Author
trancong
View
227
Download
2
Embed Size (px)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN SENI
BUDAYA UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA TERHADAP
SENI KRIYA NUSANTARA DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
ANGGI TRI DAMAYANTI
K 3207001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN SENI
BUDAYA UNTUK MENINGKATKAN APRESIASI SISWA TERHADAP
SENI KRIYA NUSANTARA DI KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1
SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
ANGGI TRI DAMAYANTI
K 3207001
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, 21 Desember 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn Adam Wahida, S.Pd, M.Sn
NIP 19530429 198503 1 001 NIP 19730906 200501 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi syarat mendapatkan gelas Sarjana Pendidikan.
Hari : Jumat
Tanggal : 30 Desember 2011
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang tanda tangan
Ketua : Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd : ......................................
NIP 19621110 198903 1 003
Sekretaris : Drs. Sudarsono, M.Hum : .......................................
NIP 19531021 198503 1 001
Anggota I : Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn : ........................................
NIP 19530429 198503 1 001
Anggota II : Adam Wahida, S.Pd, M.Sn : ........................................
NIP 19730906 200501 1 001
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Anggi Tri Damayanti. PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM
PEMBELAJARAN SENI BUDAYA UNTUK MENINGKATKAN
APRESIASI SENI KRIYA NUSANTARA PADA SISWA KELAS XI IPS 1
DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Desember 2011.
Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan
apresiasi karya seni kriya Nusantara melalui pembelajaran menggunakan
multimedia (gabungan media gambar gerak dan gambar diam yang diantaranya
teks, gambar, grafis, animasi, dan audio) pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang menggunakan
multimedia dalam pembelajaran karya seni kriya Nusantara. Subjek penelitian
adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012
yang berjumlah 23 siswa. Penelitian ini dilakukan pada akhir bulan Oktober
hingga awal bulan Desember 2011, dengan dua siklus dan masing-masing siklus
mencakup empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi,
teknik tes esai, teknik wawancara, dan dokumentasi untuk aspek kognitif, aspek
psikomotor dan aspek afektif dalam bentuk lembar observasi.
Target indikator yang telah dicapai pada penelitian ini yaitu: 1) Siswa
mampu mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni
kriya di wilayah Nusantara dengan baik pada siklus I mencapai 78% dan pada
siklus II meningkat hingga 87%. 2) Siswa mampu menunjukkan sikap menghargai
terhadap pembelajaran seni kriya Nusantara dengan baik pada siklus I mencapai
82% dan pada siklus II menjadi 84%. 3) Siswa mampu membuat deskripsi
makalah secara mandiri mengenai materi seni kriya Nusantara dengan baik pada
siklus I mencapai 83% dan pada siklus II tetap 83%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan multimedia dapat meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap
karya seni kriya Nusantara Surakarta pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Anggi Tri Damayanti. THE USE OF MULTIMEDIA IN CULTURAL ART
LEARNING TO IMPROVE THE APPRECIATION OF ARCHIPELAGO
ARTISTIC SKILL IN THE XI IPS 1 GRADERS OF SMA NEGERI 1
SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Thesis. Surakarta:
Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University,
December 2011.
The objective of this classroom action research is to improve the
appreciation of Archipelago artistic skill through the learning using multimedia
(combination of motion picture and still including text, picture, graphic,
animation, and audio) in the XI IPS 1 graders of SMA Negeri (Public Senior High
School) 1 Surakarta in the School Year of 2011/2012.
This study belongs to a classroom action research using multimedia in the
learning of Archipelago Artistic Skill. The subject of research was the XI IPS 1
graders of SMA Negeri 1 Surakarta in the School Year of 2011/2012 consisted of
23 students. This study was taken place on late October to early December 2011,
with two cycles each of which encompassed four activities: planning, acting,
observing and reflecting. The data was collected using observation, essay test,
interview and documentation techniques for cognitive, psychomotor, and affective
aspects in the form of observation sheet.
The target of indicator achieved in this research included: 1) the students
could identify well the uniqueness of technical idea and material in the artistic
skill work in Archipelago area that reached 78% in cycle I and increased to 87%
in cycle II. 2) The students could show the appreciation toward the Archipelago
Artistic Skill learning well that reached 82% in cycle I and increased to 84% in
cycle II. 3) The students could make a descriptive paper independently about the
Archipelago Artistic Skill material well that reached 83% in cycle I and remained
to be 84% in cycle II.
Based on the result of research, it could be concluded that the learning
using multimedia can improve the appreciation of Archipelago Artistic Skill in the
XI IPS 1 graders of SMA Negeri 1 Surakarta in the School Year of 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
MARIO TEGUH
---------------------------------
Cita-Cita Adalah Impian Yang Bertanggal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini didedikasikan kepada:
Alm. Bapak Dr. Ir. Deddi Maryadi, Dipl. SE, M.Si
Ibu Atmy Pudjiwanti
Mas Aditya Bambang Rochedi
Teh Arin Ningsih Setiawan
Mbak Adisti Sukma Sawitri
June
Sahabat-sahabat setia
Teman-teman FKIP Seni Rupa angkatan 2007, adik dan kakak tingkatku
Almamater Tercinta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk,
kemudahan serta rahmat-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penulisan skripsi ini tidak
lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya, Penulis
sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada terhormat :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidyatullah, M. Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan UNS Surakarta;
2. Dr. Muh. Rohmadi, S.S., M.Hum. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni FKIP UNS Surakarta;
3. Dr. Slamet Supriyadi, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Seni Rupa
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP UNS Surakarta;
4. Drs. Tjahjo Prabowo, M.Sn. Pembimbing I yang telah banyak memberikan
petunjuk, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun skripsi;
5. Adam Wahida, S.Pd, M.Sn., pembimbing II sekaligus Pembimbing
Akademik yang telah banyak memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan
kepada penulis dalam menyusun skripsi terutama selama penulis menjadi
mahasiswa di Program Pendidikan Seni Rupa FKIP UNS;
6. Alm. Bapak, yang telah sabar menunggu dan mendukung saya baik secara
materi maupun moral sampai beliau menghembuskan nafas terakhirnya;
7. Ibu tersayang, yang ikut mendampingi saya dari jauh dan tiada hentinya
memberikan doa serta dukungan;
8. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Seni Rupa yang telah banyak
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis;
9. Teman-teman FKIP Seni Rupa angkatan 2007;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Kepala SMA Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan ijin, sehingga
penulis dapat melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini;
11. Catur Darmawan, M.Pd selaku guru mata pelajaran seni budaya kelas XI
IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta atas bimbingan, arahan, dan bantuannya.
12. Siswa-siswi kelas XI IPS, khususnya XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta
atas bantuan dan kerjasamanya.
13. Berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, baik
secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat
tersusun.
Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.
Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pendidikan kesenirupaan, khususnya bagi penulis dan
pihak-pihak yang berkepentingan pada umumnya.
Surakarta, Desember 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
HALAMAN PENGAJUAN ......................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
ABSTRAK..................................................................................................
ABSTRACT................................................................................................
MOTTO......................................................................................................
PERSEMBAHAN ......................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
DAFTAR TABEL.......................................................................................
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah..
C. Tujuan Penelitian....
D. Indikator Penelitian
E. Manfaat Penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Multimedia dalam Pembelajaran..
2. Media Pembelajaran.
3. Apresiasi Seni...
4. Seni Kriya Nusantara....
a. Pengertian Seni Kriya.
b. Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya.
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xiv
xv
xvii
1
6
7
7
7
9
9
10
14
20
20
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
c. Unsur-Unsur Penciptaan Seni Kriya..
d. Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya di Nusantara
e. Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya...
B. Penelitian yang Relevan.
C. Kerangka Berpikir..
D. Hipotesis Tindakan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian....
B. Subyek Penelitian ......
C. Teknik Pengumpulan Data.
D. Teknik Analisis Data
E. Prosedur Penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Awal...
1. Letak dan Situasi Ruang SMA Negeri 1 Surakarta.
2. Keberadaan Siswa
3. Kondisi Awal Pembelajaran Siswa Kelas XI IPS 1
SMA Negeri 1 Surakarta.
a. Tahap Observasi Awal .
b. Tahap Refleksi Awal ...
B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Siklus I ...
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I....
3. Observasi Siklus I .......
4. Refleksi Siklus I..
C. Deskripsi Siklus II..
1. Perencanaan Tindakan Siklus II..
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II..
