maka instrumen tersebut termasuk ke dalam kriteria reliabilitas yang kuat.

Tabel 4.3 Hasil uji reliabilitas item kuesioner

No. Item Kuesioner Cronbach’s Alpha if

item deleted Keterangan

1. Usia 0,784 Baik

2. Perokok 0,680 Baik

3. Sesak nafas dalam 4 minggu

terakhir 0,548 Baik

4. Dahak dan lendir saat batuk 0,556 Baik

5.

Aktivitas terganggu karena

pernapasan selama 12

terakhir

0,568 Baik

Dari hasil uji reliabitilitas pada item kuesioner, didapatkan bahwa

reliabilitas dari setiap item kuesioner kuat. Hal ini mengartikan bahwa pertanyaan

yang diberikan kepada responden konstan atau stabil. Setiap item yang terdapat

dalam kuesioner tersebut akan dimasukkan ke dalam kuesioner untuk kepentingan

scoring dan analisis data. Beberapa pertanyaan akan ditambahkan untuk

mengantisipasi ketidakpahaman responden.

Cronbach’s Alpha Jumlah item

0,768 5

Page 35: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

22

4.2 Analisis Univariat

Variabel yang terdapat pada penelitian ini akan dideskripsikan dengan

analisis univariat yang akan memberikan gambaran terhadap karakteristik

responden. Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin,

pekerjaan, jenjang pendidikan terakhir, faktor risiko dan gejala PPOK. Variabel

terikat pada penelitian ini adalah risiko rendah dan tinggi dari PPOK. Sampel pada

penelitian ini berjumlah 134 responden dengan batas minimal sampel berjumlah

40 responden.

4.2.1 Gambaran karakteristik responden

Karakteristik responden penelitian ini digambarkan melalui sebaran

responden berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan jenjang pendidikan

terakhir.

Tabel 4.4 Sebaran karakteristik responden. (N=134)

Variabel Kategori N %

Jenis kelamin Laki-laki 41 30,6

Perempuan 93 69,4

Usia 35-59 tahun 109 81,3

≥ 60 tahun 25 18,7

Pekerjaan Bekerja 46 34,3

Tidak bekerja 88 65,7

Pendidikan terakhir Rendah 76 56,7

Menengah 56 41,8

Tinggi 2 1,5

Dari tabel 4.3 didapatkan bahwa responden laki-laki berjumlah 41 orang

(30,6%) dan responden perempuan berjumlah 93 orang (69,4%)

Responden pada range usia 35-59 tahun berjumlah 109 orang (81,3%)

sedangkan responden yang berusia lebih dari 60 tahun berjumlah 25 orang

(18,7%). Usia seluruh responden sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu lebih dari 35

tahun.

Page 36: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

23

Pekerjaan responden terbagi menjadi dua kategori, yaitu bekerja dan tidak

bekerja. Sebanyak 46 responden (34,3%) bekerja sedangkan sebanyak 88

responden (65,7%) tidak bekerja.

Pendidikan terakhir responden dibagi menjadi tiga kategori, yaitu

pendidikan terakhir rendah, menengah, dan tinggi. Kelompok yang termasuk

dalam kategori pendidikan terakhir rendah adalah responden yang tidak sekolah,

tidak lulus SD, dan lulus SD. Kelompok yang termasuk dalam kategori

pendidikan terakhir menengah adalah responden yang telah lulus SMP dan lulus

SMA. Kelompok yang termasuk dalam kategori pendidikan terakhir tinggi adalah

responden yang telah lulus perguruan tinggi atau sarjana. Dari tabel diatas,

sebanyak 76 responden (56,7%) termasuk dalam kategori pendidikan rendah, 56

responden (41,8%) termasuk dalam kategori pendidikan terakhir menengah, dan 2

responden (1,5%) berpendidikan tinggi.

4.2.2 Gambaran gejala awal PPOK pada responden

Variabel gejala PPOK pada penelitian ini diambil berdasarkan gejala yang

termasuk ke dalam item kuesioner COPD Risk Screener. Gejala-gejala tersebut

merupakan gejala PPOK yang dapat dideteksi sedini mungkin sehingga responden

dapat menghindari faktor yang berisiko menyebabkan PPOK.

Page 37: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

24

Tabel 4.5 Sebaran gejala awal PPOK pada responden

Variabel Kategori N %

Sesak napas

Tidak pernah 114 85,1

Jarang 11 8,2

Beberapa kali 2 1,5

Sering 3 2,2

Setiap saat 4 3,0

Produksi dahak

Tidak pernah

53

39,6

Ketika ISPA 70 52,2

Beberapa hari setiap bulan 4 3,0

Setiap hari 7 5,2

Aktivitas anda

terganggu oleh

masalah pernapasan

Sangat tidak setuju

65

48,5

Tidak setuju 49 36,6

Tidak yakin 4 3,0

Setuju 13 9,7

Sangat setuju 3 2,2

Dari tabel 4.5 didapatkan bahwa sebanyak 114 responden (85,1%) tidak

pernah mengalami sesak napas, 11 responden (8,2%) jarang mengalami sesak

napas, 2 responden (1,5%) beberapa kali mengalami sesak napas, 3 responden

(2,2%) sering mengalami sesak napas, dan 4 responden (3,0%) mengalami sesak

napas setiap saat.

