1
11 S O SOK SELASA, 22 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA MELAWAN TEROR PSSI PENI SUPARTO Dekatkan Diri dengan Warga BAGUS SURYO S ELURUH warga Kota Malang, Jawa Timur, pasti mengenal Peni Suparto, Wali Kota Ma- lang yang menjabat dua pe- riode. Tidak hanya disenangi warganya karena sukses meng- urus Kota Malang, sosok yang satu ini juga dikenal sebagai pencetus revolusi sepak bola nasional. Disebut pencetus, sebab pemikirannya maju dan be- rani menerobos kondisi status quo persepakbolaan nasional yang jalan di tempat di bawah naungan PSSI pimpinan Nur- din Halid. Munculnya pemikiran ‘re- volusioner’ itu berangkat dari keprihatinannya terhadap persepakbolaan nasional yang selama 10 tahun terpuruk. Ditambah lagi pemegang ke- bijakan PSSI dianggap sudah tidak layak lagi untuk dijadi- kan anutan. Peni lantas menjadi orang pertama yang berani mendo- brak kebuntuan selama ini ketika masyarakat lelah dan kecewa dengan PSSI. Nama Peni semakin populer seiring dengan keputusannya yang radikal, memutuskan Persema Malang untuk keluar dari Liga Super Indonesia (LSI) dan memilih Liga Primer Indo- nesia (LPI) yang keberadaan- nya belum seumuran jagung. Keputusan itu tentu menggemparkan persepakbo- laan nasional di tengah euforia pascapiala AFF 2010. Sebab, ke- beranian melawan PSSI terse- but diawali oleh klub dari Kota Malang atau satu kota bersama klub Arema Indonesia. Bagi Peni, Indonesia butuh revolusi sepak bola nasional. Hal itu diperlukan karena prestasi yang kian terpuruk, sedangkan pengurus PSSI ber- usaha mempertahankan domi- nasi mereka di organisasi itu. Hingga saat ini, seperti yang terjadi sekarang, Nurdin Halid yang dinilai banyak kalangan gagal memimpin PSSI tetap maju lagi mencalonkan diri menjadi Ketua Umum PSSI periode mendatang. Tak mengherankan jika yang terjadi selama ini di organisasi PSSI belum terbangun budaya malu kendati pengurusnya gagal dalam memajukan se- pak bola nasional. Hal itu jelas menambah kecemasan masya- rakat. Peni kemudian mendorong gagasan perlu adanya revolusi. Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan situasi dan kon- disi sekarang dinilai sudah memungkinkan dilakukan sebuah revolusi. “Sekarang situasinya sudah tepat karena persepakbolaan nasional terpuruk,” katanya. Bahkan, tegas Peni, untuk mewujudkan prestasi di ting- kat ASEAN saja selama 10 ta- hun terakhir Indonesia selalu gagal. “Seharusnya seluruh penge- lola persepakbolaan nasional yang duduk di kepengurusan PSSI sekarang harus sadar dan malu,” kata Peni kepada Media Indonesia, Minggu (20/2). Namun, yang terjadi seka- rang adalah pengurus PSSI terus bertahan dan tidak ingin mundur dari jabatannya. Me- reka belum memiliki budaya malu. “Orang bertahan di dalam ketidakmampuan. Padahal sudah gagal memajukan sepak Merasa tak tahan dengan kondisi dan prestasi persepakbolaan nasional yang terus terpuruk, ia memutuskan hengkang dari PSSI. Sebuah langkah revolusioner yang dampaknya ditemukan kelak. LAGA Persema menjamu PSM Makassar dalam lanjutan Liga Primer Indonesia (LPI) di Sta- dion Gajayana Kota Malang, bulan lalu, membuat Peni Suparto lega. Pertandingan yang berjalan lancar tersebut dinilainya sangat menjunjung fair play sebagai nilai-nilai yang akan terus dijunjung di LPI. “Dalam setiap pertandingan di LPI, saya melihat berjalan fair play. Hal itu harus diperta- hankan di sepak bola nasional ke depan agar bisa berprestasi di internasional,” ujarnya. Harapan mulia itu seperti- nya harus diiringi kesabaran yang luar biasa. Sebab, kon- disi persepakbolaan nasional sedang dirundung masalah, terutama di tubuh PSSI. Sekadar menyebutkan con- toh, Persema U-18 tidak diper- kenankan mengikuti kompetisi oleh PSSI dalam Piala Suratin hanya karena Persema mengi- kuti kompetisi di LPI. Peni menyayangkan sikap otoriter PSSI yang mengorban- kan anak-anak muda memba- ngun dunia persepakbolaan ne- gerinya. Untuk itulah mewakili Persema, Peni menempuh jalur hukum terhadap PSSI yang dinilai tindakan-tindakannya justru menghalangi kemajuan persepakbolaan nasional. Sikap Wali Kota Malang tak terlepas dari komitmennya un- tuk memperhatikan dan mem- beri kesempatan kepada semua orang membangun sepak bola. Pandangannya seperti itu juga ia terapkan saat menjalankan jabatan publiknya. Itu sebab- nya ia dipercaya warga Kota Malang untuk dipilih kali ke- dua sebagai wali kota (2003- sekarang). Pembangunan di Kota Ma- lang maju pesat dan pendi- dikan