27
PENGENDALIAN BAU DAN HIDROGEN SULFIDA DI TELUK IZMIR Disusun Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Metodologi Riset (TKL 113) Disusun oleh : Bagus Sujiwo L2J008083 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

PENGENDALIAN BAU DAN HIDROGEN SULFIDA

DI TELUK IZMIR

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah

Metodologi Riset (TKL 113)

Disusun oleh :

Bagus Sujiwo L2J008083

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2012

Page 2: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kota Izmir di garis pantai Laut Aegea mempunyai bau yang busuk

yang disebabkan oleh kondisi anoksik pada muara sungai. Kondisi

anaerobik pada bagian paling dangkal dari Teluk Izmir dikarenakan air

limbah domestik dan industri maupun produk eutrofikasi di bagian teluk

yang tenang. Hal ini bertanggungjawab atas terjadinya kondisi anaerobik.

Bagian dalam dari teluk menjadi lebih dangkal karena banyaknya bahan

organik yang mengendap. Aerobic digestion polutan organik dibatasi

dengan jumlah masukan oksigen dan iklim hangat yang mengarah ke

media optimal untuk proses anaerobik ketika kondisi anoksik sedang

terjadi.

Produk anaerobic digestion adalah gas yang berbau termasuk

diantaranya H2S dengan memiliki karakteristik bau yang tajam. Gas yang

mengandung sulfur/sulfur terbentuk dari sulfida dan sulfat pada antarmuka

air sedimentasi dan dilepas ke udara. Konsentrasi H2S di udara merupakan

variabel yang bergantung apada beberapa faktor seperti koefisien difusi

atmosfer yang tinggi di bawah perubahan arah dan kecepatan angin, serta

variabel seperti kedalaman air, beban organik dari sungai, temperature

udara dan air, konsentrasi sulfat pada sedimen dan air, pH dan Eh.

Studi ini bertujuan untuk mengontrol bahaya bau dengan

menghambat anaerobik sulfat dan mengurangi bakteri pada permukaan

sedimen. Untuk mencapai tujuan ini, pH antarmuka sedimen dan air

ditingkatkan dengan menambahkan kapur. Dosis kapur yang tepat

diselidiki di laboratorium terlebih dahulu, kemudian diujikan dan

diaplikasikan pada bagian muara dan hilir salah satu sungai. Tingkat emisi

gas H2S dan tingkat H2S larutan diukur. Tercatat bahwa level H2S dalam

air pada muara sungai berkurang. Efisiensi pengendalian bau mencapai

80% – 96% bahkan setelah 10 hari dari penambahan kapur di uji coba

Page 3: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

lapangan diperoleh. Dengan demikian, hasil pada studi ini

mengindikasikan bahwa penambahan kapur pada permukaan sedimen

merupakan metode yang direkomendasikan dalam program pengendalian

bau.

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang teridentifikasi adalah :

1. Timbulnya bau busuk di sekitar garis pantai Laut Aegea

2. Kondisi anaerobik pada bagian paling dangkal dari Teluk Izmir

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah pada kasus tersebut meliputi:

1. Pencarian solusi untuk menghilangkan bau busuk di sekitar garis pantai

Laut Aegea

2. Solusi yang mudah diaplikasikan di lapangan

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan cara yang efektif menghilangkan bau busuk di perairan

2. Mengontrol bahaya bau dengan menghambat anaerobik sulfat

3. Mengurangi bakteri pada permukaan sedimen.

1.5 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yag dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi umum

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada pihak industri agar lebih

memperhatikan buangan limbah yang mereka buang ke perairan.

Page 4: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

2. Bagi penulis

Menemukan solusi yang dapat memecahkan masalah tersebut dan dapat

dijadikan bahan penelitian selanjutnya karena penelitian sifatnya yang terus

berkembang.

