220
i PENILAIAN EVALUATIF PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA (Studi Evaluatif Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) Pada Warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang) SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Hubungan Masyarakat Program Studi Ilmu Komunikasi Oleh: Hotmartua Mangapul Purba 66621100663 KONSENTRASI HUBUNGAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2016

PENILAIAN EVALUATIF PELAKSANAAN PROGRAM …repository.fisip-untirta.ac.id/914/1/SKRIPSI FIX.pdf · hotmartua mangapul purba. nim 6662110663. skripsi penilaian evaluatif pelaksanaan

  • Upload
    vutram

  • View
    289

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

i

PENILAIAN EVALUATIF PELAKSANAAN PROGRAM

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

BANDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA (Studi Evaluatif Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura

II (Persero) Pada Warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang

Kota Tangerang)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Hubungan Masyarakat

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh:

Hotmartua Mangapul Purba

66621100663

KONSENTRASI HUBUNGAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

2016

i

ii

.

iv

v

“I can do all things through CHRIST which strengtheneth me

Philippians 4: 13”

Skripsi ini Ku persembahkan

Untuk bapak, mama, dan kedua adikku

Yang telah banyak melimpahkan kasih sayang dan motivasi

Terimakasih untuk setiap kesabaran yang kalian berikan untukku

Your son and brother,

Hotmartua Mangapul Purba

vi

ABSTRAK

Hotmartua Mangapul Purba. NIM 6662110663. Skripsi PENILAIAN

EVALUATIF PELAKSANAAN PROGRAM CSR BANDARA INTERNASIONAL

SOEKARNO-HATTA (STUDI EVALUATIF PROGRAM BINA LINGKUNGAN

PEMBERIAN AMBULANS PT ANGKASA PURA II (PERSERO) PADA WARGA RT

02 RW 01 KELURAHAN SUKA ASIH KECAMATAN TANGERANG KOTA

TANGERANG). Pembimbing I: Naniek Afrilla Framanik, S.Sos., M.Si dan

Pembimbing II: Husnan Nurjuman, S.Ag. M.Si.

Perkembangan cara pandang terhadap CSR semakin kuat dari waktu kewaktu dimana

konsep bentuk perbuatan yang bersifat sukarela (voluntary) telah bergeser secara

perlahan – lahan menuju bentuk perbuatan atas dasar kewajiban (obligation) baik itu

berbentuk kewajiban moral maupun kewajiban yuridis. Tujuan dari pada penelitian

ini adalah untuk mengetahui bagaimana evaluasi pada suatu program CSR dapat

berjalan, yang dapat dilihat dari pada pengambilan keputusan pelaksanaan CSR

khususnya pada Program Bina Linkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II

(Persero), lalu juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi dari pada

program ini, serta bertujuan pula untuk memberikan pengetahuan bahwa dari evaluasi

kita dapat melihat hasil dan dampak yang dapat dirasakan pada para stakeholders.

Teori Stakeholders merupakan teori yang menjadi dasar dari pada penelitian ini,

masyarakat yang telah menjadi dasar keberadaan tanggung jawab perusahaan

terhadap lingkungan sosial. Melalui konsep Relationship Management juga

dijelaskan bahwa Public Relations memiliki arti penting di dalam kegiatan program

tanggung jawab sosial perusahaan. Metode penelitian yang digunakan adalah

Kuantitatif Deskriptif, yang dimana sebuah uji validitas didukung dengan keberadaan

sumber pernyataan deskriptif menurut para ahli. Hasil dari pada Evaluasi Program

Bina Lingkungan Pemberian Ambulans menunujukkan bahwa Evaluasi Pengambilan

Keputusan terbilang kuat mendapatkan perolehan persentase sebesar 73,1%, Evaluasi

Pelaksanaan terbilang kuat menunjukkan perolehan persentase sebesar 72%, dan

Evaluasi Hasil dan dampak terbilang kuat menunjukkan perolehan sebesar 74,9%.

Kata kunci: Relationship Management, Corporate Social Responsibility, Evaluasi,

Teori Stakeholders

vii

ABSTRACT

Hotmartua Mangapul Purba. NIM 6662110663. Skripsi. Evaluative Assessment

Through Soekarno-Hatta’s International Airport Corporate Social

Responsibility Program (Evaluative Study Development Program Grant of

Ambulance PT Angkasa Pura II (Persero) On Citizen of RT 002 RW 01 Suka

Asih Village, Tangerang Sub, Tangerang City). Supervisor I: Naniek Afrilla

Framanik, S.Sos., M.Si and Supervisor II: Husnan Nurjuman, S.Ag. M.Si.

The development way of looking towards CSR increasingly powerful from time to

time where the concept of the form of the Act is voluntary (voluntary) has shifted

gradually toward a form of deed on the basis of the obligation (obligation) be it

shaped a moral obligation as well as juridical obligations. The purpose of this

research is to find out how the evaluation at a CSR programs can run, which can be

seen from decision making on CSR implementation in particular on Community

Development Program, Granting an ambulance PT Angkasa Pura II (Persero), then

also aimed to find out how the implementation of this program, as well as a aims to

provide the knowledge that we can see from the evaluation of results and impact can

be felt on the stakeholders. The theory of Stakeholders is a theory that is the basis of

this research, the community that has formed the basis of the existence of corporate

responsibility towards the social environment. Through the concept of Relationship

Management also explained that Public Relations have significance in the activities of

the Corporate Social Responsibility program. The research method used is

Descriptive Quantitative, in which a test of validity is backed with the existence of

sources of descriptive statements according to experts. The results of the evaluation

on the Community Development Program grant of Ambulance menunujukkan that

the Evaluation Decision Making is quite strong with percentage earnings gain of

73,1%, Evaluation of the Implementation of the acquisition is quite strong, shows the

percentage of 72%, and the Evaluation of Results and Impact is quite strong

demonstrated acquisition of 74,9%.

Keywords: Relationship Management, Corporate Social Responsibility, Evaluation,

Stakeholders Theory.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang maha Agung

pemilik alam semesta yang menggenggam jiwa raga semua mahluk-Nya, karena atas

kasih dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah

satu syarat untuk meraih gelar kesarjanaan strata (S1) pada program studi Ilmu

Komunikasi Konsentrasi Hubungan Masyarakat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan

skripsi yang berjudul “Penilaian Evaluatif Program CSR Bandara Internasional

Soekarno-Hatta (Studi Evaluatif Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT

Angkasa Pura II (Persero) Pada Warga Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang

Kota Tangerang) ” sangat peneliti harapkan. Pada kesempatan ini peneliti juga ingin

menyampaikan ucapan terima kasih atas segala dukungan, bantuan dan bimbingannya

dalam proses penelitian serta penyusunan skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ix

4. Bapak Darwis Sagita, S. Ikom., M.Ikom selaku wakil Prodi ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Dr. Rangga Galura Gumelar., M.Si selaku dosen pembimbing

akademik.

6. Ibu Naniek Afrilla F, S.Sos., M.Si selaku dosen pembimbing I skripsi yang

sudah berkenan meluangkan waktunya untuk membantu, memberikan arahan

serta masukan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih ibu.

7. Bapak Husnan Nurjuman, S.Ag., M.Si selaku dosen pembimbing II skripsi

yang sudah berkenan meluangkan waktunya untuk membantu, memberikan

arahan serta masukan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, terima

kasih pak.

8. Bapak M Yasser Khalex selaku Junior Manager Unit Humas PT Angkasa

Pura II (Persero) Kantor Cabang Utama Bandara Internasional Soekarno-

Hatta yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memeriksa,

memberikan saran, dan dukungan.

9. Bapak Sukarno selaku kepala unit Humas Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

10. Warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota

Tangerang

11. Kedua orang tuaku yang aku sayangi Bapak Bachtiar Purba dan Ibu

Kerbalima Manalu, terimakasih atas do‟a dan dukungan yang tak pernah

putus, juga untuk kesabarannya hingga saat ini serta memberi dukungan yang

tidak pernah habis.

x

12. Adikku tersayang, Hariman Purba dan Diana Febri Nauli Purba terimakasih

atas doa, dukungan, motivasi dan keceriaan yang selalu diberikan untuk

penulis.

13. Hanna Rouli, yang selalu menjadi motivator disaat malas menyerang, yang

menjadi obat dikala rindu datang, yang selalu bisa diharapkan, yang selalu

menjadi cinta disaat keberadaan terpuruk sekalipun, yang selalu tau

sebagaimana adanya diri penulis, yang selalu bisa diandalkan, dan yang

selalu berada di hati penulis sampai kapanpun, terimakasih.

14. Tanjung, Boigusman, Bennedict, Shandy, Kemal, Edi, Timbul, Cipuy, Andre,

David, Gunawan, Bedul, Gani, Hengki, dan Randi yang selalu menjadi

penyemangat dan penghibur bagi penulis dari awal perkuliahan sampai saat

ini.

15. A5rama Polwan, Dhio, Lucky, Samuel, Aldo, Vina, Kirana, Eric, Bagas, Didi,

Yasser, Acil, Intan, Anas, Diaz, yang selalu menyediakan waktu bertukar

imajinasi akan kehidupan masa depan.

16. U.M.I Clan, Apri, Johan, Taufik, Togi, Agung, Idam, Reiambon, Vidi, Bidin,

Fikri, Dini, Ica, Teti, Ami, dan lain-lain yang selalu menjadi tempat bernaung

dikala haus dan lapar menyerang.

17. Teman-teman satu angkatan Komunikasi 2011 untuk hari-hari penuh warna.

18. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

xi

Kiranya tidak ada balasan yang lebih baik kecuali yang datang dari Tuhan

Yang Maha Esa, terimakasih untuk segalanya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

semua, khususnya bagi penulis dan pihak yang berkepentingan.

Terimakasih.

Serang, Mei 2016

Hotmartua Mangapul Purba

xii

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................ i

LEMBAR PERSUTUJUAN .......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iii

MOTTO .......................................................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................... 13

1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 14

1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 15

1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................... 15

1.5.2 Manfaat Praktis ..................................................................... 15

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1Definisi Komunikasi ....................................................................... 16

2.1.1 Fungsi Komunikasi ............................................................... 17

xiii

2.1.2 Proses Komunikasi ................................................................ 19

2.1.3 Unsur-unsur Komunikasi ...................................................... 22

2.2 Komunikasi Organisasi .................................................................. 25

2.2.1 Penggolongan Komunikasi dalam Organisasi ...................... 26

2.3 Public Relations ............................................................................. 32

2.4 Relationship Management .............................................................. 37

2.5 Corporate Social Responsibility .................................................... 48

2.5.1 Definisi .................................................................................. 48

2.5.2 Ruang Lingkup CSR .............................................................. 53

2.5.3 Jenis-jenis CSR ...................................................................... 56

2.5.4 Proses Pelaksanaan CSR ....................................................... 63

2.6 Evaluasi Public Relations .............................................................. 68

2.6.1 Komponen Evaluasi PR ........................................................ 73

2.6.2 Manfaat Evaluasi PR ............................................................. 78

2.7 IPR PRE Process............................................................................ 79

2.8 Teori Stakeholder ........................................................................... 82

2.8.1 Identifikasi Stakeholder ........................................................ 85

2.9 Kerangka Berpikir .......................................................................... 89

2.10 Operasional Variabel .................................................................... 92

2.11 Hipoteis ........................................................................................ 93

2.12 Penelitian Terdahulu .................................................................... 93

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian ...................................................................... 97

3.2 Pendekatan Penelitian .................................................................... 98

3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 100

xiv

3.4 Sumber Data ................................................................................... 102

3.4.1 Populasi ................................................................................. 102

3.4.2 Sampel ................................................................................... 103

3.5 Teknik Sampling ............................................................................ 104

3.6 Teknik Analisis Data ...................................................................... 105

3.7 Analisis Data .................................................................................. 109

3.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian ......................................................... 110

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................................. 111

4.1.1 Company Profile PT Angkasa Pura II ................................... 111

4.1.2 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan ........................... 118

4.2 Deskripsi Data ................................................................................ 125

4.2.1 Analisis Data Responden ...................................................... 125

4.2.2 Deskripsi Hasil Data Penelitian ............................................ 131

4.3 Analisis Deskripsi Presentase Penelitian ....................................... 165

4.4 Pembahasan .................................................................................... 170

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .................................................................................... 185

5.2 Saran ............................................................................................... 186

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 188

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data Pengguna Ambulans ............................................................. 12

Tabel 2.1 IPR PRE Process ........................................................................... 80

Tabel 2.2 Operasional Variabel ..................................................................... 92

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 94

Tabel 3.1 Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert ...................................... 100

Tabel 3.2 Data Jumlah Warga Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Tangerang

Kota Tangerang ............................................................................. 101

Tabel 3.3 Sampel Berstrata Proporsional ...................................................... 104

Tabel 3.4 Tingkat Realibilitas Berdasarkan Nilai Alpha .............................. 106

Tabel 3.5 Hasil Penghitungan Validitas ........................................................ 106

Tabel 3.6 Hasil Penghitungan Uji Realibilitas .............................................. 107

Tabel 3.7 Kriteria Analisis Deskriptif Presentase ......................................... 109

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ............................................................. 125

Tabel 4.2 Usia Responden ............................................................................. 126

Tabel 4.3 Pernyataan Responden .................................................................. 128

Tabel 4.4 Pekerjaan Responden .................................................................... 129

Tabel 4.5 Pendidikan Terakhir Responden ................................................... 130

Tabel 4.6 Responden Mengetahui Keberadaan Program Bina

Lingkungan.................................................................................... 131

Tabel 4.7 Sebelum Adanya Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans PT Angkasa Pura II ...................................................... 134

Tabel 4.8 Responden mengetahui Pemberian Ambulans Bekerjasama

dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang .................................... 136

Tabel 4.9 Responden Mengetahui Tujuan dari pada Program Bina.............. 138

xvi

Tabel 4.10 Rsponden Mengetahui PT Angkasa Pura II Paham akan

Kebutuhan Masyarakat .................................................................. 141

Tabel 4.11 Responden Mengetahui bahwa Isu Kesehatan Merupakan

Permasalahan Utama ..................................................................... 143

Tabel 4.12 PT Angkasa Pura II Sudah Tepat Bekerjasama dengan Dinas

Kesehatan Kota Tangerang untuk Optimalisasi Layanan

Kesehatan ...................................................................................... 145

Tabel 4.13 Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa

Pura II Merupakan Pemberian yang Tepat pada Lingkungan

Sekitar............................................................................................ 146

Tabel 4.14 Responden mengetahui Pihak PT Angkasa Pura II Melakukan

Survei terhadap Lingkungan dalam Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans .................................................................... 148

Tabel 4.15 Tahap Survey PT Angkasa Pura II Dilakukan dengan Baik ......... 150

Tabel 4.16 Survei Pemberian Ambulans Melibatkan Lingkungan Sekitar ..... 151

Tabel 4.17 Ambulans yang Dieberikan Sudah Sangat Memenuhi Kriteria

Dalam Mengoptimalisasikan Kesehatan Lingkungan ................... 153

Tabel 4.18 Prosedural Penggunaan Ambulans Tidak Sulit ............................. 154

Tabel 4.19 Program Bina Lingkungan PT Angkasa Pura II Pemberian

Ambulans sangat Memudahkan untuk Mendapatkan Sarana

Pengobatan yang Maksimal .......................................................... 155

Tabel 4.20 Responden Mengikuti Perkembangan dan Pengawasan

Pelaksanaan Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans .... 157

Tabel 4.21 Responden Mendapatkan Manfaat dengan Adanya Program

Bina Lingkungan Pemberian Ambulans ....................................... 158

Tabel 4.22 Dengan Adanya Orogram Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans maka Masyarakat Terbantu untuk mendapatkan

Akses Layanan Kesehatan ............................................................. 160

xvii

Tabel 4.23 Tujuan Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans

Menguntungkan Masyarakat ......................................................... 161

Tabel 4.24 Sangat Puas terhadap Prgoram Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans PT Angkasa Pura II ...................................................... 162

Tabel 4.25 Penilaian Sangat Baik ditujukan pada Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans ................................................ 164

Tabel 4.26 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase ......................................... 165

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Bagan Modifikasi Community Relations .................................. 72

Gambar 2.2 Kategori Stakeholder ................................................................ 86

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir .................................................................... 91

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Angkasa Pura II (Persero) ................... 113

Gambar 4.2 Nilai-Nilai Perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero) ............. 115

Gambar 4.3 Logo PT Angkasa Pura II (Persero) ......................................... 116

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuisioner .................................................................................. 191

Lampiran 2 Data Jawaban Responden ......................................................... 194

Lampiran 3 Buku Bimbingan ....................................................................... 200

Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Mencari Data ....................................... 202

Lampiran 5 Surat Keterangan Pengerjaan Skripsi ....................................... 204

Lampiran 6 Riwayat Hidup .......................................................................... 205

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengorganisasian yang baik ditengah-tengah kondisi persaingan bisnis

sangatlah menentukan keberadaan sebuah perusahaan. Keberadaan sebuah

perusahaan ditunjukkan dengan berbagai hal yang mampu membuat pihak internal

dan eksternal mendukung jalannya kegiatan perusahaan. Pengorganisasian

merupakan upaya yang terkoordinasi dengan cara menentukan tugas dan

hubungan otoritas. Tugas-tugas khususnya mencakup rancangan organisasional,

spesialisasi pekerjaan, deskripsi kerja, spesifikasi kerja, rentang kendali, kesatuan

komando, koordinasi, rancangan pekerjaan, dan analisis kerja (David, 2009: 192).

Otoritas (authority) atau kewenangan biasanya muncul bersama – sama

dengan kekuasaan, tetapi pada organisasi, otoritas haruslah sah atau legitimate

yang berarti pemegang otoritas telah diberikan izin secara formal (authrorized

formally) oleh organisasi. Efektivitas organisasi bergantung pada seberapa besar

manajemen menerima “kekuasaan sah” (legitimate power) dari organisasi

(Morissan, 2009: 29).

Organisasi dalam bahasa Indonesia atau organization dalam bahasa

Inggris berasal dari perkataan latin organizare yang artinya to form as or in to a

whole consisting of interdependent or coordinate parts (membentuk sebagai suatu

menjadi keseluruhan dari bagian – bagian yang saling tergantung atau

2

terkoordinasikan) Secara harfiah organisasi berarti paduan dari bagian-bagian

yang satu sama lain saling tergantung (Soemirat Ardianto, 2004: 1.4).

Definisi lain dari organisasi menurut Everett M Rogers dan Rekha

Agarwala Rogers dalam bukunya Communication in Organizations adalah sistem

yang mapan dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama,

melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian kerja (a stable system of

individual who work together to achieve through hierarchy of ranks and division

of labor, common goals). Dari definisi organisasi ini dilihat beberapa hakikat

organisasi, pertama, bahwa organisasi merupakan sebuah sistem yang stabil atau

mapan dari segi hukum ataupun sosial; kedua, Organisasi merupakan sekumpulan

orang-orang yang melakukan kerja sama; ketiga, dalam suatu organisasi terdapat

jenjang atau hierarki kepangkatan atau karir (Soemirat Ardianto, 2004: 1,5).

Pada dasarnya setiap anggota organisasi dituntut untuk memiliki daya

adaptasi terhadap lingkungan eksernal, kehidupan internal organisasi juga

dianalisis dan dipahami dengan cara berbeda. Dalam aktivitas sebuah organisasi,

budaya organisasipun dapat terbentuk.

Mengutip apa yang dikemukakan oleh Stanley Darvis dalam bukunya

Managing Corporate Culture, Cambridge Mass: Ballinger Publishing Company,

halaman 1 bahwa budaya organisasi tidak berbeda dengan budaya perusahaan,

“Corporate Culture is the pattern of Shared beliefs and value that give the

members of an institution meaning and provide them with the rules for

behavior in their organization.”

3

“Budaya perusahaan adalah keyakinan dan nilai bersama yang

memberikan makna bagi anggota sebuah isntitusi dan menjadikan

keyakinan dan nilai tersebut sebagai aturan / pedoman berperilaku dalam

organisasi.”

Dan sama seperti Davis, Charles Hamdten-Turner menggunakan istilah

budaya perusahaan dan mendefinisikannya sebagai,

“ways of life, ways of acting, feeling and thingking, which are learned by

group of people rather than being biologically determined.”

“Budaya adalah pandangan hidup, cara pandang sebagai dasar untuk

bertindak, mengungkapkan perasaan dan berpikir yang semuanya itu

merupakan hasil pembelajaran sekelompok orang yang tidak disebabkan

karena faktor keturunan.” (Achmad Sobirin, 2007: 131)

Budaya organisasi ataupun perusahaan terbentuk karena adanya hal-hal

yang mungkin saja terjadi didalamnya:

1. Keanggotaan sebuah organisasi umumya berasal dari individu-invidu

yang berbeda latar belakang, tata nilai dan budaya. Bahkan tujuan

masing-masing ketika bergabung dengan organisasi juga bisa berbeda.

Itulah sebabnya organisasi harus bisa memenuhi kebutuhan setiap

individu yang terlibat dalam organisasi agara pada saat yang sama

mereka mau membantu organisasi mencapai-tujuan-tujuannya.

2. Keberadaan masing – masing anggota organisasi bisa dikatakan tidak

bebas nilai karena sebelum bergabung dengan organisasi mereka telah

4

memiliki tata nilai dan budaya yang diadopsi dari tata nilai dan budaya

masyarakat diluar organisasi. Organisasi dengan demikian merupakan

bertemunya berbagai macam tata nilai dan budaya yang bahkan

memungkinkan terciptanya tata nilai dan budaya baru.

3. Sebagai sebuah masyarakat maka didalam organisasi terjadi interaksi

sosial para anggota. Akibatnya, hubungan di antara mereka juga bukan

hanya hubungan formal lebih dari itu terkadang lebih bersifat informal,

emosional, dan cultural.

Oleh karena itu secara tidak langsung budaya – budaya ini secara gradual

dibawa masuk baik oleh para pendiri organisasi, para pengelola maupun angota

organisasi lainnnya. Selanjutnya setelah tejadi proses kristalisasi dan internalisasi

di dalam organisasi, budaya masyarakat yang pada mulanya di luar jangkauan

organisasi (bersifat tidak terkendali) pada akhirnya menjadi bagian organisasi

(Achmad Sobirin, 2007: 127 – 128).

Organisasi tidak akan bisa mencapai tujuannya tanpa digiatkan oleh

manajemen. Manajemen merupakan kegiatan mengenali peran dan pentingnya

para pihak yang akan menunjang pencapaian tujuan perusahaan (Ismail Solihin,

2009: 3).

James A.F. Stoner dan Charles Wankel (1986; 4) memberikan batasan

manajemen sebagai berikut. Management is the process of planning, organizing,

leading, and controlling the efforts of organization members and of using all

other organizational resources to achieve stated organizational goals

5

(manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan

pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya

organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi). Menurut Stoner dan

Wankel bahwa proses adalah cara sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan.

Dalam batasan manajemen diatas prosesnya meliputi:

1. Perencanaan, yaitu menetapkan tujuan dan tindakan yang akan

dilakukan;

2. Pengorganisasian, yaitu mengoordinasikan sumber daya manusia serta

sumber daya lainnya yang dibutuhkan;

3. Kepempimpinan, yaitu mengupayakan agar bawahan bekerja sebaik

mungkin;

4. Pengendalian, yaitu memastikan apakah tujuan tercapai atau tidak dan

jika tidak tercapai dilakukan tindakan perbaikan ( Dr. H. B. Siswanto,

M.Si2008: 2).

Scot M Cutlip, Allen H Center, Glen M Broo menjelaskan “Public

Relations (PR) adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan

hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang

mempengaruhi kesusksesan atau kegagalan organisasi tersebut.” (Scott M Cutlip,

dkk, 2006: 6)

Sebagai sebuah fungsi manajemen, PR dapat melakukan riset,

melaksanakan dan mengevaluasi secara rutin program – program aksi dan

komunikasi unuk mendapatkan pemahaman publik yang dibutuhkan untuk

6

kesuksesan tujuan organisasi atau perusahaan. Public Relations mempunyai ruang

lingkup kegiatan yang menyangkut banyak manusia (publik, masyarakat,

khalayak), baik di dalam (public intern) dan di luar (public ekstern). PR sebagai

komunikator mempunyai fungsi ganda yaitu memberikan informasi kepada

khalayak dan kedalam meyerap reaksi dari khalayak.

Dalam bentuknya yang paling maju, PR adalah bagian proses perubahan

dan pemecahan masalah di organisasi yang dilakukan secara ilmiah. Praktisi PR

jenis ini menggunakan teori dan bukti terbaik yang ada untuk melakukan proses

empat langkah diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Keempat item

tersebut tidak dapat dipisahkan secara tegas seperti itu, sebab proses ini

berkelanjutan dan bersifat siklus dan diaplikasikan dalam setting yang dinamis

untuk mendefinisikan problem atau peluang.

Strategi pokok PR diarahkan untuk meningkatkan mekanisme komunikasi

dua arah antara perusahaan dengan sasaran PR agar hasil – hasil yang dicapai oleh

perusahaan dapat dikenal oleh sasaran PR, sehingga sasaran PR akan ikut

berpartisipasi aktif dalam mewujudkan tujuan perusahaan khususnya dan tujuan

pembangunan nasional umumnya.

Sebuah esksitensi perusahaan tidak lepas daripada eksistensi PR.

Eksistensi PR pada setiap organisasi atau perusahaan merupakan suatu keharusan

fungsional dalam rangka memperkenalkan kegiatan dan aktivitas kepada

masyarakat. PR merupakan suatu alat untuk memperlancar jalannya interaksi serta

7

penyebaran informasi kepada masyarakat. Salah satu caranya dengan melakukan

praktik publisitas atau juga disebut informasi publik.

Model praktik publisitas atau juga disebut informasi publik masih

merupakan model yang paling banyak digunakan. Banyak manager dan klien

jajaran atas melakukan kontrak kerja dengan PR profesional untuk menangani

publik internal dan publik eksternal dan peliputan media untuk membina

hubungan positif dan konsisten dengan pihak – pihak yang terlibat dengan

organisasi.

PR memiliki peran strategis untuk mewujudkan sasaran kesuksesan

perusahaan. Salah satu konsep penting PR adalah reputasi perusahaan. Reputasi

perusahaan dinilai penting karena stakeholdernya lebih peduli reputasi atau citra

dari perusahaan. Stakeholdernya menyadari bahwa image atau brand perusahaan

memiliki pengaruh kepada mereka.

Sebuah perusahaan yang citranya baik adalah yang bertanggungjawab dan

peduli lingkungan sekitarnya. Karena masyarakat atau komunitas sekitar

perusahaan merupakan salah satu stakeholder (Public External).

Menurut Anggoro, “Perusahaan – perusahaan yang memiliki reputasi

bagus umumnya menikmati enam hal. Pertama, hubungan yang baik dengan para

pemuka masyarakat. Kedua, hubungan positif dengan pemerintah setempat.

Ketiga, resiko krisis yang lebih kecil. Keempat, rasa kebanggan dalam organisasi

dan diantara khalayak sasaran. Kelima, saling pengertian antara khalayak sasaran,

baik internal maupun eksternal. Dam terakhir, meningkatkan kesetiaan para staff

8

perusahaan.” (http://ruangdosen.wordpress.com/2009/01/15/peran-pr-dalam-

membangun-citra-perusahaan-melalui-program-csr/)

Perusahaan harus bisa bertanggung jawab terhadap publik eksternal

khususnya yang berada di sekitar perusahaan. Tujuannya untuk tetap

mempertahankan eksistensi keberadaannya di tengah masyarakat.

Makin baik hubungan dengan komunitas, maka akan baik pula citra

organisasi perusahaan di mata komunitas, dan makin tinggi pula rasa bangga para

pekerja dan staf organisasi perusahaan tersebut pada perusahaannya (Yosal

Iriantara, 2007: 32).

Hubungan dengan komunitas sudah seharusnya diperhatikan dan

dibutuhkan tindakan manajemen didalamnya. Pada hakikatnya manajemen dalam

sebuah hubungan dalam lingkup bisnis dapat dilihat dari cara sebuah perusahaan

menjangkau relasinya. Manajemen hubungan atau sering disebut sebagai

Relationship Management berpusat pada dimensi atau parameter sebuah

hubungan. Dimensi atau parameter ini adalah aspek-aspek hubungan antara

organisasi yang mendukung pekerjaan PR dan target suatu proyek. Hal terpenting

dalam Relationship Management terletak pada bagaimana PR memiliki sebuah

esensi dalam sebuah kondisi darurat hubungan manajemen, yakni apa itu dan apa

yang harus dikerjakan, menyangkut fungsi, dan nilai dalam struktur organisasi dan

masyarakat yang lebih besar, serta keuntungan – keuntungan yang dihasilkan

tidak hanya mendukung organisasi, tetapi juga publik, komunitas, dan

masyarakat, dimana organisasi itu berada.

9

CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan salah satu bentuk

tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan

harapan stakeholders seubungan dengan isu – isu etika, sosial dan lingkungan,

disamping ekonomi. Komunikasi perusahaan pada saat initelah menjadi arena

dimana perusahaan bersama dengan pemangku kepentingan melakukan interaksi

dan dialog yang setara sampai terumuskan kepentingan bersama melalui

mekanisme interdependensi. Dinamika interaksi perkembangan CSR dan

komunikasi perusahaan telah mendorong lahirnya pendekatan manajemen yang

diharapkan lebih etis sekaligus efektif dan efisien.

Beberapa perusahaan menjadikan CSR sebagai strategi bisnis yang inheren

dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi

dan kesetiaan merek produk (loyalitas) perusahaan. Dengan melakukan kegiatan

CSR, consume dapat lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu

melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat dan dapat menimbulkan

kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat

meningkatkan posisi brand perusahaan.

PT Angkasa Pura II (Persero) atau yang lebih dikenal dengan sebutan AP

II merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara di lingkungan Kemeterian

Perhubungan yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan

dan pelayanan jasa terkait Bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Sejak 13

Agustus 1984 keberadaan Angkasa Pura II berawal dari perusahaan Umum

dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui peraturan

pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui peraturan

10

Pemerintah Nomor 26 Tahun 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II.

Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui peraturan Pemenrintah Nomor 14 tahun

1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), dan pada 18 November

2008 berubah nama menjadi PT Angkasa Pura II (Persero).

Beridirinya PT Angkasa Pura II (Persero) bertujuan untuk menjalankan

pengelolaan dan pengusahaan dalam bidan jasa kebandarudaraan dan jasa terkait

bandar udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang

dimiliki perusahaan dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal

tersebut dilihat berdasarkan pelaksanaan kewajiban untuk membayar dividen

kepada Negara selaku pemegang saham. Angkasa Pura II juga senantiasa

berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan perlindungan

konsumen kepada pengguna jasa bandara, serta meningkatkan kepedulian sosaial

terhadap masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara melalui Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan.

Bandara Internasional Soekarno-Hatta sebagai salah satu bandar udara

yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II (Persero) juga melaksanakan praktik

social responsibility sesuai dengan Surat Keputusan Nomor KEP-04 /MBU/2007

yang merupakan penyempurnaan dari surat Keputusan Menteri BUMN Nomor

236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan

Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Salah satu bentuk pratik social

responsibility yang dilaksanakan Bandara Internasional Soekarno-Hatta adalah

Bantuan Ambulans sebagai kendaraan Puskemas keliling yang difungsikan

sebagai pemenuhan kebutuhan akan pengobatan yang tidak mengenal batas

11

administratif, masyarakat desa ataupun kota. Sarana yang memadai mendukung

peningkatan grafik data kesehatan dan keselamatan jiwa masyarakat. Maka dari

itu sejak tahun 2012 hingga kini, Angkasa Pura II Bandara Internasional

Soekarno-Hatta konsisten memenuhi kebutuhan masyarakat diberbagai bidang

termasuk di bidang kesehatan melalui bantuan Ambulans sebagai kendaraan

puskesmas keliling.

