Penggunaan Topikal Clotrimazole Untuk Pengobatan Tinea Corporis (Kelompok 5)

  • Upload
    tika92

  • View
    260

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Farmasi

Citation preview

1

PENGGUNAAN TOPIKAL CLOTRIMAZOLE UNTUK PENGOBATAN TINEA CORPORIS

Oleh :

Wina Purnamasari06700135Gusti Ayu Wulandewi10700001Christophorus NH10700081Muhammad Zulbani10700087Willien Mustika Wira10700117L.Arika Sri Sunjari10700227

Pembimbing :Lusiani Tjandra, S.Si, Apt, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS WIJAYA KUSUMASURABAYAMARET 2014Lembar Pengesahan

PENGGUNAAN TOPIKAL CLOTRIMAZOLE UNTUK PENGOBATAN TINEA CORPORIS

Makalah Ini Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kepaniteraan Klinik Farmasi

Oleh :

Wina Purnamasari06700135Gusti Ayu Wulandewi10700001Christophorus NH10700081Muhammad Zulbani10700087Willien Mustika Wira10700117L.Arika Sri Sunjari10700227

Telah diseminarkan tanggal 24 Maret 2014

Pembimbing :

Lusiani Tjandra, S.Si, Apt, M.Kes

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan term paper yang berjudul Penggunaan Clotrimazole untuk Pengobatan Tinea Corporis dengan baik.Dalam penulisan tugas ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan keikhlasan, penulis mengucapkan terima kasih kepada Lusiani Tjandra, S.Si, Apt, M.Kes selaku dosen pembimbing. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman sekerja yang turut berperan dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan paper ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Untuk itu, semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan dan masukan yang sangat berharga bagi kualitas paper ini.Akhirnya penulis mengucapkan terima kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan paper ini dan memohon maaf bila terdapat kesalahan selama penyusunan paper.

Surabaya, Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDULiLEMBAR PENGESAHANiiKATA PENGANTARiiiDAFTAR ISIivBAB IPENDAHULUAN1A. Latar Belakang1B. Rumusan Masalah2C. Tujuan Penulisan2BAB II TINJAUAN PUSTAKA3A. Clotrimazole3B. Tinea Corporis6BAB IIIHASIL PENELITIAN9A. Evaluasi Perbandingan Efikasi dan Keamanan dari Fluconazole dan Clotrimazole Topikal dalam Pengobatan Tinea Corporis9B. Evaluasi Perbandingan Efikasi dan Keamanan dari Amorolfine dan Clotrimazole Topikal dalam Pengobatan Tinea Corporis10C. Perbandingan Efikasi Topikal Butenafine 1% dan Clotrimazole 1% pada Tinea Cruris dan Tinea Corporis11BAB IVPEMBAHASAN12BAB VPENUTUP15A. Ringkasan15B. Saran15SUMMARY16DAFTAR PUSTAKA17

