84
Laporan Penelitian PENILAIAN GAMBAR “IMAJINATIF” SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR DENGAN INSTRUMEN NON TES Oleh: Tri Hartiti Retnowati 1

Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Citation preview

Page 1: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Laporan Penelitian

PENILAIAN GAMBAR “IMAJINATIF” SISWA KELAS III

SEKOLAH DASAR DENGAN INSTRUMEN NON TES

Oleh: Tri Hartiti Retnowati

FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2009

1

Page 2: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian: Penilaian Gambar “Imajinatif” Siswa Kelas III Sekolah

Dasar dengan Instrumen Non Tes

2. Personil Pelaksana Penelitian:a. Nama : Tri Hartiti Retnowati, M.Pd.

b. NIP : 130805119

c. Jabatan/golongan : Lektor Kepala/ IV c

d. Universitas : Universitas Negeri Yogyakarta

e. Fakultas/Jurusan/Prog. Studi : FBS/ Pendidikan Seni rupa

f. Alamat Kantor /telp. Fax/email: Karangmalang Ypgyakarta

Telp. (0274) 586168 psw 393

Fax. (0274) 54 8207

g. Alamat Rumah/Telp/e-mail : Gejayan Jl. Garuda 13 Condong

Catur, Sleman Yogyakarta

Telp. (0274) 880928

E-mail trie_hr @ uny.ac.id

h. Sumber Dana : DIPA FBS UNY

Besar Dana : Rp. 4.000. 000,00

Mengetahui, Yogyakarta, 27 September 2009

Dekan FBS UNY Peneliti,

Prof. Dr. Zamzani Tri Hartiti Retnowati, M.Pd. NIP. 130891328 NIP. 130805119

2

Page 3: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

ABSTRAK

Penilaian Gambar “Imajinatif” Siswa Kelas III Sekolah Dasar

Dengan Instrumen Non Tes

Oleh Tri Hartiti Retnowati

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penilaian gambar imajinatif siswa kelas III Sekolah Dasar dengan instrumen non tes yang terdiri dari instrumen penilaian diri dan instrumen penilaian kelompok. Hasil dari penilaian ini digunakan sebagai bahan dalam menentukan nilai akhir siswa yang mendekati objektivitas.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penetapan konstruk instrumen yang terdiri atas instrumen penilaian diri dan penilaian kelompok dilakukan melalui pendapat pakar pendidikan seni, pakar seni lukis anak, pakar pengukuran, dan praktisi lapangan. Subjek penelitian ini terdiri subyek ujicoba instrumen dan subyek pengambilan penilaian gambar imajinatif. Subyek ujicoba instrumen terdiri dari pendidik yang berjumlah 3 orang dan peserta didik kelas tiga yang berjumlah 60 orang di MIN Tempel. Subyek pengambilan penilaian gambar imajinatif terdiri dari seorang guru dan 40 siswa di SD Bhayangkara Yogyakarta. Penentuan koefisien reliabilitas instrumen penilaian dilakukan dengan menggunakan paket program genova berdasarkan teori Generalizability yang dikembangkan oleh Cric dan Brennan yang terdiri atas teori G (Generalized study) dan D (Decision study) yang komponen variansinya adalah person, rater, item, interaksi person dan rater, dan kesalahan, serta dengan koefisien interrater Cohen’s Kappa. Untuk menentukan adanya perbedaan rata-rata antara hasil penilaian tanpa dan dengan menggunakan instrumen non-tes digunakan Uji Beda t-Test dengan sample yang berhubungan.

Kesimpulan penelitian ini adalah penilaian gambar “imanjinatif” siswa kelas III sekolah dasar dengan instrumen non tes yang terdiri dari lembar penilaian diri dan lembar penilaian kelompok. Pengguna instrumen ini adalah pendidik sebagai rater. Komponen yang menjadi objek penilaian meliputi penilaian diri dan penilaian kelompok. Komponen penilaian diri 5 (lima) item, dan komponen penilaian kelompok 5 (lima) item. Karakteristik instrumen penilaian hasil belajar karya seni lukis anak yang mencakup validitas, reliabilitas, dan keterpakaian di SD telah teruji. Validitas telah teruji melalui pendapat para pakar bidang seni lukis, pakar bidang penilaian pendidikan, dan para praktisi lapangan. Reliabilitas telah teruji melalui teknik generalizeability theory (Teori G) dan interrater Cohen’s Kappa. Koefisien Genova untuk instrumen ini sebesar 0,70 dan koefisien Cohen’s kappa 0,74 telah memenuhi kriteria minimal yang dipersyaratkan yaitu 0,70. Adapun untuk membuktikan adanya perubahan hasil penilaian gambar imajinatif siswa dengan instrumen non-test digunakan uji beda t-test setelah sebelumnya terbukti kedua sampel berdistribusi normal. Berdasarkan uji tersebut, diperoleh t-hitung untuk penilaian diri sebesar -12.60 dan untuk penilaian kelompok sebesar -13.513 yang keduanya signifikan pada taraf 5%. Dengan demikian, hasil penilaian tanpa dan dengan menggunakan instrumen penilaian non-tes berbeda secara nyata.

3

Page 4: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perspektif pendidikan, seni dipandang sebagai salah satu alat atau

media untuk memberikan keseimbangan antara intelektualitas dengan sensibilitas,

rasionalitas dengan irrasionalitas, dan akal pikiran dengan kepekaan emosi. Bahkan

dalam batas-batas tertentu, seni menjadi sarana untuk mempertajam moral dan watak

seseorang (Rohidi, 2000: 55). Pendidikan seni bertujuan mengembangkan kedewasaan

diri anak didik yang utuh dan seimbang dengan cara memberikan perlakuan yang dapat

merangsang kepekaan estetik dan kreativitas peserta didik.

Kelompok mata pelajaran estetika merupakan pelaksanaan dari pendidikan

seni yang tergolong unik karena melekatnya "pengalaman estetik" pada diri seseorang.

Dalam pendidikan seni, pengalaman estetik merupakan sesuatu yang esensial. Menurut

Linderman (1984), pengalaman estetik mencakup pengalaman-pengalaman perseptual,

kultural, dan artistik.

Salah satu kegiatan seni yang dilaksanakan di sekolah dasar adalah seni lukis

yang merupakan bagian dari seni rupa. Kegiatan melukis bagi anak-anak seusia anak

sekolah dasar merupakan kegiatan naluriah dan menjadi kesenangan anak karena

muncul atas desakan perkembangan emosi artistik yang bersifat kodrati. Melukis

bagi anak-anak merupakan aktivitas psikologis dalam rangka mengekspresikan gagasan,

imajinasi, perasaaan, emosi, dan atau pandangan anak terhadap sesuatu.

Berdasarkan KTSP, kegiatan seni rupa yang diajarkan di kelas III sekolah

dasar adalah gambar imajinatif. Gambar imajinatif berkaitan dengan pengungkapan ide

4

Page 5: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

anak dalam menggambar. Untuk memberikan penilaian terhadap gambar imajintif,

diperlukan adanya instrumen non tes. Instrumen non tes ini dapat berupa penilaian diri

dan penilaian kelompok.

Kenyataan di lapangan menunjukkan penilaian diri dan penilaian kelompok

jarang dilakukan guru. Hal ini dikarenakan kurang tersedianya instrumen penilaian diri

dan kelompok yang baku. Oleh karena itu, diperlukan adanya instrumen penilaian non

tes yang terdiri dari instrumen penilaian diri dan kelompok yang valid dan reliabel.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana hasil penilaian gambar “imanjinatif” siswa kelas III sekolah

dasar dengan instrumen non tes?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penilaian gambar

imajinatif siswa kelas III Sekolah Dasar dengan instrumen non tes yang terdiri dari

instrumen penilaian diri dan instrumen penilaian kelompok.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian akan memberi sumbangan teori pada kriteria instrumen

penilaian non tes seni lukis siswa kelas III sekolah dasar yang teruji secara empirik.

Secara praktis hasil penelitian diharapkan akan menjadi acuan guru pengajar seni dalam

melakukan penilaian hasil karya seni lukis anak.

5

Page 6: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Seni Lukis dan Pembelajarannya di Sekolah Dasar

1. Pengertian dan Jenis Seni Lukis

Seni lukis merupakan bagian dari bidang seni rupa murni yang berwujud dua

dimensi, sehingga seni lukis merupakan karya yang terlepas dari unsur-unsur kegunaan

praktis. Lebih jelas lagi seni lukis merupakan suatu pengucapan pengalaman artistik

seseorang yang dicurahkan ke dalam bidang dua dimensi dengan menggunakan garis,

warna, bidang, dan tekstur. Seni lukis adalah salah satu lingkup seni murni berwujud

dua dimensi. Karya seni lukis yang juga sering disebut dengan lukisan, umumnya dibuat

di atas kain kanvas berpigura dengan bahan cat minyak, cat akrilik, atau bahan lainnya.

Objek dan gaya lukisan sangatlah beragam. Karya seni lukis bergaya naturalis (potret)

dibuat persis seperti objek aslinya, seperti pemandangan alam, figur manusia, binatang,

atau benda lainnya. Karya lukis bergaya ekspresionis (penuh perasaan) memiliki objek

benda atau figur yang dibuat dengan garis dan warna yang bernuansa emosi pelukisnya.

Lukisan bergaya abstrak berasal dari khayalan kreatif senimannya, bentuknya tidak

nyata, tersamar, bahkan kurang dimengerti oleh orang awam, tetapi mengandung

berbagai alternatif rupa yang baru (Soedarso, 2006: 97).

2. Langkah-langkah Pembelajaran Seni Lukis

Salah satu jalan untuk membentuk pribadi anak yang sensitif, kreatif, dan

ekspresif adalah melalui kegiatan berkarya seni rupa, salah satunya adalah dengan

berkarya seni lukis. Dalam proses membuat karya seni lukis, anak akan dapat mengenal

berbagai bahan, alat, dan teknik sehingga mereka dapat membuat berbagai karya lukis.

Untuk melaksanakan pembelajaran seni lukis pada peserta didik, perlu diketahui bahwa

6

Page 7: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

pada dasarnya setiap anak mempunyai potensi berkarya seni rupa yang berbeda-beda.

Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran seni lukis anak di sekolah dasar

menurut Ricci (1960: 302-307), agar dapat berkarya sesuai dengan minat, perhatian,

dan gairah anak untuk berkarya.

a. Pemberian Motivasi

Pemberian motivasi merupakan upaya yang dilakukan untuk membangkitkan

semangat dan minat anak terhadap tugas-tugas yang akan diberikan untuk dikerjakan.

Model-model motivasi sangat banyak tergantung pada tingkat usia anak, keadaan

lingkungan atau suasana, dan arah tujuan dari pembelajaran. Motivasi yang dapat

diberikan untuk anak usia sekolah dasar misalnya: berupa cerita baik cerita dongeng

maupun cerita yang sesuai dengan keadaan lingkungan mereka, nyanyian, sentuhan

suasana yang aktual, ataupun sebuah rekaman yang dapat mereka ungkapkan kembali.

b. Pemberian Peragaan

Peragaan merupakan mempertunjukkan atau menampilkan sebuah objek yang dapat

diamati dan diperbincangkan sesuai dengan tugas yang akan dikerjakan oleh anak.

Objek yang dapat dipertunjukkan dapat berupa contoh-contoh karya lukisan, baik

karya orang dewasa maupun karya anak-anak. Contoh karya tersebut bukan semata-

mata untuk dicontoh, melainkan untuk memperjelas keterangan dan sekaligus

memberikan daya tarik bagi anak. Dalam kegiatan ini anak juga dapat langsung diajak

mengamati dan menghayati karya-karya atau benda-benda yang ada disekitar mereka.

Proses interaksi antara pendidik dan peserta didik harus selalu dikondisikan dalam

suasana segar, bebas, dan gembira. Hal ini dilakukan agar anak selalu termotivasi

untuk mempersiapkan diri dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

7

Page 8: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

c. Pemberian Pelatihan

Pelatihan diberikan agar anak mempunyai pengalaman langsung dan diberi

kebebasan berekspresi menggunakan media yang telah tersedia. Pelatihan dapat

diberikan setelah anak memahami apa yang diperagakan dan memahami tugas yang

disampaikan oleh pendidik. Dalam hal ini anak diberi kebebasan menerima makna

tugas dan mencoba menggunakan media yang ada. Dalam proses pelatihan ini terjadi

alur penciptaan yang meliputi penyusunan konsep dan penuangan ide,

pengorganisasian unsur-unsur visual seperti pemilihan objek dan penyusunan

komposisi, pengenalan dan percobaan penggunaan media, dan diakhiri dengan tahap

penyelesaian.

d. Pemantauan

Pemantauan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana anak-anak dapat berekspresi

menggunakan media yang ada. Pada tahap ini pendidik sangat berperan penuh,

bertindak sebagai “Tut Wuri Handayani”. Pendidik pada mulanya melakukan

bimbingan secara klasikal atau kelompok, namun lebih mengarah pada bimbingan

individual. Dalam pemantauan, pendidik dapat berdiskusi langsung dengan setiap

anak sesuai dengan tingkat permasalahan atau kesulitan yang dihadapinya. Diskusi

lebih mengerah pada pemberian stimulasi untuk menemukan pemecahan

permasalahan yang terdapat pada anak.

e. Pemaparan Karya Seni Lukis Anak

Akhir dari proses pembelajaran seni lukis adalah megumpulkan karya anak kemudian

memilih karya yang dapat dipamerkan atau dipertunjukkan untuk dapat diamati secara

bersama-sama, apabila memungkinkan karya-karya tersebut dapat dibahas, dikaji, dan

didiskusikan oleh anak. Dapat juga anak diberi kesempatan untuk menceritakan hasil

8

Page 9: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

lukisannya sendiri. Melalui tahap ini, pendidik dapat memberikan pujian untuk hasil

karya yang dikerjakan dengan baik. Tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap evaluasi

karya.

B. Pengertian Gambar Imajinatif

Menggambar imajinatif adalah salah satu kegiatan menggambar/melukis

yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyatakan daya khayalnya

(Salam, 2001: 50) . Hal-hal yang tidak ditemukan secara nyata di dunia ini ditampilkan

oleh peserta didik melalui gambar imajinasi. Sebagai contoh, peserta didik

menggambar laba-laba raksasa yang besarnya melebihi ukuran pesawat terbang, piring

yang bisa terbang, manusia berkepala kuda , dan sebagainya.

Merupakan hal yang terpenting dalam melukis untuk anak sekolah dasar

adalah keberanian, kemauan, dan ketrampilan peserta didik dalam menggunakan bahan

dan alat. Bahan dan alat yang dimaksud disini adalah bahan dan alat yang digunakan

untuk mencetuskan ide, gagasan gejolak perasaan/emosi, dan imajinasi yang diperoleh

dari apa yang dilihat, didengar, diraba secara langsung maupun tidak langsung. Bahan

dan alat tersebut adalah kertas, kanvas, kuas, tinta, cat air, cat akrilik, cat minyak,

pewarna alami misal daun, buah, dan sebagainya. Hasil gambar peserta didik

merupakan wujud dari kreativitas dan ketrampilannya.

C. Gambar Imajinatif dalam KTSP

Dalam kurikulum KTSP, mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan

adalah nama dari kelompok mata pelajaran Estetika yang dilaksanakan pada tingkat

Sekolah Dasar. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 (Peraturan Pemerintah, 2005)

9

Page 10: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

disebutkan tujuan mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan adalah untuk

meningkatkan sensitifitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan

mengapresiasi keindahan dan harmoni.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Seni Budaya dan

Kerajinan Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006

yang meliputi kegiatan apresiasi dan kreasi untuk kelas III Sekolah Dasar secara

lengkap sebagai berikut:

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Seni Budaya dan Kerajinan Sekolah Dasar Berdasarkan KTSP 2006

Kelas III, Semester 1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

Seni Rupa

1. Mengapresiasi karya 1.1 Menjelaskan symbol dalam karya seni rupa dua dimensi

seni rupa 1.2 Menunjukkan sikap apresiatif terhadap symbol dalam

karya seni rupa dua dimensi

2. Mengekspresikan diri 2.1 Mengekspresikan diri melalui gambar imajinatif

melalui seni rupa. Mengenai diri sendiri

2.2 Mengekspresikan diri melalui gambar dekoratif dari motif

Hias daerah setempat

Kelas III, Semester 2

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

Seni Rupa

1. Mengapresiasi karya 1.1 Menjelaskan simbol dalam karya seni rupa tiga dimensi

seni rupa 1.2 Menunjukkan sikap apresiatifterhadap simbol dalam karya seni rupa tiga dimensi

2. Mengekspresikan diri 2.1 Mengekspresikan diri melalui gambar imajinatif

melalui karya seni rupa mengenai alam sekitar

2.2 Memberi hiasan/warna pada benda tiga dimensi

Pada kompetensi dasar di atas, disebutkan bahwa mengekspresikan diri

melalui karya gambar imajinatif, dilaksanakan pada kelas tiga semester satu dan dua.

10

Page 11: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

D. Penilaian Non Tes dalam Pendidikan Seni

Kemampuan peserta didik yang dikembangkan dalam pendidikan seni rupa

lebih banyak dalam bentuk penampilan yang sulit diukur dengan tes, yaitu terutama

penampilan-penampilan peserta didik dalam aspek afektif dan psikomotorik. Dengan

instrumen teknik non tes akan diperoleh data akurat dengan tidak kehilangan aktivitas

dan aktualisasi diri peserta didik. Non tes digunakan tatkala pengertian evaluasi tidak

sekedar identik dengan testing tetapi mempunyai pengertian yang lebih luas yaitu suatu

proses penentuan nilai-nilai fenomena-fenomena yang secara edukasional relevan

(Eisner, 1972: 204).

Teknik non tes bukannya tidak mengandung kelemahan seperti halnya

teknik, cara maupun metode yang lain, tetapi apabila dikembangkan secara kreatif dan

diinterpretasi secara bijaksana dapat memberikan informasi evaluatif yang memiliki

tingkat kesahihan (valid) tinggi.

Dalam pendidikan seni rupa, penguasaan teoritis kesenirupaan dan

keterampilan-keterampilan bersifat non ekspresif, misalnya apresiasi, bagaimana

menyiapkan alat-alat dan bahan untuk melukis, menyiapkan bahan dan alat untuk

membuat patung, dan sebagainya. Relatif tidak sulit untuk ditetapkan kriteria

keberhasilan peserta didik yang dapat dikenakan pada hasil belajar yang dapat diukur

secara objektif melalui tes. Tetapi kegiatan-kegiatan seni rupa yang bersifat ekspresif-

kreatif-estetis sulit untuk terlebih dahulu ditetapkan kriteria keberhasilan objektif yang

dapat diberlakukan secara klasikal.

Tidak mudah orang meramalkan secara pasti yang akan terjadi sebagai hasil

aktivitas tersebut, seperti kemungkinan-kemungkinan ekspresif-kreatif-estetis dari

lukisan, patung, seni garfik, dan lain sebagainya. Inspirasi-inspirasi, penemuan-

11

Page 12: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

penemuan ide, simbol-simbol personal, kemungkinan-kemungkinan penciptaan yang

tidak terduga sebelumnya yang muncul dalam proses berekspresi dan berkreasi dengan

media seni rupa merupakan hasil pendidikan seni rupa yang sulit diterapkan kriteria

ekstrinsik dalam tujuan pendidikan, seperti dikatakan oleh Eisner (1972: 211) sebagai

berikut: “Many of the most highly prized outcomes of art education are not capable of

being stated in advance in the form of instruction objectives”. Penilaian di bidang ini

lebih tepat tidak dengan penggunaan kriteria yang ditentukan terlebih dahulu untuk

standar pencocokkan tingkah laku atau hasil kerja peserta didik, melainkan dengan

usaha menemukan kualita-kualita berharga dalam proses dan hasil kerja peserta didik.

Usaha menemukan kualita-kualita berharga dari proses dan hasil kerja peserta didik

dalam hal ini lebih banyak dapat ditempuh lewat non tes.