Untuk responden yang sering dan setiap saat mengalami sesak napas

segera disarankan untuk melakukan pemeriksaan spirometri untuk mengetahui

apakah responden tersebut mengalami sesak napas yang dikarenakan PPOK atau

sesak napas karena penyakit lain seperti gagal jantung, asma, dan lain sebagainya.

Selain itu juga responden tersebut diberikan pertanyaan lebih lanjut mengenai

sesak napas yang dialami untuk mengetahui etiologi penyebab sesak napas. 5,10,14

Page 38: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

25

Dari tabel 4.5 didapatkan bahwa sebanyak 53 responden (39,6%) tidak

pernah mengeluarkan dahak atau lendir, 70 responden (52,2%) mengeluarkan

dahak hanya ketika ISPA, 4 responden (3,0%) mengeluarkan dahak hanya

beberapa hari setiap bulan, dan 7 responden menyatakan setiap hari merasakan

setiap hari mengeluarkan dahak.

Responden yang merasakan saluran pernapasannya dipenuhi oleh dahak

atau lendir memiliki faktor risiko untuk terjadinya PPOK. Dahak merupakan hasil

sekresi dari sel goblet saluran pernapasan akibat adanya proses inflamasi yang

terjadi. Hal ini dapat disebabkan oleh asap rokok, polusi udara, maupun riwayat

alergi yang dimiliki oleh responden. Proses inflamasi yang terjadi dalam jangka

waktu yang lama merupakan patofisiologi penyebab terjadinya PPOK. 5,10,14

Dari tabel 4.5 didapatkan bahwa sebanyak 65 responden (48,5%)

menyatakan sangat tidak setuju jika aktivitas mereka terganggu oleh masalah

pernapasan, 49 responden (36,6%) tidak setuju, 4 responden (3,0%) tidak yakin,

13 responden (9,7%) setuju, dan 2 responden (2,2%) menyatakan sangat setuju

jika aktivitas mereka berkurang akibat masalah pernapasan yang dirasakan.

Produksi dahak atau mukus akibat teproses inflamasi kronik menyebabkan

terjadinya penyempitan lumen saluran napas. Hal ini mengakibatkan penurunan

asupan oksigen ketika seorang individu melakukan aktivitas fisik. Penurunan

asupan oksigen ini akan membuat pasien merasa sesak ketika melakukan aktivitas

fisik. 5,10,14

4.2.3 Gambaran faktor risiko PPOK pada responden

Variabel faktor risiko pada penelitian ini diambil berdasarkan faktor risiko

yang ada di dalam kuesioner COPD Risk Screener tentang PPOK. Selain usia,

konsumsi rokok merupakan faktor yang paling berisiko menimbulkan PPOK.

Tabel 4.6 Sebaran faktor risiko PPOK pada responden. (N=134)

Perokok N %

Tidak 100 74,6

Ya 34 25,4

Page 39: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

26

Dari tabel 4.6 didapatkan bahwa 100 responden (74,6%) bukan perokok,

sedangkan 34 responden lainnya (25,4%) mengonsumsi rokok. Jumlah responden

non-perokok lebih banyak jumlahnya dibandingkan perokok dapat dikarenakan

jumah responden perempuan yang lebih banyak.

Zat yang terkandung dalam asap rokok merupakan penyebab terjadinya

inflamasi saluran pernapasan. Paparan asap rokok yang berkelanjutan dalam

jangka waktu yang lama dapat menyebabkan inflamasi kronis yang menyebabkan

terjadinya PPOK. 5,10,14

4.2.4 Gambaran tingkat risiko PPOK pada responden

Tabel 4.7 Sebaran tingkat risiko PPOK pada responden

Data di dalam tabel 4.7, faktor risiko dan gejala yang terdapat dalam

kuesioner yang dijumlahkan sesuai dengan aturan scoring pada COPD Risk

Screener. Hasil penilaian tersebut dibagi menjadi dua kategori, yaitu risiko rendah

dan risiko tinggi untuk terjadinya PPOK.

Sebanyak 127 responden (94,8%) termasuk dalam kategori risiko rendah,

sedangkan 7 responden (5,2%) termasuk dalam kategori risiko tinggi untuk

terjadinya PPOK. Banyaknya responden yang mempunyai risiko rendah

dikarenakan rata-rata usia dalam penelitian ini adalah 49 tahun.

