137
ABSTRAK Nurul Qomariyah, Pengaruh Strategi Resource Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan strategi resource based learning terhadap hasil belajar matematika siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian the post-test only control design. Populasinya adalah seluruh siswa MTs Al-Ikhlas, Jakarta Selatan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling dimana sampel akan dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar matematika berbentuk esai sebanyak 8 soal pokok bahasan segi empat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan berdasarkan perhitungan uji-t menunjukkan t hitung 2,783 dan t tabel 2,381 pada taraf signifikansi 5% yang berarti t hitung > t tabel (2,783 > 2, 381), jadi hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan strategi resource based learning terhadap hasil belajar matematika siswa. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan strategi resource based lerning lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Kata kunci: strategi resource based learning, hasil i

PENGARUH STRATEGI RESOURCE BASED LEARNING …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3729/1/NURUL... · dimana sampel akan dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas eksperimen

  • Upload
    doanh

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ABSTRAK

Nurul Qomariyah, Pengaruh Strategi Resource Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika, Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan strategi resource based learning terhadap hasil belajar matematika siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian the post-test only control design. Populasinya adalah seluruh siswa MTs Al-Ikhlas, Jakarta Selatan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Sampling dimana sampel akan dibagi menjadi 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar matematika berbentuk esai sebanyak 8 soal pokok bahasan segi empat. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan berdasarkan perhitungan uji-t menunjukkan thitung 2,783 dan ttabel 2,381 pada taraf signifikansi 5% yang berarti thitung > ttabel (2,783 > 2, 381), jadi hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan strategi resource based learning terhadap hasil belajar matematika siswa. Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan strategi resource based lerning lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Kata kunci: strategi resource based learning, hasil

i

ii

ABSTRACT

Nurul Qomariyah, The Effect of Resource Based Learning Strategy To Students Outcomes In Mathematics. The Paper Of Mathematic Education Department, Faculty of Education And Teaching Science. Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta. The purpose of this research is to determine the effect of resource based learning strategy to student outcomes in mathematics. The research method is quasi experiment with post-test only design. Population from this research is all student MTs Al-Ikhlas, South Jakarta for sampling technique use in this research who are purposive sampling in two class, experimental class and control class. Instrument mathematics learning outcomes are 8 essay test at the subject of four side. Data analysis technique used in this research are t-test to test the hypotesys with thitung 2,783 and ttabel 2,381 in taraf signifikansi 5% its mean thitung > ttabel (2,783 > 2, 381) and the conclusion of this research is have effect used resource based learning strategy to students outcomes in mathematics. The students who taught with resource based learning strategy have mean score of student mathematics learning outcomes higher than who taught with conventional approach. Keyword: resource based learning strategy, outcomes

KATA PENGANTAR

Puji sukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat sehat, nikmat

akal, serta nikmat yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Sholawat dan salam atas nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan

cahaya dalam hidup penulis berupa agama islam.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga atas bimbingan, pengarahan, dukungan

serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk

itu penulis sangat berterima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Ibu Mafalinda Fatra, M.Pd, selaku ketua jurusan pendidikan matematika

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, selaku sekertaris jurusan pendidikan matematika.

4. Bapak Ali Hamzah dan Ibu Gelar Dwirahayu, selaku pembimbing I dan pembimbing

II penulis yang mau meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan dukungan

kepada penulis selama proses bimbingan.

5. Ibu Dra Afidah Masud, selaku penasehat akademik.

6. Seluruh dosen dan staf jurusan pendidikan matematika.

7. Ibu Maimunah, kepala sekolah MTs Al-Ikhlas tempat penulis mengadakan penelitian.

8. Ibu Subhati, selaku Guru pamong kelas VII di kelas yang peneliti gunakan sebagai

sampel penelitian.

9. Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10. Adik-adikku tersayang, terutama ina yang mau membantu penulis dalam proses

pegetikan skripsi.

11. Teman-teman seperjuangan di matematika angkatan 2005, semoga sukses selalu.

12. Sahabat-sahabatku Liria, Ilah, Fitri, Huda, Bilqis, Indah, Feti. Semoga kita terus

berhubungan baik dan saling silaturahmi walaupun sudah jarang bertemu.

13. Untuk semua orang yang ada dalam kehidupan penulis yang senantiasa memberikan

semangat dan motivasi.

Semoga Allah membalas semua amal kebaikan atas jasanya yang diberikan

kepada penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan

karena terbatasnya kemampuan penulis.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi bidang ilmu

pengetahuan, Amin.

Jakarta, Juli 2010

Penulis

Nurul Qomariyah

NIM.105017000473

DAFTAR ISI hal LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR BAGAN.......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ....................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

F. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................. 7

BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PENELITIAN .................................................................................. 8

A. Deskripsi Teoretis ....................................................................... 8

1. Resource Based Learning ..................................................... 8

a. Pengertian Resource Based Learning ............................. 8

b. Manfaat Sumber Belajar ................................................. 9

c. Media Komunikasi Dalam Resource Based Learning .... 10

d. Ciri-ciri dan Jenis Strategi Resource Based Learning .... 11

e. Perbedaan Strategi Resource Based Learning

dengan Pembelajaran Konvenvional ............................... 15

2. Hasil Belajar Matematika ..................................................... 17

a. Pengertian Belajar ........................................................... 17

b. Pengertian Matematika ................................................... 19

c. Pengertian Hasil Belajar Matematika ............................. 20

3. Matematika Sekolah .............................................................. 24

a. Pengertian Matematika Sekolah ..................................... 24

b. Karakteristik Pendidikan Matematika ............................. 25

c. Tujuan Pendidikan Matematika ...................................... 26

4. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................. 28

B. Kerangka Berpikir ....................................................................... 28

C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 32

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 32

B. Populasi dan Sampel ................................................................... 32

C. Metode dan Desain Penelitian .................................................... 33

D. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 34

E. Instrumen Hasil Belajar .............................................................. 36

1. Uji Validitas ............................................................................ 36

2. Uji Reliabilitas ........................................................................ 37

3. Uji Taraf Kesukaran ................................................................ 38

4. Uji Daya Beda ......................................................................... 38

F. Teknik Analisa Data ................................................................... 41

1. Pengujian Prasyarat Analis ..................................................... 41

a. Uji Normalitas .................................................................... 41

b. Uji Homogenitas ................................................................. 42

2. Pengujian Hipotesis ................................................................ 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 44

A. Deskripsi Data ............................................................................. 45

1. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Eksperimen.. 46

2. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Kontrol ....... 49

B. Pengujian Data ............................................................................ 51

1. Pengujian Prasyarat Analisis ................................................. 51

a. Uji Normalitas ................................................................. 51

b. Uji Homogenitas ............................................................. 53

2. Pengujian Hipotesis .............................................................. 53

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 55

D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 60

A. Kesimpulan ................................................................................. 60

B. Saran ........................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Strategi Resource Based Learning dengan Pembelajaran

Konvensional .............................................................................. 17

Tabel 2.2 Perbedaan Karakteristik Matematika dan Pendidikan

Matematika ................................................................................. 25

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ........................................................................ 32

Tabel 3.2 Desain Kontrol Yang Hanya Menggunakan Postes .................... 34

Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas ................................................................ 37

Tabel 3.4 Klasfikasi Indeks Kesukaran ...................................................... 38

Tabel 3.5 Klasifikasi Daya Pembeda .......................................................... 39

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika .......................... 40

Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol .............................................................................. 45

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen 46

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen 49

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ................ 52

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kelas Konrol ........................ 52

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ........................................... 53

Tabel 4.7 Hasil Uji Perbedaan Dengan Statistik Uji t ................................ 54

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Komponen Esensial Belajar dan Pembelajaran .......................... 19

Bagan 2.2 Ranah Hasil Belajar .................................................................... 22

Bagan 2.3 Teknik Penilaian Dalam Pengukuran ......................................... 24

Bagan 2.4 Kerangka Berfikir Penelitian ..................................................... 30

Bagan 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Eksperimen 48

Bagan 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Kelas Kontrol .. 50

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain Pembelajaran Strategi Resource Based Learning ........ 63

Lampiran 2. Desain Pembelajaran Strategi Klasikal (Konvensional) .......... 68

Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Uji Coba Hasil Belajar Matematika .................. 88

Lampiran 4 Tes Uji Coba Hasil Belajar Matematika .................................. 89

Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Uji Coba Hasil Belajar Matematika ......... 91

Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika ........................ 95

Lampiran 7 Instrumen Hasil Belajar Matematika ....................................... 96

Lampiran 8 Kunci Jawaban Instrumen Hasil Belajar Matematika .............. 97

Lampiran 9 Uji Validitas ............................................................................. 99

Lampiran 10 Uji Reliabilitas ......................................................................... 101

Lampiran 11 Uji Taraf Kesukaran ................................................................. 103

Lampiran 12 Uji Daya Beda .......................................................................... 105

Lampiran 13 Hasil Belajar Matematika Siswa .............................................. 107

Lampiran 14 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas

Eksperimen .............................................................................. 108

Lampiran 15 Ukuran Variabilitas Kelas Eksperimen .................................... 111

Lampiran 16 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas

Kontrol ..................................................................................... 114

Lampiran 17 Ukuran Variabilitas Kelas Kontrol .......................................... 117

Lampiran 18. Uji Normalitas Kelas Eksperimen ........................................... 120

Lampiran 19. Uji Normalitas Kelas Kontrol .................................................. 122

Lampiran 20. Uji Tes Homogenitas ............................................................... 124

Lampiran 21. Perhitungan Uji t ...................................................................... 125

Lampiran 22. Tabel Nilai r Product Moment .............................................. 127

Lampiran 23. Luas Kurva Di Bawah Normal ................................................ 128

Lampiran 24. Distribusi Chi Square (X2) ....................................................... 129

Lampiran 25. Nilai Kritis Distribusi F ........................................................... 130

Lampiran 26. Nilai Kritis Distribusi t

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah Tujuan pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah menciptakan

manusia yang cerdas. Dengan pembangunan, Indonesia bisa disejajarkan dengan

bangsa-bangsa lain. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut diperlukan

Sumber Daya Manusia yang cerdas dan terampil.

