Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGGUNAAN METODE RED FLAGS UNTUK MENDETEKSI
KECURANGAN DALAM PERUSAHAAN
(Studi Terhadap Persepsi Eksternal dan Internal Auditor di Wilayah Jakarta dan
Sekitarnya)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Kartika Aisyah Rahman
NIM: 1111082000049
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Kartika Aisyah Rahman
2. Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 06 Agustus 1994
3. Alamat : Jl. Alternatif Cibubur, Kompleks
Legenda Wisata, Zona Mozart Blok G5
No. 2, Cibubur, Jakarta Timur, 16495
4. Telepon : 0812-8455-6145
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN 008 Berau : Tahun 2002 – 2005
2. SMPN 21 Makassar : Tahun 2005 – 2008
3. SMA 01 Sejahtera Depok : Tahun 2008 – 2011
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2011 – 2015
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Akuntansi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Divisi CCA (Cerdas Cermat Accounting) untuk
Accounting Fair UIN Jakarta 2013 (Tahun 2012 – 2013)
2. 1st Winner for Accounting Debate Competition in UIN Jakarta
Accounting Fair 2014
vii
IV. PENGALAMAN KERJA
1. Accounting Freelancer in PT Mitra Handal
Mandiri (General Contractor)
April – Juni 2012
2. Owner in Missjung Online Shop September 2011 - sekarang
3. Social Media Content Planner in Unltd
Indonesia
November 2014 – April 2015
4. Research Assistant for Doctoral Student of
Padjajaran University
Oktober 2014 – sekarang
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Ir. Abdul Rahman NK
2. Ibu : Nengzih, SE.,M.Si.,Ak.,CA.
3. Anak ke : 1 dari 2 Bersaudara
viii
PENGGUNAAN METODE RED FLAGS UNTUK MENDETEKSI
KECURANGAN DALAM PERUSAHAAN
(Studi terhadap Persepsi Eksternal dan Internal Auditor di Jakarta dan
Sekitarnya)
ABSTRAK
Penelitian ini menguji bagaimana perbedaan persepsi eksternal dan internal
auditor di Jakarta dan sekitarnya terhadap efektivitas metode red flags untuk
mendeteksi kecurangan dalam perusahaan. Responden dalam penelitian ini adalah
auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik, BUMN, Institusi Negara, dan beberapa
perusahaan swasta. Jumlah auditor yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak
94 auditor. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, dan
metode penelitian yang digunakan adalah Independent Sample T-test.
Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan persepsi di beberapa indikator red
flags yang terbagi atas 4 dimensi red flags, dimana eksternal auditor secara keseluruhan
menilai red flags lebih efektif untuk mendeteksi kecurangan di perusahaan.
Kata kunci: red flags, fraud diamond, eksternal auditor, internal auditor
ix
THE USE OF RED FLAGS METHOD TO DETECT FRAUD WITHIN THE
COMPANIES
(Study on the Perception of External and Internal Auditor in Jakarta and Its
Surrounding Areas)
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine how differences in the perception of the
external and internal auditors in Jakarta and its surrounding areas on the effectiveness
of red flags method to detect fraud within the company. Respondents in this study are
the auditors who work in public accounting firm, state-owned enterprises, state
institutions, and several private companies. Number of auditors sampled in this study
were 94 auditors. The sampling method for this study is purposive sampling, and the
research method used for this study is independent sample T-test.
The results of this study showed that there are differences in the perception of
red flags in some of its indicators which divided into four dimensions of red flags. This
study also find that overall external auditors assessed the red flags more effectively to
detect fraud within the company.
Keywords: red flags, fraud diamond, external auditor, internal auditor
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang
telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Penggunaan Metode Red Flags Untuk Mendeteksi
Kecurangan Dalam Perusahaan (Studi terhadap Persepsi Eksternal Auditor dan
Internal Auditor di Jakarta dan Sekitarnya)” dengan baik. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, dukungan, semangat dan do’a, baik langsung maupun tidak langsung dalam
penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Mama yang tersayang dan tercinta, yang selalu mencurahkan perhatian, cinta dan
sayang, saran, kritikan, dukungan serta do’a yang tertuju untukku.
2. Bapak yang tersayang, terimakasih atas semua masukan, saran, dorongan dan kritik,
perhatian dan doanya yang tidak pernah putus.
3. Adikku Hazairin yang tersayang, yang terkadang menyusahkan tapi selalu
membantu dan menemaniku ketika susah dan gembira.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan, SE.,MM., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Amilin, M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah
Bapak berikan selama ini.
7. Ibu Reskino, SE., M.Si.,Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
tersayang, yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian, membimbing
xi
dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas semua saran dan
pembelajaran yang Ibu berikan selama proses penulisan skripsi sampai
terlaksananya sidang skripsi.
8. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
9. Akuntansi B UIN 2011, teman terbaik, terimakasih atas memori empat tahun kita
bersama-sama menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna. Semoga kita
semua mencapai kesuksesan di masa depan.
10. Seluruh teman-temanku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011, terima
kasih atas do’a, semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini,
semoga kita semua meraih kesuksesan yang diinginkan, amin.
11. Ka iyan, Amanah, Yudho, Fakhri, Eva, terimakasih banyaaaak atas semuanya, you
guys are definitely the best!
12. Yang jauh di Birmingham, terimakasih atas semua perhatian, do’a dan saran serta
kritikannya yang walaupun seringkali pedas, tapi sebenarnya masuk akal semua,
haha.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Mei 2015
Kartika Aisyah Rahman
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ............................................................. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ........................................................................ iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .......................................................... v
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... vi
Abstract…………………………………………………………………………………...viii
Abstrak .................................................................................................................. ix
Kata Pengantar ...................................................................................................... x
Daftar Isi................................................................................................................ xii
Daftar Tabel .......................................................................................................... xi
Daftar Gambar ....................................................................................................... xv
Daftar Lampiran .................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 12
1. Tujuan Penelitian ........................................................................... 12
2. Manfaat Penelitian ......................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 14
A. Tinjauan Literatur ................................................................................ 14
1. Fraud Triangle Theory ................................................................. 14
2. Fraud Diamond Theory ................................................................ 17
3. Jenis – jenis Auditor ..................................................................... 20
4. Red Flags ..................................................................................... 21
5. Fraud (Kecurangan) ...................................................................... 23
xiii
B. Keterkaitan antar Variabel dan Perumusan Hipotesis .......................... 27
1. Persepsi eksternal dan internal auditor terhadap
efektivitas red flags untuk mendeteksi kecurangan ........................ 27
C. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu .......................................................... 29
D. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 35
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 35
B. Metode Pemilihan Sampel ................................................................. 35
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 36
D. Metode Analisis Data ......................................................................... 38
1. Statistik Deskriptif ........................................................................ 38
2. Uji Kualitas Data .......................................................................... 38
a. Uji Reliabilitas ................................................................... 38
b. Uji Validitas ....................................................................... 39
3. Uji Normalitas Data ...................................................................... 40
4. Uji Hipotesis ................................................................................ 40
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 49
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................... 49
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ........................................................... 54
C. Pembahasan ........................................................................................ 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 72
A. Kesimpulan ........................................................................................ 72
B. Implikasi ............................................................................................. 76
C. Keterbatasan ....................................................................................... 77
D. Saran ................................................................................................... 78
xiv
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 79
LAMPIRAN ......................................................................................................... 83
xv
DAFTAR TABEL
NO. KETERANGAN HALAMAN
1.1 Kasus Penyimpangan Akuntansi di Indonesia ......................................... 2
1.2 10 Penyimpangan Akuntansi Besar di Dunia ........................................... 5
2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ............................................................. 29
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ....................................................... 47
4.1 Data Sampel Penelitian ........................................................................... 50
4.2 Distribusi Sampel Penelitian ................................................................... 50
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Auditor .................... 52
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan Auditor ................. 52
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Audit ............. 53
4.6 Hasil Uji Statistik Deskriptif .................................................................... 54
4.7 Hasil Uji Validitas Opportunity ............................................................... 56
4.8 Hasil Uji Validitas Pressure ..................................................................... 56
4.9 Hasil Uji Validitas Rationalization .......................................................... 57
4.10 Hasil Uji Validitas Capability .................................................................. 57
4.11 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................................ 58
4.12 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ............................................. 59
4.13 Hasil Uji Hipotesis untuk Dimensi Opportunity ...................................... 60
4.14 Hasil Uji Hipotesis untuk Dimensi Pressure ........................................... 62
4.15 Hasil Uji Hipotesis untuk Dimensi Rationalization ................................. 63
4.16 Hasil Uji Hipotesis untuk Dimensi Capability ......................................... 64
xvi
DAFTAR GAMBAR
NO. KETERANGAN HALAMAN
2.1 Tiga Elemen Fraud Triangle Theory .......................................................... 15
2.2 Empat Elemen Fraud Diamond Theory ...................................................... 18
2.3 Skema Kerangka Pemikiran ........................................................................ 33
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran - Lampiran ............................................................................................ 83
Surat Penelitian Penyebaran Kuesioner ................................................................ 84
Surat Keterangan Dari Responden ........................................................................ 87
Kuesioner Penelitian ............................................................................................. 92
Jawaban Responden .............................................................................................. 93
Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ................................................................... 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Owojiri dan Asaolu (2009: 183) menyebutkan fakta bahwa banyak bisnis
menghadapi kebangkrutan karena tekanan ekonomi dan konsekuensi akibat
pengawasan karyawan yang kurang memadai yang kemudian meningkatkan risiko
terjadinya kecurangan (fraud) setiap harinya. Ozkul dan Pektekin (2009: 59) juga
menambahkan penggunaan teknologi dalam akuntansi dan sulitnya mengendalikan
kecurangan yang muncul dari media elektronik menjadikan risiko terjadinya
kecurangan dalam perusahaan menjadi semakin tinggi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh ACFE (Association of Certified Fraud
Examiners) dalam Widjaja (2011) menunjukkan bahwa 58% dari total kasus
kecurangan yang dilaporkan dilakukan oleh karyawan perusahaan pada tingkat
manajerial, 36% dilakukan oleh manajer perusahaan tanpa melibatkan pihak lain
(stand-alone fraudster) dan 6% sisanya dilakukan oleh manajer melalui kolusi bersama
karyawan perusahaan. Koroy (2008) lalu menambahkan bahwa dari keseluruhan kasus
kecurangan yang terjadi, jenis kecurangan yang paling banyak terjadi adalah asset
misappropriations sebesar 85%, yang kedua adalah kasus kecurangan jenis korupsi
dengan presentase sebesar 13%, sisanya adalah kasus kecurangan dalam laporan
keuangan (fraudulent statements).
2
Kasus kecurangan di perusahaan - perusahaan dalam satu dekade terakhir,
diantaranya Enron dan Worldcom di Amerika Serikat menyebabkan kerugian besar di
pasar modal.
Tabel 1.1
Kasus Penyimpangan Akuntansi di Indonesia
No Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan
1. PT Kimia Farma Tbk
(2001)
Kementerian BUMN dan pemeriksa Bapepam
(Bapepam, 2002) menemukan indikasi adanya
salah saji dalam laporan keuangan yang
mengakibatkan overstatement net profit untuk
periode berakhir 31 Desember 2001 sebesar 32,7
miliar dimana 24,7% adalah dari net profit dan
2,3% berasal dari penjualan
(Koroy, 2008) Salah saji ini terjadi dengan
melebihsajikan penjualan dan persediaan pada 3
unit usaha, dan kemudian mengelembungkan
harga persediaan pada unit distribusi PT Kimia
Farma Tbk. Manajemen PT Kimia Farma Tbk
melakukan pencatatan ganda atas penjualan 2
unit usaha, pencatatan ganda dilakukan pada unit
– unit yang tidak termasuk dalam sampling yang
diambil auditor eksternal
2. PT Kereta Api Indonesia
(2005)
Piutang PPN per 31 Desember 2005 senilai Rp 95,2
M, menurut Komite Audit harus dicadangkan
penghapusannya pada tahun 2005 karena diragukan
kolektibilitasnya, tetapi tidak dilakukan oleh
manajemen dan tidak dikoreksi oleh auditor.
Saldo beban yang ditangguhkan per 31 Desember
2005 sebesar Rp 6 M yang merupakan penurunan
nilai persediaan tahun 2002 yang belum di
amortisasi, menurut Komite Audit harus dibebankan
sekaligus pada tahun 2005 sebagai beban usaha.
Berkaitan dengan pengalihan persediaan suku cadang
RP 1,4 M yang dialihkan dari satu unit kerja ke unit
kerja lainnya di lingkungan PT KAI yang belum
selesai proses akuntansinya per 31 Desember 2005,
menurut Komite Audit seharusnya telah menjadi
beban tahun 2005.
3
3. PT Sari Husada (2005) Terjadi indikasi praktek insider trading yang
dilakukan oleh direksi Sari Husada. Akar dari kasus
ini adalah ketika manajemen Sari Husada
mengeluarkan kebijakan ESOP (Empoyee Stock
Option Program, yaitu kebijakan penjualan saham
perusahaan kepada karyawan dengan harga yang
lebih murah) sebesar 5% (94 juta lembar) dari
keseluruhan sahamnya. Saham dari ESOP yang
seharusnya dibeli oleh karyawan, malah mayoritas
dibeli pihak komisaris, direksi, dan manajer senior
(dengan rincian 3 komisaris (44,8%), 5 direksi
(42,5%), dan para manajer (12,7%)
4. Citibank Indonesia (2011) Terjadi praktik kecurangan yang dilakukan oleh
Relationship Manager kepada nasabah A-List
Citibank. Masalah berakar dari pelaku yang
mendapat kepercayaan dari para nasabah yang
kemudian disalahgunakan. Kerugian nasabah
diperkirakan 17 miliar lebih.
Sumber: Martin, Michael, Journal of Business Cases and Applications, 2011.
Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang untuk memberikan
keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi salah saji (misstatement) yang
material dan memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen
terhadap aktiva perusahaan (Koroy, 2008:1). Perusahaan kemudian mengandalkan
auditor eksternal maupun internal untuk memberikan keyakinan pada pemegang saham
dan calon investor bahwa laporan keuangan yang dibuat adalah laporan keuangan yang
relevan dan dapat dipercaya. Untuk itu, dibutuhkan kemampuan, integritas, dan
independensi yang tinggi, karena jika hasil audit terbukti salah dan ditemukan indikasi
kecurangan, maka kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor bisa berangsur -
angsur hilang.
4
Selain itu, bila seorang auditor tidak mampu mendeteksi kecurangan yang terjadi
dalam perusahaan melalui pelaporan keuangan yang materil, dapat dipastikan pihak
perusahaan dan pemegang saham akan merugi. Menelisik kembali di tahun – tahun
sebelumnya, banyaknya variasi kecurangan dan skandal – skandal manipulasi atas
laporan keuangan perusahaan tak pelak mendatangkan persepsi negatif kepada para
akuntan publik maupun internal. Kecurangan dan skandal manipulasi yang besar
memang biasanya hanya terjadi pada perusahaan dengan skala besar.
Fakta ini sesuai dengan pernyataan Thomas dan Gibson, dan
PricewaterhouseCoopers (2003) bahwa bisnis yang lebih besar lebih mungkin
mengalami tindakan kejahatan ekonomi, namun tindakan kecurangan mungkin lebih
mahal untuk usaha kecil. Selain itu, kerusakan yang ditimbulkan oleh tindakan
kecurangan melampaui kerugian keuangan langsung. Kerusakan tersebut termasuk
merugikan hubungan eksternal bisnis, semangat kerja karyawan, reputasi perusahaan,
dan branding. Bahkan, beberapa efek dari tindakan kecurangan, seperti reputasi
perusahaan yang buruk, dapat memiliki dampak jangka panjang (Pricewaterhouse
Coopers, 2003). Kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan ini skalanya cukup
bervariasi, mulai dari pemalsuan informasi di laporan keuangan, konspirasi yang
terjadi antara manajemen dan akuntan publiknya sendiri, dan lain – lain. Melihat dari
tren penyimpangan yang terjadi selama beberapa tahun ini, penyimpangan akuntansi
yang terjadi lebih banyak pada bentuk manajemen laba yang tidak sah dan opini auditor
eksternal yang tidak benar. Berikut ini disajikan tabel berisi daftar penyimpangan
akuntansi yang terjadi dari tahun 2000 – sekarang.
5
Tabel 1.2
10 Penyimpangan Akuntansi Besar di Amerika
No Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan
1.
Bank of Credit and
Commerce International
(BCCI)
Skandal BCCI adalah salah satu skandal terbesar
dalam sejarah keuangan dengan total kecurangan
sekitar USD 20 milyar lebih. Tuduhan – tuduhan lain
yang disangkakan kepada BCCI termasuk
penyuapan, mendukung terorisme, pencucian uang,
penggelapan, menjual teknologi nuklir, dan lain –
lain.
2.
Enron Corporation
Hutang dari Enron Corporation disembunyikan dan
keuntungan perusahaan meningkat menjadi lebih dari
USD 1 miliar. Enron Corporation juga menawarkan
suap terhadap pemerintah luar negeri untuk
memenangkan kontrak mereka yang ada di luar
negeri.
3.
WorldCom
Cash Flow perusahaan dinaikkan pada laporan posisi
keuangan dan USD 3.8 miliar dicatat sebagai capital
expenses bukan sebagai operating expenses.
4.
Tyco International
CEO Dennis Kozlowski dan mantan CFO Mark H.
Swartz dituduh melakukan pencurian sebesar USD
600 juta dari perusahaan Tyco International di tahun
2002.
5.
Kanebo Limited
Mendongkrak keuntungan perusaahan sebesar USD
2 miliar selama 5 tahun berturut – turut.
6.
Waste Management,Inc
Laba didongkrak naik sekitar USD 1.7 miliar dengan
menaikkan umur manfaat penyusutan untuk property
dan perlengkapan perusahaan tersebut di tahun 2002.
7.
Parmalat
Total utang perusahaan berjumlah lebih dari dua kali
lipat dari total neraca. Tuduhan lainnya adalah
pemalsuan dan kebangkrutan.
8
Health South Corporation
Pemasukan perusahaan dilebihkan sebesar 4700%
dan mendongkrak USD 1.4 miliar agar memenuhi
ekspektasi para investor.
Bersambung di halaman selanjutnya
6
Tabel 1.1 (Lanjutan)
No. Nama Perusahaan Tuduhan Kasus Kecurangan
9.
American International
Group (AIG)
Perusahaan mempertahankan perjanjian dengan
payoff yang menguntungkan, melakukan
kecurangan dalam proses tawar-menawar untuk
kontrak asuransi dan melambungkan nilai neraca
sebesar USD 2.7 miliar di 2005.
10.
Satyam Computer Service
Melambungkan kas dan saldo bank lebih dari USD
1.5 miliar, melakukan overstated pada nilai
piutang, dan melakukan understated pada utang
perusahaan sebesar USD 250 juta yang dilakukan
untuk kepentingan pemilik perusahaan sendiri.
Sumber: The Top 10 Embezzlement Cases in US Modern History by Marquet
Kesimpulan yang dapat diambil dari 10 kasus kecurangan diatas adalah perusahaan
yang terlibat rata – rata adalah perusahaan dengan skala nasional dan internasional, dan
sudah melakukan Initial Public Offering (IPO) yang berarti perusahaan harus
mempekerjakan akuntan internal yang bertanggungjawab atas pembuatan laporan
keuangan perusahaan dan auditor independen yang bertanggungjawab atas hasil opini
audit terhadap laporan keuangan perusahaan. Jika oknum dalam perusahaan melakukan
kecurangan, dan tidak terdeteksi oleh auditor, maka publik akan menempatkan
kesalahan pada auditor karena dinilai telah gagal mendeteksi kecurangan yang terjadi.