ii

BAB IPENDAHUHULUAN

A. LATAR BELAKANGDari segala macam penyakit jamur kulit yang merupakan tipe infeksi superficial dan kutan maka ptiriasis versikolor, dermatofitosis dan kandidiosis kulit yang tersering ditemui (Wirya, 2010). Dermatofitosis adalah golongan penyakit jamur superficial yang disebabkan oleh jamur dermotofita yakni Trichophyton spp, Microsporum spp, dan epidermophyton spp. Dermatofitosis mempunyai arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit. Penyakit ini menyerang jaringan yang mengandung zat tanduk yakni epidermis (tinea corporis, tinea cruris, tinea manus et pedis), rambut (tinea kapitis), kuku (tinea unguinum). Dermatofitosis terjadi karena terjadi inokulasi jamur pada tempat yang diserang, biasanya di tempat yang lembab dengan maserasi atau ada trauma sebelumnya (Djuanda, 2013).Dermatofitosis salah satu pembagiannya berdasarkan lokasi bagian tubuh manusia yang diserang salah satunya adalah Tinea Corporis. Tinea corporis disebut juga tinea sirsinata, tinea globrosa, atau kurap adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin) di daerah muka, lengan, badan dan glutea yang disebabkan jamur spesies Trichophyton, Microsporus, Epidermophyton (Harahap, 2000). Penyebab tersering penyakit ini adalah Trichophyton rubrum dengan prevalensi 47% dari semua kasus tinea corporis (Hartadi, 1991).Tinea corporis terdapat diseluruh dunia dan merupakan infeksi umum yang sering terjadi pada daerah panas dan lembab (Sularsito, 2006). Oleh karena itu, daerah tropis dan sub tropis memiliki insiden yang tinggi terhadap tinea korporis (Budimulja, 2008). Tinea corporis menyerang pria maupun wanita dan terjadi pada semua umur terutama dewasa. Penyakit ini masih banyak terdapat di Indonesia dan masih merupakan salah satu penyakit rakyat. Di Jakarta, golongan penyakit ini menempati urutan kedua setelah dermatitis. Di daerah lain, seperti Padang, Bandung, Semarang, Surabaya dan Manado, keadaannya kurang lebih sama, yakni menempati urutan kedua sampai keempat terbanyak dibandingkan golongan penyakit lainnya (Haraha, 2000). Pengobatan tinea corporis dapat diberikan melalui topikal dan sistemik. Clotrimazole merupakan salah satu obat antijamur yang digunakan secara topical untuk pengobatan tinea pedis, cruris dan corporis (Gunawan, 2011). Clotrimazole merupakan salah satu dari golongan azol yang bersifat fungistatik dan bekerja dengan cara menghambat sintesis ergosterol jamur yang mengakibatkan timbulnya defek pada membran sel (Brennan, 1997).Clotrimazole berbentuk bubuk tidak berwarana yang praktis tidak larut dalam air, larut dalam alcohol dan kloroform, sedikit larut dalam eter. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan larutan dengan kadar 1% untuk dioleskan dua kali sehari (Gunawan, 2011).

B. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana tentang farmakologi obat clotrimazol?2. Bagaimana gambaran tentang penyakit tinea corporis?3. Bagaiamana efek obat clotrimazol terhadap penyakit tinea corporis?

C. TUJUAN PENULISAN1. Mengetahui tentang farmakologi obat clotrimazol2. Mengetahui gambaran tentang penyakit tinea corporis3. Mengetahui efek obat clotrimazol terhadap penyakit tinea corporis

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. CLOTRIMAZOLE1. FARMASI-FARMAKOLOGIa. Sifat Fisiko-Kimia dan Rumus Kimia Obat1) Nama Kimia: 1-[(2-Chlorophenyl)diphenylmethyl]-1H-imidazole2) Rumus Kimia: C22H17ClN23) Pemerian: Serbuk kristal berwarna putih atau kuning pucat4) Kelarutan: Tidak larut dalam air; mudah larut dalam alkohol, aceton, kloroform dan metanol5) Titik Lebur: 147 149 0C6) Susut Pengeringan: Zat dipanaskan dalam suhu 105 0C selama 2 jam, maka tidak boleh hilang > 0,5% dari beratnya.7) Penyimpanan: Pada suhu 15 -30 0C, terlindung dari cahaya dan kelembaban

