Click here to load reader
Upload
zahir-sipi
View
338
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN BUDAYA DI KABUPATEN
WAKATOBI PROPINSI SULAWESI TENGGARA
ZAHIRUDIN 20906003
1. Pengantar
Perkembangan pariwisata dunia telah melahirkan bentuk pariwisata baru yang berorientasi
pada sumber daya alam/keindahan alam dan potensi masyarakat lokal serta perjalanan yang
dilakukan bersifat individual. Bentuk pariwisata ini lebih dikenal dengan ekowisata, lahir akibat
dari perubahan dan perkembangan ekonomi dunia khususnya di negara-negara maju yang
memicu perubahan gaya hidup dan cara pandang masyarakat di negara maju serta kemajuan di
bidang teknologi informasi dan transportasi yang menyebabkan motif melakukan perjalanan
adalah untuk mencari tantangan dan ilmu pengetahuan, dan salah satu tempat tujuan yang
potensial adalah Wakatobi. Wakatobi adalah nama kabupaten yang terdiri dari empat pulau
utama, yaitu Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.
Pariwisata dan budaya di Wakatobi merupakan sektor yang masih berpeluang untuk
dikembangkan lebih baik lagi. Potensi wisata alam, wisata bahari, agrowisata, dan wisata
budaya masih dapat dikembangkan lebih optimal dengan memanfaatkan kekayaan pemandangan
alam di Kabupaten Wakatobi. Kondisi alam di Wakatobi bergunung-bukit, dan bergaris pantai
yang panjang, dengan pulau-pulau serta tanaman laut dan terumbu karangnya yang tersebar di
wilayah kabupaten ini.
Dengan latar belakang sejarah dan keanekaragaman seni budaya serta tradisi setempat
yang unik dan menarik, semuanya akan menarik para wisatawan, baik domestik maupun
mancanegara. Pariwisata pun merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia
terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Persoalannya, diperlukan pembenahan dan
pemikiran kreatif untuk mewujudkan harapan tersebut, terutama pembenahan sarana dan
prasarana yang masih dirasakan minim, seperti, penginapan, penjualan souvenir, keterlibatan
masyarakat dalam proyek pariwisata masih sangat minim, dan masih tingginya ketergantungan
masyarakat terhadap ekosistem kawasan yang dapat mengancam aspek konservasi kawasan.
2. Taman Nasional Wakatobi-Sulawesi Tenggara
Pariwisata bahari adalah aktivitas wisata yang telah lama dikembangkan di Kepulauan
Wakatobi, yang didukung dengan keberadaan Taman Laut Nasional Kepulauan Wakatobi.
Keunggulan aset wisata ini, tak lain karena hamparan karang yang sangat luas di sepanjang
2
perairan dengan topografi bawah laut yang kompleks seperti bentuk slope, flat, drop-off, atoll
dan underwater cave dengan biota laut yang beraneka ragam.
Taman Nasional Wakatobi memiliki potensi sumberdaya alam laut yang bernilai tinggi
baik jenis dan keunikannya, dengan panorama bawah laut yang menakjubkan. Secara umum
perairan lautnya mempunyai konfigurasi dari mulai datar sampai melandai kearah laut, dan
beberapa daerah perairan terdapat yang bertubir curam. Kedalaman airnya bervariasi, bagian
terdalam mencapai 1.044 meter dengan dasar perairan sebagian besar berpasir dan berkarang.
Taman Nasional Laut Wakatobi merupakan suatu kawasan konservasi laut seluas 1.390.000 ha,
ditetapkan sebagai taman nasional melalui Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 393/Kpts-
VI/1996 tanggal 30 Juli 1996 dan ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No
7651/Kpts/II/2002 tanggal 19 Agustus 2002. Dengan demikian maka Taman Nasional
Kepulauan Wakatobi merupakan Taman Nasional Laut terbesar kedua yang di miliki Indonesia
setelah Taman Nasional Teluk Cendrawasih. Berdasarkan studi oleh WWF dengan nama Rapid
Ecological Assesment (REA) pada tahun 2003 menunujukan bahwa Taman Nasional Kepulauan
Wakatobi memiliki kondisi ekosistem terbaik didunia. Hal ini diindikasikan dengan
keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman ikan karang dan biota lainnya.
