21
ABSTRAK Sebuah hasil produk atau benda kerja dapat dikatakan sama dengan yang kita inginkan apabila sudah dilakukan pengukuran dan hasilnya tidak melebihi daerah toleransi. Pengukuran ini dapat berupa pengukuran panjang, massa, sudut, dan lain-lain. Oleh karena itulah pengukuran ini dilakukan untuk lebih memahami cara-cara pengukuran dan jenis-jenis alat ukur serta cara pembacaan pada skala alat ukur ini. Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan empat jenis alat ukur yaitu micrometer, jangka sorong, dial indicator, dan bevel protactor. Pada alat ukur micrometer untuk mengukur diameter luar. Jangka sorong untuk mengukur diameter dalam dan kedalaman. Bevel protactor untuk mengukur sudut. Dial indicator untuk mengukur toleransi perbedaan kerataan. Pengukuran ini dilakukan sebanyak lima kali percobaan. Setelah praktikum ini, maka hasil yang diharapkan adalah berupa nilai dari diameter luar, diameter dalam, kedalaman, sudut, dan kedataran.

pengutesk edit.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ssss

Citation preview

ABSTRAK

Sebuah hasil produk atau benda kerja dapat dikatakan sama dengan yang kita inginkan apabila sudah dilakukan pengukuran dan hasilnya tidak melebihi daerah toleransi. Pengukuran ini dapat berupa pengukuran panjang, massa, sudut, dan lain-lain. Oleh karena itulah pengukuran ini dilakukan untuk lebih memahami cara-cara pengukuran dan jenis-jenis alat ukur serta cara pembacaan pada skala alat ukur ini.

Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan empat jenis alat ukur yaitu micrometer, jangka sorong, dial indicator, dan bevel protactor. Pada alat ukur micrometer untuk mengukur diameter luar. Jangka sorong untuk mengukur diameter dalam dan kedalaman. Bevel protactor untuk mengukur sudut. Dial indicator untuk mengukur toleransi perbedaan kerataan. Pengukuran ini dilakukan sebanyak lima kali percobaan.

Setelah praktikum ini, maka hasil yang diharapkan adalah berupa nilai dari diameter luar, diameter dalam, kedalaman, sudut, dan kedataran.BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan industri yang semakin pesat sekarang ini, masalah-masalah yang muncul juga semakin kompleks. Agar industri dapat menyelesaikan masalah yang muncul di industri perlu ketersediaan peralatan pengukuran yang sekaligus ditunjang oleh SDM yang mampu mengoperasikan peralatan pengukuran dengan baik dan sesuai standar penggunaan alat.

Oleh karena itu perlu dilakukan praktikum pengukuran teknik ini untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa agar mampu menggunakan dan melakukan pengukuran pada beberapa alat ukur seperti micrometer, jangka sorong, dial indicator dan bevel protactor.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun Perumusan masalah dalam praktikum pengukuran teknik ini adalah:

1. Bagaimana mampu menggunakan berbagai jenis alat ukur yaitu micrometer, jangka sorong, dial indicator dan bevel protector dengan baik dan benar.

2. Bagaimana mampu menetapkan ukuran benda ukur berdasarkan hasil pengukuran dengan berbagai jenis alat ukur yaitu micrometer, jangka sorong, dial indicator dan bevel protector.1.3 Tujuan Percobaan

Tujuan dari praktikum pengukuran teknik adalah :

1. Mampu menggunakan berbagai jenis alat ukur yaitu micrometer, jangka sorong, dial indicator dan bevel protector dengan baik dan benar.

2. Mampu menetapkan ukuran benda ukur berdasarkan hasil pengukuran dengan berbagai jenis alat ukur yaitu micrometer, jangka sorong, dial indicator dan bevel protector.1.4 Manfaat Percobaan

Batasan masalah dari praktikum pengukuran teknik adalah :