3. Observasi Siklus II...
4. Refleksi Siklus II.
D. Deskripsi Antar Siklus
21
22
22
27
29
31
33
33
34
36
36
47
47
48
49
50
55
60
59
65
75
80
86
86
91
105
110
114
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
E. Pembahasan
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan...
B. Implikasi...
C. Saran.
Daftar Pustaka...
Lampiran...
118
120
121
121
123
125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Perencanaan Siklus I Pertemuan 1..
2. Perencanaan Siklus I Pertemuan 2..
3. Perencanaan Siklus I Pertemuan 3
4. Daftar Nilai Materi Karya Seni Kriya Nusantara Kelas XI IPS 1...
5. Data Rata-Rata Ketercapaian Siklus I Pembelajaran Keunikan
Gagasan Teknik dan Bahan dalam Karya Seni Kriya di Wilayah
Nusantara ..........................................................................
6. Evaluasi Aspek Tampilan Multimedia Siklus I...
7. Evaluasi Aspek Isi Multimedia Siklus I..
8. Data Rata-Rata Ketercapaian Siklus II Pembelajaran Keunikan
Gagasan Teknik dan Bahan dalam Karya Seni Kriya di Wilayah
Nusantara.
9. Evaluasi Aspek Tampilan Multimedia Siklus II.....
10. Evaluasi Aspek Isi Multimedia Siklus II.....
11. Perbandingan Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ..
12. Data Perbandingan Ketercapaian Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
Pembelajaran Mengidentifikasi Keunikan Gagasan Teknik dan Bahan
dalam Karya Seni Kriya di Wilayah Nusantara.....................................
41
42
43
54
82
84
85
111
112
113
114
117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar dan Grafik
1. Suasana Kelas yang Mulai Tidak Kondusif Setelah 15 Menit Pertama..
2. Bagan Kerangka Berpikir
3. Bagan Prosedur Penelitian..
4. SMA Negeri 1 Surakarta Terletak di Jalan Monginsidi, Nomor 40
Banjarsari, Surakarta...
5. Kondisi Pembelajaran Apresiasi Seni, Guru Menggunakan Metode
Ceramah di Kelas XI IPS 1. Proses pembelajaran tampak kondusif .
6. Tampak siswa sedang bercanda dan tidak memperhatikan guru yang
sedang menjelaskan materi di depan kelas .
7. Guru sedang menulis dan menggambar ilustrasi di papan tulis untuk
menarik perhatian siswa .
8. Guru meminta salah satu siswa ke depan kelas untuk menjawab
pertanyaan dan menuliskannya di papan tulis agar siswa kembali
memperhatikan ...
9. Grafik observasi awal pada mata pelajaran seni budaya kompetensi
dasar keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di
wilayah Nusantara menggunakan Multimedia....
10. Siswa Sedang Melihat Multimedia Pengetahuan Pengertian Seni
Kriya dan Unsur-Unsur Penciptaan Seni Kriya ..
11. Siswa yang Berbicara dengan Temannya ...
12. Siswa sedang melihat Multimedia tentang Fungsi dan Tujuan
Penciptaan Seni Kriya...
13. Siswa sedang Mengerjakan Soal Tes mengenai Pengertian Seni
Kriya, Unsur-Unsur Penciptaan Seni Kriya, Fungsi dan Tujuan
Penciptaan Seni Kriya...
14. Grafik hasil Siklus I pada mata pelajaran seni budaya kompetensi
dasar keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di
4
31
40
48
50
51
51
52
55
68
68
72
75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
wilayah Nusantara menggunakan Multimedia....
15. Seluruh Siswa Memperhatikan Multimedia dengan Seksama ...
16. Posisi Guru Menjelaskan Materi dengan Cara Berkeliling Untuk
Memantau Siswanya ..
17. Guru Menjelaskan Materi dengan Multimedia dan Berkeliling..
18. Siswa Sedang Menyampaikan Pendapatnya Kepada Guru
19. Siswa Memperhatikan Pengulasan Materi dari Guru Setelah Melihat
Tampilan Multimedia .
20. Siswa Sedang Mengerjakan Tes Esai untuk Menguji Pemahaman
Mereka Tentang Materi ..
21. Grafik hasil Siklus II pada mata pelajaran seni budaya kompetensi
dasar keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di
wilayah Nusantara menggunakan Multimedia ...
22. Grafik hasil Observasi Awal, Siklus I, Siklus II pada mata pelajaran
seni budaya kompetensi dasar keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara menggunakan
Multimedia .....
80
94
95
97
100
103
104
109
118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Silabus.
2. Lampiran Observasi Awal...
a. Foto Pelaksanaan Pembelajaran Observasi Awal..
b. Lembar Observasi Awal Afektif Pertemuan 3..
c. Lembar Observasi Awal Afektif Pertemuan 4..
d. Lembar Hasil Observasi Awal Afektif Pertemuan 3.
e. Lembar Hasil Observasi Awal Afektif Pertemuan 4.
f. Daftar Nilai LKS Materi Karya Seni Kriya Nusantara Kelas XI IPS
1
g. Hasil Wawancara dengan Guru..
h. Hasil Wawancara dengan Siswa.
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)..
4. Lampiran Siklus I
a. Foto Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1.
b. Foto Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 2.
c. Foto Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 3.
d. Lembar Observasi Afektif Pertemuan 1
e. Lembar Observasi Afektif Pertemuan 2
f. Lembar Observasi Afektif Pertemuan 3.
g. Lembar Hasil Observasi Afektif Pertemuan 1..
h. Lembar Hasil Observasi Afektif Pertemuan 2..
i. Lembar Hasil Observasi Afektif Pertemuan 3...
j. Lembar Hasil Tes Kognitif Pertemuan 3
k. Lembar Soal Tes Kognitif Pertemuan 3.
l. Lembar Hasil Makalah Psikomotor Pertemuan 3...
m. Acuan Kriteria Penilaian Psikomotor
n. Lembar Tugas Makalah Pertemuan 3.
126
129
130
132
134
136
137
138
139
143
145
173
174
175
176
177
179
181
183
184
185
186
187
188
189
191
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
o. Hasil Wawancara dengan Guru..
p. Hasil Wawancara dengan Siswa.
5. Lampiran Siklus II...
a. Foto Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1.
b. Foto Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 2.
c. Foto Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 3.
d. Lembar Observasi Afektif Pertemuan 1
e. Lembar Observasi Afektif Pertemuan 2
f. Lembar Observasi Afektif Pertemuan 3.
g. Lembar Hasil Observasi Afektif Pertemuan 1..
h. Lembar Hasil Observasi Afektif Pertemuan 2..
i. Lembar Hasil Observasi Afektif Pertemuan 3...
j. Lembar Hasil Tes Kognitif Pertemuan 3
k. Lembar Soal Tes Kognitif Pertemuan 3.
l. Lembar Hasil Makalah Psikomotor Pertemuan 3..
m. Acuan Kriteria Penilaian Psikomotor.....
n. Lembar Tugas Makalah Pertemuan 3....
o. Hasil Wawancara dengan Guru..
p. Hasil Wawancara dengan Siswa.
q. Foto Peneliti pada saat Penelitian...
6. Tampilan Multimedia..
7. Perijinan..
a. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi.....
b. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS...
c. Surat Permohonan Ijin Research...
d. Surat Permohonan Ijin Research...
e. Surat Keterangan dari SMA Negeri 1 Surakarta
192
193
195
196
197
199
200
202
204
206
207
208
209
210
211
212
214
215
217
218
219
225
226
227
228
229
230
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan kebudayaan yang
harus dijaga kelestariannya. Berbagai macam seni dan kebudayaan di nusantara
tersebut memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki oleh bangsa lain,
sehingga tak heran jika karya seni dan budaya tersebut pada akhirnya menjadi
identitas diri bangsa Indonesia. Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah
Indonesia dalam rangka melestarikan seni dan kebudayaan Nusantara, diantaranya
mengadakan berbagai macam festival seni dan kebudayaan, memperkenalkan seni
dan kebudayaan bangsa ke dunia Internasional melalui pariwisata, mendukung
setiap kegiatan masyarakat di daerah yang melakukan kegiatan semacam tradisi,
dan berbagai macam usaha lainnya.