Bentuk instrumen non tes antara lain chek-list, rating scale, dan catatan

anecdotal. Mekanisme penggunaan instrumen-instrumen tersebut pada dasarnya adalah

sepenuhnya di tangan pendidik. Data yang terkumpul adalah data yang tertangkap oleh

kacamata pendidik. Mengingat kepekaan kacamata pendidik yang relatif terbatas dan

bahwa proses dan hasil penciptaan karya seni rupa menyangkut segi jiwani yang

kompleks, dapat dipastikan bahwa selalu ada data evaluatif yang sebenarnya relevan

tetapi tidak sempat tertangkap oleh kacamata tersebut. Karya seni rupa peserta didik

sebagai visualisasi visi dan idea peserta didik tidak selalu dengan mudah dapat dibaca,

terutama hal-hal yang sangat bersifat personal seperti: kelancaran dan kepuasan

ekspresinya, tentang nilai-nilai baru yang dapat dipetik dari pengalaman mencipta, dan

alasan-alasan kondisional lainnya. Hal-hal yang bersifat personal dalam aktivitas

penciptaan tersebut merupakan data pelengkap yang sangat diperlukan dalam rangka

usaha penilaian untuk melihat peserta didik secara objektif.

12

Page 13: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Untuk keperluan tersebut De Francisco-Italio (1958: 224-227)

mengembangkan apa yang disebut: Pupil’s Self-Evalution Form, yaitu suatu format

yang dapat digunakan peserta didik untuk menerangkan hasil kegiatannya dalam bidang

seni rupa sesuai dengan pendapat dan perasaannya. Disini dapat dituliskan juga tentang

alasan-alasan dari pendapat dan keterangan yang diberikan tentang karyanya seperti

pada contoh format Gambar 1 di bawah ini.

PUPIL’S SELF EVALUATION FORMPupil ‘s Name __________________ Date ____________Grade _________________________

Very Good

Good Fair Poor Reasons I Think So

I think my picture isI think my

linoleum cut isI think my

illustration isI think my

modeling isI think myweaving is

Gambar 1. Pupil’s Self Evaluation Form(Sumber: Francisco, 1958: 227)

Melalui pengisian format seperti di atas oleh peserta didik, pendidik seni

rupa dapat mengumpulkan data yang mungkin tidak terjaring oleh kacamatanya, tetapi

merupakan sesuatu yang dihayati oleh peserta didik yang bersangkutan.

Sesungguhnyalah penilaian atas karyanya sendiri merupakan hal yang

penting dalam bidang seni. Pendidik harus mempertimbangkan baik perkembangan

personal maupun perkembangan akademik. Peserta didik perlu memahami proses

pembelajaran, dan pendidik memahami apa yang dianggap peserta didik menarik atau

penting dalam sebuah tugas yang diberikan Dalam hal ini perlu peserta didik menjadi

mengetahui tentang dirinya sendiri.

13

Page 14: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Selain dengan menggunakan format seperti di atas, untuk mendapatkan

masukkan data evaluatif dari pihak peserta didik De Francesco, Italo menggunakan

yang disebut The Jury System yaitu, penjurian oleh sekelompok peserta didik

bergantian menilai karya-karya seni rupa di kelasnya dan dapat pula dilengkapi dengan

class discussion system yaitu diskusi kelas untuk membahas karya-karya tersebut.

Tentunya semua ini sesuai dengan tingkat perkembangan paserta didik tersebut. Data

yang terkumpul di atas tidak saja bermanfaat untuk melengkapi pertimbangan

penentuan hasil penilaian, tetapi juga diperlukan dalam rangka peningkatan bimbingan

peserta didik selanjutnya.

Untuk melengkapi objektivitas penilaian Eisner (1972: 223-204)

menyarankan penggunaan format penilaian oleh peserta didik sendiri yang disebut:

Student Self-evaluation form yang dapat memberikan informasi dari tiap peserta didik,

apakah suatu kegiatan seni rupa itu menarik atau membosankan, mudah atau sulit,

bermanfaat atau tidak, hasilnya baik atau buruk, serta pengalaman-pengalaman berharga

mana yang berhasil dipelajari dalam kegiatan tersebut dan seterusnya seperti dapat

dilihat pada format sebagai berikut:

Student Self-Evaluation Form

Gambar 2. Student Self Evaluation Form (Sumber: Eisner, 1972: 203)

14

Name _________________________________Date __________________________________Name of Project ________________________________Date Completed ________________________________1. I thought this project was: Boring ___ ___ ___ ___ ___ Exciting2. I found the work on it: Easy ___ ___ ___ ___ ___ Difficult3. I think I learned: A lot ___ ___ ___ ___ ___ A little From this project4. This project was my: Worst piece Best piece of work ___ ___ ___ ___ ___ of work5. The most important things I got out of this project were: ______________________________________________________________________________________________________________________________

Page 15: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Dengan pengisian dan pengumpulan format di atas, pendidik dapat

memperoleh informasi tentang pengaruh suatu kegiatan seni rupa bagi para peserta

didik. Menurut Barrett: “ In art the pupils perception of the learning process is the

starting point for teaching” and “we must ask not only what we need to know as

teachers but what the puplles need to know about themselves”. Dengan demikian proses

pembelajaran merupakan titik tolak untuk pengajaran dan sebagai pendidik harus

menanyakan tidak hanya apa yang perlu diketahui oleh pendidik, melainkan juga apa

yang perlu peserta didik ketahui tentang dirinya sendiri.

Berdasarkan pengisian format di atas, apa yang telah berhasil mereka

pelajari dari kegiatan tersebut, kadar keterlibatan mereka dalam kegiatan, tingkat

kepuasan mereka dan lain sebagainya. Kumpulan format-format yang masuk ketangan

pendidik setiap kali selesai kegiatan akan merupakan rekaman data penilaian peserta

didik sendiri terhadap perkembangannya secara kontinyu dalam olah seni rupa selama

satu satu tahun akademik berlangsung.

Selanjutnya Eisner sebagaimana menurut De Francesco Italo,

menyarankan penggunaan teknik lain yang juga berguna untuk evaluasi dalam

pendidikan seni rupa adalah apa yang disebutnya The Group Critique, yaitu peserta

didik diminta menunjukkan satu atau dua karya mereka secara bergiliran, kemudian

yang bersangkutan diminta menjelaskan karyanya dan selanjutnya kelompok peserta

didik yang lain memberikan respons dalam bentuk bahasan kritis. Beberapa keuntungan

dengan cara demikian adalah: pertama, para peserta didik mendapatkan kesempatan

untuk mengungkapkan apa yang telah dilakukan atau dihasilkan dari suatu kegiatan

berkarya, dengan demikian terkembangkan sikap oto kritis peserta didik. Kedua,

prosedur demikian memungkinkan peserta didik secara sistematis mengetahui

15

Page 16: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

bagaimana perkembangan peserta didik yang lain. Bagaimana mereka menangani

problem-problem, kegagalan-kegagalan, dan keberhasilan-keberhasilan dalam berkarya.

Dengan demikian terkembangkan sikap apresiatif peserta didik. Ketiga, prosedur

demikian memberikan kesempatan dan bahan bagi pendidik untuk menggunakan

komentar-komentar peserta didik sebagai masukkan diagnostik dan remedial.

16

Page 17: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif dan kualitatif. Pelaksanaan penelitian melalui 2 tahap yaitu ujicoba instrumen

untuk mendapatkan instrumen non-tes yang valid dan reliabel dan penggunaan

instrument non-tes untuk menilai hasil gambar imajinatif siswa. Pendekatan kuantitatif

dilakukan untuk menentukan reliabilitas instrumen non-tes, sedangkan pendekatan

kualitatif dilakukan untuk menentukan hasil penilaian gambar imajinatif siswa sekolah

dasar dengan instrumen non-tes yang terdiri dari instrumen penilaian diri dan instrumen

penilaian kelompok.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian terdiri dari subjek uji coba instrumen yaitu pendidik dan

peserta didik kelas III Sekolah Dasar MIN Tempel dengan 60 siswa dan 3 guru, dan

subjek untuk pengambilan hasil penilaian gambar imajinatif dengan instrumen non tes

yaitu SD Bhayangkari Yogyakarta dengan 40 siswa dan seorang guru.

C. Jenis Instrumen Pengumpul Data

Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar

penilaian gambar imajinatif siswa yang terdiri dari lembar penilaian diri dan lembar

penilaian kelompok. Kedua lembar penilaian tersebut masing-masing terdiri dari 4 buah

pertanyaan pilihan ganda dan 1 buah pertanyaan terbuka untuk mengungkapkan

pendapat siswa secara bebas tentang gambar yang dinilainya.

D. Teknik Analisis Data

Pengujian konstruk instrumen dilakukan melalui pendapat para pakar

bidang seni lukis, pakar bidang penilaian pendidikan, dan para praktisi lapangan.

17

Page 18: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Pertemuan dengan kelompok yang berbeda dilakukan tiga kali untuk memperoleh

masukan yang lebih banyak sehingga diperoleh hasil yang dapat diandalkan.

Penentuan koefisien keandalan instrumen penilaian dilakukan dengan

menggunakan paket program komputer Genova berdasarkan teori generalizeability yang

dikembangkan oleh Crick dan Brennan pada tahun 1983 yang disebut dengan A

Generalized Analysis of Variance System. Pada teori ini ada G (generalized study) dan

D (decision study). Pada G-study dilakukan estimasi sejumlah varians komponen.

Banyaknya komponen ditentukan oleh model yang digunakan. Hasil dari G-study

digunakan pada D-study. Menurut Brennan (1983: 3), D-study menekankan estimasi,

penggunaan, dan interpretasi dari varians komponen untuk membuat keputusan, dengan

prosedur pengukuran yang baik. Hal yang penting pada D-study adalah spesifikasi dari

generalisasi universe, yaitu universe berlakunya generalisasi D-study dengan suatu

prosedur pengukuran tertentu.

Penelitian ini menggunakan GENOVA yang komponen variansnya

adalah person, rater, item, interaksi person dan rater, dan kesalahan. G study-nya

menggunakan rancangan bersarang (nested design) dan D-study-nya juga menggunakan

rancangan bersarang (nested design). Penelitian ini menggunakan satu facet p x(i: r) G-

study yang bersarang untuk mengestimasi varians komponen, varians kesalahan,

generalizeability dan koefiesien phi untuk one-facet, nested, i: r D-study. Varians

komponen yang berbaur pada rancangan bersarang (p, r:i,e) adalah jumlah varians

komponen dalam G-study bersarang yang dapat ditulis sebagai berikut.