1. Peralatan atau alat ukur telah dikalibrasi dengan baik

2. Suhu ruangan dianggap sesuai dan tidak mempengaruhi hasil pengukuran

3. Meja yang digunakan pada saat pengukuran dianggap rata

4. Tidak ada getaran yang mempengaruhi hasil pengukuran1.5 Sistematika Laporan

Adapun Sistematika Laporan Pengukuran Teknik ini adalah Bab IPendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan praktikum, manfaat praktikum, dan sistematika laporan. Bab II Dasar Teori berisi teori-teori pengukuran, sifat-sifat alat ukur, faktor kesalahan pengukur, dan perbedaan presisi dan akurasi. Selanjutnya Bab III Metodologi Percobaan berisi tentang peralatan yang digunakan dan langkah-langkah percobaan. Kemudian Bab IVAnalisa Data dan Pembahasan berisi tentang data acuan, data praktikan, contoh perhitungan standar deviasi dan rata-rata, dan pembahasan. Dan yang terakhir Bab V Kesimpulan dan Saran berisi tentang kesimpulan dan saran.BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengukuran

Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran standart. Alat yang digunakan pada proses pengukuran disebut alat ukur. Jenis alat ukur yang dikenal dalam metrologi industri amat beraneka ragam, mulai dari yang umum penggunaanya sampai dengan yang khusus dibuat untuk tujuan pengukuran tertentu.

Alat ukur dapat diterangkan dari segi pemakaiannya, maka secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Alat ukur linier langsung (direct linier measuring instrument)

2. Alat ukur linier tak langsung (indirect linier measuring instrument)

3. Alat ukur sudut (angle measuring instrument)

4. Alat ukur kedataran (horizontal aligment), kelurusan (straighness) dan kerataan (flatness)

5. Metrologi ulir (screw thread metrology)

6. Metrologi roda gigi (gear metrology)

7. Alat ukur kebulatan (roundness) dan beberapa kesalahan bentuk (form deviation)

8. Alat ukur kekasaran permukaan (surface roughness measuring instrument)

2.1.1 Alat Ukur dan Bagian-bagiannya

Sesuai dengan jenis pengukurannya, maka dikenal dua jenis alat ukur linier. Yaitu alat ukur linier langsung dan alat ukur linier tak langsung. Alat ukur linier langsung adalah alat ukur yang hasil pengukurannya dapat langsung dibaca pada bagian penunjuk (skala) dari alat ukur tersebut. Berikut adalah jenis-jenis dari alat ukur linier langsung :2.1.1.1 Jangka sorong

Prinsip dari jangka sorong sama seperti mistar ukur yaitu dengan adanya skala linier pada batangnya. Terdapat rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak yang berfungsi sebagai sensor untuk menjepit benda ukur sewaktu melakukan pengukuran. Permukaan kedua rahang ukur ini dibuat sejajar dan relative kecil untuk menghindari kesalahan ukur. Batang ukurnya dibuat kaku dengan permukaan yang keras sehingga tidak mudah melentur dan tahan aus. Sebab rahang ukur gerak harus menggeser pada batang ini. Pembacaan skala linier atau skala utama dilakukan melalui garis indeks yang terletak pada peluncur (yang bersatu dengan rahang ukur gerak) dan kecermatan pembacaannya dapat lebih baik dari mistar ukur (lebih kecil dari 0,5 mm) karena dibantu dengan skala nonius.

Gambar 2.1 Bagian-bagian Jangka Sorong

Bagian-bagian jangka sorong adalah terdiri dari :

1. Kunci peluncur

2. Kunci penggerak halus

3. Skala utama

4. Batang ukur

5. Penggerak halus

6. Lidah pengukur kedalaman

7. Peluncur

8. Sensor gerak (rahang ukur gerak)

9. Sensor tetap (rahang ukur tetap)

10. nonius

Pada jenis pertama, untuk pengukurannya dimensi dalam maka harga yang dibaca pada skala linier harus ditambah dengan tebal dari ujung kedua rahang ukur. Biasanya dengan mistar ingsut ini mempunyai kapasitas ukur sampai dengan 150 mm. Sedangkan untuk jenis yang besar dapat sampai 1000 mm. Kecermatan pembacaan tergantung dari skala nonius nya, dalam hal ini adalah 0,1 ; 0,05 atau 0,02 mm.

Benda ukur ditahan pada salah satu sisi/permukaannya oleh rahang ukur tetap, kemudian peluncur digeserkan sehingga rahang ukur gerak menempel pada sisi lainnya. Pada saat benda ukur dijepit seperti ini pengukur dapat membaca posisi garis indeks pada skala ukur(atau lebih dahulu mistar ingsut dikeluarkan dari benda ukur dengan hati-hati tanpa mengubah posisi rahang ukur tetap, bila perlu dikunci, kemudian baru dibaca hasil pengukurannya. Karena dipakai dengan cara seperti ini, permukaan batang ukur harus relatif keras dan tahan aus dan dirancang dengan ketelitian geometrik yang tinggi.

