29
PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan pada system persarafan merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat. Pengkajian dneurologis dimulai saat pertemuan pertama, percakapan dengan klien dan kelurga adalah sumber yang amat penting dari data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi fungsi system persyarafan secara keseluruhan anamnesis secara umum meliputi pengumpulan informasi tentnag status kesehatan klien menyeluruh mengenai fisik, fisik, psikologi budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. Pengkajian umum neurologis meliputi identitas umum, keluhan utama riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu dan penyakit keluarga yang berhubungan dengan gangguan neurologis klie. Perawat perlu memahami proses pengkajian tersebut dengan baik/ 1. Identitas klien Identitiask klien mencakup nama, usia (Pada masalah disfungsi neurologis kebanyakan terjadi pada usia tua) jenis kelamin, pendidikan, alamat pekerjaan afama, suku bangsa, tanggal dna jam masuk rumah sakit. 2. Keluahan utama Keluhan utama pada klien gangguan system persyarafan biasanya akan terlihat bila sudah terjadi disfungsi neurologis, keluhan yang sering didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan bicara pelp tidak dapat berkomunikasi. Konvulasi kejang sakit kepala yang hebat nyeri otot, kaku duduk, sakit punggung tingkat kesadaran menurun (GCS < 15) akral dingin dan ekspresi rasa takut 3. Riwayat penyakit

PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

  • Upload
    others

  • View
    33

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN

A. Anamnesis

Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan pada system

persarafan merupakan hal utama yang dilaksanakan perawat.

Pengkajian dneurologis dimulai saat pertemuan pertama, percakapan

dengan klien dan kelurga adalah sumber yang amat penting dari data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi fungsi system persyarafan secara

keseluruhan anamnesis secara umum meliputi pengumpulan informasi

tentnag status kesehatan klien menyeluruh mengenai fisik, fisik, psikologi

budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi,

kemampuan fungsi dan gaya hidup klien.

Pengkajian umum neurologis meliputi identitas umum, keluhan utama

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu dan penyakit

keluarga yang berhubungan dengan gangguan neurologis klie. Perawat

perlu memahami proses pengkajian tersebut dengan baik/

1. Identitas klien

Identitiask klien mencakup nama, usia (Pada masalah disfungsi

neurologis kebanyakan terjadi pada usia tua) jenis kelamin,

pendidikan, alamat pekerjaan afama, suku bangsa, tanggal dna jam

masuk rumah sakit.

2. Keluahan utama

Keluhan utama pada klien gangguan system persyarafan biasanya akan

terlihat bila sudah terjadi disfungsi neurologis, keluhan yang sering

didapatkan meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan bicara

pelp tidak dapat berkomunikasi. Konvulasi kejang sakit kepala yang

hebat nyeri otot, kaku duduk, sakit punggung tingkat kesadaran

menurun (GCS < 15) akral dingin dan ekspresi rasa takut

3. Riwayat penyakit

Page 2: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

Pengkajian dengan melakukan anamnesis atau wawancara untuk

menggali masalah keperawatan lainnya yang dilaksanakan perawat

adalah mengkaji riwayat kesehatan kesehatan klien

Riwayat yang mendukung keluhan utama perlu dikaji agar pengkajian

lebih kompherensif juga mendukung terhaap keluhan yang paling

actual dirasakan klien

a. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan serangkaian wawancara

yang dilakukan perawat untuk menggali permasalahan klien dari

timbulnya keluhan utama pada gangguan system persyarafan

sampai pada saat pengkajian.

Pada gangguan neurologis riawayat penyakit sekarang yang

mungkin didapatkan meliputi adanya riwayat trauma, riwayat

jatuh, keluhan mendadak, lumpuh pada saat klien sedang

melakukan aktivitas, keluhan pada gastrointestinal seperti mual

dan muntah bahklan kejang sampai tidak sadar di gleisah, latarfi,

lelah apatis, perubahan pupil, pemakaian obat-obat sedative,

antipsikotik, perangsang saraf) dan lain-lain

b. Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian riwayat penyakit dahulu dalam menggali permasalah

yang mendukung masalah saat ini pada klien dengan deficit

neurologi adalah sangat pentung.

Beberapa pertanyaan yang mengarah pada riwayat penyakit dahulu

dalam pengkajian neurologi adalah

a) Apakah klien menggunakan obat-obat seperti analgesic,

sedative, hipnotis, antipsikortik, anti depresi atau perangsang

system persyarafan

b) Apakah klien pernah mengeluhkan gejala sakit kepala, kejang,

tremor pusing, vertigo, kebas atau kesemutan pada bagian

tubuh, kelemahan nyeti atau perubahan dalam bicara masa lalu

Page 3: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

c) Bila klien telah mengalami salah satu gejala diatas, gali lebih

detail

d) Diskusikan dengan pasangan klien atau anggota keluarga dan

teman klien mengenai perubahan prilaku klien akhir-akhir ini

e) Perawat sebaiknya bertanya mengenai riwayat perubahan

penglihatan pendengaran, penghidu, penegcapan, perabaan

f) Riwayat trauma kepala, atau batang spinal, meningitis, kelainan

congenital penyakit neurologism atau konseling psikiatri

g) Riwayat peningkatan kadar gula darha dan tekanan darah tinggi

h) Riwayat tumor baik yang ganas, maupun jinak pada system

persyarafan perlu ditanyakan karena kemungkinan ada

hubungan nya dengan keluhan yang sekarang yg dapat

memberikan metastasis ke system persyarafan pusat dengan

segala komplikasinya

c. Riwayat penyakit keluarga

Anamnesis akan adanya riwayat keluarga yang menderita

hipertensi ataupun diabetes mellitus yang memberikan hubungan

dengan beberapa masalah disfungsi neurologis seperti masalah

stroke haemorafik dan neuropati perifer

4. Pengkajian Psikososial

Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang

memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas

mengenai status emosi, kognitif dan perilaku klien

Pengkajian status emosiolan dan mental secara fisik lebih banyak

termasuk pengkajian fungsi serebral meliputi tingkat kesadaran klien,

prilaku kdan penampilan bahasa dan fungsi intelektual termasuk

ingatan, pengetahuan kemampuan berpikir abstrak asosiasi dan

penilaian sebagian besar pengkajian ini dapat diselesaikan melalui

interaksi menyeluruh dengan klien dalam melaksanakan pengkajian

lain dengan memebri pertanyaan dan tetap melakukan pengawwasan

Page 4: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

sepanjang waktu unutk menentukan kelayakan ekspresi emosi dan

pikiran

a. Kemampuan koping normal.

