14
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI PAPAN DAKON OPERASI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA SD Gregoriusari Ari Nugrahanta, Catur Rismiati, Andri Anugrahana, dan Irine Kurniastuti Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Sanata Dharma Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022 Email: [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected] ABSTRACT The purpose of this research was to develop and validate a learning media called “Papan Dakon” for integer operations based on Montessori method for elementary school students especially for the fourth graders. This research was conducted through a collaboration of four researches: research and development (R&D), quasi-experiment, survey, and qualitative research. The subject of this research was approximately 53 students and one teacher from two schools in Yogyakarta. The result showed that 1) the process of developing learning media ran gradually, step 1 was to develop eight learning media based on Montessori methods, and step 2 was to validate the media, and the last step was revision of the product; 2) the learning media were effective. It showed from the improvement of students’ learning achievement, the satisfaction level of the students and their teacher in “enough satisfy” category, and the relatively positive perception of the users toward the learning meadia “Papan Dakon”. Recomendattion for the future research included determining the exact number of the students who would be involved in experiemntal study, providing sistematic and organized schedule, considering the production capacity, and adding the number of schools in the try out phase in order to increase the number of product users. Keyword: learning media, Montessori, papan dakon, satisfaction, perception. 1. PENDAHULUAN Hasil dari PISA (Programme for International Student Assessment) tahun 2009 menunjukkan bahwa kemampuan Matematika siswa Indonesia menduduki peringkat 57 dari 65 negara dengan skor 371 (OECD, 2010). Skor matematika 371 ini masih jauh dari skor siswa di Shanghai Cina (skor tertinggi) yaitu 600 dan berada di bawah nilai rata-rata yaitu 494. Sekitar 43,5% siswa Indonesia tidak mampu menyelesaikan soal PISA (the most basic PISA tasks). Sekitar 33,1% siswa bisa mengerjakan soal jika pertanyaan merupakan soal kontekstual yang diberikan secara eksplisit dan diser tai dengan semua data yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal tersebut. Hanya 0,1% siswa Indonesia mampu mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut keterampilan berpikir dan penalaran. Bahkan studi PISA 2012 (OECD, 2013) menunjukkan skor siswa Indonesia menurun lagi yaitu berada di peringkat 64 dari 65 negara yang diteliti. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan Matematika di Indonesia memerlukan perhatian yang serius. Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan berpikir dalam pelajaran matematika di kelas adalah dengan menggunakan metode dari Maria Montessori. Ia menyusun alat peraga untuk belajar siswa yang didesain secara sederhana, menarik, memungkinkan untuk diekplorasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara mandiri, dan memperbaiki kesalahan mereka sendiri (Lillard, 1997: 11). Bagi Montessori alat peraga yang dirancang bukan pertama-tama untuk mengajar Matematika, tetapi untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan matematis seperti memahami perintah, urutan, abstraksi, dan kemampuan mengkonstruksi konsep-konsep baru dari pengetahuan yang diperoleh (Lillard, 1997: 137). Hal ini sejalan dengan para teoris dalam pembelajaran konstruktivis, Dewey dan Piaget. Dewey, Piaget, dan Montessori mempunyai pandangan yang serupa dalam proses pengembangan pengetahuan 103

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

  • Upload
    others

  • View
    18

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKABERBASIS METODE MONTESSORI PAPAN DAKON

OPERASI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA SD

Gregoriusari Ari Nugrahanta, Catur Rismiati,Andri Anugrahana, dan Irine Kurniastuti

Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Sanata DharmaAlamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta 55022

Email: [email protected]; [email protected];[email protected]; [email protected]

ABSTRACT

The purpose of this research was to develop and validate a learning media called “Papan Dakon”for integer operations based on Montessori method for elementary school students especially for thefourth graders. This research was conducted through a collaboration of four researches: researchand development (R&D), quasi-experiment, survey, and qualitative research. The subject of thisresearch was approximately 53 students and one teacher from two schools in Yogyakarta. The resultshowed that 1) the process of developing learning media ran gradually, step 1 was to develop eightlearning media based on Montessori methods, and step 2 was to validate the media, and the laststep was revision of the product; 2) the learning media were effective. It showed from the improvementof students’ learning achievement, the satisfaction level of the students and their teacher in “enoughsatisfy” category, and the relatively positive perception of the users toward the learning meadia“Papan Dakon”. Recomendattion for the future research included determining the exact number ofthe students who would be involved in experiemntal study, providing sistematic and organizedschedule, considering the production capacity, and adding the number of schools in the try outphase in order to increase the number of product users.Keyword: learning media, Montessori, papan dakon, satisfaction, perception.

1. PENDAHULUAN

Hasil dari PISA (Programme for InternationalStudent Assessment) tahun 2009 menunjukkan bahwakemampuan Matematika siswa Indonesia mendudukiperingkat 57 dari 65 negara dengan skor 371(OECD, 2010). Skor matematika 371 ini masih jauhdari skor siswa di Shanghai Cina (skor tertinggi)yaitu 600 dan berada di bawah nilai rata-rata yaitu494. Sekitar 43,5% siswa Indonesia tidak mampumenyelesaikan soal PISA (the most basic PISA tasks).Sekitar 33,1% siswa bisa mengerjakan soal jikaper tanyaan merupakan soal kontekstual yangdiberikan secara eksplisit dan disertai dengan semuadata yang dibutuhkan untuk mengerjakan soaltersebut. Hanya 0,1% siswa Indonesia mampumengerjakan pemodelan matematika yang menuntutketerampilan berpikir dan penalaran. Bahkan studiPISA 2012 (OECD, 2013) menunjukkan skor siswaIndonesia menurun lagi yaitu berada di peringkat64 dari 65 negara yang diteliti. Hasil studi tersebut

menunjukkan bahwa pendidikan Matematika diIndonesia memerlukan perhatian yang serius.

Salah satu cara untuk mengembangkanketerampilan berpikir dalam pelajaran matematikadi kelas adalah dengan menggunakan metode dariMaria Montessori. Ia menyusun alat peraga untukbelajar siswa yang didesain secara sederhana,menarik, memungkinkan untuk diekplorasi,memberikan kesempatan pada siswa untuk belajarsecara mandiri, dan memperbaiki kesalahan merekasendiri (Lillard, 1997: 11). Bagi Montessori alatperaga yang dirancang bukan pertama-tama untukmengajar Matematika, tetapi untuk membantu siswamengembangkan kemampuan matematis sepertimemahami perintah, ur utan, abstraksi, dankemampuan mengkonstruksi konsep-konsep barudari pengetahuan yang diperoleh (Lillard, 1997: 137).