Usaha pemerintah dalam melestarikan seni dan kebudayaan juga
dilakukan melalui pendidikan nasional. Crow & Crow (dalam Arif Rohman, 2009:
6) berpendapat bahwa Pendidikan diartikan sebagai proses yang berisi berbagai
macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan
membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke
generasi. Hal ini sejalan dengan fungsi pendidikan (dalam Wiji Suwarno, 2009:
31) yang menyatakan bahwa:
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tercantum bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945
berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa. Selain
itu, pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan begitu pendidikan nasional diharapkan dapat menjamin
peningkatan mutu peserta didik yang berkarakter, terampil, sempurna lahir batin
yang selalu memelihara nilai-nilai luhur pada seni budaya, sehingga dapat
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mempertahankan dan menjaga kelestarian tradisi budaya, serta nilai-nilai kearifan
bangsa dan identitas yang sengaja diwariskan kepada generasi muda.
Pendidikan formal di Indonesia memiliki jenjang atau tahapan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai, dan kemampuan yang akan dikembangkan. Jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar (SD, MI atau bentuk lain yang sederajat, SMP, MTs,
dan yang sederajat), pendidikan menengah (SMA, MA, SMK, dan yang
sederajat), dan pendidikan tinggi (universitas, akademi, institut, dan yang
sederajat). Menurut pandangan Wiji Suwarno (2009: 45) bahwa Pendidikan
menengah bersifat umum merupakan pendidikan formal yang ditujukan untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang
kuat untuk mengadakan timbal balik dengan lingkungan masyarakat, serta
mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan
tinggi.
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 tahun 1989 pada pasal 15 ayat 1 bahwa pendidikan menengah
diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial,
budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. (dalam Hasbullah, 2005: 289).
Pada dasarnya dunia pendidikan saat ini telah lama menghadirkan proses
pembelajaran seni (sekarang Seni Budaya) mulai dari pendidikan dasar hingga
menengah. M. Jazuli (2008: 17) menyatakan bahwa Hakekat pendidikan seni
adalah suatu proses kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan nilai-nilai yang
bermakna didalam diri manusia melalui pembelajaran seni. Jadi,
penyelenggaraan pendidikan seni di sekolah merupakan salah satu upaya
pembelajaran dalam membentuk peserta didik yang tidak hanya mementingkan
kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran saja, melainkan menjadi upaya dalam
menanamkan nilai-nilai kesadaran dalam menghargai keberagaman yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mementingkan pengembangan kecerdasan estetis, perasaan, emosi, dan
kreativitasnya.
Untuk menumbuhkan kesadaran siswa dalam menghargai seni, sebaiknya
dilakukan dengan pendekatan apresiasi yang sudah tidak asing lagi dalam dunia
pendidikan seni. Apresiasi merupakan kegiatan seni yang mengembangkan tingkat
apresiasi peserta didik pada kesenian dan kebudayaan. Hal ini didukung oleh M.
Jazuli (2008: 84) yang berpendapat mengenai pentingnya kegiatan apresiasi:
Apabila keragaman seni budaya dikenalkan dan dibelajarkan kepada
siswa di sekolah, maka mereka akan mampu menghargai dan memahami
keberagaman serta perbedaan bentuk dan jenis seni budaya yang berasal
dari berbagai latar belakang budaya yang ada di wilayan Nusantara.
Dengan mengenal, memahami, mengerti hasil seni budaya bangsa sendiri
merupakan wahana utama untuk menanamkan cinta bangsa dan cinta
sesamanya, yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan ketahanan
budaya bangsa.
Salah satu arah kebijakan Garis-garis Besar Haluan Negara tentang
sosial dan budaya yaitu: Melestarikan apresiasi nilai kesenian dan kebudayaan
tradisional serta menggalakkan dan memberdayakan sentra-sentra kesenian untuk
merangsang berkembangnya kesenian nasional yang lebih kreatif inovatif,
sehingga menumbuhkan rasa kebanggaan nasional. (dalam UUD 1945 & GBHN,
2009:121). Dengan demikian, melalui pendidikan kesenian dan kebudayaan
diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kesadaran dalam memelihara
tradisi kebudayaan yang telah diwariskan oleh generasi terdahulu.
Sesuai kurikulum pembelajaran seni budaya kelas XI IPS 1 semester 1 di
SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012, siswa dihadapkan dengan
standar kompetensi yang harus dicapai dalam penelitian ini yaitu mengapresiasi
karya seni kriya. Sedangkan kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah
mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di
wilayah Nusantara.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebanyak 4 kali, ternyata
kondisi proses pembelajaran seni budaya di kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1
Surakarta tahun ajaran 2011/2012 pada umumnya kurang maksimal. Terutama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pada tingkat mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya
seni kriya di wilayah Nusantara. Proses pembelajaran belum menunjukkan hasil
yang baik, yang dibuktikan dengan tidak kondusifnya suasana kelas setelah 15
menit pelajaran berlangsung. Hal ini dibuktikan oleh setiap siswa yang melakukan
aktivitasnya masing-masing. Sebagian besar siswa yang kurang antusias terhadap
materi seni kriya Nusantara tersebut diantaranya melakukan kegiatan seperti
mengganggu teman, berbicara dengan teman sebangku, bermain pulpen, tidur-
tiduran, dan bahkan ada siswa yang secara sengaja berjalan-jalan pada saat guru
sedang menerangkan di depan kelas.
Gambar 1. Suasana Kelas yang Mulai Tidak Kondusif Setelah 15 Menit Pertama
(dokumentasi: Anggi, 2011)
Dapat diketahui bahwa selama ini guru menggunakan metode
pembelajaran konvensional yaitu dengan ceramah, penugasan, pemberian contoh,
dan lain-lain. Namun, metode pembelajaran ini memberikan hasil yang kurang
optimal, karena mengakibatkan sebagian besar siswa masih memiliki kelemahan
pada kemampuan kognitif atau pemahaman terhadap materi yang disampaikan,
sehingga masih perlu mendapatkan perhatian untuk meningkatkan kemampuan
kognitifnya. Hal ini dibuktikan pada saat guru memberikan tugas LKS dan
mendapati nilai siswa yang mencapai KKM pada kompetensi dasar tersebut hanya
39%, sedangkan 61% siswa lainnya belum mencapai KKM yang sudah ditentukan
yaitu 75. Berdasarkan pernyataan hasil wawancara yang disampaikan oleh guru
mata pelajaran Seni Budaya, Bapak Catur Darmawan, A.Md bahwa Nilai rata-
rata siswa XI IPS 1 pada materi karya seni kriya nusantara masih tergolong rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
yaitu 73 dan belum mencapai ketuntasan nilai KKM yang ditentukan. Selain itu,
dari segi psikomotor siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012, juga masih kurang. Hal ini ditunjukkan dari kurangnya
kesesuaian antara tugas yang dikerjakan siswa dengan intruksi yang diberikan
guru, kurangnya kerapian siswa dalam menyajikan tugas, masih sedikitnya
kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas, dan ketepatan waktu siswa dalam
mengumpulkan tugas. Jadi, berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 4
kali pertemuan, dapat disimpulkan adanya permasalahan di kelas XI IPS 1 bahwa
tingkat apresiasi siswa dalam mata pelajaran karya seni kriya nusantara masih
kurang.
Akan tetapi guru tidak berdiam diri setelah mengetahui permasalahan
tersebut. Adapun upaya yang pernah dilakukan guru dalam permasalahan ini yaitu
dengan mengupayakan penggunaan media visual berupa gambar dan alat peraga
berupa hasil karya seni kakak kelas mereka terdahulu yang diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan apresiasi seni siswa pada pembelajaran seni budaya
khususnya dalam mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam
karya seni kriya di wilayah Nusantara. Namun, hal ini kurang memberikan hasil
yang signifikan, karena metode atau media pembelajaran yang digunakan guru
masih bersifat ala kadarnya, yakni hanya menggunakan gambar atau foto, sketsa,
papan tulis, dan alat peraga saja. Sehingga upaya di atas mengakibatkan kurang
terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif dan cenderung membosankan.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan sebuah solusi agar
dapat meningkatkan segi kognitif, afektif dan psikomotor siswa. Beberapa solusi
yang ditemukan ternyata lebih mengarah pada penggunaan media yang berbasis
multimedia. Multimedia menjadi solusi media pembelajaran yang tepat, karena
multimedia merupakan gabungan media gambar gerak dan gambar diam yang
diantaranya teks, gambar, grafis, animasi, dan audio. Aneka media tersebut
biasanya digabungkan menjadi satu kesatuan yang akan menghasilkan suatu
informasi yang memiliki nilai komunikasi yang sangat tinggi. Artinya bahwa
informasi yang tersaji tidak hanya dapat dilihat melalui hasil cetak saja, melainkan
juga dapat didengar. Selain itu, dengan penggunaan multimedia oleh guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
proses pembelajaran, tentunya mampu meningkatkan daya apresiasi siswa. Hal ini
karena, multimedia yang dibuat membentuk sebuah animasi yang mampu
membangkitkan minat siswa karena penyajiannya yang berbeda. Dengan kata lain
mulimedia ialah media yang mampu menyampaikan pesan atau informasi dengan
membuat siswa, mengingat, melihat, mendengar dan mengerjakan, sehingga akan
memungkinkan siswa dapat meraih hasil belajar sebesar 80% dari apa yang
dipelajari.
