78
i SKRIPSI PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT PADA BUDIDAYA KUBIS BUNGA Oleh Ade Imam Mustofa H0713003 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA AGUSTUS 2017

PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

i

SKRIPSI

PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT PADA BUDIDAYA KUBIS BUNGA

Oleh Ade Imam Mustofa

H0713003

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

AGUSTUS 2017

Page 2: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

ii

PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT PADA BUDIDAYA KUBIS BUNGA

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Oleh Ade Imam Mustofa

H0713003

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

JUNI2017

SKRIPSI

Page 3: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

iii

PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT PADA BUDIDAYA KUBIS BUNGA

Ade Imam Mustofa H0713003

Pembimbing Utama

Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, M.P NIP. 194804261976091001

Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. AmaliaTetrani Sakya, M.P.,M.Phil NIP. 196607181991032003

Surakarta, Agustus 2017

Fakultas Pertanian UNS Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S NIP. 195602251986011001

Page 4: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

iv

SKRIPSI

PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT PADA BUDIDAYA KUBIS BUNGA

yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Ade Imam Mustofa H0713003

telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal…………………………..

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar (derajat) Sarjana Pertanian

Program Studi Agroteknologi

Susunan Tim Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, M.P NIP. 194804261976091001

Anggota I

Dr. Ir. AmaliaTetrani Sakya, M.P.,M.Phil

NIP. 196607181991032003

Anggota II

Dr. Ir. Endang Yuniastuti, M.Si NIP. 197006091994022001

Page 5: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya Nama: Ade Imam Mustofa NIM: H0713003 Program

Studi: Agroteknologi menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul

“Pengguanaan Bagase Dalam Sistem Hidroponik Substrat Pada Budidaya

Kubis Bunga” ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh

gelar akademik dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak ada unsur

plagiarisme, falsifikasi, fabrikasi karya, data, atau pendapat yang pernah ditulis

atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, September 2017 Yang menyatakan

Ade Imam Mustofa H0713003

Page 6: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan karuniaNya sehingga rangkaian penelitian

dan penulisan skripsi yang berjudul “PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM

HIDROPONIK SUBSTRAT PADA BUDIDAYA KUBIS BUNGA” ini dapat

diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan dan

penyusunan skripsi ini dapat berjalan baik dan lancer karena adanya

pengarahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Dr. Ir. Hadiwiyono, M.Si selaku Ketua Program Studi Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, M.P selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah membagi waktu diantara kesibukan Beliau, selalu memberikan arahan,

dukungan, dan bimbingan dari awal penelitian hingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

4. Dr. Ir. Amalia Tetrani Sakya, M.P., M.Phil selaku Dosen Pembimbing

Pendamping atas ketegasan dan kesabaran Beliau dalam memberikan

arahan, masukan dan bimbingan bagi penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

5. Dr. Ir. Endang Yuniastuti, M.S selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

arahan, masukan, dan saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Prof. Dr. Ir. Sulandjari, M.S selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu

bersedia memberikan bimbingan, arahan dan memotivasi atas kesulitan

yang dihadapi penulis.

7. Seluruh dosen pengajar dan karyawan Program Studi Agroteknologi,

Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta yang telah banyak

memberikan ilmu, bantuan dan pengalaman berharga demi kemajuan

penulis.

8. Kedua orang tua terhebat, Bapak Mario dan Ibu Dwi Rahayu serta ketiga

adik yang selalu memberikan semangat, mendoakan, membimbing dan

Page 7: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

vii

memberikan dukungan dengan kasih sayang dalam setiap langkah saya dan

langkah kedepan yang saya ambil untuk meraih apa yang diinginkan.

9. Team koplo, Mahfud, Ang, Bonces, lemink, Koplo, Jb yang selalu

memberikan support dan blaming sehingga penulis dapat memulai

mengerjakan skripsi dan selesai.

10. Adi Kurnianto, Arindra Mufti, Agastya Putra, dan Latifah sahabat yang selalu

membantu, memberikan dukungan dan memberikan semangat sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

11. Mas Wawan, Mas Imron, Mas Joko, dan Mas Warsito selaku pengelola

rumah kaca dan laboran atas bantuan dan bimbingannya

12. Teman-teman Agroteknologi 2013 (KLOROPLAS) atas pertemanan, bantuan

dan dukungannya.

13. Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penelitian dan

penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Mudah-mudahan segala bantuan dan doa yang diberikan mendapatkan

balasan dari Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Penulis menyadari

bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna. Namun penulis berharap tulisan ini

dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan selanjutnya, bagi

penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Agustus 2017

Penuli

Page 8: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

viii

DAFTAR ISI

Halaman PERNYATAAN ................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI .....................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

RINGKASAN ...................................................................................................xiii

SUMMARY ..................................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat ......................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4

A. Kubis Bunga .................................................................................... 4

B. Hidroponik ........................................................................................ 5

C. Substrat Hidroponik .......................................................................... 6

D. Substrat Ampas Tebu (bagasse) ..................................................... 7

E. Nutrisi Hidroponik ............................................................................. 8

F. Hipotesis .......................................................................................... 11

III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 12

A. Tempatdan Waktu Penelitian ........................................................... 12

B. Bahan dan Alat ................................................................................ 12

C. Perancangan Percobaan ................................................................ 12

D. Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 13

E. Pengamatan Peubah ....................................................................... 15

F. Analisis Data .................................................................................... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 19

A. Kondisi Umum Percobaan ............................................................... 19

B. Pertumbuhan Kubis Bunga .............................................................. 19

1. Volume Akar................................................................................ 19

2. Panjang Akar ............................................................................... 22

3. Berat Akar .................................................................................. 23

Page 9: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

ix

4. Persebaran Akar ......................................................................... 25

5. Tinggi Tanaman .......................................................................... 27

6. BiomassaTanaman ..................................................................... 30

7. Luas Daun ................................................................................... 34

8. Umur Berbunga ........................................................................... 36

9. Diameter Bunga ......................................................................... 38

10. Berat Bunga ............................................................................... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 42

A. Kesimpulan ...................................................................................... 42

B. Saran ............................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Histogram volume akar tanaman ................................................................ 20

2. Histogram pengaruh komposisi substrat terhadap volume akar ................. 21

3. Histogram panjang akar tanaman. ............................................................. 23

4. Histogram berat akar tanaman ................................................................... 24

5. Persebaran akar pada jenis substrat dan nutrisi tanaman kubis bunga ...... 26

6. Grafik Pertumbuhan tinggi tanaman Kubis Bunga ...................................... 28

7. Histogram tinggi tanaman minggu ke-11. ................................................... 29

8. Histogram pengaruh komposisi substrat terhadap tinggi tanaman. ............ 30

9. Histogram biomassa akar, batang, dan daun. ............................................ 31

10. Histogram pengaruh komposisi substrat terhadap biomassa akar. ............ 32

11. Histogram pengaruh komposisi substrat terhadap biomassa batang.......... 33

12. Histogram pengaruh komposisi substrat terhadap biomassa daun ............ 34

13. Histogram luas daun tanaman .................................................................. 35

14. Histogram umur berbunga ......................................................................... 37

15. Histogram pengaruh komposisi substrat terhadap umur berbunga ............ 38

16. Histogram diameter bunga ......................................................................... 39

17. Histogram berat bunga............................................................................... 40

18. Denah Lokasi Pecobaan ............................................................................ 48

19. Komposisi campuran bagase dengan krikil ................................................ 49

20. Komposisi campuran bagase dengan pecahan batu bata .......................... 49

21. Proses pengeringan bagase ...................................................................... 61

22. Bibit kubis bunga hasil semai selama 4 minggu ......................................... 61

23. Kubis bunga umur 14 HST ......................................................................... 61

24. Kubis bunga umur 56 HST ......................................................................... 61

25. Substrat yang ditumbuhi jamur ................................................................... 61

26. Serangan hama ulat daun .......................................................................... 61

27. Saat muncul bunga (61 HST) ..................................................................... 61

28. Bunga berumur 1 minggu ........................................................................... 61

29. Massa bunga bagase dan nutrisi standar ................................................... 62

30. Massa bunga bagase dan nutrisi modifikasi ............................................... 62

Page 11: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

xi

DAFTAR GAMBAR (lanjutan)

Nomor Judul Halaman

31. Massa bunga bagase + kerikil dan nutrisi standar ...................................... 62

32. Massa bunga bagase + kerikil dan nutrisi modifikasi .................................. 62

33. Massa bunga bagase + pecahan batu bata dan nutrisi standar ................. 62

34. Massa bunga bagase + pecahan batu bata dan nutrisi modifikasi .............. 62

Page 12: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Denah lokasi percobaan ........................................................................... 47

2. Deskripsi varietas kubis bunga .................................................................. 49

3. Hasil analisis fisik substrat ........................................................................ 50

4. Data rekapan suhu dan kelembaban......................................................... 51

5. Volume penyiraman, EC dan pH larutan nutrisi ......................................... 52

6. Hasil analisis pH substrat .......................................................................... 54

7. Ramuan nutrisi untuk sayuran bunga standar dan modifikasi ................... 55

8. Hasil analisis ragam .................................................................................. 56

9. Dokumentasi penelitian ............................................................................. 61

Page 13: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

xiii

RINGKASAN

PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK SUBSTRAT PADA BUDIDAYA KUBIS BUNGA. Skripsi: Ade Imam Mustofa (H0713003). Pembimbing: Djoko Purnomo, Amalia Tetrani Sakya, -. Program Studi: Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Sayuran merupakan salah satu bahan makanan yang dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan protein bagi tubuh. Kubis bunga merupakan salah satu sayuran yang digemari oleh masyarakat dan memiliki potensi ekonomi yang bagus. Kebutuhan sayuran yang tinggi namun produksinya semakin hari mulai menurun akibat lahan sempit menjadi masalah yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan digemari masyarakat. Budidaya kubis bunga secara hidroponik diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi kubis bunga karena sayuran hidroponik memiliki nilai ekonomi relative tinggi. Pemanfaatan bagase sebagai substrat hidroponik diharapkan dapat mengurangi limbah dari ampas tebu. Bagase memiliki kandungan bahan organik yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman jika digunakan sebagai substrat.

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2016 sampai bulan Februari 2017 di Screen House Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 2 faktor perlakuan yaitu substrat memiliki 3 taraf dan nutrisi memiliki 2 taraf sehingga diperoleh 6 taraf kombinasi perlakuan, masing-masing taraf diulang 3 kali sehingga memiliki 18 satuan percobaan dengan jumlah tanaman 2 pada setiap satuan percobaan sehingga diperoleh 36 tanaman. Faktor substrat memiliki taraf yaitu B0=bagase, B1=bagase kerikil, dan B2=bagase pecahan batu bata. Faktor nutrisi memiliki 2 taraf yaitu N1= nutirisi standar dan N2= nutrisi modifikasi pengurangan Kalium. Variabel pertumbuhan yang diamati adalah panjang akar, volume akar, berat akar, persebaran akar, tinggi tanaman, luas daun, biomassa tanaman, dan umur berbunga, serta variable kualitas bunga yang diamati adalah diameter bunga dan berat bunga. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan apabila terdapat beda nyata dilanjutkan uji lanjut dengan metode DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bagase dapat digunakan sebagai substrat hidroponik. Pada jenis substrat bagase pecahan batu bata, kubis bunga memiliki volume akar, panjang akar, berat akar, biomassa, dan berat bunga yang lebih tinggi yaitu berturut-turut sebesar 32,5 ml, 24,61 cm, 35,2 g, 44,11 g, dan 110,2 g, serta umur berbunga yang lebih pendek dibandingkan substrat lainnya Pemberian nutrisi modifikasi dengan pengurangan kalium memberikan hasil yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa kandungan kalium pada bagase tersedia bagi kubis bunga dan mampu mencukupi kebutuhan kalium.

Page 14: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

xiv

SUMMARY

UTILIZATION OF BAGASSE UNDER HYDROPONIC SUBSTRAT SYSTEM ON CAULIFLOWER CULTIVATION. Thesis-S1: Ade Imam Mustofa (H0713007). Advisor: Djoko Purnomo, Amalia Tetrani Sakya, -. Study Program: Agrotechnology, Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University (UNS) Surakarta.

Vegetables are one of the foods needed by human to meet the vitamin and protein for the body. Cauliflower is one of the popular vegetables and has good economic potential. The need of vegetables is high but the production of the day begins to decline due to narrow land becomes a problem to be solved. Hydroponic technology that not require fertile land and does not take place began to be developed and loved by people. Hydroponic cultivation of cauliflower is expected to increase the economic value of cauliflower because hydroponic vegetables have a relatively high economic value. Utilization of bagasse as hydroponic substrate is espected to reduce waste from bagasse. Bagasse contain organic material that can be used by plants if used as substrat.

This research was conducted from August 2016 until February 2017 at Screen House of Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University, Surakarta. The study using a completely randomized design (CRD) consist of two factor that is substrat which have three levels and nutrition which have two levels, every levels was repeated two times so we have 18 experimental unit with the number 2 on each trial plants so obtained 36 plants. Substrat consist of B0=bagasse, B1= bagasse gravel, and B2= bagasse broken bricks. Nutrition consist of N1= standart nutrition, and N2= modified nutrition pottasium reduction. The observed growth variables were root length, root volume, root weight, distribution of root, plant height, leaf area index, biomass weight, and flowering age, and fruit quality variable observed were diameter of flower, and flower weight. Data were analyzed using analysis of variance and if there is a significant difference continued with DMRT (Duncan Multiple Range Test) level of 5%.