Pencegahan primer PPOK sejak usia muda sangat diperlukan karena

seiring dengan bertambahnya usia maka risiko untuk terjadinya PPOK semakin

tinggi ditambah dengan pola hidup yang kurang baik seperti merokok dapat

menyebabkan bertambah tingginya risiko terhadap PPOK. 11,12,14,15

4.3 Analisis Bivariat

Uji yang dilakukan untuk analisis bivariat adalah Fisher’s karena semua

variabel distribusinya tidak normal dan syarat penggunaan uji chi-square tidak

Tingkat risiko N %

Risiko rendah 127 94,8

Risiko tinggi 7 5,2

Page 40: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

27

terpenuhi yaitu jumlah expected count yang <5 terdapat pada >33% sel dimana

seharusnya hanya boleh <20% sel.

Variabel bebas yang digunakan adalah jenis kelamin, usia, gejala dan

faktor risiko PPOK yang akan dianalisis terhadap variabel terikat yaitu tingkatan

risiko PPOK. Jika p-value bernilai < 0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna

antara variabel bebas dan terikat dengan derajat kepercayaan mencapai 95%.

4.3.1 Hubungan karakteristik responden dengan tingkat risiko PPOK

Tabel 4.8 Hubungan jenis kelamin dengan tingkat risiko PPOK

Jenis kelamin Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi

Laki-laki 35 6 41

Perempuan 92 1 93

Total 127 7 134

P-value = 0,003

Dari tabel 4.8 didapatkan hasil laki-laki memiliki risiko tinggi terhadap

PPOK sebanyak 8 responden dibandingkan perempuan yang hanya berjumlah 1

orang. Sebaliknya perempuan memiliki risiko rendah lebih besar sebanyak 92

responden dibandingkan laki-laki yang hanya berjumlah 35 responden. Hasil ini

memiliki hubungan bermakna karena hasil p-value = 0,003 (<0,05).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rycroft5 bahwa 2,3% sampai 8,4%

kematian yang disebabkan PPOK, proporsi laki-laki lebih besar jika dibandingkan

dengan proporsi wanita dengan rentang usia 65-74 tahun. Meskipun konsumsi

rokok dapat menjelaskan perbedaan proporsi antara laki-laki dan perempuan,

diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan perbedaan proporsi tersebut

tanpa faktor yang mempengaruhi seperti konsumsi rokok. 5,10,16

Page 41: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

28

Tabel 4.9 Hubungan usia dengan tingkat risiko PPOK

Dari tabel 4.9 didapatkan bahwa jumlah responden risiko tinggi PPOK

dengan ≥ 60 tahun berjumlah 4 orang dibandingkan dengan responden dengan

usia 35-59 tahun sebanyak 3 orang responden. Sebaliknya, responden dengan usia

35-59 tahun yang berisiko rendah PPOK berjumlah 106 orang, lebih banyak jika

dibandingkan responden dengan usia ≥ 60 tahun yang berjumlah 21 orang

responden. Hasil ini memiliki hubungan bermakna karena hasil p-value = 0,023

(< 0,05).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rycroft5 bahwa kematian yang

disebabkan oleh PPOK sebagian besar merupakan individu yang berusia 65-74

tahun. Hal ini dijelaskan juga oleh Akkermans8 dalam studinya bahwa prevalensi

individu yang terdiagnosis PPOK melalui pemeriksaan spirometri merupakan

individu yang berusia lanjut. Menurut Akkermans8, terdapat hubungan bermakna

antara usia lanjut dengan angka kejadian PPOK (p-value = < 0,001).5,8

Tabel 4.10 Hubungan status pekerjaan dengan tingkat risiko PPOK

Dari tabel 4.10 didapatkan jumlah responden risiko tinggi yang bekerja

sebanyak 3 orang, sedangkan responden risiko tinggi yang tidak bekerja

Usia Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi

35-59 tahun 106 3 109

≥ 60 tahun 21 4 25

Total 127 7 134

P-value = 0,023

Status pekerjaan Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi

Bekerja 86 3 89

Tidak bekerja 41 4 45

Total 127 7 134

P-value = 0,224

Page 42: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

29

berjumlah 4 orang. Sebaliknya, responden risiko rendah yang bekerja berjumlah

86 orang, lebih banyak jika dibandingkan dengan responden risiko rendah yang

tidak bekerja dengan jumlah 41 orang. Hasil ini memiliki hubungan yang tidak

bermakna dengan p-value = 0,224 (> 0,05).

Hasil yang kurang bermakna dapat terjadi karena penelitian ini tidak

mencantumkan jenis pekerjaan responden. Jenis pekerjaan sangat berpengaruh

terhadap risiko terjadinya PPOK karena ada beberapa pekerjaan yang mempunyai

paparan langsung terhadap polusi udara. Zat-zat polusi udara merupakan salah

satu penyebab terjadinya proses inflamasi kronik pada kasus PPOK.3,5

4.3.2 Hubungan gejala awal dengan tingkatan risiko PPOK

Tabel 4.11 Hubungan sesak dengan tingkat risiko PPOK

Dari tabel 4.11 didapatkan bahwa jumlah responden risiko tinggi yang

pernah mengalami gejala sesak sebanyak 5 orang responden lebih banyak jika

dibandingkan dengan responden risiko tinggi yang tidak pernah mengalami gejala

sesak, yaitu sebanyak 2 orang respoden. Sebaliknya, jumlah responden risiko

rendah yang tidak pernah mengalami gejala sesak berjumlah sebanyak 123 orang

responden lebih banyak jika dibandingkan dengan responden risiko rendah

yangpernah mengalami gejala sesak napas. Hasil ini memiliki hubungan

bermakna karena nilai p-value = 0,0001 (< 0,05).