Dalam praktiknya, Corporate Social Responsibility tidaklah selalu berjalan

dengan mudah. Banyak kendala yang pasti terjadi didalamnya. (Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia; kendala/ken·da·la/ n 1 halangan; rintangan; gendala; 2

Man faktor atau keadaan yg membatasi, menghalangi, atau mencegah pencapaian

sasaran; kekuatan yg memaksa pembatalan pelaksanaan; 3 Fis hal (khususnya

bentuk geometri lingkungan) yg membatasi keleluasaan gerak sebuah benda atau

suatu sistem).

Bantuan ambulans yang dilaksanakan PT Angkasa Pura II Bandara

Internasional Soekarno-Hatta terkendala pada persoalan yang mengarah pada

kurangnya efektivitas komunikasi yang mengakibatkan masih banyak publik

eksternal di sekitar Bandara Internasional Soekarno-Hatta tidak mengetahui

keberadaan bantuan Ambulans yang ditujukan sebagai puskesmas keliling di

sekitar bandara. Banyak elemen masyarakat dengan kebutuhan yang berbeda

memiliki harapan yang berbeda pula, dan menimbulkan tanggapan ataupun opini

pada masyarakat bahwa bantuan ambulans tidak akan menyelesaikan persoalan

utama masyarakat, yaitu kemiskinan. Inilah yang membuat bantuan ambulans

tidak tersalurkan secara optimal kepada masyarakat. Padahal bantuan Ambulans

12

ini sendiri bertujuan menjangkau setiap elemen masyarakat sekitar Bandara

Soekarno-Hatta agar mudah memperoleh pengobatan, namun ditemukan pula

kendala lain yang ditimbulkan, berupa bertambahnya tuntutan lain dari

masyarakat kepada PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno-Hatta

berkaitan dengan adanya pemberian bantuan ambulans. Disinilah peran PR

sebagai seorang komunikator perusahaan sekaligus manajer hubungan didalamnya

dibutuhkan.

Berikut merupakan data penggunaan Ambulans sebagaimana fungsinya

dalam memaksimalkan sarana pelayanan kesehatan masyarakat Kota Tangerang,

Tabel 1.1

Data Pengguna Ambulans

No Nama Kode Jumlah Pengguna Ambulans

Kelurahan Pos Januari-Desember 2014

1 Kelurahan Cikokol 15117 213

2 Kelurahan Suka Asih 15111 201

3 Kelurahan Buaran Indah 15119 191

4 Kelurahan Sukarasa 15111 187

5 Kelurahan Sukasari 15118 163

6 Kelurahan Tanah Tinggi 15119 129

7 Kelurahan Babakan 15118 111

8 Kelurahan Kelapa Indah 15117 98

*Sumber Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Kelurahan Suka Asih menjadi

wilayah terbanyak kedua dalam predikat penggunaan Ambulans pada Kecamatan

Kota Tangerang. Hal itu menunjukkan bahwa keluarahan Suka Asih merupakan

salah satu kelurahan yang warganya banyak menggunakan fasilitas ambulans

sebagai optimalisasi sarana kesehatan Kota Tangerang. Dalam hal ini rancangan

strategi dan komunikasi PR yang original dan optimal sangat diperlukan. PR harus

13

mampu menyelaraskan kepentingan dan harapan dengan kepentingan dari publik,

masyarakat umum, profesi maupun kepentingan pribadi. Selain itu, dalam

perusahaan sering terjadi konflik berkaitan dengan peran mana yang seharusnya

dijalankan seorang praktisi PR, disebabkan karena adanya kepentingan berbagai

pihak. Begitpula peran PR dalam menjalankan CSR di mana berusaha

menyeimbangkan antara kepentingan perusahaan dan kebutuhan publik. Evaluasi

harus dilakukan demi menyelaraskan antara kepentingan publik dan perusahaan,

dan peneliti melihat bahwa relationship management sangat cocok untuk menjadi

konsep dalam pelaksanaan evaluasi didalamnya. Berdasarkan uraian latar

belakang masalah tersebut, dapat dikemukakan rumusan masalah atau fokus

masalah dalam penelitian ini berupa,

“Bagaimana studi evaluatif melalui program Corporate Social

Responsibility PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Internasional

Soekarno-Hatta dengan studi Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans pada masyarakat sekitar bandara?”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah atau fokus masalah di atas, penulis

mengidentifikasi permasalahan yang menjadi subfokus penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana evaluasi terhadap proses pengambilan keputusan

terhadap Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT

Angkasa Pura II (Persero) Bandara Internasional Soekarno-Hatta

14

pada warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan

Tangerang, Kota Tangerang?

2. Bagaimana evaluasi terhadap implementasi Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero)

Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada pada warga RT 02 RW

01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang?

3. Bagaimana evaluasi hasil dan dampak Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara

Internasional Soekarno-Hatta pada pada warga RT 02 RW 01

Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari setiap peneilitian adalah untuk menjawab permasalahan yang

dirumuskan. Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka diketahui tujuan dari

penelitian yang dilakukan, yakni sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui evaluasi proses pengambilan keputusan terhadap

Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II

(Persero) Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada pada warga RT

02 RW 01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota

Tangerang.

2. Untuk mengetahui evaluasi implementasi Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara

15

Internasional Soekarno-Hatta pada warga RT 02 RW 01 Kelurahan

Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.

3. Untuk mengetahui evaluasi hasil dan dampak daripada Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero)

Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada warga RT 02 RW 01

Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

bagi pengembangan dan pengayaan khazanah ilmu komunikasi pada

umumnya dan khususnya yang berkaitan dengan peran dan strategi yang

menghasilkan sebuah evaluasi Public Relations pada program kegiatan

Corporate Social Responsibility.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan

kepada pembaca mengenai peran dan strategi yang menghasilkan sebuah

evaluasi dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Bagi

perusahaan, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis berupa

informasi yang dapat dijadikan bahan penelitian atau feedback untuk

kepentingan perbaikan dan peningkatan komunikasi serta pelayanan dalam

pelaksanaan program CSR.

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Komunikasi

Kehidupan manusia tidak lepas dari komunikasi, karena komunikasi

merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan manusia atau

masyarakat. Manusia melakukan komunikasi dari bangun tidur hingga menjelang

tidur kembali. Komunikasi yang kita lakukan rata-rata mencapai sembilan puluh

persen perhari. Bisa dilihat betapa vitalnya komunikasi bagi kelangsungan hidup

manusia karena secara umum manusia makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

melainkan bersosialisasi. Sosialisasi itu membutuhkan proses komunikasi, dengan

kata lain komunikasi telah menjadi “jantung” dari kehidupan kita sehari-hari.

Komunikasi atau communication (dalam bahasa inggris) berasal dari kata

latin communis adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal-usul kata

komunikasi yang merupakan dari kata-kata yang mirip. Komunikasi menyarankan

bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama (Dedi

Mulyana, 2008: 46).

Komunikasi sebagai suatu proses yang memusat menuju kearah pengertian

bersama, menurut Kincaid dapat dicapai meski bersamaan pengertian pada suatu

obyek atau pesan tidak pernah sempurna secara penuh. Hal ini disebabkan karena

tidaka adanya dua orang yang berpengalaman sama adapun dapat dicapai bersama

17

apabila pengertian melalui pendekatanyang lebih erat, yakni dengan toleransi

yang lebih tinggi.

Definisi lain komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada media melalui media tertentu yang menghasilkan efek atau

tujuan dengan mengharapkan feedback atau umpan balik (Daryanto 2010: 148).

2.1.1 Fungsi Komunikasi

Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan –

tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni, dan lapangan kerja sudah tentu

memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Ada delapan fungsi komunikasi sebagai berikut.:

a. Fungsi informasi, dimana semua pengumpulan, penyimpanan, sebuah

proses, opini, fakta dibutuhkan agar dapat mengerti beraksi secara jelas

terhadap kondisi lingkungan dan orang lain dapat mengambil

keputusan dengan tepat.

b. Fungsi sosialisasi dimana sumber penyediaan ilmu pengetahuan yang

memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota

masyarakat yang efektif sehingga sadar akan fungsi sosial dan dapat

aktif di dalam masyrakat.

c. Fungsi motivasi menjelaskan tujuan setiap jangka panjang dan pendek

juga menentukan keinginan manusia juga mendorong kegiatan

individu atau kelompok berdasrkan tujuan bersama yang akan dikejar.

18

d. Fungsi perdebatan dan diskusi menyediakan menyediakan saling

bertukar fakta yang diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau

menyelesaikan perbedaan pendapat mengenai masalah publik.

e. Fungsi pendidikan dimana pengalihan ilmu pengetahuan sehingga

mendorong perkembangan intelektual pembentuk watak dan

pendidikan keterampilan dan kemahiran yang diperlukan pada semua

bidang kehidupan.

f. Fungsi memajukan kebudayaan dimana penyebaran hasil kebudayaan

dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu dengan

perluasan horizontal seseorang, membangun imajinasi dan mendorong

kreativitas dan kebutuhan estetika.

g. Fungsi hiburan dimana menyebarluaskan sinyal, simbol suara, dan lain

– lain untuk kesenangan kelompok dan individu.

h. Fungsi integrasi dimana kelompok atau individu memperoleh

kesempatan berbagai pesan yang mereka perlukan agar dapat saling

kenal dan menghargai kondisi, pandangan keinginan orang lain

(Widjaja, 2010: 9 – 10).

2.1.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah setiap langkah dari saat menciptakan informasi

sampai dipahami oleh komunikan. Menurut Joseph De Vito (2006 : 19)

mengemukakan komunikasi adalah transaksi, hal ini dimaksudkan komunikasi

merupakan suatu proses dimana komponen – komponen saling terkait. Dalam

aplikasinya terdapat langkah – langkah proses komunikasi:

19

1. Ide gagasan diciptakan oleh sumber komunikator

2. Ide yang diciptakan tersebut kemudian dialih bentukkan menjadi

lambang – lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat

dikirimkan

3. Pesan yang telah di en-coding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui

saluran / media yang sesuai dengan karakteristik lambang – lambang

komunikasi ditujukan kepada komunikan

4. Penerima ditafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk

mengartikan maksud pesan tersebut

5. Apabila pesan tersebut telah berhasil di decoding, khalayak akan

mengirim pesan kembali ke komunikator.

Esensi dalam proses komunikasi adalah untuk memperoleh kesamaan

makna di antara orang yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Menurut

pandangan Riesch dan Bateson dalam Liliwer (2004 : 28) bahwa tingkatan yang

paling penting dalam komunikasi adalah komunikasi antarpribadi dalam konteks

sosial. Ada lima faktor yang mempengaruhi proses komunikasi dijabarkan

sebagai berikut:

1. The Art (perbuatan)

Tindakan komunikasi yang diinginkan melalui lambang-lambang

komunikasi dapat dimengerti oleh manusia. Pada umumnya lambang

tersebut dinyatakan dengan bahasa atau keadaan tertentu dengan tanda lain

yang dipergunakan.

20

2. The Scene (adegan)

Adegan merupakan salah satu faktor dalam proses komunikasi

yang menekankan hubungan dengan lingkungan komunikasi. Adegan

tersebut dapat berupa simbol yang dapat dimengerti dan dapat

dikomunikasikan.

3. The Agent (perilaku & perantara)

Individu – individu yang mengambil bagian dalam hubungan

komunikasi dinamakan pelaku – pelaku komunikasi. Pengirim dan

penerima yang terlibat dalam hubungan komunikasi ini adalah contoh dari

pelaku – pelaku komunikasi dan peranannya sering digantikan dalam

situasi yang berkembang.

4. The Agency (Perantara)

Alat – alat yang digunakan dalam komunikasi dapat membangun

terwujudnya perantara. Alat – alat selain dapat berwujud komunikasi lisan,

tatap muka, serta ada juga alat komunikasi tertulis seperti surat, memo,

dan lain – lain.

1. The Purpose (Tujuan)

Menurut Grace dalam Thoha (1997) ada empat macam tujuan

yaitu:

21

a. Tujuan fungsional yaitu tujuan yang dapat mencapai manfaat

bagi perusahaan.

b. Tujuan manipulasi yaitu dengan cara mengeluarkan ide-ide

yang ada di setiap pemikiran seseorang yang nantinya hasilnya

dapat diterima atau tidak dilihat dari sikap dan nilai seseorang.

c. Tujuan keindahan yaitu dapat dituangkan dengan ide-ide

kreatif yang sangat beda dengan orang lain. Ide – ide kreatif

tersebut yang dapat menghasilkan kegiatan-kegiatan

perusahaan yang dapat dilihat oleh khalayak.

d. Tujuan keyakinan yaitu ide-ide atau gagasan yang kreatif dapat

lebih dikembangkan dan dapat meyakinkan seseorang untuk

dapat diterima.

Selain faktor – faktor yang mempengaruhi proses komunikasi, di dalam

proses komunikasi juga dibagi dua tahap yang dapat mendukung proses

komunikasi itu sendiri yaitu proses komunikasi primer dan sekunder.

1. Proses komunikasi primer merupakan proses penyampaian pikiran atau

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang

(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam

komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar dan lain-lain yang

secara langsung mampu mengartikan pikiran atau perasaan

komunikator kepada komunikan.

2. Proses komunikasi sekunder merupakan proses penyampaian pesan

oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau

22

sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media

pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam

melancarkan komunikasi karena komunikan sebagai sasaran berada di

tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.

2.1.3 Unsur – Unsur Komunikasi

Untuk dapat mendukung tentang komunikasi tidak lengkap rasanya jika

tidak didukung oleh unsur – unsur yang mempengaruhi komunikasi. Unsur –

unsur ini biasa disebut komponen atau elemen komunikasi. Terdapat beberapa

pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang terjadi untuk mendukung

komunikasi.

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai

pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antar manusia,

sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk

kelompok misalnya partai, organisasi atau lembaga. Sumber sering disebut

pengirim, komunikator atau dalam bahasa inggrisnya disebut source,

sender, atau encoder.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu

yang disampaikan pengrim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan

dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya dapat

berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi nasihat atau propaganda.

23

3. Media

Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa

pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media

bisa bermacam – macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi

antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi.

Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat

menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, di

mana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Dapat

dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik.

Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, leaflet, brosur ,

stiker, buletin, handout, poster, spanduk, dan sebagainya. Dengan

berkembangya teknologi, semua itu dapat dipadukan dan dikombinasikan

dengan multimedia.

4. Penerima

Merupakan elemen penting dalam proses komunikasi karena

penerimalah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak

diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang

sering kali menuntut perubahan entah pada sumber, pesan, atau saluran.

5. Pengaruh

24

Pengaruh atau efek perbedaan antara apa yang dirasa, dipikirkan

oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini terjadi

pada pengetahuan sikap dan tingkah laku seseorang.

6. Tanggapan balik

Tanggapan balik atau umpan balik pada dasarnya bentuk daripada

pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi sebenarnya umpan balik

berasal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai

pada penerima.

7. Lingkungan

Merupakan salah satu faktor penting bagi proses atau unsur

komunikasi dan mempengaruhi jalannya komunikasi. Lingkungan ini

dapat dibedakan menjadi empat yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial

budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu (Hafied Cangara, 2008:

21 – 27).

2.2 Komunikasi Organisasi

Dalam kenyataanya komunikasi selalu muncul dalam hubungan

sosial.Bentuk sosialisasi dapat ditemukan dengan mudah dalam kegiatan sehari-

hari. Bentuk nyata terdapat dalam organisasi. Oleh sebab itu komunikasi dalam

organisasi menjadi sistem aliran yang menghubungkan dan membangkitkan

kinerja antar bagian dalam organisasi sehingga menghasilkan sinergi. Jadi dengan

demikian, komunikasi dalam organisasi selain ikut andil membangun iklim

25

organisasi juga ikut membangun budaya organisasi atau sering dikenal sebagai

(corporate culture). Jika ini dipahami oleh pengelola organisasi maka perbedaan-

perbedaan individu dan ketidak mengertian (mis-understanding) dalam organisasi

bisa diperkecil dan dikurangi yang pada akhirnya konflik bisa dihindari. Berbagai

aksi demo (unjuk rasa) yang dilakukan karyawan atau pegawai bukan hanya

persoalan ketidakpuasan terhadap pendapatan dan reward (ganjaran atau upah),

tetapi lebih banyak bersumber dari ketidakmengertian mereka terhadap eksistensi

organisasinya.

Joseph A. Devito mendefinisikan komunikasi organisasi merupakan

pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi – di dalam

kelompok formal maupun informal organisasi. Komunikasi formal adalah

komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi

pada organisasi. Isinya berupa cara-cara kerja di dalam organisasi, produktifitas,

dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi: memo, kebijakan,

pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Komunikasi informal adalah

komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya tidak pada organisasinya

sendiri, tetapi lebih pada para anggotanya secara individual (Joseph A. Devito,

1997:340)

2.2.1 Penggolongan Komunikasi dalam Organisasi

Ada lima penggolongan komunikasi dalam organisasi yang biasa dipakai,

yaitu:

a. Komunikasi lisan dan tertulis

26

Dasar penggolongan komunikasi lisan dan tertulis ini adalah

bentuk pesan yang akan disampaikan. Banyak bentuk komunikasi;

terutama komunikasi antarpribadi (interpersonal communication);

disampaikan secara lisan maupun tertulis. Karena sebagian besar

interaksi studi telah dilakukan untuk menilai manfaat dan efisiensi dari

pesan yang disampaikan dengan cara ini. Perbedaan sangat besar

diantara keduanya, karena tidak dapat digeneralisasikan dengan begitu

saja. Namun demikian, banyak orang menyukai komunikasi lisan

karena situasi keakraban yang ditimbulkannya. Sedangkan orang lain

berpendapat bahwa kecermatan dan ketepatan biasanya lebih berhasil

dicapai melalui komunikasi lisan maupun tertulis; biasanya pada

kesempatan atau saat yang berbeda; dengan maksud untuk

meningkatkan kemungkinan pemahaman atas pesan-pesan yang

dikirimkan.

b. Komunikasi Verbal dan Non verbal

Jika dua orang berinteraksi, maka informasi mengenai perasaan

dan gagasan-gagasan dan ide-ide yang timbul akan dikomunikasikan.

Informasi mengenai perasaan seseorang dikemukakan scara lisan

melalui apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakannya. Arti dari

kata atau kalimat diperjelas melalui tinggi rendahnya nada suara,

perubahan nada suara, keras tidaknya suara, dan kapan komunikator

berbicara. Perasaan seseorang juga dapat dinyatakan melalui berbagai

isyarat-isyarat atau signal-signal nonverbal dalam percakapan tatap

27

muka langsung, perasaan, keadaan jiwa atau suasana hati seseorang

dinyatakan melalui gerakan isyarat (gesture), ekspresi wajah, posisi

dan gerakan badan, postur, kontak fisik, kontak pandanga mata, dan

stimulasi non-verbal lain yang sama pentingnya dengan kata-kata yang

diucapkan.

c. Komunikasi Ke Bawah, Ke Atas, dan Ke Samping

Penggolongan komunikasi ke bawah, ke atas, dan ke samping

(lateral) ini didasarkan pada arah aliran pesan-pesan dan informasi

didalam suatu organisasi.

1. Komunikasi ke bawah.

Komunikasi ke bawah mempunyai fungsi pengarahan,

perintah, indoktrinasi, inspirasi, dan evaluasi. Perintah dan

instruksi biasanya menjadi lebih terperinci dan spesifik karena

diintrepetasikan oleh tingkatan manajemen yang lebih rendah.

Manajer-manajer pada setiap tingkatan bertindak sebagai

penyaring (filter) dalam menentukan seberapa banyak informasi

yang mereka terima dari pimpinan yang lebih tinggi yang akan

diteruskan kepada bawahannya. Banyak saluran yang digunakan

selain pertemuan tatap langsung, pembicaraan lewat telfon, buku

pedoman bagi karyawan, majalah, papan pengumuman, panflet,

poster dan lainnya yang dapat digunakan menjadi alat bantu

penyebaran informasi atau berita komunikasi ke bawah.

28

2. Komunikasi ke atas.

Fungsi utamanya adalah untuk memperoleh informasi

mengenai kegiatan, keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan

karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Komunikasi ke atas

dapat berupa laporan prestasi kerja (performance report), saran-

saran dan rekomendasi, usulan anggaran, pendapat atau opini,

keluhan, permohonan bantuan, atau instruksi. Saluran dapat berupa

pertemuan tatap muka langsung, pertemuan berencana kelompok

karyawan, catatan dan memo tertulis.

3. Komunikasi ke samping

Komunikasi ke samping (lateral communication) terjadi

antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki

wewenang yang sama (komunikasi horizontal) atau antara orang

atau pihak pada tingkatan yang berbeda yang tidak mempunyai

wewenang langsung terhadap pihak lainnya (komunikasi diagonal).

Komunikasi ke samping terjadi secara teratur di antara

karyawan yang bekerja bersama dalam satu tim, diantara para

anggota kelompok karyawan yang berbeda para anggota

departemen atau bagian yang secara fungsional terpisah dan

diantara karyawan lini dan staff. Jadi pola komunikasi ke samping

sangat berkaitan erat dengan aliran kerja dalam suatu organisasi.

4. Komunikasi Formal dan Komunikasi Informal

29

Komunikasi dalan organisasi juga dapat digolongkan

menjadi komunikasi formal dan komunikasi informal dasar

penggolongan ini adalah gaya, tatakrama, dan pola aliran informasi

di dalam perusahaan. Bila pesan-pesan atau informasi dikirimkan,

ditransfer, dan diterima melalui pola hiraki kewenangan organisasi

yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi; yang biasanya

disebut sebagai anti komando; maka terjadilah komunikasi formal.

Namun banyak juga pertukaran informasi didalam organisasi

terjadi dengan cara yang kurang sistematik dan lebih informal yang

disebut sebagai komunikasi informal. (Gunawan Jiwanto, 1985:

27-36) Senada dengan itu, Miftah Thoha mendefinisikan

komunikasi organisasi formal merupakan proses komunikasi yang

mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan

atau struktur organisasi.

Adapun komunikasi organisasi informal adalah proses

komunikasi dimana arus informasinya sesuai dengan kepentingan

dan kehendak masing-masing pribadi yang ada dalam organisasi

tersebut. Proses hubungan komunikasi informal tidak mengikuti

jalur struktural, sehingga bisa saja terjadi seseorang yang

mempunyai struktur formal berada dibawah.

30

5. Komunikasi satu arah dan dua arah

Pada jenis komunikasi ini membicarakan tentang reaksi dan

tanggapan. Jenis komunikasi satu arah ini menghilangkan

kesempatan untuk memperoleh penjelasan dan konfirmasi. Jenis

komunikasi ini hanya menekankan penyampaian pesan yang cepat

penyampaiannya, dan menghemat waktu dan biaya. Pengirim

pesan merasa puas karena tidak adanya kesempatan bagi

komunikan untuk mempertanyakan informasi yang dikirimkan

sehingga dapat melindungi atau menutupi kelalaian dan kesalahan

yang mungkin dilakukannya.

Sedangkan jenis komunikasi dua arah mempunyai suatu

sistem umpan balik yang terpasang tetap (built-in system of feed

back) didalamnya, yang memungkinkan komunikator dapat

memperoleh umpan balik pesan yang disampaikan. Jenis

komunikasi ini menjamin informasi dan penjelasan lebih lanjut

akan diberikan dan tersedia setiap saat jika dibutuhkan. Kerugian

komunikasi dua arah adalah lambat, memakan banyak waktu, dan

ada kemungkinan kurang efisien karena dapat memberikan

kepuasan yang berlebihan kepada penerima pesan yang

mempunyai kesempatan untuk memahami pesan yang dikirimkan

sepenuhnya (Drs. Abdullah Masmuh, M.Si, 2010: 7 – 22).

31

2.3 Public Relation

Dalam komunikasi sebuah organisasi ada bentuk nyata dari pada

manajemen. Di sebuah organisasi manajemen komunikasi dapat dilihat dari fungsi

dan tugas public relations. Public Relation Society of America (PRSA)

memberikan beberapa definisi PR (Public Relations), dan salah satunya dari

definisi tersebut yang sangat berguna adalah bahwa PR merupakan pihak yang

membantu organisasi untuk berkomunikasi dengan public kunci dengan lebih

efektif. Secara singkat PR (Public Relations) memiliki arti manajemen hubungan

(management of relationship).

Peran seorang public relations dalam bidang komunikasi suatu organisasi

atau perusahaan sangatlah diperlukan. Dalam buku strategi kampanye PR, Rosady

Ruslan memberikan kesimpulan mengenai peran utama PR yang pada intinya

adalah sebagai berikut (Ruslan, 2008: 10) Sebagai communicator, membina

relationship, peranan back up management, membentuk corporate image. Namun,

dalam perusahaan sering terjadi konflik berkaitan dengan peran mana yang

seharusnya dijalankan seorang praktisi PR disebabkan adanya berbagai

kepentingan dan berbagai pihak. Menurut studi yang dilakukan oleh Linddenmann

dan Lapetina (1981) dan oleh Moss, Warnaby, dan Newman (2000), Praktisi PR

dianggap memiliki keterbatasan wawasan berkaitan dengan isu sosial, politik, dan

masalah bisnis. Sedangkan, wawasan tersebut sangat penting bagi pihak

manajemen dalam membuat kebijakan perusahaan. Persepsi pihak manajemen

berkaitan dengan kompetensi praktisi PR mengakibatkan keengganan mereka

untuk melibatkan praktisi humas dalam aktivitas CSR.

32

Namun sekarang secara umum peran public relations adalah menjalankan

fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik

dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan

atau kegagalan organisasi tersebut (Scott M. Cutlip, 2007: 6).

Konsep peranan petugas public relations yang dikembangkan oleh Broom

dan Smith, yaitu peran public relations merupakan salah satu kunci penting untuk

pemahaman fungsi public relations dan komunikasi organisasi (Sahputra, 2011:

25).

Peran public relations menurut Grunig dan Hunt dibedakan menjadi dua

peran dominan, yaitu peranan manajerial (communication manager role) dan

peranan teknis (communication technician role). Communication manager terdiri

dari tiga sub peran, yaitu expert prescriber, communication facilitator, dan

problem-solver process facilitator (Ruslan, 1998: 18-19). Berikut adalah

keterangan masing-masing dari peran public relations:

1. Communication Manager

Dalam kategori ini, peran PR secara sistematis merencanakan dan

mengatur program public relations pada sebuah organisasi, menjadi

problem solver dengan memberi masukan pada manajemen atau koalisi

dominan dalam sebuah organisasi dan membuat kebijakan, khususnya

dalam bidang komunikasi. Public relations secara langsung terlibat pada

semua unsur pembuatan kebijaksanaan komunikasi dan berkesinambungan

mengadakan penelitian dan evaluasi kerja.

33

Public relations memiliki wewenang yang diberikan oleh pihak

manajemen untuk mengelola secara independen segala kegiatan yang

berhubungan dengan fungsi komunikasi sehingga PR bertanggung jawab

atas hasil program secara keseluruhan. Communication manager role ini

memiliki tiga sub peran, yaitu:

Expert Prescriber Communication

Pada peran ini, petugas public relations dianggap sebagai orang

yang ahli. Public relations melakukan riset dan menentukan masalah

PR, membangun program dan bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan program. Selain itu, public relations dianggap ahli dalam

masalah PR dan seringkali mereka terlihat memiliki kualitas untuk

menangani masalah tersebut dan mengidentifikasi soulisnya. PR

berperan sebagai konsultan untuk membatasi masalah, menyarankan

pilihan, dan mengimplementasikan. Manajemen puncak menyerahkan

PR sebagai tangan ahli dan manajemen biasanya mengambil peran

pasif saja.

Problem Solving Process Facilitator

Peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah.

Public relations berkolaborasi dengan manajemen senior untuk

mengidentifikasi, memecahkan, dan menyelesaikan masalah-masalah

komunikasi organisasi. Pada peranan ini petugas humas melibatkan

diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis). Dia menjadi

34

anggota tim, bahkan bila memungkinkan menjadi leader dalam

penanganan krisis manajemen.

Communication Facilitator

Sebagai fasilitator komunikasi antara perusahaan atau

organisasi dengan publik, baik dengan publik eksternal maupun

internal. Public relations bertindak sebagai pihak yang menyediakan

dan menjaga saluran komunikasi yang berkesinambungan dan

berkelanjutan bagi organisasi dan publiknya. Selain itu, bertindak juga

sebagai liaison, interpreter, dan mediator yang menghubungkan antara

organisasi dan lingkungan sekitarnya dengan menjaga komunikasi dua

arah berangsur.

2. Communication Technician

Petugas humas dianggap sebagai pelaksana teknis komunikasi.

Pada kategori ini, tataran teknis pelayanan komunikasi seperti menulis

release dan feature untuk media, mempersiapkan dan mengedit newsletter,

menjadi photographer, layout person, menjadi jurnalis internal, dan

menangani hubungan-hubungan dengan media. Semua keputusan

mengenai strategi dan langkah-langkah yang akan diambil ditentukan oleh

pihak manajemen, yaitu di mana public relations sama sekali tidak

berperan dan hanya diberikan tugas untuk mengkomunikasikan keputusan

yang telah diambil tersebut.

Menurut Anne Gregory (2002: 48), dalam perencanaan dan

manajemen kampanye public relation, peran professional PR dalam

35

organisasi terdcapat baik dalam proses pengembangan strategi maupun

pengkomunikasian strategi yang telah ditetapkan melalui kebijakan

perusahaan kepada public organisasi tersebut. Peran profesional PR adalah

untuk:

Memberikan informasi kepada manajemen senior atas apa yang

terjadi di lingkungan sosial yang dihuni oleh para stakeholder,

sehingga hal-hal tersebut akan diperhitungkan ketika mengambil

keputusan.

Memberikan saran kepada manajemen atas akibat yang

ditimbulkan dari keputusan yang diambil, dengan

mempertimbangkan kemungkinan reaksi dari publik utama yang

akan mempengaruhi secara langsung kesejahteraan atau

keberadaan perusahaan.

Dalam buku Strategi kampanye PR, Rosady Rulan memberikan

kesimpulan mengenai peran utama PR yang pada intinya adalah sebagai

berikut (Ruslan, 2008: 10) :

1. Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi atau

lembaga yang diwakili dengan publiknya.

2. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang

positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya.

3. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam

fungsi manajemen organisasi atau perusahaan.

36

4. Membentuk corporate image, artinya peranan PR berupaya

menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya.

Dalam buku Rosady Ruslan (2008: 12) Onong Uchjana

mengungkapkan peranan public relations, yaitu mencakup bidang yang

luas menyangkut hubungan dengan berbagai pihak dan tidak hanya

sekedar berbentuk relations dalam arti sempit, karena personal relations

mempunyai peranan yang cukup besar dalam melakukan kampanye

public relations. Bagaimana meningkatkan kesadaran, pengertian, dan

pemahaman tentang aktivitas perusahaan atau lembaga termasuk

membentuk sikap baik (favorable), itikad baik (good will), toleransi

(tolerance), saling pengertian (mutual understanding), saling

mempercayai (mutual confidence), saling mengahrgai (mutual

appreciation), yang pada akhirnya akan menciptakan citra yang baik

(good image).

2.4 Relationship Management

Pada penjelasan sebelumnya telah disebutkan bahwa fungsi dan peran

public relations adalah fungsi manajemen pembentuk hubungan (dapat juga

diartikan relationship) antara organisasi dengan publiknya. Selama ini, berbagai

definisi mengenai relationship telah diberikan oleh para ahli. Evans (1994: 439-

452) mendefinisikan relationship sebagai “suatu proses untuk membangun

aliansi/persekutuan jangka panjang antara perusahaan dengan klien yang ada saat

ini atau yang potensial untuk mencapai tujuan bersama”. Di lain pihak, Thomlison

37

(2000: 2 – 3) mengartikan relationship sebagai “sekumpulan

ekspetasi/pengharapan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku pihak lainnya

dengan berlandaskan pada pola interaksi mereka”.

Menurut Berko (1997: 448) terdapat berbagai unsur hakiki yang

memungkinkan relationship bisa terjadi, yaitu ketika:

1. Pihak-pihak yang terlibat menyadari akan pentingnya keberadaan pihak

lain dan pihak-pihak tersebut berusaha memperoleh manfaat akibat dari

keterlibatan pihak lainnya.

