Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
1 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
PENGELOLAAN PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL
Imtihanah Amri*
*Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
ABSTRACT
Increased intracranial pressure is a state of neurological emergency caused by various
neurological injuries and is associated with poor outcomes, including brain ischemia and
even death. Rapid diagnosis, careful analysis of the pathophysiology involved, and
invasive monitoring and therapy are essential for the successful management of this
potentially hazardous condition. Invasive methods for diagnosis and monitoring have their
own risks. New techniques in non-invasive diagnoses and ICP elevated assessments can
improve morbidity and mortality, but need to be tested in large-scale clinical trials before
becoming standard therapy. Until now there have been few interventions showing the
efficacy of ICP reduction but not all have been shown to improve outcomes. The risks and
benefits of medical and surgical interventions should be carefully evaluated and the best
therapeutic options should be directed to each patient.
ICP monitoring is necessary to prevent the phase of compensation into the decompensation
phase. ICP monitoring can be done with the help of monitors, imaging, non-invasive
measurements (TCD), advanced monitoring with several modalities. With the monitoring
of ICT, the management will become more optimal. Management of ICP upgrading
includes general and specific management.
There are two methods of ICP monitoring that are invasive (direct) and non invasive
(indirect) methods. Non-invasive method (indirectly) performed monitoring of clinical
status, neuroimaging and neurosonology (Trancranial Doppler Ultrasonography / TCD).
While the invasive method (directly) can be done intraventrikular, intraparenkimal,
subarakhnoid / subdural, and epidural. Commonly used method is intraventricular and
intraparenkimal (microtransducer sensor) because it is more accurate but need attention
to the risk of bleeding and infection due to its installation. With ICP monitoring also we
can know the value of CPP, which is very important, which shows whether or not perfusion
is achieved by brain brain oxygenation.
Keywords: Increased intracranial pressure, neurological injuries
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
2 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
ABSTRAK
Peningkatan tekanan intrakranial merupakan sebuah keadaan emergensi neurologis yang
disebabkan oleh berbagai cedera neurologis dan berhubungan dengan outcome yang buruk,
termasuk iskemia otak dan bahkan kematian. Diagnosis cepat, analisis cermat terhadap
patofisiologi yang terlibat, dan pemantauan invasif serta terapi sangat penting untuk
keberhasilan penatalaksanaan kondisi yang berpotensi berbahaya ini. Metode-metode
invasif untuk diagnosis dan pemantauan memiliki risiko tersendiri. Teknik terbaru dalam
diagnosis non-invasif dan penilaian peningkatan TIK bisa memperbaiki angka morbiditas
dan mortalitas, tetapi perlu diuji dalam trial-trial klinis skala besar sebelum menjadi
standar terapi. Sampai sekarang ada sedikit intervensi yang menunjukkan efikasi
pengurangan TIK tetapi tidak semua telah terbukti memperbaiki outcome. Risiko dan
manfaat intervensi medis dan bedah harus dievaluasi secara cermat dan pilihan-pilihan
terapi terbaik harus diarahkan untuk setiap pasien.
Pemantauan TIK sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya fase kompensasi ke
fase dekompensasi. Pemantauan TIK dapat dilakukan dengan bantuan alat monitor,
pencitraan, pengukuran non invasif (TCD), monitoring lanjutan dengan beberapa
modalitas. Dengan adanya pemantauan TIK maka penatalaksanaan akan menjadi lebih
optimal. Penatalaksanaan peningkatan TIK meliputi tatalaksana umum dan khusus. Ada dua metode pemantauan TIK yaitu metode invasif (secara langsung) dan non
invasive (tidak langsung). Metode non invasif (secara tidak langsung) dilakukan
pemantauan status klinis, neuroimaging dan neurosonology (Trancranial Doppler
Ultrasonography/TCD). Sedangkan metode invasif (secara langsung) dapat dilakukan
secara intraventrikular, intraparenkimal, subarakhnoid/subdural, dan epidural. Metode
yang umum dipakai yaitu intraventrikular dan intraparenkimal (microtransducer sensor)
karena lebih akurat namun perlu perhatian terhadap adanya risiko perdarahan dan infeksi
akibat pemasangannya. Dengan pemantauan TIK juga kita dapat mengetahui nilai CPP,
yang sangat penting, dimana menunjukkan tercapai atau tidaknya perfusi otak begitu juga
dengan oksigenasi otak.
Kata Kunci: Peningkatan Tekanan Intrakranial, cedera neurologis
I. PENDAHULUAN
Otak merupakan jaringan tubuh
yang mempunyai tingkat metabolisme
tinggi, hanya dengan berat kurang dari 2%
dari berat badan, memerlukan 15%
kardiak output dan menyita 20% oksigen
yang beredar ditubuh, serta membutuhkan
25% dari seluruh glukosa dalam tubuh.