Hal ini sejalan dengan para teoris dalampembelajaran konstruktivis, Dewey dan Piaget.Dewey, Piaget, dan Montessori mempunyai pandanganyang serupa dalam proses pengembangan pengetahuan

103

Page 2: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

104

anak. Pembentukan pengetahuan menurut teorikonstruktivistik memandang anak aktif menciptakanstruktur-struktur kognitif dalam interaksinya denganlingkungan. Penekanan belajar siswa secara aktif danmandiri inilah yang perlu dikembangkan (Ültanýr,2012). Untuk itu dibutuhkan sebuah lingkungan yangmemfasilitasi kebutuhan anak dalam mengembangkanproses kognisinya secara mandiri.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikansumbangan penelitian yang berguna untukmengembangkan produk alat peraga dan melakukanserangkaian uji coba untuk mengetahui efektivitasnya.Borg dan Gall (1983: 773) mencatat bahwa mediabelajar di Amerika yang sudah diujicobakan terlebihdahulu di lapangan untuk mengetahui efektivitasnyaadalah kurang dari 1 persen. Bisa diduga bahwa sangatsedikit media pembelajaran di Indonesia yang dibuatdengan melalui serangkaian penelitian untuk uji cobadi lapangan untuk memastikan efektivitasnya.

Penelitian ini dibatasi pada pengembanganalat peraga Matematika SD berbasis metodeMontessori Papan Dakon untuk materi operasibilangan bulat bagi siswa SD. Penelitian ini memilikitujuan utama untuk mengembangkan sebuah produkalat peraga dan menguji efektivitasnya. Oleh karenaitu, rumusan masalah dari penelitian ini adalah: (1)Bagaimana mengembangkan alat peraga Matematikaberbasis metode Montessori Papan Dakon untukmateri operasi bilangan bulat bagi siswa SD denganprosedur dari Borg dan Gall (1983) yang telahdimodifikasi? (2) Bagaimana efektivitas produk alatperaga Matematika berbasis metode MontessoriPapan Dakon untuk materi operasi bilangan bulatbagi siswa SD?

2. LANDASAN TEORI

Metode Montessori merupakan metodepembelajaran yang dikembangkan oleh MariaMontessori (1870-1952) dengan menggunakankonsep belajar sambil bermain untuk anak-anak(Holt, 2008: xi). Lillard (2005) menyebutkan delapanprinsip yang digunakan dalam metode Montessori,yaitu pentingnya keleluasaan anak dalam beraktivitas,kemerdekaan anak dalam memilih sendiri apa yangmau dipelajari, pentingnya minat, pentingnyamotivasi intrinsik dengan menghapus hadiah danhukuman, pentingnya kolaborasi dengan teman

sebaya, pentingnya konteks dalam pembelajaran,pentingnya gaya interaksi autoritatif dari orangdewasa, dan pentingnya keteraturan dan kerapianlingkungan belajar.

Montessori menggunakan metode eksperimentaldalam mengembangkan pembelajaran dan alat-alatperaga yang digunakan secara intensif selama duatahun di Casa dei Bambini (Rumah Anak-anak) yangdidirikannya pada tahun 1907 di Roma. Alat peragaMontessori adalah material pembelajaran siswa yangdirancang secara menarik, bergradasi, memilikikendali kesalahan, dan memungkinkan siswa untukbelajar secara mandiri tanpa banyak intervensi dariguru (Lillard, 1997: 11).

Montessori mulai dengan membuat alat-alatpembelajaran yang dibuat secara paralel denganmodifikasi bentuk dan warna yang berbeda-bedauntuk satu jenis alat. Jika anak-anak ternyata lebihmemilih untuk menggunakan suatu alat peraga,Montessori lalu menyingkirkan semua alat peragaparalel yang tidak dipilih anak-anak. Dengan ituMontessori mendapatkan alat peraga yang memangsesuai dengan kecenderungan alamiah anak sendiri.Dari situ Montessori menemukan benang merahyang menjadi ciri-ciri alat peraga Montessori. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut (Montessori,2002: 170-176): (a) Menarik, alat peraga harus dibuatmenarik agar secara spontan anak-anak inginmenyentuh, meraba, memegang, merasakan, danmenggunakannya untuk belajar. Tampilan fisik alatperaga harus mengkombinasikan warna yang cerahdan lembut. (b) Bergradasi, alat peraga harusmemiliki gradasi rangsangan yang rasional terkaitwarna, bentuk, dan usia anak sehingga bukan hanyaalat peraga sebanyak mungkin melibatkan penggunaanpanca indera, tetapi juga alat peraga yang sama bisadigunakan untuk berbagai usia perkembangan anakdengan tingkat abstraksi pembentukan konsep-konsep yang semakin kompleks. (c) Auto-correction,alat peraga harus memiliki pengendali kesalahanpada alat peraga itu sendiri agar anak dapat mengetahuisendiri apakah aktivitas yang dilakukannya itu benaratau salah tanpa perlu diberi tahu orang lain yang lebihdewasa atau guru. (d) Auto-education, seluruh alatperaga harus diciptakan agar memungkinkan anaksemakin mandiri dalam belajar dan mengembangkandiri dan meminimalisir campur tangan orang dewasa.Dari keempat ciri alat peraga Montessori di atas,peneliti menambahkan satu ciri lagi yaitu

Page 3: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

105

G. Ari Nugrahanta, C. Rismiati, A. Anugrahana, & I. Kurniastuti, Pengembangan Alat Peraga ....

kontekstual. Montessori mengembangkan sistempembelajarannya dengan alat-alat peraga yangdiciptakan dengan material apa adanya di lingkungansekitar.

Penelitian ini mengukur tingkat kepuasanguru dan siswa dalam menggunakan alat peragaMontessori Papan Dakon. Kepuasan atau satisfactionberasal dari Bahasa Latin, yaitu satis yang berartienough atau cukup, dan facere yang berarti to do ataumelakukan. Jadi, kepuasan artinya kemampuansuatu barang atau jasa untuk dapat memberikansesuatu yang dicari oleh pengguna sampai padatingkat cukup. Kepuasan adalah tingkat perasaanseseorang setelah membandingkan antara yangditerima dan yang diharapkan (Umar, 1997: 65). Darihal ini terlihat bahwa yang penting adalah persepsidan bukan aktual. Jadi, bisa terjadi bahwa secaraaktual, produk mempunyai potensi untuk memenuhiharapan pengguna, tetapi ternyata hasil dari persepsipengguna berbeda dengan yang diinginkan olehprodusen.

