88
PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL-QURAN Skripsi DiajukankepadaFakultasUshuluddin UntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh GelarSarjanaTheologi Islam (S.Th.I) DisusunOleh : Ahmad Damanhury. AR NIM: 109034000104 FAKULTAS USHULUDIN PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H

PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL-QURAN

Skripsi

DiajukankepadaFakultasUshuluddin

UntukMemenuhiPersyaratanMemperoleh

GelarSarjanaTheologi Islam (S.Th.I)

DisusunOleh :

Ahmad Damanhury. AR

NIM: 109034000104

FAKULTAS USHULUDIN

PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M/1435 H

Page 2: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan
Page 3: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan
Page 4: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

i

ABSTRAK

Islam melalui syariat yang dibawa oleh Baginda Rasulullah SAW melalui

wahyu dari Allah SWT datang dengan membawa cahaya kebenaran, berpegang

teguh kepada prinsip al-Quran dan as-Sunnah.

Perintah melaksanakan syariat merupakan salah satunya. Manusia sebagai

makhluk yang diciptakan oleh Allah untuk alam dunia ini, diberikan tugas untuk

menjalin relasi antar individu dengan Tuhannya, atau individu dengan individu,

atau dengan kelompok lainnya.

Sebagai makhluk tentu manusia di dalam dirinya dibebankan untuk

menjalin relasi tersebut sesuai dengan kadar kemampuannya. Tidaklah Allah

menciptakan suatu urusan atau beban dalam kehidupannya, melainkan sesuai

dengan kadar kemampuannya. Hal itulah yang mengantarkan manusia menjadi

makhluk yang mulia, disebabkan karena pembebanan tersebut.

Seperti yang diketahui banyak ayat yang mengatakan Allah tidak akan

membebani seseorang sesuai dengan kemampuannya. Namun kenyataannya

banyak tindakan tercela yang terjadi di dalam kehidupan ini, dengan alasan tidak

sanggup atas beban yang diterimanya. Ini semua diluar batas kemampuannya

Hal itu terlihat jelas dalam al-Quran dengan penggunaan kata taklif secara

berulang kali, dengan waktu, kondisi, dan situasi yang berbeda, hal ini sebagai

isyarat yang nyata dalam kehidupan manusia bahwasannya taklif tersebut

merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan.

Penelitian ingin mengetahui sejauh mana penggunaan kata taklif dalam al-

Quran dengan menggunakan beragam gaya bahasa, subjek (pelaku), maupun

objek (sasaran) yang berbeda, dan interpretasinya dalam tatanan masyarakat

modern sekarang ini. Apakah kebenaran al-Quran sebagai kitab shalih fi qulli

zaman wa makan terbukti secara keseluruhan, dalam hal ini semua ayat-ayatnya

mampu menyesuaikan dengan kehidupan dari zaman ke zaman atau hanya

sebagian ayat saja yang mampu menyesuaikan dengan zamannya masing-masing.

Page 5: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbi al-‘Alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah

SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan inayahnya kepada seluruh

alam. Berkat Rahmat dan Pertolongan-Nya, serta ketulusan hati, keikhlasan niat

dan motivasi dari berbagai pihak sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan judul :“ Penggunaan Kata Taklif dalam al-

Quran “. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi

Muhammad saw, keluarga, sahabat, serta pengikutnya dan semoga kelak kita

mendapatkan syafa’atnya.

Munculnya berbagai hambatan selama penulis menjalankan studi hingga

akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini, seakan ringan berkat bantuan dan

dorongan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan penghargaan

yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

terutama kepada orang yang sangat istimewa dalam kehidupan penulis, yakni

ibunda tercinta Rofiqah bin Maksum, ayahanda Amiruddin bin Abd Mami, terima

kasih atas pengorbanan baik moril maupun materil, motivasi dan do’a yang selalu

diberikan kepada penulis.

Begitu juga saya ucapkan terimakasih kepada :

1. Prof.Dr.Komarudin Hidayat, MA. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin.

Page 6: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

iii

3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kultsum, MA, selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis, dan

Bapak Jauhar Azizy, MA, Sekretaris Jurusan Tafsir Hadis, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayataullah Jakarta, terimakasih atas motivasi dan

dorongan untuk menyelasaikan skripsi ini.

4. Bapak pembimbing Dr. Moqsith Ghazali MA, dan bapak Muslih, Lc. yang

bersedia meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing penulis

dalam penulisan skripsi ini di tengah-tengah kesibukannya.

5. Dr. Eva Nugraha, MA. Yang telah meluangkan waktunya di tengah-tengah

kesibukannya dalam mengajar. Semoga senantiasa diberikan kemudahan

dan kesuksesannya.

6. Seluruh dosen pengajar Fakultas Ushuludin yang dengan ketulusan hati

dan kesabarannya telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuannya

kepada penulis selama belajar di Ushuluddin.

7. Kepada segenap karyawan/ti UIN Syarif Hidayatullah, khususnya

akademik Fakultas Ushuludin yang telah membantu selama kuliah.

8. Seluruh staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Fakultas Dakwah, Fakultas Syariah,

Pasca Sarjana, serta tak lupa pula kepada karyawan Perpustakaan Pusat

Studi Al-Qur’an (PSQ), Perpustakaan Masjid al-Ihsan Rawamangun

Jakarta Timur, Perpustakaan Masjid Syahid Nurul Iman Sudirman Jakarta

Pusat, Perpustakaan Iman Jama Lebak Bulus, yang rela dan bersedia

memberikan layanan dengan baik kepada penulis selama perkuliahan

sampai penulisan skripsi ini.

Page 7: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

iv

9. Keluarga besar penulis, kepada (Pihak Ibu), Kakek Maksum (alm) dan

Nenek Aminah (alm), kepada (Pihak Ayah), Kakek Abdul Mami (alm) dan

Nenek Wartini (alm), serta Adik-adik ku“ Sayyidah Nafisah. AR

(terimakasih telah membantu menerjemahkan teks), Lailatul Badriyah. AR

(terimakasih motivasi dan doanya), sukses selalu untuk kalian. dan

Muhammad dim Yati. AR (alm), yang sudah membantu memberikan

dukungannya baik moral dan materill penulis dalam menjalani kuliah di

UIN, semoga Allah selalu memberikan yang terbaik bagi kalian dan

kesuksesan melebihi kaka-kakanya.

10. Kepada Paman Muhammad Satori dan keluarga (terimakasih telah

mengedit ulang tulisannya), dan Paman Drs. Hasyim Maksum yang terus

membantu dan mengarahkan dalam penyelesaian skripsi penulis, serta

kepada seluruh keluarga besar.

11. Kepada seluruh Sesepuh Pondok Buntet Pesantren Cirebon, khususnya

KH. Chowas Nuruddin (Alm) dan Nyai Hj. Ghumaesoh (Alm) tercinta.

serta KH. Ahmad Rifqi Chowas dan KH. Ahmad Syauqi Chowas dan para

Asatidz keluarga Pondok Pesantren Darussalam Buntet Pesantren, yang

telah banyak memberikan ilmu sehingga penulis bisa belajar di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

12. Kepada seluruh Asatidz Pondok Sabilussalam Tangerang, Ciputat,

pimpinan Prof. Dr. HD. Hidayat, MA. tidak lupa pula kepada Yayasan ar-

Ridho Sawah Baru, Bintaro yang di pimpin oleh Ust. H. Bahron, MA. Tak

Page 8: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

v

lupa juga kepada seluruh jajaran Lembaga Pusat Ilmu Bahasa dan al-

Quran (LBIQ) Jakarta.

13. Kepada seluruh pengurus Yayasan Masjid al-Ihsan, Khususnya Bapak H.

Bastiansah Hamid beserta keluarga besarnya dan Ibu Hj. Yusmirdas, M.Pd

beserta keluarga besarnya, yang telah memberikan beasiswa pendidikan

dari jenjang TK (taman kanak-kanak), hingga jenjang Universitas dan

Bapak Ir. Rukhyat Kustomi beserta keluarga besarnya, atas beasiswa

penulisan skripsi serta bantuan moral, materil, arahan, bimbingan dan

motivasi yang diberikannya kepada penulis. Semoga Allah membalas

kebaikan didunia dan diakhirat, keberkahan dan kemuliaan semoga

senantiasa terlimpahkan. Amiien…

14. Teman-teman Fakultas Ushuluddin seluruh angkatan dan jurusan TH, PA

dan AF, khususnya jurusan Tafsir Hadis A, B, dan C angkatan 2009,

khususnya kelas TH. C (Ahmad Heri, S.Th,i, Ahmad Gunawan, S.Th,i,

Mukmin Mulyana S.Th,i, Muhammadun, S.Th,i, Sahlan al-Badawi, Dimas

YS, Taufik Akbar, Zenal Muid, Agus Maulana Y, Azizah Iffah, S.Th,i,

Ayu Khairunnisa, Lia Ernawati, Nasroh, Umi Hani, Nurul Wati dan

Lainnya) ,yang sama-sama berjuang selama kuliah, aku tidak akan pernah

melupakan kalian.(Jalan-jalan, Ngopi, Dia mulai Lapar, Main UnO, Futsal,

PS, dan Tuyul. Hahahaha…..)

15. Kepada Deslina Herliani, S.Pd,i. yang selama ini selalu memotivasi,

menghibur, dan memberi perhatiannya yang sangat besar kepada penulis

dalam menyelasaikan skripsi ini.

Page 9: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

vi

16. Dan kepada teman-teman nongkrong n ngopi di BEM Fakultas dan

Jurusan Ushuluddin, PMII Fak. Ushuluddin, Tarbiyah dan Fisip, HMI Fak.

Tarbiyah, HTI Cab. Ciputat, ARKADIA, KMPLS Ciputat, KMSGD

Cirebon, dan LDK yang telah banyak memberikan wawasan, motivasi dan

pengalamannya. (sukses untuk kalian semua)

Semoga pengorbanan yang telah kalian lakukan untuk penulis, dibalas

oleh Allah Swt dengan balasan yang lebih, dan menjadi amal kebaikan di akhirat

nanti.

Jakarta, 28 April 2014

Penulis

Page 10: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Tujuan dan Kegunaan ........................................................... 7

C. Tinjauan Pustaka ................................................................... 7

D. Metode Penelitian.................................................................. 8

E. Sistematika Penulisan ........................................................... 9

BAB II KLASIFIKASI PENYEBUTAN BERDASARKAN SUBJEK

DAN OBJEK

A. Subjek (Pelaku) Taklif ......................................................... 11

1. Term Allah ...................................................................... 11

2. Kata Ganti Nahnu ............................................................ 17

B. Objek (Sasaran) Taklif .......................................................... 23

1. Nafs ................................................................................. 23

2. Muhammad ..................................................................... 28

BAB III SISTEM MAKNA "TAKLIF"

A. Amal Ibadah .......................................................................... 35

B. Menyusui Anak ..................................................................... 43

Page 11: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

viii

C. Kadar Nafkah Untuk Keluarga.............................................. 51

D. Harta Anak Yatim ................................................................. 56

E. Jihad ...................................................................................... 62

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 69

B. Saran ..................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 71

Page 12: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi huruf arab latin dalam penulisan skripsi ini

berpedoman pada buku panduan penulisan karya ilmiah, skripsi, tesis, dan

desertasi yang disusun oleh tim penulis ceQda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

terbitan tahun 2008.

Konsonan

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

Ts Te dan es ث

J Je ج

H H dengan garis bawah ح

Kh Ka dan ha خ

D Da د

Dz De dan zet ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy Es dan ye ش

S Es dengan garis bawah ص

D De dengan garis bawah ض

T Te dengan garis bawah ط

Z Zet dengan garis bawah ظ

Koma terbalik keatas, menghadap kekanan ع

Gh Ge dan ha غ

F Ef ف

Page 13: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

x

Q Ki ق

K Ka ك

L El ل

M Em م

N En ن

W We و

H Ha

Apostrop ‘ ء

Y Ye

Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti bahasa Indonesia, terdiri dari vocal

tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Untuk vocal tunggal

alihaksaranya adalah sebagaiberikut :

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

a Fathah

i Kasrah

u Dammah

Adapun untuk vocal rangkap, ketentuan alihaksaranya sebagai berikut :

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

_______ ai a dan i

_______ au a dan u

Vokal Panjang(Madd)

Ketentuan alihaksara vocal panjang (madd), yang dalam bahasa arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, adalah sebagai berikut :

TandaVokal Arab TandaVokal Latin Keterangan

أـــــ â a dengan topi diatas

î i dengan topi diatas يـــــ

û u dengan topi diatas وــــــ

Page 14: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

xi

Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam system aksara arab dilambangkan dengan huruf,

yaitu alif dan lam, dialihaksarakan menjadi huruf /i/ ,baik diikuti oleh huruf

Syamsiyah maupun Qamariyah. Contoh :al-rijâl bukan ar-rijal, al-diwân bukan

ad-diwan.

Syaddah (Tashdid).

Syaddah atau tasydid yang dalam system bahasa tulisan arab

dilambangkan dengan sebuah tanda, dalam alihaksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan

tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak

setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.Misalnya yang

secara lisan berbunyi ad-darûrah, tidak ditulis “ad-darurah”, melainkan“al-

darûrah”, demikian seterusnya.

Ta Marbutah

Berkaitan dengan alihaksara ini, jika huruf ta marbutah terdapat pada kata

yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat

contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbutah tersebut diikuti

oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Akan tetapi, jika huruf ta marbutah tersebut

diikuti oleh kata benda (isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf

/t/ (lihat contoh 3).

Contoh :

No Kata Arab Alih Aksara

Tarîqah طريقة 1

al-jâmiah al-islâmiyah االسالمية الجامعة 2

Wahdat al-wujud وحدة الوجود 3

Huruf kapital

Meskipun dalam tulisan arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara

ini, huruf capital tersebut juga digunakan, dengan memiliki ketentuan yang

berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain

Page 15: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

xii

yang menuliskan kalimat, huruf awal nama, tempat, nama bulan, nama diri, dan

lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama didahului oleh kata sandang, bukan

huruf awal atau kata sandangnya. Contoh : Abu Hamid al-Ghazali bukan Abu

Hamid Al-Ghazali, al-Kindi bukan Al-Kindi.

Page 16: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Quran yang merupakan sumber pokok ajaran agama Islam, bukanlah

sebuah kitab yang di dalamnya hanya sebatas ayat, surat, terlebih-lebih masalah

juz semata. Kandungan al-Quran baik dalam hal lafal dan maknanya diyakini

memiliki esensi tersendiri. Oleh karena itu, melalui pemahaman maknanya, kita

dapat memperoleh di dalam al-Quran signifikansi teologis, sosiologis, kultural,

juga tentu saja signifikansi saintifik1. Hal ini mempertegas bahwa al-Quran tidak

mementingkan aspek atau ilmu akhirat dan ilmu-ilmu ritual semata, seperti yang

selama ini diketahui, seperti: thaharah, percaya qada dan qadar, zakat, puasa,

shalat, surga, neraka, amalan akhirat, hal-hal ghaib dll.

Dengan mengacu pada makna agama (al-Quran) tersebut dan juga dalam

perenungan yang mendalam terhadap al-Quran dan al-hadits, terasa sekali sangat

sederhana jika Islam dilihat hanya dari sisi tauhid, fiqih, hadits, akhlak, tasawuf

dan seterusnya sebagaimana yang ada selama ini. Padahal, al-Quran dan hadits

sebagai sumber ajaran ternyata memuat keterangan, penjelasan dan petujuk yang

begitu luas, mendalam dan meyeluruh2. Al-Quran berisi kisah-kisah simbol-

simbol, nilai-nilai kehidupan, berbicara tentang jagad raya, kehidupan manusia

serta perilakunya, pelestarian alam dan seterusnya.

1 M. Quraisy Shihab, Lentera Hati, (Bandung: Mizan, Juli 1996), cet-VI, h. 32

2 M. Quraisy Shihab, Wawasan al-Quran Tafsir Maudhu’I Atas Berbagai Persoalan

Umat, (Bandung: Mizan, 1997), cet-V, hal. 3

Page 17: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

2

Dalam konteks kajian ke-Islaman, sungguh suatu hal yang aneh jika isi al-

Quran yang sedemikian luas telah disimplifikasi menjadi hanya dalam beberapa

Kajian seperti tauhid, fiqih, hadis, tasawuf, akhlak dan seterusnya. Hal inilah yang

dalam praktik dan realitasnya menjadi kurang menarik. Fenomena ini tidak jarang

telah menyebabkan isi Kajian keislaman menjadi kering dan jauh dari persoalan

kehidupan sehari-hari. Padahal, Islam semestinya berhubungan erat dengan

kehidupan dan bahkan menjadi bagian terdalam dari kehidupan manusia sehari-

hari. 3

Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi, serta

memiliki misi yang menjadi tujuan diciptakannya4. Yaitu menyembah (ibadah)

kepada penciptanya yaitu Allah. Penyembahan berarti ketundukan manusia

kepada ajaran Allah SWT. dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik

yang menyangkut hubungan vertikal (manusia dengan Allah SWT), maupun

horizontal (manusia dengan manusia dan alam semesta.

Menyangkut hubungan ini (hubungan horizontal) setiap manusia memiliki

misi atau tugas tersebut tentu berbeda antara manusia satu dengan manusia yang

lainnya. Allah SWT. Maha Mengetahui setiap makhluk ciptaannya tanpa

melewatkan sedikit pun yang menjadi kebutuhan setiap hambanya, bahkan hingga

hal-hal sekecil pun. Begitu pula hal-hal yang berkaitan erat dengan kebutuhan,

baik bersifat jasmani maupun kebutuhan yang bersifat rohani5.

3 Zainuddin, Kesalehan normative dan sosiall,(UIN Malang: Prees, 2007), h.6

4 Achmad, et.al, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Surabaya:

Grasindo, Juli 2009), h. 46. 5 Hudzaifah Ismail, Tadabbur Ayat-Ayat Motivasi, (Jakarta: PT Elek Media Komputindo

Kelompok Gramedia, Februari 2010), h. 4.