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting

untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang

dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga sera

masyarakat dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-

harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat apakah ada

dampak yang timbul pada klien yaitu seperti ktakutan akan

kecacatan rasa cemas, rasa ketidakmampuan utnuk melakukan

aktivitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang

salah gangguan citra tubuh

b. Pengkajian sosiekonomispritual

Oleh Karena klien harus menjalani rawat inap maka perawat harus

mengkaji apakah keadaan ini member dampak pada status ekonomi

klien sebab biaya perawatan dan pengobatan memerlukan dana

yang tidak sedikit. Perawat juga melakukan pengkajian terhadap

fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan

terjadi pada gaya hidup individu. Perspektif keperawatan dalam

mengkaji terdiri atas dua masalah yaitu keterbatasan yang

diakibatkan oleh deficit neurologis dalam hubungannya dengan

peran social klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung

adaptasi pada gangguan neurologis didalam system dukungan

individu

B. Pemeriksaan Fisik Neurologis

Secara Umum pemeriksaan fisik pada system persarafan ditujukan

terhadap area fungsi utama berikut :

Pengkajian tingkat kesadaran

Pengkajian fungsi serebral

Pengkajian saraf kraniak

Pengkajian system motorik

Page 5: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

Pengkajian respons reflex

Pengkajian system sensorik

1. Pengkajian tingkat kesadaran

Kesadaran mempunyai arti yang halus, kesadaran dapat didefinisikan

sebagai keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen

dan aferen keseluruhan dari impuls aferen dapat disebut output

susunan saraf pusat

Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai kewaspadaan yaitu

aksi dan reaksi terhadap apa yang diserap bersifat sesuai dan tepat.

Keadaan saat suatu aksi sama sekali tidak dibalas dengan suatu reaksi

dikenal sebagai koma. Kesadaran terganggu dapat menonjolnya kedua

seginya yaitu unsur tingkat dan unsure kualitasnya

Apabila terjadi gangguan sehingga tingkat kesadaran menurun sampai

tingkat yg terendah maka koma yang dihadapo dapat terjadi akibat

neuron pengemban kewaspadaan sama sekali tidakberfungsi yang

disebut koma diensefalik yang dapat bersifat supratentorial atau

infantentorial (Priguna Sidartha, 1985)

Kualitas kesadaran yang menurun tidak senantiasa menurunkan juga

tingkat kesadaran. Tetapi tingkat kesadaran yang menurun senantiasa

menggangu kualitas kesadaran. Oleh karena itu fungsi mental yang

ditandai oleh berbagai macam kualitas kesadaran sangat ditentukan

oleh tingkat kesadaran.

Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar

dan penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien

dan respons terhadap lingkungan adalah indicator paling sensitive

untuk disfungsi system persarafan. Beberapa system digunakan untuk

membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.

Istilah-istilah seperti letargi, stupor, dan semikomatosa adalah istilah

yang umum digunakan dalam berbagai area. Dapat dilihat pada table

berikut.

Page 6: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

Tabel 2.1. Responsivitas Tingkat Kesadaran

Tingkat Responsivitas Klinis

Terjaga

Sadar

Letargi

Stupor

Semikomatosa

Koma

Normal

Dapat tidur lebih dari biasanya

atau sedikit bingung saat pertama

kali terjaga, tetapi berorientasi

sempurna ketika bangun.

Mengantuk tetapi dapat mengikuti

perintah sederhana ketika

dirangsang

Sangat sulit untuk dibangunkan,

tidak konsisten, dapat mengikuti

perintah sederhana atau berbicara

satu kata atau frase pendek.

Gerakan bertujuan ketika

dirangsang; tidak mengikuti

perintah atau berbicara koheren.

Dapat berespons dengan postur

secara reflex ketika distimulasi

atau dapat tidak berespons pada

setiap stimulus.

Pada keadaan perawatan sesungguhnya, ketika waktu mengumpulkan

data untuk penilaian tingkat kesadaran sangat terbatas, Skala, Glasgow

(Glasgow Coma Scale – GCS) dapat memberikan jalan pintas yang

sangat berguna. Skala tersebut memungkinkan pemeriksa membuat

peringkat 3 respons utama klien terhadap lingkungan seperti respons

membuka mata, verbal dan motorik.

Pada setiap kategori respons yang terbaik mendapatkan nilai. Nilai

total maksimum untuk sadar penuh dan terjaga adalah 15. Nilai

minimum 3 menandakan klien tidak memberikan respons. Nilai total 8

Page 7: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

atau kurang menandakan adanya Koma dan jika bertahan pada waktu

yang lama dapat menjadi satu predictor buruknya pemulihan fungsi.

System penilaian ini dirancang sebagai pedoman untuk mengevaluasi

dengan cepat klien yang sakit kritis atau klien yang cedera sangat berat

yang status kesehatannya dapat berubah dengan cepat.

Respon Motorik

Terbaik

Respon verbal

terbaik Membuka mata

Menurut

Terlokalisasi

Menghindar

Fleksi abnormal

Ekstensi

Tidak ada

6

5

4

3

2

1

Orientasi

Bingung

Kata tidak dimengerti

Hanya suara

Tidak ada

5

4

3

2

1

Spontan

Terhadap Panggilan

Terhadap nyeri

Tidak dapat

4

3

2

1

2. Pengkajian Fungsi Serebral

a. Status mental

Status mental merupakan keadaan kejiwaan yang dimiliki

seseorang. Secara ringkas prosedur pengkajian status mental klien

dapat dilakukan meliputi:

1. Observasi penampilan klien dan tingkah lakunya dengan

melihat cara berpakaian klien, kerapihan, dan kebersihan diri.

2. Observasi postur, sikap, gerakan-gerakan tubuh, ekspresi wajah

dan aktifitas motorik semua ini sering memberikan informasi

penting tentang klien.

3. Penilaian gaya bicara klien dan tingkat kesadaran juga

diobservasi.

4. Apakah gaya bicara klien jelas atau masuk akal ?

5. Apakah klien sadar dan berespons atau mengantuk dan stupor

Untuk melihat lebih jauh penilaian status mental bagi perawat

terdapat pada table berikut

Page 8: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

PENILAIAN RESPONS

Perhatian Rentang perhatian ke depan dan ke belakang

Daya ingat - Jangka pendek: mengingat kembali tiga item setelah 5

menit

- Jangka panjang : mengingat nama depan ibunya,

mengingat kembali menu makanan pagi, kejadian pada

hari sebelumnya.

Perasaan (efektif) - Amati suasana hati yang tercermin pada tubuh,

ekspresi tubuh

- Deskripsi verbal efektif

- Verbal kongruen, indicator tubuh tentang suasana hati.

Bahasa - Isi dan kualitas ucapan spontan

- Menyebutkan benda-benda yang umum, bagian-bagian

dari suatu benda

- Pengulangan kalimat

- Kemampuan untuk membaca dan menjelaskan pesan-

pesan singkat pada surat kabar, majalah.

- Kemampuan menulis secara spontan, di-dikte.

Pikiran - Informasi dasar (misalnya presiden terbaru, 3 presiden

terdahulu)

- Pengetahuan tentang kejadian-kejadian baru.

- Orientasi terhadap orang tempat dan waktu.

- Menghitung : menambahkan dua angka, mengurangi

100 dengan 7.

Persepsi - Menyalin gambar : persegi, tanda silang, kubus, tiga

dimensi.

- Menggambar bentuk jam membuat peta ruangan.