Dalam buku Anwar1 tercantum pembukaan UUD 1945 yang menyatakan

bahwa, Pemerintah Negara Indonesia berkewajiban mencerdaskan kehidupan

bangsa, memajukan kebudayaan nasional, meningkatkan kesejahteraan umum dan

pelaksanaan suatu pendidikan nasional. Pendidikan nasional bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta bertujuan juga

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Selanjutnya, pada buku Made2 terdapat pasal 31 ayat 1 UUD 1945

berbunyi: tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran. Itu berarti semua

warga Negara Indonesia mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan.

Seperti yang terkandung dalam al-quran surah Al Mujaadilah ayat 11

berikut:

1 Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Kelembagaan Agama Islam DEPAG, 2003), h. 30 31.

2 Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h. 44

1

2

Artinya:

Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs al-Mujaadilah: 11)3

Ayat al-quran di atas menjelaskan bahwa orang yang berilmu dan

berpendidikan memiliki derajat yang tinggi disisi Allah. Oleh karena itu, sebagai

negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, pendidikan sangatlah

penting untuk mencerdaskan Bangsa Indonesia, sehingga Negara Indonesia dapat

maju dan bisa bersaing dengan negara-negara lain. Sebab itu, pemerintah harus

berupaya agar seluruh masyarakat Indonesia memperoleh pendidikan yang layak

melalui gerakan wajib belajar guna memenuhi Sumber Daya Manusia (SDM)

Negara.

Proses pendidikan pada hakekatnya adalah interaksi yang terjadi antara

guru dan murid. Dan pendidikan merupakan suatu proses belajar mengajar yang

sering kali terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Menurut Alisuf4 belajar

adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan.

Proses perubahan tingkah laku atau proses belajar yang terjadi pada diri individu

itu merupakan proses internal psikologis yang tidak dapat diketahui secara nyata.

Terdapat 3 masalah pokok dalam belajar, yaitu: masalah mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadinya belajar, mengenai bagaimana proses belajar

itu berlangsung, dan masalah mengenai hasil belajar. Jadi, belajar merupakan

suatu proses yang terjadi pada individu hingga ia memperoleh sesuatu dari proses

tersebut.

Matematika adalah kegiatan manusia sehari-hari, oleh karena itu

matematika disebut sebagai human activity seperti yang diugkapkan oleh

Frudenthal (Gravenmeijer)5 This approach to mathematics educational became

known as realistic mathematics education later on. The key idea here is that

3 Al-Aliyy, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV Diponegoro, 1995), h. 434 4 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 60 5 Gravemeijer, Developing Realistic Mathematics Education, (Culemborg: Tchnipress,

1994), h.13

3

student should be given the opportunity to reinvent mathematics under the

guidance of an adult.

Dari ungkapan di atas, Frudenthal mengatakan bahwa pembelajaran

matematika merupakan aktifitas manusia sehari-hari. Matematika mampu

dikaitkan dengan kehidupan nyata, intinya adalah agar siswa bisa memiliki

kesempatan untuk mempelajari sendiri matematika di bawah bimbingan guru.

Setiap hari sebenarnya kita melakukan aktifitas yang berunsur matematika,

seperti perhitungan jarak ketika sedang berpergian, membeli barang di

supermarket, membagi kue ke teman. Semua aktifitas tersebut memiliki unsur

matematika. Karena itu peran ilmu matematika sangat penting diterapkan di

dalam pendidikan dan menjadi suatu bidang study yang wajib dipelajari oleh para

siswa dari tingkat pendidikan TK hingga perguruan tinggi.

Selain sebagai aktifitas sehari-hari, matematika juga merupakan sarana

berfikir untuk menumbuh kembangkan pola pikir yang logis, sistematis, objektif,

kritis, kreatif, dan rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. Matematika

merupakan pelajaran yang membutuhkan keterampilan otak sehingga harus dilatih

dengan metode yang sesuai atau yang cocok dengan kondisi anak. Jadi,

matematika merupakan pelajaran yang membutuhkan sarana berfikir dan

keterampilan otak sehingga siswa yang mempelajarinya memerlukan latihan

dengan metode yang sesuai dengan kondisi mereka.

Abdurrahman (Alisuf)6 mengemukakan ada 5 alasan pentingnya belajar

matematika, karena merupakan: Sarana berfikir jelas dan logis, Sarana untuk

memecahkan kehidupan sehari-hari, Sarana mengenal pola-pola hubungan dengan

generalisasi pengalaman, Sarana untuk mengembangkan kreatifitas, dan Sarana

untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari baik di Sekolah Dasar

maupun sekolah lanjutan, masih banyak siswa yang menganggap mata pelajaran

matematika sebagai pelajaran yang tidak penting untuk dipelajari karena hanya

6 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 65

4

membuat kepala mereka pusing dengan rumus-rumus rumit yang harus mereka

hafalkan apalagi jika ditambah dengan suasana kelas yang menegangkan.

Proses belajar mengajar yang selama ini digunakan oleh guru di sekolah

adalah proses belajar mengajar secara konvensional, yaitu pembelajaran klasik

yang terpusat pada guru sedangkan murid belajar dengan cara yang hanya datang,

duduk, dengar, catat, hapal, ulangan dan lulus.

Menurut Joko Susilo7 sesungguhnya, dalam belajar tidak harus dilakukan

dengan duduk diam dan berkonsentrasi penuh. Namun belajar harus disertai

dengan kenyamanan serta menyenangkan bagi para peserta didik yang sedang

belajar. Untuk itu, belajar dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara. Ada

yang belajar dengan mendengarkan musik, menonton Tv, belajar dengan ngemil,

bahkan ada juga yang dengan model sistem kebut semalam.

Belajar matematika pun juga memerlukan kenyamanan dan

menyenangkan ketika siswa dalam proses belajar, sehingga mata pelajaran yang

sering dianggap sulit dan menyeramkan itu pada akhirnya mampu membuat siswa

tertarik mempelajarinya dan akan mencapai prestasi belajar yang memuaskan

sesuai dengan tujuan belajar mengajar matematika. Cara belajar yang kaku dan

hanya terpaku pada buku paket sekolah dan guru dapat diperbaiki dengan cara

menerapkan metode pembelajaran yang dapat membangun SDM berkualitas.

Salah satunya adalah dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat di

aplikasikan melalui strategi resources based learning.

Menurut Suryobroto8 Resource based learning adalah suatu pendekatan

yang dirancang untuk memudahkan siswa dalam mengatasi keterampilan siswa

tentang luas dan keanekaragaman sumber-sumber informasi tersebut berupa buku,

jurnal, surat kabar, multi media dan sebagainya. Memanfaatkan sepenuhnya

segala sumber informasi sebagai sumber belajar diharapkan peserta didik dengan

mudah dapat memahami konsep materi pembelajaran.

7 M. Joko Susilo, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, (Yogyakarta: PINUS, 2006),

h. 7 8 B Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.

215

5

Resources based learning merupakan salah satu strategi penerapan

paradigma konstruktivisme. Dalam paradigma pendidikan tradisional, guru

dianggap sebagai satu-satunya sumber belajar. Dalam paradigma pendidikan

modern, tidak lagi demikian. Siswa dapat belajar dari berbagai sumber lain tidak

hanya guru. Apalagi dalam era informasi saat ini, informasi tersedia dimana-mana

dalam berbagai bentuk dan jenis mulai dari bentuk cetak, non-cetak, bahkan

sumber belajar dari manusia itu sendiri.

Strategi resource based learning lebih berpusat pada siswa (student

centered learning) yang memungkinkan siswa dapat menemukan dan membangun

pengetahuannya sendiri, dimana guru lebih berperan sebagai fasilitator. Segala

sesuatu yang kita temui dapat digunakan sebagai sumber belajar matematika.

Dalam proses pengumpulan informasi siswa akan membaca, mendengar,

menyentuh, atau melihat sendiri sumber informasi tersebut. selama proses tesebut,

mereka akan mengembangkan metode untuk menangkap informasi penting

tersebut. Bisa saja dengan cara mencatat pada kartu catatan, atau dalam bagan

atau mungkin juga mereka membuat salinan (copy) dari buku, koran, dll.