Page 5: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

BAB II

STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

2.1 Materi Pendukung

Timbulnya level sulfat yang tinggi di lingkungan laut dan muara yang

menerima air limbah dari industri maupun rumah tangga merupakan sumber bau

busuk dari air yang tercemar dan berubah menjadi kondisi anoksik. Bau ini

disebabkan oleh gas sulfur yang menguap dari air ke atmosfer pada pH rendah.

Senyawa gas sulfur muncul sebagai produk perantara dari serangkaian proses

biologi dan kimia dari siklus alami sulfur.

Ada proyek-proyek untuk mengumpulkan atau mengolah air limbah kota dan

untuk mengeruk sedimen di bagian dangkal dari teluk. Namun, proyek

pengendalian bau ini diusulkan untuk sementara waktu sampai proyek ini

sepenuhnya berlangsung untuk solusi yang lengkap.

Tujuan dari studi ini adalah untuk menyelidiki alasan dan mekanisme masalah

dan menemukan solusi yang mudah dan murah untuk diterapkan. Penelitian ini

mencakup survei literatur tentang bahasan ini, laboratorium bench scale model tes

seri, uji lapangan dan aplikasi skala penuh penambahan kapur untuk mengontrol

bau busuk.

Mikroorganisme untuk mengurangi sulfat mampu menggunakan sulfat sebagai

sumber sulfur untuk pertumbuhan, dapat mengurangi sulfat menjadi intraselular

H2S dan dapat mengganti gugus hidroksil, serine dan homoserine dengan gugus

slufydryl. Pengurangan ini dinamakan asimilatori seperti hampir semua H2S yang

diproduksi dimasukkan ke dalam kategori aminoacids. Pengurangan sulfat

menjadi sulfida oleh mikroorganisme dapat dilihat di habitat anoksik yang

mengandung bahan organik dan sulfat. Dissimilatori pengurangan sulfat

digunakan sebagai penerima elektron untuk oksidasi bahan organik. Produk akhir

dari oksidasi ini adalah H2S yang dikeluarkan oleh sel yang bertentangan untuk

berasimilasi.

Aktivitas bakteri pengurang sulfat, seperti Desulfovibrio, Desulfomonas, dan

Desulfotomaculum merupakan aspek geochemical dan lingkungan penting di

Page 6: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

siklus global sulfur. H2S diproduksi pada padatan yang cepat menggabungkan

dengan ion logam untuk membentuk logam sulfida. Pada air yang tercemar atau

mengandung organik tinggi, dimana H2S diproduksi secara berlebih oleh besi dan

ion logam lain dapat menyebar dari sedimen dan menyebabkan ikan mati dan

masalah bau (Nriagu et al., 1978).

H2S bukanlah satu-satunya produk turunan sulfat atau senyawa organik sulfur.

Bergantung pada kondisinya, kandungan aminoacids sulfur dapat diturunkan

menjadi sulfida, H2S dan senyawa organik volatile sulfur. Produksi anaerobic H2S

dari senyawa organik volatile sulfur seperti cysteine, terkenal dan sangat penting

di perairan segar. Peran methionine kurang dikenal dan banyak sumber mencatat

bahwa metil merkaptan adalah produk hasil pengurangan. Dimetil sulfida (DMS)

biasa terbentuk setelah senyawa sulfonium diturunkan (Nriagu, et al., 1978). H2S,

DMS (dimethyl sulfide), OCS (carbonyl sulfide), CS2 (carbon disulfide), dan

CH3SH (methyl mercaptan) merupakan gas sulfur biogenic yang paling penting

yang dihasilkan dari lingkungan laut (Jorgensen, 1985).

Di perairan tenang dengan banyak bahan organik sedimen, anoxia sering

terlihat di lapisan. Laut Hitam, laut tenang dalam terbesar di dunia, adalah contoh

baik dari laut yang kaya sulfida. Contoh lain dari pengurangan sulfat dapat dilihat

pada sedimen di Teluk Delta, Fjord, daratan continental dan perairan marjinal

daratan (Nriagu et al., 1978).