2. Terdapat pertukaran pengaruh antara kedua belah pihak.

3. Diperoleh kesepakatan mengenai bentuk relationship seperti apa yang

akan diterapkan serta perilaku yang sebagaimana yang sesuai untuk

dijalankan dalam relationship tersebut.

Sementara itu, Coombs (2002: 2) menyatakan ada beberapa hal yang dapat

menyebabkan tidak dilanjutkannya suatu relationship, yaitu saat:

1. Hasil atau output dari pelaksanaan relationship tersebut cenderung hanya

berguna untuk salah satu pihak saja.

2. Pihak-pihak yang terlibat memaknai relationship tersebut dalam

pengertian yang berbeda.

3. Masing-masing pihak yang terlibat mempunyai ekspeketasi atau harapan

yang berbeda terhadap pihak lainnya.

38

Sesungguhnya pelaksanaan konsep relationship dalam konteks public

relations ditujukan bagi segala upaya demi tercapainya pembangunan,

pemeliharaan serta pembinaan hubungan yang saling menguntungkan antara

organisasi denga para stakeholdernya. Perspektif inilah yang dinyatakan sebagai

“relationship management” oleh Thomlison (2000: 178):

“relationship management in a public relations setting implies the

development, maintenance, growth, and nurturing of mutually

beneficial relationship between organization and their significant

publics.” (Relationship management dalam setting public relations

berarti pengembangan, pemeliharaan, pertumbuhan, dan pembinaan

hubungan yang saling menguntungkan antara suatu organisasi

dengan khalayak signifikannya.)

Menurut Thomlison, pendorong utama munculnya konsep relationship

management dikarekan adanya pemahaman di benak praktisi public relations

tentang pentingya terjalin hubungan yang erat dan ikatan yang kuat antara

perusahaan/organisasi dengan publik internal dan eksternalnya bagi keefektifan

jalannya kegiatan organisasi/perusahaan yang bersangkutan.

Kemudian Brunning dan Ledingham (2000: 166) mengemukakan:

“reconceptualizing the practice of public relations present new challenges

for praticioners of public relations. The generation of press coverage, as

well as message creation, production and dissemination, long the central

focus of public relations must be viewed in a new light within the

39

relationship management perspective, a perspective in which these

traditional public relations activities are a part of the practice, but are not

the defining function.”

(Mengkonseptualisasikan kembali praktek public relations membawa

tantanga baru bagi para praktisi public relations. Era dari liputan pers,

serta penciptaan produksi dan penyebaran pesan yang selama ini menjadi

fokus dari kegiatan public relations harus dipandang dengan ccara baru

sebagai bagian dari perspektif relationship management,

sebuah perspektif dimana aktivitas public relations tradisional menjadi

bagian dari praktek public relations, tapi bukan sebagai fungsi yang

sesungguhnya mendefinisikan public relations.)

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa praktek public relations

telah mengalami perluasan dari kegiatan produksi dan penyebaran pesan ke

masyarakat menjadi kegiatan yang ditujukan bagi upaya membina dan

mempertahankan hubungan yang baik dan menyenangkan antara perusahaan

dengan stakeholdernya. Bahkan ditegaskan oleh Ledingham dan Bruning (2000)

bahwa kegiatan public relations tidak akan eksis/berarti apabila tidak terjalin

hubungan yang baik diantara perusahaan yang diwakilinya dengan para publik

terkatit. Menurut mereka, aktivitas public relations seperti menghitung banyaknya

siaran dan liputan berita di media cetak dan elektronik mengenai kegiatan

perusahaan dirasa belum cukup untuk mengukur nilai kontribusi public relations

bagi perusahaan. Aktivitas-aktivitas seperti itu secara khusus hanya mengevaluasi

40

keberhasilan/kegagalan dari suatu program public relations. Sedangkan nilai guna

public relations bagi perusahaan akan dapat diketahui dari terjalinnya hubungan

yang harmonis antara perusahaan dengan para stakeholdernya.

Dari sebab itulah, “relationship management” kemudian dianggap sebagai

saripati atau inti dari praktek public relations. Melalui konsep itulah dijelaskan

tentang apa itu public relations, aktivitas-aktivitasnya dan kegiatan yang

seharusnya dilakukan, fungsinya serta kegunaanya bagi perusahaan.

Relationship management adalah konsep yang mengemukakan bagaimana

suatu organisasi harus membangun relasi dengan publiknya. Tugas public

relations pada intinya adalah berfokus pada pembentukan relasi dengan publik,

dimana suatu organisasi terhubung dengan publiknya sehingga pada akhirnya

akan memberikan dampak bagi hubungan tersebut (Stephen Brunning, John A

Ledingham, Cheryl Lesko and T Dean Thomlison Journal Of Organizational

Culture, Communication and Conflict, 1997: 23)

Relationship management menjelaskan bahwa inti dari public relations

membentuk proses dua arah yang berkesinambungan dan bersifat resiprokal.

Broom dan Dozier menerangkan bahwa teori ini berfungsi untuk menilai dan

memahami suatu hubungan serta bagaimana suatu organisasi dan publinya

berhasil mencapai tujuan bersama (Broom and Dozier, 1990: 82).

Relationship management menggeser fokus public relations dari peran

komunikator menjadi pembentuk relasi, dengan menggunakan komunikasi

sebagai alat untuk memulai, dan menjada hubungan organisasi dengan publiknya.

41

Teroi ini memberikan kerangka untuk melihat nilai komunikasi yang terjadi dapat

diukur dari kualitas dari hubungan organisasi dan publik. Relationship

management memperkenalkkan kegunaannya untuk melihat peran public

relations dan mengukur serta mendeskripsikan kualitas hubungan yang terjadi

antar organisasi dengan publiknya.

Ward (2003: 79) menyatakan bahwa terjalinnya hubungan yang baik

dengan publik tidak hanya memperbesar dan menambah kesempatan di dalam

aspek ekonomi, yaitu untuk menambah profit perusahaan, tapi juga dapat

menghemat pengeluaran perusahaan dengan mencegah, meminimalisasi

terjadinya konflik dan krisis. Asumsi Ward ini sejalan dengan apa yang

dikemukakan oleh L. Gruning, J. Grunig dan Dozier (2002: 19) yang

menyebutkan bahwa beberapa manfaat yang bisa dipetik jika relationship yang

terjadi antara organisasi dan para publik terkait dapat berlangsung secara

harmonis, yakni:

1. Relationship dapat mengarah kepada perilaku – bagi para konsumen,

investor, pemerintah, komunitas atau khalayak sasaran lainnya untuk

memanfaatkan jasa/produk yang diberika perusahaan, meskipun perilaku

tersebut tidak hanya ditentukan oleh diri mereka sendiri, tapi juga

diperngaruhi oleh harga, penampilan, alternatif pilihan dan orang-orang

terdekat.

2. Relationship mampu mengjemat biaya dala upaya mencegah dan

mengatasi krisis, publisitas buruk, isu-isu jelek yang akan memerlukan

42

banyak biaya dalam penyesuaiannya, serta berbagai pelaksanaan peraturan

yang bertentangan dengan jalannya organisasi.

3. Hasil dari good relationship tidak akan dapat langsung terlihat, meskipun

selama bertahun-tahun perusahaan telah banyak mengeluarkan biaya untuk

membina hubungan baik dengan para publiknya. Akan tetapi dengan

terciptanya good relationship akan sangat membantu perusahaan ketika

terjadi krisis, boikot atau suatu perkara hukum terhadap perusahaan.

Lebih jauh menurut Brunning dan Ledingham (1999: 90) penerapan

konsep “relationship management” ini juga menjadikan praktek public relations

jauh dari upaya memanipulasi opini publik serta akan semakin mengarah dan

berfokus pada usaha pembinaan dan pemeliharaan hubungan yang harmonis

antara publik dengan organisasi.

Mengingat nilai relationship yang cukup besar bagi kelangsungan

perusahaan, maka perusahaan perlu untuk secara kontinyu dana

berkesinambungan meranncang dan melaksanakan berbagai program aksi yang

dapat menjadi sarana bertemu dan berinteraksi dengan para publiknya. Dengan

kata lain, perusahaan juga harus bersedia untuk memberikan waktu dan sumber

daya yang dimilikinya demi memelihara dan meningkatkan kualitas hubungan

baik dengan khalayaknya.

Ditambahkan oleh Gruth dan Marsh (2000: 46) bahwa konsep relationship

management akan berhasil dengan baik dan efektif apabila di masing-masing

pihak baik perusahaan maupun publiknya mau saling menghargai dan memahami

43

kepentingan pihak lainnya. Tanpa itu, jarak sosial antara pihak-pihak yang terlibat

akan semakin lebar serta semakin memperkecil kemungkinan terjadinya

hasil/akibat yang saling menguntungkan dari keterlibatan mereka dalam

relationship tersebut.

Peneliti menggunakan relationship management sebagai konsep, menjadi

terminologi yang merupakan proses hubungan manajemen antara organisasi

dengan publik internal dan eksternal. Jhon Ledingham (2003: 156)

mendefinisikan organisasi dan publik-publik kunci, yang mana tindakan salah

satunya dapat mempengaruhi ekonomi, sosial, budaya, atau publik pada orang

lain. Sebagai pondasi bagi praktek Public Relationship, manajemen hubungan

memiliki empat kunci pengembangan:

a. Mencerminkan peranan sentral hubungan dalam Public Relations,

b. Menkonsep ulang Public Relations sebagai sebuah manajemen,

c. Mengidentifikasi komponen-komponen dalam bentuk-bentuk organisasi

hubungan public mencakup sikap, persepsi, mengetahui, dan prilaku

publik serta strategi pengukuran hubungan,

d. Mengkonstruksi model-model organisasi hubungan publik.

PR memiliki prinsip-prinsip dalam pengelolaan organisasi hubungan

publik (managing organization-public relationship) sebagai berikut

a. Fokus inti PR adalah relationship (hubungan-hubungan),

b. Keberhasilan hubungan melibatkan manfaat dari kedua belah pihak,

organisasi dan interaksi publik,

44

c. Organisasi hubungan public selalu berubah-ubah dari waktu kewaktu,

d. Hubungan didorong oleh kebutuhan dan keinginan organisasi serta public,

dan kualitas hubungan bergantung kepada persepsi-persepsi dari tingkat

harapan yang ingin dipenuhi,

e. Manajemen organisasi hubungan public berfunsi untuk meningkatkan

pemahaman dan manfaat bagi organisasi dan publiknya,

f. Keberhasilan organisasi hubungan publik diukur oleh terminologi kualitas

hubungan daripada produksi pesan dan penyebaran pesan,

g. Komunikasi adalah alat strategi dalam mengelola hubungan, komunikasi

merupakan hubungan untuk waktu lama secara terus menerus, terutama

ketidakhadirannya pada prilaku organisasional

h. Organisasi hubungan public dipengaruhi oleh sejarah rasional, sifat dasar

intaksi, frekuensi perubahan dan pertukaran informasi.

i. Organisasi hubungan publik dapat dikategorikan menjadi tipe personal,

professional, komunitas apakah itu simbolik (dorongan komunikasi) atau

behavioral (dorongan program)

j. Membangun hubungan dapat digunakan dalam semua aspek penelitian dan

praktek PR.

Dalam buku yang berjudul On Relationship Management, Ledingham dan

Bunning mengatakan, kondisi darurat hubungan manajemen sebagai sebuah

paradigma bagi akademisi dan praktisi PR yang dikenal dengan esensi pertanyaan

PR, yakni: apa itu dan apa yang harus dikerjakan, menyangkut fungsi dan nilai

dalam struktur organisasi dan masyarakat yang lebih besar, serta keuntungan-

45

keuntungan yang dihasilkan tidak hanya mendukung organisasi, tetapi juga

publik, komunitas, dan masyarakat, di mana organisasi itu berada. Pendekatan

relationship management terhadap PR berpusat pada dimensi atau parameter

sebuah hubungan dimensi ini adalah aspek-aspek hubungan antara organisasi

yang mendukung pekerjaan PR dan target suatu proyek.

Menurut Ledingham dan Bunning untuk meningkatkan jalinan sebuah

hubungan dalam Relationship Management adalah: (1) bagaimana kemampuan

orang atau kelompok beradaptasi dalam membina hubungan, (2) bagaimana

memelihara kekuatan keseimbangan hubungan, (3) apakah orang-orang mencoba

bertindak konstruktif, (4) apakah orang-orang lebih terbuka tentang sesuatu, (5)

bagaimana tingkatan komitmen setiap kelompok dalam membina hubungan, (6)

bagaimana kerja sama setiap kelompok, (7) apakah kredibilitas setiap kelompok

berbeda, (8) bagaimana sinergi yang dihasilkan dari membina hubungan, (9)

apakah cukup intim atau dingin dalam membina hubungan, (10) berapa banyak

waktu dan upaya setiap kelompok yang digunakan untuk membina hubungan,

(11) apakah hubungan itu logis untuk setiap orang, (12) apakah setiap kelompok

saling memiliki tujuan, (13) apakah di sana memerlukan persyaratan legalitas

untuk sebuah kerja sama, (14) apakah setiap kelompok memiliki jiwa

persahabatan, (15) apakah orang-orang memperoleh kepuasan, (16) apakah

penggunaan pembagian sumber daya difasilitasi, (17) apakah setiap kelompok

dapat bergabung menjadi satu unti untuk menangani tguas yang sama, (18) apakah

di sana, keberadaan sosial atau ikatan organisasional atau struktur pada tempat

yang sama, (19) apakah perubahan membagi keuntungan atau saling menghindari

46

oleh orang lain atau sejumlah kelompok, (20) apakah setiap kelompok saling

percaya, (21) apakah setiap kelompok memahami satu sama lain dan setiap

kebutuhan.

Adapun Ledingham dan Bunning memberikan sedikit pengertian terhadap

tujuan relationship management adalah mendorong akademisi dan praktisi untuk

menguraikan relationship (hubungan) PR terhadap bagian-bagian komponen, dan

untuk menemukan sejumlah cara pengukuran setiap aspek. Selayaknya,

pemahaman setiap aspek „hubungan‟ memungkinkan menganalisisnya untuk

membuat kepuasan yang berbeda tentang apakah orang melakukan hubungan

didasari transaksi dan analisis lebih baik, bagaimana perubahan hubungan itu

(atau tidak berubah) sebagai hasil dari program PR (Johnston dan Zawawi, 2004:

58-60)

2.5 Corporate Social Responsibility

2.5.1 Definisi

Tuntutan penerapan konsep tanggung jawab sosial terasa semakin kuat

dan terdengar di seluruh penjuru dunia, salah satunya adalah Indonesia.

Korporasi diminta untuk mewujdukan tanggung jawab sosialnya dan tidak lagi

semata-mata bekerja untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya

bagi pemilik modal atau pemegang saham, melainkan juga memberikan

manfaat pada masyarakat pada umumnya dan komunitas pada khususnya. Hal

ini juga mengaskan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat

diartikan sebagai sarana sekaligus wahana perwujudan sikap kooperatif serta

47

tanggung jawab sosial dan lingkungan dari perusahaan-perusahaan yang

memiliki kesadaran bahwa kegiatan operasional mereka (sebagai entitas bisnis

yang menyatu dengan ekosistem dan tatanan sosial-budaya setempat) telah

menimbulkan dampak positif dan negatif yang besar dan luas. Dalam

kerangka ini CSR menyediakan landasan teoritis dan terapan (teknis) yang

memungkinkan perusahaan dapat memperbesar dampak positif sekaligus

meminimalkan dampak negatif operasinya (Sukada, 2007, p. 6).

Tanggung jawab sosial korporat diimplementasikan dalam program dan

kegiatan community relations. Wajar apabila berbagai perusahaan di Indonesia

kini sudah menjalankan tanggung jawab sosialnya dalam berbagai bentuk

program dan kegiatan community relations. Ada yang memberikan beasiswa,

memberikan bantuan buku, merehabilitasi lingkungan hidup, atau mebantu

mebuat usaha kerajinan masyarakat. Setidaknya, ada tiga bidang yang selalu

menjadi perhatian berbagai organisasi bisnis di Indonesia dalam program

community relations, yakni pendidikan, kesehatan, dan seni budaya. (Iriantara,

2004, p. 47-48).

Hubungan antara organisasi atau korporat dan komunitas di sekitar

lingkungan organisasi lebih tepat dipandang sebagai wujud tanggung jawab

sosial organisasi. Menurut Daugherty (2003), konsep tanggung jawab sosial

organisasi baru muncul tahun 1960-an sebagai respom terhadap nilai-nilai

sosial yang berubah. Nilai-nilai sosial tersebut muncul dalam bentuk mulai

meningkatkan perdebatan-perdebatan tentang isu-isu sosial. Akibatnya

organisasi dituntut untuk mematuhi tanggung jawab hukum yang baru

48

(Iriantara, 2004: 26). Masih menurut Dauherty (2003), tanggung jawab sosial

itu merupakan perkembangan proses untuk mengevaluasi stakeholder dan

tuntutan lingkungan serta implementasi program-program untuk menangani

isu-isu sosial. Tanggung jawab sosial itu berkatian dengan kode-kode etik,

sumbangan perusahaan program-program community relations dan tindakan

mematuhi hukum.

Pandangan-pandangan terhadap komponen CSR dijadikan dalam

perumusan definisi CSR. Ada beberapa definisi mengenai CSR yang telah

dikembangkan oleh berbagai pihak. Tiga dari definisi tersebut adalah (Ishak,

2011: 90) :

Corporate social responsibility is a comitment to improve

communtiy well being through discretionary business practices

and contributions of corporate resources. (Kotler & Lee, 2005,

p.3)

Achieving commercial success in ways that honor ethical values

and respect people, communities, and the natural environment.

(White, 2006, p.6)

The willingness of an organization to incorporate social and

environmental considerationsin its decision making and be

accountable for the impacts of its decisions and activities on

society and environment.

49

Ketiga definisi di atas mewakili dari berbagai definisi mengenai CSR

yang pada dasarnya menyatakan CSR dari tiga elemen kunci, yaitu :

1. CSR adalah komitmen, kontribusi, cara pengelolaan bisnis, dan

pengambilan keputusan pada perusahaan.

2. Komitmen, kontribusi, pengelolaan bisnis, dan pengambilan keputusan

perusahaan didasarkan pada akuntabilitas, mempertimbagkan aspek

sosial dan lingkungan, memenuhi tuntutan etis, legal, dan professional.

3. Perusahaan memberikan dampak nyata pada pemangku kepentingan

dan scara khusus pada masyarakat sekitar.

Begitu pula yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia

No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), yaitu Perseroan Terbatas

(PT) berkewajiban untuk berperan dalam Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan (TJSL) dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna

meningkatkan kualitas kehidupan setempat maupun masyarakat yang

bermanfaat bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat maupun masyarakat

pada umumnya. Dengan adanya pernyataan jelas dalam undang-undang ini,

CSR sudah menjadi kewajiban legal untuk dilaksanakan bagi perusahaan-

perusahaan, kuhusunya perseroan terbatas (PT). Selain Undang-Undang (UU)

nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU nomor 25 tahun

2007 tentang Penanaman Modal, khusus Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

juga telah dikeluarkan peraturan tersendiri yang mewajibkan BUMN untuk

menyisihkan 2-3% dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan. (Aswad, Ishak, dkk, 2011: 91)

50

Walaupun definisi CSR sangat beragam, namun benang merah

pengertian CSR dapat disepakati menjadi suatu kontribusi perusahaan untuk

pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Kalau bukan ditujukan untuk

tujuan yang bekerlanjutan maka tidak bisa dianggap sebagai CSR yang

substansial, melainkan sekadar kosmetik untuk citra belaka (Suparmo, 2011:

112). Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah kata

kunci untuk perbedaan yang teggas antara CSR dan greenwas alias

pengelabuan citra.

CSR juga dipahami dalam dua kubu utama, yaitu sebagai mandatory

(yang mewajibkan) voluntary (yang menginginkan tetap bersifat sukarela).

Dalam arti kata, CSR menjadi kewajiban yang disadari dank arena itu dunia

usaha siap dan mau melaksanakan secara benar sebagai tanggung jawab

sendiri. Paham demikian dapat disebut sebagai “volunteering as a

mandatory”. Perusahaan sebaiknya melaksanakan CSR dengan “sadar diri

merasa wajib melaksanakan CSR”. (Suparmo, 2011: 114)

Keterlibatan perusahaan dalam bentuk corporate social responsibility

perlu diintegrasikan dengan strategi bisnis perusahaan, khususnya terhadap

komunitas dan masyarakat. Keterlibatan dan kontribusi perusahaan ini

menjadi penting karena dapat membangun hubungan yang positif dengan

stakeholder prioritas sehingga mampu memberikan manfaat bagi kedua belah

pihak. Mafaat tersebut dapat dilihat dari peningkatan image perusahaan dan

peningkatan bisnis.

51

2.5.2 Ruang Lingkup CSR

Pengertian CSR yang relative lebih mudah dipahami dan

diopersionalkan adalah dengan mengembangkan konsep Triple Bottom Line

(profit, planet, and people). Konsep 3P digagas oleg Elkington dalam bukunya

Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line 21ST

Century Business, yang

menegaskan bahwa perusahan yang baik tidak hanya memburu keuntungan

ekonomi belaka (profit). Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap

kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people)

(Suharto, 2010: 5) Kategori 3P, yaitu meliputi (Budimanta, 2004: 75) :

a. Profit, yaitu perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari

keuntungan ekonomi yang memungkinakan perusahaan untuk

beroperasi dan berkembang.

b. People, yaitu perrusahaan harus memiliki kepedulian terhadap

kesejahteraan manusia.

c. Planet yaitu perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan

keberlanjutan keberagaman hayati.

Corporate Social Responsibility mempunyai ruang lingkup yang luas

dan berada pada bidang yang beragam. Menurut Carroll (2003: 36 – 39),

ruang lingkup Corporate Social Responsibility terbagi atas:

a. Tanggung Jawab Ekonomi (Economic Responsibilities)

Dunia bisnis dalam pelaksanaannya harus memiliki orientasi untuk

memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen,

52

serta menjualnya dengan harga yang sesuai. Usaha bisnis melaksanakan

berbagai konsep manajemen yang diarahkan kepada efektivitas finansial,

yaitu perhatian terhadap pendapatan, biaya, strategi pembuatan keputusan

dan memaksimalkan performa finansial organisasi untuk jangka panjang.

Dengan demikian, tanggung jawab dunia bisnis bertumpu pada tanggung

jawab ekonomus, karena tanpa hasil ekonomis kegunaan usaha bisnis

lainnya tidak akan didapatkan.

b. Tanggung Jawab Hukum (Legal Responsibilities)

Pada kenyatannya, dunia bisnis tidak bisa hanya mengejar

keuntungan, karena usaha yang berjalan baik haruslah legal. Tanggung

jawab hukum menunjukkan pandangan publik terhadap kode etik pada

batas tertentu yang mencakup pengertian dasar di dalam praktek yang jujur

sebagaimana yang telah dibuat oleh pembuat undang-undang. Ini

merupakan tanggung jawab bisnis terhadap masyarakat untuk mematuhi

hukum. Tanggung jawab legal merupakan dasar bagi sistem usaha bebas.

c. Tanggung Jawab Etika (Ethical Responsibilities)

Meskipun tanggung jawab ekonomu dan tanggung jawab legal

sudah mencakup norma etika dalam berbisnis secara fair, tanggung jawab

etika dapat merangkul dan melengkapi keduanya. Hukum merupakan hal

penting tetapi tidak memadai, maka tanggung jawab etika mencakup

semua praktek dan aktivotas yang diharapkan atau dilarang oleh anggota

masyarakat meskipun aturan tersebut tidak tersusun dalam aturan hukum.

53

Tanggung jawab etika mencakup seluruh norma, standar dan pandangan

masyarakat seperti kejujuran, keadilan, dan menjaga hubungan atau

proteksi terhadap hak moral stakeholders.

d. Tanggung Jawab Filantropi (Philantropic Responsibilities)

Hal ini dipandang sebagai tanggung jawab disebabkan oleh adanya

pengharapan masyarakat di dalam dunia bisnis. Aktivitas dilakukan

dengan dasar sukarela, dituntun oleh keiniginan bisnis untuk terlibat di

dalam kegiatan sosial yang tidak dimandatkan (mandatory), tidak diminta

oleh hukum, dan secara umum tidak diharapkan oleh bisnis di dalam etika.

Filatropi dapat dideskripsikan sebagai “pemanis” atas ketiga faktor

tanggung jawab lainnya.

2.5.3 Jenis-Jenis CSR

Menurut Kotler dan Lee (2005 29 – 30), terdapat enam elternatif

program CSR yang dapat dipilih perusahaan dengan mempertimbangkan

tujuan perusahaan, tipe program keuntungan potensial yang akan diperoleh,

serta tahap-tahap kegiatan. Kategori aktivitas CSR, yaitu sebagai berikut:

1. Promosi Kegiatan Sosial (Cause Promotions)

Dalam aktivitas CSR, perusahaan menyediakan dana atau sumber

daya lainnya yang dimiliki perusahaan. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial atau

untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau

54

perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu. Fokus utama dari

kategori aktivitas CSR ini adalah adanya bentuk komunikasi persuasif,

dengan tujuan menciptakan kesadaran masyarakat terhadap suatu masalah

sosial. Menurut Kotler dan Lee (2005, p. 51), beberapa tujuan komunikasi

persuasive yang ingin dicapai oleh perusahaan melalui pelaksanaan cause

promotion antara lain adalah:

a. Menciptakan kesadaran dan perhatian dari masyarakt terhadap

suatu masalah dengan menyajikan angka-angka statistic serta

fakta-fakta yang menggugah.

b. Membujuk masyarakat untuk memperoleh informasi lebih banyak

mengenai suatu isu sosial dengan mengunjungi website tertentu.

c. Membujuk orang untuk menyumbangkan waktunya untuk

membantu mereka yang membutuhkan.

d. Membujuk orang untuk menyumbangkan uangnya untuk

kemafaatan masyarakat melalui pelakasanaan program sosial

perusahaan.

e. Membujuk orang untuk menyumbangkan sesuatu yang mereka

miliki selain uang.

2. Pemasaran Terkait Kegiatan Sosial (Cause Related Marketing)

Dalam cause related marketing (CRM), sebagian dari keuntungan

atau penjualan produk perusahaan akan disumbangkan untuk kegiatan

sosial tertentu. Dalam aktivitas CSR ini, perusahaan memiliki komitmen

untuk menyumbangkan presentase tertentu dari penghasilannya untuk

55

suatu kegiatan sosial berdasrkan bersarnya penjualan produk. CRM

didasarkan pada penjualan produk tertentu, pada jangka waktu tertentu

serta untuk aktivitas derma tertentu. Perusahaan akan mengajak

masyarakat untuk membeli atau menggunakan produknya, baik itu barang

atau jasa, yang kemudian sebagian keuntungan yang didapat perusahaan

akan didonasikan untuk membatu mengatasi atau mencegah masalah

tertentu. Beberapa aktivitas CRM yang biasanya dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap produk yang

terjual

b. Menyumbangkan sejumlah uang tertentu untuk setiap aplikasi

terhadap produk jasa tertentu.

c. Menyumbangkan presentase tertentu dari setiap produk yang

terjual atau transaksi untuk kegiatan amal (charity).

d. Menyumbangkan persentase tertentu dari laba bersih perusahaan

untuk kegiatan sosial atau tujuan amal.

3. Pemasaran Kemasyarakatan Korporat (Corporate Societal Marketing)

Pada aktivitas CSR ini, perusahaan mengembangkan dan

melaksanakan kampanye untuk mengubah perilaku masyarakat. Hal ini

bertujuan mengubah perilaku masyarakat dalam isu tertentu, seperti

meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian

lingkungan hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyaakat. Fokus dari

56

kategori aktivitas CSr ubu adalah untuk mendorong perubahan perilaku

yang berkaitan dengan:

a. Isu-isu kesehatan (health issues), kampanye yang dilakukan

bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat yang memiliki

dampak bagi kesehatan mereka.

b. Isu-isu Perlindungan Terhadap Kecelakaan/Kerugian (injury

prevention issues), Isu-isu tersebut mecakup pencegahan dari

kejahatan, pencegahan dari pembajakan, keselamatan lalu-lintas.

c. Isu-isu Lingkungan (environmental issues), kampanye yang

dilakukan perusahaan bertujuan untuk mengubah perilaku

masyarakat agar meninggalkan berbagai perilaku .yang merusak

lingkungannya.

d. Isu-isu Keterlibatan (community involvement issues), kampanye

yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk mengubah perilaku

orang agar mereka lebih terlibat dalam kegiatan sosial masyarakat.

4. Kegiatan Filantropi Perusahaan (Corporate Philantrophy)

Dalam aktivitas ini perusahaan memberikan sumbangan langsung

dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan

tersebut berbentuk pemberian uang secara tunai, bingkisan atau paket

bantuan, serta pelayanan secara gratis. Kegiatan filantropi berkaitan

dengan berbagai kegiatan sosial yang menjadi prioritas perhatian

perusahaan. Berbagai program corporate philanthropy dilaksanakan

perusahaan adalah sebagai berikut:

57

a. Program dalam bentuk sumbangan uang tunai.

b. Program dalam bentuk bantuan hibah.

c. Program dalam bentuk penyediaan beasiswa.

d. Program dalam bentuk pemberian produk.

e. Program dalam bentuk pemberian layanan cuma-cuma.

f. Program dalam bentuk penyediaan keahlian teknis oleh karyawan

perusahaan secara cuma-cuma.

Benefit yang dapat diperoleh perusahaan dengan melaksanakan

kegiatan corporate philanthropy adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan reputasi perusahaan.

b. Memperkuat bisnis perusahaan di masa depan

c. Member dampak bagi penyelesaian masalah sosial dalam

komunitas lokal.

5. Pekerja Sosial Kemasyarakatan Secara Sukarela (Community

Volunteering)

Dalam pelaksanaan CSR ini, perusahaan mendukung dan

mendorong para karyawan, rekan pedagang eceran atau para pemegang

Franchise agar menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna

membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat

yang menjadi sasaran program. Bentuk dukungan perusahaan kepada

karyawan untuk melaksanakan program community volunteering yaitu

sebagai berikut:

58

a. Memasyarakatkan etika perusahaan melalui komunikasi korporat

yang akan mendorong karyawan untuk menjadi sukarelawan bagi

komunitas.

b. Menyarankan kegiatan sosial atau aktivitas amal tertentu yang bisa

diikuti oleh para karyawan.

c. Mengorganisir tim sukarelawan untuk suatu kegiatan sosial.

d. Membantu para karyawan menemukan kegiatan sosial yang akan

dilaksanakan melalui survey ke wilayah yang diperkirakan

membutuhkan bantuan sukarelawan, mencari informasi melalui

website atau dalam beberapa kasus dengan menggunakan software

khusus yang melacak aktivitas sosial yang cocok dengan minat

karyawan yang akan menjadi tenaga sukarelawan.

e. Menyediakan waktu cuti dengan tanggungan perusahaan bagi

karyawan yang bersedia menjadi tenaga relawan.

f. Memberikan penghargaan dalam bentuk uang untuk jumlah jam

yang digunakan karyawan tersebut sebagai sukarelawan.

g. Memberikan penghormatan kepada para karyawan yang terlibat

dalam kegiatan sukarela.

h. Memperbaiki proses produksi, seperti ramah lingkungan.

i. Menghentikan produk-produk yang dianggap berbahaya tapu tidak

illegal.

j. Hanya menggunakan distributor yang memenuhi persyaratan

dalam menjaga lingkungan hidup.

59

k. Membuat batasan umur dalam melakukan penjualan suatu produk.