Gambar 1. Rumus Bangun Clotrimazoleb. Farmasi UmumClotrimazole memliki berbagai bentuk sediaan contohnya krim, lotion, bedak, dan solusio untuk kulit. Clotrimazole juga tersedia dalam bentuk tablet hisap yang dapat larut dalam mulut, dan tablet serta krim khusus untuk dimasukkan ke dalam vagina (dikutip dari www.nhs.uk tanggal 19 Maret 2014). Krim yang tersedia dengan merek dagang Canesten dan mengandung Clotrimazole 1% dalam tube 3 gram, 5 gram, dan 10 gram. Merek yang sama juga mengeluarkan bentuk sediaan bedak (20 gram), krim vaginal 1%, dan tablet vaginal 100 mg dan 500 mg. Fungiderm merupakan merek lain dari obat jadi Clotrimazole 1%. Fungiderm tersedia dalam bentuk krim dengan kemasan tube 5 gram dan 10 gram serta bentuk sediaan bedak (20 gram).Clotrimazole digunakan lima kali sehari selama 14 hari untuk kandidiasis mulut, dua kali sehari (pagi dan sore) selama 2 sampai 8 minggu untuk infeksi kulit, dan sekali sehari pada waktu tidur selama 3 atau 7 hari untuk infeksi vagina (dikutip dari www.webmd.com tanggal 13 maret 2014). c. Farmakologi UmumClotrimazole adalah obat antifungi golongan imidazol yang digunakan secara topikal untuk kandidiasis, pityriasis versicolor dan dermatofitosis. Obat ini bersifat fungistatik (Sweetman SC, 2009). Infeksi jamur yang paling sering menyebabkan infeksi kulit adalah kelompok Tinea. Tinea atau dermatofitosis disebabkan oleh golongan jamur yang terbagi menjadi tiga genus, yaitu Microsporum, Tricophyton, dan Epidermophyton. Sebagai contoh, tinea corporis adalah infeksi jamur pada tubuh yang tidak berambut (Djuanda, 2013). Obat ini dapat digunakan juga untuk pengobatan topikal dari candidiasis yang disebabkan oleh Candida albicans, pityriasis versicolor yang disebabkan oleh Malassezia furfur dan juga untuk ruam popok. Clotrimazole dapat berperan sebagai profilaksis terhadap kandidosis pada mulut, rongga oropharyngeal dan saluran pencernaan (dikutip dari www.drugs.com tanggal 13 maret 2014).Clotrimazole tidak boleh digunakan pada ibu yang sedang menyusui, karena dapat masuk ke dalam ASI dan dapat mencapai bayi melalui proses menyusui (dikutip dari www.nhs.uk tanggal 19 Maret 2014).2. FARMAKODINAMIKMekanisme kerja Clotrimazole adalah dengan menghambat biosintesis. Ergosterol adalah sebuah sterol selular utama jamur, penting menjaga integritas dan fungsi membran jamur (Ritriasa, K dkk dalam Buku Info Obat Indonesia Edisi 3). Penghambatan ini dicapai melalui pengikatan obat dan pengaruhnya terhadap fungsi kelompok heme pada enzim sitokrom P450 oksidase terutama 14-lanosterol demetilase (Brooks et al, 1995). Penghambatan biosintesis ergosterol menyebabkan rusaknya membran sel jamur, merubah permeabilitasnya sehingga terjadi kehilangan elemen intraseluler penting. Selain itu terjadi penghambatan aktivitas enzim oksidatif dan peroksidatif yang menyebabkan tingginya kadar hidrogen peroksida intraselular yang berkontribusi pada kematian sel (Ritriasa, K dkk dalam Buku Info Obat Indonesia Edisi 3).3. FARMAKOKINETIKClotrimazole berpenetrasi ke epidermis ketika digunakan secara topikal, tapi hanya sedikit yang diabsorpsi ke sistemik. Absorbsi sebesar 3-10% dari dosis terjadi pada penggunaan pada vagina. Clotrimazole dimetabolisme di hati menjadi komponen inaktif dan diekskresikan melalui feces dan urin (Sweetman SC, 2009).4. TOKSISITASReaksi lokal berupa iritasi dan sensasi terbakar dapat timbul pada penggunaan topikal. Diketahui juga bahwa penggunaan topikal clotrimazole dapat menimbulkan dermatitis kontak alergika (Sweetman SC, 2009).Efek samping yang dapat timbul berupa eritema, rasa menyengat, bisul kecil, edema, pruritus, urtikaria, iritasi umum pada kulit, rasa perih, melepuh, mengelupas (Ritriasa, K dkk dalam Buku Info Obat Indonesia Edisi 3).

B. TINEA CORPORIS1. BATASANTinea corporis merupakan infeksi jamur dermatofita pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin) di daerah muka, lengan, badan, dan glutea (Harahap, 2000).2. EPIDEMIOLOGITinea corporis adalah infeksi umum yang sering terlihat pada daerah dengan iklim yang panas dan lembab. Seperti infeksi jamur yang lain, kondisi yang hangat dan lembab membantu penyebaran infeksi ini. Oleh karena itu, daerah tropis dan subtropics memilki insiden yang tinggi terhadap tinea corporis. Kebersihan badan dan lingkungan yang kurang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan penyakit ini.Cara penularannya dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang menimbulkan jamur misalnya handuk, kontak dengan benda yang sudah terkontaminasi, kateter, pakaian yang lembab, dan air.3. ETIOLOGIDermatofita adalah golongan jamur menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporon, Epidermofiton, dan Trikofiton. Penyebab tersering tinea corporis adalah T rubrum dan T. mentagrophytes.4. GEJALA KLINISMula-mula timbul lesi kulit berupa bercak eritematosa yang gatal, terutama bila berkeringat. Olah karena gatal dan digaruk, lesi akan makin meluas, terutama pada daerah kulit yang lembab (Djuanda, 2013).Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu (Djuanda, 2013).(a)(b)Gambar 2. Tinea Corporis : (a)punggung, (b)perut