Subjektivitas atas kepuasan ini dapat diartikanbahwa kepuasan pengguna barang atau jasa bersifatdinamis dari waktu ke waktu dalam arti bahwaharapan orang tidak selalu tetap sepanjang waktu.Oleh karena itu, mengetahui harapan pengguna akansuatu produk menjadi penting untuk diperhatikan.Kotler, dkk. (Tjiptono & Diana, 2003) mengidentifikasiempat metode untuk mengukur kepuasan penggunabarang dan jasa yaitu: sistem keluhan dan saran,ghost shooping (mystery shooping), lost customeranalysis, dan survei kepuasan pelanggan. Dalamkonteks penelitian untuk mengetahui tingkatkepuasan atas media pembelajaran Matematikaberbasis Montessori ini, metode yang akandigunakan untuk mengetahui tingkat kepuasanpengguna adalah dengan survei kepuasan pengguna.Pemilihan metode ini didasarkan pada karakteristikproduk yang masih dalam tataran uji coba dan belummerupakan produk komersial sehingga belummemungkinkan pelaksanaan ghost shoppers, lostcustomer analysis maupun sistem keluhan dan saran.Pengguna media, dalam hal ini guru dan siswa,diminta untuk mengevaluasi setiap pernyataanseputar persepsi dan harapan mereka atas mediayang mereka gunakan. Toth, Jonas, Berces danBedzsula (2010) mengungkapkan bahwa “studentsatisfaction surveys can be regarded as a morecomprehensive tool to identify institutional strengths

as well as the areas to be improved and enhancestudents’ learning experience” (2010:5). Secarakhusus, Rowley (2003) mengidentifikasi empatalasan utama pentingnya feedback dari para siswa:

“to provide auditable evidence thatstudents have had the opportunity tomake comments on their courses andthat such information is used to bringabout improvements, to encouragestudents to reflect on their learning, toallow institutions to benchmark and toprovide indicators that will contribute tothe reputation of the university in themarketplace, and to provide studentswith an opportunity to express their levelof satisfaction with their academicexperience” (2003: 143).

Persepsi merupakan hal penting dalampembentukan kepuasan. Oleh karena itu perlu jugamenilik persepsi seseorang terhadap produk yangdihasilkan. Persepsi adalah tanggapan (penerimaan)langsung dari sesuatu (KBBI, 2008). Kegiatanpenafsiran atas suatu objek atau pengalaman yangsama dapat berbeda antara satu orang dan yanglainnya. Hal ini dapat terjadi akibat perbedaanpengetahuan (Suharnan, 2005), kebutuhan, danpengalaman masa lalu (Rakhmat, 2003). Selain itujuga dipengaruhi oleh faktor dari diri individu antaralain: perasaan, prasangka, keinginan atau harapan,perhatian (fokus), proses belajar, minat, dan motivasi(Thoha, 1996).

Dalam konteks penelitian ini, pembelajaranmatematika dilakukan dengan menggunakan alatperaga Montessori yang relatif baru baik bagi siswamaupun bagi guru. Persepsi siswa dan gur uterhadap media pembelajaran Montessori dapatdiperlihatkan dari respon siswa dan guru setelahdiimplementasikan pembelajaran dengan mediaMontessori dalam pelajaran matematika. Pemaknaanyang dimunculkan dari siswa atau guru diungkapdengan metode wawancara kemudian data yangdidapatkan di-crosscheck dengan data observasi.

Penelitian tentang metode Montesori telahdilakukan oleh Lillard dan Else-Quest (2006) yangmembandingkan kemampuan akademis dan sosialdari sekolah yang menggunakan metode Montessoridan 27 sekolah negeri dan 12 swasta yang menerapkan

Page 4: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

106

program-program khusus seper ti kurikulumakselerasi, pendalaman bahasa, seni, dan penggunaanmetode penemuan di lingkungan kaum pinggirandan minoritas di Milwaukee, Wisconsin. Sampeladalah anak-anak usia 5 tahun dan usia 12 tahun darikedua kelompok yang dibandingkan. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa anak-anak sekolah Montessorimencapai skor yang jauh lebih tinggi dengan tingkatagresifitasnya yang jauh lebih rendah dibandingkandengan kelompok non Montessori. Hasil penelitiandari Rathunde (2003) menunjukkan bahwa anak-anak di sekolah Montessori memiliki motivasi,kualitas pengalaman, dan konteks sosial yangjauh lebih baik dibandingkan sekolah denganmetode biasa. Manner (2007) juga membandingkanprestasi akademis dalam kemampuan membacadan kemampuan matematika antara sekolahMontessori dan sekolah biasa dengan menggunakaninstrumen tes Standford dalam periode tiga tahun.Penelitiannya menunjukkan bahwa pada tahunpertama anak-anak sekolah Montessori dan sekolahbiasa mencapai skor Standford yang sama.Perbedaan yang signifikan mulai muncul di tahunkedua. Pada tahun ketiga sekolah Montessorimemperlihatkan kemampuan yang sangat ungguldibandingkan sekolah biasa.

3. METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitianpengembangan (research and development).Penelitian pengembangan merupakan suatu prosesyang digunakan untuk mengembangkan danmemvalidasi produk pendidikan (Borg & Gall, 1983:772). Produk yang dikembangkan dalam penelitianini adalah media pembelajaran matematika PapanDakon untuk operasi bilangan bulat dan albumnyauntuk siswa-siswa SD kelas IV dengan menggunakanprinsip-prinsip pengembangan media pembelajaranberbasis metode Montessori. Penelitian inimengelaborasi empat jenis penelitian yaitu: penelitianpengembangan untuk mengembangkan produk,penelitian kuasi eksperimental untuk mengetahuipengaruh penggunaan produk, penelitian kuantitatifsurvei untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa danguru, dan penelitian kualitatif untuk mengetahuipersepsi siswa dan guru terhadap produk.

Langkah pengembangan produk yang digunakandalam penelitian ini mengadaptasi langkah-langkah

yang dikembangkan oleh Borg dan Gall (1983: 775)dan menyederhanakannya menjadi 8 langkah, yaitua) analisis kebutuhan dengan mengumpulkaninformasi terkait literatur yang relevan, materipembelajaran, media pembelajaran, dan kesesuaiandengan usia siswa; b) perencanaan dengan kegiatanmel iput i per umusan kompetensi , sasaran,langkah-langkah kegiatan, dan simulasi kelayakan;c) perancangan prototype produk yang meliputiperancangan media pembelajaran, album pembelajaran,pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasinya; d) ujicoba terbatas yang meliputi validasi ahli pembelajaranMatematika, ahli media pembelajaran, guru-guru diSD mitra, dan pengujian produk pada 4-6 siswalamban belajar di SD Kl yang diikuti dengan analisisdata yang diperoleh dari interview, observasi, dankuesioner yang dilakukan; e) revisi produkberdasarkan masukan yang diperoleh dari uji cobaterbatas; f) uji coba produk dengan menggunakantiga jenis metode penelitian lain di SD Ke, yaitumetode penelitian kuasi eksperimental denganmenggunakan 24 siswa sebagai kelompok eksperimendan 24 siswa sebagai kelompok kontrol untukmengetahui efektivitas produk, metode penelitiankuantitatif sur vei untuk mengetahui tingkatkepuasan satu orang guru dan 48 siswa terhadapalat peraga dan metode penelitian kualitatif untukmengetahui persepsi satu guru dan 3 siswa, dan g)revisi produk akhir berdasarkan masukan-masukanyang diperoleh dari langkah ke-6; dan h) diseminasihasil penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakandalam penelitian ini adalah kuesioner, tes dantriangulasi. Kuesioner digunakan untuk mengetahuikualitas alat peraga menurut para ahli pada prosesvalidasi produk dan untuk mengetahui tingkatkepuasan guru dan siswa. Kuesioner disusunberdasarkan karakteristik-karakteristik mediapembelajaran berbasis Montessori seperti yang telahdisebutkan pada bagian terdahulu yaitu menarik,bergradasi, auto correction, auto education dankontekstual. Penelitian survei tingkat kepuasanmenambahkan indikator life atau durability danworkmanship atau kualitas pengerjaan sebagaikarakteristik dari produk baru secara umum. Tesdilakukan dalam bentuk pretest dan posttest padakelompok kontrol dan kelompok eksperimen untukmengetahui pengaruh alat peraga terhadap prestasibelajar siswa. Triangulasi memadukan teknikobservasi saat alat peraga digunakan oleh para siswa