Page 18: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

3

Manusia diciptakan dan hidup di alam dunia ini dengan jalan hidupnya

masing-masing6 Menurut penulis hal tersebut juga melahirkan tingkatan beribadah

yang berbeda pula dalam kehidupan sehari-hari seperti: ada hamba yang rajin

ibadah, ada yang biasa-biasa saja, bahkan ada hamba yang malas dalam

beribadah. Ada sejumlah individu atau kelompok yang dengan gigihnya

menegakkan agama Allah SWT. firman Allah

/٧١)اإلسراء :

٤٨)

Artinya: Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya

masing-masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar

jalannya. (QS. Al-Isra: 84)

Seorang hamba hidup sesuai dengan kapasitas dan kadar kemampuan yang

diberikan oleh Allah untuknya7. Orang kaya diuji dengan kekayaannya, dan orang

miskin di uji dengan kemiskinannya, orang kuat diuji dengan kekuatannya, orang

lemah diuji dengan kelemahannya. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah:

.../( ٢٤٢: ٢) البقراة

Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya (QS. Al-Baqarah: 286)

Berbeda jauh dengan pengertian dan maksud ayat di atas, dewasa ini

terdapat banyak sekali fenomena yang terjadi di masyarakat sekitar yang

berseberangan, berkaitan dengan pemaknaan bahwasannya manusia seakan-akan

tidak akan mendapatkan ujian, musibah atau cobaan sesuai dengan kadar

6 Sayyid Quthb, Tafsir Fî Ẕilalil Qurân, Terj. As’ad Yasin, (Jakarta: Gema Insani Press,

2002), cet.1, juz VI, h. 243. 7 M. Quraisy Shihab, Membumikan al-Quran, (Bandung: Mizan, Mei 2007), cet-XXXI,

h. 344

Page 19: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

4

kemampuannya. Dengan segala perbedaan ujian dan kualitas yang dimiliki

masing-masing, dapat dipastikan bahwa kapasitas dan kadar kemampuan seorang

hamba pun juga berbeda-beda, hal ini tidak lepas dari faktor sekitar, seperti

budaya, etnis, bahasa, masyarakat, dan tingkah laku keseharian. Atas faktor inilah

kehidupan manusia semakin kompleks dalam menjalani kesehariaannya.

Salah satu ajaran terpenting adalah bahwa kita selalu di uji sepanjang

hidup kita. Allah menguji keikhlasan dan keimanan kita dalam kejadian-kejadian

yang berbeda. Dia juga memberikan karunia untuk menguji hambanya apakah

termasuk orang yang bersyukur ataukah sebaliknya. Dia menciptakan berbagai

kesulitan bagi kita untuk mengetahui apakah kita bersabar atau tidak.

Oleh karenanya al-Quran sebagai pedoman hidup umat Islam, juga

merupakan mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu berkesinambungan

erat oleh perubahan waktu, masa, jaman, budaya dan ilmu pengetahuan serta

masih banyak ragamnya lagi8. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah, Muhammad

SAW, untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang.

Serta membimbing mereka kejalan yang lurus9.

… …/( ٢٥١: ٢) البقراة

Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya

(iman). (QS. al-Baqarah: 257).

Ayat di atas memberikan pemahaman bahwa kegelapan disitu dimaknai

seseorang yang di dalam hatinya tidak memiliki keimanan kepada Allah SWT. ,

8 Muhammad Ash-Shayyim, Mukjizat Nabiku Muhammad SAW, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2003), cet-ke-1, hal. 17 9 Manna Khalil al-Qattan, Studi ilmu al-Quran, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,

2004), cet-ke-1, h.13

Page 20: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

5

serta percaya kepada-Nya, sehingga hatinya senantiasa tertutup dan dibutakan dari

cahaya Ilahi. Sedangkan kata cahaya dimaksudkan ialah, apabila kepercayaan

kepada Allah SWT. dipelihara, tumbuh subur keimanannya, tidak memberi tempat

buat mempercayai yang lain. Hal itulah yang menjadikan jiwa mendapat sinar

selalu dari Allah SWT. dan menimbulkan ukhuwah islamiyah, menyuburkan

hidup berjamaah serta menimbulkan masyarakat yang bercorak islam10

.

Dengan demikian al-Quran menginformasikan kejadian-kejadian masa lalu

serta memberikan putusan terhadap segala permasalahan, baik yang timbul pada

masa lampau maupun yang akan datang. lebih lanjut, ia juga memberikan

penjelasan yang memadai dan benar tentang hal-hal yang sebelumnya tiak

diketahui manusia. al-Quran datang untuk mereformasi kehiupan manusia.11

Ketika turun ke bumi al-Quran menghadapi berbagai tipe manusia.

Diantara mereka ada yang muah menerima kebenaran dan ada yang sulit, ada

yang ditakirkan hidup sengsara an sebaliknya, serta ada yang dilapangkan Allah

dadanya untuk menerima cahaya Ilahi, sebaliknya ada yang dikunci mati. semua

perbedaan yang dicontohkan tersebut lebih lanjut juga merupakan suatu

keniscayaan, sehingga sebagaimana yang dipahami turunnya al-Quran pasti

disertai misi dan target-target tertentu bagi manusia. Demikian untuk mewujudkan

target-target yang dimaksud, maka al-Quran merasa perlu untuk menjelaskan atau

memaparkan satu tema tertentu beberapa kali.

10

Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta: PT Pustaka Panji Mas, 1984), juz III, h. 26 11

Muhammad Mahmud Hijazi, Fenomena Keajaiban al-Quran, (Jakarta: Gema Insani,

2010), cet-I., hal. 38-39

Page 21: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

6

Berangkat dari uraian di atas, menurut penulis perlu adanya kajian

mendalam bersumber langsung dari al-Quran, mengkaji dan menjelaskan maksud

serta pemahaman pengulangan tema atau ayat-ayat yang berkaitan dengan taklif.

Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Dari penjelasan yang dipaparkan pada latar belakang di atas, penulis

mengeidentifikasi beberapa masalah yang ada, yaitu :

a. Megapa Allah dalam penggunaan lafadz taklif mengunakan kata-kata yang

berbeda?

b. Apakah kata taklif yang digunakan dalam al-Quran ditujukan untuk

memberikan informasi masa lalu atau masa yang akan datang?

c. Bicara masalah hukum al-Quran, tentu hukum atau norma di dalamnya

bersifat tegas dan pasti, lantas mengapa terdapat ayat-ayat hukum yang

dilafalkan berulang kali dengan surat yang berbeda?

d. Apa maksud dan tujuan dari pengulangan yang terdapat dalam al-Quran?

2. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari beberapa masalah tersebut yang muncul dalam permukaan, perlu

kiranya penulis membatasi masalah yang akan diselesaikan dalam skripsi ini. Dari

beberapa pertannyaan yang muncul di atas, penulis membatasi permasalahan yang

terdapat pada poin A dan B, serta menitik beratkan pada QS. Al-Baqarah/2: 233

dan 286, QS. An-Nisa/4: 84, QS. Al-An’am/6: 152, QS. Al-‘Araf/7: 42, QS. Al-

Mu’minun/23: 62, dan QS. At-Thalaq/65: 7.

Page 22: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

7

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalah yang

dibahas dalam penelitian ini adalah: Penggunaan Kata Taklif Dalam al-Quran?

B. Tujuan dan Kegunaan

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka tujuan penulis yang ingin dicapai ialah:

1. Mengetahui maksud dan tujuan pengulangan dalam al-Quran.

2. Mengetahui Maksud dan Tujuan Penggunaan Taklif dalam al-Quran

3. Memberikan pemahaman apakah taklif sebagai suatu perintah yang harus

dipatuhi, atau tidak, serta memberikan penjelasan yang mendalam

berkaitan dengan penggunaan serta pengulangan kata taklif tersebut.

4. Sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana pada Jurusan Tasir Hadis

Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

C. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini tidak terlepas dari rujukan buku-buku yang berhubungan

dengan judul ini. Setelah melalui beberapa pemeriksaan pustaka, penulis

menemukan beberapa karya yang membahas tentang taklif, diantaranya skripsi

yang berjudul Taklif dalam perspektif al-Quran (studi komparatif penafsiran

Imam Syafi’iy dan at-Thabariy pada al-Baqarah/2 :286) karya Yarsi Qomari

Anwar pada tahun 2006. Begitu pula dengan skripsi yang berjudul Eksistensi

manusia sebagai khalifah dan implikasinya terhadap taklif syariah, karya Hilwah

Page 23: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

8

pada tahun 2003. Serta skripsi karya Iqbal Mochammad dengan judul

Pembebanan taklif terhadap seseorang yang mempunyai kepribadian ganda pada

tahun 2003. Berdasarkan pemeriksaan pustaka, penulis tidak menemukan karya

yang melakukan penelitian secara mendalam terhadap penggunaan kata taklif

yang terdapat dalam al-Quran, maka posisi skripsi ini adalah menggambarkan

ayat-ayat Taklif, dalam skripsi yang berjudul “Penggunaan Kata Taklif Dalam

al-Quran”.

Sehingga penulis berkeyakinan bahwa spesifikasi pembahasan dan

penelitian tentang konsep taklif dalam al-Quran belum pernah dibahas

sebelumnya. Untuk itu penulis meneliti bagaimana penggunaan kata taklif dalam

al-Quran tersebut.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendukung metode tersebut, dalam pengumpulan data yang

berkaitan dengan skripsi ini, penulis melakukan penelitian dengan cara melalui

studi perpustakaan (library research). Dalam hal pengumpulan data, penulis

merujuk dan menggunakan sumber-sumber tertulis, baik sumber primer maupun

sekunder. Ada pun sumber primer yang penulis gunakan yaitu merujuk kepada

Kitab Tafsir langsung yaitu: tafsir al-Misbah, tafsir al-Maraghi, dan tafsir al-

Qurthubi. Sebagai sumber sekunder, penulis menggunakan sumber lain yang

berkaitan dengan masalah yang akan dibahas baik dari buku, jurnal, skripsi dan

lainnya.

Page 24: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

9

2. Metode Pembahasan

Dalam menulis skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif-

analisis yaitu menggambarkan secara cermat ayat-ayat yang berkaitan dengan

Taklif. Sedangkan yang dimaksud dengan metode analisis ialah berusaha untuk

menganalisa (menguji) hipotesa-hipotesa serta mengadakan interpretasi yang lebih

mendalam.

3. Teknik Penulisan

Ada pun teknik penulisan dalam skripsi ini, penulis mengacu pada Buku

Pedoman Akademik Penulisan Skripsai, Tesis dan Disertasi karya Tim UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2011.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dalam beberapa bab. Bab Pertama, yaitu,

pendahuluan yang menguraikan tentang problematika dan signifikasi penelitian.

Pendahuluan meliputi latar belakang masalah diangkatnya tema penelitian ini,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan yang akan diperoleh

dari penelitian ini. Selanjutnya tinjauan pustaka atau bahan-bahan yang digunakan

dalam penelitian. Metode penelitian yang meliputi metode pengumpulan data,

metode pembahasan dan teknis penulisan. Serta memaparkan sistematika dalam

penulisan penelitian ini.

Bab kedua memuat penjelasan tentang klasifikasi penyebutan berdasarkan

subjek dan objek taklif, dimana subjek (pelaku) taklif memuat tentang term Allah

Page 25: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

10

dan kata ganti nahnu, sedangkan objek (sasaran) taklif di dalamnya membahas

nafs, dan Muhammad.

Bab ketiga membahas seputar sistem makna "taklif'" berkaitan dengan

taklif dalam al-Quran dengan membaginya dalam beberapa pembahasan yaitu

pembahasan seputar amal shalih, hak asuh anak, kadar nafkah bagi keluarga, harta

anak yatim, dan pembahasan terakhir berkaitan dengan jihad fi sabilillah.

Bab keempat penutup, yang berisi uraian penutup atas penelitian ini yang

berupa kesimpulan dan saran-saran.

Page 26: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

11

BAB II

KLASIFIKASI PENYEBUTAN BERDASARKAN

SUBJEK DAN OBJEK TAKLIF

A. Subjek (Pelaku) Taklif

1. Term Allah SWT.

Ayat-ayat menjelaskan bahwa konsep tentang Allah sebagai wujud

tertinggi dan nama Allah itu sendiri sudah ada di Zaman Jahiliyah, bukan saja

dikalangan Yahudi dan Nasrani melainkan dikalangan suku-suku Badui. Selain itu

ada yang mengatakan "apakah Lafadz Allah (اهلل) berasal dari perkataan orang

Arab اإلله dimana huruf hamzah dibuang, dan huruf lam yang asli bertemu dengan

huruf lam tambahan, lalu keduanya melebur menjadi satu kata dan jadilah lafadz

Allah (اهلل).1

Di samping itu, kata itu sering terdapat dalam syair-syair dan juga nama-

nama orang di zaman pra-Islam seperti Abdullah (hamba Allah). suku-suku kafir

tertentu mempercayai suatu Tuhan yang mereka namakan Allah, dan yang mereka

percayai sebagai pencipta langit dan bumi dan pemegang pangkat tertinggi.

Sebagaimana suku-suku yang lain bahwa orang Quraisy pun sebelum mengenal

Islam dan terlebih setelah mengenalnya mempercayai Allah Tuhannya.

Dengan demikian jelaslah bahwa konsepsi al-Quran tentang Allah tidak

sepenuhnya baru, tetapi, ia mentransformasikan konsepsi jahiliyah sebelumnya.

1Abu Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), jil-1.,

hal.209

Page 27: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

12

Walau begitu konsep ketuhanannya berbeda, konsep jahiliyah tentang Allah

mempunyai sekutu dan suatu objek pemujaan yang jauh, sedang dalam al-Quran

(Islam) Allah tunggal tiada sekutu bagi-Nya, serta mendominasi setiap fase

kehidupan manusia dari lahir hingga mati.

Dalam al-Quran ketika menyebutkan nama Allah diharuskan adanya

keterlibatan hati dan lisan di dalam rangka mengingat keagungan dan kebesaran

Allah, serta nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Akan

halnya menyebut nama Allah dengan lisan berarti mengucap "Asmâ al Husnâ,

sekaligus memuji dan merasakan syukur kepada Allah. juga berarti memohon

pertolongan kepada Allah agar memberi kekuatan untuk melaksanakan perbuatan

sesuai dengan ketentuan syariat. Sebab seluruh perbuatan yang tidak dimulai

dengan menyebut nama Allah, berarti tidak diakui syariat. Kata Allah sendiri

merupakan isim 'alam, khusus diberikan kepada yang wajib disembah secara

benar. Nama ini tidak boleh digunakan untuk selain Allah.2

Kata Allah merupakan nama Tuhan yang paling populer, setidaknya

disebutkan lebih dari 2679 kali dalam al-Quran. Apabila anda berkata "Allah", apa

yang diungkapkan itu telah mencakup semua nama-nama-Nya yang lain,

sedangkan bila mengucapkan nama-Nya yang lain misalnya ar-Raẖ îm atau sifat-

sifat lain-Nya, maka Ia hanya menggambarkan sifat Rahmat atau sifat

kepemilikan-Nya. Di sisi lain tidak satu pun dapat dinamai Allah, baik secara

hakikat atau majaz, sedangkan sifat-sifat yang lain secara umum dapat dikatakan

2 Ahmad Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi,

1974), juz-I., hal 33

Page 28: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

13

bisa disandang oleh makhluk-makhluk-Nya. Secara tegas, Tuhan Yang Maha Esa

itu sendiri yang menamai dirinya Allah. firman Allah:

/( ٤١: ٠٢)طه

Artinya: Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak)

selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat

aku. (QS. Thaha: 14)

Selain itu Allah juga bertanya dalam al-Quran, Firman Allah:

/(٥٦: ٤۹)مريم

Artinya: Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada

di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam

beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama

dengan Dia (yang patut disembah). (QS. Maryam: 65)

Ayat ini dipahami oleh para pakar al-Quran bermakna " apakah engkau

mengetahui ada sesuatu yang bernama seperti nama ini? Atau apakah engkau

mengetahui sesuatu yang berhak memperoleh keagungan dan kesempurnaan

sebagaimana pemilik nama itu (Allah)? atau bermakna apakah engkau

mengetahui ada nama yang lebih agung dari pada nama ini? Juga dapat berarti

apakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan Dia (yang patut

disembah)?

Pertanyaan-pertanyaan yang mengandung makna sanggahan ini,

kesemuanya benar karena hanya Tuhan Yang Maha Esa yang wajib wujud-Nya

itu yang berhak menyandang nama tersebut, sedangkan lain-Nya tidak ada bahkan

tidak boleh. Selain itu kata Allah itu sendiri tidak terambil dari satu akar tertentu,

Page 29: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

14

tetapi Ia adalah nama yang menunjuk pada Zat yang wajib wujud-Nya, yang

menguasai seluruh hidup dan kehidupan dan yang kepada-Nya seharusnya seluruh

makhluk mengabdi dan memohon.

Namun, ada pula yang berpendapat bahwa kata Allah asalnya adalah (إله)

Ilâh yang dibubuhi huruf alif dan lâm dan dengan demikian Allah merupakan

nama khusus disebut ulang sebanyak 111 kali dalam bentuk mufrad, ilaẖ a ini

dalam bentuk tatsniyah 2 kali dan aliẖ ah dalam bentuk jama' disebut ulang

sebanyak 34 kali, karena itu tidak dikenal bentuk jamaknya. Sedang Ilâh adalah

nama yang bersifat umum dan yang dapat berbentuk jamak (plural) (ألهة) Alihah.

Dalam bahasa Ingris baik yang bersifat umum atau khusus, keduanya

diterjemahkan dengan god, demikian juga dalam bahasa Indonesia.