Keterangan:

p = person

r = guru/rater

18

Page 19: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

i = itemr:i = rater bersarang pada item

e = kesalahan

Setelah varians komponen diperoleh, termasuk varians kesalahan, maka

dapat diestimasi varians sebenarnya (true variance). Selanjutnya dapat diestimasi

besarnya indek keandalan hasil pengukuran, yaitu rasio varians sebenarnya terhadap

varians keseluruhan komponen. Estimasi varians setiap komponen dan besarnya indeks

keandalan hasil pengukuran dengan instrumen yang dikembangkan peneliti

menggunakan paket program GENOVA.

Rancangan yang digunakan untuk G-study adalah px(i:r), yaitu item

bersarang pada rater, penilai dalam menilai hasil karya lukis anak berinteraksi dengan

anak yang bersarang pada item. Cara penilai (rater) dalam menilai karya lukis anak (p)

tergantung pada pendapat penilai terhadap item yang dinilai, sehingga dikatakan rater

bersarang pada item. Rancangan px(r:i) ini berdasarkan analisis varians efek random

memiliki efek utama: p, r, r:i dan efek interaksinya adalah pi, pr bersarang pada i. Jadi

ada varians person, varians rater, dan varians penilai bersarang pada i untuk efek

utama, sedang untuk efek interaksinya adalah varians person item, varians rater yang

bersarang pada item. Besarnya varians r bersarang pada i dapat ditulis sebagai berikut.

σ²(r : i) = σ²(r, ri)= σ²(r) + σ²(ri)

Besarnya koefisien keandalan instrumen penilaian adalah:

σ²(p)

Eρ² = ——————

σ²(p) + σ²(δ)

Eρ² adalah nilai harapan koefisien keandalan instrumen,

19

Page 20: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

σ²(p) adalah varians person (peserta didik),

σ²(δ) adalah varians kesalahan.

Varians kesalahan terdiri atas varians rater, varians item, dan varians

interaksi rater item. Besarnya varians ini diestimasi dengan menggunakan teknik

analisis varians rancangan efek random.

Untuk melihat reliabilitas dari kriteria instrumen penilaian seni lukis anak

hasil uji coba, digunakan analisis koefisien interrater. Koefisien interrater adalah salah

satu sarana untuk melihat tingkat konsistensi atau keajegan antar rater dalam

memberikan rating terhadap unjuk kerja karya seni lukis siswa. Untuk keperluan ini,

digunakan koefisien Cohen’s Kappa.

Setelah instrumen penilaian diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya

melalui serangkaian uji statistik, kemudian instrumen tersebut digunakan untuk menilai

gambar imajinatif siswa di SD Bhayangkari Yogyakarata. Untuk melihat adanya

perubahan penilaian gambar imajinatif siswa, maka dilakukan uji beda t-test. Sebelum

melakukan Uji Beda t-Test, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau

residual memiliki distribusi normal. Hal ini dikarenakan uji beda t-test mengasumsikan

nilai residual mengikuti distribusi nrmal. Uji statistik yang dilakukan untuk normalitas

adalah dengan melihat kurtosis dan skewness dari residual. Nilai z untuk skewness dan

nilai z untuk kurtosis dihitung dengan rumus:

20

Page 21: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Dengan N menyatakan jumlah sampel. Jika Z hitung > Z tabel, maka distribusi tidak

normal. Untuk taraf singnifikansi 5% nilai Z tabel=1.96. (Imam Ghazali, 2009: 147-

150).

Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang

berhubungan memiliki rata-rata yang berbeda. Dalam hal ini, kedua rata-rata yang akan

dibandingkan adalah rata-rata nilai tanpa menggunakan instrumen non-tes dan rata-rata

nilai dengan instrumen non-tes. Menurut Imam Ghazali (2009: 60) uji beda t-test

dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan

standar error dari perbedaan rata-rata dua sampel atau secara umum dapat ditulis

sebagai berikut:

Rata-rata sampel pertama – rata-rata sampel keduat =

Standar error perbedaan rata-rata kedua sampel

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah

= Rata-rata nilai gambar imajinatif siswa tanpa dan menggunkan instrumen sama

= Rata-rata nilai gambar imajinatif siswa tanpa dan menggunkan instrumen sama

21

Page 22: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

1. Data Uji Coba

Bagian ini mendeskripsikan tentang hasil uji coba penggunaan instrumen

penilaian non tes yang diujicobakan kepada tiga orang guru sebagai rater atau penilai

terhadap penilaian karya seni lukis. Komponen-komponen yang digunakan sebagai

acuan untuk melakukan rating oleh para rater telah diperoleh dari hasil pengembangan

pada tahap sebelumnya dan dikenal dengan produk tentatif instrumen penilaian karya

seni lukis.

Instrumen penilaian non tes ini terdiri atas dua komponen utama yakni

penilaian diri dan penilaian kelompok. Hasil ujicoba instrumen ini disajikan pada

bagian analisis data. Kegiatan uji coba ini dipaparkan data hasil uji coba pada kedua

kawasan tersebut. Data uji coba terdiri dari 2 (dua) komponen yaitu (1) data uji coba

komponen penilaian diri, dan (2) data uji coba komponen penilaian kelompok.

Hasil analisis G study digunakan untuk mengetahui koefisien reliabilitas alat

penilaian yang dikembangkan serta estimasi komponen variansi kesalahan yang

diakibatkan oleh berbagai sumber variansi, dalam pengembangan ini yakni sumber

variansi murid (P), penilai (R) dan item kriteria penilaian (I). Setelah koefisien G dapat

diketahui, maka pada tahapan analisis lanjut (analisis D study) akan didapatkan

informasi tentang keputusan seberapa jauh penggunaan instrumen yang telah diuji

memiliki keberlakuan pada faset yang lebih luas terutama menyangkut kesamaan

22

Page 23: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

kondisi pengukuran, dan dapat diterimanya kondisi faset tersebut bagi rater atau penilai

yang lain.

a. Hasil Analisis Genova Untuk Estimasi Komponen Variansi

1) Analisis Estimasi Komponen Varians Penilaian Diri

Rangkuman analisis G study dari data uji coba komponen penilaian diri

dapat disajikan sebagaimana pada Tabel 2. Hasil rangkuman analisis G study untuk

penilaian diri di kelas 3 menunjukkan bahwa estimasi skor true variance dari faset yang

berkaitan dengan objek pengukuran (universe of admissible observations) komponennya

lebih banyak pada sumber variansi kesalahan pengukuran komponen penilai (R) dan

proporsi komponen item yang nested pada penilai (I:R). Sumber varians penilai

(R) memiliki proporsi komponen varians di kelas 3 sebesar 45,45%. Sumber variansi

Tabel 2Estimasi Komponen Variansi Siswa, Penilai, Kriteria Penilaian dari Uji Kelompok

Siswa ( ) untuk Penilaian Diri

Sumber Variansi Kelas JK1 JK2 db KR Varian % Total Varian

Murid (P) 3 171313,13 4168,44 59 70,65 3,11 1,15Penilai (R) 3 256501,66 89356,96 2 44678,48 122,97 45,45I:R 3 349803,92 93302,26 12 7775,19 129,37 47,82PR (Interaksi Murid dan Penilai)

3 263505,40 2835,30 118 24,03 2,23 0,82

PI:R ( Interaksi Murid dan Item Nested pada Penilai)

3 365927,00 9119,34 708 12,88 12,88 4,76

Total 3 1407051,10 198782,30 899 52561,23 270,56 100,00

Catatan: JK1 = sums of squares for mean scores; JK2 = sums of squares for score effects.

komponen item yang bersarang pada penilai (I:R) mempunyai proporsi komponen

varians di kelas 3 sebesar 47,82%.

Kondisi yang demikian dapat dimaknai bahwa faset yang berkaitan dengan

objek pengukuran untuk penilaian diri, yang dominan sebagai komponen variansi

kesalahan pengukuran adalah penilai atau rater (R) dan item yang nested pada penilai

23

Page 24: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

(I:R). Sumber variansi komponen variansi kesalahan pengukuran yang lain yakni murid

(P), interaksi murid dengan penilai (PR), interaksi murid dan item nested pada penilai

(PI:R) proporsi komponen variannya tampak lebih kecil terhadap variansi hasil

penilaian proses kualitas karya seni lukis dibanding pengaruh kedua sumber variansi

penilai (R) dan kriteria penilaian yang bersarang pada penilai (I:R).

Penerapan alat penilaian karya seni lukis untuk komponen penilaian diri,

ternyata peranan penilai (R) dan item yang nested pada penilai (I:R) tetap merupakan

sumber variansi kesalahan pengukuran yang dominan seperti halnya pada penilaian

proses maupun produk. Untuk itu masih dibutuhkan juga latihan dan pengalaman bagi

penilai dalam menggunakan alat penilaian produk untuk menilai kualitas karya seni

lukis siswa untuk dapat meningkatkan tingkat konsistensi dan keajegan hasil penilaian

serta tingkat kesepakatan pemahaman terhadap konstruk sasaran penilaian karya seni

lukis untuk komponen penilaian diri di antara para penilai.

2) Analisis Estimasi Komponen Varian Komponen Penilaian Kelompok

Rangkuman analisis G study dari data uji coba komponen penilaian kelompok

dapat disajikan sebagaimana pada Tabel 3. Hasil rangkuman analisis G study untuk

penilaian kelompok di kelas 3 menunjukkan bahwa estimasi varian true skor yang

terbesar dari faset yang berkaitan dengan objek pengukuran (universe of admissible

observations) adalah sumber varians kesalahan pengukuran komponen penilai (R)

dengan proporsi komponen varian di kelas 3 sebesar 62,39%. Kemudian berikutnya

adalah sumber varians kesalahan pengukuran untuk komponen item yang nested pada

penilai (I:R) dengan proporsi komponen varians di kelas 3 sebesar 27,77%.

24

Page 25: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Tabel 3Estimasi Komponen Variansi Siswa, Penilai, Kriteria Penilaian dari Uji Kelompok

Siswa ( ) untuk Penilaian Kelompok

Sumber Variansi Kelas JK1 JK2 db KR Varian % Total Varian

Murid (P) 3 151769,67 4595,13 59 77,88 2,92 1,10Penilai (R) 3 255372,21 108197,68 2 54098,84 165,48 62,39I:R 3 308648,88 53276,67 12 4439,72 73,65 27,77PR (Interaksi Murid dan Penilai)

3 263997,80 4030,45 118 34,16 2,74 1,03

PI:R ( Interaksi Murid dan Item Nested pada Penilai)

3 331741,00 14466,53 708 20,43 20,43 7,70

Total 3 1311529,60

184566,46 899 58671,03 265,22 100,00

Catatan: JK1 = sums of squares for mean scores; JK2 = sums of squares for score effects.

