15
ejurnal.lp2msasbabel.ac.id/index.php/psc Vol. 1, No. 2, June (2020) ISSN (Online): 2721-2564 htps://doi.org/10.32923/psc.v1i2.1157 | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020) Page 121 of 15 © Author et al, Licensee Psychosophia, Islamic Psychology Program, IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Indonesia. Psychosophia strongly support the Open Access Initiative. Abstract and full text of the article published by Psychosophia are freely accessible to everyone immediately after publication. This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity Submission Date : March 02, 2020 Review Date ; April 07, 2020 Publish Date : June 01, 2020 PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI PADA PEMBELAJARAN PAI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR TUNAGRAHITA Nilna Azizatus Shofiyyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung [email protected] Asep Nursobah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung [email protected] Tarsono Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung [email protected] Abstract: The purpose of this study to explain the validation, implementation, factors, and effectiveness of animation media products in Islamic Religious Education Learning to improve learning motivation for children with developmental disabilities in SLB Angkasa Lanud Sulaiman. This type of research is a qualitative case study approach, taking place in SLB Angkasa Lanud Sulaiman. The results showed: 1) The validation of animated media products in Islamic learning PAI material was 94.1 and 91.4 If converted into an evaluation table the results of expert trials included in the "very good" criteria. 2) Implementation of PAI learning using animation media follows the steps made in the learning implementation plan. 3) Supporting factors that influence the learning of PAI using animation media are the ease of the animation media themselves to be used and the display of animated media which makes intellectual children easily understand the PAI material delivered, such as the pillars of Islamic principles. The inhibiting factor is the cost to access the animation media. 4) The level of success is shown in the value of mentally disabled students through reports on learning outcomes for mentally retarded students who get an average value of 80 of minimal completeness criteria of 75. Keywords; Islamic education, mentally retarded, media animation. Abstrak: Tujuan pada penelitian ini adalah menguji validasi, impelemntasi, faktor-faktor, dan efektivitas Media Animasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar Tunagrahita di SLB Angkasa Lanud Sulaiman. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus, mengambil lokasi di SLB Angkasa Lanud Sulaiman. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Validasi produk media animasi pada pembelajaran PAI materi rukun Islam yaitu 94,1 dan 91,4 Jika dikonversikan kedalam tabel penilaian hasil uji coba ahli termasuk pada kriteria “sangat baik”. 2) Implementasi pembelajaran PAI menggunakan media animasi mengikuti langkah-langkah yang dibuat di

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI PADA PEMBELAJARAN PAI … · 2020. 8. 14. · Multimedia Interaktif Macromedia Flash pada Pembelajaran Agama Islam untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ejurnal.lp2msasbabel.ac.id/index.php/psc

    Vol. 1, No. 2, June (2020)

    ISSN (Online): 2721-2564

    htps://doi.org/10.32923/psc.v1i2.1157

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 121 of 15 © Author et al, Licensee Psychosophia, Islamic Psychology Program, IAIN Syaikh

    Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Indonesia. Psychosophia strongly support the Open

    Access Initiative. Abstract and full text of the article published by Psychosophia are freely

    accessible to everyone immediately after publication. This is an Open Access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License, which permits

    unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is

    properly cited.

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    Submission Date : March 02, 2020

    Review Date ; April 07, 2020

    Publish Date : June 01, 2020

    PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI PADA PEMBELAJARAN PAI

    UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR TUNAGRAHITA

    Nilna Azizatus Shofiyyah

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

    [email protected]

    Asep Nursobah

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

    [email protected]

    Tarsono

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Gunung Djati Bandung

    [email protected]

    Abstract: The purpose of this study to explain the validation, implementation, factors, and

    effectiveness of animation media products in Islamic Religious Education Learning to

    improve learning motivation for children with developmental disabilities in SLB Angkasa

    Lanud Sulaiman. This type of research is a qualitative case study approach, taking place in

    SLB Angkasa Lanud Sulaiman. The results showed: 1) The validation of animated media

    products in Islamic learning PAI material was 94.1 and 91.4 If converted into an evaluation

    table the results of expert trials included in the "very good" criteria. 2) Implementation of

    PAI learning using animation media follows the steps made in the learning implementation

    plan. 3) Supporting factors that influence the learning of PAI using animation media are the

    ease of the animation media themselves to be used and the display of animated media which

    makes intellectual children easily understand the PAI material delivered, such as the pillars

    of Islamic principles. The inhibiting factor is the cost to access the animation media. 4) The

    level of success is shown in the value of mentally disabled students through reports on

    learning outcomes for mentally retarded students who get an average value of 80 of minimal

    completeness criteria of 75.

    Keywords; Islamic education, mentally retarded, media animation.

    Abstrak: Tujuan pada penelitian ini adalah menguji validasi, impelemntasi, faktor-faktor,

    dan efektivitas Media Animasi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

    meningkatkan motivasi belajar Tunagrahita di SLB Angkasa Lanud Sulaiman. Jenis

    penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus, mengambil lokasi di SLB

    Angkasa Lanud Sulaiman. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Validasi produk media animasi

    pada pembelajaran PAI materi rukun Islam yaitu 94,1 dan 91,4 Jika dikonversikan kedalam

    tabel penilaian hasil uji coba ahli termasuk pada kriteria “sangat baik”. 2) Implementasi

    pembelajaran PAI menggunakan media animasi mengikuti langkah-langkah yang dibuat di

    https://doi.org/10.32923/psc.v1i2.877mailto:[email protected]:[email protected]

  • Sofiah, Nursobah, & Tarsono

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 122 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. 3) Faktor pendukung yang mempengaruhi

    pembelajaran PAI menggunakan media animasi adalah kemudahan dari media animasinya

    sendiri untuk digunakan dan penayangan media animasi yang membuat anak tunagrahita

    mudah memahami materi PAI yang disampaikan, seperti materi rukun Islam. Faktor

    penghambatnya yaitu memerlukan biaya untuk mengakses media animasi. 4) Tingkat

    keberhasilannya ditunjukkan pada nilai siswa tunagrahita yaitu melalui laporan hasil

    belajar siswa tunagrahita yang mendapatkan nilai rata-rata 80 dari KKM yang ditetapkan

    yaitu 75.

