Author
duongnguyet
View
263
Download
1
Embed Size (px)
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PAI
DI SMP NEGERI 3 TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
ENDANG
NIM 1110011000018
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMP NEGERI 3 TANGERANG SELATAN
Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.I)
Oleh:
Endang
NIM: 1110011000018
Menyetujui,
Pembimbing
Tanenji, MA
NIP :19720712 199803 1 004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI) Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP N 3 Tangerang Selatan yang disusun oleh
Endang. NIM. 1110011000018, Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang
berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan
oleh fakultas.
Jakarta, 16 September 2014
Yang mengesahkan,
Pembimbing,
Tanenji, MA
NIP :19720712 199803 1 004
UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul
Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMP N 3 Tangerang Selatan yang ditulis oleh Endang. NIM :
1110011000018. Jurusan Pendidikan Agma Islam Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullaj Jakarta, telah di uji
kebenarannya oleh dosen pembimbing pada tanggal 16 September 2014.
Jakarta, 16 September 2014
Tanenji, MA
NIP :19720712 199803 1 004
i
ABSTRAK
Endang. NIM 1110011000018. Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif
tipe Group Investigation terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
PAI di SMP N 3 Tangerang Selatan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran PAI di SMP N 3 Tangerang Selatan. Metode yang digunakan
adalah metode kuasi eksperimen. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek
penelitian adalah siswa kelasVIII-8 dan kelas VIII-5 SMP N 3 Tangerang Selatan.
Kelas VIII-8 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan metode Group
Investigation dan siswa VIII-5 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan metode
Puzzle. Instrument yang digunakan adalah tes hasil belajar. Soal tes hasil belajar
yang digunakan sebanyak 40 soal berbentuk pilihan ganda dan setelah melalui
proses uji validitas, terdapat 25 soal yang valid dengan reliabilitas 0,76 dan
termasuk kategori tinggi atau dengan kata lain instrumen ini layak digunakan
dalam penelitian. Teknik analisis data menggunakan metode statistik uji t (uji
beda), untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan konsultasi pada tabel
distribusi t pada taraf signifikansi 0,05%.
Temuan hasil penelitian ini adalah adanya pengaruh penggunaan metode
Group Investigation terhadap hasil belajar PAI siswa. Hal ini ditunjukan dari hasil
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh nilai thitung > ttabel yaitu
2,4 > 2,000 dengan taraf signifikasi 0,05 %. Selain itu di lihat dari hasil
perhitungan post test kelas eksperimen yang menggunakan metode Group
Investigation (nilai rata-rata 86) menunjukan nilai yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol yang menggunakan metode Puzzle (nilai rata-rata 75). Dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode mengajar di Group Investigation
berpengaruh terhadap hasil belajar PAI siswa.
Kata kunci: Metode Group Investigation, Hasil Belajar, PAI.
ii
ABSTRACT
Endang. NIM 1110011000018. Effect of Cooperative Learning Strategies Group
Investigation to the Student Results on Subjects of PAI at Junior High School 3
Tangerang South..
One characteristic of batik from Cirebon are not found anywhere else is the
motive of "Mega Clouds", which is shaped like a cloud motif lumpy which usually
form a frame on the main picture. Class VIII-8 as an experimental class using
Group Investigation and the student class VIII-5 as a control by using a Puzzle.
Instrument used is the achievement test. Achievement test used by 40 multiple
choice questions of the test there are 25 questions were valid and reliability 0.76
including high category or in other words, these instruments are fit for use in
research. Analysis using statistical methods test "t" (difference test), to test the
hypothesis of the research carried out consultation on distribution table "t" at the
significance level of 0.05%.
The findings of this research is the influence of the use of methods of Group
Investigation on learning outcomes of students of PAI. It is shown from the results
of hypothesis testing using t-test obtained tcount> ttable ie 2,4 > 2.000 with a
significance level of 0.05%. In addition, in view of the results of post-test
calculations using the experimental class were Group Investigation (average
value 86) showed higher values than the control class that uses Puzzle method
(average value 75). From this study it can be concluded that the method of
teaching in the Group Investigation effect on student learning outcomes PAI.
Keywords: Method Group Investigation, Learning Outcomes, PAI.
iii
KATA PENGANTAR
Asalamualaikum Wr.Wb wr.wb
Al-hamdulillahi rabibbil-aalamiin. Puji syukur atas rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya yang telah memberikan kelapangaan kepada penulis sehinnga dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Hanya kepada-Nya penulis memohon
pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma shali alaa
sayyidina Muhammad wa alaa aali sayyidinaa Muhammad. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada junjungan dan suri tauladan umat manusia, Nabi
Muhammad saw, makhluk mulia yang penuh dengan rasa cinta dan kasih sayang
kepada sesama manusia dan membawa kita pada jalan yang di ridhai Allah swt.
Terimakasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda
Sutarmin dan Ibunda Supriati, atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang
tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis tentang kebaikan, arti cinta, makna
kehidupan dan yang telah mendidik penulis dengan penuh kasih sayang.
Dalam proses penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, maka penulis
mengucapkan terima kasih juga kepada:
1. Ibu Dr. Hj. Nurlena Rifai, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Bapak Dr. H. Abdul Majjid Khon, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
3. Ibu Marhamah Saleh, Lc,. MA. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
4. Bapak Tanenji, MA. Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya
untuk membimbing dan memotivasi kepada penulis.
5. Bapak Maryono, SE. M. M.Pd, Kepala sekolah SMP N 3 Tangerang Selatan
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
SMP N 3 Tangerang Selatan.
iv
6. Ibu Chairunnisa S.Pd. Guru PAI di SMP N 3 Tangerang Selatan yang telah
memberikan saran dan pengarahan dalam proses pelaksanaan pembelajaran.
7. Mamas-mamas ku tersayang Arifuddin, Ardiyansyah dan Ariswana yang
selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis secara moril
maupun nonmoril.
8. Abang Mursal Darwis S.SI yang selalu memberikan nasehat yang terdengar
indah dan menggugah, yang selalu memberikan kritikan meskipun
menyakitkan, dan yang telah mengubah hidup penulis dengan berusaha
lebih serius.
9. Sahabat-sahabat ku Septia Rahayu, Alis Arsita, Suprapti, Siti Maesaroh, Uni
Fadlilah, Siti Pujiati dan Yully Khusniah serta sahabat PAI angkatan 2010
yang senantiasa membantu dalam menyelesaikan penelitian.
10. Adik-adik SMP N 3 Tangerang Selatan yang telah mendukung proses
berjalannya penelitian.
Begitu panjang perjalanan untuk menempuh sebuah proses yang dinanti
untuk mendapatkan sebuah kebanggaan, lika-liku perjuangan, pengorbanan,
harapan dan semoga pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amin.
.