Keanekaragaman terumbu karang, teridentifikasi 750 spesies karang baik berupa karang karang
keras (hard coral) maupun karang lunak (soft coral) yang hidup dalam tiga jenis karang yaitu
fringing reefs, barrier reefs dan atols. Lebih lanjut studi tersebut melaporkan bahwa setiap
stasiun pengamatan ditemukan 124 jenis spesies yang menunjukan keragaman paling tinggi dan
mengindikasikan Taman Nasional Kepulauan Wakatobi berada pada pusat keanekaragaman
hayati. Sementara itu keanekaragaman ikan karang ditemukan 942 jenis ikan dari 54 famili
dengan indeks keragaman ikan karang (Coral Fish Diversity Index, CFDI) bernilai 284. Angka
284 tersebut menempatkan Taman Nasional Kepulauan Wakatobi sebagai kawasan dengan
keanekaragaman ikan karang tertinggi di dunia bersama-sama dengan Teluk Milne, Papua
Nugini dan Taman Nasional Komodo, Indonesia.
Daya tarik atau kelebihan lain Taman Nasional Kepulauan Wakatobi adalah dengan
ditetapkannya beberapa spesies yang ada di Taman Nasional Kepulauan Wakatobi sebagai
spesies yang dilindungi dan spesies-spesies tersebut adalah ikan napoleon, penyu, akar bahar,
dan kima.
Berdasarkan potensi-potensi yang ada seperti keanekaragaman hayati dan keunikan
ekosistem taman nasional, Departemen Kelautan dan Perikanan melakukan skoring tentang
keindahan beberapa taman nasional di dunia. Dari hasil skoring itu menempatkan Taman
Nasional Kepulauan Wakatobi dan Taman Nasional Kepulauan Takabonerate sebagai yang
3
terindah di dunia dengan nilai 35. Sedangkan taman nasional laut dunia lainnya seperti Laut
Merah, Great Barier Reef dan Karibia hanya mendapatkan skor masing masing 31, 28 dan 25.
Usaha untuk mengembangkan kegiatan pariwisata dari kondisi yang kurang berkembang
dihadapkan pada batasan-batasan kawasan sebagai kawasan konservasi. Batasan-batasan itu
berupa batasan kegiatan yang dilakukan pada kawasan yang diatur berdasarkan sistem zonasi
maupun batasan pengembangan kegiatan pada kawasan secara umum. Kawasan Taman
Nasional Kepulauan Wakatobi dengan ekosistem utama terumbu karang sangat rentan dengan
kegiatan-kegiatan yang ada, khususnya kegiatan pariwisata. Kegiatan pariwisata seperti
berperahu, menyelam, sampah wisatawan atau bahan lainnya dapat berpengaruh pada
keberlangusungan ekosistem terumbu karang.
Oleh karena itu, pengembangan kegiatan pariwisata di Kawasan Taman Nasional
Kepulauan Wakatobi harus tetap memperhatikan kelestarian dan keutuhan kawasan sebagai
kawasan konservasi. (Supriharyono, 2000 dalam http://eprints.undip.ac.id)
Gambar : Ikan hias di perairan dalam Gambar : terumbukarang di perairan dangkal.
3. Wisata Budaya dan Wisata Alam Kabupaten Wakatobi
Peninggalan budaya masa lalu memberikan karakteristik dan kekayaan nilai-nilai budaya
yang hingga saat ini dapat dilihat pada pola atau tradisi kehidupan masyarakat Wakatobi yang
lebih dikenal sebagai masyarakat kepulauan dan pesisir. Sehingga budaya masyarakat yang
dimiliki lebih bersifat budaya pesisir (marine antropologis). Eksisting budaya inilah yang
memberikan fenomena unik bagi pengembangan pariwisata yang berbasis pada nilai-nilai
budaya.
4
Gambar pantai di pulau kaledupa Gambar Kesenian Tradisional Wakatobi
Sementara itu daratan Kepulauan Wakatobi juga menyimpan berbagai potensi wisata baik
wisata sejarah maupun wisata alam. Adapun beberapa bentuk wisata alam yang dapat ditemui
seperti danau Ilarantauge, beberapa sumber mata air seperti lia la’biru, topa lambuku, topa raja
dan beberapa goa yang menghasilkan sumber mata air. Sementara untuk wisata sejarah terdapat
benteng liya yang berumur ± 1080 tahun, masjid tua kaleda, dan benteng yaitu yang merupakan
bekas benteng pertahanan.