    Kata kunci; media animasi, Pendidikan Agama Islam, tunagrahita.

  • Penggunaan Media Animasi pada Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Tunagrahita

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 123 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    Pendahuluan

    Anak berkebutuhan khusus

    dikategorikan menjadi dua, yakni mereka

    yang memiliki kemampuan diatas rata-

    rata dan mereka yang memiliki

    kemampuan di bawah rata-rata, baik dari

    segi inteligensi, fisik, bakat minat, dan

    sebagainya. Menurut UU Sisdiknas No. 20

    Th. 2003 jenis pendidikan bagi anak

    berkebutuhan khusus adalah pendidikan

    khusus. Pendidikan khusus merupakan

    pendidikan bagi peserta didik yang

    memiliki tingkat kesulitan dalam

    memiliki proses pembelajaran

    dikarenakan kelainan fisik, emosional,

    mental, sosial, dan atau memiliki potensi

    kecerdasan dan bakat istimewa. Salah

    satu anak yang termasuk kategori anak

    berkebutuhan khusus adalah anak

    tunagrahita.

    Berdasarkan hasil observasi awal

    ke SLB Angkasa Lanud Sulaiman

    diperoleh data tentang masalah yang

    dihadapi tunagrahita. Data tersebut

    diambil dari hasil wawancara dengan

    guru PAI tunagrahita Ibu Yayu Khoerul

    Bariyyah yang mengatakan kesulitan

    anak tunagrahita dalam belajar PAI yaitu

    sulit menghafal materi-materi PAI yang

    disampaikan, sulit membaca dan menulis

    materi PAI yang disampaikan, sehingga

    seringkali guru mengulang materi yang

    sudah disampaikan dan disampaikan lagi

    pada pertemuan-pertemuan selanjutnya

    sampai anak tunagrahita tersebut dapat

    memahami dan menghafal materi PAI

    yang disampaikan. Pembelajaran yang

    dilakukan di SLB Angkasa Lanud

    Sulaiman masih berupa pembelajaran

    klasikal, seperti menulis di papan tulis,

    menghafal materi dengan mengulang

    penjelasan guru, sehingga siswa

    tunagrahita sering kali merasa jenuh dan

    meminta untuk keluar kelas, bahkan ada

    juga yang sudah tidak fokus untuk belajar

    sehingga berlarian di dalam kelas.

    Penelitian ini di lakukan pada kelas

    6 SDLB Angkasa Lanud Sulaiman dengan

    banyak siswa 7 orang, namun penelitian

    hanya dilakukan pada 4 siswa

    tunagrahita, karena 2 orang siswa

    tunagrahita yang ada di dalam kelas

    tersebut adalah tunagrahita mampu

    rawat, anak tunagrahita mampu rawat

    memilik kecerdasan sangat rendah

    sehingga ia tidak mampu mengurus diri

    sendiri atau bersosialisasi sehingga

    diperlukan tenaga pendidik khusus anak

    luar biasa untuk menangani tunagrahita

    mampu rawat tersebut. Sedangkan 4

    orang siswa tunagrahita yang terlibat

    dalam penelitian adalah tunagrahita

    mampu didik atau anak tunagrahita

    mampu didik tidak mampu mengikuti

    program pada sekolah biasa, tetapi ia

    masih memiliki kemampuan yang dapat

    dikembangkan melalui pendidikan

    walaupun hasilnya tidak maksimal.

    Melalui hasil wawancara awal

    yang dilakukan bersama Ibu Yayu

    Khoerul Bariyah, S.Pd selaku guru PAI

    tunagrahita di SLB Angkasa Lanud

    Sulaiman juga menjelaskan bahwa 4 orang

    siswa yang mampu didik itu tidak semua

    memiliki kemampuan belajar yang sama,

    meskipun mereka mampu mengikuti

    pembelajaran, ada satu diantara mereka

    yang harus menghafal materi PAI dengan

    bimbingan guru hingga akhir, satu

    diantara mereka yang mengalami multiple

    handicap (dua kelainan atau lebih), namun

    dalam penyerapan materi PAI yang

    disampaikan mudah menerima hanya saja

    penyebutannya yang kurang jelas, dan

  • Sofiah, Nursobah, & Tarsono

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 124 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    dua siswa tunagrahita lainnya mampu

    melafalkan materi PAI dengan jelas.

    Menghadapi permasalahan yang

    dialami anak tunagrahita dalam proses

    pembelajaran PAI hendaknya perlu

    diupayakan solusi untuk mempermudah

    anak tunagrahita dalam belajar PAI yaitu

    dengan memperhatikan media

    pembelajaran. Media pembelajaran

    merupakan faktor yang dapat

    mempengaruhi keefektifan proses

    pembelajaran. Terdapat beberapa media

    pembelajaran yang bisa digunakan dalam

    proses pembelajaran, yaitu media visual,

    media audio, media audio-visual, dan

    multimedia.

    Penggunaan media pembelajaran

    harus disesuaikan dengan tujuan

    pembelajaran yang diharapkan, karena

    tidak ada satu media yang cocok untuk

    semua tujuan pembelajaran. Untuk itu,

    guru hendaknya mengetahui berbagai

    jenis dan contoh media beserta kelebihan

    dan kekurangannya. Sehingga ketika

    kegiatan pembelajaran berlangsung,

    media yang digunakan bisa menjadi

    perantara yang pas untuk menyampaikan

    materi atau informasi untuk pelajaran

    tertentu pula, termasuk pada

    pembelajaran agama Islam.

    Salah satu media yang bisa

    digunakan sebagai alternatif

    pembelajaran PAI yaitu melalui media

    pembelajaran animasi. Animasi

    merupakan media yang menggabungkan

    antara audio dan visual dengan

    penceritaan cerita menggunakan langkah

    animasi atau seringpula disebut dengan

    kartun. Penggunaan animasi dalam

    pembelajaran terpadu merupakan

    langkah untuk memberikan kemudahan

    bagi guru dalam mengaplikasikan materi

    pembelajaran sesuai dengan peran dan

    fungsinya. Animasi menggambarkan

    objek yang bergerak agar kelihatan hidup.