- Menunjuk ke sisi kanan dan kiri tubuh.

- Memperagakan : mengenakan jaket, meniup peluit,

menggunakan sikat gigi.

Page 9: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

b. Fungsi Intelektual

Penilaian fungsi intelektual akan menggungkapkan banyak

informasi tentang kerusakan pada otak. Fungsi intelektual

mencakup kegiatan yang mencakup kemampuan untuk berfikir

secara abstrak dan memanfaatkan pengalama. Seluruh otak ikut

serta saling berhubungan dalam mengembangkan aktivitas

intelektual. Lesi serebral yang bersifat bilateral dan difusi sangat

menentukan pelaksanaan intelektual umum sedangkan lesi yang

bersifat fokal dapat menimbulkan aktivitas intelektual yang khusus

c. Daya Pikir

a) Apakah pikiran klien bersifat spontal, alamiah, jernih, relevan

dan masuk akal?

b) Apakah klien mempunyai kesulitan berpikir, khayalan dan

keasykan sendiri?

c) Apa yang menjadi pikiran klien?

d. Status emosional

Secara ringkas pengkajian status emosional klien yang dapat

dilakukan perawat meliputi

a) Apakah tingkah laku klien alamiah, datar peka, pemarah,

cemas, apatis, atau euphoria ?

b) Apakah alam perasaan klien berubah-ubah secara normal atau

iramnya tidak dapat diduga dari gembira menjadi sedih selama

wawancara?

c) Apakah tingkah laku klien sesuai dengan kata-kata atau isus

dari pikirannya

d) Apakah komunikasi verbal klien sesuai dengan tampilan

komunikasi non verbal?

e. Kemampuan bahasa

Pengkajian fungsi serebral yang terakhir adalah kemampuan

bahasa. Orang-orang dengan fungsi neurologis normal mampu

Page 10: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

menegerti dan berkomunikasi dalam pembicaraan dan bahasa

tulisan pada pengkajian ini perawat mungkin menemukan beberapa

hal sebagai berikut :

a) Disfasia

b) Disartria

c) Disfonia

Table 2.4. Pengkajian Klien Disfasia / Afasia

Bicara Lancar

(Disfasia Reseptif, Konduktif

atau Nominal)

Bicara tidak lancer

(Afasie Ekspresif

Menyebut nama-nama benda.

Klien dengan afasia nominal,

konduktif atau reseptif sulit

menyebutkan nama-nama benda

Repetisi klien dengan afasia

konduktif dan resptif tidak dapat

mengulangi pesan bahasa

Komprehensi. Hanya klien

dengan afasia reseptif yang

tidak dapat mengikuti perintah

(verbal dan tertulis)

Membaca. Klien dengan lesi

posterior dan area wernickle

menderita disleksia

Menulis klien afasia konduktif

sulit menulis (Disgrafia)

sedangkan klein dengan afasia

Menyebutkan nama-nama benda

sulit dilakukan tetapi lebih baik

dari pada bicara spontan

Repetisis mungkind dapat

dilakukan dengan usaha yang

keras repetisi frasa kurang baik

Komprehensi normal (perintah

tertulis dan verbal dapat diikuti )

Tulisan, disgrafia dapat

ditemukan

Hemiparesis lengan lebih sering

terkena dari pada tungkai

Page 11: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

reseptif isi tulisannya abnormal

klien dengan lesi lobus frontal

dominan dapat juga menderita

disgrafai

3. Pengkajian Saraf Kranial

Pemeriksaan saraf cranial dimuali dengan mengatur posisi klien

sehingga duduk ditepi tempat tidur bila memungkinkan perhatian

kepala wajah dan leher klien. Catat apakah terdapat hidrosefalus

(kepala dan wajah menyerupai segitifa terbalik) atau akromegali.

a. Saraf cranial I

b. Saraf Kranial II

a) Tes ketajaman Fisik

b) Tes konfrontosi

c) Pemeriksaan Fundus

c. Saraf III dan IV

d. Saraf Kranial V

e. Saraf Kranial VII

f. Saraf cranial VIII

g. Saraf cranial IX dan X

h. Saraf cranial XI

i. Saraf cranial XII

4. Pengkajian Sistem Motorik

Pemeriksaan yang teliti pada sistem motorik meliputi inspeksi umum

(postur, ukuran otot, gerakan abnormal, dan kulit), fasikulasi, tonus

otot, kekuatan otot, reflex koordinasi dan keseimbangan. Pada

peemriksaan system sensorik nilai persepsi nyeri, temeperatur, vibrasi

dan motorik halus.

Inspeksi umum

perawat mundur sebentar dan perhatikan adanya postur yang abnormal

misalnya pada klien dengan hemiplegia akibat stroke pada

pemeriksaan ini anggita badan atas dalam posisi refleksi dan lengan

Page 12: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

dalam posisi aduksi dan pronasi sedangkan anggota badan bawah

dalam posisi ekstensi kemudian indentifikasi artrofi otot yang

menunjukan adanya denervasi otot, penyakit otot primer atau kelainan

atrofi.

Anggota badan atas

Secara umum pemeriksaan dimulai dari jabat tangan dengan klien dan

perkenalan diri anda. Klein yang tidak dapat melepaskan genggaman

tangannya merupakan tanda-tanda menderita miotonia, penyebab dari

kelainan penyakit otot yang peling sering ini adalah distrofia

miotonika. Setelah memelepaskan tangan dari genggaman klien dan

setelah melakukan inspensi umum sekilas sangat penting, klien diminat

melepaskan pakaianya sehingga lengan dan gelang bahu terbuka

selurhnya

Fasikulasi

Kelainan ini merupakan kontraksi bagian-bagian kecil dari otot yang

tidak regular yang tidak mempunyai pila yang ritmis. Fasikulasi dapat

bersifat kasar atau halus dan terlihat pada waktu isitirahat, tetapi tidak

terjadi selama gerakan volunteer. Jika tidak ditemukan fasikulasi.

Ketuk otot brakiordialisis dan biseps dengan palu reflex dan amati lagi.

Tindakan ini dapat menstimulasi fasikulasi. Jika fasikulasi terjadi

bersama-sama dengan kelumpuhan dan atrofi maka fasikulasi

menunjukan degenerasi dari LMN. Penyebab=peneyebab fasikulasi

meliputi penyakit saraf mototrik, kompresi radiks motorik, neuropati

mototrik (Misalnya keganasan), miopati auisita (misalnya polimiositis,

tirotoksikosis)

Tonus Otot

Pada waktu lengan bawah digerak-gerakkan pada sendi siku secara

pasif, otot-otot ekstensordan fleksor lengan membiarkan dirinya ditarik

dengan sedikit tahanan wajar. Jika semua unsure saraf disingkirkan

dari otot (Denervasi) maka tahanan tersebut sama sekali lenyao.