5. PATOFISIOLOGIInfeksi dermatofita melibatkan dua langkah utama : a. Perlengkatan. Jamur superficial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan keratin diantaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi dengan flora normal sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit. Asam lemak yang diproduksi oleh glandula sebasea juga bersifat fungistatikb. Penetrasi. Setelah terjadi perlengkatan, spora harus berkembang dan menembus stratum corneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses desquamasi. Penetrasi juga dibantu oleh sekresi proteinase, lipase dan enzim mucinolitik yang juga menyediakan nutrisi untuk jamur. 6. DIAGNOSISDiagnosis tinea korporis dan kruris ditegakkan berdasarkan klinik dan lokalisasinya, serta pemeriksaan kerokan kulit dari tepi lesi dengan mikroskop langsung dengan larutan KOH 10-20% untuk melihat hifa atau spora jamur. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata, dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya tinta parker superchroom blue black.7. TERAPITerapi anti jamur topikal efektif untuk infeksi pada kulit tubuh yang tidak berambut dan membran mukosa untuk penyakit yang belum luas dan tidak ada komplikasi. Biasanya dipakai salep atau krim antimikotik, seperti salep whitfield, campuran asam salisilat 5% dengan asam benzoat 10% dan resorsinol 5% dalam spirtus, Castellanis paint, imidazol, ketokonazol, dan piroksolamin siklik, yang digunakan selama 2-3 minggu.Terapi sistemik diindikasikan untuk kasus tinea korporis dan kruris yang berat yang melibatkan penderita immunocompromised, dengan lesi inflamasi atau pada kasus yang tidak responsif dengan terapi topikal.Selain dengan terapi dan sistemik, perlu diberikan edukasi pada pasien untuk menjaga kebersihan kulit dan lingkungan, memakai pakaian dari katun dan tidak ketat, menggunakan sabun ringan dan menjaga agar kulit yang sakit tetap kering.

BAB IIIHASIL PENELITIAN

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui dan menyelidiki efek terapi topikal clotrimazole terhadap infeksi jamur. Salah satu infeksi jamur yang diteliti adalah tinea corporis.

A. Evaluasi Perbandingan Efikasi dan Keamanan dari Fluconazole dan Clotrimazole Topikal dalam Pengobatan Tinea Corporis (Manasi Banerjee1, Asim Kumar Ghosh, Sukumar Basak et al., 2012)Penelitian ini dilakukan oleh Manasi Banerjee dan timnya di India. Tujuan dari penelitian mereka adalah untuk menilai efikasi klinis dan keamanan flukonazol gel 0,5% pada pasien dengan tinea corporis dibandingkan dengan clotrimazole krim 1%.Subyek penelitian ini adalah pasien dengan gejala tinea corporis yang dikonfirmasi dengan adanya hifa jamur. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok secara acak, yaitu satu kelompok menerima flukonazol dan kelompok yang lain menerima clotrimazole. Pengobatan dilakukan selama 4 minggu dan penelitian dilakukan selama 8 minggu. Evaluasi klinis dilakukan pada hari 1, hari ke-14, hari ke-28 dan tindak lanjut pada hari 56. Efek samping yang timbul juga dicatat. Peningkatan yang signifikan dalam parameter efikasi dapat dilihat dalam kedua kelompok obat yang menyatakan bahwa kedua obat efektif melawan infeksi tinea corporis. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok dalam hal angka kesembuhan mikologi dan perbaikan klinis. Profil keamanan dan tolerabilitas dari kedua obat baik dan dapat dibandingkan secara statistik.Kesimpulannya adalah efektivitas clotrimazole 1% dan fluconazole gel 0.5% sebanding dan dinyatakan aman dan efektif untuk digunakan pada tinea corporis.