Gejala sesak Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi

Tidak pernah 123 2 125

Pernah sesak 4 5 9

Total 127 7 134

p-value = 0,0001

Page 43: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

30

Tabel 4.12 Hubungan masalah pernapasan dengan tingkat risiko PPOK

Dari tabel 4.12 didapatkan bahwa jumlah responden risiko tinggi yang

menyatakan setuju jika aktivitasnya terganggu akibat masalah pernapasan

sebanyak 5 orang lebih banyak jika dibandingkan dengan responden risiko tinggi

yang tidak setuju jika aktivitasnya terganggu oleh masalah pernapasan yang

berjumlah sebanyak 2 orang responden. Sebaliknya responden risiko rendah yang

tidak setuju jika aktivitasnya terganggu akibat masalah pernapasan yang

berjumlah sebanyak 116 orang lebih banyak jika dibandingkan dengan responden

risiko rendah yang tidak setuju jika aktivitasnya terganggu akibat masalah

pernapasan yang yang berjumlah sebanyak 11 orang responden. Hasil ini

bermakna karena nilai p-value = 0,0001 (< 0,05).

Tabel 4.13 Hubungan produksi dahak dengan tingkat risiko PPOK

Selalu

mengeluarkan

dahak

Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi

Tidak setuju 121 2 123

Setuju 6 5 11

Total 127 7 134

p-value = 0,0001

Dari tabel 4.13 didapatkan bahwa responden risiko tinggi yang setuju jika

merasa selalu mengeluarkan dahak berjumlah sebanyak 5 orang lebih banyak jika

dibandingkan dengan responden risiko tinggi yang setuju jika merasa selalu

Aktivitas

terganggu akibat

masalah

pernapasan

Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi

Tidak setuju 116 2 118

Setuju 11 5 16

Total 127 7 134

p-value = 0,0001

Page 44: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

31

mengeluarkan dahak berjumlah sebanyak 2 orang responden. Sebaliknya,

responden risiko rendah yang tidak setuju jika merasa selalu mengeluarkan dahak

berjumlah sebanyak 121 orang lebih banyak jika dibandingkan dengan responden

risiko rendah yang setuju jika merasa selalu mengeluarkan dahak yang berjumlah

sebanyak 6 orang responden. Hasil ini bermakna karena nilai p-value = 0,0001 (<

0,05).

Hasil ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Roberto de

Marco14 yang menyebutkan bahwa gejala awal yang disebabkan oleh

hiperresponsivitas saluran pernapasan mempunyai hubungan yang bermakna

untuk angka kejadian PPOK. Hiperresponsivitas saluran pernapasan mempunyai

manifestasi berupa sesak napas dan peningkatan produksi mukus.

Hiperresponsivitas saluran pernapasan merupakan salah satu tanda kardinal asma

bronkial, namun apabila proses ini terjadi secara kronik maka akan terjadi

kerusakan irreversibel jaringan saluran pernapasan yang mengakibatkan

PPOK.3,9,10,12,14

4.3.3 Hubungan faktor risiko dengan tingkat risiko PPOK

Tabel 4.14 Hubungan konsumsi rokok dengan tingkat risiko PPOK

Dari tabel 4.14 didapatkan bahwa responden risiko tinggi yang merokok

berjumlah sebanyak 6 orang sedangkan responden risiko tinggi yang tidak

merokok berjumlah sebanyak 1 orang. Sebaliknya, responden risiko rendah yang

tidak merokok berjumlah sebanyak 99 orang sedangkan responden risiko rendah

yang merokok berjumlah sebanyak 28 orang responden. Hasil ini bermakna

karena nilai p-value = 0,0001 (< 0,05).

Hasil ini diperkuat oleh penelitian Akkermans8 yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan bermakna antara konsumsi rokok dengan kejadian PPOK (p-

Perokok Tingkat risiko PPOK

Total Rendah Tinggi

Tidak 99 1 100

Ya 28 6 34

Total 127 7 134

p-value = 0,0001

Page 45: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

32

value = 0,006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Agusti9 disebutkan bahwa

konsumsi rokok merupakan penyebab utama terjadinya proses inflamasi kronik

yang merupakan patofisiologi terjadinya PPOK.5,8,10,14

4.4 Kelebihan Penelitian

Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit degeneratif yang

memiliki faktor risiko yang dapat diubah. Jika seorang individu terdiagnosis

menderita PPOK, pengobatan yang diberikan hanya berguna untuk meredakan

eksaserbasi. Intervensi untuk mencegah PPOK adalah dengan cara mengurangi

paparan penyebab utama terjadinya PPOK. Penelitian ini dilakukan untuk menilai

tingkat risiko individu untuk mengalami PPOK. Semakin cepat seorang individu

teridentifikasi mempunyai risiko untuk menderita PPOK, maka semakin mudah

untuk mengurangi angka kejadian PPOK.