Sedangkan kata "Tuhan" dalam bahasa Arab adalah Ilah (إله) disebut ulang

sebanyak 111 kali dalam bentuk mufrad, ilaha ini dalam bentuk tatsniyah 2 kali

dan alihah dalam bentuk jama' disebut ulang sebanyak 34 kali

alif dan lâm yang dibubuhkan dalam pada kata Ilâh berfungsi menunjukan

bahwa kata yang dibubuhi itu (dalam hal ini kata Ilâh) merupakan sesuatu yang

telah dikenal dalam benak mereka adalah Tuhan Pencipta, berbeda dengan tuhan-

tuhan (alihah, bentuk jamak dari Ilâh) yang lain. Selanjutnya hamzah yang berada

antara dua lâm yang dibaca (i) pada kata (االله) al-Ilâh tidak dibaca lagi sehingga

berbunyi (اهلل) Allah, dan sejak itulah kata ini seakan-akan telah merupakan kata

baru yang tidak memiliki akar kata, sekaligus sejak itu pula kata Allah menjadi

nama khusus bagi pencipta dan pengatur alam raya yang wajib wujud-Nya.3

3 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran)

(Ciputat: Lentera Hati, 2009), cet-1, jil-1., hal.22

Page 30: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

15

Kata "Allah" sendiri mempunyai kekhususan yang tidak dimiliki kata lain,

ia adalah kata yang sempurna hruf-huruf dan maknanya serta memiliki

kekhususan berkaitan dengan rahasianya sehingga kata itulah yang dinamai Ism

Allah al-'azam (nama Allah yang paling mulia), yang bila diucapkan dalam doa,

Allah akan mengabulkannya. Dari segi lafadz terlihat keistimewaannya ketika

dihapus huruf-hurufnya. Bacalah kata Allah (اهلل) dengan menghapus huruf

awalnya, akan berbunyi )هلل( Lillâh dalam arti milik/bagi Allah. kemudian hapus

huruf awalnya dari kata Lillâh itu akan dibaca (له) Lahu dalam arti bagi-Nya.

Selanjutnya hapus lagi huruf awal dari kata lahu, akan terdengar dari ucapan Hû

yang berarti Dia (menunjuk Allah), dan bila ini pun dipersingkat maka akan

terdengar kata Âh yang sepintas atau pada lahirnya mengandung makna keluhan,

tetapi pada hakikatnya adalah seruan permohonan kepada Allah. karena itulah

kata Allah terucap oleh manusia sengaja atau tidak sengaja, suka atau tidak suka.4

Firman Allah:

....) /۹٨: ۹۹الزمر )

Artinya: dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang

menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". )QS.

Az-Zumar: 39)

Dari segi makna dapat dikemukakan bahwa kata Allah mencakup segala

sifat-sifat-Nya, bahkan Dialah yang menyandang sifat-sifat tersebut. Karena itu

jika berkata Ya Allah, semua nama-nama serta sifat-sifat-Nya telah dicakup oleh

kata tersebut. Di sisi lain jika berkata ar-Rahîm (Yang Maha Pengasih),

4 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran)

(Ciputat: Lentera Hati, 2009), cet-1, jil-1., hal. 21

Page 31: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

16

sesungguhnya yang anda maksud adalah Allah, demikian juga jika berkata al-

Muntaqim (Yang Membalas Kesalahan), namun kandungan makna ar-Rahîm

tidak mencakup pembalasan atau sifat-sifat yang lain-Nya. Seperti contohnya

ketika mengucapkan Asyhadu an Lâ Ilâha Illa Allah, dan tidak dibenarkan

mengganti kata Allah tersebut dengan nama-nama-Nya yang lain seperti Asyhadu

an Lâ Ilâha Illa ar-Rahîm.5

Jika menyebut nama Allah, pasti akan menjadikan hati kita tenang

demikian pula dengan penyebutan Asmâ al-Husna. Firman Allah

/٤۹)الرعد :

٠٨)

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati

Allah-lah hati menjadi tenteram.(QS. Ar-Raad: 28)

Ketentraman dan ketenangan itu lahir bila anda percaya bahwa Allah

adalah penguasa Tunggal dan pengatur alam raya. Ketenangan itu akan dirasakan

bila menghayati sifat-sifat, kudrat dan kekuasaan-Nya dalam mengatur dan

memelihara segala sesuatu. Demikian itu Allah SWT. karena itu tidak heran jika

ditemukan sekian banyak ayat al-Quran yang memerintahkan orang-orang

beriman agar memperbanyak zikir menyebut nama Allah, dan karena itu setiap

perbuatan yang penting hendaknya dimulai dengan menyebut nama Allah.

5 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran)

(Ciputat: Lentera Hati, 2009), cet-1, jil-1., hal. 24

Page 32: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

17

2. Kata Ganti Kami وحه) )

Di dalam Al-Quran, penggunaan kata ganti juga diterapkan untuk lafadz

Allah SWT, ada kata ganti pertama singular (anâ), dan ada kata ganti pertama

plural (nahnu), terkadang membahasakan Allah dengan kata ganti Dia (huwa), di

mana makna aslinya adalah dia laki-laki satu orang. Tetapi kita tahu bahwa Allah

SWT bukan laki-laki dan juga bukan perempuan atau banci. Kalau ternyata Al-

Quran menggunakan kata ganti Allah dengan lafadz huwa, dan bukan hiya (untuk

perempuan), sama sekali tidak berarti bahwa Allah itu laki-laki. Juga tak

terkecuali kata nahnu, yang meski secara penggunaan asal katanya untuk kata

ganti orang pertama, jamak (lebih dari satu), baik laki-laki maupun perempuan,

namun sama sekali tidak berarti Allah itu berjumlah banyak.

Sama dengan tata bahasa lainnya. Dalam ilmu bahasa arab, penggunaan

banyak istilah dan kata itu tidak selalu bermakna zahir dan apa adanya. Karena

Al-Quran adalah kitab yang penuh dengan muatan nilai sastra tingkat tinggi.

Selain kata ganti tersebut ada juga kata „antum’ yang sering digunakan untuk

menyapa lawan bicara meski hanya satu orang. Padahal makna `antum` adalah

kalian (jamak). Secara rasa bahasa, bila kita menyapa lawan bicara kita dengan

panggilan „antum’, maka ada kesan sopan dan ramah serta penghormatan

ketimbang menggunakan sapaan "anta". Khusus kata „nahnu` tidak selalu

bermakna banyak, tetapi menunjukkan keagungan Allah SWT. Ini dipelajari

dalam ilmu balaghah.

Contoh: Dalam bahasa kita ada juga penggunaan kata “Kami” tapi

bermakna tunggal. Misalnya seorang Kepala Sekolah dalam pidato sambutan

Page 33: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

18

berkata,”Kami sebagai kepala sekolah berpesan…. Padahal Kepala Sekolah

hanya dia sendiri dan tidak banyak, tapi dia bilang “kami”. Lalu apakah kalimat

itu bermakna bahwa Kepala Sekolah sebenarnya ada banyak, atau hanya satu ?

Kata “kami” dalam hal ini digunakan sebagai sebuah rasa bahasa dengan tujuan

nilai kesopanan. Tapi rasa bahasa ini mungkin tidak bisa diserap oleh orang asing

yang tidak mengerti rasa bahasa atau mungkin juga karena di barat tidak lazim

digunakan kata-kata seperti itu.6

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang ada pada tiap-tiap diri

hamba-Nya. Oleh karenanya bentuk penggunaan kata ganti kami bukan tanpa

alasan atau sebab begitu saja tanpa adanya maksud tertentu yang tersirat. Ada pun

maksud dari penggunaan kata ganti kami yang terdapat dalam al-Quran bertujuan

untuk:

1. Sebagai kata kami (nahnu) bermakna bahwa dalam mengerjakan tindakan

tersebut Allah melibatkan unsur-unsur makhluk (selain diri-Nya sendiri)

dalam kasus nuzulnya al-Quran makhluk-makhluk yang terlibat dalam

pewahyuan dan pelestarian keasliannya ialah sejumlah malaikat terutama

jibril, kedua; Nabi Muhammad sendiri, ketiga; para pencatat/penulis,

keempat; para huffadz (penghafal), dan lain-lain. Kalau diperhatikan

kebanyakan ayat-ayat yang bercerita tentang turunnya al-Quran, Allah

selalu menggunakan kata kami (nahnu).7

2. Selain itu ayat yang menggunakan kata "kami" biasanya menceritakan

sebuah peristiwa besar yang berada di luar kemampuan jangkauan nalar

6 Sumber: http://adiabdullah.wordpress.com/2008/12/02/kata-aku-dan-kami-dalam-

7 Ibnu Taimiyyah, Al Furqon Baina ‘l Haq wa ‘l Bathil (Dar Ihyai‟t Turotsi „l Arabi: tth),

hal 67

Page 34: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

19

manusia, seperti penciptaan Adam penciptaan bumi, dan langit. Di sini,

selain peristiwa itu sendiri yang bernilai besar, Allah sendiri ingin

mengukuhkan/memberi kesan "Kemahaan-Nya" kepada manusia agar

manusia dapat menerima/mengimani segala sesuatu yang berada di luar

jangkauan nalar/rasio manusia. Seperti contoh berikut:

) ١١: ۷عراف/الا )

Artinya Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami

bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada Para Malaikat:

"Bersujudlah kamu kepada Adam", Maka merekapun bersujud kecuali

iblis. Dia tidak Termasuk mereka yang bersujud.(QS. Al-'Araf: 7)

3. Kata ganti Tuhan (Allah) dalam al-Quran berbentuk tunggal dan jamak, itu

menunjukkan pihak-pihak yang berperan atau terlibat aktif dalam prosesi

berlangsungnya 'kata kerja'. Tugas-tugas seperti mencipta jin dan manusia,

kata ganti tunggal 'Aku' yang dipilih, itu artinya bahwa hanya Dia, dan

tidak ada campur tangan pihak lain, yang terlibat dalam tugas penciptaan

itu. Adapun tugas sepeti menurunkan rejeki, menjaga (otentisitas) al-

Quran dan sebagainya, digunakan kata ganti jamak 'Kami', itu berarti

bahwa benar Dialah yang pada tingkat hakiki menurunkan rejeki, namun

pada tingkat lahiriah manusia individu yang bersangkutan ikut pula

menentukan apakah ia akan memperolehnya (dengan segala kualitas dan

kuantitasnya) atau tidak.8

8 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, al-Aqidah at-Tadmuriah (Beirut: ttp, tth), hal. 109.

Page 35: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

20

Lafadz (إوا)) dan (وحه) atau selainnya termasuk bentuk jamak, tapi dapat

diucapkan untuk menunjukkan seseorang yang mewakili kelompoknya, atau dapat

pula mewakili seseorang yang agung. Sebagaimana dilakukan oleh sebagian raja

apabila mereka mengeluarkan keputusan atau ketetapan, maka dia berkata, “Kami

tetapkan” atau semacamnya, padahal dia yang menetapkan itu hanyalah satu

orang. Akan tetapi diungkapkan demikian untuk menunjukkan keagungan.

Dengan kata lain ketika Allah menggunakan kata “Kami”, pada saat itu

Allah sedang menunjukkan kebesaran, keagungan, dan kemahaan-Nya. Sehingga

kata-kata “Kami” banyak digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan

penciptaan seperti penciptaan alam semesta, atau ketika Allah mengatakan

mengenai ayat-ayat (tanda-tanda)-Nya yg berada di alam. Atau ketika Allah

mengatakan “Kami maafkan”, saat itu Allah sedang mengagungkan Diri-Nya

sebagai Maha Pemaaf.

Sedangkan ketika Allah menggunakan kata “Aku”, Allah sedang

menegaskan ketunggalan-Nya, hanya Dia, keunikan-Nya. Jadi ketika Allah

mengatakan “ayaati (ayat-ayat-Ku) di beberapa tempat dalam Al-Qur‟an,

bukannya “ayaatiina (ayat-ayat Kami)” sebagaimana yang digunakan di banyak

tempat yg lainnya dalam Al-Qur‟an, Allah ingin menegaskan bahwa semua tanda-

tanda, semua ayat-ayat itu adalah milik-Nya semata.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwasannya Al-Quran adalah kitab

yang penuh dengan muatan nilai sastra tingkat tinggi, tak heran jika dalam hal ini

al-Quran pun sering terdapat perubahan dan pengulangan di sebagian ayatnya dari

segi bentuknya, yaitu penggunaan kata kerja, baik fi'il madhi atau fi'il mudhari.

Page 36: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

21

Penggunaan kata kerja masa lampau (fi'il mâdhi) dan kata kerja masa kini (fi'il

mudha'ri) pun mengandung pemahaman yang jauh berbeda. Kata kerja masa

lampau, misalnya menunjuk kepada peristiwa yang terjadi pada masa lampau,

sedangkan kata kerja masa kini menunjuk kepada peristiwa yang terjadi secara

berulang-ulang.9

Seperti contoh berikut:

…. ... /(۹: ٦۹)فا طر

Artinya: Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki

kepada kamu dari langit dan bumi (QS. Fathir: 35)

Berdasarkan kaidah yang demikian pula, maka para ulama memahami lafal

yarzuqu dalam kalimat di atas, bahwa Allah memberikan rizki kepada makhluk-

Nya secara berulang-ulang dan berkesinambungan. Artinya pekerjaan memberi

rizki itu telah menjadi perilaku-Nya secara terus menerus. Itulah sebabnya Allah

di Dzariyat di sebut Razzâq. Dalam ayat 58

Dengan begitu dapat dimengerti bahwa Razzâq atau Râziq adalah sifat

yang tetap dan tidak berubah-ubah, sementara yarzuqu menggambarkan suatu

sikap yang terlaksana secara berulang-ulang dan berkesinambungan, tapi bukan

sikap yang menetap pada dirinya. Contoh lain yang sejalan dengan ini, misalnya

kosa kata infâq. Dalam al-Quran dalam rangka mendorong umat agar berinfak

Allah selalu menggunakan fi'il mudhari dalam berbagai konjugasinya ,يىفق, تىفق

dan lain-lain, tidak menggunakan isim (kata benda). Itu berarti kata يىفقون, تىفقون

9 Al-Suyûthi, al-Itqan Fî Ulûm Quran (Beirut: Dâr al-Fikr, tth), Juz-II., hal. 322

Page 37: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

22

berinfak harus dilakukan secara berulang kali dan berkesinambungan secara terus

menerus, misalnya Allah berfirman: مثل الذيه يىفقون أموالهم في سبيل اهلل كمثل حبة

karena yang dikehendaki ialah مثل المىفقيه Allah tidak berkata .أوبتت سبع سىا بل...

agar mereka berinfak secara berulang-ulang dan terus menerus dan sifat mau

berinfak itu tidak perlu menyatu dalam diri mereka secara menetap. Berbeda

dengan iman, takwa, syukur dan lain-lain. Bentuk kosa kata tersebut dalam fi'il

mudhari dimaksudkan untuk memberikan pemahaman bahwa sifat-sifat tersebut

harus diperbarui secara terus menerus dan berkesinambungan.10

Kata kerja fi'il mudhari menunjukan pada sesuatu yang dilaksanakan

secara berulang-ulang tapi belum merupakan sifat yang menyatu dalam diri

pelakunya, serta pemakaian kata kerja masa lampau (fi'il mudhari) pula tidak

memberikan pemahaman yang spesifik karena ia menjelaskan kejadian suatu

peristiwa pada masa lampau. Pemakaian kata kerja pada masa lampau juga

memberitakan peristiwa yang akan terjadi di masa depan mengandung makna

bahwa peristiwa itu pasti akan terjadi, cepat atau lambat dan tidak dapat ditolak

oleh siapapun.11

Apabila suatu ayat menggunakan fiil mudhari tetapi yang

ditunjukkannya sudah lampau, dinisbatkan kepada Allah, maka hal itu

menunjukan terus menerus.12

Selai itu menunjukan pengertian yang sebenarnya

dan itu berarti kata tesebut memiliki makna yang menjadi fokus utama ayat al-

10

Nashruddin Baidan, Wawasan Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), cet-1.,

hal. 322-323 11

Nashruddin Baidan, Wawasan Ilmu Tafsir , hal. 325 12

Rachmat Syafe'I, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2006) hal.,239

Page 38: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

23

Quran ini. kandungannya memiliki keberlangsungan sepanjang zaman, masa

sekarang dan masa mendatang13

.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa pemakaian satu lafal dalam al-Quran

bukan secara kebetulan, melaikan sengaja dibuat dengan sedemikian rupa agar

membawa pesan yang dimaksud dengan tepat dan mengenai sasarannya dengan

jitu dalam membingbing umat ke jalan yang benar demi memperoleh kebahagian

dunia dan akhirat.

B. Objek (Pelaku) Taklif

1. nafs

Kata nafs (وفس) dalam bentuk mufrad disebutkan 77 kali tanpa idhâfah dan

65 kali dalam bentuk idhâfah. Kata tersebut terdapat dalam surat al-Baqarah ayat:

48, 233, 281, 286, 30, 185; surat al-Imrân ayat: 25, 28, 93; surat an-Nisa ayat: 1,

79, 83 dan lain-lain. Kata nafs dalam bentuk jamak mengikuti pola (wazan af'al)

dalam al-Quran disebutkan 184 kali, diantaranya ialah, al-Baqarah ayat: 155, an-

Nisa ayat: 128, an-Nahl ayat: 16, az-Zumar ayat: 42.