Kandungan organik sulfur diuraikan oleh bakteri anaerobik dan ion sulfat

direduksi menjadi H2S oleh mikroorganisme di laguna yang terletak antara

pemecah gelombang dan tepi pantai timur Teluk Izmir. Bau yang dibuat dapat

dikenali dari seluruh kota dan dapat dilacak dengan pengukuran H2S di udara. Tes

awal dalam studi udara menunjukkan sekitar 5 mg/L H2S pada musim dingin dan

100-200 mg/L pada musim panas di daerah timbulnya bau.

2.2 Studi Kasus

Beberapa kasus aplikasi penggunaan kapur pada bagian dasar sedimen sudah

dicatat di tujuan dunia untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam beberapa studi

tentang presipitasi kapur menghasilkan hipotesis bahwa penambahan kapur untuk

Page 7: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

danau juga dapat mengurangi eutrofikasi. Kapur sudah digunakan pada beberapa

danau di Kanada Barat untuk meningkatkan kualitas air. Studi terbaru

menunjukkan bahwa penggunaan kapur adalah metode pengolahan air yang lebih

lengkap dan lebih tahan lama. Manfaat dari air limbah termasuk kontrol yang

lebih baik dari ganggang dan tumbuhan berakar tenggelam, serta penghilangan

fosfor dan presipitasi lumpur, untuk memiliki air bersih dan jernih. Sebagai

contoh, di danau dengan potensi perikanan tinggi, pendekatan alternatif untuk

meningkatkan pembentukan apatit dapat mencakup hypolimnetic injeksi dari

Ca(OH)2 atau aplikasi permukaan yang lebih besar dari CaCO3 (Mandaville,

1997). Kapur yang terhidrasi dicampur ke dalam danau untuk memberikan

sumber air dengan kualitas yang baik dan produk reaksi dapat mengendap. Kapur

bertindak sebagai koagulan untuk mengendapkan alga, lumpur dan fosfor ke dasar

danau. Aplikasi serupa oleh Bunchanan, et al. (1996) sudah dilakukan pada air

danau untuk mengatasi ledakan pertumbuhan alga dan tanaman air lainnya. Dosis

kapur yang tepat ditentukan dengan range antara 120 gram – 240 gram per m3 air.

Kapur yang terhidrasi dicampur dengan air untuk membuat slurry dan

disemprotkan merata di atas permukaan air (Williamson, 1994).

Dalam aplikasi Teluk Mikawa, ditemukan bahwa ketika kapur ditambahkan ke

lumpur maka dengan cepat mengendap atas lapisan neferoid dimana H2S, terjadi

peleburan fosfor dan konsumsi oksigen, dan air menjadi bersih (Jepang kapur

Association, 1995). Pengolahan ini dilakukan pada sampel air laut. Yang lebih

menarik, perbaikan diadakan bahkan setelah satu bulan. Jenis kapur yang

digunakan dalam percobaan ini; kalsium oksida, kalsium hidroksida, dan marine

cleaner (CaO pelet). Ca(OH)2 disiapkan sebagai solusi dengan 10% air dan

disemprotkan ke laut. Jika penyemprotan dapat dilakukan sampai ke dasar

sedimentasi, pencampuran akan lebih baik dan perbaikan air laut dapat lebih cepat

terjadi. Ini telah menunjukkan bahwa jika kapur ditambahkan ke dalam lumpur,

proses ini mencegah pembentukan H2S, menstabilkan fosfor, minyak dan logam

berat di bagian bawah sedimen dan juga mencegah pencampurannya dengan

tanah.