    Membuat animasi berarti menggerakkan

    gambar seperti, kartun, lukisan, tulisan,

    dan lain- lain. (Sutopo, 2002)

    Media animasi memiliki

    kemampuan untuk dapat memaparkan

    sesuatu yang rumit atau komplek untuk

    dijelaskan dengan hanya gambar dan

    kata-kata saja. Dengan kemampuan ini

    maka animasi dapat digunakan untuk

    menjelaskan suatu materi yang secara

    nyata tidak dapat terlihat oleh mata,

    dengan cara melakukan visualisasi maka

    materi yang dijelaskan dapat

    tergambarkan.

    Media animasi memiliki banyak

    warna-warna cerah dan ragam karakter

    animasi dilukis sedemikian rupa sehingga

    anak-anak tidak terkecuali juga dengan

    anak berkebutuhan khusus tunagrahita

    tertarik dengan berbagai bentuk animasi.

    Selain itu bagi anak tunagrahita yang

    belum lancar dalam membaca, mereka

    bisa mendengarkan audio atau suara yang

    diputar dalam video animasi. Sehingga

    selain melihat tampilan gambar gerakan,

    anak juga bisa mendengarkan audionya.

    Pada media animasi terdapat

    banyak warna dan gambar yang akan

    mempengaruhi otak. Otak manusia lebih

    suka dengan sesuatu yang bergambar dan

    berwarna. Karena gambar bisa memiliki

    sejuta arti sedangkan warna akan

    membuat segala sesuatu menjadi lebih

    hidup sehingga jika disatukan akan

    menghasilkan hal positif. (Wahyudi, 2017,

    pp. 384–391) Sehingga media animasi

    dapat diupayakan menjadi solusi dalam

    pembelajaran PAI untuk anak tunagrahita

    di SLB Angkasa Lanud Sulaiman.

    Hasil penelitian yang relevan

    dilakukan oleh Nurian Anggraini,

  • Penggunaan Media Animasi pada Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Tunagrahita

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 125 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    Universitas Sebelas Maret, 2017. Dalam

    Tesis yang berjudul “Pengembangan

    Multimedia Interaktif Macromedia Flash

    pada Pembelajaran Agama Islam untuk

    Meningkatkan Motivasi Belajar dan Daya

    Ingat Anak Tunagrahita.” Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa pelaksanaan

    pembelajaran agama Islam masih

    berlangsung secara konvensional, guru

    membutuhkan inovasi baru yang sesuai

    dengan karakteristik anak tunagrahita,

    pengembangan multimedia interaktif

    meliputi penetapan materi pokok dan

    tujuan pembelajaran, pembuatan flowchart

    dan story board, pembuatan multimedia

    interaktif beserta buku panduan

    penggunaannya, tingkat validitas produk

    termasuk pada kategori sangat baik,

    tingkat keterbacaan produk termasuk

    pada kategori sangat baik, tingkat

    kelayakan produk termasuk pada

    kategori sangat baik, dan multimedia

    interaktif efektif dalam meningkatkan

    motivasi belajar dan daya ingat anak

    tunagrahita dengan tingkat probabilitas

    5%.

    Metode

    Penelitian ini menggunakan jenis

    data kualitatif yaitu data yang berupa

    kata-kata verbal dan bukan berbentuk

    angka. (Sugiyono, 2010) Data kualitatif

    dalam penelitian ini berkenaan dengan

    masalah yang akan dibahas yakni

    penggunaan media animasi pada

    pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    untuk anak tunagrahita di SLB Angkasa

    Lanud Sulaiman. Adapun yang dimaksud

    sumber data dalam penelitian ini adalah

    subjek yang dapat memberikan

    keterangan guna dijadikan data

    penelitian. Sumber data penelitian ini

    dibagi menjadi dua jenis yaitu Sumber

    Data Primer dan sumber data sekunder.

    Data primer adalah sumber data

    yang langsung memberikan data kepada

    pengumpul data. (Sugiyono, 2010) Data

    ini bersumber dari ucapan dan tindakan

    yang diperoleh peneliti dari hasil

    wawancara, dokumentasi, dan observasi

    atau pengamatan langsung pada objek

    selama kegiatan penelitian di lapangan.

    Dalam penelitian ini informan penelitian

    dipilih melalui purposive sampling dan

    snowball sampling. Purposive sampling

    adalah teknik pengambilan data dengan

    pertimbangan tertentu. Pertimbangan

    dalam hal ini yakni orang-orang yang

    memiliki kriteria dan dianggap paling

    mengetahui tentang topik penelitian.

    Sedangkan snowball sampling

    adalah teknik pengambilan sampel

    sumber data, yang awalnya hanya dalam

    jumlah kecil, kemudian berkembang

    menjadi dalam jumlah besar. Hal ini

    dilakukan karena dari jumlah sumber

    data yang ada dirasa belum mampu

    memberikan data yang memuaskan,

    maka kemudian peneliti akan mencari

    sumber lain untuk dijadikan sebagai

    sumber data penelitian. (Sugiyono, 2010)

    Pemilihan subjek penelitian ini

    dimaksudkan agar dapat

    mempresentasikan data terkait

    penggunaan media animasi pada

    pembelajaran Pendidikan Agama Islam

    untuk anak tunagrahita di SLB Angkasa

    Lanud Sulaiman. Berdasarkan uraian

    tersebut, maka sumber data primer dalam

    penelitian ini adalah Kepala Sekolah, guru

    Pendidikan Agama Islam, serta peserta

    didik di SLB Angkasa Lanud Sulaiman.

    Data sekunder adalah data yang

    diperoleh dari dokumen-dokumen resmi,

  • Sofiah, Nursobah, & Tarsono

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 126 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    buku-buku, hasil penelitian yang

    berwujud laporan, buku harian dan

    sebagainya. Sumber data sekunder adalah

    sumber data di luar kata-kata dan

    tindakan yakni sumber data tertulis.

    Sumber data sekunder merupakan

    sumber data pelengkap yang berfungsi

    melengkapi data yang dibutuhkan oleh

    data primer. Dilihat dari sumber datanya,

    maka sumber data sekunder dalam

    penelitian ini adalah berupa buku,

    majalah ilmiah, jurnal, internet, sumber

    dari arsip, dokumen pribadi, dan

    dokumen resmi yang berkaitan dengan

    efektivitas penggunaan media animasi

    pada pembelajaran Pendidikan Agama

    Islam untuk anak tunagrahita di SLB

    Angkasa Lanud Sulaiman.