Untuk mengetahui makna kata secara morfologis (leksikal) yang paling

mudah dilakukan adalah dengan melihat kamus Mu'jam al-Wajiz memberi

padanan kata nafs dengan ruh dan zat (subtansi) sesuatu.14

Kata nafs adalah bentuk mashdar. Kata ini diderivasi dari kata nafusa-

yanfusu-nafs (indah; berharga) nafisa-yanfisu-nafs (kikir; melahirkan) ketika kata

ini menempati bentuk mashdar, memiliki berbagai makna, seperti mengandung

13

H.D. Hidayat, al-Balaghah al-Jami'ah wa asy-syawahid min kalami al-Badi,

(Semarang: PT: Karya Toha Putra & Bina Masyarakat Qurani, tth), hal. 95, 14

Anonymous, al-Mu'jam al-Wajîz (Majma' al-Lughah al-Arabiyyah), hal. 627

Page 39: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

24

pengertian mata, jahat, jasad, darah, tubuh, semangat, hasrat, kehendak, pendapat,

kemuliaan, hawa, hisapan, mufakat, orang, ruh, tegukan, model, ruh, akal, zat, dan

esensi.15

Dari pendapat Ali Atabik, kata nafs tampaknya memiliki banyak makna.

Dengan kata lain jenis kata tersebut dapat dikatakan sebagai jenis kata musytarak

lafdhi atau sebuah kata yang memiliki banyak makna. Ar-Râghib al-Ashfahâni,

menjelaskan kata nafs dengan memberikan padanannya yaitu dengan kata rûh.

(الىفس: السروح) Abdul Khamid Zahwan memberikan penjelasan makna kata nafs

dengan ruh, tubuh, nyawa, diri seseorang, darah, niat, orang dan kehendak16

.

Ibrahim Anis dalam Mu'jam al-Wasith memaknai kata nafs dengan kata ruh,

seperti dalam kalimat kharajat nafsuhu (ruhnya keluar) artinya ia telah mati.17

Manurut Abu Husen Ahmad bin Faris bin Zakariya kata nafs berasal dari kata

huruf nun-fa, dan sin. Kata ini mengandung pengertian bagaimana keluarnya

sesuatu yang lembut seperti, angin dan sebagainya ruh dan darah.18

Kata nafs dalam al-Quran disebutkan dalam bentu-bentuk kata jadian

seperti nafs, anfus, nufûs, tanâfasa, yatanâfasu, dan mutanâfisan. Kata nafs dalam

bentuk kata kerja hanya disebutkan dua kali. Satu dalam bentuk fi'il mâdhi, dan

yang satu dalam bentuk fi'il mudhâri. Kedua kata nafs tersebut sudah mengalami

perubahan pola (wazan) atau telah mengalami proses afiksasi yaitu tanaffasa

15

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, al-Mu'jam al-Ashri, (Yogyakarta: Pondok

Pesantren Krapyak, 1999), hal. 1932-1933., Lihat Muhammad Idris Abd al-Rauf al-Marbawi Idris

al-Marbawi, Juz-1, karya (Indonesia: Karya Insani), hal. 334 16

Ar-Raghib al-Ashfahani, Mu'jam Mufradat al-Fadl al-Quran (Beirut: Libanon, Dâr al-

Fikr, tth), hal. 522 17

Abdul Khamid Zahwan, Kamus al-Kamil: Arab-Indonesia-Arab (Maktabah wa

Mahbaah Usaha Keluarga: ttp, tth), hal.549 18

Ibrahim Anis, al-Mu'jam al-Wasith (Maktabah wa Syirkah Makhfa al-Babi al-Halabi

wa Awladuhu: ttp, 1972), cet-II, Juz-II., hal. 360

Page 40: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

25

Dalam bentuk tanaffasa artinya bernafas, menarik .(يتىافس) dan yatanâfasu (تىفس)

nafas dan bersenang diri.19

Ibn Mandhûr memaknai kata tanaffasa dengan

padanan kata minum (syariba), terbit (thala'), atau menyinari (nawwara).20

Sedangkan dalam bentuk yatanâfasu (يتىافس) maknanya adalah ( في رغب )

menyukai.21

Adapun kata nafs yang mengalami perubahan bentuk hanya satu kata yaitu

al-Mutanâfisûn المتىافسون) ) kata jadian ini terdapat dalam surat al-Muthaffifin ayat

26. Secara leksikal kata tersebut merupakn bentuk ism fa'il dan fi'il mâdhi تىافس

."jadi kata al-Mutanâfisûn bermakna "orang yang menyukai يتىافس22

Walaupun

kata itu berasal dari kata nafasa dan nafisa tetapi kata jadian tersebut terlalu jauh

dari makna kata dasarnya.

Ada pula kata jamak dimana suatu benda yang berjumlah dua atau lebih.

Dalam pendekatan semantik jika sebuah kata berbentuk jamak, tetapi belum

bergabung dengan kata lain maka tetap disebut kata tunggal. Semua kata nafs

dalam al-Quran yang berbentuk jamak adalah bermakna kully/tarkiby (karena

sudah bergabung dengan kata lain). Kata nafs dalam al-Quran yang menunjukan

jumlahnya lebih dari dua disebutkan sebanyak 160 kali. Al-Quran menyebutkan

dua kali dalam bentuk nufûs yang mengikuti pola bentuk jamak (فعول) dalam

bahasa Arab seperti dalam surat at-Takwir ayat 7 dan al-Isra ayat 25; dan 158

dalam bentuk anfus mengikuti pola bentuk jamak (أفعل). Seperti di bawah ini:

19

Abdul Khamid Zahwan, Kamus al-Kamil: Arab-Indonesia-Arab (Maktabah wa

Mahbaah Usaha Keluarga: ttp, tth), hal. 549 20

Ibn Mandzur, Lisân al-Arab (Dâr al-Ma'arif: ttp, tth), jil-VI.,hal. 237 21

Muhammad Abd al-Lathif al-Sabaki, al-Mukhtâr min Shihhah al-Lughah, hal. 533 22

Muhammad Abd al-Lathif al-Sabaki, al-Mukhtâr min Shihhah al-Lughah, hal. 533

Page 41: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

26

/(۷: ٨٤)التكوير

.../(٠٦: ٤۷)االسراء

.../(٥٨٠: ٠)البقراة

...

(٠:٠۹۹البقراة/)

Pada surat al-Baqarah ayat 233 dan 286 di atas kata nafs mengandung

pengertian "individu" manusia dalam arti fisik manusia dari sisi luarnya dan psikis

manusia dari sisi dalamnya. Karena secara konteks linguistik kata nafs salah satu

kata yang menjadi unsur kalimat dari dua struktur kalimat yaitu "la tukallafu

nafsun ila wus 'aha" dan struktur kalimat "la yukallifullahu nafsan ilâ wus 'aha"

kata nafs pada kedua struktur di atas berfungsi sebagai pergerakan manusia.

… /(١:١٨)النساء

Kemudian kata nafs dalam surat an-Nisa ayat 84 di atas bermakna

kewajiban karena berhubungan dengan kalimat "fa qâtil fi sabilillâh lâ tukalafu

'illa nafsaka". Kata nafs bermakna kewajiban dalam ayat ini, karena berkaitan

dengan asbâb an-nuzûl dan sejarah ayat ini diturunkan. Berdasarkan konteks

sejarahnya, ayat ini muncul karena merupakan perintah Allah kepada Nabi

Muhammad SAW untuk pergi berperang ke Badar kubrâ. Ayat ini berhubungan

Page 42: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

27

dengan keengganan dengan sebagian orang-orang Madinah untuk pergi berperang

bersama Nabi ke tempat itu.

.... )/٥:٤٦٠االنعام)

Makna kata nafs pada surat al-An'am ayat 152 di atas adalah bermakna

manusia dari sisi dalam dan sisi luarnya. Manusia dari sisi luarnya adalah akal dan

dari sisi luarnya adalah fisik. Kata nafs mengandung makna demikian karena

berkaitan dengan struktur kalimat sebelum dan sesudahnya, yaitu wa aufû al-kaila

wa al-mizâna bi al-qisthi- lâ nukallifu nafsan illâ wus 'ahâ. Kegiatan penakaran

dan penimbangan memerlukan dua unsur, yaitu kesanggupan akal dan

kemampuan fisik.

Kesimpulannya makna kontekstual kata nafs dalam al-Quran yaitu

mencakup: kata nafs konteks sejarah seperti dalam surat an-Nisa ayat 84,

maknanya adalah perintah Allah kepada Rasul untuk berperang. Selain itu kata

nafs bisa berarti budaya (tsaqâfi) seperti dalam surat al-Maidah ayat 32

) /۹٠: ٦المائدة)

Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,

bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena

Page 43: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

28

orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan

dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia

seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang

manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia

semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul

Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian

banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas

dalam berbuat kerusakan dimuka bumi. (QS. Al-Maidah: 32)

2. Nabi Muhammad. SAW

Disadari atau tidak, wujud Tuhan (Allah) pasti dirasakan oleh jiwa

manusia baik redup, atau pun benderang. Manusia menyadari bahwa suatu ketika

dirinya akan mati. Kesadaran ini mengantarkannya pada pertanyaan apa yang

akan terjadi setelah kematian, bahkan menyebabkan manusia berusaha

memperoleh kedamaian dan keselamatan di negeri yang tidak diketahui itu.

Wujud Tuhan (Allah) yang dirasakan, serta hal kematian, merupakan dua

dari sekian banyak faktor pendorong manusia untuk berhubungan dengan Tuhan

dan memperoleh informasi yang pasti. Namun, tidak semua manusia mampu

melakukan hal itu, kemurahan Allah menyebabkan-Nya memilih manusia tertentu

untuk menyampaikan pesan-pesan Allah, baik untuk waktu dan masyarakat

tertentu, atau untuk seluruh manusia di setiap waktu dan tempat. Mereka yang

mendapat tugas itulah yang dinamai Nabi (penyampai berita) dan Rasul (utusan

Allah).23

Jumlahnya yang banyak sehingga secara pasti tidak diketahui, al-Quran

hanya menginformasikan bahwa:

23

M. Quraish Syihab, Wawasan al-Quran (Tafsir Maudhu'I atas Berbagai Persoalan

Umat), (Bandung: Mizan, 1997), cet-V., hal. 41

Page 44: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

29

) ١٢:۷٨/غافر)

Artinya: dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul

sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan

di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. (QS.

Ghafir: 78)

Dalam sejarah, peradaban Islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah

seorang tokoh agung yang dilahirkan dalam lingkungan masyarakat jahiliah dan

paganis di Jazirah Arab. Dia adalah Muhammad bin „Abdullah, rasul terakhir. Al-

Quran menyebutkan secara tegas nama dua puluh lima Nabi dan Rasul 18 kali,

Nabi Muhammad salah satunya-diutus kepada seluruh manusia, dan merupakan

khataman nabiyyin (penutup para Nabi) disebutkan dalam al-Quran. Firman

Allah:

( ١٢: ۹۹/)االحزاب

Artinya: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki

di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan

adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS. Al-Ahzab: 40)

Nama Muhammad SAW. disebutkan dalam Al-Quran dengan dua jenis

sebutan yaitu Muhammad dan Ahmad. Sebutan Nabi dengan nama Muhammad

terulang 4 kali, sedangkan Ahmad hanya disebutkan satu kali. Kalau mengamati

nama Nabi Muhammad, maka sebenarnya akar katanya terambil dari kata حمد,

kata itu disusun dengan 4 huruf yaitu, ẖ a, mim (sukun), mim (fathah) dan dal.

Page 45: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

30

Ketika menghitung nama Nabi dengan Muhammad SAW terulang sampai 4 kali

sungguh ini berarti tepat dengan jumlah huruf dari akar katanya. Tapi walaupun

seperti itu Nabi Muhammad SAW. juga disebutkan dalam al-Quran dengan nama

Ahmad dan itu terulang hanya satu kali. Tepatnya 4 di tambah 1 jumlahnya 5, itu

juga berarti sesuai dengan jumlah huruf nama beliau ketika ditulis dengan bahasa

Arab yakni محمد , mim (dommah), ẖ a (fathah), mim (sukun), mim(fathah) dan dal

(sukun).24

Nama Muhammad dalam Al-Qur‟an dapat kita temui dalam 4 ayat sebagai

berikut:

)

(١١١: ۹االعمران/

Artinya: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah

berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau

dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik

ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah

sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang

bersyukur.(QS. Al-Imran: 144)

) ١٢: ۹۹/ االحزاب)

Artinya: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki

di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan

adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Ahzab: 40)

24

http://infosyiah.wordpress.com/2007/04/06/nama-nabi-muhammad-saw-dalam-al-

quran/

Page 46: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

31

/( ٠: ١۷)محمد

Artinya: dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman

kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan Itulah yang haq dari

Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan

memperbaiki Keadaan mereka. (QS. Muhammad: 2)

/( ٠۹: ١٨)الفتح

Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang

bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi

berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud

mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak

pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka

dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman

yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat

lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu

menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak

menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang

mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala

yang besar. (QS. Al-Fath: 29)

Dan nama sebutan Ahmad untuk Nabi Saw dapat di baca dalam surat As-

Shaf ayat 6 yaitu:

Page 47: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

32

…. /(٦: ٥٤)الصف

Artinya: dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil,

Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab

sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan

(datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya

Ahmad (Muhammad)." (QS. Asy-Shaff: 6)

Baik kata Ahmad atau Muhammad sebenarnya artinya sama yaitu yang

dipuji atau terpuji. Bagaimana ketika Allah SWT memanggil Nama Nabi

Muhammad SAW? tidak satupun ayat yang mencantumkan panggilan Nabi

Muhammad itu menggunakan kedua namanya yakni Muhammad dan Ahmad,

Tapi Allah Swt memanggilnya dengan kata “ Wahai Nabi , Wahai Rasul , Wahai

Orang Berselimut” dan lain-lain25

. Bahkan dalam Al-Qur‟an Surat an-Nur Ayat

63 Allah SWT. melarang siapapun dari sahabat-sahabat Nabi Saw untuk

memanggil beliau dengan menyebutkan namanya, sepertinya sangat tidak suka

kalau kekasihnya itu di samakan panggilannya dengan yang lain. Firman Allah:

)/٥۹: ٠١النور)

Artinya: janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti

panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). (QS. An-Nur:

63)

Dalam tafsir Majmu‟ al-Bayan dikatakan: “nama Muhammad dan Ahmad

adalah nama yang dipilih oleh Allah untuk Rasulullah saw”. dalam tafsir al-

Amtsal disebutkan: “nama Muhammad adalah nama yang dipilih oleh Abdul

25

M. Quraish Syihab, Wawasan al-Quran (Tafsir Maudhu'I atas Berbagai Persoalan

Umat), (Bandung: Mizan, 1997), cet-V., hal. 55

Page 48: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

33

Muthallib, kakek Rasulullah untuk beliau, sedangkan nama Ahmad adalah nama

yang dipilih oleh Aminah, ibu Rasulullah untuk beliau. Demikian juga Abu

Thalib paman Rasulullah memanggil beliau dengan Muhammad dan Ahmad.

Muhammad berasal dari kata Hamd, yang berarti pujian. Ahmad adalah orang

yang paling banyak memiliki pujian Ilahi di antara semua makhluk. Muhammad

adalah nama Rasulullah di bumi dan Ahmad adalah nama beliau di langit.

Kata Nabi dan Rasul banyak disebutkan dalam ayat-ayat al-Quran. Yang

paling banyak disebutkan untuk beliau adalah "Nabi" yakni orang yang

diturunkan kepadanya wahyu dan pembawa kabar gaib. Ia menyampaikan pesan

ilahi, meskipun tidak diperintahkan untuk menyampaikan ajaran secara terang-

terangan. Sedang "Rasul" adalah seorang nabi juga memiliki tugas menyampaikan

ajaran ilahi mengajak untuk memeluk agama Ilahi. Kerasulan dan kedudukan

yang lebih tinggi dari kenabian

Oleh karena itu, kelebihan Nabi Muhammad atas nabi-nabi lainnya adalah

Allah tidak memanggil beliau dengan nama, sedangkan nabi-nabi yang lain

dipanggil dengan nama, seperti “Ya Musa! Ya Daud! Dan lain-lain. Tetapi beliau

dipanggil dengan “Ya Ayyuha an-Nabi! Ya Ayyuha ar-Rasul!”

Penyebutan kata Muhammad sendiri dalam al-Quran, ini menunjukkan

akan kemutlakan beliau sebagai hamba. Menjadi hamba Allah secara mutlak

merupakan nilai kemanusiaan yang tinggi, bahkan paling tinggi nilai

kemanusiaannya. Penghambaan kepada Allah adalah sarana untuk mencapai

kesempurnaan maknawi.

Page 49: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

35

BAB III

BERKAITAN DENGAN TAKLIF: TINJAUAN NORMATIF

DAN APLIKATIF

A. Amal Ibadah

Penyakit jiwa yang saat ini merajalela diseluruh dunia adalah karena

manusia mengabaikan kebutuhan ibadah. Jumlahnya tidak dapat kita duga, tetapi

begitu jelas dan nyata. Naluri untuk bertobat dan beribadaah termasuk salah satu

fenomena spiritual manusia yang paling purba, bertahan lama, dan paling

mengakar. Kajian terhadap berbagai peninggalan purba kala menunjukan bahwa

dimana saja manusia hidup disana pasti ditemukan jejak-jejak praktik peribadatan

meskipun satu sama lain berbeda bentuk, cara, dan objeknya

Bentuk peribadatan setiap kelompokpun berbeda-beda pada awalnya,

mungkin manusia menari-nari dan menggelar ritual-ritual rutin secara berjamaah

disertai dzikir dan melantunkan puja-puji hingga pada puncaknya mereka larut

dalam ketundukan dan kekhusuan sakral, tenggelam dalam irama dzikir dan

pujian suci. Objek peribadatan merekapun berkembang mungkin pada awalnya

mereka menyembah batu dan kayu, lalu akhirnya menyembah dzat Ajali yang

Kekal, yang tidak terikat batas ruang dan waktu.

Islam sebuah kata bahasa Arab yang berarti pasrah kepada Allah SWT.