Penelitian ini juga dilakukan pada komunitas. Populasi yang terjaring pada

penelitian ini dapat menggambarkan frekuensi individu yang mempunyai risiko

tinggi terhadap PPOK.

COPD Risk Screener merupakan kuesioner untuk mengidentifikasi risiko

seorang individu terhadap PPOK. Kuesioner ini sudah dipakai di berbagai negara

dan telah melalui proses validasi untuk penelitian ini.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan. Sebagian besar

responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan berusia lanjut sehingga

ada beberapa pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden. Kuesioner

yang digunakan juga diambil dari COPD Risk Screener sehingga harus

dilakukan uji validasi terlebih dahulu untuk melihat kesesuaian item kuesioner

untuk diterapkan di Indonesia.

Kuesioner ini merupakan gabungan dengan beberapa kuesioner yang

membahas penyakit degeneratif lainnya sehingga uji validitas dan reliabilitas

dilakukan pada item yang berkaitan dengan PPOK.

Page 46: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

33

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada masyarakat binaan KPKM Buaran FKIK UIN Syarif

Hidayatullah tahun 2015, sebaran tingkat risiko untuk mengalami

PPOK yaitu risiko tinggi sebesar 5,2% dan risiko rendah sebanyak

94,8%.

2. Terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin, usia, gejala awal

PPOK, dan perilaku merokok dengan tingkat risiko untuk mengalami

PPOK dengan p-value bernilai kurang dari 0,05.

3. Tidak terdapat hubungan bermakna antara status pekerjaan dengan

tingkat risiko untuk mengalami PPOK dengan p-value = 0,224 (>0,05)

5.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mencakup populasi

yang lebih besar sehingga dapat dilakukan tindakan preventif pada

masyarakat yang termasuk dalam tingkatan risiko tinggi.

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan status pekerjaan pada

responden harus lebih spesifik untuk menilai ada atau tidaknya

hubungan antara status pekerjaan dengan tingkat risiko PPOK.

3. Untuk sampel dengan risiko tinggi, dapat dilakukan penelitian lebih

lanjut untuk menilai fungsi pernapasan menggunakan spirometri.

4. Untuk sampel dengan risiko tinggi, dapat dilakukan penelitian lebih

lanjut mengenai gaya hidup berisiko pada individu tersebut.

Page 47: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

34

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization, 2014. Chronic Obstructive Pulmonary

Disease. [Cited 26 Oct 2014] Available from :

www.who.int/tobacco/research/copd/en/index.html.

2. COPD International, 2014. COPD Statistics. [Cited 26 Oct 2014]

Available from: http://www.copd-international.com/library/statistics.html.

3. Raherison C, Girodet PO. (Review) Epidemiology of COPD. EurRespir

Rev. 2009;18:114,213-221.

4. Halbert RJ, Natoli JL, Gano A, Badamgraw E, Buist AS, Mannino DM.

Global burden of COPD: systematic review and meta-analysis.EurRespir

J. 2006;28:523-532.

5. Rycroft CE, Heyes A, Lanza L, Becker K. Epidemiology of chronic

obstructive pulmonary disease: a literature review. International Journal

of COPD. 2012;7:457-494.

6. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian Kesehatan RI; 2013.

7. Burge S, Wedzicha JA. COPD Exacerbations: Definitions and

Classifications.EurRespir J. 2003;21:46-53.

8. Akkermans RP, Biermans M, Robberts B, terRiet G, Jacobs A, van Weel

C, Wensing M, Schermer T. COPD Prognosis in Relation to Diagnostic

Criteria for Airflow Obstruction in Smokers. EurRespir J. 2014;43:54-63.

9. Agusti AGN, Noguera A, Sauleda J, Sala E, Pons J, Busquets X. (Review)

Systemic effects of chronic obstructive pulmonary disease. EurRespir J.

2003;21:347-360.

10. Patriani, Ana A., Paramastri I., Priyanto, M.A., 2010. Pemberdayaan

keluarga dalam rehabilitasi medic paru pada penderita penyakit paru

obstruktif kronik di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Yogyakarta.

Yogyakarta: Berita Kedokteran Masyarakat.

11. Karen D, Gerrad WF. Identifying chronic obstructive pulmonary disease in

primary care of urban underserved patients: tools, applications, and

challenges. J Natl med Assoc. 2010;102:570-578.

Page 48: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

 

35

12. Ralph S, RS Williams. Prospective medicine: the next health care

transformation. Acad Med. 2003;78:1079-1084.

