24
Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara halaman: 1 26 1 PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO BANTEN SEBAGAI DESTINASI WISATA BUDAYA UNTUK MENINGKATKAN PERGERAKAN WISATAWAN NUSANTARA Management Of Old Sites Banten As Culture Tourist Destination To Enhance National Tourists Movement Ni Komang Ayu Astiti Peneliti Pada Asdep Litbangjakpar Kementerian Pariwisata Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Telepon (021) 3838593, Fax (021) 34830644 Email: [email protected] , [email protected] PENDAHULUAN Pembangunan pariwisata telah menjadi sektor prioritas dalam pembangunan nasional karena memberikan kontribusi yang besar di sektor ekonomi. Industri ini mempunyai nilai penting dan kontribusi dengan dimensi yang luas, baik secara ekonomi, sosial politik, budaya, kewilayahan dan lingkungan. secara ekonomi, memberikan kontribusi nyata dalam per- olehan devisa negara, pendapatan asli daerah dan juga penyerapan tenaga kerja pada usaha-usaha ke- pariwisataan. Secara sosial politik, pengembangan pari- wisata budaya bagi perjalanan wisata nusantara, dapat menumbuhkan dan memper- kuat rasa cinta tanah air, serta persatuan dan kesatuan bangsa. Sementara itu, pengakuan dunia terhadap kekayaan budaya Indonesia sebagai daya tarik wisata juga membangkitkan kebanggaan nasional sekaligus menjadi alat diplomasi budaya yang efektif untuk memperkuat pencitraan Indonesia di kancah internasional. Secara ke- wilayahan, kepariwisataan Indonesia memiliki karakter multisektor dan lintas regional secara konkret akan mendorong pembangunan infrastruktur dan fasilitas kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang akan meng- gerakkan arus investasi dan pengembangan wilayah (RPJMN Sektor Pariwisata 2015 2019, 2014: iv). Sumber daya budaya baik dalam bentuk tangible maupun intangible dapat menjadi pilar pengembangan pariwisata budaya melalui wisata heritage dan religi. Kementerian Pariwisata mengembangkan tiga daya tarik wisata yaitu: 1) daya tarik wisata alam (nature) sebesar 35% yang meliputi: a) wisata bahari, b) ekologi, dan c) petualangan; 2) daya tarik

PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

  • Upload
    lamthu

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara

halaman: 1 – 26 1

PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO BANTEN

SEBAGAI DESTINASI WISATA BUDAYA UNTUK MENINGKATKAN PERGERAKAN WISATAWAN NUSANTARA

Management Of Old Sites Banten As Culture Tourist Destination To Enhance National Tourists Movement

Ni Komang Ayu Astiti

Peneliti Pada Asdep Litbangjakpar Kementerian Pariwisata

Jl. Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 Telepon (021) 3838593, Fax (021) 34830644

Email: [email protected], [email protected]

PENDAHULUAN

Pembangunan pariwisata telah menjadi sektor prioritas

dalam pembangunan nasional karena memberikan kontribusi yang besar di sektor ekonomi.

Industri ini mempunyai nilai penting dan kontribusi dengan

dimensi yang luas, baik secara ekonomi, sosial politik, budaya, kewilayahan dan lingkungan.

secara ekonomi, memberikan kontribusi nyata dalam per-

olehan devisa negara, pendapatan asli daerah dan juga penyerapan tenaga kerja

pada usaha-usaha ke-pariwisataan. Secara sosial

politik, pengembangan pari-wisata budaya bagi perjalanan wisata nusantara, dapat

menumbuhkan dan memper-kuat rasa cinta tanah air, serta

persatuan dan kesatuan bangsa. Sementara itu, pengakuan dunia terhadap

kekayaan budaya Indonesia sebagai daya tarik wisata juga

membangkitkan kebanggaan

nasional sekaligus menjadi alat

diplomasi budaya yang efektif untuk memperkuat pencitraan

Indonesia di kancah internasional. Secara ke-wilayahan, kepariwisataan

Indonesia memiliki karakter multisektor dan lintas regional

secara konkret akan mendorong pembangunan infrastruktur dan fasilitas

kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang akan meng-

gerakkan arus investasi dan pengembangan wilayah

(RPJMN Sektor Pariwisata

2015 – 2019, 2014: iv). Sumber daya budaya baik

dalam bentuk tangible maupun intangible dapat menjadi pilar pengembangan pariwisata

budaya melalui wisata heritage dan religi. Kementerian

Pariwisata mengembangkan tiga daya tarik wisata yaitu: 1) daya tarik wisata alam (nature)

sebesar 35% yang meliputi: a) wisata bahari, b) ekologi, dan c)

petualangan; 2) daya tarik

Page 2: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

2 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

wisata budaya (culture) sebesar 60 % yang meliputi: a) wisata heritage dan religi, b) kuliner

dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) daya

tarik wisata buatan (manmade) sebesar 5% yang meliputi: a) wisata MICE dan Event, b)

olahraga, dan c) wisata kawasan terpadu (integrated

resort). Dari hasil survei diketahui bahwa distribusi wisman berdasarkan aktivitas

wisata budaya tahun 2011 -2013 paling banyak

mengunjungi museum, situs arkeologi, pertunjukan budaya, event budaya dan aktivitas

terkait keagamaan (PES 2012 – 2014 Pusdatin Kemenpar,

2014). Aktivitas wisatawan dalam

mengunjungi museum dan

situs-situs arkeologi me-manfaatkan keunikan dan

otenstesitas sumber daya arkeologi sebagai sebagai daya tarik wisata. Kawasan

Situs Kota Kuno Banten atau Situs Banten Lama merupakan

salah satu jejak kebudayaan materi (budaya tangible) dari Kesultanan Banten mempunyai

nilai estetika, simbolik dan informasi sehingga mempunyai

potensi besar untuk ekonomi melalui pariwisata budaya. Borley (1996) menyatakan

bahwa pariwisata budaya dapat didefinisikan sebagai aktifitas

yang memungkinkan orang to explore dan to experience cara hidup orang lain yang berbeda,

yang merefleksikan adat istiadatnya, tradisi relegiusnya, dan ide-ide intelektual yang

terkandung dalam warisan budaya yang belum dikenal.

Pariwisata budaya dalam tulisan ini adalah aktivitas masyarakat yang merefleksikan

tradisi religiusnya dan ide-ide intelektual yang terdapat pada

warisan budaya tangible di kawasan situs cagar budaya Banten Lama. Kawasan Situs

Cagar Budaya merupakan satuan ruang geografis yang

memiliki dua situs atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri

tata ruang yang khas. Pariwisata budaya menjadi

industri yang berperan penting dalam perkembangan pari-wisata dunia termasuk

Indonesia. Kawasan situs Kota Kuno Banten dengan berbagai

artefak dan komponen-komponen kota kuno yang dimiliki merupakan salah satu

jejak-jejak pemukiman masa lalu yang mempunyai nilai

ekonomis dan dapat di-berdayakan seperti sumber daya lainnya untuk pem-

bangunan nasional melalui pariwisata. Nilai dan makna

budaya yang ada pada setiap sumber daya budaya di wilayah ini dapat memberikan

pengalaman yang berbeda kepada wisatawan, karena

keunikan dan mempunyai karakter berbeda dengan daerah lain bahkan di dunia.