7
Pandangan ini berlaku tidak hanya pada auditor eksternal namun juga auditor
internal, misalnya jika auditor internal tidak berhasil mendeteksi kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan, maka dewan komisaris adan pemegang
kepentingan akan kehilangan kepercayaannya kepada divisi auditor internal.
Kesimpulannya adalah auditor eksternal dan internal harus berusaha untuk bisa
mendeteksi kecurangan yang terjadi dalam perusahaan dengan menggunakan berbagai
pendekatan, teknik dan metode.
(Moyes, Young dan Faizal, 2013) menyatakan bahwa standar professional tidak
meminta auditor internal untuk berasumsi bahwa tanggung jawab utama mereka adalah
untuk mendeteksi dan melakukan investigasi terhadap kecurangan. Auditor internal
diminta untuk melakukan due professional care dengan mempertimbangkan dan
mengevaluasi probabilitas dari kesalahan yang signifikan atau kecurangan terjadi.
Auditor internal sendiri bertanggungjawab langsung kepada dewan komisaris, komite
audit. Faktor utama yang membedakan kesalahan dan kecurangan adalah kecurangan
terjadi karena tindakan yang disengaja untuk mengakibatkan salah saji material dalam
laporan keuangan suatu perusahaan.
Kecurangan biasanya dipoles sedemikian rupa agar salah saji yang material sulit
untuk ditemukan oleh auditor (SAS 82 Paragraf 31). Untuk itu, auditor perlu untuk
mempertimbangkan kejadian atau fakta yang ada dan menimbulkan indikasi adanya
kecurangan dalam perusahaan. Auditor, dikarenakan sifat alamiah dari pekerjaannya,
tidak bisa menghindar dari fakta bahwa mereka adalah satu dari beberapa pihak yang
mampu mendeteksi terjadinya kecurangan bahkan dari tahap awal proses audit
8
dilaksanakan, namun tanggungjawab untuk mendeteksi kecurangan tidak hanya
dimiliki auditor.
Manajemen perusahaan juga memiliki tanggungjawab yang tidak berbeda,
dikarenakan fakta bahwa mereka seharusnya bisa mendeteksi kecurangan di dalam
perusahaan melalui pengendalian internal yang diterapkan (Smith dan Baharuddin,
2005). Lain halnya, apabila kecurangan tersebut justru dilakukan oleh manajemen
puncak yang duduk di posisi yang tepat dan memiliki kemampuan untuk melakukan
kecurangan.
Ada beberapa metode, pendekatan dan teknik – teknik yang auditor biasa lakukan
dalam usahanya mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan, mulai dari critical
point auditing (CPA), job sensitivity analysis (JSA), analisis vertikal, analisis
horizontal, analisis rasio, red flags, dan sebagainya. Sebagai contoh, critical point
auditing adalah teknik dimana melalui pemeriksaan atas catatan pembukuan, gejala
sebuah kecurangan dapat diidentifikasi. Hasil dari teknik ini berupa gejala atau indikasi
– indikasi terjadinya kecurangan, dimana tindakan yang biasanya perusahaan ambil
adalah penyelidikan lebih rinci.
Red flags ini dapat digunakan pada setiap perusahaan dan semakin akurat dan
komprehensif catatan pembukuan yang dimilki perusahaan, semakin efektif teknik ini
dalam mendeteksi gejala kecurangan. Lalu ada metode red flags dimana red flags
menurut DiNapoli adalah ”a set of circumstances that are unusual in nature or vary
from the normal activity” atau keaadan yang tidak biasa terjadi atau variasi dari
9
aktivitas normal. SAS 99 menekankan pentingnya auditor untuk bisa mendeteksi
indikasi kecurangan dalam melakukan pekerjaan auditnya.
SAS 99 mengharuskan auditor menilai risiko salah saji yang disebabkan oleh
kecurangan, dan menyediakan pedoman operasional dalam mempertimbangkan
indikasi kecurangan saat melakukan audit laporan keuangan. Metode red flags adalah
salah satu metode yang relatif mudah untuk dilakukan oleh auditor dalam mendeteksi
kecurangan. Banyak penelitian yang telah dilakukan di tahun – tahun sebelumnya
mengenai metode ini, misalnya persepsi auditor sebagai pengguna metode ini, tingkat
efektivitas metode red flags dibandingkan dengan metode deteksi kecurangan lainnya,
bagaimana efektivitas penggunaan metode red flags sebagai metode deteksi
kecurangan baik itu di perusahaan kecil maupun perusahaan besar, dan lain sebagainya.
Penelitian-penelitian mengenai red flags ternyata menunjukkan hasil yang berbeda-
beda. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan persepsi dalam menilai red flags.
Perbedaan karakteristik pribadi dapat mengakibatkan perbedaan persepsi (Robbins dan
Judge, 2008). Persepsi tersebut dapat mempengaruhi keputusan dan langkah yang
diambil oleh auditor dalam proses pelaksanaan audit. Persepsi auditor yang berbeda
dapat mengakibatkan perbedaan dalam menilai tingkat efektivitas red flags dalam
mendeteksi fraud.
Penelitian ini membahas mengenai bagaimana persepsi auditor eksternal dan
internal terhadap efektivitas metode red flags dalam mendeteksi terjadinya kecurangan
atau salah saji yang disengaja dalam laporan keuangan. Hegazy dan Kassem, (2010);
10
Moyes et., al (2006) dalam Moyes., et al (2013) mengklaim dalam penelitian mereka
bahwa metode red flags efektif untuk digunakan dalam mendeteksi kecurangan.
Sementara penelitian Heiman-Hoffman et al., (1996); Moyes, (2006) dalam Moyes
et al., 2013 menyatakan bahwa tidak semua indikator dalam metode red flags
mempunyai tingkat efektivitas yang sama dalam mendeteksi kecurangan, dan bahwa
auditor eksternal dan internal mempunyai pandangan yang berbeda terhadap efektivitas
pendeteksian kecurangan melalui metode red flags.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Albrecht dan Romney (1986) yang
menemukan bahwa partner audit beranggapan bahwa red flags yang berkaitan dengan
karakter personal dari manajemen perusahaan itu efektif untuk digunakan mendeteksi
kecurangan, sedangkan red flags yang berkaitan dengan karakter perusahaan tidak
efektif untuk digunakan mendeteksi kecurangan.
Apostolou et., al (2001) menyatakan bahwa auditor melihat red flags yang terkait
dengan karakter personal manajemen dan pengaruh dari lingkungan pengendalian
sebagai metode yang paling efektif untuk mendeteksi kecurangan. Terlihat dengan jelas
perbedaan pendapat dari beberapa penelitian terdahulu mengenai metode red flags, ada
yang menyatakan efektif, beberapa menyatakan efektif dengan kondisi tertentu,
beberapa menyatakan metode red flags tidak efektif digunakan untuk mendeteksi
kecurangan.
Ini yang menjadi dasar pemikiran dari penelitian kali ini, penelitian ini ingin
meneliti mengenai “Persepsi auditor eksternal dan internal mengenai metode red flags
untuk mendeteksi kecurangan di perusahaan dengan studi pada auditor eksternal dan
11
internal di wilayah Jakarta, Indonesia”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari
penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Moyes dan Faizal (2013),
Objek penelitian ini adalah auditor eksternal dan internal di KAP dan lembaga
pemerintahan di Jakarta, sementara objek penelitian sebelumnya adalah auditor
eksternal dan internal, yang merupakan auditor di institusi pemerintahan di Malaysia.
Variabel dalam penelitian ini sama dengan variabel penelitian sebelumnya, namun
penelitian ini menambahkan satu variabel dimana penelitian sebelumnya telah
memiliki tiga variabel yang mengacu pada teori fraud triangle dengan berfokus pada
red flags untuk kecurangan, yaitu pressure atau tekanan, opportunity atau kesempatan,
dan rationalization atau rasionalisasi. Penelitian ini menambahkan indikator individual
capability atau kemampuan individual untuk membuat kecurangan dalam laporan
keuangan perusahaan terjadi. Alasan penambahan indikator pada variabel ini karena
diyakini bahwa kasus – kasus kecurangan terjadi tidak cukup hanya karena adanya
tekanan, kesempatan atau rasionalisasi melainkan ada seseorang atau sekelompok
orang yang memiliki kemampuan yang cukup untuk menggabungkan ketiga faktor
terjadinya kecurangan tersebut menjadi kecurangan yang nyata.
12
B. Perumusan Masalah
Terdapat banyak penelitian yang mengangkat isu kecurangan dalam laporan
keuangan perusahaan yang memang menjadi tren di beberapa tahun belakangan ini,
begitu juga dengan penelitian mengenai teknik apa yang menurut auditor adalah paling
efektif dalam mendeteksi kecurangan, dan metode red flags adalah satu dari banyaknya
metode yang ada, ditambah penelitian yang mengangkat efektivitas dari metode red
flags untuk mendeteksi kecurangan masih sangat sedikit di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka perumusan
masalah yang hendak diteliti untuk penelitian ini adalah:
1. Bagaimana persepsi auditor eksternal terhadap efektivitas metode red flags
dalam mendeteksi kecurangan?
2. Bagaimana persepsi auditor internal terhadap efektivitas metode red flags
dalam mendeteksi kecurangan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian mengenai persepsi auditor internal, auditor eksternal, efektivitasi metode
red flags untuk mendeteksi kecurangan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui dan memperoleh bukti empiris mengenai persepsi auditor internal
terhadap efektivitas metode red flags dalam mendeteksi kecurangan.
2. Mengetahui dan memperoleh bukti empiris mengenai persepsi auditor eksternal
terhadap efektivitas metode red flags dalam mendeteksi kecurangan.
13
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian mengenai persepsi auditor internal,
auditor eksternal, efektivitasi metode red flags untuk mendeteksi kecurangan ini
adalah:
1. Untuk mahasiswa jurusan Akuntansi, penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat
sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
2. Untuk masyarakat, penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat untuk sarana
informasi tambahan mengenai bagaimana persepsi auditor internal dan
eksternal terhadap metode red flags dalam mendeteksi kecurangan dalam
laporan keuangan perusahaan.
3. Untuk peneliti berikutnya, sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan
melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle Theory)
Teori segitiga kecurangan ini pertama kali oleh Cressey (1953) dalam Tuanakotta
(2013:45). Tuanakotta menyebutkan bahwa Cressey tertarik pada embezzlers yang
disebutnya sebagai “trust violators” atau pelanggar kepercayaan, yakni mereka yang
melanggar kepercayaan atau amanah yang dititipkan kepada mereka. Penelitian
Cressey diterbitkan dengan judul Other People’s Money: A Study in the Social
Psychology of Embezzlement (1950), hipotetis penelitiannya adalah:
“Trusted person become trust violator when they conceive of themselves as having
financial problem which is non-shareable, are aware this problem can be secretly
resolved by violation of the position of financial trust, and are able to apply to their
own conduct in that situation verbalizations which enable them to adjust their
conceptions of themselves as trusted person with their conceptions of themselves as
users of the entrusted funds or property.”
Terjemahan:
“Orang yang dipercaya menjadi pelanggar kepercayaan ketika ia melihat
dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai masalah keuangan yang tidak dapat
diceritakannya kepada orang lain, sadar bahwa masalah ini secara diam – diam dapat
diatasinya dengan menyalahgunakan wewenangnya sebagai pemegang kepercayaan di
bidang keuangan, dan tindak – tanduk sehari – harinya memungkinkannya
15
menyesuaikan pandangan mengenai dirinya sebagai seseorang yang bisa dipercaya
dalam menggunakan dana atau kekayaan yang dipercayakan”. Dalam teori segitiga
kecurangan, terdapat model segitiga kecurangan yang dibuat untuk menjawab
pertanyaan, mengapa orang melakukan kecurangan, atau mengapa kecurangan terjadi?
Berikut ini adalah tiga elemen yang terdapat dalam teori segitiga kecurangan yang
dikemukakan Cressey (1953):
Gambar 2.1
a. Pressure (Tekanan)
Sudut paling atas, adalah pressure atau tekanan yang dirasakan pelaku
kecurangan yang dipandangnya sebagai kebutuhan keuangan yang tidak dapat
diceritakannya kepada orang lain (perceived non-shareable financial needs),
maka dari itu si pelaku kecurangan mulai mempertimbangkan tindakan illegal
seperti menyalahgunakan aset perusahaan atau melakukan salah saji yang
Fraud Triangle
Opportunity
Pressure
Rationalization
16
disengaja pada laporan keuangan untuk menyelesaikan masalah keuangannya.
Lister (2007: 63) mendefinisikan pressure sebagai “sumber panas untuk api”
namun tidak berarti karena ada tekanan dalam diri seseorang, lantas orang
tersebut akan melakukan fraud. Menurut Lister (2007: 63), terdapat tiga jenis
tekanan yang memotivasi individu untuk melakukan fraud di perusahaan
tempatnya bekerja, yaitu:
1. Personal pressure, yaitu kondisi dimana individu melakukan
kecurangan karena gaya hidup,
2. Employment pressure, dimana individu tertekan untuk melakukan
kecurangan karena tuntutan pekerjaan atau target kerja, atau karena
kepentingan keuangan yang dimiliki manajemen perusahaan,
3. External pressure, misalnya ancaman terhadap stabilitas keuangan
perusahaan, ekspektasi pasar, dan sebagainya.
b. Opportunity (Kesempatan)
Sudut kedua adalah opportunity atau kesempatan yang didefinisikan
Tuanakotta (2013:46) sebagai peluang untuk melakukan kecurangan seperti
yang dipersepsikan pelaku kecurangan. ACFE mendefenisikan kesempatan
pada model segitiga kecurangan ini sebagai metode yang bisa digunakan untuk
melaksanakan kecurangan. Pelaku kecurangan harus bisa melihat celah untuk
bisa melakukan kecurangan dengan menghindari risiko sekecil mungkin
tindakan kecurangannya tersebut diketahui orang lain. Lister (2007: 63)
mendefinisikan kesempatan sebagai “bahan bakar yang terus membuat api”
17
atau dengan kata lain, walaupun individu memiliki tekanan dalam dirinya untuk
melakukan fraud, itu tidak akan bisa dilakukan jika tidak ada kesempatan.
Contoh opportunity yang membuat fraud bisa terjadi misalnya; tingginya
tingkat turnover di divisi manajemen yang memegang peranan penting di
perusahaan, atau pemisahan tugas yang tidak memadai, atau transaksi yang
sifatnya kompleks, atau bahkan struktur manajemen.
c. Rationalization (Rasionalisasi)
Sudut terakhir dari segitiga kecurangan ini adalah rasionalisasi. Rasionalisasi
adalah pembenaran yang “dibisikkan” untuk melawan hati nurani si pelaku
kecurangan. ACFE mengklaim bahwa kebanyakan pelaku kecurangan adalah
first-time offender atau orang – orang yang baru pertama kali melakukan praktik
kecurangan, dan tidak melihat diri mereka sebagai pelaku kriminal. Mereka
melihat diri mereka sebagai individu yang jujur yang terjebak dalam situasi
yang buruk, dan mereka menjustifikasi praktik kecurangan mereka sebagai
tindakan yang legal atau bisa diterima secara umum. Vona (2008) menjabarkan
contoh rasionalisasi yang biasanya dilakukan; manajer akan beralasan bahwa
mereka melakukan kecurangan karena dituntut untuk memenuhi target margin
perusahaan tahun ini, dan ketika mereka gagal, usaha terakhirnya adalah
melakukan kecurangan untuk memberikan comfortness kepada para
stockholders.
18
2. Teori Fraud Diamond (Fraud Diamond Theory)
Teori fraud diamond merupakan pandangan baru mengenai kecurangan dimana
teori ini adalah penyempurnaan dari teori segitiga kecurangan yang dicetuskan Cressey
di tahun 1953. Teori fraud diamond ini dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004)
dimana teori ini menambahkan satu elemen yaitu individual capability, elemen ini
diyakini memiliki pengaruh signifikan dalam kecurangan. Dengan demikian ada total
empat elemen, dimana tiga elemen sebelumnya adalah pressure, opportunity dan
rationalization yang sudah ada dalam teori fraud triangle Cressey.
Gambar 2.2
2.1. Elemen Fraud Diamond
Secara keseluruhan, teori fraud diamond merupakan penyempurnaan dari teori
fraud triangle yang dikemukakan Cressey, adapun elemen – elemen dari fraud
diamond adalah:
1. Pressures/Incentives
2. Opportunity
3. Rationalization
4. Capability
Pressures Opportunity
Rationalization Capability
19
a. Capability (Kemampuan)
Teori fraud triangle menjelaskan bahwa elemen opportunity atau kesempatan
yang terbuka di dalam sistem perusahaan yang memungkinkan kecurangan tersebut
dilakukan, sementara elemen pressure atau tekanan timbul karena kondisi – kondisi
tertentu dalam perusahaan, lifestyle, tuntutan finansial, dan lain – lain. Elemen terakhir,
yaitu rationalization atau rasionalisasi adalah tindakan pembenaran yang dilakukan
oleh pelaku kecurangan atas kecurangan yang dilakukannya dalam perusahaan.
Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), orang yang melakukan kecurangan
tersebut harus memiliki capability atau kapabilitas untuk menyadari pintu yang terbuka
sebagai peluang emas dan untuk memanfaatkanya bukan hanya sekali namun berkali-
kali, inilah elemen yang ditambahkan dalam teori fraud diamond dan dianggap
memberikan pengaruh yang signifkan dalam studi tentang bagaimana sebenarnya
kecurangan dalam perusahaan bisa terjadi.
Wolfe dan Hermanson (2004) juga mengemukakan bahwa pada saat mendesain
suatu sistem deteksi, sangat penting untuk mempertimbangkan siapa saja yang ada di
perusahaan yang memiliki kapabilitas untuk melakukan kecurangan atau berpotensi
menyebabkan tugas yang seharusnya dilakukan oleh auditor internal dialihkan kepada
auditor eksternal, Wolfe dan Hermanson (2004) juga menjelaskan bahwa kunci dalam
memitigasi kecurangan adalah dengan fokus pada situasi khusus yang terjadi selain
pressure, rationalization, tapi juga kombinasi antara opportunity dan capability.
20
3. Jenis – jenis Auditor
Dalam Boynton, et al (2006) menyatakan orang – orang yang ditugaskan
melakukan audit atas kegiatan dan peristiwa ekonomi baik itu untuk perorangan atau
perusahaan, pada umumnya diklasifikasikan dalam tiga kelompok, antara lain:
a. Auditor Independen (External Auditor)
Auditor independen atau yang di USA biasa disebut dengan Certified Public
Accountant (CPA), dimana mereka adalah praktisi individual atau auditor yang
bekerja di KAP yang memberikan jasa auditing professional kepada klien, atau
biasa disebut juga dengan eksternal auditor. Klien dapat berupa badan
pemerintah, perusahaan berorientasi laba, entitas nirlaba, maupun perseorangan.
Lisensi untuk dapat melakukan suatu audit diberikan kepada mereka yang
bersertifikasi CPA serta memiliki pengalaman praktik dalam bidang audit.
Auditor ini juga bertanggung jawab atas pemeriksaan atau mengaudit laporan
keuangan dengan memberikan opini atas entitas yang diauditnya.
b. Auditor Internal (Internal Auditor)
Auditor internal merupakan karyawan suatu perusahaan, baik itu perusahaan
milik negara maupun swasta, tempat mereka melakukan pekerjaan audit. Tugas
utama auditor internal adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau
tidaknya pengamanan terhadap aset perusahaan, menentukan efisiensi dan
efektivitas setiap prosedur kegiatan perusahaan, serta menentukan kendala
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian dari perusahaan.Sehingga
21
dukungan dari manajemen informasi dari sisi auditor internal tidak banyak
dimanfaatkan oleh pihak eksternal karena independensinya terbatas. Hal inilah
yang membedakan auditor internal dan auditor eksternal.