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat memakai jangka sorong adalah:

Rahang ukur gerak(peluncur) harus dapat meluncur pada batang ukur dengan baik tanpa bergoyang

Periksa kedudukan nol serta kesejajaran permukaan kedua rahang dengan cara mengatupkan rahang

Benda ukur sedapat mungkin jangan diukur hanya dengan menggunakan ujung rahang ukur(harus agak kedalam)

Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat yang bisa melenturkan rahang ukur ataupun lidah ukur

Pembacaan skala nonius mungkin dilakukan setelah mistar ingsut diangkat dari objek ukur dengan hati-hati (setelah peluncur dimatikan)

2.1.1.2 Mikrometer

Mikrometer merupakan alat ukur linier yang mempunyai kecermatan yang lebih baik daripada jangka sorong. Pada micrometer mempunyai kecermatan sampai 0,01 mm. Kadang adapula yang dibuat dengan kecermatan 0,0005 mm; 0,002 mm; 0,001 mm dan bahkan sampai 0,0005mm, meskipun demikian karena keterbatasan dari ketelitian pembuatan ulir yang merupakan komponen utama dari sistem pengubah ini, maka derajat kepercayaan atau hasil pengukuran akan turun apabila mikrometer tersebut mempunyai kecermatan yang lebih kecil dari 0,005 mm.

Komponen terpenting dari mikrometer adalah ulir utama. Dengan memutar silinder putar satu kali maka poros ukur akan bergerak linier sepanjang satu kisar sesuai dengan kisar(pitch) dari ulir utama(biasanya 0,5 mm). Meskipun ulir utama ini dibuat dengan teliti akan tetapi kesalahan selalu ada. Untuk membatasi kesalahan komulatif kisar maka biasanya panjang dari ulir utama(jarak gerak dari poros ukur) hanya dibuat sampai 25mm.

Gambar 2.2 Bagian-bagian Micrometer

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sewaktu menggunakan mikrometer adalah sebagai berikut :

1. Permukaan benda ukur dan mulut ukur dari mikrometer harus dibersihkan terlebih dahulu.

2. Sebelum dipakai kedudukan nol dari mikrometer harus diperiksa

3. Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek ukur. Apabila dimensi tersebut cukup lebar maka poros ukur dapat digerakkan dengan cara menggelindingkan silinder putar

4. Benda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer dengan tangan kanan

5. Pada waktu mengukur, maka penekanan poros ukur pada benda ukur tidak boleh terlalu keras sehingga memungkinkan adanya deformasi dari benda ukur maupun alat ukurnya sendiri

Mikrometer dibuat dalam berbagai bentuk yang masing-masing mempunyai kegunaan tertentu. Beberapa jenis mikrometer adalah sebagai berikut :

1. Mikrometer luar (outside micrometer)

2. Mikrometer indicator (indicating micrometer)

3. Mikrometer batas (limit micrometer)

4. Mikrometer bangku (bench micrometer)

5. Mikrometer dalam (inside mikrometer)

6. Dan lain-lain

2.1.1.3 Dial Indicator (Jam Ukur)

Dial indikator(jam ukur) merupakan alat ukur pembanding yang banyak digunakan dalam industri permesinan, bagian produks maupun pada bagian pengukuran. Prinsip kerjanya adalah secara mekanis, dimana gerakan linier dari sensor dirubah menjadi gerakan putaran dari jarum penunjuk pada piringan yang berskala dengan perantaraan batang bergigi dan susunan roda gigi.

Gambar 2.3 Dial Indicator dan Bagian-bagiannyaPegas koil berfungsi sebagai penekan batang bergigi sehingga sensor selalu menekan kebawah, sedangkan pegas spiral berfungsi sebagai penekan sistem tranmisi roda gigi sehingga permukaan gigi yang berpasangan selalu menekan pada sisi yang sama untuk kedua arah putaran guna menghindari backlash yang terjadi karena profil gigi yang tidak sempurna atau karena keausan.