Penggunaan multimedia dalam penelitian ini harus diimbangi dengan
adanya fasilitas yang memadai (yaitu berupa komputer, Liquid Crystal Display/
LCD, dan proyektor) pada ruang kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta. Pada
penelitian ini penggunaan multimedia dimanfaatkan untuk menjelaskan mengenai
mata pelajaran Karya Seni Kriya Nusantara, mulai dari pengertian seni kriya,
unsur-unsur penciptaan seni kriya, fungsi tujuan penciptaan seni kriya, jenis-jenis
penciptaan seni kriya, teknik bahan penciptaan seni kriya dan ruang lingkup kriya.
Hal di atas tidak lepas dari pandangan Cecep Kustandi & Bambang
Sutjipto (2011: 78) bahwa Kelebihan multimedia adalah memberikan kemudahan
kepada siswa untuk belajar secara individu maupun secara kelompok. Sehingga
tidak menutup kemungkinan jika media pembelajaran multimedia dilakukan
dalam sebuah kelompok atau forum, dan dalam penelitian ini multimedia
diterapkan secara kelompok. Hal ini dimaksud dengan multimedia dioperasikan
oleh guru di depan kelas. Dengan demikian, dengan menggunakan multimedia
diharapkan dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan
tidak membosankan sehingga mampu meningkatkan apresiasi karya seni kriya
Nusantara pada siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran
2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
Apakah penggunaan multimedia dalam pembelajaran seni budaya dapat
meningkatkan apresiasi siswa terhadap seni kriya Nusantara di kelas XI IPS 1
SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Tujuan Penelitian
Skripsi ini merupakan penelitian tindakan kelas. Adapun tujuan
penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap seni kriya Nusantara di kelas XI
IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 melalui penggunaan
multimedia dalam pembelajaran seni budaya.
D. Indikator Keberhasilan Penelitian
Indikator kerja merupakan tolak ukur keberhasilan penelitian yang
dilakukan. Dalam penelitian tindakan kelas ini yang ditingkatkan adalah tingkat
apresiasi seni siswa khususnya terhadap Karya Seni Kriya Nusantara, yaitu
meningkat minimal 80% dari 23 siswa kelas XI IPS 1. Capaian target pada setiap
indikator harus didasarkan pada tingkat kemampuan siswa sebelum adanya
perbaikan. Target indikator tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi. Adapun
indikator keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Minimal 80% siswa mampu mengidentifikasi dengan baik keunikan gagasan
teknik dan bahan dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara.
2. Minimal 80% siswa menunjukkan sikap menghargai terhadap seni kriya
Nusantara dengan baik.
3. Minimal 80% siswa mampu membuat deskripsi makalah secara mandiri
mengenai seni kriya Nusantara ketika proses pembelajaran berlangsung.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari proses pembelajaran apresiasi seni
dengan menggunakan multimedia, yaitu:
1. Bagi Guru
a. Sebagai alternatif pilihan media dalam pembelajaran seni budaya.
b. Dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam menanggapi kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK),
2. Bagi Siswa
a. Pembelajaran apresiasi seni lebih menarik.
b. Dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Bagi Sekolah
Sebagai alternatif pilihan media pembelajaran yang sudah ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Multimedia dalam Pembelajaran
Pengertian multimedia menurut Hackbarth (dalam Winarno et al, 2009:
6) yaitu Sebagai suatu penggunaan gabungan beberapa media dalam
menyampaikan informasi yang berupa teks, grafis atau animasi grafis, movie,
video dan audio. Hackbarth melanjutkan bahwa Multimedia meliputi
hypermedia dan hypertext. Hypermedia yaitu suatu penggunaan format presentasi
multimedia yang meliputi teks, grafis diam atau animasi, bentuk movie, video atau
audio. Hypertext yaitu bentuk teks, diagram statis, gambar dan tabel yang
ditayangkan dan disusun secara tidak linier (urutan atau segaris). Sedangkan
Merryl, et. all (dalam Winarno et al, 2009: 7) berpendapat bahwa Multimedia
merupakan gabungan dari teks (tertulis), grafis (program cara penyampaian
informasi), audio (dialog, cerita, efek suara), animasi, dan video yang bergerak ke
dalam sebuah aplikasi komputer. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
multimedia merupakan suatu gabungan atau kombinasi media gambar gerak dan
gambar diam yang diantaranya teks, gambar, grafis, animasi, audio dan video
yang manfaatnya sebagai alat bantu dalam memudahkan siswa menerima pesan
atau informasi yang disampaikan oleh guru secara efektif, efisien dan optimal.
Menurut pendapat yang di ungkapkan oleh Cecep Kustandi & Bambang
Sutjipto (2011: 78) bahwa Kelebihan multimedia adalah memberikan kemudahan
kepada siswa untuk belajar secara individu maupun secara kelompok. Jadi, tidak
menutup kemungkinan jika media pembelajaran multimedia dilakukan dalam
sebuah kelompok atau forum, dan dalam penelitian ini multimedia diterapkan
secara kelompok. Hal ini dimaksud dengan multimedia dioperasikan oleh guru di
depan kelas.
Multimedia tidak akan lepas dari peran sebuah komputer karena
komputer memiliki respon cepat terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh
peserta didik. Selain itu, komputer telah membantu dunia pendidikan karena
memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kebutuhan, sehingga dengan adanya komputer, multimedia dapat digunakan
sebagai media pembelajaran yang inovatif.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, multimedia dirasa lebih tepat karena
siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru, tetapi juga aktivitas
lain seperti mengingat, mengidentifikasi, dan multimedia dapat menarik perhatian
siswa sehingga diharapkan mampu memecahkan masalah yang dihadapai XI IPS
1 SMA 1 Negeri Suarakarta tahun ajaran 2011/2012. Proses pembelajaran seni
kriya Nusantara dengan menggunakan multimedia belum pernah dilakukan
sebelumnya oleh guru, sehingga dengan adanya media ini proses pembelajaran
tidak membosankan, lebih efektif, dan menyenangkan.
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media
Kata media berasal dari Bahasa Latin, yakni medius yang secara
harfiahnya berarti tengah, perantara atau pengantar. (Yudhi Munadi, 2008:
6). Selain itu kata media dalam Bahasa Arab disebut wasali bentuk jama dari
wasilah yakni sinonim al-wasth yang artinya tengah, lanjut Yudhi Munadi.
Webster Dictionary (dalam Sri Anitah, 2009: 4), menambahkan bahwa Media
atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang,
atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak
atau dua hal. Sehingga dapat dikatakan bahwa media adalah segala bentuk
sesuatu yang menjadi perantara atau pengantar informasi.
Untuk lebih menerangkan pengertian media, maka Association for
Educational Communication and Technologi/ AECT (dalam Sri Anitah, 2008: 1)
mendefinisikan Media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan
informasi. Dilanjutkan oleh pendapat Gerlach dan Ely (1980), Media adalah
grafik, fotografi, elektronik, atau alat-alat mekanik untuk menyajikan, memproses,
dan menjelaskan informasi lisan dan audio. (dalam Sri Anitah, 2009: 5). Dengan
demikian dapat dikatakan lagi bahwa media adalah alat perantara digunakan
untuk melakukan proses pengiriman atau penerimaan pesan antara dua orang atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
lebih sehingga pesan tersebut dapat dipahami. Pesan ini dapat disampaikan
melalui bentuk dan alat tertentu.
Pendapat para ahli di atas sejalan dengan Bretz (1977) secara implisit
menyatakan bahwa Media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah, jadi
suatu perantara yang menghubungkan semua pihak yang membutuhkan terjadinya
suatu hubungan, dan membedakan antara media komunikasi dan alat bantu
komunikasi. (Sri Anitah, 2008: 1).