The results showed that bagase can be used as organic substrat hydroponics. In the type of bagasse broken brick, cauliflower of root volume, root leght, root weight, biomass, fruit volume, and higher of weight flower and flowering age faster than other planting substrat amounts 37.2 cm, 75.8 ml, 41.4 leaf, 79.1 g, 141.7 ml, and 87.8 g. modified nutrient allotment with pottasium reduction has better result. This is shows that the content of pottasium on the bagasse is available for the couliflower and able to meet the need of pottasium

Page 15: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

1

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan mutlak diperlukan manusia sebagai sumber energi untuk

beraktivitas sebagaimana mestinya. Seiring dengan perkembangan zaman

populasi penduduk semakin meningkat sehingga kebutuhan pangan dapat

meningkat pula. Peningkatan penduduk juga berpengaruh terhadap lahan

pertanian karena setiap orang pasti membutuhkan tempat tinggal, sehingga

lahan pertanian berubah menjadi perumahan dan menurunkan produktivitas

pangan. Untuk itu perlu inovasi teknologi untuk memecahkan masalah tersebut.

Hidroponik adalah salah satu pemecahan karena dapat tetap melakukan

budidaya tanpa tergantung dengan ketersediaan lahan.

Hidroponik adalah salah satu teknologi budidaya tanaman tanpa

menggunakan tanah sebagai media pertumbuhan dan menggunakan larutan

sebagai penyuplai nutrisi pada tanaman. Media yang seharusnya menggunakan

tanah dapat diganti dengan menggunakan pasir, sekam arang, zeolit, bagase

dan lain-lain selain media tanah. Substrat tersebut diketahui juga memiliki

kemampuan sama seperti tanah dan mampu untuk menjadi media tanam.

Teknologi hidroponik menjadikan lahan tidak subur atau bahkan sudah di semen

tetap dapat dimanfaatkanya. Tidak seperti media tanah yang mengandung unsur

hara yang tersedia, dalam hidroponik ketersediaan hara (makro maupun mikro)

dapat dirancang sesuai kebutuhan.

Ampas tebu merupakan salah satu bahan lignoselulosa. Menurut Hermiati

(2010) senyawa lignoselulosa terdiri atas tiga komponen utama, yaitu selulosa,

hemiselulosa, dan lignin yang merupakan bahan utama penyusun dinding sel

tumbuhan. Tingginya lignin dalam bagase dapat memicu pertumbuhan jamur.

Lignin pada bagase dapat dihilangkan dengan cara merendam bagase dengan

air. Bagase memiliki karakteristik basah dan cepat menyerap air kandungan C

(Karbon) yang tinggi sangat cocok untuk dijadikan substrat hidroponik.

Penggunaan media anorganik juga diperlukan dalam substrat hidroponik untuk

dapat mendukung kapasitas menahan air pada substrat organik. Kerikil dan

pecahan batu bata merupakan substrat anorganik yang memiliki karakteristik

dapat menyimpan air dan memiliki pori-pori yang besar, sehingga dapat

mendukung substrat organik yang cenderung memiliki pori yang kecil. Kondisi

Page 16: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

2

substrat yang pori makro dan pori mikro seimbang dapat menjaga kebutuhan air

dan oksigen dalam media tersebut sehingga tanaman dapat menyerap nutrisi

dengan baik. Bagase mengandung mineral kalium yang sangat tinggi yang

berasal dari K2O 0,14%, sehingga dimungkinkan bagase dapat menyuplai kalium

bagi tanaman (Samsuri et al 2007).

Kubis bunga (Brassica Oleracea Var. Botrytis L.) mempunyai bunga yang

berwarna putih, daging bunga padat, tebal, yang tersusun dari rangkaian bunga

kecil bertangkai pendek diameter mencapai 30 cm (Pracaya 2005). Di Indonesia,

kubis bunga termasuk salah satu sayuran yang dikonsumsi kalangan terbatas

karena harga yang relatif mahal dari pada sayuran lainnya. Banyak kendala

dalam budidaya kubis bunga didataran rendah karena kubis bunga memerlukan

tanah yang banyak mengandung bahan organik dan porous. Kemasaman tanah

yang baik antara 5,5-6,5 dengan pengairan dan drainase yang memadai.

Budidaya kubis bunga dengan menggunakan hidroponik substrat dimaksudkan

untuk dapat mengatasi masalah tersebut. Menaman dengan sistem hidroponik

terbukti memiliki beberapa kelebihan dibanding sistem konvesional berkebun

dengan tanah. Pada sistem Hidroponik, tingkat pertumbuhan tanaman hidroponik

adalah 30-50 persen lebih cepat dari tanaman menggunakan media tanah,

tumbuh di bawah kondisi yang sama. Hasil tanaman yang ditanam dengan cara

hidroponik lebih besar dan lebih bersih dibandingkan dengan cara konvensional.

Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan pengelolaan limbah bagase

dalam bidang pertanian yang masih kurang dan mendapatkan campuran substrat

hidroponik baru. Oleh karena itu pada penelitian kali ini akan dikaji mengenai

hasil kubis bunga yang dibudidayakan dengan berbagai campuran substrat

bagase yaitu campuran batu bata dan kerikil.

Page 17: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

3

B. Rumusan Masalah

Ampas tebu atau bagase merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan

pabrik gula yang pemanfaatannya belum maksimal dan berpotensi sebagai

substrat hidroponik sehingga rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah bagase dapat digunakan sebagai substrat hidroponik pada budidaya

kubis bunga?

2. Apakah campuran zat anorganik pecahan batu bata dan kerikil dapat

mempengaruhi hasil budidaya kubis bunga?

3. Apakah nutrisi modifikasi pengurangan kalium (K) dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan hasil kubis bunga?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan penelitian

Tujuan yang dapat dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Mengkaji apakah bagase dapat digunakan sebagai substrat hidroponik

pada budidaya kubis bunga.

b. Mendapatkan komposisi substrat untuk budidaya kubis bunga secara

hidroponik substrat.

c. Mengkaji apakah pengurangan unsur kalium (K) pada nutrisi modfikasi

dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kubis bunga.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat:

a. Memberikan informasi mengenai bagase sebagai substrat hidroponik

dalam budidaya kubis bunga.

b. Memberikan rekomendasi komposisi nutrisi yang sesuai untuk budidaya

kubis bunga secara hidroponik substrat.

Page 18: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

4

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik kubis bunga

Kubis bunga berbentuk mirip dengan brokoli. Perbedannya yaitu pada

warna, brokoli memiliki warna hijau sedangkan kembang kol berwarna putih

sampai putih kekuningan. Kubis bunga memiliki kepala bunga yang banyak dan

teratur dan padat. Kubis bunga mempunyai bunga yang berwarna putih, daging

bunganya padat, tebal, yang tersusun dari rangkaian bunga kecil yang

bertangkai pendek diameternya mencapai 30 cm (Pracaya 2005).

Menurut Cahyono (2005), kubis bunga secara umum diklasifikasikan

sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Sub-divisio : Spermatophyta

Classis : Manoliopsida

Familia : Brassicaceae

Genus : Brassica

Species : Brassica Oleracea Var. Botrytis L.

Tanaman bunga kol termasuk dalam golongan tanaman sayuran semusim.

Tanaman tersebut hanya dapat berproduksi satu kali dan setelah itu akan mati.

Pemanenan bunga kol dapat dilakukan pada umur 60 – 70 hari setelah tanam,

tergantung pada jenis dan varietasnya (Cahyono 2001).

Menurut Cahyono (2001) sistem perakaran bunga kol adalah akar

tunggang (Radix Primaria) dan akar serabut. Akar tunggang tumbuh ke pusat

bumi (kearah dalam), sedangkan akar serabut tumbuh ke arah samping

(horizontal), menyebar, dan dangkal (20 cm – 30 cm). Dengan perakaran yang

dangkal tersebut, tanaman akan dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam

pada tanah yang gembur dan porous.

Tanaman kubis bunga memiliki batang berwarna hijau muda sampai

kecoklata. Batang tanaman kubis bunga tumbuh tegak dan pendek (sekitar 30

cm) dari permukaan tanah. Batang tanaman kubis bunga tebal, dan lunak

namun cukup kuat untuk menopang tubuh tanaman. Kubis bunga biasanya

berbunga pada unjung batang dan memiliki cabang yang banyak (Fitriani, 2009).

Page 19: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

5

Daun bunga kol berbentuk bulat telur (oval) dengan bagian tepi daun

bergerigi, agak panjang seperti daun tembakau dan membentuk celah-celah

yang menyirip agak melengkung ke dalam. Daun bunga kol berwarna hijau dan

tumbuh berselang-seling pada batang tanaman. Daun memiliki tangkai yang

agak panjang dengan pangkal daun yang menebal dan lunak. Daun – daun yang

tumbuh pada pucuk batang sebelum massa bunga tersebut berukuran kecil dan

melengkung ke dalam melindungi bunga yang sedang atau mulai tumbuh

(Denise 2008).

Massa bunga (curd) terdiri dari bakal bunga yang belum mekar, tersusun

atas lebih dari 5.000 kuntum bunga dengan tangkai pendek, sehingga tampak

membulat padat dan tebal berwarna putih bersih atau putih kekuning – kuningan.

Diameter massa bunga kol dapat mencapai lebih dari 20 cm dan memiliki berat

antara 0,5 kg – 1,3 kg, tergantung varietas dan kecocokan tempat tanam

(Pracaya 2000).

B. Hidroponik

Hidroponik berasal dari bahasa Yunani yaitu, hidro berarti air dan ponus

berarti kerja. Hidroponik merupakan teknologi bercocok tanam yang

menggunakan media air, nutrisi dan oksigen. Hidroponik adalah sebuah

sistem/teknologi dimana tanaman ditumbuhkan tanpa menggunakan tanah

sebagai media tanam, karena itu hidroponik juga disebut sebagai budidaya

tanam tanpa tanah. Arti harafiah dari hidroponik adalah bekerja dengan air.

Hidroponik merupakan suatu sistem budidaya tanaman pada media yang tidak

menyediakan unsur hara, dan unsur hara esensial yang diperlukan tanaman

disediakan dalam bentuk larutan/nutrisi. Tanaman yang dibudidayakan secara

hidroponik meliputi golongan tanaman hortikultura yang meliputi tanaman sayur,

tanaman buah, tanaman hias, pertamanan, dan tanaman obat-obatan. Pada

umumnya merupakan tanaman annual (semusim) (Susilo 2004).

Hidroponik adalah suatu cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah

sebagai tempat menanam tanaman. Perbedaan bercocok tanam dengan tanah

dan hidroponik yaitu, apabila dengan tanah, zat-zat makanan diperoleh tanaman

dari dalam tanah. Sedangkan hidroponik, makanan diperoleh tanaman dari

dalam air yang mengandung zat-zat anorganik (Campbell 2008).

Page 20: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

6

Hidroponik substrat pada umumnya menggunakan media alami maupun

buatan atau campuran antara keduanya. Beberapa bahan alami yang dapat

digunakan sebagai media perakaran adalah pasir, kerikil, dan serbuk gergaji,

sedangkan media dari bahan buatan seperti vermikulit, rockwool, dan

polystyrene (Swiader dan George 2002).

Hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media tetapi

menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau

menyediakan nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman seperti

halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat

antara lain batu apung, pasir, serbuk gergaji, atau gambut. Media tersebut dapat

menyerap nutrisi, air, dan oksigen serta mendukung akar tanaman (Lingga

2004).

Hidroponik substrat memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan

sistem hidroponik yang lain. Kelebihan hidroponik substrat yaitu tanaman dapat

berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau, biaya operasional

tidak terlalu besar, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna dan tidak

mudah lapuk. Selain memiliki beberapa keunggulan, sistem hidroponik substrat

juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain populasi tanaman tidak terlalu

banyak, terlalu banyak menggunakan wadah, mudah ditumbuhi lumut

(Sukawati 2010).

C. Substrat Hidroponik

Media tanam hidroponik substrat dapat berasal dari media anorganik

maupun organik. Media tanam anorganik adalah media tanam yang sebagian

besar komponennya berasal dari benda-benda mati, tidak menyediakan nutrisi

bagi tanaman, mempunyai pori-pori makro yang seimbang sehingga aerasi

cukup baik, dan tidak mengalami pelapukan dalam jangka pendek. Jenis media

tanam anorganik yaitu pasir, kerikil alam, kerikil sintetik, batu kali, batu apung,

pecahan bata atau genting, perlit, zeolit, spons, dan rockwool (Suhardiyanto

2002).

Bahan organik merupakan media yang dapat mengalami proses pelapukan

atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui proses tersebut,

akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air (H2O), dan mineral. Kekurangan bahan

organik antara lain: kelembaban media cukup tinggi, rentan serangan jamur,

Page 21: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

7

bakteri, maupun virus penyebab penyakit tanaman; sterilitas media sulit dijamin;

tidak permanen, hanya dapat digunakan beberapa kali saja, secara rutin harus

diganti (Siswandi 2015).

Pecahan batu bata dapat digunakan menjadi media hidroponik. Pecahan

batu bata sama dengan media anorganik lainya berfungsi sebagai tempat untuk

melekatkan perakaran. Ukuran pecahan batu bata yang ideal untuk dijadikan

sebagai media hidroponik yaitu kurang lebih 2-3 cm. Semakin kecil ukuran

pecahan batu bata maka semakin bagus daya serapnya terhadap air atau larutan

nutrisi. Semakin kecil ukurannya juga dapat membuat sirkulasi udara dan

kelembapan udara disekitar perakaran lebih baik. Penggunaan pecahan batu

bata memiliki kekurangan yaitu miskin unsur hara sehingga penggunaannya

dipadukan dengan media organik (Perwitawati et al 2012).

Pemakaiaan kerikil sebagai media tanam tidak jauh berbeda dengan pasir.

Kerikil mempunyai pori-pori makro lebih banyak dari pada pasir. Kerikil sering

dipakai sebagai media untuk budidaya tanaman dengan cara hidroponik.

Pemakaian media ini dapat menolong peredaran larutan unsur hara dan udara,

pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Tetapi, kerikil mempunyai

performa mengikat air yang relatif rendah mudah basah dan cepat kering apabila

penyiraman tidak dilakukan secara rutin (Siswandi 2015).