Page 5: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

107

G. Ari Nugrahanta, C. Rismiati, A. Anugrahana, & I. Kurniastuti, Pengembangan Alat Peraga ....

di kelas; wawancara terhadap siswa, dan guru; dandokumentasi dengan menganalisis dokumen dariproses pembelajaran.

Teknik analisis data yang digunakan dalampenelitian ini disesuaikan dengan setiap tahapanpenelitian dan jenis data yang ada.

a. Kualitas produk alat peraga MatematikaData kualitatif berupa saran saran dan kritik

dari para validator dihimpun untuk menilai produk.Data kuantitatif dianalisis dengan statistik deskriptifmelalui pengumpulan data kasar, pemberian skor,dan konversi skor. Acuan konversi nilai skala limauntuk menilai kualitas produk diadaptasi dariSukardjo (2008: 101) seperti tertera pada Tabel 1.

b. Uji pengaruh terhadap prestasi belajarTeknik analisis data untuk mengetahui

pengaruh penggunaan alat peraga yang dihasilkandengan statistik inferensial.

Tabel 1: Konversi Nilai Skala Lima

Kategori Interval skor Keterangan

Sangat Baik = rerata ideal = ½ (skor maksimal

Baik + skor minimal ideal)

Cukup SBi = simpangan baku ideal = 1/6 (skor

Kurang Baik maksimal ideal % skor minimal ideal)

Sangat Kurang Baik

c. Tingkat kepuasan siswa dan guru terhadapalat peragaTeknik analisis data yang akan digunakan

dalam penelitian ini menggunakan frameworkdari Douglas, Douglas dan Barnes (2006) yangmenggunakan Importance Per formance Analysis(IPA) atau “quadrant analysis”. Analisis kuadranmerupakan teknik grafis yang digunakan untukmenganalis hasil evaluasi tingkat kepentingan dantingkat kepuasan. Gambar 1 menunjukkan gambaranmatrik dari kepuasan siswa atas karakteristik mediapembelajaran yang dievaluasi. Respon pengguna(siswa dan guru) bisa berada pada salah satu dariempat area, sangat penting dan sangat puas (B),sangat penting dan sangat tidak puas (A), sangat

tidak penting dan sangat tidak puas (C), atau sangattidak penting dan sangat puas (D). Hasil daripemetaan matrik ini adalah rekomendasi atas produkmedia pembelajaran yang dievaluasi.

Gambar 1. Matriks Analisis Importance Performance

d. Persepsi siswa dan guru terhadap alat peragaTeknik analisis data dilakukan melalui tiga

tahap, yaitu tahap pengodean, tahap analisis tematik,dan tahap interpretasi (Poerwandari, 1998).

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian untuk RumusanMasalah IRumusan masalah I penelitian ini adalah

“Bagaimana prosedur pengembangan alat peragaMatematika berbasis metode Montessori untuksiswa Sekolah Dasar?” Prosedur pengembanganyang digunakan dalam penelitian ini bisa dibagi

Page 6: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

108

dalam 3 tahap, yaitu tahap awal, tahap implementasi,dan tahap akhir. Tahap awal dimulai dengan identifikasipermasalahan dan tujuan, identifikasi ruang lingkuppenelitian, dan merancang desain penelitian secarakeseluruhan. Tahap implementasi terdiri dariimplementasi tahap I dan II.

Sebagaimana sudah disampaikan pada bagianterdahulu, masalah yang teridentifikasi dalampembelajaran matematika secara umum adalahrendahnya prestasi belajar siswa Indonesiadibandingkan dengan negara-nagara lain. Terobosaninovatif pembelajaran sangat diperlukan untuk

mencari solusi terhadap permasalahan pendidikandi Indonesia. Untuk membantu mencari solusiterhadap problem pembelajaran di kelas, perludiketahui kekhasan usia anak SD. Jean Piaget(Hergenhahn, 2009) menyatakan bahwa anak usia7-12 tahun ada dalam tahap perkembangan operasionalkonkret. Pada tahap ini anak mengembangkankemampuan untuk mengonservasi, mengelompokkan,mengurutkan, dan memproses konsep angkaterutama melalui kejadian konkret. Anak dapatmemecahkan masalah yang agak kompleks asalkanmasalah tersebut masih konkret bisa dioperasikan

Gambar 2. Tahapan Pengembangan Alat Peraga Papan Dakon Operasi Bilangan Bulat

Page 7: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

109

G. Ari Nugrahanta, C. Rismiati, A. Anugrahana, & I. Kurniastuti, Pengembangan Alat Peraga ....

secara riil. Dari sini sangatlah penting menggunakanaktivitas konkret dalam pembelajaran dan alat peragamemainkan peran sentral. Pemahaman ini menjadititik pijak bagi penelitian dengan tujuan untukmengembangkan alat peraga melalui serangkaianlangkah penelitian yang terarah dan terukur.

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan,ruang lingkup penelitian diidentifikasikan padapengembangan alat peraga matematika berbasismetode Montessori Papan Dakon untuk operasibilangan bulat bagi siswa kelas IV SD. Bidangmatematika dipilih karena bidang ini yang biasanyacukup menjadi momok bukan hanya bagi siswa,tetapi juga guru dan orang tua. Sesudah menentukanruang lingkup, peneliti merancang desain penelitiansecara keseluruhan. Penelitian dilakukan oleh empatdosen PGSD dengan melibatkan empat mahasiswapenulis skripsi. Penelitian R&D untuk mengembangkanproduk alat peraga, penelitian kuasi-eksperimentaluntuk mengetahui pengaruh penggunaan alat peragaterhadap prestasi belajar siswa, penelitian survei untukmengetahui kepuasan pengguna dan penelitiankualitatif untuk mengungkap persepsi siswa dan guru.