Agama yang mendatangkan kedamaian bagi umat manusia apabila mereka mau

memasrahkan diri kepada Allah dan menyerahkan kemauan mereka kepada

kehendak-Nya. Dengan demikian manusia itu diciptakan bukan sekedar untuk

Page 50: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

36

hidup mendiami dunia ini kemudian mengalami kematian tanpa adanya

pertanggung jawaban kepada penciptannya, melainkan manusia itu diciptakan

oleh Allah SWT. untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya.

Untuk menjadi seorang muslim sejati diperlukan tiga hal yaitu:

kepercayaan, perbuatan, dan kesadaran. Kepercayaan kepada Allah SWT. serta

diiringi kesadaran dan perbuatan terciptanya hubungan manusia dengan Tuhan

(horizontal), sedangkan dari hubungan horizontal tersebut buahnya ialah

hubungan antar sesama makhluk hidup (vertikal).1

Sebagaimana yang dikonsepkan di atas, mengandung isyarat akan

kepastian adanya yang memberi atau melimpahkan beban kepada pihak yang

menerimanya, yaitu mukallaf. Pembebanan terhadap mukalaf itu sendiri tidak

serta merta berupa tanggungan yang harus dilaksanakan dan berhubungan dengan

pemberi beban dalam hal ini Allah SWT. dan penerima (hamba), tetapi terkadang

perintah yang datang itu juga berkaitan antar sesama. Dengan kata lain taklif

disini secara tidak langsung memiliki hubungan antar manusia dengan Tuhan-Nya

(Hablum min Allah), dan hubungan antar sesama manusia (Hablum min an-Nass).

.../(٢۸٦: ٢)البقراة

Artinya: Allah SWT. tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya. (QS. Al-Baqarah: 286)

Ayat di atas menunjukan bahwa setiap tugas yang dibebankan kepada

seorang tidak keluar dari tiga kemungkinan; pertama, mampu dan mudah

1 Khurshid Ahmad, Pesan Islam (Bandung: Pustaka, 1983), cet-1., hal.3

Page 51: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

37

dilaksanakan, kedua, sebaliknya tidak mampu dia laksanakan, dan ketiga, dia

mampu melaksanakannya tapi dengan susah payah dan terasa sangat berat.2

Artinya dalam hal ini kewajiban yang diterima seseorang dari Tuhannya itu,

merupakan sesuatu yang dapat dipikul dan dilaksanakan dengan baik apabila dia

berusaha dengan kekuatannya sendiri, sekalipun itu membutuhkan usaha yang

keras.

Selain itu Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya

mengatakan: orang yang membenarkan Allah dan Rasulnya, serta mengakui dan

membenarkan apa yang dibawa dan disyariatkan akan menjalankan apa yang

Allah SWT. perintahkan kepada mereka dengan menaati dan menjauhi apa yang

dilarang-Nya. Dan Allah SWT. tidak memikulkan kewajiban kepada diri

seseorang melainkan sekadar kesanggupannya. Kami tidak akan membebankan

amal-amal kepada satu jiwa pun kecuali yang sanggup dilakukannya sehingga

tidak memberatkannya.3

Sudah bukan rahasia umum lagi bahwasannya kewajiban pertama seorang

muslim tak peduli dibagian dunia manapun ia hidup adalah mempraktikan ibadah

yang teratur di dalam kehidupannya.4 Ibadah itu sendiri berarti merendahkan diri

serta tunduk, yang berarti merendahkan diri dihadapan Allah SWT.

Manusia yang telah menyatakan dirinya sebagai muslim dituntut untuk

senantiasa melaksanakan ibadah sebagai pertanda keikhlasan mengabdi diri

2M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, jil. 1.,

cet. 1., hal. 751 3 Abû Ja'far Muẖammad bin Jarir ath-Ṯabari, tahqiq: Ahmad Abdurraziq al-Bakri,

Muẖammad Adil Muẖammad, Muẖammad Abdul Latif Khalaf, Maẖmud Mursi Abdul Hamid,

Tafsir ath-Ṯabari (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), jil. 11., hal. 107 4 Suzanne Haneef, Islam dan Muslim (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), cet-1., hal. 229

Page 52: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

38

kepada Allah SWT. tanpa adanya ketaatan beribadah, berarti pengakuannya

sebagai muslim diragukan dan dipertanyakan. Jika ada kesenjangan antara

pengakuan dan amal ibadah, berarti ia belum memahami sepenuhnya konsepsi

syariat Islam tentang kewajiban mengabdi kepada Allah SWT.5

Ibadah dalam Islam itu sendiri merupakan cara untuk mensucikan jiwa dan

amal perbuatan manusia sehari-hari. Dasar ibadah ialah kenyataan bahwa manusia

adalah makhluk Allah SWT. dan karenanya juga budak Allah SWT, pencipta dan

Raja kepada siapa manusia ditakdirkan untuk kembali. Jadi berpalingnya manusia

kepada Allah SWT, dalam komuni yang intim, penuh hormat, dan dalam

semangat pengabdian serta penyerahan yang rendah hati ini disebut Ibadah.6

Allah telah memberikan peringatan kepada kita, bahwa hidup di atas dunia

ini tidak lain hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. atau dalam bahasa

keseharian mengabdi kepada Tuhan.

Firman AllahSWT :

/(١٣ :۹)التوبت

Artinya: Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa,

tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. (QS. At-Taubah: 31)

) /٥ :۹۸البينت)

Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah

Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)

agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah: 5)

5Iftitah Jafar, Konsep Ibadah dan Dakwah dalam al-Quran (Yogyakarta: Cakrawala,

2009), cet-1., hal. 103 6Khursid Ahmad, ISLAM: Its Meaning and Message, Pesan Islam, Terj. Achsin

Mohammad (Bandung: Pustaka, 1983), hal. 126

Page 53: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

39

Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa hendaklah kita sadar bahwa segala

gerak-gerik kita hidup di dunia ini hendaklah didikan ibadah kepada Allah SWT.

semata-mata. Supaya hidup kita lebih berharga, tidak terbuang secara percuma.

Berkaitan tentang ibadah, Islam memilki pandangan sendiri bahwa setiap

pemeluk Islam yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, akalnya sempurna

dapat berfikir dengan baik, baligh, mumayyiz (mampu membedakan mana yang

baik dan buruk, serta dapat memahami dengan baik apa yang diterima dari lawan

bicaranya itu, maka seketika itu pula telah di kenai beban untuk melaksanakan

ibadah secara sempurna. Seluruh hukum syar'i yang berkenaan dengan perintah

atau larangan yang datang dari Allah SWT. dan Rasul-Nya wajib untuk dipatuhi

dan ditaati. Dari pengertian tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa tidak

seorang pun boleh menyangkal bahwa dia tidak mampu, sesungguhnya Allah

SWT. telah memberikan kesanggupan serta kemampuan terhadap masing-masing

individu atau kelompok untuk dapat memikul beban yang diberikannya, tanpa

harus berdalih dia tidak cukup mampu untuk menerima beban yang dihadapinya.

Oleh karena itu tidak satu pun anjuran dan perintah-Nya yang tidak

bernilai ibadah. Bahkan menurut Islam, setiap aktivitas manusia yang sesuai

dengan ketentuan Allah SWT. dinilai ibadah.7

Firman Allah SWT.:

(/٣٦:۹۹النحل)

7 Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam Islam

(Jakarta: Prenada Media, 2003)cet-1., hal. 141

Page 54: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

40

Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami

beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang

telah mereka kerjakan.(QS. An-Nahl: 97)

Manusia yang mempunyai pandangan hidup bahwa semua aktivitasnya

diarahkan pada amal shalih berarti memandang materi, harta, pangkat, jabatan,

dan lainnya adalah alat untuk mencapai tujuan hidup yang diridhai Allah SWT.

Sikap demian sangat terpuji di sisi Allah SWT, karena mengikuti, patuh, dan taat

atas setiap perintah dan larangan yang diberikan-Nya. Firman Allah SWT:

… )/١۸: ٢البقراة )

Artinya: Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak

ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".(QS.

Al-Baqarah: 38)

Ayat di atas menunjukan kemampuan intern untuk membentuk diri adalah

milik manusia, tidak ada makhluk lain yang menyandang kemampuan ini,

sehingga hanya manusia sajalah yang dapat secara bebas menentukan perbuatan

dan masa depan. Hal ini karena manusia memiliki kemampuan insani yang

istimewa, kemampuan yang paling penting, yakni daya nalar yang luar biasa

menuju kehidupan yang mereka inginkan. 8

Perlu diingat kewajiban-kewajiban moral yang berupa taklifi dari Tuhan adalah

mustahil jika tanpa disertai tanggung jawab. Bagaimanapun juga ia akan diminta

8 Murtadho Munṯ ahari, Perspektif Islam Tentang Manusia dan Agama, Terjemahan,

(Bandung: Mizan, 1995), cet-7., hal. 138

Page 55: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

41

pertanggung jawaban atas perbuatannya, dan tanggung jawab tersebut merupakan

syarat mutlak dan mesti dari kewajiban moral.9 Firman Allah SWT:

… /(٢۸٦: ٢)البقراة

Artinya: Allah SWT. tidak membebani seseorang melainkan sesuai

dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang

diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.

(QS. Al-Baqarah: 286)

Melihat ayat di atas pula al-Maraghi lebih melihat pada kemurahan atas

sifat Allah SWT. bukan karena ketidak berdayaan manusianya. Hal ini dapat

terlihat jelas dalam kitaf tafsirnya yaitu,10

"bahwa faktor penyebab tidak adanya

hukuman karena lupa dan bersalah, hal ini dikarenakan mendapat ampunan dari

Allah SWT. Dan faktor tidak adanya pembebanan kewajiban yang berat adalah,

karena mendapat magfirah. Sedangkan faktor yang menyebabkan tidak adanya

beban yang menyulitkan adalah karena rahmat Allah SWT ."

Baik itu ibadah yang berupa lafdziyah atau pun ibadah berupa tindakan

amaliyah11

jika menilik pada pemahaman ayat di atas maka setiap tindakan yang

dilakukannya semua akan menimbulkan dampak balasan dalam kehidupan ini,

firman Allah

/(۸: ۹۹)الزلزلت

9 Ismail Raji al-Faruqi, Tauhid, terj. Rahmani Astuti (Bandung: Pustaka, 1988), cet-1.,

hal. 13 10

Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj.Bahrun Abu Bakar, Hery Noer

Aly, Anshori Umar Sitanggal, juz-1, 2, 3., cet-2., hal. 152 11 Ibadah lafalz adalah rangkaian kalimat dan dzikir yang diucapkan dengan lidah seperti,

hamdalah, al-Quran, dzikir dalam sujud, ruku dan tahiyat shalat, atau membaca talbiyyah

dalam ibada haji. Sedangkan ibadah amal adalah seperti ruku dan sujud dalam shalat,

wukuf di padang Arafah dan tempat-tempat suci lainnya dan thowaf. Dan kebanyakan

ibadah dalam Islam merupakan perpaduan antara ibadah lafadz dan amal seperti shalat

dan haji.

Page 56: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

42

Artinya: dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar

dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.(QS. Al-Zalzalah:

8)

Dalam konsepsi Islam itu sendiri, ibadah merupakan kerangka umum bagi

setiap ajarannya. Jika ibadah dilaksanakan dengan baik, sebagai imbasnya, baik

pula kehidupan moral dan sosial seseorang. Sebaliknya jangan pernah percaya

bahwa seorang punya kehidupan moral dan sosial yang baik, sementara ibadahnya

berantakan seperti masalah kebanyakan dewasa ini yaitu: pelajar yang melakukan

mabuk-mabukan,12

penggunaan narkoba oleh berbagai kalangan, bunuh diri,

tindakan criminal yang merajalela, membunuh antar sesama, dan lain sebagainya.

Jika kita melihat banyak orang melakukan ibadah, tetapi belum dapat

memunculkan sikap dan prilaku terpuji serta kebersihan jiwa, maka sebenarnya

perbuatan ibadahnya itu belum dapat dikatakan sesuai dengan ibadah dalam

pengertian sebenarnya, yaitu senantiasa mawas diri dan taqarrub kepada Allah

SWT.13

Kita tidak mungkin mengakui keberimanan seseorang yang tidak mau

shalat, namun memiliki kepribadian yang baik. Karenanya, tidak mengherankan

bila sebagian manusia menyerah dan berdalih, "ibadah itu tidak mudah. Hal ini

dikarenakan disatu sisi kita punya urusan menyangkut keluarga, istri, dan anak-

anak, serta pekerjaan.

Bagi sesorang mukmin, maka hendaknya berusaha untuk menghindari dari

perbuatan-perbuatan keji meskipun sifatnya kecil, Rasulullah menyerukan agar

12

http://www.organisasi.org/1970/01/faktor-penyebab-alasan-seseorang-memakai-

menggunakan-narkoba-narkotika-zat-adiktif.htm 13

Abuddin Nata, Kajian Tematik al-Quran Tentang Fiqih dan Ibadah (Bandung:

Angkasa, 2008), cet-1., hal. 51

Page 57: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

43

umat Islam waspada terhadap masalah-masalah remeh dan berusaha mencegahnya

serta senantiasa membersihkan bekas-bekas perbuatan itu, baik dalam kehidupan

pribadi maupun dalam bermasyarakat. Akan lebih baik jika sesorang mukmin

mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT. dan Rasulnya untuk

mendapatkan ganjaran kebaikan kelak dan mendapatkan kehidupan yang

senantiasa diridhai Allah SWT.14

Kesimpulannya, manusia yang cenderung mengira bahwa dirinya

dibiarkan begitu saja, sehingga ia berbuat sesuai dengan hawa nafsunya serta

mengabaikan petunjuk yang telah digariskan oleh al-Quran melalui risalah Rasul

adalah keliru. Sungguh syariat Allah SWT. tidak membebani seseorang di luar

kesanggupannya. Semua kewajiban dari Allah SWT. ada dalam kesanggupan

dirinya. Semua kewajiban dari Allah SWT. ada dalam kesanggupan manusia dan

kekuatannya. Dia lah yang akan membalas hamba pada hari kiamat.15

B. Menyusui Anak

Islam adalah agama yang sempurna, kesempurnaan itu dapat dilihat salah

satunya dibuktikan dengan nilai dan prinsipnya yang ditetapkan untuk mengatur

kehidupan umatnya. Mulai dari kehidupan seseorang dengan Tuhannya,

kehidupan dirinya dengan orang lain, alam sekitar dan kehidupan yang mengatur

dirinya sendiri, termasuk salah satunya berkenaan dengan pernikahan.

14

Al-Ghazali, Menjadi Muslim Ideal: Meletakan Islam Sebagai Petunjuk dan Penerang

Kehidupan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), cet-2., 125-126 15

Muhammad Ali ash-Sabuny, Cahaya al-Quran Tafsir Tematik, terj, Kathur Suhardi

(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), cet-1., hal.398

Page 58: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

44

Pernikahan itu sendiri merupakan komitmen dua belah pihak, antara suami

dan istri untuk menjalani kehidupan bersama dengan membentuk keluarga. Untuk

membentuk keluarga maslahah perlua ada niat dan usaha dari kedua belah pihak,

sehingga segala hal yang mengarah kepada pembentukan keharmonisan keluarga

seperti saling setia, menjaga rahasia keluarga, saling membantu, menyayangi

serta melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing adalah keawajiban

bersama antara suami dan istri.

Salah satu tujuan pernikahan adalah meneruskan keturunan, yaitu adanya

anak. Dengan adanya anak berarti hubungan dan relasi dalam berkeluarga

bertambah, tidak hanya suami dan istri, tetapi juga antara orang tua dan anak.

Sebagaimana antara suami dan istri, relasi antara orang tua dan anak juga diatur

dalam Islam.

Adanya pengaturan kewajiban dan hak antara orang tua dan anak pada

dasarnya adalah dalam rangka merealisa sikan tujuan pernikahan yaitu

membentuk keluarga harmonis dan bahagia. Kasih sayang antara orang tua dan

anak pada dasarnya adalah fitrah manusia, bahkan fitrah dari seluruh makhluk

hidup di Bumi ini, tidak terkecuali binatang ganas sekalipun tentu akan

menyayangi serta melindungi anaknya. Kasih sayang seorang bapak dengan

mencari dan memberi nafkah kepada istri dan anaknya, sedang kasih sayang ibu

dengan memberi perhatian besar kepada anaknya dari mulai kandungan,

melahirkan, dan menyusui.16

Firman Allah:

16

Tafsir al-Quran Tematik: Membangun Keluarga Harmonis (Departemen Agama RI,

2008), jil-3., cet-1., hal.115

Page 59: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

45

(/٢:٢١١البقراة)

Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun

penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban

ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.

Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.

janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan

seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.

apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan

keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. dan

jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa

bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.

bertakwalah kamu kepada Allah SWT. dan ketahuilah bahwa Allah SWT.

Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 233)

Ayat di atas menyampaikan empat hal; pertama petunjuk Allah SWT.

kepada para ibu agar senantiasa menyusui anak-anaknya secara sempurna, yakni

dua tahun sejak kelahiran sang anak. Kedua, kewajiban ayah memberi makanan

dan pakaian kepada para ibu yang menyusui dengan cara yang baik. Ketiga,

diperbolehkannya menyapih anak sebelum dua tahun asalkan dengan kerelaan dan

permusyawarahan keduanya. Keempat, adanya kebolehan menyusukan anak

kepada perempuan lain.

Page 60: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

46

Menyusui anak adalah salah satu kodrat perempuan selain haid,

mengandung, dan melahirkan. Semua perempuan normal pasti memiliki dan

merasakan kodrat ini. Pada kodrat inilah cinta kasih sayang dan perlindungan

seorang perempuan serta seorang ibu kepada anaknya terbentuk. Di dalam organ

menyusui Allah SWT. meletakan kehormatan dan kemuliaan perempuan.17

Oleh

karenanya bagi setiap perempuan yang bisa menjaga dengan baik sesuai dengan

perintah Allah SWT. dan Rasul-Nya, maka kemuliaan diri dan surga menjadi

miliknya.