dirasakan warganya ber- kembang dengan baik sehingga pemerintahan Kota Malang yang dipimpinnya berhasil menyabet 404 penghargaan di berbagai bidang selama 2010. Meskipun jadi orang nomor satu di Kota Malang, Peni dike- nal warganya tetap memaknai hidup secara sederhana. Di luar pekerjaannya sehari- hari, Peni menyempatkan diri untuk mendekatkan diri de- ngan masyarakat. Itu sebabnya jalan-jalan ke wilayah pelosok di Kota Malang selalu dilaku- kannya. (BN/M-1) PENGANTAR: Untuk merayakan ulang tahun ke-41 Media Indonesia, kami menyajikan 41 sosok terpilih dari lapangan hijau. Berikut ini adalah sosok ke-33, Peni Suparto, Wali Kota Malang sekaligus Ketua Umum Persema Malang yang tegas menyikapi kepengurusan PSSI. BIODATA: Nama: Peni Suparto Tempat, tanggal lahir: Kediri, 14 Agustus 1947 Istri: Heri Pudji Utami Anak: Titis Shinta Dhewi Pendidikan : Sarjana Muda IKIP Malang 1970 Sarjana IKIP Negeri Malang 1976 Akta mengajar V (setara S-2) Lulus 1990 Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang 2006 Jabatan : Wali Kota Malang (2003-sekarang) Ketua Umum KONI Kota Malang Ketua Umum PSSI Kota Malang Ketua Harian Persema Malang Dosen IKIP Malang Hobi : Olahraga, touring Harley Davidson dan Jeep Willys Penghargaan : 38 prestasi umum tingkat Jatim, nasional, dan internasional 121 prestasi akademik tingkat Jatim, nasional, dan internasional 245 prestasi lainnya tingkat Jatim, nasional, dan internasional bola nasional,” kata dia. Itu sebabnya kekecewaan- nya terhadap terpuruknya sepak bola nasional begitu mendalam. Sehingga, semakin menguatkan niatnya dalam memutuskan untuk bergabung di LPI. Kendati ia sadar betul risiko yang bakal ditanggung, itu semua tidak menyurutkan langkahnya itu. “Untuk memulai perjuang- an, memang dibutuhkan pe- ngorbanan.” Bagi Peni, revolusi tidak mengenal teman dan tidak mengenal lawan. Untuk itu ia terus maju dengan berani tanpa takut apa pun dalam me- mutuskan terciptanya revolusi yang diharapkan masyarakat Indonesia. “Yang kontrarevolusi di- tabrak saja. Tapi bagi yang se- jalan untuk perubahan, diajak bersama-sama dalam melaku- kan perubahan,” tegasnya. Sekarang genderang perang melawan pengurus PSSI yang tidak bersedia mundur dari ja- batannya telah ditabuh. Sema- ngat revolusi persepakbolaan nasional sudah dikobarkan. Peni sangat yakin dan op- timistis bahwa suatu ketika, masa depan persepakbolaan nasional akan berkembang, maju pesat, dan mampu ber- prestasi di tingkat dunia. Teror Keputusan Peni keluar dari LSI berbuntut panjang. Klub Persema Malang termasuk pemainnya harus dicoret dari PSSI dan keberadaannya tidak diakui FIFA. Menghadapi ancaman itu, Peni menyatakan tidak takut, termasuk dengan ulah PSSI yang menjatuhkan sanksi ter- hadap Persema senior dan junior. Sebab, lanjut dia, tu- juan LPI ingin memajukan dan membangun sepak bola nasio- nal. “Kalau ada sanksi, Persema punya hak untuk membela diri,” ujarnya. Bahkan ia memotivasi pe- main Persema agar tidak takut dengan ancaman sanksi dari PSSI. Pemain profesional ha- rus memiliki kemampuan dan menunjukkan mampu bermain bagus. Dengan begitu, akan diakui masyarakat. Bergabungnya ‘Laskar Ken Arok’ ke LPI bukan tanpa alasan. “Kompetisi lebih nyaman di LPI. Permainan fair play sebab wasit dan perangkat pertan- dingan tidak akan ada intimi- dasi sebelum maupun sesudah pertandingan.” Di LPI tidak akan ada pesan singkat (SMS) bersifat teror terhadap pemain, pelatih dan wasit. Peni semakin populer men- jadi pencetus revolusi sepak bola nasional ketika turut men- gayomi Irfan Bachdim dan Kim Jeffrey Kurniawan. Pemain na- turalisasi itu diberikan motivasi dan semangat agar tidak takut dengan ancaman PSSI dengan memutuskan tetap bergabung di Persema. “Akan kita lihat apakah PSSI akan datang masih seperti PSSI sekarang,” ujarnya. Ia pun me- ngatakan “Kalau saya PSSI, liga apa pun akan saya lindungi,” katanya. Saat menanggapi ancaman akan diambilnya aset PSSI di Persema, Peni mempersilakan agar secepatnya dibereskan. Monggo diambil, asalkan jangan mengambil Stadion Gajayana, karena itu aset Pemkot Malang,” selorohnya. (M-1) bagussuryo @mediaindonesia.com Kompetisi lebih nyaman di LPI. Permainan fair play sebab wasit dan perangkat pertandingan tidak akan ada intimidasi sebelum maupun sesudah pertandingan.” MEMAJUKAN SEPAK BOLA: Walikota Malang Peni Suparto bersama pemain Persema Malang, di Malang, beberapa waktu lalu. DOKUMENTASI HUMAS PEMKOT MALANG ANTARA/ARI BOWO SUCIPTO