Tahanan itu disebut sebagai tonus otot yang merupakan manifestari

Page 13: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

dari resultan gaya saraf (baik motorik maupun sensorik) yang berada di

otot dalam keadaan sehat

Kekuatan otot

Kekeuatan otot dinilai dari perbandingan antara kemampuan pemeriksa

dengan kemampuan untuk melawan tahanan otot volunter secara

penuh dari klien untuk menentukan apakah kekuata normal, maka

umum klien, jenis kelamin, dan bentuk tubuh harus dipertimbangkan.

Fungsi otot atau kelompok otot klien dievaluasi dengan cara

menempatkan otot pada keadaan yang tidak menguntukngkan. Sebagai

contoh otot kuadrisep adalah otot yang secara penuh bertanggung

jawab untuk meluruskan kaki pada saat kaki dalam keadaan lurus,

pengkaji sulit sekali membuat fleksi pada lutu sebaiknya jika lutut

dalam keadaan fleksi dan klien diperintahkan untuk meluruskan kaki

dengan diberi tahanan, maka akan menghasilkan ketidakmampuan

unutk meluruskan kakinya. Walaupun kurang sensitive pembagian

kekuatan otot berdasarkan tingkat dapat dijadikan panduan bagi

perawat untuk melakukan penelitian

5. Pengkajian Refleks

Refleks adalah respons terhadap suatu rangsang. Gerakan yang timbul

disebut gerakan reflektorik. Semua gerakan reflektorik merupakan

gerakan yang bangkit untuk menyesuaikan diri baik untuk menjamin

ketangkasan gerakan volunteer maupun untuk membela diri. Gerakan

reflektorik tidak saja dilaksanakan oleh anggota gerak akan tetapi

setiap otot lurik dapat melakukan gerakan reflektorik. Selain itu

rangsangan tidak saja terdapat di permukaan tubuh, akan tetapi semua

impuls perseptif dapat merangsang gerakan reflektorik, termasuk

impuls panca indra. Setiap suatu rangsangan yang direspons dengan

gerakan, menandakan bahwa antara daerah yang dirangsang dan otot

yang bergerak secara reflektorik itu terdapat hubungan. Lintasan yang

rnenghubungkan reseptor dan efektor itu.dikenal sebagai busur refleks.

Reseptor di kulit mendapat perangsangan. Suatu impuls dicetuskan dan

Page 14: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

Jikirim melalui serabut radiks dorsalis ke sebuah saraf di substansia

grisea medula spinalis. Atas kedatangan impuls tersebut, neuron itu

merangsang saraf motorik di kornu anterioq yang pada gilirannya

menstimulasi serabut otot untuk berkontraksi.

Reseptor serabut aferen, interneuron di substansia grisea, saraf

motorik, serta aksonnya berikut otot yang dipersarafinya merupakan

busur refleks yang segmental. Sebagian besar refleks spinal adalah

refleks segmental.

Refleks-refleks yang melibatkan kegiatan pancaindra dan kebanyakan

reflex superfisial terjadi dengan perantara busur refleks segmental yang

dilengkapi juga dengan iintasan suprasegmental. Refleks-refleks yang

dibangkitkan dalam pemeriksaan klinis dapat bersifat refleks profunda

dan refleks superfisial. Refleks profunda berarti refleks'terjadi sebagai

respons atas perangsangan terhadap otot, sedangkan refleks superfisial

adalah refleks vang terjadi akibat perangsangan permukaan kulit atau

mukosa.

Tendon rerpengaruh langsung dengan palu refleks atau secara tidak

langsung melalui benturan pada ibu jari penguji yang ditempatkan

merekat pada tendon. uji refleks ini nremungkinkan orang yang

menguji dapat rnengkaji lengkung refleks yang tidak disadarri, yang

bergantung pada adanya reseptor bagian aferen. sinaps signal, serabut

eferen motorik, dan adanya beberapa pengaruh perubahan yang

bervariasi pada tingkat yang lebih tinggi.

a. Pemeriksaan Refleks Profunda

Gerakan reflekrorik yang timbul akibat perangsangan terhadap otot

dapat dilakukan dengan melakukan ketukan pada tendon,

ligamentum atau periosreum. Oleh karena itu, refleks profunda

disebut juga refleks tendon dan refleks periosteum. Hasil

pemeriksaan refleks tersebut merupakan informasi penting yang

sangar nrenentukan. Oleh karena itu, rangsangan dan penilaian

yang dilakukan harus repar. Penilaian ini selalu berarti penilaian

Page 15: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

secara banding antara sisi kiri dan sisi kanan. Respons terhadap

suatu rangsang bergantung pada intensitas pengerukan. Oleh

karena itu, refleks tendon atau periosteunl kecuali bagian tubuh

yang dapat dibandingkan harus merupakan hasil perangsangan

yang berintensitas sama. Selain itu, posisi anggota gerak yang

sepadan pada saat perangsangan dilakukan harus sama. Oleh

karena itu teknik untuk membangkitkan refleks tendon harus

sempurna. Pokok-pokok yang harus diperhatikan adalah sebagai

berikut.

b. Teknik Pengetukan.

Palu refleks tidak boleh dipegang secara keras. Gagang palu refleks

dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk sedemikian rupa

sehingga palu dapat diayun secara bebas. Pengetukan tidak boleh

dilakukan seperti gerakan memotong atau menebas kayu,

melainkan menjatuhkan secara terarah kepala palu refleks ke

tendon atau periosteum (Gambar 2.1,9). Dalam hal ini, gerakan

pengetukan berpangkal pada sendi pergelangan tangan. Tanganlah

yang mengangkat palu refleks, bukan lengan. Kemudian tangan

menjatuhkan kepala palu refleks dengan tepat ke tendon atau

periosteum. Refleks tendon harus benar-benar berarti bahwa yang

diketuk adalah tendon. Untuk menjamin hal itu. pengetukan

hendaknya dilakukan secara tidak langsung ,yang berarti bahwa

yang diketuk oleh palu refleks adalah jari pemeriksa .vang

ditempatkan di tendon yang bersangkutan.

Metode perkusi tidak langsung ini dilakukan jika tendon yang

bersangkutan tidak ditopang pada topangan yang cukup keras.

Dalam hal ini, respons terhadap pengetukan pada tendon yang tidak

ditopang pada topangan yang keras adalah lemah atau kurang

nyata, sehingga metode tersebut dipakai untuk merangsang refleks

tendon biseps brakialis dan femoris.

c. Pemeriksaan Refleks Patologis

Page 16: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

Refleks superfisial adalah gerakan reflektorik yang timbul sebagai

respons atas stimulasi terhadap kulit atau mukosa. Berbeda dengan

refleks profunda, reflex supervisulal tidak saja mempunyai busur

refleks yang segmental, melainkan mempunvai komponen supraspinal

juga. Oleh karena itu, refleks superficial dapat menurun atau hilang

jika terdapat lesi di busur refleks segmentalnya atau jika komponen

supraspinal mengalami kerusakan.

d. Pemeriksaan Refleks Patologis

Refeks patologis adalah refleks-refleks yang tidak dapat dibangkitkan

pada orang-orang yang sehat, kecuali pada bayi dan anak kecil.