Jakarta, 23 Oktober 2014
Wasalam,
Endang
v
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
ABSTRAK. ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ...................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Strategi Pembelajaran Kooperatif ................................................ 11
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif ......................... 11
2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif .................... 13
3. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kooperatif .................... 15
vi
4. Aturan Dasar Pembelajaran Kooperatif .................................. 15
5. Ketrampilan Pembelajaran Kooperatif ................................... 16
6. Tujuan Pembelajaran kooperatif ............................................ 17
B. Metode Pembelajaran Group Investigation .................................. 18
1. Pengertian Metode Pembelajaran Group Investigation .......... 18
2. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Group Investigation 19
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Group Investigation
................................................................................................. 20
C. Metode Pembelajaran Puzzle ........................................................ 21
D. Hasil Belajar Siswa ....................................................................... 22
1. Pengertian Hasil Belajar .......................................................... 22
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar................... 25
3. Kriteria Pengukuran Hasil belajar ........................................... 27
E. Hakekat Pendidikan Agama Islam ................................................ 28
F. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 29
G. Kerangka Pikir .............................................................................. 31
H. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 36
B. Metode dan Desain Penelitian ....................................................... 36
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 37
D. Variabel Penelitian ........................................................................ 38
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 38
F. Instrumen Penelitian...................................................................... 39
vii
G. Uji Coba Instrumen ....................................................................... 40
1. Uji Validitas ............................................................................ 40
2. Uji Reliabilitas ........................................................................ 41
3. Uji Taraf Kesukaran Soal ........................................................ 42
4. Daya Pembeda ......................................................................... 42
H. Teknis Analisis Data ..................................................................... 43
1. Uji Normalitas ......................................................................... 43
2. Uji Homogenitas ..................................................................... 44
3. Uji Hipotesis ........................................................................... 45
I. Hipotesis Statistik ......................................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................
A. Profil SMP N 3 Tangerang Selatan ............................................... 47
1. Sejarah Singkat Sekolah .......................................................... 47
2. Kategori Kelas ......................................................................... 47
3. Identitas, Georafis, dan Sarana Prasarana ............................... 48
4. Visi, Misi dan Motto ............................................................... 48
5. Guru dan Tenaga Kependidikan.............................................. 49
6. Siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan ............................... 53
7. Sarana dan Prasarana............................................................... 53
B. Deskripsi Data ............................................................................... 56
1. Hasil Uji Validitas Soal .......................................................... 56
2. Hasil Uji Reliabilitas Soal ...................................................... 56
3. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal .......................................... 56
4. Hasil Uji Daya Pembeda Soal ................................................ 57
viii
C. Kegiatan Pembelajaran.................................................................. 57
1. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen
(Metode Group Investigation) ................................................ 57
2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Kontrol (Metode
Puzzle) ..................................................................................... 58
D. Deskriptif Data .............................................................................. 59
1. Data Hasil Belajar PAI Siswa ................................................. 60
E. Pengujian Persyaratan Analisis ..................................................... 73
F. Uji Homogenitas ........................................................................... 74
G. Pengujian hipotesis dan pembahasan ............................................ 75
1. Uji Hipotesis Penelitian .......................................................... 75
2. Pembahasan hasil penelitian................................................... 76
H. Keterbatasan penelitian. ................................................................ 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
A. Kesimpulan ................................................................................... 78
B. Saran .............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... xi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel penilaian dalam ranah kognitif. ................................................ 24
Tabel 3.1 Tabel desain penelitian pre-test dan post test kontrol group design ... 37
Tabel 3.2 Tabel matrik variable. ......................................................................... 38
Tabel 3.3 Tabel kriteria reliabilitas soal ............................................................. 41
Tabel 4.1 Tabel daftar Kepala Sekolah SMP 3 Tangerang Selatan................... 47
Tabel 4.2 Tabel jenjang Pendidikan dan Status Guru ........................................ 50
Tabel 4.3 Tabel data Jumlah Guru dan Statusnya .............................................. 51
Tabel 4.4 Tabel jenjang Pendidikan Tenaga Administrasi (TU) dan Statusnya 52
Tabel 4.5 Tabel tenaga Perpustakaan dan Laboratorium ................................... 52
Tabel 4.6 Tabel jumlah Siswa SMP N 3 Tangerang Selatan.............................. 53
Tabel 4.7 Tabel sarana dan Prasarana ................................................................ 53
Tabel 4.8 Tabel klasifikasi tingkat kesukaran butir soal 56
Tabel 4.9 Tabel klasifikasi tingkat daya pembeda ............................................. 57
Tabel 4.10 Tabel nilai Hasil pre-tes eksperimen .................................................. 60
Tabel 4.11 Tabel disribusi hasil pre-tes ekperimen .............................................. 61
Tabel 4.12 Tabel nilai hasil pre-tes kontrol .......................................................... 62
Tabel 4.13 Tabel disribusi hasil nilai pre-tes kontrol ........................................... 64
Tabel 4.14 Tabel nilai Hasil post-tes eksperimen................................................. 65
Tabel 4.15 Tabel disribusi hasil nilai pos-tes ekperimen ..................................... 67
Tabel 4.16 Tabel nilai post-tes kontrol ................................................................. 68
Tabel 4.17 Tabel disribusi hasil post-tes ekperiimen ........................................... 70
Tabel 4.18 Tabel keterangan diagran hasil pre-tes kelas ekperimen dan
kontrol................................................................................................ 71
Tabel 4.19 Tabel keterangan diagran hasil post-tes kelas ekperimen dan
kontrol................................................................................................. 72
Tabel 4.20. Tabel hasil uji normalitas pre-tes ekperimen dan kontrol .................. 73
Tabel 4.21 Tabel hasil uji normalitas post-tes ekperimen dan kontrol ................. 74
Tabel 4.22 Tabel hasil uji homogenitas ................................................................ 74
Tabel 4.23 Tabel hasil Uji Homogenitas Post-test ............................................... 75
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram frekuensi nilai pre-tes kelas ekperimen. ................................ 61
Gambar 4.2 Diagram frekuensi nilai pre- tes kelas kontrol ..................................... 64
Gambar 4.3 Diagram frekuensi nilai post-tes kelas kontrol. .................................... 67
Gambar 4.4 Diagram frekuensi nilai post-tes kelas ekperimen. ............................... 69
Gambar 4.5 Diagram frekuensi hasil pre-test kelas eksperimen dan kelas
kontrol. ................................................................................................ 70
Gambar 4.6 Diagram frekuensi hasil post test kelas eksperimen dan kelas
kontrol. ................................................................................................ 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hakikat manusia hidup di dunia ini adalah untuk belajar. Belajar
merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
ketrampilan dan sikap. Belajar adalah karakteristik yang membedakan
manusia dengan makhluk lain, yang merupakan aktivitas yang selalu
dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar.
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik
ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya
sendiri. Oleh karenanya pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan
segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para
pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi
mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya
mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang
dicapai oleh peserta didik.1
Menurut Trianto, Anthony Robins mendefinisikan belajar sebagai proses
menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami
dan sesuatu (pengetahuan) yang baru.2
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar memiliki
kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Belajar
juga dapat dipandang sebagai sebuah proses elaborasi dalam upaya pencarian
1 Asep Jihad., Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi PressIndo, 2008),
h. 1. 2 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada, 2010),
Cet 3, h. 15.
2
makna yang dilakukan oleh individu. Proses belajar pada dasarnya dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi personal.3
Ahli pendidikan modern merumuskan perbuatan belajar adalah sebagai
berikut: belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, timbul dan berkembangnya sifat-
sifat sosial, susila dan emosional.4
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, para ahli psikologi dan pendidikan
mengemukakan rumusan yang berlainan sesuai dengan keahlian mereka
masing-masing.
1. James O. Whittaker, merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
2. Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experienc. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukan
oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
3. Howard L. Kingkey bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
4. Drs. Slameto merumuskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu
itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.5
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu
kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Belajar
berbeda dengan pertumbuhan dewasa, dimana perubahan tersebut dari hasil
genetik. Perubahan tingkah laku individu sebagai hasil belajar ditunjukkan
dengan berbagai aspek seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, persepsi,
motivasi dan gabungan dari aspek-aspek tersebut.6
3 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Dian Rakyat, 2009), h.
6. 4 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 256.
5 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet 2, h. 13.