PENI SUPARTO MELAWAN TEROR PSSI - ftp.unpad.ac.id · terhadap pemain, pelatih dan wasit. Peni semakin populer men-jadi pencetus revolusi sepak bola nasional ketika turut men-gayomi

Embed Size (px)

Citation preview

11SOSOKSELASA, 22 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA

MELAWAN TEROR PSSI

P E N I S U P A R T O

Dekatkan Diri dengan Warga

BAGUS SURYO

SELURUH warga Kota Malang, Jawa Timur, pasti mengenal Peni Suparto, Wali Kota Ma-

lang yang menjabat dua pe-riode. Tidak hanya disenangi warganya karena sukses meng-urus Kota Malang, sosok yang satu ini juga dikenal sebagai pencetus revolusi sepak bola nasional.

Disebut pencetus, sebab pemikirannya maju dan be-rani menerobos kondisi status quo persepakbolaan nasional yang jalan di tempat di bawah naungan PSSI pimpinan Nur-din Halid.

Munculnya pemikiran ‘re-volusioner’ itu berangkat dari keprihatinannya terhadap persepakbolaan nasional yang selama 10 tahun terpuruk. Ditambah lagi pemegang ke-bijakan PSSI dianggap sudah tidak layak lagi untuk dijadi-kan anutan.

Peni lantas menjadi orang pertama yang berani mendo-brak kebuntuan selama ini ketika masyarakat lelah dan kecewa dengan PSSI.

Nama Peni semakin populer seiring dengan keputusannya yang radikal, memutuskan Persema Malang untuk keluar dari Liga Super Indonesia (LSI) dan memilih Liga Primer Indo-nesia (LPI) yang keberadaan-nya belum seumuran jagung.

K e p u t u s a n i t u t e n t u menggemparkan persepakbo-laan nasional di tengah euforia pascapiala AFF 2010. Sebab, ke-beranian melawan PSSI terse-but diawali oleh klub dari Kota Malang atau satu kota bersama klub Arema Indonesia.

Bagi Peni, Indonesia butuh

revolusi sepak bola nasional. Hal itu diperlukan karena prestasi yang kian terpuruk, sedangkan pengurus PSSI ber-usaha mempertahankan domi-nasi mereka di organisasi itu.

Hingga saat ini, seperti yang terjadi sekarang, Nurdin Halid yang dinilai banyak kalangan gagal memimpin PSSI tetap maju lagi mencalonkan diri menjadi Ketua Umum PSSI periode mendatang.