Pencampuran bahan organik dan non-organik diharapkan dapat

menurunkan tingkat kemasaman dan meningkatkan tingkat ke porousan dari

media organik. media tanam hidroponik yang bersifat sangat porous sehingga

mampu menyediakan udara yang banyak bagi pertumbuhan akar dengan

demikian akar tumbuh cepat dan mampu menyerap nutrisi maksimal yang

digunakan untuk pertumbuhan daun (Siswadi 2015). Menurut Cordova et al.

(2009) semakin kecil pH dari media akan menyebabkan penyerapan nutrisi oleh

akar menjadi berkurang sehingga nutrisi yang tidak terserap menjadi jenuh.

Kejenuhan ini diakibatkan pH rendah serta drainase dan aerase yang kurang

baik.

D. Media Ampas Tebu (Bagasse)

Ampas tebu atau lazimnya disebut bagas, adalah hasil samping dari proses

ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari satu pabrik dihasilkan ampas tebu

sekitar 35 ± 40% dari berat tebu yang digiling (Indriani dan Sumiarsih, 1992).

Page 22: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

8

Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)

ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu giling. Pada musim

giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi)

menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik gula di Indonesia

mencapai sekitar 30 juta ton, sehingga ampas tebu yang dihasilkan diperkirakan

mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut

dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas,

bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan lain-lain. Oleh karena itu

diperkirakan sebanyak 45 % dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan

(Husin 2007).

Ampas tebu adalah suatu residu dari proses penggilingan tanaman tebu

setelah diekstrak atau dikeluarkan niranya pada industri pemurnian gula

sehingga diperoleh hasil samping sejumlah besar produk limbah berserat yang

dikenal sebagai ampas tebu (bagasse). Menurut rumus Pritzelwitz, tiap kilogram

ampas dengan kandungan gula sekitar 2.5% (Yuwono et al 2013).

Samsuri et al (2007) menyatakan bahwa kandungan bagase yaitu selulosa

52,7%, hemiselulosa 20,0%, dan lignin 24,2%. Komposisi kimia bahan ini terdiri

dari unsur C (Carbon) 47%, H (Hidrogen) 6,5%, O (Oksigen) 44%, H2O (Air) 50,

abu 2,5% dan gula 3%. Kandungan bahan organik yaitu 90%; N 0,3%; P2O5

0,02%; K2O 0,14%; Ca 0,06%; Mg 0,04%. Pada prinsipnya serat ampas tebu

terdiri dari selulosa, pentosan dan lignin. Komposisi ketiga komponen bisa

bervariasi pada varietas tebu yang berbeda.

E. Nutrisi Hidroponik

Budidaya dengan metode hidroponik memerlukan penyiraman larutan

nutrisi yang dilakukan secara bertahap atau berkali-kali melalui sistem dan media

tanam. Kebutuhan larutan nutrisi akan bertambah sesuai dengan tingkat

pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang terdapat pada media tanam akan

diserap melalui akar, penyerapan air beserta hara dilakukan oleh ujung-ujung

akar dan bulu-bulu akar, dengan demikian pembentukan akar sebagai awal

pertanaman harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mendorong

perkembangan akar. Dengan perkembangan akar beserta bulu-bulu akar yang

banyak, serapan air dan hara bisa menjadi lebih besar dan akan terjadi

keseimbangan volume akar dengan pertumbuhan tanaman (Agustina 2004).

Page 23: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

9

Semua hara yang terkandung pada nutrisi hidroponik adalah unsur

esensial yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Apabila unsur hara makro dan mikro tidak lengkap ketersediaannya, dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. jika jaringan tumbuhan

mengandung unsur hara tertentu dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari

konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum, maka pada kondisi

ini dikatakan tumbuhan dalam kondisi konsumsi mewah. Pada konsentrasi yang

terlalu tinggi, unsur hara esensial dapat juga menyebabkan keracunan bagi

tumbuhan (Hidayati 2009).

Pada EC yang terlampau tinggi, tanaman sudah tidak sanggup menyerap

hara lagi karena telah jenuh. Aliran larutan hara hanya lewat tanpa diserap akar.

Batasan jenuh untuk sayuran daun adalah EC 4,2. Di atas angka tersebut,

pertumbuhan tanaman akan stagnan. Bila EC jauh lebih tinggi maka akan terjadi

toksisitas atau keracunan dan sel-sel akan mengalami plasmolisis (Sutiyoso

2009).

Pemberian larutan hara yang teratur sangat penting pada hidroponik,

karena media hanya berfungsi sebagai penopang tanaman dan sarana

meneruskan larutan atau air yang berlebihan.Hara tersedia bagi tanaman pada

pH 5.5 – 7.5 tetapi yang terbaik adalah 6.5, karena pada kondisi ini unsur hara

dalam keadaan tersedia bagi tanaman. unsur hara makro adalah N, P, K, Ca,

Mg, dan S. Unsur hara mikro hanya meliputi unsur Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl

(Lingga 2005).

Efisiensi penggunaan larutan nutrisi berhubungan dengan kelarutan hara

dan kebutuhan hara oleh tanaman. Bila EC tinggi maka larutan nutrisi semakin

pekat, sehingga ketersediaan unsur hara semakin bertambah. Begitu juga

sebaliknya, jika EC rendah maka konsentrasi larutan nutrisi rendah sehingga

ketersediaan unsur hara lebih sedikit. Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air

dan mineral nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas

hasil tanaman hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah komposisi ion

nutrisi dan suhu (Sufardi 2001).

Formula nutrisi yang berbeda mempunyai pH yang berbeda, karena garam-

garam pupuk mempunyai tingkat kemasaman yang berbeda jika dilarutkan dalam

air. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pH larutan yang direkomendasikan

untuk tanaman sayuran pada kultur hidroponik adalah antara 5,5 sampai 6,5.

Page 24: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

10

Ketersediaan Mn, Cu, Zn, dan Fe berkurang pada pH yang lebih tinggi, dan

sedikit ada penurunan untuk ketersediaan P, K , Ca dan Mg pada pH yang lebih

rendah. Penurunan ketersediaan nutrisi berarti penurunan serapan nutrisi oleh

tanaman. Jika pH terlalu rendah, daya larut unsur tersebut akan menurun

sehingga daya serap tanaman terhadap unsur tertentu kemungkinan akan

berkurang. Akibatnya, tanaman akan menunjukkan gejala defisiensi unsur

tersebut. Hal yang sama akan terjadi jika pH terlampau tinggi (Suhardyanto

2002).

Page 25: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

11

F. Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka yang didapat, pendugaan sementara dari

penelitian ini adalah bahwa:

1. Bagase dapat digunakan sebagai substrat hidroponik pada budidaya kubis

bunga.

2. Bagase dengan komposisi campuran media non-organik dapat memberikan

hasil terbaik bagi pertumbuhan dan hasil kubis bunga.

3. Perbedaan komposisi larutan nutrisi memberikan pengaruh berbeda pada

pertumbuhan dan hasil kubis bunga dengan hidroponik substrat.

Page 26: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

12

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dengan metode percobaan dilaksanakan di Screen House

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Kecamatan Jebres, Surakarta

pada bulan September 2016 sampai dengan Februari 2017.

B. Bahan dan Alat

Alat yang akan digunakan meliputi polybag, palu, ayakan, sterofoam, alat

tulis, penggaris, kertas label, gunting, timbangan, oven. Bahan yang akan

digunakan adalah benih kubis bunga (B Oleracea Var.Botrytis L.) , bagase,

pecahan batu bata merah, kerikil, garam teknis yang terdiri dari : kalsium nitrat,

kalium nitrat, kalium dihidrofosfat, kalium sulfat, magnesium sulfat, MAP, dan air.

C. Perancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 2 faktor perlakuan sebagai berikut :

Faktor Pertama yaitu Media Tanam dengan 3 macam:

B0 : Bagasse

B1 : Bagasse dicampur dengan kerikil ukuran 1-2 cm

B2 : Bagasse dicampur dengan pecahan bata merah ukuran 1-2 cm

Faktor Kedua yaitu Jenis Nutrisi yang terdiri dari 2 jenis :

N1 : Nutrisi AB standar

N2 : Nutrisi AB mix pengurangan unsur K

Dari kedua faktor tersebut diperoleh 6 satuan percobaan kemudian diulang

sebanyak 3 kali kemudian setiap ulangan terdiri dari 2 tanaman sehingga

diperoleh 18 satuan percobaan dan 36 tanaman.

12

Page 27: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

13

D. Pelaksanaan Penelitian

Tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis laboratorium

a. Analisis fisik

Analisis fisik substrat meliputi analisis berat volume substrat (Bulk

Density), kepadatan partikel (Particle Density), dan kapasitas menahan air

(Water Holding Capacity). Cara pengukuran sebagai berikut:

1) Menimbang gelas ukur volume 1 liter ................................................ (A)

2) Menimbang gelas ukur volume 1 liter + substrat yang telah

dipadatkan ........................................................................................ (B)

3) Menimbang gelas ukur volume 1 liter + substrat yang telah dipadatkan +

air hingga volumenya 1 liter .............................................................. (C)

4) Menghitung volume air yang ditambahkan = C-(A+B) ....................... (D)

5) Menghitung volume substrat = 1000-D .............................................. (E)

6) Mengisi botol air mineral dengan substrat sebanyak 1 liter, kemudian

ditimbang (B1). Memasukkan air sebanyak 1 liter ke dalam botol air

mineral yang berisi substrat, kemudian menunggu selama 30 menit

hingga air membasahi seluruh substrat. Menutup bagian bawah botol

dengan kain kasa sebagai lubang keluarnya air namun substrat tidak

ikut keluar. Menimbang kembali botol yang berisi substrat basah (B2).

Keterangan:

B1 = Berat substrat kering (gram)

B2 = Berat substrat basah (gram)

b. Analisis kimia

Analisis kimia substrat yaitu mengukur pH substrat dengan

menggunakan pH meter.

Page 28: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

14

2. Pelaksanaan di Screen House.

a. Persiapan polybag

Polybag yang digunakan adalah polybag ukuran 30x40 cm

kemudian Membuat lubang di bagian samping polybag serta memastikan

polybag dalam kondisi baik dan tidak terjadi kerusakan atau cacat pabrik

b. Persiapan media persemaian

Pembibitan dilakukan dengan menggunakan media persemaian

berupa arang dalam bak semai. Sterofoam bekas buah diberi lapisan

mulsa hitam perak kemudian arang sekam ditaruh secukupnya dan

disiram hingga basah dan tidak menggenang.

c. Penanaman persemaian

Pertama benih disebar pada media yang telah siap dan melakukan

penyiraman dan perawatan pada benih yang disemai agar dapat tumbuh

dengan baik. Benih yang telah disebar setelah berumur 14-15 hari benih

siap dipindahkan pada media hidroponik.

d. Persiapan sistem hidroponik substrat

Menyiapkan bagase yang diambil dari pabrik tebu kemudian

dilakukan pencucian untuk mengurangi kadar gula dan lebih steril.

Pencucian pada media bagasse dengan menggunakan air hingga bersih

dengan cara mengulangi pencucian hingga ampas tebu menjadi tidak

berbau dan merendam bagasse di dalam larutan fungisida selama 2 jam,

kemudian bagasse dipotong dengan ukuran 0,5-1 cm. Selanjutnya

bagase dijemur hingga kering dibawah sinar matahari. Bagase dibalik

pada sore hari agar pengeringan merata. Bagase bersih kemudian

dicampur sesuai perlakuan yang diberikan, kemudian kerikil diletakkan

pada dasar polybag hingga 1/3 bagian kemudian bagasse 2/3 bagian

polybag diletakkan diatas kerikil seperti gambar 1 (lampiran 1 gambar 19).

Kemudian yang kedua pecahan batu bata sama seperti krikil batu bata

disusun hingga 1/3 bagian polybag kemudian bagase sebanyak 2/3

polybag diletakkan diatasnya seperti gambar 2 (lampiran 1 gambar 20).

e. Persiapan nutrisi hidroponik

Nutrisi (komposisi pada lampiran) yang digunakan yaitu nutrisi AB

mix standar dan nutrisi AB mix modifikasi. Nutrisi AB mix dibuat dari

pekatan dengan mengambil masing-masing bagian A dan B kemudian

Page 29: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

15

diencerkan dengan air sebanyak 5 liter pekatan A dan 5 liter pekatan B

kedalam wadah yang berbeda. Langkah selanjutnya yaitu melakukan

pengenceran pekatan A modifikasi dan pekatan B dengan mengambil

masing-masing 25 ml pekatan A dan 25 ml pekatan B kemudian

dilarutkan dalam 950 ml air.

f. Penanaman bibit kubis bunga ke sistem hidroponik substrat

Bibit kubis bunga yang telah berumur 2 minggu dipindah tanam

kedalam polibag. Penataan polibag diacak dengan ulangan sebanyak 3

kali.

g. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan setiap hari dengan mengecek media

supaya tetap basah. Penyiraman dilakukan setiap hari, setiap harinya

disiram sore hari. Penyiraman media sebanyak hasil kalibrasi masing-

masing kombinasi media dengan larutan nutrisi. Penyemprotan pestisida

dilakukan untuk menanggulangi serangan hama.

h. Pemantauan

Pemantauan meliputi pengukuran suhu dalam screen house dan

jamur yang mungkin tumbuh. Pemangkasan daun yang sudah tua agar

mempercepat inisiasi pembungaan pada kubis bunga.

i. Pemanenan kubis bunga

Pemanenan dapat dilakukan setelah tanaman berumur 60-70 HST

dan sudah muncul bunga pada pucuk tanaman. Tanaman siap panen

ditandai dengan berubahnya bunga kool dari putih menjadi kekuningan

dan ukurannya sudah maksimal. Pemanenan dengan cara memotong

bunga kool 4-5 helai daun dari pucuk tanaman.