Keaktifan siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan strategi

resource based learning diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar.

Prestasi adalah hasil yang dicapai. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai

setelah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran. Lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru.

Strategi resource based learning akan membuat siswa mengembangkan

sikap positif dan keterampilan yang sangat berguna bagi dirinya dalam era

informasi yang sedang dan akan dihadapinya kelak. Jadi, pada akhirnya resource

based learning dapat membekali keterampilan hidup bagi siswa dan diharapkan

dapat meningkatkan prestasi mereka dalam belajar matematika.

Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah di atas, penulis mencoba

mengangkat permasalahan sumber belajar tersebut ke dalam skripsi dengan judul,

Pengaruh strategi Resource Based Learning Terhadap Hasil Belajar Matematika

Siswa.

6

B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, menunjukkan bahwa belajar

matematika tidak harus terpaku hanya kepada guru dan buku saja. Namun belajar

matematika dapat dilakukan dengan banyak cara melalui berbagai sumber

(resource based learning), maka penulis mencoba mengidentifikasi beberapa

masalah, antara lain:

1. Sumber yang dipakai dalam pembelajaran masih terbatas.

2. Guru lebih mendominasi pembelajaran di dalam kelas.

3. Cara belajar kaku dan hanya terpaku pada buku paket dan guru

4. Proses belajar mengajar yang klasik dan membosankan

5. Hasil belajar matematika yang tergolong rendah

C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini penulis memberi pembatasan masalah pada:

1. Hasil belajar yang penulis ambil dalam penelitian ini hanya dibatasi pada

hasil postes (instrumen prestasi belajar matematika).

2. Sumber-sumber yang penulis gunakan dalam penelitian strategi resource

based learning hanya terbatas pada hasil pencarian dari internet dan buku

perpustakaan.

D. Rumusan Masalah Rumusan masalahnya ialah: Apakah strategi resource based learning

memiliki pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa?

E. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian yang akan penulis lakukan adalah:

1. Penulis ingin mengetahui pengaruh penggunaan strategi resource based

learning terhadap hasil belajar matematika siswa.

2. Penulis ingin memperkenalkan kepada siswa tentang proses pembelajaran

dengan menggunakan strategi resource based learning.

7

F. Manfaat Hasil Penelitian. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk:

1. Para guru sebagai referensi dalam upaya meningkatkan hasil belajar

matematika siswa dengan menggunakan strategi resource based learning.

2. Para siswa agar memanfaatkan berbagai sumber didalam belajar, terutama

mata pelajaran matematika.

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Deskripsi Teoritis 1. Resource Based Learning

a. Pengertian Resource Based Learning Menurut Sri Widawati (Suryobroto)1 resource based learning adalah

segala bentuk belajar yang langsung menghadapkan murid dengan sesuatu atau

sejumlah individu atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang berkaitan

dengan itu, bukan dengan cara konvensional dimana guru menyampaikan beban

pelajaran kepada murid.

Menurut Baswick (Suryobroto)2 pembelajaran berdasarkan sumber

resource based learning melibatkan keikutsertaan secara aktif dengan berbagai

sumber (orang, buku, jurnal, suratkabar, multi media, web dan masyarakat),

dimana siswa akan termotivasi untuk belajar dengan berusaha meneruskan

informasi sebanyak mungkin.

Menurut Evaline3 sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi,

sumber belajar semakin lama semakin bertambah banyak jenisnya sehingga

memungkinkan siswa dapat belajar mandiri secara lebih baik.

Menurut Seels & Richey (Agusnadi)4 sumber belajar adalah manifestasi

fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak ke bentuk bahan

pembelajaran dan dapat dikategorikan menjadi 4 jenis teknologi yaitu cetak,

audiovisual, komputer, dan terpadu.

Dari berbagai pendapat di atas tentang resource based learning penulis

berkesimpulan bahwa resource based learning adalah bentuk belajar yang

1 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, h. 215 2 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, h. 216 3 Eveline Siregar, Pengembangan Belajar Berbasis Sumber, dari

www.teknologipendidikan.net, 11 Februari 2008. 4 Agusnadi, Sumber Belajar dan Manfaatnya Dalam Pembelajaran, dari

www.centralischool.ac, 19 Februari 2009.

8

http://www.teknologipendidikan.net/http://www.centralischool.ac/

9

melibatkan berbagai macam sumber belajar seperti (orang, buku, surat kabar, web,

teknik dan pengalaman) agar para siswa dapat belajar secara aktif.

Banyak sumber belajar yang dapat dimanfaatkan dalam pengajaran dengan

menggunakan strategi bukan hanya guru yang merupakan satu-satunya sumber

belajar selain itu murid juga tidak hanya dapat belajar di dalam kelas, tapi mereka

juga bisa di laboratorium, perpustakaan dan bahkan di luar sekolah.

Pembelajaran dengan menggunakan strategi resource based learning

membuat guru memiliki berbagai macam peran. Ada kalanya ia memberi

penjelasan kepada siswa secara keseluruhan dan dilain waktu guru dapat bertindak

sebagai pemimpin diskusi kelompok apabila para siswa belajar secara individual,

guru dapat bertindak sebagai penasihat, sumber informasi, pengawas, fasilitator,

dan sebagainya.

Guru bertanggung jawab atas hasil anak didiknya secara keseluruhan oleh

karena itu guru harus selalu memantau dalam setiap langkah proses pembelajaran,

mulai dari perencanaan, penentuan dan mengumpulkan sumber-sumber informasi,

memberi motivasi dan mamberi bantuan kepada siswa apabila diperlukan.

b. Manfaat Sumber Belajar Pembelajaran dengan menggunakan strategi resource based learning

memiliki beberapa manfaat bagi perkembangan siswa dalam belajar. Menurut

Dorrell (Agusnadi)5 keuntungan belajar berbasis sumber, antara lain:

(1) Memungkinkan untuk menemukan bakat terpendam pada diri seseorang

yang selama ini tidak tampak. Tidak saja pada masa sekolah, tapi

perkembangan terus berlanjut sepanjang hidup, memungkinkan perluasan

wawasan dan arahan.

(2) Memungkinkan pembelajaran berlangsung terus menerus dan belajar

menjadi mudah diserap dan lebih siap diterapkan. Ketrampilan dan

pengetahuan meningkat secara bersamaan, dan

(3) Seseorang dapat belajar sesuai dengan kecepatannya, sesuai waktunya

5Agusnadi, Sumber Belajar dan Manfaatnya Dalam Pembelajaran, dari

www.centralischool.ac, 19 Februari 2009.

http://www.centralischool.ac/

10

sendiri dan waktu kerja, tanpa rasa takut akan persaingan, atau adanya

orang lain yang mengawasi.

Berkenaan dengan keuntungan belajar berbasis aneka sumber atau

resource based learning dalam belajar yang telah dikemukakan oleh Dorrel di

atas, Dorrel mengutip pernyataan Alan Mumford (Agusnadi)6 bahwa manfaat

belajar berbasis aneka sumber adalah: (1) dapat meningkatkan kemampuan

belajar, (2) dapat meningkatkan motivasi belajar, (3) dapat menumbuhkan

kesempatan belajar yang baru, (3) dapat mengurangi ketergantungan pada atasan

dan guru, (4) dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan

baru ketika proses belajar.

Dari berbagai pernyataan di atas tentang manfaat belajar dengan

menggunakan strategi resource based learning dapat disimpulkan bahwa manfaat

belajar dengan menggunakan strategi resource based learning adalah untuk

melatih siswa belajar mandiri dan bertanggung jawab dengan pelajaran yang

sedang mereka pelajari.

c. Media Komunikasi Dalam Resource Based Learning Perkembangan media komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat

akhir-akhir ini. Dari buku yang ditulis kemudian lahirlah buku-buku yang dicetak.

Alat cetak pertama kali ditemukan oleh Gutenberg pada abad kelima belas.

Kemampuan membuat kertas secara cepat dengan alat yang canggih tersebut

membawa revolusi dalam media komunikasi dengan diterbitkannya surat kabar

dan majalah dalam jumlah jutaan tiap hari.

Komputer juga mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

perkembangan media komunikasi, komputer membuka kesempatan yang tak

terbatas untuk menyimpan data dan digunakan setiap waktu jika diperlukan. Para

pendidik segera melihat manfaat kemajuan komputer dalam media komunikasi

bagi pendidikan.

6Agusnadi, Sumber Belajar dan Manfaatnya Dalam Pembelajaran, dari

www.centralischool.ac, 19 Februari 2009.

http://www.centralischool.ac/

11

Sewaktu gambar hidup ditemukan oleh Thomas Alfa Edison pada tahun

1913 dalam buku Nasution7 dijelaskan bahwa buku-buku segera akan digantikan

oleh gambar hidup dan seluruh pengajaran akan dilakukan tidak lagi melalui

pendengaran akan tetapi melalui penglihatan, contohnya pada materi segitiga dan

segiempat, siswa dapat melihat dengan jelas proses pembuatan bangun segitiga

secara terperinci dalam media komputer.