Tahap kedua adalah tahap implementasi. Padaimplementasi tahap I digunakan metode penelitianR&D untuk mengembangkan alat peraga matematikaberbasis metode Montessori. Langkah-langkah yangdigunakan mengadaptasi langkah-langkah dalampenelitian pengembangan dari Borg dan Gallsebagaimana sudah dikemukakan dalam bab III.Langkah-langkah tersebut dimodifikasi menjadi limalangkah, yaitu 1) kajian standar kompetensi dankompetensi dasar, 2) analisis kebutuhan, 3) produksialat peraga, 4) pembuatan instrumen penelitian, dan5) validasi alat peraga. Implementasi tahap I inimenghasilkan prototype alat peraga. Gambar 2menunjukkan alur penelitian.

Implementasi tahap II dilakukan untukmelakukan uji coba eksperimental dari prototypeyang dihasilkan dan untuk mengetahui kepuasansiswa dan guru serta persepsi siswa dan guru atasalat peraga yang dihasilkan. Alat peraga direplikasiagar bisa digunakan para siswa dalam satu kelas secaramemadai. Hanya satu guru yang melaksanakanpembelajaran baik di kelompok eksperimen dankelompok kontrol. Pada kelompok eksperimenpembelajaran dilangsungkan dengan menggunakanalat peraga yang diteliti, sedangkan pada kelompokkontrol pembelajaran dilangsungkan dengan metodeklasikal biasa.

Tahap akhir merupakan analisis terhadapsetiap hasil penelitian bagian. Hasil analisis digunakanuntuk melakukan revisi terhadap produk yangdihasilkan. Revisi produk dilakukan terhadap alatperaga, kartu-kartu latihan, dan album pembelajaranuntuk menghasilkan produk final yang sudah melaluiserangkaian uji coba.

4.2 Hasil Penelitian untuk RumusanMasalah IIRumusan masalah II penelitian ini adalah

“Bagaimana efektivitas produk alat peragaMatematika berbasis metode Montessori untuksiswa Sekolah Dasar?” Spesifikasi produk dari alatperaga dakon untuk operasi bilangan bulat inidikembangkan dari alat peraga Montessori “snakegame” (Ratri, 2014).

Gambar 3. Alat Peraga Asli Montessori (Snake Game)Permainan snake game digunakan untuk

memahami operasi pengurangan dan penjumlahanbilangan positif dan negatif. Dengan prinsip yangsama dengan permainan tersebut, dikembangkanalat peraga dengan menggunakan alat dakonsebagaimana sudah dikenal luas untuk permainananak. Papan dakon terdiri dari 20 lubang yang terdiridari 10 lubang bagian atas dan 10 lubang bagianbawah. Masing-masing lubang berdiameter 5 cm.Seluruh papan terbuat dari kayu mindi denganpanjang 60 cm, lebar 15 cm, dan tinggi 4 cm.

Lubang-lubang dakon pada baris atasdigunakan untuk menempatkan biji bilangan bulatpositif, sedangkan pada baris bawah untuk bilanganbulat negatif. Papan ini dilengkapi dengan 100 bijibilangan bulat positif dengan warna merah dan 100biji bilangan bulat negatif dengan warna biru. Bijiberbentuk setengah tabung berdiameter 1,5 cmdengan tinggi 1 cm. Dalam operasi bilangan, jikabagian atas dan bagian bawah terisi dengan biji,

Page 8: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

110

keduanya akan diambil sebagai nilai nol (bulat).Dengan demikian sisa biji bisa dihitung apakahpositif atau negatif. Alat peraga papan bilangan bulatdilengkapi dengan album pembelajaran yang berisimateri, manual penggunaan alat peraga, dan 46 kartusoal beserta jawabannya berdasarkan indikatorpembelajaran. Alat peraga yang dikembangkan bisadilihat pada Gambar 4 berikut.

Hasil dari penelitian kuasi-eksperimental padakelas IV di SD Ke menunjukkan bahwa penggunaan

Hasil penelitian tentang tingkat kepuasansiswa maupun guru, masing-masing ada padakategori cukup puas. Aspek alat peraga yang perludipertahankan prestasinya (Kuadran II) menurutsiswa adalah mudah digunakan, memudahkanmengerjakan soal, bisa digunakan siswa kelas 1sampai kelas 6, membantu memperbaiki kesalahan,menemukan kesalahan yang dibuat siswa, terbuatdari bahan yang kuat, dapat dipakai berkali-kali, tetapkuat walau jarang digunakan, dan dicat rapi. Hal

Gambar 4. Alat Peraga Papan Dakon yang Dikembangkan

papan dakon operasi bilangan bulat berpengaruhsecara signifikan terhadap prestasi belajar matematikasiswa. Rata-rata skor post-test kelompok kontrol lebihrendah (M = 30, SE = 0,45) dibandingkan denganskor post-test kelompok eksperimen (M = 31,5, SE =0,45). Perbedaan ini signifikan t (34) = -2,218, p <0,05 dan memiliki effect size sedang yaitu r = 0,35(Ardeta, 2014).

yang perlu diperbaiki (Kuadran I) adalah familiaritas(pernah dilihat). Tabel 2 menunjukkan persebaranpernyataan pada kuesioner siswa. Pernyataan yangtidak konsisten adalah pernyataan yang berada dikuadran berbeda antara diagram kar tesiusper indikator dengan diagram kartesius secarakeseluruhan. Pernyataan yang tidak konsistenmemiliki indikasi bahwa pernyataan tersebut perlu

Tabel 2: Persebaran Pernyataan Pada Kuesioner Siswa

Indikator Kata Kunci Kuadran Konsistensi TidakI II III IV Konsisten

(I & N/A)1. Membantu mengerjakan soal (II & I)2. Digunakan tanpa bantuan3. Mudah digunakan4. Mudah mengerjakan soal5. Mengerjakan soal tanpa bantuan

Page 9: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

111

G. Ari Nugrahanta, C. Rismiati, A. Anugrahana, & I. Kurniastuti, Pengembangan Alat Peraga ....

diperbaiki dan membutuhkan responden lebihbanyak (Hastuti, 2014).

Aspek yang perlu dipertahankan menurutguru ialah membantu siswa mengerjakan soal tanpabantuan orang lain, memahami konsep matematika

Tabel 2: Lanjutan

Indikator Kata Kunci Kuadran Konsistensi TidakI II III IV Konsisten

Menarik 6. Bentuk menarik (II & IV)7. Warna menarik8. Menarik daripada alat peraga lain (II & IV)

Bergradasi 9. Bisa digunakan siswa kelas 1 sampai kelas 610. Bermacam warna (IV & N/A)11. Ukuran kecil kebesar12. Permukaan halus ke kasar13. Ukuran panjang ke pendek

Auto-correction 14. Menunjukkan kesalahan (III & II)15. Memperbaiki kesalahan16. Menemukan jawaban benar (III & II)17. Menemukan kesalahan yang dibuat

Kontekstual 18. Terbuat dari bahan yang diketahui siswa19. Terbuat dari bahan di lingkungan sekitar (IV & II)20. Terbuat dari bahan yang sering dilihat (III & IV)21. Pernah dilihat22. Sesuai materi pelajaran

Life 23. Bahan yang kuat24. Mudah dibawa25. Dipakai berkali-kali26. Kuat walau jarang digunakan27. Tidak mudah rusak (III & N/A)28. Mudah dibersihkan (I & II)

Workmanship 29. Mudah diperbaiki30. Permukaan halus (II & III)31. Dilem kuat32. Dipaku kuat33. Tidak melukai (II & IV)34. Dicat rapi

Total 1 10 11 0 13

kelas 1 - 6, memperbaiki kesalahan, bahan kuat,pernah dilihat, tidak mudah rusak, dan mudahdiperbaiki. Hal yang perlu diperbaiki (Kuadran I)adalah ukuran proporsional dan permukaan halus(Hastuti, 2014).