Pada keadaan emergensi dan kritis akan
terjadi peningkatan kebutuhan bahan-
bahan metabolism tersebut. Dengan
demikian apabila suplai bahan-bahan
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
3 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
untuk metabolisme otak terganggu
tentunya akan menyebabkan terjadinya
kerusakan jaringan otak yang dapat
berakibat kematian dan kerusakan
permanen.1,2
Ruang didalam kepala dibatasi
oleh struktur yang kaku, semua
kompartemen intrakranial ini tidak dapat
dimampatkan, hal ini dikarenakan volume
intrakranial yang konstan (Hukum Monro-
Kellie). Oleh karena itu bila terdapat
kelainan pada salah satu isi yang
mempengaruhi peningkatan volume
didalamnya akan terjadi peningkatan
tekanan intrakranial setelah batas
kompensasi (compliance) terlewati.1,2,3
Tekanan intrakranial normal
berkisar pada 8-10 mmHg untuk bayi,
nilai kurang dari 15 mmHg untuk anak
dan dewasa, sedangkan bila lebih dari 20
mmHg dan sudah menetap dalam waktu
lebih dari 20 menit dikatakan sebagai
hipertensi intrakranial. Efek peningkatan
tekanan intrakranial sangatlah kompleks,
oleh karena itu perlu penanganan segera
agar penderita tidak jatuh dalam keadaan
yang lebih buruk. Tiga puluh enam persen
penderita dengan cedera otak yang disertai
koma, datang dalam keadaan hipoksia dan
gagal nafas yang membutuhkan ventilator
mekanik. 1,2,3
II. PATOFISIOLOGI
PENINGKTATAN TIK
Prinsip TIK diuraikan pertama
kali oleh Profesor Monroe dan Kellie pada
tahun 1820. Orang dewasa normal
menghasilkan sekitar 500 mL cairan
serebrospinal (CSF) dalam waktu 24 jam.
Setiap saat, kira-kira150 mL ada didalam
ruang intrakranial. Ruang intradural terdiri
dari ruang intraspinal ditambah ruang
intrakranial. Total volume ruang ini pada
orang dewasa sekitar 1700 mL, dimana
sekitar 8% adalah cairan serebrospinal,
12% volume darah, dan 80% jaringan otak
dan medulla spinalis. Karena kantung dura
tulang belakang tidak selalu penuh tegang,
maka beberapa peningkatan volume ruang
intradural dapat dicapai dengan kompresi
terhadap pembuluh darah epidural tulang
belakang. Setelah kantung dural
sepenuhnya tegang, apapun penambahan
volume selanjutnya akan meningkatkan
salah satu komponen ruang intrakranial
yang harus diimbangi dengan penurunan
volume salah satu komponen yang
lain.1,2,3
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
4 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
Pertambahan volume dari suatu
kompartemen hanya dapat terjadi jika
terdapat penekanan (kompresi) pada
kompartemen yang lain. Satu-satunya
bagian yang memilik kapasitas dalam
mengimbangi (buffer capacity) adalah
terjadinya kompresi terhadap sinus
venosus dan terjadi perpindahan LCS ke
arah aksis lumbosakral. Ketika
manifestasi di atas sudah maksimal maka
terdapat kecenderungan terjadinya
peningkatan volume pada kompartemen
(seperti pada massa di otak) akan
menyebabkan peningkatan tekanan
intrakranial (TIK).1,2,3
Gambar 1. Doktrin Monroe-keliie.
Kompensasi tekanan intracranial (TIK).
Kondisi normal ruang intracranial meliputi
parenkim otak, darah arteri dan vena, LCS.
Jika terdapat massa, terjadi pendorongan
keluar darah vena dan LCS untuk mencapai
kompensasi TIK. Jika massa cukup besar
terjadi peningkatan TIK. (Dikutip dari :
Timofeev I. The Intracranial
Compartement and Intracranial Pressure
in Essentials of Neuroanasthesia and
Neurointensive Care. Saunders Elsevier.
Philadelphia. 2008; 26-30.)
Nilai normal TIK masih ada
perbedaan diantara beberapa penulis, dan
bervariasi sesuai dengan usia, angka 8-10
mmHg masih dianggap normal untuk
bayi, nilai kurang dari 15 mmHg masih
dianggap normal untuk anak dan dewasa,
sedangkan bila lebih dari 20 mmHg dan
sudah menetap dalam waktu lebih dari 20
menit dikatakan sebagai hipertensi
intrkranial.2
Tekanan intrakranial akan
mempengaruhi tekanan perfusi cerebral
(CPP / Cerebral perfusion pressure). CPP
dapat dihitung sebagai selisih antara rerata
tekanan arterial (MAP) dan tekanan
intrakranial (ICP/TIK).