Sumber varians komponen yang lain yakni murid (P), interaksi murid dengan

penilai (PR), interaksi murid dan item bersarang pada penilai (PI:R) proporsinya tampak

lebih kecil terhadap varians hasil penilaian kelompok kualitas karya seni lukis

dibanding pengaruh kedua sumber varians penilai (R) dan kriteria penilaian yang

bersarang pada penilai (I:R). Kondisi yang demikian berarti faset yang berkaitan dengan

objek pengukuran untuk penilaian kelompok, varians kesalahan pengukuran yang

dominan adalah penilai atau rater (R) dan item yang bersarang pada penilai (I:R).

Dengan demikian penerapan alat penilaian karya seni lukis untuk komponen

penilaian kelompok, peranan penilai (R) tetap merupakan sumber variansi kesalahan

pengukuran yang terbesar seperti halnya pada komponen penilaian lainnya. Untuk itu

masih dibutuhkan juga latihan dan pengalaman bagi penilai dalam menggunakan alat

penilaian kelompok untuk menilai kualitas karya seni lukis siswa untuk dapat

meningkatkan tingkat konsistensi dan keajegan hasil penilaian serta tingkat kesepakatan

pemahaman terhadap konstruk sasaran penilaian karya seni lukis untuk komponen

penilaian kelompok di antara para penilai.

25

Page 26: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Berdasarkan analisis komponen varians untuk dapat terbentuknya faset

pengukuran yang berkaitan dengan objek pengukuran (universe of admisible

observations) kualitas karya seni lukis di kelas 3 pada semua komponen penilaian

(penilaian diri dan penilaian kelompok), dapat disimpulkan bahwa komponen penilai

(R) atau guru dan kriteria penilaian yang nested pada penilai (I:R) merupakan sumber

varians komponen varians kesalahan pengukuran yang utama. Oleh sebab itu dalam

pengembangan ini, kedua sumber variansi ini harus diperhatikan secara seksama dalam

usaha menyempurnakan alat penilaian kualitas karya seni lukis.

Hasil analisis komponen varians untuk penilaian proses, produk, penilaian

diri dan penilaian kelompok, di atas memberi petunjuk bahwa pengembangan alat

penilaian kualitas karya seni lukis sudah menunjukkan indikasi kebermaknaan untuk

digunakan sebagai sarana melakukan observasi. Untuk mengetahui apakah hasil

pengembangan tersebut telah memenuhi standar minimal, dipakai persyaratan minimal

koefisien G Sebesar 0,70 (Linn,1989:106) agar memenuhi syarat bagi penggunaan

pada faset yang lebih luas. Untuk maksud tersebut dilakukan analisis lanjut terhadap

hasil Genova (koefisien G) dan analisis tingkat perubahan koefisien G pada level

analisis hasil D study. Hasil Analisis dipaparkan pada uraian berikut.

b. Analisis Data Hasil G Study (Koefisien G)

Hasil G study untuk mengetahui tingkat kebermaknaan penggunaan alat

penilaian kualitas karya seni lukis dari uji coba di lapangan dapat dirangkum pada Tabel

4. Koefisien G dari komponen-komponen penilaian kualitas karya seni lukis hasil uji

coba menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengembangan model instrumen

penilaian kualitas karya seni lukis dapat diterima untuk digunakan melakukan

penilaian pada faset yang lebih luas atau dengan kata lain telah memenuhi untuk

26

Page 27: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

kepentingan faset pengukuran yang berkaitan dengan objek pengukuran (universe of

admissible observations) pada kualitas karya seni lukis anak yakni ditunjukkan oleh

indeks koefisien G sebesar 0,71. Jika dilihat dari karakteristik faset uji coba untuk

Tabel 4Rangkuman Hasil G Study dan Koefisien G Pada Berbagai Komponen dan

Berbagai Faset Terapan Uji Coba

Komponen SasaranUji

(Faset)

Jumlah Item

Koefisien G Keterangan(Linn ≥ 0,70)

Penilaian Diri Kelas 3 5 0,76* >persyaratanPenilaian Kelompok Kelas 3 5 0,74* >persyaratan*) memenuhi syarat menurut kriteria standard minimal Linn, 0,70.

semua komponen, maka terapan model penilaian pada faset di kelas 3 masih

memerlukan penyempurnaan dalam hal administrasi penyelenggaraan yakni harus

meningkatkan keterampilan guru sebagai penilai atau rater agar ada peningkatan

pemahaman, keterampilan dan pengalaman agar diperoleh hasil pengukuran yang

konsisten.

Jika ditilik pada rerata komponen penilaian pada masing-masing kelompok

ternyata untuk penilaian diri dan penilaian kelompok telah memenuhi standar yang

disyaratkan untuk mencapai reliabilitas instrumen yaitu 0,70. Dengan demikian, kedua

instrumen penilaian ini dapat digunakan pada faset yang lebih luas.

c. Analisis Data Hasil D Study

Tujuan analisis D study adalah untuk menjawab pertanyaan rancangan D

study yang mana harus dipilih dan seberapa banyak butir komponen penilaian harus

dicakup sebagai sarana mengukur dan menilai kualitas karya lukis sehingga dapat

menunjukkan kebermaknaan untuk faset yang lebih luas. Dengan mencermati setiap

tahap rancangan D study pada komposisi besar sampel tertentu maka akan dapat

diperoleh informasi koefisien G dan juga diperoleh informasi berapa kenaikan indeks

27

Page 28: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

kebermaknaan pada koefisien G setelah satu butir komponen penilaian dilibatkan untuk

mengukur atau menilai. Untuk menjawab pertanyaan ini dan tujuan tersirat didalamnya

analisis pada setiap hasil D study dapat digunakan. Uraian berikut memaparkan hasil-

hasil analisis D study ini.

1) D Study untuk Penilaian Diri

Rangkuman hasil analisis D-Study Genova untuk uji coba penilaian diri berberturut-

turut dapat disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5.Estimasi Koefisien Generalizability Penilaian Diri

dan Tingkat Perubahan pada Kelas 3

D STUDY DESIGN NO

SAMPEL SIZE GENERALIZABILITY Selisih Koefisien Genova$ P

INF.R

INFI

INF.COEF. PHI

001-001 60 3 1 0,38162 0,03369001-002 60 3 2 0,51820 0,04534001-003 60 3 3 0,58839 0,05125001-004 60 3 4 0,63114 0,05482001-005 60 3 5 0,65991 0,05721

Tabel 5 memberi gambaran bahwa jika penilai dalam menggunakan komponen

penilaian diri di kelas 3 hanya dengan satu indikator (rancangan D study nomor 001-

001 dengan P = 60, R = 3 dan I = 1) memiliki tingkat kesepahaman dan kesepakatan

(reliabilitas dalam koefisien G) sebesar 0,38. Artinya 38% penilai memiliki tingkat

kesepahaman dan kesepakatan terhadap penggunaan konstruk instrumen penilaian diri

yang dipakai. Jika penilai menggunakan dua indikator (rancngan D study nomor 001-

002, dengan P = 60, R = 3 dan I = 2) yakni indikator 1 dan 2, memiliki tingkat

kesepahaman dan kesepakatan sebesar 0,52 begitu seterusnya untuk design 001-003

didapatkan koefisien sebesar 0,59. Untuk penggunaan komponen penilaian agar dicapai

kesepahaman dan kesepakatan yang memenuhi tingkat observasi yang dapat diterima

28

0,14

0,07

0,04

0,03

Page 29: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

untuk faset yang lebih luas (0,70), penilai paling tidak harus menggunakan semua

indikator yang ada.

2) D Study untuk Penilaian Kelompok

Rangkuman hasil analisis D-Study Genova untuk uji coba penilaian kelompok

berturut-turut dapat disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6Estimasi Koefisien Generalizability Penilaian Kelompok

dan Tingkat Perubahan pada Kelas 3

D STUDY DESIGN NO

SAMPEL SIZE GENERALIZABILITY Selisih Koefisien Genova$ P

INF.R

INFI

INF.COEF. PHI

001-001 60 3 1 0,35993 0,10883001-002 60 3 2 0,52934 0,19630001-003 60 3 3 0,62784 0,26813001-004 60 3 4 0,69224 0,32818001-005 60 3 5 0,73765 0,37912

Tabel 6 memberi gambaran bahwa jika penilai dalam menggunakan

komponen penilaian kelompok di kelas 3 hanya dengan satu indikator (rancangan D

study nomor 001-001 dengan P = 60, R = 3 dan I = 1) memiliki tingkat kesepahaman

dan kesepakatan ( reliabilitas dalam koefisien G) sebesar 0,36. Artinya tingkat

kesepahaman dan kesepakatan penilai terhadap penggunaan konstruk instrumen

penilaian kelompok yang dipakai sebesar 36% . Jika penilai menggunakan dua

indikator (rancangan D study nomor 001-002, dengan P = 60, R = 3 dan I = 2) yakni

indikator 1 dan 2, memiliki tingkat kesepahaman dan kesepakatan sebesar 0,53 begitu

seterusnya untuk design 001-003 didapatkan koefisien sebesar 0,63. Untuk penggunaan

komponen penilaian agar dicapai kesepahaman dan kesepakatan yang memenuhi tingkat

observasi yang dapat diterima untuk faset yang lebih luas (0,70), penilai sudah cukup

hanya menggunakan butir indikator 1, 2, 3 dan 4 saja, tetapi jika ingin mendapatkan

29

0,17

0,10

0,06

0,05

Page 30: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

tingkat kebermaknaan yang lebih tinggi dianjurkan menggunakan semua butir indikator

yang ada.

Secara umum hasil analisis D study telah memberi petunjuk dan alternatif

penggunaan alat penilaian kepada pengguna instrumen penilaian kualitas karya seni

lukis untuk mempertimbangkan penggunaan indikator-indikator penilaian yang relevan

dengan sasaran yang dinilai dan mempertimbangkan tingkat reliabilitas kebermaknaan

hasil penilaian. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ada

beberapa rancangan dari hasil D study yang mereferensikan perlunya penambahan

indikator untuk komponen penilaian tertentu yaitu untuk komponen-komponen

penilaian produk dan penilaian diri untuk sasaran penilaian kelompok tertentu.