B. Evaluasi Perbandingan Efikasi dan Keamanan dari Amorolfine dan Clotrimazole Topikal dalam Pengobatan Tinea Corporis (Manasi Banerjee1, Asim Kumar Ghosh, Sukumar Basak et al., 2012)Penelitian ini dilakukan oleh Manasi Banerjee dan timnya di India. Tujuan dari penelitian mereka adalah untuk menilai efektivitas dan keamanan amorolfine krim 0,25% pada pasien dengan tinea corporis dibandingkan dengan clotrimazole krim 1%.Subyek penelitian ini adalah pasien dengan gejala tinea corporis yang dikonfirmasi dengan adanya hifa jamur. Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok secara acak, yaitu satu kelompok menerima krim amorolfine dan kelompok satunya menerima krim clotrimazole. Terapi dilakukan selama 4 minggu dan studi dilakukan selama 8 minggu. Evaluasi klinis dilakukan pada hari pertama, hari ke-14, hari ke-28 dan follow-up pada hari 56. Efek samping yang timbul akibat penggunaan krim juga dicatat. Analisis data yang dikumpulkan menunjukkan perbaikan yang signifikan pada kedua kelompok, menunjukkan bahwa kedua obat adalah agen efektif dalam infeksi tinea corporis. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok dalam hal angka kesembuhan mikologi dan perbaikan klinis. Kesimpulan dari penelitian ini adalah krim clotrimazole 1% dan krim amorolfine 0.25% dinyatakan aman dan efektif untuk digunakan pada tinea corporis.

C. Perbandingan Efikasi Topikal Butenafine 1% dan Clotrimazole 1% pada Tinea Cruris dan Tinea Corporis (Archana Singal, Deepika Pandhi, Subhav Agrawal et al., 2005)Penelitian ini dilakukan oleh Archana Singal dan timnya di Departement of Dermatology & Microbiology di University College of Medical Science & Guru Tag Bahadur Hospital, India. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengevaluasi dan membandingkan efikasi krim butenafine 1% dengan topikal krim clotrimazole 1% pada pengobatan tinea cruris dan tinea corporis.Delapan puluh pasien, didiagnosis menderita tinea cruris atau tinea corporis yang terlokalisir dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan KOH, secara random diberikan satu dari kedua kelompok obat secara double-blind; butenafine satu kali sehari selama 2 minggu atau clotrimazole dua kali sehari selama 4 minggu. Evaluasi setiap 1, 2, 4, dan 8 minggu. Penilaian klinis dan pemeriksaan KOH dilakukan tiap kali evaluasi. Pasien yang mendapat butenafine menunjukkan kesembuhan klinis yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang mendapat clotrimazole pada akhir minggu pertama (26.5% vs 2.9%) begitu pula dengan kesembuhan mikologi yang lebih tinggi (61.7% vs 17.6%). Tetapi, perbedaan ini tidak signifikan pada minggu ke 4 dan 8 pengobatan.

BAB IVPEMBAHASAN

Tinea corporis merupakan infeksi jamur dermatofita pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin) di daerah muka, lengan, badan, gan glutea. Dermatofita adalah golongan jamur menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporon, Epidermofiton, dan Trikofiton. Penyebab tersering tinea corporis adalah T rubrum dan T. mentagrophytes (Harahap, 2000).Clotrimazole adalah obat antifungi golongan imidazol yang digunakan secara topikal untuk kandidiasis, pityriasis versicolor dan dermatofitosis (Sweetman SC, 2009). Clotrimazol merupakan salah satu dari golongan azol yang bersifat fungistatik dan bekerja dengan cara menghambat sintesis ergosterol jamur yang mengakibatkan timbulnya defek pada membran sel. Penghambatan biosintesis ergosterol menyebabkan rusaknya membran sel jamur, merubah permeabilitasnya sehingga terjadi kehilangan elemen intraseluler penting (Ritriasa, K dkk dalam Buku Info Obat Indonesia Edisi 3).Berdasarkan penelitian Manasi Banerjee dan timnya di India yang meneliti efikasi klinis dan keamanan krim clotrimazole 1% dan gel flukonazole 0,5% pada pasien tinea corporis, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua agen topikal tersebut. Dengan clotrimazole, gatal mereda pada 71,1% dari pasien pada hari ke-14 dan 95,4% pada hari ke-28. Eritema menghilang pada 73,3 dan 92,9% dari pasien dan scaling mereda pada 77,8 dan 92,9% dari pasien masing-masing pada hari ke-14 dan 28. Dengan flukonazole 0,5%, gatal mereda pada 76,6% dari pasien pada hari ke-14 dan 97,56% pada hari ke-28. Eritema menghilang pada 68,08% dan 97,56% dari pasien dan scaling mereda pada 53,31% dan 90,24% dari pasien masing-masing pada hari ke-14 dan 28.