E. Pengamatan Peubah

1. Pertumbuhan Kubis Bunga.

a. Panjang Akar (cm)

Panjang akar merupakan parameter pengamatan yang

menentukan jangkauan akar dalam mendapatkan unsur hara bagi

kebutuhan tanaman. Panjang akar diamati dengan melakukan

pembongkaran pada tanaman. Akar dicuci bersih dengan cara

menyemprotkan air ke akar sampai sisa-sisa substrat hilang dan akar

Page 30: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

16

menjadi bersih, setelah itu dikeringanginkan, panjang akar diukur mulai

dari pangkal batang sampai ujung akar terpanjang. Pengukuran panjang

akar dilakukan pada waktu panen.

b. Volume Akar (ml)

Volume akar merupakan faktor penting dalam pertumbuhan

tanaman yang mencerminkan kemampuan penyerapan unsur hara serta

metabolisme yang terjadi pada tanaman. Volume akar menentukan

kondisi pertumbuhan akar. Pengamatan volume akar dilakukan satu kali

pada waktu panen dengan cara memotong bagian akar kubis bunga yang

telah diukur dan dibersihkan. Akar tersebut dikeringanginkan terlebih

dahulu kemudian dimasukan ke dalam gelas beker 250 ml sehingga

didapatkan penambahan volume. Volume akar dapat diperoleh dengan

rumus :

Volume akar (ml) : (V1 - V0)

Keterangan :

V0 : Volume air awal (ml)

V1 :Volume air setelah dimasukkan akar (ml)

(Novita 2015).

c. Berat Akar (g)

Berat akar merupakan parameter untuk dapat mengetahui

pertumbuhan akar tanaman. Berat basah akar merupakan berat total akar

yang menunjukkan hasil metabolik tanaman. Berat akar diukur dengan

menggunakan timbangan manual setelah akar dibersihkan dari semua

sisa media yang masih menempel.

d. Persebaran akar

Pengamatan persebaran akar dilakukan dengan menggunakan

papan berpaku (pinboard) dilakukan pada akhir percobaan. Polybag

diletakkan pada pinboard kemudian ditekan sehingga paku-paku pada

papan dapat menembus polybag. Setelah polybag tertancap pada

pinboard, polybag kemudian dibuka pada salah satu sisinya hingga

akarnya terlihat. Akar selanjutnya dibersihkan dari media menggunakan

air sehingga terlihat pola persebaran akar.

Page 31: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

17

e. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman dapat diukur dari pangkal batang hingga titik

tumbuh batang utama, dimulai setiap minggu setelah umur 1 minggu

setelah pindah tanam sampai awal pembentukan bunga.

f. Luas daun (cm2)

Luas daun merupakan kemampuan tanaman dalam menyediakan

tempat berlangsungnya proses fotosintesis yang mengindikasikan

semakin luas organ yang berfotosintesis, akan menghasilkan biomassa

serta produksi buah yang tinggi. Tiap satu tanaman diambil 1 sampel

daun yang kemudian luas diukur dan kemudian saat proses pengeringan

dipisahkan dengan daun selain sampel untuk ditentukan perbandingan

antara berat kering sampel dan berat kering total.

Keterengan :

LD : Luas daun

BDT : Berat kering daun total

BDS : Berat kering daun sampel

n : Jumlah daun sampel

L : Luas daun sampel (Sitompul dan Guritno 1995).

g. Biomassa Tanaman (g)

Berat kering merupakan produk akhir dalam bentuk biomassa dari

proses fotosintesis dalam tanaman, Perhitungan berat kering dilakukan

dengan cara tanaman kubis bunga yang telah ditimbang, selanjutnya

dikeringkan selama 3 hari pada oven listrik dengan suhu 600C kemudian

ditimbang kembali berat keringnya.

h. Umur Berbunga

Pengamatan umur berbunga tanaman kubis bunga dilakukan

ketika tanaman mulai mengeluarkan bunga. Penentuan umur berbunga

dihitung jumlah hari ketika tanaman kubis bunga mulai ditanam sampai

muncul bunga.

F. Variabel hasil panen.

a. Berat Bunga (g)

Page 32: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

18

Pengukuran berat bunga dilakukan setelah panen kemudian

dihilangkan semua daunnya dan hanya ditimbang bunganya saja.

b. Diameter bunga

Kubis bunga berbentuk melingkar sehingga sehingga untuk dapat

mengetahui besarnya hasil panen dapat diketahui dengan mengukur

diameter bunga kubis bunga. Dilakukan setelah panen menggunakan

jangka sorong.

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini mengguankan analisis ragam untuk

dapat mengetahui pengaruh perlakuan dengan variabel pengamatan. Apabila

terjadi berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT dengan taraf 5% untuk

mengetahui perlakuan mana yang paling berpengaruh terhadap variabel

pengamatan.

Page 33: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

19

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai bulan Januari

2017 di screen house Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret tinggi

tempat 95 mdpl. Selama penelitian berlangsung memasuki musim

penghujan sehingga kelembaban udara cukup tinggi. Rata-rata kelembaban

udara selama penelitian yaitu pagi hari sekitar 84%, siang hari sekitar 55%

dan sore hari sekitar 74%. Suhu rata-rata di screen house dipagi hari 25oC,

siang hari 380C (Lampiran 4), dan pada sore hari 28oC. Substrat yang

digunakan adalah bagase yaitu ampas perasan batang tebu yang

mengandung selulosa 52,7%, hemiselulosa 20,0%, dan lignin 24,2%.

Komposisi kimia bahan ini terdiri atas unsur C (Carbon) 47%, H (Hidrogen)

6,5%, O (Oksigen) 44%, H2O (Air) 50, abu 2,5% dan gula 3% (Samsuri et al

2007).

B. Pertumbuhan Kubis Bunga

1. Volume akar

Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 8, tabel 7) pada volume akar

terjadi beda nyata antara substrat tetapi tidak terjadi beda nyata pada nutrisi

dan interaksi substrat dengan nutrisi. Bagase pecahan batu bata dengan

nutrisi modifikasi memiliki hasil terbaik dengan hasil rerata lebih tinggi

(36,67ml) sementara bagase pecahan batu bata dengan nutrisi standar lebih

rendah yaitu sebesar 28,3 (Gambar 1). Tingginya volume akar dikarenakan

tingginya penyerapan air oleh tanaman. Volume akar merupakan salah satu

indikator dalam pertumbuhan tanaman, semakin besar luas daerah

perakaran tanaman akan semakin efektif dalam menyerap air. Semakin

besar volume akar akan semakin besar pula luas permukaan akar. Untuk

dapat tumbuh dengan baik tanaman harus mempunyai perakaran yang

cukup luas untuk dapat memperoleh unsur hara dan air sesuai kebutuhan

tanaman. Menurut Mulyani (2006), penyerapan air dan mineral dalam tanah

dilakukan oleh bagian akar yang masih muda karena pada bagian akar

muda banyak terdapat rambut-rambut akar yang berperan dalam

penyerapan air. Fahrudin (2009) menyatakan bahwa volume akar

dipengaruhi oleh karakteristik substrat dan ketersediaan air pada substrat

Page 34: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

20

sehingga akar dapat tersebar dengan baik dan volume akar meningkat

dengan keberadaan unsur hara dan nutrisi pada substrat. Bagase pecahan

batu bata memiliki kapasitas menahan air sebesar 80% (lampiran 3)

sehingga dapat menahan keberadaan air dan nutrisi untuk kebutuhan

tanaman, kebutuhan air dan nutrisi yang tercukupi membuat persebaran

akar semakin baik dan volume akar meningkat.

Keterangan : N1 : Nutrisi standar N2 : Nutrisi Modifikasi

Gambar 1. Histogram volume akar tanaman

Hasil dari volume akar pada substrat bagase dengan nutrisi standar

dan modifikasi berturut-turut 22,3 ml dan 25,3 ml. Hasil dari bagase kerikil

dengan nutrisi standar dan modifikasi berturut-turut 21,67 ml dan 30 ml.

Hasil dari substrat bagase pecahan batu bata dengan nutrisi standar dan

modifikasi berturut-turut 28,33 ml dan 36,67 ml. Pertumbuhan akar tanaman

dipengaruhi oleh berbagai macam jenis media yang digunakan karena setiap

media memiliki karakteristik. Hal ini sejalan dengan Purnomo (2006) yang

menyatakan bahwa pengkombinasian ragam media akan menghasilkan

media tanam baru dengan karakteristik baru. Penambahan zat anorganik

pada substrat hidroponik menghasilkan akar yang lebih baik karena dapat

meningkatkan kapasitas menahan air dan aerasi pada substrat hidroponik

(Olle et al 2012). Manipulasi substrat yang tepat adalah dengan membuat

komposisi substrat yang dapat mempertahankan kelembaban dalam waktu

yang relatif lama. Substrat yang terlalu lembab mengakibatkan akar tanaman

23,33 25,33

21,67

30

28,33 36,67

05

101520253035404550

N1 N2 N1 N2 N1 N2

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batu bata

Vo

lum

e A

kar

(ml)

Perlakuan

Page 35: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

21

rentan terhadap serangan jamur, sedangkan substrat yang terlalu porous

juga tidak baik untuk tanaman karena dapat menyebabkan tanaman

kekurangan air (Toruan et al 2013). Tanaman yang kekurangan air

menyebabkan metabolisme tanaman terganggu sehingga tidak dapat hasil

yang maksimal.

Gambar 2. Histogram pengaruh komposisi substrat terhadap volume akar

Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 8, tabel 8) pada volume

akar terjadi beda nyata pada substrat sehingga dilakukan uji lanjut secara

DMRT pada taraf 5%. Hasil rerata substrat bagase pecahan batu bata

terbaik kemudian diikuti dengan substrat bagase kerikil dan nilai terendah,

pada substrat bagase secara berurutan adalah 34,33 ml; 25,83 ml; dan

24,33 ml (Gambar 2). Menurut Gardner et al (1991) kelembaban dan aerasi

yang baik dari suatu substrat sangat diperlukan untuk pertumbuhan akar

yang maksimal karena efektifitas pemberian nutrisi dipengaruhi oleh

substrat. Pada substrat bagase memiliki aerasi kurang bagus sehingga

oksigen pada substrat kurang. Kurangya oksigen dalam akar tanaman dapat

mempengaruhi kemampuan akar dalam menyerap air dan mineral dalam

jumlah cukup untuk pertumbuhan serta dapat menyebabkan terjadinya

akumulasi racun (Morgan 2006). Hal ini terjadi akibat mikroorganisme yang

berada pada substrat melakukan fermentasi akibat tidak adanya oksigen

sehingga residu yang dihasilkan dapat terakumulasi pada substrat dan

24,33a

25,83ab

34,33b

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

Vo

lum

e A

kar

(ml)

Substrat

Page 36: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

22

menjadi racun. Menurut Ebrahime (2012) ketersediaan air karena daya

penahanan air lebih tinggi sehingga absorpsi air dan nutrisi meningkat.

Substrat yang mampu menahan air lebih baik dapat menyediakan kebutuhan

air bagi tanaman.

2. Panjang Akar

Akar merupakan bagian vital bagi tanaman yang berperan dalam

pertumbuhan dan kelangsungan hidup suatu tanaman dengan menyerap

unsur hara dan air. Pengukuran panjang akar untuk dapat menggambarkan

sejauh mana tanaman dapat menjangkau unsur hara. Berdasarkan analisis

ragam (Lampiran 8, tabel 9) pada panjang akar tidak menunjukkan beda

nyata pada interaksi antara substrat dan nutrisi. Menurut Islami dan Utomo

(1995), peningkatan panjang dan volume akar tidak selalu berpengaruh

positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Pada substrat bagase

dengan nutrisi standar dan modifikasi berturut-turut adalah 32,3cm dan

29,5cm. Hasil rerata panjang akar pada substrat bagase kerikil dengan

nutrisi standar dan modifikasi berturut-turut adalah 32,5cm dan 36,5. Hasil

rerata panjang akar substrat bagase pecahan batu bata berturut-turut adalah

36,5cm dan 33,9cm (Gambar 3). Umumnya akar pada kultur budidaya

hidroponik biasanya terkena variasi temperatur yang besar sehingga akar

tanaman dapat selamat dari suhu akar yang ekstrim yang panas dan dingin

(Kafkafi 2001). Penggunaan polybag dapat menghambat panjang akar

karena akar tertahan oleh lapisan bawah polybag dan akan berbelok ke

samping sehingga berpengaruh terhadap rerata panjang akar keseluruhan.

Page 37: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

23

Keterangan : N1 : Nutrisi standar N2 : Nutrisi Modifikasi

Gambar 3. Histogram panjang akar tanaman

3. Berat Segar Akar

Berat akar merupakan parameter untuk dapat mengetahui pertumbuhan

akar tanaman. Berat basah akar merupakan berat total akar yang

menunjukkan hasil metabolik tanaman (Salisbury dan Ross 1995). Akar

tumbuh terlalu cepat sebagian hasil fotosintesis yang seharusnya digunakan

untuk pembentukan bagian atas tanaman dipindahkan untuk perkembangan

akar, sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembentukan hasil (Islami

dan Utomo 1995). Kondisi substrat yang optimal dan drainase yang lancar

dapat mendukung pertumbuhan akar dengan baik, shingga dapat

menghasilkan berat akar yang maksimal.