Kecermatan pembacaan skala adalah 0,01 ; 0,005 atau 0,002 mm dengan kapasitas ukur yang berbeda, misalnya 20, 10, 5, 2 atau 1 mm. Untuk kapasitas ukur yang besar biasanya dilengkapi dengan jam kecil pada piringan jam yang besar, dimana satu putaran penuh dari jarum yang besar adalah sesuai dengan satu angka dari jam yang kecil.

Dalam pemakaiannya, jam ukur dipasangkan pada dudukan. Tinggi sensor disesuaikan dengan tinggi nominal dari produk yang akan diperiksa dimensinya. Dalam proses produksi, jam ukur dapat dipasang pada mesin perkakas pada tempat dan posisi tertentu sedemikian rupa sehingga pada saat permesinan hampir berakhir maka melalui jam ukur gerakan perkakas potong relaif terhadap benda kerja dapat dibaca oleh operator sehingga proses permesinan dapat dihentikan tepat pada waktunya.

2.1.1.4 Bevel Protector (Busur Bilah)

Bevel protector adalah alat ukur sudut antara dua permukaan benda ukur dengan kecermatan lebih kecil dari satu derajat.

Gambar 2.4 Bevel Protractor dan Bagian-bagiannyaBagian-bagian utama dari bevel protector adalah :

Badan atau piringan dasar. Berupa lingkaran penuh berdiameter +- 55mm. Permukaan bawahnya rata dan tepi permukaan atasnyaterdapat skala 0o 90o ; 0o 90o (skala kiri dan skala kanan)

Pelat dasar, bersatu dengan piringan dasar. Panjang, lebar dan tebalnya +- 90x15x7mm. Sisi kerjanya diatas dan lurus serta toleransi kerataan 0,01mm

Piringan indeks. Titik pusat putarannya berhimpit dengan pusat piringan dasar. Terdapat garis indeks dan skala nonius, biasanya dengan kecermatan sampai 5menit, kadang dilengkapi pemutar halus.

Bilah Utama. Dapat diatur kedudukannya dengan kunci yang ada pada piringan indeks. Dimensi +- 150/300x13x12mm. Kedua ujungnya menyudut 45o dan 60o, kedua tepi dibuat lurus dan toleransi kerataan 0,02 ; 0,03 mm untuk seluruh panjang

Piringan indeks dapat berputar bersama-sama dengan bilah utama dan dapat dikunci kedudukannya terhadap piringan dasar untuk memudahkan pembacaan skala. Busur bilah universal mempunyai bilah bantu yang dipasang tegak lurus, sehingga memudahkan pengukuran. Jenis yang lain memakai sistem optis untuk pembacaan skala, sehingga kecermatannya sampai 2menit.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian bevel protector :

1. Permukaan benda ukur dan permukaan kerja bevel protector harus bersih

2. Bidang dari bevel protector harus berimpit atau sejajar sudut yang diukur

3. Sisi kerja dari pelat dasar dan salah satu sisi dari bilah utama harus betul-betul berimpit dengan permukaan benda ukur

Harga sudut dibaca pada kedudukan bilah utama berimpit dengan permukaan ukur, atau kunci terlebih dahulu piringan indeks kemudian baru dibaca harga sudut dengan cara memiringkan busur bilah untuk mempermudah pembacaan skala noniusnya.

Pemakaian bevel protector(busur bilah) adalah sebagai berikut :

Posisi bilah utama terhadap pelat dasar adalah tegak lurus

Diputar kebalikan jarum jam

Digunakan skala nonius kanan

Sudut yang terbaca adalah dari bilah utama ke pelat dasar kebalikan jarum jam

Sudut pelurus adalah dari pelat dasar ke bilah utama, kebalikan jarum jam

Diputar searah jarum jam

Digunakan skala nonius kiri

Induk yang terbaca adalah dari bilah utama ke pelat dasar, searah jarum jam

Sudut pelurus adalah dari pelat dasar ke bilah utama, searah jarum jam

2.2 Sifat-sifat Alat Ukur

Setiap alat ukur mempunyai sifat yang bermacam-macam, dibawah ini ada beberapa sifat yang umum dimiliki oleh alat ukur, antara lain :

1. Tracebility (mampu ukur)/ kalibrasi

Kalibrasi/ peneraan mencocokkan harga-harga(bukan satu harga) yang tercantum pada alat ukur dengan harga-harga yang standart(harga sebenarnya)

Kalibrasi diwajibkan bagi alat ukur yang :

Baru selesai dibuat(baru sama sekali)

Telah lama dipakai (karena aus)

2. Sensitivity

Kemampuan alat ukur untuk merasakan dan menunjukkan suatu perbedaan yang relatif kecil dari harga yang diukur (yang dideteksi sensor)

3. Readibility (kemudahan baca)

Kemampuan alat ukur (bagian penunjuk) untuk menunjukkan harga dengan jelas dan berarti sehingga menghindarkan salah baca.

Usahanya antara lain :

Garis skala, garis indeks, jarum penunjuk dipertipis

Pemakaian skala linier, skala nonius

Jarak garis skala cukup terpisah dengan jelas

4. Floating (pengambangan)

Jarum berubah-ubah posisinya dengan cepat ( angka paling akhir penunjuk digital berubah-ubah) karena adanya gangguan pada sensor (getaran) dan noise pada sistem getaran. Proses pengukuran harus bebas getaran (sangat berpengaruh pada komparator peka)

5. Histerisis

Perbedaan harga(sistematik) hasil proses pengukuran yang dilakukan secara kontinu/berurutan dalam dua arah yang berbeda (dari skala nol ( maksimum ( nol)

6. Passivity, kelambatan reaksi

Keterlambatan reaksi, sensor berubah posisi(kecil) tetapi jarum penunjuk tetap diam(benda ukur berubah) atau sensor berubah posisi, tetapi jarum penunjuk terlambat bereaksi

7. Zero stability

Kestabilan nol, kemampuan jarum penunjuk untuk kembali ke posisi semula bila benda ukur diambil

8. Kepresisian

Ketepatan, hasil pengukuran yang didapatkan sama setelah diulang secara identik

9. Keakuratan

Ketika diukur ulang nilainya hampir sama.

2.3 Faktor Kesalahan PengukuranPada saat proses pengukuran, tidak selalu hasil yang didapatkan itu akurat. Hal ini biasanya disebabkan karena adanya kesalahan rambang, yaitu ditentukan dengan melakukan pengukuran berulang-ulang. Kesalahan rambang ini misalnya adalah :

1. Penyimpangan yang berasal dari benda ukur

Peralatan belum dikalibrasi dengan baik, kerataan dan kesejajaran sensor

2. Penyimpangan yang berasal dari posisi pengukuran

Kesalahan kosinus: karena pengambilan posisi pengukuran yang salah, garis pengukuran membuat sudut terhadap garis dimensi

3. Penyimpangan yang berasal dari kondisi lingkungan Misalnya: cahaya, kotor/debu, getaran, temperatur2.4 Perbedaan Presisi dan Akurasi2.4.1. Presisi

Presisi adalah istilah untuk menggambarkan tingkat kebebasan alat ukur dari kesalahan acak. Jika pengukuran individual Dilakukan berulang-ulang, maka sebran hasil pembacaan akan berubah-ubah disekitar nilai rata-ratanya. Presisi tinggi dari alat ukur tidak mempunyai implikasi terhadap akurasi pengukuran. Alat ukur yang mempunyai presisi tinggi belum tentu alat ukur tersebut mempunyai akurasi tinggi. Akurasi rendah dari alat ukur yang mempunyai presisi tinggi pada umum nya disebabkan oleh bias dari pengukuran, yang bisa dihilangkan dengan kalibrasi. Dua istilah yang mempunyai arti mirip dengan presisi adalah repeatability dan reproducibility. Repeability digunakan untukmenggambarkan kedekatan (closeness) keluaran pembacaan bila dimasukkan yang sama digunakan secara berulang-ulang pada periode waktu yang singkat pada kondisi dan lokasi pengukuran yang sama, dan dengan alat ukur yang sama. Reproducibility digunakan untuk menggambar kedekatan (closeness) keluaran pembacaan bila masukan yang sama digunakan secara berulangulang. Persamaa pada keduanya adalah menggambarkan sebaran keluaranpembacaan induvidual untuk masukan yang sama. Sebaran akanmengacu pada repeatability bila kondisi pengukurannya tetap, danakan mengacu reproducibility kondisi pengukurannya berubah.Derajat repeatability dan reproducibility dlm. pengukuran hanyamerupakan alternatif untuk mengekspresikan presisi dari sebuah alat ukur.2.4.2 Akurasi

Akurasi pengukuran atau pembacaan adalah istilah yang sangat relatif. Akurasi didefinisikan sebagai beda atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan nilai sebenarnya. Dalam eksperiman, nilai sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti dengan suatu nilai standar yang diakui secara konvensional. Secara umum akurasi sebuah alat ukur ditentukan dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dandapat diekspresikan dalam bentuk plus-minus atau presentasi dalam skala tertentu atau pada titik pengukuran yang spesifik. Semua alat ukur dapat diklasifikasikan dalam tingkat atau kelas yang berbeda-beda, tergantung pada akurasinya. Sedang akurasi dari sebuah sistem tergantung pada akurasi Individual elemen pengindra primer, elemen skunder dan alat manipulasi Yang lain.

TAMBAH DIAGARAM RADAR!!!!!!!!!!!!!!!BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan Percobaan

Peralatan yang digunakan pada percobaan ini adalah :

1. Micrometer

2. Jangka sorong

3. Dial indicator

4. Bevel protector3.2 Langkah Percobaan

3.2.1 Micrometer

1. Alat ukur yang dipakai ditentukan ketelitiannya2. Permukaan benda ukur dan mulut ukur harus dibersihkan terlebih dahulu

3. Kedudukan titik nol dari micrometer diperiksa, alat disetel terlebih dahulu

4. Mulut ukur dibuka sampai melebihi dimensi benda ukur. Poros ukur digunakan untuk membuka mulut ukur.5. Pada waktu mengukur, penekanan poros ukur pada benda ukur tidak boleh terlalu keras. Pembatas momen putar digunakan ke titik poros untuk mencapai benda ukur6. Pengukuran dilakukan dan dicatat pada lembar data

7. Pengukuran dilakukan sampai 5 kali pengambilan data

3.2.2 Jangka Sorong

1. Kecermatan dari jangka sorong yang digunakan ditentukan sebelum dilakukan pengukuran2. Jangka sorong dan benda yang akan diukur dibersihkan sebelum dilakukan pengukuran

3. Sebelum jangka sorong digunakan dipastikan skala nonius dapat bergeser dengan bebas

4. Angka 0 dipastikan pada kedua skala bertemu dengan tepat

5. Sewaktu mengukur benda yang diukur diusahakan sedekat mungkin dengan skala utama. 6. Jangka sorong ditempatkan tegak lurus dengan benda yang diukur

7. Tekanan pengukuran tidak boleh terlalu kuat, karena akan menyebabkan terjadinya pembengkokan pada rahang ukur maupun pada lidah pengukur kedalaman

8. Baut pengunci dikencangkan agar rahang tidak bergeser, tetapi tidak boleh terlalu kuat karena bisa menimbulkan keruusakan alat ukur9. Pengukuran diameter luar, diameter dalam dan kedalaman dilakukan10. Hasil pengukuran dicatat pada lembar data

11. Langkah 10-11 diulangi sebanyak 5 kali untuk masing-masing pengukuran3.2.3 Dial Indicator

Gambar 3.1 Skema Dial Indicator1. Alat diset seperti gambar

2. Pengukuran ketinggian benda ukur pada suatu titik dilakukan3. Hasil pengukuran dicacat pada lembar data

4. Langkah 1-2 diulangi sebanyak 5 kali

3.2.4 Bevel Protector

Gambar 3.2 Bevel Protractor1. Pengukuran dilakukan seperti sudut a pada benda seperti pada gambar

2. Hasil pengukuran dicacat pada lembar data

Langkah 1-2 diulangi sebanyak 5 kali

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN4.1 Data Acuan

Data acuan yang digunakan untuk melakukan analisa data dan pembahasan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Acuan

NoJenis PengukuranData Acuan

1Jangka SorongDiameter luar 63.60 mm

Diameter dalam 56.45 mm

Kedalaman 41.00 mm

4MikrometerDiameter luar 5.43 mm

5Bevel Protractor140 50 = 140,83

6Dial Indicator670 m

4.2 Data Praktikan 4.2.1 Jangka Sorong

A. Diameter Luar

Tabel 4.2 Data Praktikan Jangka Sorong (diameter luar)PraktikanDiameter luar

KhafidIgaEstyAlfonsRifqySariadiTaridata acuan

163.5563.763.663.5563.663.5563.5563.6

263.5563.763.763.763.5563.5563.5563.6

363.5563.863.5563.7563.663.5563.663.6

463.5563.863.763.863.663.5563.5563.6

563.5563.763.663.763.6563.5563.663.6

B. Diameter DalamTabel 4.3 Data Praktikan Jangka Sorong (diameter dalam)PraktikanDiameter dalam

KhafidIgaEstyAlfonsRifqySariadiTaridata acuan

156.456.156.156.456.156.456.456.45

256.3556.156.256.156.256.3556.3556.45

356.256.256.255.356.256.456.556.45

456.3556.2556.156.556.456.456.456.45

556.3556.256.256.356.256.456.356.45

C. KedalamanTabel 4.3 Data Praktikan Jangka Sorong (kedalaman)PraktikanKedalaman

KhafidIgaEstyAlfonsRifqySariadiTaridata acuan

140.8539.440.940.8540.7540.8540.7541

240.840.240.840.8540.640.941.1541

340.839.4540.840.940.740.854141

440.8540.2540.840.9540.7540.8540.8541

540.8539.4540.94140.7540.8540.8541

4.2.2 Mikrometer

Tabel 4.4 Data Praktikan Mikrometer Jangka Sorong (diameter luar)PraktikanKhafidIgaEstyAlfonsRifqySariadiTaridata acuan

15.445.445.445.45.425.425.445.43

25.445.445.445.455.435.435.445.43

35.445.445.445.445.425.425.445.43

45.455.445.445.445.425.425.435.43

55.445.435.435.455.425.425.455.43

4.2.3 Bevel ProtactorTabel 4.5 Data Praktikan Bevel protactor (sudut)PraktikanKhafidIgaEstyAlfonsRifqySariadiTaridata acuan

1140.5140.5140.75140.33140.5140.67140.42140.83

2140.16140.916140.67140.5140.5140.58140.5140.83

3140.5140.916140.75140.31140.58140.67140.5140.83

4140.16140.916140.75140.16140.5140.58140.33140.83

5140.16140.916140.67140.5140.41140.58140140.83

4.2.4 Dial Indikator

Tabel 4.6 Data Praktikan Dial IndikatorPraktikanKhafidIgaEstyAlfonsRifqySariadiTaridata acuan

1675676678689682677665670

2678676676689674675665670

3677677677674681676664670

4674676678676680677668670

5678679678674681676670670

4.3 Contoh Perhitungan

Contoh perhitungan menggunakan data dari praktikan Iga 4.3.1 Percobaan jangka sorong 4.3.1.1 Diameter luarMean = x1 + x2 + x3 + x4 + x5

n

= 63.7+ 63.7+ 63.8+ 63.8+ 63.7 5

= Standar Deviasi

= 0.07155

Ditulis lengkap4.4 Pembahasan4.4.1 Jangka Sorong

4.4.1.1 Diameter Luar

a. Grafik

b. One Sample T

Hipotesis

Ho : = data acuan

H1 : tidak sma dengan data acuan

c. One Way ANOVA

Hipotesis

Ho : 1 = 2= 3 = ke n

H1 : salah satu ada yang tidak sama

d. Pembahasan

Paragraph 1

pembahasan grafik (hasil grafik dibuat paragraph), axis name nya pengukuran keberapa, ordinat namenya hasilParagraph 2

pembahasan b, mean dan standar deviasi dibuat paragraf, hipotesis dibahas, siapa saja yang paling teliti dan paling tepat, siapa saja yang paling tidak teliti dan tidak tepatParagraph 3

pembahsan c, P value dibuat paragraf, hipotesis dibahas, data bisa dikatakan seragam atau tidak dilhat dari harga P valueParagraph 4

Faktor-faktor kesalahan yang mungkin terjadi selama praktikum (misalnya kenapa data tidak seragam?), pengertian Ho dan H1, nama praktikan yg datanya diterima dan ditolak berdasarkan One Sample TKeterangan

P< alfa maka Ho ditolak

P> alfa maka Ho diterima

Mean untuk acuan teliti atau tidak

Standar Deviasi acuan presisi atau tidak

One sample T pendekatan data praktikan dengan data acuan

ANOVA keseragaman data antara praktikan