4. Red Flags
Istilah red flags atau bendera merah sudah sering digunakan dalam berbagai
literatur audit, maknanya adalah tanda bahaya, tanda bahwa ada hal yang tidak sesuai
pada tempatnya dan perlu mendapat perhatian. Tuanakotta (2013) menyebutkan bahwa
auditor dan investigator menggunakan tanda bahaya (red flags) sebagai petunjuk atau
indikasi terjadinya fraud atau kecurangan pada sebuah laporan keuangan. Red
flags juga bisa dikatakan sebagai suatu kondisi yang janggal atau berbeda dengan
keadaan normal.
Dengan kata lain, red flags adalah petunjuk atau indikasi adanya sesuatu yang tidak
biasa dan memerlukan penyidikan lebih lanjut. Red flags tidak mutlak menunjukan
apakah seseorang bersalah atau tidak tetapi merupakan tanda-tanda peringatan bahwa
kecurangan sedang atau telah terjadi. Red flags dikatakan penting sebagaimana dikutip
dalam SAS 99 – Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit yang
menyatakan bahwa auditor diminta untuk secara spesifik menilai risiko salah saji yang
disebabkan oleh kecurangan dan SAS 99 ini juga menyediakan pedoman operasi bagi
auditor saat menilai kecurangan ditengah proses audit.
22
Tidak hanya akuntan publik yang harus bisa mengenali red flags, akuntan yang
bekerja di sektor publik juga perlu memiliki kemampuan untuk mengenali red flags
karena potensi kecurangan tidak hanya ada pada perusahaan swasta. DiNapoli (2012)
dalam Red Flags for Fraud menyebutkan bahwa banyak studi yang membahas
kecurangan, dimana saat kecurangan tersebut sedang terjadi, red flags pun muncul,
baik itu di laporan keuangan perusahaan, atau terlihat pada saat auditor sedang
melakukan pemeriksaan, tapi tidak disadari atau mungkin disadari namun tidak ada
tindakan yang diambil.
DiNapoli mengatakan bahwa pada saat red flag telah muncul, seseorang harus
mengambil tindakan untuk mengivestigasi situasi dan menentukan apakah memang
kecurangan telah terjadi. Memang sudah seharusnya jika ada indikasi kecurangan
dilakukan tindakan untuk memeriksa apakah kecurangan terindikasi tersebut terjadi,
namun terkadang kesalahan salah saji dalam laporan, perubahan lifestyle karyawan,
volume penjualan yang tiba – tiba naik drastis, dan sebagainya tidak selalu
mengindikasikan adanya kecurangan.
Untuk itu, akuntan publik dan auditor harus bisa mengetahui perbedaannya dan
mengingat bahwa tanggung jawab untuk melakukan follow-up investigation untuk
sebuah tanda bahaya harus berada di tangan orang yang dapat dipercaya dan
bertanggungjawab. Agar akuntan publik dan auditor dapat mengenali red flags dengan
baik maka mereka perlu mengetahui kategori red flags.
23
Red flags dikategorikan menjadi tiga menurut Moyes (2007:10) dan terdiri atas:
1. Kesempatan atau (opportunities),
2. Tekanan atau (pressures/incentives), dan
3. Perilaku (attitudes) atau rasionalisasi (rationalization).
Tiga kategori red flags ini telah dijelaskan pada bagian mengenai teori segitiga
kecurangan, dimana red flags memang diciptakan dengan berdasarkan konsep teori
segitiga kecurangan.
5. Kecurangan (Fraud)
Istilah fraud merupakan istilah hukum yang diserap ke dalam disiplin ilmu
akuntansi, dan menjadi bagian penting dalam kosa kata akuntansi forensik. Fraud jika
diartikan secara harfiah, artinya adalah kecurangan. Namun, pengertian ini telah
berkembang dan sekarang mempunyai cakupan yang luas. Black Law Dictionary
mendefinisikan fraud sebagai “Segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang
diupayakan oleh seseorang atau beberapa orang, untuk mendapatkan keuntungan dari
orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua
cara yang tidak terduga, penuh siasat, serta menggunakan setiap cara yang tidak jujur
yang menyebabkan orang lain tertipu”. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud
adalah perbuatan curang yang berkaitan dengan sejumlah uang atau properti.
Sementara itu, The Institute of Internal Auditor (IIA) menyatakan bahwa
fraud adalah “An array of irregularities and illegal acts characterized by intentional
deception” atau sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum yang
ditandai dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja. ISA 240 – The auditor’s
24
responsibility to consider fraud in an audit of financial paragraf 6 mendefenisikan
fraud sebagai “Tindakan yang disengaja oleh anggota manajemen perusahaa, pihak
yang berperang dalam governance perusahaan, karyawan, atau pihak ketiga yang
melakukan kebohongan, atau penipuan untuk memperoleh keuntungan yang tidak adil
atau illegal”.
Kesimpulan dari beberapa pendapat diatas adalah bahwa fraud atau kecurangan
dilakukan atas tujuan yang sama, yaitu untuk memperkaya diri sendiri/golongan dan
cara yang dilakukan dalam tujuan memperkaya diri sendiri/golongan tersebut adalah
dengan cara yang illegal. Adapun SAS No.99 menyatakan bahwa fraud adalah
“Tindakan yang disengaja untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan
keuangan yang merupakan subjek audit”.
Fraud berbeda dengan robbery (perampokan). Perampokan umumnya terjadi
secara paksa, biasanya disertai dengan ancaman dan tindakan kekerasan dari satu orang
atau sekelompok orang kepada orang lain, dan yang menjadi perbedaan mendasar,
perampokan ini diketahui oleh pihak korban secara langsung pada saat kejadian
berlangsung. Tidak demikian halnya dengan kasus – kasus fraud, pada kasus – kasus
ini, fraud dilakukan dengan cara yang halus, terencana, dan terstruktur sehingga pihak
korban hampir tidak mengetahui bahwa dia sedang atau telah dibohongi. Selain itu,
jumlah kerugian yang timbul dari perampokan tidak seberapa jika dibandingkan
dengan kerugian yang timbul jika terjadi fraud pada sebuah perusahaan.
25
Fraud biasanya terjadi pada perusahaan dengan skala besar, walaupun kasus fraud
menunjukkan fakta bahwa perusahaan kecil pun rentan terhadap fraud karena berbagai
faktor. Sebagai contoh fraud pada perusahaan besar adalah perusahaan Enron, dimana
jumlah kerugian yang timbul sangatlah besar, dan kerugian ini tidak hanya timbul dari
uang para investor yang disalahgunakan oleh manajemen perusahaan dibantu dengan
auditor eksternal dan internal yang dibawahi oleh KAP Arthur Andersen saat itu,
namun juga dana pensiun para karyawan juga lenyap disalahgunakan.
Bagan Uniform Occupational Fraud Classification System, The ACFE
(Association of Certified Fraud Examiner, 2000) membagi fraud kedalam tiga jenis,
yaitu:
a. Penggelapan aset (asset misappropriation), tindakan penipuan ini meliputi
penyalahgunaan aset atau pencurian aset perusahaan. Tindakan penggelapan
aset adalah tindakan penipuan yang paling mudah dideteksi karena sifatnya
yang tangible atau dapat dihitung.
b. Pernyataan yang salah (fraudulent misstatement), dimana tindakan ini
dilakukan melalui rekayasa terhadap laporan keuangan (financial engineering)
untuk memperoleh keuntungan dari berbagai pihak. Jika ada tindakan
penggelapan aset, maka dapat berujung pada penyajian laporan keuangan yang
tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan akhirnya
menghasilkan laba yang atraktif (window dressing).
c. Korupsi (corruption), tergolong fraud yang paling sulit dideteksi karena
biasanya tidak dilakukan oleh satu orang, melainkan dilakukan berkelompok.
26
Adapun kerjasama yang disiratkan disini adalah berupa penyalahgunaan
wewenang, penyuapan, penerimaan hadiah yang ilegal dan pemerasan secara
ekonomi.
Seorang auditor, baik itu auditor internal maupun eksternal harus mampu
mengenali tiga jenis kecurangan ini, untuk itu, auditor harus mengetahui apa saja yang
termasuk gejala – gejala awal terjadinya fraud dalam sebuah perusahaan. Ada dua
kategori gejala awal terjadinya fraud, yaitu:
a. Gejala fraud pada manajemen
Gejala awal fraud pada manajemen yang dapat dijadikan sebagai red flags,
misalnya ada ketidakcocokan antara manajemen puncak dalam menentukan
kebijakan perusahaan, menurunnya motivasi karyawan karena ketidakpercayaan
terhadap manajemen, tingkat keluhan yang tinggi dari pelanggan, vendor atau
badan otoritas terkait terhadap perusahaan, terjadi kekurangan kas yang tidak
terstruktur karena ada pengeluaran yang tidak dicatat atau tanpa bukti, terjadi
penurunan kinerja perusahaan, terjadi peningkatan utang dan piutang yang tidak
wajar, dan lain sebagainya.
b. Gejala fraud pada karyawan
Gejala awal fraud pada karyawan yang muncul dan dapat dijadikan sebagai red
flags bagi auditor adalah misalnya, pengeluaran keuangan tanda dokumen
pendukung, sering terjadi kesalahan pencatatan atau catatan transaksi tidak akurat,
bukti transaksi yang merupakan dokumen sumber seringkali tidak dapat
diperlihatkan dengan alasan hilang, persediaan yang dibeli perusahaan seringkali
27
tidak sesuai kuantitas dan kualitasnya, harga persediaan yang terlalu tingi dari yang
sebelumnya, terjadi penyesuaian dalam pembukuan perusahaan tanpa ada bukti
otorisasi dari manjamen.
B. Keterkaitan antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Hubungan atau keterkaitan antara variabel independen dan variabel dependen
dalam penelitian ini, dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Persepsi eksternal dan internal auditor terhadap efektivitas red flags
untuk mendeteksi kecurangan.
Terdapat empat dimensi dalam efektivitas metode red flags untuk mendeteksi
kecurangan. Moyes dan Faizal (2013:95) menjabarkan tiga dimensi tersebut, yaitu
dimensi opportunity, dimensi pressure, dan dimensi rationalization, dimana ketiga
dimensi ini diperoleh dari fraud triangle theory atau teori segitiga kecurangan yang
dikemukakan oleh Cressey (1953). Selanjutnya, Wolfe dan Hermanson (2004)
mengemukakan teori terbaru yang merupakan pengembangan selanjutnya dari
fraud triangle theory dimana di teori ini, ditambahkan satu dimensi lagi, yaitu
dimensi capability (Omar, 2010:3).
Penelitian Apostolou et al. (2001) mengenai persepsi auditor terhadap
efektivitas indikator kecurangan tidak menemukan adanya perbedaan persepsi dari
eksternal auditor dan internal auditor. Heiman-Hoffman et al. (1996) dan Moyes
(2006) dalam Moyes (2013:95) menyebutkan bahwa dari semua red flags, tidak
semuanya mempunyai efektivitas yang sama dalam mendeteksi fraud, selain itu
28
eksternal dan internal auditor juga melihat efektivitas red flag dengan persepsi yang
berbeda.
Moyes et al. (2009:12) menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pendapat
antara eksternal, internal dan auditor pemerintah mengenai efektivitas red flags
dalam mendeteksi kecurangan di Malaysia dan Amerika, hasil penelitiannya
menunjukkan perbedaan persepsi, baik itu signifikan atau tidak di tiap indikator
atas efektivitas setiap dimensi red flags. Moyes dan Faizal (2013: 103)
mengungkapkan bahwa secara umum, terdapat perbedaan persepsi antara eksternal
dan internal auditor untuk masing – masing dimensi efektivitas red flags. Faktanya,
eksternal auditor menilai bahwa red flags lebih efektif untuk mendeteksi
kecurangan, dan hal sebaliknya dengan internal auditor.
Adanya pro dan kontra atas persepsi eksternal dan internal auditor atas
efektivitas opportunity red flags dalam mendeteksi kecurangan di berbagai negara
merupakan hal yang lumrah dikarenakan berbagai faktor, mulai dari budaya yang
berbeda, kondisi ekonomi negara yang berbeda, dan lainnya. Penelitian ini
mengajukan hipotesis bahwa di Indonesia, khususnya DKI Jakarta, tidak terdapat
perbedaan persepsi eksternal dan internal auditor yang signifikan atas efektivitas
opportunity red flags dalam mendeteksi kecurangan.
Ho: Tidak terdapat perbedaan persepsi yang mencolok antara eksternal dan
internal auditor terhadap efektivitas red flags untuk mendeteksi kecurangan.
H1: Terdapat perbedaan persepsi antara eksternal dan internal auditor terhadap
efektivitas red flags untuk mendeteksi kecurangan.
29
C. Hasil Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Hasil – hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Moyes &
Young dan
Hezri Faizal
(2013)
Malaysian internal
and external auditor
perceptions of the
effectiveness of red
flags for detecting
fraud
Variabel persepsi
eksternal dan internal
auditor, lalu variabel
efektivitas red flags
untuk mendeteksi
kecurangan,
pengukuran variabel
menggunakan skala
Likert, dan metode
analisis menggunakan
Independent T-test
Perbedaan grand
theory pada
penelitian, yang
berujung pada
penambahan satu
dimensi yaitu
Capability yang
disebutkan dalam
Fraud Diamond
Theory
Secara umum, auditor di
Malaysia memiliki
persepsi yang berbeda
mengenai efektivitas red
flags untuk mendeteksi
kecurangan, dimana setiap
indikator red flags
memiliki tingkat
efektivitas yang berbeda-
beda, namun eksternal
auditor berpersepsi bahwa
red flags lebih efektif
mendeteksi kecurangan
daripada internal auditor.
Bersambung di halaman selanjutnya
30
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2. Yucel
(2013)
Effectiveness of Red
Flags in Detecting
Fraudulent Financial
Reporting: An
Application in Turkey
Variabel persepsi
eksternal auditor, dan
variabel efektivitas
red flags, pengukuran
variabel menggunakan
skala Likert.
Perbedaan grand
theory pada
penelitian, yang
berujung pada
penambahan satu
dimensi yaitu
Capability yang
disebutkan dalam
Fraud Diamond
Theory
Auditor di Turki berpersepsi
red flags cukup efektif
sebagai metode deteksi
kecurangan, namun
opportunity red flags adalah
yang paling efektif untuk
mendeteksi kecurangan.
Opportunity untuk
melakukan kecurangan lebih
berpotensi menimbulkan
kecurangan dibandingkan
kategori red flags lainnya.
3. Rukmawati
dan Chariri
(2011)
Persepsi Manajer dan
Auditor Eksternal
Mengenai Efektivitas
Metode Pendeteksian
dan Pencegahan
Tindakan Kecurangan
Keuangan
Variabel Persepsi
Auditor Eksternal,
Pengukuran variabel
menggunakan skala
Likert.
Tidak terdapat
variabel persepsi
internal auditor,
dan efektivitas
metode red flags.
Ada persamaan persepsi
antara manajer dan auditor
eksternal, dari total 34
indikator metode
pendeteksian dan
pencegahan tindakan
kecurangan, hanya 8
indikator yang memiliki
persepsi yang berbeda.
Bersambung pada halaman selanjutnya
31
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Adanya persamaan maupun
perbedaan persepsi antara
manajer dan auditor
eksternal dapat disebabkan
karena adanya perbedaan
tingkat pendidikan dari
setiap responden, selain itu
juga dipengaruhi oleh
pengalaman kerja, serta latar
belakang dari setiap
responden.
4. Moyes et al.
(2009)
The Effectiveness of
The Auditing
Standards To Detect
Fraudulent Financial
Reporting Activities in
Financial Statements
Audits in Malaysia
Variabel efektivitas
red flags untuk
mendeteksi
kecurangan,
Pengukuran variabel
menggunakan skala
Likert, Ada unit
analisis yang sama
(eksternal dan internal
auditor)
Menguji efektivitas
red flags
berdasarkan
demografi,
terhadap setiap
kategori red flags.
Level efektivitas dari setiap
kategori red flags berbeda
menurut setiap jenis auditor,
ini bisa terjadi karena
adanya perbedaan
pengalaman kecurangan
menggunakan red flags
untuk setiap jenis auditor,
selain itu dipengaruhi oleh
kultur budaya, tingkat
pendidikan, gender dan
beberapa faktor lainnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya
32
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Metodologi Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
5. Moyes,
(2007)
The Differences in
Perceived Level of
Fraud-Detecting
Effectiveness of SAS
No.99 Red Flags
Between External and
Internal Auditors
Variabel efektivitas red
flags untuk mendeteksi
kecurangan, variabel
eksternal auditor dan
internal auditor,
pengukuran variabel
dengan skala Likert, dan
metode analisis data
menggunakan
Independent T-test.
Grand theory
berbeda, penelitian
Moyes menggunakan
fraud triangle theory
sementara penelitian
ini menggunakan
fraud diamond
theory. Info
demografis yang
berbeda yang
kemudian dipakai
sebagai
pertimbangan
analisis hasil
penelitian.
Persepsi auditor eksternal dan
internal auditor memang
bervariasi, namun konsisten
dengan penelitian-penelitian
terdahulu, dimana eksternal
auditor melihat red flags
sebagai metode deteksi
kecurangan yang lebih efektif
dibandingkan dengan internal
auditor.
33
D. Kerangka Pemikiran
Skema kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar
2.1
Bersambung ke halaman selanjutnya
Maraknya Kecurangan dan Pelanggaran yang Dilakukan
Manajemen Terhadap Perusahaan
Tanggungjawab Eksternal dan Internal Auditor untuk Bisa
Mendeteksi Kecurangan Dalam Perusahaan
Efektivitas Metode Red Flags untuk Mendeteksi Kecurangan Dalam
Perusahaan
Grand Theory: Fraud Diamond Theory, Fraud Triangle Theory, dan
Teori – teori Audit
Variabel Independen Variabel Dependen
Persepsi Internal
Auditor (X1)
Persepsi Eksternal
Auditor (X2)
Efektivitas Red
Flags Dalam
Mendeteksi
Kecurangan (Y)
Metode Deteksi Kecurangan yang Digunakan Auditor
34
Gambar 2.1 (Lanjutan)
Gambar 2. 1
Skema Kerangka Pemikiran
Metode Pengujian Hipotesis: Independent T-test
Hasil Pengujian Data dan Analisis Data
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran
Penelitian
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi
auditor independen dan persepsi auditor internal terhadap efektivitas red flag untuk
mendeteksi kecurangan dalam perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor
yang bekerja di kantor akuntan publik, auditor yang bekerja di Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), dan auditor yang bekerja di institusi negara yang berlokasi di Jakarta.
B. Metode Pemilihan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada
kantor akuntan publik, BUMN dan institusi negara yang berlokasi di wilayah Jakarta.
Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Metode
purposive sampling menurut Sugiyono (2011:66) adalah teknik pemilihan sampel
dimana tidak dilakukan generalisasi terhadap sampel yang diambil. Bungin (2005:125)
menjelaskan bahwa teknik purposive sampling lebih digunakan pada penelitian –
penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian daripada sifat populasi dalam
menentukan sampel penelitian.
36
Populasi dalam penelitian ini adalah eksternal auditor yang bekerja di kantor
akuntan publik di DKI Jakarta dan BPKP Pusat dan internal auditor yang bekerja di
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan BPK Pusat yang semuanya berlokasi di DKI
Jakarta.
Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut:
1. Auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Jakarta
dan sesuai dengan Directory KAP per Februari 2015 yang dipublikasikan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
2. Auditor yang bekerja di BUMN yang ada di Jakarta dan sesuai dengan Daftar
BUMN yang diterbitkan oleh Kementrian BUMN per Februari 2015.