Kebanyakan merupakan gerakan reflektorik defensif atau postural

yang jika pada orang dewasa yang sehat diatur dan ditekan oleh

aktivitas susunan piramidal.

Anak kecil berusia antara 4-5 tahun masih belum memiliki susunan

piramidal yang bermielinisasi sempurna, sehingga aktivitas susunan

piramidalnya masih belum sernpurna. Oleh karena itu, gerakan

reflektorik yang dinilai sebagai refleks patologis pada orang dewasa,

tidak selamanya patologis jika diiumpai pada anak-anak kecil. Akan

tetapi pada orang dewasa refleks patologis selalu merupakan tanda

terjadinya lesi UMN.

Refleks-refleks patologis sebagian bersifat refleks profunda dan

sebagian lainnva bersifat refleks superfisial. Reaksi yang diperlihatkan

oleh reflex parologis itu sebagian besar adalah sama, akan tetapi

mendapat julukan yang bermacam-macam, karena cara

membangkitkannya berbeda-beda.

e. Refleks Plantar. Penggoresan terhadap kulit telapak kaki akan

menimbulkan plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki pada

kebanyakan orang yang sehat. Respons yang abnormal terdiri atas

ekstensi serta pengembangan jari-jari kaki dan elevasi ibu jari kaki.

Respons ini disebut respons ekstensor plantar yang lebih dikenal

dengan refleks Babinski positif

Page 17: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

Respons patologis ini merupakan salah satu tanda yang menunjukkan

terjadinya lesi di susunan piramidal.

f. Gerakan Sekutu.

Gerakan sekutu (associated ntouements) adalah gerakan tidak

volunter dan reflekrorik yang selalu timbul pada setiap gerakan

volunter. Gerakan-gerakan tersebut mengatur sikap dan mengiringi

gerakan voluntet agar ketangkasan dan efektivitas gerakan volunter

lebih terjamin. Dalam keadaan patologis, gerakan sekutu bisa

hilang atau bangkit secara berlebihan. Gerakan sekutu lenyap pada

penyakit ekstrapiramidal. Oleh karena adanya proses patologis di

susunan piramidal, gerakan sekutu tidak akan ditemukan pada

orang-orang sehat. Oleh karena itu, gerakan sekutu disebut gerakan

sekutu abnormal atau patologis. Jika sebelurn mengalami

kerusakan, gerakan sekuru fisiologis tidak hilang, akan tetapi

sinkronisasinya dengan gerakan volunter hilang, sehingga gerakan

volunter memperlihatkan kejanggalan. Gerakan volunter yang

terganggu ini dikenal sebagai gerakan tidak koordinatif. Gerakan

sekutu patologis dapat timbul pada anggota gerak yang paretic

sewaktu gerakan volunter teftentu dilakukan. Dengan demikian,

gerakan sekutu patologis dapat dianggap sebagai gerakan

reflektorik pada anggota gerak paretic yang timbul akibat stimulasi

otot-otot tertentu yang normal secara volunter. Gerakan Tidak

Volunter (Involunter). Gerakan involunter merupakan gerakan

yang tidak sesuai dengan kemauan, ddak dikehendaki, dan tidak

bertujuan. adapun gerakan involunter yang sering dijumpai,

meliputi gerakan tremotis spasmus, serta diskinesia dan distonia.

Tremor. Tremor rnerupakan suatu gerarkan y'ang tidak dikehendaki

dan tidak bertujuan yang terdiri atas satu seri gerakan bolak balik

secara ritmik sebagai manifestasi kontraksi berselingan kelompok otot

yang fungsinya berlawanan. Istilah awam ,yang terkenal adalah

gemetar. Tremor dapat diklasifikasikan menurut frekuensi tremor

Page 18: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

(tremor cepat atau lambat), menurut amplitr.rdonya (tremor halus atau

kasar), merurut sikap bagian tubuh yang memperlihatkan tremor

(tremor posturai, statik, dan intensional), dan seterusnya. Akan tetapi

pembagian tremor dengan rujukan praktik klinik adalah sesuai dengan

klasifikasi tremor menurut penyebabnya, meliputi: tremor fisiologis,

tremor esensial heredofamilial tremor penyakit Parkinson, tremor

iatrogenic dan tremor metabolic.

Tic. 'Tic' adalah istilah Prancis yang telah sesuai dengan standar

internasional. 'Tic'merupakan suatu gerakan otot involunter yang

berupa kontraksi otot setempat, sejenak, namun berkali-kali, dan

kadang kala selalu serupa atau berbentuk majemuk. Menurut gerakan

otot involunter yang timbul. pengqolongan 'ric' diberi tambahan sesuai

lokasi kontraksi otot serempat. Dengan demikian dikenal 'tic' fasialts,

yang mengenai otot pror wajah, 'tic'orbikularis oris, dan'tic' orbikularis

okuli. Dalam hal ini. otot yang berkontraksi secara involunter adalah

otot orbikularis oris, orbikularis okuli, dan zigomatikus mayor, atau

otot fasial lainnya.

Spasme. Spasme adalah kejang otot setempat yang mengenai

sekelompok atau beberapa kelornpok otot, yang timbul secara

involunter. Adanya kejang otot disebabkan oleh gangguan otot atau

karena gangguan saraf

Gangguan pada sistem persarafan bisa terjadi di tingkat perifer atau di

pusat. Dalam klinik dikenal keiang otot yang dinamakan (1) kram

muskulorum, (2) spasme tetani, (3) spasme fasialis, (4) krisis

okulogirik, (5) singultus, dan (6) spasme profesi di antaranya yang

paling sering di jumpai adalah writer cramp. Kram muskulorum pada

otot betis pernah dialami oleh semua orang yang telah mengeluarkan

banyak tenaga, seperti berenang, lari-lari, main tennis, dan sebagainya.

Pemberian garam seperti kalsium glukonat, KCI, atau NaCl dapat

rnencegah timbulnya kembali kram muskulorum pada orot betis, otot

latisimus dorsi, atau otot-otot jari.