32,3 29.5

32.5 36.5 36.5

33,9

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

N1 N2 N1 N2 N1 N2

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

Pan

jan

g A

kar

(cm

)

Perlakuan

Page 38: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

24

Keterangan : N1 : Nutrisi standar N2 : Nutrisi Modifikasi

Gambar 4. Histogram berat akar tanaman

Substrat bagase dengan nutrisi standar dan modifikasi memiliki rerata

berat akar berturut-turut adalah 17,11g dan15,43g; substrat bagase kerikil

dengan nutrisi standar dan modifikasi berturut-turut adalah 23,48g dan

21,23g dan substrat bagase pecahan batubata dengan nutrisi standar dan

modifikasi memiliki rerata berturut-turut adalah 24,98g dan 24,25g (gambar

4). Hasil rerata paling tinggi ditunjukkan pada kombinasi bagase pecahan

batu bata dengan nutrisi standar dan hasil terendah ditunjukkan pada

kombinasi perlakuan substrat bagase dengan nutrisi modifikasi. Faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan akar dan persebarannya adalah penghalang

mekanik, suhu substrat, aerasi, ketersediaan air, dan ketersediaan unsur

hara (Lakitan 2010). Pengurangan K pada nutrisi modifikasi membuat

kestabilan nutrisi pada substrat tidak stabil sehingga tanaman menjadi

kekurangan unsur hara dan berdampak pada pembentukan sel akar.

substrat bagase hanya menggunakan unsur organik saja sehingga

mengalami pelapukan yang cepat dan mengganggu pertumbuhan akar

tanaman.

17,11 15,43

23,48 21,23 24,98

24.25

0

5

10

15

20

25

30

35

N1 N2 N1 N2 N1 N2

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

Be

rat

Aka

r (g

)

Perlakuan

Page 39: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

25

4. Persebaran Akar

Akar merupakan bagian penting pada tanaman karenan berfungsi untuk

penyangga tanaman dan menyerap air dan unsur hara. Untuk menjaga

ketersediaan air pada tanaman akar tumbuh mengikuti celah-celah substrat

untuk menemukan sumber air dan unsur hara. Sebaran akar atau distribusi

akar pada tanaman berhubungan dengan luas daerah penyerapan akar.

Semakin besar distribusi akar maka semakin luas penyerapan unsur hara

pada tanaman. Menurut Khush (1995) menyatakan bahwa perkaran yang

tebal,dalam, mencengkram lebih luas serta kuat menahan tanaman,

meningkatkan penyerapan air dan unsur hara sehingga dapat lebih efisien.

Distribusi dan pertumbuhan sistem perakaran merupakan respon

terhadap perbedaan konsentrasi hara yang tersedia pada substrat (Fitter dan

Hay 1992), sehingga persebaran akar paling tinggi akan terjadi pada

substrat yang paling subur. Ingram et al (2013) menambahkan, distribusi

akar dalam substrat dapat dipengaruhi oleh distribusi ukuran partikel

substrat. Sehingga semakin kecil ukuran partikel maka semakin besar pula

distribusi akar.

Distribusi perakaran tanaman kubis bunga dapat dilihat pada gambar 5

pada substrat bagase dengan nutrisi standar menunjukkan akar tipis

kecoklatan dan menyebar ke kiri dan kekanan dan berbau busuk berbeda

dengan substrat yang di beri tambahan substrat anorganik. Persebaran akar

terlihat lebih luas pada substrat bagase kerikil dan bagase pecahan batu

bata terlihat penuh pada polibag sampai dasar polybag. Karena pada dasar

polybag bukan substrat organik yang terendam air nutrisi terus menerus

shingga akar dapat tumbuh dengan baik.

Page 40: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

26

Nutrisi

Substrat

Bagase Bagase kerikil Bagase pecahan

batu bata

Standar

Modifikasi

Gambar 5. Persebaran akar pada jenis substrat dan nutrisi tanaman kubis

bunga

Distribusi perakaran tanaman kubis bunga dapat dilihat pada gambar 5

pada substrat bagase dengan nutrisi standar menunjukkan akar tipis

kecoklatan dan menyebar ke kiri dan kekanan dan berbau busuk berbeda

dengan substrat yang di beri tambahan substrat anorganik. Persebaran akar

terlihat lebih luas pada substrat bagase kerikil dan bagase pecahan batu

bata terlihat penuh pada polibag sampai dasar polibag. Karena pada dasar

polibag bukan substrat organik yang terendam air nutrisi terus menerus

shingga akar dapat tumbuh dengan baik.

Page 41: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

27

5. Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu dari umur 1 minggu

hingga tanaman masuk masa panen (Gambar 6). Laju pertumbuhan kubis

bunga pada 1 dan 2 MST sebesar 0,3 cm per hari, memasuki 3 MST laju

pertumbuhan hanya sebesar 0,1 cm perhari kembali lagi 0,3 cm perhari

sampai 7 MST. Memasuki minggu ke 8 sampai 11 laju pertumbuhan kubis

bunga mencapai 0.6cm per hari. Pertambahan tinggi suatu tanaman adalah

penanda bahwa tanaman tersebut mengalami pertumbuhan. Tinggi tanaman

merupakan ukuran yang paling sering diamati, baik sebagai indikator atau

variable yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau

perlakuan yang diterapkan (Sitompul dan Guritno 1995). Saat awal

pertumbuhan minggu ke 1 dan 2 kubis bunga masih menggunakan

cadangan makanan dari kotiledon, kemudian pertumbuhan melambat karena

adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Menurut Sitompul (2016) tanaman

mendapatkan suplai karbohidrat yang digunakan untuk awal pertumbuhan

berasal dari kotiledon yang berkembang menjadi organ fotosintesis. Kubis

bunga adalah tanaman yang berasal dari subtropis yang cenderung

berudara dingin sehingga bila ditanam di dataran rendah yang panas perlu

adaptasi terlebih dahulu. Temperatur untuk pertumbuhan kubis bunga yaitu

minimum 15,5-180C dan maksimum 240C (Rukmana 1994). Setelah

memasuki masa generatif pertumbuhan kubis bunga mulai meningkat lebih

cepat yaitu ketika sudah memasuki minggu ke 8 hingga muncul kuncup

bunga pada minggu ke 11. Pertumbuhan semacam ini mendekati pola linier,

sehingga pertumbuhan tanaman belum maksimum.

Page 42: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

28

Keterangan : N1 : Nutrisi standar N2 : Nutrisi Modifikasi

Gambar 6. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman kubis bunga

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tin

ggi T

anam

an (

cm)

Minggu ke-

Media Bagase

N1

N2

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tin

ggi t

anam

an (

cm)

Minggu ke-

Media bagase+kerikil

N1

N2

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Tin

ggi t

anam

an (

cm)

Minggu ke-

Media bagase+pecahan batu bata

N1

N2

Page 43: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

29

Tinggi tanaman kubis bunga pada 10 MST berkisar antara 25,5 hingga

30,6 (Gambar 7) tidak terjadi perbedaan nyata pada perlakuan nutrisi.

Bagase mengandung unsur K, kandungan K pada bagase dalam bentuk

unsur K2O sebesar 0,14% (Samsuri et al 2000) sementara tanaman

menyerap unsur K dalam bentuk K+, apabila tanaman kekurangan unsur K

maka menyebabkan proses fisiologis terganggu. Kalium berperan penting

dalam proses Fotosintesis karena dapat meningkatkan pertumbuhan dan

meningkatkan asimilasi CO2 serta meningkatkan proses pembukaan

stomata (Lakitan 2004). Pengurangan K pada nutrisi tidak berbeda nyata

dengan nutirisi standard, karena kekurangan K sudah terpenuhi oleh

bagase.

Keterangan : N1 : Nutrisi standar N2 : Nutrisi Modifikasi

Gambar 7. Histogram tinggi tanaman minggu ke-11 setelah tanam

Substrat dalam penelitian ini yaitu bagase, bagase dengan kerikil dan

bagase dengan pecahan batu bata menunjukkan perbedaan nyata terhadap

tinggi tanaman kubis bunga. Substrat bagase dengan kerikil, bagase dengan

pecahan batu bata dan bagase menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada

tinggi tanaman yaitu 30,25cm, 28,77cm, dan 25,76cm (Gambar 8). Kerikil

berpori-pori besar sehingga dapat menyerap air dan cepat kering oleh

proses penguapan menjadi lebih baik bila dicampur dengan bagase yang

memiliki pori-pori kecil sehingga akan menghasilkan substrat yang baik.

25,53 26

30,66 29,83 28,66 28,89

0

5

10

15

20

25

30

35

N1 N2 N1 N2 N1 N2

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

Tin

ggi T

anam

an

Perlakuan

Page 44: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

30

Menurut Siregar (2000), bahwa perbaikan sifat fisik tanah dengan

penambahan bahan organik dapat meningkatkan daya sangga air, agregasi,

permeabilitas dan aerasi tanah. Kerikil berasal dari material gunung berapi

sehingga masih terdapat sisa-sisa abu vulkanik. Abu vulkanik ini lah yang

mempengaruhi pertumbuhan tanaman, hal ini dapat diketahui karena

tanaman dapat tumbuh lebih tinggi dari tanaman normal. Menurut Ariyanto

(2011), material gunung berapi sebagian besar pasir dan kerikil memiliki pH

yang tergolong masam yaitu sekitar 6,32 karena masih terdapat belerang

yang belum larut oleh air hujan. Pada substrat bagase yang terjadi adalah

pelapukan sehingga merubah sifat fisiknya, penyusutan massa substrat dan

ketebalan substrat juga menjadi penyebab rendahnya tinggi tanaman pada

substrat bagase.

Gambar 8. Histogram pengaruh komposisi substrat terhadap Tinggi

Tanaman

6. Biomassa tanaman

Biomasa tanaman berupa berat kering tanaman merupakan akibat

dari pertumbuhan dan hasil bersih asimilasi O2 selama proses pertumbuhan

tanaman. Biomasa tanaman merupakan akumulasi fotosintat berupa protein,

karbohidrat, dan lipida (lemak) yang berada pada akar, batang dan daun.

Semakin besar biomassa tanaman, maka semakain besar pula kandungan

hara yang diserap oleh tanaman. Pengeringan bahan bertujuan untuk

menghilangkan kandungan air pada tanaman, sehingga didapat bagian

25,76a

30,25c 28,77b

0

5

10

15

20

25

30

35

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

Tin

ggi T

anam

an (

cm)

Media

Page 45: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

31

tanaman saja. Menurut Sitompul 2016 menyatakan bahwa pengeringan

bahan bertujuan untuk menghilangkan kandungan air bahan yang dilakukan

pada suhu relatif tinggi selama jangka waktu tertentu sehingga mencapai

berat kering konstan. Fotosintat tanaman terdistribusi pada seluruh bagian

tanaman, pada akar rata-rata biomasa berkisar 3,33 g sampai 6,35 g, pada

batang berkisar 12,42 g sampai 15,78 g dan pada daun berkisar 18,13 g

sampai 23,43 g. Penghitungan biomasa digunakan untuk mengetahui

efektifitas proses fotosintesis pada suatu tanaman karena dapat

menunjukkkan banyaknnya bahan organik yang mampu disitesis oleh

tanaman. Akumulasi fotosintat tercermin pada biomassa tanaman (berat

kering brangkasan), semakin tinggi fotosintat semakin tinggi pula biomassa

(Cometti et al 2013). Pembagian fotosintat pada akar batang dan daun

berbeda-beda pada setiap perlakuan (gambar 9). Analisis ragam (Lampiran

8) pada biomassa akar, batang dan daun menunjukkan beda nyata antar

substrat namun pada nutrisi tidak. Karakteristik berbagai macam substrat

mempengaruhi perakaran tanaman sehingga dapat mempengaruhi laju

fotosintesis tanaman. Akar sebagai organ vital tanaman karena sebagai

penyuplai air dan unsur hara yang sangat penting untuk proses fotosintesis

tanaman. Berat kering tanaman dipengaruhi oleh efektifitas proses

fotosintesis karena apabila hasil akumulasi fotosintesis sedikit maka berat

kering tanaman menjadi lebih kecil (Harjadi 1993).

Keterangan : N1 : Nutrisi standar N2 : Nutrisi Modifikasi

Gambar 9. Histogram biomassa akar, batang, dan daun

4.22 3.33 5.47 5.05 5.53 6.35

12.42 13.00 12.97 14.03 15.78 14.60

18.13 19.32 21.88 19.03

22.53 23.43

05

101520253035404550

N1 N2 N1 N2 N1 N2

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

daun

batang

akar

Page 46: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

32

Hasil analisis ragam (Lampiran 8, Tabel 13) substrat dan interaksi

menunjukkan adanya beda nyata pada bagian biomassa akar tanaman,

tetapi tidak berbeda nyata pada nutrisi. Berat kering akar terbaik

ditunjukkkan pada perlakuan bagase pecahan batu bata (Gambar 10).

Penggunaan substrat bagase dengan pecahan batu bata memiliki aerasi

yang baik sehingga dapat meningkatkan ketersediaan air. Ketersediaan air

yang cukup menyebabkan tanaman melakukan penyerapan, sehingga

menumbuhkan organ tanaman untuk penyerapan yaitu akar. Menurut Islami

dan Utomo (1995) akar tanaman cenderung membentuk percabangan yang

banyak pada keadaan substrat yang subur dan memliki ketersediaan air

yang cukup bagi tanaman.

Gambar 10. Histogram pengaruh komposisi substrat terhadap biomassa

akar

Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 8, tabel 15) komposisi substrat

menunjukkan beda nyata pada biomassa batang, tetapi nutrisi dan interaksi

tidak beda nyata. Biomassa batang terbaik ditunjukkan pada perlakuan

substrat bagase pecahan batu bata yaitu 15,19 g dan terendah adalah pada

substrat bagase yaitu 12,71 g. Pada substrat bagase mengalami pelapukan

sehingga kemampuan bagase dalam menyediakan air dan unsur hara

berkurang. Pelapukan juga menyebabkan massa substrat menjadi menyusut

sehingga tidak mampu menopang pertumbuhan akar dan tinggi tanaman.

Menurut Irianto (2008) pelapukan mempengaruhi kepadatan dan ketebalan

3,78a

5,26b

5,94c

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

Bio

mas

sa A

kar

(g)

Perlakuan

Page 47: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

33

substrat sehingga mengganggu perakaran dan pertumbuhan tanaman.