3. Auditor yang bekerja di BPK dan BPKP wilayah Jakarta per Februari 2015.
4. Auditor memiliki nomor register akuntan atau tidak, pernah melaksanakan
pekerjaan audit dengan pengalaman minimal dua tahun.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua cara, yaitu
penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Berikut penjelasannya:
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh informasi yang berkaitan dengan topik yang
sedang diteliti melalui buku, jurnal, tesis, skripsi, website resmi dan perangkat
lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
37
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah auditor yang
bekerja di KAP wilayah Jakarta dan BPKP Pusat yang biasa dikenal dengan
sebutan eksternal auditor, dan auditor yang bekerja di BUMN wilayah Jakarta
dan BPK Pusat yang dikenal dengan sebutan internal auditor. Metode
pengumpulan data lapangan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode angket atau kuesioner, Bungin (2011:133) menjelaskan
bahwa metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang
disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden, setelah
diisi, kuesioner dikirim kembali atau dikembalikan kepada peneliti.
Waktu pengumpulan data dimulai dengan penyebaran kuesioner pada
tanggal 16 April 2015 dan batas pengumpulan kuesioner adalah tanggal 16 Mei
2015. Peneliti memperoleh data dengan memberikan kuesioner secara langsung
maupun melalui perantara. Sebelum kuesioner diberikan kepada responden
sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan pre-test kuesioner terhadap 20
mahasiswa S1 akuntansi yang dipilih secara random. Pre-test kuesioner
bertujuan untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan dalam
mengumpulkan data dapat dengan mudah dipahami, dan responden tidak
mengalami kesulitan dalam menangkap maksud yang diajukan dalam kuesioner.
Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari sampel
sebagai responden penelitian.
38
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji kualitas data, uji
non-response bias, uji normalitas data dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif diperlukan untuk memberikan gambaran umum,
mengenai responden yang dilihat dari nilai rata – rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Imam Ghozali. 2009:19).
2. Uji Kualitas Data
Untuk mengetahui keandalan suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel penelitian, maka diperlukan uji reliabilitas dan
validitas (Hair, Black, Balbin, dan Anderson, 2009: 75). Untuk menguji
kualitas data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan, maka
diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Terdapat dua jenis uji kualitas data
yang dilakukan dalam penelitian ini:
a. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau
andal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu (Imam Ghozali, 2009:45). Imam Ghozali
(2009:46) menyebutkan bahwa pengukuran reliabilitas dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu:
39
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang: Disini seseorang akan
disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan
kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.
2) One Shot atau pengukuran sekali saja: Disini pengukurannya hanya
sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain
atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Kriteria
pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach
Alpha (α). Suatu variabel dikatakan andal jika memberikan nilai
Cronbach Alpha > 0.70.
b. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Kuesioner dikatakan dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2009:49). Pengujian validitas dalam
penelitian ini menggunakan Pearson Correlation, yaitu dengan cara
menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan –
pertanyaan. Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di
bawah 0.05 dimana artinya data yang diperoleh adalah valid (Imam Ghozali,
2009).
40
3. Uji Normalitas Data
Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus
dilakukan untuk setiap analisis multivariat, khususnya jika tujuannya adalah
inferensi. Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal
dan independen (Imam Ghozali, 2009:27). Pada penelitian ini, pengujian
terhadap normalitas data akan dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov, dimana syarat sekelompok data dikatakan normal apabila
probabilitasnya diatas 0.05.
4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan
Independent Sample t-Test atau uji t dua sampel. Uji t dua sampel digunakan
untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai
rata – rata (mean) yang berbeda. Uji t dua sampel dilakukan dengan cara
membandingkan perbedaan antara dua nilai mean dengan standar error dari
perbedaan mean dari kedua sampel (Imam Ghozali, 2009:60).
Pada prinsipnya, tujuan uji t dua sampel ini adalah ingin mengetahui
apakah ada perbedaan mean antara dua populasi, dengan melihat mean dua
sampelnya (Singgih Santoso, 2014:248). Uji t dua sampel dilakukan dalam dua
tahapan; tahapan pertama adalah menguji apakah varians dari dua populasi bisa
dianggap sama atau tidak melalui nilai levene test.
41
Selanjutnya dilakukan pengujian untuk melihat nilai t-test untuk
menentukan apakah terdapat perbedaan nilai rata – rata secara signifikan atau
tidak (Imam Ghozali, 2009:61). Pada dasarnya, uji t mensyaratkan adanya
kesamaan varians dari dua populasi yang diuji (Singgih Santoso, 2014:61).
Menurut Singgih Santoso (2014: 253), dasar pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
1) Jika probabilitas > 0.05, maka Ho diterima, atau Ha ditolak. Ini
berarti, tidak terdapat perbedaan persepsi yang mencolok antara
eksternal auditor dan internal auditor terhadap efektivitas red flags
untuk mendeteksi kecurangan di perusahaan.
2) Jika probabilitas < 0.05, maka Ho ditolak, atau Ha diterima. Jika ini
terjadi, berarti terdapat perbedaan persepsi yang mencolok antara
eksternal auditor dan internal auditor terhadap efektivitas red flags
untuk mendeteksi kecurangan di perusahaan.
42
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Pada sub-bab ini akan diuraikan definisi dari masing – masing variabel yang
digunakan, berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Persepsi Auditor
a. Persepsi Eksternal Auditor
Mahmud (1990) dalam Rukmawati dan Chariri (2011) mengungkapkan
bahwa persepsi merupakan faktor psikologis yang mempunyai peranan
penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Perbedaan persepsi
sangat dipengaruhi oleh interpretasi yang berbeda pada setiap individu atau
kelompok.
Robbins (2008) menyatakan bahwa persepsi adalah proses dimana
individu mengatur dan menginterpretasikan kesan sensoris mereka, guna
memberikan arti bagi lingkungan mereka. Sama halnya dengan ketika
auditor baik itu independen maupun internal, mereka dapat memiliki
persepsi yang sama atau berbeda terhadap beberapa jenis metode deteksi
kecurangan, bahkan walaupun metode yang digunakan sama persis, pasti
akan terjadi perbedaan persepsi atas tingkat efektivitas metode tersebut.
Variabel ini diukur dengan membedakan jenis respondennya yaitu
auditor eksternal yang bekerja baik itu di KAP dan BPK Pusat yang
berlokasi di DKI Jakarta, dengan menggunakan acuan instrumen dari
Moyes dan Faizal (2013).
43
b. Persepsi Internal Auditor
Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa walaupun auditor eksternal
dan internal menggunakan metode deteksi kecurangan yang sama, yaitu
metode red flags, persepsi yang dimiliki auditor tersebut bisa saja sama atau
berbeda. Persamaan persepsi bisa terjadi karena ruang lingkup pekerjaan
yang tidak jauh berbeda, dimana auditor eksternal sebagai pihak
independen bertanggungjawab untuk mendeteksi kecurangan.
Sementara, auditor internal sebagai pihak yang bertanggungjawab
untuk mengawasi pengendalian internal dalam perusahaannya. Namun,
perbedaan persepsi juga sangat mungkin terjadi di tingkat efektivitas setiap
metode, karena auditor eksternal dan internal memiliki pertimbangannya
masing – masing, dan pertimbangan ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya insting, pengalaman, kondisi perusahaan, dan lain – lain.
Variabel ini diukur dengan membedakan jenis respondennya yaitu
auditor internal yang bekerja baik itu di BUMN dan BPKP Pusat yang
berlokasi di DKI Jakarta, dengan menggunakan acuan instrumen dari
Moyes dan Faizal (2013).
2. Efektivitas Red Flags
Analisis mengenai red flags pasti akan dikaitkan dengan pemahaman
mengenai fraud. Tuanakotta (2013) menyebutkan bahwa auditor dan
investigator menggunakan tanda bahaya (red flags) sebagai petunjuk atau
indikasi terjadinya fraud atau kecurangan pada sebuah laporan keuangan.
44
Red flags juga bisa dikatakan sebagai suatu kondisi yang janggal atau
berbeda dengan keadaan normal. Variabel efektivitas red flags dalam penelitian
ini diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Moyes
dan Faizal (2013) dan instrumen terbaru yang dikembangkan oleh Omar (2010).
Variabel ini kemudian diukur dengan menggunakan skala interval (Likert) yang
terdiri atas 5 poin, dimulai dari sangat tidak efektif (1), tidak efektif (2), netral
(3), efektif (4) dan sangat efektif (5).
a. Opportunity (Kesempatan/Peluang)
Tuanakotta (2013:46) mendefinisikan opportunity atau kesempatan
sebagai peluang untuk melakukan kecurangan seperti yang dipersepsikan
pelaku kecurangan. Lister (2007: 63) mendefinisikan kesempatan sebagai
“bahan bakar yang terus membuat api” atau dengan kata lain, walaupun
individu memiliki tekanan dalam dirinya untuk melakukan fraud, itu tidak
akan bisa dilakukan jika tidak ada kesempatan.
Contoh opportunity yang membuat fraud bisa terjadi misalnya;
tingginya tingkat turnover di divisi manajemen yang memegang peranan
penting di perusahaan, atau pemisahan tugas yang tidak memadai, atau
transaksi yang sifatnya kompleks, atau bahkan struktur manajemen.
Opportunity diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan
oleh Moyes dan Faizal (2013), dengan menggunakan skala interval Likert
1 sampai 5. Jawaban yang didapat memiliki skor, yaitu; (1) sangat tidak
efektif, (2) tidak efektif, (3) netral, (4) efektif, dan (5) sangat efektif.
45
b. Pressure (Tekanan/Insentif)
Pressure atau tekanan yang dirasakan pelaku kecurangan yang
dipandangnya sebagai kebutuhan keuangan yang tidak dapat diceritakannya
kepada orang lain (perceived non-shareable financial needs), maka dari itu
si pelaku kecurangan mulai mempertimbangkan tindakan illegal seperti
menyalahgunakan aset perusahaan atau melakukan salah saji yang
disengaja pada laporan keuangan untuk menyelesaikan masalah
keuangannya. Lister (2007:63) juga mendefinisikan pressure sebagai
“sumber panas untuk api” namun tidak berarti karena ada tekanan dalam
diri seseorang, lantas orang tersebut akan melakukan fraud.
Dalam penelitian ini, pressure diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan oleh Moyes dan Faizal (2013), dengan menggunakan
skala interval Likert 1 sampai 5. Jawaban yang didapat memiliki skor, yaitu;
(1) sangat tidak efektif, (2) tidak efektif, (3) netral, (4) efektif, dan (5) sangat
efektif.
c. Rationalization (Rasionalisasi)
Rae dan Subramaniam (2008) melihat pressure berkaitan dengan
motivasi karyawan untuk melakukan fraud sebagai akibat dari kerakusan
atau tekanan keuangan pribadi, sementara opportunity adalah kelemahan di
dalam sistem yang membuat karyawan mampu memanfaatkan celah
tersebut dan kemudian melakukan fraud, dan rasionalisasi adalah justifikasi
dari praktik kecurangan yang dilakukannya.
46
Rasionalisasi ini akan timbut apabila karyawan tersebut tidak memiliki
integritas atau alasan moral lainnya. Dalam penelitian ini, rationalization
diukur dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Moyes
dan Faizal (2013), dengan menggunakan skala interval Likert 1 sampai 5.
Jawaban yang didapat memiliki skor, yaitu; (1) sangat tidak efektif, (2)
tidak efektif, (3) netral, (4) efektif, dan (5) sangat efektif.
d. Capability (Kemampuan)
Wolfe dan Hermanson (2004) memperkenalkan capability sebagai
dimensi yang terbaru untuk melengkapi fraud triangle theory yang diusung
Cressey (1953) yang sekarang dikenal dengan nama fraud diamond theory.
Capability didefinisikan sebagai karakter pribadi dari si pelaku kecurangan,
secara teoritis kecurangan akan lebih mudah dilakukan apabila si pelaku
cenderung agak memaksa, memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan
memiliki kuasa untuk membuat keputusan langsung.
Dalam penelitian ini, capability diukur dengan menggunakan instrumen
yang dikembangkan oleh Omar (2010), dengan menggunakan skala interval
Likert 1 sampai 5. Jawaban yang didapat memiliki skor, yaitu; (1) sangat
tidak efektif, (2) tidak efektif, (3) netral, (4) efektif, dan (5) sangat efektif.
47
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dimensi Indikator Butir
Pertanyaan
Skala
Pengukuran
Efektivitas
red flags
(Y)
(Moyes et
al., 2013)
Opportunity
(Moyes et al.,
2013)
Penerimaan dalam kas
perusahaan
1 Interval
Pengawasan terhadap
pengendalian internal
2
Pemisahan tugas 3
Pengawasan terhadap
aset perusahaan
4
Pencatatan transaksi 5
Rekonsiliasi aset 6
Turnover karyawan dan
kinerja staf
7
Sistem otorisasi
transaksi
8
Transaksi tidak biasa 9
Karakteristik
persediaan
10
Pressure
(Moyes et al.,
2013)
Regulasi baru 1 Interval
Kompensasi
manajamen
2
Kompetisi bisnis dan
kejenuhan pasar
3
Pertumbuhan dan
profitabilitas
perusahaan
4
Kemampuan margin
perusahaan
5
Kebutuhan terhadap
utang/tambahan biaya
modal
6
Permintaan barang/jasa
menurun
7
Kerentanan perusahaan
terhadap kondisi
eksternal bisnis
8
Penyetujuan terhadap
utang perusahaan
9
Kepentingan
manajemen terhadap
keuangan perusahaan.
10
48
Rationalization
(Moyes et al.,
2013)
Meningkatkan harga
saham/tren pendapatan
1 Interval
Perselisihan antar
auditor
2
Memperbaiki margin 3
Indikasi ketidakpuasan
karyawan
4
Pendapatan terlapor 5
Catatan pelanggaran
hukum oleh perusahaan
6
Usaha pengurangan
risiko
7
Dominasi manajemen 8
Pengendalian internal 9
Perilaku & lifestyle 10
Capability
(Moyes et al.,
2013)
Posisi dalam
perusahaan
1 Interval
Mampu memanfaatkan
pengendalian internal
perusahaan
2
Ego dan kepercayaan
diri yang besar
3
Kepribadian yang
persuasive
4
Perilaku tidak jujur /
menghindari auditor
5
49
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap auditor eksternal dan internal yang bekerja
di Kantor Akuntan Publik (KAP), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) serta beberapa perusahaan swasta di wilayah Jakarta. Adapun auditor
yang berpartisipasi dalam penelitian ini meliputi manajer, supervisor, auditor
senior, maupun auditor junior dan setingkatnya yang melaksanakan pekerjaan
di bidang auditing.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian
secara langsung, seperti dengan cara mendatangi responden, atau via pos, serta
secara tidak langsung melalui perantara kepada setiap responden. Penyebaran
kuesioner dilaksanakan mulai tanggal 16 April 2015 hingga 3 Mei 2015.
Kuesioner yang disebarkan berjumlah 126 kuesioner dan jumlah kuesioner
yang kembali adalah sebanyak 95 kuesioner atau 75.39%. Kuesioner yang tidak
kembali sebanyak 28 buah atau 22.22%, hal ini mungkin karena waktu
penyebaran kuesioner yang kurang tepat.
50
Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 95 buah atau 71.67%. Sedangkan
kuesioner yang tidak dapat diolah karena tidak diisi secara lengkap oleh
responden sebanyak 3 buah atau 2.3%. Gambaran mengenai data sampel
disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Presentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 126 100%
2. Jumlah kuesioner yang tidak kembali 28 76.67%
3. Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah 3 6.9%
4. Jumlah kuesioner yang dapat diolah 95 71.67%
Sumber: Data primer yang diolah
Data distribusi penyebaran kuesioner penelitian ini dapat dilihat dalam
tabel 4.2.
Tabel 4.2
Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama Kantor/Institusi/BUMN Kuesioner
dikirim
Kuesioner
dikembalikan
1 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 20 18
8 Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP)
20 10
3 PT. Nindya Karya 10 9
4 PT. Brantas Abipraya 10 8
5 PT. ASDP Indonesia Ferry 5 3
6 PT. Angkasa Pura II 10 7
7 PT. Dok dan Perkapalan Koja Bahari 5 4
8 PT. Wijaya Karya (Beton) 2 2
9 PT. Lippo Karawaci Tbk 2 1
10 PT. BPR Central Artha Rejeki 2 2
11 PT. Cantik Group 1 1
12 KAP Purwantono, Suherman & Surja
(EY Indonesia)
2 2
51
Tabel 4.2 (Lanjutan)
No. Nama Kantor/Institusi/BUMN Kuesioner
dikirim
Kuesioner
dikembalikan
13 KAP Heliantono & Rekan 10 4
14 KAP Junaedi, Chairul dan Subyakto 5 5
15 KAP Doli Bambang Sulistiyanto & Ali 10 10
16 KAP Abdul Hamid & Khairunnas 5 4
17 KAP Amachi Arifin, Mardani dan
Muliadi
2 1
18 KAP Herman Dody Tanumihardja &
Rekan
1 1
19 KAP Joachim Poltak Lian Michell and
Rekan
1 1
20 KAP Griselda Wisnu & Arum 2 1
21 KAP Kanaka Purwadiredja Soehartono 1 1
Total 126 95
2. Karakteristik Profil Responden.
Responden dalam penelitian ini adalah auditor eksternal dan internal yang
bekerja pada KAP, BPK, BPKP, BUMN dan beberapa perusahaan swasta di
wilayah Jakarta dan sekitarnya. Baik yang memiliki Nomor Register Akuntan
Publik maupun tidak, serta pernah melaksanakan pekerjaan di bidang auditing,
dan telah memiliki pengalaman kerja minimal dua tahun.
Deskripsi yang disajikan berupa data demografi mengenai posisi terakhir
jabatan responden dan pengalaman kerja responden. Berikut ini adalah
deskripsi mengenai identitas reponden penelitian yang terdiri dari jenis auditor,
posisi terakhir jabatan, dan pengalaman kerja responden:
52
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis auditor
Tabel 4.3 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi reponden
berdasarkan jenis auditor:
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Auditor
Frequency Percent Valid
Percent
Cummulative
Percent
Eksternal
Valid Internal
Total
47
47
94
50,0
50,0
100,0
50,0
50,0
50,0
50,0
100,0
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden eksternal auditor dan
internal auditor adalah sama, yaitu masing – masing berjumlah 47 responden.
b. Deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir
Tabel 4.4 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi reponden
berdasarkan posisi terakhir:
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jabatan Auditor
Frequency Percent Valid
Percent
Cummulative
Percent Setara Audit Manager
Valid Setara Supervisor
Setara Senior Auditor
Setara Junior Auditor
Tidak Dicantumkan
Total
8
14
31
29
12
94
8.5
14.9
33.0
30.9
12.8
100
8.5
14.9
33.0
30.9
12.8
100
8.5
23.4
56.4
87.2
100.0
Sumber: data primer yang diolah
53
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diperoleh kesimpulan bahwa responden
setara audit manager terdapat 8 responden, setara supervisor terdapat 14
responden, setara senior auditor terdapat 31 responden, setara junior auditor
terdapat 12 reponden dan yang tidak mencantumkan jabatan terakhir sebanyak
12 responden.
c. Deskripsi responden berdasarkan lama pengalaman kerja
Tabel 4.5 berikut ini menyajikan hasil uji deskripsi responden
berdasarkan lama pengalaman kerja:
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Audit
Frequency Percent Valid
Percent
Cummulative
Percent
Tidak dicantumkan
Valid 2 – 5 tahun
5 tahun
10 tahun
Total
17
36
31
10
94
18.1
38.3
33.0
10.6
100.0
18.1
38.3
33.0
10.6
100.0
18.1
56.4
89.4
100.0
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4.5 menunjukkan data bahwa terdapat 17 responden yang tidak
mencantumkan lama pengalaman audit, 36 responden yang memiliki
pengalaman audit yang berkisar 2 -5 tahun, 31 responden yang memiliki
pengalaman audit selama > 5 tahun, 10 responden yang memiliki pengalaman
audit selama >10.