CPP = MAP – ICP atau MAP
Ini dipakai ketika kranium sedang terbuka
(saat operasi) dan ICP-nya nol. Jadi
perubahan pada tekanan intrakranial akan
mempengaruhi tekanan perfusi cerebral,
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
5 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
dimana ini akan berakibat terjadinya
iskemia otak.5
Bila terjadi kenaikan yang relatif
kecil dari volume otak, keadaan ini tidak
akan cepat menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial. Sebab volume yang
meninggi ini dapat dikompensasi dengan
memindahkan cairan serebrospinalis dari
rongga tengkorak ke kanalis spinalis dan
disamping itu volume darah intrakranial
akan menurun oleh karena berkurangnya
peregangan durameter. Hubungan antara
tekanan dan volume ini dikenal dengan
complience. Jika otak, darah dan cairan
serebrospinalis volumenya terus menerus
meninggi, maka mekanisme penyesuaian
ini akan gagal dan terjadilah peningkatan
tekanan intrakranial.5
Gambar 2. Hubungan tekanan intrakranial dan
volume. (Dikutip dari : Mayer SA, Chong JY.
Critical care management of increased
intracranial pressure. J Intensive Care Med
2002;17:55-67.
Gambar 3. Patofisiologi dari tekanan
intracranial. (Dikutip dari: Drummond JC,
Patel PM. Neurosurgical anesthesia, in:
Miller’s Anesthesia. Seventh Edition, ed.
Ronald DM, Elsevier:2010)
III. ETIOLOGI PENINGKTAN TIK
Peningkatan volume kompartemen
intrakranial yang progresif dapat
menyebabkan peningkatan TIK/hipertensi
intrakranial. Peningkatan TIK merupakan
kasus emergensi dimana cedera otak
irreversibel atau kematian dapat dihindari
dengan intervensi tepat pada waktunya.
Mekanisme umum dan penyebab
hipertensi intrakranial adalah sebagai
berikut:4,5
1. Edema otak dengan berbagai sebab
mengakibatkan peningkatan jumlah
air diparenkim otak. Ada berbagai
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
6 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
macam penyebab edema otak
bergantung pada mekanisme
patofisiologi yang mendasarinya
meliputi :
a. Edema sitotoksik : swelling
intraseluler, biasanya disebabkan
oleh transpor ion dan cairan di
seluler terganggu sebagai akibat
dari gangguan metabolisme
b. Edema vasogenik : edema
ekstraseluler sekunder karena
peningkatan permeabilitas sawar
darah otak
c. Edema interstisial : edema
jaringan karena adanya
perbedaan osmotik antara plasma
dan jaringan otak
2. Peningkatan CBV disebabkan karena
inflow dan outflow tidak sebanding,
seperti:
a. Menurunnya outflow vena :
obstruksi mekanis pada struktur
vena intrakranial atau
ekstrakranial, posisi kepala
dibawah (head-down), obtruksi
ventilasi, collar neck yang ketat.
b. Peningkatan CBF (hilangnya
autoregulasi vaskular pada CPP
rendah atau tinggi, peningkatan
PaCO2, hipoksia)
3. Peningkatan volume cairan
serebrospinal intrakranial
(hidrosefalus). Penyebab umum
peningkatan volume cairan
serebrospinal adalah :
a. Menurunnya absorbsi cairan
serebrospinal di villi
arakhnoidalis, dikenal dengan
hidrosefalus komunikan
(perdarahan subarakhnoid,
infeksi)
b. Obstruksi sirkulasi cairan
serebrospinal, dikenal dengan
hidrosefalus obstruktif
(neoplasma, perdarahan spontan
dan trauma, infeksi)
c. Peningkatan jumlah produksi
(meningitis, tumor pleksus khoroid)
4. Massa intra dan ekstra aksial
menyebabkan peningkatan TIK
karena langsung meningkatkan
volume intrakranial. Beberapa
penyebab umum meliputi :
a. Neoplasma
b. Perdarahan
c. Trauma (hematom intraserebral,
epidural, dan subdural, kontusio, higroma)
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
7 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
d. Infeksi (abses, empiema subdural)
Tabel 1. Penyebab peningkatan tekanan
intrakranial
Dikutip dari : Sadoughil A, Rybinnik I,Cohen
R. Measurement and management of
Increased intracranial pressure. Crit Care Med
2013;6(Suppl 1:M4):56-65.