Page 3: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara

halaman: 1 – 26 3

Pengembangan sektor pari-wisata secara langsung dapat meningkatkan pendapatan ma-

syarakat terutama masyarakat lokal pada masing-masing

destinasi wisata termasuk pada situs-situs arkeologi yang telah dijadikan sebagai destinasi

wisata budaya Masyarakat Indonesia

banyak merefleksikan religius-nya dengan melakukan kunjungan ke tempat-tempat

suci termasuk melakukan ziarah ke makam-makam raja

dan ulama serta masjid-masjid kuno. Aktivitas ini berkembang menjadi wisata budaya

khususnya wisata religi atau ziarah. Menurut Soekardjo

(1996:43-44), motif spiritual dan wisata spiritual (spiritual tourism) merupakan salah satu

tipe wisata yang tertua. Sebelum orang mengadakan

perjalanan untuk rekreasi, bisnis, olahraga dan sebagainya, orang sudah

mengadakan perjalanan untuk berziarah (pariwisata ziarah).

Menurut Koentjaraningrat (1990:10) salah satu unsur kebudayaan adalah sistem

religi dimana unsur ziarah berada di dalamnya. Ber-

ziarah merupakan berkunjung ke tempat-tempat suci atau tempat bersejarah seperti ke

makam-makam ulama atau tokoh-tokoh agama. Kawasan

situs Kota Kuno Banten mempunyai banyak komponen kota yaitu: Istana Keraton

Kaibon, Istana Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, Vihara Avalokitesvara,

Benteng Spellwijk, Museum Kepurbakalaan Banten Lama,

dan Danau Tasik Kardi yang masing-masing mempunyai nilai budaya dan sejarah sangat

penting. Terdapat tiga kepentingan

pokok dalam pengelolaan tinggalan arkeologi, yaitu: 1). kepentingan akademik terkait

dengan edukasi (pendidikan); 2). kepentingan ideologi terkait

identitas dan jati diri bangsa; dan 3). kepentingan ekonomi yang berkaitan dengan

pariwisata (Cleere, 1989: 9-10). Komponen kota Banten Kuno

Banten berupa Masjid Agung Banten dan Makam-makam kuno ulama dan tokoh-tokoh

agama yang ada di kawasan situs menjadi fokus-fokus

wisatawan kunjungan wisata-wan dengan tujuan untuk melakukan ziarah selain ke

komponen kota lainnya dengan tujuan edukasi dan rekreasi.

Untuk kepentingan pariwisata, kawasan ini mempunyai nilai simbolik dan informasi

sehingga mempunyai daya tarik, terutama sebagai

destinasi wisata budaya dengan tujuan utama me-lakukan aktivitas religi.

Aktivitas ini meningkat terutama menjelang hari-hari besar

agama Islam dan masih terpokus di komplek makam raja dan ulama serta Masjid

Page 4: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

4 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Agung Banten. Sementara itu komponen kota kuno lainnya belum banyak mendapat

perhatian wisatawan maupun pengelola.

Meningkatnya aktivitas religi dan banyaknya ke-pentingan terhadap pe-man-

faatan kawasan ini, ternyata belum diimbangi dengan

pengelolaan yang optimal. Hal ini tampak dari kawasan yang sangat kumuh karena

pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan peruntukan dan

aturan sesuai dengan per-aturan perundang-undang-an. Pedagang kaki lima belum

tertata dan masih berada di halaman masjid, situs-situs

atau komponen kota kuno banyak yang tidak terawat, infrastruktur yang kurang

memadai, banyaknya peminta-minta dari pintu masuk sampai

di dalam masjid, lahan parkir belum tertata, papan petunjuk dan informasi belum optimal,

penataan pengunjung belum optimal, dan batas antara

kawasan situs sebagai destinasi wisata dan per-mukiman masyarakat belum

jelas. Hal ini menunjukan pengelolaan kawasan ini belum

memberikan keamanan dan ke-nyamanan kepada wisatawan serta mengancam pelestarian

warisan budaya. Untuk itu bagaimana mengelola kawasan

situs Kota Kuno Banten sebagai destinasi wisata budaya agar memberikan daya

tarik kepada wisatawan untuk mendapatkan pengetahuan, kenyamanan dan keamanan

tetapi tetap menjaga pe-lestarian sangat penting untuk

dilakukan. Kawasan Kota Kuno

Banten merupakan cagar

budaya yang mempunyai nilai dan makna penting bagi

kebudayaan daerah dan nasional sehingga perlu dilestarikan dengan melakukan

pengelolaan yang tepat. Pengelolaan menurut UU RI

No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya adalah upaya terpadu untuk melindungi,

mengem-bangkan, dan memanfaatkan cagar budaya

melalui kebijakan pengaturan perencanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya

kesejahteraan rakyat. Pengelolaan kawasan Situs

Kota Kuno Banten dengan memanfaatkannya sebagai destinasi wisata budaya harus

dengan perencanaan dan pengawasan yang tepat agar

dapat memberikan ke-sejahtraan bagi masyarakat.

Mencari model pengelola-

an Kawasan Situs Banten Kuno yang tepat dilakukan dengan

tujuan agar kawasan ini menjadi destinasi wisata budaya unggulan sehingga

lebih mendorong dalam meningkatkan pergerakan

wisatawan nusantara. Dengan demikian dalam pengelolaan kawasan situs Banten Kota

Page 5: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara

halaman: 1 – 26 5

kuno harus dilakukan secara sinergis antar stakeholder sangat penting dan mendesak

dilakukan dengan tujuan agar kedua sisi yaitu pe-

manfaatannya sebagai daya tarik wisatawan yang nyaman dan aman dapat tercapai

dengan tidak menge-sampingkan prinsip-prinsip

pelestarian. Aspek-aspek pelestarian sesuai dengan UU No. 11 tahun 2010 tentang

Cagar Budaya harus tetap menjadi pedoman dalam

pengembangan, perlindungan dan pemanfaatannya. Pelestari-an juga penting untuk

mempertahankan keberadaan situs dan kawasan ini dengan

nilai dan makna budaya yang dikandungnya agar tidak saja memberikan manfaat kepada

masyarakat sekarang, tetapi juga pada generasi-generasi

berikutnya sehingga pem-bangunan pariwisata yang berkelanjutan terwujud.

Potensi kawasan ini sangat berpeluang untuk

menarik kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan nusan-tara karena di dukung oleh

budaya masyarakat Indonesia yang religius dan mayoritas

beragama Islam. Meningkat-nya pergerakan wisata budaya (religi) ke kawasan Kota Kuno

Banten selain memberikan manfaat secara ekonomi juga

manfaat ideologik yaitu memperkuat identitas atau jatidiri masyarakat yaitu

masyarakat yang religi dan mencintai budaya leluhurnya. Pergerakan wisata religi

tentunya akan memberikan dampak yang baik bagi

peningkatan keimanan peng-anutnya, selain juga dapat meningkatkan perekonomian

masyarakat. Potensi ini sangat strategis dan potensial sebagai

pendukung dalam pencapaian target pergerakan wisatawan nusantara termasuk kunjungan

wisatawan mancanegara yang telah ditargetkan pemerintah.

METODE

Jejak-jejak peradaban budaya dari Kesultanan Banten ini mempunyai daya tarik wisata

sehingga harus dikembangkan dengan pengelolaan yang tepat

sebagai destinasi wisata budaya. Pengelolaan yang sesuai dengan prinsip-prinsip

pelestarian tentunya dapat lebih memberikan wisatawan ke-

amanan dan kenyamanan dalam melakukan aktivitasnya selain memperoleh pengetahu-

an tentang nilai dan makna budaya yang terkandung.