    Metode yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode deskriptif

    yakni metode penelitian yang

    menggambarkan sifat-sifat atau karakter

    individu, keadaan, gejala, atau kelompok

    tertentu (Hasan, 2002). Dengan

    menggunakan metode ini, seluruh fakta,

    gejala, serta peristiwa yang terjadi di

    lapangan terkait dengan penggunaan

    media animasi pada pembelajaran

    pendidikan agama Islam untuk anak

    tunagrahita dideskripsikan berdasarkan

    hasil analisis data yang telah

    dikumpulkan.

    Adapun teknik pengumpulan data

    yang digunakan dalam penelitian ini ialah

    sebagai berikut:

    Observasi atau pengamatan adalah

    metode pengumpulan data di mana

    peneliti mencatat informasi sebagaimana

    yang disaksikan selama penelitian.

    Penyaksian terhadap peristiwa-peristiwa

    itu bisa dengan melihat, mendengarkan,

    merasakan, yang kemudian dicatat

    seobjektif mungkin (Gulo, 2010).

    Observasi dalam penelitian ini digunakan

    untuk memperoleh data berupa kondisi

    objektif SLB Angkasa Lanud Sulaiman,

    implementasi pembelajaran PAI, serta

    keadaan anak tunagrahita di SLB Angkasa

    Lanud Sulaiman.

    Wawancara adalah bentuk

    komunikasi langsung antara peneliti dan

    responden. Wawancara dilakukan secara

    langsung dengan tanya jawab dalam tatap

    muka, sehingga gerak-gerik responden

    merupakan media yang melengkapi

    keterangan verbal (Gulo, 2010).

    Wawancara digunakan dalam penelitian

    ini untuk menggali informasi sedalam-

    dalamnya dari sumber-sumber data

    primer sehingga hasil penelitian ini akan

    lebih akurat.

    Dokumen adalah catatan tertulis

    tentang berbagai kegiatan atau peristiwa

    pada waktu yang lalu (Gulo, 2010).

    Dokumentasi dilakukan dalam rangka

    melengkapi data penelitian yang

    diperlukan. Di dalam penelitian ini

    peneliti akan menganalisis beberapa

    dokumen terkait dengan pembahasan

    penelitian yakni penggunaan media

    animasi pada pembelajaran Pendidikan

    Agama Islam untuk anak tunagrahita di

    SLB Angkasa Lanud Sulaiman berupa

    dokumen Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP) mata pelajaran PAI

    dan silabusnya serta dokumen lain yang

    berhubungan dengan pembahasan

    tersebut.

    Analisis data dalam penelitian ini

    menggunakan teori dari Miles dan

    Huberman sebagaimana yang dikutip

    oleh Sugiyono yang menyatakan bahwa

    analisis data dalam penelitian kualitatif

    dilakukan dalam tiga tahap yaitu reduksi

    data, display data, dan verifikasi data

    (Sugiyono, 2015).

  • Penggunaan Media Animasi pada Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Tunagrahita

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 127 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    Reduksi data, pada tahap ini data

    yang terkumpul diolah dengan tujuan

    untuk menemukan hal-hal pokok dalam

    menganalisis penggunaan media animasi

    pada pembelajaran Pendidikan Agama

    Islam untuk anak tunagrahita di SLB

    Angkasa Lanud Sulaiman.

    Display data, pada tahap ini peneliti

    membuat rangkuman temuan penelitian

    secara sistematis sehingga pola dan fokus

    pembahasan diketahui melalui

    kesimpulan data tersebut kemudian

    diberi makna yang relevan dengan fokus

    penelitian.

    Verifikasi data, dalam tahap ini

    peneliti melakukan pengujian atau

    kesimpulan yang telah diambil dan

    membandingkan dengan teori-teori yang

    relevan serta petunjuk dan pembinaan

    pemantapan penguji kesimpulan

    dihubungkan dengan data awal melalui

    kegiatan memberi check, sehingga

    menghasilkan suatu penelitian yang

    bermakna.

    Setelah data dianalisis kemudian

    diuji kredibilitasnya. Uji kredibilitas ini

    digunakan untuk memastikan bahwa data

    yang dtemukan benar-benar valid atau

    tidak. Adapun teknik untuk menguji

    keabsahan data dalam penelitian ini

    digunakan triangulasi dan bahan

    referensi.

    Triangulasi adalah teknik

    pemeriksaan data yang memanfaatkan

    sesuatu yang lain di luar data itu untuk

    keperluan pengecekan atau sebagai

    pembanding terhadap data. Triangulasi

    yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah triangulasi sumber dan triangulasi

    metode. Triangulasi sumber ialah

    membandingkan dan mengecek balik

    derajat kepercayaan suatu informasi yang

    diperoleh melalui sumber yang sama

    dalam waktu yang berbeda. Sedangkan

    triangulasi metode adalah setelah data

    yang dikumpulkan dengan menggunakan

    metode tertentu untuk kemudian

    dilakukan pengekan dengan metode yang

    lain. Misalnya data yang dikumpulkan

    dengan menggunakan teknik wawancara,

    kemudian dicek dengan menggunakan

    metode observasi atau dengan

    menggunakan analisis dokumen.

    Bahan referensi adalah adanya

    pendukung untuk membuktikan data

    yang telah ditemukan oleh peneliti.

    Misalnya data hasil wawancara perlu

    didukung dengan adanya rekaman

    wawancara, atau gambaran suatu

    keadaan perlu didukung dengan foto-foto

    (Sugiyono, 2015).

    Hasil dan Pembahasan

    Validasi dilakukan oleh ahli terkait yakni

    ahli media dan guru PAI di Sekolah Luar

    Biasa. Data hasil penelitian pada tahap

    validasi produk adalah sebagai berikut:

    1) Validasi media dilakukan oleh ahli

    teknologi yaitu Pak Faundry Amrul

    Ma’ruf. Data yang diperoleh oleh ahli

    media digunakan sebagai pedoman

    melakukan revisi pada media animasi

    yang dikembangkan.