54
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi
persepsi eksternal auditor, persepsi internal auditor, dan efektivitas red flags
untuk mendeteksi kecurangan dalam perusahaan yang memiliki empat
dimensi, yaitu dimensi opportunity, pressure, rationalization dan capability.
Hasil uji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Auditor 94 1 2 1.50 .503
Opportunity 94 16 50 39.26 6.171
Pressure 94 26 50 36.60 4.030
Rationalization 94 16 50 37.96 5.624
Capability 94 9 25 19.12 2.723
Valid N (listwise) 94
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4.5 menjelaskan bahwa pada dimensi opportunity, total jawaban
minimum responden sebesar 16 dan maksimum sebesar 50, dengan rata – rata
total jawaban sebesar 39.36 dan standar deviasi sebesar 6,171. Dimensi
pressure memiliki total jawaban minimum responden sebesar 26 dan
maksimum sebesar 50, dengan rata – rata total jawaban 36,60 dan standar
deviasi sebesar 4,030.
55
Dimensi rationalizaition memiliki total jawaban minimum sebesar 16
dan total jawaban maksimum sebesar 50, yang kemudian rata – rata untuk total
jawabannya adalah 39.96, dengan standar deviasi sebesar 5,624. Dimensi
terakhir yaitu capability memiliki total minimum sebesar 9 dan total maksimum
sebesar 25, dengan rata – rata 19.12 dan standar deviasinya adalah 2,723.
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas, dapat disimpulkan
bahwa rata – rata jawaban responden untuk dimensi opportunity, pressure,
rationalization, dan capability adalah Efektif.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson
Correlation, dimana pedoman suatu model dapat dikatakan valid jika
tingkat signifikansinya dibawah 0.05 maka butir pertanyaan tersebut dapat
dikatakan valid. Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari empat
dimensi dari satu variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
opportunity (OP), pressure (PR), rationalization (RA), capability (CA)
dengan 88 sampel responden.
56
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Opportunity
Nomor Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation
Sig (2-
tailed)
Keterangan
1 (OP1) 0,484** 0,000 Valid
2 (OP2) 0,782** 0,000 Valid
3 (OP3) 0,771** 0,000 Valid
4 (OP4) 0,668** 0,000 Valid
5 (OP5) 0,810** 0,000 Valid
6 (OP6) 0,698** 0,000 Valid
7 (OP7) 0,698** 0,000 Valid
8 (OP8) 0,777** 0,000 Valid
9 (OP9) 0,731** 0,000 Valid
10 (OP10) 0,517** 0,000 Valid
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dimensi opportunity mempunyai kriteria
valid untuk semua item pernyataan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0.05.
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Pressure
Nomor Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation
Sig (2-
tailed)
Keterangan
11 (PR1) 0,335* 0,000 Valid
12 (PR2) 0,525** 0,000 Valid
13 (PR3) 0,901** 0,000 Valid
14 (PR4) 0,786** 0,000 Valid
15 (PR5) 0,817** 0,000 Valid
16 (PR6) 0,627** 0,000 Valid
17 (PR7) 0,550** 0,000 Valid
18 (PR8) 0,762** 0,000 Valid
19 (PR9) 0,738** 0,000 Valid
20 (PR10) 0,540** 0,000 Valid
Sumber: data primer yang diolah
57
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa dimensi pressure mempunyai kriteria
valid untuk semua item pernyataan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0.05.
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Rationalization
Nomor Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig (2-
tailed)
Keterangan
21 (RA1) 0,467** 0,000 Valid
22 (RA2) 0,407** 0,000 Valid
23 (RA3) 0,657** 0,000 Valid
24 (RA4) 0,793** 0,000 Valid
25 (RA5) 0,758** 0,000 Valid
26 (RA6) 0,735** 0,000 Valid
27 (RA7) 0,706** 0,000 Valid
28 (RA8) 0,669** 0,000 Valid
29 (RA9) 0,642** 0,000 Valid
30 (RA10) 0,356* 0,000 Valid
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dimensi rationalization mempunyai
kriterian valid untuk semua item pernyataan dengan nilai signifikansi lebih
kecil dari 0.05.
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Capability
Nomor Butir
Pernyataan
Pearson
Correlation
Sig (2-
tailed)
Keterangan
31 (CA1) 0,772** 0,000 Valid
32 (CA2) 0,565** 0,000 Valid
33 (CA3) 0,777** 0,000 Valid
34 (CA4) 0,612** 0,000 Valid
35 (CA5) 0,598** 0,000 Valid
Sumber: data primer yang diolah
58
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa dimensi capability mempunyai kriteria
valid untuk semua item pernyataan dengan nilai signifikansi lebih kecil dari
0.05.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrument
penelitian. Suatu instrument penelitian dapat dikatakan reliabel atau andal
jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0.70. Tabel 4.7 menunjukkan hasil
uji reliabilitas untuk 4 dimensi variabel efektivitas red flags yang digunakan
dalam penelitian ini.
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas
Dimensi Cronbach’s Alpha Keterangan
Opportunity 0,872 Reliabel
Pressure 0,866 Reliabel
Rationalization 0,816 Reliabel
Capability 0,866 Reliabel
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4.7 menunjukkan nilai Cronbach’s alpha atas variabel efektivitas
red flags dengan empat dimensi yaitu dimensi opportunity sebesar 0.872,
dimensi pressure sebesar 0.866, dimensi rationalization sebesar 0.816 dan
dimensi capability sebesar 0.866. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0.70.
59
Hasil ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan
mampu memperoleh data yang konsisten, yang jika pernyataan itu diajukan
kembali, akan diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban
sebelumnya.
3. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sekumpulan data
dari setiap variabel berdistribusi normal. Jika terdapat normalitas, maka
residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Walaupun normalitas
suatu variabel tidak selalu diperlukan dalam analisis, akan tetapi hasil uji
statistik akan lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal (Imam
Ghozali, 2009:28).
Tabel 4.11
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 88
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation 9.71308675
Most Extreme
Differences
Absolute .111
Positive .111
Negative -.101
Kolmogorov-Smirnov Z 1.045
Asymp. Sig. (2-tailed) .225
Sumber: data primer yang diolah
60
Berdasarkan tabel 4.11, dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel
berdistribusi normal, karena sesuai dengan pedoman pengambilan keputusan
(Singgih Santoso, 2014:191), apabila nilai Sig. atau signifikansi atau nilai
probabilitas (0.225) > 0.05 maka sampel tersebut berdistribusi normal.
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Hipotesis Opportunity
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan rata – rata di antara dua kelompok sampel. Karena masing – masing
kelompok sampel yang diuji sifatnya saling independen, maka pengujian
dilakukan dengan menggunakan independent sample t-test yang terdapat pada
program SPSS versi 20. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel – tabel
yang tersaji dibawah sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Hipotesis
(Variabel Efektivitas Red Flags untuk Mendeteksi Kecurangan Dalam
Perusahaan untuk Dimensi Opportunity)
No.
Dimensi Opportunity
Efektivitas rata -rata
(berdasarkan ranking)
Eksternal
Auditor
Internal
Auditor
1. Transaksi tidak biasa 4,28 (1st) 4,04 (1st)
2. Pengawasan terhadap pengendalian internal 4,28 (1st) 3,85 (5th)
3. Sistem otorisasi transaksi 4,19 (2nd) 3,94 (4th)
4. Pengawasan terhadap aset perusahaan 4,13 (3rd) 3,74 (8th)
5. Penerimaan dalam kas perusahaan 4,09 (4th) 3,81 (6th)
6. Pemisahan tugas 4,02 (5th) 4,02 (2nd)
7. Pencatatan transaksi 4,02 (5th) 3,98 (3rd)
Bersambung di halaman selanjutnya
61
Tabel 4.12 (Lanjutan)
No.
Dimensi Opportunity
Efektivitas rata -rata
(berdasarkan ranking)
Eksternal
Auditor
Internal
Auditor
8. Karakteristik persediaan 4,81 (6th) 3,45 (10th)
9. Turnover karyawan dan kinerja staf 3,70 (7th) 3,72 (9th)
10. Rekonsiliasi aset 3,66 (8th) 3,79 (7th)
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan level atau peringkat efektivitas metode red
flags dalam mendeteksi kecurangan berdasarkan persepsi eksternal auditor dan
internal auditor menurut dimensi opportunity. Rata – rata tertinggi berdasarkan
persepsi eksternal auditor adalah 4.28 dan rata – rata terendahnya yaitu 3.66.
Sementara, rata – rata tertinggi berdasarkan persepsi internal auditor adalah
4.04 dan rata – rata terendahnya adalah 3.45.
b. Hasil Uji Hipotesis Pressure
Tabel 4.13 menunjukkan level atau ranking penilaian efektivitas
metode red flags dalam mendeteksi kecurangan berdasarkan persepsi eksternal
dan internal auditor menurut dimensi pressure. Berikut ini adalah hasil
pengujian hipotesis untuk variabel efektivitas metode red flags untuk
mendeteksi kecurangan dalam perusahaan dalam dimensi pressure:
62
Tabel 4.13
Hasil Uji Hipotesis
(Variabel Efektivitas Red Flags untuk Mendeteksi Kecurangan Dalam
Perusahaan untuk Dimensi Pressure)
No.
Dimensi Pressure
Efektivitas rata -rata
(berdasarkan ranking)
Eksternal
Auditor
Internal
Auditor
11. Kepentingan manajemen terhadap
keuangan perusahaan 4,21 (1st) 3,96 (1st)
12 Penyetujuan terhadap utang perusahaan 4,11 (2nd) 3,79 (2nd)
13. Kerentanan perusahaan terhadap kondisi
bisnis
3.91 (3rd) 3,02 (10th)
14. Pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan 3,81 (4th) 3,72 (3rd)
15. Kompensasi manajemen 3,74 (5th) 3,47 (5th)
16. Kompetisi bisnis dan kejenuhan pasar 3,74 (5th) 3,36 (9th)
17. Kemampuan margin perusahaan 3,72 (6th) 3,38 (8th)
18. Permintaan barang/jasa menurun 3,70 (7th) 3,68 (4th)
19. Regulasi baru 3,57 (8th) 3,43 (6th)
20. Kebutuhan terhadap utang/tambahan biaya
modal
3,45 (9th) 3,40 (7th)
Sumber: data primer yang diolah
Rata – rata tertinggi untuk eksternal auditor adalah 4.21 pada indikator 11
mengenai kepentingan manajemen terhadap perusahaan dan terendah adalah
3.45 pada indikator 20 mengenai kebutuhan terhadap utang/tambahan biaya
modal. Sementara, rata – rata tertinggi untuk internal auditor adalah 3.96 pada
indikator yang sama dan terendah pada indikator 13 mengenai kerentanan
perusahaan terhadap kondisi bisnis.
63
c. Hasil Uji Hipotesis Rationalization
Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis untuk variabel efektivitas
metode red flags untuk mendeteksi kecurangan dalam perusahaan dalam
dimensi rationalization.
Tabel 4.14
Hasil Uji Hipotesis
(Variabel Efektivitas Red Flags untuk Mendeteksi Kecurangan Dalam
Perusahaan untuk Dimensi Rationalization)
No.
Dimensi Rationalization
Efektivitas rata -rata
(berdasarkan ranking)
Eksternal
Auditor
Internal
Auditor
21. Pengendalian internal 4,17 (1st) 3,29 (9th)
22 Usaha pengurangan risiko 4,09 (2nd) 4,04 (1st)
23. Memperbaiki margin 4,06 (3rd) 3,89 (3rd)
24. Pendapatan terlapor 3,96 (4th) 3,96 (2nd)
25. Perilaku & lifestyle 3,94 (5th) 3,77 (3rd)
26. Catatan pelanggaran hukum oleh
perusahaan 3,91 (6th) 3,74 (6th)
27. Meningkatkan harga saham/tren
pendapatan 3,77 (7th) 3,64 (7th)
28. Dominasi manajemen 3,68 (8th) 3,79 (4th)
29. Indikasi ketidakpuasan karyawan 3,60 (9th) 3,79 (4th)
30. Perselisihan antar auditor 3,51 (10th) 3,36 (8th)
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4.14 menunjukkan level atau ranking penilaian efektivitas
metode red flags dalam mendeteksi kecurangan berdasarkan persepsi eksternal
dan internal auditor menurut dimensi rationalization. Rata – rata tertinggi untuk
eksternal auditor adalah 4.17 pada indikator 21 mengenai pengendalian internal
yang diabaikan atas penyalahagunaan aset atau gagal memperbaiki
pengendalian internal yang lemah.
64
Sementara, rata – rata terendah untuk eksternal auditor adalah 3.51 pada
indikator 30 mengenai perselisihan yang sering terjadi antara auditor sekarang
dan auditor sebelumnya terkait masalah akuntansi, audit atau pelaporan
keuangan. Kemudian, rata – rata tertinggi untuk internal auditor adalah 4.04
pada indikator 22 mengenai usaha pengurangan risiko yang terkait dengan
penyalahgunaan aset, dan terendah pada indikator 21 mengenai pengendalian
internal yang diabaikan atas penyalahagunaan aset atau gagal memperbaiki
pengendalian internal yang lemah.
d. Hasil Uji Hipotesis Capability
Berikut ini adalah hasil pengujian hipotesis untuk variabel efektivitas
metode red flags untuk mendeteksi kecurangan dalam perusahaan dalam
dimensi capability.
Tabel 4.15
Hasil Uji Hipotesis
(Variabel Efektivitas Red Flags untuk Mendeteksi Kecurangan Dalam
Perusahaan untuk Dimensi Capability)
No.
Dimensi Capability
Efektivitas rata -rata
(berdasarkan ranking)
Eksternal
Auditor
Internal
Auditor
31. Mampu memanfaatkan pengendalian
internal perusahaan 4,15 (1st) 3,85 (3rd)
32 Perilaku tidak jujur/menghindari deteksi
auditor 4,15 (1st) 4,00 (2nd)
33. Posisi di perusahaan 4,04 (2nd) 4,04 (1st)
34. Ego dan kepercayaan diri yang besar 3,64 (3rd) 3,49 (4th)
35. Kepribadian yang persuasive 3,43 (4th) 3,45 (5th)
Sumber: data primer yang diolah
65
Tabel 4.15 menunjukkan level atau ranking penilaian efektivitas
metode red flags dalam mendeteksi kecurangan berdasarkan persepsi eksternal
dan internal auditor menurut dimensi capability. Rata – rata tertinggi untuk
eksternal auditor adalah 4.15 pada indikator 31 dan 31 mengenai pengendalian
internal perusahaan dan perilaku tidak jujur/menghindari deteksi auditor..
Sementara, rata – rata terendah untuk eksternal auditor adalah 3.43 pada
indikator 35 mengenai karyawan yang memiliki kepribadian yang persuasif,
dimana nilai rata – rata untuk internal auditor juga sama.. Kemudian, rata – rata
tertinggi untuk internal auditor adalah 4.04 pada indikator 33 mengenai posisi
– posisi tertentu di perusahaan yang sulit digantikan oleh karyawan lain.
C. Pembahasan
1. Efektivitas red flags dalam mendeteksi kecurangan dalam dimensi
Opportunity
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa terdapat dua indikator red flags dalam
dimensi opportunity yang menunjukkan perbedaan persepsi eksternal dan
internal auditor yang cukup signifikan terhadap efektivitas dua indikator red
flags ini dalam mendeteksi fraud. Kedua indikator ini yaitu indikator nomor 2
dan 4. Eksternal auditor di Jakarta berpersepsi bahwa pengawasan terhadap
pengendalian internal (indikator nomor 2) lebih efektif untuk mendeteksi
kecurangan dalam perusahaan dimana internal auditor adalah sebaliknya. Hal
ini mungkin disebabkan karena internal auditor adalah pihak yang bertugas
66
untuk meneliti dan menilai apakah pelaksanaan daripada pengendalian internal
di bidang akuntansi dan operasi cukup dan memenuhi syarat (Hartanto,
1994:294), dan eksternal auditor adalah pihak yang bertugas memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan sebuah perusahaan ditambah
dengan pemberitahuan atau rekomendasi mengenai kelemahan pengendalian
internal, dan saran – saran perbaikan lainnya (Boynton, 2006:147).
Sesuai hasil uji hipotesis tabel 4.9, internal auditor berpersepsi bahwa
pengawasan pengendalian internal yang tidak memadai memiliki tingkat
efektivitas yang kurang dibandingkan dengan persepsi eksternal auditor yang
melihat bahwa tingkat efektivitasnya cukup tinggi.
Hal ini wajar terjadi, karena internal auditor adalah pihak yang
menyusun dan memberikan rekomendasi terhadap pengendalian internal untuk
perusahaannya, inilah yang disebut dengan bias, dimana ini adalah hal yang
sangat mungkin terjadi. Untuk itulah, perusahaan butuh opini pihak ketiga
sebagai pihak yang independen untuk menilai kondisi sebuah perusahaan, pihak
ini adalah eksternal auditor. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Paramita
(2014: 1264) dan penelitian Widyastuti dan Sugeng (2009: 60).
Sejatinya, eksternal auditor akan bisa melihat potensi kecurangan atau
salah saji dari lemahnya pengawasan terhadap pengendalian internal suatu
perusahaan dengan lebih objektif dari internal auditor. Inilah yang mungkin
menjadi salah satu penyebab eksternal auditor berpersepsi bahwa pengawasan
67
terhadap pengendalian internal yang tidak memadai adalah salah satu indikator
yang efektif untuk mendeteksi kecurangan.
Selanjutnya, tabel 4.12 menunjukkan perbedaan persepsi yang cukup
signifikan antara eksternal dan internal auditor di indikator nomor 4, dimana
rata – rata persepsi eksternal auditor adalah 4.13 dan internal auditor sebesar
3,74. Indikator nomor 4 ini berbicara mengenai pengawasan manajemen
terhadap karyawan – karyawan perusahaan yang bertanggungjawab atas aset
perusahaan, misalnya bagian kas, piutang, investasi jangka pendek, dan
semacamnya. Terjadinya perbedaan persepsi ini masih terkait dengan
penjelasan mengenai indikator 2 dimana salah satu tugas internal auditor juga
untuk menilai apakah aset perusahaan aman dari kehilangan atau kerusakan dan
penyelewengan (Wahid, 2013).
Perusahaan butuh opini kedua setelah internal auditor, dimana ini adalah
tugas eksternal auditor. Tugas eksternal auditor salah satunya memberikan
saran – saran perbaikan maupun pemberitahuan mengenai kelemahan aktivitas
pengendalian internal di perusahaan (Boynton, 2006:146).
Penyebab eksternal auditor menilai bahwa pengawasan manajemen
yang tidak memadai terhadap karyawan yang bertanggungjawab terhadap aset
perusahaan bisa juga disebabkan auditor terikat tanggungjawab untuk
memberikan keyakinan yang beralasan terhadap laporan keuangan sebuah
perusahaan bebas dari salah saji, dimana salah saji ini bisa terjadi murni karena
kesalahan atau fraud.
68
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi
antara eksternal dan internal auditor terhadap efektivitas red flags dengan dimensi
opportunity untuk mendeteksi kecurangan, atau H1 diterima. Hasil penelitian ini
sejalan penelitian Rukmawati dan Chariri (2011) dan sejalan dengan Moyes dan
Faizal (2013).
2. Efektivitas red flags dalam mendeteksi kecurangan dalam dimensi Pressure
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa terdapat 2 indikator yang menunjukkan
perbedaan persepsi antar eksternal dan internal auditor yang cukup signifikan.
Indikator tersebut adalah indikator 13 dan 17. Indikator 13 berbicara mengenai
kemampuan margin perusahaan untuk memenuhi persyaratan listing atau
pembayaran utang, dan indikator 17 adalah kerentanan perusahaan terhadap
perubahan teknologi, keusangan produk, atau tingkat suku bunga yang tinggi.
Perbedaan persepsi mungkin terjadi pada indikator 13 dikarenakan
eksternal auditor menilai bahwa perusahaan cenderung lebih berpotensi
melakukan praktik kecurangan atau salah saji yang disengaja pada laporan
keuangannya, khususnya di bagian pendapatan, untuk memenuhi syarat – syarat
listing di bursa atau ketika perusahaan memiliki utang yang segera jatuh tempo.
Ketika perusahaan memiliki utang yang akan segera jatuh tempo dan
perusahaan tersebut tidak memiliki kemampuan untuk membayar utangnya,
auditor eksternal berpersepsi bahwa manajemen perusahaan bisa melakukan
praktik kecurangan dengan sengaja melakukan salah saji pada laporan
keuangannya, dikarenakan pressure yang dirasakan karena utang tersebut, dan
69
kemudian menarik investor agar berinvenstasi di perusahaan mereka (Fiandrea,
2014).
Investasi yang baru ditanam inilah yang kemudian digunakan
perusahaan untuk membayar utangnya. Mekanisme kecurangan ini adalah
mekanisme yang sama digunakan olen Enron untuk menutupi kerugian mereka
dengan memanipulasi informasi di laporan keuangannya (Healy dan Palepu,
2003: 17).
Perbedaan persepsi selanjutnya terjadi di indikator 17 mengenai
kerentanan perusahaan terhadap perubahan teknologi, keusangan produk atau
tingkat suku bunga. Internal auditor mungkin menilai bahwa perusahaan yang
rentan terhadap perubahan teknologi, keusangan produk atau tingkat suku
bunga adalah hal yang sangat wajar, dikarenakan kebanyakan perusahaan besar
maupun skala menengah memang rentan terhadap kondisi bisnis yang tidak
terelakkan tersebut.
Sementara, bagi eksternal auditor, semakin rentan suatu perusahaan
terhadap perubahan teknologi, keusangan produk atau tingkat suku bunga,
maka potensi untuk manajemen atau individual dalam perusahaan melakukan
fraud. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi
antara eksternal dan internal auditor terhadap efektivitas red flags dengan
dimensi pressure untuk mendeteksi kecurangan, atau H1 diterima. Hasil
penelitian sejalan dengan penelitian Fiandrea (2014) dan penelitian Moyes dan
Faizal (2013) dan juga sejalan dengan penelitian Moyes et al. (2009).
70
3. Efektivitas red flags dalam mendeteksi kecurangan dalam dimensi
Rationalization
Tabel 4.14 kemudian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan persepsi
yang mencolok terhadap indikator nomor 21, dimana eksternal auditor
berpersepsi bahwa indikator nomor 21 adalah yang paling efektif untuk dimensi
rationalization sementara internal auditor berpersepsi bahwa indikator nomor
21 adalah yang paling rendah efektivitasnya dalam dimensi rationalization
untuk mendeteksi kecurangan. Perbedaan persepsi mungkin terjadi dikarenakan
auditor eksternal adalah pihak independen yang bertugas untuk mengobservasi
dan kemudian memberikan saran – saran atau perbaikan terhadap pengendalian
internal perusahaan agar dapat diterapkan dengan seefektif mungkin.
Sementara internal auditor bertugas untuk memastikan pengendalian
internal berjalan dengan efektif di perusahaan. Tugas eksternal dan internal
sekilas hampir sama, namun sebenarnya berbeda. Oleh karena itu, perbedaan
persepsi sangat wajar terjadi karena memang lingkup kerjanya juga berbeda.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi
antara eksternal dan internal auditor terhadap efektivitas red flags dengan
dimensi rationalization untuk mendeteksi kecurangan, atau H1 diterima. Hasil
penelitian sejalan dengan penelitian Moyes dan Faizal (2013) dan penelitian
Moyes et al. (2013).
71
4. Efektivitas red flags dalam mendeteksi kecurangan dalam dimensi
Capability
Terdapat 2 indikator yang memperoleh nilai rata – rata tertinggi untuk
eksternal auditor yaitu 4.15 untuk indikator 31 mengenai karyawan tertentu
yang memiliki kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan kelemahan
pengendalian internal perusahaan, dan indikator 32 mengenai karyawan
tertentu berperilaku tidak jujur atau dinilai menghindari deteksi auditor saat
sedang melakukan pengauditan.
Bisa disimpulkan melalui hasil tabel 4.15 bahwa terjadi perbedaan
persepsi antara eksternal dan internal auditor yang cukup mencolok di indikator
32 mengenai perilaku tidak jujur atau sengaja menghindari deteksi auditor.
Perbedaan persepsi di indikator 32 dinilai wajar terjadi karena eksternal auditor
akan memberikan opini terhadap laporan keuangan sesuai dengan kondisi
sebenarnya perusahaan. Termasuk yang dipertimbangkan saat pemberian opini
adalah apakah saat pengauditan, auditor tidak dibatasi ruang lingkupnya, atau
kemampuan auditor mengumpulkan bukti audit dimana auditor perlu kerjasama
dari manajemen perusahaan dan juga internal audit (Mulyadi, 2002:19).
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi
antara eksternal dan internal auditor terhadap efektivitas red flags dengan
dimensi rationalization untuk mendeteksi kecurangan, atau H1 diterima.
Hasil penelitian terhadap keempat dimensi ini mendukung penelitian
yang dilakukan oleh Moyes dan Faizal (2013) dan Moyes et al. (2009), juga
72
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rukmawati dan Chariri (2011)
bahwa terjadi perbedaan persepsi antara eksternal dan internal auditor terhadap
efektivitas metode red flags untuk mendeteksi kecurangan dalam perusahaan.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi eksternal auditor
dan internal auditor terhadap efektivitas metode red flags untuk mendeteksi
kecurangan dalam perusahaan. Responden penelitian ini berjumlah 95 auditor
yang bekerja di 6 BUMN, 2 institusi negara, 3 perusahaan swasta, dan 10
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta dan sekitarnya
berdasarkan Directory KAP yang diterbitkan IAPI pada tahun 2014.
Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah
dilakukan terhadap permasalah dengan menggunakan independen sample t-test,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan persepsi yang mencolok terhadap efektivitas metode
red flags untuk mendeteksi kecurangan dalam dimensi opportunity
sebanyak 2 indikator, yaitu indikator 2, 4 dan 8. Eksternal auditor
berpersepsi bahwa pengawasan yang tidak memadai terhadap pengendalian
internal lebih efektif untuk mendeteksi kecurangan, begitu juga dengan
indikator 4 dimana pengawasan manajemen yang tidak memadai terhadap
karyawan yang bertanggungjawab atas aset perusahaan, misalnya bagian
kas, piutang, investasi jangka pendek dan sejenisnya dinilai lebih efektif
untuk mendeteksi kecurangan.
74
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Moyes dan Faizal (2013) yang
menyatakan terdapat perbedaan terhadap masing – masing indikator red
flags untuk mendeteksi kecurangan, lalu juga sejalan dengan Heiman-
Hoffman et al. (1996) yang menyatakan bahwa tidak semua indikator dalam
red flags mempunyai tingkat efektivitas yang sama dalam mendeteksi
kecurangan, dan bahwa auditor eksternal dan internal mempunyai
pandangan yang berbeda terhadap efektivitas pendeteksian kecurangan
melalui metode red flags.
2. Terdapat perbedaan persepsi yang mencolok terhadap efektivitas metode
red flags untuk mendeteksi kecurangan dalam dimensi pressure sebanyak
2 indikator. Indikator tersebut adalah indikator 13 dan 17. Indikator 13
adalah mengenai kemampuan margin perusahaan untuk memenuhi
persyaratan listing atau pembayaran utang, dan indikator 17 adalah
kerentanan perusahaan terhadap perubahan teknologi, keusangan produk,
atau tingkat suku bunga yang tinggi.
Perbedaan persepsi mungkin terjadi pada indikator 13 dikarenakan
eksternal auditor menilai bahwa perusahaan cenderung lebih berpotensi
melakukan praktik kecurangan atau salah saji yang disengaja pada laporan
keuangannya, khususnya di bagian pendapatan, untuk memenuhi syarat –
syarat listing di bursa atau ketika perusahaan memiliki utang yang segera
jatuh tempo.
75
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Moyes dan Faizal (2013) yang
menyatakan terdapat perbedaan terhadap masing – masing indikator red
flags untuk mendeteksi kecurangan, lalu juga sejalan dengan Heiman-
Hoffman et al. (1996) yang menyatakan bahwa tidak semua indikator dalam
red flags mempunyai tingkat efektivitas yang sama dalam mendeteksi
kecurangan, dan bahwa auditor eksternal dan internal mempunyai
pandangan yang berbeda terhadap efektivitas pendeteksian kecurangan
melalui metode red flags.
3. Terjadi perbedaan persepsi yang mencolok terhadap indikator nomor 21,
dimana eksternal auditor berpersepsi bahwa indikator nomor 21 adalah
yang paling efektif untuk dimensi rationalization sementara internal auditor
berpersepsi bahwa indikator nomor 21 adalah yang paling rendah
efektivitasnya dalam dimensi rationalization untuk mendeteksi kecurangan.
Perbedaan persepsi mungkin terjadi dikarenakan auditor eksternal adalah
pihak independen yang bertugas untuk mengobservasi dan kemudian
memberikan saran – saran atau perbaikan terhadap pengendalian internal
perusahaan agar dapat diterapkan dengan seefektif mungking. Sementara
internal auditor bertugas untuk memastikan pengendalian internal berjalan
dengan efektif di perusahaan. Tugas eksternal dan internal sekilas hampir
sama, namun sebenarnya berbeda. Oleh karena itu, perbedaan persepsi
sangat wajar terjadi karena memang lingkup kerjanya juga berbeda.
76
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Moyes dan Faizal (2013) yang
menyatakan terdapat perbedaan terhadap masing – masing indikator red
flags untuk mendeteksi kecurangan, lalu juga sejalan dengan Heiman-
Hoffman et al. (1996) yang menyatakan bahwa tidak semua indikator dalam
red flags mempunyai tingkat efektivitas yang sama dalam mendeteksi
kecurangan, dan bahwa auditor eksternal dan internal mempunyai
pandangan yang berbeda terhadap efektivitas pendeteksian kecurangan
melalui metode red flags.
4. Terjadi perbedaan persepsi antara eksternal dan internal auditor yang cukup
mencolok di indikator 32 mengenai perilaku tidak jujur atau sengaja
menghindari deteksi auditor. Perbedaan persepsi di indikator 32 dinilai
wajar terjadi karena eksternal auditor akan memberikan opini terhadap
laporan keuangan sesuai dengan kondisi sebenarnya perusahaan. Termasuk
yang dipertimbangkan saat pemberian opini adalah apakah saat pengauditan,
auditor tidak dibatasi ruang lingkupnya, atau kemampuan auditor
mengumpulkan bukti audit dimana auditor perlu kerjasama dari manajemen
perusahaan dan juga internal audit (Mulyadi, 2002:19).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Moyes dan Faizal (2013) yang
menyatakan terdapat perbedaan terhadap masing – masing indikator red
flags untuk mendeteksi kecurangan, lalu juga sejalan dengan Heiman-
Hoffman et al. (1996) yang menyatakan bahwa tidak semua indikator dalam
red flags mempunyai tingkat efektivitas yang sama dalam mendeteksi
77
kecurangan, dan bahwa auditor eksternal dan internal mempunyai
pandangan yang berbeda terhadap efektivitas pendeteksian kecurangan
melalui metode red flags.
B. Saran
Penelitian ini di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitian yang lebih berkualitas lagi dnegan adanya beberapa masukan mengenai
beberapa hal, diantaranya:
1. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel untuk
membuat ruang lingkup penelitian ini lebih luas.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas wilayah survei penelitian,
tidak hanya di Jakarta dan sekitarnya, misalnya pulau Jawa.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah jumlah responden agar
hasil penelitian bisa ditarik kesimpulannya secara general.
4. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan teori yang lebih baru dari
fraud diamond theory.
5. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah data berupa wawancara dari
beberapa auditor yang menjadi responden penelitian agar bisa mendapatkan
data yang lebih nyata dan bisa keluar dari pertanyaan – pertanyaan kuesioner
yang mungkin terlalu sempit atau kurang menggambarkan keadaan yang
sesungguhnya.
79
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., Randal, J. Elder., Beasley, Mark. 2012. Auditing and Assurance
Services – An Integrated Approach. New Jersey. Prentice – Hall.
Albrecht, Conan C., Albrecht, W. Steve., Dunn, J. Gregory. 2000. Conducting a
Pro-Active Fraud Audit: A Case Study. Journal of Forensic Accounting Vol.
II, pp 203 – 218.
Albrecht, Steve. W., Romney, Marshall. 1986. Red-Flagging Management Fraud:
A Validation. Advances in Accounting Vol 2, pp 323 – 334.
Amrizal. 2004. Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan Oleh Internal Auditor.
http://www.bpkp.go.id/unit/investigasi/cegah_deteksi.pdf
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). 2012. Consideration
of Fraud in a Financial Statement Audit, Statement on Auditing Standard No.
99. New York. AICPA.
Apostolou, Barbara A., Hassell, John M., Webber, Sally, Sumners, Glen. 2001. The
Relative Importance of Management Fraud Risk Factors. Behavioural
Research in Accounting Vol. 13, pp 1 – 24.
Apostolou, Barbara A., Hassell, John M. 1993. An Empirical Examination of the
Sensitivity of the Analytic Hierarchy Process to Departures from
Recommended Consistency Rations. Mathl Compute Modelling Vol 17
No.4/5, pp 163 – 170.
Association of Certified Fraud Examiner. 2010. http://www.acfe.com/fraud-
101.aspx. Tanggal akses 16 January 2015.
Boynton, William C. 2006. Modern Auditing: Assurance Services and the Integrity
of Financial Reporting 8th Edition. Canada. John Wiley & Sons.
Bierstaker, James L., Brody, Richard G., Pacini, Carl. 2006. Accountants’
Perceptions Regarding Fraud Detection and Prevention Method. Managerial
Auditing Journal Vol 21 No. 5, pp 520 – 535.
Cressey, Donald R. 1950. Other People: A Study in a Social Psychology of
Embezzlement. Freepress.
Deshmukh, Ashutosh., Romine, Jeff., Siegel, Philip H. 1997. Measurement and
Combination of Red Flags to Assess the Risk of Management Fraud: A Fuzzy
Approach. Managerial Finance Vol. 23 No. 6, pp 35 – 48.
Daljono, Martantya. 2013. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui
Faktor Risiko Tekanan dan Peluang (Studi Kasus pada Perusahaan yang
Mendapat Sanksi dari Bapepam Periode 2002 – 2006). Semarang.
Diponegoro Journal of Accounting Vol. 2 No.2: 1 – 12.
80
DiNapoli, Thomas P. 2010. Red Flags for Fraud. New York. State of New York
Office of the State Comptroller, pp 1 – 14.
Gbegi, D.O., Adebisi, J.F. 2014. Forensic Accounting Skills and Techniques in
Fraud Investigation in the Nigerian Public Sector. MCSER Publishing.
Mediterranean Journal of Social Sciences Vol. 5 No.3, pp 243 – 252.
Gbegi,, D.O., Adebisi, J.F. 2013. The New Fraud Diamond Model – How Can It
Help Forensic Accountants in Fraud Investigation in Nigeria. European
Journal of Accounting Auditing and Finance Research Vol. 1 No. 4, pp 129
– 138.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hair, Joseph., Black, William C., Babin, Barry J., Anderson, Rolp. E. 2009.
Multivariate Data Analysis 7th Edition. Prentice Hall.
Hegazy, Mohamed., Kassem, Rasha. 2010. Fraudulent Financial Reporting: Do
Red Flags Really Help?. International Journal of Academic Research:
Economics and Engineering Vol. 4, pp 69 – 79.
Heiman-Hoffman, Vicky B., Morgan, Kimberly P., Patton, James M. 1996. The
Warning Signs of Fraudulent Financial Reporting. Journal of Accountancy
Vol. 182 No. 4, pp 75 – 77.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2012. Tujuan Keseluruhan Auditor
Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit, Standar
Audit (SA) 200. Jakarta. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
International Federation of Accountants (IFAC). 2010. International Standard on
Auditing – 240: The Auditor's Responsibilities Relating to Fraud in an Audit
of Financial Reporting. International Federation of Accountants (IFAC).
Koroy, Tri Ramaraya. 2008. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan
oleh Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10 No. 1 Mei
22 -33: 1-12.
Lister, Linda M. 2007. A Practical Approach to Fraud Risk: Comprehensive Risk
Assessment Can Enable Auditors to Focus Anti – Fraud Efforts on Areas
Where Their Organization is Most Vulnerable. Internal Auditors Vol. 64 No.
6.
Moyes, Glen D. 2006. The Differences in Perceived Level of Fraud-Detecting
Effectiveness of SAS No. 99 Red Flags Between External dan Internal
Auditors. Journal of Business and Economics Research, pp 9 – 25.
81
Moyes, Glen D., Ling, Ping., Landry, Raymond M., Vicdan, Handad. 2006. Internal
Auditors’ Perceptions of the Effectiveness of Red Flags to Detect Fraudulent
Financial Reporting. Social Science Research Network, pp 1 – 28.
Moyes, Glen D., Lin, Ping., Landry, Raymond M,Jr. 2005. Raise the Red Flag. The
Internal Auditor Vol. 62 No. 5, pp 47 – 52.
Moyes, Glen D., Mohamed Din, Hesri Faizal. 2013. Malaysian Internal and
External Auditor Perceptions of the Effectiveness of Red Flags for Detecting
Fraud. International Journal of Auditing Technology Vol. 1 No. 1, pp 91 –
106.
Moyes, Glen D., Mohamad Din, Hesri Faizal., Omar, N. 2009. The Effectiveness of
the Auditing Standards to Detect Fraudulant Financial Reporting Activities
in Financial Statement Audits in Malaysia. International Business &
Economics Research Journals Vol. 8 No. 9, pp 1 – 17.
Omar, Normah Binti., Mohamad Din, Hesri Faizal. 2010. Fraud Diamond Risk
Indicator: An Assessment of Its Importance and Usage. IEEE. Science and
Social Research (CSSR), pp 1 – 6.
Owojiri, Anthony A., Asaolu, T.O. 2009. The Role of Forensic Accounting in
Solving The Vexed Problem of Corporate World. European Journal of
Scientific Research, Vol. 29. No. 22, pp 183 – 187.
Paramita, Irma. 2014. Persepsi Auditor Internal dan Eksternal Mengenai Efektivitas
Metode Pendeteksian dan Pencegahan Tindakan Kecurangan Keuangan. 3rd
Economics & Business Research Festival, November 2014, pp 1260 - 1276
Popoola, Oluwatoyin Muse Johnson., Ahmad, Ayoib Che., Samsudin, Rose
Samsiah. 2014. Forensic Accounting Knowledge and Mindset on Task
Performance Fraud Risk Assessment. Canadian Center of Science and
Education. International Journal of Business and Management Vol. 9 No. 9,
pp 118 – 134.