6 Sudjana, nana. Teori-Teori Belajar dan Pengajaran, (Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990), h. 55.
3
Sedangkan pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana
kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik
yang belajar. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai
pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan
guru dan siswa adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan
pelaku terdidik. Dari segi tujuan akan dicapai baik guru maupun siswa sama-
sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan
siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional.
Proses pembelajaran pada prinsipnya proses pengembangan moral
keagamaan, aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi
dan pengalaman belajar. Namun demikian dalam implementasinya masih
banyak kegiatan pembelajaran yang mengabaikan aktivitas dan kreatifitas
peserta didik tersebut. Hal ini banyak disebabkan oleh model dan sistem
pembelajaran yang lebih menekankan pada penguasaan kemampuan
intelektual saja serta proses pembelajaran terpusat pada guru di kelas,
sehingga keberadaan peserta didik hanya menunggu uraian guru kemudian
mencatat dan menghafalnya.7
Dalam kegiatan belajar, Sardiman menjelaskan bahwa Rousscau
memberi penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan
pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri dengan bekerja
sendiri, dan dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani
maupun teknis.8 Hal ini menunjukan setiap orang yang belajar harus aktif,
tanpa ada aktifitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Untuk
menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari peserta didik tidaklah
mudah. Proses pembelajaran memposisikan siswa sebagai pendengar yang
mengakibatkan proses pembelajaran cenderung membosankan dan
menjadikan peserta didik malas belajar. Sikap peserta didik yang pasif tidak
7 Zurinal., Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Jakarta dan
Jakarta Press, 2006), h. 117-118. 8 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h.
96.
4
hanya terjadi pada satu mata pelajaran saja tetapi hampir pada semua mata
pelajaran termasuk Pendidikan Agama Islam (PAI).
Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat
dari pencapaian hasil belajar peserta didik. Keberhasilan peserta didik dalam
belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Salah satu faktor
eksternal yaitu metode pembelajaran, guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran harus mampu membuat siswa aktif dengan menerapkan
berbagai metode pembelajaran aktif guna meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Faktor internal dalam belajar meliputi bakat, minat, motivasi, dan
kemampuan peserta didik. Kemampuan awal merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh peserta didik sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Keanekaragaman kemampuan peserta didik yang ada akan berpengaruh
terhadap penguasan meteri pelajaran yang diajarkan guru di dalam kelas,
dengan demikian guru diharapkan dapat memilih metode yang baik dan tepat
sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan efektif.
Kondisi di SMP N 3 Tangerang Selatan, masih sering dijumpai adanya
permasalahan yang berkaitan dengan metode pembelajaran dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Selama ini dalam proses kegiatan belajar
mengajar siswa sangat pasif, siswa tidak menghiraukan materi yang
disampaikan bahkan ada beberapa siswa yang bercanda dengan temannya.
Sering kali guru terjebak dengan cara-cara konvensional yaitu berpusat pada
guru (teacher centered) yang hanya berorientasi pada pencapaian aspek-aspek
kognitif yang mengandalkan metode ceramah dalam pembelajarannya
sehingga menyebabkan kejenuhan, membosankan, dan siswa tertekan karena
harus mendengarkan guru bercerita beberapa jam tanpa memperhatikan siswa
terlibat dalam proses pembelajaran, ditambah lagi sarana prasarana yang
kurang memadai, media pembelajaran yang tidak tepat, dan lingkungan di
luar sekolah siswa yang kurang mendukung sehingga menyebabkan minat
dan hasil belajar siswa rendah.
5
Untuk mengatasi hal ini, maka diperlukan suatu strategi pembelajaran
yang tepat, menarik dan harus efektif sehingga siswa dapat aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa
setelah proses pembelajaran berlangsung.
Salah satu starategi pembelajaran yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif.
Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik bekerja sama untuk memaksimalkan
belajar mereka dalam kelompok. Selama belajar kooperatif, siswa akan
memiliki ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam
kelompoknya, seperti keterampilan menjadi pendengar aktif, keterampilan
memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi
dan lain sebagainya.
Pembelajaran kooperatif ini didasarkan pada pandangan bahwa setiap
peserta didik mempunyai perbedaan-perbedaan dan persamaan antara satu
dengan yang lainnya. Perbedaan itu bukanlah untuk dipertentangkan atau
dipisahkan, melainkan harus diintegrasikan. Seorang peserta didik yang
cerdas, dapat disatukan dengan peserta didik yang kurang cerdas, sehingga
peserta didik yang kurang cerdas dapat dibantu oleh peserta didik yang
cerdas. Demikian pula persamaan yang dimiliki antara peserta didik yang satu
dengan yang lainnya dapat disinergikan sehingga dapat saling menunjang
secara optimal.9 Pembelajaran kooperatif berpotensi menjadikan kelas
sebagai tempat yang produktif dan menyenangkan, dimana siswa bisa belajar
bekerja sama dan bekerja sama dalam belajar.10
Terkait dengan berbagai variasi dalam model pembelajaran kooperatif,
yang diantaranya adalah Student Teams Achievement Division (STAD), Teams
Games Tournament (TGT), Think Pair Share (TPS), Jigsaw (tim ahli), dan Group
Investigation (GI). Akan tetapi di dalam penelitian ini penulis menggunakan
9 Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2009), h. 155. 10
Thomas Lickona, Pendidikan Karakter, Terj. Lita S, (Bandung: Nusa Media, 2013), h.
254.
6
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (investigasi
kelompok).
Metode pembelajaran Group Investigation merupakan suatu model
pembelajaran kooperatif yang menekankan proyek investigasi kelompok,
dimana siswa akan diberi proyek investigasi terkait dengan kehidupan sehari-
hari sesuai dengan materi pokok yang diberikan.
Sebagai bagian dari investigasi, para siswa mencari informasi dari
berbagai sumber baik di dalam maupun di luar kelas. Sumber-sumber
(bermacam buku, institusi, orang) menawarkan sederetan gagasan, opini,
data, solusi, ataupun posisi yang berkaitan dengan masalah yang sedang
dipelajari. Para siswa selanjutnya mengevaluasi dan mensintesiskan informasi
yang disumbangkan oleh tiap anggota kelompok supaya menghasilkan buah
karya kelompok. Model pembelajaran ini dilakukan dengan 6 tahap, yaitu:
seleksi topik, merencanakan kerjasama, implementasi, analisis dan sistesis,
penyajian hasil akhir dan evaluasi.11
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: PENGARUH
STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION (GI) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN PAI DI SMP NEGERI 3 TANGERANG
SELATAN
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, beberapa masalah
diidentifikasikan, sebagai berikut:
1. Pada proses pembelajaran, guru kurang melakukan variasi-variasi metode
pembelajaran, hal ini menyebabkan pembelajaran berlangsung secara
monoton dan mengakibatkan siswa menjadi jenuh. Hal ini terlihat dari
11
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2005), h. 216.
7
hasil observasi bahwa guru lebih sering menggunakan metode ceramah
dan penugasan.
2. Rendahnya perhatian dan partisipasi siswa dalam pembelajaran PAI, hal
ini berdasarkan hasil observasi yang menyatakan bahwa siswa lebih
senang mengobrol dengan temannya, siswa lebih banyak mendengar dan
mencatat dan siswa enggan untuk bertanya.
3. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PAI yang diperoleh masih
banyak yang dibawah Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM) yang telah
ditentukan.