    2) Validasi materi dilakukan oleh ahli

    agama Islam di SLB Angkasa Lanud

    Sulaiman yaitu Ibu Yayu Khoerul

    Bariyyah. Data yang diperoleh oleh ahli

    materi digunakan sebagai pedoman

    melakukan revisi pada multimedia

    yang dikembangkan.

    Setelah melihat dan mencoba

    media animasi agama Islam materi rukun

    Islam, ahli media dan ahli materi di

  • Sofiah, Nursobah, & Tarsono

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 128 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    sekolah luar biasa bidang ketunagrahitaan

    memberikan penilaian sebagai berikut:

    Hasil dapat dihitung dengan rumus:

    Hasil=𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

    𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚𝑥100%

    Kategori kelayakan berdasarkan

    kriteria sebagai berikut (Arikunto & Jabar,

    2009):

    Tabel 1

    Kriteria Penilaian

    No Interval Skor Kriteria

    Penilaian

    1 81-100 Sangat Baik

    2 61-80 Baik

    3 41-60 Cukup

    4 21-40 Kurang

    5 0-20 Sangat Kurang

    Data yang diperoleh pada tahap

    validasi produk, dianalisis menggunakan

    teknik analisis statistik deskriptif. Pada

    tahap validasi produk pengumpulan data

    menggunakan instrument skala likert

    dengan 5 kriteria penilaian, yakni sangat

    baik (SB) bernilai 5, baik (B) bernilai 4,

    cukup (C) bernilai 3, kurang baik (KB)

    bernilai 2, dan tidak baik (TB) bernilai 1.

    Selanjutnya perolehan nilai dikategorikan

    menjadi sangat baik, baik, cukup, kurang,

    dan sangat kurang.

    Penilaian Media Animasi dari Ahli

    Media

    Hasil perolehan data pada tahap uji

    validasi produk adalah sebagai berikut:

    a. Perolehan data menurut penilaian ahli

    media. Data yang diperoleh dari

    media pada aspek kelayakan isi

    mendapat jumlah skor total 43 dengan

    total nilai akhir sebanyak 95,5, pada

    aspek kebahasaan jumlah skor total 24

    dengan total nilai akhir sebanyak 96,

    pada aspek penyajian mendapat

    jumlah skor total 32 dengan total nilai

    akhir sebanyak 91,4, dan pada aspek

    kegrafikaan mendapat jumlah skor

    total 28 dengan total nilai akhir 93,3.

    secara keseluruhan perolehan jumlah

    skor total dari ahli media dari 27 item

    soal adalah sebanyak 127 dengan total

    nilai akhir 94,1 dan jika dikonversikan

    kedalam tabel penilaian hasil uji coba

    ahli termasuk pada kriteria “sangat

    baik”.

    b. Perolehan data menurut penilaian ahli

    materi PAI di SLB Lanud Sulaiman

    bidang ketunagrahitaan. Data yang

    diperoleh dari ahli materi pada aspek

    kelayakan isi mendapat jumlah skor

    total 39 dengan total nilai akhir

    sebanyak 86,6, pada aspek kebahasaan

    mendapat jumlah skor total 21 dengan

    total nilai akhir sebanyak 84, pada

    aspek penyajian mendapat jumlah

    skor total 32 dengan total nilai akhir

    sebanyak 91,4, dan pada aspek

    kegrafikaan mendapat jumlah skor

    total 28 dengan total nilai akhir 93,3.

    Secara keseluruhan perolehan jumlah

    skor total dari ahli media dari 27 item

    soal adalah sebanyak 120 dengan total

    nilai akhir 88,8 dan jika dikonversikan

    kedalam tabel penilaian hasil uji coba

    ahli termasuk pada kriteria “sangat

    baik”.

    Secara keseluruhan data yang

    diperoleh melalui validasi produk oleh

    ahli dapat disimpulkan bahwasanya

    produk yang dikembangkan berupa

    media animasi materi rukun Islam

    termasuk pada kategori sangat baik dan

    sudah bisa digunakan dengan sedikit

    revisi.

  • Penggunaan Media Animasi pada Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Tunagrahita

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 129 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    Gambar 1. Tampilan Form Memasuki

    Materi

    Halaman ini memberikan

    informasi mengenai materi rukun Islam

    yang akan dipelajari. Guru menjelaskan

    terlebih dahulu mengenai materi rukun

    Islam sebelum media animasi diputar,

    kemudian setelah guru menjelaskan

    materi rukun Islam, media animasi

    diputar dan dipertontonkan pada anak

    tunagrahita. Pada form ini animasi hanya

    berisikan mengajak untuk belajar

    mengenal rukun Islam dengan kalimat ;

    Ayo adik-adik semua kita belajar

    mengenal rukun Islam, ada berapasih

    rukun Islam itu?

    Gambar 2. Tampilan Form Materi

    Guru menjelaskan menjelaskan

    materi rukun Islam perpoint dengan

    mengulangnya tiga kali tanpa

    menggunakan media animasi. Kemudian

    media animasi diputar dan murid

    mengikuti bernyanyi bersama hingga lima

    kali bernyanyi bersama mengenai rukun

    Islam.

    Lirik dari lagu rukun Islam itu

    adalah:

    Apakah rukun Islam yang

    pertama?

    Jawab: Syahadat

    Apakah rukun Islam yang kedua?

    Jawab: Sholat

    Ketiganya?

    Jawab: Puasa

    Keempat?

    Jawab: Bayar zakat

    Kelima?

    Jawab: Pergi haji naik pesawat.

    Gambar 3. Materi Rukun Islam yang

    Jawabannya dikosongkan/ tampilan form

    evaluasi

    Pada halaman ini, berisikan poin-

    poin rukun Islam yang dikosongkan

    jawabannya, supaya anak tunagrahita

    dapat mengikuti ulang hafalan yang

    sudah dipraktekan. Di dalam animasi

    tersebut hanya terdapat pertanyaan-

    pertanyaan dari materi rukun Islam

    dengan dinyanyikan. Guru meminta

    siswa tunagrahita untuk memperhatikan

    pertanyaan dari media animasi yang

    ditampilkan kemudian siswa menjawab

    bagian yang kosong.

    Apakah rukun Islam yang

    pertama?

    Jawab: ......

    Apakah rukun Islam yang kedua?

    Jawab: .....

    Ketiganya?