Pesona darat Pulau Wangi-Wangi adalah mata air di celah-celah bukit kapur, juga
beberapa benteng dan mesjid tua sisa Kerajaan Buton. Adapun Pulau Kaledupa dan Tomia kaya
pemandangan pantai serta tarian tradisional. Pulau terujung, yaitu Binongko, yang dulu dikenal
sebagai pulau tukang besi, memang dipenuhi para pandai besi. Disini dilakukan pembuatan
aneka alat rumah tangga yang dijual sampai ke Makassar. Saat dilakukan penempaan besi,
merupakan atraksi menarik. Di Pulau Binongko pula penenun tradisional masih memberi pesona
tersendiri. Tenun yang di buat masih alami (handmade) serta mempunyai nilai seni dan mutu
yang tinggi. Hal-hal tersebut di atas merupakan obyek pariwisata yang bisa dikembangkan
untuk mendukung Taman Nasional Wakatobi yang telah mendunia.
Wakatobi tidak hanya punya daya tarik alam. Di kepulauan itu, ada beberapa
perkampungan Suku Laut atau Suku Bajo yang didirikan di atas laut. Mereka dikenal sebagai
pelaut tangguh. Para nelayan Bajo juga dikenal mampu menangkap ikan hanya dengan tombak.
Menurut catatan Cina kuno dan para penjelajah Eropa, menyebutkan bahwa manusia berperahu
adalah manusia yang mampu menjelajahi Kepulauan Merqui, Johor, Singapura, Sulawesi, dan
Kepulauan Sulu. Dari keseluruhan manusia berperahu di Asia Tenggara yang masih mempunyai
kebudayaan berperahu tradisional adalah suku Bajo. Melihat kehidupan mereka sehari-hari
merupakan hal yang menarik dan unik, terutama penyelaman ke dasar laut tanpa peralatan
menyelam untuk menombak ikan.
5
Gambar kegiatan menangkap Gambar perkampungan nelayan wakatobi dengan cara tradisional/tombak
4. Obyek Wisata Alam Taman Nasional Wakatobi-Sulawesi Tenggara
Berikut ini beberapa obyek wisata alam Taman Nasional Wakatobi beserta deskripsinya:
No. PULAU WILAYAH DESKRIPSI Obyek Wisata Bahari
1 Pulau Wangi-Wangi
1. Karang kapota
1. Merupakan ekosistem terumbu karang. 2. Terletak di sebelah barat P.Wangi-
wangi. 3. Untuk menuju pulau tersebut
dibutuhkan waktu ± 30 menit perjalanan laut.
4. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah snorkeling, diving dan penelitian.
2. Pantai Sousu
1. Terletak di Desa Matahora Kec. Wangi-Wangi
2. Untuk menuju pantai ini memerlukan waktu ± 30 menit dengan berkendaraan roda dua/roda empat dari ibukota kecamatan (Wanci).
3. Aktivitas yang dapat dilakukan di Pantai Sousu ini, seperti snorkeling, diving, serta menikmati pemandangan pantai.
3. Pantai Patuno (Mata Air Seratus)
1. Lokasi ini terdapat di Desa Patuno Kec. Wangi-Wangi.
2. untuk menuju tempat ini dapat menggunakan kendaraan roda dua dan memerlukan waktu ± 60 menit dari ibukota kecamatan.
3. Aktivitas yang dapat dilakukan di tempat ini, seperti menikmati pemandangan pantai, dan juga terdapat keunikan dari pantai patuno ini yaitu banyak terdapat mata air tawar yang keluar dari celah-celah batu maupun pasir.
6
2 Pulau Kaledupa
1. Pulau Hoga
1. Terletak di Kelurahan Ambeua. 2. Merupakan pusat aktifitas Operation
Wallacea sejak tahun 1995 sampai sekarang.
3. Memiliki sarana-prasarana yang lengkap yang menunjang kegiatan seperti menyelam, snorkeling dan penelitian.
4. Terdapat ± 100 homestay yang dikelola masyarakat setempat yang berlokasi tepat di belakang pantai pasir putih sepanjang ± 1 km.
5. Pulau Hoga dapat ditempuh dengan menggunakan speed boat dari Ibukota Kecamatan ± 10 menit.
6. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam, snorkeling, berjemur, dan penelitian.
2. Pulau Sombano
1. Terletak di Desa Sombano Kec. Kaledupa.
2. Merupakan pantai berpasir putih. 3. Fasilitas yang tersedia ditempat ini
antara lain adalah Pos Jaga dan Shelter. 4. Dapat dijangkau dari Ambeua (Ibukota
Kec. Kaledupa) dengan kendaraan roda 2 / roda empat + 15 menit.
5. Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain: panorama alam, berjemur dan olah raga pantai.
3 Pulau Tomia
1. Pulau Tolandona (Onemobaa)
1. Terletak di Desa Lamanggau dengan panjang pantai ± 2 km.
2. Kawasan tersebut dikelola oleh PT. Wakatobi Divers pada tahun 1995 sampai sekarang, sehingga sarana prasarana yang menunjang kegiatan seperti menyelam, snorkeling dan penelitian telah tersedia dengan lengkap.