Dari uraian pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
media adalah perantara pembawa pesan atau informasi dari komunikator, yang
dapat mengandung maksud-maksud pengajaran melalui pemanfaatan alat bantu
sehingga informasi tersebut dapat lebih mudah diterima dan dipahami.
b. Media Pembelajaran
Menurut Yudhi Munadi (2008: 4) kata Pembelajaran sengaja dipakai
sebagai padanan kata dari intruction (bahasa Inggris). Yudhi Munadi
menambahkan bahwa Pembelajaran adalah proses belajar, maka usaha-usaha
yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses
belajar dalam diri peserta didik. Sedangkan menurut ahli lain, Pembelajaran
ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. (Syaiful Sagala, 2006: 61).
Definisi lain pembelajaran dikemukakan oleh Patricia L. Smith & Tillman J.
Ragan 1993 (dalam Benny A. Pribadi, 2009: 9) yaitu Pengembangan dan
penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan untuk memfasilitasi
pencapaian tujuan yang spesifik. Sedangkan konsep pembelajaran menurut
Corey (dalam Syaiful Sagala, 2006: 61), adalah Proses dimana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam
tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons
terhadap situasi tertentu, ... .. Dengan demikian, kesimpulannya adalah
pembelajaran merupakan proses tindakan atas berlangsungnya pengiriman
informasi dari seorang pendidik kepada peserta didik agar mampu meningkatkan
kualitas hidupnya yang serangkaian aktivitas tersebut sengaja diciptakan dengan
maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Di sisi lain, Gagne & Briggs (1975) mengungkapkan hubungan antara
media dan pembelajaran yang dapat diartikan, Media pembelajaran meliputi alat
secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri
dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film,
slide (gambar bingkai), foto, grafik, televisi, dan komputer. (dalam Azhar Arsyad,
2005: 4). Yudhi Munadi (2008: 5) menjelaskan bahwa Media pembelajaran
adalah sumber-sumber belajar selain guru yang disebut sebagai penyalur atau
penghubung pesan ajar yang diadakan dan tidak diciptakan secara terencana oleh
guru atau pendidik.
Pendapat lain dinyatakan oleh Sri Anitah (2009: 2) yang menjelaskan
bahwa Media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang
dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pelajar menerima pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Melalui pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran menjadi aspek penting dalam
keberlangsungan sebuah proses pembelajaran peserta didik dalam kelas, karena
mampu mengoptimalkan penyampaian bahan ajar dan minat peserta didik.
Jadi media pembelajaran adalah sebuah alat bantu dalam proses belajar
mengajar (PBM) yang dikemas oleh pendidik atas dorongan adanya gagasan baru
yang merupakan produk untuk melakukan langkah-langkah belajar, dengan
menekankan proses penyampaian pesan dari sumber belajar melalui saluran atau
media tertentu ke penerima pesan. Pesan yang dikomunikasikan adalah isi ajaran
atau didikan seperti yang ada di dalam suatu kurikulum. Sumber pesan bisa
pendidik, penulis buku, pencipta media ataupun peserta didik. Penerima pesan
adalah peserta didik dan pendidik, sedangkan salurannya adalah media
pembelajaran, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Dalam hal ini,
tentunya pesan yang dimaksudkan ialah materi pembelajaran yang disampaikan
oleh guru dengan media yang dikembangkan yaitu multimedia.
Manfaat media pembelajaran menurut Hamalik (dalam Cecep Kustandi
& Bambang Sutjipto, 2011: 21) mengemukakan bahwa:
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi, dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu siswa meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya,
memudahkan penafsiran, memadatkan informasi, serta meningkatkan
motivasi dan minan belajar siswa dalam belajar.
Menurut Azhar Arsyad (2005: 24) Manfaat media pembelajaran dalam
proses pembelajaran yaitu:
1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar,
2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran,
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru
tidak kehabisan tenaga,
4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemostrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik (dalam Cecep
Kustandi & Bambang Sutjipto, 2011: 25) merincikan manfaat media
pembelajaran, sebagai berikut:
1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, sehingga mengurangi verbalisme,
2) Memperbesar perhatian siswa, 3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga
membuat pembelajaran lebih mantap,
4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa,
5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup,
6) Membantu tumbuhnya pengertian yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi serta keragaman yang lebih banyak dalam
belajar.
Maka dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dan manfaat
penggunaan media dalam proses pembelajaran yakni memberikan tempat
terpenting dalam kegiatan mengajar, karena dapat mengefisiensikan dan
mengefektifkan proses penyampaian materi, selain itu dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilan melalui pengalaman peserta didik di dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Menurut Yudhi Munadi (2008: 57) menyatakan bahwa:
Jenis media yang terakhir ialah multimedia yakni media yang melibatkan
berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran. Termasuk dalam
media ini adalah segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara
langsung bisa melalui komputer dan internet, bisa juga melalui
pengalaman berbuat dan pengalaman terlibat.
Dalam hal ini komputer merupakan alat elektronik yang masuk dalam
kategori multimedia, karena komputer mampu melibatkan berbagai indera dan
organ tubuh seperti telinga (audio), mata (visual), dan tangan (kinetik). Perlu
diketahui bahwa hadirnya multimedia merupakan hasil revolusi dari
perkembangan teknologi dan komunikasi (TIK). Berdasarkan kriteria media
pembelajaran yang baik diakronimkan dengan VISUALS, yaitu singkatan dari:
1) Visible : Mudah dilihat
2) Interesting : Menarik
3) Simple : Sederhana
4) Useful : Isinya berguna atau bermanfaat
5) Accurate : Benar (dapat dipertanggungjawabkan)
6) Legimate : Masuk akal dan sah
7) Structured : Terstruktur
3. Apresiasi Seni
Apresiasi berasal dari bahasa inggris, apretiation yaitu suatu kegiatan
untuk melihat, menonton, menikmati, menilai, dan menghargai suatu karya seni.
Nooryan Bahari (2008:148) menyatakan bahwa Istilah apresiasi berasal dari kata
Latin appretiatus yang merupakan bentuk past participle, yang artinya to value at
price atau penilaian pada harga. Apresiasi seni rupa berarti mengenal,
memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis terhadap karya
seni rupa. Untuk melakukan kegiatan apresiasi seni, seseorang terlebih dulu harus
memiliki pengertian, pemahaman, pemaknaan secara baik terhadap sebuah karya
seni. Materi apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau
makna, bentuk, dan fungsi seni rupa. (Taufik, 2003:7). Apresiasi dapat dilakukan
oleh siapa saja, dan pada berbagai cabang seni. Hal itu berguna menambah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
pengalaman estetis sebagai bekal mencipta suatu karya seni. Makin banyak
menikmati suatu karya seni memperbanyak wawasan seni seseorang. Apresiasi
merupakan kegiatan menghargai dan mengerti sebuah karya yang nantinya akan
berhubungan dengan kritik seni.
Kegiatan apresiasi seni akan memunculkan ide atau gagasan untuk
mencipta suatu karya seni, sehingga kegiatan apresiasi ini dikelompokkan
apresiasi kreatif. Ide atau gagasan yang dimunculkan oleh seorang seniman sangat
dipengaruhi pengalaman dalam berapresiasi, meskipun pengalaman itu tidak
dominan. Penciptaan suatu karya seni banyak dipengaruhi berbagai faktor.
Feldman 1981 (dalam Nooryan, 2008: 150), menyatakan bahwa Apresiasi
bukanlah sebuah proses pasif, ia merupakan proses aktif kreatif, agar secara
efektif mengerti nilai suatu karya seni, dan mendapatkan pengalaman estetik.
Kegiatan apresiasi seni tidak hanya dilakukan dengan metode ceramah
saja, tetapi juga dapat dilakukan dengan cara lain misalnya dengan melakukan
kunjungan langsung ke museum seni, pameran, berdialog dengan seniman dan
pengrajin seni, atau melihat tayangan pengetahuan tentang sebuah karya seni
melalui media komputer, televisi, video, dan lain-lain. Hal ini didukung oleh
pernyataan Yayah Khisbiyah (2001: xii) bahwa Apresiasi bisa juga diajarkan
melalui pengalaman langsung. Misalnya, siswa menonton pertunjukan atau
pameran, mendengarkan rekaman, menonton video, dan berpraktik serta
berimprovisasi sendiri dengan instrumen dan unsur-unsur kesenian lainnya.