  • Sofiah, Nursobah, & Tarsono

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 130 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    Jawab: .....

    Keempat?

    Jawab: .....

    Kelima?

    Jawab: .....

    Faktor pendukung dari

    penggunaan media animasi yang

    membuktikan media animasi menjadi

    media yang layak pakai untuk mencapai

    pembelajaran yang lebih efektif. Hal itu

    dibuktikan melalui hasil angket dari 5

    orang guru tunagrahita dan 5 orang anak

    tunagrahita, yaitu: (Hasil Angket dari 5

    Orang Guru Tunagrahita SLB Angkasa

    Lanud Sulaiman, n.d.) Total yang sangat

    setuju 35 poin. Total yang setuju 35 poin.

    Total yang cukup 10 poin. Kurang setuju 0

    poin. Tidak setuju 0 poin. Dapat

    disimpulkan media animasi sangat

    mendukung dalam pembelajaran PAI

    untuk anak tunagrahita.

    Hasil angket dari 5 orang

    tunagrhita yaitu: Total poin 65 dari angket

    anak tunagrahita yang menyetujui bahwa

    media animasi sangat menyenangkan dan

    memudahkan untuk digunakan dalam

    pembelajaran PAI. Dapat disimpulkan

    dari hasil angket di atas, bahwa media

    animasi lebih mudah digunakan dalam

    bentuk penggunaannya dan mudah

    diterima dalam penyampaiannya, materi

    yang disampaikanpun mudah dipahami,

    dan yang terpenting adalah

    menyenangkan, untuk supaya anak

    tunagrahita merasa tidak bosan dalam

    pembelajaran.

    Hasil nilai yang didapat, bahwa

    sanya anak tunagrahita mengalami

    peningkatan belajar melalui penggunaan

    media animasi yang tepat dan bimbingan

    guru dan mendapatkan hasil nilai di atas

    Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) PAI

    yaitu 75 dan mendapatkan nilai dengan

    rata-rata 80. Dan penilaian yang didapat

    lebih banyak melalui hafalan, bukan

    bentuk tulisan. Karena mengingat

    karakteristik anak tunagrahita yang

    memiliki kesulitan belajar dalam menulis,

    membaca dan bahkan menghafal, namun

    dalam hal menghafal untuk tunagrahita

    mampu didik ini, dapat diupayakan

    dengan cara mengulang-ulang bentuk

    materi yang disampaikan.

    Perencanaan Pembelajaran

    Pendidikan Agama Islam menggunakan

    Media Animasi untuk Tunagrahita

    memperhatikan karakteristik siswa

    tunagrahita yang dalam mengikuti

    pembelajaran mudah merasa bosan, sulit

    dalam berkonsentrasi, dan rentang

    perhatian yang mudah teralih. Hal ini

    sejalan dengan pendapat Prasadio yang

    menyatakan bahwa karakteristik anak

    tunagrahita usia sekolah adalah kesulitan

    mengikuti hampir semua pelajaran,

    prestasi yang kurang, kebisaaan kerja

    yang kurang baik, perhatian yang mudah

    beralih, kemampuan motorik yang

    kurang, perkembangan bahasa yang jelek,

    dan kesulitan menyesuaikan diri

    (Hernawati, 2007).

    Tunagrahita sangatlah lambat daya

    tangkapnya, penggunaan media

    pembelajaran dalam bentuk konkrit

    sangat menarik karena anak tunaghrahita

    cepat bosan dan mudah beralih

    perhatianya, sehingga perlu adanya

    media yang menarik, konkrit dan mudah

    dipahami oleh anak tunagrahita

    (Meimulyani, 2013). Selain itu faktor yang

    menyebabkan anak mengalami

    ketunagrahitaan. Beberapa faktor yang

    dikemukakan oleh Wantah adalah sebagai

    berikut (Wantah, 2007):

  • Penggunaan Media Animasi pada Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Tunagrahita

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 131 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    a. Keturunan

    Berdasarkan pada penelitian

    tentang anak tunagrahita, disebutkan

    bahwa kira-kira 5% anak tunagrahita

    disebabkan oleh faktor keturunan. Hal ini

    disebabkan oleh kelainan yang

    diwariskan pada gen seperti fragile X

    syndrom, kerusakan salah satu gen seperti

    phenylketonuria.

    b. Sebelum lahir

    Beberapa anak tunagrahita

    mengalami keterbelakangan mental

    disebabkan karena pada waktu hamil usia

    kandungan 12 minggu ibu minum

    alkohol. Selain itu, infeksi penyakit seperti

    gangguan rubella juga bisa menjadi

    penyebab ketunagrahitaan pada anak.

    c. Kerusakan pada waktu lahir

    Kerusakan pada waktu lahir bisa

    disebabkan oleh proses melahirkan yang

    sulit sehingga harus menggunakan

    peralatan untuk membantu agar anak

    dapat lahir.

    d. Penyakit dan luka-luka pada masa

    kanak- kanak

    Beberapa penyakit yang diderita

    pada masa kanak-kanak juga dapat

    menyebabkan keterbelakangan mental.

    Jenis penyakitnya seperti

    hyperthyroidism, whooping cough,

    chikenpos, meales dan hib dapat

    menyebabkan ketunagrahitaan apabila

    tidak ditangani dengan cepat.

    e. Faktor lingkungan

    Keadaan lingkungan akan sangat

    mempengaruhi tumbuh kembang anak.

    Walaupun anak dilahirkan normal akan

    tetapi apabila tidak diperhatikan maka

    anak akan menjadi keterbelakangan

    mental. Contohnya tidak memberikan

    bayi rangsangan fisik dan mental yang

    diperlukan selama proses tumbuh

    kembang, sehingga bayi tersebut akan

    terganggu proses tumbuh kembangnya

    dan mengalami keterbelakangan mental

    dalam beberapa hal. Selain itu

    kekurangan gizi, lingkungan yang tidak

    sehat juga ikut andil dalam menjadikan

    anak terbelakang mental.