3. Pulau Tolandona dapat ditempuh dengan kendaraan laut dari Waha (Ibu kota Kec. Tomia) + 30 menit.
4. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam, snorkeling, berjemur dan penelitian.
2. Pantai Letimu
1. Terletak di Desa Kulati dengan panjang pantai ± 400 m.
2. Sekitar pantai Letimu terdapat beberapa sumber air untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat.
3. Dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2, 4 dan kendaraan laut ke arah barat.
7
Desa Kulati dengan jarak ± 2 km arah selatan kulati.
4. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam, snorkeling, berjemur.
3. Pantai Huntete
1. Terletak di Desa Kulati dengan panjang pantai ± 1 km.
2. Dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2, 4 dan kendaraan laut kearah barat desa Kulati dengan jarak ± 2 km arah selatan Kulati.
3. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam, snorkeling, berjemur.
4 Pulau Binongko
1. Pantai Mbara-Mbara
1. Terletak di Desa Wali ± 8 km arah timur Wali.
2. Pantai Mbara-Mbara merupakan habitat tempat bertelurnya Penyu.
3. Memiliki potensi bagi obyek wisata alam dengan panorama lautnya yang indah dengan panjang pantai ± 2,1 km.
4. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah kegiatan penelitian.
2. Pantai Pasir Putih
1. Terletak di Desa Sowa. 2. Memiliki potensi bagi obyek wisata
alam dengan panorama lautnya yang indah dengan panjang pantai ± 950 m.
3. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam, snorkeling, berjemur.
3. Pantai Palahidu
1. Terletak di Desa Palahidu dengan panjang pantai ± 1 km.
2. Memiliki panorama laut yang indah. 3. Merupakan tempat mandi bagi Raja
pada zaman dahulu. ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya kuburan tiga susun (kuburan raja) yang sampai saat sekarang masih di keramatkan.
4. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam, snorkeling, berjemur.
4. Pantai Haso
1. Terletak di Desa Palahidu dengan panjang pantai ± 400 m.
2. Memiliki panorama laut yang indah. 3. Pantai Haso dapat ditempuh dengan
kendaraan roda 2, 4 dan kendaraan laut ke arah timur kota Rukuwa.
4. Aktivitas yang dapat dilakukan adalah menyelam, snorkeling, dan berjemur.
8
5. Pengembangan Pariwisata Kabupaten Wakatobi Propinsi Sulawesi Tenggara
5.1 Pengembangan Pariwisata dengan Konsep Wakatobi Ecotourism
Wakatobi yang sering disebut Kepulauan Tukang Besi dengan sektor andalan industri
pariwisata terus dikembangkan Pemerintah Kabupaten Wakatobi. Karena 97% wilayah tersebut
berupa laut, sisanya tiga persen daratan yang memiliki potensi besar dalam pengembangan
Pariwisata Bahari dan Pariwisata Budaya.
Maka dengan konsep Wakatobi Ecotourism sebagai sektor unggulan yang dapat
mendongkrak sektor ekonomi daerah dan mengangkat citra Indonesia di dunia International.
Ecotourism adalah Pariwisata yang berkelanjutan secara ekologis, fokus utamanya pengalaman
daerah alami, meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap lingkungan, apresiasi serta
konservasi terhadap lingkungan dan budaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal.
Wakatobi Ecotourism merupakan sistem pengelolaan pariwisata di Kabupaten Wakatobi
yang berlandaskan prinsip-prinsip ecotourism atau pariwisata yang menganut prinsip-prinsip
ekologi lingkungan. Sehingga depalan prinsip Wakatobi Ecotourism yakni:
1. Memiliki fokus ‘natural area’ (natural area focus) memungkinkan wisatawan memiliki
peluang untuk menikmati alam secara personal.
2. Menyediakan penafsiran (interpretation) atau jasa pendidikan yang memberikan peluang
kepada wisatawan untuk menikmati alam agar mereka lebih mengerti dan mampu
berapresiasi lebih nikmat.
3. Kegiatan yang terbaik dapat dilakukan dalam rangka berlanjut secara ekologis (ecological
sustainability practices/environmental sustainability practice).
4. Memberikan kontribusi terhadap konservasi (contribute to conservation) alam dan warisan
budaya.
5. Memberikan kontribusi secara terus menerus terhadap masyarakat lokal (contributions to
the local community/benefiting local communities).
6. Respek serta peka terhadap nilai-nilai budaya (respect and be sensitive to the culture) yang
ada di Kabupaten Wakatobi.