Terlepas dari alasan kesehatan, anak tidak mau disusui ibunya, dan alasan

lain yang dibenarkan secara syar'i, seorang ibu harus menyusui anaknya.

Sedangkan tujuan lain yang mengandung motivasi nafsu duniawi dan syahwat,

seperti menjaga kebagusan dan kecantikan bentuk tubuh (payudara) untuk

menarik perhatian dari lawan jenis, dan lain sebagainya adalah alasan yang

dilarang secara syar'i.

Sang ibu wajib menyusukan anaknya kalau memang dia ditentukan untuk

itu, apabila tidak ada wanita lain yang mengambil alih tugas menyusui anak

tersebut atau bayi itu tidak mau menyusu kecuali kepada ibunya saja, atau sang

ayah dan bayi itu tidak memiliki harta yang cukup untuk membayar upah wanita

lain yang akan menyusukan, dan juga tidak ada wanita lain yang mau menyusukan

bayi tersebut dengan gratis.18

17

Ahmad Husain Ali Salim, Terapi al-Quran: Untuk Penyakit Fisik dan Psikis Manusia,

terj. Muhammad al-Mighwar (Jakarta: Asta Buana Sejahtera, 2006), cet-1., hal. 56 18

Zakariya Ahmad al-Barrya, Hukum Anak-Anak dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang,

1977), cet-1., hal. 43

Page 61: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

47

Seorang ibu bertugas menyusukan anaknya dengan air susu yang terjadi

segera setelah lahirnya anak itu; karena anak itu akan menjadi kuat dan tegap

badannya dengan meminum air susu permulaan itu. Adapun pada hari-hari

berikutnya, maka si ibu tidak lagi wajib menyusukan anaknya itu, baik ia berstatus

sebagai istri yang resmi, atau pun yang telah diceraikan dan ada wanita lain yang

akan menyusuknya, maka si ibu wajib menyusukan anak itu untuk selanjutnya

sampai disapih, baik statusnya sebagai istri yang resmi ataupun yang telah

diceraikan.

Kata al-walid itu sendiri dihubungkan dengan kata yurdi'na yang terdapat

dalam ayat 233 surat al-Baqarah mengandung arti umum, yakni semua perempuan

yang dapat menyusui, bukan hanya ibu yang melahirkannya.19

Sejalan dengan

pendapat tersebut M. Quraish Shihab menguraikan bahwa kata al-walid dalam

penggunaan al-Quran berbeda dengan kata ummah yang merupakan bentuk jamak

dari kata um. Kata ummah biasanya digunakan untuk menunjukan kepada para

ibu kandung, sedangkan kata al-walid maknanya ialah para ibu, baik ibu kandung

atau bukan.20

Selain itu perempuan yang diwajibkan menyusui anaknya adalah ibu yang

telah dicerai, khususnya cerai bain dan budak. Adapun jika ibu anak itu masih

berstatus istri walau telah ditalaq secara raji', maka kewajiban memberi makan

dan pakaian adalah atas dasar hubungan suami istri, sehingga bila mereka

menuntut imbalan penyusuan anaknya, maka suami wajib memenuhinya selama

19

Muẖammad ibn Asyr, al-Taẖrir wâ al-Tanwir (Tunis: Dâr Sahnun Linnasy wâ al-

Tawzȋ, tth), hal.429 20

M. Qurais Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, jil-1., hal.

470

Page 62: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

48

tuntutan itu wajar. Muhammad Abduh mengatakan bahwa fuqaha tidak

mewajibkan ibu menyusui anaknya, menurutnya suamilah yang berkewajiban

menyusui anaknya dengan cara mencarikan ibu susuan untuk anaknya, kecuali

kalau suami tidak sanggup untuk itu.21

Oleh karenanya bagi seorang ibu yang berkeinginan menyusui, tidak dapat

dihalangi. Hal itu merupakan salah satu haknya dan juga hak anaknya. Untuk

memenuhi hak tersebut, maka suami berkewajiban untuk memenuhi segala

kebutuhan mereka yang berkaitan dengan penyusuan. Hal ini dikarenakan sudah

menjadi sebuah keyakinan bahwa yang berkewajiban menyusui bayi adalah

ibunya sendiri, lantaran ibu memegang peranan penting dalam menciptakan

sumberdaya manusia yang berkualitas, generasi penerus yang lahir sebagai anak

yang cerdas berawal dari masa prenatal atau sebelum kelahiran yaitu kehamilan,

masa menyusui, balita, masa kanak-kanak dan seterusnya.

Berkaitan dengan ayat di atas bahwa

"Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya".

Makna ayat ini seorang istri tidak dibebani untuk bersabar dalam menerima upah

yang minim dan suami tidak dibebani untuk mengeluarkan nafkah di luar batas

kewajaran, akan tetapi ia harus memperhatikan nilai-nilai kesederhanaan.22

Artinya

dalam hal ini suami dipersilahkan untuk memilih hak menyusukan anaknya

kepada istrinya, atau disepakati terlebih dahulu untuk kemudian nantinya

21

Muẖammad Abduh, Tafsir al-Manar (Mesir: ttp, 1914), hal. 409-410 22

Syaikh Imam al-Quṯubi, Tafsir al-Qurṯubi, terj. Fathurrahman, Ahmad Hotib, Dudi

Rasyadi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), cet-1., jil-3., hal.349

Page 63: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

49

meyerahkan kepada orang lain. Dalam hal ini Allah SWT. tidak memberikan

beban kewajiban kepadanya.

Kalau misalnya si ibu tidak mau menyusukan bayinya kecuali dengan

syarat upah yang tertentu, dan ada orang lain yang mau menyusukannya secara

gratis, atau dengan syarat upah lebih sedikit dari upah yang diminta oleh ibunya,

maka dalam hal ini si ibu tidak lagi diutamakan untuk menyusukan anaknya itu.

Dan tugas menyusukan diserahkan kepada wanita lain yang mau menyusukan

dengan gratis itu.23

Penyerahan itu dilaksanakan karena yang menjadi tujuan utama dalam

menyusukkan anak ialah memberi makanan yang bergizi sempurna kepada anak

yaitu, air susu wanita yang sesuai dengan si anak dalam umur seperti itu. Selain

itu kesejahteraan anak dapat diwujudkan dengan cara memberi makanan yang

bergizi, tanpa memberatkan sang ayah dengan paksaan membayar upah yang

mahal seperti yang diminta oleh si ibu tadi

Kepada para suami yang shalih janganlah seorang laki-laki membebani

istrinya pekerjaan menyusui yang dapat menimbulkan mudarat terhadap diri

istrinya karena hanya untuk kepentingan anak laki-lakinya, padahal istrinya tidak

menginginkan kesulitan itu.24

Jika sudah seperti ini maka sang ayahlah yang

berkewajiban untuk membayar upah menyusukan tersebut. Hal ini lantaran

menyusukan anak itu sama dengan pemberian nafkah, sedang pemberian nafkah

merupakan kewajiban suami atau ayah si anak.

23

Zakariya Ahmad al-Barrya, Hukum Anak-Anak dalam, cet-1., hal. 46 24

Abdurraẖman Jalaluddin al-Suyuti, al-Dûr al-Manar fî tafsir al-Manâr (Beirut: Dar al-

Fikr, 1993), jil-1., hal. 681

Page 64: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

50

Begitupula dengan para wanita yang telah ditalaq suaminya, sedang

mereka mempunyai anak yang telah lahir sebelum jatuh talaq atau lahir setelah

jatuh talaq dengan adanya senggama sebelum jatuhnya talaq tersebut, menyusui

anak-anak mereka sebab ibu lebih berhak dari yang lain. Dan ini bukanlah

perintah yang wajib hukumnya bagi ibu. Namun jika masih ada bapak yang masih

hidup dalam keadaan lapang, sebab ayat lain menyebutkan: " Jika kamu menemui

kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya".

(/٦:٦٥الطالق)

Artinya: Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat

tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka

untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang

sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka

nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan

(anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan

musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika

kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak

itu) untuknya. (QS. At-Thalaq: 6)

Ayat ini menjelaskan jika kedua orang tua kesulitan memberikan upah

maka perempuan lain bisa menyusuinya, dan tidak diwajibkan bagi ibu untuk

menyusui anaknya. Sebagaimana diketahui " Para ibu hendaklah menyusukan

anak-anaknya selama dua tahun". Merupakan dalil batas menyusui ketika kedua

orang tua tersebut berselisih dalam batas masa tersebut maka ditentukan batas

masa menyusui dan bukannya dalil wajib menyusui anaknya.25

25

Abû Ja'far Muẖmmad bin Jarir ath-Ṯabari, tahqiq: Aẖmad Abdurraziq al-Bakri,

Muẖammad Adil Muẖammad, Muẖammad Abdul Latif Khalaf, Maẖmud Mursi Abdul Hamid,

Tafsir ath-Ṯabari, jil. 4., hal. 2

Page 65: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

51

Karena menyusui anak adalah suatu bentuk peribadatan kepada Allah

SWT, maka Allah SWT. menyediakan pahala dan kemuliaan bagi perempuan atau

seorang ibu yang melakukannya. Karena menyusui itu sendiri adalah tanggung

jawab yang melelahkan, membutuhkan energy, dan kesungguhan serta keikhlasan

yang besar. Ini sama halnya dengan seperti rasa sakit saat haid, mengandung dan

melahirkan. Seluruh beban diri yang menimpa perempuan akibat kodrat

keperempuannya, Allah SWT. menggantikannya dengan pahala dan rahmat-Nya.

Menyusui anak dengan tujuan beribadah, mengandung unsur pendidikan,

pembinaan dimana didalamnya terdapat nilai-nilai ketaatan dan perbaikan

keimanan kepada Allah SWT. Seorang muslimah yang menyusui anaknya secara

sadar pasti menjaga dirinya untuk tidak meng konsumsi makan, minum yang

haram secara sifat dan materi, serta cara memperolehnya.

C. Kadar Nafkah Bagi Keluarga

Suami memiliki kewajiban yang telah Allah tetapkan dan begitu urgen,

sekaligus sebagai hak istri yang wajib untuk dipenuhi. Memberikan nafkah kepada

istri dan anak adalah merupakan salah satu kewajiban seorang suami dalam

kehidupan rumah tangga. Tanggung jawab seorang ayah sebagai pemimpin

keluarga tidaklah mudah.

Telah kita ketahui bahwasannya kewajiban suami terhadap istri ialah

memberikan nafkah. Suami perlu mencukupi keperluan ekonomis istri, meliputi

keperluan makan, pakaian, dan perumahan serta lain-lain yang bersifat ekonomis,

juga diharuskan memberikan nafkah baik itu nafkah berupa pendapatan atau pun

Page 66: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

52

nafkah batin kepada istri. Secara lengkap dan menyeluruh. dengan cara

memberikan kebutuhan tersebut secukupnya

/(٦٥:۹)الطالق

Artinya:Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi

nafkah dari harta yang diberikan Allah SWT. kepadanya. Allah SWT.

tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang

Allah SWT. berikan kepadanya. Allah SWT. kelak akan memberikan

kelapangan sesudah kesempitan. (QS. At-Thalaq:7)

Syeikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di rahimahullah berkata "Ini sesuai

dengan hikmah dan rahmat Allah SWT. yang menjadikan kewajiban setiap orang

sesuai dengan keadaannya, dan Dia meringankan dari orang yang kesusahan.

Sehingga dalam masalah nafkah dan yang lainnya, Allah tidak memikulkan beban

kepada seseorang melainkan sekedar kemampuannya26

.

Dengan begitu hal ini mengindikasikan bahwa menafkahi istri dan anak

adalah merupakan salah satu kewajiban seorang suami dalam kehidupan rumah

tangga. Sehingga dalam mencari nafkah hendaknya sang suami tidak boleh

bermalas-malasan dan tidak boleh menggantungkan hidupnya kepada orang lain,

serta tidakboleh minta-minta kepada orang lain untuk memberi nafkah kepada

istri dan anaknya.

Suami sendiri sebagai kepala rumah tangga, pada dirinya terletak

tanggungjawab yang besar, kewajiban yang bermacam-macam terhadap

26

Tafsir Karim ar-Rahman, Majalah as-Sunnah Edisi 04, tahun 2006.

http://www.almanhaj.or.id/content/2623/slash

Page 67: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

53

keluarganya, dirinya dan agamanya yang harus ia letakan secara seimbang.

Sehingga suatu kewajiban tidak mengurangi kewajiban yang lain. Sungguh Allah

SWT. telah berkehendak memberikan amanah kepada perempuan untuk hamil,

melahirkan dan menyusui. Tugas yang amat besar, karenanya sangat adil, jika

kemudian Allah SWT. membebankan tugas kepada laki-laki untuk mencari

nafkah, memenuhi kebutuhan utama keluarganya.

Memberikan nafkah disini dipahami dengan mencukupi istri dan anak

dengan baik. Dilihat dari kemampuan suami, apakah ia termasuk orang yang

dilapangkan dalam rizki ataukah tidak, ini berarti harus sesuai dengan kondisi,

tempat, dan zamannya.

Hendaklah seseorang memberi nafkah menurut kemampuannya, hal ini

menjelaskan bahwa berapa kadar nafkah, dimana sang suami hendaknya memberi

nafkah kepada istri dan anaknya yang masih kecil sesuai dengan kemampuannya.

Dalam at-Tashil lȋ ulûm at-Tanzil disebutkan, ini merupakan perintah agar tiap

orang memberi nafkah sesuai dengan kemampuannya.27

Menurut penulis ini berarti sang suami tidak dipaksa di atas

kemampuannya sehinga istri tidak disia-siakan dan tidak memberatkannya dari

sisi kemampuan. Selain itu penafsiaran di atas menunjukan bahwa, nafkah

berbeda sesuai dengan perbedaan status ekonomi seseorang. Allah SWT. tidak

membebani siapapun, kecuali sesuai kemampuan dan kesanggupannya. Allah

SWT. tidak membebani si miskin apa yang dibebani si kaya.

27

Syaikh Muhammad Alî ash-Sabunî, Safwâtut Tafâsir, terj. Yasin (Jakarta: Pustaka al-

Kautsar, 2011), jil-5., cet-1., hal. 392

Page 68: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

54

M. Quraish Shihab mengatakan hendaklah bagi seorang suami yang

lapang, yakni mampu dan memiliki banyak rezeki, memberi nafkah istri dan

anak-anaknya sebatas kadar kemampuannya, dengan demikian hendaknya ia

memberi sehingga anak dan istrinya itu memiliki pula kelapangan dan keluasan

berbelanja dan siapa yang disempitkan rezekinya, yakni terbatas penghasilannya,

maka hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.28

Dalam hal ini jangan sampai ia memaksakan diri untuk nafkah itu dengan

mencari rezeki dari sesuatu yang diharamkan oleh syariat. Karena sesungguhnya

Allah SWT. tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sesuai apa

yang Allah SWT. berikan kepadanya. Karena itu hendaklah sang istri janganlah

menuntut terlalu banyak dan pertimbangkanlah keadaan suami atau bekas suami.

Firmannya, ال يكهف اهلل نفسا إال ما آتاها“Allah tidak memikulkan beban

kepada seseorang melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya,”

artinya adalah, Allah SWT. tidak akan membebani seseorang untuk menafkahi

keluarganya kecuali berdasarkan rezeki yang diberikan Allah SWT. kepadanya.

Bila dia punya harta yang banyak maka dia membelanjakannya sesuai kadar

kekayaannya, dan bila miskin maka disesuaikan dengan itu pula. Si miskin tidak

dibebankan untuk menafkahi dengan jumlah yang sama dengan si kaya.29

Jika

suami hanya mampu memberikan nafkah hanya cukup untuk sekali makan saja,

maka hendaknya ia memberi sesuai dengan kadarnya, begitu juga jika dia mampu

memberikan lebih maka sesuai dengan kelebihannya pula.

28

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-, jil. 1., cet. 1.,

hal.146 29

Abû Ja'far Muẖammad bin Jarir ath-Ṯabari, tahqiq: Ansari Taslim, Muhyiddin Mas

Riḏ a, Muhammad Rana, Tafsir at-Thabari (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), cet-1., jil.25., hal197

Page 69: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

55

Berkaitan dengan surat at-Thalaq ayat 7 itu sendiri Al-Maraghi

mengatakan Allah SWT. tidak membebani seseorang dengan nafkah untuk orang

yang harus diberinya nafkah, baik karena hubungan kerabat maupun hubungan

rahim, kecuali menurut kadar rezeki yang diberikan Allah SWT. kepadanya.

Sehingga orang yang fakir tidak dibebani dengan beban yang dibebankan dengan

beban yang dibebankan kepada orang kaya. Allah SWT. juga menjelaskan bahwa

rezeki itu berubah dari kesulitan menuju kelonggaran

Allah SWT. akan menjadikan sesudah kesulitan itu kemudahan, sesudah

kesempitan itu kelapangan dan sesudah kefakiran itu kekayaan. Sebab dunia itu

tidak tetap dalam suatu keadaan seperti firman Allah SWT:

(٦: ۹٤شرح/)ال

Artinya: Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(QS. Al-

Insyirah: 6)

Yang demikian itu merupakan kabar gembira, bagi orang-orang mukmin

yang dikuasai ke fakiran dan kepapaan.30

Hal ini menegaskan bahwa nafkah yang diberikan suami terhadap

keluarganya lebih besar nilainya disisi Allah SWT, Hal ini jelas betapa

pentingnya suami memberi nafkah kepada istri, untuk menjaga hubungan

keluarganya, mencegah terjadinya tindak kriminal. Oleh karenanya untuk

menghindari itu semua, maka hukum melindunginya dengan diperbolehkannya

sang istri membantu suami untuk meringankan beban kebutuhan ekonominya.