    Gangguan dalam bidang kognitif

    merupakan masalah besar bagi anak

    tunagrahita, beberapa hambatan yang

    tampak pada anak tunagrahita dari segi

    kognitif dan menjadi karakteristik mereka

    yaitu: (Effendi, 2006, p. 98)

    a. Cenderung memiliki kemampuan

    berfikir konkret dan sukar berfikir.

    b. Mengalami kesulitan dalam

    konsentrasi.

    c. Kemampuan sosialnya terbatas.

    d. Tidak mampu menyimpan instruksi

    yang sulit.

    e. Kurang mampu menganalisis dan

    menilai kejadian yang dihadapi.

    f. Pada tunagrahita mampu didik,

    prestasi tertinggi bidang baca, tulis,

    hitung tidak lebih dari anak normal

    setingkat kelas III-IV SD.

    Keterbatasan daya pikir yang

    dialami anak tunagrahita menyebabkan

    mereka sulit mengontrol perilakunya

    dalam kegiatan sehari-hari. Mereka

    kurang memahami apakah perilaku

    mereka wajar atau tidak, baik perilaku

    yang berlebihan maupun tidak serasi

    Dari faktor-faktor penyebab

    tunagrahita di atas, peneliti

    mengupayakan sebuah media

    pembelajaran untuk mempermudah anak

    tunagrahita dalam mengikuti

    pembelajaran PAI berupa materi rukun

    Islam yaitu melalui media animasi yang

    mana media animasi ini merupakan satu

    bentuk presentasi bergambar yang paling

  • Sofiah, Nursobah, & Tarsono

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 132 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    menarik, yang berupa simulasi gambar

    bergerak yang menggambarkan

    perpindahan atau pergerakan suatu objek

    (Sukiyasa, 2013).

    Penggunaan animasi dalam proses

    pembelajaran sangat membantu dalam

    meningkatkan efektifitas dan efisiensi

    proses pengajaran, serta hasil

    pembelajaran yang meningkat. Selain itu,

    penggunaan media pembelajaran

    khususnya animasi dapat meningkatkan

    daya tarik, serta motivasi siswa dalam

    mengikuti proses pembelajaran.

    Berdasarkan beberapa pendapat diatas

    dapat disimpulkan bahwa media animasi

    adalah media audio visual yang

    merupakan kumpulan gambar bergerak

    dan suara berisikan materi pembelajaran

    yang ditampilkan melalui media

    elektronik projektor sebagai usaha untuk

    menciptakan pembelajaran yang aktif dan

    menyenangkan.

    Animasi pada saat ini banyak

    dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan

    dalam berbagai kegiatan. Animasi

    dibangun berdasarkan manfaatnya

    sebagai media yang digunakan untuk

    berbagai keperluan, diantaranya media

    hiburan, media presentasi, media iklan,

    media ilmu pengetahuan, media bantu,

    atau media pelengkap, yaitu (Munir,

    2015):

    1. Media hiburan, animasi digunakan

    untuk menghibur pengguna animasi

    tersebut, sehingga memberikan

    kepuasan. Animasi sebagai media

    hiburan, sebagai produk dagangan

    yang memiliki harga jual. Sebagai

    media hiburan, animasi digarap

    sebagai project, contohnya film, video

    klip, games dan lain-lain.

    2. Media presentasi, animasi digunakan

    untuk menarik perhatian para audien

    atau peserta presentasi terhadap materi

    yang disampaikan oleh presenter.

    Animasi pada media presentasi

    membawa suasana presentasi menjadi

    tidak kaku dan bervariasi. Fungsi

    dalam presentasi diantaranya (Munir,

    2015) :

    a. Menarik perhatian dengan adanya

    pergerakan dan suara yang selaras.

    b. Memperindah tampilan presentrasi.

    c. Memudahkan susunan presentasi.

    d. Mempermudah penggambaran dari

    suatu materi.

    3. Media iklan, animasi dibangun dengan

    sedemikian rupa agar penonton

    tertarik untuk membeli atau memiliki

    atau mengikuti apa yang disampaikan

    dalam alur cerita dari animasi tersebut.

    Contohnya iklan produk, penyuluhan

    kesehatan, iklan layanan masyarakat.

    4. Media ilmu pengetahuan, animasi

    memiliki kemampuan untuk dapat

    menjelaskan sesuatu yang rumit hanya

    dengan gambar atau kata-kata saja.

    Dengan kemampuan ini maka animasi

    dapat digunakan untuk menelaskan

    suatu materi yang secara nyata tidak

    dapat terlihat oleh mata, dengan cara

    melakukan visualisasi maka materi

    yang dijelaskan dapat tergambarkan.

    Selain itu animasi sebagai media ilmu

    pengetahuan dapat dijadikan sebagai

    perangkat bahan ajar yang siap kapan

    saja untuk mengajarkan materi yang

    telah dianimasikan, terutama dengan

    adanya teknologi interaktif, baik

    melalui perangkat computer ataupun

    perangkat elektronik lainnya. Pada

    perangkat computer ini dikenal dengan

    istilah CAI (Computer Aided Instruction).

    5. Media bantu, animasi digunakan

    sebagai perangkat penuntun atau

    petunjuk dalam melakukan sesuatu.

  • Penggunaan Media Animasi pada Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Tunagrahita

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 133 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    Sebagai media bantu, animasi akan

    menonjolkan, memberikan daya tarik

    atau memunculkan fokus baru

    terhadap sesuatu yang perlu dibantu.

    Contohnya petunjuk tata cara

    penggunaan produk.

    6. Media pelengkap, animasi digunaka

    sebagai pelengkap atau hiasan pada

    suatu tampilan yang digunakan untuk

    mempercantik atau menarik pada objek

    yang ditampilkan. Contohnya tombol

    animasi, banner, bingkai atau frame,

    dan tulisan.

    Simpulan dan Saran

    Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan

    pembahasan yang telah didiskripsikan

    adalah sebagai berikut:

    1. Validasi produk media animasi pada

    pembelajaran PAI materi rukun Islam

    yaitu Perolehan data menurut

    penilaian ahli media. Berdasarkan

    data yang diperoleh dari media pada

    aspek kelayakan isi mendapat nilai

    akhir sebanyak 95,5, pada aspek

    kebahasaan mendapat nilai akhir

    sebanyak 96, pada aspek penyajian

    mendapat nilai akhir sebanyak 91,4,

    dan pada aspek kegrafikaan nilai

    akhir 93,3. Secara keseluruhan

    perolehan nilai dari ahli media dari 27

    item soal adalah 94,1 dan jika

    dikonversikan kedalam tabel

    penilaian hasil uji coba ahli termasuk

    pada kriteria “sangat baik”.