Rukmawati, Afhita Dias., Anis, Chariri. 2011. Persepsi Manajer dan Auditor
Eksternal Mengenai Efektivitas Metode Pendeteksian dan Pencegahan
Tindakan Kecurangan Keuangan. Universitas Diponegoro: 1 – 26.
Robbins, Stephen A., Judge, Timothy. 2008. Perilaku Organisasi 2 Edisi 12.
Jakarta. Salemba Empat.
Santoso, Singgih. 2014. Statistik NonParametrik Edisi Revisi. Jakarta. PT Elex
Media Komputindo.
Santoso, Singgih. 2014. Panduan Lengkap SPSS Versi 20 Edisi Revisi. Jakarta. PT
Elex Media Komputindo.
82
Santoso, Singgih. 2014. Statistik Parametrik Edisi Revisi. Jakarta. PT Elex Media
Komputindo.
Smith, Malcolm., Omar, Normah Haji., Sayd Idris, Syed Iskandar Zulkarnain.,
Baharuddin, Ithnahaini. 2005. Auditor’s perception of fraud risk indicators –
Malaysian Evidence. Managerial Auditing Journal, pp 73 – 83.
Shelton, Austin. 2014. Analysis of Capabilities Attributed to the Fraud Diamond.
East Tenenessee State University, pp 1 – 29.
Tuanakotta, Theodorus M. 2013. Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan.
Jakarta. Salemba Empat.
Vona, I. W. 2008. Fraud Risk Assessment: Building a Fraud Audit Programme.
New Jersey. John Wiley & Sons Inc.
Weisenborg, Dana., Norris, Daniel M. 1997. Red Flags of Management Fraud. The
National Public Accountant, pp 29 – 33.
Widjaja, Amin Tunggal. 2011. Pengantar Internal Auditing. Jakarta. Harvarindo.
Wolfe, David T., Hermanson, Dana. R. 2004. The Fraud Diamond: Considering
the Four Elements of Fraud. The CPA Journal, pp 38 – 42.
Yang, Weifang., Moyes, Glen D., Hamedian, Hamed., Rahradian, Azar. 2010.
Professional Demographic Factors That Influence Iranian Auditors’
Perceptions of the Fraud-Detecting Effectiveness of Red Flags. International
Business & Economics Research Journal – January, Vol. 9 No.1, pp 83-102.
Yucel, Elif. 2013. Effectiveness of Red Flags in Detecting Fraudulent Financial
Reporting: An Application in Turkey. Journal of Accounting and Finance, pp
139 – 158.
83
LAMPIRAN 1
SURAT PENELITIAN PENYEBARAN KUESIONER
84
85
86
LAMPIRAN 2
SURAT KETERANGAN DARI KAP
87
88
89
90
91
LAMPIRAN 3
KUESIONER PENELITIAN
92
LAMPIRAN 4
JAWABAN RESPONDEN
79
Jawaban Responden Eksternal Auditor untuk Dimensi Opportunity
RESPONDEN
EKSTERNAL
OP1 OP2 OP3 OP4 OP5 OP6 OP7 OP8 OP9 OP10 TOP
1 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 44
2 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 44
3 4 4 4 4 5 5 4 4 4 3 41
4 4 5 5 5 4 4 3 4 5 5 44
5 4 4 4 5 5 3 3 3 4 4 39
6 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 42
7 5 4 4 3 4 3 4 4 5 2 38
8 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 35
9 4 5 4 5 5 5 3 5 5 5 46
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
11 5 4 4 4 5 4 4 5 5 4 44
12 4 5 3 4 4 4 3 3 5 4 39
13 4 4 5 5 5 4 5 5 5 3 45
14 4 5 5 5 4 3 4 4 5 5 44
15 3 5 5 4 4 4 4 5 5 3 42
16 3 4 4 4 5 5 4 3 5 2 39
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
18 3 5 5 5 4 4 4 4 5 3 42
19 3 2 2 3 1 2 2 2 3 3 23
20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
21 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 29
22 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 32
23 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 45
24 4 4 4 5 5 4 3 5 3 4 41
25 5 4 4 5 4 3 5 4 4 4 42
26 5 4 4 4 5 4 3 4 3 3 39
27 5 4 3 4 4 2 3 4 3 4 36
28 4 5 4 4 5 5 4 5 5 1 42
29 4 4 4 3 3 4 3 5 3 5 38
30 4 5 4 3 4 3 3 4 5 4 39
31 4 5 4 4 3 3 3 4 5 4 39
32 4 4 3 4 3 4 4 5 5 4 40
33 5 4 4 5 4 3 3 5 5 5 43
34 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 36
35 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 36
36 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 37
37 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 37
38 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 37
39 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
40 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 37
80
41 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 43
42 4 5 4 2 5 5 2 4 4 4 39
43 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 42
44 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41
45 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 45
46 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 38
47 4 5 4 4 4 2 4 5 4 3 39
48 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 38
81
Jawaban Responden Eksternal Auditor untuk Dimensi Pressure
PR1 PR2 PR3 PR4 PR5 PR6 PR7 PR8 PR9 PR10 TPR
4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 46
4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 45
3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 35
4 3 4 4 3 3 4 3 3 5 36
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
4 4 3 3 3 2 3 3 4 5 34
4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 37
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
3 4 3 3 4 4 3 3 5 5 37
3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 38
3 4 2 2 2 2 4 4 4 3 30
4 4 4 4 3 4 5 4 5 5 42
3 4 4 5 5 4 3 5 5 5 43
3 4 4 5 5 3 4 5 5 5 43
3 3 4 5 5 2 3 5 5 5 40
3 3 4 5 5 4 3 5 5 5 42
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
3 4 5 5 5 4 4 5 5 5 45
4 4 3 3 2 4 3 4 2 4 33
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
4 5 4 3 4 5 4 5 3 3 40
4 4 5 3 3 4 4 3 5 5 40
4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 35
4 5 3 4 4 3 3 4 4 5 39
4 3 3 4 4 4 5 5 3 4 39
5 3 3 4 2 2 5 5 3 5 37
4 3 4 3 4 3 4 5 3 4 37
4 3 4 4 3 4 5 3 4 3 37
4 3 4 4 3 3 4 3 5 4 37
4 4 3 3 4 4 3 4 5 5 39
4 5 4 3 3 4 3 4 5 5 40
2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 35
3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 36
3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 38
3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 36
3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 34
4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 37
3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 31
4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 36
82
5 4 2 4 2 2 4 4 4 4 35
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39
3 5 4 4 4 4 3 4 3 5 39
3 4 4 4 5 4 4 5 5 4 42
3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 40
4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 36
4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 38
83
Jawaban Responden Eksternal Auditor untuk Dimensi Rationalization
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6 RA7 RA8 RA9 RA10 TRA
4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 43
5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 46
3 4 4 3 3 3 5 3 5 4 37
3 3 4 4 5 5 4 4 5 4 41
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
3 3 4 3 4 4 4 2 4 4 35
4 3 5 5 5 5 4 4 4 5 44
3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 33
3 3 3 3 4 5 5 3 5 5 39
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
2 5 5 5 5 5 5 4 5 3 44
3 4 4 4 5 5 5 4 5 4 43
4 3 5 4 4 5 5 5 5 5 45
3 2 5 5 5 4 5 4 5 5 43
4 2 4 4 5 4 5 4 5 5 42
3 3 5 5 5 4 5 4 5 5 44
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
3 2 5 5 5 4 5 4 5 5 43
3 2 4 3 2 3 3 4 3 4 31
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30
3 4 4 4 5 3 4 3 4 5 39
4 3 5 3 3 5 4 3 4 5 39
3 4 4 3 4 3 4 3 5 4 37
4 3 4 3 4 5 4 3 5 3 38
3 4 4 3 2 4 3 3 2 4 32
3 5 4 5 5 3 3 2 4 3 37
4 3 4 3 3 2 4 3 4 4 34
4 5 4 3 3 4 5 3 5 3 39
4 3 4 3 4 3 3 5 4 3 36
4 3 4 4 3 3 5 3 4 4 37
5 3 3 3 4 3 4 3 4 4 36
4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 37
4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 37
4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 37
4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 37
4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 38
3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38
3 3 4 4 4 5 4 5 5 4 41
4 3 5 3 4 3 3 4 4 4 37
84
4 4 4 4 2 5 4 4 4 4 39
5 4 4 2 4 4 5 4 4 3 39
5 4 4 4 3 2 2 4 2 2 32
5 2 3 3 3 2 4 5 3 2 32
5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 40
4 3 4 4 4 5 3 4 3 4 38
5 3 4 3 4 4 4 5 4 4 40
85
Jawaban Responden Eksternal Auditor untuk Dimensi Capability
Responden
Eksternal
CA1 CA2 CA3 CA4 CA5 TCA
1 5 4 5 5 4 23
2 5 5 5 5 5 25
3 5 4 4 4 5 22
4 4 5 3 3 5 20
5 4 4 4 4 4 20
6 3 4 3 3 5 18
7 4 4 3 3 5 19
8 4 4 3 3 3 17
9 4 4 2 3 4 17
10 4 4 4 4 4 20
11 5 5 3 2 5 20
12 4 4 4 4 4 20
13 5 5 4 4 5 23
14 5 5 4 5 5 24
15 5 5 2 3 5 20
16 5 5 3 2 5 20
17 4 4 4 4 4 20
18 5 5 4 3 5 22
19 3 4 3 4 2 16
20 5 5 5 5 5 25
21 3 3 3 3 3 15
22 3 3 3 3 3 15
23 5 3 5 4 5 22
24 4 5 3 3 4 19
25 3 4 2 2 3 14
26 5 4 3 3 4 19
27 4 5 3 3 4 19
28 3 5 5 3 2 18
29 4 3 4 3 5 19
30 3 4 3 3 4 17
31 4 3 5 3 3 18
32 4 3 5 3 4 19
33 4 4 5 3 4 20
34 4 4 3 3 4 18
35 4 4 3 3 4 18
36 4 4 3 3 4 18
37 4 4 3 3 4 18
38 3 3 4 4 3 17
39 4 4 4 4 3 19
40 3 4 4 3 5 19
41 5 3 3 3 4 18
42 4 4 4 4 4 20
86
43 3 4 4 3 4 18
44 4 5 3 4 4 20
45 3 5 5 4 4 21
46 4 4 3 4 5 20
47 4 4 3 4 4 19
48 3 5 4 4 4 20
87
Jawaban Responden Internal Auditor untuk Dimensi Opportunity
RESPONDEN
INTERNAL
OP
1
OP
2
OP
3
OP
4
OP
5
OP
6
OP
7
OP
8
OP
9
OP1
0
TO
P
1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 22
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 49
8 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 47
9 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 24
10 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 21
11 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
12 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 45
13 4 3 4 3 4 3 4 5 4 4 38
14 5 5 5 5 4 3 4 5 4 4 44
15 4 4 4 4 5 3 3 4 4 3 38
16 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 37
17 2 1 1 1 1 1 2 1 2 4 16
18 2 1 1 1 2 2 2 1 2 4 18
19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
21 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 48
22 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 41
23 5 4 5 4 3 5 4 4 5 3 42
24 3 4 5 4 4 3 4 5 5 3 40
25 3 5 4 3 4 5 4 5 5 3 41
26 3 4 5 5 4 4 4 4 5 2 40
27 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 37
28 4 4 5 5 5 4 4 4 4 2 41
29 4 4 4 4 5 5 4 3 4 2 39
30 3 4 3 4 5 4 4 3 4 3 37
31 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 37
32 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 37
33 3 5 5 4 4 4 3 5 4 3 40
34 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 37
35 4 3 4 5 5 4 4 4 5 3 41
36 3 4 4 4 5 3 4 4 5 4 40
37 3 4 4 5 5 5 3 5 4 4 42
38 4 4 5 3 5 5 5 4 5 4 44
39 3 5 4 4 4 2 4 5 4 3 38
40 5 3 4 3 4 4 4 4 4 3 38
88
41 5 3 5 4 4 4 4 4 4 3 40
42 4 4 5 4 4 4 3 5 5 3 41
43 3 3 4 4 4 4 4 5 4 4 39
44 5 5 3 4 4 4 4 4 5 3 41
45 5 4 5 3 4 5 4 4 4 3 41
46 4 4 5 3 5 5 3 3 4 4 40
47 4 4 5 3 4 5 4 4 4 4 41
89
Jawaban Responden Internal Auditor untuk Dimensi Pressure
Responden
Eksternal
PR1 PR2 PR3 PR4 PR5 PR6 PR7 PR8 PR9 PR10 TPR
1 4 4 3 3 3 3 2 2 3 2 29
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
7 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 31
8 5 4 3 3 4 4 4 3 4 4 38
9 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 38
10 4 3 2 3 4 3 4 4 4 4 35
11 4 4 3 3 4 4 3 2 3 3 33
12 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 40
13 4 4 4 4 3 3 3 2 4 5 36
14 4 4 4 4 3 3 3 2 4 5 36
15 2 2 3 2 2 3 4 3 3 3 27
16 2 2 3 2 3 3 4 2 2 3 26
17 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2 36
18 1 4 4 4 4 4 4 4 4 2 35
19 3 3 3 4 3 3 3 3 5 5 35
20 1 3 3 5 1 1 5 1 5 5 30
21 1 3 3 4 2 2 5 1 5 4 30
22 4 3 3 4 4 4 4 3 4 5 38
23 4 3 3 4 3 3 4 5 5 4 38
24 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 37
25 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 36
26 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 34
27 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 35
28 4 3 3 4 4 4 3 2 3 4 34
29 3 2 3 4 4 3 4 3 4 4 34
30 3 4 2 4 3 3 4 2 4 5 34
31 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 35
32 4 3 3 5 3 3 4 3 3 4 35
33 3 4 3 4 3 2 4 2 3 4 32
34 4 3 3 4 3 4 4 3 4 5 37
35 4 4 4 5 4 3 3 3 4 4 38
36 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 37
37 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 34
38 4 4 3 4 3 4 3 2 4 4 35
39 4 4 4 3 3 3 4 2 4 3 34
40 3 2 3 4 4 4 3 4 3 4 34
90
41 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 37
42 3 4 3 2 3 3 4 4 3 4 33
43 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 35
44 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 36
45 4 3 4 3 4 3 4 2 3 5 35
46 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 35
47 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 38
91
Jawaban Responden Internal Auditor untuk Dimensi Rationalization
Responden
Eksternal
RA1 RA2 RA3 RA4 RA5 RA6 RA7 RA8 RA9 RA10 TRA
1 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 25
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 39
6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
7 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38
8 2 2 2 3 4 4 4 3 4 4 32
9 4 2 3 3 3 3 2 3 2 3 28
10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
11 4 2 2 2 3 4 2 2 2 2 25
12 3 5 5 4 5 4 4 4 4 4 42
13 4 5 5 4 5 4 5 2 3 4 41
14 3 5 5 4 5 4 4 3 3 3 39
15 1 2 3 3 4 4 4 3 3 4 31
16 1 2 3 2 3 3 3 2 2 2 23
17 4 2 1 2 1 1 1 2 1 1 16
18 4 2 1 2 1 1 2 1 2 1 17
19 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 46
20 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 48
21 5 5 5 4 3 5 5 5 5 4 46
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
23 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 42
24 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 43
25 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 37
26 3 3 4 4 5 4 4 4 4 5 40
27 4 4 5 4 5 5 5 5 1 5 43
28 4 4 5 3 5 5 5 5 3 4 43
29 4 3 4 4 4 3 5 4 2 3 36
30 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 34
31 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 37
32 4 3 4 4 5 3 4 4 2 5 38
33 3 3 5 4 4 3 4 4 4 4 38
34 4 3 4 4 5 4 5 4 2 4 39
35 4 4 3 3 3 4 5 5 3 3 37
36 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 43
37 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 38
38 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 38
39 4 3 4 4 4 3 5 4 3 3 37
40 4 2 5 3 5 5 4 5 3 4 40
92
41 5 4 3 4 5 3 4 4 3 4 39
42 3 4 4 5 4 4 5 3 1 4 37
43 3 2 4 5 4 4 5 5 4 3 39
44 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 39
45 4 3 4 5 4 4 5 4 2 5 40
46 4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 40
47 3 3 4 5 4 2 4 4 4 4 37
93
Jawaban Responden Internal Auditor untuk Dimensi Capability
CA1 CA2 CA3 CA4 CA5 TCA
2 2 2 3 2 11
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
4 4 4 3 4 19
4 5 4 3 4 20
2 3 2 3 2 12
4 4 4 4 4 20
2 2 3 3 2 12
4 4 4 3 5 20
5 5 3 3 4 20
4 4 4 4 5 21
5 5 3 3 5 21
5 5 3 3 5 21
2 1 2 2 2 9
2 1 2 2 2 9
5 5 5 2 5 22
5 1 5 3 5 19
4 2 5 4 5 20
4 3 4 4 4 19
4 4 3 4 4 19
5 3 4 4 4 20
5 4 3 4 4 20
4 3 3 4 4 18
4 5 3 4 5 21
4 5 3 3 5 20
4 4 4 4 4 20
5 5 4 4 4 22
5 4 3 4 4 20
4 4 4 3 5 20
5 4 4 4 3 20
4 4 4 4 4 20
4 4 3 3 5 19
5 5 3 4 4 21
2 5 3 3 4 17
4 4 3 4 4 19
4 4 4 3 4 19
5 4 4 3 4 20
4 5 3 3 4 19
94
5 4 4 4 5 22
5 4 3 4 4 20
4 5 3 3 4 19
4 4 3 4 4 19
4 4 4 3 3 18
4 4 3 3 4 18
95
LAMPIRAN 5
HASIL PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN
101
Tabel Frekuensi
Statistics
Auditor Jabatan Pengalaman_audit
N Valid 94 94 94
Missing 0 0 0
Std. Deviation .503 1.123 .902
Variance .253 1.262 .814
Skewness .000 -.314 .111
Std. Error of Skewness .249 .249 .249
Kurtosis -2.044 -.506 -.741
Std. Error of Kurtosis .493 .493 .493
Range 1 4 3
Minimum 1 1 1
Maximum 2 5 4
Percentiles 10 1.00 2.00 1.00
90 2.00 5.00 4.00
*Hasil deskripsi responden berdasarkan jenis auditor
Auditor
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Eksternal 47 50.0 50.0 50.0
Internal 47 50.0 50.0 100.0
Total 94 100.0 100.0
*Hasil deskripsi responden berdasarkan jabatan terakhir responden
Jabatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Setara Audit Manager 8 8.5 8.5 8.5
Setara Supervisor 14 14.9 14.9 23.4
Setara Senior Auditor 31 33.0 33.0 56.4
Setara Junior Auditor 29 30.9 30.9 87.2
Tidak dicantumkan 12 12.8 12.8 100.0
Total 94 100.0 100.0
102
*Hasil deskripsi responden berdasarkan lama pengalaman audit responden
Pengalaman_audit
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Tidak dicantumkan 17 18.1 18.1 18.1
2 - 5 Tahun 36 38.3 38.3 56.4
> 5 Tahun 31 33.0 33.0 89.4
> 10 Tahun 10 10.6 10.6 100.0
Total 94 100.0 100.0
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Auditor 94 1 2 1.50 .503
Opportunity 94 16 50 39.26 6.171
Pressure 94 26 50 36.60 4.030
Rationalization 94 16 50 37.96 5.624
Capability 94 9 25 19.12 2.723
Valid N (listwise) 94
103
Hasil Uji Kualitas Data
*Hasil Uji Reliabilitas
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.888 4
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Opportunity 100.75 143.566 .711 .872