Tak mengherankan jika yang terjadi selama ini di organisasi PSSI belum terbangun budaya malu kendati pengurusnya gagal dalam memajukan se-pak bola nasional. Hal itu jelas menambah kecemasan masya-rakat.

Peni kemudian mendorong gagasan perlu adanya revolusi. Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan situasi dan kon-disi sekarang dinilai sudah memungkinkan dilakukan sebuah revolusi.

“Sekarang situasinya sudah tepat karena persepakbolaan nasional terpuruk,” katanya. Bahkan, tegas Peni, untuk mewujudkan prestasi di ting-kat ASEAN saja selama 10 ta-hun terakhir Indonesia selalu gagal.

“Seharusnya seluruh penge-lola persepakbolaan nasional yang duduk di kepengurusan PSSI sekarang harus sadar dan malu,” kata Peni kepada Media Indonesia, Minggu (20/2).

Namun, yang terjadi seka-rang adalah pengurus PSSI terus bertahan dan tidak ingin mundur dari jabatannya. Me-reka belum memiliki budaya malu.

“Orang bertahan di dalam ketidakmampuan. Padahal sudah gagal memajukan sepak

Merasa tak tahan dengan kondisi dan prestasi persepakbolaan nasional yang terus terpuruk, ia memutuskan hengkang dari PSSI. Sebuah langkah revolusioner yang dampaknya ditemukan kelak.

LAGA Persema menjamu PSM Makassar dalam lanjutan Liga Primer Indonesia (LPI) di Sta-dion Gajayana Kota Malang, bulan lalu, membuat Peni Suparto lega. Pertandingan yang berjalan lancar tersebut dinilainya sangat menjunjung fair play sebagai nilai-nilai yang akan terus dijunjung di LPI.

“Dalam setiap pertandingan di LPI, saya melihat berjalan fair play. Hal itu harus diperta-hankan di sepak bola nasional ke depan agar bisa berprestasi di internasional,” ujarnya.

Harapan mulia itu seperti-nya harus diiringi kesabaran yang luar biasa. Sebab, kon-disi persepakbolaan nasional sedang dirundung masalah, terutama di tubuh PSSI.

Sekadar menyebutkan con-

toh, Persema U-18 tidak diper-kenankan mengikuti kompetisi oleh PSSI dalam Piala Suratin hanya karena Persema mengi-kuti kompetisi di LPI.

Peni menyayangkan sikap otoriter PSSI yang mengorban-kan anak-anak muda memba-ngun dunia persepakbolaan ne-gerinya. Untuk itulah mewakili Persema, Peni menempuh jalur hukum terhadap PSSI yang dinilai tindakan-tindakannya justru menghalangi kemajuan persepakbolaan nasional.

Sikap Wali Kota Malang tak terlepas dari komitmennya un-tuk memperhatikan dan mem-beri kesempatan kepada semua orang membangun sepak bola. Pandangannya seperti itu juga ia terapkan saat menjalankan jabatan publiknya. Itu sebab-

nya ia dipercaya warga Kota Malang untuk dipilih kali ke-dua sebagai wali kota (2003-sekarang).

Pembangunan di Kota Ma-lang maju pesat dan pendi-dikan dirasakan warganya ber-kembang dengan baik sehingga pemerintahan Kota Malang yang dipimpinnya berhasil menyabet 404 penghargaan di berbagai bidang selama 2010.

Meskipun jadi orang nomor satu di Kota Malang, Peni dike-nal warganya tetap memaknai hidup secara sederhana.

Di luar pekerjaannya sehari-hari, Peni menyempatkan diri untuk mendekatkan diri de-ngan masyarakat. Itu sebabnya jalan-jalan ke wilayah pelosok di Kota Malang selalu dilaku-kannya. (BN/M-1)

PENGANTAR: Untuk merayakan ulang tahun ke-41 Media Indonesia, kami menyajikan 41 sosok terpilih dari lapangan hijau. Berikut ini adalah sosok ke-33, Peni Suparto, Wali Kota Malang sekaligus Ketua Umum Persema Malang yang tegas menyikapi kepengurusan PSSI.