Di Amerika Serikat teknologi pendidikan dipandang sebagai media yang

lahir dari revolusi media komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan

pendidikan disamping guru, buku, dan papan tulis. Di Inggris teknologi

pendidikan dipandang sebagai pengembangan, penerapan, dan sistem evaluasi,

teknik dan alat-alat pendidikan untuk memperbaiki proses belajar.

Teknologi pendidikan adalah pendekatan problem solving tentang

pendidikan. Namun kita masih sedikit tahu apa sebenarnya mendidik dan

mengajar itu. Untuk itu, perlu dilaksanakannya strategi pembelajaran yang

memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia secara maksimal, yaitu dengan

menjalankan strategi resource based learning.

d. Ciri-ciri dan Jenis Strategi Resource Based Learning Sumber pembelajaran berdasarkan sifat dasarnya dibagi menjadi 2, yaitu:

Sumber insani (guru, sastrawan, tokoh masyarakat, tutor sebaya, dsb) dan Sumber

non-insani (buku, majalah, surat kabar, radio tv, internet, dsb). Kedua sumber

tersebut memiliki pengaruh yang sama besar dalam perkembangan pendidikan.

Sebab itu, pembelajaran dengan menggunakan berbagai sumber sangatlah penting.

Berikut ini akan dijelaskan ciri-ciri belajar dengan menggunakan strategi

Resource Based Learning.

Menurut Nasution8 ciri-ciri belajar berdasarkan sumber (Resource Based

Learning):

7 S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2008), h. 20 8 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, h. 26

12

1) Memanfaatkan sepenuhnya segala sumber informasi sebagai sumber bagi

pelajaran.

2) Memberi pengertian kepada murid tentang luas dan aneka ragamnya

sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan untuk belajar.

3) Berhasrat untuk mengganti pasifitas murid dalam belajar tradisional dengan

belajar aktif.

4) Berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar dengan menyajikan berbagai

sumber.

5) Memberi kesempatan kepada murid untuk belajar menurut kecepatan dan

kesanggupan mereka masing-masing.

6) Lebih fleksibel dalam penggunaan waktu dan ruang belajar.

7) Berusaha mengembangkan kepercayaan akan diri sendiri dalam hal belajar

yang memungkinkannya untuk melanjutkan belajar sepanjang hidupnya.

Jadi, berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, belajar berdasarkan

sumber (resource based learning) merupakan suatu strategi pembelajaran yang

memanfaatkan sepenuhnya segala sumber belajar termasuk alat-alat audio-visual

serta memberi kesempatan kepada siswa untuk bisa belajar sesuai dengan

kepintaran mereka masing-masing agar mereka dapat belajar secara aktif.

Penggunakan strategi resource based learning perlu adanya perencanaan

kegiatan belajar dan pertimbangan sumber-sumber yang tersedia di sekolah agar

bisa memotivasi minat dan keterlibatan diri siswa dalam proses pembelajaran.

Untuk itu, apa yang dipelajari dengan sumber-sumber tersebut harus memiliki

makna pembelajaran agar kepercayaan diri siswa terhadap belajar dapat terus

berkembang.

Strategi resource based learning dipakai dalam pembelajaran dengan

mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan dalam melaksanakan tugas apa

saja berdasarkan teknik, pemecahan masalah, percobaan dan penelitian,

tergantung kepada keputusan guru serta kemungkinan yang ada dalam rangka

kurikulum yang berlaku disekolah itu.

Sumber pembelajaran juga banyak jenisnya. Jenis sumber pembelajaran

Menurut Association of Education Communication Technologi (AECT) dalam

13

Agusnadi9 meliputi semua sumber yang dapat digunakan oleh pelajar baik secara

terpisah maupun dalam bentuk gabungan sebagai fasilitas belajar, sumber tersebut

terdiri dari:

Pertama: Message/Pesan, Informasi yang diteruskan oleh komponen lain

dalam bentuk gagasan, fakta, arti dan data, termasuk disini bahan pelajaran yang

dituangkan dalam buku. Contohnya adalah ketika siswa belajar tentang materi

segitiga dan segiempat guru meminta siswa untuk menyebutkan benda apa saja

yang ada disekitar mereka yang berbentuk segitiga dan persegi.

Kedua: People/narasumber, Manusia yang bertindak sebagai penyaji

pesan. Contohnya adalah guru memberi masukan dan membantu siswa mengenai

materi segitiga dan persegi yang masih belum bisa mereka mengerti dengan baik.

Ketiga: Materials/bahan, Perangkat lunak yang mengandung pesan untuk

disajikan melalui penggunaan alat (tranparansi, slide, film, audio, vidio, modul,

majalah, buku, dan sebaginya). Contohnya guru menjelaskan bagian-bagian serta

sifat-sifat segitiga dan persegi dengan menggunakan media power point.

Keempat: Device/alat, Suatu perangkat keras yang digunakan untuk

menyempaikan pesan yang tersimpan dalam bahan (OHP, tape recorder, pesawat

radio, dan sebagainya). Contohnya guru meminta siswa membuat bentuk bangun

datar dari karton.

Kelima: Technique/teknik, Acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan

bahan peralatan, orang, lingkungan untuk menyampaikan pesan. Contohnya guru

mengajak siswa belajar ke tempat yang bisa memperkenalkan mereka dengan

bentuk bangun datar secara luas.

Keenam: Setting/lingkungan, Suasana sekitar dimana pembelajaran

disampaikan. Lingkungan belajar dibagi menjadi dua: yaitu: Lingkungan fisik dan

lingkungan non-fisik. Lingkungan fisik terdiri dari ruang kelas, gedung sekolah,

perpustakaan, laboratorium, taman, lapangan, dan sebagainya. Sedangkan

lingkungan non-fisik terdiri dari iklim belajar, tenang, ramai, lelah, dan

sebagainya.

9Agusnadi, Sumber Belajar dan Manfaatnya Dalam Pembelajaran, dari

www.centralischool.ac, 19 Februari 2009.

http://www.centralischool.ac/

14

Dari contoh-contoh di atas, belajar matematika dengan menggunakan

sumber pembelajaran akan terlihat lebih menarik dan tidak membosankan

sehingga memacu siswa untuk terus berprestasi dalan pelajaran matematika.

Menurut Nasution10 dalam pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan strategi Resource based learning perlu diperhatikan hal-hal berikut:

(a). Pengetahuan yang ada.

Guru harus mengetahui tentang latar belakang murid dan pengetahuan murid

tentang materi pelajaran.

(b). Tujuan pelajaran.

Guru harus merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapai dengan

pelajaran itu. Tujuan ini turut menentukan metode yang akan digunakan oleh

guru.

(c). Memilih metodologi.

Metode pengajaran banyak ditentukan oleh tujuan. Bila topik yang dihadapi

itu luas seperti dalam pengajaran unit, berbagai metode akan perlu digunakan.

Biasanya metode-metode itu mengandung unsur seperti berikut:

a) Uraian tentang apa yang akan dipelajari.

b) Diskusi dan pertukaran pikiran.

c) Kegiatan-kegiatan yang manggunakan media.

d) Kegiatan-kegiatan dalam lingkungan sekolah.

Dalam berbagai kegiatan itu murid-murid berlatih untuk mengadakan

observasi yang sistematis, membuat catatan, dan membuat laporan tertulis.

(d). Koleksi dan penyediaan bahan.

Harus diketahui bahan dan alat yang dimiliki oleh sekolah. Bahan dapat pula

dipinjam, seperti buku-buku perpustakaan. Sumber-sumber diluar sekolah

juga dapat dimanfaatkan bila diperlukan.

(e). Penyediaan tempat.

Segala kegiatan harus dilakukan dalam ruangan tertentu. Ruangan sering

merupakan suatu kesulitan dalam melaksanakan pelajaran yang memerlukan

10 S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, h. 26-27

15

berbagai fasilitas dan kegiatan yang berbagai macam.

Guru harus mengetahui latar belakang serta pengetahuan murid tentang

materi pelajaran matematika yang akan diajarkan. Guru juga harus merumuskan

dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapai dengan pelajaran itu. Setelah itu guru

baru bisa menentukan metode apa yang akan digunakan.

Menurut Handymom11 proses pembelajaran dengan strategi resource

based learning mendorong siswa untuk bisa bertanggung jawab terhadap

belajarnya sendiri dan dapat melatih kemandirian belajar sehingga pembelajaran

dapat lebih tertanam dalam dirinya karena ia sendiri secara pribadi yang

menemukan dan membangun pemahaman.

Chaeruman12 menjelaskan ada serangkaian proses yang harus dilakukan

siswa dengan panduan, bimbingan dan arahan guru dalam proses pembelajaran

berdasarkan sumber, yaitu: Mengidentififkasi pertanyaan atau permasalahan yang

ditemui, Merencanakan cara mencari informasi, Mengumpulkan informasi,

Menggunakan Informasi, Membuat informasi mudah difahami kemudian langkah

terakhir adalah evaluasi. Jika siswa dapat seluruhnya melakukan aktifitas tersebut,

maka siswa akan lebih aktif belajar dengan kemampuan mereka masing-masing

dalam mencari sumber informasi yang dibutuhkan.

e. Perbedaan Strategi Resource Based Learning Dengan Pembelajaran Konvensional.