30

Ahmad Musṯ afa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj.Bahrun Abu Bakar, Hery Noer

Aly, Anshori Umar Sitanggal (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), juz-4, 5, 6., cet-2., hal.

239

Page 70: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

56

D. Harta Anak Yatim

Dalam al-Quran sebanyak 23 kali disebut perkataan "yatim" dan penggunaan

kata-kata yatim itu merujuk kepada kemiskinan dan kepapaan. Artinya mereka

yang berada dalam golongan yatim (anak yatim) memerlukan perhatian dan

pembelaan serta tanggung jawab dari kita semua agar mereka bisa belajar dengan

tenang, bergembira mendapatkan hak dan kewajiban yang sama dengan

kebutuhan anak-anak mampu lainnya serta memiliki ayah dan ibu.

Begitu banyak ayat al-Quran menjelaskan tentang tanggung jawab setiap

muslim agar memperhatikan dan memelihara anak yatim dari segi kejiwaan serta

sosial kemasyarakatannya. Tetapi realitannya hanya sebagian orang muslim yang

mau peduli mengambil tanggung jawab sebagai orang tua dari sekian banyak anak

yatim dan anak terlantar.

Menyayangi dan memelihara anak yatim adalah kewajiban sosial setiap

orang Islam, selain itu merupakan salah satu tindakan yang jarang dilakukan

orang. Justru masalah sosial yang ada dalam sebuah masyarakat terkait dengan

keberadaan anak-anak yatim yang kehilangan orang yang melindungi dan

bertanggung jawab atas mereka. Anak-anak yatim ini biasanya kekurangan kasih

sayang dan bila ini tidak ditutupi, maka mereka akan menjadi anak-anak yang

terlantar, kriminal, dan pada akhirnya kehilangan kebahagiaan dan menjadi

masalah bagi masyarakat.

Al-Quran memperingatkan orang-orang yang tidak memperhatikan

perasaan manusia, tidak peduli dan memakan harta anak yatim.

Page 71: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

57

.... )/٦:٣٥٢االنعام)

Artinya: dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara

yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah

takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada

sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. (QS. Al-An'am: 152)

M. Quraish Shihab mengatakan bahwa larangan menyangkut harta dimulai

dengan larangan mendekati harta kaum lemah, yakni anak-anak yatim. Ini sangat

wajar karena mereka tidak dapat melindungi diri dari penganiayaan akibat

kelemahannya. Dan karena itu pula, larangan ini tidak sekedar melarang memakan

atau menggunakan, tetapi juga mendekati.

Dalam kamus bahasa Indonesia, yang disebut yatim adalah seorang anak

yang telah ditinggal mati ibu dan atau ayahnya.31

Sedangkan dalam kamus bahasa

Arab yang disebut yatim32

adalah من فقذ أباه ونم يبهغ مبهغ انرجال (orang yang

ditinggal mati ayahnya sedang ia belum mencapai usia dewasa). Adapun seorang

yang ditinggal mati ibunya disebut al-‘aj y. Dan anak yang ditinggal mati oleh

ayah dan ibunya disebut al-lath m . Istilah yatim juga digunakan untuk binatang

yang ditinggal mati induknya.33

Dalam konteks masyarakat Indonesia, nama yatim lebih sering digunakan

bagi anak yang bapaknya meninggal dunia, sedangkan kalau yang meninggal

31

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1988), h. 1015 32

Secara bahasa kata yatim memiliki beberapa arti yaitu, khatara atau أعيا ختر

(lemah/letih),إنفهت (terlepas), أبطأ (lambat), هم (sedih), dan إنفراد (kesendirian). Lihat selengkapnya

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhzar, Kamus Kontemporer Arab – Indonesia (Yogyakarta:

Yayasan Ali Maksum Ponpes Krapyak, 1996), cet-1, h. 2045 33

Luis Ma’luf, al-Munjid fî al-Lughah (Beirut: Dâr al-Mishria, 1982), cet ke-26, h. 923

Page 72: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

58

adalah kedua orang tuanya maka anak tersebut dinamakan yatim piatu. Oleh

karenanya anak yatim membutuhkan bimbingan, pengawasan dan kasih sayang

untuk kemajuan masa depannya.

, ,

, ... /(٣-٤: ٣١۹)الماعون

Artinya: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama, Itulah orang

yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi Makan

orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (QS. Al-

Maun: 1-4)

Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap muslim harus memperhatikan dan

menyayangi anak-anak yatim kerena mereka merupakan titipan kepada umat yang

harus diberikan santunan, diurus, dan didik dengan baik, sehingga mereka dapat

merasakan yang sama sewaktu masih ada orang tuanya.

Akan tetapi jika ada yang menelantarkan dan memberlakukannya dengan

sewenang-wenang serta memakan harta anak yatim, maka diterangkan dalam

sebuah hadits bahwa pada hari hisab ada sebagian orang yang akan dibangkitkan

dalam keadaan api dinyalakan di mulut mereka. Mendengar hal ini sebagian

sahabat ra bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah mereka ini?” Rasulullah saw

menjawab dengan membaca ayat al-Qur'an berikut:

/(٣١: ٤)النساء

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim

secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan

mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS. An-

Nisa: 10)

Page 73: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

59

Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa pesoalan anak yatim adalah

persoalan yang sangat besar dan setiap orang bertanggung jawab untuk menjaga

harta anak yatim dengan hati-hati dan berusaha memberikan manfaat dari harta

anak yatim itu kepadanya dan menjaga jangan sampai kita memakan harta anak

yatim.

Selain itu Allah melarang siapa saja menggunakan secara tidak sah harta

anak yatim, kecuali dengan cara yang terbaik sehingga dapat menjamin

keberadaan, bahkan pengembangan harta itu, dan hendaklah pemeliharaan secara

baik itu berlanjut hingga ia, yakni anak yatim itu, mencapai kedewasaannya dan

menerima dari kamu harta mereka untuk mereka kelola sendiri.34

Artinya Allah SWT. melarang mendekati harta anak yatim ketika ia masih

kecil, kecuali dengan cara yang paling baik, sampai ia menginjak dewasa, jika ia

telah dewasa hendaknya sang wali tetap mengawasinya, Allah SWT. melarang

mendekatinya dengan maksud agar berhati-hati dan menjaga harta tersebut hingga

tiba saatnya ia dewasa.

Jadi, setiap tindakan terhadap anak yatim atau terhadap hartanya yang

tidak termasuk dalam lingkaran “yang lebih baik dan lebih bermanfaat” adalah

dilarang. Maka memakan hartanya dengan tamak dan dengan maksud

menindasnya merupakan sesuatu yang diharamkan dan dilarang. Membekukannya

dan tidak mengembangkannya dengan pertanian, perindustrian atau perniagaan

adalah haram. Berlebihan mempergunakannya, meskipun untuk kepentingan anak

yatim, tetapi untuk hal-hal yang tidak baik, adalah haram. Meremehkan anak

34

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, jil. 3.,

cet. 1., hal. 734-735

Page 74: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

60

yatim dan tidak menjaganya, sehingga memungkinkan orang lain untuk

merampok hartanya dan menguasainya adalah haram.35

Adanya pelarangan itu diharapkan dapat meredam dorongan untuk

mengulurkan tangan dalam usaha merusak harta anak yatim. Mengingat bahwa

harta termasuk barang yang menjadi kejaran semua orang dan tidak terkecuali

semua kalangan, sebagai pemenuhan syahwat dan digandrungi oleh hawa nafsu,

maka larangan itu diarahkan kepada usaha untuk mengendalikan dorongan-

dorongan itu, memeranginya dan usaha melucutinya.

Berkaitan dengan kalimat, اهعسو الا إسفن فهكن ال ath-Thabari berpendapat:

"Janganlah mempersulit dalam perkara ini, sebab Allah SWT. Maha Mengetahui

keadaan hamba-Nya, bahwa banyak di antara mereka yang jiwanya sempit untuk

berbuat kebaikan kepada orang lain dengan sesuatu yang tidak diwajibkan

baginya.”36

Oleh karena itu, Allah SWT. memerintahkan kepada pemberi untuk

memenuhi pemberiannya kepada yang berhak (anak yatim), karena itu adalah

miliknya, dan Allah SWT. tidak membebaninya dengan tambahan disebabkan

kesempitan jiwanya, serta memerintahkan kepada orang yang berhak agar

mengambil haknya dan tidak membebaninya dengan sesuatu yang lebih sedikit

dari yang sebenarnya ia miliki, sebab adanya hak yang berkurang dapat

menimbulkan kesempitan jiwanya. Oleh karena itu, Allah SWT. tidak memberi

35

Mahmud Syaltut, Tafsir al-Quran al-Karim: Pendekatan Syaltut dalam Menggali

Esensi al-Quran (Bandung: Diponegoro, 1990), cet-1., hal.764 36

Abu Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Ṯabari, Tafsir ath-Ṯabari, tahqiq: Akhmad Affandi,

Benny Sarbeni, Abdul Somad (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), jil. 10., hal. 687

Page 75: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

61

beban kecuali dengan sesuatu yang tidak mempersulit dan mempersempit

jiwanya.

Syaikh Abdul Aziz rah.a. menulis dalam tafsirnya bahwa dua jenis

kebaikan dapat dilakukan kepada anak-anak yatim. Yang pertama adalah apa yang

wajib bagi ahli waris, misalnya, menjaga harta anak-anak yatim, mengembangkan

hasil dari tanahnya agar keuntungannya dapat dipergunakan untuk memenuhi

keperluan anak itu, pakaian dan pendidikan sopan santun (akhlak). Yang kedua

bersifat umum, yaitu jangan membiarkan anak yatim dalam kesusahan, berilah

kasih sayang kepadanya. Di dalam majelis berilah tempat duduk yang terhormat.

Usaplah kepalanya dengan perasaan kasih sayang, perlakukan ia seperti kepada

anak sendiri, lahir dan batin. Karena apabila seorang ayah meninggal dunia,

sehingga anaknya menjadi yatim, Allah SWT. memerintahkan kepada hamba-

hamba-Nya untuk menyayanginya seperti seorang ayah kepada anak kandungnya,

agar ia tidak terlalu merasakan kesedihan dan duka cita yang berlatut-larut setelah

kematian ayahnya. Menurut syariat anak yatim harus dianggap sebagai keluarga

sendiri.37

Islam sedemikian detailnya memperhatikan serta memberikan kepedulian

yang sangat besar terhadap kondisi anak yatim, hal ini menandakan betapa

besarnya perhatian Allah SWT. kepada anak yatim dan tentunya merupakan

tuntunan yang harus dipatuhi oleh manusia. Betapapun beratnya menyantuni anak

yatim atau menyayangi, tetapi lebih berat lagi bahaya yang ditimbulkan akibat

membiarkannya hidup terlantar tanpa ada seorang pun yang mempedulikannya.

37

Maulana Abdul Wahib, Fadhilah Sedekah , hal.161

Page 76: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

62

Karena membangun anak yatim identik dengan membangun masa depan

bangsa secara nyata, yaitu dengan menenamkan harapan para anak yatim dimasa

kini agar dapat menuai masa depan mereka yang lebih cerah. Selain itu

pemerintah harus bertanggung jawab terhadap nasib-nasib mereka, karena

bagaimanapun pemerintah adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

anggota masyarakat di suatu Negara. Sebagaimana tertera dalam Undang-undang

Dasar 1945 yaitu. "Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara".

E. Jihad

Kebajikan dan keburukan sama-sama bersanding dalam jiwa setiap

manusia. Artinya setiap manusia memiliki potensi kebaikan dan keburukan.

Seperti itu jugalah sifat masyarakat dan negara yang terdiri dari banyak individu.

Keburukan mendorong pada kesewenang-wenangan, kebajikan berseru dan

merintih untuk mencegahnya. Dari sanalah lahir perjuangan, baik ditingkat

individu maupun ditingkat masyarakat dan negara.

Islam datang membawa nilai-nilai kebaikan dan menganjurkan manusia

agar menghiasi diri dengannya, serta memerintahkan manusia agar

memperjuangkannya hingga mengalahkan kebatilan atau dengan melontarkan

yang hak kepada yang batil hingga mampu menghancurkannya. Akan tetapi hal

itu tidak dapat terlaksana dengan sendirinya, kecuali melalui perjuangan. Bumi

adalah tempat untuk berjihad menghadapi musuh. Istilah al-Quran untuk

menunjukan perjuangan adalah kata jihad.

Page 77: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

63

/(٤:۸٤)النساء

Artinya: Maka berperanglah kamu pada jalan Allah, tidaklah kamu

dibebani melainkan dengan kewajiban kamu sendiri. Kobarkanlah

semangat Para mukmin (untuk berperang). Mudah-mudahan Allah SWT.

menolak serangan orang-orang yang kafir itu. Allah amat besar kekuatan

dan amat keras siksaan(Nya). (QS. An-Nisa: 84)

Ath-Thabari mengatakan dalam tafsirnya berkaitan dengan ayat di atas

bahwa38

; “Allah tidak akan membebanimu dengan kewajiban berjihad melawan

musuh-Nya dan musuhmu pada semua yang telah disyariatkan untukmu, dan itu

adalah Islam. Kecuali apa yang telah terbebani kepadamu dari hal itu, bukan apa

yang menjadi beban pada selain dirimu. Artinya, kamu hanya mengikuti apa yang

telah kamu dapatkan, bukan apa yang telah didapat oleh orang lain, dan dengan

apa yang telah Aku bebani kepadamu, bukan apa yang Aku bebani kepara orang

lain. Maka perangilah mereka sekalipun kamu sendirian”.

Rasulullah SAW. bersabda:

نري انجهاد أفضم انعمم افال نجهذ قال عن عائشة رضي اهلل عنها انها قانت يا رسىل اهلل

نكن أفضم انجهاد حج مبرور )رواه انبخاري(

Artinya:“Diriwayatkan dari Aisyah ra. Bahwa beliau berkata kepada

Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah, telah ditunjukkan kepada kami bahwa

jihad adalah amal yang paling utama; apakah kami tidak berjihad?”

Rasulullah menjawab, “untuk kalian, jihad yang paling utama adalah haji

mabrur.” (Al-Bukhari).39

38

Abû Ja'far Muhammad bin Jarir ath-Ṯabari, tahqiq: Ahmad Abdurraziq al-Bakri,

Muhammad Adil Muhammad, Muhammad Abdul Latif Khalaf, Mahmud Mursi Abdul Hamid,

Tafsir ath-Ṯabari, jil. 19., hal. 395-396 39

Al-Bukhari, Shahih Bukhari, h. 12

Page 78: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

64

Dapat kita ketahui dari dalil-dalil di atas tersebut menunjukkan jihad.

Secara etimologis, kata jihad itu sendiri berasal dari kata kerja jahada yang

berarati bersungguh-sungguh dan bekerja keras.40

Kata jahada juga berarti upaya,

kesungguhan, keletihan, kesulitan, penyakit, dan kegelisahan. Al-Quran menyebut

kata jihad 40 kali, dan maknanya bermuara pada upaya mencurahkan seluruh

kemampuan atau menanggung pengorbanan41

.

Secara terminologis, makja jihad adalah mengoptimalkan usaha dengan

mencurahkan segala potensi dan kemampuan, baik perkataan, perbuatan, atau apa

saja yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Al-Quran menjelaskan

makna jihad dalam konteks beragam, di antaranya yang terkait dengan perjuangan

untuk mewujudkan as-salam, as-salamah, as-salah dan al-ihsan. Menurut al-

Ragib al-Asfahani, jihad berarti mengerahkan segala kemampuan untuk

mempertahankan diri dari musuh. Berangkat dari pemahaman demikian ini, ia

membagi jihad menjadi tiga, yaitu: jihad terhadap musuh yang tampak, jihad

terhadap setan, dan jihad terhadap diri sendiri.42

M. Qurasih Shihab menjelaskan, jihad adalah cara untuk mencapai tujuan,

dan metodenya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan modal yang

tersedia. Jihad tidak mengenal putus asa, menyerah, kelesuan, dan pamrih.

Mujahid adalah yang mencurahkan seluruh kemampuannya dan berkorban dengan

nyawa, tenaga pikiran, emosi dan apa saja yang berkaitan dengan diri manusia.43

40

Ibnu Manẕ ûr, Lisânul Arab, (Beirut: ttp, tth), jil-3., hal. 163-164 41

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, Jihad; Makna dan Implementasinya (Tafsir al-

Quran Tematik) (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, 2012), jil-5., hal. 22 42

Ar-Râgib al-Asfahânì, Mu'jam Mufradat li Alfâzi Quran (Beirut: Dārul Fikr, tth), hal. 99 43

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah ,Juz-9., hal. 134-135

Page 79: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

65

Menurut penulis ayat 84 quran surat an-Nisa di atas juga menjadi bukti

bahwa jihad tidak selalu berarti angkat senjata. Ayat ini turun ketika Nabi

Muhammad SAW. masing tinggal di Mekkah, dalam situasi umat Islam masih

sangat lemah dan belum memiliki kekuatan fisik. Namun demikian, beliau

mendapat perintah untuk berjihad, dalam arti mencurahkan semua kemampuannya

untuk menghadapi kaum musyrik dengan kalimat-kalimat persuasif yang

menyentuh nalar dan kalbu, bukan dengan senjata yang melukai fisik atau

mencabut nyawa.