BIODATA: Nama: Peni Suparto

Tempat, tanggal lahir:Kediri, 14 Agustus 1947

Istri: Heri Pudji Utami

Anak: Titis Shinta Dhewi

Pendidikan :• Sarjana Muda IKIP Malang 1970• Sarjana IKIP Negeri Malang 1976• Akta mengajar V (setara S-2) Lulus 1990• Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang 2006

Jabatan :• Wali Kota Malang (2003-sekarang)• Ketua Umum KONI Kota Malang• Ketua Umum PSSI Kota Malang• Ketua Harian Persema Malang• Dosen IKIP Malang

Hobi : Olahraga, touring Harley Davidson dan Jeep Willys

Penghargaan :• 38 prestasi umum tingkat Jatim, nasional, dan internasional• 121 prestasi akademik tingkat Jatim, nasional, dan internasional• 245 prestasi lainnya tingkat Jatim, nasional, dan internasional

bola nasional,” kata dia.Itu sebabnya kekecewaan-

nya terhadap terpuruknya sepak bola nasional begitu mendalam. Sehingga, semakin menguatkan niatnya dalam memutuskan untuk bergabung di LPI.

Kendati ia sadar betul risiko yang bakal ditanggung, itu semua tidak menyurutkan langkahnya itu.

“Untuk memulai perjuang-an, memang dibutuhkan pe-ngorbanan.” Bagi Peni, revolusi tidak mengenal teman dan tidak mengenal lawan. Untuk itu ia terus maju dengan berani tanpa takut apa pun dalam me-mutuskan terciptanya revolusi yang diharapkan masyarakat Indonesia.

“Yang kontrarevolusi di-tabrak saja. Tapi bagi yang se-jalan untuk perubahan, diajak bersama-sama dalam melaku-kan perubahan,” tegasnya.

Sekarang genderang perang melawan pengurus PSSI yang tidak bersedia mundur dari ja-

batannya telah ditabuh. Sema-ngat revolusi persepakbolaan nasional sudah dikobarkan.

Peni sangat yakin dan op-timistis bahwa suatu ketika, masa depan persepakbolaan nasional akan berkembang, maju pesat, dan mampu ber-prestasi di tingkat dunia.

TerorKeputusan Peni keluar dari

LSI berbuntut panjang. Klub Persema Malang termasuk pemainnya harus dicoret dari PSSI dan keberadaannya tidak diakui FIFA.

Menghadapi ancaman itu, Peni menyatakan tidak takut, termasuk dengan ulah PSSI yang menjatuhkan sanksi ter-hadap Persema senior dan junior. Sebab, lanjut dia, tu-juan LPI ingin memajukan dan membangun sepak bola nasio-nal. “Kalau ada sanksi, Persema punya hak untuk membela diri,” ujarnya.

Bahkan ia memotivasi pe-main Persema agar tidak takut

dengan ancaman sanksi dari PSSI. Pemain profesional ha-rus memiliki kemampuan dan menunjukkan mampu bermain bagus. Dengan begitu, akan diakui masyarakat.

Bergabungnya ‘Laskar Ken Arok’ ke LPI bukan tanpa alasan.

“Kompetisi lebih nyaman di LPI. Permainan fair play sebab wasit dan perangkat pertan-dingan tidak akan ada intimi-dasi sebelum maupun sesudah pertandingan.”

Di LPI tidak akan ada pesan singkat (SMS) bersifat teror

terhadap pemain, pelatih dan wasit.

Peni semakin populer men-jadi pencetus revolusi sepak bola nasional ketika turut men-gayomi Irfan Bachdim dan Kim Jeffrey Kurniawan. Pemain na-turalisasi itu diberikan motivasi dan semangat agar tidak takut dengan ancaman PSSI dengan memutuskan tetap bergabung di Persema.

“Akan kita lihat apakah PSSI akan datang masih seperti PSSI sekarang,” ujarnya. Ia pun me-ngatakan “Kalau saya PSSI, liga apa pun akan saya lindungi,” katanya.

Saat menanggapi ancaman akan diambilnya aset PSSI di Persema, Peni mempersilakan agar secepatnya dibereskan. “Monggo diambil, asalkan jangan mengambil Stadion Gajayana, karena itu aset Pemkot Malang,” selorohnya. (M-1)

[email protected]

Kompetisi lebih nyaman di LPI.

Permainan fair play sebab wasit dan perangkat pertandingan tidak akan ada intimidasi sebelum maupun sesudah pertandingan.”

MEMAJUKAN SEPAK BOLA: Walikota Malang Peni Suparto bersama pemain Persema Malang, di Malang, beberapa waktu lalu.

DOKUMENTASI HUMAS PEMKOT MALANG

ANTARA/ARI BOWO SUCIPTO