Jika dahulu diutamakan soal mengajar, maka akhir-akhir ini ditonjolkan

soal belajar, selain itu diketahui bahwa belajar akan lebih berhasil bila bahan

pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan minat anak. Sedangkan pembelajaran

konvensional yang dimaksud disini adalah pembelajaran secara klasikal, seperti

yang biasa kita lihat sehari-hari disetiap sekolah pada umumnya. Pada

pembelajaran ini guru mengajar sejumlah siswa dikelas dan setiap siswa

diharuskan memiliki kecepatan belajar yang sama dan proses pembelajaran

11 Handymom, Belajar Berbasis Aneka Sumber, dari www.teknologipendidikan.com, 9

Juli 2009 12 Uwes A. Chaeruman, Tips Melaksanakan Resource Based Learning, dari

www.teknologipendidikan.com, 30 September 2008

http://www.teknologipendidikan.com/http://www.teknologipendidikan.com/

16

berpusat pada guru.

Oleh sebab itu, banyak kegagalan dan frustasi yang dialami oleh anak-

anak. Pengaruhnya terhadap anak itu sendiri dapat dirasakan dengan rasa malas

belajar, benci terhadap pelajaran, merasa terpaksa ke sekolah, rasa rendah diri dan

berbagai efek negatif lainnya.

Beberapa karakteristik dalam pembelajaran konvensional antara lain

menyandarkan kepada hafalan, pemilihan informasi ditentukan oleh guru,

cenderung pada satu bidang tertentu, memberikan sekumpulan informasi pada

siswa tanpa menindak lanjuti apakah siswa tersebut paham atau tidak.

Butuh informasi yang beraneka ragam dalam pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran strategi resource based learning. Dalam buku Made

Wena13 dijelaskan jika beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa

ketersediaan sumber belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Tanpa

adanya sumber belajar yang memadai amat suli bagi seorang guru untuk

melaksanakan proses pembelajaran.

Salah satu usaha untuk membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran

yaitu dengan menggunakan resource based learning. Cara belajar ini memberi

kebebasan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhannya. Ia bebas pula

belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya.

Menurut B Suryobroto14 belajar dengan resource based learning

merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan siswa agar dapat memecahkan

masalah sehingga pengalamannya dapat berkembang dan memungkinkan untuk

mencipta, menggabungkan, menyusun unsur-unsur yang ada menjadi sesuatu hal

yang baru dan menjadi satu kesatuan dan kemungkinan adanya beberapa bentuk

jawaban yang di dapat.

Tabel di bawah adalah beberapa perbedaan pembelajaran secara

konvensional dengan pembelajaran yang menggunakan strategi resource based

learning.

13 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif dan Kotemporer, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2009), h. 15 14 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta,

2009), cet. 2, h. 221

17

Tabel 2.1

Perbedaan Pembelajaran Konvensional dengan Strategi Resource Based Learning

Pembelajaran Konvensional Strategi resource based learning

1. Siswa duduk, catat, dengar, dan hafal 1. Siswa dilibatkan secara aktif

2. Sumber informasi hanya guru 2. Sumber informasi selain guru

adalah internet dan lingkungan

sekolah.

3. Siswa tidak dituntut untuk

menemukan konsep

3. Siswa dituntut untuk menemukan

konsep

4. Metode yang digunakan oleh guru

adalah ekspositori

4. pemanfaatan metode lain dengan

kebutuhan materi pembelajaran.

5. Suasana kelas membosankan 5. Suasana belajar jadi hidup

6. Materi Pembelajaran banyak dan

berat

6. Materi pembelajaran

disederhanakan

7. Banyak waktu yang terbuang 7. Penggunaan waktu se-efektif

mungkin

Karena itu, jika guru ingin meningkatkan hasil belajar siswa maka

banyaknya sumber belajar sangat penting bagi perkembangan pembelajaran dan

keaktifan siswa.

2. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan aktifitas yang biasa dilakukan oleh semua orang dari

segala umur. Mulai dari lahir, kita sudah mengalami yang namanya suatu proses

belajar, belajar makan, belajar minum, belajar berdiri, belajar berjalan, belajar

mengenal lingkungan sekitar, dan hingga dewasa manusia terus mengalami suatu

proses belajar.

Belajar secara umum yang bisa dilakukan dimana dan kapan saja itu

disebut sebagai belajar non-formal, sedangkan belajar yang dilakukan di sekolah

18

dan perguruan tinggi disebut belajar formal, dimana ada strategi, metode, rencana

dan materi khusus yang akan disampaikan oleh guru.

Menurut teori konstruktivisme (Sardiman)15 belajar adalah kegiatan yang

aktif dimana siswa belajar membangun sendiri pengetahuannya. Dan belajar itu

sendiri pasti memiliki tujuan-tujuan, tujuan belajar ini ada yang benar-benar

disadari oleh orang yang belajar ada juga yang tidak memahami betapa

pentingnya belajar. Menurut Alisuf Sabri16 tujuan belajar tersebut erat kaitannya

dengan perubahan/pembentukan tingkah laku tertentu.

Menurut Cronbach (Sumadi)17 didalam bukunya yang berjudul Education

Psychology menyatakan bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah mengalami

dan dalam mengalami itu siswa mempergunakan panca inderanya. Morgan,

Gagne, Samuel Soejitu dan H.C Witherington adalah beberapa ahli yang

mendefinisikan belajar dengan menitikberatkan pada perubahan tingkah laku

sebagai akibat dari pengalaman atau proses aktifitas siswa.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas penulis menarik kesimpulan bahwa

belajar adalah kegiatan aktif yang membangun pengetahuan siswa dengan

mempergunakan panca inderanya hingga menghasilkan perubahan tingkah laku.

Kegiatan belajar harus ada 4 kondisi yang fundamental pada diri orang

yang belajar, yaitu adanya:

a) Suatu dorongan atau kebutuhan untuk belajar/mempelajari sesuatu.

b) Suatu perangsangan atau isyarat tertentu sebagai signal/ tanda materi yang

akan dipelajari.

c) Suatu respon utama dari diri orang yang belajar, apakah berupa tindakan

motorik, pengamatan, pemikiran, penghayatan atau perubahan fisiologis.

d) Suatu ganjaran pengukuhan sebagai hasil belajar yang dicapai.

Menurut Alisuf Sabri18 keempat kondisi fundamental dalam kegiatan

belajar tersebut sekarang sudah harus menjadi dasar orientasi didaktis guru dalam

15Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2003), h. 38 16M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hal. 58 17Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008),

h.231 18 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, hal. 57 5.

19

mengola kegiatan belajar mengajar. Belajar sebagai proses atau aktifitas yang

disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Diantara faktor-faktor

yang mempengaruhi belajar tersebut adalah: Faktor yang berasal dari luar pelajar

(Ekstern), yaitu: faktor sosial dan faktor non-sosial, dan Faktor yang berasal dari

dalam pelajar (Intern), yaitu: Faktor Fisiologis dan Faktor Psikologis.

Gagne (Joko)19 menjelaskan bahwa belajar terdiri dari tiga komponen

penting, yaitu: Kondisi eksternal, kondisi internal dan hasil belajar. Kompenen

tersebut dijelaskan dalam bagan berikut:

Berinteraksi dengan

Bagan 2.1

Keadaan internal dan proses kognitif

siswa

Stimulus dari lingkungan

Hasil Belajar Informasi verbal Keterampilan intelek Keterampilan motorik Sikap Siasat kognitif

Komponen Esensial Belajar dan Pembelajaran

Belajar mencakup semua aspek mental psikologis manusia. Belajar

menghasilkan perubahan perilaku baik positif maupun negatif. Ciri-ciri kegiatan

yang disebut belajar ialah:

1) Belajar menghasilkan perbuatan tingkah laku pada diri orang yang belajar baik

secara aktual maupun potensial.

2) Perubahan itu merupakan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang

relatif menetap.

b. Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa Yunani Mathematike, asal kata mathema

yang berarti pengetahuan atau ilmu. Secara etimologi yaitu ilmu pengetahuan

19 M. Joko Susilo, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar, (Yogyakarta: PINUS, 2006),

h. 26-27

20

yang diperoleh dengan bernalar.

Wikipedia20 dijelaskan seorang matematikawan Benjamin Peirce

menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan

yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-

hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh

mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan.

Menurut Jhonson dan Myklebus (Andi)21 Matematika adalah bahasa

simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

kuantitatif dan keruangan, sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan

berfikir.

Matematika dalam pengajaran prakstisnya, seperti yang telah dialami dan

diamati mengikuti perkembangan psikologi siswa yaitu dimulai dari yang simpel,

konkrit menuju yang kompleks dan yang abstrak.