Pressure 102.95 113.945 .777 .866
Rationalization 101.00 127.158 .855 .816
Capability 121.60 171.516 .855 .866
105
*Hasil Uji Validitas untuk Dimensi Opportunity
Correlations
Item
_1
Item
_2
Item
_3
Item_4 Item
_5
Item
_6
Item_
7
Item_
8
Item_
9
Item_1
0
Skor_OP
Item_
1
Pearson
Correlation 1 .136 .118 .030 .357 .181 .401 .459* .285 .377 .484*
Sig. (2-tailed) .567 .619 .900 .122 .445 .079 .042 .223 .101 .031
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
2
Pearson
Correlation .136 1
.684*
* .619** .560* .461* .351 .455* .701** .483* .782**
Sig. (2-tailed) .567 .001 .004 .010 .041 .129 .044 .001 .031 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
3
Pearson
Correlation .118
.684*
* 1 .691** .543* .355 .666** .638** .551* .201 .771**
Sig. (2-tailed) .619 .001 .001 .013 .125 .001 .002 .012 .396 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
4
Pearson
Correlation .030
.619*
*
.691*
* 1 .491* .324 .259 .338 .390 .533* .668**
Sig. (2-tailed) .900 .004 .001 .028 .163 .270 .144 .089 .016 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
5
Pearson
Correlation .357 .560* .543* .491* 1
.711*
* .597** .562** .556* .206 .810**
Sig. (2-tailed) .122 .010 .013 .028 .000 .005 .010 .011 .383 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
6
Pearson
Correlation .181 .461* .355 .324
.711*
* 1 .512* .531* .516* .181 .698**
Sig. (2-tailed) .445 .041 .125 .163 .000 .021 .016 .020 .444 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
7
Pearson
Correlation .401 .351
.666*
* .259
.597*
* .512* 1 .647** .508* -.019 .698**
Sig. (2-tailed) .079 .129 .001 .270 .005 .021 .002 .022 .937 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
8
Pearson
Correlation
.459
* .455*
.638*
* .338
.562*
* .531* .647** 1 .441 .288 .777**
Sig. (2-tailed) .042 .044 .002 .144 .010 .016 .002 .052 .219 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
9
Pearson
Correlation .285
.701*
* .551* .390 .556* .516* .508* .441 1 .218 .731**
Sig. (2-tailed) .223 .001 .012 .089 .011 .020 .022 .052 .355 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
105
Item_
10
Pearson
Correlation .377 .483* .201 .533* .206 .181 -.019 .288 .218 1 .517*
Sig. (2-tailed) .101 .031 .396 .016 .383 .444 .937 .219 .355 .019
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Skor_
OP
Pearson
Correlation
.484
*
.782*
*
.771*
* .668**
.810*
*
.698*
* .698** .777** .731** .517* 1
Sig. (2-tailed) .031 .000 .000 .001 .000 .001 .001 .000 .000 .019
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
106
*Hasil Uji Validitas untuk Dimensi Pressure
Correlations
Item_
11
Item_
12
Item_
13
Item_
14
Item_
15
Item_
16
Item_
17
Item_
18
Item_
19
Item_
20
Skor_
PR
Item_
11
Pearson
Correlation 1 .363 .391 .000 -.113 .473* .543* -.023 -.131 .077 .335
Sig. (2-tailed)
.116 .088 1.000 .635 .035 .013 .924 .582 .748 .149
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
12
Pearson
Correlation .363 1 .371 .000 .290 .331 .497* .339 .333 .060 .525*
Sig. (2-tailed) .116 .107 1.000 .215 .153 .026 .143 .151 .800 .018
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
13
Pearson
Correlation .391 .371 1 .754** .719** .587** .569** .641** .517* .400 .901**
Sig. (2-tailed) .088 .107 .000 .000 .006 .009 .002 .020 .081 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
14
Pearson
Correlation .000 .000 .754** 1 .825** .371 .165 .719** .567** .631** .786**
Sig. (2-tailed) 1.000 1.000 .000 .000 .108 .488 .000 .009 .003 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
15
Pearson
Correlation -.113 .290 .719** .825** 1 .337 .105 .699** .755** .535* .817**
Sig. (2-tailed) .635 .215 .000 .000 .147 .659 .001 .000 .015 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
16
Pearson
Correlation .473* .331 .587** .371 .337 1 .384 .331 .221 .187 .627**
Sig. (2-tailed) .035 .153 .006 .108 .147 .094 .153 .350 .430 .003
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
17
Pearson
Correlation .543* .497* .569** .165 .105 .384 1 .331 .319 -.083 .550*
Sig. (2-tailed) .013 .026 .009 .488 .659 .094 .154 .171 .728 .012
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
18
Pearson
Correlation -.023 .339 .641** .719** .699** .331 .331 1 .619** .242 .762**
Sig. (2-tailed) .924 .143 .002 .000 .001 .153 .154 .004 .304 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
19
Pearson
Correlation -.131 .333 .517* .567** .755** .221 .319 .619** 1 .501* .738**
Sig. (2-tailed) .582 .151 .020 .009 .000 .350 .171 .004 .024 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
107
Item_
20
Pearson
Correlation .077 .060 .400 .631** .535* .187 -.083 .242 .501* 1 .540*
Sig. (2-tailed) .748 .800 .081 .003 .015 .430 .728 .304 .024 .014
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Skor_
PR
Pearson
Correlation .335 .525* .901** .786** .817** .627** .550* .762** .738** .540* 1
Sig. (2-tailed) .149 .018 .000 .000 .000 .003 .012 .000 .000 .014
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
108
*Hasil Uji Validitas untuk Dimensi Rationalization
Correlations
Item_
21
Item_
22
Item_
23
Item_
24
Item_
25
Item_
26
Item_
27
Item_
28
Item_
29
Item_
30
Skor_
RA
Item_
21
Pearson
Correlation 1 .348 .105 .176 .128 .241 .050 .482* -.057 .295 .467*
Sig. (2-tailed) .133 .659 .459 .592 .305 .833 .032 .811 .207 .038
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
22
Pearson
Correlation .348 1 .048 .148 .143 .369 .185 .206 .140 -.523* .407
Sig. (2-tailed) .133 .840 .534 .547 .109 .435 .383 .556 .018 .075
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
23
Pearson
Correlation .105 .048 1 .854** .384 .280 .385 .625** .225 .259 .657**
Sig. (2-tailed) .659 .840 .000 .094 .233 .093 .003 .340 .270 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
24
Pearson
Correlation .176 .148 .854** 1 .682** .420 .399 .670** .320 .262 .793**
Sig. (2-tailed) .459 .534 .000 .001 .066 .081 .001 .169 .265 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
25
Pearson
Correlation .128 .143 .384 .682** 1 .655** .552* .243 .659** .281 .758**
Sig. (2-tailed) .592 .547 .094 .001 .002 .012 .301 .002 .230 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
26
Pearson
Correlation .241 .369 .280 .420 .655** 1 .508* .358 .516* .156 .735**
Sig. (2-tailed) .305 .109 .233 .066 .002 .022 .121 .020 .510 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
27
Pearson
Correlation .050 .185 .385 .399 .552* .508* 1 .203 .894** .372 .706**
Sig. (2-tailed) .833 .435 .093 .081 .012 .022 .391 .000 .106 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
28
Pearson
Correlation .482* .206 .625** .670** .243 .358 .203 1 .133 .212 .669**
Sig. (2-tailed) .032 .383 .003 .001 .301 .121 .391 .575 .369 .001
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Item_
29
Pearson
Correlation -.057 .140 .225 .320 .659** .516* .894** .133 1 .319 .642**
Sig. (2-tailed) .811 .556 .340 .169 .002 .020 .000 .575 .171 .002
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
109
Item_
30
Pearson
Correlation .295 -.523* .259 .262 .281 .156 .372 .212 .319 1 .356
Sig. (2-tailed) .207 .018 .270 .265 .230 .510 .106 .369 .171 .124
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
Skor_
RA
Pearson
Correlation .467* .407 .657** .793** .758** .735** .706** .669** .642** .356 1
Sig. (2-tailed) .038 .075 .002 .000 .000 .000 .001 .001 .002 .124
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*Hasil Uji Validitas untuk Dimensi Capability
Correlations
Item_31 Item_32 Item_33 Item_34 Item_35 Skor_CA
Item_31
Pearson Correlation 1 .667** .368 .149 .600** .772**
Sig. (2-tailed) .001 .110 .530 .005 .000
N 20 20 20 20 20 20
Item_32
Pearson Correlation .667** 1 .070 -.094 .618** .565**
Sig. (2-tailed) .001 .769 .694 .004 .009
N 20 20 20 20 20 20
Item_33
Pearson Correlation .368 .070 1 .780** .116 .777**
Sig. (2-tailed) .110 .769 .000 .628 .000
N 20 20 20 20 20 20
Item_34
Pearson Correlation .149 -.094 .780** 1 -.126 .612**
Sig. (2-tailed) .530 .694 .000 .595 .004
N 20 20 20 20 20 20
Item_35
Pearson Correlation .600** .618** .116 -.126 1 .598**
Sig. (2-tailed) .005 .004 .628 .595 .005
N 20 20 20 20 20 20
Skor_CA
Pearson Correlation .772** .565** .777** .612** .598** 1
Sig. (2-tailed) .000 .009 .000 .004 .005
N 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
111
Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 88
Normal Parametersa,b Mean 0E-7
Std. Deviation 9.71308675
Most Extreme Differences
Absolute .111
Positive .111
Negative -.101
Kolmogorov-Smirnov Z 1.045
Asymp. Sig. (2-tailed) .225
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil Uji Hipotesis
*Hasil Uji Hipotesis untuk Dimensi Opportunity
Group Statistics
Auditor N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
OP1 Eksternal 47 4.09 .583 .085
Internal 47 3.81 .947 .138
OP2 Eksternal 47 4.28 .579 .084
Internal 47 3.85 1.000 .146
OP3 Eksternal 47 4.02 .489 .071
Internal 47 4.02 1.093 .159
OP4 Eksternal 47 4.13 .679 .099
Internal 47 3.74 1.052 .153
OP5 Eksternal 47 4.02 .821 .120
Internal 47 3.98 .967 .141
OP6 Eksternal 47 3.66 .939 .137
Internal 47 3.79 1.041 .152
OP7 Eksternal 47 3.70 .657 .096
Internal 47 3.72 .772 .113
OP8 Eksternal 47 4.19 .647 .094
Internal 47 3.94 1.092 .159
OP9 Eksternal 47 4.28 .713 .104
Internal 47 4.04 .859 .125
OP10 Eksternal 47 3.81 .851 .124
112
Internal 47 3.45 .802 .117
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std.
Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
OP
1
Equal variances
assumed 13.475 .000 1.704 92 .092 .277 .162 -.046 .599
Equal variances
not assumed
1.704
76.51
2 .092 .277 .162 -.047 .600
OP
2
Equal variances
assumed 4.163 .044 2.526 92 .013 .426 .168 .091 .760
Equal variances
not assumed
2.526
73.72
2 .014 .426 .168 .090 .761
OP
3
Equal variances
assumed 14.751 .000 .000 92 1.000 .000 .175 -.347 .347
Equal variances
not assumed
.000
63.66
7 1.000 .000 .175 -.349 .349
OP
4
Equal variances
assumed 8.014 .006 2.096 92 .039 .383 .183 .020 .746
Equal variances
not assumed
2.096
78.67
4 .039 .383 .183 .019 .747
OP
5
Equal variances
assumed .002 .964 .230 92 .819 .043 .185 -.325 .410
Equal variances
not assumed
.230
89.64
0 .819 .043 .185 -.325 .410
OP
6
Equal variances
assumed .031 .861 -.624 92 .534 -.128 .205 -.534 .279
Equal variances
not assumed
-.624
91.03
3 .534 -.128 .205 -.534 .279
OP
7
Equal variances
assumed .347 .557 -.144 92 .886 -.021 .148 -.315 .272
Equal variances
not assumed
-.144
89.69
3 .886 -.021 .148 -.315 .272
OP
8
Equal variances
assumed 4.507 .036 1.379 92 .171 .255 .185 -.112 .623
Equal variances
not assumed
1.379
74.79
5 .172 .255 .185 -.113 .624
113
OP
9
Equal variances
assumed .608 .438 1.437 92 .154 .234 .163 -.089 .557
Equal variances
not assumed
1.437
89.00
7 .154 .234 .163 -.089 .558
OP
10
Equal variances
assumed .544 .462 2.121 92 .037 .362 .171 .023 .700
Equal variances
not assumed
2.121
91.69
0 .037 .362 .171 .023 .700
*Hasil Uji Hipotesis untuk Dimensi Pressure
Group Statistics
Auditor N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
PR1 Eksternal 47 3.57 .651 .095
Internal 47 3.43 .927 .135
PR2 Eksternal 47 3.74 .736 .107
Internal 47 3.47 .687 .100
PR3 Eksternal 47 3.74 .706 .103
Internal 47 3.36 .568 .083
PR4 Eksternal 47 3.81 .680 .099
Internal 47 3.72 .682 .099
PR5 Eksternal 47 3.72 .826 .121
Internal 47 3.38 .709 .103
PR6 Eksternal 47 3.45 .746 .109
Internal 47 3.40 .681 .099
PR7 Eksternal 47 3.70 .749 .109
Internal 47 3.68 .594 .087
PR8 Eksternal 47 3.91 .803 .117
Internal 47 3.02 .897 .131
PR9 Eksternal 47 4.11 .759 .111
Internal 47 3.79 .623 .091
PR10 Eksternal 47 4.21 .657 .096
Internal 47 3.96 .751 .109
114
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std.
Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
PR
1
Equal variances
assumed 3.812 .054 .902 92 .370 .149 .165 -.179 .477
Equal variances
not assumed
.902
82.51
2 .370 .149 .165 -.180 .477
PR
2
Equal variances
assumed .001 .980 1.883 92 .063 .277 .147 -.015 .568
Equal variances
not assumed
1.883
91.56
0 .063 .277 .147 -.015 .568
PR
3
Equal variances
assumed .405 .526 2.897 92 .005 .383 .132 .120 .646
Equal variances
not assumed
2.897
87.97
3 .005 .383 .132 .120 .646
PR
4
Equal variances
assumed .002 .967 .606 92 .546 .085 .141 -.194 .364
Equal variances
not assumed
.606
91.99
9 .546 .085 .141 -.194 .364
PR
5
Equal variances
assumed .844 .361 2.144 92 .035 .340 .159 .025 .656
Equal variances
not assumed
2.144
89.91
6 .035 .340 .159 .025 .656
PR
6
Equal variances
assumed .875 .352 .289 92 .773 .043 .147 -.250 .335
Equal variances
not assumed
.289
91.23
5 .773 .043 .147 -.250 .335
PR
7
Equal variances
assumed 3.612 .060 .153 92 .879 .021 .139 -.256 .298
Equal variances
not assumed
.153
87.42
6 .879 .021 .139 -.256 .298
PR
8
Equal variances
assumed .003 .960 5.090 92 .000 .894 .176 .545 1.242
115
Equal variances
not assumed
5.090
90.90
3 .000 .894 .176 .545 1.242
PR
9
Equal variances
assumed 2.268 .135 2.229 92 .028 .319 .143 .035 .604
Equal variances
not assumed
2.229
88.66
8 .028 .319 .143 .035 .604
PR
10
Equal variances
assumed .649 .423 1.754 92 .083 .255 .146 -.034 .544
Equal variances
not assumed
1.754
90.42
5 .083 .255 .146 -.034 .544
*Hasil Uji Hipotesis untuk Dimensi Rationalization
Group Statistics
Auditor N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
RA1 Eksternal 47 3.77 .758 .111
Internal 47 3.64 .845 .123
RA2 Eksternal 47 3.51 .804 .117
Internal 47 3.36 .965 .141
RA3 Eksternal 47 4.06 .604 .088
Internal 47 3.89 1.005 .147
RA4 Eksternal 47 3.60 .876 .128
Internal 47 3.79 .832 .121
RA5 Eksternal 47 3.96 .806 .118
Internal 47 3.96 .908 .132
RA6 Eksternal 47 3.91 .880 .128
Internal 47 3.74 .920 .134
RA7 Eksternal 47 4.09 .747 .109
Internal 47 4.04 .884 .129
RA8 Eksternal 47 3.68 .783 .114
Internal 47 3.79 .931 .136
RA9 Eksternal 47 4.17 .761 .111
Internal 47 3.26 1.073 .156
RA10 Eksternal 47 3.94 .763 .111
Internal 47 3.77 .914 .133
116
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std.
Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
RA
1
Equal variances
assumed .034 .855 .771 92 .443 .128 .166 -.201 .457
Equal variances
not assumed
.771
90.93
2 .443 .128 .166 -.201 .457
RA
2
Equal variances
assumed 2.680 .105 .813 92 .418 .149 .183 -.215 .513
Equal variances
not assumed
.813
89.09
6 .419 .149 .183 -.215 .513
RA
3
Equal variances
assumed 4.947 .029 .995 92 .322 .170 .171 -.170 .510
Equal variances
not assumed
.995
75.42
8 .323 .170 .171 -.171 .511
RA
4
Equal variances
assumed 1.823 .180
-
1.086 92 .280 -.191 .176 -.542 .159
Equal variances
not assumed
-
1.086
91.75
9 .280 -.191 .176 -.542 .159
RA
5
Equal variances
assumed .001 .978 .000 92 1.000 .000 .177 -.352 .352
Equal variances
not assumed
.000
90.73
8 1.000 .000 .177 -.352 .352
RA
6
Equal variances
assumed .002 .965 .916 92 .362 .170 .186 -.199 .539
Equal variances
not assumed
.916
91.82
3 .362 .170 .186 -.199 .539
RA
7
Equal variances
assumed .015 .903 .252 92 .801 .043 .169 -.293 .378
Equal variances
not assumed
.252
89.51
7 .802 .043 .169 -.293 .378
RA
8
Equal variances
assumed .060 .807 -.599 92 .550 -.106 .177 -.459 .246
Equal variances
not assumed
-.599
89.37
9 .550 -.106 .177 -.459 .246
RA
9
Equal variances
assumed 9.078 .003 4.769 92 .000 .915 .192 .534 1.296
117
Equal variances
not assumed
4.769
82.94
1 .000 .915 .192 .533 1.296
RA
10
Equal variances
assumed 1.002 .320 .980 92 .330 .170 .174 -.175 .515
Equal variances
not assumed
.980
89.17
2 .330 .170 .174 -.175 .515
*Hasil Uji Hipotesis untuk Dimensi Capability
Group Statistics
Auditor N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
CA1 Eksternal 47 4.04 .721 .105
Internal 47 4.04 .908 .132
CA2 Eksternal 47 4.15 .691 .101
Internal 47 3.85 1.083 .158
CA3 Eksternal 47 3.64 .870 .127
Internal 47 3.49 .748 .109
CA4 Eksternal 47 3.43 .744 .109
Internal 47 3.45 .619 .090
CA5 Eksternal 47 4.15 .751 .110
Internal 47 4.00 .860 .125
118
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std.
Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
CA
1
Equal variances
assumed .108 .744 .000 92 1.000 .000 .169 -.336 .336
Equal variances
not assumed
.000
87.51
3 1.000 .000 .169 -.336 .336
CA
2
Equal variances
assumed 2.452 .121 1.590 92 .115 .298 .187 -.074 .670
Equal variances
not assumed
1.590
78.11
9 .116 .298 .187 -.075 .671
CA
3
Equal variances
assumed 1.624 .206 .890 92 .376 .149 .167 -.184 .481
Equal variances
not assumed
.890
89.96
8 .376 .149 .167 -.184 .482
CA
4
Equal variances
assumed 1.146 .287 -.151 92 .881 -.021 .141 -.302 .259
Equal variances
not assumed
-.151
89.03
1 .881 -.021 .141 -.302 .259
CA
5
Equal variances
assumed .321 .573 .894 92 .373 .149 .167 -.182 .480
Equal variances
not assumed
.894
90.37
4 .374 .149 .167 -.182 .480