Kegiatan apresiasi seni dapat dikatakan berhasil jika siswa mampu
memahami dan menghargai sebuah karya seni. Yayah Khisbiyah (2001:105)
berpendapat bahwa Apresiasi seni dapat didefinisikan sebagai dicapainya
kemampuan untuk memahami kesenian dengan penuh pengertian. Sehingga jika
siswa telah mampu mengenali, memahami, dan menjaga sebuah kesenian dengan
baik, maka baru dapat dikatakan siswa tersebut telah berapresiasi dengan baik.
Dalam apresiasi seni, hendaknya siswa diberikan pemahaman dan pengenalan
mengenai kesenian tradisi Nusantara. Sehingga siswa mampu mengenali dan ikut
menjaga melestarikan jati diri bangsanya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Dalam materi apresiasi seni di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta
tahun ajaran 2011/2012, dipilih materi karya seni kriya Nusantara untuk
diapresiasi lebih lanjut. Hal ini merupakan langkah yang tepat agar siswa mampu
memahami lebih dalam karya seni kriya yang ada di wilayah Nusantara. Dalam
kata pengantarnya Yayah juga mengatakan bahwa Jenis kesenian yang dipilih
(dalam apresiasi seni) seyogyanya adalah kesenian tradisi Nusantara, karena
sebagai anak bangsa, peserta didik sudah selayaknya mengetahui khazanah
kesenian tradisi bangsanya sendiri. Lebih lanjut lagi, Yayah mengatakan
Dengan demikian, apresiasi terhadap kesenian tradisional Nusantara ini
diharapkan membantu peserta didik mengenal jati dirinya sekaligus memahami
pluralitas bangsanya.
Dalam materi apresiasi seni yang disampaikan adalah pengetahuan dasar
mengenai seni kriya Nusantara. Di antaranya adalah pengertian seni kriya, unsur-
unsur penciptaan seni kriya, fungsi tujuan penciptaan seni kriya, jenis-jenis
penciptaan seni kriya, teknik bahan penciptaan seni kriya dan ruang lingkup kriya.
Dengan mengenalkan siswa lebih dalam mengenai pemahaman dan pengetahuan
tentang seni kriya Nusantara, maka diharapkan siswa mampu meningkatkan
apresiasinya terhadap pembelajaran seni kriya Nusantara.
Berdasarkan silabus kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran
2011/2012, materi seni kriya Nusantara dalam pelajaran Seni Budaya didominasi
oleh praktek. Hal tersebut mengakibatkan penyampaian teori tentang karya seni
kriya Nusantara sangat sedikit dan kurang, sehingga pada saat guru menjelaskan
teori siswa menjadi kurang antusias dengan materi pembelajaran tersebut. Hal
tersebut karena merasa tidak butuh dan lebih memilih pembelajaran praktek.
Penyampaian materi yang kurang oleh guru juga menjadi faktor lain penyebab
siswa kurang antusias dengan materi seni kriya Nusantara. Akibat dari kurangnya
antusiasme siswa, rata-rata hasil belajar pada aspek kognitif siswa XI IPS 1 SMA
Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 pada materi seni kriya Nusantara
belum sampai pada standar penilaian yang telah ditentukan yaitu 73, yang secara
otomatis berpengaruh pada tingkat apresiasi siswa terhadap seni kriya Nusantara
itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Kegiatan apresiasi yang ditingkatkan dalam penelitian ini adalah
pemahaman (kognitif) siswa terhadap materi, sikap menghargai (afektif), dan
keterampilan siswa dalam menyusun kembali isi tentang materi seni kriya
Nusantara ke dalam sebuah makalah yang dibuat secara mandiri dengan rapi dan
sistematis (psikomotor). Peningkatan kegiatan tersebut dinilai melalui hasil
pengamatan selama penelitian berlangsung di kelas dan nilai tes berdasarkan
indikator yang sudah ditentukan. Pada hasil akhirnya, apresiasi siswa dikatakan
baik jika siswa memenuhi indikator-indikator yang telah ditentukan. Rincian
penjelasan segi kognitif, afektif dan psikomotor siswa yang akan mengacu pada:
a. Segi Kognitif
Istilah kognitif berasal dari bahasa latin, yaitu cognoscere yang berarti
tahu atau mengenali. (Aden Bagus, http://id.shvoong.com). Ranah kognitif
sangat berhubungan erat dengan kemampuan berpikir, diantaranya menghafal,
memahami, menganalisis, dan sebagainya. Ranah ini merujuk kepada kemampuan
subyek belajar dalam kecerdasan atau intelektualitasnya, seperti pengetahuan yang
dikuasai maupun cara berpikir. Dalam penelitian tindakan kelas ini nilai kognitif
diukur melalui hasil tes esai. Tes dilakukan setiap akhir pertemuan baik pada uji
terbatas maupun uji lapangan. Pada setiap tes akan mencakup keenam tingkatan
ranah kognitif.
Menurut Martinis Yamin (2006, 28:31) bahwa Kawasan kognitif terdiri
dari enam tingkatan dengan aspek belajar berbeda-beda. Keenam tingkat tersebut
yaitu:
1) Tingkatan Pengetahuan (knowledge)
Pada level ini menuntut siswa untuk mampu mengingat informasi yang
telah diterima sebelumnya. Contoh: siswa dapat menyebutkan kembali
unsur-unsur seni kriya.
2) Tingkat Pemahaman (comprehension)
Pada tahap ini siswa dituntut berkemampuan dalam menjelaskan
pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri.
Dalam hal ini siswa diharapkan menerjemahkan, atau menyebutkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
kembali yang telah didengar dengan menggunakan kalimat sendiri.
Contoh: siswa dapat menjelaskan tentang teknik dan pengertian kriya.
3) Tingkat Penerapan (aplication)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan
informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru. Contohnya
seperti siswa dapat mengemukakan penerapan benda-benda seni kriya
yang ada di sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari.
4) Tingkat Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk mengindentifikasi yang dalam hal ini
siswa diharapkan mampu menunjukkan hubungan di atara berbagai
gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar,
prinsip atau prosedur yang telah dipelajari. Contoh: siswa dapat
menganalisis jenis-jenis seni kriya di Nusantara.
5) Tingkat Sintesis (synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga
terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Contoh: siswa mampu
mengkategorikan benda seni kriya di sekitarnya berdasarkan fungsi dan
tujuan benda kriya tersebut.
6) Tingkat Evaluasi (evaluation)
Dengan evaluasi diharapkan siswa mampu membuat penilaian dan
keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda
dengan menggunakan kriteria tertentu. Contoh: siswa dapat mengkritik
tentang ruang lingkup seni kriya.
Keenam tingkatan tersebut terkandung pada soal-soal tes yang diberikan
kepada siswa setelah proses pembelajaran menggunakan multimedia dilaksanakan
pada setiap pertemuan. Soal-soal yang mengandung keenam tingkatan tersebut
diberikan kepada siswa dengan tujuan agar dapat mengukur tingkat kemampuan
kognitif siswa secara maksimal. Sehingga diharapkan pada akhir penelitian ini
mendapatkan hasil yang valid mengenai keefektifan multimedia dalam
meningkatkan kemampuan kognitif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Segi Afektif
Menurut Martinis Yamin (2006, 32) bahwa Kawasan afektif merupakan
tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati
yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Martinis
melanjutkan bahwa Tujuan afektif dapat disebut sebagai minat, sikap hati, sikap
menghargai, sistem nilai dan kecenderungan emosi.
Jenis kategori ranah afektif dari yang paling sederhana hingga kompleks
menurut Martinis Yamin (2006, 33-36) yakni:
1) Tingkat Menerima (receiving)
Menerima diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku
dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya (stimulus)
tertentu yang mengandung estetika. Contoh: siswa mendengarkan
penjelasan guru tentang materi karya seni kriya Nusantara dengan penuh
perhatian dan sungguh-sungguh tanpa melakukan aktivitas yang tidak
mendukung proses pembelajaran.
2) Tingkat Tanggapan (responding)
Tanggapan diartikan dari segi kemauan atau kemampuan untuk bereaksi
terhadap suatu kejadian (stimulus) dengan cara berpartisipasi dalam
berbagai bentuk. Contoh: siswa tepat dalam memberikan pertanyaan atau
pendapat mengenai materi karya seni kriya Nusantara tanpa keluar dari
konteks materi tersebut.
3) Tingkat Menilai (valuing)
Menilai dapat diartikan sebagai kemauan untuk menerima kenyataan
setelah seseorang itu sadar bahwa objek tertentu mempunyai nilai atau
kekuatan, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap atau perilaku
posirif atau negatif. Contoh: siswa bekerja sama untuk tidak saling
melakukan aktivitas yang tidak mendukung selama proses pembelajaran
berlangsung.