4. Siswa masih dianggap sebagai objek belajar yang tidak memiliki potensi
dan pengetahuan. Hal ini didasarkan pada hasil observasi bahwa siswa
tidak diberi kesempatan untuk menemukan pengetahuannya sendiri,
siswa cenderung pasif dan lebih banyak mendapatkan pengetahuan dari
apa yang disampaikan guru.
C. Pembatasan Masalah
Dari pernyataan yang timbul dalam identifikasi masalah dan agar
penelitian ini mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan, maka dalam
penulisan penelitian ini, penulis membatasi masalah ini pada:
1. Pemilihan metode Group Investigation dalam pembelajaran PAI di SMP
N 3 Tangerang Selatan.
2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI dengan materi menghindari
perilaku tercela.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka masalah yang akan
diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode Group
Investigation?
8
2. Bagaimana hasil belajar setelah menggunakan metode Group
Investigation?
3. Apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode Group Investigation
terhadap hasil belajar PAI di SMP N 3 Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang
menggunakan metode Group Investigation?
2. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar setelah menggunakan metode
Group Investigation?
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pembelajaran dengan metode
Group Investigation terhadap hasil belajar PAI di SMP N 3 Tangerang
Selatan?
4. Manfaat Penelitian
Pembelajaran dengan menggunakan penelitian Metode Group
Investigation ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
dijadikan referensi dan dapat menjadi solusi kepada peneliti dalam
mengembangkan metode pengajaran khususnya untuk mata pelajaran PAI
sehingga peneliti dapat menerapkan metode pengajaran yang lebih
bervariasi kepada para siswa.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peserta Didik
1) Menumbuhkan kerja sama serta rasa kebersamaan antar siswa.
2) Mengajak siswa untuk menjadi lebih aktif dalam proses belajar.
3) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI.
9
4) Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan bervariasi
serta dapat memperoleh pengalaman belajar.
5) Menumbuhkan rasa tanggung jawab pada setiap siswa.
6) Membuat siswa mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam
diskusi kelompok.
b. Bagi Guru
1) Menambah wawasan tentang metode pembelajaran yang efektif
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2) Memberikan masukan mengenai model pembelajaran kooperatif
tipe Group Investigation.
3) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan
dan keterampilannya dalam menghidupakn suasana belajar di
kelas.
4) Mendorong guru untuk mempersiapkan metode belajar yang
bervariasi dalam setiap pembelajaran sehingga membuat belajar
mengajar lebih menyenangkan.
c. Bagi Sekolah
Memberikan masukan yang bermanfaat bagi sekolah dalam
rangka perbaikan proses belajar mengajar mata pelajaran PAI
khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya agar hasil
ketuntasan menjadi meningkat.
d. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Memberikan masukan kepada peneliti lain mengenai metode
Group Investigation sehingga dapat diteliti lebih lanjut mengenai
metode pembelajaran ini.
10
BAB II
KAJIAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Strategi Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah
kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang
kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi
aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.12
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada
akhir tugas.13
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
dan sengaja mengembangkan interaksi dan saling asuh antar siswa untuk
menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat
menimbulkan permusuhan.14
12
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), h. 41. 13
Agus Suprijono, Cooperatif Learning dan Teori Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2009), h. 54. 14
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2010), h. 359.
11
Slavin mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi
pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6
orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya
dikatakan pula, keberhasilan dari kelompok tergantung dari kemampuan
dan aktifitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara
kelompok.15
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
berorientasi pada tim (kelompok). Pada pembelajaran kooperatif ini
peserta didik berada dalam kelompok kecil dengan anggota sebanyak
kurang lebih 4 sampai 5 orang. Dalam belajar secara kooperatif ini terjadi
interaksi antara anggota kelompok. Semua anggota kelompok harus turut
terlibat, karena keberhasilan kelompok ditunjang oleh aktivitas
anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu.16
Sehubungan dengan pengertian tersebut, penulis menambahkan
bahwa belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik bekerja sama untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok.
Sebuah analisis penelitian menunjukan, dalam kelompok siswa-
siswa akan belajar lebih cepat, dan bahwa pengalaman kelompok sering
beralih ke anggota-anggota kelompok sehingga mereka bekerja lebih
efektif. Akan tetapi ada beberapa keterbatasannya. Beberapa siswa yang
pandai tidak menikmati manfaat dari pengalaman belajar berkelompok,
dan bagi mereka proses social yang terjadi di dalam kelompok sebenarnya
merupakan hambatan bagi kegiatan belajar mereka. Namun keuntungan
15
Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperatif Learning, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 4. 16
Suderajat, Muslihuddin, dan Ujang hendara, Revolusi Mengajar, (Bandung : HDP
Press. 2012), h. 59.
12
kerja kelompok ini terletak pada perubahan yang menyangkut motivasi,
emosi dan sikap.17
Melalui strategi pembelajaran kooperatif, siswa bukan hanya
belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam proses belajar
mengajar, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus
mempunya kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain, sehingga
semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang
relative sama atau sejajar. Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan
berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan,
karena pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam
hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa
belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar
tutor sebaya dan belajar secara bekerjasama. Pada saat proses
pembelajaran, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber,
tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator dan menejer pembelajaran.18
Strategi pembelajaran kooperatif tampak akan dapat melatih
peserta didik untuk mendengar pendapat-pendapat orang lain dan
menyimpulkan dalam suatu pendapat, belajar untuk saling tolong
menolong, pendidik membentuk peserta didiknya untuk mudah memahami
materi dan sesama peserta didik saling membantu. Hal ini memang sangat
dianjurkan dalam Al-Quran untuk saling tolong menolong yang
dijelaskan dalam surat At-Taubat ayat 71 :
17
Mukhtar., Martinis Yamin, Metode Pembelajaran yang Berhasil, (Jakarta: Sasama
Mitra Suksesa, 2002), h. 49. 18
Masitoh., Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 232.
13
Artinya: Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.
mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah
dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. At-Taubah: 71).19
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menekankan peserta
didiknya untuk belajar bekerja sama dalam memecahkan suatu
permasalahan yang ada, dengan bentuk kelompok kecil, yang bertujuan
untuk mengasah imajinasi peserta didik, yang memiliki tingkat
kemampuan dengan latar belakang yang berbeda, mulai dari tingkat
kemampuan yang tinggi, sedang maupun yang rendah. Serta dapat
melatih peserta didik untuk bisa berinteraksi dengan baik antar sesama,
akan menciptakan pribadi-pribadi yang memiliki rasa tanggung jawab
dan mampu menghargai pendapat orang lain.
2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif
Sanjaya mengungkapkan pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan
dalam beberapa perspektif, yaitu Perspektif motivasi artinya penghargaan
yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling
membantu untuk memperjuangkan keberhasilan kelompok, perspektif
sosial artinya melalui kooperatif setiap peserta didik akan saling
membantu dalam belajar, karena mereka ingin semua anggota kelompok
memperoleh keberhasilan, perspektif perkembangan kognitif artinya
dengan adanya interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan
prestasi peserta didik untuk berfikir mengolah informasi.20
19
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, (Jakarta: Departemen Agama, 2007), h. 198. 20
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), h. 206.
14
Adapun karakteristik atau pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan
sebagai berikut: 21
a. Pembelajaran secara tim
Pembelajaran kooperatif pembelajaran yang dilakukan secara
tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan, oleh karena itu,
tim harus mampu membuat setiap peserta didik belajar. Setiap anggota
tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
Manajemen mempunyai tiga fungsi yaitu 1) fungsi manajemen
sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran
kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-
langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan apa
yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus
digunakan untuk mencapai tujuan, dan lain sebagainya. 2) fungsi
manajemen sebagai organisasi, menunjukan bahwa pembelajaran
kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses
pembelajaran berjalan dengan efektif. 3) fungsi manajemen sebagai
kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu
ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non
tes.
c. Kemampuan untuk bekerja sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama
perlu ditentukan dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama
yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang
maksimal.
d. Keterampilan bekerja sama
Keterampilan bekerja sama itu dipraktkikan melalui aktivitas
dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok. Dengan demikian,
peserta didik perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan
21
Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, h. 208.
15
berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pembelajaran koopertif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan
penghargaan kooperatif. Peserta didik yang bekerja dalam situasi
pembelajaran kooperatif didorong dan dikehendaki untuk bekerja sama
pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan
usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan
pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu
sama lain untuk mencapai penghargaan bersama.
3. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kooperatif
Dalam menggunakan model pembelajaran, ada beberapa konsep dasar
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas
b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar
c. Ketergantungan yang bersifat pasif
d. Interaksi yang bersifat terbuka
e. Tanggung jawab individu
f. Kelompok bersifat heterogen
g. Interaksi sikap dan perilaku sosial yang positif
h. Tindak lanjut
i. Kepuasan dalam belajar.22
4. Aturan Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kelompok mempunyai aturan dasar, yaitu:
a. Siswa tetap berada dalam kelompoknya selama proses pembelajaran
berlangsung.
b. Siswa mengajukan pertanyaaan kepada kelompoknya sebelum
menayakan kepada gurunya.
22
Etin Solihatin dan Raharjo, Coopertif Learing Analisis Pembalajaran IPS, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), cet.4, h. 6-9
16
c. Siswa harus memberikan umpan balik pada ide-ide temannya dan
siswa dianjurkan untuk menghindari pemberian kritik.23
5. Ketrampilan Pembelajaran Kooperatif
Sebagai suatu ketrampilan belajar, ketrampilan kooperatif memiliki
tingkat-tingkat, yaitu:
a. Ketrampilan kooperatif tingkat awal
1) Menggunakan kesepakan
2) Menghargai pendapat
3) Menggunakan suara pelan
4) Mengambil giliran dan berbagi tugas
5) Berada dalam kelompok
6) Berada dalam tugas
7) Mendorong partisipasi
8) Mengundang orang lain untuk berbicara
9) Menyelesaikan tugas tepat waktu
10) Menyebut nama orang memandang pembicara
11) Mengatasi gangguan
12) Menolong tanpa member jawaban
13) Menghormati perbedaan induvidu
b. Ketrampilan kooperatif tingkat menengah
1) Menunjukakan penghargaan dan empati
2) Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima
3) Mendengarkaan secara aktif
4) Bertanya
5) Menggunakan pesan saya
6) Membuat ringkasan
7) Menafsirkan
8) Mengatur dan mengotganisasi
23
Suderajat, Muslihuddin, dan Ujang hendara, Revolusi Mengajar, (Bandung: HPD Press.
2012), h. 63.
17
9) Memeriksa ketepatan
10) Menerima tanggung jawab
11) Menggunakan kesabaran
12) Tetap tenang atau mengurangi ketegaangan
c. Ketrampilan kooperatif tingkat mahir
1) Mengelaborasi
2) Memeriksa secara cermat
3) Menanyakan kebenaran
4) Menganjurkan suatu posisi
5) Menetapkan tujuan
6) Berkompromi
7) Menghadapi masalah khusus.24
6. Tujuan Pembelajaran kooperatif
Tujuan pokok belajar kooperatif memaksimalkan belajar siswa untuk
meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu
maupun kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan
sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai
latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-
keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.25
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga
tujuan pembelajaran yang sangat penting, yakni:
1) Prestasi akademik
Meskipun pembelajaram kooperatif mencangkup bebagai tujuan
sosial, namun pembelajaraan kooperatif dapat juga digunakan untuk
meningkatkan pretasi akademik.
2) Penerimaan akan keanakaragaman
24
Suderajat, Muslihuddin, dan Ujang hendara, Revolusi Mengajar, (Bandung: HPD Press.
2012), h. 63-64. 25
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), h.
57.
18
Efek penting ke dua dari model pembelajaran kooperatif adalah
penerimaan yang lebih luas dari orang-orang yang berbeda
berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan
ketidakmampuannya.
3) Pengembangan ketrampilan sosial
Efek penting ke tiga adalah mengajarkan kepada siswa
ketrampilan-ketrampilan kerjasama dan kolaborasi.26
B. Metode Pembelajaran Group Investigation
1. Pengertian Metode Pembelajaran Group Investigation
Group Investigation merupakan salah satu bentuk model
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas
siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan
dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku
pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan
sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. strategi ini menuntut para siswa
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun
dalam keterampilan proses kelompok.
Dalam metode pembelajaran Group Investigation, interaksi sosial
menjadi salah satu faktor penting bagi perkembangan skema mental yang
baru. Dimana dalam pembelajaran ini memberi kebebasan kepada
pembelajar untuk berpikir secara analitis, kreatif, reflektif, dan
produktif.27
Menurut Sharan metode Group Investigation lebih menekankan
pada pilihan dan kontrol siswa dari pada menerapkan tehnik-tehnik
26
Suderajat, Muslihuddin, dan Ujang hendara, Revolusi Mengajar, (Bandung: HPD Press.
2012), h. 63. 27
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 224.
19
pengajaran di ruang kelas. Dalam metode Group Investigation siswa
diberi kontrol dan pilihan penuh dan merencanakan apa yang ingin
dipelajari dan diinvestigasi. Menurut Rusman, Mafun menjelaskan bahwa
metode Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan
kreatifitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. 28
Dalam penjelasan di atas bahwa metode Group Investigation
adalah dalam investigasi kelompok siswa diberikan tanggung jawab
terhadap pekerjaan mereka, baik secara individu, berpasangan maupun
dalam kelompok. Dimana dalam pembelajaran Group Investigation
menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri
materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari.
2. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Group Investigation
a. Mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam kelompok
1) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik,
dan mengategorikan saran-saran.
2) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari
topik yang mereka pilih.
3) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi
pengaturan.
b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari
1) Para siswa merencanakan bersama mengenai:
Apa yang akan kita pelajari?
Bagaimana kita mempelajarinya?
Siapa melakukan apa? (pembagian tugas)
Untuk tujuan atau kepentingan apa kita menginvestigasi topik ini?
c. Melaksanakan investigasi
1) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan
28
Dr. Rusman M. Pd, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 222.
20
2) Setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang
dilakukan kelompoknya
3) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan
mensintensis semua gagasan.
d. Menyiapkan laporan akhir
1) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari
pembahasan mereka
2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan,
dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka
3) Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk
mengkoordinasi rencana-rencana presentasi
e. Mempresentasikan laporan akhir
1) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai bentuk
2) Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengaran
secara aktif
3) Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan
presentasi berdasarkan kriteria yang telah di tentukan seluruhnya
oleh anggota kelas.
f. Evaluasi
1) Para siswa saling memberi umpan balik mengenai topik tersebut
2) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran
siswa
3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling
tinggi. 29
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Group
Investigation
Penulis menambahkan kekurangan dan kelebihan strategi
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah sebagai berikut:
29
Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa
Media, 2005), h. 218.
21
a. Kelebihan :
1) Dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir
mandiri, analitis, kritis, kreatif, reflektif dan produktif
2) Dapat melatih siswa untuk mengembangkan sikap saling
memahami dan menghormati (demokrasi)
3) Dapat melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi
4) Dapat menumbuhkan sikap saling bekerjasama antar siswa
b. Kelemahan:
1) Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah
2) Dapat terjadi siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang
pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai
3) Dalam pelaksanaannya membutuhkan waktu yang relatif lama.
4) Sulit diterapkan apabila siswa tidak memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik.30
C. Metode Pembelajaran Puzzle
Mendesain tes uji pada teka-teki silang mengundang keterlibatan dan
partisipasi langsung. Teka-teki silang dapat diselesaikan secara individu
atau secara tim.
Prosedur pelaksanaaan Puzzle yaitu :
1. Mencurahkan gagasaan (brainstorming) beberapa istilah atau nama-
nama kunci yang berkaitan dengan pelajaran studi yang telah
diselesaikan.
2. Susunlah teka-teki silang sederhana, yang mencangkup item-item
sebanyak yang didapatkan. Hitamkan kotak-kotak yang tidak
diperlukan. (catatan : jika terlalu sulit untuk membuat teka-teki silang,
30
Penulis menambahkan kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation.
22
deselangi dengan item-item yang menyenangkan, yang tidak
berkaaitan dengan pelajaran).
3. Buatlah contoh-contoh item-item silang, gunakan di antara macam-
macam berikut ini :
a) Definisi pendek, contohnya : tes yang digunakan untuk
menentukan reliabilitas
b) Kategori yang sesuai dengan item, contohnya : jenis gas
c) Lawan kata, contohnya : lawan kata dari haram
4. Bagikan teka-teki kepada peserta didik, baik secara individual maupun
secara tim.
5. Tentukan batasan waktu. Serahkan hadian kepada individu atau tim
dengan benda yang paling konkret.31
Metode pembelajaran aktif Puzzle dapat divariasikan sebagai berikut :
a) Perintahkan seluruh kelompok bekerja secara kooperatif untuk
menyelesaikan teka-teki silang.
b) Sederhanakan teka-teki silang dengan menentukan satu kata yang
menjadi kuncu untuk seluruh pelajaran. Tulislah teka-teki itu secara
saling horizontal. Gunakan kata yang meringkas poin-pooin lain
dalam sesi latihan dan susunlah kata itu secara vertical ke dalam
kata kunci.32
D. Hasil Belajar Siswa
1. Pengertian Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu
kata hasil dan belajar, menurut kamus besar bahasa Indonesia kata
hasil adalah sesuatu yang diperoleh dengan usaha. Sedangkan kata
belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu
31
Mel, Silberman. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. (Yogyakarta: Pustaka
Insan Madani, 2009), h. 246-246. 32
Mel, Silberman. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif., h.247.
23
dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik, tetapi juga ada
kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.33
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan pembelajaran. Belajar itu sendiri merupakan suatu
proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
perubahan perilaku yang relative menetap. Dalam kegiatan pembelajaran
atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar.
Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional.34
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman-
pengalaman belajarnya.35
Menurut Muhibin Syah hasil belajar adalah
Perubahan sebagai akibat pengalaman belajar dan proses belajar siswa.36
Dari teori yang dikemukakan para ahli tentang hasil belajar
tersebut di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa hasil
belajar merupakan hasil yang dapat dicapai oleh siswa setelah diadakan
proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu dan materi
penyajian yang tertentu pula sebagai akibat pengalaman belajar sesuai
dengan tujuan yang telah disusun dalam indikator pembelajaran.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dapat dilihat dari
tiga kategori ranah yaitu:
a) Ranah Kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan penilaian.
b) Ranah Afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau
33
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1984), h. 81 34
Asep Jihad., Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran. (Yogyakarta: Multi PressIndo, 2008),
h. 14. 35
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2009, hlm. 22
36
Muhibin syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2009), h. 216.
24
reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau
kompleks nilai.
c) Ranah Psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi
benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan,
mengamati).
Dalam penelitian ini hasil belajar menurut teori Taksonomi Bloom
dibatasi dengan ranah kognitif saja. Beberapa kemampuan kognitif antara
lain:
a) Pengetahuan, tentang suatu materi yang dipelajari.
b) Pemahaman, memahami makna materi
c) Aplikasi atau penerapan penggunaan materi atau aturan teoritis yang
prinsip
d) Analisa, sebuah proses analisis teoritis dengan menggunakan
kemampuan akal
e) Sintesa, kemampuan memadukan konsep, sehingga menemukan
konsep baru
f) Evaluasi, kemampuan melakukan evaluatif atas penguasaan materi
pengetahuan.
Untuk mengukur dan memperoleh data hasil belajar peserta didik
adalah mengetahui garis-garis besar indikator yang dikaitkan dengan
jenis hasil belajar yang hendak diukur. Agar memudahkan dalam
menggunakan alat dan kiat evaluasi yang dipandang tepat, berikut adalah
tabel penyusunan jenis, indikator dan evaluasi hasil belajar.37
Tabel 2.1
Penilaian Dalam Ranah Kognitif
Ranah /Jenis hasil
belajar
Indikator Cara evaluasi
Ranah Kognitif
1. Pengetahuan
1. Dapat menjelaskan
2. Dapat menunjukkan
1. Tes tertulis
2. Observasi
37
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Rosda, 2008),
h. 151.
25
2. Pemahaman
3. Penerapan
4. Analisis
5. Sintetis
6. Evaluasi
3. Dapat menyebutkan
1. Dapat menjelaskan
2. Dapat menguraikan
3. Dapat membedakan
1. Dapat menentukan
2. Dapatmenerapkan
atau memberikan
contoh
3. Dapat
menggambarkan
1. Dapat menguraikan
2. Dapat menemukan
3. Dapat
menyimpulkan
1. Dapat melengkapi
2. Dapat
menyimpulkan
3. Dapat membentuk
1. Dapat membuktikan
2. Dapat
Menyimpulkan
1. Tes tertulis
2. Observasi
1. Pemberian
tugas
1. Tes tertulis
2. observasi
1.Tes tertulis
2. observasi
1. Tes tertuli
2. Pemberian
tugas
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor Internal Siswa
26
Adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
meliputi dua aspek, yakni:
1) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) yang menyangkut
keadaan jasmani individu, yaitu keadaan jasmani, keadaan fungsi-
fungsi jasmani tertentu terutama panca indera.
2) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah) yang berasal dari dalam
diri siswa seperti kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, sikap dan
motivasi siswa.
b. Faktor Eksternal Siswa
Seperti halnya faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga
terdiri atas dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan non sosial. Faktor sosial adalah hubungan antar manusia
yang terjadi dalam berbagai situasi sosial, diantaranya yaitu keluarga,
sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. Sedangkan faktor non
sosial yaitu lingkungan alam dan fisik seperti keadaan gedung dan
letaknya, rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber
dan sebagainya.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana
yang telah dipaparkan di atas, faktor pendekatan belajar juga
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa tersebut.
Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep
misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar
yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar
surface atau reproductive.38
Faktor-faktor di atas sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
yang akan diperoleh dalam pencapaian tujuan.
38
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011). Cet.ke 18, h. 129-136.
27
3. Kriteria Pengukuran Hasil belajar
Untuk mengetahui baik buruknya hasil belajar peserta didik maka
diperlukan suatu tindakan yaitu evaluasi. Evaluasi merupakan suatu
penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program. Menurut Tardif, evaluasi adalah proses
penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.39
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa evaluasi sangat diperlukan dalam pendidikan dan
pengajaran untuk mengetahui tingkat kemampuan yang dicapai peserta
didik.
Dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran menempuh tiga fase
yaitu:
a. Pre tes (tes awal)
Dilakukan dengan tujuan mengetahui tingkat kemampuan
peserta didik terhadap materi pembelajaran yang akan dipelajari.
b. Proses-Proses
pembelajaran yang dilakukan pendidik berpegang pada
program kegiatan
c. Post tes (tes akhir evaluasi)
Materi pembelajaran yang diteskan dalam evaluasi sama
dengan pre tes.40
Melalui evaluasi tersebut akan dapat menghasilkan pengukuran yang
sesuai dengan kemampuan yang sebenarnya sehingga dapat diketahui
dengan pasti pada taraf masing-masing peserta didik itu memiliki
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Taraf kemampuan keberhasilan
dinyatakan dengan evaluasi yakni dengan nilai.
39 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Pt. Raja grafindo Persada, 2009), h. 197.
40 Sumiati dan Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV. Wacana Prima, 2008), h. 12.
28
E. Hakekat Pendidikan Agama Islam
Sebelum membahas tentang pendidikan agama Islam terlebih dahulu
perlu dibahas tentang pengertian pendidikan itu sendiri. Para tokoh
berbeda pendapat dalam mendefinisikan pendidikan. Perbedaan itu
disebabkan karena masing-masing tokoh berbeda dalam memberikan
tekanan-tekanan dan tinjauan terhadap pendidikan.
Istilah pendidikan berasal dari kata didik dan memberikan awalan kata
Pe dan akhiran Kan yang mengandung arti Perbuatan. Istilah
pendidikan ini semua berasal dari bahasa Yunani yaitu Pedadogik yang
berarti bimbingan yang diberikan kapada anak. Paedagogy berasal dari
dua kata yaitu paedos yang berarti anak dan agoge yang berarti saya
membimbing atau memimpin. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dengan Education yang berarti pengembangan
anak bimbingan.41
Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan sering dimaknai
sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
potensi pembawaan, baik potensi jasmani maupun rohani sesuai dengan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Selain itu dalam
pengertiaan yang umum, pendidikaan juga diartikan dengaan proses
bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang dilakukan oleh manusia kepada
manusia lain dalam rangka pencapaian keedewasaan.42
Secara terminologi, para ilmuan mendefinisikan pendidikan dalam arti
luas pada beberapa versi, salah satunya yaitu menurut Abdul Rahman An-
Nahlawi mengartikan pendidikan merupakan kegiatan yang betul-betul
memiliki tujuan, sasaran, dan target.43
41
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002 ), cet.Ke-4.hlm. 1 42
Wahdi Sayuti dan Zurinal Z, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan
Pendidikan, (Jakarta: Jakarta Press, 2006), cet.I, h.1-2. 43
Abdul Rahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,(Bina
Insani Press, 1995),h.21
29
Sedangkan pendidikan Islam menurut Zakiah Darajat adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang
pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.44
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh beberapa ilmuan
dalam mendefinisikan pendidikan dan pendidikan Islam, maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu
proses bimbingan dan bantuan secara sadar dan sengaja terhadap anak
didik dengan berlandaskan kepada ajaran Islam dalam pertumbuhan serta
perkembangan jasmani dan rohaninya. Pendidikan Agama Islam bukan
hanya sekedar penambahan pengetahuan akan tetapi bagaimana
pengetahuan dan pelaksanaan yang telah didapatkan itu dapat dipraktikkan
dalam kehidupan sehari-hari.
F. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan hasil penelitian sebelumnya
yang dianggap relevan sebagai acuan penelitian.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Ana Pertiwi (2010) Mahasiswa
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, yang berjudul Penerapan
kooperatif tipe Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar dan
untuk meningkatkan respon positif siswa dalam pelajaran PKN. Dari
hasil penelitiannya disebutkan bahwa terdapat Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan
hasil belajar PKn pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Pekutatan. Hal
ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajarsiswa pada siklus I rata-rata
73,4 daya serap 73,4% dengan ketuntasan belajar 57,1% yang tergolong
dalam kualifikasi baik namun belum memenuhi KKM. Sedangkan skor
44
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama islam Berbasis Kompetensi:
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet.ke-
3,h.130
30
rata-rata hasil belajar pada siklus II meningkat menjadi 76,1, daya serap
76, 1% dengan ketuntasan belajar 82,8% yang tergolong dalam kualifikasi
baik dan sudah memenuhi KKM. Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation dapat menumbuhkan respon positif
siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Pekutatan dalam pelajaran PKn. Hal
ini dapat dilihat dari adanya peningkatan respon siswa pada setiap
siklusnya. Pada siklus I diperoleh respon rata-rata 36,8 dan meningkat
pada siklus II menjadi rata-rata 38,7 dengan kriteria respon positif.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam
pelajaran PKn di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Pekutatan mengalami
kendala pada siklus I yaitu :(1) Pelaksanaan pembelajaran siklus I pada
pertemuan pertama siswa masih ribut dalam pembentukan kelompok dan
belum mampu memanfaatkan waktu seefisien mungkin sehingga
berpengaruh pada waktu jam pelajaran yang tersedia, (2) Pada pelaksanaan
siklus I ada anggota kelompok yang kurang aktif dalam hal kerjasamanya
untuk mengerjakan tugas diskusi, sehingga tugas yang diberikan lambat
terselesaikan, (3) Pada pelaksanaan siklus I ada anggota kelompok yang
ragu dalam mengemukakan pendapat, sehingga kelompok tersebut tidak
maksimal mendapatkan nilai yang diinginkan.45
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuniata Haffidianti (2011),
mahasiswa fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo,
Semarang, yang berjudul penerapan model pembelajaran Group
Investigation dalam upaya peningkatan hasil belajar peserta didik pada
materi pokok bangun ruang. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation pada
materi pokok bangun ruang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
kelas VIII F MTs Negeri 1 Semarang tahun pelajaran 2010-2011. Hal ini
ditunjukan pada peningkatan hasil akhir tiap siklus yaitu pada pra siklus
rata-rata hasil belajar sebesar 52.97 dengan ketuntasan belajar 26.32%,
45
Sumber data diambil dari Perputakaan Digital Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
berbentuk PDF pada Tanggal 22 Juli 2014.
31
pada siklus I ratarata hasil belajar peserta didik meningkat menjadi 57.89
dengan ketuntasan klasikal 52.63%, dan pada siklus II rata-rata hasil
belajar peserta didik lebih meningkat lagi mencapai 74.90 dengan
ketuntasan klasikal 91.89%.46
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mutmainah (2013), mahasiswa Universitas
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dalam meningkatkan
motivasi belajar Matematika di SDIT Bina Insani, menunjukan bahwa
Penerapan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
dapat meningkatkan Motivasi belajar matematika siswa. Hal ini
berdasarkan hasil yang diperoleh selama penelitian pada pengamatan,
angket motivasi, lembar panduan observasi dan wawancara.47
Pada hasil penelitian relevan di atas, peneliti mendapatkan kesimpulan
bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran Group
Investigation terhadap hasil belajar dan hasil penelitian diatas menggunakan
metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Karena dalam hasil ketiga
penelitian tersebut menggunakan Penelitian Tindakan Kelas maka dari itu
peneliti ingin peneliti hasil belajar siswa menggunakan metode penelitian
quasi ekperimen dan dari beberapa penelitian yang peneliti baca penelitian
yang dilakukan hanya meneliti mata pelajaran umum, maka dari itu peneliti
ingin meneliti dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
G. Kerangka Pikir
Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena itu,
islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi
maupun ukhrawi.
46
Sumber data diambil dari Perputakaan Digital IAIN Walisongo Semarang berbentuk PDF
pada Tanggal 22 Juli 2014. 47
Sumber data diambil dari Perputakaan Digital Universitas Islam Negeri berbentuk PDF
pada Tanggal 22 Juli 2014..
32
Upaya meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran PAI perlu
diperhatikan seingga proses pembalajaran yang dilakukan harus diupayakan
dan mampu menuntun siswa untuk berfikir kreatif, membentuk sikap positif,
memecahkan masalah dan memungkinkan siswa untuk mengorganisasikan
belajarnya sendiri, sehingga pada akhirnya siswa dapat memahami konsep
konsep PAI secara benar dan utuh serta dapat mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran terjadi ketika ada interaksi antara guru dengan
siswa, siswa dengan guru dan antara siswa dengan siswa. Guru berupaya
membelajarkankan siswa dengan berbagai cara, salah satunya dengan
pembelajaraan kooperatif. Pembelajaran kooperatif sebagai salah satu metode
yang dapat menjadikan siswa lebih aktif selama proses belajar mengajar,
selain itu juga melatih siswa untuk mampu mensosialisaskikan ilmunya dalam
kehidupan bermasyarakat.
Dalam proses belajar mengajar di kelas, cara seorang guru
menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi proses belajar
mengajar tersebut. Untuk itu guru dituntut kreatifitasnya dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
Salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif learning.
Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada
proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif learning siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama
lain, namun pembelajaran kooperatif tidak sekedar kerja kelompok biasa
tetapi peran dan keaktifan siswa diutamakan dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengemukakan dan mengembangkan pemikirannya.
Pembelajaran kooperatif learning mempunyai banyak model, salah
satunya adalah metode Group Investigation. Dalam metode Group
Investigation siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok dituntun untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Dengan metode Group Investigation siswa harus
33
berperan aktif dalam menjawab pertayaan yang mereka peroleh. Sehinga
terciptalah suasana belajar yang menyenangkan.
Metode Group Investigation adalah salah satu strategi dalam
pembelajaran kooperatif yang diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih
aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan terasa hidup,
menyenangkan dan tidak membosankan.
Metode pembelajaran Group Investigation yang diterapkan diharapkan
dapat meningkatkan motivasi siswa secara efektif, karena pembelajaran
kooperatif memiliki beberapa kelebihan dalam mengembangkan potensi
siswa, seperti terjadinya hubungan saling ketergantungan positif
mengembangkan semangat kerja kelompok, dan semangat kebersamaan, serta
menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetisi diantara
anggota kelompok. Atas dasar inilah metode Group Investigation diajukan
sebagai permasalahan penelitan untuk diterapkan di dalam kegiatan
pembelajaran dengan tujuan menghilangkan kejenuhan siswa dalam belajar
ke arah pembelajaran yang lebih menciptakan interaktif sesama siswa,
sehingga siswa dapat terlibat dalam proses belajar mengajar tidak hanya
mendengarkan guru saja yang menerangkan materi pelajaran, melainkan
siswa yang lebih berperan aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan
demikian siswa dapat terdorong minat dan motivasinya untuk belajar yang
pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Bila semua itu
dilakukan maka tujuan dari pembelajaran akan tercapai dan hasil belajar pun
akan lebih baik.
Sedangkan pembelajaran yang diterapkan di kelas kontrol ialah metode
Puzzle. Masih banyak di sekolah-sekolah para guru hanya menggunakan
metode-metode klasik dalam pembelajaran yang pada akhirnya berdampak
pada kejenuhan siswa dan tidak terjadi interaksi antara guru dengan murid.
Pembelajaran PAI bukan hanya mempelajari konsep-konsep semata yang
megharuskan siswa untuk mendengarkan keterangan guru di papan tulis juga
menjadikan buku satu-satunya sumber belajar sehingga pembelajaran terasa
kurang kondusif padahal guru dituntut untuk memiliki variasi-variasi
34
pembelajaran yang lebih menyenangkan ketimbang hanya menggunakan
metode-metode klasik.
Dari sini kita dapat mengetahui adanya perbandingan antara metode
Group Investigation pada kelas eksperimen dengan metode Puzzle pada kelas
kontrol antara lain:
1. Metode Group Investigation lebih mendorong motivasi belajar siswa yang
berdampak pada hasil belajarnya.
2. Suasana belajar lebih menyenangkan.
3. Terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Dapat dilihat dari manfaat dan keuntungan dari metode Group
Investigation dibandingkan dengan metode Puzzle yang diterapkan pada kelas
kontrol ini memberikan pengertian bahwa siswa dapat mengembangkan pola
pikir dan pengetahuan mereka serta membuat suasana belajar lebih menarik
ketika pembelajarn itu dilakukan dengan metode Group Investigation.
Setelah mengkaji teori-teori metode Group Investigation dan hasil belajar
serta keterkaitan teoritis keduanya peneliti berasumsi bahwa diduga terdapat
perbedaan hasil belajar antara pembelajaran yang menggunakan Group
Investigation dengan pembelajaran yang menggunakan metode puzzle pada
mata pelajaran PAI.
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap suatu masalah
sampai terbukti kebenarannya oleh data atau fakta yang dikumpulkan dari
lapangan.48
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis
merupakan pernyataan atau jawaban sementara yang kebenarannya belum
dapat dipastikan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Maka hipotesis
yang didapat dari penelitian yaitu adanya pengaruh metode Group
48
Suharsimi Arikuto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006), h. 71.
35
Investigation terhadap pembelajaran PAI di SMP 3 Tangerang Selatan
rincian sebagai berikut :
: Tidak ada pengaruh hasil belajar PAI kelas VIII dengan menggunakan
metode mengajar kooperatif tipe Group Investigation.
: Ada pengaruh hasil belajar PAI kelas VIII dengan menggunakan metode
mengajar kooperatif tipe Group Investigation.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 3. Bertempat di Jl. Ir. H. Juanda,
Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan
pada semester ganjil tahun pelajaran 2014-2015 yaitu pada tanggal 07
Agustus sampai tanggal 12 September 2014.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi
Eksperimen. Eksperimen ini juga sering disebut eksperimen semu. Tujuannya
adalah untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalui eksperimen
yang sebenarnya dan tidak ada manipulasi terhadap seluruh variabel yang
relavan.49
Metode ini dilakukan dengan memberikan perlakuan kepada subjek
penelitian kemudian memberikan tes pada subjek penelitan. Desain ini
mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk
mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen. Quansi Ekxperimen digunakan karena pada kenyataannya sulit
mendapatkan kelompok control yang digunakan untuk penelitian.50
Desain penelitian yang digunakan adalah satu kelompok eksperimen
dengan pre-test dan post test (pretest-posttest control group design). Pada
desain ini, menggunakan satu kelompok eksperimen atau satu kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan pre-test, perlakuan (treatment)
dengan pembelajaran dan setelah itu diberi post test. Kelompok kontrol
diberikan pre-test, perlakuan (treatment) dengan pembelajaran yang berbeda
dengan kelas eksperimen dan setelah itu diberi post test.
Desain penelitian dapat dilihat pada tabel diberikut ini:
49
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 74. 50
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &
D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009), h. 114
37
Table 3.1
Desain penelitian pre-test dan post test control group design
Kelas Pre-test Treatment Post-test
Eksperimen T1 XE T2
Kontrol T1 XK T2
Keterangan:
T1 = pre-test (tes hasil belajar sebelum mendapatkan perlakuan)
T2 = post test (tes hasil belajar sesudah men