Seperti diketahui ada satu kalimat yang sering kita dengar dalam bahasan

jihad, yaitu jihad fi sabilillah, perjuangan mewujudkan pesan agama di jalan

Allah SWT. Ini dapat kita jumpai dalam firman Allah SWT:

/(٥١: ٥)المائداث

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada

jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah: 53)

Melalui kalimat “berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu

beruntung,” Allah SWT. meminta umat Islam untuk memerangi musuh mereka,

yaitu orang kafir dan musyrik44

yang keluar dari jalan Allah SWT. Dari kalangan

44

Musyrik:Yaitu orang yang menjadikan bagi Allah sekutu atau tandingan atau meyakini adanya wujud Tuhan selain Allah.kafir bermakna orang yang ingkar,yang tidak beriman (tidak percaya) atau tidak beragama Islam. Musyrik adalah orang yang mempersekutukan Allah, mengaku akan adanya Tuhan selain Allah atau menyamakan sesuatu dengan Allah. Perbuatan itu disebut musyrik. Syrik adalah perbuatan dosa yang paling besar, kerana itu kita harus menjauhi perbuatanyangmenjerumuskankepadasyrik.(QS.Luqman:31) sedangkan Kafir ialah Orang yang tidak beriman dan tidak beragama Islam. Dengan kata lain orang kafir adalah orang yang tidak mahu memperhatikan serta menolak terhadap segala hukum Allah atau hukum Islam disampaikan melalui para Rasul (Muhammad saw) atau para penyampai dakwah/risalah. Perbuatan yang semacaminidisebutdengankufur(QS.AlMaidah:73)lihatselengkapnyahttp://islamwiki.blogspot.com/2010/08/musyrik-munafik-fasik-kafir-dan-murtad.html

Page 80: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

66

muslim tidak sedikit yang menyempitkan makna jihad hanya pada batas perang,

mengangkat senjata untuk memerangi musuh Islam. Sedangkan dari golongan

non-muslim, ada yang menggambarkan jihad dengan pemaknaan memerangi

manusia keseluruhan untuk memaksanya agar masuk islam, atau menundukkan

mereka secara paksa kepada pemerintahan kaum Muslimin45

. Pada hal jelas-jelas

Allah SWT. berfirman:

(٢٢:۹۸)الحج/…

Artinya: Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang

sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak

menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (QS. Al-Hajj: 78)

Ayat di atas mengandung pemahaman yang bersifat umum, sehingga yang

dimaksud berjihad disini adalah menghadapi musuh-musuh yang mengancam

keamanan dalam beragama, baik musuh yang datangnya dari luar (setan, orang

kafir, orang munafik, dan fasik), diri dan yang datang dari diri sendiri (hawa

nafsu,kebodohan,kemalasan).Karena sesungguhnya Allah SWT. telah menetapkan

pilihan-Nya terhadap umat yang istiqomah untuk menanggung tanggung jawab

besar.46

Jadi itulah mengapa jihad harus menunjukan kepada suatu konsep yang

lebih komprehensif, dimana salah satu sisinya adalah berjuang di jalan Allah

SWT. melalui penggunaan senjata. Namun, bila jihad dipahami dengan pengertian

sempit yang telah sebutkan di atas, oleh al-Quran dibatasi pada saat-saat tertentu

45

http://id.wikipedia.org/wiki/pengertian.jihad diakses pada tanggal 15 Februari pukul

15.30 46

Sayyid Quthb, Tafsir Fi Ẕilalil Quran, diterjemahkan oleh As’ad Yasin. (Jakarta: Gema

Insani Press, 2002), cet-1., jil. 8.,hal. 151

Page 81: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

67

khususnya dalam rangka mempertahankan diri.47

Agaknya karena pengertian sisi

sempit inilah yang secara keliru dianggap sebagai ciri utama jihad yang

mengundang kontroversi dan pertikaian pendapat.48

Seperti pandangan dunia barat

yang memandang Islam sebagai teroris, penuh dengan kekerasan dan mengartikan

jihad sebagai holy war (perang suci).49

Oleh karenanya jika kita mau menyikapi secara bijak, maka hendaknya

tidak sekali-kali menganggap bahwa jihad itu harus selalu dipahami dengan

peperangang atau membunuh orang kafir, tetapi terkadang memahami makna

jihad harus disesuaikan dengan porsi yang tepat dan dilakukan sesuai dengan

kondisi serta keadaan yang ada di lingkungan sekitar. Artinya pelaksanaan jihad

itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan sesuai dengan

kemampuan mukallaf itu sendiri. Tidak selayaknya harus dimaknai dengan

kekerasan.

Pemaknaan jihad yang lebih luas merupakan jawaban terhadap pemaknaan

jihad yang sering disalah fahami oleh kalangan umat Islam dan non muslim serta

solusi dari problematika keumatan kontemporer.

Hal ini menunjukan bahwa Jihad haruslah mengeluarkan segala potensi,

daya, usaha dan kekuatan secara sungguh-sungguh untuk melawan suatu objek

yang tercela dalam rangka menegakkan agama Allah SWT. dalam koridor

semangat mengusung kejujuran, keadilan, perdamaian, dan tata pergaulan antar

47

Yusuf Qaradhawi, Kita dan Barat: Menjawab Berbagai Pertanyaan yang Menyudutkan

Islam, Penerjemah Arif Munandar Riswanto dan Yadi Saeful Hidayat (Jakarta: Pustaka al Kautsar,

2007), h. 71 48

Quraish Shihab, Wawasan al-Qur'an (, Cet. 3, h. 284 49

Abdurrahman Wahid, Islam tanpa Kekerasan (Yogyakarta: LkiS, 2000), cet. 2, h. 10

Page 82: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

68

bangsa dan antar negara yang bermartabat itulah al-Qur'an menganjurkan jihad

untuk memerangi mereka.

Jadi, jelaslah bahwa dimensi jihad dalam Islam amat luas, dan bukan

semata perang fisik. Allah SWT. mewajibkan kaum muslim berperang demi

mempertahankan diri, agama, dan tanah air, berjuang dengan harta dan nyawa,

karena yang demikian itu adalah suatu perbuatan yang baik, menguntungkan di

dunia, dan membahagiakan di akhirat. Kewajiban jihad dalam arti perang hanya

dapat digugurkan oleh berbagai halangan yang dibolehkan syariat, seperti sakit,

usia lanjut, dan cacat fisik. Tujuan jihad dalam islam adalah meninggikan kalimat

Allah SWT. dan menghapuskan kezaliman yang dilakukan oleh orang-orang yang

memusuhi Islam.

Page 83: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

69

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah memaparkan seluruh hal yang berkaitan dengan penggunaan kata taklif,

penulis menyimpulkan bahwa: "setiap perintah Allah yang ditujukan kepada

manusia mengandung taklif. Dimana taklif itu sendiri tidak bersifat kaku atau

mengikat, artinya taklif tersebut dulu hingga sekarang masih tetap berlaku

ketetapan hukumnya. Hal ini menunjukan taklif tersebut sesuai dengan situasi,

kondisi zaman, dan masyarakat. Melihat al-Quran menggunakan kata taklif secara

berulang-ulang dalam setiap ayat dan surat yang berbeda. Itu semua terjadi tidak

lepas karena objek yang dituju berbeda-beda situasi dan kondisinya, selain itu

maksud yang ingin disampaikannya pun lain. Selain itu terdapat beberapa poin

yang dapat diutarakan yaitu:

1) Taklif yang Allah SWT. bebankan kepada manusia itu bersifat dinamis.

Pembebanan tersebut dapat berubah sesuai dengan kondisi keadaan

mukallaf alami, hal itu terlihat dari banyaknya ayat berkenaan dengan

taklif itu sendiri.

2) Dalam penggunaannya kata taklif melibatkan berbagai pihak yang ada, hal

ini menunjukan besarnya pengaruh taklif dalam kehidupan.

3) Penggunaan kata taklif dalam al-Quran semuanya dalam bentuk kata kerja

fiil mudhari, itu mengindikasikan taklif tersebut memiliki ajaran yang

keberlangsungannya terus menerus hingga masa yang akan datang.

Page 84: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

70

4) Sebagi sebuah subjek (pelaku) Allah SWT. bebas menjadikan dirinya

untuk berbicara langsung dengan menggunakan kata "Allah" atau "nahnu".

B. Saran

Kajian ‘taklif’ merupakan sebuah kajian penting dan menarik, hal ini karena

sidikit orang yang memahaminya. Padahal taklif itu sendiri disadari atau tidak

sudah menjadi bagian dari kehidupan sejak dalam kandungan hingga ajal

menjemput. Kajian ini dimaksudkan agar kita mengetahui lebih jelas konsep taklif

dalam al-Quran dalam kehidupan sehari-hari serta memandang taklif tersebut

lebih bijaksana.

Penulis merasa banyak sekali kekurangan dalam pembahasan ini,

dikarenakan dalam penulisannya kajian mengenai taklif dirasa sangat luas, hingga

memungkinkan untuk mencapai segala aspek, kehidupan, sosial, politik, ekonomi,

jual beli, pendidikan, dll. Oleh karenanya penulis berharap kajian ini tidak

berhenti sampai disini. Mudah-mudahan Allah memberikan kita semua

keberkahan dalam hidup, khususnya bagi Saya pribadi mudah-mudahan Allah

SWT. masih memberikan nikmatnya yang mulia, untuk melanjutkan studi S.2.

(bidang hukum atau pendidikan) amiiin….

Akhirnya, hanya kepada Allah SWT. lah saya menyandarkan diri dan

kepada-Nya pula kuserahkan segala perkara. Bagi-Nya segala puji dan

kenikmatan serta di sisi-Nya petunjuk dan perlindungan.

Penulis

Page 85: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

71

DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad, Syarh Nahj al-Balaghah, Beirut: Dâr al-Andalus, 1382/1963

______________ Ta'lif Muhammad Rasyid Rido, Tafsir al-Quran al-Hakim al-

Qahirah: Dâr al-Manar, 1367 H, juz-8

Achmad. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Grasindo.

2009.

Ahmad, Khurshid, Pesan Islam, Bandung: Pustaka, 1983, cet-1

______________, ISLAM: Its Meaning and Message, Pesan Islam, Terj. Achsin

Mohammad, Bandung: Pustaka, 1983

Ali Atabik dan Muhzar Zuhdi Ahmad, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,

Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Ponpes Krapyak, 1996, Cet-1

______________, al-Mu'jam al-Ashri, Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak,

1999

Anis, Ibrahim, al-Mu'jam al-Wasith, Maktabah wa Syirkah Makhfa al-Babi al-

Halabi wa Awladuhu, ttp, 1972, Cet-II, Juz-II

Anonymous, al-Mu'jam al-Wajiz, Majma' al- Lughah al-Arabiyyah,

al-Asfahānì, Ar-Rāgib, Mu'jam Mufradat li Alfâzi Quran, Beirut: Dârul Fikr, tth

______________, Mu'jam Mufradat al-Fadl al-Quran, Beirut: Libanon, Dâr al-

Fikr

al-Bantani, Al-Syekh Nawawi, Marah Labid, Beirut: Dâr al-Fiker, 1980, jil-1

al-Barrya, Ahmad Zakariya, Hukum Anak-anak dalam Islam, Jakarta: Bulan

Bintang, 1977, Cet. 1

al-Faruqi, Ismail Raji, Tauhid, terj. Rahmani Astuti, Bandung: Pustaka, 1988, cet-

1

Al-Ghazali, Menjadi Muslim Ideal: Meletakan Islam Sebagai Petunjuk dan

Penerang Kehidupan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, cet-2

Ali Salim, Ahmad Husain, Terapi al-Quran: Untuk Penyakit Fisik dan Psikis

Manusia, terj. Muhammad al-Mighwar Jakarta: Asta Buana Sejahtera,

2006, cet-1

Page 86: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

72

al-Maraghi, Ahmad Musṯ afa, Tafsir al-Maraghi, terj. Drs. Anwar Rasyidi, et.al.,

Semarang: Toha Putra, 1989, cet-1.

__________________, Tafsir al-Maraghi (Mesir: Maktabah wa Maṯ a'ah

Musṯ afa al-Baby al-Halabi, 1974), cet-5., juz, 16

Al-Qattan, Manna’ Khalil, Studi ilmu al-Quran. Bogor: Pustaka Litera Antar

Nusa, 2004.

al-Qurṯ ubi, Syaikh Imam, Tafsir al-QurTubi al-Jami lî ahkam Quran, Jakarta:

Pustaka Azzam, 2008, jil. 10., cet. 1

al-Rauf, Abd Idris Muhammad, al-Marbawi Idris al-Marbawi, Indonesia: Karya

Insani, Juz-I

al-Sabaki, Muhammad Abd al-Lathif, al-Mukhtâr min Shihhah al-Lughah, ttp, tth

al-Suyuti, Abdurrahman Jalaluddin. al-Dur al-Manar fî tafsir al-Manar . Beirut:

Dar al-Fikr, 1993

________________, al-Itqan Fî Ulum al-Quran, Beirut, Dâr al-Fikr, tth, Juz-II

ash Syayyim, Muhammad, Mukjizat Nabiku Muhammad SAW. Jakarta: Gema

Insani Press, 2003

ash-Sabuny, Muhammad Ali, Cahaya al-Quran Tafsir Tematik, terj, Kathur

Suhardi, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001, cet-1

__________________ safwatut Tafasir, terj. Yasin, Jakarta: Pustaka al-Kautsar,

2011, jil-5, Cet-1

Asyr, Muhammad ibn, al-Tahrir wa al-Tanwir, Tunis: Dar Sahnun Linnasy wa al-

Tawzi, tth

ath-Ṯ abari, Abû Ja'far Muhammad bin Jarir, tahqiq: Aẖ mad Abdurraziq al-Bakri,

Muẖ ammad Adil Muhammad, Muhammad Abdul Latif Khalaf, Mahmud

Mursi Abdul Hamid, Tafsir ath-Tabari, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, jil.

19

Baidan, Nashruddin, Wawasan Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005,

Cet-I

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Jakarta: Balai Pustaka, 1988

Hamka, Studi Islam, Semarang: Pustaka Panjimas, 1984, Juz-III

Haneef, Suzanne, Islam dan Muslim, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993, cet-1

Page 87: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

73

Hidayat, H.D, al-Balaghah al-Jami'ah wa Asy-Syawahid min Kalami al-Badi,

Semarang: PT. Karya Toha Putra & Bina Masyarakat Qurani, tth

Hijazi, Muhammad, Mahmud, Fenomena Keajaiban al-Quran, Jakarta: Gema

Insani, 2010, Cet-I

Ismail, Hudzaifah, Tadabbur Ayat-Ayat Motivasi. Jakarta: PT Elek Media

Komputindo Kelompok Gramedia, Februari 2010.

Jafar, Iftitah, Konsep Ibadah dan Dakwah dalam al-Quran, Yogyakarta:

Cakrawala, 2009, cet-1

Lajnah Pentashihan al-Quran, Tafsir Tematik (Jihad; Makna dan

Implementasinya), Jakarta: Lajnah Pentashihan al-Quran, 2012, cet-1., jil-

5

Luis Ma’luf, al-Munjid fî al-Lughah, Beirut: Dâr al-Misria, 1982, cet ke-26

Mandzur, Ibn, Lisân al-Arab, Dâr al-Ma'rif, ttp, tth, Jil-VI

Munthahari, Murtadho, Perspektif Islam Tentang Manusia dan Agama,

Terjemahan, Bandung: Mizan, 1995, cet-7

Najati, Utsman, Ilmu Jiwa, Kuwait: Daar asy-Syuruk, 1982

Nata, Abuddin, Kajian Tematik al-Quran Tentang Fiqih dan Ibadah, Bandung:

Angkasa, 2008, cet-1

Qaradhawi, Yusuf, Kita dan Barat: Menjawab Berbagai Pertanyaan yang

Menyudutkan Islam, Penerjemah Arif Munandar Riswanto dan Yadi

Saeful Hidayat, Jakarta: Pustaka al Kautsar, 2007

Qutb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Quran, terj As'ad Yasin, et.al, Jakarta: Gema

Insani, 2004, cet-1., jil-8

________________, Tafsir Fi Zhilalil Quran, diterjemahkan oleh As’ad Yasin.

Jakarta: Gema Insani Press, 2002.

Raya, Ahmad Thib, Mulia, Siti Musdah, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam

Islam, Jakarta: Prenada Media, 2003, cet-1

Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran

Jakarta: Lentera Hati, 2002, jil. 2., cet. 1

________________, Wawasan al-Quran, Bandung: Mizan, 1997, cet.V

________________, Lentera Hati "Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung:

Mizan, 1996, cet. VI

Page 88: PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN Skripsirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27777/1/AHMAD... · PENGGUNAAN KATA TAKLIF DALAM AL -QURAN ... yang telah memberikan

74

________________, Membumikan al-Quran, Bandung: Mizan. Mei 2007.

________________, Lentera Hati. Bandung: Mizan, Juli 1996.

________________, Wawasan al-Quran Tafsir Maudhu’I Atas Berbagai

Persoalan Umat.Bandung: Mizan, 1997.

Syafe'I, Rachmat, Pengantar Ilmu Tafsir, Bandung: Pustaka Setia, 2006

Syaltut, Mahmud, Tafsir al-Quran al-Karim: Pendekatan Syaltut dalam Menggai

Esensi al-Quran, Bandung: Diponegoro, 1990, Cet-1

Taimiyyah, Ibn, al-Furqon Baina al-Haq wa al-Bathil, Dâr Ihyat al-Turots al-

I'rabi, tth

________________, al-Aqidah at-Tadmuriah, Beirut, ttp, tth

Wahib, Maulana Abdul, Fadhilah Sedekah, Bandung: Zadul Maād, tth

Wahid, Abdurrahman, Islam tanpa Kekerasan, Yogyakarta: LkiS, 2000, cet. 2

Zahwan, Abdul Hakim, Kamus al-Kamil: Arab-Indonesia-Arab, Maktabah wa

Mahbâh Usaha Keluarga.

Tafsir Karim ar-Rahman, Majalah as-Sunnah Edisi 04, tahun 2006.

http://www.almanhaj.or.id/content/2623/slash

http://www.organisasi.org/1970/01/faktor-penyebab-alasan-seseorang-memakai-

menggunakan-narkoba-narkotika-zat-adiktif.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/pengertian.jihad diakses pada tanggal 15 Februari

pukul 15.30

Sumber: http://adiabdullah.wordpress.com/2008/12/02/kata-aku-dan-kami-dalam-