Page 8: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

Beberapa sungai yang menyebabkan pencemaran lingkungan dengan beban

yang berbahaya ke pusat Teluk Izmir di wilayah pelabuhan adalah kontributor

utama pencemar seperti Melez, Arap, Bornova, Manda dan Laka. Gambar 1

merupakan sketsa dari area yang bermasalah. Bahan-bahan sedimen yang dibawa

oleh Sungai serta tingkat Eutrofikasi yang tinggi cepat membuat Teluk Izmir

dangkal selama satu atau dua dekade terakhir. Pergerakan air muara melambat

karena sebuah dermaga dibangun untuk melindungi pelabuhan dan laguna yang

telah terbentuk. Ada banyak industri yang secara langsung maupun tidak langsung

membuang limbah mereka ke aliran ini. Meskipun industri ini memiliki fasilitas

pretreatment yang sering diperiksa oleh pemerintah kota, selama periode transisi

di mana gorong-gorong utama yang mengarah ke pabrik pengolahan kotamadya

berada di bawah konstruksi, masalah ini berlanjut. Di muara gabungan Melez dan

Arap, air payau dan lumpur mengandung konsentrasi sulfat yang tinggi, sulfida

dan belerang yang mengandung senyawa organik. Studi kimia sulfat dan sulfida

sedimen muara Melez dibuat dan gas H2S di fase air dan udara diukur antara

sedimen dan air serta air laut antarmuka (Tasdemir, 1989).

Gambar 1. Masalah Daerah di Kota Izmir dan Bidang Studi Poin

Page 9: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

2.3 Metode Penelitian

2.3.1 Laboratorium Model Berjalan

Sampel endapan dan air diambil dari Laguna Melez (gambar 1) dan

dianalisis. Tiga reaktor anaerobik berkapasitas 2 L dengan luas permukaan 1.76 x

10-2 m2 didirikan di setiap laboratorium dan studi dilakukan dalam rangkap tiga.

Sampel endapan ditempatkan ke dalam reaktor dan ditambahkan air untuk

menutupi mereka. Untuk mensimulasikan panas reaktor kondisi dipertahankan

pada 30oC. Produk-produk gas dari reaksi anaerobik disimpan dalam unit

penyimpanan teleskopik gas. H2S dalam fase gas dan air diukur secara berkala.

Total bakteri, bakteri anaerobik, populasi bakteri yang mereduksi sulfat juga

dihitung di sedimen. Konsentrasi sulfat di fase sedimen dan air diukur sepanjang

tes. Berbagai dosis terhidrasi kapur ditambahkan ke reaktor anaerobik untuk

mengendalikan aktivitas reducers sulfat. Setelah stabilisasi sistem model untuk

cukup proses anaerobik menghasilkan, berbagai dosis terhidrasi kapur

ditambahkan ke reaktor untuk menekan pembentukan H2S. Tes pertama dilakukan

pada Februari 1998 namun gagal sebagai endapan sudah mineralized sebelum itu

diambil dari alam. Oleh karena itu sulfur-bantalan aminoacids ditambahkan ke

dalam sistem untuk memulai H2S evolusi. Oleh karena itu sulfur-bantalan

aminoacids ditambahkan ke dalam sistem untuk memulai H2S evolusi. Oleh

karena itu model pertama yang dijalankan dibuang dan tes diulang dua kali pada

sampel yang diambil tanggal 28 April dan 26 Mei 1998 untuk mendapatkan

kinerja yang handal.

2.3.2 Bidang Studi

Penyelidikan awal lapangan sebelum aplikasi skala penuh kapur yang

dilakukan selama musim panas tahun 1998. Pengurangan bau ini dilakukan di

muara Sungai Arap dengan mengukur H2S (aq) bebas setelah menambahkan

kapur dalam jumlah tertentu ke 400 ml capped botol yang mengandung lumpur

dan sampel air di lapangan.

Skala penuh bidang studi ini dilakukan dengan izin dari kota Izmir, pada

sungai Manda. Sungai Manda mengumpulkan delapan pembuangan domestik dan

Page 10: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

beberapa tambahan pembuangan air limbah yang langsung dari industri. Bagian

dari 1 km panjang sungai antara tempat muara (E) di laut dan titik control di Hulu

(C) tanpa tambahan kapur dipilih. Di antara, empat poin sampel dari 1 sampai 4

bertekad di sungai dengan mendaki nomor sebagai salah satu berjalan hilir

(gambar 1). Aplikasi dimulai dengan dosis 200 g.m-2 kapur terhidrasi yang

tersebar di bawah sedimen. H2S, pH dan temperatur diukur dan dicatat selama 10

hari setelah limbah.

2.3.3 Metode Pengukuran

Ketika udara dan mengenai H2S bebas pengukuran dibuat dengan metode

ekstraksi cairan Drager (Jerman Env. Mon. Institute, 1990) di laboratorium model

berjalan dan uji lapangan. Teknik ini terdiri dari mengisap dalam volume dikenal

udara melalui tabung Drager menggunakan pompa tangan. Reaksi kimia

berlangsung antara gas H2S dan reagen sorbent kering di dalam tabung Drager

yang dapat diikuti oleh perubahan warna. Panjang tabung berwarna adalah

indikasi langsung dari jumlah H2S bebas. Untuk mengenai H2S, sampel cair 200

ml dituangkan ke dalam botol cuci dan erat capped oleh penutup yang

mengandung dua gas koneksi tubings. Tabung Inlet dilengkapi dengan karbon

filter untuk membebaskan pembersihan udara dari polutan untuk pergi ke dalam

botol reaksi. Air ini dibuat gelembung di dalam botol dan dibersihkan keluar gas

H2S dari air, maka H2S yang mengandung arus gas outlet melewati detektor

tabung ditempatkan pada tabung outlet. Detektor bak mandi ditempatkan di kereta

setelah kedua ujungnya rusak oleh pemotong kaca. Pengukuran selesai ketika

gelembung berhenti naik di dalam botol cuci dan panjang noda warna didirikan di

dalam tabung detektor dibacakan. Skala cocok pada tabung diperbolehkan

membaca langsung konsentrasi H2S dibersihkan keluar dari sampel air. Parameter

dalam laboratorium dan metode yang digunakan untuk pengukuran ditunjukkan

dalam tabel 1.

Page 11: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

Tabel. 1 Diukur Parameter Dan Metode Pengujian

Parameter MetodeH2S (both water and air

borne)

Drager tabung metode. Untuk mengenai H2S yang ditambahkan oleh sistem ekstraksi

DO DO-meter (Jenway 9071)

Total Suspended Particles APHA/AWWA/WPCF, 1985

Total Nitrogen Spectroquant kit metodeTotal Phosphorus APHA/AWWA/WPCF, 1985PH, Temperature Portabel pH meter dan probe (Hanna, HI

8314 membran)Salinity And Conductivity portabel salinitas dan conductivitymeter

(YSI)Total Bacteria Pengenceran piring count (gizi agar

(Pelezar, et al., 1972)Ammonium Producing

Bacteria

MPN dari Mc Cardy tabel (mineral medium yang mengandung nitrogen organik sumber, Pelezar, et al., 1980)

Anaerobic Bacteria MPN dari Mc Cardy tabel (anaerobik kaldu mengandung Na-thioglicollate) (betis, 1988)

Sulfate Reducing Bacteria MPN dari Mc Cardy tabel (mineral medium yang mengandung sumber sulfat dan memimpin asetat kertas lembar (Postgate, 1980)

2.3.4 Model Tes Laboratorium

Saat Februari tahun 1998 percobaan tidak berhasil dan telah ditinggalkan,

model laboratorium tetap berjalan untuk sludge dan sample air yang di ambil

setiap 2 kali, pada 28 april dan 26 mei ,1998. Tes pada februari tidak berhasil

mengurangi proses anaerobic sulfat dengan tanpa adanya perubahan gas. Hal ini

disebabkan mineral alami sulfur yang terkandung pada sample pada saat sampling

dahulu. Oleh karena itu kandungansulfur pada organic sintesis dan kimia

anorganik ditambahkan agar bereaksi. Hal ini juga tercatat pada feburuari

bertepatan dengan minimal emisi sulfide. Hasil test yang diberikan pada table II

untuk selanjutnya dua model berikutnya berjalan sukses.

Hasil analisis dari konsentrasi sulfat yang pada jumlah lain pada sample

nulan april dan mey 1998 cukup tinggi untuk mulai mengurangi sulfat biologi.

Page 12: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

Catatan konsentrasi COD juga tinggi dan polusi yang dihasilkan disebabkan

tingginya bahan organic dan rendahny anorganik yang terkandung pada sample

sedimen. Jumlah bakteri di lingkungan meningkat mencapai sepuluh ribu dari

april-mei.

Produk gas yang terbentuk pada reactor anaerobic yang di uji untuk

konsentrasi H2S dan total gas evolusi. Konsentrasi gas H2S yang mencapai

maksimum 220 ppm dibawah kondisi control. Ini menunjukkan mode

kesetimbangan. Produksi gas kumulatif pada model mencapai ukuran 20 ml/hari.

Setelah produksi kesetimbangan gas dihasilkan, mengantisipasi dosis kapur hidrat

yang ditambahkan ke dalam reactor untuk mengkontrol produksi H2S. air yang

ditularkan oleh konsentrasi H2S, penurunan sulfat dan total bakteri hasil

pengukuran dan hasil korelasi dengan perbedaan dosis dari hidrat kapur. Hasil

model laboratorium (Sponza et al.,1998;Erol, 1999) pada gambar 2. Pada gambar

di bawah ini dapat dilihat dosis hidrat kapur g/m2, koordinat satu H2S

(aq),konsentrasi, koordinat lain persentase penurunan dan koordinat ketiga jumlah

bakteri untuk dosis setiap level. Jumlah optimum untuk dosis kapur sebagai

Page 13: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

pengurang H2S di air dan oleh karena itu penentuan emisi di bawah 200 g/m2

kondisi laboratorium.

Total, anaerobik dan penurunan sulfat jumlah bakteri dan persentase

pengurangan pada beberapa dosis hidrat kapur pada tabel III.

2.3.5 Percobaan studi awal

Setelah menentukan dosis optimal di laboratorium, tes botol yang ditutup

sebagai dosis control yang dilakukan tiga kali pada dua hari yang berbeda (12 juni

dan 15 juni 1998) di tempat. Sample pencampuran air sediment diambil dari

estuari percobaan untuk konsentrasi H2S terhadap dosis kapur dengan kecocokan

waktu yang dibutuhkan setelah diberi obat. Aplikasi tersebut adalah awal studi

lapangan yang diterapkan sebelum tes skala penuh. Dengan penambahan beberapa

dosis Ca(OH)2, variasi pH juga diukur. Hasil dari tes awal dapat dilihat pada tabel

IV.

Page 14: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

2.3.6 Studi Aplikasi Kapur

Aplikasi skala penuh kapur telah di tes di sungai Manda pada 17 Oktober

1998 sebagai control bau konsentrasi H2S. sungai ini lebih menguntungkan karena

mengurangi munculnya kapur. Aplikasi yang dibuat 200 g/m2 dari adukan hidrat

kapur melewati permukaan air sedimen diantara titik sampling. Air yang

ditularkan H2S, pH, dan pembacaan temperature diambil untuk 10 hari berturut-

turut pada 6 titik. Hasil studi tes pada tabel V.

Dapat dilihat bahwa konsentrasi H2S menurun sampai 0 sesudah 5 menit

dari aplikasi. Rata – rata antara 80 – 96% penurunan H2S diperoleh selama 10

hari periode pengamatan. Pada hari kesepuluh, tes tersebut berhenti karena hujan

deras menghilangkan struktur sedimen. Tabel VI menunjukkan hari pertama dan

hari terakhir H2S, pH, Temperatur dan penurunan H2S sampai hari terakhir ke-10.

Page 15: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

BAB III

Page 16: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

BAB III

HASIL DAN KESIMPULAN

3.1 Hasil Penelitian

Dari Tabel V dapat dicatat bahwa tingkat air H2S di 6 poin studi

menurun 50-320 ppm ke 0,5-41 ppm setelah 10 menit dari terhidrasinya

dosis kapur. Ini sesuai dengan pengurangan 80-99% + di H2S berair gratis.

Dari data pada Tabel V dan VI pada poin dibandingkan muara sungai, dapat

terlihat bahwa air payau memiliki efisiensi penurunan terendah antara 85 -

47% terhadap waktu. Ini adalah normal bila kita menganggap kehadiran

luas sumber-sumber sulfat di lingkungan laut dan kemungkinan pembaruan

mereka. Efisiensi yang bervariasi antara titik pengukuran dicatat dan

karena mereka merupakan masukan limbah cair industry secara langsung.

Variasi konsentrasi H2S yang tersisa dalam minggu berikutnya

yang agak rendah menunjukkan bahwa mereka berasal dari aktivitas anaerobik

yang

diblokir/dihalangi oleh penambahan kapur. Tes berlanjut sampai hari ke-10 yang

mana dengan adanya hujan deras yang membawa materi sedimen ke sungai

hancur menghalangi efek.

Dari Tabel VI dapat dicatat bahwa meskipun konsentrasi H2S dalam

titik kontrol telah dua kali lipat pada hari ke 10, 47-96% penurunan H2S di

titik pengukuran masih mungkin setelah penambahan kapur terhidrasi. Tingginya

efisiensi harus paralel dengan penghancuran sulfat-mengurangi populasi bakteri

pada antarmuka air-sedimen pada dosis kapur (Gambar 2). Hal ini

juga diketahui dari pengalaman laboratorium sebelumnya bahwa kultur aktif baru

hanya dapat berkembang dalam dua minggu atau lebih dalam kondisi yang

menguntungkan.

3.2 Kesimpulan

Hasil eksperimen yang dalam perjanjian dengan keberhasilan diperoleh di

tempat lain seperti sebagai aplikasi di teluk, laguna, dugouts, danau dan muara.

Page 17: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

Sebuah literatur survei menunjukkan keberhasilan kapur berbasis kimia dalam

mengurangi masalah bau H2S berasal dari risiko eutrofikasi. Setelah populasi

perawatan ikan seperti kembali ke lingkungan ini.

Dengan menambahkan dosis dihitung kapur terhidrasi ke bawah sedimen,

sulfat-penurunan bakteri dapat dibunuh secara efisien. Permasalahan bau yang

diciptakan oleh organik polusi dan anoksia di bagian dangkal dan paling stagnan

dari Izmi Bay terus diberi makan oleh masukan sungai yang tercemar, yang jelas

selama musim kering yang hangat dan panjang. Dalam studi ini, ditemukan bahwa

ketika kapur terhidrasi ditambahkan ke bawah sedimen, gas sulfida yang jauh

menurun dan bau yang akan dicegah di daerah tersebut. Hal ini juga diharapkan

bahwa penerapan kapur memperbaiki struktur ekosistem di bagian paling

tercemar dari dari Izmir Bay. Itu akan memainkan peran komplementer dalam

keberhasilan pengobatan kota tanaman zmir Bay sebelum mulai operasi.

3.3 Pengakuan (Pernyataan)

Penelitian ini dimulai sesuai dengan kesepakatan antara Dokuz Eylà ¼ l

Universitas Riset Pusat Studi Lingkungan (Ã ‡ EVMER) dan Perusahaan

AKOKS Teknik Lingkungan di _zmir. sponsor oleh AKOKS juga harus diakui.

Setiap tahu-bagaimana yang diproduksi di lapangan aplikasi milik organisasi

tersebut.

Page 18: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

DAFTAR PUSTAKA

American Public Health Association, American Water Works Association, Water

pollution Control Federation (APHA-AWWA-WPCF): 1985, Standard

Methods for the Examination of Water and Wastewater, 15th Ed.,

Washington, DC.

Bunchanan, B., Kenzie, O. and Williamson, V.: 1996, Dugout Maintenance,

Adapted from Agdex FS 716 (B 34), Revised July 1995.

Erol, A.: 1999, Hydrogen Sulfide Pollution in _zmir Bay, Diploma Project (in

Turkish), Supervised by Sponza, D, DEU, Dept. of Env. Eng., _zmir.

Ermir, T. and Köse, S.: 1990, Research on the atmospheric levels of H2S around

Melez Creek, diploma study (in Turkish) supervised by A.Müezzino_lu,

DEU, Dept. Env. Eng., _zmir.

Japan Lime Association: 1995, Report on water pollution prevention, (in

Japanese).

Jørgensen, B. B., and Okholm-Hansen, B.: 1985, Atmos.Env. 19,11,1737-1749.

Köken, _., Sponza, D. and Müezzino_lu,A.: 1998, A Biochemical sulfur cycle with

a view to odorous sulfide gas emissions in _zmir Bay, 1st International

Workshop on environmental quality and environmental engineering in the

middle east region, S.U. Env. Eng. Dept., Konya, p. 54-66.

Mandaville, S. N.: 1997, Soil and Water Conservation Society of Metro Halifax

Restoration (Summary of in-lake methodology for both culturally and

naturally eutrophic lakes, the Canadian experience), Dortmouth, Canada.

Nriagu, J. O. and Hem, J. D.: 1978, Sulfur in the Environment, J.O. Nriagu (ed.),

John Willey and Sons, New York, 448-450.

Özel, Ç.: 1991, Update of Research on the Atmospheric Levels of H2S Around

Melez Creek, diploma study supervised by A.Müezzino_lu, DEU, Dept. of

Env. Eng., _zmir.

Öztürk, Z.: 1994, Update of research on the atmospheric levels of H2S around

Melez Creek, diploma study supervised by A.Müezzino_lu, DEU, Dept. of

Env. Eng., _zmir.

Page 19: Pengendalian Bau Dan Hidrogen Sulfida

Pelezar, M. T., and Chan, E.C.S.: 1972, Laboratory Experiences in Microbiology,

Third edition, Mc Graw-Hill Book Comp.

Postgate, J. R.: 1980, Laboratory Practices 15, 1239-1244.

Shank, J. L.: 1988, Bacteriology J. 2, 95-100

Spiro, T. G. and Stigliani, W. M.: 1996, “Chemistry of the Environment”, Prentice

Hall, New Jersey, pp. 234-236.

Sponza, D. T., Müezzino_lu, A., Alpaslan, N, Dölgen, D., Y_lmaz, Z.: 1998, A

world symposium of 4*4”, An Oral Presentation at the Symposium”

AKOKS Env. Eng. Comp., _zmir and Ankara.

Standard Methods for DLE-Kit: 1990, Measurement of contaminants in liquids

with DLE-Kit, German Environmental Monitoring Institute.

Tasdemir, Research on Sulfate and Sulfide Parameters in Melez Creek, Diploma

study supervised by Müezzinoglu, DEU, Dept. of Engineering

Uslu, O., Müezzino_u, A., Özda_lar, D.: 1998, ad_ Proceedings of ENV’ 88,

Dokuz Eylül Univ. Department of Env. Eng, _zmir.

Williamson, K.: 1996, Hydrated Lime for Algae Control in Dugouts, adapted from

Agdex FS 716 (B 37).