13. Octaria P. Hubungan antara derajat merokok dengan kejadian PPOK

[skripsi]. Surakarta: FK Universitas Sebelas Maret; 2010.

14. De Marco R, Accordini S, Marcon A, et al. Risk factors for Chronic

Obstructive Pulmonary Disease in a European cohort of young adults.

American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. 2011:Vol

183.

15. Mosenifar Z, Kamangar N, Byrd RP. Chronic Obstructive Pulmonary

Disease Clinical Presentation. [Cited 18 Jul 2015]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/297664-clinical

16. Spruit MA, Singh SJ, Garvey C, et al. An Official American Thoracic

Society/European Respiratory Society Statement: Key Concepts and

Advances in Pulmonary Rehabilitation. American Journal of Respiratory

and Critical Care Medicine. 2013:Vol 188.

17. Penyakit Paru Obstruktif Kronik: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003.

18. Chronic Obstructive Pulmonary Disease COPD. American Lung

Association: State of Lung Disease in Diverse Communitites. 2010.

19. Centers for Disease Control and Prevention. Public Health Strategic

Framework for COPD Prevention. Atlanta, GA: Centers for Disease

Control and Prevention. 2011.

20. Qaseem A, Wilt TJ, Weinberger SE, et al. Diagnosis and Management of

Stable Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A Clinical Practice

Guideline Update from the American College of Physicians, American

College of Chest Physicians, American Thoracic Society, and European

Respiratory Society. American College of Physicians. 2011;155:179-191.

21. Rudolf M, O’Reilly J, Parnham J, et al. Chronic Obstructive Pulmonary

Disease: Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease in

Adults in Primary and Secondary Care. National Institute for Health and

Care Excellence. 2010:9-36.

Page 49: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

36

Lampiran 1. Surat permohonan komite etik

Page 50: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

   

   

37

Lampiran 2. Surat tanda terima komite etik

Page 51: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

38

Lampiran 3. Lembar surat persetujuan responden

KUESIONER PENELITIAN

Penilaian Tingkat Risiko dan Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik pada Masyarakat Binaan KPKM Buaran

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2015

SURAT PERSETUJUAN PARTISIPAN Assalamualaikum Wr.Wb.

Saat ini, kami mahasiswa/i Program Studi Pendidikan Dokter dalam Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah sedang melakukan penelitian

sebagai salah satu syarat menjadi sarjana kedokteran. Penelitian ini tentang penilaian

faktor risiko terhadap penyakit usia lanjut yaitu penyakit paru obstruktif kronik.

Pada penelitian ini kami akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang riwayat

kesehatan Bapak/Ibu dan keluarga. Setelah itu kami akan melakukan pemeriksaan berupa

berat badan, tinggi badan, gula darah puasa, kolesterol, dan tekanan darah.

Dengan surat ini, kami meminta persetujuan Bapak/Ibu untuk menjadi partisipan

penelitian kami. Data dari Bapak/Ibu hanya akan kami gunakan sebagai bahan penelitian

dan akan kami rahasiakan.

Atas pengertian dan pertisipasinya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Jakarta, 28 April 2015

Mengetahui,

Raka Petra Prazasta 1112103000074

Page 52: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 39

   

(lanjutan)

LEMBAR PERSETUJUAN PARTISIPAN

Setelah membaca penjelasan diatas, bahwa yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : _____________________________

Usia : ___________ tahun

Alamat : _____________________________

No. Hp : _____________________________

Dengan ini menyetujui menjadi partisipan dalam penelitian oleh mahasiswa/I

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Segala hal yang menyangkut

kerahasiaan tentang partisipan akan terjaga dengan baik oleh peneliti.

                         

Buaran, .… Mei 2015

(___________________)

Partisipan

Page 53: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

   

   

40  

Lampiran 4. COPD Risk Screener

Page 54: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

41

Lampiran 5. Kuesioner penelitian

KUESIONER PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF

KRONIK PADA MASYARAKAT BINAAN KPKM BUARAN FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2015

Silakan isi pada titik-titik yang tersedia dan centang pada pilihan yang sesuai

A. IDENTITAS RESPONDEN

NO. VARIABEL HASIL INDIKATOR

A01 Nama .....................................................................................

A02 Usia ........ tahun

o 30 - 34 tahun

o 35 - 39 tahun

o 40 - 44 tahun

o 45 - 49 tahun

o 50 – 54 tahun

o 55 - 59 tahun

o 60 - 64 tahun

o 65 - 69 tahun

o 70 – 74 tahun

o >75 tahun

A03 Jenis Kelamin o Perempuan

o Laki – laki

A04 Pekerjaan

o PNS

o Wiraswasta

o Karyawan

o Honorer

o TNI/ABRI/ POLISI

o Satpam

o Ibu Rumah Tangga

o Lainnya ..........