7. Secara konsisten memenuhi harapan konsumen (meet consumer expectations atau
consumer satisfaction).
8. Memasarkan dan mempromosikan sejujurnya dengan akurat, sehingga kenyataannya
sesuai dengan harapan (responsible marketing).
Ecotourism baik pada jenis Marine Ecotourism (Ekowisata Bahari), Nature Ecotourism
(Ekowisata Alam) maupun Culture Ecotourism (Ekowisata Budaya) dapat memberikan
9
multiplier effect terhadap kemajuan suatu kawasan. potensi Pariwisata Bahari Wakatobi, yakni
750 spesies terumbu karang (terbanyak di dunia), 942 spesies Ikan, 90 ha terumbu karang,
Kaledupa’s Atol (48 km) terpanjang di dunia, 39 pulau, berfungsi sebagai magnet sekaligus
motor penggerak konservasi.
Selain itu, potensi pariwisata budaya, antara lain 12 benteng bekas Kesultanan Buton, tiga
masjid tua, yang didukung anekaragam tradisi dan kesenian daerah. Strategi pengembangan
Pariwisata Budaya ini, disamping berfungsi sebagai pelestarian nilai-nilai budaya, juga sebagai
penggerak karakter masyarakat terhadap upaya-upaya konservasi kawasan lingkugan. Apalagi di
era globalisasi sekarang ini, pola pikir modern relatif sangat dibutuhkan, untuk mewujudkan visi
dan misi pemerintah daerah.
Pengembangan pariwisata Wakatobi juga tidak boleh mengabaikan kekayaan seni budaya
yang dimiliki masyarakat. Pemeliharaan tradisi warisan nenek moyang harus sejalan dengan
tumbuhnya pariwisata Wakatobi yang perlahan-lahan mulai ditingkatkan. Bukan hanya untuk
melestarikan budaya, tetapi generasi muda bisa punya bekal untuk hidup dengan memanfaatkan
seni budaya warisan leluhur, di tengah maraknya perkembangan pariwisata Kabupaten
Wakatobi.
Selain itu, wisata bahari yang tumbuh itu tidak memarjinalkan masyarakat, terutama
generasi penerus (wong cilik). Tetesan madu dari surga bawah laut Wakatobi seharusnya
dikembalikan pada tujuan untuk memajukan pulau dan masyarakat secara bersama-sama.
5.2 Pengembangan Pariwisata Melalui Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Wakatobi Propinsi Sulawesi Tenggara
Menurut Kepala Badan Perencanaan, Penanaman Modal, Pelatihan dan Pengembangan
Daerah Wakatobi, Ir Abdul Manan MSc mengatakan bahwa dalam rencana tata ruang wilayah
Wakatobi dituangkan untuk mendukung pengembangan pariwisata, maka Wakatobi harus dijaga
keasliannya. Artinya, Wakatobi tidak boleh berubah hanya karena berdirinya bangunan-
bangunan baru.
Jadi, dalam mendirikan bangunan dianjurkan tinggi bangunan itu jangan melebihi tinggi
pohon kelapa, karena Wakatobi adalah pulau kecil, yang memiliki luas lautan lebih besar
dibanding luas daratannya. Jika tidak dijaga keasliannya dari segi penataan bangunan dengan
lingkungannya, bisa membuat sesuatu yang menarik dari Wakatobi hilang secara perlahan.
Pengembangan pariwisata tidak dapat dipisahkan dari penataan ruang secara arif, karena
“pariwisata” pasti menggandeng sesuatu yang unik dan enak dipandang mata. Diharapkan, dari
segi penataan ruang, dapat tercipta sesuatu yang unik dan berbeda dari daerah lain, karena
10
dengan begitu maka akan banyak pengunjung (wisatawan) yang datang menikmati obyek
pariwisata di Kabupaten Wakatobi.
6. Kesimpulan
Pengembangan pariwisata dan budaya di kabupaten Wakatobi Propinsi Sulawesi Tenggara
ditempuh dengan beberapa langkah, diantaranya adalah dengan konsep Wakatobi Ecotourism
yaitu Pariwisata Wakatobi yang berkelanjutan secara ekologis dan penataan ruang wilayah
dengan tujuan menjaga keaslian alam wakatobi.
Selain Taman Nasional Wakatobi yang telah mendunia, Wakatobi pun masih memiliki
sejumlah obyek wisata yang bisa dikembangkan diantaranya yaitu Benteng Liya Togo
peninggalan Kesultanan Buton, panorama alam, gua-gua yang memiliki mata air sebagai tempat
pemandian, keindahan pantai dan lainnya.