Tabel 3: Persebaran Pernyataan pada Kuesioner Guru

Indikator Kata Kunci Kuadran Konsisten TidakI II III IV Konsisten

Auto Education 1. Mudah mengerti matematika IV-N/A2. Membantu mengerjakan soal IV-N/A3. Digunakan tanpa bantuan III-N/A4. Mudah digunakan I – II5. Mudah mengerjakan soal IV – N/A

Page 10: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

112

Hasil penelitian tentang persepsi guru dansiswa dari Sari (2014) yaitu berkitan dengan (1)Pandangan subjek mengenai penggunaan alat peragadalam pembelajaran. Subjek, baik guru maupunsiswa tidak terlalu familiar dengan penggunaan alatperaga, mereka jarang menggunakan alat peraga.Selama ini pembuatan alat peraga masih jarangdilakukan, jika dilakukan pun sebatas menggunakanalat-alat atau bahan yang tersedia di lingkungansekolah. Selain itu, para guru tidak menerapkanprinsip tertentu dalam mengembangkan alat peraga.

Tabel 3: Lanjutan

Indikator Kata Kunci Kuadran Konsisten TidakI II III IV Konsisten

6. Mengerjakan soal tanpa bantuanMenarik 7. Bentuk menarik IV – N/A

8. Warna menarik IV – N/A9. Ukuran proporsional10. Menarik daripada alat peraga lain III – N/A

Bergradasi 11. Memahami konsep matematika kelas 1- 612. Bermacam warna II – N/A13. Ukuran kecil ke besar14. Permukaan halus ke kasar15. Ukuran panjang ke pendek

AutoCorrection 16. Menunjukkan kesalahan II – N/A17. Memperbaiki kesalaham18. Menemukan jawaban benar I – N/A19. Menemukan kesalahan yang dibuat20. Kunci jawaban III – IV

Kontekstual 21. Terbuat dari bahan yang diketahui III – N/A22. Terbuat dari bahan di lingkungan sekitar III – N/A23. Bahan yang sering dilihat III – N/A24. Pernah dilihat25. Sesuai materi pelajaran IV – N/A

Life 26. Bahan yang kuat27. Mudah dibawa III – N/A28. Digunakan berulang kali IV – N/A29. Kuat walau jarang digunakan III – N/A30. Tidak mudah rusak31. Mudah dibersihkan

Workman ship 32. Mudah diperbaiki33. Permukaan halus34. Dilem kuat35. Dipaku kuat III – N/A36. Tidak melukai IV – N/A37. Dicat rapi IV – N/A

Total 2 7 4 2

Dalam pemikiran mereka, alat peraga dibuat denganmenggunakan bahan seadanya yang dapat dan mudahditemukan tanpa perlu pertimbangan. (2) Pengalamansubjek setelah menggunakan alat peraga Montessori.Baik siswa maupun guru mengungkapkan bahwamereka senang menggunakan alat peraga berbasismetode Montessori dan ingin mengulangimenggunakan alat peraga tersebut di kemudian hari.Pertama kali melihat alatnya, siswa langsung tertarikdan ingin menggunakan alat tersebut. Siswa merasatertarik karena menganggap bahwa alat peraga

Page 11: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

113

G. Ari Nugrahanta, C. Rismiati, A. Anugrahana, & I. Kurniastuti, Pengembangan Alat Peraga ....

semacam dakon tersebut juga dapat digunakanuntuk alat mainan. Dalam prosesnya, siswa tidakmerasa sedang mengerjakan soal matematika akantetapi sedang bermain. Proses yang menarik terjadiselama proses siswa menggunakan alat peraga ini.Masing-masing siswa antusias untuk mengerjakansoal dengan alat peraga, mereka ingin mencobamengerjakan soal dengan alat tersebut dan kemudianmencocokkan sendiri jawabannya dari kartu jawaban.Dalam proses ini nampak terjadi proses belajarsecara mandiri karena alat peraga sudah dilengkapidengan kartu soal dan kartu jawaban. Prinsip auto-education dan auto-correction muncul dalamproses ini. Dengan konsep alat seperti ini, menurutpengakuan guru, alat ini dengan sendirinya dapatmembantu dalam mengajarkan konsep matematikapada siswa. Selanjutnya, guru mengapresiasi idepembuatan alat peraga dakon ini karena alat peragaini dapat digunakan untuk mengajarkan beberapakompetensi dasar dari kelas 1-4. Hal ini menunjukkansatu ciri dari alat peraga Montessori yang dapatdigunakan pada kelas multilevel. Pengalaman yangdialami oleh guru memberikan pemahaman yanglebih baik terhadap pandangannya mengenaipembuatan alat peraga. Dengan melihat danmerasakan keuntungan menggunakan alat peragaMontessori dengan berbagai karakteristiknya, guru

untuk penghitungan operasi bilangan bulat. Menurutguru, alat peraga yang dimodifikasi dari alat permainandakon ini memberi pengaruh kepada para siswauntuk menggunakan alat tersebut sebagai mainansehingga siswa kurang serius. Namun demikian, sisibaiknya adalah siswa dapat menggunakan alattersebut tanpa merasa sedang belajar suatu konsepmatematika yang sulit, karena dilakukan denganperasaan senang seperti ketika bermain. (4) Beberapamasukan untuk pengembangan alat. Alat peragasemestinya mudah untuk dipindahkan oleh anak-anak ketika ingin menggunakan alat peraga tersebut.Alat peraga dakon yang dikembangkan ini dirasakanterlalu berat untuk dipindahkan oleh kanak-anak.Oleh karena itu, saran bagi pengembanganselanjutnya ialah menggunakan bahan yang relatiflebih ringan.