Pembatasan pengertian matematika diatas tidak tunggal, masih banyak

ilmuan yang mengartikan dan mendefinikannya namun simpulannya bahwa

matematika adalah ilmu pengetahuan eksak yakni mengandung informasi tenang

objek tertentu dalam dimensi-dimensi pengukuran dan terdiri dari pengetahuan

numerik, penalaran logika, serta aturan-aturan yang sistematis.

Penulis menyimpulkan pengertian matematika adalah ilmu pengetahuan

yang menitik beratkan pada daya berfikir atau bernalar.

c. Pengertian Hasil Belajar Matematika Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil (product) menunjuk

pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang

mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.

Menurut Mulyono Abdurrahman22, hasil belajar adalah kemampuan yang

diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Pengertian tersebut senada

20Wikipedia Bahasa Indonesia, Matematika, dalam http://wikipedia.org/wiki/matematika,

copyright 29 Juli 2010 21 Andi Nasution, Landasan Matematika, (Jakarta: Bantara Karya Aksara, 1980), h. 26 22 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2003), Cet.II, h. 37.

http://id.wikipedia.org/wiki/Benjamin_Peircehttp://id.wikipedia.org/wiki/Albert_Einsteinhttp://wikipedia.org/wiki/matematika

21

dengan pendapat Nana Sudjana23 yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya.

Gagne (Sudjana)24 membagi lima kategori hasil belajar, yakni :

1. Informasi verbal, yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat

diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis.

2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan

lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi,

khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol

3. Strategi kognitif (cognitive strategy), orang yang memiliki kemampuan ini

dapat menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri,

khususnya bila sedang belajar dan berpikir.

4. Keterampilan motoris, orang yang memiliki keterampilan motoris, mampu

melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu,

dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan

secara terpadu.

5. Sikap, merupakan kemampuan internal yang berperan sekali dalam

mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk

bertindak. Orang yang memiliki sikap yang jelas, mampu untuk memilih

secara tegas di antara beberapa kemungkinan.

Sementara itu, menurut revisi Benjamin S. Bloom ranah hasil belajar,

yaitu:

Mengingat : Mengingat kembali informasi

Memahami : Menjelaskan ide atau konsep

Menerapkan : Menerapkan informasi pada situasi yang berbeda

Menganalisis : Menguraikan informasi ke dalam bagian lebih rinci,

terkait satu dengan yang lain dan dapat dipahami.

23 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2009), Cet.XIII, h. 22. 24 Nana Sudjana, Penilaian Hasil, hal. 22

22

Mengevaluasi :Menetapkan keputusan dari hasil penilaian atau

penghitungan atau melalui beberapa tahap pengujian.

Berkreasi : Merumuskan ide baru, produk, atau cara memandang

sesuatu.

Dari ranah hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom dapat disajikan

melalui bagan di bawah ini:

Bagan 2.2

Ranah Hasil Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, ketercapaian hasil

belajar dapat dikategorikan menjadi beberapa kriteria, yaitu:25

a) Istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran yang

diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b) Baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan

pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh

siswa.

c) Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan

hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh

siswa.

25 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:

PT.Rineka Cipta, 2006), Cet.III, h. 107.

23

d) Kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan

kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Menurut Nasution (Sunartombs)26 tujuan hasil belajar bagi siswa yaitu

untuk mengetahui kemampuan siswa dalam belajar.

Tes hasil belajar matematika yang sering kali digunakan disekolah-

sekolah biasanya tes tersebut adalah buatan guru itu sendiri (teacher made test).

Tes yang dibuat oleh guru ini digunakan untuk menilai kemajuan siswa dalam hal

pencapaian hasil belajar.

Membuat tes hasil belajar dibagi menjadi dua bentuk:

1) Tes Subjektif, yang pada umumnya tes ini berbentuk uraian. Tes bentuk

uraian adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban

yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.

Soal-soal bentuk uraian biasanya jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar 5

10 buah. Soal uraian ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat

mengorganisir, menginterpretasi dan menghubungkan pengertian-

pengertian yang telah dimiliki.

2) Tes Objektif, yang pada umumnya tes ini berbentuk pilihan ganda

(multiple choice). Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya

dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk

mengatasi kelemahan-kelamahan dari tes bentuk esai.

Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih

banyak dari pada tes bentuk uraian, dan biasanya tes ini berjumlah sekitar

30 40 soal.

Dalam buku Mudjijo27 proses penilaian hasil belajar harus ada pengukuran

nilai untuk mendapatkan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan penilaian.

Dengan demikian, pengukuran dengan sifatnya yang lebih objektif dapat

mendukung objektivitas suatu proses penilaian hasil belajar.

26 Sunartombs, Pengertian Prestasi Belajar, dari www.sunartombs.wordperss.com, 5

Januari 2009 27 Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: BUMI AKSARA, 1995), h. 27

http://www.sunartombs.wordperss.com/

24

Pengukuran

Non-Pengukuran

Tes hasil belajar

Teknik non-tes

Penilaian

Bagan 2.3

Teknik Penilaian Dalam Pengukuran

Jadi, dari kesuluruhan pembahasan materi dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh para siswa melalui learning

process atau proses belajar dalam bidang pelajaran matematika.

3. Matematika Sekolah a. Pengertian Matematika Sekolah

Menurut Sri Anitah28 matematika sekolah adalah matematika yang

umumnya diajarkan di jenjang persekolahan yaitu Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), tetapi tidak di

jenjang perguruan tinggi.

Matematika sekolah jelas berkaitan dengan anak didik yang menjalani

proses perkembangan kognitif dan emosional. Secara khusus dapat dikatakan

bahwa dalam matematika sekolah perlu memperhatikan aspek teori psikolgi

khususnya teori psikologi perkembangan. Mereka memerlukan tahapan belajar

sesuai dengan perkembangan jiwa dan kognitifnya masing-masing.

Oleh karena itu, penulis berkesimpulan bahwa matematika sekolah

merupakan pembelajaran matematika yang diajarkan di sekolah-sekolah dan

berkaitan dengan anak didik yang sedang menjalani proses belajar sesuai dengan

tahapan-tahapan belajar yang ada di jenjang sekolah.

28 Sri Anitah, Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h.

723

25

b. Karakteristik Pendidikan Matematika Seorang guru matematika harus berusaha untuk mengurangi sifat

keabstrakan objek matematika sehingga memudahkan siswa dalam menangkap

pelajaran matematika di sekolah. Dengan demikian seorang guru matematika

dalam menerangkan fakta, konsep, skill/keterampilan, dan prinsip harus

menyesuaikan perkembangan penalaran siswa agar terlihat konkret.

Matematika dan matematika sekolah memiliki persamaan dan perbedaan.

Berikut ini akan diungkapkan tentang karakteristik matematika sekolah namun

tidak lepas dari karakteristik matematika itu sendiri. Adapun karakteristik

matematika dan pendidikan matematika adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2

Perbedaan Karakteristik Matematika dan Pendidikan Matematika

Karakteristik Matematika Karakteristik Pendidikan

Matematika

1. Memiliki objek kajian abstrak 1. Memiliki objek kajian konkret dan

abstrak

2. Pola pikirnya deduktif 2. Pola pikirnya induktif dan deduktif

3. Kebenaran Konsistensi 3. Kebenaran konsistensi dan korelasi

4. Bertumpu pada kesepakatan 4. Bertumpu pada kesepakatan

5. Memiliki symbol kosong dari arti

(tentu sebelum masuk semesta

tertentu).

5. Memiliki symbol kosong dari arti

dan juga berarti

6. Taat kepada semestanya (Universe) 6.Untuk membedakan tingkat sekolah

Dari tabel di atas jelas terlihat perbedaan antara karakteristik matematika

dan pendidikan matematika, jika karakteristik matematika objek keseluruhannya

abstrak dan universal maka pendidikan matematika objek penelitiannya ada yang

konkret dan materi yang diberikan sesuai dengan tingkat sekolah.

26

Mungkin dengan mengaitkan materi yang akan disampaikan dengan realita

disekitar siswa atau disesuaikan dengan pemakaiannya. Jadi, penyajiannya sering

kali tidak langsung berupa materi-materi matematika. Contohnya ketika guru

mengajar tentang bentuk jajar genjang, guru memberikan gambaran tentang

bentuknya, lalu melipat setiap sisi jajar genjang kemudian guru meminta siswa

memberikan definisi tentang jajar genjang, dan itu tidak mustahil jika para siswa

memiliki definisi yang berbeda.

Jadi, sebelum guru memberikan pengertian tentang jajar genjang secara

simbolik, perlu adanya realita yang dapat dilihat dan dimengerti secara langsung

oleh siswa. Dengan memutar atau meliat sisi-sisi jajar genjang, maka siswa

mudah melihat ada sudut yang ukurannya sama, ada diagonal yang

berpotongannya ditengah dan ada sisi yang sejajar dan sama panjang. Dari hasil

aktivitas itu akan ditemukan beberapa sifat penting yang dimiliki jajar genjang.