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan pergerakan wisatawan nusantara ke daerah

ini sekaligus melestarikan warisan budaya. Metode yang

digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah: 1. Pengumpulan Data

a. Studi pustaka (hard data), mengumpulkan data se-

kunder dari hasil-hasil

Page 6: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

6 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

penelitian terdahulu, artikel-artikel dan publikasi lainnya yang mendukung

untuk menjawab per-masalahan dalam tulisan

ini, b. Observasi langsung (soft

data) di lakukan pada

situs-situs arkeologi di kawasan Kota Kuno

Banten. c. Melakukan wawancara

mendalam terhadap be-

berapa masyarakat se-kitar, tokoh-tokoh

masyarakat dan wisata-wan.

2. Analisis Data

Analisis dilakukan dengan pendekatan deskriptif-kuali-

tatif dengan melakukan deskripsi potensi, ke-lemahan, peluang dan

tantangan dalam melakukan pengaturan ruang situs-situs

dalam suatu kawasan. Penataan ini mengacu kepada UU RI No. 11 Tahun

2010 dengan menyesuaikan dengan kondisi di lapangan

(letak geografis, kesediaan lahan) dan kebutuhan wisatawan dan masyarakat

untuk kesejahteraan masyarakat dan pelestarian

sumber daya budaya di kawasan Situs Kota Kuno Banten.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Potensi dan Sebaran Komponen Kota Kuno

Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya

Kawasan situs Kota Kuno

Banten merupakan salah satu bukti sejarah muncul dan

berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara (abad XV – XVII). Pusat-pusat

kota dan pemerintahan pada masa itu banyak tumbuh di

daerah pesisir-pesisir ke-pulauan yang dilatarbelakangi oleh adanya jalur pelayaran

dan perdagangan. Kota pada dasarnya adalah suatu

pemukiman tempat men-jalankan kewajiban agama dan sosialnya secara keseluruhan.

Oleh karena itu Kota Kuno Banten sebagai kota Islam

pada masa itu, juga mempunyai beberapa fokus dalam bentuk fisik dan pemilihan pusat kota

berdasarkan beberapa per-timbangan seperti keamanan

dan kemudahan mencari sumber kehidupan. Keberada-an komponen-komponen kota

Kuno Banten yang masih tersisa sebagai jejak-jejak

budaya masa lalu memberikan nilai dan makna bagaimana budaya yang berkembang pada

masa itu di kawasan ini. Mengelola sumber daya ini

dengan memunculkan nilai dan makna budaya yang terkandung merupakan potensi

bersama-sama dengan sumber daya lainnya untuk

meningkatkan pergerakan wisatawan nusantara. Pendit (1999: 21) menerangkan bahwa

Page 7: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara

halaman: 1 – 26 7

potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat di sebuah daerah tertentu yang

bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. Dengan kata

lain, potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan

dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist

attraction) yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan

aspek-aspek lainnya. Untuk kawasan cagar budaya di

kawasan ini maka komponen-komponen kota kuno merupakan salah satu sumber

daya yang dapat dikembangkan dengan pengelolaan yang tepat

sebagai destinasi wisata budaya.

Dalam kurun waktu satu

dasawarsa terakhir di Eropa dan negara–negara maju

lainnya ada paradigma baru, yaitu perjalanan religius dikemas dalam suatu paket

wisata religi. Wisata religi ini dilakukan dengan mengunjungi

situs cagar budaya dalam bentuk bangunan kuna seperti masjid, gereja, pura, makam

orang suci atau tokoh keagamaan, dan ke tempat

sakral lainnya. Wisatawan berkunjung ke kawasan situs cagar budaya selain dengan

tujuan edukasi juga banyak dengan tujuan melakukan

aktivitas terkait religi (berziarah, atau meditasi). Aktivitas beribadah, berziarah, belajar

tentang sejarah dan budaya masyarakat masa lalu atau berkunjung ke tempat-tempat

yang disakralkan, serta melakukan rekreasi ke

kawasan situs cagar budaya dapat diklasifikasikan sebagai wisata budaya. Tradisi dan

budaya masyarakat di seluruh dunia menganggap penting

melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat sakral tiap-tiap agamanya.

Sebagai contoh, umat Nasrani menganggap perlu berkunjung

ke Basilika Santo Petrus di Vatikan mengunjungi Prayaga, Kashi, dan Gaya. Sementara

itu, umat Hindu Dharma di Bali melakukan Tirthayatra di pura-

pura, candi-candi dan tempat-tempat suci serta dianggap sakral. Masyarakat Budha

banyak melakukan perjalanan untuk tapak tilas perjalanan

Sang Budha menuju pencerahan, yaitu di Lumbini, Bodhgaya, Sarnath, dan

Kusinara. Umat Islam yang mampu secara fisik dan

ekonomi maka wajib hukumnya untuk melakukan perjalanan ke tanah suci Mekah dan Madinah

di Arab Saudi sebagai salah saturukun Islam yang disebut

haji. Umat Islam sebagian juga mengunjungi makam nabi, aulia, para wali, ulama dan

makam tokoh agama Islam lainnya. Mereka yang

dimakamkan adalah orang-orang suci, terdekat, dan bahkan kekasih Allah

Page 8: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

8 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Subhanahu wa Ta’ala mem-punyai kharisma dan masih dihormati. Umat Islam berziarah

ke makam-makam tersebut untuk mendoakan serta

sebagai bentuk rasa syukur atas ketauladanan dan jasa-jasanya dalam mengajarkan

agama Islam. Di Indonesia banyak ditemukan situs-situs

arkeologi yang masih mempunyai ni lai dan makna kekinian serta bersifat sakral

baik dari masa Hindu, Budha maupun Islam, sehingga sangat

potensial dikembangkan untuk pembangunan destinasi wisata budaya. Komponen-komponen

Kota Kuno Banten terutama masjid dan makam-makam

raja, ulama beserta kerabatnya banyak dikunjungi oleh wisatawan dengan tujuan untuk

melakukan perjalanan religious dengan berbagai aktivitas religi

dan keagamaan. Dalam Rencana Induk

Pengembangan Pariwisata

Provinsi Banten (Diparsenibud, 2004) pengelompokan (cluster-

ing) obyek-obyek wisata yang ada di daerah ini telah ditetapkan sebanyak 18

kawasan pengembangan pari-wisata yang tersebar di seluruh

kabupaten/kota. Kawasan situs cagar budaya Kota Kuno Banten dalam bentuk

komponen-komponen kota kuno Banten dalam rencana

induk ini masuk dalam katagori wisata budaya dan berada dalam kawasan pengembangan

pariwisata Kawasan Serang Utara. Menurut Peraturan Menteri Kebudayaan Dan

Pariwisata No. 37/UM.001/MKP/07 Tentang

Kriteria Dan Penetapan Destinasi Pariwisata Unggulan, kriteria untuk penetapan

destinasi pariwisata unggulan yaitu: 1). ketersediaan sumber

daya dan daya tarik wisata, 2). fasilitas pariwisata dan fasilitas umum, 3). aksesibilitas, 4).

kesiapan dan keterlibatan masyarakat, dan 5. potensi

pasar. Untuk menjadikan Kawasan situs Kota Kuno Banten sebagai destinasi

wisata budaya unggulan untuk meningkatkan pergerakan

wisatawan nusantara sudah mempunyai ketersediaan sum-ber daya dan daya tarik wisata

berupa komponen-komponen kota kuno terutama Masjid

Agung dan makam-makam raja, ulama dan tokoh-tokoh agama lainnya. Kawasan ini

juga sudah memiliki aksesbilitas yang baik serta

mempunyai potensi pasar yang tinggi terutama bagi wisatawan religi untuk umat muslim.

Ketersediaan sumber daya dan daya tarik wisata di kawasan ini

berupa komponen-komponen kota Kuno Banten yaitu:

1.1 Masjid Agung Banten Lama

Masjid Agung dan masjid lainnya, Masjid Agung Banten berdiri di sebelah Barat Alun-

Page 9: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara

halaman: 1 – 26 9

Alun. Masjid ini mempunyai ciri-ciri seperti masjid-masjid tradisional lainnya yang ada di

Jawa. Masjid ini mempunyai keistimewaan pada bagian

pawestren yang merupakan bangunan khusus untuk wanita yang diperkirakan dibuat pada

masa pemerintahan Maulana Muhammad (1580-1586).

Keistimewaan lain masjid ini adalah bagian serambi yang terdapat di keempat sisi dan

ruang utama yaitu: 1). Serambi Selatan: dijadikan sebagai

tempat pemakaman yang memuat 15 makam dengan letak yang tidak beraturan; 2).

Serambi timur: tempat yang terluas dan mempunyai atap

yang terpisah dengan bangunan utama serta dibangun pada masa

pemerintahan Maulana Yusuf (1570 – 1580); 3). Serambi

Utara dan Selatan berada di bawah naungan atap bangunan utama. Atap masjid bertingkat

lima sebagaimana atap-atap masjid kerajaan seperti yang

ditemukan di Jepara dan Ternate (Graaf dan Pigeaud,1984). Sementara itu,

selain Masjid Agung di Kota Banten masih ada dua masjid

kuno yaitu Masjid Pecinaan Tinggi yang terletak di Kampung Pecinaan ± 700

meter sebelah Barat Masjid Agung Banten dan Masjid

Pakojan yang terletak di tepi jalan antara Benteng Speelwijk dan Kampung Karangantu

(Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2007: 97-106). 1.2 Menara

Menara ini terletak di

halaman sisi Timur Masjid Agung atau sekitar 10 meter dari pagar tembok kolam.

Menara dibangun dengan kontruksi tembok dengan tinggi

puncak 23 meter dari permukaan tanah, dengan bagian dasar dan tubuh

berdenah segidelapan. Pintu masuk pada bagian atas

merupakan bidang lengkung dan ditengahnya terdapat panel segi empat serta berada di sisi

utara bagian tubuh. Pada langit-langit bidang lengkung

terdapat ornament mirip kepala peluru. Ornamen ini merupakan bentuk hiasan kala yang distilir

dan dianalogikan dengan pintu masuk ke candi-candi masa

Hindu-Budha. Bagian puncak merupakan kepala menara yang terdiri dari dua tingkat

yaitu: tingkat Pertama merupakan kubah yang bagian

atasnya terpenggal, dan tingkat Kedua adalah kubah yang lebih kecil. Pada bagian puncak

terdapat memolo atau mustoko berwarna merah hati yang

terbuat dari tanah liat bakar menyerupai bunga yang sedang mekar dan wisatawan

dapat melalui lorong tangga dengan kontruksi melingkar

(Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2007: 103).

Page 10: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

10 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

1.3 Makam Sultan dan Kerabat Sultan

Komplek makam ini tidak

terkonsentrasi di satu tempat, tetapi tersebar di beberapa

wilayah di sekitar kawasan Kesultanan Banten. Beberapa kompleks makam yang ada di

kawasan ini adalah yaitu: Komplek Makam Kenari berada

di kampung Kenari, Komplek Makam di Masjid Banten, berada di sebelah utara

lingkungan masjid Agung, makam-makam di di

Kasunyatan, berada di dalam dan luar masjid, dan Makam Pangeran Mas, terletak di

pangkalan. Dari semua komplek makam ini, maka

ditemukan beberapa tipe nisan yaitu: a. Tipe yang memiliki bentuk

kijing berundak dua, bagian kaki dari nisan terdiri dari

plipit halus dan bingkai lengkung dua tingkat. Sementara bagian bawah

terdapat panil di empat sisi di empat sisi berinskripsi

huruf Arab dan beratap lima tingkat. Tipe ini ditemukan di makam Maulana

Hasanuddin. b. Tipe yang tidak memiliki

hiasan (polos), penampang bagian badan berbentuk segi empat, bagian puncak

bertingkat tiga, dua tingkat berbentuk lengkung sem-

purna dan bagian atas kembali berpenampang empat persegi dan makin

mengecil. Tipe ini ditemukan pada makam di sebelah kanan makam Maulana

Hasanuddin. c. Tipe berbentuk segi lima,

bagian kaki, badan dan puncaknya menyatu dan ditemukan pada makam

Pangeran Aglingkusumah yang ada pada bangunan

Tiyamah (Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2007: 107-110).

1.4 Keraton Surosowan

Keraton merupakan

kumpulan bangunan tempat tinggal raja dan keluarganya,

dan pada umumnya juga dijadikan sebagai pusat kerajaan.Keraton pada masa

lalu berfungsi sebagai pusat kegiatan politik, ekonomi,

social, serta budaya.Secara kosmologis dan religio-magis keratin juga merupaka pusat

kekuatan gaib yang berpengaruh pada seluruh

kehidupan masyarakat. Keraton ini berdiri pada abad ke-17 (1552-1570) dan

menurut sumber sejarah dinding keraton tingginya

sekitar 2 meter dan lebar 5 meter. Panjang pada sisi timur dan barat adalah 300

meter, sedangkan bagian utara dan selatan adalah 100

meter.Luas keseluruhan yang dibentengi adalah tiga hektar dan terdapat bastion

Page 11: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara

halaman: 1 – 26 11

tiap sudut benteng berbentuk intan, dan bagian tengah, Utara, dan Selatan

berbentuk dinding setengah lingkaran. Benteng

Surosowan pada mulanya memiliki tiga pintu gerbang yaitu pertama pintu utara dan

timur dibuat dalam bentuk lengkung, dimaksudkan

untuk mencegah tembakan langsung, kedua atap berbentuk setengah silinder.

Di luar benteng dibuat kanal yang mengelilingi keraton

serta menyatu dengan Sungai Cibanten. Pembangunan keraton

dilakukan beberapa tahap dimana terjadi perubahan

fungsi dinding yang awalnya sebagai tembok keliling berubah menjadi tembok

pertahanan dengan unsur-unsur Eropa. Keraton ini

mengalami beberapa kali penghancuran atas perintah Gubernur Jendral Belanda

dan kemudian ditinggalkan. Kondisi keraton saat ini

hanya berupa reruntuhan dan yang masih tampak adalah tembok benteng yang

mengelilingi sisa-sisa bangunan berupa pondasi,

tembok dinding, sisa bangunan petirtaan, bekas kolam taman dengan

bangunan Bale Kambang (Rara Denok). Keraton

dengan bentengnya ber-bentuk empat persegi

dengan panjang 305 m, lebar 130,5 m, dan tinggi 4,5 m.

Gambar 1: Situs Keraton Surosowan sebagai

Destinasi Wisata

(Dok. BPCB Serang, 2015)

1.5 Vihara Avalokiteswara

Terletak sekitar 500

meter sebelah Barat Masjid Agung Banten dan dibangun

pada abad XVI atau sekitar tahun 1652 pada masa pemerintahan Sunan

Gunung Jati. Wihara ini merupakan wihara tertua

yang ada di Pulau Jawa. Dari sejarah dan informasi masyarakat diketahui bahwa

dibangunnya wihara ini adalah dampak dari

pernikahan Syarif Hidayatullah sebagai penguasa Banten dengan

Putri Ong Tien dari Cina. Vihara Avalokitesvara atau

Ban Tek Ie, yang berarti ‘tempat melakukan segala kebajikan’. Kelenteng ini

juga dikenal juga dengan nama Kelenteng Kwan Im

Hud Cow. Di bagian altar utama, terdapat patung

Page 12: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

12 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Dewi Kwan Im berkerudung merah yang terbuat dari kayu berwarna hitam.

Awalnya, kelenteng ini berada di Desa Dermayon,

sebelah selatan Mesjid Agung Banten, Serang.Baru sekitar 1774 M dipindahkan

ke Kampung Pamarican. (Dinas Pendidikan Provinsi

Banten, 2007: 118-119).

1.6 Benteng Spelwijk

Merupakan satu-satunya peninggalan struktur bangun-

an yang di buat oleh Belanda ketika Kesultanan Banten masih berdaulat. Nama

Speleijk diambil dari nama Gubernur JendralVOC,

Cornelis Jansz Speelman (1681 – 1684) dan didirikan oleh VOC pada tahun 1685 –

1686 dengan arsitek Hendrick Lucas Cardeel.

Kedudukan benteng berada di sudut Utara Kota Banten Lama dan langsung

berhadapan dengan laut dengan pintu utama terdapat

di tembok sisi Utara. Di bagian barat benteng terdapat bastion, anak

tangga yang terbuat dari batu dan sebuah menara

pengintai. Tembok yang melintangi platform bastion adalah bekas tembok tertua

dari Kota Banten yang langsung mengarah ke

pantai yang pada bagian ujungnya terdapat bolwerk (kubu pertahanan awal).

Gambar 2: Benteng Spelwijk salah satu

komponen kota tua Banten Lama

(Dok. BPCB Serang, 2015)

Dari data sejarah

disebutkan, di benteng ini dahulu terdapat jembatan gantung yang meng-

hubungkan pintu gerbang utama di Utara dan beberapa

pintu gerbang lainnya, rumah komandan, kantor ad-ministrasi, dan gereja. Di

bagian atas tembok terdapat jendela-jendela penembak

yang berfungsi sebagai peletak meriam tembak dan di luar sisi Selatan terdapat

komplek pemakaman orang- orang Belanda (VOC). Pada

masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels atau sekitar tahun 1811

benteng ini mulai diting-galkan yang disebabkan

karena politik dan keamanan (Michrob, 1993:320).

1.7 Pelabuhan Karangantu

Sejak abad XVI

Karangantu menjadi pasar dan Bandar internasional utama untuk Indonesia

Page 13: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara

halaman: 1 – 26 13

bagian Barat, terutama akibat Malaka jatuh ke tangan Portugis. Dari peta

Serrurier sekitar abad ke-17 – 19 daerah ini tidak ditandai

sebagai pasar tetapi sebagai pelabuhan yang dikelilingi oleh tambak ikan. Pada

awalnya merupakan pe-labuhan lokal, kemudian

berkembang menjadi pe-labuhan nasional bahkan internasional. Di kawasan ini

juga terdapat pemukiman para nelayan, dak kapal dan

tempat pembuatan garam (Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2007: 117-118).

1.8 Museum Situs Ke-

purbakalaan Banten

Museum ini mempunyai luas tanah kurang lebih

10.000 m2 dan bangunan kurang lebih 778 m2.

Dibangun dengan gaya arsitektur tradisional Jawa Barat terutama pada bentuk

atapnya. Museum yang terletak antara Keraton

Surosowan dan Masjid Agung Banten Lama ini menyimpan banyak benda-

benda purbakala. Dari sekian banyak benda-benda

purbakala yang menjadi koleksinya, benda-benda tersebut dibagi menjadi lima

kelompok besar yaitu: 1). Arkeologika, benda-benda

yang digolongkan dalam kategori ini adalah Arca, Gerabah, Atap, Lesung Batu,

dll; 2). Numismatika, koleksi bendanya berupa Mata Uang, baik Mata Uang lokal

maupun Mata Uang asing yang dicetak oleh

masyarakat Banten; 3). Etnografika, benda-benda koleksinya berupa miniatur

Rumah Adat Suku Baduy dan berbagai macam

Senjata Tradisional dan juga senjata peninggalan Kolonial seperti Tombak, Keris,

Golok, Meriam, Pistol, dan peralatan lainnya; 4).

Keramologika, yaitu benda-benda koleksi berupa macam-macam Keramik.

Keramik yang tersimpan berasal dari berbagai tempat

seperti Burma, Vietnam, China, Jepang, Timur Tengah dan Eropa. Tidak

ketinggalan pula keramik lokal asal Banten yang

biasanya lebih dikenal dengan sebutan Gerabah dan biasanya gerabah ini

digunakan sebagai alat-alat rumah tangga; dan seni

rupa, yang termasuk didalamnya adalah benda-benda seni seperti lukisan

atau sketsa. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama

ini menyimpan banyak koleksi lukisan tetapi hampir keseluruhannya adalah

lukisan hasil re-produksi. Selain menyimpan benda-

benda koleksi ke-purbakalaannya di dalam ruangan, terdapat dua

Page 14: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

14 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Artefak yang disimpan di halaman yaitu artefak Meriam Ki Amuk dan juga

alat penggilingan Lada. Alat penggilingan lada yang

terbuat dari batu padas yang sangat keras telah hancur menjadi beberapa bagian.

Pada zaman dahulu Banten memang dikenal sebagai

penghasil lada, itulah yang menyebabkan Belanda datang ke Banten, salah

satunya ingin menguasai produksi lada.

1.9 Danau Tasikardi

Danau ini terletak tidak

jauh dari Istana Kaibon, Konon, danau tersebut

luasnya 5 hektare dan bagian dasarnya dilapisi oleh batu bata, Pada masa itu

danau ini dikenal dengan nama "Situ Kardi" yang

memiliki sistem ganda, selain sebagai penampung air di Ci Banten yang digunakan

sebagai pengairan persawahan, danau ini juga

dimanfaatkan sebagai pasokan air bagi keluarga keraton dan masyarakat

sekitarnya. Air dialirkan dari pipa-pipa yang terbuat dari

terakota berdiameter 2-40 cm. Sebelum digunakan air danau harus disaring dan

diendapkan di penyaringan khusus yang dikenal dengan

Pengindelan Abang atau Penyaringan Merah, Pengindelan Putih atau

Penyeringan Putih, dan Pengindelan Emas atau Penyaringan Emas (Dinas

Pendidikan Provinsi Banten, 2007: 113-114).

1.10 Meriam Ki Amuk

Meriam ini terbuat dari

tembaga dengan tulisan arab yang panjangnya sekitar 2,5

meter dan merupakan bantuan dari Ottoman Turki. Konon Meriam Ki Amuk

memiliki kembaran yaitu Meriam Ki Jagur yang saat

ini tersimpan di halaman belakang Museum Fatahillah Jakarta. Meriam ini me-

rupakan hasil rampasan dari tentara Portugis saat ingin

menguasai Kota Banten. Meriam ini semula terletak di Pelabuhan Karangantu dan

sempat ditempatkan tenggara alun-alun. Pada

meriam tersebut terdapat tiga buah prasasti berbentuk lingkaran dengan huruf dan

Bahasa Arab yang bertuliskan “Akibatulkhoir

salamatn Iman” yang mengandung arti “Kesuksesan puncak adalah

keselamatan iman.” Dan terdapat tulisan La Fataa ila

‘ali, La sifaa ila zulfikar, Ashbir ala taqwa dahran yang mengandung arti

“Tiada jawara kecuali ‘ali, tiada golok kecuali zulfikar,

bersabarlah dalam taqwa sepanjang masa”. Guna memudahkan membawa

Page 15: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara

halaman: 1 – 26 15

meriam, dibuatkanlah gelang-gelang disebelah kiri dan kanannya (Dinas

Pendidikan Provinsi Banten, 2007: 115-116).

Kawasan situs Kota kuno Banten merupakan warisan budaya tangible yang me-

nunjukan kebudayaan materi tentang kejayaan dan per-

kembangan sejarah Ke-sultanan Islam di Banten pada masa itu terutama

dalam bentuk komponen-komponen kota kuno.

Warisan budaya ini di kemas sebagai sumber daya yang potensial untuk di kelola

sebagai sumber daya dalam pembangunan destinasi

wisata budaya unggulan. Komponen-komponen kota kuno sebagai bagian dari

kawasan situs cagar budaya dan secara geografis

berdekatan dan mem-perlihatkan ciri tata ruang yang khas kota Kesultanan

Banten pada masa lalu. Sumber daya ini sangat

potensial untuk destinasi wisata budaya karena masyarakat yang berkunjung

atau wisatawan ke kawasan ini sebagian besar

melakukan aktivitas tradisi religius seperti melakukan ziarah, berdoa, bersemadi

dan melakukan explore dan experience cara-cara masya-

rakat pendukung budaya masa lalu di kawasan ini. Kawasan ini juga sangat

potensial dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi

(pendidikan dan pengem-bangan ilmu pengetahuan),

karena di kawasan ini juga telah dibangun museum situs Banten Lama. Begitu juga

dengan jalur-jalur pelayaran dan perdagangan yang

pernah ada dan dilakukan oleh Kesultanan Banten pada masa itu dapat

dikembangkan sebagai wisata bahari. Pelabuhan-

pelabuhan kuno sebagi bukti kejayaan dan kuatnya pengaruh kawasan ini

sebagai jalur perdagangan dapat dikembangkan se-

bagai paket-paket wisata dengan melakukan napak tilas sebagai jalur wisata

bahari seperti cruise tradisioal.

2. Pengelolaan Kawasan

Situs Kota Kuno Banten

Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan

Nusantara dan Pelestarian Warisan Budaya

Pengelolaan kawasan situs Kota Kuno Banten

sebagai destinasi wisata budaya agar dapat memberikan kesejahteraan sebesar-besar-

nya kesejahteraan rakyat sekaligus juga melestarikan

sumber daya tersebut sangat diperlukan adanya komitmen dari berbagai stakeholder

Page 16: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

16 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

terutama pemerintah (pusat dan daerah). Keterlibatan masyarakat atau komunitas,

pelaku usaha (swasta), akademis, dan media harus

selalu sinergi dan bertahap untuk melakukan upaya pengembangan dan penge-

lolaan kawasan dengan melakukan koordinasi, kajian,

komunikasi, perencanaan sampai evaluasi secara lintas stakeholder. Sesuai Perda

Nomor 6 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) Kota Serang tahun 2010 – 2030, strategi untuk mengembangkan dan menata

kawasan situs Kota Kuno Banten sebagai destinasi

wisata budaya meliputi merevitalisasi dan menata kawasan, mempertahankan

dan melestarikan, mengaman-kan situs-situs cagar budaya,

dan mengembangkan atraksi dan sarana prasarana pariwisata. Dalam menjalankan

strategi ini sangat mendesak diperlukan pengelolaan

kawasan, dengan menjabarkan tugas dan fungsi dari masing-masing stakeholder termasuk

dalam pemanfaatan ruang untuk tujuan meningkatkan

pergerakan wisatawan dan pelestarian. Untuk me-ningkatkan pergerakan wisata-

wan maka yang perlu diperhatikan adalah adanya

penataan ruang untuk pemanfaatan destiasi wisata dengan tujuan rekreasi,

edukatif, apresiatif, tujuan aktivitas religi, dan fungsi sosial masyarakat. Penataan ruang

ini sangat penting dilakukan untuk membenahi kondisi

kawasan saat ini, dimana belum ada pemanfaatan tata ruang tepat. Kondisi ini

menyebabkan kawasan ini terkesan kumuh karena belum

adanya penataan pedagang kaki lima, ketersediaan toilet dan air bersih, dan lahan parkir,

rambu-rambu petunjuk arah/jalan, dan papan

informasi. Kondisi ini sangat mengancam pelestarian cagar budaya baik sebagai atraksi

wisata maupun sebagai warisan budaya, masyarakat

lokal, pelaku usaha maupun wisatawan. Dengan menata kembali fungsi ruang secara

otomatis akan meningkatkan pergerakan wisatawan se-

kaligus menguatkan ke-munculan nilai dan makna budaya yang terkandung

sehingga wisatawan men-dapatkan informasi dan

pengetahuan yang optimal. Begitu juga dengan masyarakat yang berkunjung dengan tujuan

melakukan aktivitas religi akan lebih khusuk dalam me-

laksanakan ibadahnya. Bentuk-bentuk pengelola-

an cagar budaya ini harus

melibatkan masyarakat yang ada di sekitar situs, agar

mereka juga menjadikan cagar budaya sebagai sumber daya ekonomi untuk men-

Page 17: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara

halaman: 1 – 26 17

sejahterakan kehidupan mereka. Kegiatan pengelolaan ini tetap berwawasan

pelestarian untuk mengurangi dampak negatif yang dapat

mengancam keberadannya. Pengelolaan kawasan situs untuk melestarikan dengan

mempertahankan, mengamankan dan me-

manfaatkan sebagai atraksi wisata tidak dapat dilepaskan dengan penataan kawasan.

Dalam pengelolaan kawasan situs untuk pemanfaatan

pembangunan destinasi wisata budaya harus tetap menjaga kelestariannya selain men-

ciptakan kenyamanan dan keamanan wisatawan. Peles-

tarian menurut UU RI No. 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya adalah upaya dinamis

untuk mempertahankan ke-beradaan cagar budaya dan

nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Pe-

lestarian ini bertujuan untuk: a). melestarikan warisan budaya

bangsa dan warisan umat manusia; b) meningkatkan harkat dan martabat bangsa

melalui cagar budaya; c). memperkuat kepribadian

bangsa; d) meningkatkan kesejahtraan rakyat; e) mempromosikan warisan

budaya bangsa kepada masyarakat internasional.

Pengelolaan kawasan Situs Kota Kuno Banten didasarkan pada beberapa

pertimbangan yaitu (Astiti Ayu, 2010 : 154) a. Meningkatkan potensi nilai

sumber daya budaya yang merupakan warisan budaya

asal mula daerah Banten serta awal sejarah per-kembangan Kesultanan

Banten dan agama Islam di kawasan ini. Jejak budaya

dalam bentuk komponen kota yang ada di kawasan ini diharapkan dapat menjadi

aset daerah yang mem-punyai kebermaknaan sosial

dan ekonomi. b. Dapat memberikan informasi

tentang potensi sumber daya

budaya yang ada di daerah ini kepada masyarakat luas,

agar masyarakat yang datang dan berkunjung ke daerah ini mempunyai bekal

pengetahuan tentang sejarah dan peranan daerah ini bagi

perkembangan sejarah nasional dan khususnya budaya masyarakat Banten.

c. Mempromosikan dan me-manfaatkan cagar budaya

yang ada di kawasan ini untuk kepentingan ideologik (jatidiri/identitas), akademik

(pengembangan ilmu penge-tahuan) dan ekonomik

melalui kepariwisataan (destinasi wisata budaya). Cleere (1989:9-10) men-

jelaskan bahwa manajemen sumber daya arkeologi memiliki

tiga tumpuan yaitu: ideologik yang terkait untuk mewujudkan cultural identity, akademik

Page 18: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

18 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

untuk pengembangan ilmu pe-ngetahuan dan ekonomik melalui kepariwisataan. Ketiga

kepentingan tersebut pada dasarnya tidak dapat

dipisahkan secara tegas (Cleere, 1989: 9-10). Dalam UU No.11 tahun 2010 Tentang

Cagar Budaya pada pasal 85 ayat 1) Pemerintah, Pemerintah

Daerah, dan setiap orang dapat memanfaatkan Cagar Budaya untuk kepentingan agama,

sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, ke-

budayaan, dan pariwisata. Pemanfaatan yang dimaksud disini adalah pendayagunaan

Cagar Budaya untuk ke-pentingan sebesar-besarnya

kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan ke-lestariannya.

Di kawasan situs Kota Kuno Banten terdapat

beberapa situs yang masing-masing berdiri sendiri seperti situs kompleks makam raja,

situs masjid, benteng, kraton, museum situs, danau dll.

Pengelolaan kawasan ini untuk kepentingan pariwisata, agar memberikan kenyamanan

kepada wisatawan maka diperlukan beberapa sarana

prasarana pendukung seperti aksesibilitas, atraksi dan amenitas. Dalam mewujudkan

kawasan situs sebagai destinasi wisata yang nyaman

dan tetap menjaga pe-lestariannya, maka dalam membangun fasilitas pen-

dukung pariwisata harus sesuai dengan tata letak,fungsi sosial sekaligus untuk perlindungan

cagar budaya itu sendiri. Dalam UU No.11 tahun 2010 Tentang

Cagar Budaya pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan,

kehancuran, atau kemusnahan dengan cara Penyelamatan,

Pengamanan, Zonasi, Pe-meliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya. Sementara itu

Zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan Situs

Cagar Budaya dan Kawasan Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan.

Dari beberapa model pe-mintakatan (zoning), maka

sistem sel (cell system) atau cluster dapat di terapkan di kawasan ini. Model ini

dilakukan dengan penarikan garis-garis batas pada masing-

masing situs yang ada di kawasan ini. Situs-situs di kawasan ini dan dianggap

potensial serta mendesak untuk dikembangkan adalah situs

Masjid Agung, Menara, Makam Sultan dan Kerabat, Keraton Surosowan, Benteng Spelwijk,

Museum Situs, dan Keraton Kaibon.

Masing-masing situs ini menjadi sel sehingga di dalam kawasan terdapat

beberapa sel. Begitu juga dengan penataan fungsi dari

masing-masing peruntukan lahan yang secara konsepsi di bagi dalam empat yaitu

Page 19: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara

halaman: 1 – 26 19

zona inti (perlindungan utama cagar budaya), zona penyangga (lahan tata hijau),

zona pengembangan (untuk kepentingan wisata/rekreasi)

dan zona penunjang (untuk kegiatan komersial dan rekreasi umum). Sementara

itu, untuk zoning sistem sell yang diterapkan di Kawasan

Situs Kota Kuno Banten tidak dapat menerapkan sesuai dengan konsep tersebut.

Pada kondisi ideal pemintakatan secara

konseptual berbentuk konsentris, sehingga objek atau masing-masing situs

dapat dikunjungi wisatawan dari segala arah.

Pengembangan kawasan situs Kota Kuno Banten sangat sulit menemukan

kondisi ideal tersebut, sehingga pemintakatan

sifatnya tidak simetris secara keseluruhan. Penarikan garis batas satuan ruang lahan,

situs, dan wilayah ber-dasarkan pertimbangan dan

kondisi lingkungan yang ada, yaitu : (Astiti Ayu, 2010 : 155-156)

a. Kondisi geografis berupa batas alamiah yang tampak

di permukaan bumi, seperti bentang alam, aliran sungai, danau, rawa-rawa, jalan

raya dan gejala alam lainnya.

b. Artifisial, berupa batas-batas pemilikan dan tataguna lahan sekarang, seperti

jalan, parit, pagar, sungai buatan, batas adminitratif, batas wilayah adat, serta

batas artifisial lainnya. c. Estetika, penentuan batas

dengan cara ini didasarkan pada keseimbangan dan keselarasan objek dengan

lingkungan sekitarnya. Penentuan zoning, batas-

batas dan luas setiap mintakat (zoning) sangat tergantung pada kebutuhan dan kondisi

lingkungan di kawasan ini. Pemintakatan dinyatakan

dalam bentuk garis-garis imajiner yang membatasi sebidang tanah atas dasar ke-

pentingannya. Setiap mintakat akan ditata dan difungsikan

secara berbeda, sesuai dengan peruntukannya.

Penerapan sistem zonasi

di kawasan situs Banten Lama untuk pembangunan pariwisata

sangat efektif, selain memberikan perlindungan kepada cagar budaya sebagai

atraksi wisata juga memberikan kenyamanan kepada wisata-

wan. Dengan sistem ini situs-situs atau cagar budaya sebagai daya tarik atraksi yang

berada pada zona inti akan lebih terlindungi serta lebih

memunculkan nilai budaya yang terkandung didalamnya. Hal ini juga berdampak pada

lebih tertatanya wisatawan yang berkunjung ke situs-situs

sebagai zona inti. Pengunjung akan lebih terdistribusikan ke beberapa atraksi sehingga tidak

Page 20: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

20 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

terkonsentrasi pada satu situs. Sementara itu, pada zona penyangga merupakan lahan

tata hijau (green belt) yang menciptakan panorama indah

dapat ditanam berbagai tanaman hias, tanaman khas daerah Banten atau berbagai

jenis tanaman yang mempunyai nilai sejarah dalam per-

kembangan Kesultanan Banten seperti lada dan tanaman rempah-rempah lainnya. Zona

penyangga dengan areal yang lebih luas mengingat lahan ini

sekaligus berfungsi sebagai hutan lindung. Lahan ini dapat menjadi lahan tata hijau (green

belt) selain dengan tujuan untuk keindahan juga dapat di tanam

beberapa jenis tanaman khas yang sudah langka atau tanaman yang mempunyai

keterkaitan dengan sejarah atau mitos pertumbuhan

Kesultanan Banten. Pada lahan ini dapat didirikan bangunan kecil sebagai pos atau tempat

berteduh. Dengan demikian mintakat ini dapat mempunyai

beberapa fungsi yaitu sebagai penyangga atau pelindung situs, sebagai tempat rekreasi

dan studi (khususnya biologi/tanaman langka) dan

sekaligus meningkatkan penyerapan air tanah.Taman hijau ini juga mempunyai fungsi

ganda yaitu sebagai per-lindungan secara fisik karena

dapat mengurangi fluktuasi udara sehingga dapat ikut mengontrol suhu di lingkungan

situs dan secara langsung menjaga kelembaban suhu di sekitar cagar budaya dan situs.

Zona ketiga adalah zona pengembangan, dimana pada

zona ini sudah dapat dibangun berbagai fasilitas untuk mendukung dan memenuhi

kebutuhan wisatawan seperti toko-toko souvenir, dan

kebutuhan lainnya. Pe-manfaatan kawasan situs Kota Banten Kuno sebagai destinasi

wisata sangat diperlukan aksesibilitas baik yang

menghubungkan antar situs atau menuju kawasan situs. Dengan sistem zoning tentunya

akan dapat dibedakan antar akses untuk tujuan wisata

dengan aktivitas masyarakat umum yang ada di sekitar situs. Di kawasan ini belum tertata

dan dibedakan akses untuk tujuan kedua ini, sehinga masih

terkesan tidak rapi dan tertata. Dalam pembangunan

pariwisata sangat diperlukan

ketersediaan fasilitas dasar sebagai penunjang dan untuk

menjaga kenyamanan dan keamanan wisatawan. Pe-nyediaan fasilitas dasar ini

seperti: fasilitas kesehatan, air bersih, listrik, pengelolaan

limbah, keamanan, pusat informasi, restoran dan rumah makan, serta toko souvenir

tentunya dapat dibangun dan disediakan pada zona

pengembangan atau zona penunjang. Sementara kondisi saat ini, toko-toko souvenir,

Page 21: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara

halaman: 1 – 26 21

rumah makan, pusat informasi dan fasilitas wisata lainnya belum tertata dan menempati

ruang sesuai dengan fungsinya. Hal ini menyebabkan kawasan

terlihat kumuh dan tidak tertata sehingga pengelolaan belum maksimal. Kondisi ini

menyebabkan wisatawan merasa kurang nyaman dalam

melakukan aktivitasnya baik dengan tujuan edukasi, aktivitas religi maupun rekreasi.

Pengelolaan kawasan Situs Kota Kuno Banten dengan

menggunakan sistem zoning (pemintakatan) dalam pengem-bangannya sebagai destinasi

wisata budaya tentunya akan lebih memberikan keamanan

dan kenyamanan bagi wisatawan. Penataan ruang yang optimal sesuai dengan

prinsip-prinsip pelestarian tentunya juga berdampak pada

meningkatnya kunjungan wisatawan dengan berbagai aktivitas wisata.

SIMPULAN

Kawasan situs Kota Kuno

Banten mempunyai tinggalan arkeologi dalam bentuk situs

komponen-komponen Kota Kesultanan Banten yang letaknya secara geografis

berdekatan dan masih mempunyai keterkaitan satu

dengan yang lain. Kawasan ini mempunyai daya tarik wisata karena masyarakat banyak

berkunjung ke kawasan ini dengan tujuan utama untuk

melakukan aktivitas religi (ziarah ke makam-makam raja, ulama dan tokoh-tokoh agama,

melakukan aktivitas agama di Masjid Agung). Kawasan ini

juga dikunjungi wisatawan dengan tujuan edukasi (sejarah dan budaya masyarakat masa

lalu melalui jejak-jejak budaya yang ditinggalkan), dan tujuan

rekreasi, sehingga mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata

budaya. Pengelolaan kawasan ini

sebagai destinasi wisata budaya dengan sistem zonasi (pemintakatan) sangat efektif,

karena akan memberikan perlindungan kepada cagar

budaya sebagai atraksi wisata juga memberikan kenyamanan dan keamanan kepada

wisatawan. Penataan ruang ini dibagi dalam tiga zona sesuai

dengan kebutuhan yaitu: 1). zona inti merupakan tempat keberadaan cagar budaya

sebagai daya tarik atraksi wisata, sehingga dapat lebih

terlindungi serta lebih memunculkan ni lai budaya; 2). zona penyangga merupakan

lahan tata hijau (green belt) yang menciptakan panorama

indah dapat ditanam berbagai tanaman hias dan tanaman khas daerah; 3). Zona

pengembangan dapat di-gunakan sebagai penyediaan

fasilitas wisatawan seperti toko-toko souvenir, rumah makan dan kebutuhan lainnya.

Page 22: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

22 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016

Dengan pengelolaan sistem zoning ini, akan dapat mengurangi kesan kumuh,

warisan budaya lebih terlindungi sehingga tidak

terancam kelestariannya, dan wisatawan dapat dengan nyaman dan aman dalam

melakukan aktivitas religi maupun tujuan lain seperti

edukasi dan rekreasi. Kawasan yang tertata dengan baik, akan dapat meningkatkan per-

gerakan serta distribusi wisatawan sehingga ber-

dampak langsung pada kesejahtraan masyarakat.

Rekomendasi dari pe-

nelitian ini dibutuhkannya penyusunan sinergitas Master-

plan dan koordinasi dari semua Stakeholder terkait Penataan kawasan. Hal ini diperlukan

agar Kawasan Situs Kota Kuno Banten berkembang menjadi

destinasi wisata budaya yang memunculkan nilai budaya dan memberikan kenyamanan

kepada wisatawan, sehingga dapat meningkatkan per-

gerakan wisatawan nusantara sangat diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Cleere, Henry. (1989).

Introduction:The Rationale of

Archaeological Heritage Management. Dalam Henry F.Cleere (ed)

Archaeological Heritage Management in the

Modern World (pp. 1-19). London: Unwin Hyman.

Djaenuderajat, Enjat, dan

Juliadi. (2001). Catatan Jejak Peninggalan

Purbakala Sebelum Islam di Daerah Banten, Serang: Suaka Pe-

ninggalan Sejarah dan Purbakala. Banten.

Graff.H.J de dan Th.G.Th.Pigeaud. (1985). Kerajaan-

Kerajaan Islam di Jawa. Jakarta: Grafiti Pers.

Guillot, Claude dkk. 1996/1997. Banten Sebelum Jaman Islam. Jakarta: Depdikud

Koentjaraningrat. (1990). Sejarah Teori

Antropologi II. Jakarta: UI Press

Mundarjito. (2006) Strategi

Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan

Candi Borobudur: Pendekatan Integratif dan Partisipatif. Makalah

disampaikan dalam Seminar Nasional

Strategi Pengembangan Kebudayaan dan Kepariwisataan Nasional

Ke Depan. Badan Pengembangan

Sumberdaya, Departemen Ke-budayaan dan

Pariwisata. Jakarta Michrob.Halwany. (1993).

Catatan Masa Lalu Banten. Serang: Saudara

Page 23: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

Ni Komang Ayu Astiti: Pengolahan Kawasan Situs Kuno Banten Sebagai Destinasi Wisata Budaya Untuk Meningkatkan Pergerakan Wisatawan Nusantara

halaman: 1 – 26 23

Pendit, Nyoman S. (1999). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana.

Jakarta: PT. Pradnya Paramita

Skripsi / Tesis / Disertasi

Astiti Ayu. (2010). Pusat

Kerajaan Kutai Kartanegara Abad XIII –

XVII (Kajian Sumberdaya Budaya) Depok: Tesis Program

Pasca Sarjana. FIB UI Peraturan Perundang-Undangan

UU RI Nomor 11 Tahun 2010

Tentang Cagar Budaya. Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata. Direktorat Jenderal Sejarah dan

Purbakala. Jakarta. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan. Jakarta:

Sekretariat Negara Ragam Pusaka Budaya

Banten. Dinas Pendidikan Provinsi Banten Bekerjasama

dengan BP-3 Serang Wilayah Kerja Provinsi

Banten, Jawa Barat, DKI dan Lampung. Serang-Banten

Perda Nomor 6 tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kota Serang tahun 2010

– 2030. Serang: BAPPEDA

RPJM Sektor Pariwisata Tahun

2015 – 2020. Jakarta: Kemenpar

PES 2012-2014. Jakarta: Pusdatin, Kemenpar

Peraturan Menteri Kebudayaan

dan Pariwisata Republik Indonesia 2007, No.

37/UM.001/MKP/07 Tentang Kriteria Dan Penetapan Destinasi

Pariwisata Unggulan (2007).

Dinas Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten (2011). Peta

Pengembangan Kebudayaan Pariwisata

Provinsi Banten (RTRW Provinsi Banten 2009-2029 dan Perda RIPPDA

No. 9/2005. Homepage Online. Available at

http://bantenculturetourism.com/wpcontent/uploads/2011/10/Peta-

PengembanganPariwisata-Banten.pdf; di unduh

pada tanggal 5 juni 2016.

Page 24: PENGELOLAAN KAWASAN SITUS KOTA KUNO … JDP_ 01_ KOTA KUNO BANTEN_ NI... · heritage dan religi, b) kuliner dan belanja, serta c) wisata kota dan desa; dan 3) ... Jurnal Destinasi

24 Jurnal Destinasi Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016