4.3 Spesifikasi produk finalUntuk produk final, modifikasi alat peraga

dilakukan relatif terbatas. Seluruh kayumenggunakan bukan kayu mindi, tetapi kayu pinusdengan alasan sama seperti sebelumnya. Tinggipapan dakon dibuat lebih rendah untuk mengurangiberat papan. Biji setengah tabung dibuat dengandiameter lebih lebar dan dengan ketinggian 2 mmyang dibuat dengan bahan MDF.

menjadi menger ti mengenai konsep-konsepyang perlu digunakan jika akan membuat alatperaga. (3) Kendala yang dihadapi. Alat peraga yangdikembangkan dalam penelitian ialah papan dakon

Gambar 5. Spesifikasi Produk Final dan Album Alat Peraga Papan Dakon Operasi Bilangan Bulat

4.4 PembahasanPenel i t i an in i mer upakan pene l i t i an

pengembangan (research and development) yangdiadaptasi dari model Borg dan Gall (1983). Jika

Page 12: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

114

ditelusur satu per satu dari masing-masing langkah,langkah yang diambil dalam penelitian ini sudahmengacu pada langkah ideal yang semestinyadilakukan dalam suatu penelitian pengembanganmenurut Borg dan Gall (1983). Analisis kebutuhanlengkap, ujicoba, analisis, dan revisi produk sudahdilakukan. Hanya saja sebagai keterbatasan daripenelitian ini ialah persoalan subjek dan tempatujicoba. Semestinya uji coba yang dilakukan dalampenelitian pengembangan ini dilakukan pada 10hingga 30 sekolah akan tetapi dalam penelitian inihanya dilakukan pada satu sekolah untuk masing-masing alat peraga yang dihasilkan. Namundemikian dari sisi subjek sudah mencukupi yaitulebih dari 40 subjek sebagai jumlah minimal yangdisarankan. Sebagai penguatan dari subjek yangterbatas ini, evaluasi dilakukan dengan menggunakanobservasi, wawancara, dan kuesioner laporan diridari masing-masing subjek penelitian. Hasil darievaluasi sudah cukup memadai sebagai masukanuntuk melakukan revisi produk. Langkah selanjutnyayang semestinya perlu dilakukan ialah mengujikembali produk tersebut setelah direvisi jika adadana dan waktu yang memadai. Secara keseluruhanpenelitian pengembangan ini sudah mengikuti asas-asas penelitian yang semestinya.

Keberadaan alat peraga yang digunakanmampu meningkatkan prestasi belajar siswakhususnya dalam pelajaran Matematika. Hasil inisesuai dengan apa yang diprediksikan sebelumnyajika merujuk pada berbagai review mengenaikeefektifan dari alat peraga Montessori. Bahkan,dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lillarddan Else-Quest (2006) menunjukkan keefektifanpenggunaan alat peraga Montessori yang ditunjukkandengan penguasaan konsep Matematika yang lebihtinggi pada siswa di sekolah Montessori dibandingdengan siswa negeri yang memiliki siswa cerdas danberbakat dengan berbagai program unggulan.

Masukan kedua yang dapat digunakan untukpengembangan dari produk alat peraga ini ialahmasukan yang berkaitan dengan produk alat peraga.Dalam penelitian survei kepuasaan, nampak satu persatu bagian karakteristik dari alat peraga yangditerima baik dan masih perlu perbaikan. Dalampenelitian kualitatif pun muncul banyak sekalimasukan. Maria Montessori sendiri sebagai founderdari pendekatan Montessori ini melakukan hal yangmirip yang dilakukan peneliti. Montessori mencobakan

alat yang dikembangkannya kemudian melakukanobser vasi objektif pada situasi langsung dankemudian memperbaiki alat yang dikembangkansesuai dengan respons siswa (Montessori, 2002).Hasil observasi dan wawancara dalam uji coba alatperaga ini memberi masukan yang sangat berartidalam pengembangan alat peraga.

Keefektifan alat peraga Matematika berbasismetode Montessori ini dapat ditunjukkan melaluipenelitian survei kepuasaan dan penelitian kualitatifyang dilakukan. Para subjek yang menjadi partisipandalam penelitian ini sangat terbantu dengan karakteristikyang dimiliki oleh alat peraga montessori. Semuaciri khas alat Montessori yang menarik, bergradasi,memiliki pengendali kesalahan, dan memungkinkansiswa belajar secara mandiri (Lillard, 1997) munculdalam alat peraga yang dikembangkan. PelajaranMatematika yang diajarkan menjadi terasa lebihmudah karena alat peraga ini membantu siswamemahami konsep melalui alat konkret yangmempunyai pengendali kesalahan. Siswa mendapatkankesempatan untuk bereksplorasi secara mandiri danmenemukan ‘aha!’ atau ‘insight’ dengan caraberekplorasi dengan alat peraga tersebut.

Secara teoretis temuan ini masih sejalandengan pendapat Jean Piaget (Hergenhahn, 2009)yang menyebutkan bahwa anak usia 7-12 tahun adadalam tahapan perkembangan operasional konkret.Dalam rentang usia ini anak akan mengalamikesulitan untuk mengembangkan kemampuanberpikir abstrak jika tanpa melakukan sesuatu yangkonkret terlebih dahulu. Untuk memahami konsep-konsep terkait relasi angka-angka dalam matematikadibutuhkan kemampuan abstraksi yang tidak mudah.Pendekatan yang hanya sekedar dilakukan untukmentrasfer pengetahuan dari gur u ke muridterutama dengan metode ceramah tentu sangatberlawanan dengan proses perkembangan yangterjadi dalam rentang usia anak SD. Seluruh prosespembelajaran semestinya dilakukan denganmemberi kesempatan seluas-luasnya pada para siswauntuk melakukan aktivitas konkret, lalu pelan-pelanmenuju ke yang abstrak.

Secara lebih umum temuan-temuan dalampenelitian ini menegaskan perlunya media pembelajaranyang dapat melibatkan siswa dalam aktivitas konkret.Sejalan dengan Dewey yang mengatakan bahwasekolah semestinya dilengkapi dengan berbagaikemungkinan yang bisa melibatkan siswa dalam

Page 13: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

115

G. Ari Nugrahanta, C. Rismiati, A. Anugrahana, & I. Kurniastuti, Pengembangan Alat Peraga ....

aktivitas-aktivitas konkret (Dewey, 1944). Sekolahperlu dilengkapi dengan areal kebun agar parasiswa bisa melakukan berbagai aktivitas pertanianatau perkebunan. Tujuan utamanya bukan untukmempersiapkan para siswa agar menjadi petani ataupekerja kebun. Semua aktivitas tersebut menjadiwahana untuk mengembangkan berbagai kemampuanberpikir abstrak. Dalam temuannya Chang (2014)mengungkapkan bahwa upaya yang dilakukan olehpemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitaspendidikan dengan beaya yang sangat besar denganberbagai kebijakan yang menyangkut sertifikasiguru ternyata belum menunjukkan hasil yangmenggembirakan. Temuan dalam penelitian ini yangmenggarisbawahi pentingnya aktivitas pembelajaranyang konkret dengan menggunakan alat peraga ataumedia pembelajaran secara lebih umum kiranya bisasemakin menegaskan arah yang perlu ditempuh dalampeningkatan kualitas pembelajaran. Penelitian inihanyalah awal dari perjalanan yang masih panjang.