IV. GEJALA PENINGKATAN TIK
Gejala yang umum dijumpai pada
peningkatan TIK :1,4,5
1. Sakit kepala merupakan gejala umum
pada peningkatan TIK. Sakit kepala
terjadi karena traksi atau distorsi arteri
dan vena dan duramater akan
memberikan gejala yang berat pada
pagi hari dan diperberat oleh aktivitas,
batuk, mengangkat, bersin.
2. Muntah proyektil dapat menyertai
gejala pada peningkatan TIK.
3. Edema papil disebabkan transmisi
tekanan melalui selubung nervus
optikus yang berhubungan dengan
rongga subarakhnoid di otak. Hal ini
merupakan indikator klinis yang baik
untuk hipertensi intrakranial.
4. Defisit neurologis seperti didapatkan
gejala perubahan tingkat kesadaran;
gelisah, iritabilitas, letargi; dan
penurunan fungsi motorik.
5. Kejang umum/fokal dapat terjadi pada
20-50% kasus tumor otak, dan
merupakan gejala permulaan pada lesi
supratentorial pada anak sebanyak
15%. Frekuensi kejang akan meningkat
sesuai dengan pertumbuhan tumor.
Pada tumor di fossa posterior kejang
hanya terlihat pada stadium yang lebih
lanjut. Schmidt dan Wilder (1968)
mengemukakan bahwa gejala kejang
lebih sering pada tumor yang letaknya
dekat korteks serebri dan jarang
ditemukan bila tumor terletak dibagian
yang lebih dalam dari himisfer, batang
otak dan difossa posterior.
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
8 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
6. Bila peningkatan TIK berlanjut dan
progresif berhubungan dengan
penggeseran jaringan otak maka akan
terjadi sindroma herniasi dan tanda-
tanda umum Cushing’s triad
(hipertensi, bradikardi, respirasi
ireguler) muncul. Pola nafas akan dapat
membantu melokalisasi level cedera.
Onset terjadinya juga harus
diperhatikan seperti onset yang cepat
biasanya karena perdarahan, hidrosefalus
akut, atau trauma, onset yang bertahap
karena tumor, hidrosefalus yang sudah
lama, atau abses. Riwayat kanker
sebelumnya, berkurangnya berat badan,
merokok, penggunaan obat-obatan,
koagulopati, trauma, atau penyakit
iskemik dapat berguna dalam mencari
etiologi.
V. PEMANTAUAN TIK
Pemantauan TIK digunakan
untuk mencegah terjadinya fase
kompensasi ke fase dekompensasi. Secara
obyektif, pemantauan TIK adalah untuk
mengikuti kecenderungan TIK tersebut,
karena nilai tekanan menentukan tindakan
yang perlu dilakukan agar terhindar dari
cedera otak selanjutnya, dimana dapat
bersifat ireversibel dan letal. Dengan
pemantauan TIK juga kita dapat
mengetahui nilai CPP, yang sangat
penting, dimana menunjukkan tercapai
atau tidaknya perfusi otak begitu juga
dengan oksigenasi otak .4
Indikasi pemantauan TIK
Pedoman BTF (Brain Trauma
Foundation) 2007 merekomendasi bahwa
TIK harus dipantau pada semua cedera
kepala berat (Glasgow Coma Scale/GCS
3-8 setelah resusitasi) dan hasil CT scan
kepala abnormal (menunjukkan
hematoma, kontusio, pembengkakan,
herniasi, dan/atau penekanan sisterna
basalis), TIK juga sebaiknya dipantau
pada pasien cedera kepala berat dengan
CT scan kepala normal jika diikuti dua
atau lebih kriteria antara lain usia>40
tahun, sikap motorik, dan tekanan darah
sistolik <90 mmHg.4
Tabel 2. Indikasi pemantauan TIK
1 Trauma kepala berat
2 Intraserebral hemoragik
3 Subarachnoid Hemoragik
4 Hidrosephalus
5 Strok
6 Edema serebri
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
9 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
7 Post kraniotomi
8 Ensefalopati
Dikutip dari: Mayer SA, Chong JY. Critical
care management of increased intracranial
pressure. J Intensive Care Med 2002;17:55-
67.
Kontraindikasi pemantauan TIK
Tidak ada kontrindikasi absolut
untuk memantau TIK, hanya ada beberapa
kontraindikasi relatif yaitu :
a. Koagulopati dapat meningkatkan resiko
perdarahan pada pemasangan alat
pemantauan TIK. Bila memungkinkan
pemantauan TIK ditunda sampai
International Normalized Ratio (INR),
Prothrombin Time (PT) dan Partial
Thromboplastin Time (PTT) terkoreksi
( INR <1,4 dan PT <13,5 detik). Pada
kasus emergensi dapat diberikan Fresh
Frozen Plasma (FFP) dan vitamin K.
b. Trombosit < 100.000/mm³
c. Bila pasien menggunakan obat anti
platelet, sebaiknya berikan sekantong
platelet dan evaluasi fungsi platelet
dengan menghitung waktu perdarahan.
Komplikasi akibat pemantauan TIK
a. Infeksi intrakranial
b. Perdarahan intraserebral
c. Kebocoran udara masuk ke ventrikel
atau ruang subarachnoid
d. Kebocoran cairan serebrospinal
e. Overdrainage CSF menyebabkan
ventrikel kolaps dan herniasi
Metode pemantauan TIK
Ada dua metode pemantauan TIK
yaitu metode invasif (secara langsung)
dan non invasif (tidak langsung). Metode
non invasif (secara tidak langsung)
dilakukan pemantauan status klinis,
neuroimaging dan neurosonology
(Trancranial Doppler Ultrasonography/
TCD). Sedangkan metode invasif (secara
langsung) dapat dilakukan di beberapa
lokasi anatomi yang berbeda yaitu
intraventrikular, intraparenkimal,
subarakhnoid/subdural, dan epidural.
Metode yang umum dipakai yaitu
intraventrikular dan intraparenkimal
(microtransducer sensor). Metode
subarakhnoid dan epidural sekarang
jarang digunakan karena akurasinya
rendah. Pengukuran tekanan LCS lumbal
tidak memberikan estimasi TIK yang
cocok dan berbahaya bila dilakukan pada
TIK meningkat. Beberapa metode lain
seperti Tympanic Membrane
Displacement/TMD, Optic nerve sheath
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
10 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
diameter/ONSD namun akurasinya sangat
rendah.4,6
Gambar 4. Lokasi anatomi pengukuran TIK (
Dikutip dari : Mayer SA, Chong JY. Critical
care management of increased intracranial
pressure. J Intensive Care Med 2002;17:55-
67.)
Pemantauan TIK secara tidak
langsung (non invasif) meliputi
pemantauan beberapa kondisi klinis yang
harus dinilai pada peningkatan TIK
yaitu:2,4
1. Tingkat kesadaran (GCS)
2. Pemeriksaan pupil
3. Pemeriksaan motorik okuler (perhatian
khusus pada nervus III dan VI)
4. Pemeriksaan motorik (perhatian khusus
pada hemiparesis)
5. Adanya mual atau muntah
6. Keluhan nyeri kepala
7. Tanda vital saat itu
Oftalmoskopi adalah salah satu
penilaian yang bermakna pada
peningkatan TIK. Papil edema ditemukan
bila peningkatan TIK telah terjadi lebih
dari sehari. Tapi sebaiknya tetap dinilai
pada evaluasi awal, ada atau tidak ada
papil edema dapat memberikan informasi
mengenai proses perjalanan penyakit.2,4
Tabel 3. Keuntungan dan kerugian metode
pemantauan TIK yang invasif
MANAJEMEN PENINGKATAN TIK
Hipertensi intrakranial adalah
besarnya TIK >15 mmHg. Sedangkan
literatur lain hipertensi intrakranial
didefinisikan sebagai peningkatan TIK >
20 mmHg dan menetap lebih dari 20
menit. Peningkatan progresif dari batas
ini atau TIK yang terus menerus >20
mmHg, disarankan untuk melakukan
pemeriksaan dan penanganan.
Peningkatan progresif dari TIK dapat
mengindikasikan memburuknya
hemoragik/hematom, edema, hidrosefalus,
atau kombinasinya dan merupakan
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
11 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
indikasi dilakukannya pemeriksaan CT-
scan. Peningkatan terus menerus TIK
akan memperparah resiko terjadinya
cedera sekunder (komplikasi) berupa
iskemik dan herniasi.2
Tabel 3. Penanganan konvensional
peningkatan TIK
Penanganan konvensional
Elevasi kepala dan mencegah terjadinya
obstruksi vena
Peningkatan MAP (jika perlu)
Pa CO2 30-35 mmHg, atau 25-30
mmHG jika terdapat tanda-tanda
herniasi
Manitol 0,5 – 1,0 g/kg tiap 6 jam(jika
perlu) dan furosemid 20 mg(jika perlu)
Ventrikulostomi untuk drainase LCS,
jika memungkinkan
Pemeberian obat sedasi dengan opiate,
benzodiazepine dan/ atau propofol
Penyesuaian kadar PEEP
Mempertahankan normovolemia, awasi
CVP
Penanganan agresif (pada pasien yang
gagal dengan penanganan konvensional
Induksi hipotermi pada 33-34o C
Supresi EEG maksimal dengan induksi
propofol atau barbiturate
Hiperventilasi Pa CO2 20-25 mmHg
Pemberian larutan salin hipertonik (3%
atau 7,5% 25-50 ml/jam); monitor kadar
natrium
Penanganan ekstrim
Kraniektomi dekompressi
Eksisi jaringan infark(lobektomi)
( Dikutip dari : Morgan GE, Mikhail MS, Murray
MJ, Neurophysiology & Anesthesia, in Clinical
Anesthesiologi. 4th ed. USA : 2006 )
Tujuan terapi peningkatan TIK ini
adalah menjaga agar TIK < 20 mmHg dan
menjaga agar CPP > 60 - 70 mmHg.
Penatalaksanaan umum 1,2,7
Tujuannya adalah menghindari
hipoksia (PaO2 < 60 mmHg) dengan
mengoptimalkan oksigenasi(Saturasi O2
>94% atau PaO2 >80 mmHg) dan
menghindari hipotensi (tekanan darah
sistol ≤ 90 mmHg). Beberapa hal yang
berperan besar dalam menjaga agar TIK
tidak meninggi antara lain adalah :
1. Mengatur posisi kepala lebih tinggi
sekitar 30-45º, dengan tujuan
memperbaiki venous return
2. Mengusahakan tekanan darah yang
optimal, tekanan darah yang sangat
tinggi dapat menyebabkan edema
serebral, sebaliknya tekanan darah
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
12 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
terlalu rendah akan mengakibatkan
iskemia otak dan akhirnya juga akan
menyebabkan edema dan peningkatan
TIK.
3. Mencegah dan mengatasi kejang
4. Menghilangkan rasa cemas, agitasi
dan nyeri
5. Menjaga suhu tubuh normal < 37,5ºC
Kejang, gelisah, nyeri dan demam
akan menyebabkan
ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan akan substrat metabolisme.
Di satu sisi terjadi peningkatan
metabolisme serebral, di lain pihak
suplai oksigen dan glukosa
berkurang, sehingga akan terjadi
kerusakan jaringan otak dan edema.
Hal ini pada akhirnya akan
mengakibatkan peninggian TIK.
6. Koreksi kelainan metabolik dan
elektrolit.
Hiponatremia akan menyebabkan
penurunan osmolalitas plasma
sehingga akan terjadi edema
sitotoksik, sedangkan hipernatremia
akan menyebabkan lisisnya sel-sel
neuron.
7. Hindari kondisi hiperglikemia
8. Pasang kateter vena sentral untuk
memasukkan terapi hiperosmolar atau
vasoaktif jika diperlukan. MAP < 65
mmHg harus segera dikoreksi.
9. Atasi hipoksia
Kekurangan oksigen akan
menyebabkan terjadinya metabolisme
anaerob, sehingga akan terjadi
metabolisme tidak lengkap yang akan
menghasilkan asam laktat sebagai sisa
metabolisme. Peninggian asam laktat
di otak akan menyebabkan terjadinya
asidosis laktat, selanjutnya akan
terjadi edema otak dan peningkatan
TIK.
10. Pertahankan kondisi normokarbia
(PaCO2 35 - 40 mmHg)
11. Hindari beberapa hal yang
menyebabkan peninggian tekanan
abdominal seperti batuk, mengedan
dan penyedotan lendir pernafasan
yang berlebihan.
Penatalaksanaan khusus
1. Mengurangi efek massa
Pada kasus tertentu seperti hematom
epidural, subdural maupun
perdarahan intraserebral spontan
maupun traumatik serta tumor
maupun abses intrakranial tentunya
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
13 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
akan menyebabkan peninggian TIK
dengan segala konsekuensinya.
Sebagian dari kondisi tersebut
memerlukan tindakan pembedahan
untuk mengurangi efek massa.
Kraniektomi dekompresi dapat
dilakukan untuk peningkatan yang
refrakter terhadap terapi konservatif
dan menunjukkan penurunan TIK
mencapai 70%.
2. Sedasi dan/atau paralisis bila
diperlukan, misalnya pada pasien
agitasi, atau terjadinya peningkatan
TIK karena manuver tertentu seperti
memindahkan pasien ke meja CT
scan. Paralitik dapat digunakan untuk
menurunkan TIK refrakter, tetapi
beresiko terjadinya myopati/neuropati
dan dapat mengaburkan kejang.1,5
3. Mengurangi volume cairan
serebrospinal
Mengurangi cairan serebrospinal
biasanya dilakukan apabila
didapatkan hidrosefalus sebagai
penyebab peningkatan TIK
seperti halnya pada infeksi
meningitis atau kriptokokkus.
Ada tiga cara yang dapat
dilakukan dalam hal ini yaitu :
memasang kateter intraventrikel,
lumbal punksi, atau memasang
kateter lumbal. Pemilihan metode
yang dipakai tergantung dari
penyebab hidrosefalus atau
ada/tidaknya massa intrakranial.
Pengaliran cairan serebrospinal
dengan kateter lumbal dapat
dikerjakan apabila diyakini pada
pemeriksaan imaging tidak
didapatkan massa intrakranial
atau hidrosefalus obstruktif.
Biasanya dipakai kateter silastik
16 G pada intradura daerah
lumbal. Dengan kateter ini
disamping dapat mengeluarkan
cairan serebrospinal, dapat juga
dipakai untuk mengukur TIK.
Keuntungan lainnya adalah
teknik ini tidak terlalu sulit dan
perawatan dapat dilakukan di luar
ICU.1,5
4. Mengoptimalkan CPP dengan
menambahkan vasopressor dan /atau
cairan isotonik jika CPP < 60 mmHg.
5. Mengurangi volume darah
intravaskular1,2
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
14 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
Hiperventilasi akan menyebabkan
alkalosis respiratorik akut, dan
perubahan pH sekitar pembuluh darah
ini akan menyebabkan vasokonstriksi
dan tentunya akan mengurangi CBV
sehingga akan menurunkan TIK. Efek
hiperventilasi akan terjadi sangat
cepat dalam beberapa menit.
Tindakan hiperventilasi merupakan
tindakan yang efektif dalam
menangani krisis peningkatan TIK
namun akan menyebabkan iskemik
serebral. Sehingga hal ini hanya
dilakukan dalam keadaan emergensi
saja. Hiperventilasi dilakukan dalam
jangka pendek hingga mencapai
PaCO2 25-30 mmHg. Penurunan
PaCO2 1 mmHg akan menurunkan
CBF 3%. Efek hiperventilasi dapat
menyebabkan vasokonstriksi dan
peningkatan resiko iskemik jaringan
sehingga tindakan ini hanya
dilakukan untuk waktu yang
singkat.1,5
Hemodilusi dan anemia mempunyai
efek yang menguntungkan terhadap CBF
dan penyampaian oksigen serebral.
Hematokrit sekitar 30% (viskositas darah
yang rendah) akan lebih berefek terhadap
diameter vaskuler dibanding terhadap
kapasitas oksigen, sehingga akan terjadi
vasokonstriksi dan akan mengurangi CBV
dan TIK. Namun, bila hematokrit turun
dibawah 30% akan berakibat menurunnya
kapasitas oksigen. Hal ini justru akan
mengakibatkan vasodilatasi sehingga TIK
akan meningkat. Dengan demikian
strategi yang sangat penting dalam
menjaga TIK adalah mencegah hematokrit
jangan sampai turun dibawah 30%.1,2,5
6. Terapi osmotik
Terapi osmotik menarik air ke ruang
intravaskuler, baik mannitol maupun
salin hipertonik memiliki manfaat
dalam menurunkan viskositas darah
dan menurunkan volume dan rigiditas
sel darah merah.
a. Salin hipertonik : loading dose 30
ml salin 23% diberikan dalam 10-
20 menit melalui CVC, dosis
pemeliharaan adalah salin 3% 1
mg/kg/jam dengan kadar Na
serum 150-155 mEq/jam. Na
harus diperiksa tiap 6 jam.
Pemasukan salin hipertonik ini
berkaitan dengan edema. Salin
hipertonik dihentikan setelah 72
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
15 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
jam untuk mencegah terjadinya
edema rebound.8,9
b. Mannitol 20% (dosis 0,25-1 gr/kg)
: Loading dose 1gr/kg BB, diikuti
dengan dosis pemeliharaan 0,5
gr/kg BB tiap 4-6 jam dengan
kadar osmolaritas serum 300-320
mOsm. Osmolalitas serum
diperiksa tiap 6 jam. Waktu paruh
mannitol adalah 0,16 jam. Efikasi
terlihat dalam 15-30 menit, dan
durasi efek adalah 90 menit
hingga 6 jam.10
Mekanisme mannitol memberikan
efek yang menguntungkan dalam terapi
ini masih kontroversial, tetapi mungkin
meliputi kombinasi berikut15
:
1. Menurunkan TIK :
a. Ekspansi plasma segera :
menurunkan hematokrit dan
viskositas darah dimana akan
meningkatkan CBF dan O2
delivery. Ini akan menurunkan TIK
dalam beberapa menit.
b. Efek osmotik : meningkatkan
tonisitas serum menggambarkan
edema cairan dari parenkim otak.
2. Mendukung mikrosirkulasi dengan
memperbaiki reologi darah.
Namun, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pemakaian
mannitol yaitu sebagai berikut :
i. Mannitol membuka sawar darah otak,
dan mannitol yang melintasi sawar
darah otak ke sistem saraf pusat dapat
memperburuk edema otak. Jadi
penggunaan mannitol harus
diturunkan perlahan (tapering) untuk
mencegah rebound TIK.
ii. Pemberian bolus yang berlebihan
dapat menyebabkan hipertensi dan
jika autoregulasi terganggu maka
akan meningkatkan CBF dimana
dapat mencetuskan herniasi daripada
mencegahnya.
iii. Mannitol dosis tinggi beresiko untuk
terjadinya gagal ginjal akut
khususnya pada osmolaritas serum >
320 mOsm/L, penggunaan obat-
obatan nefrotoksik lainnya, sepsis,
adanya penyakit ginjal sebelumnya.
Tabel 4. Langkah untuk terapi krisis
peningkatan TIK akut
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
16 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
(Dikutip dari: Mark S Greenberg. Intracranial
Pressure in Handbook of Neurosurgery. 6th ed.
Thieme. New York. 2006; 647-663.)
PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan
peningkatan TIK sangat berhubungan
dengan tingkat keparahan dari patofisologi
yang mendasari, efikasi manajemen, dan
umur serta komorbiditas pasien.
Gambaran sindroma herniasi tidak selalu
menunjukkan suatu kondisi irreversibel
dan sia-sia.
KESIMPULAN
Penanganan penderita dengan
peningkatan tekanan intrakranial di mulai
dengan memonitor tekanannya sendiri
baik dengan cara invasive maupun non
invasive, kemudian dengan pengelolaan
secara bedah dan non bedah. Pengelolaan
dibidang anestesi sangat berperan untuk
menurunkan tekanan intrakranial yaitu
dimulai dengan menjaga jalan nafas,
menjaga kestabilan emosi penderita
dengan obat-obat sedasi dan analgetik,
penggunaan obat-obatan dan agen inhalasi
yang tidak mempengaruhi tekanan
intrakaranial.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wolfe TJ, Torbey MT. Management of
intracranial pressure. Curr Neuro
Neurosci Reports 2009;9:477-85.
2. Mayer SA, Chong JY. Critical care
management of increased intracranial
pressure. J Intensive Care Med
2002;17:55-67.
3. Timofeev I. The Intracranial
Compartement and Intracranial
Pressure in Essentials of
Neuroanasthesia and Neurointensive
Care. Saunders Elsevier. Philadelphia.
2008; 26-30.
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 4 No. 3 September 2017
17 Imtihanah Amri, Pengelolaan Peningkatan Tekanan Intrakranial ...
4. Sadoughil A, Rybinnik I,Cohen R.
Measurement and management of
Increased intracranial pressure. Crit
Care Med 2013;6(Suppl 1:M4):56-65.
5. Nakagawa K, Smith WS. Evaluation
and management of increased
intracranial pressure. Continuum
Lifelong Learning Neurol
2011;17(5):1077-93.
6. Dubourg J, Javaohey E, Geeraerts T,
Messerer M, Kassai B.
Ultrasonography of optic nerve sheath
diameter for detection of raised
intracranial pressure: a systemic review
and meta-analysis. Intensive Care Med
2011;37:1059-1068.
7. Latorre JG, Greer DM. Management of
acute intracranial hypertension: a
review. Neurologist 2009;15(4):193-
207.
8. Ropper AH. Hyperosmolar therapy for
raised intracranial pressure. N Engl J
Med 2012;367(8):746-51.
9. Kamel H, Navi BB, Nakagawa K, et al.
Hypertonic saline versus mannitol for
the treatment of elevated iintracranial
pressure: a meta-analysis of
randomized clinical trials. Crit Care
Med 2011;39(3):554-57.
10. Cooper DJ, Rossenfeld JV, Murray
L, et al. Decompressive craniectomy
in diffuse traumatic brain injury. N
Engl J Med 2011;364(16):1493-502.
11. Sorani MD, Manley GT. Dose-
response relationship of mannitol
and intracranial pressure: a
metaanalysis. J Neurosurg
2008;108:80-87.
12. Arifin MZ, Risdianto A.
Perbandingan efektivitas natrium
laktat dengan manitol untuk
menurunkan tekanan intracranial
penderita cedera kepala berat. MKB
2012;44(1):26-30.
13. Polderman KH. Induced
hypothermia and fever control for
prevention and treatment of
neurological injuries. Lancet
2008;371:1955-69