2. Data Uji Coba Koefisien Interrater

Konfirmasi data hasil uji coba dari hasil Anava, berikut ini disajikan hasil

analisis koefisien interrater. Koefisien interrater merupakan salah satu sarana untuk

melihat tingkat konsistensi atau keajegan antar penilai dalam memberikan rating

terhadap unjuk kerja karya seni lukis siswa. Untuk keperluan ini, peneliti

menggunakan koefisien Cohen’s Kappa.

a. Koefisien Interrater pada Penilaian Diri

Ada 3 (tiga) orang rater yang memberikan rating pada penilaian diri

instrumen pendidikan seni lukis anak untuk kelas 3. Pada penilaian diri ini, ada 5 (lima)

item yang menjadi objek penilaian. Rangkuman hasil perhitungan konsistensi dan

kesepakatan tiga rater tersebut disajikan pada Tabel 7 untuk kelas 3.

30

Page 31: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Tabel 7Rangkuman Hasil Perhitungan Reliabilitas Antar Penilai

pada Penilaian Diri Kelas 3

PenilaiST UD

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

U D

1 0,822 0,623 0,404 0,765 0,80

D I

1 0,91 0,822 0,76 0,763 0,82 0,504 0,79 0,855 0,91 0,82

Tabel 7 memberi gambaran bahwa koefisien (kappa) antara ST dengan UD

diperoleh dengan mengambil rata-rata koefisien kappa kelima item yang dirating

tersebut, yaitu 0.68. Kemudian antara ST dengan DI sebesar 0.84, dan antara UD

dengan DI sebesar 0.75. Tingkat konsistensi dan kesepakatan penilai secara keseluruhan

dalam peilaian diri kelas 3 dapat diketahui dengan mengambil rata-rata koefisien kappa

ketiga pasangan tersebut, yaitu sebesar 0.75. Nilai tersebut memberi gambaran bahwa

75.0% ketiga penilai tersebut memiliki persepsi dan pemahaman yang sama terhadap

kostruk penilaian. Nilai koefisien tersebut lebih besar dari kriteria minimal yang

digunakan, yaitu 0.64 (Cohen & Swerdlik, 2005: 143), sehingga instrumen tersebut

memenuhi syarat reliabel.

b. Koefisien Interrater pada Penilaian Kelompok

Ada 3 (tiga) orang rater yang memberikan rating pada penilaian kelompok

instrumen pendidikan seni lukis anak untuk kelas 3. Pada penilaian kelompok ini, ada 5

31

Page 32: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

(lima) item yang menjadi objek penilaian. Rangkuman hasil perhitungan konsistensi dan

kesepakatan tiga rater tersebut disajikan pada Tabel 8 untuk kelas 3.

Tabel 8Rangkuman Hasil Perhitungan Reliabilitas Antar Penilai

pada Penilaian Kelompok Kelas 3

PenilaiST UD

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

U D

1 0,792 0,823 0,764 0,765 0,55

D I

1 0,78 0,832 0,76 0,713 0,72 0,624 0,86 0,775 0,65 0,57

Tabel 8 memberi gambaran bahwa koefisien (kappa) antara ST dengan UD

diperoleh dengan mengambil rata-rata koefisien kappa kelima item yang dirating

tersebut, yaitu 0,74. Kemudian antara ST dengan DI sebesar 0,75, dan antara UD

dengan DI sebesar 0,69. Tingkat konsistensi dan kesepakatan penilai secara

keseluruhan dalam penilaian kelompok kelas 3 dapat diketahui dengan mengambil

rata-rata koefisien kappa tiga pasangan tersebut, yaitu sebesar 0,73. Nilai tersebut

memberi gambaran bahwa ketiga penilai tersebut memiliki persepsi dan pemahaman

terhadap konstruk penilaian sebesar 73%. Nilai koefisien tersebut lebih besar dari

kriteria minimal yang digunakan, yaitu 0,70, sehingga instrumen tersebut memenuhi

syarat koefisien reliabilitas.

3. Data Uji Coba Statistik

32

Page 33: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

a. Statistik pada penilaian diri

Berdasarkan data hasil uji coba pada penilaian diri yang dapat dilihat pada

lampiran 2, dapat disajikan analisis rata-rata nilai dari ketiga rater pada masing-masing

butir pertanyaan sebagaimana yang tampak pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis Hasil Uji Coba Penilaian Diri untuk Setiap Butir Pertanyaan

Butir soal Rata-Rata Nilai dari RaterST UD DI

1 9,13 9,13 9,112 8,46 8,57 8,723 8,68 8,46 8,664 8,74 8,63 8,615 8,74 8,68 8,77

Tabel 9 menunjukan bahwa rata-rata penilaian dari ketiga rater pada masing-

masing butir pertanyaan relatif seragam. Keseragaman ini menunjukan bahwa instrumen

penilaian diri yang digunakan dapat menyatukan persepsi ketiga rater dalam

memberikan penilaian terhadap gambar imajinatif siswa. Dengan demikian, penilaian

yang dilakukan rater relatif objektif karena rater yang berbeda memberikan nilai yang

relatif seragam.

Hasil uji coba penilaian diri gambar imjinatif setiap siswa dari ketiga rater

selanjutnya dianalisis secara umum untuk menentukan nilai maksimum, nilai minimum,

variansi, dan simpangan baku. Analisis tersebut digunakan untuk membuktikan

keajegan setiap rater dalam memberikan penilaian tanpa terpengaruh oleh subjektivitas.

Adapun hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisis Hasil Uji Coba Penilaian Diri Gambar Imajinatif Siswa

33

Page 34: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Statistik Hasil Penilaian RaterST UD DI

Nilai Maksimum 93.33 93.33 93.33Nilai Minimum 66.67 73.33 66.67Rata-rata 87.33 86.78 87.57Variansi 52.27 39.91 43.82Standar Deviasi 7.23 6.32 6.62

Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai maksimum yang diberikan oleh ketiga

rater relatif seragam yaitu 93,33. Namun demikian, nilai minimum yang diberikan oleh

rater UD sedikit berbeda dari kedua rater yang lainnya. Tetapi, perbedaan ini tidak

terlalu signifikan karena hanya berselisih 0,67, sehingga masih berada dalam batas

kewajaran. Rata-rata nilai siswa secara keseluruhan yang dilakukan ketika rater juga

relatif seragam pada kisaran 86-87, hal ini menunjukan bahwa instrumen penilaian yang

digunakan sanggup memberikan hasil penilaian yang objektif. Adapun variansi yang

menunjukan tingkat keberagaman nilai siswa berada pada kisaran 39-52, ini

menunjukan bahwa nilai siswa cukup bervariasi sesuai dengan kualitas gambar yang

dibuat. Standar deviasi dari nilai siswa juga menunjukan angka yang relatif seragam

yaitu pada kisaran 6-7 yang berarti standar deviasi nilai (simpangan baku) yang

diberikan oleh setiap rater menunjukan keseragaman. Dengan demikain berdasarkan

analisis di atas, hasil penilaian diri gambar imajinatif siswa menggunakan instrumen

penilaian diri mampu memberikan hasil yang sesuai dengan kualitas gambar imajinatif

siswa.

b. Statistik pada penilaian kelompok

34

Page 35: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Berdasarkan data hasil uji coba penilaian kelompok dari ketiga rater yang

dapat dilihat pada lampiran 2, dapat disajikan analisis rata-rata nilai dari setiap rater

pada masing-masing butir pertanyaan sebagaimana yang tampak pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis Hasil Uji Coba Penilaian Kelompok untuk Setiap Butir Pertanyaan

Butir soal Rata-Rata Nilai dari RaterST UD DI

1 9.13 9.13 9.112 8.46 8.46 8.773 8.74 8.29 8.494 8.41 8.68 8.555 8.74 8.68 8.83

Tabel 11 menunjukan bahwa rata-rata penilaian yang dilakukan setiap rater

pada masing-masing butir pertanyaan relatif seragam. Keseragaman ini menunjukkan

bahwa instrumen penilaian kelompok yang digunakan dapat menyatukan persepsi ketiga

rater dalam memberikan penilaian terhadap gambar imajinatif siswa. Dengan demikian,

penilaian yang dilakukan rater relatif objektif karena rater yang berbeda memberikan

nilai yang relatif seragam.

Hasil uji coba penilaian kelompok gambar imjinatif setiap siswa dari ketiga

rater selanjutnya dianalisis secara umum untuk menentukan nilai maksimum, nilai

minimum, variansi, dan simpangan baku. Adapun hasil analisisnya dapat dilihat pada

Tabel 12.

Tabel 12. Analisis Hasil Uji Coba Penilaian Diri Gambar Imajinatif Siswa

Statistik Hasil Penilaian RaterST UD DI

Nilai Maksimum 93.33 93.33 93.33Nilai Minimum 63.33 73.33 63.33Rata-rata 87.78 86.33 87.74Variansi 42.93 38.30 39.61Standar Deviasi 6.55 6.18 6.29

35

Page 36: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai maksimum dari ketiga rater relatif

seragam yaitu 93,33. Namun demikian, nilai minimum yang diberikan oleh rater UD

sedikit berbeda dari kedua rater yang lainnya. Tetapi, perbedaan ini tidak terlalu

signifikan karena hanya berselisih 0,67, sehingga masih berada dalam batas kewajaran.

Rata-rata nilai siswa secara keseluruhan yang dilakukan ketika rater juga relatif seragam

pada kisaran 86-87, hal ini menunjukan bahwa instrumen penilaian yang digunakan

sanggup memberikan hasil penilaian yang objektif. Adapun variansi yang menunjukan

tingkat keberagaman nilai siswa berada pada kisaran 38-42, ini menunjukan bahwa nilai

siswa cukup bervariasi sesuai dengan kualitas gambar yang dibuat. Standar deviasi dari

nilai siswa juga menunjukan angka yang relatif seragam yaitu pada kisaran 6 yang

berarti standar deviasi nilai (simpangan baku) dari setiap rater menunjukkan

keseragaman. Dengan demikain berdasarkan analisis di atas, hasil penilaian kelompok

gambar imajinatif siswa menggunakan instrumen penilaian kelompok mampu

memberikan hasil yang sesuai dengan kualitas gambar imajinatif siswa.