Menyajikan pelajaran matematika di SD dan di SMP, masih memerlukan

contoh-contoh bahkan jika memungkinkan berupa benda konkret. Dari contoh-

contoh tersebut ditentukan hal-hal atau sifat khusus selanjutnya menuju hal yang

bersifat umum. Kesimpulan tersebut dapat berupa definisi atau teorema yang

diangkat berdasarkan contoh-contoh tersebut.

c. Tujuan Pendidikan Matematika Tujuan pendidikan matematika yang dimaksudkan adalah tujuan

pembelajaran matematika yang secara umum diajarkan di sekolah. Dari kurikulum

2004 (Depdiknas Jakarta, 2003) disebutkan tujuan pembelajaran matematika

adalah: Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan,

mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi dan intuisi,

mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, mengembangkan

kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan.

Penulis ingin pula mengtahui indikator kepintaran siswa kelas tujuh dalam

pendidikan matematika, karena kelas yang akan penulis jadikan sampel dalam

penelitian nanti adalah siswa-siswa kelas tujuh.

27

Indikator kemahiran untuk kelas VII adalah:29

1. Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis dengan symbol

dan diagram.

2. Menjelaskan langkah atau memberikan alasan hasil penyelesaian soal.

3. Menerapkan konsep secara alogaritma.

4. Melakukan kegiatan simulasi dan peragaan untuk media pemecahan

masalah.

5. Menentukan persyaratan yang diperlukan dalam memecahkan masalah.

6. Memeriksa kesesuaian hasil penyelesaian yang diharapkan.

7. Memilih pendekatan atau srategi yang cocok untuk menyelesaikan

masalah.

8. Menafsirkan jawaban yang diperoleh.

9. Menunjukkan rasa ingin tahu dan perhatian dalam belajar matematika.

10. Menunjukkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah.

Dari indikator-indikator di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), khususnya kelas

tujuh masih bertumpu kepada hal-hal yang kongkrit namun juga mengasah

kemampuan siswa untuk bernalar dan kreatif.

Berikut ini adalah contoh penerapan strategi resource based learning

dalam materi segi empat:

Hal yang pertama harus dilakukan guru adalah memberi pertanyaan

kepada siswa mengenai bentuk segi empat dan pertanyaan-pertanyaan tersebut

harus relevan dengan kehidupan sehari-hari. Ini dilakukan untuk mencari tahu

pengetahuan awal siswa tentang segi empat. Misalnya guru bertanya: bentuk segi

empat apa saja yang kalian ketahui? Coba sebutkan benda apa saja yang memiliki

bentuk segi empat!

Selanjutnya, guru bertanya kepada siswa tentang manfaat belajar materi

segi empat, setelah mereka dapat mengidentifikasi manfaat belajar segi empat lalu

guru meminta siswa mencari informasi materi segi empat dari berbagai sumber

29 Sri Anitah, Strategi Pembelajaran Matematika, ... h. 731

28

seperti membaca buku, searcing di web, atau bertanya kepada orang yang lebih

pintar atau lebih ahli.

Setelah siswa mengumpulkan informasi materi segi empat, hasil informasi

tersebut disajikan kepada teman-teman sekelasnya dengan cara mereka sendiri,

setelah itu langkah terakhir adalah evaluasi untuk mengukur keberhasilan proses

belajar mereka.

4. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan didukung oleh beberapa hasil penelitian

sebelumnya. Penelitian Murdiyanto (2006) yang berjudul Penerapan Model

Resource Based Learning Dalam Pembelajaran Siswa Kelas VIII SMP

Muhammadiyah 8 Surakarta, diketahui bahwa prestasi belajar matematika siswa

yang mendapatkan pengajaran dengan menggunakan model resource based

learning lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol pada pokok bahasan

lingkaran.30

Penelitian Muhammad Zaki Amrulloh (2010) yang berjudul

Eksperimentasi Metode Resource Based Learning Terhadap Prestasi Santri,

menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata hasil prestasi belajar santri yang

menggunakan pembelajaran resource based learning lebih tinggi daripada rata-

rata hasil belajar santri yang menggunakan pembelajaran konvensional.31

B. Kerangka Berfikir Dalam pengajaran klasikal anak yang lambat dan berbakat boleh dikatakan

tidak mendapat perhatian yang selayaknya, selain itu ternyata ciri-ciri kepribadian

anak mempengaruhi hasil belajar dan kegiatan anak belajar yang berkaitan dengan

gaya mengajar oleh guru. Dalam buku Nasution32 Ada gaya mengajar atau

30 Ken Retno Yuniwati, Penerapan Resource Based Learning Dalam Pembelajaran

Matematika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta, dari http://etd.eprints.ums.ac.id, 26 September 2008.

31 Muhammad Zaki Amrulloh, Eksperimentasi Metode Resource Based Learning Terhadap Prestasi Santri, dari http://digilib.uin-suka.ac.id, 19 Februari 2010

32 S. Nasution, Bebagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: PT

http://etd.eprints.ums.ac.id/http://digilib.uin-suka.ac.id/

29

teaching style guru yang cocok bagi anak tertentu akan tetapi kurang serasi bagi

anak yang lainnya. Dengan demikian sebenarnya metode mengajar harus

mempertimbangkan juga kepribadian murid.

Salah satu usaha untuk mempertimbangkan perbedaan individual itu

adalah pengajaran berdasarkan sumber-sumber atau resource based learning.

Cara belajar serupa ini mamberi kebebasan kepada anak untuk belajar sesuai

dengan minat dan kebutuhannya.

Dalam mempelajari matematika harus secara kontinyu, kesinambungan

serta herarkis dalam proses belajar matematika terjadi mental yang tinggi, karena

dalam prosesnya seorang siswa melakukan kegiatan berfikir. Hal ini tentu saja

dipengaruhi juga oleh faktor intelegensi.

Salah satu penghambat proses kegiatan berfikir dalam belajar matematika

itu baik di sekolah maupun di rumah terkadang para siswa masih mengalami

kesulitan dalam menyusun pengertian-pengertian yang akan menuju kesimpulan.

Salah satu penyebabnya adalah siswa tidak mampu berfikir dengan baik untuk

mengingat dan menyusun informasi-informasi.

Strategi belajar berdasarkan sumber ini mendapat dukungan dari para ahli

ilmu jiwa yang mementingkan kesehatan mental anak, dan oleh golongan

progresif yang memberi kebebasan pada anak dalam pemilihan topik yang akan

dipelajarinya.

Belajar beradasarkan sumber berusaha memberi pengertian kepada murid

tentang luas dan beraneka ragamnya sumber-sumber informasi yang dapat

dimanfaatkan untuk belajar.

Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan prestasi

belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif, atau hanya menerima ada

kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Belajar aktif

adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian

menyimpannya dalam otak.

Bumi Aksara, 2008), cet. 12, h. 23

30

Dan dari kerangka berfikir tentang strategi resouce based learning dapat

disimpulkan dalam bentuk bagan di bawah ini:

Resource Based Learning

Pembelajaran Konvensinal

Pembelajaran aktif

Cepat melupakan informasi

Belajar Matematika

Pembelajaran pasif

Mengikat informasi

dengan cepat

Prestasi belajar yang maksimal

Prestasi belajar kurang maksimal

Bagan 2.4

Kerangka Berfikir Penilitian

Agar peserta didik belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi

belajar yang tepat sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar aktif sehingga

mampu mencapai hasil belajar yang maksimal.

Dari penelitian berbagai penelitian yang pernah dilakukan, penulis ingin

meneliti strategi resource based learning terhadap hasil belajar siswa kelas VII

yang dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan

materi Segiempat yang meliputi materi persegi, persegi panjang, jajar genjang,

layang-layang, belah ketupat dan trapesium guna memperkuat hasil eksperimen

bahwa resource based learning dapat membuat hasil belajar matematika siswa

lebih baik.

31

C. Hipotesis Penelitian Diduga rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan

strategi resource based learning lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar

matematika siswa yang diajarakan dengan menggunakan pembelajaran

konvensional.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di MTs Al-Ikhlas, Kemandoran II, Jakarta Selatan.

Pada kelas VII semester genap, tahun ajaran 2009/2010, Adapun waktu jadwal

penelitiannya dilaksanakan pada:

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

Hari/Tanggal Kegiatan

Senin/ 22 Maret 2010 Permohonan izin penelitian dan observasi

Selasa/ 30 Maret 2010 Wawancara dengan guru bidang study

Senin/ 5 April 2010 Penelitian

Selasa/ 20 April 2010 Uji validitas instrument

Rabu/ 28 April 2010 Pemberian postes

B. Populasi dan Sampel Sebelum pengambilan sampel dilakukan, penulis terlebih dahulu

menentukan populasinya:

1. Populasi

Dalam Sugiyono1 populasi adalah obyek/subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTs Al-Ikhlas

pada semester genap tahun ajaran 2009/2010. Sebanyak 250 siswa, yang terdiri

dari 119 siswa perempuan dan 131 siswa laki-laki.