    Perolehan data menurut penilaian ahli

    materi PAI di SLB Angkasa Lanud

    Sulaiman bidang ketunagrahitaan.

    Data yang diperoleh dari ahli materi

    pada aspek kelayakan isi mendapat

    nilai akhir sebanyak 86,6, pada aspek

    kebahasaan mendapat nilai akhir

    sebanyak 84, pada aspek penyajian

    mendapat nilai akhir sebanyak 91,4,

    dan pada aspek kegrafikaan

    mendapat nilai akhir 93,3. Secara

    keseluruhan perolehan nilai dari ahli

    media dari 27 item soal adalah 88,8

    dan jika dikonversikan kedalam tabel

    penilaian hasil uji coba ahli termasuk

    pada kriteria “sangat baik”.

    2. Implementasi penggunaan media

    animasi pada pembelajaran PAI

    untuk tunagrahita mengikuti

    langkah-langkah pada kegiatan

    belajar yang tercantum di dalam

    rencana pelaksanaan pembelajaran

    yang sudah disesuaikan dengan

    kriteria anak tunagrahita yaitu:

    Peserta didik menyimak penjelasan

    guru tentang rukun Islam, Peserta

    didik mengamati animasi tentang

    rukun Islam, Peserta didik

    menanggapi dengan bahasanya dari

    hasil pengamatan media animasi

    tentang rukun Islam, Masing-masing

    individu mengurutkan poin-poin

    rukun Islam, Masing-masing individu

    secara bergantian menyebutkan

    rukun Islam.

    3. Faktor penggunaan media animasi

    diambil dari hasil angket dan

    wawancara bahwa media animasi

    lebih mudah digunakan dalam bentuk

    penggunaannya dan mudah diterima

    dalam penyampaiannya, materi yang

    disampaikanpun mudah dipahami,

    dan yang terpenting adalah

    menyenangkan, untuk supaya anak

    tunagrahita merasa tidak bosan dalam

    pembelajarannya.

    4. Hasil Yang didapat bahwa sanya anak

    tunagrahita mengalami peningkatan

  • Sofiah, Nursobah, & Tarsono

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 134 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    belajar melalui penggunaan media

    animasi yang tepat dan bimbingan

    guru dan mendapatkan hasil nilai di

    atas Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM) PAI yaitu 75 dan

    mendapatkan nilai dengan rata-rata

    80. Dan penilaian yang didapat lebih

    banyak melalui hafalan, bukan bentuk

    tulisan. Karena mengingat

    karakteristik anak tunagrahita yang

    memiliki kesulitan belajar dalam

    menulis, membaca dan bahkan

    menghafal, namun dalam hal

    menghafal untuk tunagrahita mampu

    didik ini, dapat diupayakan dengan

    cara mengulang-ulang bentuk materi

    yang disampaikan.

    Saran

    Berdasarkan simpulan dan hasil

    penelitian ini, peneliti memberikan saran

    sebagai berikut:

    1. Hendaknya pembelajaran agama Islam

    bagi anak tunagrahita dilaksanakan

    dengan menggunakan media

    pembelajaran yang variatif, salah

    satunya adalah media audio visual/

    multimedia interaktif animasi.

    2. Hasil penelitian berupa media animasi

    untuk materi PAI bagi peserta didik

    tunagrahita bisa terus digunakan

    sebagai media pembelajaran dalam

    pembelajaran PAI kepada peserta didik

    tunagrahita.

    3. Sebaiknya ketika menggunakan media

    animasi sebagai media pembelajaran,

    hendaknya pembelajaran harus

    dibarengi dengan praktek langsung

    agar lebih efektif dan tujuan

    pembelajaran bisa dicapai dengan

    optimal.

  • Penggunaan Media Animasi pada Pembelajaran PAI Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Tunagrahita

    | Psychosophia Vol. 1, No. 2 (2020)

    Page 135 of 15

    PSYCHOSOPHIA Journal of Psychology, Religion and Humanity

    Daftar Pustaka

    Effendi, M. (2006). Pengantar

    Psikopedagogik Anak Berkelainan.

    Jakarta: Bumi Aksara.

    Hasil Angket dari 5 Orang Guru Tunagrahita

    SLB Angkasa Lanud Sulaiman.

    Hasil Angket dari 5 Orang Siswa Tunagrahita

    SLB Angkasa Lanud Sulaiman.

    Kadek Sukiyasa, S. (2013). Pengaruh

    Media Animasi terhadap Hasil

    Belajar dan Motivasi Belajar Siswa

    Materi Sistem Kelistrikan Otomotif.

    Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(1), 126–137.

    M. Iqbal Hasan. (2002). Pokok-Pokok Materi

    Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

    Jakarta: Ghalia Indonesia.

    Meimulyani, Y. & C. (2013). Media

    Pembelajaran Adaptif Bagi Anak

    Berkebutuhan Khusus. Jakarta Timur:

    PT. Luxima Metro Media.

    Munir. (2015). Multimedia Konsep &

    Aplikasi dalam Pendidikan (M. T. Drs.

    Ruswandi dan Nurfitriansyah, ed.).

    Bandung: Alfabeta.

    Sugiyono. (2010). Metode Penelitian

    Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

    Bandung: Alfabeta.

    Sugiyono. (2015). Metode Penelitian

    Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

    Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin

    Abdul Jabar. (2009). Evaluasi Program

    Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

    Sutopo, A. H. (2002). Animasi dengan

    Macromedia Flash. Yogyakarta: Graha

    Ilmu.

    W. Gulo. (2010). Metodologi Penelitian.

    Jakarta: PT Grasindo.

    Wahyudi, H. (2017). Optimalisasi Daya

    Kerja Otak Melalui Pemanfaatan

    Stimulan Eksternal. Jurnal

    Pembelajaran Fisika, 5(4), 384–391.

    Wantah, M. J. (2007). Pengembangan

    kemandirian anak tunagrahita mampu

    latih. Jakarta: Depdiknas.

    Wardani, I.G.A.K, Hernawati, T, & A.

    (2007). Pengantar Pendidikan Luar

    Biasa. Jakarta: Uniersitas Terbuka.