ParameterKrim Clotrimazole 1%Gel Flukonazol 0,5%

Hari ke-14Hari ke-28Hari ke-14Hari ke-28

Gatal71,1%95,4%76,6%97,56%

Eritema73,3%92,9%68,08%97,56%

Scaling77,8%92,9%53,31%90,24%

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa efek pengobatan clotrimazole timbul lebih cepat daripada flukonazole. Akan tetapi setelah dilakukan analisis data, disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua obat. Hal ini dapat disebabkan kedua obat mempunyai mekanisme kerja yang sama yaitu sama-sama menghambat kerja lanosterol 14-demethylase sehingga mengganggu biosintesis ergosterol (Bennett JE, 2006). Manasi Banerjee dan timnya di India juga mengadakan penelitian dengan membandingkan krim clotrimazole 1% dengan amorolfine 0,25% yang menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua agen obat. Dengan amorolfine 0,25%, gatal mereda pada 72,8% dari pasien pada hari ke-14 dan 92,1% pada hari ke-28. Eritema menghilang pada 72,7% dan 97,4% dari pasien dan scaling mereda pada 59,1% dan 92.1% dari pasien masing-masing pada hari ke-14 dan 28.ParameterKrim Clotrimazole 1%Krim Amorolfine 0,25%

Hari ke-14Hari ke-28Hari ke-14Hari ke-28

Gatal71,1%95,4%72,8%92,1%

Eritema73,3%92,9%72,7%97,4%

Scaling77,8%92,9%59,1%92.1%

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan krim clotrimazole 1% tetap berkhasiat mengobati tinea korporis. Hasil analisis data tidak ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada kedua obat. Krim clotrimazole tetap berkhasiat untuk mengobati tinea corporis.Di Indonesia, flukonazole diproduksi dalam bentuk sediaan padat untuk pengobatan jamur secara sistemik. Amorolfine tidak diproduksi di Indonesia dalam bentuk apapun sehingga dari ketiga obat diatas, yang tersedia dalam bentuk topikal adalah krim clotrimazole dan menjadi obat pilihan untuk mengobati tinea corporis.Pada penelitian Archana Singal dan timnya yang membandingkan efek topikal butenafine 1% dan clotrimazole 1% pada tinea cruris dan corporis menunjukkan butenafine mempunyai efek perbaikan klinis dan kesembuhan mikologi yang lebih tinggi daripada clotrimazole pada observasi minggu pertama dan kedua setelah pengobatan. Akan tetapi, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada 4 dan 8 minggu pengobatan. Dari hasil penelitian tersebut, dapat dilihat waktu timbulnya efek terapi clotrimazole lebih lambat daripada butenafine dengan konsentrasi bahan obat yang sama. Hal ini dapat disebabkan mekanisme kerja kedua obat yang berbeda. Clotrimazole menghambat kerja lanosterol 14-demethylase yang berperan sebagai katalisator untuk mengubah lanosterol menjadi ergosterol dan bersifat fungistatik sedangkan butenafine menghambat pembentukan lanosterol dan bersifat fungisida (Elewski BE, 1993).

BAB VPENUTUP

A. RINGKASAN1. Klotrimazol merupakan salah satu obat antijamur golongan azol yang digunakan secara topical untuk pengobatan tinea; bersifat fungistatik dan bekerja dengan cara menghambat sintesis ergosterol jamur yang mengakibatkan timbulnya defek pada membran sel.2. Tinea korporis merupakan infeksi jamur dermatofita pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin) di daerah muka, lengan, badan, dan glutea yang disebabkan jamur golongan Dermatofita. Penyebab tersering tinea corporis adalah T rubrum dan T. mentagrophytes.3. Clotrimazole memiliki kemampuan yang efektif untuk terapi tinea corporis. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian yang menunjukkan seberapa besar angka kesembuhan pasien tinea corporis dengan clotrimazole.4. Clotrimazole menjadi pilihan dalam pengobatan tinea corporis di Indonesia karena tersedia dalam bentuk topikal berupa krim maupun bedak.

B. SARAN1. Masyrakat perlu menjaga kebersihan badan dan lingkungan supaya dapat terhindar dari penyakit tinea corporis.2. Masyarakat sebaiknya mewaspadai efek samping pemakaian Clotrimazole yaitu eritema, rasa menyengat, bisul kecil, edema, pruritus, urtikaria, iritasi umum pada kulit, rasa perih, melepuh, mengelupas. Clotrimazole tidak boleh digunakan pada ibu yang sedang menyusui, karena dapat masuk ke dalam ASI dan dapat mencapai bayi melalui proses menyusui.