Page 19: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

Spasme tetani merupakan spasme akibat tetanus. Hipokalsemia dan

alkalosis sering kali menimbulkan spasme tetanik. Spasme tetanik

paling sering dijumpai pada jari-jari tangan. Fenomena tersebut dikenal

sebagai tanda trousseau. Juga pada keadaan hipoksemia otot wajah

mudah mengalami kejang jika saraf diketuk-ketuk pada bagian yang

berada didaerah glandula parotis. Fenomena tersebut dikenal sebagai

tanda chevostek

Krisis okulogirik terjadi apabila kedua bola mata melirik ke salah satu

sisi biasanya selama beberapa menit, tetapi adakalanya dapat

berlangsung sarnpai beberapa jam. Selama krisis, klien berada dalam

keadaan tegang karena mendapat seperti menghadapi maut atau

berhalusinasi menakutkan. Krisis okulogirik hanya timbul pada

penderita Parkinson akibat efensilitas. Tetapi sekarang, banyak orang

non parkinsonism mengalami kritis tersebut akibat efek obat

psikotropik

Spasme profesi, sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dalam

melakukan pekerjaan. Bila spasme tersebut tirnbui pada otot-otot jari

atau otot lengan, nutka bergantung pada pekerjaan, spasmus tersebut

dapat dicabut spasmus iuru ketik, spasmus penulis, atau spasmus

tukang separu,dan lain sebagainya. Diskinesia dan distonia. Diskinesia

dan distonia merupakan suatu gerakan involunter yang menunjukan

gerakan yang berbelit-belit dengan tonus otot meningkat dan menurun

secara tidak teratur

6. Pengkajian Sistem Sensorik

Sistem sensorik lebih kompleks dari sistem motorik karena model dari

system sensorik mempunyai perbedaan traktus,lokasi pada medula

spinalis. Pengkajian sensorik merupakan pengkajian subjektif, luas,

serta membutuhkan kerja sama klien. Penguji dianjurkan mengenali

penyebaran saraf perifer yang berasal dari medula spinalis. Di dalam

praktik klinis, ada lima jenis sensibilitas (sensori) yang perlu diketahui

perawat dan menjiadi objek pemeriksaan. Adapun kelima jenis sensasi

Page 20: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

itu adalah:

1) Sensasi kbusus atar sensasi pancaindra, seperti sensasi penciuman atau

sensasi olfaktorik, sensasi visual, perasaan auditorik, pengecapan

gustatorik, dan sebagainya.

2) Sensasi eksteroseptif atau sensasi protopatik.

a. Sensasi raba

Hilangnya sensasi raba disebut anestesia. Menurunnya sensasi raba

dikenal sebagai hipestesia. Sensasi raba secara berlebihan disebut

hiperestesia.

b. Sensasi nyeri

Hilangnya sensasi nyeri disebut aralgesla. Berkurangnya sensasi

nyeri disebut hipalgesia. Sensasi nyeri secara berlebihan disebur

hiperalgesia.

c. Sensasi suhu

Hilangnya sensasi suhu disebut termoanetesia, berkurangnya

sensasi suhu disebut termohipestesia, terasanya sensasi suhu secara

berlebihan disebut termohiperestesia

d. Sensasi abnormal di permukaan rubuh

Kesemutan disebut juga parestesia. Nyeri-panas-dingin yang terus

menerus disebut sebagai disestesia-hiperpasia.

3) Sensasi propriosefsi,yaitu sensasi gerak, getar, sikap, dan tekan.

Perasaan eksteroseptif dan proprioseptif sering diklasifikasikan juga

sebagai somastesia, yaitu sensasi yang bangkit akibat rangsangan

sensasi di jaringan yang berasal dari somatopleura. Sensasi gerak

dikenal juga sebagai kinestesia, sensasi sikap dikenal juga sebagai state

tesia sensasi getar dikenal juga sebagai palestesra, sensasi tekan

dikenal juga sebagai barestesia.

4) Sensasi interoseptif atau uiseroestesia, yaitu sensasi yang bangkit

akibat rangsang sensasi di iaringan yang berasal dari viseropleura

(usus, paru, limpa, dan sebagainya).

5) Sensasi diskriminatif atau sensasi multintodalitas, yaitu sensasi yang

Page 21: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

sekaligus memberikan pengenalan secara banding.

Penurunan sensorik yangada merupakan akibat dari neuropati perifer dan

sesuai dengan keadaan anatomi yang rerganggu. Kerusakan otak akibar

lesi yang luas mencakup hilangnya sensasi, yang mempengaruhi seluruh

sisi tubuh lain neuropati berhubungan dengan penggunaan alkohol dengan

penyebaran seperti sarung tangan dan kaos kaki. Pengkajian sistem sensori

mencakup tes sensasi raba, nyeri superfisial, ian posisi rasa (propriosepsi).

Keseluruhan pengkaiian sensori dilakukan dengan mata klien terturup.

jikaa sama klien didukung dengan petuniuk sederhana dan dengan

menenangkan klien bahwa penguji tidak menyakiti dan mengejutkan klien.

Sensasi taktil dikaji dengan menventuh lembut gumpalan kapas pada

masing-masing sisi tubuh. Sensitivitas ekstremitas bagian proksimal

dibandingkan dengan bagian distal. Sensasi nyeri dan suhu ditransmisikan

bersama di bagian lateral medulla spinalis. Sehingga, tidak perlu menguji

sensasi suhu dalam keadaan ini. Nyeri superfisial dapat dikaji dengan

menentukan sensitivitas klien terhadap objek yang tajam. Klien

diinstruksikan memejamkan mata dan membedakan antara ujung yang

tajam dan tumpul dengan menggunakan lidi kapas yang dipatahkan arau

spatel lidah. Demi keamanan, hindari penggunaan peniti karena dapat

mcnrsak integritas kulit. Kedua sisi objek tajanm dan tumpul digunakan

dengan inrensitas yang salah pada semua pelaksanaan dan kedua sisi diuji

dengan simetris

C. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada sistem persarafan dilakukan untuk

melengkapi pengkajian setelah melakukan pengkajian umum dan

perneriksaan fisik system persarafan. Perkembangan teknologi ,yang

begitu cepat dengan semakin modernnya jenis-jenis alat pemeriksaan

dalam penegakan diagnosis perlu disikapi oleh perarwat dengan turut

mengenal jenis pemeriksaan terbaru dan menilai seberapa jauh implikasi

keperawatan yang akan diberikan pada klien' Beberapa jenis pemeriksaan

diagnostik untuk menilai gangguan pada system persarafan memerlukan

Page 22: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

persiapan dan memberikan implikasi keperawatan yang perlu dipersiapkan

oleh perawat. Perarvat harus mempertimbangkan kondisi klien dengan

perlunya jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Pemeriksaan diagnostik

yang sering dilakukan untuk penegakan diagnostik sistem persarafan

tersebut, meliputi foto rontgen, CT Scan, PET, MRI, angiografi serebral,

EEG, mielografi, elekrroensefalografi, lumbal pungsi dan pemeriksaan

cairan serebrospinal, serta pemeriksaan laboratorium klinik,

1. Foto Rontgien

Foto rontgen polos tengkorak dan medula spinalis sering kali

digunakan untuk mengidentifikasi adanya fraktur, dislokasi, dan

abnormalitas tulang lainnya, terurama dalam penatalaksanaan trauma

akut. Selain itu, foto rontgen polos mungkin menjadi diagnostik bila

kelenjar pineal yang mengalami penyimpangan letak terlihat pada hasil

foro rontgen, yang merupakan petunjuk dini tentang adanya SOL

(space occupring lesion) Adanya udara dalam tulang tengkorak juga

merupakan suatu indikasi adanya fraktur kepala terbuka, seperti fraktur

tengkorak frontal atau basilar, yang mungkin tidak tampak secara jelas

dari luar. Foto rontgen polos kepala juga dapat memperlihatkan adanya

infeksi atau neoplasma yang ditandai oleh perubahan kepadatan tulang

atau kalsifikasi inrrakranial lainnya. Prosedur pembuatan foto polos

kepala dan medula spinalis mengharuskan klien dalam yang cermat

dan secara relatif tidak menimbulkan nyeri. Peran perawat mencakup

pemantauan klien dan peralatan yang digunakan selama prosedur dan

selalu waspada terhadap komplikasiyang berhubungan dengan posisi

klien dan lamanya prosedur.