6. Praktik Bisnis yang memiliki Tanggung Jawab Sosial (Social

Responsible Business Practice)

Perusahaan melaksanakan aktivitas bisnis melampaui aktivitas

bisnis melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta

melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial. Tujuannya

adalah meningkatkan kesejahteraan komunitas dan memelihara

lingkungan hidup. Komunitas di sini mencakup karyawan perusahaan,

distributor, pemasok, organisasi-organisasi nirlaba yang menjadi mitra

perusahaan serta masyarakat secara umum. Kesejahteraan yang

dimaksud mencakup aspek-aspek kesehatan, keselamatan, kebutuhan

pemenuhan kebutuhan psikologis dan emosional. Aktivitas dalam

socially responsible business practice antara lain:

a. Membuat fasilitas yang memenuhi bahkan melebihi tingkat

keamanan lingkungan dan keselamatan yang ditetapkan.

b. Mengembangkan perbaikan proses produksi barang dan jasa

seperti berbagai kegiatan untuk menguruangi penggunaan bahan-

bahan yang berbahaya.

c. Menghentikan penawaran produk yang ditenggarai membahayakan

kesehatan manusia meskipun produk itu legal.

d. Memillih pemasok berdasarkan kriteria kesediaan mereka

menerapkan dan memelihara aktivitas substainable development.

60

e. Memilih perusahaan manufaktur dan bahan kemasan yang paling

ramah lingkungan dengan berbagai kriteria.

f. Melakukan pelaporan secara terbuka mengenai material produk

yang digunakan berikut asal-usulnya, potensi bahaya yang

ditimbulkan dari penggunaan produk serta berbagai informasi lain

yang berguna bagi konsumen.

g. Mengembangkan berbagai program uintuk menunjang terciptanya

kesejahteraan masyarakat.

2.5.4 Proses Pelaksanaan CSR

Dalam perencanaan dan pelaksanaan CSR, para pelaksanan ditantang

untuk dapat menentukan poin-poin penting dalam setiap pemilihan program

yang akan dibuat. Keputusan yang dibuat berkaitan dengan pemilihan isu-isu

sosial, pemilihan sebuah tindakan/inisiatif untuk mendukung isu isu tersebut,

pengembangan dan pengimplementasian perencanaan program, dan evaluasi

hasil output maupun outcomes. Berikut ini adalah penjabaran lebih lanjut

mengenai langkah-langkah perencanaan kegiatan CSR: (Kotler, 2005: 256-257)

a. Memilih sebuah isu / masalah sosial (choosing social issue to support)

Pada tahap awal ini merupakan tantangan yang paling besar, yaitu

sebagaimana pengalaman telah menunjukkan bahwa beberapa masalah

sosial lebih sesuai dibandingkan dengan yang lain. keputusan pertama ini

memiliki dampak yang paling berpengaruh dalam program-program

selanjutnya dan hasil yang didapat. Pada tahap ini mereka akan

61

dihadapkam pada keputusan untuk menentukan prioritas dan public.

Berikut beberapa petunjuk yang bisa membantu dalam strategi

pengambilan keputusan:

- Choose only a few social issues to support (pilih hanya beberapa

isu sosial untuk didukung)

- Choose those that are of concern in the communication where you

do (pilih isu yang merupakan kepedulian komunikasi di mana

bisnis anda berada).

- Choose issues that have synergy with mission, values, products,

and services (pilih isu yang berkaitan dengan misi, nilai, produk,

dan servis perusahaan anda).

- Choose issues that have potential to support business goals:

marketing, supplier relations, increased productivity, and cost

reductions (pilih isu yang memiliki potensial mendukung tujuan

bisnis; pemasaran, hubungan pemasok, meningkatan produktifitas,

dan mengurangi pengeluaran).

- Choose issues that can be supported over a long term (pilih isu

yang dapat didukung dalam jangka waktu panjang).

b. Memilih sebuah inisiatif/tindakan mengenai isu (selecting initiatives to

support social issues)

Ketika sebuah isu permasalahan telah dipilih, para pelaksana akan

ditantang mengenai langkah/ inisiatif apa yang akan diambil berkatian

62

dengan isu tersebut. Berikut adalah petunjuk yang bisa dilakukan dalam

tahap ini:

- Select initiative that best meet business objectives and goals (pilih

inisiatif yang paling sesuai dengan tujuan bisnis anda)

- Select initiatives that meet priority needs for the cause (pilih

inisiatif yang memenuhi kebutuhan prioritas dari permasalahan

yang ada).

- Select multiple initiatives dor a single cause, adding ones missing

for current cause efforts (pilih inisiatif yang beragam untuk sebuah

masalah, untuk menambah usaha-usaha yang kurang dalam

menangani masalah).

- Select initiatives representing the most potential for strong

community partners (pilih inisiatif yang mencerminkan potensial

tinggi bagi rekan-rekan masyarakat).

- Select initiatives where you have a history experiences (pilih

inisiatif di mana anda pernah memiliki pengalaman akan hal

tersebut).

- Select initiatives that will leverage current abundant resources

(pilih inisiatif yang akan mempengaruhi sumber daya yang ada)

c. Mengembangkan dan melaksanakan perencanaan program (developing

and implementing program plans)

Pada tahap ini adanya keputusan apakah ingin bekerja sama dengan

pihak lain dan bila iya, dengan siapa; menentukan strategi kunci, termasuk

63

media komunikasi dan pendistribusian; menetapkan peran dan tanggung

jawab masing-masing bagian; mengembangkan time tables; dan

menentukan alokasi anggaran dan sumber dana. Berikut ini adalah

petunjuk yang dimaksudkan untuk meminimalisasikan resiko dan

pengeluaran yang berhubungan dengan proses pengembangan dan

pengimplementasian program:

- Form internal, cross-funtional teams to develop plans (bentuk tim

secara internal, tim antar fungsi dalam organisasi untuk

mengembangkan rencana tersebut)

- Include community partners in plan development (ikut sertakan

rekan masyarakat dalam pengembangan perencanaan)

- Establish clear objectives and measurable goals (outcomes) for the

company (bentuk tujuan yang jelas dan dampak yang dapat diukur

untuk perusahaan).

- Establish clear objectives and measurable goals (outcomes) for the

cause (bentuk tujuan yang jelas dan dampak yang dapat diukur

untuk permasalahan yang bersangkutan.

- Develop a communication plan (kembangkan sebuah perencanaan

komunikasi).

- Identify and plan for additional strategic elements ( identifikasi

dan rencanakan untuk strategi-strategi tambahan). Get senior

management buy-in (ikut sertakan pihak manajemen).

-

64

d. Evaluasi (evaluation efforts)

Sebuah evaluasi dan pengukuran merupakan hal penting yang

dilakukan dari CSR. Banyak yang mengatakan bahwa itu adalah hal yang

benar untuk dilakukan daripada berusaha untuk mengembangkan program

di masa datang, dan tahap ini juga merupakan komitmen yang harus

dipenuhi untuk memberikan laporan yang bertanggungjawab kepada para

stakeholders. Berikut ini adalah saran yang bisa dilakukan dalam

melakukan tahap ini:

- Determine purpose of evaluation (tentukan tujuan dari evaluasi).

- Measure and report resources outputs (ukur dan laporkan hasil

akhir dari sumber daya yang ada).

- Measure and report outcomes for the company, based on initiative

objectives and goals (ukur dan laporkan dampak untuk perusahaan,

berdasarkan dari tujuan dari insiatif yang dipilih).

- Measure and report outcomes for the cause, based on initiatives

objectives and goals (ukur dan laporkan dampak untuk

permasalahan, berdasarkan dari tujuan inisiatif yang dipilih).

- Monitor status of social issues that initiatives are supporting

(monitor status dari isu-isu sosial yang didukung oleh inisiatif yang

telah dipilih).

- Allocate adequate resources for measurement and reporting

(tempatkan sumber-sumber yang berkompeten untuk melakukan

pengukuran dan pelaporan).

65

2.6 Evaluasi Public Relations

Dari segi kasat mata, segala pekerjaan dalam melaksanakan kewajiban

dalam CSR perlu bukti dan bentuk nyata daripada hasil yang telah dilakukan.

CSR merupakan suatu pencapaian tujuan atau perwujudan dalam suatu organisasi,

berlandaskan kewajiban yang akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam

meningkatkan reputasi dan citra perusahaan. Setelah pelaksanaannya CSR dapat

dievaluasi. Evaluasi bukanlah tindakan mencari-cari kesalahan, sumber kegagalan

atau “kambing hitam”. Evaluasi dilakukan justru untuk pengambilan keputusan.

Misalnya keputusan untuk menghentikan, melanjutkan, atau memperbaiki aspek-

aspek tertentu dari satu program diambil setelah dilakukan evaluasi dari program

atau kegiatan tersebut.

Dalam CSR sebuah perusahaan, program-program tersebut akan dievaluasi

seberapa jauh sumbangannya bagi perwujudan konsep tanggung jawab sosial

organisasi. Maka prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan dijadikan

butir-butir acuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program-program tersebut.

Dikutip dari buku Dasar-Dasar Public Relations (Elvinaro Erdianto, 2004),

evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen yang menurut Steele (dalam

Djudju, 1992: 191) adalah “proses penilaian secara sistematis tentang nilai, tujuan

yang sudah ditetapkan sebelumnya”. Artinya, dalam evaluasi itu kita memberi

makna, tujuan, efektivitas atau kesesuaian program/kegiatan dengan acuan pada

dua hal, yakni standar atau kriteria dan tujuan, yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Standar adalah “hasil yang diinginkan atau peristiwa yang diharapkan yang

66

digunakan sebagai dasar untuk membandingkan dengan hasil atau kegiatan yang

aktual” (McLaughlin, 1990: 126)

Dari sisi pendekatan, Djudju (1992: 240-246) membagi evaluasi menjadi 6

kategori, yaitu:

1. Evaluasi untuk pengambilan keputusan, yakni evaluasi yang

diarahkan untuk pengumpulan informasi yang berkaitan dengan

berbagai keputusan tentang perencanaan program.

2. Evaluasi bagian program, yang mengevaluasi bagaian tertentu dari

program seperti bagian implementasi dan dampak program.

3. Evaluasi jenis data dan efektivitas, yang menagambil data dan jenis

kegiatan tertentu untuk dievaluasi seperti mengategorisasikan data

untuk menilai komponen-komponen program.

4. Evaluasi atas proses evaluasi, yang diperlukan oleh para perancang

program untuk memahami proses evaluasi.

5. Evaluasi pencapaian tujuan, yang menilai pengkajian pada tujuan-

tujuan khusus program apakah tercapai atau tidak. Ini merupakan

kategori evaluasi yang paling umum dilakukan.

6. Evaluasi atas hasil dan dampak, yang menilai sejauh mana hasil atau

dampak dari program.

Dari buku yang sama karya (Elvinaro Ardianto, 2014) dalam konteks PR,

lindenmann (1997: 2) menyebut evaluasi PR adalah “setiap dan semua penelitian

yang dirancang untuk menentukan efektivitas relatif sebuah program, kegiatan

67

atau strategi PR dengan mengukur keluaran (output) atau dampak (outcome)

program, kegiatan atau strategi itu berdasarkan sejumlah tujuan (objective) yang

sudah ditetapkan sebelumnya”.

Definisi ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan definisi evaluasi

yang diuraikan di atas. Hanya saja metode yang digunakan dalam melakukan

evaluasi ditegaskan adalah penelitian. Langkah-langkah dalam melakukan

evaluasi itu bisa kita pinjam dari Djuju (1992: 247). Dalam melakukan evaluasi

langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mendeskripsikan program yang

akan dievaluasi. Langkah kedua, mengidentifikasi sasaran yang membutuhkan

atau akan menggunakan hasil evaluasi itu. Selanjutnya, langkah ketiga adalah

mengidentifikasi permasalahan atau isu yang dipandang penting oleh sasaran

pembaca evaluasi itu. Keempat, menyusun rancangan evaluasi. Keenam

menganalisis dan meninterpretasi data yang terkumpul. Akhirnya, menuliskan dan

menyampaikan laporan evaluasi tersebut.

Evaluasi program atau kegiatan community relations dalam konteks PR

pada dasarnya menggunakan tahapan atau langkah yang sama dengan langkah

evaluasi program-program lain. yang membedakannya hanyalah jenis dan isi

programnya. Dalam mengevaluasi program PR tentu isinya berkatian dengan

program yang kewenangan merencanakan dan menjalakannya ada pada bagian

atau divisi PR satu organisasi.

Dengan memodifikasi bagan yang dibuat Jeffrey A. Schmidt (dalam

Wheelen dan Hunger, 1995: 285) untuk mengevaluasi program Community

68

Relations dalam konteks program PR secara keseluruhan, maka kita akan

memperoleh bagan pada halaman berikutnya

Gambar 2.1

Bagan Modifikasi Community Relations

Apakah program

yang ditetapkan

memberikan hasil

yang diinginkan

Apakah

pelaksanaan

program tidak

baik?

Apakah efektif

komunikasi tentang

program dan

komponennya?

Komunikasi

buruk

Apakah asumsi

dan premisnya

sah?

Apakah ada

komitmen

manajemen dan

diikuti dengan

penentuan langkah

yang diambil?

Lemahnya

komitmen

manajemen

Apakah sudah

dirumuskan dan

dikaji skenario

Apakah hasilnya

dimonitor dan

dilakukan revisi

Gagal membuat

mekanisme

umpan-balik yang

Tidak

Tidak Ya Tidak

Tidak

Tidak

Ya

Ya

69

Pada gambar tersebut menunjukkan beberapa aspek dalam evaluasi

program yang bisa diterapkan, dimulai dengan mengkaji pelaksanaan program.,

asumsi dan premis yang digunakan sampai diagnosis atas situasi mutakhir dan

kecenderungan yang penting. Hal yang menarik untuk diperhatikan dari gambar

tersebut adalah kesimpulan-kesimpulannya. Ada 7 kesimpulan yang penting untuk

dikaji ketika PR harus mengevaluasi program community relations yaitu (a)

komunikasi yang buruk, (b) lemahnya komitmen, (c) kegagalan membuat

mekanisme umpan balik, (d) perencanaan yang tak kokoh, (e) rencana operasional

yang tak konsisten, (f) keliru dalam menilai sumber daya yang diperlukan, (g)

keberhasilan menjalankan rencana karena rencana memberi hasil yang

Tidak

Ya

Tidak

70

diharapkan. Bila kita elaborasi, maka ketujuh kesimpulan tersebut berkanaan

dengan faktor komunikasi, dasar-dasar perencanaan, analisis kebutuhan dan

manajemen pelaksanaan.

2.6.1 Komponen Evaluasi PR

Di atas sudah diuraikan bahwa salah satu pendekatan dalam melakukan

evaluasi adalah dengan menganalisis komponen-komponen program.

Pendekatan evaluasi atas komponen program itu merupakan pendekatan

evaluasi yang banyak dipergunakan dalam mengevaluasi program PR, dan tentu

juga termasuk program communitu relations organisasi.

Ada empat komponen-komponen yang menjadi dasar pengevaluasian PR

(Lindemann (2001: 12 – 14):

a. Menetapkan tujuan dan objektif komunikasi yang terukur

b.Mengukur keluaran (output) komunikasi

c. Mengukur perkembangan (outgrowth) dan dampak (outcome)

komunikasi

d. Mengukur dampak kelembagaan.

Dikutip dari buku Dasar-Dasar Public Relations (Elvinaro Ardianto,

20014) Lindemann menuliskan konsep tentang komponen-komponen utama

dalam pengukuran dan evaluasi program-program PR. Konsep tersebut

dikembangkan bersama oleh kalangan praktisi PR dari biro konsultan PR dan

teoretisi PR dari perguran tinggi yang membentuk Satuan Tugas Khusus

71

Penyusu Kriteria Minimum Industri untuk evaluasi Keluaran dan dampak PR.

Dalam konsep ini dinyatakan 4 komponen utama sebagai berikut.

1.Menetapkan tujuan dan objektif spresifik yang bisa diukur.

Dapat mengacu pada uraian Anderson dan Hadley (1999)

mengenai cara menyusun objektif PR yang terukur. Menurut keduanya,

objektif yang terukur itu akan terkait dengan dua hal yaitu (a)

memfasilitasi dan mendukung objektif bisnis dan (b) menunjukkan

akuntabilitas. Sedangkan objektifnya sendiri harus:

a. Menyebutkan secara spesifik dampak yang diharapkan (misalnya,

peningkatan kesadaran, membaiknya hubungan, dan mengadopsi

sikap)

b. Ditujukan secara spesifik pada satu atau beberapa khalayak sasaran.

c. Bisa dikur, baik secara konseptual maupun praktis.

d. Mengacu pada “tujuan” bukan “sarana”. Bila objektif yang dibuat

menunjukkan sarana untuk melakukan sesuatu (umumnya diawali

dengan kata “meningkatkan” atau “menggunakan”) berarti yang

sedang dibuat adalah strategi bukan ogjektif

e. Menyebutkan batas waktu pencapaian objektif itu.

2.Mengukur keluaran PR

Keluaran biasanya adalah hasil yang dicapai secara langsung dan

berjangka pendek dari satu program atau kegiatan PR. Keluaran mengukur

seberapa baik organisasi menunjukkan dirinya pada pihak lain dan jumlah

perhatian atau terpaan yang diterima organisasi. Keluaran pun bisa diukur

72

dan dievaluasi secara kualitatif dan kuantitatif. Bila kita mengukur dan

mengevaluasi jumlah siaran pers yang dimaut, berarti kita melakukanya

secara kuantitatif. Tapi manakala kita menilai baik buruknya pemberitaan

media tentang yang diselenggarakan berarti kita melakukan evaluasi

secara kualitatif.

3.Mengukur dampak PR

Menekankan pada pengukuran terhadap dampaknya. Hanya saja,

mengukur pasti jauh lebih sulit, lebih membutuhkan biaya dan lebih

membutuhkan waktu disbanding dengan mengukur keluaran PR. Karena

dalam mengukur dan mengevaluasi dampak ini kita melihat apakah terjadi

perubahab sikap, pendapat dan perilaku pada kelompok-kelompok sasaran

program atau kegiatan PR.

4.Mengukur dampak bisnis organisasional

Pada akhirnya perusahaan memang harus mengukur dampak

kegiatan atau program PR itu pada pencapaian tujuan dan objektif

organisasi secara keseluruhan. Karen PR hanyalah salah satu bagian atau

salah satu fungsi saja dari keseluruhan organisasi, maka kegiatan atau

program yang dijalnkan itu merupakan bagian untuk mencapai tujuan

perusahaan.

Rogovsky, menunjukkan dalam konsep korporat, sebagai warganegara,

selain menekankan perilaku etis dalam berbisnis juga dituntut untuk

menunjukkan komitmen pada stakeholdernya. Salah satu stakeholder penting

organisasi adalah komunitas antara lain melalui [a] menumbuhkembangkan

73

realasi timbale balik antara organisasi dan komunitasnya, dan [b] berinvestasi

pada komunitas tempat organisasi beroperasi.

Christhoper LeClair dalam Communication Effectiveness: The

Measurement Conundrum menyebutkan 5 hal yang dilakukan dalam

mengevaluasi program PR, yakni:

1. Menyusun objektif program secara cermat

Proses evaluasi program dimulai saat perencanaan dilakukan. Misalnya,

gagasan untuk menyelenggarakan kegiatan PR didasarkan pada asumsi bahwa

kegiatan itu membantu pencapaian objektif tertentu. Tantangannya di sini

adalah menyusun objektid program yang realistis dan bermakna. Program PR

yang baik tak bisa diharapkan melahirkan keajaiban bila pesan-pesan yang

disampaikannya sangat jelek. Proses evaluasi program pun mesti didasarkan

pada objektif yang bisa dijalankan dengan baik bukan sekadar menilai apakh

program bisa dijalankan atau tidak.

2. Menggunakan evaluator pihak ketiga

Ada yang menyarankan, sangat dianjurkan untuk menggunakan pihak

ketiga dalam mengecaluasi efektivitas sebuah program dalam mencapai

objektifnya. Yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah orang yang tak

terlibat dalam merancang atau mengimplementasikan program yang

dievaluasi. Bisa dengan menggunakan konsultan luar atau menunjuk

74

seseorang pada divisi PR yang seacara khusus diberi tanggung jawab untuk

mengkaji program

3. Memastikan kesesuaian metodologi dengan program

Banyak yang beranggapan bahwa setiap proses evaluasi program

menghabiskan banyak uang hanya untuk melakukan penelitian survey.

Kuncinya adalah memilih metodlogi evaluasi yang tepat untuk program dan

objektif program

4. Mengoordinasikan waktu evaluasi dengan perencanaan operasional

Idealnya, evaluasi program berjalan sebelum siklus rencana opersional

tahunan. Dengan cara ini memungkinkan hasil evaluasi bermakna untuk

mempertimbangkan keputusan penyusunan program mendatang. Asumsinya,

setiap tahun kita memiliki proses perencanaan operasional yang sejalan

dengan prioritas strategis tahunan yang disusun sejalan dengan rencana

strategis PR

5. Komitmen untuk berindak berdasarkan hasil evaluasi

Pimpinan divisi PR atau bahkan pimpinan organisasi mesti menunjukkan

komitmen terhadap evaluasi dprogram dengan menunjukkan keingingan untuk

bertindak berdasrkan hasil evaluasi itu. Ini berarti secara aktif memanfaatkan

hasil evaluasi program saat mengambil keputusan tentang alokasi dana dan

alokasi sumber daya. Ini pun berarti hasil evaluasi program digunakan untuk

75

menilai kinerja staf dan umumnya dengan memberikan angka kredit bagi staf

tersebut (Gozali, 2005: 31)

2.6.2 Manfaat Evaluasi PR

Banyak yang beranggapan bahwa evaluasi merupakan suatu kegiatan yang

pokok untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan program dan promosi yang

dilakukan PR. Berikut adalah manfaat evaluasi PR:

a. Berfokus pada upaya.

b.Mendemonstrasikan efektivitas

c. Meyakinkan efesiensi

d. Mendorong terbentuknya manajemen yang baik

e. Memfasilitasi akuntabilitas.

2.7 IPR Pre Process

Institute of public relations inggris menerbitkan edisi kedua dari Public

Relations Research and Evaluation Toolkit pada tahun 2001 yang menyajikan

lima langkah proses PRE (Planning, Research, and Evaluation) yang

menunjjukan model lain tentang bagaimana riset dan evaluasi harus dintegrasikan

ke dalam PR atau komunikasi perusahaan

The PRE process merupakan model lima langkah sebagaimana tampak

pada gambar

1. Menetapkan sasaran (setting Objectives (where do we want tobe?))

76

2. Mengembangkan strategi dan perencanaan (strategy & plant (how do we

get there?))

3. Melakukan pengukuran berjalan (ongoing Measurement (how do we get

there?))

4. Mengevaluasi hasil-hasil (Results & evaluation (how did we do?)

5. Melakukan audit untuk me-review (Where are we now?)

Berikut penulis sajikan tabel IPR PRE Process

Tabel 2.1

IPR PRE Process

Langkah Tujuan Perencanaan dan riset

1. Audit Dimana kita berada

sekarang?

Analisis data

Audit komunikasi yang

berlangsung

Riset sikap, loyalitas,

dsb.

Audit media

Desk research

Mengimpun input

Mengadakan

benchmarks

2. Penetapan sasaran Dimana kita ingin

berada?

Menyelaraskan PR

dengan sasaran strategis

Memerinci ke dalam

sasaran PR yang dapat

diukur secara spesifik

Prauji (pre-testing)

3. Strategi dan Dengan cara apa kita Menentukan strategi

77

perencanaan ingin berada disana Menentukan taktik

Menentukan jenis dan

taraf riset untuk

mengukur output

(analisis media, studi

literature, dll), out-takes

(focus groups, survey

dll.) dan outcomes

(harga saham,

penjualan, riset sikap

khalayak, dan

perubahan perilaku)

4. Pengukuran yang

sedang berjalan

Apakah kita sedang

menuju kesana?

Analisis isi media

Riset khalayak

Jajak pendapat

Focus groups

Wawancara

Survey

Inquiries, penjualan, dll

5. Hasil dan evaluasi Bagaimana kita

melakukannya?

Mengevaluasi hasil

Memetik hikmah dan

pelajaran

Me-review strategi

Umpan balik terhadap

proses PRE yang

berkesinambungan.

Manual The IPR Toolkit menggambarkan sejumlah metodologi secara

terperinci dan menyajikan data sampel, diagram dan grafik dari riset, serta

menjadikannya sebuah pedoman praktis yang berguna bagi para praktisi PR.

Informasi studi kasus lebih jauh dan detail tentang pemasok riset tercantum dalam

web-site yang terkait dengan IPR

78

Poin Kunci bagi semua model adalah bahwa PR atau komunikasi

perusahaan harus berpijak pada riset dan bahwa riset harus diaplikasikan sebagai

bagian dari proses komunikasi, bukan sebagai elemen tambahan atau sementara,

yang dilakukan secara berkala. Riset jangan sampai tertinggal di akhir. Praktisi

PR atau komunikasi perusahaan harus meneliti inputs terhadap perencanaan dan

persiapan (seperti keputusan tentang media, kecocokan isi dengan khalayak, dan

sebagainya.); outputs yang dihasilkan (seperti publikasi, publisitas dan events);

kesadaran dan dampak sikap ataub out-takes dari outputs dan efek yang hakiki

atau outcomes dari segi perubahan sikap dan perilaku (Dodi M. Gozali, 2005: 34

– 39).

2.8 Teori Stakeholder

Perkembangan bisnis di era modern menurut perusahaan untuk lebih

memerhatikan seluruh pemangku kepentingan yang ada dan tidak terbatas hanya

kepada pemegang saham. Hal ini selain merupakan tuntutan etis, juga diharapkan

akan mendatangkan manfaat ekonomis dan menjaga keberlangsungan bisnis

perusahaan. Dari perspektif hubungan antara perusahaan dengan seluruh

pemangku kepentingan inilah teori stakeholder kemudian dikembangkan.

Dalam website muwahidummah.blogspot.co.id, istilah stakeholder

pertama kali diperkenalkan oleh Standford Research Institute (RSI) ditahun 1963

(freeman, 1984: 31). Hingga Freeman mengembangkan eksposisi teoritis

mengenai stakeholder ditahun 1984 dalam karyanya yang berjudul Strategic

Management A Stakeholder Approach.

79

Dikutip dari website muwahidummah.blogspot.co.id, Freeman

mendefisniskan stakeholder, sebagai “any group or individual who can affect or

be affected by the achievement of an organization’s objective” bahwa stakeholder

merupakan kelompok maupun individu yang dapat mempengaruhi atau

dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan suatu organisasi.

Clarkson (1994) juga telah memberikan definisi yang bahkan lebih sempit

lagi dimana stakeholder didefinisikan sebagai suatu kelompok atau individu yang

menanggung suatu jenis resiko baik karena mereka telah melakukan investasi

(material ataupun manusia) di perusahaan tersebut („stakeholder sukarela‟),

ataupun karena mereka menghadapi resiko akibat kegiatan perusahaan tersebut

(„stakeholder non-sukarela‟). Karena itu, stakeholder adalah pihak yang akan

dipengaruhi secara langsung oleh keputusan dan strategi perusahaan.

Warsono mengemukakan argumen bahwa dasar dari teori kepentingan

adalah bahwa perusahaan telah menjadi sangat besar, dan menyebabkan

masyarakat menjadi sangat persasive sehingga perusahaan perlu melaksanakan

akuntabilitasnya terhadap berbagai sektor masyarakat ddan bukan hanya kepada

pemegang saham saja. (Warsono, 2009: 17)

Asumsi teori stakeholder dibangun atas dasar pernyataan bahwa

perusahaan berkembang menjadi sangat besar dan menyebabkan masyarakat

menjadi sangat terkait dan memerhatikan perusahaan, sehingga perusahaan perlu

menunjukkan akuntabilitas mupun responsibilitas secara lebih luas dan tidak

80

sebatas hanya kepada pemegang saham. Hal ini berarti, perusahaan dan

stakeholder membentuk hubungan yang saling mempengaruhi.

Warsono mengungkapkan bahwa terdapat tiga argument yang

mendukung pengelolaan perusahaan berdasarkan perspektif teori stakeholder,

yakni, argument deskriptif, argument instrumental, dan argument normatif,

berikut penjelasan singkat mengenai ketiga argument tersebut:

a. Argument deskriptif menyatakan bahwa pandangan pandangan pemangku

kepentingan secara sederhana merupakan deskripsi yang realistis

mengenai bagaimana perusahaan sebenarnya beroperasi atau bekerja.

Manajer harus memberikan perhatian penuh pada kinerja keuangan

perusahaan, akan tetapi tugas manajemen lebih penting dari itu. Untuk

dapat memperoleh hasil yang konsisten, manajer harus memberikan

perhatian pada produksi produk-produk berkualitas tinggi dan inovatif

bagi para pelanggan mereka, menarik dan mempertahankan karyawan-

karyawan yang berkualitas tinggi, serta mentaati semua regulasi

pemerintah yang cukup kompleks. Secara praktis, manajer mengarahkan

energi mereka terhadap seluruh pemangku kepentingan, tidak hanya

terhadap pemilik saja.

b. Argument instrumental menyatakan bahwa manajemen terhadap

pemangku kepentingan dinilia sebagai suatu strategi perusahaan.

Perusahaan-perusahaan yang mempertimbangkan hak dan member

81

perhatian pada berbagai kelompok pemangku kepentingannya akan

menghasilkan kinerja yang lebih baik.

c. Argument normatif menyatakan bahwa manajemen terhadap pemangku

kepentingan merupakan hal yang benar untuk dilakukan. Perusahaan

mempunyai penguasaan dan kendali yang cukup besar terhadap banyak

sumber daya, dan hak istimewa ini menyebabkan adanya kewajiban

perusahaan terhadap semua pihak yang mendapat efek dari tindakan-

tindakan perusahaan (Ibid, 2009: 29-31)

2.8.1 Identifikasi stakeholder

Pemangku kepentingan dapat dikemlompokkan menjadi beberapa

kelompok berdasarkan atas jenis dan sejauh mana kepentingan kelompok

tersebut terhadap perusahaan. Hal ini penting dilakukan untuk membantu

analisis perusahaan mengenai tindakan serta perhatian apa yang dibutuhkan oleh

masing-masing stakeholder.

Mengidentifikasi perubahan yang dapat terjadi pada lingkungan

perusahaan kedalam dua kategori, yakni internal dan eksternal, bagian dari

lingkungan internal adalah, (a) pemiliki perusahaan, (b) Konsumen, (c)

Pemasok. Sedangkan yang termasuk bagian dari lingkungan eksternal terdiri

atas, (a) Pemerintah, (b) Competitor, (c) Advokasi konsumen, (d) Pemerhati

lingkungan, (e) Special Interest Group (SIG), (f) Media

82

Gambar 2.2

Kategori Stakeholder

Sumber: Freeman, 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach

Warsono dkk. (2009: 31-36) berdasarkan pengelompokkan yang

dikembangkan oleh Lawrence dan Weber, mengategorikan stakeholder menjadi

dua kelompok, yaitu:

Gover

n-

ments Supplie

rs

Environ

-

mentali

SIG

Employ

ees

Media

Compet

itor

Custo

mers

Consu

mer

Local

Commu

nity Owners

Firm

83

Pemangku Kepentingan Pasar

Pemangku kepentingan pasar adalah pihak-pihak yang terlibat

dalam transaksi ekonomik dengan perusahaan yang berkaitan dengan

pelaksanaan tujuan utama perusahaan untuk menyediakan barang dan

jasa bagi masyarakat. Pemangku kepentingan pasar seringkali juga

disebut pemangku kepentingan primer (primary stakeholder).

Kelompok-kelompok pemangku kepentingan yang ditetapkan sebagai

pemangku kepentingan pasar meliputi pemegang saham, kreditur,

pemasok, pelanggan, karyawan, dan distributor/pedagang

besar/pengecer.

Pemangku kepentingan non-pasar

Merupakan orang-orang atau kelompok-kelompok yang walaupun

tidak terlibat dalam pertukaran ekonomik langsung dengan perusahaan,

dipengaruhi oleh atau dapat mempengaruhi tindakan perusahaan.

Pemangku kepentingan non-pasar seringkali juga disebut pemangku

kepentingan sekunder (secondary Stakeholder) kelompok-kelompok

aktivis, organisasi non-pemerintah, media, kelompok pendukung bisnis,

dan masyarakat umum.

Beberapa individu atau kelompok dapat memainkan multi peran sebagai

pemangku kepentingan. Para ahli menyebut fenomena ini sebagai role sets.

84

Misalnya, seorang dapat bekerja pada suatu perusahaan, dan sekaligus juga

tinggal dalam komunitas ddi sekitar perusahaan, memiliki saham perusahaan, dan

sekaligus juga tinggal dalam komunitas di sekitar perusahaan, memiliki saham

perusahaan dalam akun pensiunnya, dan bahkan membeli produk yang dihasilkan

perusahaan tersebut dari waktu ke waktu. Individu ini mempunyai peran

pemangku kepentigan perusahaan (Warsono dkk, 2009: 36).

Perusahaan juga harus melakukan analisis stakeholder sehingga mampu

mengetahui kebijakan dan tindakan apa yang akan ditempuh oleh perushaan.

Analisis pemangku kepentingan mencakup (warsono dkk, 2009: 37), yaitu: (a)

Identifikasi pemangku kepentingan yang relevan, (b) Kepentingan pemangku

kepentingan., (c) Kekuatan pemangku kepentingan, (d) Koalisis pemangku

kepentingan.

Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh

dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut.

Kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholder dan

dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah mencari

dukungan tersebut. Makin powerfull stakeholder, makin besar usaha perusahaan

untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari komunikasi

antara perusahaan dengan stakeholdernya. Karena berbagai perusahaan

menginginkan dukungan agar kelangsungan hidupnya terus berjalan, mereka

menjadikan stakeholder (masyarakat dalam ruang lingkup perusahaan) adalah

kepentingan kedua setelah kepentingan perusahaan yaitu mencari keuntungan.

85

Sehingga perusahaan menerapkan perusahaan ramah dan peduli lingkungan yang

kini sudah bukan merupakan suatu tanggung jawab lagi, melainkan kewajiban

yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan.

2.9 Kerangka Berpikir

Pada sub-bab ini peneliti menjelaskan bahwa PT Angkasa Pura II sebagai

perusahaan yang menjalankan kegiatan community relations atau yang sering

disebut dengan CSR memiliki pola hubungan terhadap pemerintah dan media,

tidak lepas dari situ bahwa PT Angkasa Pura II memiliki hubungan eksternal

terhadap warga masyarakat yang tinggal pada sekitar Bandara Internasional

Soekarno-Hatta. Karena PT Angkasa Pura II juga menyadari bahwa dunia bisnis

juga senantiasa terhubung dengan kelompok yang terkait dan berkepentingan

(stakeholder groups)

PT Angkasa Pura II juga memiliki public relations, yang artinya dalam

perusahaan tersebut terdapat upaya yang dilakukan secara terencana dan

berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan

saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. Khalayak

ini secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni internal (karyawan,

serikat pekerja, pemiliki perusahaan dan manajemen) dan eksternal (pemerintah,

mass media, masyarakat umum dan lain-lain).

Prinsip kerja public relations dapat dikatakan sebagai jembatan kehidupan

perusahaan dengan khalayak umum. Disini relationship management merujuk

pada proses hubungan manajemen antara organisasi dengan publik internal dan

86

eksternal. PT Angkasa Pura II menjadikan Program Bina Lingkugan Pemberian

Ambulans sebagai salah satu bentuk nyata relationship management.

Dalam proses pemberian Ambulans ini evaluasi harus dilakukan guna

mengetahui hasil dari proses dua arah yang didapat. Jika suatu organisasi terlihat

aktif, bertanggungjawab dan mencipatakan manfaat bagi masyarakat, maka orang-

orang akan tertarik untuk bergabung dan pemerintah akan simpatik. Hal yang

sebaliknya, jika suatu organisasi bernuansa mencurigakan, tidak disukai para

politisi, tidak didukung penuh oleh anggota organisasi, dan kemungkinan

suksesnya kecil. Pada kerangka berpikir ini peniliti menjelaskan evaluasi

relationship management mengacu pada prinsip evaluasi public relations.

87

Gambar 2.3

Kerangka Berpikir

STAKEHOLDERS THEORY

RELATIONSHIP MANAGEMENT

Pengambilan

Keputusan Program

Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans

Implementasi Program

Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans

Hasil dan Dampak

Program Bina

Lingkungan

Pemberian Ambulans

Evaluasi Program

Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans

Warga RT 02 RW 01 Kel.

Suka Asih Kec. Tangerang,

Kota Tangerang

Penilaian Evaluatif Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans Pada

Warga RT 02 RW 01 Kel. Suka Asih

Kec. Tangerang, Kota Tangerang

88

2.10 Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel penelitian yaitu variabel

Evaluasi Relationship Management Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans. Berikut ini adalah definisi operasional variabel penelitian yang dibuat

dalam sebuah tabel operasionalisasi variabel yaitu:

Tabel 2.2

Opersional Variabel

Variabel X Dimensi Indikator Alat Ukur Skala

Evaluasi

pelaksanaan

Relationship

Management

Program Bina

Lingkungan

Evaluasi merupakan

sebuah proses

penilaian secara

sistematis tentang

nilai, tujuan yang

sudah ditetapkan

sebelumnya. Artinya,

dalam evaluasi itu

kita memberi makna,

tujuan, efektivitas

atau kesesuaian

program/kegiatan

dengan acuan pada

dua hal, yakni

standar atau kriteria

dan tujuan, yang

sudah ditetapkan

sebelumnya.

1.Evaluasi

pengambilan

keputusan

2.Evaluasi

Pelaksanaan

-Pemahaman akan

kebutuhan

masyarakat

-Pemahaman

seputar isu sosial

lingkungan sekitar

perusahaan

-Penetapan efek

yang diharapkan

baik untuk

eksternal maupun

internal perusahaan

-Planning

-Organizing

-Actuating

-Controlling

Program Bina

Likert

89

3. Evaluasi hasil

dan dampak

Lingkungan.

-Penetapan tujuan

baik bagi internal

maupun eksternal

perusahaan.

-Efektifitas peran

Program Bina

Lingkungan

dengan isu sosial

lingkungan

perusahaan.

-Manfaat yang

diterima oleh

masyarakat.

2.12 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengajukan hipotesis

sebagai berikut:

Ho : Tidak ada hasil dan dampak dari evaluasi pelaksanaan Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans.

Ha : Ada perbedaan hasil dan dampak dari evaluasi pelaksanaan Program

Bina Lingkungan Pemberian Ambulans.

2.13 Penelitian Terdahulu

90

Berikut merupakan daftar dari pada nama – nama penelitian terdahulu

seputar penlitian mengenai Penilaian Evaluatif Pelaksanaan Program CSR

Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Studi Evaluatif Pogram Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) Pada Warga RT 02 RW 01

Keluarahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penggalian dari wacana

penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan ini sekaligus dapat

dijadikan sebagai data pendukung diantaranya:

Penelitian yang dilakukan Tirtanignrum dengan judul Evaluasi

Komunikasi Public Relations (Studi pada PT KAI dalam Pengiformasian

Kenaikan Tarif Pada Pengguna Jasa Kereta Commuterline Jakarta) bahwa

evaluasi komunikasi menghasilkan kemudahan penyampaian informasi dan pesan

yang didukung dengan media online.

Penelitian yang dilakukan Eka Pujiningrum dengan judul Evaluasi

Program Public Relations (Studi Program Bulan Kesehatan Gigi Nasional pada

Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Dr. Moestopo Beragama) bahwa evaluasi pada

program Public Relations menghasilkan sebuah gambaran dari pada kematangan

sebuah strategi. Kurang efektifnya sebuah pesan yang disampaikan akan

menghasilkan kesimpangsiuran dari pada pencanangan dari pada Program Bulan

Kesehatan Gigi Nasional pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof. Dr. Moestopo

Beragama.

91

Penelitian terdahulu dengan judul Evaluasi Aktivitas Public Relations

(Studi Program ANTV Peduli Sesama Pembangunan Musholla Pada Warga RT

04 RW 08, Pondok Cabe Tangerang Selatan) yang dilakukan Cokro Adji

menghasilkan sebuah deskripsi bahwa Public Relations ANTV menjalankan

sebuah strategi pelaksanaan program CSR dengan didasari prinsip dan tugas dari

pada Public Relations.

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Tirtaningrum Eka Pujiningrum Cokro Adji

Judul Penelitian Evaluasi Komunikasi

Public Relations

(Studi pada PT KAI

dalam

Pengiformasian

Kenaikan Tarif Pada

Pengguna Jasa Kereta

Commuterline

Jakarta)

Evaluasi Program

Public Relations

(Studi Program

Bulan Kesehatan

Gigi Nasional pada

Rumah Sakit Gigi

dan Mulut Prof. Dr.

Moestopo

Beragama)

Evaluasi Aktivitas

Public Relations

(Studi Program

ANTV Peduli

Sesama

Pembangunan

Musholla Pada

Warga RT 04 RW

08, Pondok Cabe

Tangerang Selatan)

Tahun Penelitian 2010 2011 2012

Tujuan

Penelitian

Untuk mengetahui

peran dan strategi

komunikasi Public

Relations.

Untuk mengetahui

efektivitas

pelaksanaan program

Public Relations

Mengetahui peran

dan strategi Public

Relations dalam

program ANTV

Peduli Sesama.

Teori Relationship

Management

Teori tanggungjawab

Sosial

Relationship

Management

Metode

Penelitian

Kualitatif Kualitatif Kualitatif

92

Kesimpulan Tidak dapat

dipungkiri bahwa

kemajuan jaman

mendukung segala

pekerjaan setiap lini

Public Relations

dengan

memanfaatkan media

yang ada PT KAI

membuat mudah

penginformasian

mulai dari media

cetak sampai media

online mengenai

kenaikan tarif Kereta

Commuterline

Jakarta.

Strategi komunikasi

yang selama ini

dijalankan oleh

humas Rumah sakit

gigi dan mulut Prof.

Dr. Moestopo

(Beragama) untuk

mengkomunikasikan

program-program

bulan kesehatan gigi

ternyata kurang

efektif dan

menyebabkan

banyak orang tidak

mengetahui bahwa

pengobatan

diberikan secara

gratis.

Strategi

pelaksanaan Public

relations didasari

daripada tugas dan

prinsip kerja public

relations.

Persamaan Penelitian ini

mencoba

memaparkan

penerapan strategi

evaluasi komunikasi

Public Relations

Penelitian ini sama-

sama membahas

mengenai program

evaluasi public

realtions

Penelitia ini sama-

ama meneliti

mengenai evaluasi

Perbedaan Penelitian ini mencari

motif pelaksanaan

dalam penerapan

strategi komunikasi

Public Relations.

Namun tidak sampai

kepada penjelasan

efek yang didapat

daripada proses

evaluasi sebab tidak

dilakukan secara

kuantitatif.

Penelitian ini lebih

memeberikan

penjelasan strategi

pemasaran. Tidak

melakukan

penyebaran angket.

Tidak dilakukan

secara kuantitatif

Penelitian ini hanya

memfokuskan

peran dan strategi

public relations

tidak berfokus pada

dampak dan hasil

daripada pemberian

bantuan sosial.

Sumber Skripsi (Universitas Skripsi Univesitas

Prof. Dr. Moestopo

Skripsi Universitas

93

Mercu Buana) (beragama) Mercu Buana

94

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme. Paradigma

positivisme menurut beberapa pendapat yaitu komunikasi merupakan sebuah

proses linier atau proses sebab akibat yang mencerminkan upaya pengirim pesan

untuk mengubah pengetahuan penerima pesan yang pasif (Ardianto, 2009). Jadi,

paradigma Positivisme ini memandang proses komunikasi ditentukan oleh

pengirim (source-oriented). Berhasil atau tidaknya sebuah proses komunikasi

bergantung pada upaya yang dilakukan oleh pengirim dalam mengemas pesan,

menarik perhatian penerima ataupun mempelajari sifat dan karakteristik penerima

untuk menentukan strategi penyampaian pesan.

Dengan kata lain, Positivisme merupakan suatu aliran filsafat yang

menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Tidak mengenal adanya

spekulasi, semua didasarkan pada data empiris. Menurut positivisme, ilmu yang

valid adalah ilmu yang dibangun dari empirik. Dengan pendekatan positivisme

dan metodelogi penelitian kuantitatif, generalisasi dikonstruksikan dari rerata

keragaman individual atau rata frekuensi dengan memantau kesalahan yang

mungkin.

Sebenarnya perbedaannya amat mendasar menyangkut falsafah atau

pendekatan yang terkandung di dalamnya. Metodologi riset kuantitatif

berdasarkan pendekatan positivisme (klasik/objektif). Perbedaan antar pendekatan

ini dapat diketahui berdasarkan empat landasan falsafahnya, yaitu:

95

Ontologis, menyangkut sesuatu yang dianggap sebagai realitas. Seperti:

ada realitas yang “real” yang diatur oleh kaidah-kaidah tertentu yang berlaku

universal; diluar dunia subjektif peneliti, dapat diukur dengan standar tertentu;

digeneralisasikan dan bebas dari konteks dan waktu.

1. Epistimologis, menyangkut bagaimana cara mendapatkan

pengetahuan. Seperti: ada realitas objektif (sebagai suatu realitas yang

eksternal di luar diri peneliti dan harus membuat jarak sejauh mungkin

dengan objek penelitian); jangan ada penilaian yang subjektif atau bias

pribadi.

2. Aksiologis, menyangkut tujuan atau untuk apa mempelajari sesuatu.

Seperti: nilai, etika dan pilihan moral harus berada di luar proses

penelitian; peneliti berperan sebagai disinterested scientist; memiliki

tujuan penelitian berupa eksplanasi, prediksi, dan kontrol realitas

sosial.

3. Metodologis, mempelajari teknik-teknik dalam menemukan

pengetahuan. Seperti: pengujian hipotesis dalam struktur hypothetico

deductive melalui laboratorium eksperimen atau dengan analisis

kuantitatif (Kriyantono, 2009: 51 – 52).

3.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan

kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode penelitain kuantitatif dengan sifat deskriptif. Penelitian

kuantitatif adalah metode penelitan yang dapat menggambarkan atau menjelaskan

96

suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dengan demikian tidak

terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis data. Peneliti lebih

mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap

representasi dari seluruh populasi (Kriyantono, 2009: 55).

Dalam riset kuantitatif, peneliti dituntut bersikap objektif dan memisahkan

diri dari datanya. Artinya, periset tidak boleh membuat batasan konsep ataupun

alat ukur data sekehendak hatinya sendiri. Semua harus objektif dengan diuji

dahulu apakah batasan konsep dan alat ukurnya sudah memenuhi prinsip

reliabilitas dan validitas.

Sifat deskriptif dalam penelitian hanya bertujuan untuk memaparkan

situasi atau peristiwa, tidak menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau

membuat prediksi. Karakteristik data diperoleh dengan ukuran kecenderungan

pusat atau ukuran sebaran. Penelitian deskriptif menggambarkan realitas yang

sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan (Ibid: 55). Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui Penilaian Evaluatif Program CSR Bandara Internasional

Soekarno-Hatta (Studi Evaluatif Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans

PT Angkasa Pura II (Persero) Pada Warga RT 02 RW 01 Kel. Suka Asih Kec.

Tangerang, Kota Tangerang)

Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk menggambarkan atau

memaparkan bagaimana hasil dan dampak daripada Evaluasi Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans pada warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka

Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.

97

3.3 Teknik Pengumpulan data

Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat

digunakan periset untuk mengumpulkan data (Ibid: 94). Ada beberapa teknik

pengumpulan data yang dapat dilakukan oleh peneliti. Pada penelitian

menggunakan metode penelitian kuantitatif, maka pengumpulan data yang

dilakukan adalah:

3.3.1 Survei Lapangan

Dilakukan dengan mendata jumlah warga RT 02 RW 01 Kelurahan

Suka Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. melalui kantor

administrasi Rukun Warga 01. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti

mengetahui populasi dan sampel dalam penelitian.

3.3.2 Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Nazir 2007: 142). Kuesioner yang akan dibuat oleh

peneliti berisi pertanyaan dan pernyataan sesuai dengan objek penelitian yang

akan disebarkan kepada responden yang telah ditentukan. Kuesioner ini

dibuat berdasarkan kerangka operasional. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan model kuesioner tertutup yang artinya sampel harus memilih

jawaban dari pilihan jawaban yang telah disediakan peneliti. Pertanyaan yang

diajukan pada penelitian ini berkaitan dengan variabel persepsi mahasiswa

mengenai evaluasi pelaksanaan relationship management melalui Program

Bina Lingkungan Pemberian Ambulans.Peneliti menggunakan skala Likert

98

sebagai skala pengukurannya. Dalam skala likert, akan dibuat serangkaian

pertanyaan dalam kuesioner yang diisi oleh responden. Setiap responden

diminta menjawab atau mengisi pertanyaan dalam kuesioner yang mengacu

pada pengukuran skala likert. Pada skala likert umumnya menggunakan 5

pilihan jawaban yang terdiri dari “sangat setuju”, “setuju”, “ragu-ragu”, dan

“sangat tidak setuju”. Namun dalam penelitian ini peneliti hanya

menggunakan 4 pilihan jawaban. Hal ini dilakukan untuk menghindari

jawaban keragu-raguan dari responden bila disediakan jawaban ditengah.

Peneliti menganggap bahwa jawaban ragu-ragu adalah jawaban yang tidak

konsisten sehingga tidak perlu dicantumkan. Disediakan jawaban ditengah-

tengah akan menghilangkan banyaknya data dalam riset, sehingga data yang

diperlukan banyak yang hilang. Jawaban ragu-ragu ini mencakup cukup

sering, cukup puas, agak, sedang, dan lainnya (Kriyantono 2009: 137).

Adapun skala pengukuran adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert

Jawaban Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

99

3.4 Sumber Data

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Bungin, 2009:

90). Populasi dalam penelitian ilmiah juga merujuk pada istilah untuk

menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran

penelitian. Oleh karenanya, populasi penelitian dapat dikatakan sebagai

keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia,

hewan, nilai peristiwa dan sebagainya sehingga objek-objek ini dapat menjadi

sumber penelitian (Ibid: 99). Populasi didalam penelitian ini adalah warga RT

02 RW 01 Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.

Tabel 3.2

Data Jumlah Warga Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Tangerang,

Kota Tangerang.

Umur Jenis Kelamin

Laki – Laki Perempuan

0 - 10 tahun 21 24

11 - 20 tahun 22 28

21 - 30 tahun 24 32

>30 tahun 32 38

Jumlah 99 122

221

Sumber: Rekapitulasi Data Kantor Administrasi Rukun Warga 01 Tahun 2014

100

3.4.2 Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang

dianggap dapat menggambarkan populasinya. Sampel secara sederhana

diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang

sebenarnya dalam penelitian, dengan kata lain samper adalah sebagian dari

populasi yang mewakili seluruh populasi. Karena jumlah populasi yang cukup

besar tersebut, maka ditentukan jumlah sampel yang akan diteliti adalah warga

RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang

sudah mempelajari lebih dalam mengenai citra.

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah Proportinate

Random Sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel yang

dilakukan apabila sifat atau unsur dalam populasi tidak homogen dan berstrata

secara proporsional (Martono 2010: 67)

Populasi yang berjumlah lebih dari 100 orang memungkinkan peneliti

melakukan penarikan sampel menggunakan rumus Yamane dengan tingkat

signifikansi 10%. Berikut ini adalah perhitungan dengan menggunakan rumus

Yamane:

12

Nd

Nn

Keterangan : n = Sampel

N = Ukuran populasi

d = Tingkat kesalahan

101

Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh perhitungannya sebagai

berikut:

- Warga Suka Asih RT 02 RW 01:

12

Nd

Nn

1%)10(221

2212

n

n 73

3.5 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sample. Area sampling,

adalah teknik sampling yang dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi

bahwa populasi penelitiannya berada atau tersebar pada suatu wilayah. Area

sampling tidak terpaku pada homogenitas. Teknik ini dipakai apabila populasi

penelitian adalah populasi area. Populasi yang berada pada daerah besar kemudian

dibagi menjadi daerah-daerah kecil yang jelas batas-batasnya. Untuk keperluan ini

peneliti mungkin membutuhkan peta atau potret segmen-segmen wilayah, yang

dalam teknik ini menjadi unit populasi tersebut – katakan saja populasi dibagi

menjadi daerah pemukiman mahasiswa daerah pemukiman warga, daerah

pemukiman gelandangan, real estate, perkantoran, pertokoan, nelayan, dan daerah

industry. Diambil wakilnya sebagai sample.

Untuk mengalokasikan sampel digunakan rumus sebagai berikut:

102

Keterangan:

Ni : Ukuran tiap strata sampel

Ni : Ukuran tiap strata populasi

n : Ukuran (total) sampel

N : Ukuran (total) populasi

Berikut ini adalah teknik penarikan sampel dengan proportionate random

sampling:

Tabel 3.3

Teknik Penarikan Sampel

Jenis Kelamin

Laki – Laki Perempuan

Populasi

= 32,7

= 40,2

Sample 33 40

3.6 Teknik Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan pengaturan mengurutkan,

mengelompokkan, dan mengkategorikan. Data yang diperoleh dari penyebaran

kuesioner untuk selanjutnya diolah dengan menggunakan statistik dengan bantuan

SPSS versi 21.

3.6.1 Uji Validitas

Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana instrument

(kuesioner) akan mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian instrumen

dilakukan dengan teknik analisis item instrumen. Yaitu dengan cara

103

mengkorelasikan skor tiap item variabel pertanyaan independen dengan skor

total pertanyaan variabel tersebut dengan menggunakan koefisien korelasi (r).

Apabila angka korelasi yang diperoleh diatas agka r tabel maka penyataan itu

valid.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan program SPSS versi 21

untuk menguji kevaliditasan tiap item pertanyaan.

3.6.2 Uji Realibilitas

Disebut reliabel bila alat ukur tersebut secara konsisten memberikan

hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama, walau digunakan

berulang kali. Reliabilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil,

dapat diandalkan dan tetap. Dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha

Cronbach hasil pengujian dapat dilihat pada tabel Reliability Statistik, lalu

hasil tersebut dibandungkan dengan tingkat reliabilitas berdasarkan nilai

Alpha, jika nilai Alpha hitung lebih besar dari 0,6 yang artinya item

pertanyaan yang ada didalam seluruh variabel tersebut reliabel. Sebagai alat

ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan menggunakan komputer dengan

program SPSS 21.

Tabel 3.4

Tingkat reliabilitas berdasarkan nilai Alpha

Alpha Tingkat Reliabilitas

0,00 s/d 0,20 Kurang Reliabel

>0,20 s/d 0,40 Agak Reliabel

>0,40 s/d 0,60 Cukup Reliabel

>0,60 s/d 0,80 Reliabel

>0,80 s/d 1,00 Sangat Reliabel

104

3.6.3 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

Menentukan besarnya nilai r tabel dengan ketentuan df= jumlah kasus

- 2 atau 56 – 2 = 54 dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05 ,

angkanya = 0,2632. Analisis pada output dapat dilihat pada bagian Pearson

Correletad.

Tabel 3.

Hasil Penghitungan Uji Validitas

Item Penyataan Pearson

Correlation (r

hitung)

r Tabel

(signifikansi

0,05)

Keterangan

Pernyataan 1 0,742 0,235 Valid

Pernyataan 2 0,657 0,235 Valid

Pernyataan 3 0,744 0,235 Valid

Pernyataan 4 0,830 0,235 Valid

Pernyataan 5 0,715 0,235 Valid

Pernyataan 6 0,755 0,235 Valid

Pernyataan 7 0,835 0,235 Valid

Pernyataan 8 0,797 0,235 Valid

Pernyataan 9 0,826 0,235 Valid

Pernyataan 10 0,831 0,235 Valid

Pernyataan 11 0,751 0,235 Valid

Pernyataan 12 0,780 0,235 Valid

Pernyataan 13 0,657 0,235 Valid

Pernyataan 14 0,833 0,235 Valid

Pernyataan 15 0,536 0,235 Valid

105

Pernyataan 16 0,743 0,235 Valid

Pernyataan 17 0,808 0,235 Valid

Pernyataan 18 0,853 0,235 Valid

Pernyataan 19 0,794 0,235 Valid

Pernyataan 20 0,825 0,235 Valid

(Sumber: Hasil Penelitian Lapangan, Tahun 2016)

Hasil analisis tersebut menunjukan seluruh item pertanyaan pada tabel

3.5 adalah > 0,235 adalah valid.

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas

Cronbach's

Alpha

N of Items

,968 20

Hasil output SPSS tersebut menunjukan Reliability Coefficients yang

terlihat sebagai cronbach’s alpha 0,968 > 0,80 . Dapat disimpulkan bahwa

konstruk pertanyaan tersebut adalah sangat reliabel.

3.7 Analisis Data

Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan

rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian. Analisis

data ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis dalam rangka penarikan

kesimpulan. Analisis data yang digunakan dalan penelitian ini meliputi

3.7.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk

mendeskripsikan masing-masing indicator, yaitu indikator evaluasi

106

pelaksanaan Relationship Management melalui program CSR Bandara

Internasional Soekarno-Hatta, pada warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih

Kecamatan Tangerang. Dalam analisis deskiptif ini perhitungan yang

digunakan untuk mengetahui tigkat presentase skor jawaban dari masing-

masing variabel dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

n = skor empiric (skor yang diperoleh)

N = jumlah skor atau nilai (skor total)

Perhitungan deskriptif persentase ini mempunyai langkah-langkah

sebagai berikut

1. Menentukan persentase maksimal

2. Menentukan angka persentase minimal

Adapun kriteria interpretasi hasil angket adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

107

Kriteria Analisis Deskriptif Persentase

81% - 100% Sangat Kuat

61% - 80c% Kuat

41% - 60% Cukup

21% - 40% Lemah

0% - 20% Sangat Lemah

(Sumber: Ridwan, 2010: 41)

3.8 Lokasi dan Jadwal Penelian

Adapun rencana waktu penelitian yang akan dilaksanakan sebagai berikut

Kegiatan Jan Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

ACC

Proposal

Bab I

Bab II

Bab III

Bab IV

Bab V

108

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Company Profile PT Angkasa Pura II

PT Angkasa Pura II (Persero), selanjutnya disebut “Angkasa Pura II”

atau “Perusahaan” merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang

bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandarudaraan dan pelayanan

jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Angkasa Pura II telah

mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk

mengelola dan mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta

Cengkareng yang kini berubah nama menjadi Bandara Internasional Jakarta

Soekarno-Hatta serta Bandara Halim Perdanakusuma sejak 13 Agustus 1984.

Keberadaan Angkasa Pura II berawal dari Perusahaan Umum dengan

nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui

Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1986 berubah menjadi Perum Angkasa

Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui Peraturan Pemerintah

Nomor 14 tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

Seiring perjalanan perusahaan, pada 18 November 2008 sesuai dengan Akta

Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 resmi berubah menjadi PT

Angkasa Pura II (Persero).

109

Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan

dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar

udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang

dimiliki dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut

diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu

tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan

dan kepercayaan masyarakat.

Kiprah Angkasa Pura II telah menunjukkan kemajuan dan peningkatan

usaha yang pesat dalam bisnis jasa kebandarudaraan melalui penambahan

berbagai sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan pada bandara

yang dikelolanya.

Angkasa Pura II telah mengelola 13 Bandara, antara lain yaitu Bandara

Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu

(Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang), Sultan Mahmud

Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein

Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji

Fisabilillah (Tanjungpinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal

Pinang) dan Silangit (Tapanuli Utara).

Angkasa Pura II telah berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari

berbagai instansi. Penghargaan yang diperoleh merupakan bentuk apresiasi

kepercayaan masyarakat atas performance Perusahaan dalam memberikan

pelayanan, diantaranya adalah “The Best BUMN in Logistic Sector” dari

Kementerian Negara BUMN RI (2004-2006), “The Best I in Good Corporate

110

Governance” (2006), Juara I “Annual Report Award” 2007 kategori BUMN

Non-Keuangan Non-Listed, dan sebagai BUMN Terbaik dan Terpercaya

dalam bidang Good Corporate Governance pada Corporate Governance

Perception Index 2007 Award. Pada tahun 2009, Angkasa Pura II berhasil

meraih penghargaan sebagai 1st The Best Non Listed Company dari Anugerah

Business Review 2009 dan juga sebagai The World 2nd Most On Time

Airport untuk Bandara Soekarno-Hatta dari Forbestraveller.com, Juara III

Annual Report Award 2009 kategori BUMN Non- Keuangan Non-Listed, The

Best Prize „INACRAFT Award 2010‟ in category natural fibers, GCG Award

2011 as Trusted Company Based on Corporate Governance Perception Index

(CGPI) 2010, Penghargaan Penggunaan Bahasa Indonesia Tahun 2011 dari.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penghargaan untuk Bandara

Internasional Minangkabau Padang sebagai Indonesia Leading Airport dalam

Indonesia Travel & Tourism Award 2011, dan Penghargaan Kecelakaan Nihil

(Zero Accident) selama 2.084.872 jam kerja terhitung mulai 1 Januari 2009-31

Desember 2011 untuk Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, serta

berbagai penghargaan di tahun 2012 dari Majalah Bandara kategori Best

Airport 2012 untuk Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru)

dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), kategori Good

Airport Services untuk Bandara Internasional Minangkabau dan Bandara

Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng) dan kategori

Progressive Airport Service 2012 untuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta

Terminal 3 (Cengkareng)

111

4.1.1.1 Struktur Organisasi PT Angkasa Pura II

Gambar 4.1

Struktur Organisasi

4.1.1.2 Visi dan Misi PT Angkasa Pura II (Persero)

Visi

Menjadi pengelola bandar udara kelas dunia yang

terkemuka dan profesional.Untuk mewujudkan visi tersebut,

Angkasa Pura II bertekad melakukan transformasi secara

menyeluruh dan bertahap selama lima tahun pertama

112

Misi

Mengelola jasa bandar udara kelas dunia dengan

mengutamakan tingkat keselamatan, keamanan, dan

kenyamanan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan

Mengembangkan SDM dan budaya Perusahaan yang

berkinerja tinggi dengan menerapkan sistem manajemen

kelas dunia

Mengoptimalkan strategi pertumbuhan bisnis secara

menguntungkan untuk meningkatkan nilai pemegang

saham serta meningkatkan kesejahteraan karyawan dan

pemangku kepentingan lainnya

Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan

mitra usaha dan mitra kerja serta mengembangkan secara

sinergis dalam pengelolaan jasa bandar udara

Memberikan nilai tambah yang optimal bagi masyarakat

dan lingkungan

113

4.1.1.3 Nilai-Nilai Perusahaan

Angkasa Pura II memiliki nilai-nilai perusahaan yakni:

Gambar 4.2

Nilai-Nilai Perusahaan PT Angkasa Pura II Persero

4.1.1.4 Arti Logo PT Angkasa Pura II (Persero)

Gambar 4.3

Logo PT Angkasa Pura II (Persero)

114

Biru adalah warna yang melambangkan pergerakan sektor

logistik yang terus tumbuh berkembang pesat.

Merah melambangkan tindakan yang berlandaskan

semangat kerja dan komitmen PT Angkasa Pura II dalam

menyediakan pelayanan berkualitas internasional dengan

mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pelanggan.

Kuning melambangkan kemakmuran sebagai buah

keberhasilan yang akan didapat dari kerja keras PT Angkasa

Pura II untuk para pemegang saham, manajemen, karyawan, dan

Indonesia.

Hijau melambangkan arah kepemimpinan yang tegas,

berintegritas, dan terarah menuju pertumbuhan perusahaan yang

sehat.

4.1.2 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

Sebagai Badan Usaha Milik Negara, Angkasa Pura II selalu

melaksanakan kewajiban untuk membayar dividen kepada negara selaku

pemegang saham. Angkasa Pura II juga senantiasa berkomitmen untuk

memberikan pelayanan yang terbaik dan perlindungan konsumen kepada

pengguna jasa bandara, menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik,

meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya serta meningkatkan

115

kepedulian sosial terhadap masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara

melalui program Corporate Social Responsibility.

A. Kebijakan

Program Kemitraan ditujukan untuk meningkatkan kemampuan

usaha kecil mitra binaan agar menjadi tangguh dan mandiri sekaligus

memberikan multiplier effect bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat

sekitar wilayah operasi Angkasa Pura II.

Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi

sosial masyarakat di sekitar wilayah operasi Angkasa Pura II melalui

pemanfaatan dana dari bagian laba Perusahaan dan bersifat hibah. Program

ini ditujukan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat di sekitar

wilayah operasi Angkasa Pura II.

Tujuan pelaksanaan program adalah membangun hubungan

harmonis dengan masyarakat, sekaligus memberi kontribusi nyata untuk

lingkungan masyarakat yang sejahtera. Pelaksanaan program mengacu

pada Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor : PER-

09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.

116

B. Jenis Program

1. Program Kemitraan

Sasaran dari pelaksanaan program ini adalah para pelaku

UKM. Adapun sektor kegiatan usaha mereka meliputi industri,

perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, jasa

dan sektor lainnya.

Pada tahun 2012, Angkasa Pura II telah menyelenggarakan

pelatihan yang berlangsung di seluruh Indonesia yang diikuti calon

mitra binaan maupun mitra binaan dan telah menyelenggarakan

promosi/pameran dalam bentuk mengikut sertakan dalam acara-

acara pameran yang diselenggarakan di dalam negeri maupun di

luar negeri. Selain itu juga, telah disalurkan pinjaman bergulir

untuk para pelaku UKM yang menjadi mitra binaan sebesar

Rp67.742.500.000,00 dengan jumlah mitra binaan sebanyak 6.468

unit usaha.

Kami menindaklanjuti penyaluran pinjaman bergulir

dengan melakukan pemantauan (monitoring) atas penggunaan,

pengelolaan maupun tingkat pengembaliannya agar seluruh mitra

binaan agar berusaha dengan sungguh-sungguh dan

mengembalikan dana pinjaman tepat waktu. Beberapa contoh

kegiatan pelatihan yang diselenggarakan tahun 2012 adalah:

117

1. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Meningkatkan Kinerja

Mitra Binaan Angkasa Pura II” di Kantor Cabang Bandara

Husein Sastranegara tanggal 28-29 Juni 2012 yang diikuti oleh

34 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Husein Sastranegara.

2. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Bagaimana Menjadi

Pengusaha Yang Sukses Dunia Akhirat “dikantor Cabang

Bandara Internasional Minangkabau tanggal 05 Juli 2012 yang

diikuti oleh 52 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Internasional

Minangkabau.

3. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Menjadi Pengusaha

Sukses Dunia & Akhirat” di Kantor Cabang Bandara Sultan

Mahmud Badaruddin II tanggal 22 September 2012 yang

diikuti oleh 58 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Sultan

Mahmud Badaruddin II.

4. Pelatihan ESQ Basic Training BUMN di Jakarta International

EXPO Kemayoran tanggal 11 Oktober 2012 yang diikuti oleh

93 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Utama Soekarno-Hatta

dan Kantor Cabang Halim Perdanakusuma.

5. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Melalui Nilai-nilai

Pribadi Luhur Agar Sukses Dunia Akhirat” di Hotel Serena

Bandung tanggal 22-23 Oktober 2012 yang diikuti oleh 30

Mitra Binaan dari Kantor Cabang Husein Sastranegara.

118

6. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Pelatihan Kewirausahaan

Bagi Pengusaha Kecil Sukses Mitra Binaan Angkasa Pura II”

di Hotel Novotel tanggal 23 Oktober 2012 diikuti oleh 65 Mitra

Binaan dari Kantor Cabang Depati Amir.

7. Pelatihan Mitra Binaan Program Kemitraan Tahun 2012 di

Hotel Aston Tanjungpinang tanggal 5 November 2012 yg

diikuti oleh 34 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Raja Haji

Fisabilillah.

8. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Diklat Manajemen Usaha

Mitra Binaan Angkasa Pura II” di Wisma Hijrah Aceh tanggal

07-08 November 2012 diikuti oleh 50 Mitra Binaan dari Kantor

Cabang Sultan Iskandar Muda.

9. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Pelatihan Manajemen

Usaha Kecil” di Aula BKKBN Pontianak tanggal 27 Desember

2012 yang diikuti oleh 20 Mitra Binaan dari Kantor Cabang

Supadio.

10. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Pelatihan Mitra Binaan

Tahun 2012 PT Angkasa Pura II” di Kampus LPP Perkebunan

Medan tanggal 19-20 Desember 2012 yang diikuti oleh 25

Mitra Binaan dari Kantor Cabang Polonia.

11. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “Pengembangan Spirit

Wirausaha” di Hotel Dyan Graha Pekanbaru tanggal 26-27

119

Desember 2012 yang diikuti oleh 50 Mitra Binaan dari Kantor

Cabang Sultan Syarif Kasim II.

12. Pelatihan Mitra Binaan dengan tema “ Pelatihan Administrasi

Dasar dan Motivasi Mitra Binaan” di Hotel Grand Pasifik

Bandung tanggal 20-21 Desember 2012 yang diikuti oleh Mitra

Binaan dari Kantor Cabang Husein Satranegara.

Beberapa contoh kegiatan promosi/pameran yang

diselenggarakan tahun 2012 adalah:

1. Pameran INACRAFT yang diselenggarakan dari tanggal 25-29

April 2012 bertempat di JCC yang diikuti oleh 8 Mitra Binaan

dari Kantor Cabang Halim Perdanakusuma Jakarta, Kantor

Cabang Husein Sastranegara Bandung, Kantor Cabang Polonia

Medan, Kantor Cabang Supadio Pontianak, Kantor Cabang

Sultan Thaha Jambi, Kantor Cabang Sultan Mahmud

Badaruddin II Palembang, dan Kantor Cabang Utama

Soekarno-Hatta.

2. Pameran Indonesia Fashion & Craft yang diselenggarakan dari

tanggal 08-12 Agustus 2012 bertempat di JCC yang diikuti

oleh 10 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Utama Soekarno-

Hatta, Kantor Cabang Halim Perdanakusuma, dan Kantor

Cabang Husein Sastranegara.

120

3. Pameran Bandung Air Show 2012 yang diselenggarakan dari

tanggal 27-30 September 2012 bertempat di Bandara Husein

Sastranegara yang diikuti oleh 4 Mitra.

4. Pameran Index Dubai yang diselenggarakan dari tanggal 24-27

September 2012 bertempat di Dubai Uni Emirat Arab yang

diikuti oleh 1 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Utama

Soekarno- Hatta.

5. Pameran Banten Expo yang diselenggarakan dari tanggal 25-30

September 2012 bertempat Serang yang diikuti oleh 1 Mitra

Binaan dari Kantor Cabang Utama Soekarno-Hatta.

6. Pameran Gebyar Potensi Unggulan dan Wisata Banten yang

diselenggarakan dari tanggal 11-14 Oktober 2012 bertempat di

Summarecon Mall Serpong yang diikuti oleh 2 Mitra Binaan

dari Kantor Cabang Utama Soekarno-Hatta.

7. Pameran Expo Pangan Kuliner Nusantara yang

diselenggarakan dari tanggal 27 s.d 30 November 2012

bertempat di Hotel Tiara Convention Medan yang diikuti oleh

1 Mitra Binaan dari Kantor Cabang Polonia.

8. Pameran Intrade Malaysia yang diselenggarakan dari tanggal

27-29 November 2012 bertempat di Menara MATRADE Kuala

Lumpur Malaysia yang diikuti oleh 2 Mitra Binaan dari Kantor

Cabang Husein Sastranegara dan Kantor Cabang Halim

Perdanakusuma.

121

2. Program Bina Lingkungan

Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan

kondisi sosial masyarakat di sekitar wilayah operasi Angkasa Pura

II melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Perusahaan dan

bersifat hibah.

Cakupan kegiatan Program Bina Lingkungan meliputi

pemberian bantuan untuk Bencana Alam, Pendidikan dan/atau

Pelatihan, Peningkatan Kesehatan, Sarana dan Prasarana Umum,

sarana ibadah, pelestarian alam, bantuan sosial kemasyarakat

dalam rangka pengentasan kemiskinan dan bantuan pendidikan,

pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi serta bentuk lain yang

terkait dengan upaya peningkatan kapasitas mitra binaan program

kemitraan.

Disamping program-program tersebut terdapat program

bantuan yang pelaksanaannya didasarkan pada intruksi Kementrian

BUMN yang dinamakan BUMN Peduli. Bantuan Bina Lingkungan

telah memberikan kontibusi besar bagi peningkatan kehidupan

masyarakat serta kemajuan dalam bidang pendidikan, bidang

kesehatan, keagamaan, prasarana umum, pelestarian alam dan

bantuan bencana alam.

Berdasarkan Surat Menteri Negara Badan Usaha Milik

Negara Nomor: S-790/MBU/2009 Tanggal 19 Oktober 2009,

122

Angkasa Pura II ditugaskan melaksanakan Program BUMN Peduli

Beasiswa Pendidikan. Dana Program BUMN Peduli Beasiswa

Pendidikan disalurkan kepada 27 Perguruan Tinggi Negeri secara

bertahap.

Pada tahun 2012 Dana Program Bina Lingkungan yang

telah disalurkan sebesar Rp8.027.778.989,- untuk BUMN Peduli

telah disalurkan sebesar Rp23.829.431.066,00 dan untuk BUMN

Peduli Beasiswa telah sebesar Rp54.252.812.440,00

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Analisis Data Responden

Untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan pemberian ambulans, peneliti

telah melakukan pengumpulan data melalui penyebaran kuisioner dengan cara

area sampling. Kuesioner disebarkan kepada 73 warga Kelurahan Suka Asih,

Kecamatan Kota Tangerang yang sudah memiliki KTP.

Kuesioner tersebut terdiri dari 20 item pertanyaan dan 4 pertanyaan

yang diajukan untuk memperoleh data responden yaitu mengenai usia, jenis

kelamin, pernah atau tidaknya responden menggunakan fasilitas ambulans.

Tabel 4.1

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki 33 45,2 45,2 45,2

Perempuan 40 54,8 54,8 100,0

Total 73 100,0 100,0

123

Diagram 4.1

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa responden laki-laki

berjumlah 33 orang dengan presentase 45,2% dan responden Perempuan

sebanyak 40 orang dengan presentase 54,8%. Dari tabel tersebut dapat

disimpulkan bahwa mayoritas responden pada penelitian ini adalah perempuan

Diagram 4.2

Usia

Tabel. 4.2

Tabel 4.2

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

17 tahun 1 1,4 1,4 1,4

18 tahun 4 5,5 5,5 6,8

19 tahun 2 2,7 2,7 9,6

20 tahun 3 4,1 4,1 13,7

21 tahun 4 5,5 5,5 19,2

22 tahun 1 1,4 1,4 20,5

23 tahun 5 6,8 6,8 27,4

24 tahun 5 6,8 6,8 34,2

26 tahun 11 15,1 15,1 49,3

27 tahun 5 6,8 6,8 56,2

28 tahun 2 2,7 2,7 58,9

124

29 tahun 7 9,6 9,6 68,5

30 tahun 1 1,4 1,4 69,9

31 tahun 2 2,7 2,7 72,6

32 tahun 3 4,1 4,1 76,7

33 tahun 1 1,4 1,4 78,1

36 tahun 3 4,1 4,1 82,2

37 tahun 1 1,4 1,4 83,6

38 tahun 1 1,4 1,4 84,9

42 tahun 2 2,7 2,7 87,7

44 tahun 1 1,4 1,4 89,0

46 tahun 4 5,5 5,5 94,5

49 tahun 1 1,4 1,4 95,9

51 tahun 2 2,7 2,7 98,6

59 tahun 1 1,4 1,4 100,0

Total 73 100,0 100,0

Berdasarkan tabel di atas peneliti mengkategorikan umur yang dimulai

dari pada masa remaja akhir sampai masa lansia akhir. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2009

1. Masa remaja akhir : 17-25 tahun (25 responden)

2. Masa dewasa awal : 26-35 tahun (32 responden)

3. Masa dewasa akhir : 36-45 tahun (8 responden)

4. Masa lansia awal : 46-55 tahun (7 responden)

5. Masa lansial akhir : 56-65 tahun (1 responden)

(https://yhantiaritra.wordpress.com/2015/06/03/kategori-umur-menurut-

depkes/)

125

Tabel 4.3

Pernyataan Pernah/Tidak Pernah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Pernah 37 50,7 50,7 50,7

Tidak Pernah 36 49,3 49,3 100,0

Total 73 100,0 100,0

Diagaram 4.3

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa Frekuensi pernah

menggunakan fasilitas ambulans berjumlah 37 orang dengan presentase

50,7%, tidak pernah menggunakan fasilitas ambulans berjumlah 36 orang

dengan presentase 49,3%.

Hal ini menjelaskan bahwa sebagian warga RT 002 RW 01 Kelurahan

Suka Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang pernah melakukan

aktivitas dengan pemanfaatan ambulans sebagai sarana pelayanan kesehatan

yang ada pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

126

Tabel 4.4

Pekerjaan Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Pelajar 5 6.8 6.8 6.8

Mahasiswa 11 15.1 15.1 21.9

Pekerja Lepas 5 6.8 6.8 28.8

Buruh 5 6.8 6.8 35.6

Wiraswasta 7 9.6 9.6 45.2

Pegawai Swasta 24 32.9 32.9 78.1

Pegawai Negeri Sipil 10 13.7 13.7 91.8

Ibu Rumah Tangga 5 6.8 6.8 98.6

Pensiunan 1 1.4 1.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.4

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa frekuensi pekerjaan,

sebanyak 5 responden dengan persentase sebesar 5,8% tidak bekerja

melainkan masih berstatus sebagai Pelajar, 11 responden dengan persentase

15,1% berstatus sebagai Mahasiswa, 5 responden dengan persentase 6,8%

bekerja sebagai Pekerja Lepas, 5 reponden lainnya dengan persentase 6,8%

bekerja sebagai Buruh, 24 responden dengan persentase sebesar 32,9 %

bekerja sebagai Pegawai Swasta, 10 responden lainnya dengan persentase

sebesar 13,7% bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, 5 responden dengan

127

persentase 6,8% berstatus sebagai Ibu Rumah Tangga, 1 responden dengan

persentase 1,4% berstatus sebagai Pensiunan.

Tabel 4.5

Pendidikan Terakhir Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Sekolah Dasar 2 2.7 2.7 2.7

Sekolah Menengah Pertama/Sederajat

4 5.5 5.5 8.2

Sekolah Menengah Atas/Sederajat

42 57.5 57.5 65.8

Diploma III 1 1.4 1.4 67.1

Strata 1 24 32.9 32.9 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.5

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa frekuensi sebanyak 2

responden dengan persentase sebesar 2,7% memperoleh pendidikan terakhir

pada sekolah dasar, 4 responden dengan persentase 5,5% memperoleh

pendidikan terakhir pada Sekolah Menengah Pertama/Sederajat, 42 responden

dengan persentase sebesar 57,5% memperoleh pendidikan terakhir pada

Sekolah Menengah Atas/Sederajat, 1 responden dengan persentase sebesar

1,4% memperoleh pendidikan terakhir pada Diploma III, dan 24 responden

dengan persentase 32,9% memperoleh pendidikan terakhir Strata 1.

128

4.2.2 Deskripsi Hasil Data Penelitian

Tabel 4.6

Keberadaan Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans

PT Angkasa Pura II

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tidak Setuju 14 19.2 19.2 19.2

Setuju 38 52.1 52.1 71.2

Sangat Setuju 21 28.8 28.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.6

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 38 atau 51% responden

menjawab setuju mengenai keberadaan Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulan PT Angkasa Pura II, 21 responden atau 28,8% menjawab sangat setuju,

sedangkan 14 responden atau 19,2% memilih tidak setuju. Hal ini

menggambarkan bahwa warga RT02 RW 01 Kelurahan Suka Asih Kecamatan

Tangerang Kota mengetahui keberadaan Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans PT Angkasa Pura II.

Keberadaan Program Bina Linkungan Pemberian Ambulans ini didukung

dengan informasi. Pengertian Informasi Menurut Jogiyanto HM., (1999: 692)

129

informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu

bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang

menggambarkan suatu kejadian – kejadian (event) yang nyata (fact) yang

digunakan untuk pengambilan keputusan.

Abdul Kadir (2002: 31) mendefinisikan informasi sebagai data yang telah

diproses sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang

menggunakan data tersebut.

Dapat didefiniksan bahwa informasi adalah hasil dari pengolahan data

dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang

nyata yang digunakan untuk pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan

tidak terlepas dari pengetahuan yang didapat dari infomasi.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pengetahuan bisa

dimaknai sebagai segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu

yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran).

Pengetahuan adalah hasil mengetahui yang didapat setelah melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2003: 13). penginderaan

pada objek tertentu.

Berdasarkan pengertian pengetahuan menurut para ahli di atas, penulis

bisa lebih memahami dan mengerti konsepnya. Pengetahuan bisa diartikan

sebagai segala hal yang diperoleh dari proses persentuhan panca indera terhadap

objek tertentu, bisa pula melalui proses belajar dan mengamati sekitar.

130

Dapat disimpulkan keberadaan Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans PT Angkasa Pura II (Pesero) dapat diketahui keberadaannya karena

pada umumnya responden memiliki pengetahuan seputar informasi keberadaan

Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans tersebut.

Informasi ditunjang dari pada keberadaan penyebaran yang didukung

teknik penyampaian pesan yang baik. Maka dari itu dapat disimpulkan pula, PT

Angkasa Pura II (Persero) juga mengaplikasikan teknik penyampaian pesan yang

baik dalam penyebaran informasi sehingga keberadaan Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans diketahui keberadaannya, sedangkan responden selaku

penerima CSR memiliki respon yang baik dalam penerimaan Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans

Tabel 4.7

Masyarakat Mengalami Kesulitan dalam Menkangkau Lokasi Layanan

Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 2 2.7 2.7 2.7

Tidak Setuju 8 11.0 11.0 13.7

Setuju 45 61.6 61.6 75.3

Sangat Setuju 18 24.7 24.7 100.0

Total 73 100.0 100.0

131

Diagram 4.7

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 45 Responden atau 61,6%

menjawab setuju dan 18 responden atau 24,7% menjawab sangat setuju mengenai

sebelum adanya Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa

Pura masyarakat mengalami kesulitan untuk menjangkau lokasi pelayanan

kesehatan, dan sisanya 8 responden atau 11% menjawab tidak setuju, serta 2

responden atau 2,7% memilih sangat tidak setuju.

Salah satu yang menjadi perhatian awal dalam Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (persero) adalah kerjasama yang telah

dibentuk dengan instansi pemerintah sejak awal berdirinya perusahaan.

Pada hakikat sebuah hubungan antara perusahaan dengan stakeholder,

semua itu akan berbicara kepada peran serta keduanya dalam menangani sebuah

masalah ataupun isu sosial. Masalah sosial adalah kondisi yang tidak diinginkan

oleh sebagian besar warga masyarakat. (Soetomo, 2001: 17)

132

Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur – unsur

kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial

(Soerjono Soekanto, 1997: 29).

Kesehatan merupakan suatu hal yang penting untuk ditanggapi setiap

pelaku bisnis termasuk PT Angkasa Pura II (Persero). Isu kesehatan yang

berkembang menyebabkan setiap pelaku bisnis berlomba mengembangkan konsep

corporate social responsibility.

Maraknya isu yang berkembang mengakibatkan banyaknya kasus

kesehatan yang tidak memiliki titik temu penyelesaian. Inilah yang menjadikan

penulis mengembangkan indikator yang berada di lapangan seputar isu kesehatan

yang beredar.

Berdasarkan pada tabel di atas peneliti dapat mendeskripsikan bahwa PT

Angkasa Pura II (Persero) telah melihat bahwa layanan kesehatan merupakan

salah satu akomodasi yang sangat dibutuhkan masyarakat warga RT 02 RW 01

Kelurahan Suka Asih, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang.

Tabel 4.8

Pemberian Ambulans Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota

Tangerang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 4 5.5 5.5 5.5

Tidak Setuju 15 20.5 20.5 26.0

Setuju 42 57.5 57.5 83.6

Sangat Setuju 12 16.4 16.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

133

Diagram 4.8

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa 42 responden atau 57,5%

menjawab setuju mengenai pemberian ambulans bekerjasama dengan Dinas

Kesehatan Kota Tangerang demi mengoptimalisasikan sarana kesehatan bagi

warga kota tangerang, sedangkan 15 responden menjawab tidak setuju sedangkan

12 responden atau 16,4% menjawab setuju, dan sisanya 4 responden dan 5,5%

memilih tidak setuju.

Upaya Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura

II (Persero) tidak terlepas dari jalinan kerja sama yang ada didalamnya. Jalinan

kerja sama yang ada terkait kesehatan warga masyarakat ditanggapi secara cepat

oleh PT Angkasa Pura II dengan Pemberian Ambulans yang telah ada sejak tahun

2012.

Kerjasama yang dijalankan tidak hanya sebuah wacana yang kian populer

di tengah perkembangan konsep corporate social responsibility. Menurut Rosen

dalam Keban (2007: 32) kerjasama (cooperation) telah lama dikenal dan

dikonsepsikan sebagai suatu sumber efisiensi dan kualitas pelayanan. Kerjasama

dapat pula dilakukan dalam sharing investasi. Sharing dalam investasi misalnya,

134

akan memberikan hasil yang memuaskan dalam penyediaan fasilitas sarana dan

prasarana. Kerjasama juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan misalnya

dalam pemberian atau pengadaan fasilitas, dimana masing – masing pihak tidak

dapat membelinya sendiri. Dengan kerjasama, fasilitas pelayanan yang mahal

harganya dapat dibeli dan dinikmati bersama seperti pusat rekreasi, pendidikan,

transportasi, sarana kesehatan, dan sebagainya.

Kekuatan yang timbul diluar batas organisasi dapat mempengaruhi

keputusan serta tindakan di dalam organisasi. Karenanya perlu diadakan

kerjasama dengan kekuatan yang diperkirakan mungkin akan timbul. Kerjasama

tersebut dapat didasarkan atas hak, kewajiban, dan tanggung jawab masing –

masing orang untuk mencapai sebuah tujuan. (Tangkilisan 2005: 86)

Dalam pelaksanaan kerjasama harus tercapai keuntungan bersama.

Pelaksanaan kerjasama hanya dapat tercapai apabila diperoleh manfaat bersama

bagi semua pihak yang terlibat didalamnya. Apabila satu pihak dirugikan dalam

proses kerjasama, maka kerjasama tidak lagi terpenuhi. Dalam upaya mencapai

keuntungan atau manfaat bersama dari kerjasama, perlu komunikasi yang baik

anatara semua pihak dan pemahaman sama terhadap tujuan bersama (Bowo dkk.,

2007: 50)

Dalam hal ini peneliti dapat menganalisis bahwa sesungguhnya

pelaksanaan sebuah program dapat tersalurkan dengan maksimal apabila ada

pihak yang turut memperhatikan dan menjaga jalannya penggunaan sarana

ambulans. Maka Dinas Kesehatan sebagai instansi pemerintahan yang dianggap

dapat menyalurkan sarana ambulans, menjadi instansi pemerintahan yang

135

dipercayakan PT Angkasa Pura II (Persero) dalam mengoperasikan ambulans.

Warga kota tangerang dapat dengan mudah mengakses layanan kesehatan karena

PT Angkasa Pura II memberikan sarana ambulans terbuka untuk semua kalangan

yang membutuhkan.

Tabel 4.9

Tujuan dari pada Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 4 5.5 5.5 5.5

Tidak Setuju 15 20.5 20.5 26.0

Setuju 35 47.9 47.9 74.0

Sangat Setuju 19 26.0 26.0 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.9

Berdasarkan tabel 4.9 35 responden menjawab setuju mengenai tujuan

daripada Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans, 19 responden atau

26% menjawab sangat setuju, sedangkan 15 responden atau 20,5% menjawab

tidak setuju, dan sisanya 4 responden atau 5,5% memilih sangat tidak setuju.

Pengertian dari pada program bina lingkungan sendiri merupakan sebuah

ekspresi kebijakan sosial oleh perusahaan di tengah dinamika masyarakat yang

136

membutuhkan perhatian terhadap penciptaan dan realisasi solusi, dengan landasan

bertindak praktis untuk kebersamaan lingkungan dalam upaya yang sinergis.

Pengertian tersebut tidak jauh dari pada pengertian corporate social

responsiblitiy yang merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab

perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder), yang dimaksud

dengan pemangku kepentingan dalam hal ini adalah orang atau kelompok yang

dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan,

maupun operasi perusahaan. (Ismail Solihin, 2009: 2)

Meski memiliki banyak definisi, namun secara esensi CSR merupakan

wujud dari giving back dari korporat kepada komunitas. Perihal ini dapat

dilakukan dengan cara melakukan dan menghasilkan bisnis berdasar pada niat

tulus guna memberi kontribusi yang paling positif pada komunitas (stakeholders).

Tujuan dari pada Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT

Angkasa Pura II (Persero):

1. Mengoptimalisasikan sarana dan prasarana kesehatan warga Kabupaten

atau Kota Tangerang, khususnya wilayah operasional perusahaan.

2. Membantu perbaikan lingkungan hidup khusunya pada bidang kesehatan.

3. Meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.

4. Mempermudah akses penerimaan layanan kesehatan masyarakat.

Adapun dari keseluruhan tujuan tersebut masyarakat juga memahami

manfaat bagi perusahaan yaitu:

1. Mempermudah koordinasi dengan pemerintah daerah.

2. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap operasional perusahaan.

137

3. Tersedianya SDM yang memiliki kompetensi dari segi kesehatan di

wilayah operasi perusahaan.

Dalam hal ini peneliti dapat menganalisis pemberian ambulans bukan

menjadi sebuah program yang sukarela diberikan oleh pihak PT Angkasa Pura II

(Persero) melainkan sudah menjadi sebuah tanggung jawab. Dapat dilihat dari

pada penguraian tujuan yang mendeskripsikan bahwa program pemberian

ambulans merupakan sebuah bentuk tanggung jawab perusahaan kepada

masyarakat.

Tabel 4.10

PT Angkasa Pura II Paham akan Kebutuhan Masyarakat Lingkungan

Sekitar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 10 13.7 13.7 13.7

Tidak Setuju 12 16.4 16.4 30.1

Setuju 34 46.6 46.6 76.7

Sangat Setuju 17 23.3 23.3 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.10

Berdasarkan Tabel 4.10 mengenai bahwa PT Angkasa Pura paham akan

kebutuhan masyarakat lingkungan sekitar, 34 responden atau 46,6% menjawab

138

setuju, 17 atau 23% menjawab sangat setuju, 12 responden atau 16,4% menjawab

tidak setuju, sedangkan sisanya 10 responden atau 13,7% menjawab sangat tidak

setuju.

Pemahaman perusahaan akan isu sosial sekitar wilayah operasional

perusahaan tidak dapat dipisahkan dari pada komunikasi yang berkembang

didalamnya. Sudah menjadi kebiasaan setiap kejadian atau informasi yang

menyangkut kehidupan manusia, baik soal pribadi atau pun kelompok, yang

dianggap aktual dan luar biasa atau tidak biasa, akan menjadi bahan pembicaraan

atau diskusi dalam masyarakat.

Publik ataupun masyarakat merupakan sekumpulan orang sedikit maupun

banyak, yang menaruh minat dan kepentingan yang sama terhadap suatu hal.

Maka opini publikpun akan terjadi dalam suatu lingkungan kecil ataupun besar

dan merupakan penilaian terhadap hal yang menjadi kepentingan dan minat

bersama dari orang – orang di lingkungannya itu.

Emory S. Bogardus dalam The Making Of Public Opinion mengatakan

opini public hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi dalam masyarakat

demokratis (Olii, 2007:20). Ini menunjuk kepada bagaimana isu lingkungan sosial

yang muncul dari pada opini publik masyarakat mengenai kesehatan dijawab

dengan Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II

(Persero).

Kebutuhan yang dipahami PT Angkasa Pura II (Persero) tidak terlepas

hanya kepada konsumen para pengguna jasa Bandara Internasional-Soekarno

Hatta, PT Angkasa Pura II melihat bahwa warga sekitar operasi perusahaan juga

139

merupakan bagian penting pertumbuhan ekonomi perusahaan, kerana kendali

terbesar pertumbuhan ekonomi perusahaan berasal dari pada pihak eksternal

wilayah operasi perusahaan. Pihak eksternal juga beranggapan bahwa pihak

perusahaan juga mengerti akan kebutuhan yang mereka butuhkan. Dengan adanya

planning, organizing, actuating, controlling PT Angkasa Pura II dapat

mengetahui kebutuhan eksternal.

Tabel 4.11

Isu Kesehatan Merupakan Permasalahan Utama Dalam Lingkungan Daerah

Wilayah Opersasi Perusahaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 3 4.1 4.1 4.1

Tidak Setuju 12 16.4 16.4 20.5

Setuju 36 49.3 49.3 69.9

Sangat Setuju 22 30.1 30.1 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.11

Berdasarkan tabel 4.11 mengenai bahwa isu kesehatan merupakan

permasalahan utama dalam lingkungan sekitar, 36 responden atau 49,3%

menjawab setuju, 22 responden atau 30,1% menjawab sangat setuju, sedangkan

12 responden atau 16,4% menjawab tidak setuju, dan sisanya 3 responden atau

4,1% menjawab sangat tidak setuju.

140

Munculnya sebuah isu dalam sebuah perusahaan atau organisasi tidak

dapat diprediksi sebelumnya, oleh sebab itu perusahaan atau organisasi diminta

untuk selalu siap mengatasi isu – isu yang memungkinkan dapat membuat

perusahaan atau organisasi tersebut menjadi krisis.

Kemunculan sebuah isu awalnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian

pengertian yang dimiliki oleh pihak manajemen dan publik perusahaan. Fakta dan

kenyataan berdasakan isu taraf kesehatan yang kurang layak dan kurangnya

optimalisasi sarana kesehatan warga kota tangerang tidak sampai kepada

pemberitaan negatif pada media massa ataupun media – media lainnya. PT

Angkasa Pura II (Persero) menerapkan strategi dalam isu yang berkembang.

Mengembangkan strategi dan pendekatan yang demokratis yang ditujukan kepada

warga. Dengan memahami sikap dan perilaku serta keinginan masyarakat.

Dalam hal ini Humas dan Protokoler bertindak sebagai agen pemerhati dan

pengendali situasi lingkungan. Beredarnya isu kesehatan yang menjadi

permasalahan membuat unit Humas dan Protokoler cekatan turun ke lapangan

untuk mengatasinya. Hal ini dapat dilihat bahwa public relations sebagai

Journalist in Residence, artinya bertindak sebagai wartawan dalam

menyebarluaskan informasi kepada publik dan mengendalikan berita atau

informasinya kepada media massa. Tidak hanya berhenti sampai disana Humas

dan Protokoler melakukan komunikasi dua arah yang dapat membujuk untuk

membangun saling pengertian, pemahaman, dan mempercayai kedua belah pihak

bahwa isu yang berkembang dapat menemui titik solusi.

141

Tabel 4.12

PT Angkasa Pura II Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 8 11.0 11.0 11.0

Tidak Setuju 10 13.7 13.7 24.7

Setuju 47 64.4 64.4 89.0

Sangat Setuju 8 11.0 11.0 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.12

Berdasarkan tabel 4.12 mengenai PT Angkasa Pura II sudah tepat

bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang, 47 responden atau 64,4%

menjawab setuju, 10 responden atau 13,7% menjawab tidak setuju dan 8

responden atau 11% menjawab sangat setuju, dan sisanya 8 responden lainnya

menjawab sangat tidak setuju.

Pada tahap external realtions PT Angkasa Pura II telah bekerja sama

dengan instasi pemerintah sejak awal berdirinya perusahaan. Peran Humas dan

Protokoler bertindak sebagai penghubung atau contact person antara PT Angkasa

Pura II (Persero) dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

Kemampuan Humas dan Protokoler PT Angkasa Pura II (Persero)

membangun hubungan yang positif antara lembaga yang diwakilinya dengan

142

publik eksternalnya. Berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan,

dukungan, kerja sama dan toleransi antara kedua belah pihak tersebut.

PT Angkasa Pura II (Persero) memaksimalkan kinerja Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans bekerja sama dengan instansi pemerintahan.

Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat tetap menikmati akses layanan kesehatan

yang berasal dari pada instansi pemerintah.

Tabel 4.13

Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II

(Persero) Merupakan Pemberian yang Tepat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 7 9.6 9.6 9.6

Tidak Setuju 15 20.5 20.5 30.1

Setuju 31 42.5 42.5 72.6

Sangat Setuju 20 27.4 27.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.13

Berdasarkan tabel 4.13 mengenai Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans PT Angkasa Pura II merupakan pemberian yang tepat pada lingkungan

sekitar, 31 responden atau 42,5% menjawab setuju, 20 responden atau 27,4%

143

menjawab sangat setuju, 15 responden atau 20,5% menjawab tidak setuju,

sedangkan sisanya 7 responden atau 9,6% menjawab sangat tidak setuju.

Ketepatan pemberian bantuan sosial terhadap isu kesehatan yang

berkembang pada warga kota Tangerang membuat PT Angkasa Pura II (Persero)

mengembangkan dan membuat keputusan yang tepat berdasarkan strategi yang

dikembangkan Humas dan Protokoler di dalamnya.

Strategi merupakan sebuah cara atau proses yang digunakan organisasi

untuk mencapai misinya (Sandra Oliver, 2001: 3). Di samping ketersediaan tenaga

medis, strategi pemberian sarana ambulans menjadi mutlak diperlukan dalam

kondisi genting, ketika pasien harus dikirm atau dijemput untuk mendapat

bantuan medis sesegera mungkin. Sarana yang memadai mendukung peningkatan

grafik data kesehatan dan keselamatan jiwa masyarakat. Atas pertimbangan

tersebut Pemberian Ambulans dirasa penting untuk mendekatkan pelayanan

kepada masyarakat.

Strategi yang tepat dilihat dari pada sejauh mana perusahaan dapat

menanggapi permasalahan yang terjadi. Masyarakat tidak dapat merasakan sebuah

program apabila program tersebut tidak sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.

Tabel 4.14

PT Angkasa Pura II Melakukan Survei terhadap Lingkungan dalam

Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 7 9.6 9.6 9.6

Tidak Setuju 13 17.8 17.8 27.4

Setuju 38 52.1 52.1 79.5

Sangat Setuju 15 20.5 20.5 100.0

Total 73 100.0 100.0

144

Diagram 4.14

Berdasarkan tabel 4.14 mengenai PT Angkasa Pura II melakukan survei

terhadap lingkungan dalam Program Bina Linkungan Pemberian Ambulans, 38

responden atau 52,1% menjawab setuju, 15 responden atau 20,5% menjawab

sangat setuju, 13 responden atau 17,8% menjawab tidak setuju, sedangkan sisanya

7 responden atau 9,6% menjawab sangat tidak setuju.

Planning dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan secara matang dari pada hal – hal yang akan dikerjakan di masa yang

akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Sondang P.

Siagian, 1994: 108).

Kaufman (1972) sebagaimana dikutip Harjanto. Perencanaan adalah suatu

proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan

bernilai.

Pada dasarnya planning dikembangkan dengan fakta dan survei yang

berada pada lapangan. Dalam hal ini PT Angkasa Pura II (Persero) membentuk

sebuah tim survei yang anggotanya berasal dari pada Unit Humas dan Protokoler,

145

Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, serta unit akuntan dan bisnis,

yang di dalamnya memiliki job desk masing – masing.

Perjalanan sebuah survei dapat berjalan dengan baik apabila sebuah

perusahaan mau melibatkan semua elemen yang ada di dalamnya untuk bersinergi

dalam mendulang sukses dalam sebuah program. Program CSR harus memiliki

skema penghitungan yang baik agar tidak terjadi kegagalan dalam pelaksanaan.

Masyarkat yang dituju juga perlu tahu akan keberadaan program yang akan

dilaksanakan. Peneliti menganalisis bahwa keterkaitan masyarakat dalam survei

Program Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) didukung dengan

strategi pendekatan yang baik. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa PT Angkasa

Pura II (Persero) melibatkan semua unit di dalam perusahaan tersebut.

Tabel 4.15

Survey Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans Dilakukan dengan

Baik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 6 8.2 8.2 8.2

Tidak Setuju 14 19.2 19.2 27.4

Setuju 36 49.3 49.3 76.7

Sangat Setuju 17 23.3 23.3 100.0

Total 73 100.0 100.0

146

Diagram 4.15

Berdasarkan tabel 4.15 menggambarkan bahwa 36 responden atau 49,3%

menjawab setuju mengenai tahap survey PT Angkasa Pura II dilakukan dengan

baik, 17 responden atau 23,3% menjawab sangat setuju, 14 responden atau 19,2%

diantaranya menjawab tidak setuju, dan sisanya 6 responden atau setara dengan

8,2% menjawab sangat tidak setuju.

Tahap survei yang dilaksanakan:

1. Petugas dan perwakilan perusahaan (tim) mengajukan permohonan dan

ijin kepada instansi Pemerintah Kota Tangerang.

2. Penyelenggaraan survei berbasis masyarakat.

3. Tim menyusuri setiap wilayah Kabupaten atau Kota Tangerang.

4. Pelaksanaan survei dilakukan secara kemitraan dengan Intansi Pemerintah

Kota Tangerang.

5. Pendataan Puskemas dan sarana kesehatan kabupaten dan kota Tangerang.

6. Penyuluhan Pemberian Ambulans kepada setiap perwakilan warga Kota

Tangerang, pada Dinas Kesehatan Kota Tangerang (Program Kemitraan

dan Bina Lingkungan PT Angkasa Pura II (Persero), 2014: 100)

147

Peneliti menganalisis bahwa PT Angkasa Pura II (Persero) tidak dapat

berhasil mengetahui kebutuhan masyarakat tanpa strategi survei yang diterapkan

oleh Unit Humas dan Protokoler PT Angkasa Pura II (Persero) selaku Public

Relations perusahaan. Penjelasan pada indikator sebelumnya memang telah

menjelaskan bahwa survei yang dilakukan diketahui oleh responden. Namun

disini ditegaskan bahwa pelaksanaan survei tidak hanya meliputi satu lingkup

daerah ataupun wilayah. Pendataan sarana kesehatan seperti puskemas dan rumah

sakit dilakukan pada setiap kecamatan kota ataupun kabupaten kota Tangerang.

Tabel 4.16

Survei Pemberian Ambulans Melibatkan Lingkungan Sekitar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 3 4.1 4.1 4.1

Tidak Setuju 15 20.5 20.5 24.7

Setuju 38 52.1 52.1 76.7

Sangat Setuju 17 23.3 23.3 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.16

Berdasarkan tabel 4.16 mengenai survei pemberian ambulans melibatkan

lingkungan sekitar, 38 responden diantaranya atau setara dengan 52,1% menjawab

148

setuju, 17 responden atau 23,3% menjawab sangat setuju, 15 responden atau

20,5% menjawab tidak setuju, dan sisanya 3 responden atau 4,1% memilih sangat

tidak setuju.

Dalam survey berbasis masyarakat memberi pengertian bahwa dalam

tahap survei masyarakat perlu tahu akan adanya Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans yang dilakukan PT Angkasa Pura II (Persero).

PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Internasional Soekarno-Hatta

melakukan survei berbasis masyarakat bertujuan agar tidak ada kerugian yang

diterima perusahaan akan adanya program pemberian ambulans. Apabila

masyarakat tidak dapat menerima pemberian ambulans dengan baik PT Angkasa

Pura II menyimpulkan bahwa pemberian ambulans merugikan pihak perusahaan

dari laju perekonomian perusahaan.

Tabel 4.17

Kriteria Ambulans Sangat Tepat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 7 9.6 9.6 9.6

Tidak Setuju 10 13.7 13.7 23.3

Setuju 27 37.0 37.0 60.3

Sangat Setuju 29 39.7 39.7 100.0

Total 73 100.0 100.0

149

Diagram 4.17

Berdasarkan tabel 4.17 mengenai ambulans yang diberikan sudah sangat

memenuhi kriteria dalam mengoptimalisasikan kesehatan lingkungan, 29

responden atau 39,7% menjawab sangat seutuju, 27 responden atau 37%

menjawab setuju, 10 responden atau 13,7% menjawab tidak setuju, sedangkan 7

responden atau 9,6% menjawab sangat tidak setuju.

Ambulans merupakan kendaraan roda empat yang telah diserahterimakan

kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang, yang menandakan bahwa PT Angkasa

Pura II (Persero) ikut serta dalam menangani jalannya aktivitas kesehatan

masyarakat Tangerang di wilayah operasional perusahaan. Suzuki APV dipilih

untuk menjadi kendaraan ambulans guna menjawab kebutuhan masyarakat akan

kesehatan, bahkan untuk medan berat sekalipun.

150

Tabel 4.18

Prosedural Penggunaan Ambulans Tidak Sulit

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 2 2.7 2.7 2.7

Tidak Setuju 12 16.4 16.4 19.2

Setuju 40 54.8 54.8 74.0

Sangat Setuju 19 26.0 26.0 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.18

Berdasarkan tabel 4.18 mengenai prosedural penggunaan ambulans tidak

sulit 40 responden atau 54,8% menjawab setuju, 19 responden atau 26%

menjawab sangat setuju, 12 responden atau 16,4% menjawab tidak setuju,

sedangkan 2 responden atau 2,7 persen menjawab sangat tidak setuju.

Meyakinkan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan yang baik

tidak hanya sebatas pada alokasi pemberian program bantuan sosial, tetapi

kemudahan dalam mendapatkan program bantuan sosial yang menjadi salah satu

alasan utama agar program bantuan sosial tidak keluar dari jalur tujuannya.

Program bantuan sosial tidak berbeda pengertiannya dengan corporate

social responsibility, yang merupakan salah satu dari beberapa tanggung jawab

151

perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder), yang dimaksud

dengan pemangku kepentingan dalam hal ini adalah orang atau kelompok yang

dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan,

maupun operasi perusahaan (Ismail Solihin, 2009: 2).

Peran perusahaan sebagai pelaku bisnis dijalankan unit Humas dan

Protokoler dalam menyampaikan informasi mengenai penggunaan ambulans.

Perwakilan setiap warga ditunjuk untuk ikut serta dalam penyuluhan dan

seremonial Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II

(Persero).

Tabel 4.19

Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans Mempermudah dalam

Menjangkau Sarana Pengobatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 6 8.2 8.2 8.2

Tidak Setuju 14 19.2 19.2 27.4

Setuju 31 42.5 42.5 69.9

Sangat Setuju 22 30.1 30.1 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.19

152

Berdasarkan tabel 4.19 mengenai Program Bina Lingkungan PT Angkasa

Pura II Pemberian Ambulans sangat memudahkan untuk mendapatkan sarana

pengobatan yang maksimal, 31 responden atau 42,5% menjawab setuju, 22

responden atau 30,1% menjawab sangat setuju, 14 responden atau 19,2%

menjawab tidak setuju, sedangkan 6 responden atau 8,2% menjawab sangat tidak

setuju.

Kemudahan dalam mendapatkan program bantuan sosial dapat dilihat dari

prosedur dan sistem yang berlaku. PT Angkasa Pura II (Persero) memberi

kepercayaan penuh kepada Dinas Kesehatan Kota Tangerang dalam penerapan

prosedural penggunaan ambulans.

Regulasi yang berlaku pada penggunaan ambulans hanya cukup dengan

menghubungi pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang, lalu memberikan alamat

lengkap pengguna ambulans beserta rujukan puskesmas atau rumah sakit yang

akan diantarkan oleh ambulans.

Tabel 4.20

Turut Serta dalam Perkembangan dan Pengawasan Pelaksanaan Program

Bina Lingkungan Pemberian Ambulans

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 9 12.3 12.3 12.3

Tidak Setuju 32 43.8 43.8 56.2

Setuju 20 27.4 27.4 83.6

Sangat Setuju 12 16.4 16.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

153

Diagram 4.20

Berdasarkan tabel 4.20 mengenai hal mengikuti perkembangan dan

pengawasan pelaksanaan Program Bina Lingkungan PT Angkasa Pura II

Pemberian Ambulans 32 responden atau 43,8% menjawab tidak setuju, 20

responden atau 27,4% menjawab setuju, 12 responden atau 16,4% menjawab

sangat setuju, sedangkan 9 atau 12,3% responden menjawab sangat tidak setuju.

Pengawasan pelaksanaan dimaksud penulis adalah keikut sertaan warga

dalam memperhatikan jalannya penggunaan fasilitas ambulans. Merujuk kepada

tersalur atau tidaknya penggunaan ambulans dengan baik, terjadi penyimpangan

atau pelanggaran dalam pemberian ambulans, dan lain – lain. Adapun pengawasan

ditujukan agar penerimaan informasi seputar penggunaan ambulans akurat,

dilaksanakan secara tepat dan realistis sesuai dengan misi perusahaan (Rosadi

Ruslan, 2011: 115).

Hal ini menegaskan bahwa masyarakat kurang peduli terhadap

perkembangan jalannya sebuah pelaksaan program pemberian ambulans. Peneliti

dapat menganalisis bahwa hal ini dapat disebabkan olehe berbagai hal yang

kemungkinan mengarah kepada kesibukan dari pada individu-individu

154

masyarakat, khususnya para responden. Hal ini perlu juga dianalisis oleh pihak PT

Angkasa Pura II (Persero) yang perlu ikut serta dalam pengembagan inovasi

sebuah Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans, karena peneliti melihat

pengembangan inovasi dalam sebuah pemberian program CSR perusahaan dapat

ditingkatkan dengan lebih mengakomodir setiap pengguna dari pada program

tersebut.

Tabel 4.21

Mendapat Manfaat dari Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 5 6.8 6.8 6.8

Tidak Setuju 23 31.5 31.5 38.4

Setuju 24 32.9 32.9 71.2

Sangat Setuju 21 28.8 28.8 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.21

Berdasarkan tabel 4.21 mengenai manfaat dengan adanya program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans, 24 responden atau 32,9% menjawab setuju,

23% responden atau 31,5% menjawab tidak setuju, 21 responden menjawab

sangat setuju, sedangkan 5 responden atau 6,8% menjawab sangat tidak setuju.

155

Manfaat CSR merupakan hasil dari efektifitas kinerja perusahaan dalam

mengatasi permasalahan dan isu lingkungan sosial perusahaan. Pada hakikatnya

CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat; ini akan sangat bergantung

dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah

yang terkait dengan CSR meliputi pengembangan kebijakan yang menyehatkan

pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku CSR,

menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi.

Keputusan PT Angkasa Pura II (Persero) untuk melaksanakan Program

Bina Lingkungan Pemberian Ambulans menimbulkan efek yang baik terlihat dari

persentase yang dapat kita lihat pada tabel 4.1

Tabel 4.22

Pogram Bina Lingkungan Pemberian Ambulans Memudahkan Akses

Layanan Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 3 4.1 4.1 4.1

Tidak Setuju 17 23.3 23.3 27.4

Setuju 27 37.0 37.0 64.4

Sangat Setuju 26 35.6 35.6 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.22

156

Berdasarkan tabel 4.22 mengenai keberadaan Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans maka masyarakat terbantu untuk mendapatkan akses

layanan kesehatan, 27 responden atau 37% menjawab setuju, 26 responden atau

35,6% menjawab sangat setuju, 17 responden atau 23,3% menjawab tidak setuju,

dan sisanya 3 responden atau 4,1% menjawab sangat tidak setuju

Terbantunya masyarakat untuk mendapatkan optimalisasi layanan

kesehatan didukung oleh kebijakan perusahaan yang merealisasikan Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans yang secara tidak langsung memberikan

dukungan moral kepada perusahaan terhadap penguatan modal sosial secara

keseluruhan (Ismail Solihin, 2009: 29)

Tabel 4.23

Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans Dinilai Menguntungkan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 8 11.0 11.0 11.0

Tidak Setuju 9 12.3 12.3 23.3

Setuju 34 46.6 46.6 69.9

Sangat Setuju 22 30.1 30.1 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.23

157

Berdasarkan tabel 4.23 mengenai tujuan Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans menguntungkan masyarakat, 34 responden atau 46,6%

menjawab setuju, 22 responden atau 30,1% menjawab sangat setuju, dan 9

responden atau 12,3% menjawab tidak setuju, serta 8 responden atau 11%

menjawab sangat tidak setuju.

Dalam konteks ini fokusnya terdapat pada keuntungan yang didapatkan

masyarakat akan kehadiran Porgram Bina Lingkungan PT Angkasa Pura II

(Persero). Keuntungan yang didapat merubah sikap pandangan warga sekitar

wilayah operasional perusahaan dalam mengubah pola hidup, untuk mendapatkan

taraf kesehatan yang lebih baik.

Perusahaan tidak lepas begitu saja dalam menjalankan sebuah program.

Keuntungan yang didapat oleh masyarakat menguntungkan pula pihak perusahaan

dalam sudut pandang citra PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai perusahaan

pemberi program tersebut. Citra sangat penting dalam laju pertumbuhan

perekonomian sebuah perusahaan. Citra tidak serta merta hadir dengan begitu

saja, namun harus ada upaya dan kerja keras yang perlu dilakukan perusahaan

untuk mendapatkan hal tersebut.

Hal ini yang harus diperjuangkan keras oleh PT Angkasa Pura II (Persero)

selaku perusahaan pelaksana pemberian ambulans pada warga masyarakat

kabupaten ataupun kota tangerang.

158

Tabel 4.24

Kepuasan Terhadap Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 7 9.6 9.6 9.6

Tidak Setuju 10 13.7 13.7 23.3

Setuju 28 38.4 38.4 61.6

Sangat Setuju 28 38.4 38.4 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.24

Berdasarkan tabel 4.24 mengenai sangat puas terhadap Program Bina

Lingkungan PT Angkasa Pura II, 28 responden atau 38,4% menjawab sangat

setuju, dan 28 responden lainnya menjawab setuju, 10 responden atau 13,7%

menjawab tidak setuju, sedangkan 7 responden atau 9,6% menjawab tidak setuju.

Bila program tanggung jawab sosial dijalankan sebagai satu kebijakan

organisasi, maka program tersebut akan memiliki landasan yang kokoh untuk

dijalankan. Tidak akan mudah berubah-ubah, bahkan bila memiliki respon yang

baik dari stakeholder program tanggung jawab sosial tersebut akan tetap berjalan

sebagaimana mestinya.

159

Kepuasan stakeholder akan mengembangkan kebijakan. Adapun kebijakan

yang dikembangkan adalah membuat prakarsa komunitas yang strategis yang bisa

memberikan dampak besar pada perkembangan masyarakat dan perusahaan

(Yosal Iriantara, 2007: 98)

Tabel 4.25

Program Bina Lingkungaan Pemberian Ambulans Dinilai Baik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Sangat Tidak Setuju 7 9.6 9.6 9.6

Tidak Setuju 10 13.7 13.7 23.3

Setuju 25 34.2 34.2 57.5

Sangat Setuju 31 42.5 42.5 100.0

Total 73 100.0 100.0

Diagram 4.25

Berdasarkan tabel 4.25 mengenai penilaian sangat baik ditujukan pada

program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angakasa Pura II, 31

responden atau 34,2% diantaranya menjawab sangat setuju, 25 responden atau

34,2% menjawab setuju, 10 responden atau 13,7% menjawab tidak setuju, sisanya

7 responden atau 9,6% menjawab sangat tidak setuju.

Hal terpenting adalah bagaimana Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans mampu memberikan manfaat bagi komunitas dan organisasi sejalan

160

dengan prinsip community relations yakni kemaslahatan bersama (mutual benefit)

bagi organisasi dan stakeholdernya.

Bila responden mendapatkan keuntungan maka perusahaanpun akan

mendapatkan keuntungan. Keterlibatan perusahaan dalam menanggulangi

permasalahan lingkungan sosial akan membuat perubahan yang jauh lebih baik.

Perubahan yang bisa saja mendorong banyak organisasi di berbagai penjuru dunia

mengubah strategi organisasinya (Yosal Iriantara, 2007: 96)

4.3 Analisis Deskripsi Presentase Penelitian

Setelah mengolah data dengan memberikan deskripsi masing-masing

pernyataan yang dikembangkan dari indikator dalam Teori Stakeholders dan

konsep Relationship Management. Maka penulis mengukur presentase masing-

masing indikator, yaitu sebagai berikut

Tabel 4.26

Kriteria Analisis Deskriptif Persentase

81% - 100% Sangat Kuat

61% - 80% Kuat

41% - 60% Cukup

21% - 40% Lemah

0% - 20% Sangat Lemah

(Sumber: Riduwan, 2010: 41)

161

4.3.1 Evaluasi Pengambilan Keputusan

Berkaitan dengan peneguhan informasi untuk dapat memenuhi evaluasi

pengambilan keputusan

Jumlah skor akumulasi yang menjawab 4 : 109 x 4 = 436

Jumlah skor akumulasi yang menjawab 3 : 277 x 3 = 831

Jumlah skor akumulasi yang menjawab 2 : 86 x 2 = 172

Jumlah skor akumulasi yang menjawab 1 : 31 x 1 = 31

Jumlah = 1470

Jumlah skor indikator kebutuhan informasi:

Skor tertinggi (untuk jawaban Sangat Setuju): 4 x 503 = 2012

Skor terendah (untuk jawaban Sangat Tidak Setuju): 1 x 503 = 503

Maka: 1470/2012 x 100% = 73,1% tergolong kuat

Berdasarkan data dari indikator kebutuhan informasi yang

diperoleh dari 73 responden, maka kebutuhan informasi berkaitan dengan

pemahaman kebutuhan masyarakat, isu sosial sekitar lingkungan sekitar

perusahaan, penetapan efek yang diharapkan baik untuk eksternal maupun

internal perusahaan

162

Grafik 4.1

Indikator Evaluasi Pengambilan Keputusan

R S

T

503 1006 2012 1470

4.3.2 Evaluasi Pelaksanaan

Berkaitan dengan peneguhan informasi untuk dapat memenuhi evaluasi

pengambilan keputusan

Jumlah skor akumulasi yang menjawab 4 : 141 x 4 = 564

Jumlah skor akumulasi yang menjawab 3 : 274 x 3 = 822

Jumlah skor akumulasi yang menjawab 2 : 127 x 2 = 254

Jumlah skor akumulasi yang menjawab 1 : 42 x 1 = 42

Jumlah = 1682

Jumlah skor indikator kebutuhan informasi:

Skor tertinggi (untuk jawaban Sangat Setuju): 4 x 584 = 2336

Skor terendah (untuk jawaban Sangat Tidak Setuju): 1 x 584 = 584

Maka: 1682/2336 x 100% = 72% tergolong kuat

Berdasarkan data dari indikator kebutuhan informasi yang diperoleh dari

73 responden, maka kebutuhan informasi berkaitan dengan pemahaman

163

kebutuhan masyarakat, isu sosial sekitar lingkungan sekitar perusahaan,

penetapan efek yang diharapkan baik untuk eksternal maupun internal

perusahaan.

Grafik 4.2

Indikator Evaluasi Pelaksanaan

R S

T

584 1168 2336 1682

4.3.3 Evaluasi Hasil dan Dampak

Berkaitan dengan peneguhan informasi untuk dapat memenuhi evaluasi

pengambilan keputusan

Jumlah skor akumulasi yang menjawab 4 : 128 x 4 = 512

Jumlah skor akumulasi yang menjawab 3 : 138 x 3 = 414

Jumlah skor akumulasi yang menjawab 2 : 69 x 2 = 138

Jumlah skor akumulasi yang menjawab 1 : 30 x 1= 30

Jumlah = 1094

Jumlah skor indikator kebutuhan informasi:

Skor tertinggi (untuk jawaban Sangat Setuju): 4 x 365 = 1460

164

Skor terendah (untuk jawaban Sangat Tidak Setuju): 1 x 365 = 365

Maka: 1094/1460 x 100% = 74,9% tergolong kuat

Berdasarkan data dari indikator kebutuhan informasi yang

diperoleh dari 73 responden, maka kebutuhan informasi berkaitan dengan

pemahaman kebutuhan masyarakat, isu sosial sekitar lingkungan sekitar

perusahaan, penetapan efek yang diharapkan baik untuk eksternal maupun

internal perusahaan.

Grafik 4.3

Indikator Evaluasi Hasil dan Dampak

R S

T

365 730 1460 1094

Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui sejauh mana hasil evaluasi

yang dilakukan daripada Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans.

Penelitian ini sekaligus memperjelas respon yang masyarakat rasakan terhadap

Program Bina Lingkungan PT Angkasa Pura II, terlebih pada pemberian

ambulans. Pada dasarnya respon sosial masyarakat sangat menentukkan

keberadaan sebuah perusahaan. Jika dihubungkan dengan kebutuhan ataupun

konsumsi pertanda akan muncul isu ataupun berita sosial yang secara tidak

langsung menyebabkan perusahaan memiliki kewajiban untuk ikut ambil bagian

didalamnya.

165

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan

metode kuantitatif, dan yang dapat dianalisis pula dengan analisis deskriptif

bahwa PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Internasional Soekarno-Hatta

mempunyai peran yang sangat penting dalam mengelola program CSR, terutama

pada Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans.

Berdasarkan hasil penelitian, Public Relations PT Angkasa Pura II

menjalankan peran dan tanggung jawabnya atas pelaksanaan Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans. Dapat dilihat dari salah satu tugas public

relations yang tugasnya membina hubungan yang baik dengan pihak – pihak yang

terkait dengan perusahaan melalui proses komunikasi. Komunikasi merupakan

suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran

informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba saling

pengertian yang mendalam (Hafied Cangara, 2004: 20). Proses komunikasi yang

baik dalam Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II

Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka

Asih Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang dapat dilihatdari proses

penyampaian komunikasi dalam tahap survei yang menunjukkan persentase

sebesar 72,6%.

Dapat disimpulkan bahwa secara sederhana komunikasi dapat terjadi

apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan,

dan unit Humas dan Protokoler PT Angkasa Pura II (Persero) menjalankannya

dengan baik. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa komunikasi bergantung pada

166

kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya

(communication depends on our ability to understand one another) (Glenn M.,

2001: 13).

Dalam kinerja Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans proses

komunikasi tidak henti berjalan. Public Relations hadir menjadi sebuah peran

yang tak terpisahkan antara kinerja perusahaan dan komunikasi yang ada di

dalamnya. Public relations atau yang sering kita kenal dengan istilah Humas,

memiliki peran membantu masyarakat kita yang komplek dan plurastik untuk

menentukan keputusan dan fungsi secara lebih efektif dengan memberikan

kontribusi pemahaman bersama di antara kelompok dan institusi (Scoot M, dkk.,

2009: 32).

Dalam pola manajerial sebuah perusahaan public relations sebagai sebuah

fungsi manajemen, yang berarti bahwa manajemen di semua organisasi harus

memperhatikan public relaions. Definisi ini juga mengidentifikasi bahwa PT

Angkasa Pura II (Persero) melalui Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans membuat suatu pembentukan dan pemeliharaan hubungan baik yang

saling menguntungkan antara organisasi dengan publik eksternal lainnya, sebagai

basis moral dan etis dari profesi Public Relations. Terlihat dari presentase hasil

pengolahan data responden Warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih

Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, pada bagian pertanyaan PT Angkasa

Pura II (Persero) Sudah Tepat Bekerja Sama dengan Dinas Kesehatan Kota

Tangerang, dengan presentase sebesar 75,4%.

167

Relationship Management (manajemen hubungan) menjelaskan bahwa

pengembangan, pemeliharaan, pertumbuhan dan pembinaan hubungan merupakan

hal yang saling menguntungkan antara suatu organisasi dengan khalayak yang

dituju, terlebih itu para pelaku Relationship Management tidak dapat terlepas

daripada kinerja public relations didalamnya.Public relations berubah bentuk dari

seorang komunikator menjadi pembentuk relasi, dengan menggunakan

komunikasi sebagai alat untuk memulai, dan menjaga hubungan organisasi

dengan publiknya (Grunig, 1998: 27). Dapat dilihat dari hasil persentase

responden mengenai pertanyaan Responden Mengetahui Pemberian Ambulans

Bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang demi

Mengoptimalisasikan Sarana Kesehatan Bagi Warga Kota Tangerang sebesar

73,9%. Hal ini menyimpulkan bahwa PT Angkasa Pura II (Persero) menghasilkan

sebuah nilai bahwa perusahaan selalu menjaga hubungan baik dengan para

stakeholders-nya, dan disini dapat dilihat pula bahwa PT Angkasa Pura II

(Persero) telah menjaga hubungan baik dengan publiknya.

Dalam sebuah hubungan tersebut tidak hanya satu pihak yang

kebutuhannya terpenuhi, relationship management akan berhasil dengan baik dan

efektif apabila di masing-masing pihak baik perusahaan maupun publiknya mau

saling menghargai dan memahami kepentingan pihak lainnya. Hal ini dapat dilihat

dari jawaban keseluruhan responden mengenai pertanyaan yang mengacu bahwa

Responden Mengetahui Tujuan daripada Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans, dengan persentase sebesar 73,9%. Tanpa adanya hal tersebut, jarak

sosial antara pihak-pihak yang terlibat akan semakin lebar serta semakin

168

memperkecil kemungkinan terjadinya hasil/akibat yang saling menguntungkan

dari keterlibatan mereka dalam relationship (hubungan) tersebut.

Perusahaan berusaha mencari sumber berita mengenai isu sosial yang

paling tepat untuk dapat ditangani secara efektif. PT Angkasa Pura II (Persero)

telah mengetahui bahwa isu kesehatan merupakan hal yang perlu diatasi pada

wilayah daerah operasional perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari hasil persentase

pertanyaan (Responden Mengetahui bahwa Isu Kesehatan Merupakan

Permasalahan Utama Dalam Lingkungan Sekitar) sebesar 79,4%. Hasil ini

menunjukkan bahwa PT Angkasa Pura II (Persero) paham betul akan pemberitaan

yang ada pada daerah operasional perusahaan.

Persaingan di era modern menuntut perusahaan untuk lebih

memperhatikan seluruh pemangku kepentingan. Stakeholder merupakan individu

atau kelompok yang menanggung suatu jenis resiko baik karena mereka telah

melakukan investasi di perusahaan tersebut, ataupun karena mereka menghadapi

resiko akibat kegiatan perusahaan tersebut. Stakeholder adalah pihak yang akan

dipengaruhi secara langsung oleh keputusan dan strategi perusahaan (Freeman,

2001: 13). Keputusan ini dapat dijelaskan pada hasil responden menyangkut

pertanyaanSebelum Adanya Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT

Angkasa Pura (Persero) Masyarakat Mengalami Kesulitan Untuk Menjangkau

Lokasi Layanan Kesehatan, dengan persentase 86,3%. Hal ini menjawab akan

pernyataan bahwa Pemberian Ambulans sangat mempengaruhi keberadaan

layanan kesehatan warga.

169

Asumsi teori stakeholder dibangun atas dasar pernyataan bahwa

perusahaan berkembang menjadi sangat besar dan menyebabkan masyarakat

menjadi sangat terkait dan memperhatikan perusahaaan, sehingga perusahan perlu

menunjukkan akuntabilitas maupun responsibiltas secara lebih luas dan tidak

sebatas hanya kepada pemegang saham. Dan apabila perusahaan tidak

menunjukkan itu semua dengan baik maka melalui pertanyaan Responden

Mengikuti Perkembangan dan Pengawasan Pelaksanaan Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans, hanya mendapatkan jawaban 43,8%. Hal

inilah yang seharusnya dipelajari untuk bisa melihat ke depan bahwa stakeholder

seperti masyarakat penting untuk pertumbuhan ekonomi perusahaan.

Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan para

pemangku kepentingan (stakeholders), dan dukungan tersebut harus dicari

sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Besar

perlakuan perusahaan terhadap stakeholders, besar manfaat yang diperoleh.

Makin powerfulstakeholders, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.

Pengungkapan sosial dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan

dengan stakeholdernya (Chariri dan Ghazali, 2007: 91).Terhubung dengan itu

semua PT Angkasa Pura II (Persero) mendapatkan persentase 61,7% menyangkut

pertanyaan seputar Responden Mendapatkan Manfaat dengan Adanya Program

Bina Lingkungan Pemberian Ambulans. Ini menunjukkan bahwa usaha kerja

perusahaan untuk beradaptasi terbilang baik, dan masih sangat bisa untuk

dikembangkan.

170

Pemangku kepentingan adalah seseorang, organisasi atau kelompok

dengan kepentingan terhadap suatu sumberdaya alam tertentu (Brown et al 2001:

17). Stakeholder is a person who has something to gain or lose through the

outcomes of a planning process, programme or project (Dialogue by Design

2008). Pemangku kepentingan mencakup semua pihak yang terkait dalam

pengelolaan terhadap sumberdaya. Menurut Witold Henisz guru besar pada

Sekolah Bisnis Wharton, termasuk semua orang dari politisi lokal dan nasional

dan tokoh atau pemimpin masyarakat, penguasa, kelompok paramiliter, LSM dan

badan-badan internasional.

Teori stakeholder juga berkaitan dengan penelitian ini. karena teori ini

menjelaskan bahwa peran penting perusahaan tidak hanya menghasilkan produk

dan jasa sebanyak-banyaknya, melainkan mejelaskan pula bahwa sebuah

perusahaan tidak dapat menghasilkan usaha maksimal tanpa dukungan dari pada

pemangku kepentingan. Namun harus tetap diperhatikan bahwa setiap

pelaksanaan aktivitas pada stakeholder akan memberikan dampak pada

kelangsungan hidup perusahaan. Saling menghargai dan mengenal kebutuhan

masing-masing merupakan jalan tepat dalam mempererat hubungan. Hal inilah

yang harus menjadi perhatian perusahaan. Karena apabila aktivitas tidak dikontrol

serta dievaluasi akan mengakibatkan perkembangan yang buruk bagi perusahaan.

Teori pemangku kepentingan didasarkan pada pemahaman bahwa

melampaui para pemegang saham, terdapat beberapa agen dengan sebuah

kepentingan dalam tindakan dan keputusan perusahaan. Mengutip Freeman (2000:

19), seorang penganjur pertama teori ini, yang dimaksud dengan pemangku

171

kepentingan adalah kelompok atau individu yang mendapatkan keuntungan dari

atau kerugian oleh, dan yang hak-haknya dilanggar atau dihargai oleh, tindakan

korporasi. Yang termasuk pemangku kepentingan adalah para pemegang saham

itu sendiri, para kreditor, pekerja atau buruh, para pelanggan, pemasok, dan

masyarakat atau komunitas pada umumnya. Teori pemangku kepentingan

menekankan bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial yang menuntut

harus mempertimbangkan semua kepentingan pelbagai pihak yang terkena

pengaruh dari tindakannya. Acuan pertimbangan para manajer dalam mengambil

keputusan dan tindakan bukan semata-mata para pemegang saham, melainkan

juga pihak lain mana pun yang terkena pengaruhnya

(http://komunikasi.us/index.php/course/strategic-corporate-communication/1901-

coporate-communication-stakeholders)

Dalam pandangan teori pemangku kepentingan melihat persepektif bisnis

sebagai “kesadaran sosial” dimana perusahaan harus sensitive terhadap kerusakan

potensial dari tidakannya terhadap berbagai kelompok pemangku kepentingan.

Disamping itu bisnis dipandang sebagai “aktivitas sosial” yang memandang

perusahaan harus menggunakan segala sumber dayanya untuk kepentingan publik

(Freeman, R. Edward, 1998: 171). Hal ini menegaskan secara keseluruhan mengenai

pemahaman perusahaan, peran serta dan tanggung jawab PT Angkasa Pura II

(persero) yang dapat dilihat dari persentase sebesar 69,9% menyangkut

pertanyaan yang menjelaskan bahwa Responden Mengetahui PT Angkasa Pura II

(Persero) Paham akan Kebutuhan Masyarakat Lingkungan Sekitar.

172

Pada hubungan ini pihak perusahaan menggunakan pendekatan bahwa

pihak perusahaan perlu memiliki hubungan berkelanjutan seperti saling

menghormati, saling percaya dan saling terbuka dengan para stakeholder. Dengan

begitu pihak perusahaan akan menganggap bahwa memiliki hubungan yang baik

dengan para stakeholders dan akan menjadi sumber keunggulan yang kompetitif

bagi perusahaan (http://komunikasi.us/index.php/course/strategic-corporate-

communication/1901-coporate-communication-stakeholders). PT Angkasa Pura II

(Persero) telah menempatkan diri bahwa sejatinya sebuah perusahaan harus tetap

memiliki hubunganinteraktif yang baik dengan para stakeholders, sehingga dapat

membantu perusahaan dalam mempelajari ekspektasi masyarakat banyak,

mengembangkan solusi dan mendapatkan dukungan dari para stakeholders untuk

menerapkan solusi yang sudah dimiliki oleh perusahaan. Hal ini dapat dilihat

berdasarkan hasil persentase dari pertanyaan yang menyangkut Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) Merupakan

Pemberian yang Tepat pada Lingkungan Sekitar dengan hasil presentase 69,9%.

Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar

perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan.

Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada

perusahaan. Salah satu penulis manajemen menyebutkan bahwa stakeholders

terdiri atas berbagai kelompok penekan (pressure group) yang mesti

dipertimbangkan perusahaan (James R., dkk., 1987: 30).

Dalam kerangka yang lebih luas, keberhasilan perusahaan untuk

memperoleh kepuasan stakeholders dapat dijadikan indikator keberhasilan

173

perusahaan (Charles Fomburn, dkk., 1990: 233). Hasil ini dapat dilihat dari pada

data responden yang mengacu pada pertanyaan Sangat Puas terhadap Program

Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) dengan

hasil persentase kepuasan mencapai 76,8%.

Terlebih pada penelitian ini yang memfokuskan evaluasi daripada Program

Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II, yang mendapatkan

respon sangat baik dari pada warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih,

Kecamatan Tangerang, walaupun masih ada warga masyarakat yang merasa

bahwa pemberian ambulans kurang tepat diberikan pada lingkungan warga

tersebut. Namun hal ini dapat ditepis daripada hasil deskripsi analisis yang

menunjukkan penilaian sangat baik diberikan kepada PT Angkasa Pura II atas

Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans yang mendapatkan persentase

76,7%.

4.4.1 Evaluasi Pengambilan Keputusan

Griffin dan Nix (1991: 3) menyatakan, pengukuran, penilaian dan

evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi didahului dengan pengukuran. Pengukuran

diartikan sebagai (assesment), sedangkan penilaian didahului dengan

pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil

pengamatan dengan kriteria, penilaian (assesment) merupakan kegiatan

menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi

merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan, mengartikan bahwa

penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui / menguji apakah suatu

174

kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan

atau krireria yang telah ditentukan (Crawford, 2000: 13). Dapat dipahami

bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seorang untuk

melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Namun perlu diketahui

dibalik penilaian dan keluaran dari pada evaluasi akan selalu ada pengambilan

keputusan akan suatu program. Pengambilan keputusan Menurut Sondang P.

Siagian adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif

yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan

tindakan yang paling cepat (https://ismaan.wordpress.com).

Dapat dipahami bahwa evaluasi pengambilan keputusan merupakan

sebuah proses yang dilakukan oleh seorang atau kelompok untuk melihat

sejauh mana keberhasilan dengan mengambil tindakan berdasarkan pendekatan

sistematis terhadap sebuah program.

Evaluasi pengambilan keputusan dalam Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno-

Hatta pada warga RT 002 RW 001 Kelurahan Suka Asih Kecamatan

Tangerang, Kota Tangerang tergolong kuat dengan perolehan persentase

sebesar 73,1%.

Penulis dapat mendefinisikan bahwa pengambilan keputusan adalah

suatu cara yang digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat

menyelesaikan suatu masalah dengan cara/teknik tertentu agar dapat lebih

diterima oleh semua pihak.

175

Dalam pengambilan keputusan akan Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II menerapkan beberapa hal:

1. Rapat internal perusahaan PT Angkasa Pura II

Unit PKBL, Humas dan Protokoler, Akuntansi dan Keuangan PT

Angkasa Pura II.

Menganalisis permasalahan utama / pengajuan proposal bantuan.

Penetapan Pemberian Ambulans

2. Penseleksian berdasarkan penetapan administratif Program Bina

Lingkungan

Segmentasi Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans

Penetapan Tujuan terhadap Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans

Penetapan Kerjasama Eskternal kepada pihak yang mampu

menjalankan dan menggunakan ambulans dengan baik.

Kebutuhan yang dibutuhkan eksternal menjadikan perusahaan

berkewajiban menjawab tantangan. Tidak hanya bicara seputar pelaksanaan

CSR namun segala sesuatu memerlukan pengambilan keputusan agar

penanganan isu atau seputar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

4.4.2 Evaluasi Pelaksanaan

Evaluasi adalah proses menilai pencapaian tujuan dan pengungkapan

masalah kinerja proyek untuk memberikan umpan balik untuk meningkatkan

kualitas kinerja proyek (Hikmat 2004: 3).

176

Tanpa sebuah pelaksanaan yang baik sebuah program ataupun proyek

tidak akan menghasilkan dampak yang baik. Pelaksanaan atau implementasi

adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau

kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah

yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna

mencapai sasaran dari program yang ditetepkan semula (Abdullah 1987 : 5).

Dapat diartikan bahwa evaluasi pelaksanaan menyangkut semua hasil yang

didalamnya berupa Planning, Organizing, Actuating, Controlling.

Evaluasi pelaksanaan dalam Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada

warga RT 002 RW 001 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota

Tangerang tergolong kuat dengan perolehan persentase sebesar 72%.

Berkaitan dengan indikator ini Unit Humas dan Protokoler selaku pelaku

Public Relations PT Angkasa Pura II menerapkan konsep manajerial Planning,

Organizing, Actuatuting, Controlling sebagai berikut:

Planning

Dalam Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT

Angkasa Pura II khususnya unit Humas dan Protokoler memperhatikan

langkah-langkah secara sistematik dan teratur untuk mencapai tujuan

daripada program ini. Tidak terlepas dari pada tahap pengambilan

keputusan yang mengalokasikan bantuan terhadap warga kota

Tangerang, dan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota

Tangerang. Tahap ini juga terlihat daripada strategi survei terhadap

177

segmentasi Program Pemberian Ambulans, dan tidak hanya berhenti

pada tahap survei saja namun juga terdapat juga tahap penyuluhan

pemberian Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans kepada

setiap perwakilan kelurahan, termasuk kelurahan kota tangerang.

Organizing

Proses ini menyangkut bagaimana strategi dan taktik Unit

Humas dan Protokoler yang telah dirumuskan dalam sebuah indikator

penetapan keputusan dan tahap planning yang tepat dan tangguh,

sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan memastikan

bahwa semua pihak dalam organisasi maupun luar organisasi dapat

bekerjasama secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan dari

pada Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa

Pura II.

Actuating

Merupakan proses implementasi dari pada Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II yang meliputi

serah terima Pemberian Ambulans pada Dinas kesehatan Kota

Tangerang.

Controling

Merupakan proses pengawasan terhadap jalannya Program

Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II yang bertujuan untuk

memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,

diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan

178

target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi.

Pengawasan yang dilakukan Unit Humas dan Protokoler PT Angkasa

Pura II hanya sampai pada tahap dimana tersalurnya Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans tersalur dengan baik kepada

segmentasi yang dituju.

4.4.3 Evaluasi hasil dan dampak

Suchman (Arikunto dan Jabar,2010:1) memandang bahwa, evaluasi

sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan

yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.

Defenisi lain dikemukakan oleh Stutflebeam dalam Arikunto dan Jabar

(Ibid: 2) mengatakan bahwa, evaluasi merupakan proses penggambaran,

pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil

keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.

Evaluasi hasil dan dampak berbicara sejauh mana suatu program tercapai

dan memberikan manfaat tersendiri baik bagi perusahaan dan stakeholders.

Evaluasi hasil dan dampak dalam Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada

warga RT 002 RW 001 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang, Kota

Tangerang tergolong kuat dengan perolehan persentase sebesar 74,9%.

Memberikan penjelasan Program Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura

II Bandara Internasional Soekarno-Hatta mendapatkan respon yang sangat

baik, dan berdampak baik pada citra perusahaan karena memperoleh respon

yang kuat daripada presentase hasil dan dampak Program Bina Lingkungan

179

Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II. Menggambarkan bahwa PT

Angkasa Pura II Bandara Internasional Soekarno-Hatta turut ambil bagian

dalam pembangunan taraf kesejahteraan masyarakat lingkungan sekitar

bandara, khususnya pada bidang kesehatan.

180

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mendapatkan

kesimpulan antara lain:

1. Evaluasi pengambilan keputusan dalam Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II yang berkaitan dengan isu

masalah yang berkembang di dalamnya, kerja sama dengan instansi

pemerintahan, serta penetapan tujuan terbilang kuat dengan perolehan

persentase 73,1%. Dalam hal ini PT Angkasa Pura II telah memberikan

sebuah perhatian dan kewajibannya untuk menilai terlebih dahulu hal apa

saja yang menjadi kebutuhan masyarakat, namun hal tersebut tidak

terlepas dari pada kinerja Unit Humas dan Protokoler.

2. Evaluasi pelaksanaan dalam Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans PT Angkasa Pura II yang berkaitan dengan Planning,

Organizing, Actuating, Controlling terbilang kuat dengan perolehan

persentase 72%. Dalam hal ini PT Angkasa Pura II menjalankan sebuah

strategi yang dirancang secara matang, sehingga planning atau

perencanaan dari program yang dilaksanakan terlaksana dengan baik

sesuai dengan tujuan dari pada maksud program tersebut, dengan

akumulasi persentase sebesar 73,1%.

181

3. Evaluasi hasil dan dampak dalam Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans PT Angkasa Pura II yang berkaitan dengan respon masyarakat

terbilang kuat dengan perolehan persentase 74,9%. Dalam hal ini PT

Angkasa Pura II sukses memberikan perhatian serta kewajiban untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dan khlayak banyak.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, maka peneliti

memberikan beberapa saran berkaitan dengan masalah penelitian, antara lain

1. Teori Stakeholder adalah teori yang mebahas bahwa masyarakat sebagai

pemangku kepentingan memiliki peran penting dalam pertumbuhan

perusahaan, namun teori ini juga membatasi peran perusahaan yang ada di

dalamnya. Menitikberatkan suatu pandangan bahwa perusahaan harus

mengoptimalisasikan peran dengan tetap memperhatikan kebutuhan

masyarakat, namun alangkah baiknya bila penelitian selanjutnya

memperhatikan pula bagaimana masyarakat sebagaimana pemangku

kepentingan menjalankan fungsinya sebagai penghasil sebuah citra

terhadap perusahaan.

2. Sebaiknya warga RT 002 RW 001 Kelurahan Suka Asih Kecamatan

Tangerang, khususnya warga kota tangerang lainnya lebih memanfaatkan

kehadiran Progam Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa

Pura II. Pemberian ambulans memiliki manfaat tersendiri dalam

182

pemenuhan kebutuhan masyarakat. Ini sudah terbukti dalam indikator

evaluasi hasil dan dampak dengan perolehan sebesar 74,9%.

3. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa kebutuhan warga masyarakat

RT 002 RW 001 Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang akan

pengoptimalisasian akses layanan kesehatan terpenuhi. Bagi peneliti

selanjutnya yang ingin melakukan riset dengan pembahasan yang sama

hendaknya melakukan penelitian-penelitian pendukung lainnya, untuk

mencari tahu secara luas dan mendalam mengenai pemenuhan kebutuhan

dalam lingkup Corporate Social Responsibility.

183

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Masmuh. 2010. Komunikasi Organisasi Dalam Pespektif Teori dan

Praktek UPT PenerbitanUniversitas Muhammadiyah Malang.

Akdon & Riduwan. 2010. Rumus dan Data Dalam Analisis Statistika, Cetakan 2,

Alfabeta

Ardianto, Elvinaro dan Soemirat, Soleh. 2004. Dasar-Dasar Public Relations.

Cetakan Ketiga. Bandung: Remaja Rosdakarya

Ardianto, Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian untuk Public Relations

Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Berman Barry dan Evans Joel R. 2004.Retail Management A Strategic Approach.

New Jersey :PretinceHall.

Cangara, Hafied H, 2006, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Raja

GrafindoPersada, Jakarta.

Cutlip, Scott M.,dkk.. 2006. Effective Public Relations, Jakarta : Perdana Media

Group

Daryanto, 2010.Ilmu Komunikasi I. Malang : CV. YramaWidya.

Fred R. David, 2009, Manajemen Strategis. SalembaEmpatJakarta .

H.B. Siswanto. 2006. Pengantar Manajemen. Jakarta: BumiAksara

Iriantara, Yosal. 2007, Community Relations (Konsep dan Aplikasinya), Bandung,

Simbiosa Rekatama Media.

Ishak, Aswad dkk. 2011. Mix Methodology: DalamPenelitianKomunikasi.

Yogyakarta: Mata PadiPressindo.

Jefkins, Frank. 2004, Public Relations (Edisi Kelima), Jakarta, Erlangga.

Jefkins, Frank. 2005, Public Relations, Jakarta, Erlangga.

Johnston, Jane. And Zawawi, Clara. 2004. Public Relations Theory andPractise,

Sydney:Allen&Unwin

Kotler Philip and Nancy Lee. 2005. Corporate Social Resposibility. Amerika:

John Wiley&Sons Inc.

184

Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, EdisiRevisi.Bandung

:RemajaRosdaKarya

Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Jakarta :GhaliaIndonesia

Mulyana, Deddy. 2001, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, PT Remaja

Rosdakarya.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta

Oliver, Sandra. 2006. Strategi Public Relations. Jakarta: Erlangga.

Ruslan, Rosady. 2005. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi

:Konsepsi dan Aplikasi: Revisi ke III. Jakarta : PT Raja GrafindoPersada

Sobirin, Achmad. 2007. Budaya Organisasi (Pengertian, makna dan aplikasinya

dalam kehidupan organisasi), Yogyakarta: UPP,STIM YKPN

Solihin, Ismail. 2009. Pengantar Manajemen. Jakarta :Erlangga

Stoner, James A.F. 2006. Management.Englewood Cliffs, N.J. : Prentice Hall, Inc

Ruslan, Rosady, SH, MM. 2001, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi

(konsepsi dan aplikasi), Cetakan ke dua. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Ruslan, Rosady. 2008. Manajemen Public Relatoins& Media Komunikasi.Jakarta

: PT Rajagrafindo Persada

Sidharta, Lani, 2005. Pengantar Sistem Informasi Bisnis, PT. Elex Media

Komputindo, Jakarta

Soekanto, Soerjono. , 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta

Soemirat, Soleh & Ardianto, Elvinaro. 2002, Dasar-Dasar Public Relations,

Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

Sitepu, Edy Sahputra dan Faulina. 2011. Profesional Public Relations. Medan:

USU Pers

Sukada, Soni, dkk. 2007. Membumikan Bisnis Berkelanjutan. Memahami

Konsepdan Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta :

Indonesia Business Links.

Suparmo, Ludwig. 2011. AspekIlmuKomunikasi.Jakarta: PT. Indeks.

185

Suharto , Edi.2005. Analisis Kebijakan Publik :Panduan Praktis Mengkaji

Masalahdan KebijakanSosial. Alfabeta : Bandung

Tangkilisan, Nogi Hessel. 2005. Manajemen Publik. PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia : Jakarta.

Widjaja, H.A.W. 2010. Komunikasi, Komunikasi & Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.

Dokumen-dokumen

Carrol A.B: (1991 Corporate Social Performance Measurement: A Comment on

Methods for Evaulating an Elusive Construct’ in L.E Post (ed Research in

Corporate Social Performance and Policy Vol.12 pp. 385 – 401.

Frederick W. C.: (1994) „rom CSR1 to CSr2: The Maturing of Business and

Society Thought‟ Business and Society 33 150 – 164

http://komunikasi.us/index.php/course/strategic-corporate-communication/1901-

coporate-communication-stakeholders

http://muwahidummah.blogspot.co.id/2013/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://ruangdosen.wordpress.com/2009/01/15/peran-pr-dalam-membangun-citra-

perusahaan-melalui-program-csr

https://yhantiaritra.wordpress.com/2015/06/03/kategori-umur-menurut-depkes/

186

LEMBAR KUESIONER

Mohon diisi dengan lengkap dan teliti.

A. Data Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

4. Pekerjaan :

5. Pendidikan Terakhir :

6. Jenis Kelamin : Perempuan / Laki – Laki

B. PETUJUK PENGISIAN

Responden diharap merespon atau menjawab pernyataan dibawah ini dengan

sejujurnya dan bubuhkan tanda silang (x) atau centang (v) pada kolom yang

dianggap paling tepat dengan keterangan sebagai berikut :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Responden Yth,

Saya adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTIRTA yang sedang melakukan

penelitian SKRIPSI mengenai Penilaian Evaluatif Pelaksanaan Program CSR Bandara

Internasional Soekarno-Hatta (Studi Evaluatif Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero) Pada Warga RT 02 RW 01 Kelurahan Suka Asih

Kecamatan Tangerang Kota Tangerang Saya mohon kesediaan dan partisipasi

responden untuk mengisi kuesioner ini dengan baik dan apa adanya. Atas kesediaan

dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih.

187

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya mengetahui keberadaan Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura

II (Persero)

2 Sebelum adanya Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II masyarakat

mengalami kesulitan untuk menjangkau lokasi

layanan kesehatan.

3 Saya mengetahui Pemberian Ambulans bekerja sama

dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang.

4 Saya mengetahui tujuan dari pada Program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura

II (Persero)

5 Saya mengetahui PT Angkasa Pura II (Persero)

paham akan kebutuhan asyarakat

6 Responden mengetahui bahwa isu kesehatan

merupakan permasalahan utama dalam lingkungan

sekitar.

7 PT Angkasa Pura II (Persero) sudah tepat

bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kota

Tangerang untuk optimalisasi sarana layanan

kesehatan

8 Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans PT

Angkasa Pura II merupakan pemberian yang tepat

pada lingkungan sekitar

9 Saya mengetahui pihak PT Angkasa Pura II

melakukan survei terhadap lingkungan dalam

Program Bina Lingkungan Pemberian Ambulans.

10 Tahap survey PT Angkasa Pura II dilakukan dengan

baik

188

11 Survei Pemberian Ambulans melibatkan lingkungan

sekitar

12 Ambulans yang diberikan sudah sangat memenuhi

kriteria dalam mengotpimalisasikan kesehatan

lingkungan.

13 Prosedural penggunaan ambulans tidak sulit

14 Program Bina Lingkungan PT Angkasa Pura II

Pemberian Ambulans sangat memudahkan untuk

mendapatkan sarana pengobatan yang maksimal

15 Saya mengikuti perkembangan dan pengawasan

pelaksanaan Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans

16 Saya mendapatkan manfaat dengan adanya Program

Bina Lingkungan Pemberian Ambulans

17 Dengan adanya Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans maka masyarakat terbantu untuk

mendapatkan akses layanan kesehatan.

18 Tujuan Program Bina Lingkungan Pemberian

Ambulans menguntungkan masyarakat.

19 Sangat puas terhadap Program Bina Lingkungan

Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura II (Persero)

20 Penilaian sangat baik ditujukan pada program Bina

Lingkungan Pemberian Ambulans PT Angkasa Pura

II (Persero).

189

No. Umur

Fasilitas

Ambulans Pendidikan Pekerjaan

Jenis

kelamin Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 Q11

1. 51 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2

2. 28 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

3. 26 Tidak Pernah Strata1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3

4. 42 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2

5. 49 Pernah SMA/Sederajat Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3

6. 27 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

7. 26 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3

8. 26 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

9. 26 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pekerja Lepas Laki-laki 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2

10. 23 Tidak Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Laki-laki 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4

11. 26 Pernah SMA/Sederajat Pekerja Lepas Laki-laki 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3

12. 37 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4

13. 18 Pernah SMP/Sederajat Pelajar Laki-laki 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4

14. 44 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pegawai Swasta Laki-laki 4 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4

15. 59 Pernah Strata 1 Pensiun Laki-laki 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3

16. 27 Tidak Pernah Diploma III Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4

17. 19 Tidak Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Laki-laki 3 3 3 2 4 3 2 2 2 2 4

18. 46 Pernah SMA/Sederajat Pegawai Swasta Perempuan 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3

19. 31 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pegawai Swasta Perempuan 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2

20. 23 Tidak Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3

21. 30 Pernah SMA/Sederajat Wiraswasta Perempuan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

22. 32 Pernah Sekolah Dasar Pekerja Lepas Perempuan 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3

23. 27 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Perempuan 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3

24. 29 Tidak Pernah SMA/Sederajat Wiraswasta Perempuan 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 3

25. 19 Tidak Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2

26. 36 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Perempuan 2 3 2 2 1 1 2 1 2 1 2

27. 31 Tidak Pernah SMA/Sederajat Wiraswasta Perempuan 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2

190

Q12 Q13 Q14 Q15 Q16 Q17 Q18 Q19 Q20 Total

3 2 2 2 2 2 2 2 2 41

3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

3 3 3 2 3 3 3 4 4 59

2 1 2 2 2 2 2 2 2 41

3 3 3 3 3 4 3 4 3 64

3 4 4 2 2 3 4 4 4 63

3 3 3 4 3 3 4 3 3 66

3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

1 2 2 2 2 1 1 2 2 33

4 3 3 2 3 4 4 4 4 70

4 3 4 2 3 3 4 3 4 64

3 3 4 4 2 4 3 4 4 69

3 3 4 4 4 4 3 3 3 71

4 4 4 3 4 4 4 4 4 74

4 3 3 2 4 4 4 4 4 72

4 4 4 3 4 4 4 4 4 72

4 2 2 2 2 3 3 3 3 54

4 4 4 1 4 3 3 3 3 62

2 2 2 2 2 2 2 1 2 38

1 2 1 2 1 2 1 2 1 36

3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

3 4 4 3 4 3 4 3 4 69

3 3 3 4 3 4 3 3 4 66

1 2 1 2 2 2 2 2 2 36

1 3 2 1 2 2 1 1 2 33

1 2 1 1 2 1 2 2 2 33

2 3 2 1 2 2 1 2 1 32

1 2 2 1 1 2 2 2 2 31

191

29. 46 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Negeri Sipil Perempuan 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1

30. 29 Tidak Pernah Strata 1 Wiraswasta Laki-laki 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

31. 20 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Laki-laki 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3

32. 20 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Laki-laki 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4

33. 24 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4

34. 26 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3

35. 27 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4

36. 23 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3

37. 18 Tidak Pernah SMP/Sederajat Pelajar Laki-laki 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2

38. 26 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pegawai Swasta Perempuan 2 3 1 1 2 2 1 1 1 1 1

39. 32 Tidak Pernah SMA/Sederajat Wiraswasta Perempuan 2 3 2 1 1 3 1 1 1 1 2

40. 17 Tidak Pernah SMP/Sederajat Pelajar Perempuan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

41. 29 Pernah SMA/Sederajat Pegawai Swasta Perempuan 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3

42. 33 Tidak Pernah SMP/Sederajat Ibu Rumah Tangga Perempuan 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2

43. 24 Pernah SMP/Sederajat Buruh Perempuan 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3

44. 24 Tidak Pernah SMP/Sederajat Buruh Perempuan 3 3 2 3 1 3 3 3 4 3 3

45. 18 Tidak Pernah SMP/Sederajat Pelajar Perempuan 3 3 2 2 1 4 3 3 3 3 3

46. 36 Tidak Pernah SMA/Sederajat Ibu Rumah Tangga Perempuan 4 4 2 3 2 3 2 2 3 3 2

47. 26 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Perempuan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

48. 21 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 4

49. 20 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4

50. 26 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Perempuan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

51. 26 Pernah SMA/Sederajat Buruh Perempuan 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3

52. 23 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Perempuan 4 4 4 3 2 3 3 2 2 3 2

53. 24 Tidak Pernah SMA/Sederajat Pekerja Lepas Laki-laki 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3

54. 26 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3

55. 21 Tidak Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Laki-laki 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2

56. 29 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

57. 36 Pernah SMA/Sederajat Wiraswasta Laki-laki 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3

192

2 2 1 2 1 2 1 2 2 32

3 4 2 2 2 2 3 4 3 59

3 3 3 2 3 4 3 4 3 65

4 3 4 2 3 2 3 3 3 65

4 3 4 3 4 3 3 3 3 68

3 3 3 4 3 3 3 3 3 65

4 3 4 3 3 4 3 3 4 70

3 3 3 4 4 4 3 4 4 70

2 2 2 2 1 2 1 2 1 40

2 3 1 1 1 2 1 1 1 29

3 2 1 1 2 1 2 1 2 33

2 3 2 1 2 2 2 1 1 38

3 3 3 4 3 3 3 3 4 63

2 3 3 1 2 3 3 4 4 55

4 3 4 3 4 3 4 4 4 70

3 3 3 3 2 2 4 4 4 59

3 3 4 3 4 3 4 4 4 62

3 4 3 4 3 4 3 4 4 62

4 3 3 3 3 3 4 3 3 62

4 4 4 4 4 3 3 4 4 69

4 4 3 3 3 4 4 4 4 70

3 3 3 2 4 3 3 3 4 61

4 4 3 3 4 3 4 3 4 68

1 3 2 3 2 3 3 4 3 56

2 4 3 2 2 4 3 4 3 60

4 4 4 2 2 4 3 3 4 67

2 1 2 2 2 2 2 1 1 37

3 4 3 2 2 4 3 3 4 61

4 3 4 3 3 4 3 4 3 69

193

58. 29 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3

59. 23 Tidak Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 4 3 3 4 4 4 3 2 2 2 2

60. 46 Pernah Sekolah Dasar Ibu Rumah Tangga Perempuan 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3

61. 21 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3

62. 51 Pernah SMA/Sederajat Pegawai Negeri Sipil Perempuan 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4

63. 29 Pernah SMA/Sederajat Ibu Rumah Tangga Perempuan 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3

64. 42 Pernah Strata 1 Pegawai Negeri Sipil Perempuan 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3

65. 22 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4

66. 32 Pernah SMA/Sederajat Ibu Rumah Tangga Perempuan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

67. 24 Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Perempuan 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4

68. 27 Tidak Pernah SMA/Sederajat Buruh Perempuan 3 3 3 2 2 2 1 3 3 2 3

69. 18 Pernah SMP/Sederajat Pelajar Perempuan 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3

70. 21 Pernah SMA/Sederajat Mahasiswa Perempuan 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4

71 28 Pernah SMA/Sederajat Buruh Perempuan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3

72. 38 Tidak Pernah Strata 1 Pegawai Swasta Laki-laki 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4

73. 46 Pernah SMA/Sederajat Pegawai Negeri Sipil Laki-laki 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4

194

3 3 3 2 2 3 3 3 3 63

4 3 3 2 4 4 3 3 3 62

4 3 4 4 3 3 4 4 4 71

4 4 4 2 4 4 3 4 4 71

4 3 4 2 4 3 4 3 3 71

4 3 3 3 3 3 3 3 3 65

3 4 3 2 3 4 4 3 4 71

4 4 3 2 4 4 4 4 4 72

3 4 4 4 4 3 3 3 3 64

4 4 3 2 4 4 4 4 4 72

3 2 2 2 2 2 1 1 1 43

4 3 4 2 3 4 4 4 4 69

4 3 3 4 4 3 4 3 4 68

4 3 3 3 3 4 3 4 3 64

4 4 3 2 3 4 4 4 3 70

4 3 4 3 4 4 3 3 3 70

195

196

197

198

199

200

RIWAYAT HIDUP

Nama : Hotmartua Mangapul Purba

NIM : 6662110663

Semester : 10

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Hubungan Masyarakat

Institusi Pendidikan : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Januari 1993

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln. SD III RT/RW: 004/008, No.18, Kel: Pondok

Pinang, Kec: Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

Agama : Kristen

No. Telp : (021) 7697576 / 085946257721

Riwayat Pendidikan

Tahun

Lulus

Jenjang

Pendidikan Nama Institusi Pendidikan

2005 SD

SD Charitas Jakarta

2008 SMP

SMPN 178 Jakarta

2011 SMA SMA Kartika X-1 Jakarta

201