1 Sugiyono, Metode Penelitian pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2010), Cet. 9, h. 117

32

33

2. Sampel

Dalam Sugiyono2 sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-

betul representative (Mewakili). Berdasarkan jumlah populasi yang ada, maka

penulis mengambil sampel kelas VII sebanyak 80 siswa yang terbagi menjadi

kelas eksperimen dan kelas kontol. Penulis mengambil kelas VII sebagai sampel

karena prestasi mereka tergolong rendah dan sumber yang digunakan untuk

belajar hanya LKS dari sekolah saja.

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive

sampling (penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu). Dalam Youda3

dijelaskan bahwa teknik ini dapat dilakukan jika peneliti menganggap bahwa

seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi

penelitiannya.

Sampel penelitiannya adalah kelas VII B sebagai kelas eksperimen (yang

akan diberi perlakuan strategi resource based learning) berjumlah 40 anak, yang

terdiri dari 19 siswa perempuan dan 21 siswa laki-laki, sedangkan kelas VII A

sebagai kelas kontrol (yang hanya menggunakan pembelajaran secara

konvensional) berjumlah 40 anak, yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 24

siswa laki-laki.

C. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

semu (quasi eksperiment) karena peneliti tidak mungkin untuk mengontrol semua

variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Dalam

penelitian ini sampel akan dibagi menjadi 2 dan diberi perlakuan yang berbeda.

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah subyek

random desainnya hanya dengan menggunakan postes (posttest only control

design) dimana dalam desain ini digunakan dua kelas subjek. Desain ini

menggunakan dua kelas, yaitu kelas kontrol (diberikan perlakuan dengan

2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ..., h. 118 3 Youda, Sampling kuliah teknik industri, dari www.youda.wordpress.com, 13 november

2008.

http://youda.wordpress.com/

34

menggunakan metode pembelajaran konvensional) dan kelas eksperimen (diberi

perlakuan dengan menggunakan strategi resource based learning).

Dua kelas dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaan

hanya terdapat dalam perlakuan. Desain penelitian dapat digambarkan sebagai

berikut:

Tabel 3.2

Desain kontrol yang hanya menggunakan postes

(Posttest only control design)

Grup Variabel tertikat Postes

Eksperiment X Y

Kontrol - Y

Keterangan:

Y: Soal postes yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

X: Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu

strategi resource based learning.

Berdasarkan desain penelitian tersebut terdapat dua kelompok, kelompok

pertaman diberi perlakuan dengan menggunakan strategi resource based learning

yang biasa disebut dengan kelas eksperimen dan kelompok kedua tidak diberi

perlakuan yang biasa disebut dengan kelas kontrol. Pengaruh adanya perlakuan

dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji beda, yaitu memakai

statistik t-test. Jika terdapat perbedaan yang signifukan antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh

secara signifikan.

D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memenuhi kebutuhan penelitian. Baik untuk memperoleh data fakta

dan informasi yang mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam

35

penelitian ini. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan alat ukur

berupa instrument, yaitu: Observasi, wawancara dan tes hasil belajar.

1. Observasi.

Dalam Burhan4 observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian

manusia dengan menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya

selain panca indera lainnya. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi

mengenai banyaknya populasi dan sampel yang akan menjadi objek penelitian.

Selain itu, penulis juga mencari informasi apa saja sumber belajar yang

dapat dimanfaatkan di sekolah tersebut guna memperlancar penelitian penulis

tentang resource based learning.

2. Wawancara

Menurut Moh. Nazir (Burhan)5 wawancara adalah sebuah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai. Dengan

atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.

Wawancara ini dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas VII tempat

peneliti akan melakukan penelitian. Wawancara ini berguna untuk mendapatkan

informasi mengenai keadaan awal prestasi siswa dalam belajar matematika.

3. Tes Hasil Belajar

Tes digunakan untuk memperoleh gambaran peningkatan rata-rata hasil

belajar siswa. Tes berbentuk uraian (essay test). Dan tes hanya akan diberikan

ketika pembelajaran telah selesai (postes). Dalam buku Mudjijo6 postes bertujuan

untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang telah

diberikan pada suatu periode waktu tertentu.

Tes hasil belajar tersebut akan digunakan untuk mengetahui berapa besar

tingkat prestasi belajar matematika yang bisa diraih siswa setelah mengalami

pembelajaran dengan menggunakan strategi resource based learning.

4 Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana. 2008) Cet. 3, h.

133 5 Burhan Bungin. Metodologi Penelitian Kuantitatif ..., h. 126 6 Mudjijo, Tes Hasil Belajar, (Jakarta: BUMI AKSARA, 1995), h. 30

36

E. Instrumen Hasil Belajar Untuk membuat instrumen hasil belajar matematika, maka soal-soal yang

akan diberikan terlebih dahulu diuji. Adapun cara pengujiannya adalah sebagai

berikut:

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini uji Validitas instrumen yang digunakan adalah

validitas tes secara rasional yang terdiri dari validitas konstruksi dan validitas isi

(content validity). Validitas konstruksi adalah uji validitas yang meminta pendapat

para ahli tentang instrumen yang telah disusun. Sedangkan validitas isi dimana

pembuatan soal mengacu kepada Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang telah

ditetapkan.

Instrumen hasil belajar matematika yang akan digunakan berbentuk

uraian, maka pengujian validitas butir soalnya menggunakan rumus korelasi

product moment pearson yang diformulasikan sebagai berikut:

}))((}{)()({

))(()(2222

=

yynxxn

yxxynrxy

7

Keterangan:

= Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y xyr

n = Banyaknya sampel yang digunakan

X = Skor item

Y = Skor total

Setelah diperoleh harga , kemudian dilakukan uji validitas dengan

membandingkan harga dengan rtabel product moment, dengan terlebih dahulu

menetapkan degress of freedomnya dengan rumus dk = n 2.

xyr

xyr

Maka dapat dicari harga rtabel dengan product moment pada taraf

signifikasi 5%. Kriterianya adalah:

Jika rtabel, maka butir soal dinyatakan valid xyr

Jika rtabel, maka butir soal dinyatakan tidak valid (invalid). xyr

7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Grafindo Persada. 2003)

cet. 4, h. 185

37

Dan berdasarkan hasil Uji coba instrumen hasil belajar yang dibuat, dari

15 butir soal, didapatkan yang valid adalah 10 soal. (Lihat lampiran 9)

2. Uji Reliabilitas

Analisis reliabilitas digunakan untuk menguji ketepatan pertanyaan tes

apabila diberikan berulangkali pada obyek yang sama. Rumus yang digunakan

untuk mengukur koefisien reabilitas instrument hasil belajar matematika yaitu

dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, sebagai berikut:

)1(1 22

11t

i

kkr

= 8 Ket: = Koefisien reabilitas instrument 11r

k = banyak soal (item) yang valid

= Jumlah varians skor tiap-tiap item 2i = Varians skor total 2t

Tabel 3.3

Klasifikasi Reliabilitas

Klasifikasi reliabilitas

0, 91 < < 1, 00 11r Sangat Tinggi

0, 71 < < 0,90 11r Tinggi

0, 41 < < 0,70 11r Cukup

0, 21 < < 0, 41 11r Rendah

11r < 0, 20 Sangat Rendah

Dan dari hasil perhitungan uji reliabilitas didapatkan nilai = 70, jadi

reabilitas tes instrumen hasil belajar matematika siswa tergolong cukup.

11r

8 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),

h. 100

38

3. Uji Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran soal dipandang dari kemampuan atau kesanggupan siswa

tersebut dalam menjawabnya untuk menjawab soal, maka disamping memenuhi

validitas dan reabilitas juga harus pula adanya keseimbangan dari tingkat

kesulitan tertentu.

Soal-soal yang termasuk kategori mudah, sedang dan sulit diberikan secara

proporsional dan berimbang. Cara untuk menganalisis tingkat kesukaraan soal

adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

JsBP = 9

Ket: P = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar

Js = jumlah total peserta

Tabel 3.4

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Klasifikasi indeks kesukaran

0, 00 < P < 0, 29 Sukar

0, 30 < P < 0, 69 Sedang

0, 70 < P < 1, 00 Mudah

Untuk mengetahui indeks kesukaran tiap butir soal instrumen hasil belajar

matematika dapat dilihat pada lampiran 11.

4. Uji Daya Pembeda

Analisis daya pembeda bertujuan mengkaji setiap butir soal untuk

mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu

atau tinggi hasil belajar matematikanya dan siswa yang tergolong kurang atau

rendah hasil belajar matematikanyanya. Daya pembeda dimaksudkan untuk

9 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evalusi, h. 208

39

menggolongkan siswa yang berprestasi tinggi, maka akan diberikan soal yang

sesuai dengan kemampuannya dan siswa yang berprestasi rendah, maka akan

diberikan pula soal sesuai dengan tingkat kesanggupannya juga.

Rumus analisis daya pembeda dengan menggunakan table dari Rose dan

Stanley seperti yang ada pada tingkat kesukaran, sedangkan untuk mencari daya

pembeda maka digunakan rumus:

B

B

A

ABA J

BJBPPD == 10

Keterangan:

D = Indeks Daya Pembeda

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab

benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab

benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar