Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (Vol. 1, No. 1: Januari, 2019)
221 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
Jurnal Sains,
Akuntansi dan Manajemen
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan dalam bidang perekonomian senantiasa perlu mendapatkan perhatian dari
berbagai pihak.Pertumbuhan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peranan para pelaku
ekonomi.Para pelaku ekonomi tersebut terdiri dari rumah tangga konsumen, rumah tangga produsen,
pemerintah, lembaga keuangan dan sektor luar negeri. Berhasilnya pembangunan pedesaan yang
mampu menyentuh segenap lapisan masyarakat, tidak terlepas dari peranan para pelaku ekonomi
yang tinggal di pedesaan. Para pelaku ekonomi yang tinggal di pedesaan berperan penting karena
sebagian besar penduduk Indonesia berada di daerah pedesaan dan desa menyimpan potensi yang
dapat menunjang pertumbuhan dan kelancaranpembangunan nasional, serta memungkinkan
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Bali No.3 Tahun 2007 mengatur syarat-syarat
pendirian LPD.LPD merupakan suatu lembaga yang didirikan untuk kepentingan pelayanan umum
khususnya di bidang perekonomian di desa.Kaitannya denganpembangunan ekonomi pedesaan, telah disadari hambatan yang dihadapi yaitu keterbatasan modal. Adanya tragedi beruntun yang melanda
Indonesia tahun 2016 yaitubom Thamrin, bom Mapolresta Surakarta, aksi teror gereja Medan, dan
aksi teror gereja Samarindayang tentu saja berpengaruh terhadap kedatangan wisatawan ke Bali.
PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, PERPUTARAN PIUTANG,
DAN RISIKO LIKUIDASI TERHADAP PROFITABILITAS
(Studi Kasus di LPD Desa Pakraman Padang Tegal, Ubud, Gianyar Periode 2012-2016)
NI KETUT AYU SUMAWATI
email: [email protected]
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Abstrak
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan suatu lembaga yang didirikan untuk
kepentingan umum khususnya di bidang perekonomian di desa. Kaitanya dengan pembangunan
ekonomi pedesaan untuk melestarikan dan meningkatkan kemandirian kehidupan desa pakraman
dengan segala aspeknya. Kelebihan LPD dibandingkan dengan lembaga keuangan lain diantaranya
lingkup usaha LPD yang berada di suatu desa adat serta pengelolaan LPD yang melibatkan langsung
krama desa baik sebagai pengelola maupun pengawas, menyebabkan alur informasi mengenai LPD
lebih mudah diakses sehingga dengan mudah menghimpun kepercayaan serta kenyamanan karma
desa terhadap LPD. Sesuai Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012, usaha utama LPD
adalah menghimpun dana dari krama desa, memberi pinjaman kepada krama desa, dan menyimpan
kelebihan likuiditas pada Bank BPD dengan imbalan bunga. Pokok permasalahan dalam penelitian ini
adalah bagaimana pengaruh tingkat suku bunga, perputaran piutang, risiko likuidasi terhadap
profitabilitas (ROA). Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier
berganda, teknik analisis yang digunakan adalah uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji
kelayakan model. Jumlah sampel laporan keuangan bulanan selama 5 tahun (60 sampel). Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh dari laporan keuangan LPD
Padang Tegal tahun 2012-2016. Hasil dari penelitian ini adalah variabel tingkat suku bunga tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas LPD Padang Tegal, perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas LPD Padang tegal dan risiko likuiditas berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas LPD Padang Tegal.
Kata Kunci : Tingkat Suku Bunga, Perputaran Piutang, Risiko Likuiditas dan Profitabilitas
222 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
Mengingat pernah terjadi peristiwa Bom Kuta tahun 2002 dan tragedi Bom Jimbaran tahun 2005
memberi dampak yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi Bali yang banyak bertumpu dari
keberhasilan bisnis pariwisata. Kedatangan wisatawan asing yang menurun di tahun 2016 berdampak
pada kondisi makro ekonomi.Menurunnyaperekonomian tidak hanya menyebabkan melemahnya nilai
tukar rupiah saja, tetapi pada sektor lainya.Pada saat krisis global terjadi, perbankan memberhentikan
sementara pemberian kredit untuk beberapa sektor. Menurut Sasongko (2014), penurunan tingkat
suku bunga yang terjadi juga mengalamipeningkatan di mana penerapan suku bunga mendominasi
setiap aktifitas operasional perbankan. Dampak tersebut, membawa implikasi terhadapperekonomian
di Bali, dimana hal tersebut memerlukan suatu lembaga keuangan yang mampu menunjang
perekonomian di kota ataupun di desa yang sedang terpuruk (Patmiwati, Yuesti, dan Sudiartana,
2016).
Masih sedikitnya lembaga keuangan yang menjangkau daerah pedesaan, dapat
mengembangkan praktik rentenir yang menyebabkan masyarakat pedesaan menjadi semakin terjebak
dalam masalah keuangan. Banyak cara yang ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi hambatan
dalam permodalan masyarakat pedesaan untuk mengembangkan usaha mereka, salah satunya
membentuk suatu lembaga keuangan mikro. Upaya yang ditempuh Pemerintahan Provinsi Bali yang
didukung dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 8 Tahun 2002 tentang LPD, yang menyebutkan
bahwa untuk melestarikan dan meningkatkan kemandirian kehidupan desa pakraman dengan segala
aspeknya, dipandang perlu mengadakan usaha-usaha memperkuat keuangan desa sebagai
saranapenunjang melalui pendirian suatu badan usaha milik desa berupa LPD yang bergerak dalam
usaha simpan pinjam. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 tentang perubahan kedua
atas Peraturan Daerah Provinsi BaliNomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa,
menyatakan bahwa LPD merupakan badan usaha keuangan milik desa, melaksanakan kegiatan usaha
di lingkungan desa dan untuk krama desa.
Kelebihan LPD dibandingkan dengan lembaga keuangan lain diantaranya lingkup usaha LPD
yang berada di suatu desa adat sertapengelolaan LPD yang melibatkan langsung krama desa baik
sebagaipengelola maupun pengawas, menyebabkan alur informasi mengenai LPD lebih mudah
diakses sehingga dengan mudah menghimpun kepercayaan serta kenyamanan krama desa terhadap
LPD.
Fenomena yang terjadi dalambeberapa waktu terakhir ini, ada beberapa LPD yang mengalami
kasus keuangan.Kasus keuangan yang terjadi di Bali misalnya ada kasus korupsi yang bermoduskan
kredit yang terjadi di LPD Desa Pakraman Suwat Kabupaten Gianyar Provinsi Bali (Bali Post, 2017).
Juga terjadi kasus yang sama yakni korupsi sebesar Rp 1,5 miliar di LPD Sinabun Kecamatan Sawan
Kabupaten Buleleng Provinsi Bali (Bali Editor, 2015). Sehingga membuat menurunnya profitabilitas
pada LPD tersebut dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap LPD. LPD merupakan salah
satu lembaga keuangan non bank yang ada dipedesaan dimana LPD memiliki kontribusi yang sangat
besar dalam membantu usaha masyarakat dalam suatu wilayah pedesaan khususnya masyarakat
pedesaan di Bali yang sering disebut dengan nama desa pakramandalam bentuk bantuan usaha seperti
bantuan modal untuk pengembangan usaha masyarakat ekonomi mikro.
Lembaga ini bergerak dalam bidang keuangan yang berfungsi untuk menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk tabungan maupun simpanan berjangka, yang nantinya akan dipinjamkan
kembali melalui kredit kepada masyarakat setempat. Keberhasilan LPD tidak lepas dari
kemampuannya dalam memperoleh laba.Besar kecilnya laba suatu LPD salah satunya tergantung
pada kemampuan manajemen dalam mengelola kas, piutang, aktiva, utang dan modal yang ada.Hal
tersebut dapat dilihat dari kemampuan mengatur dan mengelola tingkat perputaran kas, tingkat
perputaran kredit, serta kecukupan modal sehingga memberikan kontribusi terhadap profitabilitas.
Menurut Munawir (2014:33), profitabilitas adalah menunjukkan kemampuanperusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu atau rentabilitas adalah menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selamaperiode tertentu atau rentabilitas suatu perusahaan dapat
diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan
modal yang digunakan. Sesuai Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012, usaha utama
LPD adalah menghimpun dana dari krama desa, memberi pinjaman kepada krama desa, dan
223 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
menyimpan kelebihan likuiditas pada Bank BPD dengan imbalan bunga. Tingkat perputaran kas yang
meningkat menyebabkanpenyediaan dana dalam bentuk pinjaman yang dapat dioptimalkan,
sehinggadalam bentuk bantuan usaha seperti bantuan modal untuk pengembangan usaha masyarakat
ekonomi mikro. Lembaga ini bergerak dalam bidang keuangan yang berfungsi untuk menghimpun
dana masyarakat dalam bentuk tabungan maupun simpanan berjangka, yang nantinya akan
dipinjamkan kembali melalui kredit kepada masyarakat setempat. Keberhasilan LPD tidak lepas dari
kemampuannya dalam memperoleh laba.Besar kecilnya laba suatu LPD salah satunya tergantung
pada kemampuan manajemen dalam mengelola kas, piutang, aktiva, utang dan modal yang ada.Hal
tersebut dapat dilihat dari kemampuan mengatur dan mengelola tingkat perputaran kas, tingkat
perputaran kredit, serta kecukupan modal sehingga memberikan kontribusi terhadap profitabilitas.
Menurut Munawir (2014:33), profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu atau rentabilitas adalah menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu atau rentabilitas suatu perusahaan dapat
diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan
modal yang digunakan.
Sesuai Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012, usaha utama LPD adalah
menghimpun dana dari krama desa, memberi pinjaman kepada krama desa, dan menyimpan
kelebihan likuiditas pada Bank BPD dengan imbalan bunga. Tingkat perputaran kas yang meningkat
menyebabkan penyediaan dana dalam bentuk pinjaman yang dapat dioptimalkan, sehingga
menambah efisiensi dari keuangan yang nantinya akan dapat meningkatkan profitabilitas.
Berdasarkan penelitian Sutika dan sujana (2013), tingkat perputaran kas berpengaruh positif terhadap
profitabilitas. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Tinggi rendahnya penghasilan
sangat ditentukan oleh kualitas kredit dan kualitas kredit berkaitan dengan tingkat
perputarannya.Perputaran kredit merupakan perputaran piutang dalam periode tertentu. Semakin
tinggi tingkat perputaran kredit maka semakin baik kualitas kredit dan semakin tinggi kesempatan
LPD untuk menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat, sehingga kesempatan
memperoleh laba semakin besar, begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan penelitian Suarmi (2014), tingkat perputaran kredit berpengaruh positif terhadap
profitabilitas artinya peningkatan jumlah kredit akan diikuti dengan peningkatan profitabilitas.Faktor
lain yang sangat penting bagi LPD adalah modal, karena digunakan modal untuk menutupi timbulnya
kerugian akibat dana pihak ketiga.LPD harus menyediakan jumlah modal minimal untuk meniadakan
atau meminimalkan risiko yang mungkin terjadi. Jika LPD tidak memilikijumlah modal minimum
dalam keadaan LPD tertimpa risiko, maka LPD akan sulit dioperasikan dengan baik.
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu
periode tertentu yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kemampuan bank untuk menghasilkan
laba dapat dihitung dengan membandingkan antara laba dengan total aktiva yang dikenal dengan
ROA (Wicaksono, 2016). Ukuran ROA menunjukkan kemampuan bank untuk mendapatkan laba
yang diperoleh dari pemanfaatan aktiva yang dimiliki (Wicaksono, 2016). Suku bunga kredit
merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam atau harga jual yang harus dibayar oleh
nasabah peminjam kepada pihak bank (Kasmir, 2004).
Hubungan jumlah kredit yang disalurkan dengan tingkat suku bunga mempunyai hubungan
negatif, yang bermakna bahwa semakin rendah tingkat suku bunga maka semakin besar jumlah kredit
yang disalurkan (Ita,2014).
BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia
secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter
(Krisnawati, 2014). Tingkat suku bunga kredit ini mengacu kepada BI Rate, dapat diambil
kesimpulan bahwa BI Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar
rata-rata tertimbang suku bunga SBI-1 bulan hasil lelang OPT (Operasi Pasar Terbuka) berada di
sekitar BI Rate, selanjutnya suku bunga SBI-1 bulan tersebut diharapkan akan mempengaruhi suku
224 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
bunga pasar uang antar Bank (PUAB), suku bunga deposito dan kredit serta suku bunga jangka waktu
yang lebih panjang (Krisnawati, 2014).
Salah satu elemen modal kerja yang paling dibutuhkan dalam perusahaan yang melayani
penjualan dengan kredit adalah piutang.Piutang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang
serius agar risiko yang timbul dapat dihindarkan sekecil mungkin.Manajemen piutang sangat penting
bagi setiap operasi perusahaan sehari-hari.Dengan adanya manajemen piutang yang tepat maka
perusahaan dapat meminimalkan piutang yang tidak tertagih.
Pengelolaan piutang dalam suatu perusahaan menyangkut pada pengelolaan perputaran piutang
dan periode pengumpulan piutang.Perputaran piutang merupakan berapa kali piutang yang dimiliki
perusahaan berputar setiap tahun.Perputaran piutang erat kaitannya dengan periode pengumpulan
piutang.Hanafi (2010: 563) menyatakan semakin cepat piutang tersebut berputar maka semakin tinggi
efisiensi modal yang tertanam dalam piutang, dan semakin tinggi perputaran piutang maka semakin
pendek waktu pengumpulan piutang. Ini berarti piutang tersebut berputar cepat maka piutang akan
lebih cepat menjadi kas sehingga bisa dimanfaatkan kembali untuk operasi perusahaan. Muslich
(2003: 109) menyatakan “perusahaan terhadap kebijaksanaan yang mempengaruhi jumlah piutang
pada akhirnya mempengaruhi profitabilitas perusahaan”. Hal ini menunjukkan perusahaan dengan
segala kebijakannya terhadap piutang akan dapat meningkatkan pendapatan dan laba karena risiko
bad debt dapat diatasi sehingga profitabilitas perusahaan akan meningkat pula.
Selain tingkat suku bunga dan perputaran piutang, profitabilitas perbankan dapat dilihat
melalui faktor eksternal, yakni likuiditas. Risiko yang muncul sebagai akibat bank kesulitan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang sudah jatuh tempo disebut dengan Risiko Likuiditas
(liquidity risk).Dalam penelitiannya Widiantari dkk (2014), menyebutkan bahwa risiko likuiditas
merupakan salah satu risiko yang paling penting yang dihadapi oleh bank, karena masalah likuiditas
akan berdampak pada kinerja yang dihasilkan oleh perbankan. Apabila bank tidak dapat memenuhi
penarikan dana yang dilakukan oleh deposan atau debitur yang menerima pinjaman tidak dapat
mengembalikan dana yang dipinjamkannya ini dinamakan dengan risiko likuiditas (Handayani,
2009).
Menurut Febriyanti (2015), Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk menutupi
kewajibannya terhadap permintaan dana kreditor pada saat yang kurang tepat, dinyatakan dalam
jumlah diukur. Risiko likuiditas jika tidak dikelola dengan cara yang tepat, perusahaan dapat
menghadapi situasi likuiditas dan secara teknis akan bangkrut atau menghadapi kerugian. Risiko
likuiditas merupakan komponen penting dari kerangka manajemen risiko secara keseluruhan industri
jasa keuangan, menyangkut semua lembaga keuangan.
Salah satu LPD yang ingin peneliti teliti adalah LPD Desa Pakraman Padang Tegal. LPD Desa
Pakraman Padang Tegal merupakan salah satu jenis LPD yang memiliki komitmen yang tinggi untuk
menghimpun dana masyarakat dengan misi membangun perekonomian daerah menuju masyarakat
yang sejahtera dengan pelayanan maksimal. Perusahaan pembiayaan dalam usahanya sangat
berkaitan dengan kegiatan piutang.Kebijakan mengenai piutang harus dikelola dengan baik agar tidak
berakibat buruk dalam perusahaan. Perputaran piutang dan periode pengumpulan piutang dalam
perusahaan harus dijaga dengan baik sehingga akan membuat keuntungan-keuntungan bagi
perusahaan dan profitabilitas perusahaan akan meningkat.
Sesuai latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan perluasan
penelitian yang pernah ada untuk mengkaji tentang tingkat suku bunga , dan perputaran piutang
terhadap profitabilitas. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan LPD
Desa Pakraman Padang Tegal selama periode 2012-2016.Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat suku bunga, perputaran piutang, dan risiko
likuiditas terhadap profitabilitas di LPD Desa Pakraman Padang Tegal selama periode 2012-2016.
1.2 Pokok Permasalahan
Dari latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian
ini adalah:
225 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang
Tegal tahun 2012-2016?
2. Bagaimana pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang
Tegal tahun 2012-2016?
3. Bagaimana pengaruh risiko likuiditas terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang Tegal
tahun 2012-2016?
4. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga kredit, perputaran piutang, dan risiko likuiditas terhadap
profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang Tegal tahun 2012-2016?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman
Padang Tegal tahun 2012-2016.
2. Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman
Padang Tegal tahun 2012-2016.
3. Untuk mengetahui pengaruh risiko likuiditas terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang
Tegal tahun 2012-2016.
4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga kredit, perputaran piutang, dan risiko likuiditas
terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang Tegal tahun 2012-2016.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, tidak hanya bagi peneliti, namun juga
bagi pembaca, perusahaan dan pihak akademik/peneliti selanjutnya.
1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan membantu dalam
mengaplikasikan teori ke dalam dunia kerja.
2. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan, informasi dan
wawasan.
3. Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat membantu manajemen dalam meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
4. Bagi akademik, diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam proses pengembangan ilmu
akuntansi dan juga dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II. LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
2.1.1.1 Pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
LPD adalah lembaga keuangan non bank yang berpengaruh terhadap kelancaran
perekonomian dalam penyimpanan dana masyarakat berupa tabungan dan menyalurkan kembali
berupa kredit. LPD yang pertama, sebagai proyek percontohan didirikan pada tahun 1984 oleh
Gubernur Bali saat itu Prof. Dr Ida Bagus Mantra yang difungsikan sebagai lembaga penyalur
kredit pedesaan di Semarang, berdasarkan hasil seminar tersebut Provinsi Bali mengambil
langkah cepat dan visioner dengan mendirikan LPD.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan LPD
adalah menerima atau menghimpun dana dari masyarakat desa dalam bentuk tabungan dan
deposito, memberikan pinjaman hanya kepada masyarakat desa, menerima pinjaman dari
lembaga-lembaga keuangan dan menyimpan kelebihan likuiditasnya pada Bank Pembangunan
Daerah Bali. LPD sebagai lembaga keuangan desa mempunyai karakteristik khusus yang berbeda
dengan lembaga keuangan lainnya, sehingga dalam operasionalnya perlu dilakukan pembinaan
dan pengawasan.Lembaga yang berfungsi untuk memberikan pembinaan teknis, pengembangan
serta pelatihan bagi LPD adalah Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten/Kota (PLPDK).Kaidah-
kaidah manajemen yang digunakan LPD lebih sederhana dan disesuaikan dengan kondisi
lingkungan tempat didirikannya.Produk yang ditawarkan LPD sesuai dengan permintaan nasabah,
baik itu dalam hal tabungan maupun kredit.
226 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
LPD di Bali yang saat ini berjumlah 1.433 memiliki total aset sebesar Rp 14,6 triliun atau
dua kali lipat dari aset BPR di Bali.LPD yang memiliki aset diatas Rp 100 milyar hingga tahun
2016 mencapai 29 unit.5 Jumlah aset yang sangat besar ini adalah salah satu indikator betapa
strategisnya LPD sebagai penghimpun dana masyarakat yang harus dilindungi keberadaannya.
Jika LPD dapat terus eksis dan berkembang tentu dampaknya dalam mendorong perekonomian
masyarakat desa pakraman sangatlah luar biasa.
Dari 1.433 LPD di Bali, hanya 10% (sepuluh persen) yang dinyatakan tidak sehat. Ini
menunjukkan bahwa LPD mampu dan eksis bersaing dengan lembaga keuangan lain yang sejenis.
Pengertian LPD termuat dalam Pasal 1 Angka 11 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun
2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002
tentang Lembaga Perkreditan Desa, Sifat khas LPD juga dibedakan oleh instrumen pengelolanya,
yaitu dengan menggunakan instrumen komunikasi dan sosial budaya, seperti awig-awig,
pesangkepan, dan terutama tujuannya yaitu keberadaan LPD, lebih dimaksudkan untuk
membangun kemampuan keuangan masyarakat desa pakraman, dalam rangka menunjang misi
mereka untuk memelihara, menyangga, dan mengembangkan peradaban budaya Bali. Peradaban
budaya Bali yang menjadi landasan LPD menjadikan karakteristik LPD juga bersifat sosial,
komunal, religius (tidak hanya tanggungjawab secara fisik/sekala namun juga secara
nonfisik/niskala) Yaitu Lembaga Perkreditan Desa yang selanjutnya disebut LPD adalah lembaga
keuangan milik Desa Pakraman yang bertempat di wilayah Desa Pakraman.Peraturan Daerah
Propinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa Pasal 2 ayat (1)
menyatakan bahwa: “LPD merupakan badan usaha keuangan milik desa yang melaksanakan
kegiatan usaha di lingkungan desa dan untuk krama desa.”
LPD adalah lembaga keuangan yang bersifat sui generis.Sui generis berarti khusus, sesuatu
yang bersifat sangat khas, hanya ada satu pada jenisnya atau bersifat sangat berbeda dari yang
lainnya dalam lingkungan jenis itu. LPD sebagai suatu lembaga yang didirikan khusus untuk
kepentingan demi mensejahterakan masyarakat Desa Pakraman, dalam kegiatannya hanya
melayani masyarakat Desa Pakraman saja, LPD tidak melayani masyarakat diluar dari wilayah
Desa Pakraman tempat dimana LPD tersebut beroperasi. Oleh karena itu LPD dikatakan sebagai
lembaga keuangan yang memiliki sifat khusus.
LPD merupakan lembaga keuangan komunitas yang obyek pengaturannya bersifat khas
sehingga memerlukan perlakuan hukum yang bersifat khusus. Bersifat khas karena LPD berbeda
dengan lembaga keuangan lainnya yang bersifat umum, hal ini dapat dilihat pada sifat
keanggotaan LPD yaitu tertutup dan keharusan berbeda dengan sifat keanggotaan lembaga
keuangan pada umumnya misalnya Bank atau Bank Perkreditan Rakyat yang sifat
keanggotaannya adalah pilihan bebas pemegang saham atau koperasi yang sifat keanggotaannya
adalah sukarela. Sebagai lembaga keuangan komunitas LPD dibentuk oleh suatu satuan
komunitas, yang beroperasi dalam suatu wilayah komunitas, melayani transaksi keuangan
dilingkungan komunitas dan juga memenuhi tujuan-tujuan komunitas.Fungsi utama LPD ialah
kegiatan simpan pinjam dalam menyelenggarakan fungsinya LPD menggunakan sistem
manajemen keuangan modern hampir mendekati manajemen perbankan. LPD sebagai wadah
ekonomi desa didalam memberikan pelayanan pemberian kredit dipertegas dalam Pasal 7 ayat (1)
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 tentang Lembaga Perkreditan Desa
menyebutkan bahwa lapangan usaha LPD meliputi:
a. Menerima/menghimpun dana dari krama desa dalam bentuk keuangan dandeposito
b. Memberikan pinjaman hanya kepada krama desa
c. Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimum sebesar100% dari jumlah
modal, termasuk cadangan dan laba ditahan, kecuali batasan lainnya dalam jumlah pinjaman,
atau
d. dukungan/bantuan dana.
2.1.2 Suku Bunga
2.1.2.1 Pengertian Suku Bunga
227 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
Menurut Kasmir, (2002: 121) suku bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang
diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau
menjual produknya. Sunariyah (2006: 375) menyatakan suku bunga adalah bunga yang
dinyatakan sebagai persentasi dari modal. Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam
bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu:
1. Bunga Simpanan
Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yangmenyimpan
uangnya di bank.Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar kepada nasabahnya.
Sebagai contoh : jasa giro, bunga tabungan, bunga deposito.
2. Bunga Pinjaman
Bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah
peminjam kepada bank. Sebagai contoh: bunga kredit.
Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi
bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan
bunga pinjaman merupakan dana yang diterima dari nasabah. Bunga simpanan maupun bunga
pinjaman masing-masing mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga
simpanan tinggi maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian
pula sebaliknya
2.1.2.2 Fungsi Suku Bunga
Suku bunga mempunyai beberapa fungsi atau peran penting dalam perekonomian, yaitu:
a. Membantu mengalirkan tabungan berjalan ke arah investasi guna mendukung pertumbuhan
perekonomian.
b. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada
proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi.
c. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara.
d. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap
jumlah tabungan dan investasi.
2.1.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga
Seperti dijelaskan diatas bahwa untuk menentukan besar kecilnya tingkatsuku bunga
simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya. Artinya baik bunga simpanan maupun
pinjaman saling mempengaruhi disamping pengaruh faktor-faktor lainnya
Menurut Kasmir, (2002: 122) faktor-faktor utama yang mempengaruhibesar kecilnya
penetapan suku bunga adalah:
1. Kebutuhan dana
Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang
dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga
simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga
pinjaman. Namun apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan simpanan
sedikit maka bunga simpanan akan turun.
2. Persaingan
Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama
pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-
rata 16% maka, jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan
diatas bunga pesaing, misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus
berada dibawah bunga pesaing.
3. Kebijakan Pemerintah
Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi
bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
4. Target laba yang diinginkan
228 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga
pinjaman ikut besar dan sebaliknya.
5. Jangka waktu
Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini
disebabkan besarnya kemungkinan risiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika
pinjaman berjangka pendek, maka bunga relatif lebih rendah.
6. Hubungan baik
Biasanya bank menggolongkan antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder).
Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan
terhadap bank.Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank,
sehingga dalam penentuan suku bunganyapun berbeda dengan nasabah biasa.
2.1.2.4 Jenis-jenis Tingkat Suku Bunga
Menurut Indra Bastian dan Suhardjono (2006:209) jenis-jenis suku bunga:
1. Suku bunga deposito, terdiri dari suku bunga (counter) yaitu suku bunga yang tercantum pada
papan pengumuman masing-masing bank atau dimedia cetak dan suku negosiasi, suku
negosiasi diberikan kepada nasabah-nasabah besar dengan maksud agar dengan kelebihan
suku bunga tersebut mau menyimpan di bank yang bersangkutan.
2. Suku bunga tabungan, suku bunga yang di peruntukkan nasabah tabungan sebagai rangsangan
atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uang di bank.
2.1.2 Perputaran Piutang
2.1.2.1 Pengertian Piutang
Warren Reeve dan Fess (2008: 404) menyatakan bahwa yang dimaksud denganpiutang
adalah sebagai berikut: ”Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya,
termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”. Sedangkan menurut Mohammad Muslich
(2005: 52) ”Pada umumnya, piutang timbul karena adanya transaksi penjualan secara kredit”.
Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah
semua tuntutan atau tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul dari
adanya penjualan secara kredit.
2.1.2.2 Jenis Piutang
Warren Reeve dan Fess (2008: 405) mengklasifikasikan piutang ke dalam tiga kategori
yaitu piutang usaha, wesel tagih, dan piutang lain-lain, sebagai berikut:
1. Piutang Usaha
Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebihbanyak produk atau
jasa kepada pelanggan. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih
dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari.
2. Wesel Tagih
Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan
surat utang formal. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari.Wesel
bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang
usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang
(TradeReceivable).
3. Piutang lain-lain
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan
akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak
lancar.Piutang lain-lain (Other Receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang
dari pejabat atau karyawan perusahaan.
229 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
2.1.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang
Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktortersebut
diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Riyanto (2008: 85-87) sebagai berikut:
1. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah
investasi dalam piutang.
2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.Apabilaperusahaan
menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan
keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas.Syarat yang ketat misalnya dalam
bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada
pembayaran piutang yang terlambat.
3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit
yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi
masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang.
4. Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang
Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus
mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi
dengan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih cepat tertagih, sehingga
akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan
menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama,
sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.
5. Kebiasaan Membayar dari Para Langganan
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode Cash Discount akan
mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode setelah
Cash Discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang
tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.
2.1.3 Perputaran Piutang
Menurut Sawir (2005: 16) perputaran piutang atau receivable turn over adalah rasio yang
menunjukkan sejauh mana kecepatan perputaran piutang.Riyanto (2010: 90) juga berpendapat
bahwa rasio perputaran piutang menginformasikan berapa kali piutang diputar (diubah menjadi
kas) dalam setahun.Kasmir (2010: 131) menyatakan, perputaran piutang (turnover receivable)
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
periode.
Martono dan Harjito (2003) juga menambahkan, perputaran piutang adalah periode
terikatnya piutang sejak terjadinya piutang sampai piutang tersebut dapat ditagih dalam bentuk
uang kas dan akhirnya dapat dibelikan kembali menjadi persediaan dan dijual secara kredit menjadi
piutang kembali.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang
adalah periode terikatnya piutang yang menunjukkan berapa kali piutang tersebut berputar selama
periode tertentu sejak terjadinya piutang sampai piutang tertagih kembali kedalam kas
perusahaan.Agar perputaran piutang dalam perusahaan efektif dan efisien maka manajemen
perusahaan harus bisa mengelola perputaran piutang dengan baik.Piutang dalam perusahaan harus
selalu dalam keadaan berputar selama periode tertentu agar terhindar dari terjadinya bad debt.
Perusahaan dapat melakukan suatu tindakan untuk mempercepat perputaran piutang.
Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin tinggi pula profitabilitas pada perusahaan,
karena dengan perputaran piutang yang tinggi menyebabkan investasi yang sedikit pada piutang,
sehingga akan lebih cepat menjadi kas yang kemudian digunakan untuk investasi kembali dan
dapat meminimalkan risiko kerugian piutang (bad debts).
230 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
Hanafi (2010: 563) menyatakan, rata-rata periode pengumpulan piutang adalah periode dari
penjualan kredit terjadi sampai penjualan tersebut dibayarkan.Menurut Munawir (2004) jangka
waktu pengumpulan piutang adalah jangka waktu yang menunjukkan waktu rata-rata yang
diperlukan untuk menagih piutang.Sartono (2009) menambahkan “periode pengumpulan piutang
yaitu rata-rata hari yang diperlukan untuk merubah piutang menjadi kas”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa periode pengumpulan piutang adalah
waktu yang dibutuhkan bagi perusahaan untuk mengumpulkan piutang menjadi kas.Periode
pengumpulan piutang dapat memberikan tolok ukur mengenai lamanya waktu piutang yang
beredar.Apabila rata-rata jangka waktu penagihan piutang terlalu lama, hal ini disebabkan oleh
pengendalian piutang yang kurang terkontrol. Semakin lama hari pengumpulan piutang maka akan
berdampak buruk pada profitabilitas perusahaan. Sedangkan, semakin cepat hari pengumpulan
piutang maka akan berdampak baik bagi profitabilitas perusahaan.
Sartono (2010: 119) menyatakan bahwa semakin cepat periode berputarnya piutang
menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas.Syamsudin (2007)
menyatakan bahwa perputaran piutang (receivables turnover) adalah rasio yang memperlihatkan
lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas.Sudana (2011: 22) menyatakan semakin
tinggi perputaran piutang berarti semakin efektif dan efisien manajemen piutang yang dilakukan
perusahaan, dan sebaliknya.
Perputaran Piutang =𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
2.1.4 Risiko Likuiditas
2.1.4.1 Pengertian Likuiditas
Likuiditas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
operasional harian internal perusahaan.Likuiditas usaha adalah kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi. Likuiditas dapat ditunjukkan antara
lain dengan membandingkan pos-pos aset lancar dengan utang lancar pada satu periode tertentu
yang disebut current rasio (Sriyanto, 2011).
Likuiditas pada umumnya sebagai kepemilikan sumber dana yang memadai dan
memenuhi seluruh kebutuhan kewajiban yang akan jatuh tempo. Atau dengan kata lain
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih baik yang dapat diduga
ataupun yang tidak terduga. Dalam perbankan, likuiditas merupakan salah satu hal yang penting
dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut.Untuk itu setiap bank yang
beroperasi sangat menjaga likuiditasnya agar pada posisi yang ideal.
Dalam manajemen likuiditas bank berusaha untuk mempertahankan status rasio likuiditas,
memperkecil dana yang menganggur guna meningkatkan pendapatan dengan risiko sekecil
mungkin serta memenuhi kebutuhan cash flow-nya (Sriyanto, 2011).Jadi, tujuan dari likuiditas
adalah mencapai cadangan yang dibutuhkan yang telah ditetapkan oleh bank sentral karena kalau
tidak dipenuhi akan kena penalti dari bank sentral, kedua memperkecil dana yang menganggur
akan mengurangi profitabilitas bank dan mencapai likuiditas yang aman untuk menjaga proyeksi
cash flow dalam kondisi yang sangat mendesak misalnya penarikan dana oleh nasabah, dan
pengambilan pinjaman (Sriyanto, 2011).
Likuiditas adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan persediaan uang tunai dan
aset lain yang mudah dijadikan uang tunai. Bank dianggap likuid bila bank itu memiliki cukup
uang tunai atau aset likuid lainnya, serta kemampuan untuk meningkatkan jumlah dana dengan
cepat melalui sumber lainnya, untuk memungkinkan memenuhi kewajiban pembayaran dan
komitmen keuangan lain pada saat yang tepat. Selain itu juga harus ada likuiditas yang
menyangga yang memadai untuk memenuhi hampir setiap kebutuhan uang tunai yang
mendadak.Jadi, likuiditas adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan persediaan uang tunai
dan alat-alat likuid lainnya yang dikuasai bank yang bersangkutan.
Berapa likuiditas yang harus dipertahankan dan dalam bentuk apa, memerlukan perhatian
manajemen bank setiap saat karena:
a. Bank diharuskan untuk mematuhi ketentuan giro wajib minimum setiap hari.
231 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
b. Bank memerlukan likuiditas untuk memenuhi permintaan pinjaman musiman dan tarikan
yang tidak terduga.
c. Diperlukan untuk mengisi cadangan penyangga untuk sebagian penarikan deposit yang tidak
diperkirakan sebelumnya dan tidak dapat dipenuhi dengan penerimaan deposit yang baru,
maupun dengan setoran cicilan kredit, penerimaan pendapatan atau menambah hutang
(Darmawi, 2011).
2.1.4.2 Manajemen Likuiditas
Liability management (pengelolaan utang) adalah suatu proses dimana bank berusaha
mengembangkan sumber-sumber dana yang non tradisional melalui pinjaman di pasar uang atau
dengan menerbitkan instrumen utang untuk digunakan secara menguntungkan terutama untuk
memenuhi permintaan kredit. Teori ini menegaskan bahwa likuiditas sekarang ini bukanlah
masalah berat. Dana akan mudah diperoleh dengan cara meningkatkanbunga sertifikat deposito
yang ditawarkan. Bank-bank sekarang ini menyadari bahwa permintaan kredit bisa dipenuhi
dengan cara membeli likuiditas dipasar uang. Bank tidak lagi tergantung pada sumber dana
tradisional. Pemenuhan likuiditas bisa melalui sumber-sumber non tradisional seperti pinjaman
antar bank, penjualan sertifikat deposito, penerbitan surat berharga di pasar uang, dan lain-lain
(Darmawi, 2011).
2.1.4.3 Rasio Likuiditas
Ada dua konsep untuk indikator likuiditas yaitu:
a. Konsep Persediaan
Untuk mengukur likuiditas dan sudut pandang persediaan,orang harus membandingkan
jumlah aset yang likuid dengan kebutuhan likuiditas yang diperkirakan ini merupakan konsep
likuiditas yang agak sempit karena konsep ini tidak mempertimbangkan bahwa likuiditas
dapat diperoleh dari pasar kredit dan arus pendapatan.
b. Konsep Arus
Melihat likuiditas dari pendekatan arus, orang memperhatikan tidak hanya kesanggupan untuk
mengubah aset menjadi likuid tapi kesanggupan bank itu untuk meminjam dan memperoleh
uang tunai dari hasil oprasinya. Suatu standar likuiditas sulit untuk ditentukan, karena
permintaan masa depan tidak diketahui secara pasti.
Untuk memperoleh penilaian yang wajar atas posisi likuiditas bank diperlukan: 1) Suatu
ramalan kebutuhan uang tunai yang tepat 2) Tingkat aset likuid yang diperkirakan3) Arus
penerimaan uang tunai selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian, suatu ukuran likuiditas
yang baik harus memperhitungkan konsep arus kas, tapi ukuran likuiditas yang paling banyak
dipakai didasarkan atas konsep persediaan, yaitu:
a. LDR (Loan to Deposit Ratio)
Salah satu ukuran likuid dari konsep persediaan adalah rasio pinjaman terhadap
deposit.Kalau rasio meningkat ke tingkat yang lebih tinggi secara relatif bankir kurang
berminat untuk memberikan pinjaman atau investasi.Selain itu, mereka menjadi selektif kalau
standar dinaikkan dan kredit menjadi lebih sulit, maka suku bunga cenderung naik. Walaupun
rasio pinjaman terhadap deposit yang tinggi tidak pernah ditentukan acuannya, tapi rasio
tersebut merupakan kekuatan yang mempengaruhi keputusan pemberian pinjaman
daninvestasi. Rasio pinjaman terhadap deposit meningkat untuk semua bank. Peningkatan itu
akan lebih tinggi untuk bank yang lebih besar. Rasio yang lebih tinggi ini dapat dijelaskan
sebagian oleh kesanggupan dan kesediaan bank untuk mengatasi persoalan likuiditasnya
menggunakan manajemen liabilitas, atau melakukan pinjaman uang dari pasar uang, dan
bukan semata-mata menggantungkan diri dari penyesuaian aset, dan sebagian lainnya melalui
usaha bank untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Darmawi, 2011).
b. Cash Ratio
Ukuran likuiditas lainnya yang mencerminkan konsep persediaan mengaitkan aset likuid
terhadap total deposit atau total aset. Rasio kas terhadap total deposit misalnya, lebih baik
232 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
dalam beberapa hal dibandingkan dengan rasio pinjaman terhadap deposit karena rasio ini
mengaitkan aset yang likuid secara langsung dengan memperhatikan pinjaman (aset yang
paling likuid) terhadap deposit. Kelemahan utama rasio ini terletak pada kenyataan bahwa
sebagian besar kas tidak benar-benar tersedia untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
bank.Bagian kasdiperlukan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank. Kelemahan lainnya
misalnya kegagalan untuk memasukkan aset likuid lainnya, seperti Sertifikat Bank Indonesia
dan surat berharga likuid jangka pendek lainnya. Rasio ini tidak memberikan perhatian pada
kemampuan bank untuk mencari dana dari sumber lain (Darmawi, 2011).
2.1.5 Profitabilitas
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen
perusahaan (Brigham dan Gapenski, 2006).Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada suatu periode akuntansi.Saidi (2004)
dalam Martalina (2011) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam
memperoleh laba.Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang
dimilikinya (Chen, 2004).Petronila dan Mukhlasin (2003,) profitabilitas merupakan gambaran dan
kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan.Pengukuran profitabilitas dapat menggunakan
beberapa indikator seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan
tingkat pengembalian ekuitas pemilik.
Profitabilitas mempunyai arti penting bagi perusahaan karena merupakan salah satu dasar
untuk penilaian kondisi suatu perusahaan.Tingkat profitabilitas menggambarkan kinerja perusahaan
yang dilihat dari kemampuan perusahaan menghasilkan profit. Kemampuan perusahaan
memperoleh profit ini menunjukkan apakah perusahaan mempunyai prospek yang baik atau tidak
dimasa yang akan datang.
Ang (1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas dan rentabilitas menunjukkan
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.Kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi
perusahaan.Selain merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi
para penyandang dananya, laba perusahaan juga merupakan elemen dalam menentukan nilai
perusahaan.Efektivitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih yang didefinisikan dalam
berbagai rasio terhadap aktiva, misalnya rasio profitabilitas.Analisis profitabilitas menekankan
pada kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan kekayaan yang ada untuk menghasilkan laba
selang periode tertentu yang diukur melalui rasio-rasio profitabilitas, (Riyanto, 1999).
Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan rasio Return on Asset (ROA) karena dapat
menunjukkan bagaimana kinerja perusahaan dilihat dari penggunaan keseluruhan aset yang dimiliki
oleh perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia ROA
diformulasikan sebagai berikut berikut:
ROA =Profit Before Income Tax
Total Assets 𝑥 100%
2.1.6 Hubungan Antara Masing-masingVariabel
2.1.6.1 Hubungan Antara Tingkat Suku Bunga dengan Profitabilitas
Tingkat suku bunga kredit adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan
bagi bank.Peningkatan suku bunga kredit menandakan bahwa pendapatan bunga dari penyaluran
kredit juga meningkat, dengan meningkatnya pendapatan bunga maka profitabilitas mengalami
peningkatan.
Berdasarkan uraian tersebut, tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan profitabilitas mengalami peningkatan dengan asumsi bertambahnya tingkat suku
bunga kredit menyebabkan meningkatnya profitabilitas.
233 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
2.1.6.2 Hubungan Antara Perputaran Piutang dengan Profitabilitas
Piutang adalah elemen aktiva lancar yang timbul karena adanya penjualan
kredit.Timbulnya piutang diharapkan bisa menjadi solusi permasalahan yang timbul karena pihak
manajemen kesulitan untukmemaksakan penjualan tunai.Sehingga piutang bisa menjadi alternatif
agar persediaan bisa berputar hingga menjadi kas.Selain menjadi solusi piutang juga bisa menjadi
permasalahan apabila perputarannya tidak diawasi dengan benar.Perputaran piutang merupakan
periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung pada syarat pembayarannya, berarti
bahwa tingkat perputaran selama periode tertentu adalah semakin rendah.
Berdasarkan uraian tersebut semakin cepat periode berputarnya piutang menunjukkan
semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas sehingga profitabilitas meningkat.
2.1.6.3 Hubungan Antara Risiko Likuidasi dengan Profitabilitas
Likuiditas adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan persediaan uang tunai dan
asset lain yang mudah dijadikan uang tunai Bank dianggap likuid bila bank itu memiliki cukup
uang tunai, serta kemampuan untuk meningkatkan jumlah dana dengan cepat melalui sumber
lainnya untuk memungkinkan memenuhi kewajiban pembayaran dan komitmen keuangan lain
pada saat yang tepat, selain itu jug harus ada likuiditas yang menyangga yang memadai untuk
memenuhi hampir setiap kebutuhan uang tunai yang mendadak. Dari uraian tersebut semakin
besar risiko likuiditas maka semakin besar risiko penurunan profitabilitas.
2.2 Penelitian Sebelumnya
1) Setyawan (2009), mengenai pengaruh variabel perputaran modal kerja (perputaran kas, perputaran
piutang dan perputaran persediaan)terhadapprofitabilitas dengan teknik analisis regresi linear
berganda mendapatkan hasil bahwa variabel perputaran modal kerja perputaran kas, perputaran
piutang berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas sedangkan perputaran persediaan
berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
2) Handayani (2009) mengenai pengaruh variabel rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage
terhadap profitabilitas dengan teknik analisis regresi linier berganda, hasil dari pengujian ini
adalah variabel rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio laverage berpengaruh positif terhadap
profitabilitas.
3) Sulistiowati E (2009) menguraikan tentang pengaruh perputaran piutang dan perputaran
persediaan terhadap profitabilitas dengan menggunakan teknik analisis data regresi linier
berganda diperoleh hasil bahwa variabel perputaran piutang dan perputaran persediaan
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.
4) Sari (2010), mengenai pengaruh variabel efisiensi modal kerja, leverage, likuiditas dan firm size
dengan teknik analisis Regresi Linier berganda mendapatkan hasil bahwa variabel efisiensi modal
kerja, leverage, likuiditas dan firm size berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
5) Hersandy (2012) mengenai pengaruh variabel hutang jangka pendek dan perputaran piutang
terhadap profitabilitas dengan teknik analisa Regresi Berganda mendapatkan hasil bahwa variabel
hutang jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan perputaran piutang
berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
6) Sutika dan Sujana (2013), mengenai pengaruh variabel perputaran kas, penyaluran kredit,
efektivitas pengelolaan hutang, tingkat kecukupan modal terhadap profitabilitas dengan teknik
analisis Regresi Linier Berganda mendapatkan hasil bahwa variabel tingkat perputaran kas,
penyaluran kredit dan efektivitas pengelolaan hutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Variabel tingkat kecukupan modal berpengaruh negative terhadap profitabilitas.
7) Astini dkk (2014), mengenai pengaruh variabel perputaran kas dan perputaran piutang dengan
teknik analisis Regresi Linier Berganda mendapatkan hasil bahwa variabel tingkat perputaran kas
dan tingkat perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomis.
8) Suarmi dkk (2014) menguraikan tentang pengaruh tingkat suku bunga kredit dan pertumbuhan
jumlah nasabah kredit terhadap profitabilitas dengan menggunakan analisis regresi linier berganda
234 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
diperoleh hasil tingkat suku bunga kredit dan pertumbuhan jumlah nasabah kredit berpengaruh
positif signifikan terhadap profitabilitas.
9) Ita (2014), Variabel dependen yang digunakan dalam penelitiannya adalah profitabilitas
sedangkan variabel Independennya adalah risiko kredit, perputaran kas, likuiditas,tingkat
kecukupan modal,efisiensi operasional. Teknik analisis data yang digunakanadalah regresi
berganda. Hasil dari penelitiannya adalah perputaran kas likuiditas, tingkat kecukupan modal
berpengaruh positif terhadap profitabilitas, variabel risiko kredit, efisiensi operasional
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.
10) Wicaksono(2016), mengenai pengaruhperputaran modal kerja,likuiditas, perputaran asset lancar
dan kas berbanding total aktiva terhadap profitabilitas denganteknik analisis regresi linier
berganda mendapatkan hasil bahwavariabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran
piutang,perputaran persediaan dan kas berbanding total aktiva tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas, variabel likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas.
11) Widiantari dkk (2014), mengenai pengaruh variabel tingkat suku bunga dan perputaran piutang
terhadap rentabilitas ekonomis dengan teknik analisis regresi linier berganda mendapatkanhasil
bahwa variabel tingkat suku bunga dan perputaran piutang berpengaruh positif terhadap
rentabilitas ekonomis.
12) Febriyanti (2015), Variabel yang digunakan dalam penelitiannya adalah variabel dependen
profitabilitas sedangkan variabel Independennya adalah efisiensi modal kerja,risiko likuiditasdan
solvabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil dari pengujian ini
adalah variabel risiko likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas, efisiensi modal kerja
dan solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
13) Hendiartha dkk (2015) mengenai pengaruh variabel kecukupan modal, likuiditas, NIM dan
perputaran kas terhadap profitabilitas dengan teknik analisis Regresi Linier Berganda
menunjukkan hasil bahwa variabel kecukupan modal, likuiditas, NIM berpengaruh positif
sedangkan perputaran kas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
14) Krisnawati dan Chabachib (2015),mengenai pengaruh variabel CAR, NIM, GCG, LDR, NPL dan
PDN teknik analisis regresi linier berganda mendapatkan hasil bahwa NIM berpengaruh positif
terhadap ROA variabel CAR, GCG, LDR, NPL berpengaruh negatif terhadap ROA, PDN tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA.
15) Rini (2015) mengenai variabel modal kerja, perputaran kas perputaran piutang dan peputaran
persediaan terhadap profitabilitasdengan menggunakan analisis regresi linier berganda diperoleh
hasil bahwa variabel perputaran modal kerja, perputaran kas perputaran piutang dan perputaran
persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
16) Paramithari dkk (2016), Variabel yang digunakan dalam penelitiannya Kemampuan
capital,asset,earnings dan liquidity terhadap pertumbuhan laba teknik analisis data yang
digunakan adalah regresi berganda. Hasil dari pengujian ini adalah variabel CAR, PPAP, ROA
dan LACLR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba, KAP dan LDR berpengaruh negatif
pada pertumbuhan laba.
17) Ulandari dkk (2016) mengenai pengaruh variabel CAR, LDR, dan BOPO terhadap profitabilitas
dengan teknik analisis Regresi Linier Berganda mendapatkan hasil bahwa variabel CAR, LDR,
berpengaruh positif terhadap profitabilitas sedangkan BOPO berpengaruh negative terhadap
profitabilitas.
18) Pranata (2016) mengenai Pengaruh suku bunga kredit dan debitur terhadap profitabilitas dengan
teknik analisis regresi linier berganda .dengan hasil variabel debitur berpengaruh positif terhadap
profitabilitas, variabel suku bunga kredit berpengaruh negative terhadap profitabilitas.
19) Aritonang (2017) mengenai pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang terhadap
profitabilitas dengan menggunakan analisis regresi berganda diperoleh hasil penelitian yaitu
variabel perputaran persediaan dan perputaran piutang berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap profitabilitas.
235 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
20) Irawati (2017) mengenai pengaruh variabel efisiensi modal,likuiditas, dan leverage terhadap
profitabilitas dengan teknik analisa Regresi Linier Berganda mendapatkan hasil bahwa variabel
efisiensi modal kerja, likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas sedangkan
leverage berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
21) Novitasari (2018) mengenai pengaruh variabel NPL, LDR, BOPO, Spread management dan
tingkat suku bunga terhadap profitabilitas dengan teknik analisis Regresi Linier Berganda
mendapatkan hasil bahwa variabel LDR, Spread management dan tingkat suku bunga
berpengaruh positif terhadap profitabilitas, NPL dan BOPO berpengaruh negatif terhadap
profitabilitas.
BAB III. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama periode
tertentu (Munawir, 2014),sedangkan menurut Riyanto (2008:36) profitabilitas merupakan
kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba atau ukuran dalam mengukur efektivitas
pengelolaan menajemen perusahaan. Perusahaanyang tingkat profitabilitasnya cenderung mengalami
peningkatan dapat meningkatkan daya saing perusahaan.Jika tingkat profitabilitasperusahaan tersebut
tinggimaka perusahaan tersebut memiliki peluang yang besar dalam pengembangan usahanya dengan
tingkat investasi yang juga lebih besar dari keputusan manajemen perusahaan.Keberadaan
profitabilitas di dalam suatu perusahaan sangat penting baik untuk penyimpan, pemilik, masyarakat
dan pemerintah.Profitabilitas pada LPD merupakan kemampuan LPD dalam menghasilkan laba dari
aktifitas operasionalnya.
Suku bunga bankdapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan
prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya (Kasmir, 2002 :121).
Menurut Bofondo dan Ropele (dalam Anatia Yulia, 2014) tingkatsuku bunga kredityang tinggi
merupakan alternative yang berpotensi merugikan untuk debitur.Tingkat suku bunga kredit juga
berpengaruh terhadap permintaan kredit. Menurut Mishkin (dikutip oleh Gently, 2013), menyatakan
bahwa semakin tinggi perkiraan suku bunga dimasa depan, maka semakin menurun permintaan
kredit. Pada sisi profitabilitas pendapatan bunga (interest income) dari kredit mempunyai peranan
yang menonjol dalam keseluruhan pendapatan bank.Melalui tingkat suku bunga kredit yang
optimal.LPD diharapkan dapat lebih meningkatkan keuntungan demi peningkatan usahanya.Dalam
lingkup eksternal tingkat suku bunga sangat berperan terhadap arus modal masuk dan keluar.
Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu,
perusahaan atau organisasi lainnya (Warren Reeve dan Fess,2008 :404). Sedangkan menurut
Mohammad Muslich (2005 : 52) pada umumnya, piutang timbul karena adanya transaksi penjualan
secara kredit, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau
tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul dari adanya penjualan secara
kredit.
Likuiditas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional
harian internal perusahaan.Likuiditas usaha adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi. Likuiditas dapat ditunjukkan antara lain dengan
membandingkan pos-pos asset lancar dengan utang lancar pada satu periode tertentu yang disebut
current rasio (Sriyanto, 2011). Sedangkan menurut James O. Gill dalam Kasmir (2012 :130)
menyebutkan rasio likuiditas, mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat di konversikan
atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan dan seluruh kewajiban lainnya yang
sudah jatuh tempo.
Berdasarkan konsep-konsep dasar teori yang dijelaskan diatas, peneliti ingin mengetahui
seberapa besar pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba bank. Dalam penelitian ini, rasio
keuangan yang digunakan antara lain Tingkat Suku Bunga Kredit, Perputaran Piutang, Risiko
Likuiditas, dan Profitabilitas. Dalam kaitannya dengan uraian tersebut maka dapat disajikan alur
kerangka pemikiran yang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
Gambar 3.1
236 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
Kerangka Berpikir
Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit, Perputaran Piutang, dan Risiko Likuiditas
Terhadap Profitabilitas
3.2 Hipotesis
3.2.1 Tingkat Suku Bunga Kredit Berpengaruh Terhadap Profitabilitas
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006:294) menyatakan bahwa tingkat suku bunga kredit
adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan bagi bank.Peningkatan suku bunga
kredit menandakan bahwa pendapatan bunga dari penyaluran kredit juga meningkat, dengan
meningkatnya pendapatan bunga maka profitabilitas mengalami peningkatan.
Hasil yang sama mengenai pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap profitabilitas
ditemukan oleh Novitasari (2018) yaitu tingkat suku bunga kredit memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap profitabilitas. Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Pranata
(2016) menyatakan bahwa tingkat suku bunga yang tinggi berdampak pada penurunan profitabilitas
para perusahaan.Kenaikan suku bunga mengakibatkan penurunan pengeluaran investasi, dengan
tingginya tingkat suku bunga kredit, hal ini akan sangat meresahkan para pengusaha karena dana
yang ditawarkan terlalu mahal sehingga permintaan kredit para pengusaha menurun kepada pihak
perbankan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 = Tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang
Tegaltahun 2012-2016.
3.2.2 Perputaran Piutang Berpengaruh Terhadap Profitabilitas
Piutang merupakan elemen aktiva lancar yang timbul karena adanya penjualan kredit.
Timbulnya piutang diharapkan bisa menjadi solusi akan permasalahan yang timbul karena pihak
manajemen kesulitan untuk memaksakan penjualan tunai, sehingga piutang bisa menjadi alternatif
agar persediaan bisa berputar hingga menjadi kas. Selain menjadi solusi, piutang juga bisa menjadi
permasalahan apabila perputarannya tidak diawasi dengan benar, (Riyanto,2001:90), perputaran
piutang merupakan periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung pada syarat
pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya, berarti bahwa tingkat
perputarannya selama periode tertentu adalah semakin rendah.
Aritonang (2017) dan Rini (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa perputaran
piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H2 = Perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang
Tegal tahun 2012-2016.
3.2.3 Risiko Likuiditas Berpengaruh Terhadap Profitabilitas
TINGKAT SUKU
BUNGA (X1)
PROFITABILITAS
(Y)
PERPUTARAN
PIUTANG
(X2)
H1
H3
H2
RISIKO
LIKUIDITAS
(X3)
237 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
Penelitian terdahulu terkait pengaruh kredit bermasalah terhadap profitabilitas perbankan
memiliki hasil yang bervariasi (positif dan negatif).Krisnawati dan Chabachib (2014), meneliti
pengaruh risiko likuiditas terhadap kinerja perbankan.Hasilnya bahwa NPL berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas perbankan. Hal ini dikarenakan dengan besarnya jumlah NPL maka akan
mengurangi profitabilitas bank. Dengan demikian, bank harus secara berkala memantau debitur
jangka panjang.NPL menunjukkan adanya risiko kredit yang denga cepat dapat berubah menjadi
krisis likuiditas yang parah.Kasmir (2008 : 225) menyatakan bahwa Loan Deposit Ratio (LDR)
adalah rasio yang mengukur jumlah kredit yang disalurkan dibandingkan dengan dana pihak ketiga
ditambah modal sendiri. Semakin besar jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk
kredit maka jumlah dana yang menganggur berkurang dan penghasilan bunga yang diperoleh akan
meningkat.
Penelitian lain dilakukan oleh Febriyanti (2015) mengenai risiko likuiditas dan dampaknya
terhadap kinerja perbankan di Indonesia yang hasilnya menyatakan bahwa semakin tinggi LDR
maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat tetapi dengan asumsi bahwa bank
tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif sehingga diharapkan jumlah kredit
macetnya rendah.Sementara itu Krisnawati (2014), meneliti analisis pengaruh deposito, cadangan
kas, risiko likuiditas, dan non performing loan terhadap laba bank.Hasilnyamenyatakan bahwa
deposito, cadangan kas, dan NPL berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba, sedangkan
risiko likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Berdasarkan
penelitiantersebut, penulis merumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:
H3 = Risiko likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang
Tegaltahun 2012-2016.
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada LPD DesaPakraman Padang Tegal,Kecamatan Ubud, Kabupaten
Gianyar.
4.2 Obyek Penelitian
Obyek dari penelitian ini adalah tingkat suku bunga kredit, perputaran piutang, risiko
likuiditas, dan profitabilitas yang terdapat pada LPD Desa Pakraman Padang Tegal Tahun2012-2016.
4.3 Identifikasi Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2013 : 59). Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Variabel independen (bebas), yaitu variabel yang menjelaskan dan mempengaruhi variabel lain.
2. Variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel
independen.
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2013). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah tingkat suku bunga kredit (X1), perputaran piutang (X2), dan risiko likuiditas (X3).
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2013).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas (Y).
4.4 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel merupakan definisi yang diberikan kepada variabel dengan tujuan
memberikan arti atau menspesifikasikannya. Adapun variabel yang dianalisis dalam penelitian ini
didefinisikan sebagai berikut:
1) Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga sering digunakan sebagai ukuran pendapatan yang diperoleh oleh para
pemilik modal, tingkat bunga ini disebut dengan bunga simpanan atau bunga investasi
238 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
(Neorirawan, 2012:92).Tingkat suku bunga dalam penelitian ini dicerminkan dengan nilai BI Rate
per tahunnya. BI Rate dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan data BI Rate yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia per 31 Desember setiap tahunnya selama periode tahun 2012-2016 dan
dinyatakan dalam satuan persen.
2) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Menurut Harahap (2013:308) rasio perputaran piutang atau ReceivableTurn Over (RTO)
menunjukkan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar rasio ini maka semakin baik karena
penagihan piutang dilakukan dengan cepat.Rasio perputaran piutang ini juga dapat dikonversikan
ke hari. Rumus dari rasio perputaran piutang menurut Harahap (2013:308) adalah :
RTO =Penjualan Kredit Bersih………………………………............... (1)
Rata-rata Piutang
3) Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas / Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio perbandingan antara total kredit
yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank. LDR akan
menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan DPK yang dihimpun oleh bank yang
bersangkutan. Besarnya tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) yang ditentukan oleh bank
Indonesia adalah sebesar 110%. Dalam penelitian ini digunakan perbandingan antara total kredit
yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK) pada LPD Desa Pakraman Padang Tegal
Kec. Ubud,selama tahun 2012-2016.Satuan yang digunakan dalam rasio Loan to Deposito Ratio
(LDR) adalah persentase dan formulanya dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyadi, 2006:165)
LDR = Total Kredit yang Diberikan= x100 % ………………………(2)
Total DPK
4) Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau ukuran efektivitas
pengelolaan manajemen perusahaanagar perusahaan mengetahui berapa laba yang diperoleh
dalam satu periode tertentu (Wiagustini, 2010:76). Dalam penelitian rasio profitabilitas yang
digunakan adalah Return on Assets (ROA), yaitu rasio profitabilitas yang menunjukkan
perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset bank pada LPD Desa Pakraman
Padang Tegal Kec. Ubud selama tahun 2012-2016. Satuan yang digunakan dalam Return on
Assets (ROA) adalah persentase dan formulanya dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyadi,
2006:156).
ROA= Laba Sebelum Pajak= x 100%...................................................(3)
Total asset (rata-rata)
4.5 Jenis Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi data
kuantitatif dan data kualitatif.
1) Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka dan dapat dihitung seperti laporan
keuangan dan perhitungan tingkat suku bunga, perputaran piutang, dan profitabilitas LPD Desa
Pakraman Padang Tegal .
2) Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka dan berfungsi sebagai keterangan yang
dapat memberikan deskripsi mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, seperti
literatur-literatur pembahasan penelitian sebelumnya dan teori-teori variabel yang diteliti.
4.6 Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer.Data sekunder adalah data
yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian.Data sekunder peneliti diperoleh dari laporan
keuangan seperti laporan neraca dan laporan laba rugi LPD Desa Pakraman Padang Tegal.
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya
yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi
dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda). Dengan kata lain, peneliti membutuhkan
239 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
pengumpulan data dengan cara menjawab pertanyaan riset (metode survei) atau penelitian benda
(metode observasi).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data
sekunder, di mana data yang diperoleh penulis merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung,
artinya data-data tersebut berupa data primer yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan
oleh pihak lain. Data-data yang digunakan diperoleh dari laporan keuangan tahunan berupa neraca
dan laba rugi dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
4.7 Metode Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (2014) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek/subjek
yang mempunyai kuantitas & karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.Populasi yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan berupa
laporan neraca dan laba rugi dimulai pada saat LPD Desa Pakraman Padang Tegalberdiri sejak tahun
2000 sampai dengan tahun 2016 yakni selama 16 tahun.
Sedangkan Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti yang sudah tentu
mampu secara representative dapat mewakili populasinya.dalam penelitian ini teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah dengan purposive sampling. Teknik Purposive Sampling yaitu metode
pengambilan sampel berdasarkan pada pertimbangan subjektif peneliti, dimana ada syarat yang harus
dipenuhi agar mendapat sampel yang representative (Sugiyono, 2014).Purposive Samplingdilakukan
dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan
atas adanya tujuan tertentu (Arikunto,2010). “Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan bulanan berupa laporan neraca dan laba rugi dari tahun 2012 sampai dengan tahun
2016” (selama 5 tahun).
Tabel 4.1
Metode Penentuan Sampel
No Tahun Bulan
1 2012 12
2 2013 12
3 2014 12
4 2015 12
5 2016 12
Jumlah 60
Sumber : Laporan Perkembangan LPD Padang Tegal (2012-2016)
4.8 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung diperusahaan yang menjadi objek penelitian.
Data yang diperoleh merupakan data primer yang diperoleh dengan cara:
a. Observasi (Pengamatan Langsung)
Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke bagian staf keuangan dan operasional
serta ke bagian administrasi kredit untuk memperoleh data yang diperlukan.
b. Wawancara Langsung
Teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang
terkait dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada
bagian staf keuangan dan operasional serta ke bagian administrasi kredit yaitu mengenai
tingkat suku bunga kredit, perputaran piutang, dan profitabilitas.
c. Dokumen-dokumen
Pengumpulan data dengan cara mencatat data yang berhubungan denganmasalah yang akan
diteliti dari dokumen-dokumen yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan penelitian ini
240 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
diharapkan akan memperoleh datamengenai tingkat suku bunga kredit, perputaran piutang,
dan profitabilitas, dan informasi-informasi lain yang diperlukan.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku-buku di perpustakaan dan tulisan-tulisan
yang berkaitan dengan masalah-masalah yang akan diteliti oleh penulis. Selain itu, penulis
melakukan browsing, yaitu pengumpulan data atau informasi dengan mengamati lewat internet
untuk mengetahui objek penelitian.
4.9 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif sehingga dapat
menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini.teknik-teknik analisis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1) Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga kredit, perputaran
piutang, dan profitabilitas. Model persamaan regresi yang digunakan (Sugiyono, 2012):
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3
Di mana:
Y = Profitabilitas
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi dari Tingkat Suku Bunga (X1)
b2 = Koefisien regresi dari Perputaran piutang(X2)
b3 = Koefisien regresi dari Risiko Likuiditas(X3)
X1 = Tingkat Suku Bunga
X2 = Perputaran piutang
X3 = Risiko Likuiditas
2) Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik perlu dilakukan agar regresi linier berganda bisa memberikan manfaat
dengan benar, di mana model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi antar variabel
bebasnya, tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi heteroskedastisitas dan data berdistribusi
normal. Regresi linier didasarkan pada Ordinary Least Square (OLS)atau metode kuadrat terkecil,
maka ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil prediksi yang baik
(BLUE: Best Linier Unbiased Estimation).Ghozali (2012: 143) menyebutkan asumsi dasar yang
sering disebut Asumsi Klasik, meliputi uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas dan uji normalitas. Uji asumsi klasik dilakukan dengan bantuan komputer
menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS) 23.0 for Windows.
a) Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel
ini tidak orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas
sama dengan nol.
Multikolinearitas dapat dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya b) variance inflation
factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
tinggi (karena VIF=1/tolerance) dan menunjukan adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cutoff
yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan VIF di atas 10.
b) Uji autokorelasi
Uji ini mensyaratkan bahwa variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri.
Untuk mendeteksi gejala autokorelasi kita menggunakan uji Durbin-Watson (DW), bila nilai
DW mendekati 2 maka tidak terjadi gejala autokorelasi Ghozali (2012: 107).
c) Uji heteroskedastisitas
241 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
Asumsiheteroskedastisitas artinya bahwa varians dari residual tidak sama untuk satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendapatkan hasil prediksi yang efisien Best
Linier Unbiased Estimation (BLUE) diharapkan varians residualnya adalah sama (tidak ada
heteroskedastisitas). Pengujian asumsi ini bisa dilakukan dengan melihat gambar scatterplot
dari output regresi. Bila penyebaran residualnya ada diantara nol dan tidak membentuk pola-
pola tertentu maka bisa disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Mendeteksi ada atau tidak heteroskedastisitas dipertegas dengan uji Glejser.Glejser
mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen.Jika
variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel independen, maka
indikasi terjadi heteroskedastisitas.
d) Uji normalitas
Ketentuantidak mengandung adanya heteroskedastisitas diketahui jika probabilitas
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% (Ghozali, 2012 : 143).Uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau
tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Uji statistik yang digunakan untuk menguji
normalitas residual adalah uji statistik non-parametrikKolmogrof-Smirnov (K-S). Uji K-S
dilakukan dengan membuat hipotesis :
H0 : data residual terdistribusi normal
Ha : data residual tidak terdistribusi normal
Apabila nilai K-S diatas 0,05 maka berdistribusi normal, namun apabila dibawah 0,05 maka
tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2012: 160-164).
Setelah diketahui model regresi berganda mendapatkan hasil prediksi yang baik atau bisa
memberikan manfaat dengan benar, maka analisis selanjutnya yaitu menguji kelayakan model dan
pengujian hipotesis menggunakan t-test, baru bisa dilakukan dengan bantuan komputer
menggunakan SPSS 23.0 for Windows.
3) Uji Kelayakan Model (Uji F)
Uji F digunakan untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan sehingga nilai
koefisien regresi secara bersama-sama dapat diketahui.Nilai F-hitung diperoleh dari hasil regresi
pada tabel Anova dengan menggunakan program SPSS 23.0 for Windows. Level of significant
menggunakan derajat kepercayaan 95 persen atau tingkat kesalahan 5 persen (α = 0,05).
Mengetahui porsi variabel terikat Y yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas X
adalah dengan melihat tingkat signifikansi pada tabel Anova (kolom sign.) yang terdapat dalam
outputSPSS 23.0 for Windows. Apabila tingkat signifikansi F (sign. F) ≤ α = 0,05 maka model
regresi layak digunakan, sebaliknya apabila tingkat signifikansi F (sign. F) > α = 0,05 maka
model regresi tidak layak digunakan.
4) Uji Hipotesis (t-test)
T-test digunakan untuk menguji apakah tingkat suku bunga, perputaran piutang, dan
risecara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan atau hanya kebetulan saja terhadap
profitabilitas.
Rumus (Sugiyono, 2012: 246):
t =bi
i
S
b
dimana:
t = Nilai t hitung
bi = Koefisien regresi parsial ke-i dari regresi sampel.
Sbi = Kesalahan standar koefisien regresi (Standard error of regresion)
Langkah-langkah uji statistiknya adalah:
a) Menentukan formulasi hipotesis
Ho : bi=0, tidak ada pengaruh signifikan secara parsial tingkat suku bunga, perputaran
piutang, dan risiko likuiditasterhadap profitabilitas
242 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
Hi : bi>0, ada pengaruh positif dan signifikan secara parsial antara tingkat suku bunga,
perputaran piutang, dan risiko likuiditasterhadap profitabilitas
b) Menentukan level of significant
Menggunakan kepercayaan 95 persen atau tingkat kesalahan 5 persen (α = 0,05).
c) Menentukan besarnya t-hitung
Nilai t-hitung diperoleh dari hasil regresi dengan program SPSS 17.0 for Windows.
d) Menentukan penerimaan dan penolakan Ho
Apabila tingkat signifikansi t (sign. t) ≤ α = 0,05 maka Ho ditolak atau Hi diterima, berarti
pengaruh signifikan. Sebaliknya apabila tingkat signifikansi t (sign. t) > α = 0,05 maka Ho
diterima atau Hi ditolak, berarti pengaruh tidak signifikan.
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 GambaranUmum Lembaga Perkreditan Desa
5.1.1 Sejarah Lembaga Perkreditan Desa
Jauh sebelum adanya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Bali, hampir diseluruh desa telah
tumbuh dan berkembang sekaa-sekaa yang bergerak dalam usaha simpan pinjam. Semua bernuansa
ke balian dengan nafas budaya hindu yang terorganisir secara tradisional dengan modal
kepercayaan saling pengertian, sehingga berjalan sesuai dengan irama dan tujuannya melestarikan
adat dan budaya leluhur kebalian yang ajeg.
Bertitik tolak dari masalah tersebut timbullah program pemerintah propinsi bali dalam
bentuk kebijaksanaan untuk melestarikan dan mengembangkan sekaa tradisional sampai lembaga
desa adat yang sekarang disebut desa pakraman menjadikan suatu lembaga formal yang dapat
menunjang dan membantu dalam pengembangan perekonomian masyarakat pedesaan. Dalam era
kepemimpinan Gubenur Bali Bapak Prof. Ida Bagu Mantra (Alm.) bersama jajarannya mengadakan
kunjungan kerja dan study banding ke Sumatra.Disana ada lembaga keuangan milik adat yang
berkembang dengan baik yang bernama “lumbung pitik nagari”. Selang beberapa bulan di
semarang diadakan seminar tentang Lembaga Keuangan Desa atau Badan Kredit Desa dari hasil
seminar tersebut beliau melihat potensi bali yang kaya akan kasanahnya.
Dengan latar belakang tersebut didirikanlah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) berdasarkan
keputusan Gubenur Kepala Daerah TK. 1 Bali No. 972 tanggal 01 november 1984 tentang
pendirian LPD di provinsi Bali. Untuk pertama kalinya pada tahun 1985 di masing-masing
kabupaten dibentuklah 1 unit LPD yang merupakan badan usaha simpan pinjam milik desa
pakraman dengan modal awal Rp. 2000.000,-. Dalam perkembangan lebih lanjut LPD di bali telah
menunjukkan peranannya dalam mendorong pembangunan ekonomi masyarakat dan melalui
tabungan yang terarah serta penyaluran modal yang efektif, menciptakan pemerataan dan
kesempatan berusaha dan tenaga kerja sehingga pendirian LPD tersebut selanjutnya dikukuhkan
dengan peraturan daerah nomer 2 tahun 1988 tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD) .
Dengan keyakinan beliau LPD bisa berkembang dengan baik melihat ekonomi di
pedesaan, didukung oleh sekaa-sekaa yang ada akan mampu mengumpulkan dana, pada saat
tertentu hasil tersebut dibagi untuk keperluan adat dan keagamaan. Dengan dibentuknya LPD
diharapkan perputaran roda ekonomi dan keuangan di pedesaan berjalan dengan baik.Untuk
mendapatkan kepercayaan, diharapkan awalnya LPD digerakkan dan disosialisasikan oleh bendesa
atau prajuru desa. Ditahun 1987 di Kabupaten Gianyar desa pakraman padang tegal kecamatan
ubud bersama pakraman bono, kecamatan blahbatuh diberikan kepercayaan untuk mendirikan dan
mengelola LPD, bersama 16 desa pakraman yang ditunjuk seluruh bali. Tentunya disetiap desa
pakraman mempunyai sejarah getir pahitnya mengemban kepercayaan yang diberikan untuk
menjadikan lembaga ini tetap ajeg.
Keberadaan LPD Desa Adat Padang Tegal sebenarnya sudah diketahui /disosialisasikan
kepada prajuru ataupun karma desa, dikukuhkan dengan turunnya SK Gubenur dan Bupati
Gianyar. Antusias masyarakat menyambut gagasan Gubenur Bali pada saat itu Prof. Dr. I B
Mantra (Alm.). Dengan mendirikan suatu lembaga atau lumbung desa guna menunjang kelancaran
desa adat atau desa pakraman dengan nilai-nilai agama dan budaya.Pada tanggal 22 Februari 1997
56
243 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
pendirian lembaga perkreditan desa (LPD).Seperti keberadaan LPD lainnya, LPD desa pakraman
baru bisa di dirikan. Perarem desa pakraman padang tegal No. 04 Tahun 2005, tentang lembaga
perkreditan desa (LPD). Seperti keberadaan LPD lainnya, LPD desa pakraman padang tegal dalam
awal mulanya sangatlah sulit diterima dengan beberapa hal situasi dan kondisi saat itu antara lain :
- Keberadaan wadah ekonomi seperti koperasi kurang mendapatkan kepercayaan
- Lembaga keuangan bank pemerintah dan swasta sudah dikenal masyarakat
- Belum adanya sumber daya manusia (SDM) yang mau dan mampu untuk mengelolanya dan
hal-hal lainnya yang sangat mendukung keberadaan LPD.
Dengan modal awalnya sebesar Rp. 4.500.000,- dari Gubenur provinsi bali dan Bupati Gianyar,
mulai beranjak karma desa adat mau meminjam dan menaruh uangnya di LPD.
5.1.2 Job Description Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
1) Desa Adat
a) Tugas Desa Adat
Desa Adat mempunyai tugas memberikan masukan dan pengawasan dalam rangka
pengembangan LPD, mengesahkan rencana LPD dan berkewajban memberikan informasi
tentang jalannya LPD Desa Pakraman Padangtegal.Desa adat bertanggung jawab kepada
warga desa adat dalam hal kewajiban yang harus dipenuhi oleh LPD baik kewajiban jangka
pendek maupun kewajiban jangka panjang.
2) Badan Pengawas
a) Tugas badan pengawas adalah sebagai berikut :
1) Mensosialisasikan keberadaan LPD
2) Memotivasi dan meningkatkan kerja LPD
3) Mengawasi proses penyaluran kredit dan penanganan kredit macet atau bermasalah.
b) Tanggung jawab badan pengawas yaitu :
Bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan oleh Desa Adat.
3) Kepala Lembaga Perkreditan Desa
a) Tugas Kepala LPD sebagai berikut:
1) Mengawasi, mengkoordinir, menertibkan semua kegiatan LPD sehingga pelaksanaannya
sesuai dengan ketentuan tata kerja dan prosedur yang berlaku.
2) Membuat kebijaksanaan Lembaga Perkreditan Desa yang bersifat umum dan khusus
b) Tanggung jawab Kepala LPD yaitu :
Bertanggung jawab kepada Badan Pengawas dan Desa Adat atas tugas yang dibebankan
kepadanya.
4) Tata Usaha
a) Petugas Administrasi dan Umum
1) Tugas Administrasi dan Umum yaitu:
a) Mengawasi, mengkoordinir dan bertanggung jawab atas kelancaran tugas- tugas di
bagian administrasi.
b) Menyimpan dokumen-dokumen penting dari hasil transaksi termasuk dokumen
pegawai.
c) Menerima dan menyalurkan surat-surat dinas untuk kepentingan perusahaan.
2) Tanggung jawab Administrasi dan Umum yaitu :
Bertanggung Jawab kepada LPD atas tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
b) Petugas Pembukuan
1) Tugasnya yaitu :
a) Melaksanakan pembukuan untuk mencatat transaksi.
b) Membuat laporan keuangan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam periode tertentu.
2) Tanggung jawab petugas pembukuan yaitu :
Bertanggung jawab kepada kepala LPD atas tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
5) Kasir
244 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
a) Tugas Kasir sebagai berikut :
1) Menghitung kebutuhan dana yang menyangkut pemasukan dan pengeluaran dana setiap
hari sehingga likuiditas LPD dapat terjamin.
2) Mencatat transaksi keuangan setiap harinya.
b) Tanggung jawab kasir yaitu :
Bertanggung jawab kepada Kepala LPD, terhadap kas dan segala tugas yang dibebankan.
6) Petugas Kredit
a) Tugas bagian kredit yaitu :
1) Memberikan kredit sesuai dengan ketentuan lembaga yang disetujui oleh kepala LPD.
2) Mengikuti perkembangan debitur yang meminjam di LPD yang bersangkutan.
3) Memperhatikan besarnya nominal kredit yang akan diberikan.
b) Tanggung jawab Bagian Kredit
Mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya kepada kasir.
7) Petugas Keliling dan Deposito
a) Tugasnya yaitu :
1) Berusaha menarik nasabah agar target yang direncanakan perusahaan dapat tercapai.
2) Menulis jumlah tabungan didalam buku tabungan/ deposito
3) Menulis yang menabung dalam buku tabungan dan memaraf serta mencapnya.
4) Tanggung jawabnya yaitu :
b) Mempertanggung jawabkan tugas-tugasnya kepada bagian kasir.
5.2 Hasil Dan Pembahasan
5.2.1 Stastistik Deskriptif
Statistik Deskriptif digunakan untuk mengetahui informasi tentang karakeristik variabel
peneliti antara lain minimum, maksimum, mean dan standar deviasi. Standar deviasi merupakan
perbedaan nilai data dengan nilai rata-ratanya. Dari hasil analisis laporan keuangan bulanan selama
5 tahun LPD Padangtegal di peroleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5.1
Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
Sumber : Lampiran 2 (Data diolah)
Berdasarkan atas Tabel 5.1 hasil analisis deskriptif di atas dapat peneliti uraikan sebagai berikut :
1. Variabel Tingkat Suku Bunga (X1) memiliki nilai minimum sebesar 12,59 nilai maksimum
sebesar 13,66 dengan nilai rata-rata sebesar 13,3500 dan standar deviasi sebesar 0,39702.
2. Variabel Perputaran Piutang (X2) memiliki nilai minimum sebesar 4,64 nilai maksimum
sebesar 252,12 dengan nilai rata-rata sebesar 66,4027 dan standar deviasi sebesar 54,20683.
3. Variabel Risiko Likuiditas (X3) memiliki nilai minimum sebesar 797,45 nilai maksimum
sebesar 10566,59 dengan nilai rata-rata sebesar 2462,2938 dan standar deviasi sebesar
2377,88322.
Descriptive Statistics
60 12.59 13.66 13.3500 .39702
60 4.64 252.12 66.4027 54.20683
60 797.45 10566.59 2462.2938 2377.88322
60 .22 3.65 1.7343 .93510
60
X1
X2
X3
Y
Valid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
245 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
4. Variabel Profitabilitas (Y) memiliki nilai minimum sebesar 0,22 nilai maksimum sebesar 3,65
dengan nilai rata-rata sebesar 1,7343 dan standar deviasi sebesar 0,93510.
5.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik menyatakan salah satu pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan
model regresi terbaik.Sebelum dianalisis dengan teknik analisis regresi linier berganda maka model
persamaan harus melalui uji asumsi klasik.Berikut disajikan hasil uji asumsi klasik yang telah
diolah dengan SPSS.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal atau tidak.Untuk memastikan apakah data disepanjang
garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov.Apabila nilai
signifikansinya (Asymp.Sig.2-tailed)lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi
normal. Hasil uji normalitas disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Lampiran 3 (Data diolah)
Hasil pengujian menunjukkan hasil uji Kolmogorov Sminarnov Test. Nilai Asymp. Sig.
sebesar 0,329 lebih besar level of significant (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa residual
dalam model regresi berdistribusi normal.
2) Uji Autokorelasi
Suatu model regresi jika mengandung gejala autokorelasi, maka prediksi yang dilakukan
dengan model tersebut akan tidak baik, atau dapat memberikan hasil prediksi yang
One-Sample Kolmogorov -Smirnov Test
60
.0000000
.62245160
.123
.123
-.109
.949
.329
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parametersa,b
Absolute
Positive
Negative
Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
246 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
menyimpang. Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan Uji Durbin-Watson(DW-
test) terhadap variabel pengganggu (disturbance error term).
Tabel 5.3
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Sumber : Lampiran 4 (Data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.3 diatas diperoleh bahwa nilai Durbin-Waston adalah 1,970. Nilai du
sebesar 1,69 dengan taraf signifikan 5 persen untuk n= 60 dan k= 3. Oleh karena itu nilai
Durbin-Watson berada pada du<dw<4-duatau 1,69<1,970<4-1,69, yang berarti bahwa tidak
terdapat autokorelasi pada model regresi
3) Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel bebas (independent).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas (independent).Pendeteksi dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan
VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari
10, maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 5.4
dibawah ini :
Tabel 5.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Sumber : Lampiran 4 (Data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai
tolerance yaitu 0,955 (Tingkat Suku Bunga), 0,687 (Perputaran Piutang), 0,713 (Risiko
Likuiditas) lebih besar dari 10% (0,10) dan nilai VIF masing-masing variabel bebas tersebut
yaitu 1,048 (Tingkat Suku Bunga), 1,455 (Perputaran Piutang), 1,403 (Risiko likuiditas) lebih
kecil dari 10. Berdasarkan nilai tolerance dan VIF dari masing-masing variabel bebas, maka
dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi bebas dari gejala multikolinearitas.
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan menggunakan uji Glejser.Uji
Glejserdilakukan dengan cara meregresikan nilai absolute residual sebagai variabel bebas
dengan tingkat signifikan 0,05, jika nilai signifikansinya diatas 0,05 maka tidak terjadi
heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.5 dibawah ini :
Model Summaryb
.746a .557 .533 .63891 1.970
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), X3, X1, X2a.
Dependent Variable: Yb.
Coefficientsa
.202 2.835 .071 .944
.089 .214 .038 .416 .679 .955 1.048
.009 .002 .544 5.069 .000 .687 1.455
-.001 .000 -.290 -2.752 .008 .713 1.403
(Constant)
X1
X2
X3
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
247 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
Tabel 5.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficient
Sumber : Lampiran 5 (Data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa variabel bebas tidak secara signifikan mempengaruhi
nilai absolute residual statistic dari model regresi linier berganda. Hasil-hasil ini dilihat dari
profitabilitas signifikansi masing-masing variabel independen yaitu X1 = 0,780; X2 = 0,555; X3 =
0,058 yang lebih besar 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung
adanya heteroskedastisitas.
5.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
tingkat suku bunga, perputaran piutang, dan risiko likuditas terhadap profitabilitas pada LPD
Padangtegal.Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga,
perputaran piutang, dan risiko likuiditas. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah
profitabilitas (Y). Beberapa nilai untuk analisis dapat diringkas seperti pada Tabel 5.6 di bawah ini
:
Tabel 5.6
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Sumber : Lampiran 6 (Data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.6 diatas dibentuk persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0,202 + 0,089 X1 + 0,009 X2 - 0,001 X3
Dari persamaan diatas pengaruh secara simultan tingkat suku bunga (X1), perputaran piutang (X2),
risiko likuiditas (X3), terhadap profitabilitas/ROA (Y) dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Nilai konstanta (Constant) 0,202. Hal ini berarti apabila tingkat suku bunga (X1), perputaran
piutang (X2), risiko likuiditas (X3), sama dengan nol (konstanta), maka profitabilitas (Y) akan
sama dengan 0,202.
Coefficientsa
-.275 1.901 -.145 .885
.040 .144 .037 .280 .780
.001 .001 .092 .594 .555
5.37E-005 .000 .295 1.932 .058
(Constant)
X1
X2
X3
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: ABRESa.
Coefficientsa
.202 2.835 .071 .944
.089 .214 .038 .416 .679 .955 1.048
.009 .002 .544 5.069 .000 .687 1.455
-.001 .000 -.290 -2.752 .008 .713 1.403
(Constant)
X1
X2
X3
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
248 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
2) Nilai koefision regresi suku bunga (X1) sebesar 0,089 ini berarti apabila suku bunga (X1)
meningkat 1 satuan, maka profitabilitas (Y) akan meningkat sebesar 0,089 satuan, dengan
asumsi variabel lain konstan.
3) Nilai koefisien regresi risiko likuiditas (X3) sebesar -0,001 ini berarti apabila risiko likuiditas
(X3) meningkat 1 satuan, maka profitabilitas (Y) akan menurun sebesar -0,001 satuan, dengan
asumsi variabel lain konstan.
5.2.4 Uji Kelayakan Model
Uji kelayakan model dapat diukur dari nilai statistik F, nilai koefisien determinasi, dan
nilai stastistik t.
1) Uji determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model menerangkan variabel
terikat.Nilai koefisien determinasi bernilai antara nol dan satu. Koefisien Determinasi (R2)
memiliki kelemahan yaitu dengan bertambahnya variabel bebas nilai koefisien determinasi (R2)
meningkat walaupun variabel yang ditambahkan tersebut bukan bagian dari model
(Ghozali,2013). Kelemahan ini dapat diatasi dengan menggunakan adjusted R2karena nilai ini
dapat naik atau turun apabila suatu variabel independen ditambah ke dalam model. Adapun hasil
dari pengelolahan data dengan bantuan program computer SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5.7
Perhitungan Koefisien Determinasi
Sumber : Lampiran 6 (Data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.7 bahwa nilai koefisien korelasi (R), R-Square, dan adjusted R2
adalah 0,746, 0,557 dan 0,533. Nilai Adjusted R2 sebesar dipengaruhi oleh 0,533 hal ini berarti
55,7% variabel ROA dipengaruhi oleh variabel tingkat suku bunga, perputaran piutang, risiko
likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan 44,3 % lainnya dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
2) Hasil Uji F
Uji F bertujuan untuk menguji kelayakan model apabila nilai signifikansi F-test kurang dari
0,05 maka model regresi yang terbentuk dianggap mampu atau layak untuk digunakan dalam
menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Tabel 5.8
Model Summaryb
.746a .557 .533 .63891 1.970
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predictors: (Constant), X3, X1, X2a.
Dependent Variable: Yb.
249 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
Hasil Uji F
ANOVAb
Sumber : lampiran 6 (Data diolah)
Berdasarkan Tabel 5.8 nilai signifikansi F-test sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,005 berarti
model regresi yang terbentuk layak digunakan dalam menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikat.
3) Uji Hipotesis (Uji t)
Pengujian statistik t-test digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh profitabilitas
(ROA) mampu dijelaskan oleh variabel tingkat suku bunga (X1), perputaran piutang (X2), risiko
likuiditas (X3), terhdap profitabilitas /ROA pada LPD. Berdasarkan nilai signifikansi T-test pada
Tabel 5.9 pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dijelaskan sebagai
berikut :
Tabel 5.9
Hasil Uji t
Coefficientsa
Sumber : Lampiran 6 (Data diolah)
Berdasarkan nilai signifikansi T-test pada Tabel 5.9 pengaruh masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat dijelaskan sebagai berikut :
1. Variabel Tingkat Suku Bunga (X1) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,089 dan nilai
thitung sebesar 0,416 dan nilai signifikansi 0,679. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
maka H1 ditolak. Hal ini berarti bahwa Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas (ROA), maka H1 ditolak
ANOVAb
28.731 3 9.577 23.462 .000a
22.859 56 .408
51.590 59
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X3, X1, X2a.
Dependent Variable: Yb.
Coefficientsa
.202 2.835 .071 .944
.089 .214 .038 .416 .679 .955 1.048
.009 .002 .544 5.069 .000 .687 1.455
-.001 .000 -.290 -2.752 .008 .713 1.403
(Constant)
X1
X2
X3
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Ya.
250 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
2. Variabel perputaran piutang (X2) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,009 dan nilai thitung
sebesar 5,069 dan nilai signifikasi 0,000. Karena nilai signifikasi jauh lebih kecil dari 0,05
berarti Perputaran Piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA), maka H2
diterima.
3. Variabel Resiko Likuiditas (X3) memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0,001 dan nilai thitung
sebesar-2,752 dan nilai signifikansi 0,008. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
berarti Resiko Likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA), dan karena nilai
koefisien regresi -0,001 menunjukkan pengaruh negatif maka H3 diterima.
5.3 Pembahasan Hasil Penelitian
5.3.1 Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Profitabilitas
Hipotesis pertama (H1) menyatakan bahwa Tingkat Suku Bunga berpengaruh positif
terhadap profitabilitas (ROA). Berdasarkan hasil analisis tingkat signifikansi Suku Bunga 0,679,
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh terhadap
profitabilitas (ROA)pada LPD Padang Tegal tahun 2012-2016. Karena nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05 Hal ini berarti hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini ditolak.
Menurut Kasmir (2002:121) Suku bunga bankdapat diartikan sebagai balas jasa yang
diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau
menjual produknya, tingginya suku bunga, baik suku bunga pinjaman maupun suku bunga
simpanan atau tabungan tetap menghasilkan spread margin dari selisih kedua bunga tersebut tetap,
sehingga suku bunga tidak mempengaruhi profitabilitas perbankan. Dalam penelitian ini, Tingkat
Suku Bunga tidak mempengaruhi profitabilitas (ROA). Apabila tingkat suku bunga mengalami
peningkatan tidak akan mendatangkan masalah terhadap profitabilitas LPD.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiantari dkk
(2014) yaitu tingkat suku bunga kredit memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
profitabilitas. Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Suarmi dkk (2014) menyatakan
bahwa tingkat suku bunga yang tinggi berdampak pada penurunan profitabilitas para perusahaan,
hasil penelitian Widiantari dkk (2014) dan Suarmi dkk (2014) yang menyimpulkan bahwa tingkat
suku bunga berpengaruh positif terhadap profitailitas (ROA).
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Fathoni (2017)
dan Dewi (2016), yang menguraikan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas.
5.3.2 Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas
Hipotesis kedua (H2) Perputaran Piutang menyatakan bahwa Perputaran piutang
berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA). Berdasarkan hasil analisis tingkat signifikansi
Perputaran Piutang sebesar 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Perputaran
Piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) pada LPD Padang Tegal tahun 2012-
2016. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 hal ini berarti H2 yang diajukan dalam
penelitian ini diterima.
Piutang merupakan elemen aktiva lancar yang timbul karena adanya penjualan kredit.
Timbulnya piutang diharapkan bisa menjadi solusi akan permasalahan yang timbul karena pihak
manajemen kesulitan untuk memaksakan penjualan tunai, sehingga piutang bisa menjadi alternatif
agar persediaan bisa berputar hingga menjadi kas. Selain menjadi solusi, piutang juga bisa
menjadi permasalahan apabila perputarannya tidak diawasi dengan benar, (Riyanto,2001:90),
perputaran piutang merupakan periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung pada
syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya, berarti bahwa
tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah semakin rendah.
Hasil penelitian konsisten dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Aritonang (2017)
dan Rini (2015), yang menguraikan bahwa perputaran piutang berpengaruh positif terhadap
Profitabilitas (ROA).
251 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
5.3.3 Pengaruh Risiko Likuiditas terhadap Profitabilitas
Hipotesis ketiga (H3) menyatakan bahwa Risiko Likuiditas berpengaruh positif terhadap
profitabilitas (ROA).Berdasarkan hasil analisis tingkat signifikansi risiko likuiditas (LDR) sebesar
0,008, sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas (LDR) berpengaruh terhadap
profitabilitas pada LPD Padang Tegal tahun 2012-2016.Karena lebih kecil dari 0,05 hal ini berarti
hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Dan dengan beta-0,001 yang artinya
berpengaruh negatif jika resiko likuiditas meningkat maka profitabilitas akan menurun, tetapi
dengan asumsi hal ini tidak akan terjadi jika perputaran kredit lancar dan tidak ada kredit macet.
Menurut Sriyanto (2011) Likuiditas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan operasional harian internal perusahaan.Likuiditas usaha adalah kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi. Likuiditas dapat
ditunjukkan antara lain dengan membandingkan pos-pos aset lancar dengan utang lancar pada
satu periode tertentu yang disebut current rasio. Likuiditas suatu istilah yang dipakai untuk
menunjukkan persediaan uang tunai dan asset lain yang mudah dijadikan uang tunai Bank
dianggap likuid bila bank itu memiliki cukup uang tunai, serta kemampuan untuk meningkatkan
jumlah dana dengan cepat melalui sumber lainnya untuk memungkinkan memenuhi kewajiban
pembayaran dan komitmen keuangan lain pada saat yang tepat,
Hasil penelitian tidak mendukung dengan hasil yang ditemukan oleh Febriyanti (2015) dan
Ita (2014), yang menguraikan bahwa Risiko likuiditas berpengaruh positif terhadap Profitabilitas
(ROA) hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Ulandari dkk (2016) yang menguraikan bahwa
Risiko Likuiditas berpengaruh positif terhadap Profitabilitas. Dan mendukung penelitian yang
dilakukan Krisnawati dan Chabachib (2015) yang menguraikan bahwa resiko likuiditas
berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas (ROA) serta penelitian Paramithari dkk (2016) juga
menyatakan resiko likuiditas berpengaruh negatif terhadap Profitabilitas (ROA).
BAB VI. PENUTUP 6.1 Simpulan
Berdasarkan Hasil Analisis dan uraian pada bab-bab sebelumnya tentang Pengaruh
Tingkat Suku Bunga, Perputaran Piutang, Risiko Likuiditas Terhadap profitabilitas Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) Padang Tegal, Kecamatan ubud, Kabupaten Gianyar Tahun 2012-2016
maka diperoleh simpulan bahwa ketiga hipotesis dalam penelitian ini di terima dengan uraian
sebagai berikut :
(1) Tingkat Suku Bunga tidak berpengaruh tehadap profitabilitas pada LPD Padang Tegal tahun
2012-2016. Hal ini mengindikasi bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap
kenaikan atau penurunan terhadap profitabilitas. Naik atau turunnya tingkat suku bunga tidak
memberi pengaruh langsung terhadap profitabilitas LPD.
(2) Perputaran Piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada LPD Padang Tegal tahun
2012-2016. Hal ini mengindikasi bahwa meningkatnya atau semakin cepat perputaran piutang
akan meningkatkan profitabilitas LPD.
(3) Risiko Likuiditas Berpengaruh negatif terhadap profitabilitas pada LPD Padang Tegal tahun
2012-2016. Hal ini mengindikasi bahwa jika persediaan uang tunai tidak mencukupi bisa
mempengaruhi penurunan profitabilitas tetapi dengan asumsi hal ini tidak akan terjadi jika
perputaran kredit lancar tidak ada kredit macet.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan oleh beberapa pihak :
1) Bagi Pihak LPD Untuk memperoleh Profitabilitas yang tinggi dan sesuai harapan dan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya hendaknya LPD Padang Tegal memperhatikan Tingkat
Suku Bunga, Perputaran Piutang, Risiko Likuiditas. Dengan semakin banyak memberikan
pinjaman dan semakin cepat perputaran piutang secara tidak langsung akan meningkatkan
profitabilitas LPD dengan tetap memperhatikan tingkat suku bunga, jangka waktu perputaran
piutang, Dan tidak terlepas dari kemampuan LPD dalam memenuhi kewajiban karena akan
252 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
berpengaruh pada tingkat profitabilitas LPD. Serta risiko likuiditas akan berpengaruh pada
tingkat profitabilitas LPD.
2) Bagi investor ataudesa pakraman disarankan sebelum menanamkan modalnya di suatu
perusahaan atau LPD perlu memperhatikan struktur modal perusahaan atau LPD dengan
tetap mempertimbangkan dampak positif dan negative kebijakan keputusan pendanaan.
Investor dapat memperhatikan variabel likuiditas karena dalam penelitian ini variabel
likuiditas memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pendanaan. Hal tersebut dapat
menjadi pertimbangan supaya investasi yang dilakukan memberikan tingkat keuntungan yang
maksimal dan untuk meminimalisir terjadinya resiko investasi.
3) Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini hanya terbatas meneliti Variabel Tingkat Suku Bunga, Perputaran Piutang,
Risiko Likuditas (LDR) dan Profitabilitas (ROA).Disarankan kepada penelitian selanjutnya
untuk dapat meneliti variabel-variabel lain diluar penelitian ini, serta diharapkan mampu
menambah refrensi variabel-variabel yang di teliti.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ang. Robert.1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The intelligent Guide to Indonesian
Capita Market).Jakarta: Mediasoft Indonesia.
2. Aritonang, F. A., & Harapan, A. A. P. Pengaruh Perputaran Persediaan Dan Perputaran Piutang
Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Otomotif.
3. Astini, K. Y., Cipta, W., & Suwendra, I. W. (2014).Pengaruh Tingkat Perputaran Kas dan Tingkat
Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomis Pada LPD.Jurnal Jurusan Manajemen, 2(1).
4. Febriyanti, N. A. (2015). Analisis pengaruh efisiensi modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas
terhadap profitabilitas periode 2005-2014: Studi pada Koperasi Potre Koning Sumenep
(Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
5. Hanafi, Mamduh M. 2009. Manajemen Risiko: Edisi kedua. Yogjakarta : UPP STIM YKPN.
6. Handayani, S. (2009).Pengaruh rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverege terhadap
profitabilitas pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEJ (periode pengamatan
tahun 2002-2005).Pengaruh rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverege terhadap profitabilitas
pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEJ (periode pengamatan tahun
2002-2005)/Sri Handayani.
7. Hendiartha, I. G. N. E., & Suarjaya, A. G. Pengaruh Kecukupan Modal, Likuiditas, Net Interest
Margin Dan Perputaran Kas Terhadap Profitabilitas Pada Lpd Di Kecamatan Abiansemal.
8. Hersandy, M. (2012).Pengaruh Hutang Jangka Pendek Dan Perputaran Piutang Terhadap
Profitabilitas PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Doctoral Dissertation, Universitas Islam
Negeri Sultan Syarief Kasim Riau).
9. Irawati, C. (2017). Analisis Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas dan Leverage serta Pengaruhnya
terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2013-2015).
10. Ita, S. A. (2014). Analisis Pengaruh Risiko Kredit, Perputaran Kas, Likuiditas, Tingkat
Kecukupan Modal, Dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar Di BEI Periode 2007-2013. Skripsi, Fakultas Ekonomi & Bisnis.
11. Kasmir, 2011. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
12. Kasmir. 2013. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Revisi, cet. Ke-6. Jakarta: Rajawali Pers.
13. Krisnawati, D. A., &Chabachib, M. (2014).Analisis Faktor Penentu Profitabilitas Bank Di
Indonesia Dengan Metode Risk Based Bank Rating (Studi Pada Bank-Bank Umum Go Public Di
Indonesia Periode 2008–2013) (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
14. Mohamad Muslich, 2005. Manajemen Keuangan Modern, Bumi Aksara; Jakarta
15. Munawir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
16. Novitasari, N. L. G. (2018). Pengaruh Non Performing Loan (Npl), Loan To Deposit Ratio
(LDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Spread Management Dan Tingkat
253 DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i1.28 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/28
Suku Bunga Terhadap Profitabilitas Pada LPD Di Kota Denpasar Periode 2008-2013. Sekolah
Tinggi Ilmu (STIE) Ekonomi Triatma Mulya, 21(2), 125-146.
17. Paramithari, N. M. P., & Sujana, I. K. Kemampuan Capital, Asset, Earnings, Dan Liquidity
Memengaruhi Pertumbuhan Laba Pada LPD Kabupaten Badung. E-Jurnal Akuntansi, 141-173.
18. Patmiwati, W. M., Yuesti, A., & Sudiartana, I. M. (2016). Pengaruh Kecukupan Modal, Dana
Pihak Ketiga Dan Pertumbuhan Kredit Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bei. Prosiding Semnas Hasil Penelitian.
19. Prananta, K. E. D., Susila, G. P. A. J., & Cipta, W. (2016). Pengaruh Suku Bunga Kredit Dan
Jumlah Debitur Terhadap Profitabilitas Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Jurnal Jurusan
Manajemen, 4(1).
20. Rini, N. P. (2015). Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Perputaran Kas, Perputaran Piutang Dan
Perputaran persediaan Terhadap Profitabilitas Pada Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus 2008-2012). Journal Of Accounting, 1(1).
21. Riyanto, Bambang. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta :
Penerbit BPFE.
22. Sari, A. W. (2010).Analisis pengaruh efesiensi modal kerja, Leverage, likuiditas dan firm size
terhadap profitabilitas.
23. Sasongko, Noer & Nila W. 2014.Pengaruh EVA dan Rasio-rasio Profitabilitas Terhadap Harga
Saham. Empirika, Vol.19,No.1,Juni 2014.
24. Setyawan, A. I. (2009). Pengaruh perputaran modal kerja (Perputaran kas, perputaran piutang,
dan perputaran persediaan) terhadap profitabilitas (Studi pada Perusahaan Manufatur yang listing
di BEI periode 2005-2007).Pengaruh perputaran modal kerja (Perputaran kas, perputaran
piutang, dan perputaran persediaan) terhadap profitabilitas (Studi pada Perusahaan Manufatur
yang listing di BEI periode 2005-2007)/Achmad Ishak Setyawan.
25. Suarmi, N. L., Atmadja, A. T., SE, A., Yuniarta, G. A., & AK, S. (2014). Analisis Pengaruh
Tingkat Suku Bunga Kredit dan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Nasabah Kredit Terhadap
Profitabilitas Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Sekecamatan Buleleng yang terdaftar di LPLPDK
di Buleleng Periode 2010-2013.JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Undiksha, 2(1).
26. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan ke-15, Bandung: CV. Alfabeta.
27. Sulistiowati, E. (2009). Pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap profitabilitas pada
perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2004-2006.Pengaruh
perputaran piutang dan persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang
listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tahun 2004-2006/Endang Sulistiowati.
28. Sunariyah, 2006, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, UPP AMP YKPN, Yogyakarta
29. Sutika, I. K., & Sujana, I. K. (2013).Analisis Faktor Kinerja Yang Mempengaruhi Profitabilitas
Pada Lembaga Perkreditan Desa.E-Jurnal Akuntansi, 53-67.
30. Ulandari, L. P. E., Yudiaatmaja, F., & Cipta, W. (2016). Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car),
Loan To Deposit Ratio (Ldr) Dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional Pada Lembaga
Perkreditan Desa Kecamatan Seririt Periode 2012-2014. Jurnal Jurusan Manajemen, 4(1).
31. Warren, Reeve and Fess. 2008. Pengantar Akuntansi, Buku 1, edisi 21, Jakarta : Salemba Empat.
(Penerjemah: Aria Farahmita, Amunugrahani dan Taufik Hendrawan)
32. Wicaksono, G. (2016). Analisis Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Likuiditas, Perputaran Aset
Lancar, dan Kas berbanding Total Aktiva terhadap Profitabilitas.UNEJ e-Proceeding, 384-397.
33. Widiantari, M. I., Suwarna, I. K., & Suwendra, I. W. (2014). Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan
Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomis Pada Koperasi.Jurnal Jurusan Manajemen,
2(1).