4) Tingkat Organisasi (organization)
Organisasi dapat diartikan sebagai kemungkinan untuk
mengorganisasikan nilai-nilai, menentukan hubungan antar nilai dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menerima bahwa suatu nilai itu lebih dominan dibanding nilai yang lain
apabila kepadanya diberikan berbagai nilai. Contoh: siswa akan hadir
dalam setiap jam pelajaran seni budaya tepat waktu tanpa keluar pada
saat pergantian jam pelajaran.
5) Tingkat Karakteristik (characterization)
Karakteristik adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan
seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga
sikap dan perbuatan itu seolah-olah menjadi ciri-ciri pelakunya. Contoh:
siswa tepat waktu dalam mengumpulkan tugas pada hari yang sudah
ditentukan oleh guru.
c. Segi Psikomotor
Kawasan psikomotor menurut Martinis Yamin (2006, 37) adalah
Kawasan yang berorentasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan
dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf
dan otot. Contoh: siswa membuat makalah secara mandiri dan kedalaman isi
dengan sistematis tentang materi karya seni kriya Nusantara pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan rapi dan dapat dibaca.
4. Seni Kriya Nusantara
a. Pengertian Seni Kriya
Techne (Yunani), ars (Latin), kuns (Jerman) dan art dalam Bahasa
Inggris, semuanya memiliki pengertian yang sama yakni keterampilan dan
kemampuan. Keterampilan dan kemampuan yang dikaitkan dengan tujuan dalam
seni seperti estetis (keindahan), etis, dan nilai praktis. Sedangkan Kriya adalah
bidang keilmuan yang mempelajari pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas
berkarya rupa, yang bertolak dari pendekatan medium, kepekaan estetik,
kebutuhan keseharian dan mengandalkan keterampilan manual. Menurut T.
Bahtiar, Seni kriya (seni kerajinan tangan, handycraft) dapat diartikan, suatu
bentuk atau karya yang dikerjakan secara manual atau dibantu dengan alat lain
sebagai benda yang berguna bagi kepentingan manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Seni kriya seringkali disebut sebagai handycraft yang berarti kerajinan
tangan. Seni kriya termasuk dalam kategori seni rupa terapan, yaitu seni yang
selain memiliki aspek-aspek keindahan, juga menekankan aspek kegunaan atau
fungsi praktis (http://www.scribd.com). Dengan kata lain, seni kriya ialah seni
kerajinan tangan manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan peralatan
kehidupan sehari-hari dengan tidak melupakan pertimbangan artistik dan
keindahan.
b. Fungsi dan Tujuan Penciptaan Seni Kriya
Pembuatan sebuah karya seni kriya tentu tidak dibuat begitu saja, akan
tetapi memiliki fungsi dan tujuan tersendiri. Berikut ini merupakan fungsi dan
tujuan pembuatan seni kriya.
1) Sebagai benda pakai, adalah seni kriya yang diciptakan mengutamakan
fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
Misalnya kursi ukir, meja ukir, cermin dengan bingkai unik, dan lain-lain.
2) Sebagai benda hias, yaitu seni kriya yang dibuat sebagai benda pajangan
atau hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek
kegunaan atau segi fungsinya. Misalnya guci, hiasan dinding, dan lain
sebagainya.
3) Sebagai benda mainan, adalah seni kriya yang dibuat untuk digunakan.
Misalnya mobil-mobilan, boneka wayang, dan lain-lain.
c. Unsur-Unsur Penciptaan Seni Kriya
Berikut ini merupakan unsur yang membentuk seni kriya, diantaranya
ialah aspek kegunaan dan estetika.
1) Utility atau aspek kegunaan
a) Security: mengenai keamanan dalam menggunakan benda seni
tersebut.
b) Comfortable: mengenai kenyamanan dalam menggunakan benda
seni tersebut.
c) Flexibility: yaitu keluwesan penggunaan.
2) Estetika atau syarat keindahan
Adanya keindahan pada sebuah benda terapan dapat menambah rasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
senang, nyaman dan puas bagi pemakainya. Dorongan orang memakai,
memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi jika barang itu
diperindah dan berwujud estetik.
d. Jenis-Jenis Penciptaan Seni Kriya di Nusantara
1) Seni kerajinan kulit, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari
kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit sintetis. Contohnya: tas,
sepatu, wayang dan lain-lain.
2) Seni kerajinan logam, ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam
seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang digunakan
biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai dengan bentuk
yang diinginkan. Contohnya pisau, barang aksesoris, dan lain-lain.
3) Seni ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang
dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya
digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain.
Contohnya mebel, relief dan lain-lain.
4) Seni kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan,
bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang, enceng
gondok, dll. Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain.
5) Seni kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan
proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing). Contohnya: baju,
gaun dan lain-lain.
6) Seni kerajinan keramik, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku
dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin,
pembakaran dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda pakai
dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain.
e. Teknik dan Bahan Penciptaan Karya Seni Kriya
Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang disesuaikan
dengan bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir,
membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.
1) Teknik cor (cetak tuang)
Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya
dari bahan perunggu seperti gendering perunggu, kapak, bejana, dan
perhiasan. Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:
a) Teknik tuang berulang (bivalve)
Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena
menggunakan dua keping cetakan terbuat dari batu dan dapat dipakai
berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua dan valve berarti
kepingan). Teknik ini digunakan untuk mencetak benda-benda yang
sederhana baik bentuk maupun hiasannya.
b) Teknik tuang sekali pakai (a cire perdue)
Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang
bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu.
Teknik ini diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya
dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat, kemudian dibakar
untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga
perunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat
dapat dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya
berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat
dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat
lilin. Saat ini banyak terdapat sentra- sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan
perak.
2) Teknik Ukir
Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil
kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir
adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan
benda yang diukir. Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman
batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti
perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda-
benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran,
garis, swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
sebagai hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius. Dilihat dari
jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan),
ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir
memiliki macam-macam fungsi antara lain:
a) Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan
tidak memiliki makna tertentu.
b) Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu
dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan
spiritual.
c) Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan
juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan
spiritual.
d) Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga
berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan.
e) Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai
jual suatu benda.
3) Teknik Membatik
Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi
kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik merupakan karya seni
rupa yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses pembuatannya
adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses
dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan dan
tahapnglorod yaitu penghilangan malam. Alat dan bahan yang dipakai
untuk membatik pada umumnya sebagai berikut:
a) Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan
kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco,
dan baju kaos.
b) Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai
perintang masuknya warna ke serat kain (benang).
c) Bahan pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam diasol.
d) Canting dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
e) Kuas untuk nemboki yaitu menutup malam pada permukaan kain yang
lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa teknik
membatik antara lain sebagai berikut:
a) Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam
sebagaia bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk
menghalangi masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik dengan
proses ini disebut batik jumputan.
b) Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam
dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada
kain.
c) Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel
yang umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat
motif sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.
d) Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik
ini seniman bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek
tertentu. Seniman batik lukis yang terkenal di Indonesia antara lain
Amri Yahya.
e) Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak
terikat oleh aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan
motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak ada motif,
bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.
f) Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses
pembuatan batik ini tidak menggunakan teknik batik, tetapi dengan
teknik sablon (screen printing). Jenis kain ini banyak dipakai untuk
kain seragam sekolah.
Daerah penghasil batik di Jawa yang terkenal diantaranya Pekalongan,
Solo, Yogyakarta, Rembang dan Cirebon.
4) Teknik Anyam
Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar, topi
dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari berbagai tumbuhan
yang diambil seratnya, seperti bambu, palem, rotan, mendong, pandan dan
lain-lain.
5) Teknik Tenun
Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik menganyam,
perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup
melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan
alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat
yang disebut lungsi dan pakan. Daerah penghasil tenun ikat antara lain.
6) Teknik Membentuk
Pengertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni rupa
dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau
keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya melalui
pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda
dari bahan mentahnya. Teknik yang umumnya digunakan pada proses
pembuatan keramik, diantaranya:
a. Teknik coil (lilit pilin)
Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan
atau pijat jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional
yang bebas untuk membuat bentuk- bentuk yang diinginkan.
Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh
seniman atau para penggemar keramik.
b. Teknik tatap batu/ pijat jari
c. Teknik slab (lempengan)
d. Teknik putar
Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak
bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara
pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para
pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional
biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar
kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
menghasilkan bentuk-bentuk yang sama seperti gentong, guci dll.
e. Teknik Cetak
Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan
jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan
ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah
berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan
jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan
pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat
rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll.
Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik
tradisonal dapat membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang
dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding maupun hiasan dinding dengan
berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai penggunaan multimedia dalam pembelajaran adalah
penelitian yang dilakukan oleh Agung Bayu Saputro (2010) yang berjudul
Penggunaan Multimedia Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Berkarya
Seni batik di SMP Negeri I Eromoko Tahun Pelajaran 2009/2010.
Pada penelitian ini, memiliki permasalahan pokok yaitu rendahnya minat,
perhatian, serta kreativitas siswa pada mata pelajaran seni rupa topik bahasan
kriya batik di SMP Negeri 1 Eromoko. Kurangnya antusiasme siswa terhadap
pembelajaran ini mengakibatkan siswa melakukan aktivitas lain pada saat guru
sedang menjelaskan materi pelajaran, yang akhirnya berdampak pada kurang
maksimalnya penyampaian dan penerimaan materi pelajaran. Hal ini
mengakibatkan pemahaman siswa tentang materi seni rupa menjadi rendah, untuk
itu guru memerlukan media dalam menyampaikan materi agar siswa lebih mudah
memahami materi pelajaran. Dalam penelitian tersebut, dengan menggunakan
bantuan multimedia, pembelajaran menjadi semakin menarik, dan pemahaman
siswa terhadap materi meningkat, sehingga meningkatkan motivasi siswa dalam
berprestasi. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah penggunaan multimedia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
sebagai media pada pembelajaran seni rupa pokok bahasan kriya batik terbukti
dapat meningkatkan mutu proses pembelajaran dan meningkatkan kreativitas
siswa dalam berkarya desain ragam hias pola batik.
Sementara pada penelitian ini, kondisi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri
1 Surakarta memiliki permasalahan yang hampir sama dengan kedua penelitian di
atas, yaitu rendahnya antusiasme siswa terhadap pembelajaran yang berakibat
pada kurangnya pemahaman siswa terhadap materi.
Dari hasil penelitian di atas, dapat dikatakan bahwa dengan pembelajaran
menggunakan multimedia, dapat meningkatkan antusiasme siswa terhadap karya
seni kriya Nusantara yang secara otomatis berakibat pada meningkatnya
pemahaman siswa terhadap materi. Hal ini sejalan dengan kebutuhan
permasalahan penelitian ini yaitu kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya
seni. Dalam kegiatan apresiasi seni dalam pembelajaran seni budaya
membutuhkan pemahaman dan pengenalan lebih mengenai sebuah karya seni atau
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara, sebelum akhirnya siswa dapat
mengapresiasi karya seni tersebut dengan baik.
Dengan demikian, diasumsikan bahwa pemahaman siswa dapat
ditingkatkan melalui pembelajaran menggunakan multimedia. Peningkatan
pemahaman siswa mengenai materi ditunjukkan dengan kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi karya seni tersebut dengan baik, yang kemudian akan diikuti
oleh peningkatan apresiasi seni siswa.
Penerapan multimedia dalam penelitian ini merupakan salah satu
alternatif variasi proses pembelajaran dalam upaya membantu siswa
meningkatkan apresiasi seninya pada pembelajaran materi kriya seni, yang pada
akhirnya diikuti oleh meningkatnya apresiasi siswa terhadap karya seni kriya
Nusantara itu sendiri. Dengan menggunakan multimedia sebagai salah satu solusi
permasalahan dalam penelitian ini, diharapkan apresiasi seni siswa dapat
meningkat dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
C. Kerangka berpikir
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan proses penyampaian dan
penerimaan pesan maupun informasi antara informan dengan penerima informasi.
Agar proses dan tujuan penyampaian informasi tersebut dapat tercapai dengan
maksimal, maka biasanya dibutuhkan adanya perantara atau media tertentu yang
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan proses pembelajaran tersebut.
Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah bergantung kepada metode
pengajaran dan seberapa besar antusiasme siswa terhadap proses pembelajaran
yang dilakukan, serta media yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut.
Pembelajaran apresiasi seni sangat dibutuhkan terutama bagi generasi
muda untuk melatih kepekaannya dalam menghargai, memahami, dan
menanggapi karya seni yang dimiliki bangsanya. Ada berbagai macam karya seni
dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia, salah satu diantaranya berupa karya
seni kriya yang lebih mendominasi karya seni di Indonesia. Dalam proses
mengapresiasi sebuah karya seni, hendaknya dilakukan terlebih dahulu
pengenalan dan pemahaman mengenai karya seni tersebut.
Pemerintah telah banyak mengupayakan berbagai alternatif cara agar
generasi muda bangsa dapat mengenali jati diri bangsanya dengan baik. Salah satu
di antaranya melalui bidang pendidikan. Dalam silabus kelas XI IPS 1, disebutkan
bahwa kompetensi dasar yang harus dicapai siswa salah satunya ialah
mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan dalam karya seni kriya di
wilayah Nusantara. Itu artinya, sebelum siswa lebih jauh mengapresiasi karya seni
kriya, siswa haruslah terlebih dahulu memiliki kemampuan dalam
mengidentifikasi atau mengenali dan memahami dengan baik segala sesuatu
tentang karya seni kriya Nusantara seperti yang disebutkan dalam silabus. Dengan
adanya pemahaman dan pengenalan siswa terhadap karya seni yang dimiliki
bangsanya, maka diharapkan sebagai generasi penerus bangsa ia dapat ikut
berperan serta dalam melestarikan seni dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia.
Kondisi proses pembelajaran seni budaya di kelas XI IPS 1 SMA Negeri
1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 sebenarnya sudah cukup baik, namun dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
segi apresiasi seni siswa pada pembelajaran masih kurang. Hal ini dibuktikan
dengan kurangnya sikap menghargai siswa dengan menunjukkan sikap yang tidak
antusias ketika guru sedang menjelaskan materi karya seni kriya Nusantara karena
melakukan aktivitas masing-masing sehingga mengurangi kualitas proses
pembelajaran. Selain itu rata-rata nilai LKS siswa belum mencapai nilai KKM
yang telah ditentukan, dengan demikian menunjukkan kognitif (pemahaman)
siswa terhadap karya seni kriya Nusantara masih lemah. Kurangnya apresiasi
siswa terhadap materi karya seni kriya Nusantara juga dapat dilihat dari sedikitnya
siswa yang membuat makalah secara mandiri yang dihasilkan dari daya tangkap
mereka setelah mendengar penjelasan materi dari guru, sehingga mengakibatkan
ikut lemahnya aspek psikomotor siswa dalam proses pembelajaran tersebut. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan kembali bahwa ternyata siswa kelas XI IPS 1 SMA
Negeri 1 Surakarta tahun ajaran 2011/2012 belum dapat mengapresiasi karya seni
kriya Nusantara dengan baik sesuai harapan sekolah berdasarkan silabus.
Permasalahan di atas mendorong peneliti untuk mencari alternatif media
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan apresiasi seni siswa, yaitu
dengan mengembangkan multimedia. Multimedia dipilih dalam tindakan
penelitian ini dikarenakan memiliki beberapa kelebihan diantaranya dapat
memberikan kemudahan kepada siswa untuk belajar seni kriya nusantara secara
individual maupun secara kelompok, selain itu juga dapat mendorong motivasi
belajar siswa dan dapat memberikan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan
materi dengan lengkap dan berurutan. Selanjutkan penggunaan multimedia
tersebut diterapkan ke dalam siklus I dan II dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah Nusantara yang berdasarkan indikator
penelitian. Sehingga kehadiran multimedia dengan berbagai program dan
aplikasinya diharapkan memberikan manfaat yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Adapun gambar alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
TINDAKAN
SIKLUS I SIKLUS II
Melalui Multimedia: lebih menarik, efektif, menyenangkan, dan komunikatif.
D.
Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. (Sugiyono, 2010:64).
Proses Pembelajaran Apresiasi Karya Seni Kriya Nusantara
Kompetensi Dasar yang Harus
dicapai Siswa:
Siswa mampu mengidentifikasi
keunikan gagasan teknik dan bahan
dalam karya seni kriya di wilayah
Nusantara
Fakta:
Kurangnya antusias siswa saat guru
menjelaskan materi, rata-rata nilai
LKS siswa yang belum mencapai
nilai KKM yang telah ditentukan, dan
masih sedikit s