Akibat akar tidak mampu tumbuh dengan baik sehingga tidak mampu

menopang tanaman batang tanaman banyak yang rubuh dan mengalami

pembengkokan, sehingga tumbuh kurang maksimal. Pada substrat bagase

pecahan batu bata dan bagase kerikil akar terbantu oleh adanya pecahan

batu bata dan kerikil sehingga dapat mencengkram dengan kuat dan dapat

menopang tubuh tanaman sehingga pertumbuhan batang tidak mengalami

pembengkokan.

Gambar 11. Histogram pengaruh komposisi substrat terhadap biomassa

batang

Hasil analisis ragam (Lampiran 8, tabel 17) komposisi substrat

menunjukkan beda nyata terhadap biomassa daun, tetapi nutrisi dan

interaksi tidak menunjukkan beda nyata pada biomassa daun. Pada berat

kering daun tertinggi pada substrat bagase pecahan batu bata yaitu 23,98 g

sedangkan terendah pada substrat bagase yaitu 18,73 g. Pertumbuhan daun

dipengaruhi oleh pertumbuhan akar semakin bagus perakaran maka smakin

bagus pula kondisi tanaman. Fotosintat pada bagian vegetatif tanaman akan

tercermin pada berat kering brangkasan, semakin banyak fotosintat maka

akan semakin tinggi pula berat kering suatu tanaman (Budiastuti 2000).

Biomassa tanaman cerminan dari efektifitas akar dalam menyerap unsur

hara dan air sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, sehingga volume

12,71a 13,50ab

15,19b

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

Bio

mas

a b

atan

g (g

)

substrat

Page 48: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

34

persebaran akar berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Gambar 12. Histogram pengaruh komposisi substrat terhadap biomassa

daun

7. Luas daun

Luas daun dapat dikategorikan sebagai faktor yang berpengaruh

terhadap hasil dan produktivitas tanaman karena berpengaruh dalam laju

fotosintesis tanaman. Luas daun yang besar mempengaruhi laju fotosintesis

tanaman serta posisi daun kanopi pada tanaman. Hasil analisis ragam

(Lampiran 8, tabel 19) menunjukkan komposisi substrat, nutrisi dan interaksi

tidak menunjukkan beda nyata pada luas daun. Besarnya luas daun akan

berpengaruh pada luas permukaan daun tanaman sehingga dapat

menangkap cahaya matahari yang lebih besar dan banyak. Menurut

Sitompul 1995, semakin besar luas permukaan daun dan semakin besar

cahaya matahari yang diserap proses fotosintesis berjalan semakin baik.

luas daun yang besar tersebut mempengaruhi biomassa shingga biomassa

tanaman substrat bagase + pecahan batu bata tinggi. Rendahnya luas daun

mengakibatkan fotosintesis yang rendah dan menghasilkan fotosintat yang

rendah (Danehl et al 2014).

18,73a

20,46a

22,98b

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

Bio

mas

a D

aun

(g)

substrat

Page 49: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

35

Keterangan : N1 : Nutrisi standar N2 : Nutrisi Modifikasi

Gambar 13. Histogram luas daun tanaman

Luas daun berkisar antara 7257,16 hingga 8756,08, luas daun terbaik

ditunjukkan pada bagase+pecahan batubata dengan nutrisi standar yaitu

sebesar 8756,08 cm2 (Gambar 13). Penggunaan komposisi substrat bagase

tambah pecahan batu bata diduga mampu menyediakan aerasi dan draenasi

yang baik untuk membantu tanaman dalam pembentukan akar. Sistem

perakaran yang banyak memungkinkan tanaman dapat menyerap air dan

unsur hara secara optimal sehingga dapat ditranslokasikan ke seluruh

bagian tubuh tanaman dan dapat mendukung pembentukan bagian tanaman

baru termasuk pertambahan jumlah daun. Sifat substrat tanam bagase ini

adalah ringan, sangat porous dan mampu menahan air dengan baik. Bila

disiram air, kondisi substrat tanam akan mampu mempertahankan

kelembaban tetapi tidak jenuh air. Disamping itu, porousitas yang baik akan

mampu memberikan susunan udara (aerasi) yang baik (Dodd et al 1984).

Pertumbuhan akar yang baik mampu menyediakan unsur hara dan nutrisi

untuk kelangsungan hidup suatu tanaman. Faktor lingkungan seperti suhu

dan kelembaban udara juga dapat mempengaruhi luas daun jika

kelembaban udara terlalu rendah dan suhu udara yang tinggi menyebabkan

evapotranspirasi berlangsung terus menerus, tanaman akan kehilangan air

dalam jumlah banyak dan menurunkan tekanan sel tanaman shingga

7257.16 7470.79 7398.89 7977.69

8756.08 7991.01

0.00

2000.00

4000.00

6000.00

8000.00

10000.00

12000.00

N1 N2 N1 N2 N1 N2

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

Luas

Dau

n (

cm2

)

Perlakuan

Page 50: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

36

tanaman mulai layu sehingga tanaman tidak dapat menyerap air dan unsur

hara secara optimal, sehingga proses penambahan luas daun juga

terhambat (Karsono et al 2003). Menurut Junita et al (2002) tanaman yang

mengalami kekeringan pada pertumbuhan vegetatif mempunyai daun lebih

sempit dibandingkan tanaman yang memperoleh air yang cukup.

8. Umur Berbunga

Pengukuran umur berbunga dilakukan saat tanaman sudah mulai

menunjukkan kuncup bunga dihitung dari mulai ditanam HST. Berdasarkan

hasil pengukuran umur berbunga (Gambar 14) penggunaan substrat bagase

pecahan bata dengan nutrisi modifikasi menunjukkan umur berbunga paling

cepat yaitu 59 HST. Pnelitian ini menghasilkan umur berbunga yang lebih

lama dibandingkan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Widiatningrum dan Pukan (2010) dengan rata-rata umur berbunga lebih

cepat yaitu 23 HST yang ditanam pada dataran tinggi kopeng degan suhu

lebih rendah. Faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan bunga adalah

faktor lingkungan. Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi insiasi pembungaan. Berdasarkan pengukuran suhu (tabel 2

lampiran 4) menunjukkan suhu rata-rata screen house yang cukup tinggi

mencapai 38,420C (Lampiran 4), sementara suhu optimum kubis bunga yaitu

antara 15,2-180C dan suhu maksimum 240C (Rukmana 1994). Suhu yang

tinggi dapat memperlambat pertumbuhan dan diferensiasi sel (Larcher

2003). Tanaman pada suhu yang tinggi akan lebih lambat mengalami

rangsangan pembungaan, meskipun tanaman tersebut sudah memiliki

bahan yang cukup untuk mengalami pembungaan. Tanaman dapat

menginisiasi pembungaan bila ada vernalain hormon perangsang

pembungaan yang akan terbentuk jika suhu rendah.

Page 51: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

37

Keterangan : N1 : Nutrisi standar N2 : Nutrisi Modifikasi

Gambar 14. Histogram umur Berbunga

Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 8, tabel 20) menunjukkan bahwa

komposisi substrat memberikan pengaruh nyata terhadap umur berbunga.

Substrat bagase pecahan batu bata berbeda nyata dengan substrat bagase

kerikil dan bagase. Penggunaan substrat bagase pecahan batu bata memiliki

rerata umur berbunga 60,92 HST, substrat bagase kerikil memiliki rerata

umur berbunga 64,92 HST dan substrat bagase memiliki rerata umur

berbunga 64,33 HST (Gambar 15). Substrat sangat berperan penting dalam

pertumbuhan tanaman. Sebagian besar kebutuhan unsur hara tanaman

dipasok melalui substrat tanam yang selanjutnya diserap oleh tanaman

melalui perakaran. substrat yang baik dapat menyediakan unsur hara yang

cukup bagi pertumbuhan tanaman, pertumbuhan yang baik akan

mempercepat kematangan sel dalam tanaman. Waktu pembungaan

berhubungan dengan tingkat kematangan sel dalam tanaman. Faktor

pebedaaan genotipe antara kubis bunga dapat membedakan umur berbunga

pada perlakuan setiap tanaman berbeda-beda. Menurut Darjanto dan Satifah

(1990) menyatakan bahwa peralihan dari fase vegetatif ke generatif

sebagaian ditentukan oleh genotipe.

64,67 64 65,17

64,67

62 59,83

50

52

54

56

58

60

62

64

66

68

70

N1 N2 N1 N2 N1 N2

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

HST

Perlakuan

Page 52: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

38

Keterangan : N1 : Nutrisi standar N2 : Nutrisi Modifikasi

Gambar 15. Histogram pengaruh komposisi substrat terhadap umur

berbunga

9. Diameter Bunga

Ukuran bunga yang dihasilkan kubis bunga dipengaruhi oleh jenis

varietas, asupan unsur hara yang diberikan dan lingkungan yang

mendukung untuk perumbuhan kubis bunga. Besar kecilnya krop bunga

dapat diukur dengan diameter bunga. Berdasarkan hasil uji ragam

menunjukkan bahwa komposisi substrat dan nutrisi tidak memberikan

pengaruh nyata terhadap diameter bunga, begitu juga dengan interaksi

antara komposisi substrat dengan nutrisi tidak memberikan pengaruh nyata.

Untuk dapat menghasilkan hasil yang bagus diperlukan unsur hara, air dan

cahaya matahari yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Ketersediaan

faktor tersebut dapat mempengaruhi laju fotosintesis. Fotosintersis akan

menghasilkan fotosintat yang akan digunakan tanaman untuk pembentukan

bunga, biji dan buah. Menurut Febriani et al (2012) menjelaskan bahwa

jumlah fotosintat besar yang diperoleh oleh tanaman ketika fotosintesis

memungkinkan pembentukan organ tanaman yang lebih besar. Hal ini

dikarenakan jumlah fotosintat yang besar terakumulasi pada organ tertentu

seperti pada bunga, buah, batang dan daun. Pada hasil pengukuran

diameter bunga (Gambar 16) terlihat bahwa perlakuan substrat bagase

64,33b 64,92b

60,92a

56.00

57.00

58.00

59.00

60.00

61.00

62.00

63.00

64.00

65.00

66.00

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

HST

Perlakuan Media Substrat

Page 53: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

39

kerikil dengan nutrisi modifikasi memiliki diameter bunga tertinggi yaitu

12,29. Bagase merupakan bahan organik, sedangkan kerikil merupakan

substrat anorganik. Bahan organik mengalami perubahan sifat fisik dan kimia

sehingga mempengaruhi ketahanannya untuk menopang tanaman dan

menahan larutan nutrisi. Perubahan kimia pada substrat tanam

memperngaruhi hara yang tersedia, karena tanaman juga mengambil hara

yang terkandung dalam substrat tanam (Mas’ud 2009). Bahan anorganik

memiliki kapasitas tukar kation tinggi meningkatkan penyerapan serta

penyimpanan nutrisi dan air (Suwardi 2002) sehingga percampuran

keduanya dapat memberikan hasil yang tertinggi pada diameter bunga.

Keterangan : N1 : Nutrisi standar N2 : Nutrisi Modifikasi

Gambar 16. Histogram diameter bunga

10. Berat Bunga

Perhitungan berat bunga adalah menghitung berat krop yang telah

dipisahkan dari daun dan tangkai tanaman yang ditimbang dengan

menggunakan timbangan manual dengan satuan (gram). Berdasarkan hasil

analisis ragam (Lampiran 8, tabel 23) menunjukkan bahwa komposisi

substrat dan nutrisi tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap variabel

berat bunga, begitu juga dengan interaksi antara substrat dan nutrisi tidak

10.40 11.02 12.41

12.29

10.89 11.97

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

N1 N2 N1 N2 N1 N2

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

Dia

me

ter

(cm

)

perlakuan

Page 54: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

40

menunjukkan pengaruh nyata. Berdasarkan Histogram (gambar 17) krop

kubis bunga memiliki rata-rata antara 91,50g-110,63g sedangkan normalnya

krop kubis bunga dapat mencapai 800g-900g (Lampiran 2). Rata-rata berat

bunga tertinggi yaitu pada komposisi substrat bagase dengan pemberian

nutrisi modifikasi (110,63g), sedangkan hasil terendah yaitu pada komposisi

substrat bagase dengan nutrisi standar (91,7g). Suhu tinggi mengakibatkan

tanaman mengalami respirasi sehingga fotosintat dirombak kembali oleh

tanaman. Fotosintat yang dirombak kembali oleh tanaman menjadi energi

mengakibatkan cadangan makanan berkurang sehingga mempengaruhi

berat bunga.

Keterangan : N1 : Nutrisi standar N2 : Nutrisi Modifikasi

Gambar 17. Histogram berat bunga

Menurut Koudela (2011) Kondisi suhu yang terlalu tinggi dan

ketersediaan air pada substrat tanam dapat mempengaruhi hasil tanaman

kubis bunga. Menurut penelitian yang dilakukan Latifah (2017) kebutuhan air

pada tanaman kubis bunga sangatlah penting, air akan membantu proses

pembentukan ukuran dan bobot massa bunga, dan apabila kekurangan air

pertumbuhan massa bunga akan terhambat sehingga hasilnya menjadi

rendah. Substrat juga dapat mempengaruhi hasil kubis bunga karena

karakteristik substrat berbeda-beda. Menurut Khalaj (2007) bahan organik

91.50 98.05 102.40

96.15

109.78 110.63

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

140.00

N1 N2 N1 N2 N1 N2

Bagase Bagase+kerikil Bagase+Pecahan batubata

Be

rat

Bu

nga

(g)

Perlakuan

Page 55: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

41

dan kapasitas tukar kation yang tinggi meningkatkan penyerapan serta

penyimpanan nutrisi dan air, juga dengan menciptakan kondisi yang cocok

untuk pertumbuhan akar tanaman, dapat meningkatkan karakterisitik

kualitatif dan kuantitatif bunga. Kapasitas tukar kation yang tinggi dapat

mempengaruhi penyerapan air dan unsur hara pada tanaman karena

tanaman menyerap unsur hara tidak berupa senyawa melainkan ion

sehingga bila kapasitas tukar kation tinggi dapat membatu tanaman

menyerap unsur hara.

Page 56: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

42

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Penggunaan bagase menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang kurang

baik sehingga penggunaan sebagai media hidroponik substrat perlu dikaji

lagi.

2. Dalam penelitian ini bagase dengan penambahan pecahan batu

bata menunjukkan pertumbuhan kubis bunga paling baik serta lebih

cepat berbunga dan memiliki berat bunga yang lebih baik.

3. Perlakuan nutrisi pengurangan k pada nutrisi modifikasi menunjukkan

hasil yang tidak berbeda dengan nutrisi standar sehingga pengurangan k

tersebut dapat dilakukan.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah

penggunaan bagase dapat dilakukan sebagai media dalam sistem hidroponik

substrat untuk lebih mendapatkan hasil yang lebih bagus sebaiknya penggunaan

bagase ditambah dengan media anorganik.

Page 57: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, redaksi. 2007. Buku Pintar Tanaman Hias. PT Agromedia Pustaka. Jakarta

Agustina L. 2004. Dasar-Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta.

Arie Indragunawan. 2006. Perancangan dan implementasi sistem otomatisasi pemeliharaan tanaman hidroponik. Jurnal Tehnik Elektro. Vol 8 No1.

Ariyanto DP, Rahayu VR, Cahyani dan Komariah 2011. Dampak Pelindihan terhadap Kalsium (Ca) Tertukar pada Profil Tanah Hasil Erupsi Merapi Tahun 2010. Prosiding Seminar Nasional “Upaya Pemulihan Lahan Akibat Erupsi Gunungapi”. Jurusan Ilmu Tanah FP UNS. Surakarta.

Budiastuti, MS. 2000. Penggunaan Triankontanol dan Jarak Tanam pada Tanaman Kacang Hijau (phaseollus tadiates L.). Agrosains. Vol 2(2).

Cahyono B. 2001. Kubis Bunga dan Broccoli. Kanisius. Yogyakarta.

Cahyono B. 2005. Kubis bunga dan broccoli. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Campbell . 2008. biologi edisi kedelapan jilid 1 .Jakarta.Erlangga

Cometti NN, Diene MB, Karla G et al. 2013. Cooling and concentration of nutrient solution in hydroponic lettucecrop. J Hortic Bras Vol 31(2).

Cordova H, Purwani K I dan Nurhidayati T. 2009. Pengembangan sistem multi kontrol ph (non-linier) intensitas radiasi matahari dan kelembaban untuk optimalisasi suplai nutrisi serta peningkatan kecepatan tumbuh lettuce pada greenhouse hidroponik NFT. Laporan Akhir Hibah Penelitian Strategis Nasional. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Dannehl D. J. Suhl. C Ulrichs. U. Schmidt. 2014. Evaluation of substitutes for rock wool as growing substrate for hydroponic tomato production. J. of Aplied Botany and Food Quality. 88: 68-77

Darjanto, Satifah. 1990. Pengetahuan dasar biologi bunga dan teknik silang buatan. Jakarta (ID): Gramedia.

Denise V, Duclos and Thomas B. 2008. Meristem identity gene expression during curd proliferation and flower initiation in Brassica oleracea. Journal of Experimental Botany, Vol 59 No 2.

Dodd JI, Burton RGB, Jeffries P. 1984. Phosphate activity association with the rootsandrhizosphere of plants infected with vessicullar and arbuscularmycorrhizal fungi. Journal new phyto.107:163-172

Ebrahime Razieh, Souri M K, Ebrahime F, and M. Ahmadizadeh. 2012. Growth and Yield of Strawberries under Different Potassium Concentrations of Hydroponic System in Three Substrates. World Applied Sciences Journal. Vol 16 No 10.

Fahrudin, F., 2009. Budidaya Caisim (Brassica Juncea L.) Menggunakan Ekstrak Teh dan Pupuk Kascing. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Fitriani M L. 2009. Budi Daya Tanaman Kubis Bunga (Brassica Oleraceae Var Botrytis L.) Di Kebun Benih Hortikultura (Kbh) Tawangmangu. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Page 58: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

Fitter AH dan Hay RKM. 1992. Fisiologi lingkungan tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Gardner FP, Perce RB, Mitchcell RI. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan oleh H. Susilo. Jakarta. UI Press

Harjadi. 1993. Pengantar Agronomi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Umum

Haryanti AMH, S Darmanti, Munifatul I. 2008. Kapasitas Penyerapan dan Penyimpanan Air pada Berbagai Ukuran Potongan Rumput Laut Gracilaria verrucosa sebagai Bahan Dasar Pupuk Organik.Jurnal BIOMA. Vol 10 No 1.

Hermiati Euis, Djumali M, Titi C et.all. 2010. Pemanfaatan biomassa lignoselulosa ampas tebu untuk produksi bioetanol. Jurnal Litbang Pertanian. Vol 29 No 4.

Hidayati M. 2009. Sistem hidroponik dengan nutrisi dan media tanam berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil selada. Media Litbang Sulteng 2 (2) : 131–136

Husin AA. 2007. Pemanfaatan Limbah Untuk Bahan Bangunan. http://www.kimpraswil.go.id/balitbang. Diakses tanggal 20 Juni 2016

Indriani dan Sumiarsih. 1992. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan Tegalan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Isdarmanto. 2009. Pengaruh Macam Pupuk Organik dan Konsentrasi Pupuk Daun Terhadap Hasil Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) dalam Budidaya Sistem Pot. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Islami T dan Utomo WH 1995. Hubungan tanah, air, dan tanaman. Semarang (ID): IKIP Semarang Press.

Junita F, Sri M dan Dody K. 2002. Pengaruh Frekuensi Penyiraman dan Takaran Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Pakchoi. J. Ilmu Pertanaian. vol 9 no 1.

Kafkafi, U. 2004. Mitigation of Mineral Deficiency Stress. Department of Field Crops. Faculty of Agriculture. Hebrew University. Israel.

Karsono S. Sudarmodjo. Sutiyoso Y 2003. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Khush GH. 1995. Breaking the yield frontier of rice. J Geo 35(3): 329-332.

Koudela M.,F. Hnilička, L. Svozilová, J. Martinková. 2011. Cauliflower qualities in two irrigation levels with the using of hydrophilic agent. Hort. Sci. (Prague). Vol.38,No.2:81-85

Kurnia U, Agus F, Adimihardja A, dan A Dariah. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. BBSDL – Litbang. Deptan. Bogor.

Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada:Jakarta.

Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta. RajaGrafindo Persada

Page 59: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

Larcher W. 2003. Physiological plant ecology. Berlin (DE): Springer.

Libia I, Trejo-Téllez and Fernando C. Gómez-Merino (2012). Nutrient Solutions for Hydroponic Systems, Hydroponics - A Standard Methodology for Plant Biological Researches, Dr. Toshiki Asao (Ed.), InTech

Lingga P. 2005. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta

Lingga P. 2009. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mas’ud H 2009. Sistem Hidroponik dengan Nutrisi dan Media Tanam Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng Vol 2(2) : 131-136.

Morgan L. 2000. Are your plants soffocatting? the importance of oxygen in hydroponics. The Gowing Edge 12(6): 50-54.

Mulyani Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta.Penerbit Kanisus.

Olle M. M. Ngouajio. A. Siomos. 2012. Vegetable quality and productivity as influenced by growing medium: a review.J. Agriculture 99(4): 399–408

Perwitawati B M, Tripatmasari dan C, Wasonowati. 2012. Pengaruh Media Tanam dan Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Pakchoi (Brassica juncea L.) dengan Sistem Hidroponik. Jurnal Agrovigar Vol 5 No 1.

Pracaya. 2000. Kol Alias Kubis. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pracaya. 2005. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Purnomo, A. 2006. Media Tanam Substrat. www.agungpurnomo.com diakses tanggal 11 Januari 2017

Rukmana R. 1994. Bertanam Kembang Kol. Kanisius: Yogyakarta.

Rukmana R. 2012. Budidaya kubis bunga dan brokoli. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Salisbury FB, dan CW Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. Edisi IV. ITB, Bandung.

Samsuri, Gozan M, Mardias R et al. 2007. Pemanfaatan selulosa bagasse untuk produksi ethanol melalui sakarifikasi dan fermentasi serentak dengan enzym xylanse. J. Makara Teknologi . Vol 11 No 1.

Sihaloho N S, Nini Ri, Lollie Agustina P. 2015. Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Varietas Detam 1 terhadap Pemberian Vermikompos dan Pupuk P. Jurnal Agroteknologi. Vol 3 No 4.

Siregar ST. 2000. Penyimpanan Benih (Pengemasan dan Penyimpanan Benih). Balai Perbenihan Tanaman Hutan Palembang. Palembang.

Siswadi dan Teguh Y. 2013. Uji Hasil Tanaman Sawi Pada Berbagai Media Tanam Secara Hidroponik. Jurnal Innofarm Vol 2 No 1.

Siswandi .2015. Pengaruh macam media terhadap pertumbuhan dan hasil selada ( Lactuca sativa L) hidroponik. J Agronomika . Vol 9 No 3.

Page 60: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

Sitompul S M dan B, Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta. UGM Press

Sitompul, S M. 2016. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Malang. UB Press

Sufardi. 2001. Meningkatkan Hasil Jagung pada Utisol Muatan Berubah dengan Aplikasi Beberapa Amandemen Tanah, Hasil dan Efisiensi Pupuk Fosfat. Jurnal Agrista 5 (1): 12-22.

Suhardiyanto H. 2002. Teknologi hidroponik modul pelatuhan palikasi teknologi hidroponik untuk perkembangan agribisnis perkotaan Bogor. Kerjasama CREATA-IPB dan Depdiknas

Sukawati I. 2010. Pengaruh Kepekatan Larutan Nutrisi Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Baby Kailan (Brassica oleraceae var alboglabra) pada Berbagai Komposisi Media Tanam dengan Sistem Hidroponik Substrat. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Susilo dan Koesniawati. 2004. Pengaruh Volume dan Jenis Media Tanam pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada (Lactuca sativa) dalam Teknologi Hidroponik Sistem Terapung, Buletin Agron . Vol 32 No 3.

Sutiyoso Yos. 2009. Hidroponik Ala Yos. Penebar Swadaya. Jakarta

Suwardi. 2002. Prospek pemanfaatan zeolit di bidang pertanian. J Zeolit Indonesia 1(1): 5-12.

Swiader JM, and George W Ware. 2002. Producing Vegetable Crops. Interstate Publisher. Inc. Illinois.

Toruan AL, Kaseke OH, Kereh LF, Sendow TK. 2013. Pengaruh porositas agregat terhadap berat jenis maksimum campuran. J. Sipil Statik 1(3): (190-195)

Widiatningrum T, Pukan KK. 2010. Pertumbuhan dan produksi kubis bunga (Brassica oleracea var. botrytis) dengan sistem pertanian organik di dataran rendah. Biosaintifika 2(2):115-121.

Page 61: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

46

LAMPIRAN

Page 62: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

47

Lampiran 1. Denah Lokasi Percobaan

Gambar 18. Denah Lokasi Pecobaan

B0N1U1 B1N2U1

B1N1U1 B0N2U2

B2N1U2 B1N2U2

B2N1U2

B1N2U2

B1N1U

B1N1U2

B1N1U2

B1N1U3

B2N1U1 B2N1U3

B0N2U1 B0N1U3

B2N2U2 B0N2U3

B0N1U2 B1N2U3

B2N2U1 B2N2U3

Keterangan:

B0 =bagase B1 = bagase + pasir malang B2 =bagase + zeolit N1 =nutrisi standar N2 =nutrisi modifikasi U1 =ulangan 1 U2 =ulangan 2 U3 =ulangan 3 =Polybag/ Tanaman

U

Batas Utara : Tanaman Terong Selatan : Tembok Screen Timur : Tembok Screen Hause Barat : Ruang Terbuka Screen

Page 63: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

48

Gambar 19. Komposisi campuran bagase dengan krikil

Gambar 20. Komposisi campuran bagase dengan pecahan batu bata

75%

25%

bagase

krikil

75%

25%

bagase

Pecahan Batu bata

Page 64: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

49

Lampiran 2. Deskripsi Varietas Kubis Bunga

DESKRIPSI KUBIS BUNGA HIBRIDA VARIETAS DIAMOND 40

Asal : Known You Seed Pte. Ltd., Taiwan Silsilah : 8-1 (F) x 8-7 (M) Golongan varietas : hibrida silang tunggal Bentuk tanaman : semi tegak Umur panen : 41-45 hari setelah tanam Warna daun terluar : hijau muda Panjang daun terluar : 42-45 cm Lebar daun terluar : 48-51 cm Bentuk krop : bulat agak kerucut Ukuran krop : tinggi ± 18 cm; diameter ± 10 cm Warna krop : putih Berat per krop : 800-900 g Kepadatan krop : padat berisi dan seragam Tekstur : halus Rasa : agak manis Daya simpan pada suhu kamar : 3-5 hari Berat 1000 biji : ± 2,7 g Hasil : 14,5-15,2 ton/ha Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai sedang dengan ketinggian 300-600 mdpl pada suhu 20-28°C di musim kemarau dan penghujan Pengusul : Chang Kuang Hsien (Known You Seed Distribution (S.E.A.) Pte. Ltd. Indonesia Representative Office) Peneliti : Huang Kuang Hsien (Known You Seed Pte. Ltd.)

Page 65: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

50

Lampiran 3. Hasil Analisis Fisik Substrat

Tabel 1. Analisis Fisik Substrat

Perlakuan Bulk Density

(g/ml) Particle Density

(g/ml) Water Holding Capacity (%)

Bagase 0,14 0,60 80

Bagase+kerikil 0,40 0,97 70

Bagase+pecahan batu bata

0,37 1,08 73

Page 66: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

51

Lampiran 4. Data Rekapan Suhu dan Kelembaban

Tabel 2. Rekapan suhu dan kelembaban

Minggu Suhu (oC) Kelembaban (%)

Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

1 25,4 37,8 29,7 90 54 71

2 24,9 36,7 28,6 88 59 73

3 26,7 39,3 27,5 87 58 75

4 24,5 38,7 28,4 97 70 74

5 25,8 39,6 29,3 96 52 77

6 23,7 37,5 29,8 82 53 75

7 25,3 38,8 27,4 80 54 71

8 29,7 41,2 28,5 99 50 73

9 22,4 36,9 29,3 85 52 80

10 23,4 37,7 27,8 91 56 72

Rata-rata 25,18 38,42 28,63 89,5 55,8 74,1

Page 67: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

52

Lampiran 5. Volume Penyiraman, EC dan pH Larutan Nutrisi

Tabel 3. Volume Penyiraman, EC dan pH Larutan Nutrisi untuk 36 Tanaman

Hari ke-

N1 N2

Volume (ml)

EC (mS/cm)

pH Volume

(ml) EC

(mS/cm) pH

1 2000 1,7 5,2 2000 1.5 5,6

3 4000 1,7 5,2 4000 1,5 5,6

5 4000 1,7 5,2 4000 1,5 5,6

7 4000 1,7 5,2 4000 1,5 5,6

9 4000 1,9 5,6 4000 1,7 5,7

11 4000 1,9 5,6 4000 1,7 5,7

13 4000 1,9 5,6 4000 1,7 5,7

15 4500 2,3 5,8 4500 2,1 6

17 4500 2,3 5,8 4500 2,1 6

19 4800 2,3 5,8 4800 2,1 6

21 4500 2,5 5,9 4500 2,3 6,1

23 4500 2,5 5,9 4500 2,3 6,1

25 4700 2,5 5,9 4700 2,3 6,1

27 5000 2,7 5,9 5000 2,5 6

29 5000 2,7 5,9 5000 2,5 6

31 5200 2,7 5,9 5200 2,5 6

33 5000 2,9 6 5000 2,7 6

35 5400 2,9 6 5400 2,7 6

37 5700 2,9 6 5700 2,7 6

39 5700 3 6 5700 2,8 6,1

41 5900 3 6 5900 2,8 6,1

43 5900 3 6 5900 2,8 6,1

45 6000 3,3 6,2 6000 3,1 6,2

47 6500 3,3 6,2 6500 3,1 6,2

49 6500 3,3 6,2 6500 3,1 6,2

51 6800 3,5 6,3 6800 3,3 6,4

53 6800 3,5 6,3 6800 3,3 6,4

55 7000 3,5 6,3 7000 3,3 6,4

57 7000 3,5 6,3 7000 3,3 6,4

59 7200 3,5 6,3 7200 3,3 6,4

61 7200 3,5 6,3 7200 3,3 6,4

63 7500 3,5 6,3 7200 3,3 6,4

65 7800 3,7 6,4 7800 3,5 6,6

67 7800 3,7 6,4 7800 3,5 6,6

69 7800 3,7 6,4 7800 3,5 6,6

71 8000 3,7 6,4 8000 3,5 6,6

73 6000 3,7 6,4 6000 3,5 6,6

Page 68: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

53

Lanjutan Tabel 3

Hari ke-

N1 N2

Volume (ml)

EC (mS/cm)

pH Volume

(ml) EC

(mS/cm) pH

75 5000 3,7 6,4 5000 3,5 6,6

77 4000 3,7 6,4 4000 3,5 6,6

79 3000 3,7 6,4 3000 3,5 6,6

Keterangan : N1=nutrisi standar, N2=nutrisi modifikasi

Page 69: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

54

Lampiran 6. Hasil Analisis pH substrat

Tabel 4. Analisis pH substrat

Perlakuan pH awal pH akhir

Bagase 7 6,8 Bagase+kerikil 7 6,5 Bagase+pecahan batu

bata 7 6,5

Page 70: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

55

Lampiran7. Ramuan Nutrisi untuk Sayuran Bunga

Tabel 5. Kandungan Unsur pada Nutrisi Standar Sutiyoso

Bahan Kimia Kebutuhan

(g)

N P K Ca Mg S Fe Mn Cu Zn B Mo

NO3 NH4

Pekatan A

Kalsium Nitrat 1177 138,82

200

Kalium Nitrat 652 91,176

253,9916

Fe-EDTA 38 5

sub total 1867

Pekatan B

Kalium dihidrofosfat 252 57,5 72,37939

Amonium sulfat

Kalium sulfat 165 73,62902

29,58309

Magnesium sulfat 1031 100 134,0206

MAP 250 30 67,5

2

Tembaga sulfat 0,4 0,1

Seng sulfat 1,5 0,3

Asam borat 4 0,7

Amonium hepta molibdat 0,1 0,05

sub total 1452 230 30

total 3319 260 125 400 200 100 164 5 2 0,1 0,3 0,7 0,05

Page 71: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

56

Lampiran 7. Ramuan Nutrisi untuk Sayuran Bunga (Lanjutan)

Tabel 6. Kandungan Unsur pada Nutrisi Modifikasi

Bahan Kimia Kebutuhan

(g)

N P K Ca Mg S Fe Mn Cu Zn B Mo

NO3 NH4

Pekatan A

Kalsium Nitrat 1177 138,8235 200

Kalium Nitrat 652 91,17647 253,9916

Fe-EDTA 38 5

sub total 1867

Pekatan B

Kalium dihidrofosfat 253 57,5 72,37939

Amonium sulfat 44 10,44093695

Kalium sulfat 110 48,62902

19,53844

Magnesium sulfat 1031 100 134,0206

MAP 250 30 67,5

2

Tembaga sulfat 0,4 0,1

Seng sulfat 1,5 0,3

Asam borat 4 0,7

Amonium hepta

molibdat

0,1

0,05

sub total 1397 230 30

total 3264 260 125 375 200 100 153 5 2 0,1 0,3 0,7 0,05

Page 72: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

56

Lampiran 8. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Komposisi Substrat dan Nutrisi

Tabel 7. Analisis Ragam Pengaruh Komposisi Substrat dan Nutrisi terhadap Volume Akar

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah

F hitung

Signifikan

Media 349,000 2 174,500 3,708 ,056* Nutrisi 112,500 1 112,500 2,391 ,148 Media * Nutrisi 30,333 2 15,167 ,322 ,731 Error 564,667 12 47,056 Total 15337,000 18 Corrected Total 1056,500 17

Keterangan: *=berpengaruh nyata Tabel 8. Uji Lanjut Pengaruh Komposisi Substrat terhadap Volume Akar

Media N Subset

1 2

B0 6 24,3333

B1 6 25,8333 25,8333 B2 6 34,3333

Tabel 9. Analisis Ragam Pengaruh Komposisi Substrat dan Nutrisi terhadap

Panjang Akar

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah

F hitung

Signifikan

Media 63,521 2 31,760 ,759 ,489 Nutrisi 1,003 1 1,003 ,024 ,880 Media * Nutrisi 45,049 2 22,524 ,538 ,597 Error 502,208 12 41,851 Total 20862,563 18 Corrected Total 611,781 17

Tabel 10. Analisis Ragam Pengaruh Komposisi Substrat dan Nutrisi terhadap

Berat Akar

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah

F hitung

Signifikan

Media 127,289 2 63,644 2,827 ,099 Nutrisi 1,805 1 1,805 ,080 ,782 Media * Nutrisi 61,081 2 30,540 1,357 ,294 Error 270,113 12 22,509

Total 7652,290 18

Corrected Total 460,288 17

Page 73: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

57

Tabel 11. Analisis Ragam Pengaruh Komposisi Substrat dan Nutrisi terhadap Tinggi tanaman 11 MST

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat

bebas

Kuadrat tengah

F hitung

Signifikan

Media 60,968 2 30,484 14,474 ,001* Nutrisi ,376 1 ,376 ,178 ,680 Media * Nutrisi 1,368 2 ,684 ,325 ,729 Error 25,273 12 2,106

Total 14345,960 18

Corrected Total 87,984 17

Keterangan: *=berpengaruh nyata

Tabel 12. Uji Lanjut Pengaruh Komposisi Substrat terhadap Tinggi tanaman 11 MST

Media N Subset

1 2 3

B0 6 25,7667

B2 6 28,4167

B1 6 30,2500

Tabel 13. Analisis Ragam Pengaruh Komposisi Substrat dan Nutrisi terhadap

Berat kering Akar

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah

F hitung

Signifikan

Media 14,723 2 7,362 48,229 ,000* Nutrisi ,117 1 ,117 ,765 ,399 Media * Nutrisi 2,314 2 1,157 7,581 ,007* Error 1,832 12 ,153

Total 467,488 18

Corrected Total 18,986 17

Keterangan: *=berpengaruh nyata Tabel 14. Uji Lanjut Pengaruh Komposisi Substrat terhadap Berat Kering Akar

Media N Subset

1 2 3

B0 6 3,7750

B1 6 5,2583

B2 6 5,9417

Page 74: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

58

Tabel 15. Analisis Ragam Pengaruh Komposisi Substrat dan Nutrisi terhadap

Berat kering batang

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah

F hitung

Signifikan

Media 19,311 2 9,655 4,606 ,033* Nutrisi ,109 1 ,109 ,052 ,824 Media * Nutrisi 4,209 2 2,104 1,004 ,395 Error 25,157 12 2,096

Total 3476,705 18

Corrected Total 48,785 17

Keterangan: *=berpengaruh nyata

Tabel 16. Uji Lanjut Pengaruh Komposisi Substrat terhadap Berat Kering Batang

Media N Subset

1 2

B0 6 12,7083

B1 6 13,5000 13,5000 B2 6 15,1917

Tabel 17. Analisis Ragam Pengaruh Komposisi Substrat dan Nutrisi terhadap

Berat kering daun

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah

F hitung

Signifikan

Media 55,027 2 27,513 8,118 ,006 Nutrisi ,294 1 ,294 ,087 ,773 Media * Nutrisi 15,205 2 7,603 2,243 ,149 Error 40,670 12 3,389

Total 7840,585 18

Corrected Total 111,196 17

Keterangan: *=berpengaruh nyata Tabel 18. Uji Lanjut Pengaruh Komposisi Substrat terhadap Berat Kering Daun

Media N Subset

1 2

B0 6 18,7250

B1 6 20,4583

B2 6 22,9833

Page 75: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

59

Tabel 19. Analisis Ragam Pengaruh Komposisi Substrat dan Nutrisi terhadap

Luas Daun

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah

F hitung

Signifikan

Media 3187943,

354 2 1593971,6

77 1,691 ,225

Nutrisi 373,829 1 373,829 ,000 ,984

Media * Nutrisi 1448606,

530 2 724303,26

5 ,769 ,485

Error 1130973

1,560 12 942477,63

0

Total 1113483959,758

18

Corrected Total 1594665

5,274 17

Tabel 20. Analisis Ragam Pengaruh Komposisi Substrat dan Nutrisi terhadap

Umur Berbunga

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah

F hitung

Signifikan

Media 56,028 2 28,014 6,206 ,014* Nutrisi 5,556 1 5,556 1,231 ,289 Media * Nutrisi 2,528 2 1,264 ,280 ,761 Error 54,167 12 4,514

Total 72445,00 18

Corrected Total 118,278 17

Keterangan: *=berpengaruh nyata Tabel 21. Uji Lanjut Pengaruh Komposisi Substrat terhadap Umur Berbunga

Media N Subset

1 2

B2 6 60,9167

B0 6 64,3333 B1 6 64,9167

Tabel 22. Analisis Ragam Pengaruh Komposisi Substrat dan Nutrisi terhadap

Diameter Bunga

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah

F hitung

Signifikan

Media 8,109 2 4,055 2,198 ,154 Nutrisi 1,248 1 1,248 ,677 ,427 Media * Nutrisi 1,113 2 ,556 ,302 ,745 Error 22,133 12 1,844

Total 2411,953 18

Corrected Total 32,603 17

Page 76: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

60

Tabel 23. Analisis Ragam Pengaruh Komposisi Substrat dan Nutrisi terhadap

Berat Segar Bunga

Sumber keragaman

Jumlah kuadrat

Derajat bebas

Kuadrat tengah

F hitung

Signifikan

Media 756,150 2 378,075 1,650 ,233 Nutrisi ,656 1 ,656 ,003 ,958 Media * Nutrisi 123,278 2 61,639 ,269 ,769 Error 2749,831 12 229,153

Total 188773,1

39 18

Corrected Total 3629,915 17

Page 77: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

61

Lampiran 9. Dokumentasi

Gambar 21. Proses pengeringan

bagase Gambar 22. Bibit kubis bunga hasil

semai selama 4 minggu

Gambar 23. Kubis bunga umur 14 HST Gambar 24. Kubis bunga umur 56 HST

Gambar 25. Media yang ditumbuhi jamur

Gambar 26. Serangan hama ulat daun

Gambar 27. Saat muncul bunga (61

HST) Gambar 28. Bunga berumur 1 minggu

Page 78: PENGGUNAAN BAGASE DALAM SISTEM HIDROPONIK … · yang harus dipecahkan. Teknologi hidroponik yang tidak memerlukan lahan yang subur dan tidak memakan tempat mulai dikembangkan dan

62

Gambar 29. Massa bunga bagase dan nutrisi standar

Gambar 30. Massa bunga bagase dan nutrisi modifikasi

Gambar 31. Massa bunga bagase

+kerikil dan nutrisi standar

Gambar 32. Massa bunga bagase

+kerikil dan nutrisi modifikasi

Gambar 33. Massa bunga bagase +pecahan batu bata dan nutrisi standar

Gambar 34. Massa bunga bagase +pecahan batu bata dan nutrisi modifikasi