A05 Pendidikan

Terakhir

o Tidak

sekolah

o SD

o SMP

o SMA

o Sempat/sedang kuliah

o Diploma

o Sarjana

o Pascasarjana

Page 55: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

42  

   

(lanjutan)

B. RIWAYAT KESEHATAN PRIBADI

B01

Selama 4 minggu terakhir,

seberapa sering anda mengalami

sesak napas?

o Tidak pernah

o Jarang (kurang dari 10 kali)

o Beberapa kali (kurang dari 25

kali)

o Sering (lebih dari 25 kali)

o Setiap saat

B02

Ketika batuk, apakah anda pernah

mengeluarkan sesuatu seperti

dahak atau lendir?

o Jarang batuk

o Hanya ketika menderita flu dan

infeksi saluran napas

o Ya, beberapa hari per bulan

(5-7 hari)

o Ya, beberapa hari per minggu

(3-4 hari)

o Ya, setiap hari

                             

B03 Pilihlah jawaban yang sangat

mendeskripsikan keadaan anda

dalam 12 bulan terakhir.

“Aktivitas saya berkurang

karena permasalahan

pernapasan saya.”

Aktivitas : Pekerjaan yang biasa

anda lakukan sehari-hari

o Sangat tidak setuju

o Tidak setuju

o Tidak yakin

o Setuju

o Sangat setuju

Page 56: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

43  

   

(lanjutan)

C. KEBIASAAN

D01 Apakah Anda

seorang perokok?

o Saya bukan perokok (bila merokok

kurang dari 100 rokok dan tidak

merokok dalam 1 bulan terakhir)

o Saya sedang mencoba untuk berhenti

merokok (bila merokok lebih dari 100

rokok tetapi sudah tidak merokok dalam

1 bulan terakhir)

o Ya, saya seorang perokok (bila merokok

lebih dari 100 rokok dan tetap merokok

dalam 1 bulan terakhir)

D02

Apakah ada anggota

keluarga Anda

sering merokok di

dalam rumah?

o Tidak ada

o Ya, ada. Siapa Anda? .................

D03

Berapa jumlah

rokok yang Anda

konsumsi?

o Kurang dari 1 bungkus per hari

o 1-2 bungkus per hari

o Lebih dari 2 bungkus per hari

(sekitar......bungkus)

TERIMA KASIH

Page 57: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

44

Lampiran 6. Hasil uji validitas dan reliabilitas

1. Uji Validitas

                                                                                   

Correlations Total

Usia

Pearson Correlation .523**

Sig. (2-tailed) .003 N 31

Sesak

Pearson Correlation .795**

Sig. (2-tailed) .000 N 31

Lendir

Pearson Correlation

.829**

Sig. (2-tailed) .000 N 31

Masalah napas

Pearson Correlation .761**

Sig. (2-tailed) .000 N 31

Perokok

Pearson Correlation .707**

Sig. (2-tailed) .000 N 31

Total

Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed) N 31

Page 58: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

45  

   

(lanjutan)  

2. Uji Reliabilitas  

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item

Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted Usia .94 3.462 .156 .784 Sesak 1.45 3.189 .680 .548 Lendir 1.48 3.391 .756 .558 Masalah napas 1.39 3.312 .640 .568

Perokok 1.06 2.729 .385 .680  

 Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items

.678 5  

                                   

Page 59: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

46

 

Lampiran 7. Hasil uji statistik

ANALISIS UNIVARIAT

1. Sebaran karakteristik responden

UsiaFix

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

35-59 thn 109 81.3 81.3 81.3

≥ 60 thn 25 18.7 18.7 100.0

Total 134 100.0 100.0  

Gender

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki 41 30.6 30.6 30.6

Perempuan 93 69.4 69.4 100.0

Total 134 100.0 100.0  

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Bekerja 46 34.3 34.3 34.3

Tidak bekerja 88 65.7 65.7 100.0

Total 134 100.0 100.0  

Pendidikan terakhir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sarjana 2 1.5 1.5 1.5

SD 48 35.8 35.8 37.3

SMA 35 26.1 26.1 63.4

SMP 21 15.7 15.7 79.1

Tidak sekolah 28 20.9 20.9 100.0

Page 60: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

47  

   

 Sesak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Beberapa kali 2 1.5 1.5 1.5

Jarang 11 8.2 8.2 9.7

Sering 3 2.2 2.2 11.9

Setiap saat 4 3.0 3.0 14.9

Tidak pernah 114 85.1 85.1 100.0

Total 134 100.0 100.0  

Lendir

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Jarang batuk 53 39.6 39.6 39.6

Ketika ISPA 70 52.2 52.2 91.8

Ya, beberapa hari per bulan 4 3.0 3.0 94.8

Ya, setiap hari 7 5.2 5.2 100.0

Total 134 100.0 100.0  

PerokokAktif

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak 100 74.6 74.6 74.6

Ya 34 25.4 25.4 100.0

Total 134 100.0 100.0

(lanjutan)