Berdasarkan analisis hasil penilaian menggunakan instrumen penilaian diri dan

kelompok sebagaiman tampak pada Tabel 10 dan Tabel 12, menunjukkan adanya

keseragaman penilaian. Dengan demikian, baik hasil penilaian diri maupun hasil

penilaian kelompok telah memberikan gambaran yang objektif tentang gambar

imajinatif siswa. Sehingga, hasil penilaian diri dan kelompok menggunakan instrumen

tersebut dapat dijadikan acuan untuk memberikan penilaian yang objektif terhadap

gambar imajinatif siswa.

36

Page 37: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

B. Data Hasil Penelitian

1. Uji beda t-test pada hasil penilaian diri

Sebelum dilakukan uji beda t-test, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas

pada kedua sampel. Adapun hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas pada Penilaian Diri

NILAI1 NILAI2N Valid 40 40

Missing 0 0Skewness -.702 -.238Std. Error of Skewness .374 .374Kurtosis .618 -.859Std. Error of Kurtosis .733 .733

Berdasarkan tabel di atas, dapat dihitung nilai Zskewness dan Zkurtosis

sebagai berikut.

NILAI1 (Penilaian tanpa instrumen non-test)

NILAI2 (Penilaian dengan instrumen non-test)

Hasil perhitungan Zskewness dan Zkurtosis jauh lebih kecil dari Ztabel yaitu

1.96. Dengan demikian dapat disimpulakan pada taraf signifikansi 5% kedua sampel di

atas berdistribusi normal. Secara grafik, normalitas kedua sampel sebagai berikut.

37

Page 38: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Gambar 3. Grafik Uji Normalitas pada Penilaian Diri

Setelah terbukti kedua sampel berdistribusi normal selanjutnya dilakukan uji

beda t-test. Adapun hasil analisis uji-t disajikan pada tabel 14 dan tabel 15 berikut.

Tabel 14. Rata-Rata Nilai Gambar Imajinatif Siswa Tanpa dan dengan Menggunakan Instrumen Penilaian diri

Mean N Std. DeviationStd. Error

MeanPair 1 NILAI1 76.9990 40 6.03094 .95357

NILAI2 85.5000 40 6.20357 .98087

Tabel 14 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian diri tanpa menggunakan

instrumen adalah 76,99 sedangkan setelah menggunakan instrumen adalah 85,50.

Secara absolute jelas bahwa rata-rata nilai gambar imajinatif siswa tanpa dan

menggunakan instrumen berbeda. Untuk melihat apakah secara statistik perbedaan ini

signifikan, maka dilakukan uji-t sebagaimana yang hasilnya tampak pada tabel berikut

Tabel 15. Hasil Uji Beda t-test Rata-Rata Nilai Gambar Imajinatif Siswa Tanpa dan dengan Menggunakan Instrumen Penilaian diri

Paired Differences t df Sig.

(2-tailed)

Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

38

Tanpa instrumen non-tes Dengan instrumen non-tes

Page 39: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Lower Upper Pair 1

NILAI1 - NILAI2

-8.5010 4.26711 .67469 -9.8657 -7.1363 -12.600 39 .000

Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai-t adalah -12.600 (lebih kecil dari batas

bawah) dengan probabilitas signifikansi 0.000 (two tail). Dengan demikian, dapat kita

simpulkan bahwa nilai rata-rata penilaian diri tanpa dan menggunakan instrumen

penilaian diri berbeda secara signifikan. Dengan kata lain instrumen penilian diri

dapat meningkatkan nilai gambar imajinatif siswa.

2. Uji-t pada hasil penilaian kelompok

Sebagaimana pada penilaian diri, Sebelum dilakukan uji beda t-test, terlebih

dahulu dilakukan uji normalitas pada kedua sampel. Adapun hasil uji normalitas dapat

dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas pada Penilaian Kelompok

NILAI1 NILAI2N Valid 40 40

Missing 0 0Skewness .492 .081Std. Error of Skewness .374 .374Kurtosis -.032 -1.166Std. Error of Kurtosis .733 .733

Berdasarkan tabel di atas, dapat dihitung nilai Zskewness dan Zkurtosis

sebagai berikut

NILAI1 (Penilaian tanpa instrumen non-test)

39

Page 40: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

NILAI2 (Penilaian dengan instrumen non-test)

Hasil perhitungan Zskewness dan Zkurtosis jauh lebih kecil dari Ztabel yaitu

1.96. Dengan demikian dapat disimpulakan pada taraf signifikansi 5% kedua sampel di

atas berdistribusi normal. Secara grafik, normalitas kedua sample sebagai berikut.

Gambar 3. Grafik Uji Normalitas pada Penilaian Kelompok

Setelah terbukti kedua sampel berdistribusi normal selanjutnya dilakukan uji

beda t-test. Adapun hasil analisis uji-t disajikan pada tabel 17 dan tabel 18 berikut.

Tabel 17. Rata-Rata Nilai Gambar Imajinatif Siswa Tanpa dan dengan Menggunakan Instrumen Penilaian Kelompok

40

Tanpa instrumen non-tes Dengan instrumen non-tes

Page 41: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Mean N Std. DeviationStd. Error

MeanPair 1 NILAI1 79.4995 40 5.09640 .80581

NILAI2 86.3340 40 4.99463 .78972

Tabel 17 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian kelompok tanpa

menggunakan instrumen adalah 79,49 sedangkan setelah menggunakan instrumen

adalah 86,33. Secara absolute jelas bahwa rata-rata nilai gambar imajinatif siswa tanpa

dan menggunakan instrumen berbeda. Untuk melihat apakah secara statistik perbedaan

ini signifikan, maka dilakukan uji-t sebagaimana yang hasilnya tampak pada tabel

berikut

Tabel 18. Hasil Uji Beda t-test Rata-Rata Nilai Gambar Imajinatif Siswa Tanpa dan dengan Menggunakan Instrumen Penilaian Kelompok

Paired Differences t dfSig.

(2-tailed) Mean

Std. Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper Pair 1 NILAI1 -

NILAI2-6.8345 3.19876 .50577 -7.8575 -5.8115 -13.513 39 .000

Tabel 18 menunjukkan bahwa nilai-t adalah -13.513 (lebih kecil dari batas

bawah) dengan probabilitas signifikansi 0.000 (two tail). Dengan demikian, dapat kita

simpulkan bahwa nilai rata-rata penilaian kelompok tanpa dan menggunakan

instrumen penilaian kelompok berbeda secara signifikan. Dengan kata lain instrumen

penilian kelompok dapat meningkatkan nilai gambar imajinatif siswa.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

41

Page 42: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dijelaskan pada BAB IV,

dapat disusun kesimpulan bahwa hasil penilaian gambar “imanjinatif” siswa kelas III

sekolah dasar dengan instrumen non tes yang terdiri dari lembar penilaian diri dan

lembar penilaian kelompok. Pengguna instrumen ini adalah pendidik sebagai rater.

Komponen yang menjadi objek penilaian meliputi penilaian diri dan penilaian

kelompok. Komponen penilaian diri 5 (lima) item, dan komponen penilaian kelompok 5

(lima) item. Karakteristik instrumen penilaian hasil belajar gambar imajinatif siswa

yang mencakup validitas, reliabilitas, dan keterpakaian di SD telah teruji. Validitas telah

teruji melalui pendapat para pakar bidang seni lukis, pakar bidang penilaian pendidikan,

dan para praktisi lapangan. Reliabilitas telah teruji melalui teknik generalizeability

theory (Teori G) dan interrater Cohen’s Kappa. Koefisien Genova untuk instrumen ini

sebesar 0,70 dan koefisien Cohen’s kappa 0,74 telah memenuhi kriteria minimal yang

dipersyaratkan yaitu 0,70. Adapun untuk membuktikan adanya perubahan hasil

penilaian gambar imajinatif siswa dengan instrumen non-test digunakan uji beda t-test

setelah sebelumnya terbukti bahwa kedua sampel berdistribusi normal. Berdasarkan uji

beda t-test, diperoleh t-hitung untuk penilaian diri sebesar -12.60 dan untuk penilaian

kelompok sebesar -13.513 yang keduanya signifikan pada taraf 5%. Dengan demikian,

hasil penilaian tanpa dan dengan menggunakan instrumen penilaian non-tes berbeda

secara nyata.

B. Saran Pemanfaatan

42

Page 43: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk sekolah hendaknya mengadakan pelatihan penggunaan instrumen

penilaian seni lukis anak bagi guru mata pelajaran seni budaya dan keterampilan di

sekolah dasar, agar guru dapat memberikan penilaian secara objektif hasil seni lukis

anak.

2. Untuk mengetahui lebih dalam tentang latar belakang penciptaan karya

seni lukis anak agar penilaian lebih objektif maka guru hendaknya membiasakan

anak untuk menilai karya lukis sendiri dan karya temannya.

DAFTAR PUSTAKA

43

Page 44: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Brennan, Robert L. (1983). Element of generalizability theory. Iowa City: ACT Publication.

De Francesco-Italio. (1958). Art Education Its Means and Ends. New York: Harper & Brother Publisher.

Eisner, Elliot W. (1972). Educating artistic vision. Reston, VA:NAEA.

Imam Ghazali. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate DENGAN Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro

Linderman, Earl. (1977). Art & crafts for the classroom. USA: Macmillan Publishing Company.

Linn, Robert L. (1990). Measurement and evaluation in teaching. New York: Macmillan Publising Company.

Peraturan Pemerintah RI. (2005). Peraturan pemerintah , Nomor 19, tahun 2005, tentang standar nasional pendidikan.

Ricci, Corrado. (1960). L’art de bambini. Leipzig. Pedagogical Sem.3 (1906);302-307.

Rohidi, Tjetjep Rohendi. (2000). Kesenian dalam pendekatan budaya. Bandung: STISI Press.

Salam, Sofyan. (2001). Pendekatan ekspresi diri, disiplin dan multikultural dalam pendidikan seni rupa. Makalah disajikan dalam Seminar & Lokakarya Nasional Pendidikan Seni, di Jakarta.

Soedarso. (2006). Trilogi seni penciptaan eksistensi dan kegunaan seni. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.

44

Page 45: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

LAMPIRAN

45

Page 46: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Lampiran 1

Instrumen Penilaian Diri dan Kelompok

46

Page 47: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Nama :Tanggal :Nama tugas :Tanggal pengumpulan :Berilah tanda v pada kotak yang dipilih!

1. Saya ..............................terhadap tugas yang diberikan.

2. Saya............................. dalam mengerjakan tugas.

3. Saya............................. dalam proses penciptaan karya saya

4. Saya .............................terhadap hasil pekerjaan saya.

47

Ceritakanlah pengalaman menarikmu serta kendala-kendala yang dihadapi selama pembuatan karya lukis serta usaha-usaha untuk mengatasi kendala-kendala tersebut !

LEMBAR PENILAIAN DIRI

”PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SENI LUKIS ANAK”

KODE S01

Page 48: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Nama pemilik : Tanggal :Nama tugas :Tanggal pengumpulan :Berilah tanda v pada kotak yang dipilih!

1. Saya ............................terhadap bentuk objek lukisan.

2. Saya …………………terhadap komposisi warna yang digunakan.

3. Saya………………….terhadap kebersihan lukisan

4. Saya…………………terhadap lukisan secara keseluruhan.

Nama penilai:

48

Berilah saran dan pendapatmu terhadap karya lukis yang dibuat!.....................................................................................................................

KODE S02

LEMBAR PENILAIAN KELOMPOK (Peer Assessment)

”PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN SENI LUKIS ANAK”

Page 49: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Lampiran 2

Gambar Imajinatif Siswa

49

Page 50: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

Lampiran 3

50

Page 51: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

   Instrument Guru     Instrument Uji Coba  

NO Nama Sswa 1 2 3 4 5 Nilai 1 2 3 4 5 Nilai

1 Achmad Bagus Surya S 3 2 2 3 2 80.00 2 3 3 3 2 86.67

2 Ade edhar Puji Kesuma Hurip 3 2 2 2 2 73.33 3 2 2 3 3 86.67

3 Arvian Risky Nestiayanto 2 2 2 3 3 80.00 2 3 3 3 2 86.67

4 Atya Rahmalia Amanda 3 2 3 2 2 80.00 3 3 3 3 2 93.33

5 Aurellia Dwi Cahya 2 3 2 3 2 80.00 2 3 2 3 2 80.00

6 Daniela Artamega Sahdi 3 2 3 2 2 80.00 3 2 3 3 2 86.67

7 Dony Adhi Lesmana Karnean 2 3 2 2 3 80.00 2 3 3 3 3 93.33

8 Elsa Nurhidayati 3 2 2 3 2 80.00 3 3 3 3 2 93.33

9 Florentina D 1 2 2 2 2 60.00 2 3 2 2 2 73.33

10 Isaac Jose Christanto 2 3 2 3 2 80.00 2 3 2 3 2 80.00

11 Kinanti Nareswari I P 3 3 2 2 3 86.67 3 3 2 3 3 93.33

12 Marva Marsa Valina 2 2 3 2 2 73.33 2 2 3 3 2 80.00

13 M. haikal Nafi 3 2 3 2 2 80.00 3 2 3 3 2 86.67

14 Natalia Cristy 2 2 2 3 2 73.33 2 3 3 3 2 86.67

15 Nurulika Azzahira Larasati 3 2 3 2 2 80.00 3 3 3 2 2 86.67

16 Rahadhian Shinta Miftahulul J 2 2 2 3 2 73.33 2 3 3 3 2 86.67

17 Rama Nur pamungkas 3 2 2 2 3 80.00 3 3 3 2 3 93.33

18 Riandika Kharisma Putra 2 2 3 2 2 73.33 2 3 3 2 2 80.00

19 Risky Rohmadian 2 2 3 2 2 73.33 2 3 3 2 2 80.00

20 Sekar Arum Purnamawati 2 3 2 2 2 73.33 2 3 3 3 2 86.67

21 Abi Kariami Putra Pamungkas 2 3 2 2 3 80.00 2 3 3 3 3 93.33

22 Ade Dikcy Handriyana 2 2 2 2 3 73.33 2 2 2 2 3 73.33

23 Alfera Marliana 2 2 3 2 2 73.33 3 3 2 2 2 80.00

24 Assyafa Yusan 2 2 2 3 2 73.33 3 2 2 2 3 80.00

25 Cristanto Dwi Kurniawan 3 3 2 2 3 86.67 3 3 3 3 2 93.33

26 Brayan Primanda 2 2 3 3 2 80.00 2 2 3 3 2 80.00

27 Desak Ayu Maharatin PI 3 2 2 3 3 86.67 3 2 3 3 3 93.33

28 Dwi Adi Saputro 3 2 3 2 3 86.67 3 3 3 2 3 93.33

29 Febyan Ananda Putri K 2 2 3 2 2 73.33 2 3 3 2 2 80.00

30 Hansamu bagasing K 2 3 3 2 2 80.00 2 3 3 3 2 86.67

31 Jihan Tri Malyana 1 2 2 2 2 60.00 2 3 2 2 2 73.33

32 Laksa Kelana Aditya S 2 3 2 2 3 80.00 2 3 2 3 3 86.67

33 M. Agastya Mahendra 3 2 3 2 3 86.67 3 2 3 3 3 93.33

34 Nadia Kirana Zalfaah 2 2 2 2 3 73.33 2 2 3 3 3 86.67

35 Nurangga Pratama Agustina 3 2 2 2 3 80.00 3 3 3 2 3 93.33

36 Putri Ayu Nurazizah 3 2 2 2 2 73.33 3 3 2 2 2 80.00

37 Rahayu Ermawati 2 3 2 2 2 73.33 2 3 3 3 2 86.67

38 Ratna Wahyu H A 3 2 2 2 2 73.33 3 2 2 3 2 80.00

39 Rifky Kurniawan 3 2 2 2 2 73.33 3 3 3 2 2 86.67

40 Setyawira Wicaksana 2 2 3 2 2 73.33 2 3 2 3 2 80.00

51

Page 52: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

   Instrument Guru     Instrument Uji Coba  

NO Nama Sswa 1 2 3 4 5 Nilai 1 2 3 4 5 Nilai

1 Achmad Bagus Surya S 3 2 3 2 2 80.00 3 3 3 3 2 93.33

2 Ade edhar Puji Kesuma Hurip 3 2 2 2 3 80.00 3 2 2 3 3 86.67

3 Arvian Risky Nestiayanto 2 2 3 2 3 80.00 2 3 3 3 2 86.67

4 Atya Rahmalia Amanda 3 3 3 2 2 86.67 2 3 3 3 3 93.33

5 Aurellia Dwi Cahya 2 2 3 3 2 80.00 3 2 2 3 2 80.00

6 Daniela Artamega Sahdi 3 2 2 2 3 80.00 3 3 3 2 2 86.67

7 Dony Adhi Lesmana Karnean 2 3 2 3 3 86.67 3 2 3 3 3 93.33

8 Elsa Nurhidayati 3 3 2 3 2 86.67 3 3 3 2 3 93.33

9 Florentina D 2 2 2 2 3 73.33 2 3 3 2 2 80.00

10 Isaac Jose Christanto 2 3 2 3 2 80.00 2 3 3 3 2 86.67

11 Kinanti Nareswari I P 3 2 2 2 3 80.00 3 3 2 3 2 86.67

12 Marva Marsa Valina 2 2 3 2 3 80.00 2 2 3 3 3 86.67

13 M. haikal Nafi 3 2 3 2 2 80.00 3 3 2 3 2 86.67

14 Natalia Cristy 2 2 2 2 3 73.33 2 3 3 3 2 86.67

15 Nurulika Azzahira Larasati 3 3 2 2 2 80.00 3 3 3 2 2 86.67

16 Rahadhian Shinta Miftahulul J 2 2 3 3 2 80.00 2 2 3 3 2 80.00

17 Rama Nur pamungkas 3 2 2 2 3 80.00 3 2 3 2 3 86.67

18 Riandika Kharisma Putra 2 2 3 2 2 73.33 2 3 3 2 2 80.00

19 Risky Rohmadian 2 2 2 3 2 73.33 2 3 2 3 2 80.00

20 Sekar Arum Purnamawati 2 3 2 2 2 73.33 2 3 3 3 2 86.67

21 Abi Kariami Putra Pamungkas 2 3 2 2 3 80.00 2 3 3 3 3 93.33

22 Ade Dikcy Handriyana 2 2 2 3 2 73.33 2 2 2 3 3 80.00

23 Alfera Marliana 2 2 3 2 2 73.33 3 3 2 2 2 80.00

24 Assyafa Yusan 2 2 2 3 2 73.33 3 2 2 3 2 80.00

25 Cristanto Dwi Kurniawan 3 3 2 2 3 86.67 3 3 3 3 2 93.33

26 Brayan Primanda 2 2 3 3 2 80.00 2 2 3 3 2 80.00

27 Desak Ayu Maharatin PI 3 2 2 3 3 86.67 3 3 3 2 3 93.33

28 Dwi Adi Saputro 3 2 3 2 3 86.67 3 3 3 2 3 93.33

29 Febyan Ananda Putri K 2 2 3 3 2 80.00 2 3 3 2 3 86.67

30 Hansamu bagasing K 2 3 3 2 2 80.00 2 3 3 3 2 86.67

31 Jihan Tri Malyana 3 2 2 2 2 73.33 2 3 3 2 2 80.00

32 Laksa Kelana Aditya S 2 3 2 2 3 80.00 2 3 2 3 3 86.67

33 M. Agastya Mahendra 3 2 3 3 3 93.33 3 2 3 3 3 93.33

34 Nadia Kirana Zalfaah 2 2 2 2 3 73.33 2 2 3 3 3 86.67

35 Nurangga Pratama Agustina 3 2 3 2 3 86.67 3 3 3 2 3 93.33

36 Putri Ayu Nurazizah 3 2 2 2 3 80.00 2 3 3 3 2 86.67

37 Rahayu Ermawati 2 3 2 2 3 80.00 2 3 3 3 2 86.67

38 Ratna Wahyu H A 3 2 2 2 2 73.33 3 2 2 3 2 80.00

39 Rifky Kurniawan 3 2 2 2 3 80.00 3 3 3 2 2 86.67

40 Setyawira Wicaksana 3 2 2 2 2 73.33 2 2 2 3 3 80.00

52

Page 53: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

53

Page 54: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

54

Page 55: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

55

Page 56: Penilaian Gambar Imajinatif Siswa Kelas III Sekolah Dasar Dengan Instrumen Non Tes

56