5. PENUTUP

Prosedur pengembangan alat peragamatematika berbasis metode Montessori untuksiswa Sekolah Dasar dilakukan dengan bertahap dan

berlapis-lapis. Prosedur pengembangan dibagi dalamtahap awal, tahap implementasi I, tahap implementasiII, dan tahap akhir. Produk alat peraga Matematikaberbasis metode Montessori efektif digunakan dalampembelajaran pada siswa-siswa Sekolah Dasar yangdibuktikan dengan adanya perbedaan prestasi belajarsiswa atas pengguanaan alat peraga Papan Dakon,tingkat kepuasan sisa dan guru yang berada padalevel cukup puas dan persepsi guru dan siswa yangmenunjukkan tendensi favorable atas alat peragayang ada.

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam haljumlah replikasi alat, waktu transisi antara selesainyaalat peraga yang dihasilkan dalam penelitian R&Dawal dengan implementasi eksperimentalnya yangbegitu pendek, terbatasnya lembaga mitra yangdapat mereplikasi alat peraga dalam waktu singkatdan dalam jumlah yang banyak, terbatasnya sekolahtempat uji coba, terbatasnya responden guru dalampenelitian survei. Rekomendasi untuk penelitianselanjutnya adalah perlunya kepastian jumlah siswadalam kelas-kelas yang akan digunakan untuk ujieksperimental alat peraga yang digunakan, penjadwalanyang sistematis dan terorganisisr, kapasitas produksialat peraga, memperbanyak jumlah sekolah untuk ujicoba sehingga bisa memperbanyak subjek pemakai.

DAFTAR PUSTAKA

Ardeta, Y. T. E. 2014. Perbedaan Prestasi BelajarSiswa atas Penggunaan Alat PeragaMatematika Berbasis Metode Montessori(Skripsi tidak dipublikasikan). UniversitasSanata Dharma, Yogyakarta.

Borg, W. R. & Gall, M. D. 1983. EducationalResearch, an Introduction, Fourth Edition.New York: Longman.

Chang, M. C. dkk. 2014. Teacher Reform in Indonesia:The Role of Politics and Evidence in PolicyMaking. Washington, D.C.: The World Bank.

Dewey, J. 1944. Democracy and Education: AnIntroduction to the Philosophy of Education.New York: The Free Press.

Douglas, J. D., A & Barnes, B. 2006. MeasuringStudent Satisfaction at a UK University.Quality Assurance in Education 14 (3):251-267.

Hastuti, K. S. 2014. Tingkat Kepuasan Siswa danGuru terhadap Penggunaan Alat PeragaMatematika Berbasis Metode Montessori(Untuk Penjumlahan dan PenguranganPecahan pada Kelas IV SD Karitas) (Skripsit idak Dipubl ikasikan). Yogyakar ta:Universitas Sanata Dharma.

Hergenhahn, B. R. & Olson, M. H. 2009. Theoriesof Learning (Edisi Ketujuh). Jakarta: Kencana.

Holt, H. 2008. The Absorbent Mind, Pikiran yangMudah Menyerap. Yogyakar ta: PustakaPelajar.

Lillard, P. P. 1997. Montessori in the classroom. NewYork: Schocken Books.

Lillard, P. P. 2005. Montessori: The Science Behindthe Genius. Oxford: Oxford University Press.

Lillard, A. & Else-Quest, N. 2006. EvaluatingMontessori education. Science, AAASJournal. Education Forum, 313, 1893-1894.

Page 14: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS …

Jurnal Penelitian (Edisi Khusus PGSD). Volume 20, No. 2, Desember 2016, hlm. 103-116

116

Diakses dari www.sciencemag.org/cgi/content/full/313/5795/1893/DC1.

Manner, J. C. 2007. Montessori vs. TraditionalEducation in the Public Sector: SeekingAppropriate Comparisons of AcademicAchievement. Forum on Public Policy: AJournal of the Oxford Round Table. GaleEducation, Religion and Humanities LitePackage.Diakses dari http://go. galegroup.com/ps/i.do?id=GALE%7CA191817971&v=2.1&u=k pt05011&it=r&p=GPS&sw=w

Montessori, M. 2002. The Montessori method. NewYork: Dover Publications.

OECD 2010, PISA 2009 Results : ExecutiveSummary.

OECD 2013, PISA 2012 Results: What StudentsKnow and Can Do – Student Per formancein Mathematics, Reading and Science(Volume I), PISA, OECD Publishing.

http://dx.doi.org/10.1787/9789264201118-enPoerwandari, K. 1998. Pendekatan Kualitatif untuk

Penelitian Perilaku Manusia. Jakar ta:Lembaga Pengembangan Sarana Pengukurandan Pendidikan Psikologi (LPSP3).Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Programme for International Student Assessment.What students know and can do: StudentPerformance in Reading, Mathematics andScience (2009). Diakses dari http://www.oecd.org/pisa/46643496.pdf

Rakhmat, J, 2003. Psikologi komunikasi. Bandung:RemajaRosdakarya.

Rathunde, K. 2003. A comparison of Montessoriand T radit ional Middle Schools:Motivation, Quality of Experience, andSocial Context. The NAMTA Journal28.3:15-20 . Diakses dari http://www.m o n t e s s o r i - n a m t a . o r g / P D F /rathundecompar.pdf

Ratri, A. R. 2014. Pengembangan Alat PeragaMatematika Berbasis Metode Montessori

untuk Operasi Bilangan Bulat di SDK KlepuYogyakarta (Skripsi tidak dipublikasikan).Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Rowley, J. (2003). Designing Student FeedbackQuestionnaires. Quality Assurance inEducation, 11(3): 142-149.

Sari, P. R. 2014. Persepsi Guru dan Siswa terhadapAlat Peraga Bilangan Bulat BerbasisMetode Montessori (Skripsi t idakDipublikasikan). Yogyakarta: UniversitasSanata Dharma.

Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya:Srikandi.

Sukardjo. 2008. Kumpulan Materi EvaluasiPembelajaran. Prodi Teknologi Pembelajaran,Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

Thoha, M. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep dasardan aplikasinya. Jakar ta: Raja GrafindoPersada.

Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia(KBBI). Jakarta: Pusat Bahasa– DepartemenPendidikan Nasional.

Tjiptono, A., & Diana, A. 2003. Total qualitymanajemen. Edisi revisi. Yogyakarta: Andy.

Toth, Z. E., Jonas, T., Berces, R., & Bedzsula, B.2010. Course Evaluation by Impor tance-Per formance Analysis and ImprovingActions at the Budapest University ofTechnology and Economics. Paperpresented developed in the framework ofthe project “Talent care and cultivation inthe scientific workshops of BME” project.This project is suppor ted by the grantTÁMOP - 4.2.2.B-10/1—2010-0009

Ültanir, E. 2012. An epistemological glance at theconstr uctivist approach: Constructivistlearning in Dewey, Piaget, and Montessori.International Journal of Instruction, 5 (2),195-212.

Umar, H. 1997. Study kelayakan bisnis. Edisi ketiga.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.