MasalahNapas

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat setuju 3 2.2 2.2 2.2

Sangat Tidak setuju 65 48.5 48.5 50.7

Setuju 13 9.7 9.7 60.4

Tidak setuju 49 36.6 36.6 97.0

Tidak yakin 4 3.0 3.0 100.0

Total 134 100.0 100.0

Page 61: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

48  

   

     2. Analisis Bivariat  

CodingGender * RiskScoreCoding Crosstabulation

RiskScoreCoding Total

Rendah Tinggi

CodingGender

Laki-laki Count 35 6 41

Expected Count 38.9 2.1 41.0

Perempuan Count 92 1 93

Expected Count 88.1 4.9 93.0

Total Count 127 7 134

Expected Count 127.0 7.0 134.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 10.566a 1 .001 Continuity Correctionb 8.005 1 .005 Likelihood Ratio 9.763 1 .002 Fisher's Exact Test .003 .003

Linear-by-Linear Association 10.487 1 .001 N of Valid Cases 134

   

     

 

(lanjutan)

Risiko

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Risiko Rendah 127 94.8 94.8 94.8

Risiko Tinggi 7 5.2 5.2 100.0

Total 134 100.0 100.0

Page 62: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

49  

   

(lanjutan) UsiaFix * RiskScoreCoding Crosstabulation

RiskScoreCoding Total

Rendah Tinggi

UsiaFix

35-59 thn Count 106 3 109

Expected Count 103.3 5.7 109.0

≥ 60 thn Count 21 4 25

Expected Count 23.7 1.3 25.0

Total Count 127 7 134

Expected Count 127.0 7.0 134.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.209a 1 .007 Continuity Correctionb 4.781 1 .029 Likelihood Ratio 5.498 1 .019 Fisher's Exact Test .023 .023

Linear-by-Linear Association 7.155 1 .007 N of Valid Cases 134

 

SesakFix * RiskScoreCoding Crosstabulation

RiskScoreCoding Total

Rendah Tinggi

SesakFix

Pernah Count 123 2 125

Expected Count 118.5 6.5 125.0

Tidak pernah Count 4 5 9

Expected Count 8.5 .5 9.0

Total Count 127 7 134

Expected Count 127.0 7.0 134.0

Page 63: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

50  

   

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 49.366a 1 .000 Continuity Correctionb 39.070 1 .000 Likelihood Ratio 22.081 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 48.998 1 .000 N of Valid Cases 134

NapasFix * RiskScoreCoding Crosstabulation

RiskScoreCoding Total

Rendah Tinggi

NapasFix

Tidak setuju Count 116 2 118

Expected Count 111.8 6.2 118.0

Setuju Count 11 5 16

Expected Count 15.2 .8 16.0

Total Count 127 7 134

Expected Count 127.0 7.0 134.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 24.858a 1 .000 Continuity Correctionb 19.247 1 .000 Likelihood Ratio 14.804 1 .000 Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 24.673 1 .000 N of Valid Cases 134

Page 64: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

51  

   

(lanjutan)

LendirFix * RiskScoreCoding Crosstabulation

RiskScoreCoding Total

Rendah Tinggi

LendirFix

Tidak

Pernah

Count 121 2 123

Expected Count 116.6 6.4 123.0

Pernah Count 6 5 11

Expected Count 10.4 .6 11.0

Total Count 127 7 134

Expected Count 127.0 7.0 134.0

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 39.176a 1 .000 Continuity Correctionb 30.823 1 .000 Likelihood Ratio 19.353 1 .000 Fisher’s Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 38.883 1 .000 N of Valid Cases 134        

CodingPerokok * RiskScoreCoding Crosstabulation

RiskScoreCoding Total

Rendah Tinggi

CodingPerokok

Tidak

merokok

Count 99 1 100

Expected

Count 94.8 5.2 100.0

Merokok

Count 28 6 34

Expected

Count 32.2 1.8 34.0

Total

Count 127 7 134

Expected

Count 127.0 7.0 134.0

Page 65: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

52  

   

(lanjutan)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 14.202a 1 .000 Continuity Correctionb 11.039 1 .001 Likelihood Ratio 12.067 1 .001 Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 14.096 1 .000 N of Valid Cases 134  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 66: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

53

Lampiran 8. Dokumentasi

1. Pengecekan kuesioner, registrasi, dan pengukuran antropometri

2. Pemeriksaan gula darah dan kolesterol 3. Pemeriksaan nadi dan

tekanan darah

 

Page 67: PENILAIAN TINGKAT RISIKO DAN FAKTOR- FAKTOR YANG

 

54

Lampiran 9. Daftar riwayat hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Raka Petra Prazasta

Tempat, tanggal lahir : Palembang, 12 Mei 1995

Alamat : Jln. Kapt. A. Rivai, No. 175/26 Palembang

No. HP : 08997998071

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. SD Muhammadiyah 1 Palembang (2000-2006)

2. MTs Negeri 1 Palembang (2006-2009)

3. MA Negeri 3 Palembang (2009-2011)

4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-Sekarang)