Pemeriksaan foto rontgen di tempat lainnya iuga diperlukan jika

terdapat kelainan pada pemeriksaan fisik, seperti adanya masalah pada

system pernapasan, yang memerlukan Pemeriksaan rontgen torak atau

jika ada trauma pada ekstremitas, pemeriksaan foto rontgen di lokasi

tempat trauma harus dilakukan.

Page 23: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

2. Computed Temography

Computed tomography (CT) merupakan suatu teknik diagnostik

dengan digunakan sinar sempit dari sinar-x untuk memindai kepala

dalam lapisan berurutan. Bayangan yang dihasilkan memberi

gambaran potongan melintang dari otak, dengan membandingkan

perbedaan jaringan padat pada tulang kepala, korteks, struktur

subkortikal, dan ventrikel. Gambaran yang jelas masing-masing bagian

atau "irisan" otak, pada bayangan akhir merupakan proporsi dari

derajar sinar-x diabsorpsi. Bayangan ditunjukkan pada osiloskop atau

monitor TV dan difoto.

Lesi pada otak terlihat sebagai variasi kepadatan jaringan yang berbeda

dari jaringan otak normal sekitarnya. Jaringan abnormal sebagai

indikasi kemungkinan adanya masa tumor, infark otak perpindahan

ventrikel, dan atrofi kortikal. CT scan keseluruhan tubuh memberikan

gambaran bagian dari medulla spinalis. Pennyuntikan zat kontras iodin

ke dalam ruang subaraknoid melalui fungsi dapat memperbaiki

visualisasi isispinaldan intrakranial sebagai prosedur diagnostik untuk

mendiagnosis hernia diskus lumbal.

CT scan selalu dilakukan pertama tanpa zat kontras dan jika dengan zat

kontras. maka zar kontras dimasukkan melalui intravena. Klien

berbaring ditas meja yang dapat disesuaikan dengan kepala pada posisi

terfiksasi, sementara pemindaian berputar di sekitar kepala klien, (klien

diam sebagai pusat dan mesin, yang berputar sekitar pusat, yang

menghasilkan gambaran potongan melintang) Klien harus dibaringkan

dengan kepala pada posisi yang sangat mantap dan dengan hati-hati

unruk tidak bicara dan menggerakkan wajah, karena gerakan kepala

menyebabkan penyimpangan pada bayangan.

CT scan dilakukan noninvasif, tidak nyeri, dan memiliki derajat

sensitivitas untuk mendeteksi lesi atau luka. Kemudian jenis

pemindaian yang baru berkembang dan semakin banyaknya orang-

Page 24: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

orang yang berpengalaman menginterpretasi hasil pemindaian CT

sehingga iumlah penyakit dan cedera yang lain dapat didiagnosis serta

kebutuhan prosedur diagnostik invasif berkurang.

3. PET

Possitron emissiontomograplry PET) adalah teknik pencitraan nuklir

berdasarkan komputer yangdapat menghasilkan bayangan fungsi organ

secara aktual. Klien menghirup gas radioaktif atau diinjeksi dengan zat

radioaktif yang memberikan partikel bermuatan positif. Bila positron

ini berkombinasi dengan elektronelektron bermuatan negatif

(normalnya didapat dalam sel-sel tubuh), resultan sinar gama dapat

dideteksi oleh alat pemindai. Dalam alat-alat pemindai, detektor

tersusun dalam sebuah cincin dan seri-seri yang dihasilkan berupa

gambar dua dimensi pada berbagai tingkatan otak. Informasi ini

terintegrasi oleh komputer dan memberikan sebuah komposisi

bayangan kerja otak.

4. MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) menggunakan medan magnetik

untuk mendapatkan gambaran daerah yang berbeda pada tubuh. Foto

magnetic (nukleus hidrogen) di dalam tubuh seperti magnet-magnet

kecil di dalam medan magnet. Setelah pemberian getaran

radiofrekuensi, foto memancarkan Sinyal-sinyal, yang diubah menjadi

bayangan. MRI mempunyai potensial untuk mengidentifikasi keadaan

abnormalserebral dengan mudah dan lebih jelas dari tes diagnostik

lainnva. MRI dapat memberikan informasi tentang perubahan kimia

dalam sel, juga memberikan informasi kepada dokter dalam memantau

respons tumor terhadap pengobatan. Pemindaian MRI tidak

menyebabkan radiasi ion.

Pemindaian MRI memberikan gambaran grafik dari struktur tulang,

cairan, dan jaringan lunak. MRI ini memberikan gambaran yang lebih

jelas tentang detail anatomi dan dapat membantu seseorang

mendiagnosis tumor yang kecil atau sindrom infrak dini.

Page 25: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

Implikasi Keperawatan

1) Pemeriksaan ini merupakan kontraindikasi pada klien yang

sebelumnya menjalani tindakan pembedahan yaitu tertanam klip

hemostatik atau aneurisme. Medan magnet yang sangat kuat

menyebabkan klip seperti ini berubah posisinya, sehingga

membuat klien berisiko mengalami hemoragik atau perdarahan.

2) Beritahukan kepada klien bahwa prosedur tersebut sangat bising.

3) Lakukan tindakan kewaspadaan bila klien nrengalami klaustrofobi.

4) Kontraindikasi lainnya pada klien dengan pemakaian benda logam

dalam tubuh seperti alat pacu jantung, katup jantung buatan,

fragmen bullet, pinortopedik, alat intrauterin.

5) Klien (dan setiap pemberi asuhan keperawatan di ruang tersebut)

harus menyingkirkan semua benda-benda dengan karakteristik

magnetic 1 misalnya gunting, stestoskop).

6) Sebelum klien dimasukkan ke dalam ruang MRI, semua benda-

benda Logam (anting, cincin kawin, jam tangan, jepitan rambut,

dan lain-lain) dilepaskan, demikian pula kartu kredit (medan

magnet dapat menghapus data dalam kartu kredit).

7) Benda-benda ini harus dibuka. Benda tersebut bila dibiarkan

terpasang dapat menyebabkan gangguan fungsi, dapat keluar atau

menjadi panas karena mengabsorpsi energi.

5. Angiografi Serebral

Angiografi serebral adalah proses pemeriksaan dengan menggunakan

sinar-x terdap sirkulasi serebral setelah zat kontras disuntikkan ke

dalam arteri yang angiografi serebral adalah alat yang digunakan untuk

menyelidiki penyakit menular, aneurisma, dan malformasi arteriovena.

Hal ini sering dilakukan sebelum klien menjalani kraniotomi sehingga

arteri dan vena serebral terlihat untuk dan menentukan letak, ukuran,

dan proses patologis. Digunakan untuk rnengkaji keadaan yang baik

dan adekuarnya sirkulasiserebral' Angiografi merupakan pilihan

Page 26: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

terakhir iika dengan pemeriksaan CT scan dan MRI, didiagnosis masih

belum bisa ditegakkan

Kebanyakan angiografi serebral dilakukan dengan memasukan kateter:

melalui arteri femoralis di antara sela paha dan masuk menuju

pembuluh darah bagian atas. Prosedur ini juga dikerjakan dengan

tusukan langsung pada arteri karotis atau arteri vertebral atau dengan

suntikan mundur ke dalam arteri brakialis dengan zat kontras. Metode

pemeriksaan dengan memasukkan zat warna kontras ke struktur

sirkulasi serebral. Jaras pembuluh diperiksa untuk mengetahui

kepatenan, penyempitan, oklusi, dan abnormalitas struktur

(aneurisma), pergeseran pembuluh (tumor dan edema), dan perubahan

aliran darah (tumor, malformasi AV).

6. Mielogram

Mielogram adalah sinar-x yang digunakan untuk melihat ruang

subarknoid spinal dengan menyuntikkan zat kontras atau udara ke

ruang subaraknoid spinal ' melalui fungsi spinal. Mielogram

menggambarkan ruang subaraknoid spinal dan menunjukkan

adanyapenyimpangan medula spinalis dan sakus dural spinal yang

disebabkan oleh tumor, kista, hernia diskus vertebral, atau lesi lain.

Implikasi keperawatan

Banyak klien mempunyai kesalahpahaman tentang prosedur ini,

perawat harus dapat menjarvab pertanyaan dan mengklarifikasi

penjelasan yang diberikan dokter. Klien harus diberi tahu bahwa meja

sinar-x dapat dimiringkan dalam beberapa variasi posisi selama

tindakan. Makanan yang dapat dimakan sebelum prosedur berupa

makanan normal. Sedatif dapat dipertimbangkan untuk membantu

klien menjalani pengujian yang cukup lama.

7. Elektroensefalografi

Elektroensefalografi (EEG) merekam aktivitas umum elektrik di otak,

dengan meletakkan elektroda pada area kulit kepala atau dengan

menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan ini

Page 27: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

memberikan pengkajian fisiologis aktivitas serebral. EEG adalah uji

yang bermanfaat untuk mendiagnosis gangguan kejang seperti epilepsi

dan merupakan prosedur pemindaian untuk klien koma arau

mengalami sindrom otak organik. EEG juga bertindak sebagai

indikator kematian otak. Tumor, abses, jaringan parut otak, bekuan

darah, dan infeksi dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari

pola normal irama dan kecepatan.

8. Lumbal Fungsi Dan Pemeriksaan Cairan Serebrospinal

Lumbal pungsi dilakukan dengan memasukkan jarum ke dalam ruang

subaraknoid untuk mengeluarkan CSS yang berfungsi untuk diagnostik

atau pengobatan.

Tujuan memperoleh CSS adalah menguji, mengukur, dan menurunkan

tekanan CSS: menentukan ada atau tidak adanya darah di dalam CSS

mendeteksi sumbatan subarakanoid spinal dan pemberian antibiotik

intratekal yaitu ke dalam kanal spinal pada kasus infeksi. Jarum

biasanya dimasukkan ke dalam ruang subaraknoid di antara tulang

belakang area lumbal ketiga dan keempat atau antara lumbal keempat

dan kelima Oleh karena medula spinalis terbagi dalam sebuah berkas

saraf pada tulang belakang bagian lumbal yang pertama, iarum

ditusukkan di bawah tingkat ketiga tulang belakang daerah lumbal,

untuk mencegah medula spinalis tertusuk

Lumbal pungsi yang berhasil. memerlukan klien dalam keadaan rileks.

kecemasan yang memrbuat klien tegang dan peningkatan kecemasan

dapat menyebabkan peningkatan tekanan pada saat hasil identifikasi.

Jarak normal tekanan cairan spinal dengan posisi rekumben adalah 70

sampai 200 mmHr tekanan sampai 200 mmH. dikatakan abnormal.

Lumbal pungsi sangar berbahaya jika dilakukan pada lesi intrakranial,

karena tekanan intracranial ditentukan melalui pengeluaran CSS,

herniasi otak akan sampai tentorium dan foramen magnum normalnya,

tekanan CSS meningkat dengan cepat akibat penenkanan pada vena

jugularis dan menurun cepat sampai normal jika penekanan dikurangi.

Page 28: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

Penurunan tekanan merupakan indikasi adanya hambatan sebagian

perubahan penekanan sebuah lesi pada jalur subarakhnoid spinal. Jika

tidak ada perubahan tekanan, hal ini merupakan indikasi adanya

hambatan total. Tes ini digunakan jika dicurigai ada lesi intrakranial.

Implikasi Keperawatan

Tes Ini merupakan kontraindikasi pada klien dengan dugaan

peningkatan tekanan intrakranial karena reduksi mendadak tekanan

dari bawah dapat menyebabkan struktur otak, menyebabkan kematian.

Dalam mempersiapkan pemeriksaan ini, baringkan klien dengan posisi

miring, dan lutut serta kepala fleksi. Jelaskan kepada klien bahwa

sebagian tekanan mungkin teraba bersamaan dengan jarum yg

dimasukan dan jangan bergerak atau batuk mendadak. Setelah

prosedur ini, pertahankan klien tetap berbaring datar selama 8 sampai

10 jam untuk mencegah sakit kepala dan dianjurkan untuk

memperbanyak asupan cairan

9. Pemeriksaan Laboratorium Klinik

Pemeriksaan laboratorium klinik merupakan hal yang rutin untuk

dilaksanakan sebagai media utuk menonton reaksi pengobatan dan

dampak klinis yang memerlukan penanganan lanjut. Tujuan

pemeriksaan laboratorium klinik .sebagai berikut.

1) Membantu menegakkan diagnosis berbagai macam penyakit

serebral.

2) Melakukan kontrol untuk klien yang mempunyai risiko tinggi

mengalami penyakit serebral (misalnya pemeriksaan kolesterol

darah).

3) Mengukur abnormalitas kimia darah yang dapat memengaruhi

prognosis klien gangguan serebral.

4) Mengkaii derajat proses inflamasi.

5) Mengkaji kadar serum obat.

6) Mengkaii efek pengobatan (misalnya efek diuretik osmotik seperti

manitol).

Page 29: PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN · 2018-04-18 · PENGKAJIAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN A. Anamnesis Wawancara atau anamnesis dalam pengkajian keperawtan

7) Menetapkan data dasar klien sebelum intervensi terapeutik.

8) Skrining terhadap setiap abnormalitas. Oleh karena terdapat

berbagai metode pengukuran yang berbeda, maka nilai normal dapat

berbeda antara satu tes laboratorium dengan tes lainnya.

9) Menentukan hal-hal yang dapat memengaruhi upaya intervensi

(misalnya diabetes melitus, gangguan keseimbangan elektrolit).