SUMMARY

1. Clotrimazole is one of the azole class of antifungal drugs used topically for the treatment of tinea; It has fungistatic effect and works by inhibiting the synthesis of ergosterol that result in defects in the cell membrane.2. Tinea corporis is a fungal infection on the hairless skin (glabrous skin) in the area of the face, arms, body, and glutea caused by dermatophytes group. The most common cause of tinea corporis is T.rubrum and T.mentagrophytes.3. Clotrimazole has the ability to treat tinea corporis. It can be seen from the researches that indicate how big patients cure rate using clotrimazole as treatment of tinea corporis. 4. Clotrimazole can be an option in the treatment of tinea corporis in Indonesia because it is available in the form of a topical cream or in powder form.

DAFTAR PUSTAKA

Archana Singal, Deepika Pandhi, Subhav Agrawal et al. Comparative Efficacy of Topical 1% Butenafine and 1% Clotrimazole in Tinea Cruris and Tinea Corporis: A Randomized, Double-Blind Trial. Journal of Dermatological Treatment. 2005; 16 : 331-335.Arnold, Harry, L., et al. (1990). Andrews Diseases of The Skin: Clinical Dermatology. Philadelphia: WB Saunders Company. p:331-353.Bennett JE. Antifungal agents. In: Brunton LL, Lazo JS, Parker KL editors. Goodman & Gillmans The Pharmacological Basis of Therapeutics. 11th ed. Philadelphia: McGraw-Hill; 2006. P. 1233-37.Brennan B, Leyden JJ. Overview of topical therapy for common superficial fungal infections and the role of new topical agents. Journal of the American Academy of Dermatology, February 1997, part 1, volume 36, number 2.Brooks, Butel, Ornston. 1995. Medical Microbiology. Appleton & Lange.Budimulja, U., (2000). Mikosis. Dalam: Djuana, A., (ed). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal: 90-7Djuanda, Adhi. (2013). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin :Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 94-95Drugs.com. Clortimazole. http://www.drugs.com. (diunduh 13 maret 2014)Elewski BE. Mechanism of Action of Systemic Antifungal Agents. J Am Acad Dermatol. 1993; 28:S28-S34.Gunawan, Sulistia. (2011). Farmakologi Dan Terapi: Edisi 5. Jakarta: Penerbit BalaiPenerbit FKUI. Hal 580-581.Harahap Marwali. (1997). Diagnosis and Treatment of Skin Infection. London: Blackwell Science Ltd. p:339-43.Harahap, Marwali. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Hipocrates. Hal 77-78Hartadi, Harjono, Naoryda. (1991). Dermatomikologi. Semarang: Badan Pernerbit UNDIP. Hal 9-11Manasi Banerjee1, Asim Kumar Ghosh, Sukumar Basak et al. Comparative Evaluation of Efficacy and Safety of Topical Fluconazole and Clotrimazole in the Treatment of Tinea Corporis. Journal of Pakistan Association of Dermatologists 2012;22 (4):342-349.Manasi Banerjee1, Asim Kumar Ghosh, Sukumar Basak et al. Comparative Evaluation of Effectivity and Safety of Topical Amorolfine and Clotrimazole in the Treatment of Tinea Corporis. Indian J Dermatol. 2011 Nov-Dec; 56(6): 657662.Medscape. Clortimazole. http://reference.medscape.com.(diunduh 13 maret 2014)NHS. Clortimazole. http://www.nhs.uk (diunduh 19 Maret 2014)Pendit, Brahm, U., (2001). Dermatologi Praktis. Jakarta: Penerbit Hipokrates. Hal: 102-6.Ritriasa, K dkk. Buku Info Obat Indonesia Edisi 3 (Juli 2011-Mei 2012). Jakarta : Yayasan Karsa Info Kesehatan.Sularsito, Sri Adi. dkk. (2006). Dermatologi Praktis. Jakarta: Perkumpulan Ahli Dermatologi dan Venereologi IndonesiaSweetman SC. Martindale The Complete Drug Reference. USA : Pharmaceutical Press, 2009; 530.WEB MD. Clortimazole top. http://www.webmd.com. (diunduh 13 maret 2014) Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosi dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. 2010.